0
MARKET BRIEF
HS4401
FUEL WOOD IN LOGS,
BILLETS, WOOD IN CHIP OR
PARTICLES
ITPC Osaka, 2016
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 1
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... 2
BAB I ............................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................... 5
POTENSI PRODUK Fuel wood in logs, billets, wood in chips or particles (HS 4401) .... 5
II.1. Potensi produk fuel wood in logs, billets, wood in chips or particles di Jepang ... 5
II.2. Potensi produk fuel wood in logs, billets, wood in chips or particles dalam konteks
dalam negeri ............................................................................................................. 8
BAB III ........................................................................................................................ 16
INFORMASI PASAR ................................................................................................... 16
BAB IV ........................................................................................................................ 22
INFORMASI PERDAGANGAN ................................................................................... 22
4.1. Informasi mengenai impor produk fuel wood in logs, billets, wood in chips or
particles di Jepang .................................................................................................. 22
4.2. Regulasi impor produk fuel wood in logs, billets, wood in chips or particles di
Jepang .................................................................................................................... 24
4.3. Saluran distribusi produk fuel wood in logs, billets, wood in chips or particles di
Jepang .................................................................................................................... 26
BAB V ......................................................................................................................... 28
STRATEGI .................................................................................................................. 28
BAB VI ........................................................................................................................ 32
INFORMASI PENTING ............................................................................................... 32
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Produk HS4401 .................................................................................... 3
Gambar 2. Wood pellets ........................................................................................ 9
Gambar 3. Penanaman Sistem Silvikultur ............................................................ 11
Gambar 4. Imported value Produk HS4401 (Wood Chips, Coniferous wood, dan
Fuel wood in logs)......................................................................................... 16
Gambar 5. Nilai impor produk HS4401 berbentuk Pellet kayu dan sawdust atau
serpihan kayu ............................................................................................... 17
Gambar 6. Negara-negara pengimpor produk HS4401 ........................................ 19
Gambar 7. Negara-negara pemasok produk HS4401 berdasarkan jenisnya ........ 20
Gambar 8. Proses Plant quarantine system di Jepang dalam menyeleksi fuel wood
in logs, billets, wood in chips or particles yang akan dipasarkan di Jepang ... 24
Gambar 9. Contoh label yang harus ditunjukan pada saat proses impor fuel wood in
logs, billets, wood in chips or particles di Jepang .......................................... 25
Gambar 10. Saluran distribusi produk HS4401 .................................................... 27
3
BAB I
PENDAHULUAN
Studi mengenai fuel wood in logs, billets, wood in chips or particles disadari dengan
latar belakang penggunaan bahan bakar kayu sebagai bahan bakar alternative setelah
meledaknya pusat reactor nuklir Jepang di Fukushima akibat bencana gempa dan
tsunami pada tahun 2011. Pusat reactor nuklir di Fukushima merupakan salah satu
sumber energi yang memasok energy ke seluruh Jepang sekitar 30% dimana 70%
didominasi dengan penggunaan bahan bakar fossil. Setelah terjadinya bencana
meledaknya pusat reactor nuklir di Jepang menyebabkan peningkatan jumlah impor
bahan bakar fossil untuk mengisi kekurangan pasokan energy yang dibutuhkan.
Peningkatan jumlah bahan bakar fossil dalam produksi energy, menyebabkan
meningkatnya harga listrik yang digunakan, bergantungnya terhadap komoditi impor
dari bahan bakar fossil, dan meningkatnya emisi gas di area Jepang.
Penggunaan biomassa yang dapat diperbarui merupakan salah satu solusi yang
ditawarkan untuk mengatasi masalah energi yang dibutuhkan oleh Jepang. Salah satu
biomassa yang dapat diperbarui yang ditawarkan diantaranya adalah bahan bakar
kayu.
Gambar 1. Produk HS4401
Jepang merupakan negara yang bergantung kepada negara tetangga untuk sumber
daya energy yang digunakan oleh Jepang baik dalam bidang industri, dan untuk
kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan rumah tangga. Hal tersbut terlihat dari
sedikitnya jumlah lahan yang dimanfaatkan sebagai lahan hijau untuk produksi bahan
4
bakar kayu. Beberapa literature menyatakan bahwa fuel woods merupakan sumber
daya yang terbarukan dikarenakan akan terus diproduksi terus menerus dikarenakan
tanaman melakukan proses fotosintesis yang menyebabkan biomassa dari suatu
produk fuel woods tidak akan habis (recyclable energy).
Bahan bakar fosil yang memegang peranan utama dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat Jepang dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jepang.
Selain itu, bahan bakar fosil yang harus diimpor dari negara-negara timur tengah
menjadi salah satu focus utama pemerintah Jepang. Tak hanya situasi politik negara
timur tengah yang tidak stabil, selain itu keamanan dari stabilitas energy yang
dihasilkan bahan bakar fosil menjadi salah satu perhatian yang cukup serius untuk
pemerintah Jepang pada khususnya.
Biomassa yang dapat diperbarui menjadi salah satu energy alternative untuk
mengurangi penggunaan bahan bakar fossil untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat
Jepang pada umunnya. Peningkatan jumlah biomassa yang dapat diperbarui meningkat
10-14% hingga 15 tahun ke depan berdasarkan data yang didapat dari JETRO pada
tahun 2015. Hal ini dikarenakan pemerintah Jepang ingin mengurangi ketergantungan
terhadap penggunaan bahan bakar fossil dan menjaga pasokan energy ke seluruh
Jepang.
Pemanfaatan kayu sebagai sumber energi sangat prospektif karena ketersediaan bahan
baku yang melimpah (limbah kayu/biomasa), peluang pasar ekspor yang sangat luas
dan nilai ekonomi sangat menjanjikan. Pengembangan energi alternatif terbarukan
khususnya pellet kayu sebagai sumber energi akan memberi kontribusi positif bagi
upaya mitigasi perubahan iklim dunia.
Sebagai energi terbarukan, ketersediaan bahan bakar dari biomass atau limbah kayu
memiliki jaminan kelestarian. Jika selama ini limbah pemanenan kayu dan limbah
pengolahan kayu belum dimanfaatkan maksimal, maka dengan semakin meroketnya
harga minyak bumi dan bahan bakar lainnya, penggunaan pelet kayu yang relatif murah
dan tidak sarat dengan teknologi tinggi akan menjadi pilihan utama dan digunakan luas
di berbagai belahan dunia bahkan sampai ke pedesaan.
Kayu sebagai sumber energi terbarukan, ramah lingkungan dan bernilai ekonomis akan
berkembang di masa depan sebagai bahan bakar alternatif yang prospektif. Bila kita
menatap masa kayu energi yang cerah, kita juga akan berharap luas hutan pun semakin
meningkat dan berdampak pada lingkungan secara global.
5
BAB II
POTENSI PRODUK Fuel wood in logs, billets, wood in
chips or particles (HS 4401)
II.1. Potensi produk fuel wood in logs, billets, wood in chips or particles di
Jepang
Penggunaan bahan bakar kayu sebagai bahan bakar alternative setelah
meledaknya pusat reactor nuklir Jepang di Fukushima akibat bencana gempa dan
tsunami pada tahun 2011 menjadi latar belakang penggunaan bahan bakar kayu
sebagai energy alternatif. Pusat reactor nuklir di Fukushima merupakan salah satu
sumber energi yang memasok energy ke seluruh Jepang sekitar 30% dimana 70%
didominasi dengan penggunaan bahan bakar fossil. Setelah terjadinya bencana
meledaknya pusat reactor nuklir di Jepang menyebabkan peningkatan jumlah
impor bahan bakar fossil untuk mengisi kekurangan pasokan energy yang
dibutuhkan.
Produk yang mencakup HS 4401 melingkupi :
a. (HS 4401.10) fuel wood, in logs, in billets, in twigs, in faggots, or in similar forms
b. (HS 4401.21) Kayu yang berasal dari tanaman Coniferous / pinus-pinusan
c. (HS 4401.22) kayu yang berasal dari tanaman non-coniferous / selain
pinus-pinusan
d. (HS 4401.31) wood pellets
e. (HS 4401.39) Lainnya (produk Sawdust dalam bentuk arang, briquettes)
Beberapa kebijakan tentang hukum yang membahas tentang lingkungan hidup
menjadi salah satu focus yang diperhatikan oleh Jepang akhir-akhir ini. “Biomass
Nippon Strategy” adalah salah satu kebijakan yang memiliki keterkaitan yang kuat
dengan biomass yang digunakan sebagai energy alternative pengganti tenaga
nuklir. Strategi ini merupakan salah satu aksi nyata yang menggunakan
keuntungan dalam memasarkan produk biomass yang berbasis renewable dari
sudut pandang pencegahan pemanasan global, pembentukan komunitas daur
6
ulang/recycling , strategi untuk memasarkan produk industry dari biomassa dan
memancing adanya aktivasi untuk daerah pedesaan oleh Kementrian Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan Jepang bersama dengan kementrian lainnya yang
terkait pada bulan desember 2003. Pada tahun 2006, pemikiran mengenai
perubahan situasi terhadap keuntungan penggunaan biomassa dan penyesuaian
beberapa strategi seperti yang tercantum pada Kyoto protocol (februari 2005), dan
adanya pemasaran tentang tata cara pengukuran biomassa dengan
memperkenalkan bio-fuel secara domestic dan penggunaan biomassa yang tidak
terpakai seperti serpihan kayu sebagai materi baru sebagai sumber biomassa
lainnya.
