INFO BENCANA
Dalam Edisi ini:
Awal Bulan Banjir Landa Ibukota Jakarta P.2
Gempabumi 7.1 SR dirasakan di Flores Timur P.3
Info Bencana: Kejadian Bencana Bulan
Februari 2015 P.4
Edisi Februari 2015 Informasi Kebencanaan Bulanan Teraktual
Sebagian wilayah Indonesia pada bulan ini mengalami
musim penghujan. Hujan dengan intensitas ringan
hingga lebat terjadi di berbagai wilayah. BNPB mene‐
rima banyak laporan bencana banjir, tanah longsor
dan puting beliung yang terjadi di Indonesia. BNPB
mencatat sampai akhir bulan Februari 2015 lebih dari
450 bencana terjadi, dengan rata‐rata 7‐8 kejadian per
hari.
Namun, juka dibandingkan dengan bulan Januari 2015,
jumlah kejadian bencana mengalami penurunan,
begitu juga dengan jumlah korban meninggal
mengalami penurunan. Januari pada setiap tahunnya
merupakan bulan yang paling sering terjadi bencana,
sedangkan pada bulan‐bulan berikutnya cenderung
mengalami penurunan. Bencana meningkat lagi ke‐
jadianya ketika memasuki awal musim penghujan.
Selama bulan Februari bencana telah menyebabkan 18
jiwa meninggal. Sementara itu, kerusakan yang terjadi
P.1
karena bencana adalah 2.237 unit rumah, 109 fasilitas
pendidikan, 24 fasilitas peribadatan dan 1 fasilitas kese‐
hatan yang mengalami kerusakan. Korban meninggal
paling banyak disebabkan oleh puting beliung, begitu juga
dengan kerusakan rumah.
Data tersebut bila dibandingkan dengan bulan yang sama
di tahun 2014, saat itu terjadi bencana sebanyak 170 kali,
dan menyebabkan 29 jiwa meninggal/hilang sementara
jenis bencana puting beliung merupakan bencana yang
paling sering.
Data tahun 2014 tersebut, bila dibandingkan dengan
data pada Februari 2015, maka terjadi peningkatan pada
jumlah kejadian bencana, namun mengalami penurunan‐
pada sisi korban meninggal/hilang. Dari segi jenis ben‐
cananya, maka puting beliung masih merupakan bencana
yang paling sering terjadi.
Tabel 1. Jumlah Kejadian Bencana, Korban, dan Dampaknya Bulan Februari 2015
STATISTIK BENCANA INDONESIA 2015
Awal Bulan Banjir Landa Ibukota Jakarta
Hujan deras yang mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya telah menyebabkan banjir di beberapa wilayah Ibukota. Berdasarkan data Senin (9‐2‐2015) pukul 16.00
WIB, ada 93 titik genangan di Jakarta. Banjir tersebar di 35 titik di Jakarta Pusat, 28 titik di Jakarta Barat, 17 titik di Jakarta Utara, 8 titik di Jakarta Timur, dan 5 titik di Jakarta Selatan. Tinggi banjir bervariasi antara 10‐80 cm. Dampaknya kemacetan parah terjadi di banyak tempat.
Banyaknya genangan banjir yang terjadi di Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara ini sesuai dengan konsentrasi sebaran hujan yang berada di Jakarta bagian utara. Hujan sangat lebat terjadi di Kemayoran (177 mm per hari). Jika dibandingkan dengan hujan pada banjir Jakarta 2013 dan 2014 lalu, curah hujan pada 2015 tercatat lebih rendah. Namun demikian, buruknya drainase perkotaan dan kurangnya kawasan resapan air menyebab pasokan air permukaan melimpah sehingga drainase tidak mampu mengatuskan limpasan permukaan.
Sementara itu, pada hari yang sama tinggi muka air sebagian besar sistem sungai di Jakarta telah naik Siaga III, yaitu Bendung Katulampa 80 cm (Siaga III), pintu air Depok (210 cm (Siaga III), Manggarai 820 cm (Siaga III), Krukut Hulu 165 cm (Siaga III), Pesanggarahan 190 cm (Siaga III), Angke Hulu 190 cm (Siaga III), Pulo Gadung 675 cm (Siaga III). Sedangkan pintu air Karet 650 (Siaga I). Kondisi ini menyebabkan daerah‐daerah bantaran sungai terendam banjir.
