ISBN 978-602-294-256-6
[i] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
PROSIDING Seminar dan Lokakarya Nasional III Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia (AITBI) “Potensi dan Pengembangan Ternak Babi sebagai Komoditas Unggulan Ekspor Nasional” Denpasar, 4-5 Agustus 2017
Penyunting: Komang Budaarsa N. Sadra Dharmawan
I Wayan Suarna I Gede Mahardika
I N. Tirta Ariana A. A. A. Sri Trisnadewi I Ketut Mangku Budiasa Ni Luh Gde Sumardani
Diterbitkan Oleh:
Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia AITBI Bekerjasama dengan Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI), dan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar – Bali 80232 Telp./ Fax. (0361) 222096 e-mail: [email protected]
ISBN 978-602-294-256-6
[ii] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia (AITBI)
“Potensi dan Pengembangan Ternak Babi
sebagai Komoditas Unggulan Ekspor Nasional”
Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia(AITBI) Bekerjasama dengan
Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI), dan Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Denpasar – Bali 80232 Telp./ Fax. (0361) 222096
e-mail: [email protected]
Isi prosiding dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya
KATA PENGANTAR
Dicetak di Denpasar, Bali, Indonesia
Penyunting: Komang Budaarsa, N. Sadra Dharmawan, I Wayan Suarna, I Gede Mahardika, I N. Tirta Ariana, A. A. A. Sri Trisnadewi, I Ketut Mangku Budiasa, Ni Luh Gde Sumardani Prosiding Seminardan Lokakarya Nasional III AITBI, diselenggarakan di Denpasar, 4-5 Agustus 2017 viii + 313 halaman ISBN:
ISBN 978-602-294-256-6
[iii] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmatNya Prosiding Seminar Nasional dan
Lokakarya Nasional III AITBI (Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia) tahun
2017 dengan tema “Potensi dan Pengembangan Ternak Babi sebagai
Komoditas Unggulan Ekspor Nasional” dapat diselesaikan. Prosiding ini
merupakan kumpulan makalah pada saat Seminar Nasional dan Lokakarya
Nasional III AITBI dilaksanakan pada tanggal 4-5 Agustus 2017 dan
diselenggarakan di Fakultas Peternakan Universitas Udayana dalam rangka Hari
Ulang Tahundan Badan Kekeluargaan Fakultas Peternakan Universitas Udayana
ke-55 serta Dies Natalis Universitas Udayana ke-55. Seminar dan Lokakarya
Nasional III AITBI ini bertujuan untuk saling tukar informasi tentang
pengembangan IPTEK ternak babi dan non ruminansia lainnya di Indonesia antar
para pakar, para peneliti dan pemangku kepentingan. Mencari solusi
pengembangan ternak babi dan non ruminansia lainnya yang ramah lingkungan
dengan memanfaatkan potensi lokal.
Prosiding Nasional dan Lokakarya Nasional III AITBImencakup
makalah1 orang keynote speaker dan 3 orang invited speaker, sedangkan makalah
dari peserta dibagi tiga kelompok bidang ilmu yaitu 1) Kelompok Bidang
Produksi Ternak Babi, 2) Kelompok Bidang Nutrisi Ternak Babi, dan 3)
Kelompok Bidang Kesehatan Ternak Babi dan Ternak Non Ruminansia lainnya.
Panitia Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI mengucapkan
terimakasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pemakalah yang telah
berpartisipasi dan seluruh peserta semiloka yang meluangkan waktu untuk hadir
pada Seminar dan Lokakarya III AITBI. Ucapan terimakasih juga kami
sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana dan Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Udayana atas fasilitas dan bantuan yang diberikan sehingga Seminar
dan Lokakarya Nasional III AITBI dapat terselenggara dengan baik. Terimakasih
juga disampaikan kepada Dirjen PKH Drh. I Ketut Diarmita, MP.sekaligus
sebagai Keynote Speaker, Dr. Devendra Verma, MVSc., Prof. Dr. R.Iis
Arifiantini, M.Si., dan Dr.Sauland Sinaga, S.Pt.,MSi. sebagai invited speaker,
ISBN 978-602-294-256-6
[iv] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
AMI (Asosiasi Monogastrik Indonesia), para sponsor, dan seluruh anggota panitia
yang banyak membantu dari persiapan sampai terselenggaranya Seminar dan
Lokakarya Nasional III AITBI ini dengan baik.