Berdasarkan gambaran yang tercantum pada biomass Nippon Strategy yang
dikeluarkan kementrian pertanian, kehutanan, dan perikanan Jepang, diumumkan
bahwa biomass Nippon akan diindikasikan akan terjadi pada tahun 2030. Oleh
karena itu, dibutuhkan gambaran biomass Nippon yang diharapkan menjadi
perkembangan teknologi yang akan membuat masyarakat lebih mengerti untuk
diaplikasikan kepada masyarakat Jepang pada umumnya. Strategi ini dilaksanakan
melalui penggunaan kayu yang sudah tidak terpakai seperti serpihan kayu (sekitar
5 juta ton/tahun) digunakan untuk bahan bakar energy dan sebagai media tumbuh
dari jamur.
Potensi produk fuel wood ini akan semakin meningkat seiring dengan berjalannya
program kerja yang ditargetkan oleh pemerintah Jepang untuk menggunakan
bahan bakar yang dapat diperbarui seperti bahan bakar kayu yang mudah
didapatkan dan dibudidayakan secara maksimal di Indonesia. Luasnya lahan
perhutanan Indonesia menjadi nilai positif bagi industry fuel wood Indonesia yang
dapat dijadikan peluang yang cukup bagus untuk meningkatkan jumlah produk fuel
wood ke Jepang.
Hasil kehutanan Jepang tidak mengalami peningkatan dikarenakan rendahnya
keuntungan yang diperoleh. Produktivitas hutan di Jepang lebih cenderung sedikit
dikarenakan hanya 40 % dari total hutan buatan di Jepang dilestarikan untuk
dimanfaatkan kayunya. Kurangnya pemahaman mengenai bagaimana cara untuk
menghasilkan system produksi kayu yang efisien pun menjadi salah satu kendala
dalam industry kayu di Jepang. Penggunaan hutan buatan diperuntukan untuk
membudidayakan beberapa jenis kayu yang biasa digunakan sebagai bahan kayu
untuk pembangunan rumah atau kebutuhan lainnya. Permintaan mengenai jenis
7
kayu, varietas, dan kualitas kayu yang akan dipasarkan akan menjadi salah satu
pemanfaatan hutan buatan yang diperuntukan untuk memenuhi permintaan pasar
Jepang. Akan tetapi, hutan buatan itu masih belum bisa memenuhi permintaan
pasar Jepang. Hal tersebut terlihat dari besarnya jumlah kayu yang diimpor Jepang.
Sebesar 80% dari total konsumsi produk kayu di Jepang diperoleh karena produk
impor kayu Jepang.
Berdasarkan penjabaran dari produk HS4401, fuel wood merupakan produk
subsector kehutanan. Subsektor ini memiliki peran yang cukup penting dalam
perekonomian Indonesia. Subsektor ini berperan dalam penghasil devisa negara
untuk mengjasilkan bahan baku/bahan olah industry hulu. Fuel wood yang biasa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan biomassa Jepang merupakan kayu dalam
bentuk kayu bakar, arang, chips, pellets, dan serpihan kayu. Beberapa bentuk yang
digunakan sebagai bahan bakar kayu bergantung kepada sumber, kuantitas,
kualitas dan fungsi dari masing-masing bentuk. Dalam berbagai area, kayu bakar
merupakan bentuk yang mudah untuk didapatkan. Selain kayu bakar tidak
membutuhkan alat khusus untuk mengambil ranting-ranting atau kayu yang sudah
“mati”.
Energi biomassa dalam hal ini mencakup kayu bakar, limbah pembalakan, limbah
industri perkayuan, limbah perkebunan/pertanian, briket kayu, arang dan briket
arang. Dalam sektor kehutanan, energi biomassa difokuskan pada kayu bakar,
limbah pembalakan, limbah industri perkayuan, arang, dan briket arang
Beberapa pertimbangan yang dijadikan alasan penggunaan produk biomass yang
akan digunakan sebagai bahan bakar yang dapat diperbarui (fuel wood) sebagai
berikut :
a. Renewable. Kayu sebagai bahan bakar terbarukan karena bisa diproduksi
kembali
b. Energi yang dihasilkan tinggi namun emisi rendah (dibawah 0.1 kg CO2/kWh)
c. Bahan Bakar Karbon Netral . Kayu dari pohon sebagai bahan bakar alternatif
selain minyak bumi dan batubara juga sekaligus berfungsi penyerap karbon.
d. Penggunaan bahan bakar kayu sebagai bahan bakar dapat menumbuhkan
minat masyarakat menghijaukan lahan sehingga tercipta lingkungan yang lebih
baik.
e. Nilai dari diversifikasi produk olahan kayu atau limbah kayu menjadi kayu
energi akan meningkatkan pendapatan baik tingkat perusahaan maupun
8
masyarakat.
II.2. Potensi produk fuel wood in logs, billets, wood in chips or particles
dalam konteks dalam negeri
Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas hutan tropis terbesar di dunia
setelah Brazil. Hal ini menjadi salah satu keuntungan untuk Indonesia sebagai
produsen kayu di dunia. Lokasi yang relative dekat untuk ditempuh selama proses
ekspor merupakan salah satu keuntungan dari Indonesia dalam mengekspor
produk fuel wood in logs, billets, wood in chips or particles. Luasnya hutan tropis di
Indonesia menjadi salah satu keuntungan yang dimiliki Indonesia. Berbagai macam
produk biomassa kayu yang berpotensi menjadi produk fuel wood in logs, billets,
wood in chips or particles yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasokan
energy Jepang.
Sebagian besar perusahaan dan masyarakat menanam pohon untuk dimanfaatkan
kayunya. Nilai ekonomis kayu dari pemanenan pohon telah banyak diketahui oleh
semua kalangan, namun nilai ekonomi kayu untuk bahan bakar misalnya pellet
kayu (wood pellet) belum diketahui. Berikut perbandingan antara nilai ekonomi
kayu dan pellet kayu (kayu untuk energi).
Kegiatan penebangan pada hutan yang akan dipanen untuk kayu pertukangan
sebagian besar dilakukan dengan sistem tebang pilih atau tebang habis. Misalnya
pada lahan yang ditanami Acacia mangium (Akasia), dengan jarak tanam 3 x 3
meter, dalam satu hektar lahan bisa ditanami sekitar 1100 pohon akasia. Dengan
asumsi satu pohon Akasia menghasilkan 1 m3 kayu dengan nilai jual 1 m3 akasia =
Rp. 800.000,- / m3, maka, nilai ekonomi dari kayu pertukangan untuk 1 ha adalah
Rp. 880.000.000,-(dalam 10-12 thn).
Pellet kayu diasumsikan 1 pohon akasia menghasilkan 1 m3 kayu tebangan dimana
berasal dari 75% dari keseluruhan pohon akasia, maka 25% atau sebesar 0,33 m3
merupakan hasil sampingan dari tebangan pohon tersebut. Apabila dalam 8 tahun
pohon akasia yang di tebang adalah 20% dari keseluruhan batang pohon akasia per
ha sama dengan 220 pohon akasia maka hasil sampingannya adalah 72,6 m3. Jika
berat jenis akasia adalah 450 kg / m3 maka dalam satu periode penebangan akasia
produk hasil sampingnya sebesar 32,67 ton. Misalnya harga pasar 1 ton pellet kayu
di pasar AS berkisar antara US$ 200 – 250 / ton maka dengan asumsi nilai tukar
9
rupiah sebesar Rp. 9000,- nilai ekonomi yang diketahui adalah sekitar Rp.
58.806.000,-.
