IV
IV-2015
KATA PENGANTAR
Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di
daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan
sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.
Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan
dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok
bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja
Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini
diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan
kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi
bagi penentu kebijakan di daerah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa
kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan
kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini
menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.
Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami
sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Ternate, 17 Februari 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI MALUKU UTARA
Dwi Tugas Waluyanto Kepala Perwakilan
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GRAFIK v INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA vii RINGKASAN UMUM ix BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1 1.1 Kondisi Umum 2 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 9 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 15 2.1 Struktur APBD 16 2.2 Realisasi Pendapatan APBD 18 2.3 Realisasi Belanja APBD 19 2.4 Rekening Pemerintah 21 BAB III INFLASI DAERAH 23 3.1 Kondisi Umum 24 3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 25 3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 30 3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 33 BAB IV KINERJA PERBANKAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 35 4.1 Kinerja Perbankan 36 4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 43 4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran 46 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 53 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 54 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) 54 5.3 Persepsi Tingkat Kesejahteraan 56 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN 59 6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 60 6.2 Outlook Inflasi Daerah 63
iv
DAFTAR TABEL
1 Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan 3 2 Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan IV-
2015
18 Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan IV-2015 21
3 Tabel 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan
Jasa (%)
26 Tabel 3.2 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang
dan Jasa
26 Tabel 3.3 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (YOY) Kota
Ternate
27 Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan
Jasa (%)
27 Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota
Ternate
29 Tabel 3.6 Program Pengendalian Inflasi akhir tahun TPID Provinsi Maluku Utara
dan Kota Ternate
34 4 Tabel 4.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan IV-2015 48 Tabel 4.2 Perkembangan Cek/BG Kosong 50 Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara 51
5 Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 54 Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua 55
DAFTAR GRAFIK
1 Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan pada Triwulan IV-2015 3 Grafik 1.2 Volume Bongkar Bahan Pokok di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate (Ton) 4
Grafik 1.3 Volume Bongkar Barang Konsumsi Lainnya di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate (Ton)
4
Grafik 1.4 Perkembangan Pendapatan Rumah Tangga 5 Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek 5 Grafik 1.6 Perkembangan Konsumsi Semen 5 Grafik 1.7 Perkembangan PMA di Maluku Utara 6 Grafik 1.8 Perkembangan PMDN di Maluku Utara 6 Grafik 1.9 Perkembangan Giro Pemerintah 7 Grafik 1.10 Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri 8 Grafik 1.11 Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri 8 Grafik 1.12 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri 8 Grafik 1.13 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri 8 Grafik 1.14 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Triwulan IV-2015 9 Grafik 1.15 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 9 Grafik 1.16 Struktur PDRB Sisi Penawaran 10 Grafik 1.17 Persepsi Pelaku Usaha terhadap Realisasi Kinerja Sektor Pertanian 11 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Komoditas Kopra 11 Grafik 1.19 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani
Ternate
12 Grafik 1.20 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani
Ternate
12 Grafik 1.21 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI Prov. Malut 13 Grafik 1.22 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan 14 2 Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015 16 Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015 17 Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan
Triwulan I 2015
19 Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I
2015 20
Grafik 2.5 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah) 22 3 Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 24
Grafik 3.2 Disagregasi Inflasi Maluku Utara 25 Grafik 3.3 Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas 25 Grafik 3.4 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 28 Grafik 3.5 Pergerakan Harga Emas Internasional 30 Grafik 3.6 Nilai Ikan Tangkap 31 Grafik 3.7 Volume Ikan Tangkap 31 Grafik 3.8 Pergerakan harga Premium dan Solar 32
vi
4 Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 36 Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 37 Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 39 Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 40 Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah 42 Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRs 43 Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan 44 Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Prov. Malut
46 Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 47 Grafik 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara 49
5
Grafik 5.1 Perkembangan NTP Maluku Utara 55 Grafik 5.2 NTP Tiap Subsektor di Maluku Utara 56 Grafik 5.3 Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara 57
6 Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Nasional Serta Proyeksinya 60 Grafik 6.2 Ekspektasi Kondisi Ekonomi Maluku Utara 6 Bulan Mendatang 61
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN
PROVINSI MALUKU UTARA
A. Inflasi dan PDRB
Tw .1 Tw .2 Tw .3 Tw .4 Tw .1 Tw .2 Tw .3 Tw .4
112.16 114.28 117.01 122.30 121.04 123.67 124.73 128.50
8.80 9.75 5.40 9.34 7.92 8.22 6.60 5.70
4,684.97 4,743.97 4,858.17 4,919.23 4,921.48 5,051.48 5,187.67 5,216.88
1,152.77 1,175.54 1,177.99 1,155.75 1,177.54 1,198.36 1,201.63 1,161.34
506.56 458.35 477.07 487.65 510.94 536.95 514.94 493.01
260.00 257.04 264.48 272.93 274.68 275.61 271.62 273.75
3.23 3.52 4.10 4.64 4.06 4.36 4.22 5.13
4.17 4.27 4.43 4.49 4.45 4.57 4.69 4.86
290.02 302.13 299.43 315.12 308.73 321.96 342.67 356.52
805.01 828.86 865.48 878.12 888.47 908.70 935.35 926.65
256.98 262.30 274.09 274.60 275.68 286.53 292.17 293.00
20.96 21.01 21.33 21.65 21.08 21.71 21.84 23.33
193.42 200.11 210.08 209.54 216.08 219.13 224.31 227.84
129.65 135.61 130.75 142.70 146.29 139.94 150.30 158.11
5.37 5.51 5.68 5.74 5.78 5.84 6.03 6.29
16.04 16.13 16.59 16.35 16.63 16.82 17.29 17.86
745.17 770.55 792.12 817.32 760.43 792.17 862.16 923.87
159.61 163.28 169.64 166.79 165.55 170.95 183.05 187.16
99.21 101.87 105.66 106.78 105.07 107.04 112.88 114.79
36.80 37.89 39.25 39.06 40.02 40.84 42.52 43.37
21.84 3.26 1.30 3.10 1.28 2.86 4.10 2.93
647.55 5.25 2.51 6.52 2.62 5.82 8.23 5.58
1.18 2.58 4.55 6.40 20.81 10.05 3.04 27.80
0.31 2.68 3.84 5.67 14.19 2.28 16.65 43.16
INDIKATOR2014 2015
viii
B.Perbankan
6,461.5 6,650.5 6,783.5 7,147.6 7,105.4 7,439.8 7,728.8 8,120.1
5,080.1 5,355.7 5,571.7 5,216.8 5,743.1 6,236.4 6,522.3 6,229.5
2,942.7 2,821.0 2,956.6 3,270.2 3,001.2 3,073.0 3,371.8 3,742.3
1,183.2 1,509.2 1,528.5 839.1 1,485.5 1,836.7 1,710.1 1,222.8
954.2 1,025.5 1,086.6 1,107.5 1,256.4 1,326.7 1,440.4 1,264.4
4,712.9 4,819.2 4,937.6 5,066.9 5,202.9 5,428.0 5,524.2 5,685.8
1,279.7 1,263.1 1,311.3 1,328.6 1,370.4 1,457.2 1,453.2 1,473.2
2,950.5 3,069.6 3,150.4 465.2 462.8 469.0 465.9 4,746.2
482.7 486.5 475.9 3,273.1 3,369.7 3,501.8 3,605.1 3,738.0
92.77 89.98 88.62 97.13 90.59 87.04 84.70 91.27
1,351.2 1,405.9 1,390.2 1,398.9 1,427.7 1,519.7 1,563.9 1,614.5
272.0 336.7 300.5 345.0 355.4 370.7 372.0 417.7
740.4 726.5 744.4 729.3 728.3 762.3 798.1 793.8
338.8 342.7 345.3 324.6 344.0 386.8 393.8 403.0
3.08 2.95 2.93 2.29 2.53 2.33 2.1 1.8
Ringkasan Umum
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Perekonomian Maluku Utara masih tumbuh tinggi pada triwulan IV-2015
yakni sebesar 6,05% (yoy) namun melambat dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh 6,77% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, perekonomian Maluku
Utara pada akhir tahun 2015, mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,10% (yoy),
jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan pada tahun sebelumnya yang sebesar
5,46% (yoy). Pertumbuhan pada akhir tahun 2015 tersebut juga lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,04% (yoy).
Dari sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan triwulan laporan
dipengaruhi melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan ekspor luar
negeri di tengah meningkatnya impor. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan
pertumbuhan bersumber dari sektor perdagangan besar dan eceran, sektor
konstruksi, sektor pertanian, dan sektor pertambangan.
Keuangan Pemerintah
Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi Maluku Utara 2015
mengalami peningkatan sebesar masing-masing 12,86% dan 16,42% dari APBD
2014. Belum pulihnya sektor pertambangan, keterlambatan pengesahan APBD
provinsi, tingginya kondisi kekosongan dan frekuensi pergantian pimpinan SKPD,
serta fokus prioritas yang bergeser pada kegiatan pilkada menyebabkan kinerja
realisasi anggaran menjadi tidak optimal. Sampai dengan akhir tahun 2015
persentase realisasi anggaran APBD provinsi hanya 75,77% untuk
anggaran pendapatan dan 69,24% untuk anggaran belanja. Angka ini jauh
lebih rendah dari pencapaian tahun 2014 yang tingkat penyerapannya
mencapai 94,57%. Namun demikian, secara nominal realisasi belanja meningkat
8,76% (yoy).
x
Inflasi Daerah
Seiring turunnya inflasi administered price dan inflasi inti, laju kenaikan
harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara pada
triwulan IV 2015 hanya tercatat sebesar 4,52% (yoy). Angka ini lebih rendah
dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 6,60% (yoy) dan jauh lebih
rendah dibandingkan dengan angka inflasi tahun sebelumnya yang mencapai
9,34% (yoy).
Turunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan dibandingkan triwulan
sebelumnya terutama dipengaruhi oleh turunnya tekanan inflasi IHK yang diatur
pemerintah (administered price). Menghilangnya efek inflasi tahunan dari
kenaikan BBM Desember 2014 menjadi pemicu turunnya inflasi kelompok ini.
Di lain sisi, kelompok bahan makanan yang sebagian besar terdiri atas
komoditas pangan yang bergejolak (volatile foods) memberikan andil inflasi
tahunan tertinggi dan mendominasi hampir separuh dari inflasi seluruh kelompok
penyumbang inflasi. Efek el nino pada provinsi pemasok serta tingginya
gelombang pada Desember 2015 menjadi penyebab peningkatan harga
komoditas pangan pada triwulan laporan.
Kinerja Perbankan dan Perkembangan Sistem
Pembayaran
Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan IV-
2015 menunjukkan kinerja yang positif khususnya pada perkembangan
volume usaha dan penghimpunan dana. Total aset bank umum di Provinsi
Maluku Utara pada triwulan IV-2015 tercatat sebesar Rp8,12 triliun, tumbuh
sebesar 13,61% (yoy) sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 13,94% (yoy).
Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan yang
beroperasi di Maluku Utara pada posisi akhir triwulan IV-2015 tercatat sebesar
Rp 6,23 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan DPK mencapai 19,41% (yoy),
meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2015 yang tumbuh
sebesar 16,97% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan DPK terutama dipicu oleh
meningkatnya pertumbuhan simpanan tabungan dan simpanan giro.
Dari sisi penyaluran kredit, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan
di Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,69 triliun atau
meningkat 2,93% (qtq). Secara tahunan, penyaluran kredit tumbuh 12,22%
(yoy), terakselerasi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,88% (yoy).
Peningkatan pertumbuhan terutama dipengaruhi oleh ekspansi kredit produktif
baik investasi maupun modal kerja. Dengan perkembangan tersebut, LDR
(Loans to Deposit Ratio) mencapai 91,27% lebih tinggi dari LDR triwulan
sebelumnya 84,76%.
Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun
rumah tangga masih relatif baik yang terindikasi dari rasio NPL yang berada
pada level yang rendah dan cenderung mengalami penurunan. Rasio NPL pada
triwulan laporan tercatat hanya sebesar 1,83%, lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 2,07%.
Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net outflow
sebesar Rp717,81 miliar. Sementara itu, seiring terjaganya laju pertumbuhan
ekonomi, transaksi non tunai nilai besar menunjukan peningkatan sebesar
28,93% (yoy)
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Seiring dengan terjaganya kinerja perekonomian Maluku Utara,
jumlah tenaga kerja yang bekerja tumbuh 5,82% (yoy). Masyarakat juga
optimis tingkat ketersediaan lapangan kerja juga meningkat pada periode
mendatang. Sementara itu, seiring dengan rendahnya tekanan inflasi dan
membaiknya kinerja perekonomian Maluku Utara pada tahun 2015, jumlah penduduk
miskin di provinsi ini pada September 2015 turun 14,32% (yoy) menjadi 72,65 ribu jiwa. .
xii
Prospek Perekonomian
Perekonomian Malut pada triwulan I-2016 diperkirakan tumbuh lebih
tinggi dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 5,9% - 6,3% (yoy)
dengan kecenderungan bias ke atas. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah
tangga masih menjadi penggerak utama ekonomi Malut. Sementara itu, kegiatan
ekspor diprediksi mengalami peningkatan sebagai akibat dari adanya kenaikan
produksi kopra dan rempah-rempah. Dari sisi penawaran, sektor pertanian
diprediksi akan tumbuh meningkat seiring masuknya masa panen raya tanaman
bahan pangan, bumbu-bumbuan, dan hasil bum (pala, cengkih). Sementara itu,
turunnya konsumsi pemerintah di awal tahun, ditengarai akan menjadi salah satu
faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di triwulan I-2016 ini.
