Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] i
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan.Mulai dari aspeklingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia.Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Maret 2017ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Februari 2017, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut bulan Maret 2017. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.
Kamimenyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca.Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] ii
TIM REDAKSI
ANGGOTA TIM
ANGGOTA
NANGSIP CAHYANA, S.Si
ANGGOTA
DUATI WARDANI, S.Si
ANGGOTA
YAYAN HERMAWAN
ANGGOTA
DUDI JUHANDINATA,
S.Stat, MM
ANGGOTA
NIZAM MAWARDI, S.Tr ANGGOTA
ADHITYA PRAKOSO, S.Tr
ANGGOTA
ASRI PRATIWI, S.Si
ANGGOTA
PANDE MADE RONY
KURNIAWAN, SST
ANGGOTA
MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si
PELINDUNG
PHILIP MUSTAMU, M.Si. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
PENANGGUNG JAWAB
SURATMAN, S.KOM KEPALA SEKSI
DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA
DEBORA TRULY
MARPAUNG, SST.
ANGGOTA
HANA SOLIHAH, S.Si
ANGGOTA
DEDI HARIANTO
PANJAITAN, S.T.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i
Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii
I. RINGKASAN........................................................................................................................................................ 1 II. PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1 III. ANALISA CUACA DAN IKLIM FEBRUARI 2017 ...................................................................................... 2 IV. PRAKIRAAN CUACA MARET 2017 .......................................................................................................... 11 V. PRAKIRAAN PASANG SURUT MARET 2017 ......................................................................................... 16 VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI
MARET 2017 ..................................................................................................................................................... 19
DAFTAR ISTILAH ..................................................................................................................................................... 22
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 1
RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan Februari 2017 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Februari 2017adalah sebagai berikut:
a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran bawah normal. Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah Utara sampai Timur Laut dari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 14 km/jam.
b. Selama bulan Februari, Indonesia tidak terlewati oleh perambatan MJO sehingga tidak memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau. Nilai IOD, ENSO, serta SOI yang berada pada kondisi netral dan didukung dengan kondisi angin yang cukup kuat menyebabkan kurangnya peluang pertumbuhan awan serta penambahan curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Namun kondisi perairan di Indonesia yang masih cukup hangat selama bulan Februari masih menunjang untuk menghasilkan uap air untuk pembentukan awan.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Maret 2017 hingga Februari 2017. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Maret 1999 s.d Februari 2017. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96336 dan RMSE (error) 10.5681 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Maret 2017 pada dasarian I, II dan III di bawah normalnya.
PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 September 1901 s/d 31 September 1930, 1 September 1931 s/d 31 September 1960, 1 September 1961 s/d 31 September 1990, dan seterusnya.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 2
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
ANALISA CUACA DAN IKLIMFEBRUARI 2017
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 3
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN FEBRUARI 2017
1. Monsun Pada bulan Februari matahari berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) dengan pergerakan
semu menuju ekuator sejauh kurang lebih 10° yaitu dari 20,0°LS menuju 10,0°LS.Hal ini berdampak pada peningakatan suhu muka laut di daerah ekuator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Februari 2017 tercatat satu kejadian siklon tropis yaitu Siklon Tropis Bising, hal ini menyebabkan massa udara menuju ke wilayah tersebut dan cukup berpengaruh terhadap bertambah maupun berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut Februari 2017
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar2. Peta Anomali Suhu Muka Laut BulanFebruari 2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 4
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Februari 2017 berkisar antara 28.00 - 31.00C(Gambar.1) dengan anomali -0.5-+1.50C (Gambar.2).Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia termasuk wilayah Kepulauan Riau masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Hal ini sangat mendukung proses pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Februari 2017
Pada bulan Februari 2017, tekanan udara di BBU secara umum lebih tinggi dari pada BBS karena matahari berada di selatan. Hal ini menyebabkan adanya pergerakkan massa udaradari BBUmenuju BBSsehingga membentuk pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi)di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan–awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan.
