Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
107
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR
MENGANALISIS PERMASALAHAN KETENEGAKERJAAN DALAM PEMBANGUNAN
EKONOMI
SMA NEGERI 7-AMBON
Josef Papilaya
FKIP Universitas Pattimura Ambon
Abstrak
Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia, karena melalui pendidikan kita akan
memiliki ilmu pengetahuan yang akan menjadikan generasi-generasi yang cerdas dan unggul.
Pendidikan juga adalah pondasi kemajuan peradaban suatu bangsa, dimana jika mutu pendidikan
suatu bangsa baik maka kualitas suatu bangsa itupun baik.
Tujuan penelitian ini adalah :1) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan
hasil pembelajaran. 2) Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para pendidik agar lebih proaktif
mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran ;3) Menumbuhkan dan meningkatkan
produktivitas meneliti para pendidik, khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah
pembelajaran. 4) Meningkatkan kolaborasi antar pendidik dalam memecahkan masalah
pembelajaran Pada siklus 1 pembelajaran telah berjalan dengan baik walaupun dalam keterlaksanaan
model pembelajaran tersebut masih sering didapati siswa yang belum mengerti dan melaksanakan
langkah-langka pembelajaran dengan tepat. Walaupun demikian, prosentase pelaksanaan
pembelajaran oleh guru pada siklus 1 mencapai 72,04 % dan keterlaksanan pembelajaran oleh siswa
mencapai 87, 34 % dengan kriteria sangat baik.
Pada siklus II keterlaksanan pembelajaran oleh guru maupun siswa telah berjalan dengan baik
dibandingkan pada siklul pertama karena kekurangan yang ditemukan pada siklus pertama
dijadikan bahan evaluasi untuk diperbaiki pada siklus II.
Persentase keterlaksaan pembelajaran oleh guru pada siklus II meningkat menjadi 78,07% dan
keterlaksaan pembelajaran oleh siswa, motivasi meningkat menjadi 94,98 %. Dengan kriteria sangat
baik.
Kata Kunci : Model STAD, Motivasi Belajar, Hasil Belajar
Pendahuluan
Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia, karena melalui pendidikan kita
akan memiliki ilmu pengetahuan yang akan menjadikan generasi-generasi yang cerdas dan unggul.
Pendidikan juga adalah pondasi kemajuan peradaban suatu bangsa, dimana jika mutu pendidikan
suatu bangsa baik maka kualitas suatu bangsa itupun baik. Peranan pendidikan sangat penting untuk
menciptakan insan manusia yang cerdas, kompetitif dan kreatif, oleh karena itu pembaharuan dalam
dunia pendidikan perlu dilakukan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
108
Namun disisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghadirkan tantangan baru bagi
kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya. Pada era globalisasi semakin meningkatnya
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipengaruhi oleh informasi melalui IPTEK. Kemajuan IPTEK
telah mendekatkan jarak dan waktu demikian kuatnya, sehingga telah menghadirkan warna baru
dalam pembangunan dan praktek pendidikan. Menghadapi fenomena ini, pendidikan IPS idealnya
harus responsive dan menata diri berhadapan dengan globalisasi.
Menurut Lasmawan (2010) tujuan pembelajaran IPS adalah untuk membimbing tingkah laku
sosial tertentu (behavior), mendorong pembentukan motivasi dan sikap-sikap tertentu (attitude),
mempersiapkan kecakapan atau hubungan hubungan sosial tertentu (skill) dan menambah
pengetahuan sosial tertentu (knowledge), sehingga setiap warga Negara memiliki rasa kepedulian
dan komitmen yang tinggi, bertanggung jawab dan kritis terhadap diri serta lingkungan social
maupun lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap situasi kehidupan baik secara lokal maupun
global.
Tujuan pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar sebagaimana tercantum dalam
Kurikulum IPS-SD tahun 2006 adalah agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari. keluarganya. Untuk
itu materi-materi IPS yang diajarkan di sekolah dasar disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
agar bisa dicermati dan dipahami sesuai dengan kemampuannya.