Akhir kata semoga Prosiding Seminar dan Lokakarya III AITBI bisa
bermanfaat sebagai ajang pertukaran ilmu tentang ternak babi maupun ternak non
ruminansia lainnya.
Denpasar, Desember 2017
Ketua Panitia
Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, MS.
ISBN 978-602-294-256-6
[v] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................ iii DAFTAR ISI .......................................................................................... v KUMPULAN MAKALAH UTAMA ................................................... MAKALAH KEYNOTE SPEAKER ........................................................
Drh. I Ketut Diarmita, MP. (Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI) .................................
1
MAKALAH INVITED SPEAKER ......................................................... Dr. Devendra Verma, MVSc. (Business Development Manager APAC Perstorp Feed & Food) ......................................................... Prof. Dr. R.Iis Arifiantini, M.Si. (Guru Besar FKH IPB) ............... Dr.Sauland Sinaga, S.Pt.,MSi. (Asosiasi Monogastrik Indonesia)..
4 9
24 KUMPULAN MAKALAH PESERTA ................................................... MAKALAH KELOMPOK I : PRODUKSI TERNAK BABI.................
Babi Bali Dalam Perspektif Sosial dan Budaya I W. Suarna, N. N. Suryani, A. A. A. Sri Trisnadewi, I K. M. Budiasa, dan I W. Wirawan .....................................................
27 Kandungan N-total, P2O5, dan K2O Sludge Biogas dari Substrat Campuran Kotoran Ternak Babi (Sus sp) dan Ampas Sagu (Metroxylon spp) pada Berbagai Taraf Rasio C/N Berbeda
Daniel Yohanis Seseray............................................................
37 UrutanPangan Tradisional Bali, Kajian, Pengolahan serta Pengembangan dan Prospek sebagai Pangan Fungsional
I Made Sugitha.........................................................................
46 Model Pengelolaan Limbah Babi pada Peternakan Babi Skala Rumah Tangga di Kabupaten Tabanan Bali
I Made Rai Yasa dan N. L. G. Budiari .......................................
56 Dampak Penggunaan Feed Additive dan Pemacu Tumbuh terhadap Pertumbuhan dan Pendapatan Peternak Babi
Ni Luh Gede Budiari dan I Made RaiYasa.............................
67 Pengencerkan Semen Babi dengan Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum) dalam Upaya Mempertahankan Kualitas Spermatozoa dan Jumlah Anak yang Lahir
A. A. P. P. Wibawa, I N. Ardika, N.L.G. Sumardani dan M. Wirapartha ...............................................................................
76 Performa Reproduksi Babi Bali Calon Pejantan
Sumardani, N. L. G., I W. Suberata, N. M. Artiningsih, I. N. Ardika ......................................................................................
90
MAKALAH KELOMPOK II : NUTRISI TERNAK BABI Hubungan Berat Badan dengan Persentase Karkas dan Komponen Karkas Pada Babi Ras yang Diberikan Ransum Komersial Disubstitusi dengan Ampas Tahu
Puger, A.W., I M. Suasta., I W. Sudiastra, I G. Mahardika, dan K. Budaarsa......................................................................
102 Dimensi Tubuh Luar Babi Landrace Persilangan yang Dipelihara Di Area Tempat Pembuangan Sampah
ISBN 978-602-294-256-6
[vi] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Tirta Ariana, I N., K. Sukada, G. Suarta, dan G. Suranjaya .. 109 Potensi Ampas Sagu Enau sebagaiPakan pada Babi Bali Lokal
I K. Sumadi, IM. Suasta, P. Ari Astawa, A.A.P.Wibawa, dan N.N. Suryani......................................................................
116 Penambahan Perasan Kunyit (Curcuma domestica Val.) dalam Ransum untuk Meningkatkan Karkas Babi Bali
P. A. Astawa, K. Budaarsa. I K. Sumadi, I G. Mahardika, I K. M. Budiasa, I W. Sudiastra, dan I M. Suasta ............................
124 Kecernaan Bahan Organik dan Mineral Ransum Babi Lokal yang Mengonsumsi Biokonversi Spontan Biji Asam
Redempta Wea, I Gusti Komang Oka Wirawan, dan Bernadete Barek Koten...........................................................
