Download - Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii
![Page 1: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Upaya Pencegahan
Upaya untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit
DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes
aegypti sebagai vector utama. Oleh karena nyamuk tersebut hidup di dalam
dan sekitar rumah penduduk, maka partisipasi masyarakat dalam pengendalian
vector Aedes aegypti sangat menentukan keberhasilannya. Cara pencegahan
yang disarankan kepada masyarakat adalah program pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) dengan cara fisik maupun kimia (Departemen Kesehatan RI,
2002).
Departemen Kesehatan selama ini telah melakukan berbagai upaya
dalam penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Awalnya strategi pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah
pemberantasan nyamuk dewasa ini melalui pengasapan, kemudian strategi
ditambah dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat
penampungan air. Namun demikian kedua metode tersebut belum berhasil
dengan memuaskan. Akhir-akhir ini Departemn kesehatan mengembangkan
metode pencegahan penyakit DBD untuk mengubah prilaku masyarakat
dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) oleh keluarga/masyarakat secara rutin, serentak dan
berkesinambungan. Metode ini dipandang sangat efektif dan relative lebih
![Page 2: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/2.jpg)
murah dibandingkan dengan metode terdahulu. Pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) yang dianjurkan kepada keluarga/masyarakat adalah dengan cara
melakukuan kegiatan 3 M plus, yaitu menutup,menguras tempat penampungan
air,mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta cara
lain untuk mengusir atau menghindari gigitan nyamuk dengan memakai obat
anti nyamuk atau menyemprot dengan insektisida (Departemen Kesehatan RI,
2003).
Umumnya kebanyakan orang terparadigma dengan pemberantasan
DBD melalui fogging atau penyemprotan. Padahal untuk melakukan fogging
tersebut diperlukan beberapa ketentuan, mulai dari penemuan kasus dan
kemudian pengajuan surat penyemprotan kepada Rumah Sakit terdekat. Hal
ini karena fogging tidak baik apabila diterapkan terlalu sering (Departemen
Kesehatan RI, 2005).
Upaya lain untuk memberantas nyamuk dan juga jentik, terdapat
beberapa cara sederhana dan hanya diperlukan kepedulian, ketelitian dan
keuletan setiap penghuni rumah akan keadaan lingkungan. Cara paling efektif
untuk mencegah penularan DBD adalah dengan menghindari gigitan nyamuk
penular, mengurangi populasi nyamuk penular, dan mengenali cara hidup
nyamuknya. Mengapa tindakan menghindari vektor penular itu penting,
karena seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa apabila penderita DBD
digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke
dalam lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan
tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar
20
![Page 3: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/3.jpg)
liurnya.
Satu minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap
untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Penularan ini
terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum mengisap
darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis),
agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
Virus ini akan tetap berada di dalam tubuh nyamuk sepanjang
hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus
dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Maka dari itu perlu
bagi masyarakat mengetahui lebih dalam sifat, ataupun cara hidup dari
nyamuk pembawa virus dengue ini, sehingga dapat menghindari gigitannya.
Sedangkan sifat atau ciri nyamuk Aedes aegypti meliputi:
1. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk domestik, yakni nyamuk yang
berada di bangunan-bangunan seperti contohnya rumah dan tersebar luas
di daerah tropis
2. Kemampuan terbang + 40 m, maksimal 100 m
3. Senang dengan benda yang bergantungan dan di tempat yang
lembab/gelap
4. Siklus hidup : telur – jentik – kepompong dalam air ( + 7 – 10 hari )
5. Sekali bertelur menghasilkan 100-200 telur
6. Tempat perkembangbiakan adalah di TPA (Tempat Penampungan Air)
Berdasarkan hal tersebut maka cara yang untuk menurunkan populasi
![Page 4: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/4.jpg)
nyamuk Aedes aegypti dengan cara yang telah dikenal oleh masyarakat yakni
melalui 3 M, yaitu :
1. Menutup TPA (tempat penampungan air).
Upaya ini dapat dilakukan dengan menutup semua tempat-tempat yang
dapat menampung air sebagai tempat perkembangan vector nyamuk.
2. Menguras TPA seminggu sekali dan terus menerus
Hal ini dilakukan untuk memotong siklus perkembangan nyamuk yaitu
dengan membunuh jentik-jentik yang ada di tempat penampungan air
dengan cara menguras seminggu sekali, sehingga jentik-jentik nyamuk
tidak dapat berkembang menjadi nyamuk dewasa.