Realita pembelajaran IPS Ekonomi pada siswa kelas XI masalah/kendala yang masih
dirasakan terutama pada pembelajaran IPS Ekonomi beberapa yang dapat dikemukakan seperti: 1)
factor kekuasaan, 2) masukan, bisa dilihat dari keberadaan guru yang berkaitan dengan kompetensi
yang semestinya dimiliki oleh seorang guru, misalnya penggunaan model/metode mengajar dan
lain-lain, sedangkan untuk siswa seperti mutu rendah yang bisa dilihat dari rata-rata hasil tesnya, 3)
dalam hal proses, adanya motivasi yang kurang sehingga sering mengabaikan pembelajaran
termasuk hasil belajar, kurang disiplin, 4) demikian pula dalam hal sarana yang selalu diupayakan
yang diharapkan suatu ketika bisa optimal, satu dengan lainnya saling mempengaruhi yang
bermuara pada hasil belajar yang rendah.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Krelas XI, dapat diungkap pula bahwa
pengaturan lingkungan belajar cenderung masih konvensional. Pembelajaran masih menggunakan
pola interaksi secara klasikal, pengaturan meja belajar masih menggunakan pola lama, di mana
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
109
siswa duduk manis ke samping dan memanjang ke belakang. Tangan dilipat, dan siswa tidak
berinteraksi dengan teman yang lainnya, sehingga siswa tidak dapat bertukar informasi dengan
temannyatemannya.
Pola seperti ini, menyebabkan daya serap siswa berbeda antara yang duduk di depan dengan
di belakang. Siswa yang duduk di depan lebih dapat berkosentrasi dan jelas dalam mendengarkan
penjelasan atau pengarahan guru dibandingkan dengan siswa yang duduk dibelakang. Keadaan ini
menyebabkan hasil belajar siswa tidak dapat tercapai maksimal. Mengingat kompleksnya
permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar tersebut, peneliti tidak akan mungkin menjangkau
semua permasalahan yang muncul. Sehingga perlu pencermatan terhadap permasalahan yang
kiranya lebih urgen memungkinkan satu pemecahan terhadap masalah yang dihadapi dengan
pemanfaatan model pembelajaran inovatif salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai model pembelajaran yang efektif, khususnya
pada pembelajaran IPS, karena penerapan model pembelajaran kooperatif terdiri atas siklus
pembelajaran yang membawa siswa pada suasana kerjasama yang diharapkan, yaitu sebuah kondisi
belajar yang kondusif dan bermakna bagi siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dianggap sebagai yang paling sederhana dalam pembelajaran kooperatif.
Para pendidik menggunakan model ini untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada
para siswa. Dalam pelaksanaannya, para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas
4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras,
etnis, maupun kemampuannya. Tiap anggota ti menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian
saling membantu untuk saling menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama
anggota tim. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu dilakukan evaluasi oleh
guru untuk penguasaan mereka terhadap materi pelajaran, dan dilakukan pencatatan terhadap
peningkatan yang diperoleh oleh setiap siswa, skor siswa dibandingkan dengan skor mereka sendiri
yang diperoleh sebelumnya dan poin diberikan berdasarkan sejauh mana siswa menyamai atau
melampaui kinerja mereka sendiri sebelumnya. Poin tiap anggota kelompok ini dijumlah untuk
mendapatkan skor kelompok dan kepada kelompok siswa yang meraih prestasi tinggi diberikan
predikat atau penghargaan lain.
Menurut Slavin (dalam Marhaeni, 2012), model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri
dari lima komponen utama yang harus diperhatikan yaitu: tahap penyajian kelas (class presetation),
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
110
belajar dalam kelompok (teams), tes/kuis (quizzes), skor kemajuan individu (individual
improvement scores), dan penghargaan kelompok (team recognition). Dengan diterapkannya kelima
komponen ini dalam proses pembelajaran, tentunya akan berdampak positif terhadap keaktifan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Aktifnya siswa menunjukkan motivasi berprestasi yang tinggi dari siswa, sehingga hasil
belajar pun akan dapat ditingkatkan pula. Seberapa jauh pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar IPS Ekonomi, siswa keals XI
tahun pelajaran 2018/2019 belum dapat diketahui secara pasti. Untuk itu mencoba untuk mengkaji
lebih jauh tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi siswa,
sebagai sebuah inovasi dalam pengembangan pembelajaran melalui suatu kajian penelitian pengaruh
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS Ekonomi
siswa kelas XI SMA Negeri 7 Ambon. .