136 Penampilan Babi Landrace Fase Pertumbuhan diberi Ransum Mengandung Limbah Hotel
Tjokorda Istri Putri, Tjokorda Gede Oka Susila, I Gde Suranjaya, dan Ni Nyoman Candraasih K. .....................
146 Performa Babi Bali yang Diberi Ransum Mengandung Dedak Padi Fermentasi
Valentino, I K. H., T. I. Putri dan K. Budaarsa.......................
155 Studi Proses Pembuatan Babi Guling dengan Bahan Baku Babi Bali
N.P.K. Panji Sastrawan, IG. Mahardika, dan K. Budaarsa ...
167 MAKALAH KELOMPOK III : KESEHATAN TERNAK BABI DAN TERNAK NON RUMINANSIA LAIN .................................................
Prevalensi dan Manifestasi Lesi Histopatologi Otak pada Babi Penderita Kolibasilosis
I Ketut Berata, Ida Bagus Oka Winaya, Ida Bagus Windia Adnyana, I Made Kardena dan Anak Agung Ayu Mirah Adi...
182 Evaluasi ELISA untuk Diagnosis Sistiserkosis pada Babi di Daerah Endemis Karangasem Bali
Nyoman Sadra Dharmawan, Kadek Swastika, I Nengah Kepeng, I Ketut Sudiarta ..........................................................
188 Evaluasi Tingkat Cemaran Mikroba pada Daging Ayam yang Dipasarkan di Beberapa Pasar di Kota Denpasar
Setyawan. I.M.E, Sri Anggreni Lindawati, dan I N. Sumerta Miwada.....................................................................................
195 Analisis Performa Produksi Peternakan Ayam Broiler dengan Sistem Pemeliharaan Closed House Pola Kemitraan (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana)
Prawira, I G. I. K., I G. Mahardika Dan I W. Sukanata ..........
207
Kualitas Karkas Itik Bali yang Diberi Ransum Mengandung Sekam Padi Terfermentasi dengan Aspergilus niger Disuplementasi Tepung Daun Ubijalar Ungu (Ipomia batatas L.)
Tjokorda Gde Oka Susila, Tjokorda Istri Putri dan Ni Gusti Ketut Roni...............................................................................
218 Studi Kimia Fisik Daging Ayam Yang Dipasarkan di Beberapa
ISBN 978-602-294-256-6
[vii] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Pasar Di Kota Denpasar Astika. I.W.H, I N. Sumerta Miwada, Sri Anggreni Lindawati
230
AnalisisPermintaanPasar terhadap Burung Kicaudi Pasar Satria Denpasar
Indrapraasta, I. G. A.,K. Budaarsa, dan B. R.T. Putri ............
245 Total Plate Count dan Kualitas Kimia Daging Broiler yang Beredar Di Kota Denpasar – Bali
Tirta Ariana IN., I. B. Gaga Partama, Kristina Dewi, G. A. M., I G. A. Arta Putra ..............................................................
260
KUMPULAN MAKALAH POSTER ..................................................... Pemberian Bahan Lokal (Empon-empon) dan Bunga Margot (Marigold flower) untuk Meningkatkan Kualitas Telur Ayam Buras
Nyoman Suyasa, Ida Ayu Parwati, dan Nyoman Sugama.......
267 Penerimaan Petani Pembesaran Ayam Kampung pada Tingkat Pemberian Ransum yang Berbeda
Parwati Ida Ayu, Nyoman Suyasa, dan Nyoman Sugama.......
277 Gambaran Infestasi Parasit Gastrointestinal pada Ternak Babi di Lokasi Pengembangan Kawasan Ternak Babi di Bali (Study kasus di Desa Puhu dan Desa Bukian Kecamatan Payangan, Kab. Gianyar)
I Nyoman Sugama, I. A. P. Parwati, dan I Nyoman Suyasa....
288
Kualitas Telur Ayam Lohman Brown Yang Disimpan Pada Suhu Kamar
I K.Anom Wiyana, G.A.M.Kristina Dewi, I W.Wijanadan M. Wirapartha.........................................................................
298 Kualitas Telur Ayam Kampung yang Dipasarkan di Pasar Badung, Pasar Kereneng dan Pasar Sanglah, Kota Denpasar, Provinsi Bali
Made Wirapartha, I K.A. Wiyana ,G.A. M. K. Dewi,dan I W. Wijana......................................................................................
