Download - intra industri.pdf
EFEK INTRA INDUSTRI ATAS PENGUMUMAN DELISTING PADA
PERUSAHAAN NON DELISTING DI BURSA EFEK INDONESIA
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Strata Satu
Jurusan Manajemen
Oleh :
ERWIS WISNAN SEPTIYANTO
2008210220
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2012
1
1
EFEK INTRA INDUSTRI ATAS PENGUMUMAN DELISTING PADA
PERUSAHAAN NON DELISTING DI BURSA EFEK INDONESIA
Erwis Wisnan Septiyanto
STIE Perbanas Surabaya
Email : [email protected]
Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya
ABSTRACT
Delisting is the removal of the effect from the list of securities listed on the stock
exchange, so that the effect can not be traded anymore in there. Delisted
companies is caused by an applications that is filled by listed companies and
delisted by stock exchenge because it doesn’t meet the listing requirements. This
research aims to test empirically the delisting announcement has the effect of
intra industry to non delisted companiesin similiar industries which was
considered as the contagion or competitive effects. The method of analysis used in
this study is one sample t-test. Based on the result of statistical test, it can be
concleded that delisting announcement has not the abnormal return and
significant level of liquidity of shares in non delisting firms in similiar industries.
The effect obtained is competitive effect, because of migration of delisting
company’s market share in non delsting because ofthe loss of a competitor that
has a positive effect for non delisting firms.
Key words: delisting, intra industry effect.
PENDAHULUAN
Perusahaan yang baru berdiri
maupun perusahaan yang akan
meningkatkan usahanya selalu
membutuhkan modal yang tidak
sedikit jumlahnya. Banyak alternatif
yang dapat ditempuh untuk
mendapatkan modal tambahan
tersebut, salah satu alternatif yang
bisa dipilih perusahan adalah dengan
cara listing di pasar modal. Bursa
efek memberikan banyak fasilitas
dan pelayanan atas perdagangan
komoditas, sedangkan pihak emiten
wajib memenuhi kewajiban finansial,
administratif, dan keterbukaan.
Dengan adanya hubungan tersebut,
maka salah satu pihak dapat
memutuskan hubungan setiap saat.
Jika pihak emiten merasa fasilitas
dan pelayanan yang diberikan oleh
bursa tidak lagi memenuhi tuntutan
para pemegang saham, emiten dapat
secara sukarela melakukan delisting
untuk mencari tempat lain bagi
perdagangan komoditasnya tersebut.
Sebaliknya dalam usaha menjaga
kualitas perdagangan di Bursa Efek
agar tidak menurun, jika pihak bursa
menilai bahwa emiten yang
bersangkutan tidak lagi memenuhi
kriteria untuk tetap dipertahankan di
Bursa, maka bursa dapat melakukan
delisting terhadap perusahaan
tersebut. Delisting adalah
penghapusan suatu surat penitipan
efek dari daftar efek yang tercatat di
2
Bursa, dapat terjadi karena
permohonan delisting SPEI yang
diajukan oleh perusahaan sponsor
dan yang kedua adalah didelisting
oleh Bursa. Dampak delisting
dirasakan oleh pemegang saham,
selain itu juga bisa dirasakan oleh
industri sejenis dan bursa secara
keseluruhan. Lang dan Stulz dalam
Rindu ( 2001 ) menjelaskan bahwa
perusahaan dalam satu industri
cenderung memperoleh efek dari
suatu pengumuman yang terjadi pada
perusahaan lain dalam industri
tersebut. Efek ini dinamakan efek
intra industri, yaitu adanya transfer
informasi dari perusahaan yang
mengumumkan suatu peristiwa
(reporter) kepada pihak lain yang
tidak mengumumkan suatu peristiwa
(non reporter) yang berada dalam
industri yang sama. Pengumuman
yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dapat direaksi positif
ataupun negatif oleh perusahaan non
reporter dalam industri yang sama.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji kembali mengenai
pengaruh pengumuman delisting
pada perusahaan non delisting,
mengingat ada perbedaan -perbedaan
atas penelitian terdahulu. Adapun
hal-hal yang coba dikaji kembali
adalah reaksi pasar seputar
pengumuman delisting, dan kenaikan
tingkat likuiditas saham perusahaan
non delisting.
RERANGKA TEORITIS DAN
HIPOTESIS
Efficiency Market Hyphotesis
Menurut Fama (1970) menyajikan
tiga macam bentuk utama dari
effisiensi pasar berdasarkan dari
bentuk informasi, yaitu:
Efisiensi pasar berbentuk lemah, jika
harga sekuritas tercermin secara
penuh dari informasi masa lalu.
Efisiensi pasar bentuk setengah kuat,
jika harga sekuritas secara penuh
mencerminkan semua informasi yang
dipublikasikan termasuk informasi
yang berada dilaporan keuangan
perusahaan emiten. Efisiensi pasar
bentuk kuat, jika harga sekuritas
secara penuh mencerminkan semua
informasi yang tersedia termasuk
informasi yang privat.