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam
kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajarn dan siswa – siswa di
dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran
tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis peseorangan tentang materi ersebut, dan pada saat
itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai – nilai hasil kuis siswa
diperbandingkan dengan nilai rata – rata mereka sendiri yang diperoleh sendrinya, dan nilai – nilai
itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa merek capai atau seberpa
tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai – nilai ini kemudian di jumlah untuk
mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan
sertifikat atau hadiah – hadiah yang lainnya.
Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar
saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang di ajarkan
guru”. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman
sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok
untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma – norma bahwa belajar itu penting, berharga
dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh
guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai
materi itu (tanggunggung jawab perseorangan ). Para siswa mungkin bekerja berpasangan dan
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
111
mungkin bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain,
mereka bisa mendiskusiakan pendekatan – pendekatan untuk memecahkan masalah itu, atau
merekabisa saling memberikan pertanyaan tentang isi dari materi y ang mereka pelajari itu.
Langkah – langkah pembelajaran kooperatif model STAD
1. Penyampaian tujuan dan motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran dan motivasi siswa
untuk belajar.
2. Pembagian kelompok. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap
kelompoknya terdiri dari 4 – 5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keagamaan) kelas
dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.
3. Presentase dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pertemuan tersbut serta pentingnya pokok bahasan tersebut
dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di
dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pernyataan atau masalah
nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan
kemampuan yang diharapkan dikusai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta
cara – cara mengerjakannya.
4. Kegiatan belajar dalam Tim (kerja tim)
Siswa belajar dalam kelompoknyang telah dibentuk. Guru menyiakan lembar kerja sebagai
pedoman bagi kerja kelompok , sehingga semua anggota menguasai dan masing – masing
memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan
bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperluan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting
dari STAD.
5. Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pmberian kuis tentang materi yang dipelajari dan
juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa
diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini ilakukan untuk
menjamin agar siswa secara individual bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
112
memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal,
misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
6. Penghargaan prestasi tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan memberikan angka dengan
rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat
dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
7. Menghitung skor individu
Menurut Slavin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung
sebagaimana dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1 penghitungan perkembangan skor individu
NO NILAI TES SKOR PERKEMBANGAN
1 Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar -
2 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin
3 Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar 20 ;poin
4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin
5 Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan dasar) 30 poin
8. Menghitung Skor Kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata – rata skor perkembangan anggota kelompok,
yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan anggota kelompok dan membagi
sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesusai dengan rata – rata skor perkembangan
kelompok sebagaimana dalam tabel 2. sebagai berikut:
Tabel 2. Penghitungan skor kelompok
NO Rata-rata skor Kualifikasi
1 N -
2 N Tim yang baik (good tiem)
3 16 N Tim yang baik sekali (greet team )
4 N Tim yang istimewa (super)
1. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
113
Setelah masing – masing kelompok satu tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah
atau penghargaan kepada masing – masing kelompok sesuai dengan prestesinya (kiteria
tertentu yang ditetapkan guru).
STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode
pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi
mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk
siswa, tetapi kebanyakan guru meggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau
mengganti materi – materi ini.
2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah
(2001:17) , yaitu:
2.1.Kelebihan Pembelajaran STAD .
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan
bertanya dan membahas suatu masalah.
b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai suatu masalah.
c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan
berdiskusi.
d. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif
dalam diskusi.
e. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
Menurut Dess (1991) Pembelajaran STAD juga mempunyai kekurangan – kekurangan :
a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target
kurikulum
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak
mau menggunakan pembelajaran kooperatif
c. Menuntut sifat tertentu dari siswa , misalnya sifat suka bekerja sama
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
114
A. Kerangka Pikir
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian. Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanan di Keas XI SMA Negeri 7 Ambon.
Sujek Penelitian. Subejek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 7 Ambon.