Laju inflasi kota Ternate selama triwulan mendatang diperkirakan akan
berada pada trend meningkat yakni pada kisaran 6,4% (yoy) - 6,8% (yoy)
dengan kecenderungan bias ke atas. Peningkatan inflasi pada triwulan
mendatang, terutama berasal dari penyesuaian harga produk manufaktur dan
jasa terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah selama tahun 2015. Di samping
itu, kenaikan cukai rokok dan gangguan pasokan akibat gelombang tinggi turut
berpotensi meningkatkan tekanan inflasi selama triwulan I-2016.
1
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan-IV tumbuh sebesar
6,05% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya yang sebesar 6,77% (yoy).
Pada akhir tahun 2015, Maluku Utara mencatatkan
pertumbuhan sebesar 6,10% (yoy) , lebih tinggi daripada
pertumbuhan pada tahun sebelumnya yang sebesar 5,46%
(yoy). Bahkan pertumbuhan pada akhir tahun 2015 ini lebih
tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 5,04% (yoy).
Pertumbuhan
Yoy Tw IV
Pertumbuhan
QtQ Tw IV
6,05%
0,56%
“Perekonomian Maluku Utara Tumbuh diatas
Pertumbuhan Ekonomi Nasional”
“Masjid Al Munawwar, Ternate” Courtesy :Tim Liputan PSBI Maluku Utara
1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan
Tahun 2015
6,10%
2
PERTUMBUHAN EKONOMI
1.1 Kondisi Umum
Pada triwulan IV-2015, PDRB Maluku Utara tercatat tumbuh 0,56% (qtq) lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2015 sebesar 2,65% (qtq). Secara tahunan,
perekonomian Maluku Utara tumbuh 6,05% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh 6,78% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut maka Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga konstan pada triwulan IV-2015 tercatat sebesar
Rp5,22 triliun.
PDRB Provinsi Maluku Utara pada tahun 2015 adalah sebesar Rp20,34 triliun. Secara
tahunan, perekonomian Malut tumbuh sebesar 6,10% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan tahun
sebelumnya yang sebesar 5,46% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding
pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 5,04% (yoy)
1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan (penggunaan), melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan
laporan dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri yang tumbuh
melambat serta meningkatnya impor antar daerah. Sementara itu, komponen investasi (PMTB)
dan konsumsi pemerintah menjadi faktor pendorong dan menjaga pertumbuhan ekonomi
Maluku Utara tetap di atas 6% (yoy).
Pada triwulan laporan, konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan tertinggi yakni
sebesar 23,96% (yoy). Komponen ini juga memberikan andil pertumbuhan cukup signifikan
yakni sebesar 7,95%. Komponen lainnya yang memiliki andil cukup besar pada pertumbuhan
triwulan laporan adalah investasi yang tumbuh 12,22% (yoy) dengan andil 3,38%.
Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi
permintaan (penggunaan) pada triwulan IV-2015 masih didominasi oleh konsumsi, khususnya
konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa sebesar 58,47%, meningkat tipis dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 58,46%. Konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan
pangsa dari 30,69% menjadi 38,77%. Sementara, pangsa investasi (PMTB) juga mengalami
peningkatan dari 27,92% menjadi 29,24%. Di lain sisi, masih tingginya ketergantungan Maluku
PERTUMBUHAN EKONOMI
Utara terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan terjadinya net impor antar daerah
sehingga menjadi pangsa negatif sebesar 19,95% bagi struktur perekonomian Maluku Utara.
Komponen Pertumbuhan (%) Andil (%)
Tw III Tw IV 2014 2015 Tw III Tw IV 2014 2015
Konsumsi RT 4,40 4,34 3,92 3,95 2,63 2,58 2,39 2,37
Konsumsi LNPRT 4,04 8,33 10,81 3,98 0,05 0,10 0,13 0,05
Konsumsi Pemerintah 6,22 23,96 7,03 6,52 1,92 7,95 2,17 2,04
PMTB 11,04 12,22 4,47 9,67 2,96 3,38 1,23 2,64
Perubahan Persediaan 80,08 -78,08 -61,75 -47,94 -1,43 9,74 4,00 1,12
Ekspor Luar Negeri 238,00 63,13 -96,16 -54,57 0,74 0,35 -44,68 -0,92
Impor Luar Negeri 22,47 306,24 124,90 352,85 0,16 5,16 0,50 2,99
Net Ekspor Antardaerah -0,48 164,43 -67,79 -9,72 0,08 -12,89 40,72 1,78
PDRB 6,78 6,05 5,46 6,10
Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan
58,47%
1,24%
38,77%
29,24%
-2,58%
-19,55%
-0,3 -0,2 -0,1 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Konsumsi RT
Konsumsi LNPRT
Konsumsi Pemerintah
PMTB
Perubahan Persediaan
Net Ekspor Antardaerah
Pangsa
Kom
pone
n PD
RB
Sisi
Pen
gelu
aran
Struktur PDRB
Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan pada Triwulan IV-2015
1.2.1 Konsumsi Masyarakat dan LNPRT
Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat tumbuh melambat, dari 4,74%
(yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 4,34% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara, kondisi
pada konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) yang pada triwulan
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
4
PERTUMBUHAN EKONOMI
ini tumbuh 8,33% (yoy), terakselerasi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,94%
(yoy). Dengan demikian, meskipun melambat konsumsi masyarakat kembali memberikan andil
kedua terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yakni sebesar 2,42%.
Melambatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan dipengaruhi oleh masih
tertahannya harga kopra dan rempah-rempah pada level yang rendah. Sebagai contoh, pada
triwulan laporan rata-rata harga kopra di pasar internasional adalah US$ 743 / metrik ton atau
turun 6,17% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.
Perlambatan juga dipengaruhi oleh belum adanya perubahan signifikan pada kinerja
pertambangan nikel sejak PT Antam memfokuskan produksinya untuk pengiriman ke smelter di
Sulawesi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Sampai saat ini belum ada smelter di
Maluku Utara yang berfungsi sehingga perusahaan pertambangan nikel lainnya belum kembali
berproduksi.
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
1400%
1600%
0
5000
10000
15000
20000
25000
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
BAHAN POKOKBahan Pokok g_yoy
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Tho
usa
nd
s
BARANG KONSUMSI LAINNYABarang konsumsi lainnya g_yoy
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.2 Volume Bongkar Bahan Pokok di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate (Ton)
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
Grafik 1.3 Volume Bongkar Barang Konsumsi Lainnya di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate (Ton)
Fenomena perlambatan ini juga tertangkap dari pertumbuhan jumlah bahan pokok dan
barang konsumsi lainnya yang dibongkar di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate. Volume bongkar
bahan pokok tercatat tumbuh melambat dari 19% (yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 6% (yoy)
pada triwulan laporan. Sementara itu, volume bongkar barang konsumsi lainnya tercatat
tumbuh 37% (yoy) pada triwulan IV-2015 lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang
mencatakan pertumbuhan sebesar 105% (yoy).
PERTUMBUHAN EKONOMI
100,71
0
20
40
60
80
100
120
140
-15,00%
-10,00%
-5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PENDAPATAN RUMAH TANGGAPendapatan rumah tangga saat ini g_yoy
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2014 2015
milia
r (
Rp)
KREDIT KONSUMSI LOKASI PROYEKKonsumsi Lokasi Proyek g kredit total (yoy)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.4 Perkembangan Pendapatan Rumah Tangga
Sumber : LBU, diolah
Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Lokasi Proyek
Kondisi tersebut juga dikonfirmasi dari melambatnya kredit konsumsi menurut lokasi
proyek. Pada triwulan laporan, kredit konsumsi menurut lokasi proyek tercatat Rp3,9 triliun.
Jumlah ini tumbuh 12,84% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,16%
(yoy).
1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan IV-2015
tercatat sebesar 12,22% (yoy). PMTB tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh 11,04% (yoy), sepanjang tahun 2015 PMTB tumbuh cukup tinggi yakni sebesar 9,67%
(yoy). Pembangunan smelter, perbaikan jalan, dan pembelian mesin yang dilakukan beberapa
perusahaan swasta menjadi pemicu tingginya pertumbuhan PMTB pada triwulan laporan.
60,10067,826
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
-
10
20
30
40
50
60
70
80
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Thou
sand
s
Volume g_yoy
Grafik 1.6 Perkembangan Konsumsi Semen Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
6
PERTUMBUHAN EKONOMI
Meningkatnya perkembangan kegiatan investasi juga terindikasi dari total volume
pengadaan semen di Maluku Utara yang meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya,
namun tetap tumbuh tinggi sebesar 21,01% (yoy) atau 12,86% (qtq).
-120%
-100%
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
0
100
200
300
400
500
600
700
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Rp
Milia
r
Nilai Investasi g_yoy
INVESTASI DALAM NEGERI
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
0102030405060708090
100
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
U$
Juta
Nilai Investasi g_yoy
INVESTASI ASING
Grafik 1.7 Perkembangan PMA di Maluku Utara Grafik 1.8 Perkembangan PMDN di Maluku Utara
Pada triwulan laporan, perkembangan investasi di Maluku Utara banyak berasal dari
luar negeri khususnya terkait dengan proyek pengembangan smelter. Berdasarkan data BKPM,
nilai penanaman modal asing di Maluku Utara pada triwulan laporan tumbuh 397,26% (yoy)
jauh lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 128,02% (yoy). Di
lain sisi, penanaman modal dalam neger masih tumbuh positif namun melambat dari triwulan
sebelumnya. Dengan demikian, sepanjang tahun 2015, jumlah investasi di Maluku Utara jauh
lebih tinggi daripada tahun sebelumnya. Tercatat, 65 proyek asing dan dalam negeri terlaksana
di Maluku Utara, dengan nilai nominal sebesar 203,8 juta dolar dan Rp48,2 miliar.
1.2.3 Pengeluaran Pemerintah
Secara tahunan, konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2015 tumbuh 23,96% (yoy) jauh
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya di mana komponen ini mengalami penyusutan sebesar
6,22% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah seiring dengan
terealisasikannya pengeluaran pemerintah untuk pelaksanaan kegiatan pilkada kabupaten/kota,
serta program pemerintah baik pusat maupun daerah terkait pengembangan pertanian dan
infrastruktur di Maluku Utara.
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
PERTUMBUHAN EKONOMI
Membaiknya kinerja pengeluaran pemerintah juga terkonfirmasi oleh perkembangan
saldo giro milik pemerintah daerah. Pada akhir triwulan laporan, giro pemerintah tercatat
sebesar Rp129,3 miliar. Jumlah ini turun sebesar 24,93% (yoy) pada triwulan laporan, turun
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang juga menurun sebesar 7,37% (yoy). Turunnya
pertumbuhan giro milik pemerintah menjadi indikator realisasi belanja yang terakselerasi
semakin baik pada triwulan laporan. Penjelasan lebih lanjut terkait pengeluaran pemerintah ini
dapat dilihat pada bab keuangan pemerintah.
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0100.000
200.000300.000400.000500.000600.000700.000800.000
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Mill
ions GIRO MILIK PEMDA
Giro Milik Pemda g_yoy
Grafik 1.9 Perkembangan Giro Pemerintah
1.2.4 Kegiatan Ekspor – Impor
Neraca perdagangan Maluku Utara secara keseluruhan (antar daerah dan luar negeri)
pada triwulan laporan menunjukkan net impor sebesar Rp1,31 triliun, meningkat 65,49% (qtq)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, net impor tumbuh 197,4 % (yoy)
jauh lebih tinggi dari kondisi triwulan sebelumnya di mana net impor turun 3,8% (yoy). Kondisi
ini yang menjadi salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan
laporan.
Kenaikan net impor terutama dipengaruhi oleh impor dari daerah lain. Turunnya
produksi lokal khususnya untuk komoditas hortikultura di tengah meningkatnya kebutuhan
menjelang akhir tahun, keperluan pelaksanaan kampanye dan pilkada, serta meningkatnya
aktivitas konstruksi pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah menjadi faktor
pendorong pertumbuhan net impor antar daerah yang mencapai 164,4% (yoy) pada triwulan
laporan.
Sumber : LBU, diolah
8
PERTUMBUHAN EKONOMI
6,52 2,62 5,82 8,23 5,58-150%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
VOLUME EKSPOR
Volume (ribu ton) g_yoy (RHS)
3,10 1,28 2,86 4,10 2,93-150%
-100%
-50%
0%
50%100%
150%
200%
250%
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
NILAI EKSPOR
Nilai (juta USD) g_yoy (RHS)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.10 Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.11 Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri
Pada triwulan IV-2015, volume ekspor luar negeri dalam data PDRB tercatat turun
sebesar 12,18% (qtq). Secara tahunan ekspor luar negeri tumbuh 63,1% (yoy) lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 238% (yoy). Penurunan volume ekspor
disebabkan oleh turunnya produksi perkebunan, terutama pala dan kopra, di tengah rendahnya
harga kedua komoditas tersebut. Total volume ekspor pada triwulan laporan sebesar 5,58 ribu
ton atau turun 14,33% (yoy).
