Download - ipi188884.pdf
-
Perilaku Belajar Mahasiswa Akuntansi: Aktivis, Hedonis Dan
Study Oriented
Oleh:
Handyka Galuh Iriana Putra
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku belajar mahasiswa akuntansi yang ada di Jurusan Akuntansi Universitas Brawijaya. Peneliti mengkategorikan mahasiswa yang ada di jurusan akuntansi menjadi tiga yaitu: aktivis, hedon dan study oriented. Data yang digunakan adalah data primer diperoleh dengan menggunakan metode wawancara. Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang berusaha mengungkapkan fenomena perilaku belajar tiga jenis mahasiswa mahasiswa akuntansi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa study oriented mempunyai perilaku belajar yang berbeda dengan mahasiswa aktivis dan hedon. Dan dari perbedaan perilaku belajar itu mahasiswa study oriented mempunyai nilai akademik yang lebih baik.
Kata kunci: perilaku belajar, aktivis, hedon, study oriented, IPK.
A. Pendahuluan
Pengertian belajar itu sendiri, salah satunya adalah suatu usaha atau
kegiatan, yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,
mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan serta
keterampilan dan sebagainya (Dalyono, 2012:49). Lebih lanjut Dalyono juga
menjelaskan bahwa Belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan
harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan
dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup, dengan kata lain melalui
belajar dapat memperbaiki nasib, menggapai cita-cita yang didambakan.
-
Prestasi belajar mahasiswa adalah hasil penilaian dari kegiatan belajar
yang telah dilakukan dan merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh
dosen untuk melihat sampai dimana kemampuan mahasiswa yang dinyatakan
dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan
hasil yang sudah dicapai. Prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat dari Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK) yang diperoleh mahasiswa. Namun, untuk mendapatkan
prestasi belajar yang baik bukanlah hal yang mudah, tetapi membutuhkan usaha
yang optimal (Singgih, 2012).
Menurut Hamalik (2010:77) pendidikan dikatakan berkualitas bila proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, efektif, efisien dan ada interaksi
antara komponen-komponen yang terkandung dalam sistem pengajaran yaitu
tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik atau mahasiswa, tenaga
kependidikan atau dosen, kurikulum, strategi pembelajaran, media pengajaran dan
evaluasi pengajaran. Dengan adanya sinergi antara komponen-komponen dalam
dunia pendidikan maka akan tercipta kualitas peserta didik yang sesuai dengan
tuntutan era globalisasi saat ini.
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
mahasiswa pendidikan akuntansi dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Menurut Slameto (2010:54), terdapat dua faktor yang
mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
antara lain fisik/jasmani, kematangan fisik, kelelahan, psikologi berupa bakat,
minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif maupun prestasi. Faktor
eksternal meliputi lingkungan alam, lingkungan keluarga (cara orang tua
mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), lingkungan sekolah
(metode mengajar, media pembelajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, standar pelajaran di
atas ukuran, metode belajar, tugas rumah), dan lingkungan masyarakat (kegiatan
siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Individu dalam belajar memiliki berbagai macam cara, ada yang belajar
dengan cara mendengarkan, ada yang belajar dengan membaca, serta belajar
-
dengan cara menemukan. Cara belajar peserta didik yang beraneka ragam tersebut
dikenal sebagai gaya belajar (learning style) yang dipengaruhi oleh pengalaman,
jenis kelamin, etnis dan secara khusus melekat pada individu. Mahasiswa yang
memahami kecenderungan gaya belajarnya atau kecenderungan gaya belajarnya
mirip dosen pengampu, akan memiliki IPK yang tinggi (Pujiningsih, 2009).