Suber Data. Dalam yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam bentuk
annallsis ketuntsan hasil belajar siswa. Teknik dan Alat Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Hasil tes diianalIsis oleh peneliti dengan mengikuti
keriteria ketuntasan yang telah ditretapkann oleh sekolah khususnya pada mata pelajarn IPS
Ekonomi dengan materi pokok adalah permasalahan ketenagakerjaan dalam pembangunan
ekonomi. Validasi Data .Semua data yang ada dianalsis unutk menentukan apakah data hasil ter
tersebut valid atau tidak, penulis menggunakan analysis butur soal unutk melihat benar-benar
apakah soal itu telah memenuhi kriteria kevalitan atau tidak setelah dianalisis butur soal barulah
peneliti serahkan kepada guru uuntum melakukan tes. Anallsis dialkuak sebelum prose pembellajarn
berlangsung, sebab nilai yang diambil adalah nilai tes saat guru mengakhiri prloses pembelajarn
barulah dilakukan tes Analisis data digunakan dengan menggunakan kriteria ketuntsan yang telah
ditetapkan sekolah khususnya untuk mata pelajaran IPS Ekonomi. Prosedur Penelitian. Untuk
mendapatkan data dari subjek penelitian peneliti menggunkan cara tes, dimana pada saat guru
mengajar hasil tesnya diambil dan dianalisis proses ketentusan belajar siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal.
MODEL STAD
Motivasi belajar
Hasil belajar
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
115
Pada tahap awal pengambilan data diambil setealh guru melakukan tes, dan diantara 24
siswa kelas XI yang mengikuti pembelajaran, hanya 10 siswa atau 40 % yang mencapai ktuntsan
dan 15 siswa atau 60% tidak mencapi ketuntasan
Deskripsi Hasil Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahan siklus 1, peneliti menyususn perangkat pembelajaran antar laian :
a. Menyusun RPP
b. Menyusun instrument pedomen Observasi.
c. Menentukan teman sejawat.
d. Menentukan waktu pelaksanan perbaikan.
e. Menentukan model pembelajar,
f. Menccari teori untuk membuktikan keakuratan pengunaan model pembelajarn STAD
g. Menentukan langkah –langkah penerapan model pembelajarn STAD.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksaan tindakan dilakukan betrdasarkan Rencana Pelaksanana Pembelajarn yang telah
disusun sebelumnya.
3. Hasil Pengamatan.
Setealah proses belajar mengajar berlangsung, peneliti memanfaatkan teman sejawat
untuk melakukan obsevasi untuk meilihat akativitas pembelajarn siswa dan aktivitas
mengajar guru.
4. Refleksi
Untuk aktivitas refleksi, sebelum teman sejawat memberikan kesempatan kepada gufru
yang mengajar, saya memberikan kesempatan pertma kepada teman sejawat untuk
mengemukan hal-hal yang bertentangan dengan yang seharusnya dalam roses
pembellajran. Selajutnya saya memberikan kesempatan kepada guru yang mengajar
untuk mengemukan seluruh hasil temuan yang didapat saat proses pembelajran
berlangsung.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
116
HASIL
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Silus 1 dilaksanakan dalam empat kali
pertemuan . Siklus II dilaksanakan dalam empat kali pertemuan . secara keseluruan kegiatan
pembelajaran dari model pembelajaran STAD berjalan cukup baik. Hal ini didasari oleh data
keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa berikut ini :
Tabel 1. Peningkatan Keterlaksanaan Pembelajaran hasil belajar siswa Oleh Guru pada Siklus I
dan Siklus 2
Tindakan Nilia rata-rata Kriteria Peningkatan (%)
Siklus 1
Siklus 2
72,04
87,35
Baik
Sangat baik
15, 31 %
Tabel 2. Peningkatan Keterlaksanaan Pembelajaran mengetahui motivasi siswa pada Siklus I dan
Siklus 2
Tindakan Nilia rata-rata Kriteria Peningkatan (%)
Siklus 1
Siklus 2
78,07
94,98
Baik
Sangat baik
16,91%
Berdasakan data pada tabel 1 dan 2 diatas dapat dilihat bahwa keterlaksanaan pembelajarn
oleh guru dan siswa telah berjalan dengan baik. Pada siklus 1 pembelajaran telah berjalan dengan
baik walaupun dalam keterlaksanaan model pembelajaran tersebut masih sering didapati siswa yang
belum mengerti dan melaksanakan langkah-langka pembelajaran dengan tepat. Walaupun demikian,
prosentase pelaksanaan pembelajaran oleh guru pada siklus 1 mencapai 72,04 % dan keterlaksanan
pembelajaran oleh siswa mencapai 87, 34 % dengan kriteria sangat baik.