Pelet kayu menjadi perhatian utama saat ini karena faktor kemudahan dalam
bahan baku dan memiliki karakteristik yang ramah lingkungan. Pelet kayu
menghasilkan emisi (NOx, SOx dan HCL) yang lebih rendah dibanding limbah
pertanian seperti jerami atau sekam padi. Keuntungan lain pelet kayu dibanding
bahan bakar kayu lain seperti chip kayu (wood chip) antara lain : memiliki kalori
lebih tinggi (pelet kayu 4,3 juta kal/ton; chip kayu 3,4 juta kal/ton); namun harga
pelet kayu lebih tinggi; dimana pelet kayu (334 US$/ton) dan chip kayu
(171US$/ton). Bahan baku pelet kayu dapat berasal dari limbah eksploitasi seperti
sisa penebangan, cabang dan ranting, limbah industri perkayuan seperti sisa
potongan, chip, serbuk gergaji dan kulit kayu.
Gambar 2. Wood pellets
Bahan bakar yang dihasilkan dari kayu diharapkan memiliki sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Memiliki nilai kalor yang tinggi
2. Memiliki kadar air yang cukup memungkinkan terjadinya pembakaran
3. Memiliki rendemen yang tinggi
4. Memiliki laju penyulutan yang cepat dan pembakaran yang stabil
5. Ramah lingkungan
Kualitas kayu sebagai sumber energi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu sebagai
berikut :
10
1. Jenis spesies
Jenis spesies hardwood (kayu keras) dan softwood (kayu lunak) memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap kualitas kayu sebagai sumber energi. Nilai
kalor yang dihasilkan oleh softwood cenderung lebih tinggi daripada hardwood
(Baker, 1983). Nilai-nilai panas pembakaran ini sedikit hubungannya dengan
jenis spesies kayu dan hanya bervariasi paling besar 5 – 8% (Prawirohatmodjo,
2004). Pohon yang tumbuh cepat dan memiliki banyak cabang cenderung
memiliki energi yang tinggi. Ciri-ciri ini dapat ditemukan pada softwood.
2. Sistem silvikultur
Untuk meningkatkan nilai kalor pada kayu dapat ditempuh dengan menerapkan
sistem silvikultur, yaitu :
2.1. Pola penanaman yang diterapkan sebaiknya bersifat murni, yaitu pola
penanaman tegakan hutan dengan spesies – spesies pohon yang khusus
ditujukan untuk sumber energi. Spesies – spesies pohon yang dapat diusahakan
antara lain Acacia vilosa, A. auriculiformis, A. mangium, A. oraria, Eucalyptus
urophylla, E. alba, E. deglupta, Albizzia procera, melina (Gmelina arborea), soga
(Adenanthera spp.). Selain itu, dapat juga digunakan jenis tanaman pagar
seperti gamal (Gliricidae immaculate), angsana/sono kembang (Dalbergia
latifolia), secang (Caesalpinia sappon), petai cina (Leucaena glauca), lamtoro (L.
leucochephala) dan kaliandra (Calliandra calothyrsus). Tanaman pagar mampu
tumbuh dari trubusan dan umumnya berdiameter kecil sehingga tidak layak
untuk kayu pertukangan.
2.2. Untuk mendapatkan tegakan dengan percabangan yang banyak, maka
jarak tanam harus diatur selebar mungkin. Biasanya digunakan jarak tanam 1 ×
2 m.
11
Gambar 3. Penanaman Sistem Silvikultur
2.3. Pola – pola pemeliharaan yang disarankan, adalah :
- Model trubus (cabang – cabang dipangkas dan disisakan pohon pentingnya
saja)
- Tertuju pada perlindungan terhadap penyakit, hama, dan api yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman sumber energi biomassa.
- Penjarangan dilakukan apabila diperlukan dengan intensitas rendah.
3. Umur pemanenan
Umur pohon pada saat pemanenan menentukan kualitas kayu yang dipanen.
Sebaiknya pemanenan pada pohon yang sudah berumur cukup tua dan secara
kimiawi telah mengalami tahap pengerasan dinding sel (lignifikasi).
4. Ekologi hutan tanaman
Ekologi hutan tanaman berhubungan dengan iklim, cuaca, curah hujan, tempat
tumbuh, kesuburan tanah dan intensitas sinar matahari yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman energi.
5. Bagian pohon
Ada perbedaan antara kayu bagian akar dan bagian batang terhadap kualitas
kayu sebagai sumber energi. Hal ini dipengaruhi oleh sifat-sifat dasar kayu
seperti sifat anatomi, fisika, dan kimia kayu yang berbeda dalam satu pohon.
12
Faktor lain yang perlu diperhatikan untuk penggunaan kayu sebagai energy
alternative adalah kecepatan tumbuh yang besar dengan sifat percabangan yang
lebat.
Nilai kalor atau nilai panas adalah ukuran kualitas bahan bakar dan biasanya
dinyatakan dalam British Thermal Unit (BTU) seperti dijelaskan dalam Brady
(1999), yaitu jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu pound
air sebesar 1o F. Nilai kalor yang dinyatakan dalam kalori berarti jumlah panas
yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air sebesar 1oC. Nilai kalor kayu
ditentukan oleh berat jenis kayu, kadar air, dan komposisi kimia kayu khususnya
kadar lignin dan kadar ekstraktif. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai
factor-faktor yang menentukan nilai kalor kayu :
5.1. Berat Jenis Kayu
Definisi berat jenis kayu adalah perbandingan antara kerapatan kayu yang
diukur atas dasar berat kering tanur dan volume pada kandungan air yang
telah ditentukan dengan kerapatan air pada suhu 4oC. Berat jenis kayu
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dimensi serat, letak kayu awal dan
kayu akhir, persentase selulosa dan lignin serta kandungan ekstraktif yang
ada dalam kayu (Hygreen dan Bowyer, 1996).
Ada perbedaan berat jenis kayu antara softwood dan hardwood. Softwood
dan hardwood bisa dibedakan secara nyata dengan melihat atau
membandingkan struktur anatomi kayunya. Softwood tidak memperlihatkan
pori atau pembuluh sedangkan hardwood menampakkan pori pada irisan
atau bidang pengamatan kayu. Softwood terdiri atas lebih dari 90% trakeid
sedangkan hardwood terdiri atas sel-sel yang lebih banyak dan kompleks,
seperti pembuluh, parenkim, jari – jari, serat dan lainnya. Pada softwood,
berat jenis kayu ditentukan oleh trakeid sedangkan pada kayu daun
ditentukan oleh porsi sel yang terbanyak. Berdasarkan pernyataan di atas,
dapat dikatakan bahwa softwood cenderung memiliki berat jenis kayu lebih
tinggi daripada hardwood. Dalam kimia kayu, berat jenis menunjukkan
jumlah lignoselulosa pada volume kayu tertentu.
5.2. Kadar Air
Menurut Prawirohatmodjo (2004), kadar air didefinisikan sebagai banyaknya
air yang terdapat pada sepotong kayu yang dinyatakan dalam persentase
dari berat kering tanurnya. Kadar air kayu antarjenis sangat bervariasi
13
bahkan dalam satu jenis pun memiliki variasi yang bermacam-macam
tergantung dari perlakuan yang diterima oleh kayu. Banyaknya kandungan
kadar air pada kayu bervariasi tergantung jenis kayunya, kandungan
tersebut berkisar antara 40 – 300 %, dinyatakan dengan persentase dari
berat kayu kering tanur. Berat kayu kering tanur dipakai sebagai dasar,
karena berat ini merupakan petunjuk banyaknya zat pada kayu.
kadar air kayu sangat menentukan kualitas arang yang dihasilkan. Arang
dengan nilai kadar air rendah cenderung memiliki nilai kalor tinggi dan
menunjukkan arang ini dihasilkan dari jenis kayu yang memiliki kadar air
rendah. Dalam proses karbonisasi, makin tinggi kadar air kayu maka makin
banyak pula kalor yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dalam kayu
tersebut menjadi uap sehingga energi yang tersisa dalam arang menjadi
lebih kecil.
Kadar air dari bahan bakar kayu bervariasi dari 20 – 65% dan dipengaruhi
oleh kondisi iklim, waktu, spesies pohon, bagian batang, dan fase
penyimpanan. Biasanya cukup menggunakan kadar air 40% sebagai
standar ketika nilai energi per luas area diperkirakan. Kadar air sekitar 70 –
80% tidak mendukung proses pembakaran. Penguapan air memerlukan
energi dari proses pembakaran (0,7 kWh atau 2,6 MJ per kilogram air)
5.3. Komposisi Kimia Kayu
Menurut Tillman (1976), komponen penyusun kimia kayu memberikan nilai
kalor yang berbeda, yaitu :
a. Nilai kadar holoselulosa : 7.567 BTU/lb (17.600 J/kg)
b. Nilai kadar lignin : 11.479 BTU/lb (26.700 J/kg)
c. Nilai kadar ekstraktif : 11.500 BTU/lb (26.749 J/kg)
Dari data di atas diketahui bahwa holoselulosa, lignin, dan ekstraktif
memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap nilai kalor, khususnya
lignin dan ekstraktif memerikan nilai kalor lebih besar daripada holoselulosa.