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
I II II IV I II II IV I II II IV
2013 2014 2015
Thous
ands
VOLUME IMPORVolume impor (ton) g_yoy (RHS)
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015H
undr
eds
NILAI IMPORNilai impor (ribu USD) g_yoy (RHS)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.12 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri
Di lain sisi, impor luar negeri meningkat tajam dari 22,47% (yoy) menjadi 306,24% (yoy).
Berdasarkan data BPS Provinsi Maluku Utara, peningkatan impor luar negeri bersumber dari
barang dari besi atau baja, dan mesin. Impor luar negeri tersebut terutama akan digunakan
untuk pembangunan smelter dan pembangkit listrik. Volume impor luar negeri tercatat sebesar
43 ribu ton atau tumbuh 661,4% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya
sebesar 333,9% (yoy).
PERTUMBUHAN EKONOMI
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran
Pada triwulan laporan, pertumbuhan perekonomian Maluku Utara, dari sisi penawaran,
terutama didukung oleh sektor administrasi pemerintahan yang memberikan andil terbesar
yakni 2,17% atau lebih dari 33% pemicu pertumbuhan pada triwulan tersebut. Sektor lainnya
yang memberikan andil besar pada pertumbuhan triwulan laporan yakni sektor perdagangan
besar dan eceran (0,99%) dan sektor Konstruksi (0,84%) .
Administrasi
Pemerintahan;
2,17
Perdagangan
Besar dan
Eceran; 0,99
Konstruksi;
0,84
Jasa Pendidikan;
0,41
Transportasi;
0,37Informasi dan
Komunikasi; 0,37
Jasa Keuangan
dan Asuransi;
0,31
Lainnya; 0,58
ANDIL PERTUMBUHAN
PDRB
6,05%
Grafik 1.14 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Triwulan IV-2015
2.01
7.94
2.70 2.91
5.94
14.44
8.07
6.60
2.39
6.78
14.95
6.26
4.25
8.847.91
6.83
8.34
0.481.10
0.30
10.57
8.03
13.13
5.536.70
7.778.73
10.809.51 9.20
13.0412.21
7.50
11.03
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.002015 TW III
2015 TW IV
Grafik 1.15 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
10
PERTUMBUHAN EKONOMI
Adapun perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh
melambatnya kinerja sektor primer yakni sektor pertanian dan sektor pertambangan. Selain itu
seiring melambatnya konsumsi rumah tangga dan produksi sektor primer, sektor perdagangan
besar dan eceran juga menunjukan pertumbuhan yang melambat.
Meskipun fluktuasi pertumbuhan sektoral terus terjadi, namun secara umum, struktur
perekonomian Maluku Utara di triwulan IV-2015 masih didominasi oleh sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan yang menyumbang 22,26% dari total PDRB. Sementara itu, sektor
administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib yang memiliki andil
pertumbuhan terbesar, pada triwulan laporan memiliki pangsa sebesar 17,71%. Selanjutnya,
searah dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya, sektor perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan sepeda motor, memiliki pangsa sebesar 17,76%. Sementara itu, sektor
lainnya memiliki pangsa dibawah 10%.
Pertanian,
Kehutanan, dan
Perikanan;
22,26%
Perdagangan
Besar dan
Eceran; 17,76% Administrasi
Pemerintahan;
17,71%
Pertambangan
dan Penggalian ;
9,45%
Konstruksi;
6,83%Transportasi
dan
Pergudangan ;
5,62%
Industri
Pengolahan;
5,25%
Lainnya; 15,12%
PDRB
STRUKTUR
PERTUMBUHAN
SEKTORAL
Grafik 1.16 Struktur PDRB Sisi Penawaran
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
PERTUMBUHAN EKONOMI
1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pada triwulan IV-2015, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar
0,48% (yoy) tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 2,01% (yoy).
Rendahnya harga kopra dan rempah-rempah sepanjang tahun 2015 mengurangi minat petani
perkebunan dalam menanam komoditas tersebut dan menunda waktu tanam dan panen
sembari menunggu perkembangan harga. Kondisi ini menyebabkan puncak panen komoditas
perkebunan bergeser seluruhnya ke triwulan I-2016.
Selain itu, perlambatan juga dipengaruhi secara minor oleh dampak El Nino yang
menyebabkan berkurangnya hasil panen beberapa komoditas tanaman bahan makanan seperti
jagung dan kedelai. Produksi jagung dan kedelai pada ARAM II 2015 menunjukkan adanya
penurunan produksi yang cukup signifikan. Produksi jagung 2015 diprediksi turun 32,96% (yoy).
Sementara itu produksi kedelai 2015 diperkirakan turun 16,4% (yoy).
Kondisi perlambatan sektor pertanian juga terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) yang dilaksanakan KPw BI Maluku Utara. Nilai saldo bersih realisasi
kinerja sektor pertanian tercatat -3,67. Penurunan ini lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar -1,05.
-1.05%
-3.67%
-10.00%
-8.00%
-6.00%
-4.00%
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
1 2 3 4 1 2 3 4
2014 2015
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
De
c 2
01
3
Jan
-14
Fe
b-1
4
Ma
r-1
4
Ap
r-1
4
Ma
y 2
01
4
Jun
-14
Jul-
14
Au
g 2
01
4
Se
p-1
4
Oct
20
14
No
v-1
4
De
c 2
01
4
Jan
-15
Fe
b-1
5
Ma
r-1
5
Ap
r-1
5
Ma
y-1
5
Jun
-15
Jul-
15
Au
g-1
5
Se
p-1
5
Oct-
15
No
v-1
5
De
c-1
5
HA
rga
(U
SD
/ m
etr
ic t
on
Harga Kopra
Grafik 1.17 Persepsi Pelaku Usaha terhadap Realisasi Kinerja Sektor Pertanian
Grafik 1.18 Perkembangan Harga Komoditas Kopra
Sementara itu, di tengah melambatnya subsektor perkebunan dan subsektor tabama,
produksi subsektor perikanan mengalami akselerasi. Pada triwulan laporan hasil tangkapan
ikan mencapai 1.955 ton atau tumbuh 42,72% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya ynag
tumbuh 13,73% (yoy). Adanya pencabutan kebijakan moratorium pada bulan Oktober 2015
Sumber : SKDU, diolah Sumber : Bloomberg, diolah
12
PERTUMBUHAN EKONOMI
yang lalu serta berbagai program peningkatan produktivitas perikanan yang dilaksanakan
pemda menjadi faktor pendorong subsektor ini.
1.3.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh
sebesar 5,53% (yoy) pada triwulan IV-2015, melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan
triwulan sebelumnya yang sebesar 8,07% (yoy). perlambatan ini seiring dengan melambatnya
konsumsi rumah tangga. Di samping itu, perlambatan juga dipengaruhi berkurangnya produksi
komoditas ekspor dari sektor perkebunan sehingga aktivitas perdagangan untuk keperluan
ekspor juga ikut berkurang.
Grafik 1.19 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
Grafik 1.20 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
Melambatnya sektor perdagangan besar dan eceran terkonfirmasi dari kegiatan bongkar
muat di pelabuhan Ahmad Yani. Total volume bongkar selama triwulan laporan tercatat
mencapai 143 ribu ton atau tumbuh 31,33% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh 46,20% (yoy). Sementara itu, total volume muat mencapai 4,2 ribu ton turun 11,64%
(yoy) lebih dalam dari penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 8% (yoy).
Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
MUAT BARANGTotal Muat Barang g_yoy (RHS)
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015
Thou
sand
sBONGKAR BARANG
Jumlah Total Bongkar g_yoy
PERTUMBUHAN EKONOMI
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 0,03% (yoy),
melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,70% (yoy). Perlambatan tersebut
seiring dengan penurunan produksi pertanian dan perkebunan, sehingga bahan baku yang
digunakan untuk memasok industri pengolahan di Maluku Utara juga ikut menurun.
Kinerja industri pengolahan yang melambat, juga dikonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara. Pada triwulan IV-2015, secara
umum kegiatan usaha menunjukkan penurunan dengan pencapaian Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) sebesar -6,86% setelah sebelumnya sempat meningkat pada triwulan-III. Dimana,
penyumbang terbesar penurunan kegiatan usaha tersebut adalah Sektor Industri Pengolahan
(turun dengan pencapaian SBT -5,29% pada triwulan IV-2015). Penurunan ini didorong oleh
menurunnya Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
(pencapaian SBT -3,67%) dan Sektor Pertambangan (pencapaian SBT -3,45%).
-8,46%
4,23%
0,00%
5,29%
0,00% 0,00%
-5,29% -5,29%
-10%
-8%
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
I II III IV I II III IV
2014 2015
HASIL SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA (SKDU)
Pertumbuhan Industri Pengolahan
Grafik 1.21 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI Prov. Malut
Meskipun kinerja sektor industri pengolahan melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya, namun penyaluran kredit untuk sektor ini mengalami peningkatan dari 5,51% (yoy)
di triwulan sebelumnya menjadi 23,16% (yoy) di triwulan laporan. Berdasarkan lokasi proyek
kredit yang disalurkan pada sektor ini mencapai Rp47,14 miliar. Ditengarai pertumbuhan
penyaluran kredit ini digunakan untuk meningkatkan investasi pada perusahan-perusahan
pengolahan guna mengantisipasi peningkatan produksi pada periode-periode selanjutnya.
Sumber : Bank Indonesia, diolah
14
PERTUMBUHAN EKONOMI
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
50.000
I II III IV I II III IV
2014 2015
KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN
Baki Debet (Rp juta) g_yoy
Grafik 1.22 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan
1.3.5 Sektor Pertambangan dan sektor lainnya
Sektor pertambangan pada triwulan laporan masih menunjukan adanya pertumbuhan
sebesar 1,10% (yoy), meski jauh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
mencapai 7,94% (yoy). Perlambatan ditengarai karena adanya penurunan produksi perusahaan
tambang emas terbesar di Maluku Utara akibat mulai berkurangnya endapan logam mulia pada
lokasi tambang tersebut. Sementara itu, belum beroperasinya smelter hingga triwulan laporan
menyebabkan produksi nikel cenderung stagnan karena hanya berasal dari produksi salah satu
perusahaan BUMN yang memiliki smelter di Pulau Sulawesi. Perusahaan tersebut saat ini
mengirimkan hasil produksinya ke Sulawesi untuk diproses oleh smelter miliknya.
Sementara itu, sektor lainnya yang menjadi sumber peningkatan pertumbuhan adalah
sektor administrasi pemerintah dan sektor kontruksi. Sektor administrasi pemerintah tercatat
tumbuh 13,04% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 8,08% (yoy) seiring
meningkatnya realisasi belanja operasi khususnya untuk pelaksanaan program, serta persiapan
Pilkada Kabupaten/Kota. Sementara itu, terselesaikannya beberapa proyek infrastruktur oleh
pemerintah serta pembangunan beberapa perumahan di Ternate dan Halmahera menyebabkan
sektor konstruksi tumbuh sedikit melambat dari 14,44%(yoy) menjadi 13,13% (yoy).
Sumber : LBU, diolah
15
Hingga akhir tahun 2015, realisasi pendapatan pemerintah
mencapai 75,77% namun secara nominal meningkat 17,85%
(yoy).
Hingga akhir tahun 2015 realisasi belanja APBD Provinsi
Maluku Utara mencapai 69,24%. Namun demikian, secara
nominal jumlah realisasi belanja pemerintah daerah hingga
akhir tahun masih mengalami peningkatan sebesar 28,19%
(yoy)
2 KEUANGAN PEMERINTAH
Realisasi
Pendapatan 2015
Realisasi
Belanja 2015
75,77%
69,24%
“Kinerja realisasi pendapatan maupun belanja
pemerintah mengalami penurunan”
“Festival Teluk Jailolo” Courtesy : wisataindonesia.co.id
16
KEUANGAN PEMERINTAH
2.1 Struktur APBD
Anggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2015 adalah sebesar
Rp1,83 triliun atau meningkat 12,86% dari anggaran pendapatan pada APBD 2014.Sementara
itu, anggaran belanja pada APBD 2015 tercatat sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 16,42%
dari anggaran belanja tahun sebelumnya.
Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari pendapatan
transfer sebesar 34,8% (yoy). Pendapatan transfer adalah pendapatan yang didapatkan dari
pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Secara struktur
pendapatan transfer ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar pemerintah Maluku Utara
yaitu sebesar 82,6% pada APBD 2015, dikarenakan Pendapatan Asli Daerah belum dapat
menjadi tonggak utama keuangan daerah mengingat belum optimalnya penyerapan pajak,
masih rendahnya pendapatan perusahaan daerah, serta dampak penerapan UU Minerba pada
sektor pertambangan nikel di Maluku Utara. Sementara itu, meningkatnya pendapatan transfer
dipengaruhi oleh pengalihan subsidi energi pada APBN 2015 pada dana untuk pembangunan
daerah serta fokus pembangunan pemerintah pusat terhadap daerah di kawasan Indonesia
Timur.
Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
KEUANGAN PEMERINTAH
Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran
pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat pada belanja modal yaitu sebesar 16,0% (yoy).
Kenaikan pada nominal belanja modal tersebut menjadi harapan meningkatnya pembangunan
sarana publik/infrastruktur pada triwulan mendatang. Secara struktural, pangsa dari anggaran
belanja tidak mengalami banyak perubahan. Meskipun mengalami penurunan, belanja
operasional masih mendominasi struktur belanja dengan pangsa sebesar 67,6%.
Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015
Pada tanggal 1 November 2015, Pemerintah Provinsi Maluku Utara meningkatkan
anggaran pendapatan dari Rp1,827 triliun menjadi Rp2,258 triliun, atau naik sebesar 23,53%.
Kenaikan anggaran ini dikarenakan adanya penambahan kegiatan SKPD di akhir tahun 2015.
Adapun komponen penerimaan yang naik paling tinggi adalah Dana Alokasi Khusus yang naik
sebesar Rp100 miliar atau 87,25% dan Pendapatan Hibah yang meningkat sebanyak Rp120
miliar atau 171,43% dari anggaran sebelumnya.
Adapun anggaran belanja juga mangalami penambahan sebanyak Rp503,36 miliar atau
27,59% dari anggaran sebelumnya yang berjumlah Rp1,824 triliun menjadi Rp2,328 triliun.
Komponen belanja daerah yang naik paling besar adalah Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
yang meningkat sebesar 61,18% dan Belanja Barang yang bertambah sebanyak 32,37%.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
18
KEUANGAN PEMERINTAH
2.2 Realisasi Pendapatan APBD
Jumlah total realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara, hingga
akhir triwulan IV-2015 mencapai Rp1.710,88 miliar, atau 75,77% dari total target anggaran
pendapatan 2015 yang sebesar Rp1.827,93 miliar. Meski secara nominal realisasi pendapatan
lebih besar 17,85% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya, pencapaian tersebut berada di
bawah pencapaian tahun sebelumnya yang mencapai 86,79%.
Berdasarkan komponen pembentuknya, realisasi tertinggi pendapatan Pemerintah
Provinsi Maluku Utara berasal dari komponen Transfer Pemerintah Pusat-Dana Alokasi Umum
sebesar 62,03%, diikuti Dana Penyesuaian yang menyumbang sebesar 11,44% dari total
pendapatan. Dengan demikian, pendapatan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan
Kota di Maluku Utara sebagian besar bukan berasal dari pendapatan dari daerah itu sendiri,
melainkan bergantung pada dana perimbangan.
Meski secara umum realisasi komponen pendapatan pada tahun 2015 lebih tinggi
dibandingkan dengan dengan tahun sebelumnya, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Pendapatan Lain-lain mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode yang sama
di tahun 2014.
Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Tahun 2015 – data per 31 Desember 2015 (dalam rupiah)
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
KEUANGAN PEMERINTAH
Realisasi PAD hingga akhir tahun 2015 mencapai 34,91%, lebih rendah dari realisasi
pada tahun 2014 yang mencapai 79,43%. Kondisi tersebut ditengarai disebabkan oleh
perusahaan tambang nikel masih beroperasi terbatas sembari menunggu selesainya
pembangunan smelter. Lesunya aktivitas perusahaan tambang ini diikuti dengan berhentinya
perusahaan-perusahaan pendukung sektor pertambangan seperti jasa sewa alat berat, jasa
angkut, jasa pengiriman, jasa restoran dan akomodasi, serta perusahaan pendukung lainnya.
Perusahaan-perusahaan tersebut selama ini menjadi lumbung PAD Maluku Utara melalui pajak
maupun retribusi daerah.
Sementara itu, berkat komitmen yang tinggi dari pemerintah pusat, realisasi komponen
pendapatan transfer menunjukkan kinerja yang lebih tinggi. Komponen pendapatan yang
menguasai 82,57% dari keseluruhan anggaran pendapatan ini, mencatatkan realisasi sebesar
90,87%, lebih rendah dari pencapaian pada periode yang sama di tahun 2014 sebesar 91,78%.
Secara nominal realisasi pendapatan transfer meningkat 19,70% (yoy).
Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Tahun 2014 dan Tahun 2015
2.3 Realisasi Belanja APBD
Total realisasi belanja daerah sampai dengan akhir tahun 2015 mencapai Rp1.611,85
miliar atau 69,24% dari total anggaran belanja sebesar 2.327,78 miliar. Jumlah realisasi
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
20
KEUANGAN PEMERINTAH
tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi belanja pada tahun 2014 sebesar 84,24%. Namun
demikian, secara nominal realisasi belanja hingga akhir triwulan laporan meningkat cukup
signifikan, yakni sebesar 28,19% (yoy).
Berdasarkan pangsanya, penyumbang tertinggi belanja daerah berasal dari komponen
Belanja Barang dengan pangsa 26,18% dari keseluruhan realisasi belanja tahun 2015.
Kemudian disusul dengan komponen Belanja Pegawai dengan pangsa sebesar 20,61%
terhadap total realisasi tahun 2015.
Rendahnya realisasi belanja daerah pada tahun 2015 terutama dipengaruhi oleh
komponen Belanja Modal. Hingga akhir tahun, realisasi komponen tersebut hanya mencapai
57,64% dari yang dianggarkan, jauh lebih rendah dibandingkan pencapaian pada tahun
sebelumnya yakni mencapai 77,87%. Secara nominal, realisasi belanja modal hingga akhir
tahun 2015 naik tipis 2,40% (yoy). Rendahnya realisasi Belanja Modal pada tahun 2015 adalah
imbas lanjutan dari keterlambatan pengesahan APBD 2015 yang baru terlaksana pada akhir
Februari 2015 serta terjadinya pergantian kepala SKPD di tengah tahun 2015. Kondisi ini
berdampak pada terlambatnya dropping dana ke SKPD-SKPD dan pemerintah kabupaten kota
serta sulitnya realisasi anggaran dalam nominal besar. Kondisi ini diperparah dengan adanya
penambahan anggaran yang tidak realisasi hingga tutup tahun 2015 sehingga pencapaian
realisasi anggaran menjadi sangat rendah.
Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Tahun 2014 dan Tahun 2015
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
KEUANGAN PEMERINTAH
Di lain sisi, realisasi komponen belanja operasi mencapai 72,11% dari anggaran.
Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan tahun 2014 yang realisasinya mencapai 87,13%.
Meski realisasi belanja pada tahun 2015 lebih rendah dibandingkan 2014, secara nominal
jumlahnya meningkat sebesar 28,19% (yoy).
Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III-2015 (dalam rupiah) – data per 31 Desember 2015
2.4 Rekening Pemerintah
Dana pemerintah daerah yang tersimpan di perbankan hingga akhir tahun 2015 tercatat
sebesar Rp. 167,59 miliar. Sesuai dengan siklusnya jumlah tersebut turun 84,50% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya seiring meningkatnya realisasi belanja pemerintah daerah.
Secara tahunan, dana milik pemerintah daerah tersebut terkontraksi 25,07% (yoy) setelah
tumbuh pada triwulan sebelumnya sebesar 36,03% (yoy). Kondisi ini disebabkan adanya
pergeseran puncak realisasi anggaran pemerintah provinsi Maluku Utara yang pada tahun ini
benar-benar terpusat pada triwulan IV-2015 pasca keterlambatan pengesahan APBD Provinsi
Maluku Utara.
Dana pemda yang tersimpan dalam bentuk giro tercatat turun 24,93% (yoy) setelah
pada triwulan sebelumnya turun sebesar 7,37% (yoy). Sementara itu, simpanan likuid lainnya
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara
22
KEUANGAN PEMERINTAH
yakni tabungan tercatat terkontraksi sebesar 30,61% (yoy) dan simpanan dalam bentuk
deposito terkontraksi sebesar 4,22% (yoy).
Grafik 2.5 Perkembangan DPK Pemda di Perbankan Maluku Utara (dalam juta rupiah)
Sumber : Data Perbankan
23
Seiring turunnya inflasi administered price dan inflasi inti, laju
kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi
Maluku Utara pada triwulan IV 2015 hanya tercatat sebesar
4,52% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi
triwulan sebelumnya sebesar 6,60% (yoy) dan jauh lebih
rendah dibandingkan dengan angka inflasi tahun sebelumnya
yang tercatat mencapai 9,34% (yoy).
3 INFLASI
Inflasi Yoy
Tw IV
Inflasi Qtq
Tw IV
4,52%
2,48%
“Tekanan Inflasi pada triwulan IV 2015 menurun
signifikan”
24
INFLASI
3.1 Kondisi Umum
Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara yang
direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar 4,52% (yoy). Angka
ini lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 6,60% (yoy) dan jauh lebih
rendah dibandingkan dengan angka inflasi tahun sebelumnya yang tercatat mencapai 9,34%
(yoy). Namun demikian, angka inflasi tahunan Kota Ternate pada akhir tahun ini masih lebih
tinggi dibandingkan dengan angka inflasi Nasional sebesar 3,35% (yoy). Dengan inflasi tahunan
tersebut, menempatkan Provinsi Maluku Utara pada posisi ke-18 daerah inflasi tertinggi dalam
skala Nasional yang terdiri atas 82 kota pengukuran inflasi.
Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional
Turunnya tekanan inflasi pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya
terutama dipengaruhi oleh turunnya tekanan inflasi IHK yang diatur pemerintah (administered
prices). Menghilangnya efek kenaikan BBM Desember 2014 menjadi pemicu turunnya inflasi
kelompok ini.
Di lain sisi, kelompok bahan makanan yang sebagian besar terdiri atas komoditas
pangan yang bergejolak (volatile foods) memberikan andil inflasi tahunan tertinggi dan
mendominasi hampir separuh dari inflasi seluruh kelompok penyumbang inflasi. Efek El Nino
pada provinsi pemasok serta tingginya gelombang pada Desember 2016 menjadi penyebab
peningkatan harga komoditas pangan pada triwulan laporan. Dengan demikian inflasi volatile
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
INFLASI
foods tercatat sebesar 10,83% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 4,69% (yoy)..
Grafik 3.2 Disagregasi Inflasi Maluku Utara
3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate
3.2.1 Inflasi Tahunan (yoy)
Inflasi Provinsi Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,52% (yoy) jauh
lebih terkendali dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat pada angka 6,60%
(yoy). Turunnya tekanan inflasi terutama disebabkan oleh menurunnya inflasi administered
prices yang terutama berasal dari kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Grafik 3.3 Andil Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
26
INFLASI
Pemicu turunnya inflasi tahunan yakni deflasi yang terjadi pada kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan Turunnya harga minyak dunia yang diikuti penurunan harga
BBM di dalam negeri serta menghilangnya efek kenaikan bensin Desember 2014 pada inflasi
tahunan menyebabkan komoditas bensin dan solar mengalami deflasi masing-masing sebesar
14,02% (yoy) dan 10,67% (yoy). Penurunan harga BBM juga mempengaruhi harga jasa
transportasi seperti tarif angkutan dalam kota yang mengalami deflasi sebesar 16,67% (yoy)
dan kendaraan carter yang mengalami deflasi sebesar 29,17% (yoy).
Tabel 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Penurunan tekanan inflasi lainnya yang cukup signifikan terjadi pada kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan BBRT yakni dari 4,62% (yoy) menjadi 2,80% (yoy). Kondisi ini
dipicu oleh kebijakan penurunan harga elpiji dan minyak tanah oleh pemerintah.
Tabel 3.2 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang dan Jasa
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
I II III IV I II III IV I II III IVKelompok Barang dan Jasa 2013 2014 2015 Andil
Barang & JasaInflasi
Tw III
Inflasi
Tw IVAndil Barang & Jasa
Inflasi
Tw III
Inflasi
Tw IVAndil
INFLASI
Tabel 3.3 Komoditas Pendorong dan Penahan Inflasi (yoy) Kota Ternate
3.2.2 Inflasi Triwulanan (qtq)
Inflasi triwulan laporan menunjukkan inflasi sebesar 2,48% (qtq) jauh lebih tinggi
dibandingkan triwulan III-2015 yang mengalami inflasi sebesar 0,86% (qtq). Siklus inflasi
triwulanan pada periode ini mengalami siklus yang normal seperti pada tahun-tahun
sebelumnya dimana akhir tahun memiliki tingkat inflasi di atas rata-rata tahun berjalan sesuai
dengan siklus pergantian tahun dan liburan anak sekolah. Adapun angka inflasi triwulanan ini
lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi triwulanan Kota Ternate selama tiga tahun terakhir
yang sebesar 1,93% (qtq).
Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah
Naiknya tekanan inflasi pada triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh peningkatan
konsumsi masyarakat selama Desember 2015 sebagai dampak pelaksanaan kampanye dan
11.31% -6.76%
7.63% -2.81%
5.20%
117.19% -29.17%
99.98% -22.82%
93.33% -20.54%
241.32% -31.67%
133.42% -30.22%
109.07% -20.46%
Komoditas Pendorong Inflasi Komoditas Penahan Inflasi
I II III IV I II III IV I II III IVKelompok Barang dan Jasa
2013 2014 2015Andil
28
INFLASI
pilkada kabupaten/kota. Di lain sisi, pasokan pangan mengalami gangguan akibat gelombang
tinggi dan efek El Nino di provinsi pemasok seperti Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Akibatrnya, inflasi kelompok bahan makanan tercatat mencapai 10,02% (qtq), paling tinggi di
antara kelompok komoditas komoditas lainnya. Angka ini juga jauh lebih tinggi dari triwulan III-
2015 hanya mencatatkan inflasi sebesar 0,19% (qtq).
3.2.3 Inflasi Bulanan (mtm)
Selama triwulan laporan, kota Ternate selalu mengalami inflasi dengan tren yang
fluktuatif. Pada bulan Oktober 2015, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,91% (mtm) dan
kemudian pada bulan November 2015 tekanan inflasi turun menjadi 0,02% (mtm). Inflasi
tertinggi terjadi pada Desember 2015 yang mencapai 1,53% (mtm).
Grafik 3.4 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional
Bahan makanan terutama ikan dan sayuran masih mendominasi karakteristik inflasi
ketiga bulan tersebut. Penyumbang inflasi seperti komoditas ikan cakalang dan tomat beberapa
kali ditemukan sebagai faktor penyebab inflasi pada triwulan ini dan seringkali menjadi
penyumbang inflasi yang utama. Kenaikan bahan makanan yang tergolong volatile foods
beberapa bulan inilah yang berkontribusi pada tingginya inflasi triwulanan.
Tingginya inflasi pada bulan Oktober 2015 disebabkan oleh adanya perayaan syukuran
pasca kepulangan ibadah haji dan perayaan tahun baru Islam. Kondisi ini menyebabkan
lonjakan inflasi pada subkelompok sayur-mayur dan bumbu-bumbuan. Subkelompok sayur-
mayur tercatat mengalami inflasi sebesar 13,80% (mtm) jauh lebih tinggi dari bulan September
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
INFLASI
2015 yang mengalami inflasi sebesar 1,21% (mtm). Sementara itu, subkelompok bumbu-
bumbuan tercatat mengalami inflasi sebesar 5,51% (mtm) lebih tinggi dari bulan sebelumnya
sebesar 3,05% (mtm)
Selama triwulan IV-2015, inflasi lebih terkendali pada bulan November 2015 yang
mencatat inflasi terendah pada triwulan ini yakni sebesar 0,02% (mtm). Normalnya kembali
tekanan permintaan dari masyarakat menyebabkan beberapa komoditas pangan mengalami
penurunan harga. Turunnya tekanan permintaan juga tercermin dari penurunan harga tiket
penerbangan pada bulan tersebut dan mencatatkan deflasi sebesar 1,65% (mtm). Penurunan
tekanan inflasi juga dipengaruhi oleh komoditas emas perhiasan yang mengalami deflasi 7,53%
(mtm) seiring dengan penurunan harga komoditas tersebut di pasar internasional.
Inflasi tertinggi pada triwulan ini terjadi pada bulan Desember 2015. Naiknya harga
komoditas hasil laut yang berkisar antara 10 hingga 30 persen memberikan andil yang besar
pada kenaikan inflasi sehingga mengantarkan inflasi bulan Desember pada angka 1,53%
(mtm). Tingginya frekuensi gelombang tinggi di perairan Ternate dan Halmahera menyebabkan
aktivitas melaut dan hasil tangkapan ikan turun drastis. Data PPN menunjukan hasil tangkapan
ikan bulan Desember 2015 hanya mencapai 339 ton atau turun 54,24% dari bulan sebelumnya.
Dengan kondisi tersebut inflasi subkelompok ikan segar mencapai 24,02% (mtm), paling tinggi
diantara subkelompok lainnya.
Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota Ternate
OKTOBERNo. Komoditas Andil mtm
1 Tomat Sayur 0.27%
2 Cakalang/Sisik 0.26%
3 Cakalang Asap 0.13%
4 Kembung/Gembung 0.07%
5 Cat Kayu/Cat Besi 0.06%
NOVEMBERNo. Komoditas Andil mtm
1 Tomat Sayur 0.07%
2 Wortel 0.06%
3 Lolosi 0.05%
4 Lemon 0.05%
5 Kentang 0.04%
DESEMBERNo. Komoditas Andil mtm
1 Cakalang/Sisik 0.47%
2 Malalugis/Sohiri 0.27%
3 Selar/Tude 0.24%
4 Lolosi 0.07%
5 Tomat Sayur 0.06%
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
30
INFLASI
3.3 Faktor-faktor Penggerak Inflasi
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan melemah
baik pada kelompok administered prices dan volatile foods, serta core inflation.
3.3.1 Faktor Fundamental
Core inflation
Tekanan inflasi yang dialami kelompok core inflation pada triwulan laporan kembali
mengalami retardasi seperti triwulan sebelumnya dari 5,44% (yoy) pada triwulan III-2015
menjadi 4,00% (yoy) pada triwulan ini. Penurunan tekanan adalah efek tidak langsung
kebijakan penurunan harga BBM oleh pemerintah. Kebijakan ini menyebabkan harga produk
manufaktur baik sandang, olahan pangan, ataupun bahan bangunan ataupun harga produk jasa
baik pendidikan dan kesehatan relatif stabil sampai akhir tahun 2015. Kondisi ini sangat
berbeda dengan kondisi tahun 2014 di mana pelaku usaha beberapa kali menaikan harga
akibat beberapa kebijakan pemerintah pusat terkait tarif listrik dan harga BBM.
Selain efek ekspektasi dari pelaku usaha dan penyedia jasa, penurunan tekanan inflasi
inti juga dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas emas perhiasan. Hal ini terindikasi dari
harga emas dunia yang mengalami penurunan lebih dalam dibandingkan dengan
penurunan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,93%, yaitu turun sebesar 11,08% (yoy) pada
triwulan ini.
Grafik 3.5 Pergerakan Harga Emas Internasional
Sumber : World Bank
INFLASI
3.3.2 Non Fundamental
Volatile foods
Tekanan inflasi kelompok volatile foods tahunan pada triwulan IV 2015 meningkat tajam
dari 4,69% (yoy) menjadi 10,83% (yoy). Peningkatan tekanan terjadi pada komoditas sayur-
sayuran dan komoditas perikanan.
Tomat menjadi komoditas paling sering muncul pada penyumbang inflasi serta ikan
cakalang yang menjadi penyumbang inflasi terbesar. Kondisi ini tidak terlepas dari kelangkaan
pasokan yang terjadi di beberapa daerah. Bukan hanya di Ternate, kelangkaan bahkan juga
terjadi di sentra produksi dalam provinsi seperti Halmahera Barat dan Halmahera Timur. Di lain
sisi, pasokan pangan khususnya sayur-mayur dan bumbu-bumbuan dari provinsi lain menurun
pada akhir tahun 2015 akibat dampak El Nino
Grafik 3.6 Nilai Ikan Tangkap
Grafik 3.7 Volume Ikan Tangkap
Selain sayuran, subkelompok ikan segar yang menjadi salah satu penyumbang terbesar
pada melonjaknya tekanan inflasi volatile foods year on year pada triwulan laporan, mengalami
kekurangan pasokan pada tahun ini. Kondisi perairan yang kurang kondusif menjadi implikasi
penyebab langkanya komoditas makanan favorit warga Maluku Utara ini. Tingkat ombak yang
rata-rata lebih tinggi pada tahun ini berdasarkan data BMKG, memaksa nelayan untuk tidak
melaut secara intens. Berdasarkan data PIPP yang mewakili hasil tangkapan nelayan, hasil
tangkapan ikan pada triwulan IV 2015 dilaporkan mencapai 1.955 ton, menurun dibandingkan
tangkapan triwulan sebelumnya sebesar 2.197 ton.
Sumber: PPN Kota Ternate, diolah Sumber: PPN Kota Ternate, diolah
32
INFLASI
Kenaikan harga sayur-mayur, ikan segar, dan pangan lainnya pada akhir tahun 2015
juga disebabkan oleh momen libur natal yang cukup panjang di Manado sehingga sempat
menghentikan aktivitas distribusi pasokan dari Manado untuk waktu yang cukup lama. Hal ini
menyebabkan pedagang di Kota Ternate terpaksa mendatangkan pasokan dari Kota Surabaya
yang lebih mahal. Dari sisi permintaan, khususnya pada bulan Desember 2015 terjadi lonjakan
permintaan masyarakat yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh kegiatan kampanye pilkada
kabupaten/kota, perayaan pasca hari pemilu kabupaten/kota, serta perayaan akhir tahun yang
seluruhnya jatuh pada bulan ini.
Administered prices
Inflasi yang dialami oleh kelompok administered prices pada akhir triwulan IV 2015
tercatat melemah signifikan dari 12,02% (yoy) menjadi deflasi 0,02% (yoy). Penurunan tekanan
terutama terjada pada komoditas administered price yang berada pada subkelompok transpor.
Grafik 3.8 Pergerakan harga Premium dan Solar
Penurunan inflasi administered price terutama dipengaruhi oleh menghilangnya efek
tahunan kenaikan BBM pada akhir tahun 2014 pada iInflasi komoditas bensin dan solar.
Penurunan tekanan inflasi pada kedua komoditas ini juga dipastikan seiring dengan harga
minyak dunia yang menurun dan diikuti respons kebijakan pemerintah pusat untuk menurunkan
harga BBM. Pada akhir triwulan IV-2015, komoditas bensin dan solar mengalami deflasi
masing-masing sebesar 14,02% (yoy) dan 10,67% (yoy).
Sumber: Pertamina, diolah
INFLASI
Turunnya harga bahan bakar juga diikuti penurunan harga tarif berbagai moda
transportasi. Seiring penurunan harga premium yang diikuti dengan respons penyesuaian tarif
angkutan oleh pemkot Ternate, komoditas angkutan dalam kota mengalami deflasi 16,67%
(yoy) pada triwulan IV-2015 setelah pada triwulan sebelumnya inflasi sebesar 25% (yoy).
Sementara itu, Turunnya harga avtur mempengaruhi tarif angkutan udara yang mengalami
deflasi di sepanjang tahun 2015. Komoditas angkutan udara
Selain kebijakan pemerintah pada BBM bersubsidi, pemerintah juga menerapkan
kebijakan baru pada tarif PLN nonsubsidi (golongan R2, R3, B2, B3, I3, dan I4) yang diturunkan
seiring turunnya harga minyak dunia. Dengan adanya penurunan tersebut inflasi tahunan pada
tarif listrik tercatat sebesar 3,01% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencatat
inflasi cukup tinggi sebesar 14,33% (yoy).
3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara
Selama triwulan IV 2015, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku Utara
dan TPID Kota Ternate telah melaksanakan dua kali rapat koordinasi (1 high level meeting dan
1 rapat tim teknis), serta pertemuan dengan disperindag Jawa Timur. Kedua rapat koordinasi
bertujuan untuk merumuskan beberapa langkah aksi TPID dalam jangka pendek. Adapun
pertemuan dengan Disperindag Jawa Timur bertujuan untuk mempererat koordinasi antara
TPID Kota Ternate dan Pemprov Jawa Timur yang merupakan daerah pemasok.
Pertemuan antara TPID Kota Ternate dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang
diwakili Disperindag Provinsi Jawa Timur dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2015. Melalui
pertemuan tersebut, diharapkan pasokan komoditas pangan baik mentah maupun olahan dari
Jawa Timur ke Ternate semakin lancar. Dari sisi Pemerintah Jawa Timur pertemuan ini
diharapkan mampu menjadi langkah awal perluasan pasar UMKM pertanian dan olahan
makanan ke seluruh wilayah Maluku Utara. Secara konkrit, pertemuan langsung diikuti dengan
pembukaan kantor atase perdagangan Provinsi Jawa Timur di Kota Ternate serta pameran
dagang bersama UMKM pertanian dan industri makanan olahan Maluku Utara – Jawa Timur di
Jatiland Mall.
34
INFLASI
No Koordinator Kegiatan
1 TPID Kota Ternate Pertemuan dengan Disperindag Provinsi Jawa Timur,
pameran dagang, dan Pembentukan atase perdagangan
Jawa Timur di Kota Ternate
2 TPID Kota Ternate Rapat Tim Teknis bersama pemasok, perumusan strategi
menghadapi lonjakan inflasi pada akhir tahun 2015
3 TPID Provinsi Maluku Utara High Level Meeting, evaluasi dan perumusan strategi
pengendalian inflasi Maluku Utara tahun 2016
Tabel 3.6 Program Pengendalian Inflasi akhir tahun TPID Provinsi Maluku Utara dan Kota Ternate
Sementara itu, rapat tim teknis pada 30 November 2015 dilaksanakan untuk
mengantisipasi kenaikan harga pangan pada akhir tahun 2015. Dalam pertemuan tersebut
diikutsertakan asosiasi pemasok dalam rangka mengevaluasi kondisi stok serta memberikan
himbauan moral agar bersama-sama menjaga ketersediaan komoditas pangan di Ternate.
Aktivitas TPID selama tahun 2015, ditutup dengan rapat TPID Provinsi Maluku Utara.