3. Mengubur barang-barang bekas yang menjadi TPA
Barang-barang bekas yang tidak terpakai dan dapat menampung air
sebaiknya dikubur saja, karena tempat-tempat seperti ini juga menjadi
tempat perkembangbiakan nyamuk.
Akhir-akhir ini pencegahan dan pemberantasan DBD tidak hanya
dapat ditempuh melalui 3M, cara paling efektif adalah melalui PSJN
(Pemberantasan Sarang Jentik dan Nyamuk) untuk menekan angka kasus
DBD. Selain karena tempat jentiknya yang jelas, yakni di Tempat
Penampungan Air (TPA), juga karena jentik merupakan awal fase hidup
nyamuk. Upaya dalam menerapkan PSJN ini dilakukan dengan beberap cara:
1. Pemberdayaan masyarakat dengan pembinaan ratusan Kader Wamantik
(Siswa Pemantau Jentik) dan Bumantik (Ibu Pemantau Jentik), yang
bertugas memantau 10 rumah di sekitarnya menyangkut keberadaan jentik
22
![Page 5: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/5.jpg)
di rumah mereka. Tidak lupa juga memberikan penyuluhan
2. Ikanisasi
3. Abatesasi (temephos)
4. Fogging, dengan syarat dan persetujuan dari Rumah Sakit sekitar
Kesadaran dan kepedulian masyarakat merupakan kunci awal dari
menurunnya angka DBD di suatu wilayah. Sehingga DBD dapat terjadi di
wilayah mana pun, termasuk di wilayah elit. Cara yang paling efektif adalah
menghindari gigitan nyamuk dengan cara menuurunkan populasi. Melalui
kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, secara otomatis akan
menghambat perkembangan jentik, dengan adanya kepedulian maka aplikasi
dari upaya-upaya memberantas DBD akan terealisasi, dengan begitu tidak
akan memberi kesempatan bagi nyamuk untuk berkembang.
B. Penyuluhan Kesehatan
1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari
sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat
terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan
(Bahua, 2007). Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh” atau obor,
dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi
yang dalam kegelapan, sehingga penyuluhan juga sering diartikan sebagai
kegiatan penerangan. Kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada
memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala
![Page 6: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/6.jpg)
informasi yang ingin disampaikan kepada kelompok-sasaran yang akan
menerima manfaat penyuluhan, sehingga mereka benar-benar
memahaminya seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh atau juru-
penerangnya (Arip, 2009).
Penyuluhan juga dapat diartikan sebagai suatu upaya memberikan
pelajaran dan penyuluhan serta bantuan kepada pribadi atau kelompok
masyarakat. Upaya tersebut dilakukan guna meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan mereka agar mampu memahami diri dan lingkungannya
serta mampu mengatasi berbagai permasalahan sehingga dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya. Target yang ingin dicapai dalam suatu
penyuluhan adalah audiens atau pendengar dapat merubah dan mewarnai
pemikirannya ke arah yang lebih baik sebagai wujud prilaku yang telah
dilontarkan melalui komunikasi dalam bentuk ucapan dan tulisan (Ahmad,
2008).
Penyuluhan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani
kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan dan berbuat
sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan lebih
sehat (Budioro, 1998). Menurut Purwanto (1999) penyuluhan kesehatan
merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi proses
perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih baik pada
diri individu. Pada kelompok masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai
kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi sendiri masalah-
masalah kesehatan menjadi mampu.
24
![Page 7: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/7.jpg)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan penyuluhan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,
dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan
ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa
dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta
pertolongan (Effendy, 1998).
Penyuluhan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan
individu, dan masyarakat . Penyuluhan kesehatan tidak dapat diberikan
kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus
dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya
merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang
didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun
praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk.,
2002).
Menurut WHO (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), tujuan
penyuluhan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan
mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang
sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta
![Page 8: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/8.jpg)
membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.
Secara umum tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah mengubah perilaku
individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci
lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang
bernilai dimasyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau
kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat,
mendorong pengembangan dan menggunakan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada (Herawani, 2001).
Machfoed (2005), menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan
merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah individu,
kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana
melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain
pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui proses penyuluhan
kesehatan. Pada hakikatnya dapat berupa emosi, pengetahuan, pikiran
keinginan, tindakan nyata dari individu, kelompok, dan masyarakat.
Penyuluhan kesehatan merupakan aspek penting dalam meningkatkan
pengetahuan keluarga, dengan melakukan penyuluhan kesehatan berarti
petugas kesehatan membantu keluarga dalam usaha untuk meningkatkan
derajat kesehatan.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
penyuluhan kesehatan adalah usaha atau kegiatan untuk membantu
individu, keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan
untuk mencapai kesehatan secara optimal.