Delisting
Menurut Surat Keputusan Direksi
PT. Bursa Efek Indonesia Nomor :
Kep-00389/BEI/06-2009 tentang
Penghapusan Pencatatan ( Delisting )
Sertifikat Penitipan Efek Indonesia
( SPEI ) di Bursa pasal I.16, delisting
adalah adalah penghapusan SPEI dari
daftar SPEI yang tercatat di Bursa
sehingga SPEI tersebut tidak dapat
diperdagangkan lagi di Bursa.
Jenis-Jenis Delisting
Berdasarkan Surat Keputusan
Direksi PT. Bursa Efek Indonesia
Nomor : Kep-00389/BEI/06-2009
tentang Penghapusan Pencatatan
( Delisting ) SPEI pasal VIII.1,
delisting suatu SPEI dari daftar efek
yang tercatat di Bursa dapat terjadi
karena permohonan delisting SPEI
yang diajukan oleh perusahaan
sponsor dan delisting SPEI oleh
Bursa
Kriteria Delisting
Menurut Surat Keputusan Direksi
PT. Bursa Efek Indonesia Nomor :
Kep-00389/BEI/06-2009 tentang
Penghapusan Pencatatan ( Delisting )
SPEI oleh Bursa pasal VIII.3.1, maka
bursa akan melakukan delisting pada
perusahaan yang sekurang –
kurangnya mengalami satu kondisi
sebagai berikut (1) Perusahaan
Sponsor menjalani proses Delisting
di Bursa Efek Lain atau go private,
3
3
(2) Mengalami kondisi, atau
peristiwa, yang secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap
kelangsungan usaha Perusahaan
Sponsor, baik secara finansial, atau
secara hukum, atau terhadap
kelangsungan status Pencatatan
Perusahaan Sponsor di Bursa Efek
Lain atau terhadap kelangsungan
status sebagai perusahaan publik
sebagaimana ditentukan oleh otoritas
Pasar Modal negara asal, (3)
Perdagangan SPEI Perusahaan
Sponsor di Pasar Reguler dan Pasar
Tunai disuspen sekurang-kurangnya
selama dua puluh empat bulan
terakhir.
Prosedur Delisting
Menurut Surat Keputusan Direksi
PT. Bursa Efek Indonesia Nomor :
Kep-00389/BEI/06-2009 tentang
Prosedur Penghapusan Pencatatan
( Delisting ) SPEI oleh Bursa pasal
VIII.3.2, maka prosedur atau tahapan
– tahapan yang harus dilalui dalam
proses delisting adalah sebagai
berikut (1) Apabila terdapat indikasi
bahwa Perusahaan Sponsor
mengalami satu atau lebih kondisi
sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan VIII.3.1. diatas, maka
Bursa melakukan Dengar Pendapat
dengan Perusahaan Sponsor dan atau
Bank Kustodian, (2) Dalam hal
Bursa memutuskan untuk melakukan
Delisting, maka Bursa
memberitahukan keputusan akan
dilakukannya Delisting SPEI
Perusahaan Sponsor termasuk jadwal
pelaksanaanya kepada Perusahaan
Sponsor dan atau Bank Kustodian
yang bersangkutan pada Hari Bursa
yang sama diputuskannya Delisting
SPEI dimaksud dengan tembusan
kepada Bapepam dan LK, (3) Bursa
mengumumkan di Bursa mengenai
keputusan Delisting SPEI
Perusahaan Sponsor tersebut
termasuk jadwal pelaksanaan
Delisting SPEI Perusahaan Sponsor
yang bersangkutan. Pengumuman
dilakukan selambat-lambatnya pada
awal sesi I (satu) Hari Bursa
berikutnya setelah diputuskan
Delisting SPEI dimaksud, (4)
Apabila dipandang perlu Bursa dapat
melakukan Suspensi selama lima
Hari Bursa dan selanjutnya
diperdagangkan hanya di Pasar
Negosiasi selama dua puluh Hari
Bursa sebelum tanggal efektif
Delisting, (5) Delisting berlaku
efektif pada tanggal yang ditetapkan
oleh Bursa dalam keputusan
Delisting, dan diumumkan di Bursa.
Return Saham
Menurut Jogiyanto ( 2007: 434 )
Return merupakan tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh
investor pada masa mendatang atas
investasi yang dilakukan pada saat
ini dan merupakan salah satu faktor
yang mendorong investor untuk
berinvestasi.
AR = R(it) - E(Rit)
AR = Abnormal Return sekuritas ke-
i pada periode peristiwa ke-t
Rit = Return realisasi yang terjadi
untuk sekuritas ke-i pada
periode peristiwa ke-t
E (Rit) = Return ekspektasi sekuritas
ke-i pada periode peristiwa ke-t
Dalam perhitungan Expected Return,
Penelitian ini menggunakan Market
Adjusted Model. Berdasarkan
penjelasan diatas mengenai
pengumuman delisting dan efek intra
industrinya.