Rapat, yang juga mengikutsertakan beberapa anggota TPID Kota Ternate ini, bertujuan untuk
mengevaluasi kondisi inflasi Maluku Utara selama tahun 2015 beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya dan mengidentifikasi potensi risiko inflasi 2016 dalam rangka menyusun
rumusan awal aksi TPID 2016.
.
35
Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada
triwulan IV-2015 menunjukkan kinerja yang positif
khususnya pada perkembangan volume usaha dan
penghimpunan dana. Fungsi intermediasi perbankan juga
tercatat masih berada pada level yang tinggi.
Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor
korporasi maupun rumah tangga masih relatif baik yang
terindikasi dari rasio NPL yang berada pada level yang
rendah dan cenderung mengalami penurunan.
4 KINERJA PERBANKAN &
Pertumbuhan
DPKYoy Tw IV
Penyaluran kredit
Yoy Tw IV
19,41%
12,22%
PEKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
“Pantai Sulamadaha, Ternate” Courtesy : jalan2.com
“Kinerja perbankan Maluku Utara positif”
36
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
4.1 Kinerja Perbankan
4.1.1 Perkembangan Aset Perbankan
Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan IV-2015 tercatat sebesar
Rp8,12 triliun, atau meningkat 5,06% (qtq). Secara tahunan, aset tumbuh sebesar 13,61% (yoy)
sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,94% (yoy).
Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah)
Secara umum, peningkatan aset perbankan pada tahun 2015 lebih baik dibandingkan
pada tahun sebelumnya. Rerata laju pertumbuhan aktiva perbankan mencapai pertumbuhan
dua-digit, dimana pada tahun 2014 seiring perekonomian yang lebih kontraktif, pertumbuhan
berada di bawah rerata sepuluh persen.
Sementara pada triwulan ini, perlambatan tipis yang terjadi pada pertumbuhan aktiva
perbankan sebagian besar merupakan andil dari adanya perlambatan pada aktiva Bank milik
pemerintah (BUMN). Kendati demikian, Bank kelompok BUMN tersebut masih menunjukkan
perluasan aset yang lebih cepat dibandingkan bank swasta nasional yang beroperasi di Maluku
Utara. Kelompok bank “pelat merah” ini tercatat tumbuh 16,37% (yoy) lebih lambat dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 17,27% (yoy). Sementara itu, bank milik swasta
tercatat tumbuh 10,12% (yoy) meningkat lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya
sebesar 6,59% (yoy).
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Berdasarkan jenis operasinya, perbankan konvensional kembali memiliki pertumbuhan
aset yang lebih ekspansif meskipun perkembangannya melambat. Aset perbankan
konvensional tercatat tumbuh sebesar 13,82% (yoy) sedikit melambat dari 14,21% (yoy).
Sementara itu, perbankan syariah tumbuh dari 9,17% (yoy) menjadi 9,84% (yoy).
4.1.2 Intermediasi Perbankan
Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan yang beroperasi di Maluku
Utara pada posisi akhir triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp 6,23 triliun, lebih rendah dari
triwulan sebelumnya sebesar Rp 6,52 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan DPK mencapai
19,41% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2015 yang tumbuh
sebesar 16,97% (yoy).
Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah)
Meningkatnya pertumbuhan DPK terutama dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan
simpanan tabungan dan simpanan giro. Jumlah simpanan tabungan pada akhir tahun 2015
mencapai Rp3,74 triliun, atau meningkat 10,99% (qtq). Secara tahunan, tabungan tumbuh
sebesar 14,44% (yoy) sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar
14,04% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan tabungan terutama dipengaruhi meningkatnya
Sumber : LBU, diolah
38
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
penghasilan masyarakat khususnya PNS pada tahun 2015 di tengah laju inflasi yang lebih
rendah.
Sementara itu, simpanan giro pada akhir triwulan laporan mencapai Rp1,22 triliun,
terakselerasi dari 11,88% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 45,72% (yoy). Percepatan
dipengaruhi oleh tumbuhnya giro sektor swasta yang tercatat sebesar 76,26% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 29,52% (yoy). Kinerja perekonomian Maluku Utara
yang lebih baik berdampak positif pada pendapatan pelaku usaha di Maluku Utara. Namun
demikian, pelaku usaha masih menunggu perkembangan positif pasca pilkada kabupaten/kota
sebelum melakukan investasi, sehingga dana pelaku usaha menumpuk di rekening giro.
Di lain sisi, jumlah simpanan dalam bentuk deposito tercatat sebesar Rp 1,26 triliun atau
tumbuh melambat dari 32,56% (yoy) pada triwulan III-2015 menjadi 14,17% (yoy) pada
triwulan laporan. Selain adanya kecenderungan adanya perpindahan simpanan ke produk yang
lebih likuid seperti tabungan dan giro, melambatnya pertumbuhan deposito ditengarai
disebabkan oleh turunnya suku bunga deposito seiring penurunan BI rate. Pada akhir tahun
2015, suku bunga tertimbang simpanan deposito hanya mencapai 7,11% lebih rendah dari
posisi awal tahun yang mencapai 7,70%.
Dari sisi penyaluran kredit, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku
Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,69 triliun atau meningkat 2,93% (qtq). Secara
tahunan, penyaluran kredit tumbuh 12,22% (yoy), terakselerasi dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh 11,88% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terutama dipengaruhi oleh ekspansi kredit
produktif baik investasi maupun modal kerja.
Kredit investasi tercatat tumbuh 2,02% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 2,10% (yoy). Pencapaian ini mencatatkan
pertumbuhan kredit investasi terbaik selama setahun terakhir yang cenderung menunjukkan
pertumbuhan negatif. Pertumbuhan kredit investasi didorong oleh sektor pertanian, sektor real
estate, dan sektor industri pengolahan yang masing-masing tercatat mengalami pertumbuhan
sebesar 29,39% (yoy), 3,65% (yoy), dan 23,81% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan kredit
investasi seiring dengan membaiknya ekspektasi pelaku usaha terhadap perekonomian ke
depan terkait dengan beberapa kebijakan pemerintah seperti pencabutan moratorium, paket
insentif KEK (termasuk KEK Morotai), rencana revisi UU Minerba, dan berbagai rencana
pembangunan infrastruktur.
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Sementara itu, kredit produktif lainnya yakni kredit modal kerja tumbuh 10,88% (yoy)
sedikit meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 10,83% (yoy). Pertumbuhan
kredit modal kerja didorong oleh meningkatnya aktivitas pada sektor konstruksi dan sektor
perikanan (khususnya pasca pencabutan moratorium). Masing-masing mencatat pertumbuhan
kredit sebesar 11,65% (yoy) dan 52,55% (yoy).
Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah)
Seiring dengan melambatnya konsumsi rumah tangga, kredit konsumsi yang menguasai
65,74% dari total keseluruhan kredit, tercatat tumbuh 14,21% (yoy) pada triwulan laporan, lebih
rendah dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 14,43% (yoy). Harga
properti, kendaraan dan harga beberapa barang yang tergolong inflasi inti seperti misalnya
barang elektronik yang masih tinggi seiring dengan penguatan kurs dollar AS, masih menahan
ekspansi yang agresif pada kredit jenis ini.
Melambatnya kredit komsumsi terlihat dari perlambatan pinjaman untuk keperluan
multiguna yang melambat dari 89,76% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 17,99% (yoy)
serta pinjaman untuk pemilikan sepeda bermotor yang tercatat tumbuh sebesar 4,61% (yoy),
lebih rendah disbanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,37% (yoy).
Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui
tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang tinggi yakni 91,27%. Tingkat
LDR tersebut mengalami peningkatan signifikan dari triwulan sebelumnya yang hanya
mencapai 84,76%.
Sumber : LBU, diolah
40
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara
4.1.3 Perkembangan Bank Syariah
Perbankan syariah secara umum memiliki pangsa aset sebesar 5,19% dari seluruh
perbankan umum di Maluku Utara. Pangsa tersebut meskipun secara perlahan terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Lambatnya perkembangan perbankan syariah di
Maluku Utara ditengarai karena masih minimnya preferensi masyarakat Maluku Utara untuk
menggunakan layanan bank tersebut. Selain itu, terbatasnya jaringan baik kantor maupun ATM
juga menjadikan kelompok ini kurang dikenal masyarakat.
Aset perbankan syariah Maluku Utara pada triwulan IV-2015 tercatat sebesar Rp
421,35 miliar. Secara tahunan, volume usaha perbankan syariah pada triwulan laporan tumbuh
9,84% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,17% (yoy). Peningkatan aset
lebih dipengaruhi faktor membaiknya NPF dan perkembangan investasi berupa aset tetap.
Sementara itu, kinerja penyaluran pembiayaan dan penghimpunan dana tidak sebaik triwulan
sebelumnya.
Pada triwulan ini kinerja penyaluran kredit perbankan syariah Maluku Utara belum
menunjukkan perbaikan. Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada
triwulan IV-2015 tercatat sebesar Rp189,48 miliar, turun tipis -0,06% (qtq). Secara tahunan
pembiayaan syariah masih mengalami kontraksi sebesar 6,04% (yoy), kontraksi tersebut lebih
Sumber : LBU, diolah
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
dalam dibandingkan triwulan lalu yang menunjukkan kontraksi -5,9% (yoy). Penyusutan
tersebut hampir terjadi pada setiap jenis pembiayaan syariah.
Pembiayaan investasi mengalami kontraksi sebesar 11,35% (yoy) setelah pada
triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 6,18% (yoy). Kondisi harga komoditas yang
belum membaik menyebabkan pelaku usaha di sektor perdagangan tidak mengajukan
permohonan kredit untuk periode yang panjang. Pembiayaan syariah produktif lainnya yakni
pembiayaan modal kerja masih tumbuh positif sebesar 4,22% (yoy) namun lebih rendah dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 14,87% (yoy).
Sementara itu, pembiayaan konsumtif kembali mengalami penyusutan sebesar 7,97%
(yoy). Penyusutan ini tidak sedalam triwulan sebelumnya yang mencapai 12,20% (yoy).
Penyusutan kembali disebabkan oleh masih minimnya pembiayaan untuk kepemilikan rumah.
Di lain sisi, DPK tercatat sebesar Rp371,88 miliar meningkat 8,42% (qtq) dari triwulan
sebelumnya. Pertumbuhan DPK pada triwulan IV-2015 tercatat sebesar 16,1% (yoy) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 20,2% (yoy).
Melambatnya pertumbuhan DPK didorong oleh turunnya kinerja deposito syariah. deposito
syariah tercatat tumbuh negatif 16,29% (yoy) jauh lebih rendah dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya 41,46% (yoy). Mulai turunnya rate bagi hasil deposito syariah menyebabkan
adanya pengalihan jenis simpanan dari deposito ke simpanan yang lebih likuid yakni tabungan.
Pada triwulan laporan, tabungan syariah tercatat sebesar Rp262,63 miliar atau tumbuh
15,56% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 13,84% (yoy). Giro syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni meningkat dari 13,84% (yoy) menjadi 15,56%.
Pengalihan dari deposito serta meningkatnya pendapatan masyarakat menjadi faktor
pendorong pertumbuhan kedua jenis simpanan ini.
Turunnya pertumbuhan pembiayaan menyebabkan peran intermediasi bank syariah
yang tercermin dari angka FDR (financing to deposit ratio) mengalami penurunan. Pada triwulan
laporan, FDR perbankan syariah Maluku Utara tercatat sebesar 50,93% lebih rendah dari
triwulan sebelumnya yang mencapai 53,70%.
Dari sisi risiko pembiayaan, non performing finance (NPF) mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya dari 4,08% menjadi 3,43% pada triwulan laporan. Hal ini
menunjukan bahwa kualitas pembiayaan syariah kian mengalami perbaikan. Penurunan NPF
42
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
terutama berasal dari pembiayaan konsumtif yang kualitasnya membaik seiring kondisi
penerimaan masyarakat yang juga meningkat.
Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah
4.1.4 Bank Perkreditan Rakyat
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
di Maluku Utara pada triwulan IV-2015 masih tumbuh positif dan meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Aset BPR/S secara tahunan tumbuh 33,99% (yoy) lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya sebesar 18,40% (yoy).
DPK pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 34,40 miliar atau tumbuh melonjak
44,91% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 23,70% (yoy). Seiring
dengan perlambatan konsumsi pada triwulan IV-2015, masyarakat lebih memilih untuk
menyimpan uang mereka di bank. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah DPK dibandingkan
triwulan dengan signifikan, yakni 22,74% (qtq).
Dari sisi penyaluran dana, pada triwulan laporan BPR/BPRS di Maluku Utara berhasil
mencatatkan kredit sebesar Rp 44,01 miliar atau tumbuh 26,16% (yoy), lebih rendah dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh 32,97% (yoy). Sama halnya dengan bank umum,
perlambatan kredit terutama terjadi untuk debitur yang beroperasi di sektor perdagangan besar
dan eceran.
Sumber : LBU, diolah
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRs
4.2 Stabilitas Sistem Keuangan
4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah dan Sektor Rumah Tangga
Secara umum, ketahanan sektor korporasi daerah dan sektor rumah tangga
masih berada dalam kondisi yang cukup baik. Risiko kredit yang dicerminkan dengan
perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada triwulan laporan masih berada di dalam batas
aman. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian risiko kredit terindikasi mulai
menurun. Rasio NPL pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 1,83%, lebih rendah dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,07%.
