eJournal Administrative Reform, 2016, 4 (4): 748-760 ISSN 2338-7673, ar.mian.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
IMPLEMENTASI PERATURAN BUPATI NOMOR 46
TAHUN 2013 TENTANG PENEGAKAN DISIPLIN
PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANTOR BADAN
KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KABUPATEN
KUTAI KARTANEGARA
Iman Gazali Rachman1, Adam Idris
2, Bambang Irawan
3
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa
Implementasi Peraturan Bupati Nomor 46 tahun 2013 tentang Penegakan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan KB , PP dan PA Kab. Kutai
Kartanegara. Fokus penelitian yang ditetapkan meliputi : Implementasi
Peraturan Bupati Nomor 46 tahun 2013 mengunakan teori Gorge C Edward III
meliputi Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi/Sikap Aparatur dan Struktur
Birokrasi. Sumber data diambil dari hasil wawancara dengan Key Informan
Kepala Badan KB, PP dan PA Kab. Kutai Kartanegara dan informan terdiri dari
Sekretaris, Kepala Bidang, staf, BKD Kab.Kutai Kartanegara dan Inpektorat
Kab. Kutai Kartanegara, didukung data skunder arsip-arsip yang relevan dengan
masalah yang diteliti. Analisa data yang digunakan adalah Analisa Kualitatif
Model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman melalui tahapan
tahapan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Implementasi Peraturan Bupati
Nomor 46 tahun 2013 tentang Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di
Kantor KB, PP dan PA Kab. Kutai Kartanegara telah di implementasikan, hanya
masih belum mencapai tujuan yang diharapkan atau diinginkan. Penyebabnya
masih ada dua variabel Edward III yang belum berjalan sebagaimana mestinya
yaitu Informasi disebabkan belum jelasnya aturan dari Perbup tersebut tentang
kedisiplinan aparatur terhadap jam kerja dan Disposisi atau Sikap aparatur
disebabkan sikap pimpinan belum tegas, keteladanan yang minim dan sikap
kurangnya kesadaran aparatur untuk taat terhadap peraturan. Sedangkan
variabel Edward III yang lain yaitu Sumber daya dan Struktur Birokrasi sudah
berjaan sebagaimana mestinya.
Kata Kunci: Implementasi, Disiplin, Kutai Kartanegara
1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Mulawarman. Email: [email protected] 2 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. 3 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman.
Implementasi Perbup No.46 th 2013 Disiplin PNS di BKBP3A (Iman Gazali Rachman)
749
Abstract
The purpose of this study is to describe and analyze the implementation
of the Regulation Pegents No. 46 of 2013 on the Civil Servant Discipline
Enforcement at the Office of Family Planning, Women's Empowerment and
Child Protection Kutai Kartanegara District. The focus of research set
includes: Implementation of the Regulation Pegents No. 46 of 2013 using the
theory Gorge Edward III include: Communication, Resources, Disposition /
Attitude Apparatus and Bureaucratic Structure. Source Data taken from
interviews with Key Informants Capital Head of of Family Planning, Women's
Empowerment and Child Protection Kutai Kartanegara District and
informants consists of the Secretary, the Head of Division, the staff, the
Regional Employment Board Kutai Kartanegara District and Inpektorat Kutai
Kartanegara District, supported by secondary data archives relevant to the
issues being investigated. Analysis of the data used is qualitative analysis
interactive model developed by Miles and Huberman through the stages of the
stages. From the results of this study concluded Implementation of the
Regulation Pegents No. 46 of 2013 on the Civil Servant Discipline
Enforcement at the Office of Family Planning, Women's Empowerment and
Child Protection Kutai Kartanegara District has been implemented, just still
do not achieve the desired objectives or desired. The reason there are two
variables Edward III that has not been implemented as intended, namely due
to the unclear details of the rules of discipline declaring the apparatus against
the working hours and Disposition or attitude due to attitude of the leadership
apparatus has not expressly and attitudes lack of awareness of the apparatus
for compliance with the regulations. Meanwhile, Edward III another variable,
namely the Resources and Structure Bureaucracy already the process
according to expectations
.
Keyword: Implementation, Discipline and Kutai Kartanegara
Pendahuluan
Tujuan Pembangunan Nasional Indonesia salah satu cirinya yaitu dengan
adanya tenaga kerja yang berkualitas dan menjunjung tinggi kedisiplinan, setiap
aparatur dituntut memiliki etos kerja dan disiplin kerja yang tinggi sehingga
upaya untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) dapat
terealisasi.