P.2
Masyarakat di sekitar bantaran Sungai Ciliwung yang langganan terkena banjir adalah Kampung Pulo, Gang Arus, dan Pengadegan. Di Kali Krukut wilayah yang terkena banjir adalah Pondok Raya, Pasar Mampang,
Pulau Raya, Jati Padang, Cipete Selatan, Pondok Labu, Benhil dan RS Mintoharjo. Di bantaran Kali Pesanggarahan adalah Cirendeu Indah, Sepolwan, Deplu, IKPN, Ulujami, Perdatam, Tanah Kusir, Cipulir, Cidodol, Kedoya, Perum Kelapa Dua, Pos Pengumben.
Banjir yang hampir setiap tahun melanda Ibukota Jakarta, menjadi tantangan tersendiri bagi pemerin‐tah. Banjir di wilayah ini sangat dipengaruhi oleh intensitas curah hu‐jan dan hujan yang terjadi di wilayah hulu seperti di kawasan Bogor dan Depok. Pemerintah Provinsi DKI Ja‐karta telah banyak melakukan upaya pencegahan seperti normalisasi kali. Upaya yang berkelanjutan dan didu‐kung oleh masyarakat yang sadar bencana diharapkan mampu untuk
menanggulangi banjir yang sudah menjadi bencana ta‐hunnan ini.
Masalah akan banjir bukan hanya persoalan yang menjadi tanggung jawab pemerintah saja, namun juga dari seluruh pihak yang harus turut serta menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, maka beberapa masalah harus diantisipasi dan juga dijaga kelestarian alamnya. Berikut 12 ragam masalah banjir jakarta :
1. Hambatan sepanjang sungai
2. Urbanisasi dan Peningkatan Property/permukiman
3. Pembuangan limbah pada saluran
4. Institusional
5. Delta Area, tanah lunak
6. Sebagian wilayah di bawah muka air laut / muka air sungai
7. Kondisi 13 sungai
8. Penyedotan air dan amblesan
9. Pemanasan global dan Kenaikan Muka Air Laut
10. Luas Badan Air (Waterbody ratio)
11. Hidrologi 12. Kondisi Hidrogeologi (sumber : Penanganan banjir scr madani di Jakarta, diakses melalui http://bpbd.jakarta.go.id/article/detail/71)
https://mansarpost.files.wordpress.com/2015/02/jakarta‐banjir‐senin‐09‐februari‐2015.jpg
Penyusun :
Pusdatinmas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Jl. Pramuka Kav. 38 Kode Pos 13120 Lt. 12
www.bnpb.go.id
P.3
Gempabumi 7,1 SR dirasakan di Flores Timur Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia dan sembilan lempeng kecil saling bertemu di wilayah Indonesia dan membentuk jalur‐jalur pertemuan lempeng yang kompleks. Keberadaan interaksi antar lempeng ini menempatkan
wilayah Indonesia sebagai wilayah sangat rawan terhadap gempa bumi.
BMKG telah melaporkan terjadi gempa bumi 7,1 SR pada Ju’mat (27‐2‐2015) pukul 20.45 Wib. Pusat gempa di laut dengan kedalaman 572 km berada 104 km barat laut Flores Timur atau 129 km Timur Laut Sikka, Nusa Tenggara Timur. Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Posko BNPB telah mengkonfirmasi dampak gempa kepada BPBD. Berdasarkan peta guncangan, gempa dirasakan di beberapa wilayah Flores Timur bagian utara dengan intensitas IV‐V (sedang). Guncangan gempa juga dirasakan sedang di Sikka dan Kupang. Masyarakat di
Kabupaten Flores Timur, Kota Mataram dan sebagian Bali merasakan guncangan gempa lemah. Gempa 7,1 SR termasuk gempa berintensitas cukup besar, namun pusat gempa yang dalam yaitu 572 km maka tidak memberikan dampak yang merusak. Lokasi
gempa merupakan zona sesar aktif yang berada di sebelah utara Pulau Flores. Sesar tersebut mengalami perpanjangan hingga di sebelah timur laut Bali yang dikenal sebagai Flores back arc thrust (sesar naik belakang busur kepulauan Flores). Aktivitas dari sesar ini juga menyebabkan gempabumi banyak terjadi di utara kepulauan Sumbawa hingga Flores. Ancaman gempabumi di selatan maupun utara wilayah NTT. Distribusi gempabumi yang terjadi di selatan Sumbawa dan sekitarnya merupakan akibat aktivitas di zona subduksi lempeng Indo‐Australia yang menunjam di bawah lempeng Eurasia. Sedangkan di bagian utara adalah gempa dari aktivitas sesar aktif Flores back arc thrust. Melihat ancaman gempa tersebut, masyarakat dihimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya sebab gempa bumi tidak dapat diprediksi kapan dan di mana akan terjadi. Berdasarkan peta bahaya gempabumi tahun 2010 wilayah bahaya gempabumi kelas sedang dan tinggi memiliki luasan hampir 50% dari seluruh luas wilayah Indonesia. Sebanyak 148,4 juta jiwa atau 62,8% penduduk Indonesia terpapar ba‐haya gempabumi. Jumlah ini terdiri dari 6,6 juta terpapar bahaya kelas tinggi dan 141,8
juta jiwa terpapar kelas bahaya sedang.