305
LAMPIRAN ........................................................................................... JADWAL ACARA SEMILOKA NASIONAL III AITBI ............... 312
ISBN 978-602-294-256-6
[27] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
BABI BALI DALAM PERSPEKTIF SOSIAL DAN BUDAYA
I W. Suarna, N.N. Suryani, A.A.A. Sri Trisnadewi, I K.M. Budiasa, dan I W. Wirawan
e-mail: [email protected] [email protected]
ABSTRAK
Desakan teknologi dan kemajuan peradaban manusia telah menggeser status sosial dan budaya babi bali di Bali. Penurunan mutu genetik babi bali telah mengubah performans dan produksi utama serta tipe babi yang diperankannya. Babi tidak lagi sebagai ”celengan” karena babi yang dipelihara saat ini harus mendapat pakan pabrikan (konsentrat) dan bahan pakan lain yang harus dibeli oleh peternak. ”Tatakan banyu” tidak berfungsi lagi. Babi bali juga menjadi salah satu penyedia bahan piranti upakara dalam upacara keagamaan di Bali. Gayah, sate tungguh, panyeneng, bangun urip, kakuwung, dan jepit babi adalah sebagian dari piranti upakara yang memerlukan kulit babi yang tebal.Kulit babi yang semakin tipis semakin menyulitkan para ”juru eteh-eteh upakara”untuk membuat piranti upakara dengan nuansa seni yang tinggi. Dari sisi lingkungan, ketika limbah domestik sebagai ”tatakan banyu” tidak ada limbah yang dibuang ke saluran irigasi ataupun got dipinggir jalan. Tidak ada bau menyengat di pinggir jalan. Untuk kepentingan piranti upakara, masih terasa sulit saat ini mendapatkan ”babi butuan” (babi bali jantan hitam yang belum dikastrasi) misalnya untuk caru balik sumpah dan sebagainya. Cita rasa babi crosing yang diguling juga menurun seirama dengan menurunnya persentase genotif babi bali pada babi bali crossing. Dari aspek sosial dan budaya babi bali memiliki peranan yang sangat penting sebagai instrumen pelengkap upacara, sima krama, kreativitas seni, kuliner, dan sebagai komuditas unggulan Bali. Kata kunci:babi bali, upacara agama, perspektif sosial, perspektif budaya
PENDAHULUAN
Dorongan bagi peran serta masyarakat dalam pelaksanaan dan pembangunan
Ipteks untuk daerah Bali perlu mendapat perhatian dan menjadi pertimbangan
utama dalam implementasinya. Betapa tidak, masyarakat Bali telah memiliki
filosofis Dewi Saraswati yang menjadi acuan bagaimana mereka menggali,
menjabarkan, mengembangkan, dan memanfaatkan serta menghormati Ipteks.
Filosofis tersebut menjadi tuntunan agar Ipteks yang diciptakan memiliki taksu,
sesuai dengan karakter sosial budaya masyarakat Bali serta sangat bersahabat
dengan lingkungan. Karenanya dukungan terhadap pengembangan Ipteks juga
merupakan upaya untuk melestarikan dan merevitalisasi salah satu kearifan
ISBN 978-602-294-256-6
[28] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
budaya lokal masyarakat Bali.Saat ini kearifan lokal sudah menjadi perhatian
penting bagi pemangku kepentingan Internasional, Nasional dan local. Dengan
demikian paradigma pembangunan harus menyertakan kearifan lokal sebagai
sebuah komponen pendukung yang penting.
Paradigma pembangunan telah mengalami perubahan yang mendasar sejak
lahirnya Agenda 21 dan pengarusutamaan lingkungan dalam pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan yang dulunya hanya terfokus kepada pertumbuhan
ekonomi semata harus berjalan seimbang dan selaras dengan peningkatan
kapasitas social budaya dan memiliki keberpihakan terhadap lingkungan (ramah
lingkungan). Interaksi dan interdependensi antara lingkungan dengan kegiatan
ekonomi dalam sebuah ekosistem belum sepenuhnya mendapatkan perhatian yang
baik. Hal tersebut mungkin terjadi karena lingkungan lebih dipandang sebagai
sumberdaya milik umum (common property resources) yakni sebagai barang
bebas yang tidak memiliki harga. Pada awalnya hanya dengan teori ekonomi
dirasa telah mampu mengatasi kelangkaan sumberdaya alam dengan kemajuan
teknologi yang terus menerus, tetapi kenyataannya sistem ekonomi tidak akan
pernah mampu keluar dari sebuah ekosistem. Aturan yang mengatur dinamika
ekosistem dimana di dalamnya terdapat aktivitas manusia yang berlangsung pada
akhirnya merupakan fungsi dari hukum biologi dan bukan fungsi dari sistem
ekonomi yang diciptakan manusia.Perubahan paradigma masyarakat dalam
perspektif sosial dan budaya sangat perlu dibicarakan dalam upaya perlindungan
terhadap sumberdaya yang memiliki nilai penting dalam kehidupan social dan
budaya masyarakat di Bali.