Dalam rangka mengantisipasi permasalahan, maka pemerintah Kabupaten
Kutai Kartanegara telah mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Bupati Nomor
46 tahun 2013 tentang Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, diharapkan
kedepan kinerja aparatur lebih baik, dan mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya lebih efektif dan efisien.
eJournal Administrative Reform, Volume 4, Nomor 4, 2016: 748-760
750
Pada Kantor Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, sebanyak 70 orang pegawai Negeri Sipil sejak
dilaksanakannya Perbup Nomor 46 tahun 2013 tentang penegakan disiplin
melalui absensi elektronik (fingerprint) pada priode tahun 2014 sampai 2015
masih terjadi pelanggaran disiplin berupa: terlambat masuk kerja pada tahun 2014
sebanyak 28 kali atau 40 % pada tahun 2015 menurun sebanyak 10 kali atau 15 %
saja, artinya kedisiplinan melalui absensi meningkat melalui absensi elektronik
(fingerprint) hingga 85%, sedangkan pada pelanggaran disiplin meninggalkan
tempat pada jam kerja tanpa alasan yang jelas pada tahun 2014 sebanyak 31 kali
50 % pada tahun 2015 meningkat menjadi 38 kali atau 55% artinya Pelanggaran
disiplin terhadap hal ini cenderung meningakat.
Dari pemikiran dan identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, maka
masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana
Implementasi Peraturan Bupati Nomor 46 tahun 2013 tentang Penegakan Disiplin
Pegawai Negeri Sipildi Kantor Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kutai Kartanegara dan faktor-
faktor apa yang mendukung dan yang menghambat Implementasi Peraturan
Bupati Nomor 46 tahun 2013 tentang Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Kabupaten Kutai Kartanegara di Kantor Badan Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kebijakan Publik
Kebijakan sangat identik kaitannya dengan tindakan yang diambil oleh
pemerintah yang mempunyai tujuan – tujuan tertentu dengan peran fungsi
pemerintah sesuai dengan kewenangan yang diberikan.Adapun kewenangan yang
dimiliki oleh pemerintah merupakan dasar bagi pembuatan sebuah
kebijakan.Peran pemerintah sebagai pemilik kewenangan sangat menentukan
dalam penetapan kebijakan serta dalam penyelesaian berbagai permasalahan.
Dapat disimpulkan beberapa karateristik utama dari suatu definisi kebijakan
publik.Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada
tindakan yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu dari pada perilaku yang
berubah atau acak. Kedua, pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan
yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dari pada keputusan yang terpisah –pisah.
Ketiga, merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam
mengatur perdagangan, mengontrol infasi atau menawarkan perumahan rakyat,
bukan apa yang dimaksud atau yang dikerjakan. Keempat, dapat berbentuk positif
maupun negatif. Kelima, kebijakan publik paling tdak secara positif didasarkan
pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah. (Leo Agustino,
2008 : 8 – 9).
Implementasi Kebijakan Publik
Menurut Grindle (dalam Solichin, 1997 : 125) “implementation as process
politic and administration” (Implentasi sebagai proses politik dan administrasi).
Implementasi Perbup No.46 th 2013 Disiplin PNS di BKBP3A (Iman Gazali Rachman)
751
Pandangan Grindle ini setidak-tidaknya tidak jauh berbeda atau memiliki
relevansi dengan apa yang dikatakan oleh Van Meter dan Van Horn dalam
melihat implementasi dalam keterkaitannya dengan lingkungan (enviroment).
Lebih lanjut dikatakan bahwa proses implement-tasi hanya dapat dimulai apabila
tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang semula telah diperinci, program-program
aksi telah dirancang dan sejumlah dana/ biaya telah dialokasikan untuk
mewujudkan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran negara.
Berdasarkan beberapa pandangan yang dikemukakan dapat disimpulkan bahwa
proses implementasi kebijaksanaan sesunggungnya tidak hanya menyakut
perilaku/sikap badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran,
melainkan menyangkut jaringan kekuatan-kekutan politik, ekonomi dan sosial
secara langsung ataupun tidak langsung akan mempenggaruhi perilaku dari semua
pihak yang terlibat. Jelaslah bahwa telaah tentang implementasi merupakan suatu
proses untuk mengubah gagasan atau program menjadi tindakan dan bagaimana
kemungkinan cara menjalankannya. Sedangkan untuk menganalisis mengenai
proses implementasi kebijakan dapat dilihat berbagai model implementasi
kebijakan.