Menurut Prawirohatmodjo (2004), pengaruh susunan kimia berasal dari
lignin yang memiliki nilai kalor lebih tinggi (± 6.100 kkal/kg) dibandingkan
dengan selulosa (4.150 – 4.350 kkal/kg). Untuk mendapatkan kayu dengan
kadar lignin tinggi, dapat dilakukan upaya pemuliaan tanaman, rekayasa
genetika, mengatur waktu pemanenan dimana pemanenan hanya dilakukan
14
pada pohon yang telah mengalami tahapan pengerasan dinding sel.
Sementara itu, adanya resin dalam kayu mempengaruhi nilai kalor yang
dihasilkan. Kayu yang mengandung resin memiliki nilai kalor yang lebih
tinggi dibanding dengan kayu yang tidak beresin. Sebagai contoh, oleoresin
mempunyai nilai kalor tinggi (8.500 kkal/kg). Oleh karena itu, kayu jarum
(pinus) yang mengandung resin mempunyai nilai kalor yang lebih tinggi.
5.4. Kadar Karbon Terikat dan Kadar Abu
Kadar karbon terikat berhubungan dengan nilai kalor. Semakin tinggi kadar
karbon terikat maka nilai kalor semakin tinggi pula karena reaksi oksidasi
akan menghasilkan kalori (reaksi eksothermis). Arang yang bermutu baik
adalah arang dengan nilai kalor dan kadar karbon terikat yang tinggi namun
kadar abu rendah. Kadar karbon terikat tinggi bila lebih dari 60 %.
Abu berperan menurunkan mutu bahan bakar karena menurunkan nilai kalor.
Salah satu unsur utama abu adalah silika, dan pengaruhnya kurang baik
terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Semakin rendah kadar abu, maka
semakin baik briket arang tersebut. Kadar abu dikatakan kecil bila kurang
dari 8 %. Kadar abu yang terlalu tinggi akan menyebabkan kerak pada dasar
alat-alat yang digunakan dan juga kotor.
Berdasarkan beberapa factor yang menentukan kualitas bahan bakar kayu,
terdapat beberapa factor yang harus dipertimbangkan untuk mengembangkan
produk bahan bakar yang berbasis kayu. Berikut beberapa pertimbangan
menggunakan kayu sebagai bahan dasar untuk bahan bakar :
15
masing-masing subsistem mempunyai kondisi dan strategi yang berbeda, dimana
untuk mengembangkan industry pellet kayu kedepan masih terbuka peluang atau
dimungkinkan terutama untuk memenuhi permintaan pasar domestik. Dengan
ketersediaan bahan baku berupa serbuk gergaji, bebetan dan sebetan, maka
potensi pengembangan industri pellet dapat dilakukan melalui integrasi dengan
industri
penggergajian yang telah ada yang merupakan investasi modal dalam negeri.
Berdasarkan sub system, kelembagaan, kekuatan berupa dukungan dari pihak
perbankan, peluangnya berupa ketersediaan lahan terutama pada lahan kritis
untuk pengembangan tanaman jenis yang sesuai dengan bahan baku pellet kayu.
Sementara itu kelemahannya adalah belum ada mitra usaha dan perlu dukungan
dari sector lain, sedangkan ancaman dari industry produk fuel wood adalah
lemahnya koordinasi para pihak kelembagaan yang terkait terhadap produk fuel
wood itu sendiri.
16
BAB III
INFORMASI PASAR
Kebutuhan wood fuel yang bersaing dengan prioritas kehidupan yang terdiri dari
sandang, pangan, dan papan menjadi salah satu kendala dalam proses produksi wood
fuel. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan akan kayu sangat dibutuhkan untuk
konstruksi bangunan yang saat ini juga sedang berkembang dengan pesat.
Bersaingnya kebutuhan kayu untuk pembangunan beberapa konstruksi bangunan
seperti rumah, dan pergedungan seiring dengan bertambahnya jumlah populasi dunia
menjadi salah satu kendala penyediaan wood fuel dalam jumlah besar.
Gambar 4. Imported value Produk HS4401 (Wood Chips, Coniferous wood, dan Fuel
wood in logs)
Kebutuhan beberapa kayu yang menjadi salah satu bahan untuk memenuhi kebutuhan
papan masyarakat Jepang pun terlihat lebih cenderung stabil dari tahun 2011 hingga
2015. Selain dikarenakan kebutuhan kayu yang dibutuhkan oleh masyarakat Jepang
sangat tinggi tetapi juga dikarenakan sedikitnya lahan yang bisa dimanfaatkan
masyarakat Jepang untuk memproduksi kayu untuk diri mereka sendiri. Hal itu
menyebabkan jumlah impor dari dunia untuk Jepang terhadap produk kayu yang belum
diolah (gelonggongan) cenderung lebih stabil.
Oleh karena itu, pemerintah Jepang juga mengatasi masalah ini dengan penggunaan
17
bahan sisa dari bahan kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan
seperti pellet kayu, atau serpihan kayu yang dibisa didapatkan dari sisa bahan
pembangunan dan akan diolah lebih lanjut sebagai briquettes atau arang yang akan
menjadi salah satu bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energy masyarakat
Jepang.
Gambar 5. Nilai impor produk HS4401 berbentuk Pellet kayu dan sawdust atau
serpihan kayu
Pemisahan produk pellet kayu dan serpihan kayu dalam HS 4401 dimulai pada tahun
2012. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah impor untuk produk pellet kayu yang
semakin meningkat setiap tahunnya (Gambar 5). Hal tersebut dikarenakan keberadaan
pellet kayu untuk fuel wood cenderung lebih stabil untuk memenuhi kebutuhan pellet
kayu sebagai salah satu fuel wood yang digunakan di Jepang. Selain itu, harga pellet
kayu yang cenderung lebih murah apabila dibandingkan dengan produk sama yang
dijual secara domestic.
Beberapa alasan penggunaan pellet kayu sebagai bahan bakar alternative di Jepang
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pellet lebih mudah digunakan jika dibandingkan dengan kayu bakar dan arang.
Sehingga mudah disimpan, dibawa, dan disupply.
2. Ukuran pellet yang sama dengan kandungan air yang sama akan meningkatkan
nilai kalor dan efisiensi pembakaran.
18
3. Pellet memiliki kandungan sulfur dan nitrogen yang sdikit
4. Sangat mudah untuk mengurangi kapasitas simpan karena pellet memiliki
kerapatan energy yang cukup tinggi.
Jepang merupakan salah satu pengguna bahan bakar kayu berupa pellet yang berada
dalam tahap awal perkembangannya. Mayoritas permintaan bahan bakar berupa kayu
berasal dari sector energy industry. Pengguna mayoritas bahan bakar kayu berupa
pellet untuk bahan bakar alternatif adalah Kansai Electric Power Corporation. Hal
tersebut dikarenakan pemerintah Jepang sedang mencanangkan standar pengurangan
emisi karbon berdasarkan Kyoto protocol. Sehingga adanya kemungkinan yang besar
bahwa beberapa perusahaan pengguna listrik akan mengikuti jejak Kansai electric
power corporation untuk menggunakan bahan bakar kayu berupa pellet sebagai
pengganti batu bara yang saat ini masih umum digunakan di beberapa perusahaan di
Jepang.
Kansai electric power corporation di Jepang merupakan salah satu pengguna listrik
untuk kegiatan sehari-hari mereka. Perusahaan ini memulai penggunaan bahan bakar
kayu pellet menjadi bahan bakar alternated di Maizuru power plant pada Agustus 2008.
Bahan bakar kayu dilansir dapat menghasilkan 120 juta kWh pertahun energy listrik
yang dapat digunakan dalam suatu industry. Jumlah energy yang dihasilkan bahan
bakar kayu pellet merupakan 2% dari total keluaran energy Maizuru power plant
gunakan. Selain Kansai electric power corporation, Mitsubishi Corporation juga
menginvestasikan bahan bakar kayu pellet yang didapatkan dari Vis Nova Trading
(VNT) GmbH sebanyak 45% dari total pellet kayu yang digunakan. VNT sendiri
merupakan perusahaan yang berasal dari Jerman. VNT memproduksi bio-pellet untuk
dijadikan bahan bakar alternative dengan cara mengompres bahan bahan biomassa
yang sudah tidak digunakan. VNT sendiri dapat memproduksi 120.000 ton pellet kayu
setiap tahunnya.
Seperti yang dilansir oleh website www.intracen.org, importir produk HS 4401 terbesar
ke negara Jepang adalah Vietnam, diikuti oleh Australia, Chile, Afrika selatan, Thailand,
dan Amerika. Indonesia menduduki peringkat 10 besar pengimpor produk yang masuk
kedalam HS 4401. Hal tersebut dikarenakan Vietnam memiliki standar yang konsisten
sehingga pada saat proses impor produk HS 4401 menjadi lebih mudah. Hal ini terlihat
dari dominansi impor keseluruhan produk HS 4401 yang didominasi oleh Vietnam
sebagai 5 besar.