Efek Kompetitif dan Contagion
Menurut Lang dan Stulz (1992) Efek
contagion terjadi ketika perusahaan
lain yang berada dalam sub sektor
4
industri sejenis mengalami abnormal
return negatif atau perubahan nilai
yang merugikan dengan adanya
pengumuman yang negatif, sehingga
pengumuman yang negatif tersebut
memberikan indikasi kondisi industri
yang memburuk. Efek kompetitif
terjadi ketika perusahaan lain yang
berada dalam sub sektor industri
sejenis mengalami abnormal return
positif atau kenaikan nilai harga
saham disebabkan berkurangnya
pesaing dalam industri yang sama,
sehingga dapat meningkatkan pangsa
pasar pada perusahaan sejenis.
Likuiditas Saham
Tingkat likuiditas saham merupakan
faktor yang mempengaruhi kualitas
dari suatu pasar modal. Likuiditas
dapat berupa informasi mengenai
pola fluktuasi harga sekuritas dimasa
lalu atau fluktuasi volume
perdagangan. Informasi tersebut akan
mempengaruhi harga beli dan harga
jual sekuritas. Likuiditas suatu
sekuritas dapat ditinjau dari beberapa
faktor, yaitu jumlah order pembelian
atau penjualan sekuritas, volume
perdagangan sekuritas dan kecepatan
munculnya order baru yang berakibat
terganggunya keseimbangan
permintaan dan penawaran suatu
sekuritas (Francis,1991,pp.84-86).
Disimpulkan bahwa likuiditas saham
adalah ukuran mudah atau sukarnya
suatu saham dipasarkan, dalam hal
ini diukur dengan harga dan lamanya
waktu yang diperlukan untuk
menjual harga saham tersebut.
Likuiditas sekuritas dapat diukur
dengan besarnya spread antara harga
bid dan harga ask, sehingga semakin
kecil spread maka semakin tinggi
likuiditasnya.
Bid – Ask Spread
Tingkat likuiditas dilihat dari
perubahan bid – ask spread yang
merupakan selisih dari harga
permintaan dan harga penawaran
saham yang ditransaksikan. Bid price
merupakan harga beli tertinggi yang
mengakibatkan para pemegang
saham bersedia menjual saham.
Sedangkan ask price merupakan
harga jual terendah yang
menyebabkan para pemegang saham
bersedia membeli saham. Likuiditas
saham yang meningkat ditandai
dengan bid – ask spread sebuah
saham yang lebih rendah.
Trading Volume Activity Volume perdagangan saham sering
digunakan untuk melihat keadaan
pasar yang sedang membaik atau
memburuk akibat adanya perubahan
harga saham, aktivitas volume
perdagangan saham dapat dilihat
dengan memakai indikator Trading
Volume Activity ( TVA ). TVA =
∑ saham perusahaan i yang
diperdagangkan pada waktu t
∑ saham perusahaan i yang beredar
pada waktu t Berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah yang diajukan
dalam penelitian ini, maka hipotesis
yang dapat dibentuk:
H1 : Pengumuman delisting
mengakibatkan abnormal return
terhadap perusahaan non delisting
dalam industri sejenis.
H2: Pengumuman delisting
mengakibatkan perubahan tingkat
likuiditas saham terhadap perusahaan
non delisting dalam industri sejenis.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini
maka dapat diklasifikasikan sebagai
penelitian kausal. Sugiyono
(1999:12) menjelaskan penelitian
5
kausal adalah penelitian yang
menghubungkan variabel satu
dengan variabel lainnya. Bila ditinjau
dari tujuannya maka penelitian ini
merupakan penelitian verifikatif.
Penelitian verifikatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk
mengecek kebenaran hasil penelitian
terdahulu yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti maupun gabungan
penelitian dari beberapa orang
peneliti mengenai topik yang sama.
(Tandelilin, 2001 : 116). Bila dilihat
dari jenis datanya, penelitian ini
menggunakan data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah data yang diukur
dalam suatu skala numerik. Dan bila
dilihat dari dari sumber datanya,
penelitian ini menggunakan data
sekunder. Data sekunder merupakan
data yang telah dikumpulkan oleh
lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat
pengguna data.
Identifikasi Variabel
Berdasarkan kerangka pikir yang
telah disusun, variabel - variabel
yang dianalisis dalam penelitian ini
meliputi Reaksi Pasar yaitu
Abnormal Return (AR) dan tingkat
likuiditas saham yaitu Trading
Volume Activity ( TVA ).