Model Top-down(George C Edward III )
Menurut Edward III (1980), salah satu pendekatan studi implementasi adalah:
1. Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan ?
2. Apakah yang menjadi faktor penghambat utama bagi keberhasilan
implementasi kebijakan?
Sehingga untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, Edward III,
mengusulkan 4 (empat) variable yang sangat mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan, yaitu:
1. Communication (komunikasi) ; komunikasi merupakan sarana untuk
menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke
atas. Untuk menghindari terjadinya distorsi informasi yang disampaikan atasan
ke bawahan, perlu adanya ketetapan waktu dalam penyampaian informasi,
harus jelas informasi yang disampaikan, serta memerlukan ketelitian dan
konsistensi dalam menyampaikan informasi.
2. Resourcess (sumber daya) ;sumber-sumber dalam implementasi kebijakan
memegang peranan penting, karena implementasi kebijakan tidak akan efektif
bilamana sumber-sumber pendukungnya tidak tersedia.
3. Dispotition or Attitude (sikap aparatur) ; berkaitan dengan bagaimana sikap
implementor dalam mendukung suatu implementasi kebijakan. Seringkali para
implementor bersedia untuk mengambil insiatif dalam rangka mencapai
kebijakan, tergantung dengan sejauh mana wewenang yang dimilikinya
4. Bureaucratic structure (struktur birokrasi) ; suatu kebijakan seringkali
melibatkan beberapa lembaga atau organisasi dalam proses implementasinya,
eJournal Administrative Reform, Volume 4, Nomor 4, 2016: 748-760
752
sehingga diperlukan koordinasi yang efektif antar lembaga-lembaga terkait
dalam mendukung keberhasilan implementasi.
Konsep Disiplin Kerja
Menurut Malayu (2001 : 190) bahwa disiplin adalah kesadaran dan kesediaan
seseorang dalam menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial
yang berlaku.
Menurut Prijodarminto, (1994 : 23) bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
ketertiban.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk sesuai norma-norma yang berlaku, dan
dilakukan dengan penuh kesadaran sesuai nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis termasuk penelitian deskriptif dan akan
dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif.
Fokus penelitian mengacu kepada perumusan masalah dan tujuan penelitian,
maka fokus peneltian yang ditetapkan sejauh mana pelaksanaan:
1. Implementasi Peraturan Bupati Nomor 46 tahun 2013 tentang Penegakan
Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil terdiri dari : Komunikasi, Sumber daya,
Disposisi atau Sikap aparatur dan Stuktur Birokrasi. 2. Faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat implementasi disiplin
kerja pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kutai Kartanegara.
Key Informan : Kepala Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Kutai Kartanegara, Informan Sekretariat,
membawahi : Sub Bagian Umum, Sub Bagian Keuangan, Sub Bagian
Kepegawaian. Informan lain; Bidang Keluarga Berencana, Bidang Kesejahteraan
Keluarga, Bidang Perlindungan Anak, Bidang Pemberdayaan Perempuan, sebagai
informan pendukung dari Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara dan Inspektorat Kabupaten Kutai Kartanegara.
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah wawancara yang
pelaksanaannya dilakukan secara langsung, dengan menggunakan pedoman
wawancara yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan yang mengarah pada
model implementasi George C. Edward III, dengan aspeknya yakni komunikasi,
Sumberdaya, Disposisi/Sikap Aparatur dan Struktur Birokrasi.
Implementasi Perbup No.46 th 2013 Disiplin PNS di BKBP3A (Iman Gazali Rachman)
753
Hasil Penelitian
Implementasi Peraturan Bupati nomor 46 tahun 2013 tentang Penegakan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Kelaurga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kutai Kartanegara,
akan dibahas setiap variabel dibawah ini :
a). Komunikasi
Ada tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan aspek
komunikasi ini, yaitu:
1. Transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat
menghasilkan suatu hasil implementasi yang baik pula. Dari informasi key
infoman diatas menggambarkan keadaan komunikasi atasan kepada
bawahan sudah berjalan, sehingga tranfomasi informasi tentang
kedisiplinan pada perbup Nomor 46 tahun 2013 dapat tersampaikan kepada
aparatur di bawahnya melalui berbagai kegiatan, baik melalui media rapat,
surat edaran maupun sifatnya instruksi oleh Kepala Badan. Pola
penyampaian atau tranmisi oleh Kepala Badan terhadap Perbu Nomor 46
tahun 2013 kepada bawahannya sudah efektif karena tidak ditemukan
hambatan dalam penyampaian informasi maupun penerimaan informasi tersebut.