19
Gambar 6. Negara-negara pengimpor produk HS4401
Vietnam merupakan negara produsen fuel wood yang banyak digunakan oleh industry
dan dipercaya oleh pemerintah Jepang untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar
masyarakat Jepang. Selain dikarenakan system yang sudah dibuat oleh pemerintah
Vietnam untuk memproduksi bahan bakar berbasis kayu sudah sangat teratur dan baik,
tetapi juga didukung oleh pemerintah Jepang. Kepercayaan yang cukup besar kepada
produk fuel wood yang berasal dari Vietnam menjadi salah satu modal yang baik untuk
proses ekspor-impor produk fuel wood itu sendiri.
Indonesia sendiri telah memiliki kerjasama yang cukup baik dengan pemerintah Jepang.
Kerjasama Indonesia dan Jepang dalam hal pencegahan pembalakan liar sebagai
salah satu langkah untuk mewujudkan apa yang tertulis dalam Kyoto Protocol
merupakan langkah baik untuk pemerintah Indonesia dalam proses ekspor-impor
bahan bakar berbasis kayu.
Indonesia sebagai negara penghasil kayu di dunia, berkontribusi kepada pasokan
bahan bakar kayu untuk Jepang. Selanjutnya, akan dibahas mengenai beberapa
produk HS 4401 dimana Indonesia menjadi eksporter terbesar dalam memasok bahan
bakar kayu di Jepang.
Seperti yang terlihat pada gambar 7, Indonesia secara umum menjadi 10 besar negara
yang memasok bahan bakar kayu di Jepang. Beberapa produk HS4401 yang diimpor
diantaranya adalah wood pellets, wood chips, fuel woods in logs, dan sawdust (serpihan
kayu). Berdasarkan klasifikasi tersebut, akan dibahas secara mendalam berdasarkan
produk turunan HS4401 tersebut.
20
Gambar 7. Negara-negara pemasok produk HS4401 berdasarkan jenisnya
Produk turunan HS 4401 yang akan dibahas pertama kali adalah produk wood pellets.
Produk ini didominasi oleh produk dari Canada. Hal tersebut dikarenakan banyaknya
perusahaan-perusahaan di Kanada yang lebih focus kepada produksi wood pellet.
Kesadaran mengenai renewable energy yang dibutuhkan untuk menghasilkan energy
yang akan digunakan dalam keseharian masyarakat dunia dikarenakan berkurangnya
pasokan bahan bakar fosil yang saat ini masih mendominasi untuk digunakan sebagai
bahan bakar utama penghasil energy dunia.
Selanjutnya adalah produk turunan HS4401 berupa wood chips. Produk ini didominasi
oleh produk dari Vietnam. Sistem pengelolaan kayu yang berbentuk serpihan oleh
pemerintah Vietnam menjadi salah satu produk andalannya. Tak hanya digunakan
sebagai pengganti bahan bakar kayu, tetapi juga digunakan sebagai bahan baku untuk
memproduksi kertas di negara tujuan seperti Jepang. Supply yang cukup banyak untuk
produk ini memang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan industry yang sudah
disebutkan sebelumnya.
Produk turunan HS4401 berupa fuel woods in logs atau bahan bakar kayu berupa
21
gelonggongan menjadi salah satu keuntungan yang dimiliki Indonesia meskipun Cina
masih mendominasi pasokan produk ini. Setelah China, diikuti oleh Vietnam dan
Kanada yang menjadi salah satu pengimpor dua produk sebelumnya. Seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya, kedua produk yang sudah disebutkan merupakan produk
by-product atau produk sisa dari pembalakan kayu-kayu gelonggongan. Indonesia
menjadi salah satu top 5 importir produk ini dan terlihat trend yang cukup stabil dalam
peranannya untuk memasok produk ini ke pasar Jepang.
Produk terakhir dari HS4401 dimana Indonesia masih mendominasi adalah sawdust
atau serpihan kayu. Seperti produk sebelumnya, Vietnam merupakan negara
pengimpor produk sawdust terbanyak. Produk ini merupakan produk sisa dari
pembalakan sehingga ini menjadi salah satu keuntungan pemerintah Vietnam untuk
memproduksi lebih banyak sawdust untuk diolah baik untuk industry kertas, dibuat
sebagai bahan bakar kayu pellet / wood pellets atau dikirim dalam kondisi mentah
(tanpa diolah) ke Jepang. Pengelolaan kayu yang baik memang menjadi salah satu
andalan Pemerintah Vietnam dalam mengirimkan produknya ke Jepang.
Selain itu, banyaknya perusahaan Jepang yang sedang berkembang di Vietnam
menjadi salah satu keuntungan tambahan yang didapatkan. Hal tersebut dikarenakan
adanya system “trust” dari para pelaku industry terhadap produk yang berasal dari
Vietnam. Tak hanya banyaknya perusahaan Jepang di Vietnam, tetapi juga mudahnya
proses baik secara dokumen ataupun hal-hal yang berkaitan dengan legalisasi yang
dilakukan pemerintah Vietnam terhadap pelaku industry Jepang di Vietnam menjadi
salah satu nilai lebih Vietnam untuk mengirim produk produk yang berbasis industry
seperti bahan bakar kayu yang disebutkan sebelumnya.
.
.
22
BAB IV
INFORMASI PERDAGANGAN
4.1. Informasi mengenai impor produk fuel wood in logs, billets, wood in
chips or particles di Jepang
Pada tahun 2015, besarnya luas hutan di Dunia sekitar 4 miliar hektar atau 31%
dari global terrestrial land area berdasarkan Food and Agriculture Organization
(FAO), dari PBB. Selama 5 tahun antara tahun 2010 hingga 2015, jumlah area
hutan berkurang sebesar 3.31 juta hektar/tahun. FAO menjelaskan meskipun sulit,
secara umum, keberadaan hutan dunia akan terus menurun seiring dengan
bertambahnya jumlah populasi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan akan
sandang dan panjang yang akan terus meningkat. Kecepatan hilangnya area hutan
bisa mencapai 50% dalam kurun waktu 25 tahun.
Beberapa pemikiran awal sedang dibicarakan oleh pemerintah dunia mengenai
bagaimana cara mengembangkan indikasi dan beberapa kriteria untuk menjaga
keberlangsungan kehidupan hutan dunia. Jepang sebagai salah satu member yang
termasuk ke dalam montreal process untuk proses konservasi dan manajemen
keberlansungan hutan temperate dan hutan boreal yang terdapat pada 12
negara-negara asia-pasifik. Salah satu hal yang menjadi focus dari usaha untuk
proses konservasi hutan adalah illegal logging. Pemerintah Jepang merupakan
salah satu negara yang sangat mengecam segala upaya illegal logging di dunia.
Berdasarkan informasi tersebut, adanya sertifikasi hutan dibutuhkan para
pengelola hutan yang dikelola oleh swasta untuk menunjukan bahwa para
pengelola hutan memiliki hak untuk menjual produk kayu dalam hal menjaga
keberlangsungan kehidupan hutan. Di Jepang, ada dua jenis sertifikasi yang
dikelola oleh Forest Stewardship Council (FSC), organisasi internasional, dan the
Sustainable Green Ecosystem Council (SGEC), sebuah organisasi independen
yang diawasi oleh pemerintah Jepang. Hal tersebut dikarenakan luasnya
presentasi hutan di jepang apabila dibandingkan dengan Eropa, dan
negara-negara di Amerika Utara.
Akan tetapi kebutuhan masyarakat Jepang terhadap fuel wood dalam kehidupan
sehari-hari sebagai sumber daya energy alternative yang menggantikan fossil fuel
23
dan nuclear. Sumber daya berbasis nuklir yang sempat mengalami kendala
dikarenakan meledaknya pusat reactor nuklir di Fukushima menyebabkan adanya
sedikit trauma untuk masyarakat Jepang.
Kebutuhan wood fuel yang bersaing dengan prioritas kehidupan yang terdiri dari
sandang, pangan, dan papan menjadi salah satu kendala dalam proses produksi
wood fuel. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan akan kayu sangat dibutuhkan untuk
konstruksi bangunan yang saat ini juga sedang berkembang dengan pesat.