26
![Page 9: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/9.jpg)
2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan
Tujuan penyuluhan kesehatan menurut Effendy (1998) adalah:
a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan
lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.
b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik,
mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian.
c. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah
perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang
kesehatan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (1980), sebagaimana dikutip Notoatmodjo
(2000) bahwa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu faktor predisposisi, faktor pemudah, dan faktor pemerkuat. Faktor
predisposisi meliputi penyuluhan, ekonomi (pendapatan), hubungan sosial
(lingkungan, sosial, budaya), pengalaman pengetahuan, sikap, nilai, umur,
kebiasaan, kepercayaan, tradisi, dan persepsi. Penyuluhan seseorang akan
berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari
luar. Orang dengan penyuluhan tinggi akan memberi respon yang lebih
rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana
![Page 10: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/10.jpg)
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari penyuluhan
kesehatan. Pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli
keluarga dalam memenuhi kebutuhan, semakin tinggi pendapatan keluarga
akan lebih mudah tercukupi konsumsi makanan sehat dibanding dengan
status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
pada keluarga. Selanjutnya pada hubungan sosial (lingkungan, sosial,
budaya), manusia adalah makhluk sosial dimana kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Keluarga yang berinteraksi
secara langsung akan lebih besar terpapar informasi. (Notoatmodjo, 2000).
Faktor kedua yang dapat mempengaruhi perilaku adalah faktor
pemudah, mencakup ketersediaan sumber-sumber dan fasilitas yang
memadai. Sumber-sumber dan fasilitas tersebut harus digali dan
dikembangkan dari keluarga itu sendiri. Faktor pendukung ada dua
macam, yaitu fasilitas fisik dan fasilitas umum. Fasilitas fisik yaitu
fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan.
Sedangkan fasilitas umum yaitu media massa, meliputi TV, radio, majalah,
ataupun flamlet (Notoatmodjo, 2000).
Faktor pemerkuat sebagai faktor ketiga yang mempengaruhi perilaku
kesehatan meliputi sikap dan perilaku petugas. Semua petugas kesehatan
baik dilihat dari jenis dan tingkatannya pada dasarnya adalah pendidik
kesehatan. Karenanya, petugas kesehatan harus memiliki sikap dan
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Selain itu perilaku tokoh
masyarakat juga dapat merupakan panutan orang lain untuk berperilaku
28
![Page 11: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/11.jpg)
sehat (Notoatmodjo, 2000).
Selain faktor-faktor tersebut, menurut Purwanto (1999) faktor
keturunan dan lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan
pembawaan atau perilaku seseorang.
4. Proses Penyuluhan Kesehatan
Proses penyuluhan kesehatan terdiri tiga persoalan pokok yaitu
masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Masukan (input)
dalam penyuluhan kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu individu,
kelompok dan masyarakat dengan berbagai latar belakangnya. Proses
(process) adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan
kemampuan dan perilaku pada diri subjek belajar. Dalam proses
penyuluhan kesehatan terjadi timbal balik berbagai faktor antara lain
adalah pengajar, teknik belajar, dan materi atau bahan pelajaran.
Sedangkan keluaran (output) merupakan kemampuan sebagai hasil
perubahan yaitu perilaku sehat dari sasaran didik melalui penyuluhan
kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
5. Metode Penyuluhan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003), metode pembelajaran dalam
penyuluhan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan penyuluhan kesehatan,
kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar, kemampuan individu,
kelompok, masyarakat, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan
penyuluhan kesehatan, dan ketersediaan fasilitas pendukung. Metode
penyuluhan kesehatan dapat bersifat penyuluhan individual, penyuluhan
![Page 12: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/12.jpg)
kelompok, dan penyuluhan massa. Metode yang sering digunakan dalam
penyuluhan kesehatan yaitu bimbingan dan penyuluhan, wawancara,
ceramah, seminar, simposium, diskusi kelompok, buzz group, curah gagas,
forum panel, demonstrasi, simulasi, dan permainan peran.
6. Sasaran Penyuluhan Kesehatan
Sasaran penyuluhan kesehatan adalah masyarakat atau individu baik
yang sehat maupun yang sakit. Sasaran penyuluhan kesehatan tergantung
pada tingkat dan tujuan penyuluhan yang diberikan. Lingkungan
penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai
lembaga dan organisasi masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
C. Demam Berdarah Dengue (DBD)
a. Pengertian
Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang hampir
tidak pernah absen kehadirannya setiap tahun. DBD Merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue. Demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran
geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu
dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap
serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang
disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam
berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti
(Medicastore. 2008).