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Sumber: data diolah
Pengumuman
Delisting
Sektor Industri
Perusahaan
Delisting
Perusahaan
Non Delisting
Tingkat Likuiditas Saham Abnormal Return
6
Populasi, Sampel, dan Teknik
Pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan adalah
semua saham yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 2006 –
2010. Selanjutnya proses pemilihan
sampel dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua bagian, yaitu proses
pemilihan sampel perusahaan
delisting dan sampel perusahaan non
delisting. Setelah seleksi perusahaan
delisting dilakukan, kemudian
ditentukan sampel bagi perusahaan
non delisting yang diseleksi. Teknik
yang digunakan untuk menentukan
sampel penelitian ini dengan
menggunakan purposive sampling
yaitu suatu teknik penetapan sampel
berdasarkan kesesuaian karakteristik
dengan kriteria pemilihan sampel
adalah (1) Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
perusahaan non delisting yang ada
dalam industri yang sama dengan
perusahaan yang didelisting di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2006
sampai dengan tahun 2010,
(2)Perusahaan yang delisted karena
melakukan merger akan dikeluarkan
dari sampel, karena perusahaan yang
melakukan merger sahamnya
dikonversi kedalam saham baru
perusahaan lain, (3) Perusahaan yang
tidak memiliki industri lain atau
perusahaan tunggal akan dikeluarkan
dari sampel, karena jika tidak ada
perusahaan lain maka analisis tidak
dapat dilakukan, (4) Jika dalam satu
sektor industri yang sama terdapat
lebih dari satu perusahaan delisting,
maka tanggal yang digunakan adalah
perusahaan yang lebih dahulu
terdelisted, (5) Perusahaan yang tidak
memiliki data yang lengkap akan
dikeluarkan dari sampel, karena jika
tidak ada data maka analisis tidak
dapat dilakukan, (6) Perusahaan non
delisting yang akan diseleksi terlebih
dahulu dikelompokan sesuai dengan
size perusahaan dengan ukuran total
aset yang sebanding dengan
perusahaan yang terkena delisting.
Perusahaan – perusahaan yang
masuk ke dalam kriteria penelitian
ini tercatat sebanyak 48 perusahaan.
TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk
menjelaskan tentang variabel-
variabel pengamatan yaitu Abnormal
Return (AR) dan Trading Volume
Activity ( TVA ) setiap perusahaan
non delisting yang dijadikan sampel
penelitian, dihitung selama event
window sejak lima hari bursa
sebelum tanggal efektif delisted (t-5)
hingga lima hari bursa setelah
delisted (t+5). Abnormal return yang
didapat dari return realisasi dikurangi
return ekspektasi selama event
window kemudian dihitung rata –
rata seluruh sampel untuk
mendapatkan besarnya Average
Abnormal Return per hari.
Sedangkan tingkat likuiditas saham
dihitung dari jumlah volume saham
yang diperdagangkan dibagi dengan
jumlah saham perusahaan yang
beredar di Bursa selama event
window kemudian dihitung rata –
rata seluruh sampel untuk
mendapatkan besarnya Average
Trading Volume Activity per hari.
Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis pertama untuk
mendeteksi abnormal return positif
atau negatif yang didapat setelah
pengumuman delisting. Langkah
pengujian dengan menggunakan One
Sample T-test dua sisi:
(1)Merumuskan hipotesis H0 : µ = 0
artinya pengumuman delisting tidak
7
mengakibatkan abnormal return
terhadap perusahaan non delisting
dalam industri sejenis dan Ha : µ ≠ 0
artinya pengumuman delisting
mengakibatkan abnormal return
terhadap perusahaan non delisting
dalam industri sejenis,
(b)Menentukan α sebesar 5 %,
(c)Menentukan daerah penerimaan
dan penolakan, (d) Melakukan uji
hipotesis, H0 diterima jika –tabel ≤ t
hitung ≤ t tabel atau Sig. > 0,05 dan
H0 ditolak jika t hitung < -t tabel
atau t hitung > t tabel atau Sig. < 0,05
(e) Menarik kesimpulan Apabila Ho
diterima berarti pengumuman
delisting tidak mengakibatkan
abnormal return terhadap
perusahaan non delisting dalam
industri sejenis dan Apabila Ho
ditolak berarti pengumuman delisting
mengakibatkan abnormal return
terhadap perusahaan non delisting
dalam industri sejenis.
Sedangkan pengujian
Hipotesis kedua untuk mendeteksi
kenaikan atau penurunan tingkat
likuiditas saham yang didapat setelah
pengumuman delisting. Langkah
pengujian dengan menggunakan One
Sample T-test dua sisi:
(1)Merumuskan hipotesis H0 : µ = 0
artinya pengumuman delisting tidak
mengakibatkan perubahan signifikan
tingkat likuiditas saham perusahaan
non delisting dalam industri sejenis
dan Ha : µ ≠ 0 artinya pengumuman
delisting mengakibatkan perubahan
signifikan tingkat likuiditas saham
perusahaan non delisting dalam
industri sejenis, (b) Menentukan α
sebesar 5 %, (c) Menentukan daerah
penerimaan dan penolakan,
(d)Melakukan uji hipotesis, H0
diterima jika –tabel ≤ t hitung ≤ t
tabel atau Sig. > 0,05 dan H0 ditolak
jika t hitung < -t tabel atau t hitung >
t tabel atau Sig. < 0,05 (e) Menarik
kesimpulan Apabila Ho diterima
berarti pengumuman delisting tidak
mengakibatkan perubahan tingkat
likuiditas saham perusahaan non
delisting dalam industri sejenis dan
Apabila Ho ditolak berarti
pengumuman delisting
mengakibatkan perubahan tingkat
likuiditas saham perusahaan non
delisting dalam industri sejenis.