Berdasarkan hasil perhitungan Kajian Risiko Bencana BNPB tahun 2011 jumlah penduduk kelompok rentan yang terpapar bahaya gempabumi kelas tinggi sejumlah 1,1 juta jiwa (2,82% dari total jumlah penduduk terpapar). Dari jumlah tersebut kelompok balita (0‐4) tahun memiliki proporsi yang paling besar yaitu sejumlah 740 ribu, kemudian kelompok lansia sejumlah 398 ribu, dan kelompok disabilitas sejumlah 49 ribu jiwa.
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat adalah provinsi yang paling sering mengalami kejadian bencana. Bulan ini bencana hidrometeorologi, yaitu puting beliung, banjir, dan tanah longsor, mendominasi kejadian bencana yang tersebar di Indonesia. Berdasarkan laporan dari berbagai wilayah, bencana puting beliung menjadi bencana paling banyak menimbulkan korban jiwa dan mengakibatkan kerusakan rumah. Bencana banjir menyebabkan banyak jiwa yang menderita.
7857
297
6
5
4
43
3
3
2
2
1
11
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
Rekapitulasi kejadian bencanaPeriode: 1 Januari - 28 Februari 2015
kejadian bencana472
Jumlah Kejadian Bencana
18 jiwa
90% korban yang menderita dan mengungsi diakibatkanoleh banjir
629 unit4.841
Rumah Rusak Sedang702 unit
Rumah Rusak Ringan3.510 unit
Rumah rusak
Rumah Rusak Berat
87% kerusakan rumah disebabkan oleh puting beliung.Lainnya disebabkan oleh tanah longsor (11%), gempabumi (1%), dan banjir (1%).
Persentase Kerusakan Rumah
409.069 jiwaMenderita dan Mengungsi
Persentase Korban yang Menderita dan Mengungsi
Jumlah Korban Meninggal & Hilang
< 15
> 3116 - 30
Jumlah kejadian
Banjir & Tnh. Longsor
TanahLongsor
BanjirPutingBeliung
2
55
6
Peta Kejadian Bencana Bulan Februari 2015
Data Kejadian Bencana Bulan Februari 2015
GempabumiBanjir
Tanah Longsor
Puting Beliung
223 kejadian
Info Bencana: Kejadian Bencana (Februari 2015)
Tanggal Pembuatan: 03/09/2015 www.dibi.bnpb.go.id per tanggal 1 Maret 2015 www.bnpb.go.id infoBNPBSumber: Website: FB: Twitter: @BNPB_Indonesia
Kebakaran Hutan & Lahan
Gempabumi
Banjir & Tnh. Longsor
Tanah Longsor
Banjir
Puting Beliung 88
68
61
4
1
1
Perbandingan Jumlah Kejadian BencanaBulan Januari & FebruariPeriode Tahun 2006 - 2015
Perbandingan Kejadian Bencana Banjir, Tanah Longsordan Puting BeliungBulan Januari & Februari Tahun 2014 - 2015
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Feb
Jan
243
223
130
35
90
6860
49
93
616652
60
88
Jan Feb Jan Feb
2014 2015
Banjir Tanah Longsor Puting Beliung