Bersaingnya kebutuhan kayu untuk pembangunan beberapa konstruksi bangunan
seperti rumah, dan pergedungan seiring dengan bertambahnya jumlah populasi
dunia menjadi salah satu kendala penyediaan wood fuel dalam jumlah besar. Oleh
karena itu, pemerintah Jepang juga mengatasi masalah ini dengan penggunaan
bahan sisa dari bahan kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan
seperti pellet kayu, atau serpihan kayu yang dibisa didapatkan dari sisa bahan
pembangunan dan akan diolah lebih lanjut sebagai briquettes atau arang yang
akan menjadi salah satu bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energy
masyarakat Jepang.
Sedangkan untuk produk bahan bakar kayu berupa gelonggongan yang belum
diolah menjadi salah satu perhatian khusus dari pemerintah Jepang pada
umumnya. Hal tersebut dikarenakan adanya Kyoto Protocol dimana Jepang terlibat
di dalamnya. Dalam perjanjian tersebut tertulis bahwa negara-negara yang terlibat
harus bertanggung jawab terhadap pengurangan emisi karbon baik dalam
penggunaan bahan bakar fosil ataupun pencegahan pembalakan kayu secara liar.
Oleh karena itu, pemerintah Jepang sudah bekerja sama dengan Indonesia.
Kerjasama yang dimaksud adalah pemberian label kepada gelonggongan kayu
yang akan diekspor. Hal tersebut dilakukan untuk pencegahan pembalakan kayu
secara liar.
Pembalakan kayu secara liar yang dimaksud di sini adalah pemotongan pohon
dengan jumlah diameter yang cukup besar untuk kebutuhan ekspor-impor dimana
pada saat proses pemotongan pohon itu sendiri tidak mementingkan aspek
lingkungan yang akan ditimbulkan berikutnya. Aspek lingkungan yang dimaksud
pun meliputi berapa banyak karbon yang akan hilang ketika pohon itu akan
ditebang secara liar. Oleh karena itu, dengan bekerjasama dengan pemerintah
Jepang, Pemerintah Indonesia sebenarnya telah membantu mencegah adanya
pembalakan liar secara besar-besaran.
24
4.2. Regulasi impor produk fuel wood in logs, billets, wood in chips or
particles di Jepang
Jepang merupakan negara yang cukup ketat dalam perihal jual beli makhluk
hidup khususnya produk kehutanan. Produk fuel wood yang sehat dan terbebas
dari penyakit dan hama merupakan syarat mutlak untuk memulai proses impor di
Jepang. Hal ini dikarenakan pemerintah Jepang sangat menjaga masyarakatnya
dan produk kehutanan yang akan dipergunakan oleh masyarakatnya dari
penyakit dan hama yang asing. Produk kehutanan yang terindikasi memiliki gejala
penyakit dan hama seperti yang tersebut, akan disarankan untuk di quarantine ,
difumigasi, dimusnahkan hingga dikembalikan kepada pengimpor. Fuel wood
(khususnya kayu bakar yang belum diolah) yang sudah selesai diseleksi dan
dinyatakan tidak mengandung penyakit dan hama yang asing akan mendapatkan
plant quarantine certificate yang akan dipergunakan dalam tahap impor fuel wood
selanjutnya.
Gambar 8. Proses Plant quarantine system di Jepang dalam menyeleksi fuel wood in
logs, billets, wood in chips or particles yang akan dipasarkan di Jepang
Apabila fuel wood yang akan diimpor merupakan fuel wood dengan varietas baru,
pihak pengimpor diwajibkan untuk melaporkan jenis kayu tersebut berdasarkan
plant variety protection and seed act. Hal ini dilakukan untuk melindungi fuel wood
varietas baru dikirim ke jepang kemudian dikirim kembali keluar jepang baik untuk
25
dibudidayakan tanpa seijin pihak pengimpor. Apabila ditemukan adanya
pelanggaran yang dilakukan oleh pihak pengimpor, analisis DNA akan dilakukan
untuk membuktikan apakah spesies yang disalahgunakan atau tidak.
Berdasarkan Washington Convention, proses impor beberapa spesies flora dan
fauna liar yang terdaftar pada lampiran convention akan diatur dalam Import
Trade Control Order. Untuk lebih lengkapnya, informasi mengenai beberapa
spesies yang memerlukan perhatian khusus dapat didapatkan di website JETRO,
Japan.
Beberapa labeling dibutuhkan untuk mengimpor fuel wood di Jepang. Beberapa
labeling tersebut diantaranya adalah labeling under legal regulations, labeling
under industry-level voluntary restraint, dan labeling place of origin. Labeling
under legal regulations merupakan kebijakan labeling apabila pihak pengimpor
menggunakan kertas atau plastic sebagai instrument untuk packaging, instrument
tersebut harus ditunjukan setidaknya pada satu sisi dari container dimana
material tersebut digunakan (gambar 10).
Gambar 9. Contoh label yang harus ditunjukan pada saat proses impor fuel wood in
logs, billets, wood in chips or particles di Jepang
Labeling under industry-level voluntary restraint merupakan kategori pelabelan
standar ketika fuel wood akan dikirim dalam suhu yang cukup rendah pada saat
proses distribusi fuel wood. Fuel wood yang akan dikirim dalam suhu rendah
membutuhkan label yang menunjukan nama bunga, nama varietas, grade, ukuran
(L,M,S berdasarkan cm (centimeter)), number of flower unit, nama produsen, JF
code, tempat asal fuel wood.
Labeling place of origin merupakan jenis pelabelan yang diusulkan sebagai
bagian dari project to promote enhancement of agricultural competitiveness oleh
Kementrian Pertanian, kehutanan, dan perikanan bersama dengan Japan Flower
26
Promotion Center Foundation (JFPC) untuk mendukung konsumen membedakan
tempat asal bunga dan brand tertentu dari fuel wood.
Adapun pajak yang harus dibayarkan pada saat proses impor fuel wood ke
Jepang sebesar Rp. 0,- baik secara umum ataupun WTO. Akan tetapi, pajak
konsumsi yang dikenakan oleh produk fuel wood adalah 5% dari CIF (Cost,
Insurance, and Freight). The average price (CIF : Cost, Insurance and Freight) of
imported pellets was some forty yen per kg during FY2007. Thereafter, pellet price
steadily decreased to 27.6 yen/kg in FY2008, and 21.8 yen/kg in FY2009.
4.3. Saluran distribusi produk fuel wood in logs, billets, wood in chips or
particles di Jepang
Beberapa saluran distribusi fuel wood setelah sampai di Jepang, fuel wood akan
dijual dengan proses lelang dan transaksi dengan cara negosiasi dimana penjual
akan mengambil pesanan ke pembeli kemudian mengirimkan permintaan
pesanan ke produser. Proses distribusi ini akan semakin sering terjadi pada
penjual dalam jumlah besar seperti supermarket dan toko bunga dimana adanya
kepastian yang diberikan dalam hal quantitas, qualitas, dan harga produk yang
akan dijual. Proses distribusi ini memiliki resiko fluktuasi harga yang terjadi
apabila proses distribusi dilakukan dengan proses lelang. Hal yang harus
diperhatikan pada saat proses impor fuel wood, importer fuel wood harus
merupakan spesialis importer fuel wood sehingga mereka akan lebih professional
dalam proses handling selama proses distribusi.
Proses lelang di pasar fuel wood memainkan peranan penting dalam distribusi
produk tersebut. Pelelang berhak mengklasifikasikan produk fuel woods yang
akan dipasarkan sesuai dengan fungsi yang didapat dari produk tersebut. Dalam
beberapa kasus, proses lelang juga menjadi ajang berkumpulnya beberapa
produsen kayu dan mengirim produknya untuk diproses secara lanjut sesuai
dengan fungsi dari kayu tersebut.
27
Gambar 10. Saluran distribusi produk HS4401
28
BAB V
STRATEGI
Biomassa berbahan kayu sudah digunakan sebagai salah satu bahanbakar berupa
kayu bakar dan arang untuk waktu yang cukup lama. Tetapi akhir-akhir ini di Jepang
membutuhkan untuk memproses semua biomassa berbahan dasar kayu menjadi dalam
bentuk pellet sehingga lebih mudah untuk proses penggunaannya. Bahan bakar kayu
dalam bentuk pellet bisa didapatkan dengan cara mengkompres serpihan kayu dan
melelehkan kandungan lignin di dalam sepihan kayu tersebut. Beberapa keuntungan
menggunakan pellet kayu adalah sebagai berikut :
5. Pellet lebih mudah digunakan jika dibandingkan dengan kayu bakar dan arang.
Sehingga mudah disimpan, dibawa, dan disupply.
6. Ukuran pellet yang sama dengan kandungan air yang sama akan meningkatkan
nilai kalor dan efisiensi pembakaran.
7. Pellet memiliki kandungan sulfur dan nitrogen yang sdikit
8. Sangat mudah untuk mengurangi kapasitas simpan karena pellet memiliki
kerapatan energy yang cukup tinggi.