ANALISIS DESKRIPTIF
Pada analisis deskriptif akan
dijelaskan gambaran variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
Analisis deskriptif pada hipotesis
pertama adalah abnormal return
yang merupakan selisih antara Actual
Return dengan Expected Return
saham i pada hari ke t. Pada gambar
2 dapat dilihat pergerakan Average
Abnormal Return saham perusahaan
– perusahaan non delisting selama
event window yaitu 11 hari bursa,
sebanyak 18,18% atau 2 hari bursa
mengalami Average Abnormal
Return negatif, yang menunjukan
bahwa Actual Return yang didapat
lebih rendah daripada Expected
Return saham tersebut dan sisanya
sebanyak 81,81% atau 9 hari bursa
mengalami Average Abnormal
Return positif, yang menunjukan
bahwa Actual Return yang didapat
lebih besar dari Expected Return
saham tersebut. Dengan nilai
maksimum pada t-3 sebesar 0,01034
dan nilai minimum pada t-1 sebesar –
0,00400.
8
Gambar 2
AAR Selama Event Window
Sumber: data diolah
Sedangkan analisis deskriptif
pada hipotesis kedua adalah tingkat
likuiditas saham yang dihitung dari
jumlah volume saham yang
diperdagangkan dibagi dengan
jumlah saham perusahaan yang
beredar di Bursa. Pada gambar 3
dapat dilihat pergerakan Average
Trading Volume Activity saham
perusahaan – perusahaan non
delisting selama event window yaitu
11 hari bursa, sebanyak 0% atau 0
hari bursa mengalami Average
Trading Volume Activity negatif,
yang menunjukan bahwa tidak
adanya penurunan transaksi
perdagangan saham perusahaan non
delisting tersebut dan sisanya
sebanyak 100% atau 11 hari bursa
mengalami Average Trading Volume
Activity positif, yang menunjukan
bahwa adanya peningkatan transaksi
perdagangan saham perusahaan non
delisting. Dengan nilai maksimum
pada t+5 sebesar 0,00199 dan nilai
minimum pada t-5 sebesar
– 0,00029.
Gambar 3
ATVA Selama Event Window
Sumber: data diolah
-0,00500
0,00000
0,00500
0,01000
0,01500
t – 5 t – 4 t – 3 t – 2 t – 1 t 0 t + 1 t + 2 t + 3 t + 4 t + 5
AAR
0
0,0005
0,001
0,0015
0,002
0,0025
t – 5 t – 4 t – 3 t – 2 t – 1 t 0 t + 1 t + 2 t + 3 t + 4 t + 5
ATVA
9
PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengujian Hipotesis Pertama
Pengujian ini dilakukan untuk
menguji hipotesis yang menyatakan
bahwa terdapat reaksi pasar sekitar
tanggal pengumuman delisting (5
hari sebelum sampai 5 hari sesudah)
yang diukur dengan abnormal return
pada perusahaan non delisting dalam
industri sejenis. Pengujian sampel
dilakukan menggunakan One Sample
T-test, uji t dua sisi yang digunakan
untuk mengetahui reaksi pasar positif
atau negatif yang terjadi selama
event window. Kemudian langkah –
langkah yang digunakan adalah
sebagai berikut: (a)Merumuskan
hipotesis H0 : µ = 0 artinya
pengumuman delisting tidak
mengakibatkan abnormal return
terhadap perusahaan non delisting
dalam industri sejenis dan
Ha : µ ≠ 0 artinya pengumuman
delisting mengakibatkan abnormal
return terhadap perusahaan non
delisting dalam industri sejenis,
(b)Menentukan α sebesar 5 %,
(c)Menentukan daerah penerimaan
Sumber: hasil uji SPSS, data diolah
dan penolakan, (d)Melakukan uji
hipotesis, H0 diterima jika –tabel ≤ t
hitung ≤ t tabel atau Sig. > 0,05 dan
H0 ditolak jika t hitung < -t tabel
atau t hitung > t tabel atau Sig. < 0,05
(e)Menarik kesimpulan Apabila Ho
diterima berarti pengumuman
delisting tidak mengakibatkan
abnormal return terhadap
perusahaan non delisting dalam
industri sejenis dan Apabila Ho
ditolak berarti pengumuman delisting
mengakibatkan abnormal return
terhadap perusahaan non delisting
dalam industri sejenis.