Identifikasi ketersediaan sumberdaya sebagai bentuk evaluasi daya dukung
untuk eksistensi babi bali dapat dikaitkan dengan pendekatan baru untuk
pemanfaatannya berdasarkan konsep keseimbangan ilmiah untuk memenuhi
kebutuhan nutrien dalam rangka peningkatan produktivitas babi bali. Dalam
konteks di atas sangat diperlukan pemikiran-pemikiran tentang perspektif babi
bali dari sisi sosial dan budaya sehingga secara holistik selain dapat melestarikan
plasma nutfah juga mengembalikan kreativitas dan inovasi pembangunan sosial
dan budaya yang memanfaatkan babi bali sebagai sebuah instrument (piranti).
ISBN 978-602-294-256-6
[29] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKEARIFAN LOKAL
Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara
lestari. Dalam konteks ini termasuk permasalahan sosial dan budaya.Dalam
pelaksanaan pembangunan terdapat tiga hal penting dalam kaitannya dengan
sumberdaya alam yakni 1) sumberdaya alam dan lingkungan dapat menyediakan
jasa yang dapat meningkatkan kesejahteraan manusia baik langsung maupun tidak
langsung, 2) penggunaan lingkungan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk
pengelolaan limbah sehingga dapat mengurangi kemampuannya dalam
menyediakan jasa lainnya seperti untuk input, kenyamanan dan estetika, serta 3)
jasa lingkungan yang diberikan oleh sumberdaya alam merupakan modal alam
yang memiliki kapasitas dalam menopang kehidupan global yang apabila tidak
digunakan secara berkelanjutan akan menurunkan kapasitasnya dalam
memberikan jasa yang sama di masa datang (Irham, 2007). Artinya bahwa
pertumbuhan ekonomi harus dibatasi sehingga dampak positifnya tidak akan
menurunkan kapasitas dan daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan. Dalam
sistem ekonomi nilai lingkungan harus diperlakukan sama seperti halnya
perlakuan terhadap nilai asset yang lain (tenaga kerja dan modal) yakni sebagai
asset ekonomi. Ini berarti pula bahwa jika ekonomi ingin diperbaiki, maka
kualitas sumberdaya alam dan lingkungan perlu dipertahankan.
Menyadari terjadinya peningkatan degradasisumberdaya alam dan lingkungan
di Indonesia maka Pemerintah telah menetapkan regulasi yang mencakup
berbagai instrumen untuk pengelolaan lingkungan hidup (Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009). Dari berbagai instrumen yang diamanatkan terdapat instrumen
ekonomi lingkungan yang dapat digunakan dalam pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan hidup sehingga dapat meminimalisasi dampak negatif terhadap
lingkungan. Pembayaran terhadap jasa lingkungan dapat dilakukan dengan
menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan hidup
antara lain melalui akuntansi sumberdaya alam,valuasi ekonomi dan termasuk
penyusunan PDRB hijau. Implementasi dari cara-cara tersebut di atas merupakan
upaya mewujudkan keberpihakan terhadap konservasi sumberdaya alam dan
lingkungan hidup.