Komunikasi horisontal terjadi antara orang-orang yang pada tingkat yang
sama atau orang-orang yang pada tingkat yang berhubungan pada Bidang
yang berbeda dalam suatu organisasi. Komunikasi horisontal yang efektif
dapat membantu orang-orang untuk mengkoordinasikan berbagai kegiatan
dan menyelesaikan masalah, memberikan pemeriksaan informasi,
memecahkan masalah dan membuka jalan bagi terciptanya hubungan-
hubungan kerja, terutama dalam pelaksanaan perbup Nomor 46 tahun 2013
tentang kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di kantor ini. Pimpinan dan
aparatur berupaaya meningkatkan lingkungan komunikasi seluruh
organisasi. Pengenalan dan penghargaan terhadap pegawai adalah satu cara
untuk mendorong rasa jiwa kerja sama.
2. Kejelasan informasi, dimana komunikasi atau informasi yang diterima oleh
para pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan. Dengan
demikian bahwa beberapa aturan di Perbup ini sudah jelas namun ada
aturan berupa pasal 4 yang perlu di jabarkan lebih lanjut,hal ini membuka
peluang bagi sebagian PNS untuk tidak tertib dan melanggar kedisiplinan.
Apabila dilihat dari sisi administrasi absensi elektronik (fingerprint),
implementasi Perbup ini sudah baik, namun faktanya disiplin dalam
pemanfatan jam kerja sesuai tugas dan tanggung jawab PNS kurang, karena
kinerja PNS belum bisa diukur.
3. Konsistensi informasi yang disampaikan, yaitu perintah ataupun informasi
yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah jelas dan
konsisten untuk dapat diterapkan dan dijalankan.
eJournal Administrative Reform, Volume 4, Nomor 4, 2016: 748-760
754
Maka konsitensi informasi Perbup Nomor 46 tahun 2013 dalam hal
mengatur penegakan disiplin PNS di Kantor Badan Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, mengalami
diskonsistensi, dalam hal penegakan disiplin melalui Absensi elektronik
(fingerprint) berjalan dengan baik dan efektif terhadap peningkatan disiplin
secara administrasi, disisi lain belum jelasnya pasal 4 dalam mengatur
disiplin pemanfaatan waktu kerja, sihingga masih terjadi pelanggaran
disiplin terhadap waktu kerja sebagaimana yang menjadi tujuan Perbup
Nomor 46 tahun 2013.Sedangkan kejelasan dan konsistensi Perbup dalam
mengatur pemanfaatan jam kerja dari jam 07.30 sampai jam 16.00 belum
diatur secara jelas dalam perbup ini sehingga membuka peluang bagi
aparatur untuk melanggar disiplin. Sehingga terkesan PNS hanya mengejar
absensi saja, namun kedisplinan dalam pemanfaatan jam kerja sangat
rendah.
b). Sumber Daya
Hasil penelitian, sumber daya sudah menunjukkan kondisi yang cukup
baik, seperti sumber daya manusia baik kualitas semakin baik tingkat
pendidikan maka semakin baik pula pemahaman terhadap kebijakan untuk
dilaksanakan, dan dari segi kuantitas jumlah PNS di kantor ini sebanyak 70
orang relatif mudah dalam pembinaan dan pengarahan terhadap pelaksanaan
kebijakan. untuk variabel sumber daya manusia merupakan faktor yang
sangat penting karena sumber daya manusia merupakan implementator atau
subyek sekaligus juga menjadi obyek dari Kebijakan Perbup Nomor 46
tahun 2013 di Kantor ini. Dilihat dari kualitas sumber daya manusia, maka
tingkat pendidikan menentukan efektifnya sebuah implementasi kebijakan
sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik pula kemampuan
sumber daya manusia menjalankan aturan yang di berlakukan untuk
penegakan disiplin melalui absensi elektronik (fingerprint), namun berbeda
dengan penegakan disiplin dalam pemenfaatan waktu bekerja,
Implementasi Perbup No.46 th 2013 Disiplin PNS di BKBP3A (Iman Gazali Rachman)
755
sumber daya finansial berupa Tambahan Perbaikan Penghasilan (TPP)
yang menjadi motivasi dan diberikan berdasarkan kehadiran melalui absensi
elektronik (fingerprint) PNS, dukungan finansial untuk oprasional kegiatan
absensi elektronik (fingerprint) melalui RKA juga diberikan sejak tahun 2014
hingga 2016. Sumber daya lingkungan sangat mendukung sekali karena situasi
dan kondisi serta stabilitas keamanan Pemerintahan Kutai Kartanegara cukup
baik dan efektif untuk mendukung implementasi Perbup tersebut.