Hasil pengujian pada tabel 1dibawah
Menunjukkan bahwa bahwa dalam
11 hari event window, yang memiliki
rata – rata abnormal return positif
sebanyak 9 hari, sedangkan
abnormal return negatif sebanyak 2
hari ( t-1 sebesar -0,0040008, t+4
sebesar -0,0014407 ). Rata – rata
abnormal return positif dan
signifikan terdapat pada t-5 sebesar
0,00791392 dan pada t-3 sebesar
0,01034308, sedangkan abnormal
return positif dan tidak signifikan
Tabel 1
PENGUJIAN HIPOTESIS ABNORMAL RETURN
Periode AAR T hitung T tabel Signifikansi Kesimpulan
t – 5 0,00791 1,892 2,0117 0,065 H0 Diterima
t – 4 0,00039 0,166 2,0117 0,869 H0 Diterima
t – 3 0,01034 1,300 2,0117 0,200 H0 Diterima
t – 2 0,00630 1,232 2,0117 0,224 H0 Diterima
t – 1 -0,00400 -0,712 2,0117 0,480 H0 Diterima
t 0 0,00965 0,986 2,0117 0,329 H0 Diterima
t + 1 0,00524 1,163 2,0117 0,251 H0 Diterima
t + 2 0,00524 0,874 2,0117 0,387 H0 Diterima
t + 3 0,00638 -0,278 2,0117 0,782 H0 Diterima
t + 4 -0,00144 0,553 2,0117 0,583 H0 Diterima
t + 5 0,00195 0,558 2,0117 0,579 H0 Diterima
10
terdapat pada t0 sebesar 0,00965053,
t+1 sebesar 0,00524899, t+2 sebesar
0,00524899, t+5 sebesar 0,00195035.
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, menunjukkan bahwa nilai t
hitung untuk AAR pada t-1 sebesar
-0,712 yang berada diantara nilai t
tabel (±2,0117) dan berarti H0
diterima. Berdasarkan hasil tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa
pengumuman delisting tidak
mengakibatkan abnormal return
signifikan terhadap perusahaan non
delisting, berarti investor tidak
bereaksi ketika pengumuman
delisting terjadi. Pengumuman
delisting tidak direspon investor
karena investor telah mengetahui
rencana pengumuman delisting
sudah dilakukan jauh hari
sebelumnya, misalnya: mengalami
kerugian selama 3 tahun berturut-
turut, tidak membayar deviden
selama 3 tahun berturut-turut, dan
tidak melakukan perdagangan saham
selama 6 bulan terakhir berturut-turut.
Dikarenakan beberapa hal tersebut
maka pengumuman delisting bagi
investor tidak dianggap sebagai
sinyal dan informasi positif.
Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian ini dilakukan untuk
menguji hipotesis yang menyatakan
bahwa terdapat perubahan tingkat
perdagangan saham sekitar tanggal
pengumuman delisting (5 hari
sebelum sampai 5 hari sesudah) yang
diukur dengan trading volume
activity pada perusahaan non
delisting dalam industri sejenis.
Pengujian sampel dilakukan
menggunakan One Sample T-test, uji
t dua sisi yang digunakan untuk
mengetahui perubahan positif atau
negatif yang terjadi selama event
window. Kemudian langkah –
langkah yang digunakan adalah
sebagai berikut: (1)Merumuskan
hipotesis H0 : µ = 0 artinya
pengumuman delisting tidak
mengakibatkan perubahan signifikan
tingkat likuiditas saham perusahaan
non delisting dalam industri sejenis
dan Ha : µ ≠ 0 artinya pengumuman
delisting mengakibatkan perubahan
signifikan tingkat likuiditas saham
perusahaan non delisting dalam
industri sejenis, (b) Menentukan α
sebesar 5 %, (c) Menentukan daerah
penerimaan dan penolakan,
(d)Melakukan uji hipotesis, H0
diterima jika –tabel ≤ t hitung ≤ t
tabel atau Sig. > 0,05 dan H0 ditolak
jika t hitung < -t tabel atau t hitung >
t tabel atau Sig. < 0,05 (e) Menarik
kesimpulan Apabila Ho diterima
berarti pengumuman delisting tidak
mengakibatkan perubahan tingkat
likuiditas saham perusahaan non
delisting dalam industri sejenis dan
Apabila Ho ditolak berarti
pengumuman delisting mengakibatka
perubahan tingkat likuiditas saham
perusahaan non delisting dalam
industri sejenis. Hasil pengujian
hipotesis kedua pada tabel 2 dibawah
menunjukkan rata – rata trading
volume activity positif terjadi selama
event window, rata – rata trading
volume activity positif dan signifikan
terjadi selama 5 hari pada t-5
sebesar 0,00029, t-4 sebesar 0,00045,
t-1 sebesar 0,00081, t+1 sebesar
0,00085 dan t+4 sebesar 0,00050.
Ditarik kesimpulan bahwa nilai t
hitung TVA pada t-1 sebesar 2,094
yang bernilai lebih besar dari nilai t
tabel (±2,0117) berarti H0 ditolak,
dengan demikian pengumuman
delisting mengakibatkan perubahan
signifikan tingkat likuiditas saham
perusahaan non delisting sejenis.