Bahan bakar yang dihasilkan dari kayu diharapkan memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Memiliki nilai kalor yang tinggi
2. Memiliki kadar air yang cukup memungkinkan terjadinya pembakaran
3. Memiliki rendemen yang tinggi
4. Memiliki laju penyulutan yang cepat dan pembakaran yang stabil
5. Ramah lingkungan
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pohon yang sudah berumur cukup tua dan
secara kimiawi telah mengalami tahap pengerasan dinding sel (lignifikasi). Faktor lain
yang perlu diperhatikan untuk penggunaan kayu sebagai energy alternative adalah
kecepatan tumbuh yang besar dengan sifat percabangan yang lebat.
Kadar air didefinisikan sebagai banyaknya air yang terdapat pada sepotong kayu yang
dinyatakan dalam persentase dari berat kering tanurnya. Kadar air kayu antar jenis
sangat bervariasi bahkan dalam satu jenis pun memiliki variasi yang bermacam-macam
tergantung dari perlakuan yang diterima oleh kayu. Banyaknya kandungan kadar air
29
pada kayu bervariasi tergantung jenis kayunya, kandungan tersebut berkisar antara 40 –
300 %, dinyatakan dengan persentase dari berat kayu kering tanur. Berat kayu kering
tanur dipakai sebagai dasar, karena berat ini merupakan petunjuk banyaknya zat pada
kayu.
Arang / bahan bakar kayu dengan nilai kadar air rendah cenderung memiliki nilai kalor
tinggi dan menunjukkan arang ini dihasilkan dari jenis kayu yang memiliki kadar air
rendah. Dalam proses karbonisasi, makin tinggi kadar air kayu maka makin banyak pula
kalor yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dalam kayu tersebut menjadi uap
sehingga energi yang tersisa dalam arang menjadi lebih kecil.
Kurangnya pasokan yang didapat oleh para pemasok fuel wood Indonesia untuk diolah
sebagai pellet kayu merupakan salah satu kekurangan negara Indonesia dalam
memasok produk tersebut . Oleh karena itu, system pembuangan sampah bahan
bangunan yang berupa kayu akan lebih baik dipisahkan untuk diolah lebih lanjut
menjadi pellet kayu.
Kolaborasi yang cukup baik antara pihak pengimpor dan petani kayu di Indonesia
dibutuhkan dalam proses pengiriman fuel wood ke negara tujuan. Selain itu, pertukaran
informasi mengenai penanganan sebelum dan pasca pengiriman khususnnya pada fuel
wood antara peneliti di bidang kehutanan dan petani harus sering dilakukan seiring
dengan berkembangnya teknologi pasca panen bahan baku fuel wood yang ditemukan
beberapa peneliti di seluruh dunia. Pada saat proses pengiriman kayu yang akan
dijadikan sebagai bahan bakar, kayu harus dalam kondisi kering untuk menghindari
tumbuhnya jamur atau adanya rayap yang masih tersisa di dalam kayu.
Kolaborasi antara peneliti dan perusahaan penghasil fuel wood (baik perusahaan
maupun perseorangan) dalam bidang penelitian harus dikembangkan. Hal ini akan turut
berkontribusi pada dua belah pihak. Pihak peneliti akan diuntungkan dengan
peningkatan jumlah publikasi yang dihasilkan karena petani atau perusahaan penghasil
fuel wood memberikan sample yang untuk diteliti dan dikembangkan. Pihak perusahaan
penghasil fuel wood (baik perusahaan maupun perseorangan) diuntungkan dengan
hasil yang baik dari penelitian yang dilakukan oleh para peneliti.
Beberapa strategi yang ditawarkan penulis dalam meningkatkan nilai ekspor fuel wood
ke Jepang memenuhi beberapa permintaan dan kualifikasi yang diminta pemerintah
Jepang dan masyarakat Jepang pada umumnya. Dengan begitu, peningkatan ekspor
fuel wood akan meningkat apabila kedua factor yang berpengaruh dengan daya tarik
30
masyarakat Jepang terhadap fuel wood produksi Indonesia.
Kurangnya aplikasi teknologi dalam ekspor-impor fuel wood turut berkontribusi kepada
jumlah fuel wood yang akan diekspor ke Jepang. Hal tersebut dikarenakan kesegaran
fuel wood ketika sudah sampai di Jepang akan menjadi pertimbangan pihak pelelang,
dan konsumen pada umumnya. Penggunaan aplikasi teknologi untuk meningkatkan
jumlah fuel wood yang akan diekspor ke Jepang sangat dibutuhkan.
Setelah fuel wood yang akan dipasarkan di Jepang telah memenuhi persyaratan yang
ada di Jepang, selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai strategi pemasaran
yang sebaiknya dilakukan oleh para pemasok fuel wood di Jepang. Jepang merupakan
negara yang sangat mementingkan kerapihan yang ditampilkan oleh produk yang
ditawarkan. Seperti yang sudah disebutkan pada bab sebelumnya, pasar fuel wood di
Jepang diminati oleh kalangan industri yang membutuhkan bahan bakar alternative lain
seperti yang termasuk di dalam HS 4401.
Trend fuel wood yang terus berkembang menjadi salah satu kesempatan yang baik
untuk memasarkan jenis kayu yang ada di Indonesia. Melalui keikutsertaan dalam
proses lelang, para pemasok fuel wood ke pasar Jepang akan memiliki kesempatan
untuk bertemu dengan beberapa distributor fuel wood tanpa harus mengeluarkan
biaya yang cukup besar untuk berkunjung ke masing-masing kantor distributor. Hal
tersebut dikarenakan banyaknya distributor fuel wood di Jepang yang akan mencari
pemasok fuel wood terbaik yang akan dijadikan partner bisnis mereka. Partner bisnis
yang baik akan menjadi keuntungan bagi kedua belah pihak dalam proses
ekspor-impor produk HS 4401. Pihak importir akan diuntungkan karena pasokan dari
pihak eksportir selalu dijamin ada, sedangkan pihak ekspotir pun diuntungkan dengan
ke-konsistensian jumlah produk yang akan diekspor sehingga akan menjadi
kemudahan untuk tetap menjaga jumlah pasokan yang akan dikirim ke negara tujuan.
Seperti yang disebutkan pada bab informasi pasar mengenai keuntungan yang
didapatkan Pemerintah Vietnam untuk mengirim beberapa produk yang termasuk ke
dalam produk HS4401 merupakan salah satu yang harus diperhatikan baik untuk
pemerintah ataupun pelaku bisnis yang memasok produk yang berkaitan dengan
HS4401. Sistem kepercayaan “trust” sangat dijunjung tinggi para pelaku industry
Jepang yang memiliki Industri di Indonesia. Keikutsertaan dan keterlibatan kepada
beberapa industry jepang yang ada di Indonesia akan berdampak baik karena akan
berpengaruh juga kepada ekspor produk berbasis HS4401. Pelaku Industri Jepang di
Indonesia akan melihat kinerja para pemasok bahan bakar kayu ini dan
31
merekomendasikannya kepada headquarter untuk menggunakan jasa pemasok bahan
bakar kayu sebagai bahan bakar alternative mereka.
Selain itu, keikutsertaan ke dalam organisasi – organisasi pengelola hasil hutan Jepang
akan menjadi salah satu wadah tukar pikiran dengan masyarakat Jepang pengelola
hasil hutan yang secara tidak langsung akan menambah relasi dan informasi mengenai
trend bunga apa yang sedang berkembang ataupun distributor mana yang cukup baik
untuk dijadikan partner kerja dalam memasarkan fuel wood asli Indonesia.