c). Disposisi/sikap aparatur
Disposisi/sikap aparatur terutama dukungan pimpinan berupa otoritasnya
mampu mengarahkan kebijakan Perbup ini dapat dilaksanakan oleh aparatur di
bawahnya, sehingga implementasi Perbup ini dari pelaksanaan absensi
elektronik (fingerprint) tidak mengalami hambatan yang berarti, sebagai
implentor dari Perbup ini Kepala Sub. Bidang Umum dan Kepegawaian dalam
hal penegakan disiplin PNS melalui absensi elektronik (fingerprint) secara
administrasi, sikap pimpinan sudah tegas, namun pada penegakan disiplin PNS
yang melanggar peraturan untuk pemanfaatan waktu kerja dari jam 07.30
masuk dan pulang sampai 16.00 belum tegas, masih banyak PNS yang hanya
mengejar absensi kemudian keluar tanpa alasan yang jelas, baru kembali jam
09.00, bahkan terkesan membiarkan terjadi dan mentolerir ketidak disiplinan
tersebut setiap hari kerja.
Begitu juga sikap pribadi sebagian PNS yang menfaatakan peluang dari belum
jelasnya aturan di Perbup terhadap kediplinan dalam pemanfaatan waktu kerja,
dengan kondisi demikian menjadikan sebagian PNS bersikap acuh dan tidak
jujur, sehingga menghambat penegakan disiplin di kantor ini.
Dengan demikian bahwa sikap Pemerintah Daerah Kutai Kartanegara terhadap
Perbup Nomor 46 tahun 2013, dibawah Koordinasi oleh Badan Kepegawaian
daerah (BKD), Inspektorat dan Semua SKPD, sudah ada komitmen untuk
eJournal Administrative Reform, Volume 4, Nomor 4, 2016: 748-760
756
melaksanakan Perbup tersebut dan dengan diterbitkannya edaran dan instruksi
dalam rangka mendukung pelaksanaan Perbup Nomor 46 tahun 2013.
Dari kesemua pembahsan diatas, maka faktor keteladanan menjadi hal sangat
penting, apabila ingin sebuah organisasi bisa berjalan sesuai aturan, sikap
pemimpin harus mampu memberikan keteladanan yang baik terhadap
kedisiplinan kerja, agar semua aparatur mendapatkan contoh yang baik.
.
d). Struktur Birokrasi
Hasil penelitian, didapat bahwa Pemerintahan Kutai Kartanegara sangat
mendukung bagi terlaksananya implementasi Perbup tersebut karena Badan
Kepagawaian Daerah (BKD) Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai pembina
dan pengawas serta penindakan terhadap pelanggaran disiplin PNS di SKPD di
seluruh Kabupaten Kutai Kartanegara, hal ini di wujudkan dengan terus
menyempurnakan Peraturan Bupati tersebut dengan membuat beberapa
Instruksi dan semakin diperbaharuinya sistem absensi elektronik (fingerprint)
secara online dan juga dibuatnya Perbup nomor 19 tahun 2016 tentang Kode
Etik PNS Kabupaten Kutai Kartanegara. Pada tahap penindakan pelanggaran
yang menindak adalah Kepala Sub. Bidang Umum dan Kepegawaian Pegawai,
berkoordinasi dengan BKD dan Inspektorat Kabupaten Kutai Kartanegara.