11
Sumber: hasil uji SPSS, data diolah
Berdasarkan hasil tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa
pengumman delisting mengakibatkan
perubahan tingkat likuiditas saham
perusahaan non delisting dalam
industri sejenis. Perubahan signifikan
terjadi karena investor perusahaan
non delisting sudah mengetahui
rencana delisting sebelum resmi
diumumkan, misalnya: mengalami
kerugian selama 3 tahun berturut-
turut, tidak membayar deviden
selama 3 tahun berturut-turut, dan
tidak melakukan perdagangan saham
selama 6 bulan terakhir berturut-turut.
Dikarenakan beberapa hal tersebut
maka pengumuman delisting bagi
investor tidak dianggap sebagai
informasi positif sehingga investor
berlomba – lomba membeli saham
perusahaan lain yang tidak delisting
agar tidak mengalami kerugian. Hasil
pengujian yang dilakukan dalam
penelitian ini mengindikasikan
terdapat efek competitif yang terjadi
atas pengumuman delisting dapat
disebabkan berpindahnya pangsa
pasar perusahaan delisting ke
perusahaan non delisting karena
hilangnya perusahaan pesaing
sehingga berpengaruh positif bagi
perusahaan non delisting. Hal ini
menunjukkan bahwa setelah
pengumuman delisting investor
masih memperoleh return saham
yang lebih tinggi dari return yang
diharapkan serta meningkatnya
volume perdagangan saham selama
event window pengamatan.
KESIMPULAN,
KETERBATASAN, DAN SARAN
Berdasarkan analisis data dan
pengujian hipotesis yang telah
dilakukan terhadap variabel
abnormal return dan tingkat
likuiditas saham, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
(1)Pengumuman delisting tidak
mengakibatkan perubahan signifikan
pada abnormal return perusahaan
non delisting pada perusahaan
sejenis, akan tetapi efek contagion
terjadi pada sebelum pengumuman
delisting dan efek kompetitif terjadi
pada saat dan setelah pengumuman
delisting, dan (2)Pengumuman
delisting mengakibatkan perubahan
signifikan pada trading volume
activity perusahaan non delisting
pada perusahaan sejenis, efek
Tabel 2
PENGUJIAN HIPOTESIS LIKUIDITAS SAHAM
Periode ATVA T hitung T tabel Signifikansi Kesimpulan
t - 5 0,00029 2,280 2,0117 0,027 H0 Ditolak
t - 4 0,00045 2,757 2,0117 0,008 H0 Ditolak
t - 3 0,00108 1,309 2,0117 0,197 H0 Diterima
t - 2 0,00119 1,277 2,0117 0,208 H0 Diterima
t - 1 0,00081 2,094 2,0117 0,042 H0 Ditolak
t 0 0,00169 1,418 2,0117 0,163 H0 Diterima
t + 1 0,00085 2,087 2,0117 0,042 H0 Ditolak
t + 2 0,00140 1,959 2,0117 0,056 H0 Diterima
t + 3 0,00150 1,656 2,0117 0,104 H0 Diterima
t + 4 0,00050 2,162 2,0117 0,036 H0 Ditolak
t + 5 0,00199 1,835 2,0117 0,073 H0 Diterima
12
kompetitif terjadi pada saat event
window pengumuman delisting.
Dari kesimpulan diatas dapat
dijelaskan bahwa pengumuman
delisting tidak direaksi oleh
perusahaan non delisting yang berada
pada sub sektor industri yang sama.
Artinya terdapat efek intra industri
atas pengumuman delisting.
Abnormal return negatif namun tidak
signifikan terjadi sebelum
pengumuman delisting,
mengindikasikan adanya kebocoran
informasi bahwa investor perusahaan
non delisting sudah mengetahui
rencana delisting sebelum resmi
diumumkan pada masyarakat.
Terdapatnya abnormal return positif
namun tidak signifikan,
menunjukkan bahwa perusahaan non
delisting yang berada dalam
subsektor industri sejenis
mendapatkan efek kompetitif atas
pengumuman tersebut.
Sedangkan penjelasan kesimpulan
dari variabel tingkat likuiditas saham
adalah pengumuman delisting
direaksi oleh perusahaan non
delisting yang berada pada sub sektor
industri yang sama, karena terdapat
abnormal trading volume activity
positif namun tidak signifikan yang
mengindikasikan adanya kebocoran
informasi bahwa investor perusahaan
non delisting sudah mengetahui
rencana delisting sebelum resmi
diumumkan sehingga investor
berlomba – lomba membeli saham
perusahaan lain yang tidak delisting
agar tidak mengalami kerugian.
Terdapatnya abnormal trading
volume activity positif yang
signifikan, menunjukkan bahwa
perusahaan non delisting yang berada
dalam subsektor industri sejenis
mendapatkan efek kompetitif atas
pengumuman tersebut. Efek
kompetitif adalah efek yang terjadi
atas pengumuman delisting serta
dapat memberikan peluang bagi
perusahaan non delisting untuk
meningkatkan keuntungan bagi
perusahaannya dikarenakan
berkurangnya pesaing dalam
subsektor industri sejenis.