ISBN 978-602-294-256-6
[30] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Inisiatif pengembangan mekanisme pembayaran jasa lingkungan (green fee)
di Indonesia secara sistematis telah dikembangkan oleh instansi pemerintah pusat
dan daerah bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat nasional dan
internasional. Namun, pola dan mekanisme pengembangan imbal jasa lingkungan
tersebut masih memerlukan perhatian yang lebih serius dalam mengintegrasikan
mekanisme pembayaran jasa lingkungan tersebut kedalam berbagai aspek
aktivitas di masyarakat dalam rangka pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Di Bali, sejatinya pembayaran atau imbal jasa lingkungan sejak lama telah
dilaksanakan oleh masyarakat dalam berbagai bentuk kearifan lokal yang terpatri
pada falsafah hidup masyarakat Bali. Hal tersebut dapat dilihat pada kehidupan
kesehariannya yang masih kental dengan tradisi untuk menyatakan syukur dan
terimakasih atas jasa yang telah diberikan sumberdaya alam dan lingkungan
dalam mensejahterakan dan memenuhi tuntutan hidup mereka. Namun, tekanan
dan himpitan terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup kian meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk,
prilaku, dan kemajuan teknologi yang akan dapat mempercepat eksploitasi
sumberdaya alam dan lingkungan hidup tersebut.
Terkait dengan hal tersebut di atas maka Pemerintah Provinsi Bali telah
menetapkan berbagai program dan kegiatan untuk melakukan pengelolaan
sumberdaya alam secara arif dalam kerangka pembangunan berkelanjutan salah
satunya adalah Program Bali Green Province. Program Bali Green Province yang
didalamnya terdapat: green economy, green culture, dan clean and green.
Program green economy memberikan fokus kegiatan pada pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang memperhatikan kaedah-kaedah lingkungan dalam
kerangka pembangunan berkelanjutan.Green culture memberikan penekanan pada
peningkatan partisipasi masyarakat dan perubahan prilaku masyarakat untuk
menuju prilaku hijau (memiliki pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan),
dan clean and green, membangun berbagai aktivitas menuju Bali yang bersih dan
hijau.
ISBN 978-602-294-256-6
[31] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PEMELIHARAAN BABI DI BALI
Kebudayaan mempunyai tujuh unsur kebudayaan universal, yakni sistem
mata pencaharian penduduk (ekonomi), sistem perlengkapan dan peralatan hidup
(teknologi), sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan
sistem relegi. Sedangkan folklore dapat dibedakan menjadi folklore lisan seperti
bahasa rakyat (folkspeech), ungkapan tradisional, dan pertanyaan tradisional;
folklore sebagian lisan seperti tahyul, permainan rakyat, ceritera rakyat, upacara,
pesta rakyat dan sebagainya; folklore bukan lisan ada dua yakni yang material dan
bukan material. Folklore material misalnya arsitektur rakyat, kerajinan tangan
rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat dan obat-
obatan tradisional. Folklore yang bukan material adalah gerak tubuh
(gesture),bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat (kentongan) dan musik rakyat
(Danandjaja, 1991). Dalam konteks di atas pemeliharaan babi di Bali sebagai
sebuah bentuk kearifan lokal merupakan khasanah kebudayaan yang memiliki
berbagai ragam folklore. Keberagaman tersebut dapat dilihat dalam mitos bawi
srenggi, mitos bawi siluman untuk menguji pertapaan Arjuna, jasa untuk pemacek
(kaung), Ninggungin (ngaturang babi guling) di sanggah pemerajan sebagai
ucapan terimakasih karena sejak anak babi lahir sampai disapih tidak ada yang
mati, babi sebagai tapakan. Ternak dapat menjadi wahana (tapakan) dewa-dewi
dan batara dalam manifestasinya berupa berbagai bentuk personifikasi seperti:
babi sebagai tapakan batara Siwa dalam manifestasi sebagai barong bangkung
(Gambar 2) yang diarak (ngelawang) ke lima penjuru desa untuk menyomiakan
bhuta-kala-dhurga agar tidak menyebarkan wabah penyakit kepada masyarakat
yang menyungsung tapakan di desa tersebut (Nitis, 2006).
Salah satu tuntunan hidup masyarakat Hindu di Bali adalah Tri Kerangka
Agama Hindu yang terdiri atas Tatwa, Susila, dan Upacara. Ketiga konsep
tersebut dapat dijabarkan ke arah yang lebih implementatif. Dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Hindu Bali dalam realitanya telah melaksanakan tuntunan
tersebut dengan baik. Namun pemahaman secara terus-menerus perlu diupayakan
agar pengetahuan yang diperoleh dapat menjiwai kebiasaan hidupnya untuk
melaksanakan dharma agama dan dharma negaranya (Gambar 1).