Implementasi Perbup No.46 th 2013 Disiplin PNS di BKBP3A (Iman Gazali Rachman)
757
Di Kantor Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak sendiri struktur Birokrasi yang ada cukup ideal untuk
sebuah lembaga yang menjalankan Perbup Nomor 46 tahun 2013, struktur
pengawasan dan pembinaan PNS dilakukan secara berjenjang dari Kepala
Badan kepada Sekretaris, kemudian Sekretaris membina para Kepala Bidang
dan Kepala Bidang membina para stafnya, pembinaan terhadap pelanggaran
oleh PNS dilakukan sesuai Standar Operating Procedur (SOP) yang berlaku di
Perbup nomor 46 tahun 2013, sehingga jarang sekali terdapat hambatan dalam
pelaksanaannya. Sedangkan struktur organisasi Badan ini dibawahi langsung
oleh Kepala Badan yang bertanggung jawab langsung terhadap bawahannya,
namun implemantator utama oleh Kepala sub. Bidang Umum dan
Kepegawaiaan, apabila diruntutkan pengawasan adalah Kepala dinas
mengawasi dan membina Sekretaris Badan, Sekretaris mengawasi dan
membina para Kepala Bidang dan, Kepala Bidang mengawasi dan membina
stafnya.
Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana yang dikemukakan maka penulis
dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi Peraturan Bupati Nomor 46 Tahun 2013 tentang Penegakan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kutai
Kartanegara di tinjau dari Variabel Gorge Edward III adalah :
a) Komunikasi, dilihat dari tranformasi, tentang Perbup untuk mengatur PNS
agar disiplin melalui absensi elektronik (fingerprint) secara administarsi,
sudah berjalan. Namun hambatan dari komunikasi pada perbup ini dilihat
dari kejelasan dan kosistensi Perbup ini belum jelas mengatur disiplin PNS
eJournal Administrative Reform, Volume 4, Nomor 4, 2016: 748-760
758
dalam pemanfaatan waktu kerja, hal ini membuka peluang banyak
pelanggaran terhadap jam kerja.
b) Sumber daya, pada Sumber daya manusia, Sumber daya finansial berupa
Insentif Tambahan Pengahasila Pegawai (TPP) dan dukungan dana
oprasional kegiatan berupa RKA pada tahun 2014 hingga sekarang, dan
sumber daya lingkungan berupa kondisi keamanan dan kondusipnya
penyelenggaraan Pemerintahan sudah medukung terhadap pelaksanaan
Perbup nomor 46 tahun 2013.
c) Disposisi/ Sikap Aparatur dalam implementasi perbup nomor 46 tahun
2013 mengalami hambatan berupa sikap pimpinan yang belum tegas dalam
penindakan dan memberikan sangksi terhadap pelanggarn disiplin, sikap
keteladanan yang minim dan pengawasan yang belum berjalan maksimal,
sedangkan sikap sebagian PNS terbiasa terhadap pelanggaran dan kurang
peduli terhadap peraturan di perbup tersebut, serta adanya peluang PNS
untuk melanggar dikarenakan belum jelasnya pasal di Perbup ini dalam
mengatur pemanfaatan jam kerja yang telah ditentukan.
d) Struktur Birokrasi, pembinaan pengawasan dan evaluasi kinerja PNS di
Kantor ini, dilaksanakan secara koordinatif oleh BKD, Inspektorat dan
Badan Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Kutai Kartanegara. Sedangkan struktur
organisasi Badan ini dibawahi langsung oleh Kepala Badan yang
bertanggung jawab langsung terhadap bawahannya, namun implemantator
utama oleh Kepala Sub. Bidang Umum dan Kepegawaiaan, apabila
diruntutkan pengawasan adalah Kepala Badan mengawasi dan membina
Sekretaris, Sekretaris mengawasi dan membina para Kepala Bidang dan,
Kepala Bidang mengawasi dan membina stafnya.
e) Dapat disimpulkan Implementasi Peraturan Bupati Nomor 46 tahun 2013
tentang Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Kutai Kartanegara telah di implementasikan, hanya masih belum mencapai
tujuan yang diharapkan atau diinginkan. Penyebabnya masih ada dua
variabel Edward III yang belum berjalan sebagaimana mestinya yaitu
Informasi disebabkan belum jelasnya aturan dari Perbup tersebut tentang
kedisiplinan aparatur terhadap jam kerja dan Disposisi atau Sikap Aparatur
disebabkan sikap pimpinan belum tegas dan sikap kurangnya kesadaran
aparatur untuk taat terhadap peraturan. Sedangkan variabel Edward III yang
lain yaitu Sumber daya dan Struktur Birokrasi sudah berjaan sebagaimana
mestinya.