Adapun yang dijadikan keterbatasan
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1)Periode penelitian ini
hanya lima tahun, sehingga hasil
penelitian ini masih belum dapat
menjelaskan secara sempurna
mengenai kandungan informasi dari
pengumuman delisting pada jangka
panjang, (2)Perusahaan non delisting
yang masuk dalam sampel penelitian
ada yang hanya satu perusahaan,
sehingga terjadi ketidakseimbangan
proporsi sampel antara industri yang
sama. Misalnya, sub sektor industri
konstruksi yang hanya terdiri dari
perusahaan petrosea, sedangkan sub
sektor property and real estate yang
terdapat enam perusahaan non
delisting yang masuk seleksi sampel.
Saran yang dapat diberikan dari
penelitian ini untuk penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut:
(1) Investor tidak perlu khawatir
dengan adanya pengumuman
delisting, karena hanya menimbulkan
reaksi sesaat, (2) Diharapkan pada
penelitian selanjutnya untuk sampel
perusahaan sebaiknya ditentukan
minimal perusahaan non delisting
yang diambil pada tiap – tiap industri
yang sama, (3) Diharapkan pada
penelitian selanjutnya, variabel
pengukuran tingkat likuiditas saham
tidak hanya dihitung dengan trading
volume activity saja namun ditambah
dengan pengukuran bid dan ask
spread.
13
DAFTAR RUJUKAN
Chandy, P.R., Salil K. And Nirajan
Tripathy. 2004. Empirical
Evidence on the Effects of
Delisting from the National
Market System. Journal of
Economics and Finance, Volume
28 Number 1. Spring 2004.
Eduardus Tandelilin. 2001. Analisis
Investasi dan Manajemen
Portofolio. Edisi Pertama.
Yogyakarta : BPPE.
Foster, George. 1986. Financial
Statement Analysis. New Jersey :
Prentice Hall, Englewood Cliffs
Imam Ghozali. 2009. Aplikasi
Analisis Multivariate Dengan
Program SPSS. Semarang:
Badan penerbit Universitas
Diponegoro.
Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio
dan Analisis Investasi, Edisi
Kedua. BPFE-UGM.
Yogyakarta.
_______, 2007. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Dosen
Fakultas Ekonomi Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Lang, Larry H.P. And Rene M. Stulz.
1992. Contagion and
Competitive Intra Industry
Effects of Bankcruptcy
Announcements. Journal of
Financial Economics. Vol. 32,
PP. 45-60
Luciana Almilia., & Emanuel, K.,
2005. “Analisis Kandungan
Informasi dan Efek Intra Industri
Pengumuman Stock Split yang
dilakukan oleh Perusahaan
bertumbuh dan tidak
bertumbuh”. Journal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia, Vol. 20.
hal 0215-0248.
Panchapagesan, Venkatesh dan
Werner, Ingrid M. 2004. From
Pink Slips to Pink Sheets :
Market Quality Around
Delisting from Nasdaq.
Rindu Rika Gamayuni . 2001. “Efek
Intra Industri Atas Pengumuman
Delisting StudiEmpiris Di Bursa
Efek Jakarta”. Simposium
Nasional Akutansi IV. Hal 287-
304.
Surat Keputusan Direksi PT. Bursa
Efek Jakarta Nomor : Kep-
00389/BEI/06-2009 tentang
Penghapusan Pencatatan
(Delisting) dan Pencatatan
Kembali (Relisting) Saham di
Bursa.
14
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : Erwis Wisnan Septiyanto
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 13 September 1991
Alamat Rumah : Perumahan Sumput Asri BU-23 Driyorejo Gresik
No. Telp : 085648243166
Perguruan tinggi : STIE Perbanas Surabaya
Program Studi : Strata 1
Jurusan : Manajemen
NIM : 2008210220
Alamat Perguruan Tinggi : Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya
RIWAYAT PENDIDIKAN
Sekolah / Universitas Tahun
STIE PERBANAS SURABAYA 2008-2012
SMAN 1 DRIYOREJO 2005-2008
SMPN 1 DRIYOREJO 2002-2005
SDN 1 SUMPUT 1996-2002
PENGALAMAN ORGANISASI
Keterangan Periode
SEKRETARIS II UKM ENGLISH CLUB STIE
PERBANAS SURABAYA 2010 - 2011
SIE PERLENGKAPAN UKM ENGLISH CLUB STIE
PERBANAS SURABAYA 2009 - 2010
KARYA ILMIAH
Keterangan Periode
Studi Kelayakan Bisnis “ Selai Lidah Buaya ” 2011
PKM-P Efek Intra Industri Atas Pengumuman Delisting
Pada Perusahaan Non Delisting Di Bursa Efek Indonesia 2012
Efek Intra Industri Atas Pengumuman Delisting Pada
Perusahaan Non Delisting Di Bursa Efek Indonesia 2012