Berdasarkan data yang diperoleh dari (www.siska.fe.ub) jumlah
mahasiswa S-1 jurusan akuntasi Universitas Brawijaya semester ganjil tahun
ajaran 2011/2012 sebanyak 1124 mahasiswa dan mayoritas berasal dari luar
daerah. Perbandingan prosentasenya 34,53% berasal dari Malang, 44,54% Jawa
Timur (selain Malang), 8,52% P.Jawa (selain Jatim) dan sisanya 12,41% berasal
dari luar P.Jawa. Dari perbedaan asal usul mereka maka kebiasaan tiap mahasiswa
pun juga berbeda dari mulai cara belajar, pola makan, istirahat, bermain ataupun
berorganisasi. Mereka tidak lagi diawasi oleh orangtua masing-masing tetapi
mereka diberi kebebasan untuk mengatur waktu sebaik-baik mungkin. Hal
tersebut juga dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses belajar. Dan
dari berbagai latar belakang mahasiswa yang berbeda tersebut akan menciptakan
tipe atau kelompok mahasiswa yang berbeda juga.
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena
belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari
proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu
kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung
pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Belajar tidak hanya dapat
dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah
ataupun di lingkungan masyarakat
Konsep tentang belajar yang disampaikan oleh beberapa peneliti:
1. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Menurut pengertiaan ini, belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar
bukan suatu suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan
kelakuan (Hamalik, 2010:27).
-
2. Belajar menurut pandangan Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang
belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak
belajar maka responnya menurun (Dimyati, 2006:9).
3. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2010:2).
4. Belajar adalah segenap kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan secara
penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai
pemahaman tentang alam semesta, kehidupan masyarakat, perilaku
manusia, gejala bahasa dan perkembangan sejarah (Gie, 1998:7).
Proses belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri
siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena
menurut Syah (2005:116) perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri
perwujudan yang khas antara lain:
a. Perubahan Intensional
Perubahan dalam proses belajar adalah karena pengalaman atau praktek
yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari
bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan,
kebiasaan dan keterampilan.
b. Perubahan Positif dan aktif
Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan
serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang
lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut
terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.
c. Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat
tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya
perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila
dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.
-
Apapun tujuan yang ingin dicapai melalui belajar di perguruan tinggi,
akhirnya tujuan tersebut harus dicapai dalam bentuk unit kegiatan belajar-
mengajar yang disebut kuliah. Kuliah merupakan bentuk interaksi antara dosen,
mahasiswa dan pengetahuan. Pemahaman dan persepsi mengenai hubungan ketiga
faktor tersebut sangat menentukan keberhasilan proses belajar. Kuliah merupakan
kegiatan yang membedakan pendidikan formal dan nonformal. Namun hal yang
perlu dicatat adalah bahwa kuliah bukan satu-satunya sumber pengetahuan dan
bukan satu-satunya kegiatan belajar. (Suwardjono, 2004) berusaha memberikan
pandangannya mengenai perilaku mahasiswa di perguruan tingi.
Menurut Suwardjono (2004) perilaku belajar yang baik terdiri dari:
1. Kebiasaan Mengikuti Pelajaran
Kebiasaan mengikuti pelajaran adalah kebiasaan yang dilakukan
mahasiswa pada saat pelajaran sedang berlangsung. Mahasiswa yang
mengikuti pelajaran dengan tertib dan penuh perhatian serta dicatat
dengan baik akan memperoleh pengetahuan lebih banyak. Kebiasaan
mengikuti pelajaran ini ditekankan pada kebiasaan memperhatikan
penjelasan dosen, membuat catatan, dan keaktifan di kelas.
2. Kebiasaan Membaca Buku
Kebiasaan membaca buku merupakan merupakan ketrampilan membaca
yang paling penting untuk dikuasai mahasiswa. Kebiasaan membaca
harus dibudidayakan agar pengetahuan mahasiswa dapat bertambah dan
dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mempelajari suatu
pelajaran.
3. Kunjungan ke Perpustakaan
Kunjungan ke perpustakaan merupakan kebiasaan mahasiswa
mengunjungi perpustakaan untuk mencari referensi yang dibutuhkan agar
dapat menambah wawasan dan pemahman terhadap pelajaran. Walaupun
pada dasarnya sumber bacaan bisa ditemukan dimana-mana, namun
tempat yang paling umum dan memiliki sumber yang lengkap adalah
perpustakaan.