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada BulanFebruari 2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 5
Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4), pada daerah Kepulauan Riau angin umumnya bertiup dari arah Utara hingga Timur Laut yang di dominasi dari arah Utara dengan kecepatan 5 hingga 20 knot (Gambar.5). Kondisi angin yang cukup kuat ini kurang mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.
Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan Februari 2017
2. ENSO(El Nino - Southern Oscillation) ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada bulan Februari
2017, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar+0.16 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Februari sebesar-1.2 (Kondisi Netral). Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya peningkatan maupun penurunan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau.
Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar6. Grafik indeks SST Nino3.4
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 6
Sumber :http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar7. Grafik indeks ENSO / SOI
3. MJO(Madden-Julian Oscillation)
a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Sumber:http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 8. Rata-rata OLR Februari 2017
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar
angkasa.Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa.Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut.Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/rendah. Pada bulan Februari 2017, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa bagian barat dan Kalimantan bagian selatan yaitu
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 7
berkisar antara 170-180 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai OLR yang ditunjukkan oleh gambar 8 sekitar 200 - 220 W/m2.Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Februari 2017 tidak cukup banyak.
b. Fase MJO MJO selama bulan Februari 2017 berada pada fase 4 sampai 2 dengan sifat kuat pada
perambatannya.Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5.Pada gambar (9) terlihat bahwa pada bulan Februari wilayah Indonesia tidak terlewati oleh perambatan MJO.Secara teori, kondisi MJO ini tidak memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar10. Grafik IOD
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 8
4. IOD(Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole)berada pada
kisaran normal dengan kondisi netral (-0,4 s.d 0,4). Pada akhir bulan Februari 2017 nilai IOD berada pada kondisi positif yang bernilai +0.11. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Februari 2017, secara umum IOD tidak berpengaruh dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
C. ANALISIS HUJAN BULAN NOVEMBER2016
Berdasarkan data curah hujan bulan Februari 2017yang diterima dari stasiundi Pulau Batam
yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan
Februari 2017 adalah sebagai berikut:
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 9
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN FEBRUARI 2017
a. Hujan
Sifat hujan bulan Pebruari 2017 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 37,2 mm - 129,8 mm atau antara 14,8 % - 51,5 %. Curah hujan terendah terjadi di Mukakuning dan tertinggi di Nongsa. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Pebruari 2017 terdapat 15 hari hujan terukur dan 3 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 115,1 mm atau berkisar 45,7% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B) . Pada dasarian I terjadi 5 hari hujan dengan jumlah curah hujan 8,6 mm, dasarian II terjadi 6 hari hujan dengan jumlah curah hujan 21,6 mm, dan dasarian III terjadi 7 hari dengan curah hujan 84,9 mm. Curah hujan tertinggi 56,2 mm terjadi pada tanggal 28 Pebruari 2017.
Gambar11. Grafik Curah Hujan bulan Februari2016di Hang Nadim
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 10
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 24,5°C - 28,0° C. Suhu udara terendah dalam
bulan Pebruari 2017 adalah 22,2 ° C terjadi pada tanggal 28 Pebruari 2017 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,3°C terjadi pada tanggal 19 Pebruari 2017 siang hari.
Gambar12. Grafik Suhu Udara bulan Februari 2017di Hang Nadim
c. Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 72 % - 92 %. Kelembaban udara
terendah mutlak 54% terjadi pada tanggal 9 Pebruari 2017 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 97% terjadi tanggal 4,12,14,24,25,dan 30 Pebruari 2017 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Pebruari 2017 lebih kering dibandingkan bulan Januari 2017.
Gambar13.Grafik Kelembaban Udara Bulan Februari 2017di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Pebruari 2017 angin permukaan secara umum didominasi
dari arah Utara sampai Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 14 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Timur Laut dengan kecepatan 36 km/jam terjadi pada tanggal 28 Pebruari 2017.