2. Faktor-factor yang mendukung dan menghambat Perbup nomor 46 tahun 2013:
a). Faktor yang mendukung adalah Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010, Peraturan Bupati Nomor 45 tahun 2013 yang di sempurnakan dengan
Perbup nomor 39 tahun 2015 tentang Tunjangan Perbaikan Penghasilan
Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Kutai Kartanegara, Peraturan Bupati
Implementasi Perbup No.46 th 2013 Disiplin PNS di BKBP3A (Iman Gazali Rachman)
759
Nomor 19 tahun 2016 tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di
Pemerintahan Kabupaten Kutai kartanegara, dan Kondusifnya keadaan dan
stabilitas keamanan di Kabupaten Kutai Kartanegara
b). Sedangkan Faktor-faktor yang menghambat adalah belum adanya peraturan
atau pasal yang mengatur terhadap pemanfaatan jam kerja dalam proses
kegiatan berlangsung atau selama jam kerja, secara jelas dan terprinci di
Peraturan Bupati Nomor 46 tahun 2013, sehingga, menjadi peluang
sebagian PNS di kantor tersebut untuk tidak disiplin., belum adanya
penerapan disiplin pegawai secara tegas dikaitkan dengan sistem
manajemen kerja dalam pemanfaatan jam kerja pegawai yang sudah diatur
Perbup nomor 46 tahun 2013, belum maksimalnya pengawasan yang
melekat sehingga masih ada saja sebagian PNS melanggar aturan dengan
meninggalkan tempat pada saat jam kerja tanpa alasan yang jelas, belum
konsukuennya sikap pimpinan untuk bersikap tegas terhadap pelanggaran
bahkan terkesan membiarkan dan mentolerir terhadap pelanggaran.
Saran-saran
1. Perlu Penyempurnaan Peraturan Bupati Nomor 46 Tahun 2013, agar
Penegakan didiplin PNS dalam pemanfaatan jam kerja secara efektif dan
efesien dengan berbasis kinerja.
2. Penerapan sistem pengendalian disiplin pegawai perlu dikaitkan dengan sistem
manajemen kinerja, sehingga penggunaan jam kerja dapat dioptimalkan bagi
pencapaian target kinerja seperti sistem aplikasi Log Book yang menjadi alat
pengukur kinerja PNS sehingga apa yang di targetkan dalan Sasaran Kinerja
Pegawai (SKP) bisa secara otomatis tercatat dalam sisitem atau aplikasi
tersebut.
3. Mengatur kembali pengelolaan prosedur ijin pada saat jam kerja sebagai
sarana pengawasan bagi aparatur. Hal ini perlu dilakukan karena persepsi
pegawai yang masih ada menggunakan jam kerja untuk keperluan yang bukan
kepentingan pekerjaan, berupa pengadaan buku kontrol terhadap ijin keluar
kantor pada saat jam kerja.
4. Peran atasan langsung akan menjadi penting dengan menempatkan disiplin
langsung pada pegawai yaitu ketegasan keteladanan dalam penegakan
peraturan secara konsekuen dan akan sangat berpengaruh terhadap berhasilnya
penegakan disiplin.
Daftar Pustaka
Abdul Wahab, Solichin, 2012. Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model
Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Agustino, Leo, 2008. “ Dasar – dasar Kebijakan Publik”. Alfabeta, Bandung
Anderson, JE, 1978, Public Policy Making, New York, Hall, Rinehore and
Wiston.
eJournal Administrative Reform, Volume 4, Nomor 4, 2016: 748-760
760
Edwards III, George 1980, (Edited) Public Policy Implemanting, Jei Press. Inc
London England
Grindle, Merilee S. 1980. Politics and Policy Implementation in The Third World,
Princnton University Press, New Jersey.
Hasibuan, Malayu, S.P. 2001, Manajemen Sumber Daya manusia, Dasar dan
Kunci Keberhasilan. Haji Msagung. Jakarta
Idrus, Muhammad. 2009. “ Metode Penelitian Ilmu Sosial – Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif “. Edisi Kedua, Erlangga, Yogyakarta.
Nugroho, Riant, 2007, “Analisis Kebijakan”, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Parsons, Wayne. 2005. “ Public Policy – Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakn”. Edisi Pertama, Kencana, Jakarta.
Prijodarminto, soegeng, S.H. Disiplin Menuju sukses. Pradya Paramit. Jakarta