4. Kebiasaan Menghadapi Ujian
-
Kebiasaan menghadapi ujian merupakan persiapan yang biasa dilakukan
mahasiswa ketika akan menghadapi ujian. Setiap ujian tentu dapat
dilewati oleh seorang siswa dengan berhasil jika sejak awal mengikuti
pelajaran, siswa tersebut mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, siswa harus menyiapkan diri dengan belajar secara teratur,
penuh disiplin, dan konsentrasi pada masa yang cukup jauh sebelum ujian
dimulai.
Perilaku belajar perlu dikembangkan sedikit demi sedikit agar tercipta pola
perilaku belajar yang ideal. Perilaku belajar yang baik menurut beberapa ahli
dapat dikembangkan dengan beberapa cara antara lain:
1. Menyusun rencana belajar
Setiap siswa atau mahasiswa pasti memiliki keinginan agar belajarnya dapat
berhasil dengan baik, untuk itu mereka berusaha sedapat mungkin
menggerakkan segala daya yang ada agar berhasil mencapai tujuan. Rencana
belajar besar manfaatnya dan menjadi keharusan bagi setiap siswa atau
mahasiswa (Suryabrata, 1990:52). Manfaat rencana belajar yang baik
menurut Hamalik (2010,31-32) adalah menjadi pedoman dan penuntun dalam
belajar serta menjadi pendorong dalam belajar, sehingga perbuatan belajar
menjadi lebih teratur dan lebih sistematis. Program yang telah dibuat akan
merangsang siswa untuk belajar. Selain itu, rencana belajar sebagai alat bantu
dalam belajar yang akan membentu siswa untuk mengontrol, menilai, dan
memeriksa sampai dimana tujuan belajar itu tercapai, sehingga menimbulkan
usaha-usaha untuk memperbaiki cara belajarnya.
2. Menyusun jadwal belajar
Menyusun jadwal belajar pada umumnya adalah belajar sedikit demi sedikit
tetapi konsisten. Hal ini lebih baik daripada belajar dengan materi banyak
secara langsung. Pada umumnya setiap mahasiswa menyediakan waktu untuk
dua macam kegiatan, yaitu mengikuti kuliah dan praktik (kalau ada) di
kampus serta belajar di luar kuliah dan praktikum. Seringkali mahasiswa
hanya belajar pada saat akan ada quis dan ujian saja, sehingga kadang-kadang
hasilnya jauh dari yang diharapkan, bahkan materi kuliah yang dipelajari
-
dalam waktu semalam akan kurang bertahan dalam ingatan dibandingkan
dengan jika dipelajari sedikit demi sedikit (Suryabrata, 1990:54).
3. Penggunaan waktu belajar
Penggunaan waktu belajar ada dua hal, yaitu alokasi waktu untuk masing-
masing materi kuliah dan waktu untuk menyiapkan dan mengulang materi
kuliah. Penggunaan waktu ini untuk masing-masing mahasiswa akan
memiliki perbedaan antara mahasiswa satu dengan yang lainnya.
4. Disiplin belajar
Disiplin belajar akan membuat seseorang memiliki kecakapan mengenai cara
belajar dan juga merupakan proses ke arah pembentukan watak yang baik.
Cara belajar dapat dimiliki oleh siswa atau mahasiswa dengan latihan yang
teratur dan sungguh-sungguh. Kalau cara belajar yang baik telah menjadi
kebiasaan maka tidak ada lagi anjuran-anjuran dari guru atau dosen yang
harus selalu diperhatikan sewaktu belajar (Gie, 1998:15). Dengan memiliki
disiplin belajar yang baik, nanti akan memberikan hasil yang memuaskan
pada setiap usaha belajar kita. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti
dan dikuasai dengan sempurna serta ujian dapat dilalui dengan berhasil.