Pada siklus II keterlaksanan pembelajaran oleh guru maupun siswa telah berjalan dengan
baik dibandingkan pada siklul pertama karena kekurangan yang ditemukan pada siklus pertama
dijadikan bahan evaluasi untuk diperbaiki pada siklus II.
Persentase keterlaksaan pembelajaran oleh guru pada siklus II meningkat menjadi 78,07%
dan keterlaksaan pembelajaran oleh siswa, motivasi meningkat menjadi 94,98 %. Dengan kriteria
sangat baik.
Peningkatan motivasi siswa dapat dilihat pada digram gambar 1 .
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
117
Tabel 3. Peningkatan motivasi belajar siswa tahap awal, Siklus I dan Siklus II
No Indikator %
Sebelum
Tindakan
% akhir
siklus I
%
Kenaikan
% akhir
siklus II
%
kenaikkan
1 Perhatian 68,83 78.40 9,57 96,25 8,2
2 Keterkaitan 72,40 77,30 4,9 92,70 6,4
3 Percaya diri 67,76 72.20 4,44 94,57 10,19
4 Kepuasan 75.30 84.38 9.08 96.40 5.95
Rata-rata 71,07 78,07 6,70 94,98 7,68
Tabel 3 diatas menunjukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar dilihat dari peningkatan hasil beajar siswa dari sebelum tindakan dengan
ketuntasan sebesar 71,07% kemudian meninbgkatkan menjadi 78.07% pada siklus I dan terus
meningkat pada siklus II menjadi 85,75%.
71.07%
78.07%
94.98%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
Sebelum Siklus I Siklus II
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
118
Tabel 4. Peningkatan hasil belajar siswa tahap awal, silus I dan siklus II
Kegiatan Persentase ketuntasan
Sebelum
tindakan
Siuklus I % kenaikan 5 siklus II % kenaikan
Hasil Belajar 66,07 72.04 5,97 87,35 15,31
Motivasi
belajar
71,07 78.07 6,97 94,98 16.91
Data pada tabel 4 diatas menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar peningkatan hasil belajar siswa dari sebelum tindakan dengan
ketuntasan sebesar 71,07 meninkat menjadi 78,07 pada akhir siklu I dan terus meningkat menjadi
85,75% pada akhir siklus II.
PEMBAHASAN.
Penerapan model pembelajran SDAT terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Pengukran yang dilakukan untuk mengetahui motivasi siswa pada penerapan model pembelajaran
STAD ialah dengan menggunakan lembar angket, motivasi yang dibagikan pada siswa. Indikator
dalam angket motivasi yang digunakan adalah perhatian ( attentation) , keterkaitan ( relevance) ,
percaya diri ( Convidenci) dan kepuasan ( Statisvacion)
Angket , motivasi dibagikan kepada siswa padaa awal sbelum tindakan, akhir siklus I dan akhir
siklus II. Hasil angket motivasi siswa pada awal sebelum tindakan adalah sebesar 71,07% dengan
kriteria tinggi, kemudian hasil anket motivasi meningkat pada akhir siklus I sebesar 78,07%
dengan kriteria tinggi pada kahir siklus II hasil angket motivasi meningkat menjadi 94,98 % denga
kriterian sangat tinggi.
Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan model
pembelajaran tipe STAD pada pelajarn IPS kompetensi dasar Permasalahn ketenagakerjaan dalam
pembangunan ekonomi dapat meningkatkan motivasi siswa, peningkatn motivasi siswa ini tidak
semata-mata berasal dari dalam driri siswa, tetapi juga berasal dari luar hal ini sesuai dengan
pendapat Mappease ( 2009:3) yang menyatakan motivasi dapt berasal dari dalam atau disebut
Motivasi intrinsic. Dan motivasi yang berasal dari luar atau disebut motivasi ekstrinsik.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
119
Motivasi dari luar yang dimaksud ini adalah penerapan model pembelajaran STAD yang
mendoroing siswa untuk belajar. Selain ini, model pembelajran STAD dapat meningkatkan motivasi
siswa dikarenakan model ini menghadirkan cara belajar yang baru sehingga siswa terdorong untuk
belajar. Hal ini sesia dengan pendapat yang dikemukan oleh S. Jukur ( 2012: 371). Motivasi
menunjukkan cendrung siswa untuk terlibat dalam kegiatn yang menarik sehingga membuat siswa
belajar untuk meningkatkan kapasitas mereka.