ISBN 978-602-294-256-6
[32] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Gambar 1. Keterkaitan antara Tri Kerangka Agama Hindu dengan Persepsi dan Prilaku Ekologis
Gambar 2. Barong bangkung yang dimainkan oleh anak-anak saat kegiatan
ngelawang
TANTANGAN PEMELIHARAAN BABI BALI
Adanya perkembangan ipteks di bidang peternakan dan kebijakan pemerintah
dalam pengembangan peternakan di Indonesia telah menimbulkan berbagai
FILSAFAT ETHIKA RITUAL
TATTWA SUSILA UPACARA
PANCA ḈRADA TRIKAYA PARISUDDHA
PANCA YADNYA
KOGNITIF
AFEKTIF PSIKOMOTORIK
PERSEPSI DAN PRILAKU EKOLOGIS
FILOSOFIS TRI KERANGKA AGAMA HINDU
KEYAKINAN
GAYA HIDUP PENGORBANAN
ISBN 978-602-294-256-6
[33] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
permasalahan terhadap eksistensi babi bali. Beberapa hal yang dapat diangkat
sebagai tantangan pemeliharaan babi bali adalah sebagai berikut:
1. Desakan teknologi dan kemajuan peradaban manusia telah menggeser
status sosial dan budaya babi bali di Bali. Penurunan mutu genetik babi
bali telah merubah performans dan produksi utama serta tipe babi yang
diperankannya.
2. Babi bali di sebagian wilayah Bali tidak lagi sebagai”celengan” karena
babi yang dipelihara saat ini harus mendapat pakan pabrikan (konsentrat)
dan bahan pakan lain yang harus dibeli oleh peternak.
3. Kondisi plasma nutfah Bali: sapi bali, babi bali, itik bali, jalak bali,
harimau bali, rusa bali, anjing kintamani, kambing gembrong, kera ekor
panjang, kakatua jambul kuning, dan sapi putih taro perlu mendapat
perhatian dan langkah-langkah konservasi.
4. Tatakan banyu” tidak berfungsi optimal lagi. Babi bali juga menjadi salah
satu penyedia bahan piranti upakara dalam upacara keagamaan di Bali.
Gayah, sate tungguh, panyeneng, bangun urip, kakuwung, dan jepit babi
adalah sebagian dari piranti upakara yang memerlukan kulit babi yang
tebal. Degradasi kualitas babi bali vs lingkaran setan.
5. Untuk kepentingan piranti upakara, masih terasa sulit saat ini
mendapatkan ”babi butuan” (babi bali jantan hitam yang belum dikastrasi)
misalnya untuk caru balik sumpah dan sebagainya. Cita rasa babi crossing
yang diguling juga menurun seirama dengan menurunnya persentase
genotif babi bali pada babi bali crossing.
6. Dari aspek sosial dan budaya babi bali memiliki peranan yang sangat
penting sebagai instrumen pelengkap upacara, sima krama, kreativitas seni,
kuliner, dan sebagai komuditas unggulan Bali.
STATUS SOSIAL BUDAYA BABI BALI
Untuk menyukseskan tercapainya tujuan hidup mencapai dharma, artha, kama
dan moksha terlebih dahulu sejahterakanlah alam itu. Alam sejahtera dinyatakan
dengan istilah bhuta hita “aywa tan masih ring sarwaprani”. Artinya janganlah
tidak menaruh belas kasihan pada semua makhluk hidup (Sarasamuscaya).
ISBN 978-602-294-256-6
[34] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Penggunaan ayam dan babi sebagai simbol agar manusia dapat menguasai guna
rajah dan tamah-nya agar jangan sombong dan rakus.
Apapun kata orang, tradisi tetaplah tidak selalu kuno untuk dikedepankan.
Tradisi sebagai warisan diyakini membawa misi suci. Karenanya layak dipelihara.
Pesannya patut diteruskan. Amanatnya wajib diingatkan. Sebab ada saat-saat
dimana kita yang merasa telah melangkah maju, perlu kembali mundur ke
belakang mengambil titipan pesan peninggalan, untuk kemudian bersiap kembali
bergerak terus ke depan.