32
BAB VI
INFORMASI PENTING
6.1 TPO dan/atau kedutaan Jepang di Indonesia
Kedutaan Besar Jepang
Jakarta
Duta Besar: Tanizaki YASUAKI
Jl. M.H. Thamrin Kav. 24,
Jakarta Pusat 10350, Indonesia
Tel: (62-21) 3192-4308
Fax: (62-21) 3192-5460
Web: www.id.emb-jepang.go.jp
Konsulat Jenderal Jepang –
Medan
Konsul Jenderal: Hirofumi Morikawa
Wisma BII, Lantai 5, Jl. Diponegoro
No. 18, Medan, Sumatera Utara,
Indonesia
Tel: (62-61) 457-5193
Fax: (62-61) 457-4560
Konsulat Jenderal Jepang –
Jakarta
Jl. M.H. Thamrin Kav. 3, Jakarta
Pusat 10350, Indonesia
Tel: (62-21) 3192-4308
Fax: (62-21) 315-7156
Konsulat Jenderal Jepang
–Makassar
Konsul Jenderal: Shingo
Higashimoto
Jl. Jenderal Sudirman No. 31,
Makassar, Sulawesi Selatan,
Indonesia
Tel: (62-411) 871-030, 872-323
Fax: (62-411) 853-946
Konsulat Jenderal Jepang
–Surabaya
Konsul Jenderal: Yoshiharu Kato
Jl. Sumatera No. 93, Surabaya,
Jawa Timur, Indonesia
Tel: (62-31) 503-0008
Fax: (62-31) 503-0037
Konsulat Jenderal Jepang
–Denpasar
Konsul Jenderal: Hirohisa Chiba
Jl. Raya Puputan No. 170, Renon,
Denpasar, Bali, Indonesia
Tel: (62-361) 227-628
Fax: (62-361) 265-066
6.2 Chamber of Commerce di Jepang
Tokyo Chamber of Commerce & Industry (HQ)
3-2-2 Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo 100-0005, Japan
Telepon: (813) 3283-7523
Fax: (813) 3216-6497
33
Website: www.tokyo-cci.or.jp
Email: [email protected]
Fukuyama Chamber of Commerce & Industry
2-10-1 Nishimachi, Fukuyama City, Hiroshima 720-0067, Japan
Telepon: (818) 4921-2345
Fax: (818) 4922-0100
Website: www.fukuyama.or.jp/e
Email: [email protected]
Hiroshima Chamber of Commerce & Industry
44 Matomachi-5-chome, Naka-ku, Hiroshima 730, Japan
Telepon: (818) 2222-6610
Fax: (818) 2211-0108
Website: www.hiroshimacci.or.jp
Kawasaki Chamber of Commerce & Industry
11-2 Ekimae Honcho, Kawasaki-ku, Kawasaki 210, Japan
Telepon: (814) 4211-4111
Fax: (814) 4211-4118
Website: www.kawasaki-cci.or.jp
Kyoto Chamber of Commerce & Industry
240 Shoshoicho Ebisugawa-agaru Karasumadori, Nakakyo-ku 604,
Japan
Telepon: (817) 5212-6450
Fax: (817) 5255-0428
Website: www.kyo.or.jp/kyoto/e
Email: [email protected]
Osaka Chamber of Commerce & Industry
2-8 Honmachi-bashi, Chuo-ku, Osaka 540-0029, Japan
Telepon: (816) 6944-6400
Fax: (816) 6944-6293
Website: www.osaka.cci.or.jp/e
Okinawa Chamber of Commerce & Industry
15-20 Chuo-4-chome, Okinawa-shi 904, Japan
Telepon: (819) 8938-8022
Fax: (819) 8938-2755
Website: www.okinawacci.or.jp
Email: [email protected]
34
Nagahama Chamber of Commerce & Industry
10-1 Takada-cho, Nagahama, Shiga 526-0037, Japan
Telepon: (817) 4962-2500
Fax: (817) 4962-8001
Website: www.nagahama.or.jp
Email: [email protected]
6.3 Kamar Dagang Jepang di Indonesia dan/atau KADIN Indoneia yang
memiliki hubungan dagang khusus/bidang khusus dengan Jepang
6.4 Asosiasi yang berhubungan dengan produk HS 4401
KBRI Tokyo
Duta Besar: Yusron Ihza Mahendra
Atase Perdagangan: Julia Silalahi
5-2-9 Higashigotanda, Shinagawa-ku, Tokyo 141-0022, Japan
Telepon: (813) 3441-4201 Fax: (813) 3447-1697
Website: www.kbritokyo.jp
KJRI Osaka
Konsul Jendral: Wisnu Edi Pratignyo
Nakanoshima Intes Building 22F, 6-2-40 Nakanoshima, Kita-ku, Osaka
530-0005, Japan
Telepon: (816) 6449-9898
Fax: (816) 6449-9892
Website: www.indonesia-osaka.org
Email: [email protected]
ITPC Osaka
Kepala: Hotmida Purba
Wakil: Adhi Kusuma Yudha Halim
Matsushita IMP Bld. 2F, 1-3-7 Shiromi, Chuo-ku, Osaka 540-6302,
Japan
Telepon: (816) 6947-3555
Fax: (816) 6947-3556
Website: www.itpc.or.jp
Email: [email protected]
35
JOFCA (Japan Overseas Forestry Consultant Association)
President : Mr. Ozawa Fusho
Alamat : 2-38-4 Hongo Bunkyo-ku Tokyo 113-0033 Japan,
Hongo-Yumicho Bldg. 3F
Phone:Tokyo+81-3-5689-3435 Fax:Tokyo+81-3-5689-3439
Mail : [email protected]
Website : http://www.jofca.or.jp/e_objective/
JOPP (Japan Overseas Plantation Center for Pulpwood)
Alamat : B2F kamiparupukaikan, 3-9-11 Ginza, Chuo-ku TOKYO,
JAPAN
Tel : +81-3-3546-3690 fax : +81-3-3248-4829
Mail :[email protected] Website : http://www.jopp.or.jp/english/
JIFPRO (Japan International Forestry Promotion & Cooperation
Center)
President : SASAKI Satohiko
Rinyu Bldg., 1-7-12 Koraku, Bunkyo-ku, Tokyo 112-0004, JAPAN
Tel : +81-3-5689-3450 ; Fax : +81-3-5689-3360
Mail : [email protected] Website : http://www.jifpro.or.jp/Top_E.html
Japan Forestry Society
President: Futoshi NAKAMURA, Hokkaido University
Rokuban-cho 7 Chiyoda-Ku Tokyo 102-0085 Japan
Fax +81-3-3261-2766 e-mail : [email protected]
Website : http://www.forestry.jp/english/
JAFTA (Japan Agriculture and Forestry Technology Associaton)
7, Rokubancho, Chiyoda-ku, Tokyo 102-0085, Japan
Phone +81-3-3261-5281 Fax +81-3-3261-5393
Website : http://www.jafta.or.jp/index-e.html
JAICAF (Japan Association for International Collaboration of
Agriculture and Forestry)
Akasaka KSA Bldg 3F, 8-10-39, Akasaka, Minato-ku, Tokyo
102-0052, JAPAN
Phone number:(+81) 3-5772-7880; FAX:(+81) 3-5772-7680
Website : http://www.jaicaf.or.jp/en/index.html
Forestry and Forest Products Research Institute (FFPRI)
1 Matsunosato, Tsukuba, Ibaraki, 305-8687 JAPAN
Website : https://www.ffpri.affrc.go.jp/en/
36
6.5 Pameran Terkait produk HS 4401 tahun 2016-2017
a. Energy Storage Summit Japan 2016
Tanggal : 8 November – 9 November 2016
Lokasi : Belle Salle Shibuya FIRST
Penyelenggara : MEsse Duesseldorf Japan Ltd.
Tel : +81-3-5210-9951 ; Fax : +81-3-5210-9959
e-mail : [email protected] ;
Website :
https://essj.messe-dus.co.jp/jp/energy_storage_summit_japan/
b. Biomass Expo (Smart Energy Week 2017)
Tanggal : 1 Maret – 3 Maret 2017
Lokasi : Tokyo Big Sight
Penyelenggara : Reed Exhibitions Japan Ltd.
Tel : +81-3-3349-8576 ; Fax : +81-3-3349-8535
e-mail : [email protected] ;
Website : http://www.bm-expo.jp/
c. 2nd Biomass Expo Osaka
Tanggal : 1 Maret – 3 Maret 2017
Lokasi : INTEX Osaka
Penyelenggara : Reed Exhibitions Japan Ltd.
Tel : +81-3-3349-8576 ; Fax : +81-3-3349-8535
e-mail : [email protected] ;
Website : http://www.bm-expo.jp/
d. Biomass Expo 2017
Tanggal : 7 Juni – 9 Juni 2017
Lokasi : Tokyo Big Sight
Penyelenggara : The Nikkan Kogyo Shimbun., Ltd. Kantor secretariat
“Smart Community Japan” .
Tel : +81-3-5644-7221 ; Fax : +81-3-5641-8321
e-mail : [email protected] ;
Website : http://biomassexpo.jp/top/
e. The 12th Renewable Energy 2017 Exhibition
Tanggal : 5 Juli – 7 Juli 2017
Lokasi : Pacifico Yokohama
Penyelenggara : Japan Council for Renewable Energy (JCRE)
37
Tel : +81-3-5297-8855 ; Fax : +81-3-5294-0909
e-mail : [email protected] ;
Website : http://www.renewableenergy.jp/
f. 8th Eco-friendly Office/Eco-friendly Factory Expo
Tanggal : 26 Juli – 28 Juli 2017
Lokasi : Tokyo Big-sight
Penyelenggara : Reed Exhibitions Japan Ltd.
Tel : +81-3-3349-8515 ; Fax : +81-3-3349-8523
e-mail : [email protected] ;
Website : http://www.eco-expo.jp/tokyo/