Secara sederhana kita bisa membagi karakterisktik mahasiswa ke dalam 3
jenis. Pertama, study oriented. Orang-orang yang mementingkan kuliah dan
kurang berminat bergabung dengan organisasi. Kedua, hedonis. Mereka dikenal
sebagai anak-anak yang mementingkan kenikmatan dan kesenangan. Dan yang
ketiga, tipe aktivis, yakni orang-orang yang memiliki idealisme akan sebuah
perubahan dan biasanya tergabung dalam suatu organisasi.
Jika melihat realita dan kondisi yang terjadi saat ini di beberapa
universitas di Indonesia. (Ahmed, 2010) mengkategorikan kelompok mahasiswa
ke dalam kategori sebagai berikut:
Study Oriented
Dari zaman dahulu hingga sekarang kata mahasiswa ideal hampir selalu
dikonotasikan dengan sosok cerdas yang memiliki IP (Indeks Prestasi) 3,00 ke
atas, pendiam, rapi, berkacamata membawa tas besar dan diktat serta cenderung
menutup diri dan kurang akrab dengan masyarakat, baik itu masyarakat kampus
-
maupun masyarakat tempat tinggal. Yang mereka tahu hanya kampus/kost tempat
tinggal dan perpustakaan. Mahasiswa jenis ini sering disebut mahasiswa study
oriented, yaitu mahasiswa yang orientasinya dalam kuliah adalah bagaimana
caranya agar cepat lulus dengan IPK yang tinggi dan cepat bekerja tanpa peduli
(apatis) terhadap dinamika civitas akademika di lingkungan masyarakat kampus
atau di lingkungan masyarakat dimana dia berada. Hampir tidak pernah
mahasiswa jenis ini aktif dalam kegiatan kemahasiswaan apalagi mengikuti
organisasi kemahasiswaan.
Hedonis
Hedonisme mengutip dari Pospoprodijo (1999:60), Juwita Anggraeni
mengemukakan kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang
baik yang tertinggi. Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi
kebahagiaan. bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif
yang memerintah manusia, dan beliau mengatakan juga bahwa kesenangan dan
kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan kemakmuran
pada umumnya dari seluruh masyarakat..
Aktivis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,2002), pengertian
aktivis adalah individu atau sekelompok orang (terutama anggota politik, sosial,
buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan) yang bekerja aktif mendorong
pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya. Artinya, dari
defenisi di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa aktivis merupakan orang yang
bergerak untuk melakukan sebuah perubahan dan memiliki wadah sebagai alat
untuk mencapai tujuan perubahan tersebut.
Sebagai seorang mahasiswa, menjadi aktivis adalah sebuah panggilan
moral. Mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control sebenarnya
adalah penyambung lidah rakyat. Konsekuensinya, tugas mahasiswa tidak hanya
belajar dan sibuk dengan tugas-tugas, melainkan juga membumi ke masyarakat.
Hal ini sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menyiratkan aspek
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dari konsep ini dapat
terlihat jelas bahwa ruang lingkup mahasiswa adalah studi dan masyarakat.
-
B. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku belajar tiga
jenis mahasiswa Akuntansi yang sebelumnya telah peneliti kategorikan ke dalam
tiga jenis mahasiswa yaitu: aktivis, hedonis, dan study oriented. Penelitian yang
dilakukan termasuk kategori penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2011) adalah sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
C. Hasil penelitian
Berdasarkan diskusi dan asumsi pertimbangan yang matang maka peneliti
merumuskan fakta-fakta mengenai ciri-ciri yang membedakan antara ketiga tipe
mahasiswa sebagai objek penelitian sebagai berikut :
No. Aspek Pembeda Study Oriented Aktivis Hedonis1. Nilai Indeks
Prestasi Kumulatif
Lebih dari 3,5 atau cumlaude
Diatas 3 sampai 3,5
Dibawah 3 sampai diatas 3
2. Penggunaan waktu di kampus
Jarang Sering Jarang
3. Kegiatan di kampus
Hanya belajar dan ke kampus kalau ada kuliah dan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan akademis saja
Aktif di kegiatan himpunan dan lainnya
Hanya belajar saat jam kuliah Hanya ke kampus saat kuliah dan kegiatan diluar jam perkuliahan saja
4. Frekuensi kegiatan di luar kampus
Sedikit Sering Sering
5. Aktivitas apa yang dilakukan di luar kampus
Belajar dan lebih banyak menghabisan waktu di rumah/kos
Ikut organisasi dan kegiatan lainnya
kegiatan yang sedikit hubungannya dengan kegiatan akademis
Sumber: data primer (diolah)
Aspek pembeda antara ketiga mahasiswa beserta alasannya sebagai
berikut:
-
1. Aspek pertama tentang nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), peneliti
memandang bahwa mahasiswa tipe study oriented mempunyai IPK diatas
3,5 atau cumlaude sedangkan mahasiswa aktivis IPKnya berkisar antara 3-
3,5 dan mahasiswa hedonis antara dibawah 3 dan diatas 3.