50
60
70
80
90
100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27
RH (%
)
TANGGAL
RH MAXIMUM
RH MINIMUM
RH RATA-RATA
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 11
PRAKIRAAN CUACA MARET 2017
A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin
Pada bulan Maret, posisi matahari dalam gerak semunya bergerak ke utara, tetapi masih di BBS (Belahan Bumi Selatan) yaitu sekitar 10,0°LS s.d 5,0°LU (http://www.physicalgeography.net). Hal ini masih berdampak pada hangatnya suhu muka laut di daerah BBS dan ekuator serta memicu terbentuknya banyak pola tekanan udara rendah.
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Februari – Maret – April 2017
Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Maret 2017
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 17. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Maret2017
Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.Pola angin rata-rata bulan Maret secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Angin dari wilayah BBU akan bertemu dengan angin dari wilayah BBS yang akan menyebabkan konvergensi di wilayah tropis dan dinamakan sebagai ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) (Gambar.16). Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 18.Rata-rata Streamline 3000 feetpada Bulan Maret 2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 12
2. ENSO(EL-NinoSouthern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia.Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), dan BMKG menyatakan bahwa pada bulan Maret 2017 dalam kondisi Normal.Sedangkan menurut NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) pada bulan Maret 2017 dalam kondisi El-Nino Lemah.Sehingga secara umum, ENSO diprediksi kurang memberi pengaruh terhadap penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 19.Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga akhir Februari menunjukkan berada pada kondisi Normal dengan nilai SOI -1.2, sehingga tidak memepengaruhi terhadap bertambah atau berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 20. Grafik SOI Bulan Januari 2015s.d.AkhirMaret 2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 13
3. MJO(Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,
khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Maret 2017 berada pada fase 2 - 3 dengan sifat lemah hingga kuat sehingga cukup mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Nilai anomali OLR bernilai negatif berada di wilayah sebelah barat Indonesia (Gambar 20), pada awal bulan Maret.Hal tersebut mengindikasikan cukup banyak tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia bagian barat pada awal bulan Maret.
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 21.Grafik Fase MJO pada Bulan Februari 2017 dan prakiraan Bulan Maret 2017
Sumber:http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif
Gambar 22.Anomali OLR sampai dengan 27Februari 2017 dan prakiraan 15 hari kedepan
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 14
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, NASA, maupun BMKG memprakirakan pada bulan Maret DMI akan berada pada kondisi normal sehingga tidak mempengaruhi penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 23.Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG 5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan Maret di Batam berdasarkan data klimatologis selama 24 tahun (1993-2016) diketahui:
Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan pada bulan Maret
dibagi menjadi dua bagian di Pulau Batam.Batam bagian Utara sekitar 0 – 50 mm, dan Batam bagian Selatan sekitar 50 – 100 mm.
Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada
bulan Maret 2017 lebih tinggi dibanding dengan bulan Februari 2017, sehingga peluang curah hujannya lebih tinggi pula bila dibanding dengan bulan Februari 2017.
B. PRAKIRAAN HUJANBULAN MARET 2017 1. PrakiraanHujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Maret 2017 hingga Februari 2017.Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Maret 1999 s.d Februari 2017.
Minimum Rata-rata Maksimum
SUHU UDARA 23.7 27 32.6
KELEMBAPAN UDARA 45% 81% 100%
ANGIN 5 Km/jam 12 Km/jam 50 Km/jam
HARI HUJAN 2 13* 24*9 hari disertai petir
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 15
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.96336 dan RMSE (error) 10.5681. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Maret 2017 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III di bawah normalnya.
2. PrakiraanHujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil
prakiraan curahhujan satu bulan pada bulanMaret 2017 di wilayah Barelangsebagaiberikut: Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan Maret 2017
danmembandingkandengan normal hujannyamakasifathujanbulan Maret 2017 di Barelangdapatdiprakirakansebagaiberikut:
Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Maret 2017
Gambar. 24 Peta Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Barelang bulanMaret2017
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 16
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL)MARET 2017
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin.Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.
Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut HighWater (HT) /
Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
1. KOTA BATAM i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 17
2. KABUPATEN BINTAN
i. TANJUNG UBAN
3. KABUPATEN KARIMUN
i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4. KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 18
5. KABUPATEN ANAMBAS i. SELAT PENITING
6. KABUPATEN NATUNA i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 19
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI MARET 2017
1. STASIUN METEOROLOGI HANG
NADIM BATAM
Location : E104 07, N01 07, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0613 1819 0817 2042
2 0613 1818 0908 2135
3 0613 1818 1001 2229
4 0612 1818 1056 2325
5 0612 1818 1152 000
6 0612 1818 1249 0022
7 0612 1817 1346 0119
8 0611 1817 1442 0216
9 0611 1817 1537 0311
10 0611 1817 1630 0405
11 0610 1817 1720 0456
12 0610 1816 1809 0545
13 0610 1816 1855 0632
14 0610 1816 1941 0717
15 0609 1816 2026 0802
16 0609 1815 2110 0846
17 0609 1815 2155 0930
18 0608 1815 2241 1015
19 0608 1815 2328 1101
20 0608 1814 000 1148
21 0607 1814 0015 1236
22 0607 1814 0104 1324
23 0607 1814 0153 1414
24 0606 1813 0243 1505
25 0606 1813 0333 1555
26 0606 1813 0423 1646
27 0605 1812 0514 1738
28 0605 1812 0606 1831
29 0605 1812 0658 1925
30 0604 1812 0752 2020
31 0604 1811 0848 2117
2. STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPINANG
Location : E104 32, N00 55, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0611 1817 0815 2040
2 0611 1817 0907 2133
3 0611 1817 1000 2227
4 0611 1817 1054 2323
5 0610 1816 1150 000
6 0610 1816 1247 0020
7 0610 1816 1344 0117
8 0610 1816 1441 0214
9 0609 1815 1536 0309
10 0609 1815 1628 0403
11 0609 1815 1719 0454
12 0608 1815 1807 0543
13 0608 1815 1854 0630
14 0608 1814 1939 0715
15 0608 1814 2024 0800
16 0607 1814 2108 0844
17 0607 1813 2153 0928
18 0607 1813 2239 1013
19 0606 1813 2326 1059
20 0606 1813 000 1146
21 0606 1812 0013 1234
22 0605 1812 0102 1323
23 0605 1812 0151 1413
24 0605 1812 0241 1503
25 0604 1811 0331 1554
26 0604 1811 0422 1645
27 0604 1811 0512 1736
28 0603 1810 0604 1829
29 0603 1810 0656 1923
30 0603 1810 0751 2018
31 0602 1810 0846 2115
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 20
3. STASIUN METEOROLOGI RANAI
Location : E108 24, N03 55, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0557 1800 0759 2025
2 0557 1800 0849 2119
3 0557 1800 0941 2214
4 0557 1800 1035 2310
5 0556 1800 1130 000
6 0556 1800 1227 0008
7 0556 1759 1324 0105
8 0555 1759 1421 0202
9 0555 1759 1516 0257
10 0554 1759 1610 0350
11 0554 1759 1701 0441
12 0554 1759 1750 0529
13 0553 1758 1838 0615
14 0553 1758 1924 0659
15 0553 1758 2009 0743
16 0552 1758 2055 0826
17 0552 1758 2140 0910
18 0551 1758 2227 0954
19 0551 1757 2314 1039
20 0551 1757 000 1126
21 0550 1757 0002 1214
22 0550 1757 0050 1303
23 0549 1757 0139 1353
24 0549 1756 0229 1444
25 0549 1756 0318 1535
26 0548 1756 0408 1627
27 0548 1756 0458 1720
28 0547 1756 0548 1813
29 0547 1756 0639 1908
30 0547 1755 0733 2005
31 0546 1755 0827 2103
4. STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN
Location : E103 23, N01 03, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0616 1822 0820 2045
2 0616 1821 0911 2138
3 0616 1821 1004 2232
4 0615 1821 1059 2328
5 0615 1821 1155 000
6 0615 1821 1252 0025
7 0615 1820 1349 0122
8 0614 1820 1445 0219
9 0614 1820 1540 0314
10 0614 1820 1633 0408
11 0613 1820 1724 0459
12 0613 1819 1812 0548
13 0613 1819 1858 0635
14 0613 1819 1944 0720
15 0612 1819 2029 0805
16 0612 1818 2113 0849
17 0612 1818 2158 0933
18 0611 1818 2244 1018
19 0611 1818 2331 1104
20 0611 1817 000 1151
21 0610 1817 0018 1239
22 0610 1817 0107 1328
23 0610 1816 0156 1417
24 0609 1816 0246 1508
25 0609 1816 0336 1558
26 0609 1816 0426 1649
27 0608 1815 0517 1741
28 0608 1815 0609 1834
29 0608 1815 0701 1928
30 0607 1815 0755 2023
31 0607 1814 0851 2120
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 21
5. STASIUN METEOROLOGI DABO SINGKEP
Location : E104 34, S00 28, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0611 1817 0815 2040
2 0611 1817 0907 2132
3 0611 1817 1000 2226
4 0610 1817 1055 2322
5 0610 1816 1151 000
6 0610 1816 1248 0019
7 0610 1816 1345 0116
8 0609 1816 1441 0213
9 0609 1815 1536 0309
10 0609 1815 1629 0402
11 0609 1815 1719 0454
12 0608 1815 1807 0543
13 0608 1814 1854 0630
14 0608 1814 1939 0715
15 0607 1814 2023 0800
16 0607 1814 2108 0844
17 0607 1813 2153 0929
18 0607 1813 2238 1014
19 0606 1813 2325 1100
20 0606 1813 000 1147
21 0606 1812 0013 1235
22 0605 1812 0101 1324
23 0605 1812 0150 1413
24 0605 1811 0240 1503
25 0604 1811 0331 1554
26 0604 1811 0421 1645
27 0604 1811 0512 1736
28 0603 1810 0604 1829
29 0603 1810 0656 1922
30 0603 1810 0751 2018
31 0602 1809 0847 2115
6. STASIUN METEOROLOGI TAREMPA
Location : E106 15, N03 12, September 2016
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm Hm
1 0558 1801 0759 2025
2 0557 1801 0850 2119
3 0557 1801 0942 2214
4 0557 1801 1036 2310
5 0557 1801 1132 000
6 0556 1800 1228 0007
7 0556 1800 1326 0105
8 0556 1800 1422 0202
9 0555 1800 1517 0257
10 0555 1800 1611 0350
11 0555 1800 1702 0441
12 0554 1759 1751 0529
13 0554 1759 1838 0615
14 0553 1759 1924 0700
15 0553 1759 2010 0744
16 0553 1759 2055 0827
17 0552 1758 2140 0911
18 0552 1758 2226 0955
19 0552 1758 2314 1041
20 0551 1758 000 1128
21 0551 1758 0001 1215
22 0550 1757 0050 1305
23 0550 1757 0139 1354
24 0550 1757 0228 1445
25 0549 1757 0318 1536
26 0549 1757 0408 1628
27 0548 1756 0458 1720
28 0548 1756 0549 1814
29 0548 1756 0640 1908
30 0547 1756 0734 2005
31 0547 1756 0829 2102
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.039] 22
DAFTAR ISTILAH Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang
membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI (Dipole Mode Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,
maka cenderung banyak hujan. El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara
umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas ITCZ(Intertropical Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan
curah hujan di Indonesia meningkat. MJO(Madden-Novemberan Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR(Outgoing Longwave Radiation)
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan
fenomena cuaca