Membaiknya risiko kredit berasal dari seluruh sektor baik rumah tangga maupun
produktif. NPL untuk kredit ke sektor rumah tangga terjaga di level yang rendah yakni sebesar
0,48%, terus membaik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 0,61%. Sementara itu NPL
pada sektor produktif membaik dari 4,80% menjadi 4,42%.
Penurunan NPL sektor rumah tangga terjadi pada jenis kredit kepemilikan rumah
tinggal tipe di atas 70 dan keperluan rumah tangga yang tidak diklasifikasikan. NPL kredit
kepemilikan rumah tinggal tipe di atas 70, rasio NPLnya turun dari 9,37% pada triwulan
Sumber : LBU, diolah
44
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
sebelumnya menjadi 5,51%. NPL kredit untuk keperluan rumah tangga yang tidak
diklasifikasikan turun dari 2,75% menjadi 0,22%.
Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan
Dari sektor produktif/korporasi, penurunan NPL terjadi pada kredit modal kerja maupun
investasi. Di samping membaiknya kinerja ekonomi pada triwulan laporan, penurunan NPL
tersebut adalah hasil dari strategi perbankan dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
penyaluran kredit untuk sektor tertentu. NPL kredit modal kerja tercatat turun dari 4,60%
menjadi 4,49% sementara NPL kredit investasi turun dari 5,42% menjadi 4,22%.
Sektor perdagangan masih mendominasi 70,70% kredit yang kualitasnya kurang baik
di Maluku Utara. Seiring dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga dan aktivitas ekspor,
NPL pelaku usaha sektor perdagangan pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar 3,89%,
lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 4,05%. Sementara itu, rasio NPL
korporasi yang masih cukup tinggi berasal dari sektor konstruksi. Terhambatnya pembangunan
perumahan salah satu bank serta tunggakan pembayaran vendor pembangun proyek
infrastruktur pemerintah menyebabkan NPL pada sektor konstruksi di akhir triwulan laporan
masih di atas 2 digit yakni mencapai 10,85%.
Sumber : LBU, diolah
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
4.2.2 Pengembangan Akses Keuangan
Kredit UMKM yang disalurkan perbankan Malut pada triwulan laporan tercatat Rp 1,62
triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 15,41% (yoy) pada triwulan IV-2015
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,49% (yoy). Peningkatan ini salah
satunya didorong oleh oleh kebijakan perbankan yang ekspansif terhadap pelaku usaha UMKM
sehingga Perbankan meningkatkan target penyaluran kredit bagi debitur UMKM pada tahun ini.
Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya jumlah debitur UMKM yang pada triwulan laporan
yang tercatat sebesar 21,99 ribu orang atau tumbuh sebesar 8,93% (yoy) lebih tinggi dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,03%.
Seiring dengan meningkatnya kinerja ekonomi Malut, peningkatan kredit UMKM terjadi
baik pada kredit modal kerja maupun kredit investasi. Kredit modal kerja yang diterima debitur
UMKM pada triwulan IV-2015 tumbuh sebesar 20,37% (yoy), lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,60% (yoy). Sementara itu, kredit investasi untuk debitur
UMKM tumbuh dipercepat sebesar 3,03% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh
sebesar 2,14% (yoy).
Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada debitur UMKM didominasi oleh Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang memiliki pangsa sebesar 75,69% pada triwulan
laporan. Sektor tersebut tumbuh sebesar 12,70% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 12,08% (yoy). Sektor lainnya yang mengalami peningkatan kredit untuk
debitur UMKM adalah sektor konstruksi. Seiring gencarnya pembangunan ruko dan infrastruktur
lainnya di Maluku Utara kredit ke sektor konstruksi tumbuh meningkat dari 19,63% (yoy)
menjadi 57,61% (yoy).
Dari sisi kualitas kredit, NPL debitur UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar
4,78%, sudah membaik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,29%. Sama halnya dengan
kredit secara umum, perbaikan NPL terjadi pada sektor perdagangan yakni dari 4,33% menjadi
4,14%.
Masih tingginya NPL kredit untuk debitur UMKM menjadi indikasi bahwa pemerintah
perlu untuk membuat program-program pendampingan UMKM unggulan daerah sehingga
jumlah UMKM yang bankable dan feasible semakin banyak. Adanya Konsultan Keuangan Mitra
Bank (KKMB) yang dibiayai oleh Pemda juga bisa menjadi salah satu solusi dalam menciptakan
UMKM berkualitas dan layak mendapat akses pembiayaan bank yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Malut secara umum.
46
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Maluku Utara mengalami net outflow. Sementara itu, seiring meningkatnya laju
pertumbuhan ekonomi, transaksi non tunai nilai besar menunjukan peningkatan. Meskipun
transaksi baik tunai maupun nontunai terindikasi meningkat, kualitas transaksi masih sangat
terjaga dengan sedikitnya temuan uang palsu dan rendahnya rasio cek/BG kosong pada
triwulan laporan
4.3.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
Aliran uang kartal pada triwulan IV-2015 di Maluku Utara menunjukkan net outlow
(uang yang keluar lebih besar daripada jumlah uang yang masuk dari khasanah Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara). Pada triwulan laporan, aliran uang masuk
(inflow) tercatat sebesar Rp124,63 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar
Rp842,43 miliar sehingga menghasilkan net outflow sebesar Rp717,81 miliar.
Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut
Seiring dengan meningkatnya kinerja perekonomian triwulan IV-2015 dan
dilaksanakannya Pilkada, volume transaksi tunai di Maluku Utara terindikasi meningkat. Jumlah
uang masuk (inflow) terkontraksi 31,00% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh
Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
21,63% (yoy). Sementara itu, jumlah uang keluar (outflow) tumbuh melambat sebesar 23,49%
(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 64,79% (yoy). Adapun net outflow pada
triwulan IV-2015 tercatat mengalami peningkatan sebesar 43,11% (yoy).
Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
Agar uang tunai yang layak edar selalu diperoleh masyarakat, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Maluku Utara mengimplementasikan kebijakan Clean Money Policy secara
rutin melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar (UTLE). Proses
pemusnahan tersebut selalu dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap
tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan dalam rangka menjamin ketersediaan uang
layak edar (ULE) di masyarakat.
Selama triwulan laporan terdapat 5,74 juta lembar UTLE yang masuk ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, meningkat 52,39% (qtq) dan secara tahunan
naik 21,71% (yoy). Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya uang rupiah,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara melakukan sosialisasi agar
masyarakat mampu memperlakukan uang rupiah dengan lebih baik lagi sehingga usia edar
uang lebih panjang dan pada akhirnya dapat menekan biaya pembuatan.
Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara
48
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 4.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan IV-2015
Untuk menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang masih relatif baru dan layak edar,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (KPw BI Provinsi Malut) juga
melakukan kegiatan kas keliling secara rutin ke berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi
Maluku Utara. Selama triwulan IV-2015 Unit Operasional Kas KPw BI Provinsi Malut telah
melaksanakan 7 kali kas keliling ke luar Kota Ternate.
Pada triwulan IV-2015, ditemukan uang palsu di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Maluku Utara sebanyak 22 lembar, jumlah ini banyak dibandingkan triwulan
sebelumnya dimana terdapat temuan sebanyak 9 lembar. Uang palsu yang beredar mayoritas
masih berupa pecahan Rp50.000 sebanyak 15 lembar. Sisanya berupa 7 lembar pecahan
Rp100.000.
Dalam rangka melindungi masyarakat dari tindak kriminial pemalsuan uang, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Maluku Utara secara periodik melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian
uang rupiah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah dan
meminimalisir temuan uang palsu. Sosialisasi dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti
pasar (baik modern maupun tradisional), pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah atau
kepada Pemerintah Daerah. Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga
melakukan publikasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak
maupun elektronik.
Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
4.3.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai
Pemulihan sektor pertambangan Maluku Utara yang berjalan lambat terindikasi dengan
penyusutan yang terjadi pada transaksi nontunai baik kliring maupun RTGS. Secara tahunan,
keduanya mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 0,22% (yoy) dan 0,09% (yoy).
4.3.2.1 Perkembangan Kegiatan Kliring
Transaksi nontunai melalui fasilitas kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar
Rp265,17 miliar, atau turun 0,22%(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami
penurunan sebesar 13,57% (yoy).
Grafik 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara
Sementara itu, di tengah melambatnya kondisi perekonomian, rasio cek dan bilyet giro
(BG) kosong masih terjaga di level yang sangat rendah. Pada triwulan laporan, jumlah cek dan
bilyet giro kosong tercatat sebesar 31 lembar atau turun 16,21% (yoy). Adapun rasio nilai cek
BG kosong terhadap cek BG yang diserahkan pada triwulan IV-2015 adalah sebesar 2,47%,
lebih tinggi dari rasio triwulan III-2015 sebesar 0,94%.
Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara
50
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 4.2 Perkembangan Cek BG Kosong
4.3.2 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Transfer dalam wilayah di Maluku Utara pada triwulan IV-2015 mencapai Rp456,59
miliar, tumbuh 28,93% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 7,34%
(yoy). Meningkatnya perekonomian pada beberapa sektor di triwulan laporan, dilaksanakannya
Pilkada, serta pola transaksi Pemerintah di akhir tahun ditengarai merupakan pemicu
meningkatnya jumlah transaksi RTGS pada triwulan Laporan.
Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara (Rp Miliar)
Sumber: Website Bank Indonesia, diolah
52
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
53
Ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ketenagakerjaan
meningkat.
Angka kemiskinan tercatat menurun meski tingkat kedalaman
dan keparahan kemiskinan meningkat.
Kesejahteraan petani terindikasi mengalami kenaikan seiring
harga komoditas hortikultura, tabama, dan perikanan
5
Peningkatan
angkatan kerja
yang bekerja (Yoy)
NTP
5,82%
103,46%
“Kemiskinan turun seiring terjaganya kinerja
perekonomian Malut”
“Masjid Al Munawar, Ternate” Courtesy : iloveindonesian.files.wordpress.com
KESEJAHTERAAN
KETENAGAKERJAAN &
54
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data BPS, jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2015 tercatat
sebesar 513,6 ribu jiwa atau meningkat 6,67% (yoy). Peningkatan ini sedikit lebih tinggi
dibandingkan peningkatan tahunan bulan Februari 2015. Jumlah angkatan kerja di Maluku
Utara yang bekerja pada akhir Agustus 2015 tercatat mencapai 482.5 ribu jiwa. Penambahan
jumlah angkatan kerja yang disertai dengan perkembangan kinerja sektor utama yang masih
positif menyebabkan terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja sebesar 5,82%
(yoy) lebih tinggi dari februari 2015 yang tumbuh sebesar 5,31% (yoy).
Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara Agustus (ribu jiwa)
Kendati demikian, angka pengangguran tercatat sebesar 31,06 ribu jiwa meningkat
meningkat 21,80% (yoy). Tingginya peningkatan angka pengangguran dipengaruhi oleh
perusahaan pertambangan nikel yang masih belum beroperasi hingga saat ini.
Seiring terjaganya kondisi ekonomi Maluku Utara, masyarakat optimis bahwa kondisi
penyerapan tenaga kerja pada periode mendatang cukup baik. Optimisme ini tergambar dari
hasil Survei Konsumen (SK). Persepsi masyarakat terhadap ketenagakerjaan dalam enam
bulan ke depan yang tercermin dari SBT SK pada indeks ketersediaan lapangan kerja yang
menunjukkan nilai yang positif yakni sebesar 102 dan lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang hanya mencapai 100.
5.2 Nilai Tukar Petani (NTP)
Pada akhir triwulan IV-2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat
sebesar 103,46, tumbuh 1,0% (yoy) dan meningkat 2,46% (qtq). Secara tahunan, kenaikan
Jenis Kegiatan Utama 2011 2012 2013 2014 2015
Penduduk 15 Tahun Keatas 687.3 702.5 719.5 753.8 773.18
Angkatan Kerja 463.6 466.1 463.2 481.5 513.6
Bekerja 437.9 443.9 445.4 456.0 482.54
Pengangguran 25.7 22.2 17.9 25.5 31.06
Bukan Angkatan Kerja 223.7 236.4 256.3 272.3 259.58
TPAK 67.5% 66.3% 64.4% 63.9% 66.43
TPT 5.6% 4.8% 3.9% 5.3% 6.05
Agustus
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
indeks yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan indeks yang dibayar petani sehingga
terjadi peningkatan NTP pada akhir triwulan laporan.
Grafik 5.1 Perkembangan NTP Maluku Utara
Pada triwulan ini, NTP Maluku Utara memiliki nilai lebih tinggi daripada NTP
Nasional. NTP tersebut berada pada peringkat keempat di wilayah Sulampua (Sulawesi,
Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat). Pada Triwulan IV-2015, dari 10 provinsi di
wilayah Sulampua, tujuh provinsi mengalami peningkatan kesejahteraan petani yang ditandai
dengan NTP di atas 100. Sedangkan tiga provinsi lain yaitu Sulawesi Tengah, Papua dan
Sulawesi Utara terindikasi mengalami penurunan kesejahteraan petani dengan NTP yang lebih
kecil dari 100.
Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua
Peringkat Provinsi NTP
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
56
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
Meningkatnya NTP Maluku Utara didorong oleh hortikultura dan perkebunan
rakyat. Meningkatnya NTP ini disebabkan oleh kenaikan harga komoditas pertanian khususnya
tanaman hortikultura, tabama, dan perikanan. Tingginya permintaan masyarakat khususnya
pada akhir tahun menyebabkan peningkatan harga yang diterima petani untuk ketiga komoditas
tersebut.
Grafik 5.2 NTP Tiap Subsektor di Maluku Utara
5.3 Tingkat Kesejahteraan
Seiring dengan rendahnya tekanan inflasi dan membaiknya kinerja perekonomian
Maluku Utara pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin di provinsi ini pada September
2015 turun 14,32% (yoy) menjadi 72,65 ribu jiwa. Dengan perkembangan tersebut,
persentase penduduk miskin turun dari 7,41% pada September 2014 menjadi 6,22% pada
September 2015. Dengan demikian, persentase penduduk miskin di Maluku Utara selama tujuh
tahun terakhir (2009-2015) secara umum terus mengalami penurunan.
Hal ini juga terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan KPw BI Maluku
Utara. Berdasarkan hasil survei tersebut, indeks penghasilan saat ini tercatat mencapai 128,
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 119. Dengan demikian persepsi
masyarakat terhadap kesejahteraan dirinya selama triwulan laporan mengalami peningkatan.
Namun demikian, kualitas kehidupan masyarakat pada golongan miskin
terindikasi mengalami penurunan seiring turunnya indeks kedalaman kemiskinan dan
indeks keparahan kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan tercatat mendingkat dari 0,70
menjadi 1,15. Indeks ini mengindikasikan ketimpangan antara pengeluaran penduduk miskin
dengan garis kemiskinan. Dengan demikian, semakin tinggi indeks tersebut, semakin jauh
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
masyarakat miskin di provinsi tersebut dari kondisi hidup layak. Sementara itu, indeks
keparahan naik dari 0,126 pada periode sebelumnya menjadi 0,272. Kondisi ini
mengindikasikan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin di Maluku Utara semakin
melebar..
Grafik 5.3 Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara
.
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Maluku Utara, diolah
58
KESEJAHTERAAN & KETENAGAKERJAAN
59
Perekonomian Malut pada triwulan I-2016 diperkirakan tumbuh
lebih tinggi dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 5,9%
- 6,3% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas.
Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta potensi inflasi
ke depan, inflasi pada triwulan I-2016 diproyeksikan pada
kisaran 6,4%-6,8% (yoy) lebih tinggi dari triwulan laporan yang
sebesar 4,52% (yoy).
6 PROSPEK PEREKONOMIAN
Proyeksi
Ekonomi
Tw I-2016
Proyeksi Inflasi
Tw I-2016
5,9% -
6,3%
6,4% -
6,8%
“Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan
terakselerasi dengan tekanan inflasi yang relatif
menguat”
60
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
6.1 Prospek Pertumbuhan ekonomi
Perekonomian Maluku Utara pada triwulan I-2016 diperkirakan tumbuh meningkat
dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 5,9% - 6,3% (yoy) dengan kecenderungan
bias ke atas. Dari sisi permintaan, permintaan domestik masih menjadi penggerak utama
ekonomi Malut. Sementara itu, kegiatan ekspor diprediksi mengalami peningkatan sebagai
akibat dari adanya kenaikan produksi kopra. Dari sisi penawaran, sektor pertanian diprediksi
akan tumbuh meningkat seiring masuknya masa panen raya tanaman bahan pangan, bumbu-
bumbuan, dan hasil bumi (pala, cengkih). Sementara itu, turunnya konsumsi pemerintah di awal
tahun, ditengarai akan menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di triwulan
I-2016 ini.
Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Nasional Serta Proyeksinya
Sampai dengan akhir 2016, Maluku Utara masih akan menghadapi beberapa risiko yang
dapat menghambat pertumbuhan ekonominya. Mundurnya kembali waktu operasional smelter
beberapa perusahaan tambang serta tertahannya harga komoditas unggulan Maluku Utara
pada level rendah dapat berdampak multisektor pada pertumbuhan ekonomi Maluku Utara.
Namun demikian, pencabutan moratorium serta gencarnya program pemerintah di bidang
ketahanan pangan dan pembangunan infrastruktur diperkirakan mampu menjadi akselerator
pertumbuhan tahun ini. Dengan memperhatikan perkembangan terkini dan risiko tersebut,
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 diperkirakan pada kisaran 6,0%-6,4% (yoy).
5216,855223,11
6,05% 6,13%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
4400
4500
4600
4700
4800
4900
5000
5100
5200
5300
I II III IV I II III IV IP
2014 2015 2016P
PDR
B (R
p m
iliar
)
PROYEKSI PERTUMBUHANPDRB g_yoy
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
6.1.1 Sisi Permintaan
Pada triwulan I-2016, komponen sisi permintaan diproyeksikan meningkat dibandingkan
dengan triwulan IV-2015. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan konsumsi
rumah tangga. Hal ini didukung oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan
bahwa indeks penghasilan konsumen pada 6 bulan mendatang akan mengalami peningkatan.
Grafik 6.2 Ekpekstasi Kondisi Ekonomi Maluku Utara 6 Bulan Mendatang
Masuknya masa panen raya komoditas rempah-rempah, tanaman pangan, dan hasil
bumi pada awal tahun 2016 ini mengonfirmasi hasil dari survei konsumen Bank Indonesia.
Lebih jauh lagi, terkendalinya tingkat inflasi selama tahun 2015 dan adanya kenaikan UMP
sebesar 6,57% juga turut mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di triwulan
mendatang.
Sementara itu, net import yang terjadi pada neraca perdagangan Maluku Utara
diperkirakan mengecil dan menjadi faktor pendorong pertumbuhan pada triwulan mendatang.
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan ekspor antar daerah seiring
meningkatnya produksi lokal subsektor perkebunan dan perikanan. Sementara itu, impor antar
daerah masih akan terjadi karena belum tercukupinya kebutuhan masyarakat terutama pada
komoditas-komoditas ketahanan pangan, namun hal tersebut akan cukup terimbangi dengan
peningkatan ekspor antar daerah mengingat sudah masuknya masa panen komoditas rempah-
rempah seperti pala dan cengkih serta komoditas hortikultura bawang dan cabai. Sementara itu,
139
102
134
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Indeks Penghasilan
Konsumen
Ekspektasi
Ketersediaan lapangan
kerja
Indeks Kegiatan Usaha
EKSPEKTASI KONDISI EKONOMI
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Maluku Utara, diolah
62
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
ekspor luar negeri diperkirakan tumbuh tinggi namun melambat seiring masih tertahannya
harga kopra di pasar internasional pada level yang rendah.
Faktor penghambat pertumbuhan, utamanya disumbang oleh konsumsi pemerintah.
Setelah mengalami peningkatan pada triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh realisasi
ekspansif pada penghujung tahun 2015, konsumsi pemerintah di awal tahun 2016 ini
diperkirakan akan mengalami perlambatan. Lamanya proses administrasi pengesahan APBD
Provinsi tahun 2016 berpotensi menjadi penyebab utama lambatnya realisasi anggaran belanja
pemerintah.
6.1.2 Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan,
perdagangan, serta jasa kesehatan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada
triwulan mendatang. Sementara itu, sektor administrasi pemerintah dan konstruksi ditengarai
akan menjadi faktor penghambat pertumbuhan pada triwulan I-2016 mendatang.
Pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, pertumbuhannya diproyeksikan akan
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Faktor pendorong pertumbuhan pada sektor ini di triwulan
mendatang, antara lain pada subsektor perkebunan dan hortikultura yang diprediksi akan
mengalami peningkatan pertumbuhan dengan melihat tengah berlangsungnya panen komoditas
kelapa dan rempah-rempah, serta akan masuknya masa panen untuk tanaman cabai dan
bawang merah. Selain itu, pada subsektor perikanan, pencabutan kebijakan pemerintah
mengenai moratorium kapal dan dampak dari bantuan peralatan penangkapanan ikan serta
program intensifikasi perikanan dari pemerintah diprediksi mampu mendorong pertumbuhan
pada subsektor ini.
Sementara di sektor pertambangan, peningkatan produksi PT Antam menjadi salah satu
yang diproyeksikan mampu mendorong pertumbuhan sektor ini secara signifikan, selain adanya
baseline effect. Rencana dimulainya produksi dari beberapa perusahaan tambang nikel untuk
mendukung operasional perangkat smelternya pada awal tahun 2016 juga memberikan
pengaruh pada pertumbuhan di sektor pertambangan ini. Lebih jauh lagi, sektor industri
pengolahan juga diestimasikan memberi andil cukup besar pada pertumbuhan ekonomi triwulan
mendatang seiring melimpahnya bahan baku karena panen hasil bumi pada triwulan I-2016 ini.
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
Melimpahnya hasil panen dari komoditas hasil bumi, ditengarai akan turut mendorong
peningkatan pada sektor industri pengolahan pada triwulan mendatang.
Pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi kendaraan
diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan I-2016 sebagai dampak dari
peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan mendatang. Pembukaan beberapa pasar baru
di beberapa lokasi di Maluku Utara juga memberikan dampak pada pertumbuhan pada sektor
ini. Ditambah lagi, pembukaan jalur transportasi laut dan udara pada beberapa daerah baru
diprediksi akan mampu mendorong aktivitas ekonomi, terutama perdagangan.
Telah usainya rangkaian pilkada, akan memberikan dampak pada perlambatan di sektor
administrasi pemerintah. Selain juga karena telah selesainya beberapa proyek infrastruktur
pemerintah pada tahun 2015 lalu. Perlambatan juga diperkirakan terjadi pada sektor konstruksi
seiring melambatnya proyek investasi baru pada triwulan I-2016. Fokus pemerintah daerah
yang beralih pada penataan rencana pemerintahan pasca pelantikan beberapa kepala daerah
baru diperkirakan sedikit menahan laju investasi baru selama triwulan mendatang. Selain itu
peningkatan curah hujan pasca berakhirnya el nino diperkirakan menghambat proses konstruksi
perumahan dan infrastruktur yang tengah berlangsung.
6.2 Outlook Inflasi Daerah
Laju inflasi kota Ternate selama triwulan mendatang diperkirakan akan berada
pada trend peningkatan di kisaran 6,28%±1 (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas.
Inflasi tersebut diperkirakan lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional. Di sisi lain, proyeksi inflasi
triwulan mendatang lebih rendah dari inflasi riil yang terjadi pada periode yang sama di tahun
sebelumnya, yakni sebesar 7,92% (yoy).
Peningkatan inflasi di triwulan mendatang, diprediksi karena adanya penyesuaian harga
di tingkat produsen sebagai dampak dari efek tunda pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi
pada selama tahun 2015. Harga berbagai produk manufaktur seperti sandang, elektronik, dan
makanan olahan diperkirakan meningkat karena bahan bakunya berasal dari impor.
Selain itu, pasokan beras diprediksi akan mengalami penurunan mengingat pada awal
triwulan I-2016 baru memasuki masa tanam. Penurunan pasokan tersebut berpotensi
meningkatkan inflasi pada triwulan I-2016.
64
PROSPEK PEREKONOMIAN >>
Dari kelompok administered price, kenaikan cukai rokok berpotensi memberi andil yang
cukup signifikan pada peningkatan inflasi tahunan triwulan mendatang. Cukai rokok sedianya
naik pada akhir tahun lalu namun ditunda hingga awal tahun 2016 ini..
Inflasi juga berpotensi muncul dari faktor ekspektasi. Sosialisasi kebijakan tarif listrik
yang kurang, isu dampak el nino, dan pelemahan nilai Rupiah pada tahun 2015 menyebabkan
ekspektasi masyarakat terhadap harga meningkat. Hal ini dikonfirmasi oleh hasil survei
konsumen yang dilaksanakan Bank Indonesia yang menunjukan bahwa indeks harga 3 bulan
mendatang mengalami peningkatan dari 149 pada triwulan III-2015 menjadi 157 pada triwulan
laporan.
Hingga akhir 2016, risiko inflasi masih akan muncul baik dari komponen inti,
administered price, maupun volatile food. Beberapa barang sarana pertanian seperti pakan
ternak, pestisida, dan pupuk yang bahan bakunya masih mengandung unsur impor diprediksi
masih terkena dampak dari pelemahan nilai tukar. Imbas dari kenaikan beberapa barang
tersebut kemudian berimbas pada harga produk-produk pertanian khususnya komoditas daging
ayam, sayur mayur, dan buah-buahan. Dari sisi administered price, kebijakan tarif listrik yang
dapat naik turun sesuai dengan pergerakan beberapa faktor seperti inflasi, nilai tukar, dan
indonesia crude price, bisa menjadi faktor penahan maupun pemicu inflasi di masa mendatang.
Dengan memperhatikan risiko-risiko tersebut, inflasi tahun 2016 diperkirakan mencapai
6,4% - 6,8% (yoy).