Tentang hal ini, tradisi-tradisi berakar ritual sebagai pelaksanaan ajaran
yadnya seperti halnya rerainan Tumpek: Tumpek Bubuh, Tumpek Kandang dan
Tumpek Landep, meski teknologi sudah begitu menguasai bumi tetapi visi sadar
lingkungan dengan misi cinta lingkungannya tetap lestari menjadi bagian
kehidupan sehai-hari dan spiritualitas rohani umat Hindu. Jika Tumpek Bubuh
bermisikan cinta lingkungan terhadap sumber daya hayati dari jenis tumbuh-
tumbuhan, Tumpek Kandang membawa misi cinta lingkungan terhadap sumber
daya hayati dari jenis hewan/binatang, maka Tumpek Landep menghadirkan visi
pemanfaatan produk teknologi secara serasi, bahwa dibalik perangkat teknologi
yang multi guna, harus ditumbuhkan kesadaran untuk menggunakannya secara
bijaksana. Dalam konteks pemanfaatan sumber daya hayati, maka Tumpek
Landep bermisikan penggunaan teknologi tanpa merugikan kondisi serasi bumi.
Kearifan budaya tersebut di atas menjadi inspirasi memperkuat status social dan
budaya plasma nutfah termasuk babi bali.
TUMPEK KANDANG
Jika di tingkat nasional dikenal adanya Hari Cinta Satwa yang diperingati
setiap tahun pada tanggal 5 November, maka bagi umat Hindu “cinta hewan”
sudah sejak lama menjadi kebiasaan yang tak pernah layu dalam perkembangan
jaman yang semakin maju. Tumpek Kandang yang dirayakan pada setiap
Saniscara Kliwon wuku Uye. Filosofi Tumpek Kandang ini berpegang pada
ajaran tattwa bahwa manusia dengan lingkungan diibaratkan sebagai halnya singa
dan hutan. Sebagaimana disuratkan di dalam Kakawin Nitisastra 1.10
dikemukakan, “Singha raksakaning halas, halas ikangrakseng hari niytaca,
ISBN 978-602-294-256-6
[35] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Singha mwang wana tan patut pada wirodhangdoh tikang kecari, rug bradtang
wana denikang jana tinor wreksanya cirnapadang, Singhanghot ri
jurangningkang tegal ayan sampun dinon durbala”. Maknanya bahwa singa
adalah penjaga hutan, akan tetapi juga selalu dijaga oleh hutan. Jika singa dengan
hutan berselisih mereka marah, lalu singa itu meninggalkan hutan. Maka hutannya
dirusak-binasakan orang, pohon-pohonnya ditebangi sampai menjadi terang.
Singa yang lari bersembunyi di dalam jurang, di tengah-tengah ladang, diserbu
dan dibinasakan orang.
Analogi singa dan huan, seperti dilukiskan di atas, sesungguhnya memberi
gambaran betapa manusia dengan lingkungan sedapatnya harus mampu
menciptakan dan kemudian memelihata suatu bentuk kodrati “persahabatan
alamiah”. Bahwa manusia dengan lingkungan, khususnya sumber daya hayati dari
jenis hewan mesti dapat salingbertumbuhkembang dalam ‘bukan selaku lawan
yang hanya senantiasa dikorbankan untuk kepentingan sepihak manusia saja’.
Hewan meski disebut juga buron, tetapi ia bukanlah hewan buronan yang selalu
diburu untuk dijadikan ‘caru’. Prinsip rerainan Tumpek Kandang menyiarkan
tuntunan bahwa manusia perlu “mengandangkan hewan” dengan satu sikap
“memelihara sebelum menggunakan”.
SIMPULAN
Dalam konteks budaya pemeliharaan babi bali adalah suatu kearifan
tradisional yang berwujud sebagai nilai keharmonisan manusia dengan alam yang
diilhami filosofis THK. Peranan masyarakat dalam pemanfaatan babi bali sebagai
pelengkap (piranti) upacara adat memberikan dukungan besar terhadap eksistensi
dan kelestarian babi babi. Babi bali selain menjadi komuditas pilihan dalam
mempertahankan budaya bali juga merupakan tabungan masyarakat sebagai upaya
meningkatkan ketahanan pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, J. 1991. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain lain. Grafiti. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
ISBN 978-602-294-256-6
[36] Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional III AITBI 2017
Jakarta. Nitis, I Made. 2006. Peternakan Berwawasan Kebudayaan, Arti Foundation.
Denpasar. Dalem, A. A. G. R., I N. Wardi., I W. Suarna., I W. Sandi Adnyana. 2007.
Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. UPT Penerbit Universitas Udayana, Denpasar.