Download - Iodi dan Iodo & Permangano baru(6).ppt
Oksidasi Reduksi
Oksidasi mengacu pada setiap
perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi Reduksi
digunakan untuk setiap penurunan bilangan
Iodimetri
Iodimetri merupakan titrasi redok yang melibatkan titrasi langsung I2 dmn
menggunakan larutan iodium sebagai pentiter Pada umumnya
larutan I2 distandarisasi dengan menggunakan standar primer As2O3, As2O3 dilarutkan dalam natrium hidroksida dan kemudian dinetralkan dengan penambahan asam
Pembuatan larutan Iodine
Disebabkan kelarutan iodine dalam air nilainya kecil malarutan I2 dibuat dengan melarutkan I2 dalam larutan KI, dengan demikian dalam keadaan sebenarnya yang dipakai untuk titrasi adalah larutan I3-.
I2 + I- I3-
Untuk tepatnya, semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iod seharusnya ditulis dengan I3
- dan bukan dengan I2
I3- + 2S2O32- 3I- +
S4O62-
akan lebih akurat daripada:
I2 + 2S2O32- = 2I- + S4O6
2-
I3- + 2S2O32- 3I- +
S4O62-
akan lebih akurat daripada:
I2 + 2S2O32- = 2I- + S4O6
2-
Titrasi iodimetri dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran asam lemah sampai basa lemah.
Pada pH tinggi (basa kuat) maka iodine dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoiodat.I2 + 2OH- <-> IO3- + I- + H2O
Sedangkan pada keadaan asam kuat maka amilum yang dipakai sebagai indicator akan terhidrolisis, selain itu pada keadaan ini iodide (I-) yang dihasilkan dapat diubah menjadi I2 dengan adanya O2 dari udara bebas, reaksi ini melibatkan H+ dari asam.4I- + O2 + 4H+ -> 2I2 + 2H2O
Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri.
Iodium juga memberi warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi.
Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium.
Iodometri
Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator
Ex :besi III, tembaga II,
dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukn dengan menggunakan larutan baku tiosulfat .
Oksidator + KI → I2 + 2eI2 + Na2 S2O3 → NaI + Na2S4O6
Atau dasar reaksiIO3
- + 5 I- + 6H+ -> 3I2 + H2O
I2 + 2 S2O32- -> 2I- + S4O6
2-Setiap mmol IO3- akan menghasilkan
3 mmol I2 dan 3 mmol I2 ini akan tepat bereaksi dengan 6 mmol S2O3
2- (ingat 1 mmol I2 tepat bereaksi dengan 2 mmol S2O3
2-) sehingga mmol IO3
- ditentukan atau setara dngan 1/6 mmol S2O3
2-.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi
Iodometri
Penambahan amilum sebaiknya dilakukan saat menjelang
akhir titrasi, dimana hal ini ditandai dengan warna larutan menjadi kuning muda (dari oranye sampai coklat akibat terdapatnya I2 dalam jumlah banyak)
Alasannya 1 kompleks amilum-I2 terdisosiasi
sangat lambat akibatnya maka banyak I2 yang akan terabsorbsi oleh amilum jika amilum ditambahkan pada awal titrasi amilum
Alasan 2 adalahBiasanya iodometri dilakukan pada media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya hidrolisis
Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya oksidasi iodide oleh udara bebas.
Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri sangat diwajibkan untuk menghindari penumpukan tiosulfat pada area tertentu.
Penumpukkan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan belerang.
Terbentuknya reaksi ini dapat diamati dengan adanya belerang dan
larutan menjadi bersifat koloid (tampak keruh oleh kehadiran S).S2O32- + 2H+ -> H2SO3 + S
Pntng
Penting
Pastikan jumlah iodide yang ditambahkan adalah berlebih sehingga semua analit tereduksi, dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodide tidak akan mengganggu jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera maka I- dapat teroksidasi oleh udara menjadi I2.
Menstandarisasi larutan tiosulfat
Tiosulfat yang dipakai dalam titrasi iodometri dapat distandarisasi dengan menggunakan senyawa oksidator yang memiliki kemurnian tinggi (analytical grade) seperti K2Cr2O7, KIO3, KBrO3, atau
senyawaan tembaga(II)
Metoda titrimetri dg larutan standard KMnO4
TE ditunjukkan oleh perubahan warnanya sendiri
ungu jambon tidak berwarna.
Permanganometri adalah penetapan kadar zat
berdasarkan hasil oksidasi dengan KMnO4. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi
ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung
dalam suasana asam, netral dan alkalis.
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn 2+ + 4H2O
Penggunaan KMnO4
1.SUASANA ASAM 0,1 N MnO4
- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O
MnO4- + 8H3O+ + 5e- Mn2+ + 12H2O
Mn7+ Mn2+ n = 5 Eo = 1,51 volt
2.SUASANA NETRAL MnO4
- + 4H3O+ + 3e- MnO2 + 6H2O
Mn7+ MnO2 n = 3 Eo = 0,1695 volt
3. SUASANA BASA KUAT MnO4
- + e- MnO42- n = 1 Eo = 0,564
volt
Larutan (standrd 1o) utk standardisasi KMnO4 :
Oksalat, Naoksalat (banyak digunakan)
As2O3, K4[Fe(CN)6]3H2O, logam besi dll
STANDARDISASI KMnO4
Hal yang perlu diperhatikan dalam Permanganometri
Adanya Reaksi samping dalam Titrasi Permanganometri sehingga akan mempengaruhi penggunaan titran
anlisa menjadi tidak akuratContoh : pada penetapan Ferro dg permanganat.
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ +
4H2O
Dari persamaan reaksi ion H+ dibutuhkan harus dilakukan dalam suasana asam
Namun sifat dari asam yang menghasilkan H+ sangat berarti
Dalam praktek asam yang tepat dan benar digunakan Asam sulfat Bagaimana kalau digunakan HCl?
Reaksi yang terjadi dg adanya HCl
10Cl- + 2 MnO4- + 16H+ 2Mn2+ + 8H2O + 5Cl2
Terlihat kebutuhan permanganat menjadi lbh banyakkarena dibutuhkan untuk reaksi samping
Klor yang terbentuk dalam reaksi harus mengoksidasi Fe2+ mengikuti reaksi
2Fe2+ + Cl2 2 Fe3+ + 2 Cl-
Jika semua klor ada di larutan, banyaknaya besi yang teroksidasi ekivalen dengan banyaknya permanganat yg diperlukan dlm pembentukan reaksi samping Cl2.
Namun dalam praktek beberapa klor menguap dan ini
Mengakibatkan penggunaan permanganat menjadi lbh
Banyak.