Meningkatnya motivasi siswa maka akan berdampak juga pada peningkatannya hasil belajar
sesuai dengan pendapat Anggraeni (2013:189) yang dinyatakan motivasi siswa yang tinggi akan
berdampak pada perolehan hasil belajar yang memuaskan.
Penerapan model pembelajarn STAD terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa yang diukur ialah hasil belajar kognitif dengan menggunakan tes hasuol belajar yang
dilaksanakan pada awal siklus I sebelum tinda,kan , akhir suklus I dan akhir siklus II soal tes hasil
belajar berjumalh 25 soal pilihan ganda. Tes hasil belajar diberikan pada siswa sebagai acuan
apakah siswa telah memahami materi dengan baik atau tidak, ahl ini sesuai dengan pernyataan dari
Hariyanto (2015: 1001) yang menyatakan setelah melaluiproses belajar sisw diharapkan dapat
mencaa tujuan pembelajarn sebagai hasil belajar setelah mengikuti pembelajaran.
Hasil penerapan model pembelajaran STAD menunjukan ada peningkatan hasil belajar siswa
sbelum tindakan, akhir suklus I dan akhirsiklus II. Pada tes sebelum tindakan ada 10 (40%) dari 24
siswa yang nilainya mencapai > 71.07.
Hasil belajar dari siklus I menjunjukkan 14 siswa ( 60 % ) yang dinyatakan tuntas. Hasil belajar
akhir siklus II menujukan 24 sisawa (100%) dinyatakan tuntas dengan rata–rata nilii yang diperoleh
94,98. Hasil belajar yang meningkat ini sesuai dengan pernyataan Harsono ( 2009: 72) yang
menyatakan bahwa belajar dapat menghasilkan perubahan yang dialami siswa baik secara potensial
maupun aktual.
Simpulan
Model pembelajarn STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. MOtiavsoi
siswa yang meningkat selain dilihat dari hasil pengisian angkev dapat dilihat dari sikap siswa yang
antusian mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi berani menyampikan idenya dan tiadk malu untuk
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
120
bertanya hal-hal yang belum dipahami. Perubahan motivasi yang baik ini sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Daftar Rujukan
Anggraeny, 2013. Pdengaruh Motivasi Mengajar dan LIngkungan Teman Sebaya Terhadap Prestasi
Belajar, Bandung FRemaja Rosdikarya.
Budiyono,Budi Usodo &Yemi Kuswardi.2012.Model,Media dan Evaluasi Pembelajaran
Matematika.Surakarta:UNS
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD . 2011 . http://www.sarjanaku.com (24 September 2018)
Paul M La Bounty dkk . 2011 . International Society of Sports Nutrition position stand: meal
frequency.springer.com (20 September 2012)
Harsono, 2009. Guru Prefesional, Menguasai Metode dan Keterampilan Mengajar, Jogjakarta
Kanisius
Hariyanto, 2105, Implementasi belajar dan Pembelajaran , Bandung Remaja Rosdakarya.
Irma Pujiati . 2008 Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD . Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1
Mega Irhamna. 2009 . Cooperative Learning dengan Model STAD pada Pembelajaran Matematika
Kelas VIII SMP Negeri 2 Delitu. Jurnal Penelitian Kependidikan , Tahun 19,Nomor 2,
Oktober 2009
Mappease, 2009. Pengaruh Cara dan MOtivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar, UTHM.
Nanik Pudjowati . 2009 . Implementasi Model STAD (Student Teams Achievement Divisions )
SebagaiUpayaPeningkatanApresiasi HAM PadaPesertaDidikKelas VII SMP 1. JurnalLemlit,
Volume 3, Nomer 2, Desember 2009
Rusman.2011.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionaisme Guru .Jakarta:
Rajawali Pers.