2. Aspek kedua tentang penggunaan waktu ke kampus peneliti mempunyai
pandangan jika mahasiswa study oriented jarang ke kampus karena
mereka ke kampus pada saat ada kuliah saja begitu juga mahasiswa
hedonis sedangkan aktivis bisa dilihat dari frekuensi mereka yang
waktunya banyak di kampus dikarenakan mereka di kampus tidak hanya
kuliah saja tetapi juga aktif sebagai pengurus dan kegiatan himpunan.
3. Dari kegiatan apa yang mereka lakukan di kampus peneliti dapat
menggolongkan mahasiswa ke dalam tipe-tipe mahasiswa yang ada. Jika
ke kampus hanya belajar dan saat kegiatan-kegiatan akademis saja maka
mahasiswa tersebut peneliti golongkan ke dalam tipe mahasiswa study
oriented. Sedangkan jika mahasiswa tersebut terlihat aktif di kegiatan
kampus atau menjadi pengurus himpunan mahasiswa tersebut digolongkan
ke kategori aktivis.
4. Dengan melihat frekuensi kegiatan mahasiswa yang menjadi informan di
luar kampus, peneliti bisa menggolongkan informan ke dalam tipe-tipe
mahasiswa yang peneliti golongkan.
5. Asumsi yang kelima tentang aktivitas apa saja di luar kampus yang
dilakukan oleh informan, peneliti bisa menggolongkan mahasiswa ke
dalam tipenya. Seperti ciri-ciri mahasiswa hedon adalah yang aktivitasnya
diluar kampus cenderung untuk kegiatan bersenang-senang dan mewah
seperti dugem dan ikut klub-klub mobil dan sedikit hubungannya dengan
kegiatan akademis.
Dengan adanya asumsi awal mengenai ciri-ciri yang membedakan tipe
mahasiswa. Peneliti dapat menggolongkan informan yang akan diwawancarai ke
dalam masing-masing tipe mahasiswa.
-
D. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ketiga jenis informan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu mahasiswa
aktivis, hedon dan study oriented memiliki gaya belajar yang berbeda. Hal ini
diakibatkan oleh beberapa faktor seperti minat dan motivasi awal mahasiswa
tersebut untuk mengambil kuliah di JAFEB-UB, faktor lingkungan sekitar
baik itu internal maupun eksternal dari mahasiswa tersebut. Seperti
mahasiswa hedon yang lebih cenderung ke gaya belajar social dilihat dari
AKTIVIS HEDONIS STUDY ORIENTED
Belajar kelompok
Mengerjakan tugas di kampus.
Tidak ada cara belajar khusus dan terkesan serabutan. belajar saat ada ujian dan tugas saja
Kuliah merasa keteteran (kesulitan)karena banyaknya aktivitas.
Nilai plus karena mendapatkan tambahan softkills karena aktif di organisasi kemahasiswaan
Belajar mandiri dan Kelompok tergantung situasi
Lebih santai dalam belajar. Belajar saat ujian maupun tugas
Tidak ada jadwal belajar khusus
Mengerjakan tugas lebih suka secara kelompok
Belajar sungguh-sungguh saat dosen menjelaskan.
Mereview ppt (slide powerpoint)
Membaca buku acuan
Belajar secara mandiri
Membuat jadwal belajar sendiri
Tidak menunda tugas. Ada/tidak ada ujian tetap belajar
-
jawaban yang diajukan peneliti metode apa apa yang dipilih mahasiswa hedon
menjawab lebih memilih metode presentasi kelas dikarenakan dari presentasi
kelas keaktifan dan nilai objektifitas dapat lebih dilihat oleh dosen. Dan
dengan metode presentasi kelas, mahasiswa bisa lebih bertukar pikiran
dengan teman sekelompoknya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh
dosen. Pada intinya mahasiswa hedon lebih suka belajar secara berkelompok
karena dengan begitu mereka bisa lebih mengambil keuntungan contohnya
seperti saat ada tugas makalah mereka cuma menyumbang uang untuk
keperluan kelompok tanpa perlu ikut mengerjakan tugas dan nama mereka
bisa tercantum dalam makalah kelompok tersebut.
2. Mahasiswa aktivis memiliki kemiripan dengan mahasiswa hedon yakni
cenderung mengarah ke gaya belajar social karena menurut mahasiswa jenis
ini mereka tidak bisa mengerjakan tugas secara mandiri karena kesibukan di
organisasi menyita waktu mereka sehingga peran teman sangat diperlukan
untuk bertukar pikiran mengenai materi kuliah dan tugas yang diberikan oleh
dosen. Aktivis juga lebih banyak menghabiskan waktunya di kampus
sehingga mereka juga lebih banyak belajar di lingkungan kampus daripada di
rumah.
3. Berbeda dengan mahasiswa hedon dan aktivis, mahasiswa study oriented
termasuk ke dalam kategori gaya belajar independent yakni mereka yang
lebih suka belajar secara mandiri. Dengan belajar secara mandiri mereka jadi
lebih bisa memahami apa yang dipelajari dan ketenangan dalam belajar lebih
didapat. Tetapi meskipun lebih memilih belajar secara mandiri mahasiswa
jenis ini juga tidak menutup diri untuk berdiskusi dengan teman jika ada
kesulitan terkait dengan materi kuliah.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka saran
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana gaya belajarnya untuk memilih cara
belajar yang efektif sesuai dengan kebutuhannya.
-
2. Penting bagi dosen untuk menyadari gaya mengajarnya sehingga mahasiswa
bisa lebih memahami apa yang diinginkan oleh dosen sehingga tercapai hasil
belajar yang maksimal.
3. Mahasiswa hendaknya menyadari peran utamanya dalam perkuliahan adalah
belajar. Mengikuti kegiatan diluar perkuliahan baik itu organisasi maupun
ikut dalam komunitas-komunitas yang saat ini banyak sekali ada di kota
Malang merupakan hal yang positif. Tapi mahasiswa harus lebih selektif
dalam memilih mana yang member manfaat dan mana yang tidak sehingga
kegiatan kuliah tidak terbengkalai.
4. Untuk penelitian selanjutnya, dapat diteliti hubungan antara preferensi gaya
belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed. 2010. Klasifikasi Kelompok Mahasiswa. http://ahmedfikreatif.wordpress.com Di akses 15 Juni 2011.
Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan Ketiga. Jakarta:
Rineka Cipta.Gie, The Liang. 1998. Cara Belajar Yang Baik. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu
Berguna.Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Cetakan Kesebelas. Jakarta :
Bumi Aksara.Moleong, L.J (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
RosdakaryaPujiningsih, Sri. 2009. Pengaruh Faktor Preferensi Gaya Belajar terhadap
Prestasi Belajar Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Ekonomi Bisnis. Edisi November.
Singgih Tego Saputro & Pardiman. 2012. Pengaruh Disiplin Belajar Dan Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2009 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Cetakan Kelima. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
-
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT RajawaliSuwardjono. 2004. Perilaku Belajar di Perguruan Tinggi. Jurnal Akuntansi dan
Manajemen. Edisi Maret.Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rajawali Pers..