30
![Page 13: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/13.jpg)
Sejak tahun 1968 kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya
bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas
penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta
tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di
Indonesia. Padatnya penduduk membuat nyamuk senang, karena nyamuk
lebih mudah menggigit. Selain itu, kepadatan penduduk menjadikan produksi
sampah meningkat, sehingga menambah tempat bagi nyamuk untuk bersarang
(Pratiwi, 2009).
b. Gejala dan Tanda DBD
Pada umumnya penderita DBD dikenal dengan gejala bintik-bintik atau
ruam merah pada kulit yang apabila diregangkan malah terlihat jelas bintik-
bintiknya. Hal itu memang menjadi salah satu tanda bahwa telah tergigit
nyamuk Aedes agypti. Untuk lebih waspada dan menindaklanjuti kasus DBD,
berikut beberapa gejala DBD :
1) Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus
berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian
naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 mendadak turun. Jika digambarkan,
maka grafiknya menyerupai pelana kuda. Jangan tunggu hingga 7 hari,
lepas hari ketiga panas tetap tinggi, dianjurkan untuk memeriksakan diri
dengan tes darah. Karena apabila dalam waktu kurang dari 7 hari penderita
tidak ditangani dengan cepat dan tepat, penderita dapat meninggal dunia.
![Page 14: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/14.jpg)
2) Tanda-tanda pendarahan
Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya
berupa uji Torniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau
lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut : Petekie, Purpura, Ekimosis,
Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Perdarahan gusi, Hematemesis,
Melena, dan Hematuri.
Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk
membedakannya, regangkan kulit, jika bintik merah pada kulit tersebut
hilang maka bukan Petekie. Petekie merupakan tanda pendarahan yang
tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama
demam.
Uji Torniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih Petekie pada
kulit seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm) di lengan bawah bagian depan
(volar) dekat lipat siku (fossa cubiti).
3) Pembesaran Hati (Hepatomegali)
Sifat pembesaran hati :
a) Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit
b) Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
c) Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus
4) Renjatan (Syok)
Tanda-tanda renjatan:
32
![Page 15: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/15.jpg)
a) Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari
tangan dan kaki
b) Penderita menjadi gelisah
c) Sianosis di sekitar mulut
d) Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
e) Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang
Penyebab renjatan: karena perdarahan, atau karena kebocoran plasma ke
daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang terganggu.
5) Trombositopeni
a) Jumlah trombosit < 100.000/ l biasanya dμ itemukan diantara hari ke
3-7 sakit
b) Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa
jumlah trombosit dalam batas normal atau menurun.
c) Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD,
bila normal maka diulang tiap hari sampai suhu turun.
6) Hemokonsentrasi (Peningkatan Hematokrit)
Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi
selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya
perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara
berkala. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan
hematokrit.
![Page 16: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/16.jpg)
7) Gejala Klinik lain
a) Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri
otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau
konstipasi, dan kejang
b) Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan
penurunan kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai
ensefalitis
c) Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului
perdarahan gastrointestinal dan renjatan
c. Pertolongan Bagi Penderita DBD
1) Penderita diberi minum yang banyak
2) Penderita dikompres dengan air dingin
3) Penderita diberi obat penurun panas
4) Secepatnya penderita dibawa ke dokter, Puskesmas atau Rumah Sakit,
khususnya bila penderita tampak gelisah, ujung kaki dan tangannya
dingin dan berkeringat.
d. Penularan DBD
DBD dapat dengan mudah menular melalui vektor penularnya,
yakni nyamuk Aedes aegypti melalui gigitannya. Seminggu setelah digigit
oleh nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus dengue, maka orang
34
![Page 17: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/17.jpg)
tersebut akan jatuh sakit demam berdarah, atau dapat juga tetap sehat
tetapi menjadi carrier (sumber penular dengan menyimpan virus dengue).
Nyamuk yang menggigit orang yang darahnya mengandung virus dengue,
sepanjang nyamuk tersebut hidup akan tetap mengandung virus dengue
dan setiap saat dapat ditularkan kepada orang lain melalui gigitannya pula
(menggigit pada siang hari).
Penularan DBD juga perlu diwaspadai apabila terdapat seseorang
yang menderita DBD maka lokasi rumahnya berada tidak jauh dari rumah
penderita perlu diwaspadai akan keberadaan nyamuk Aedes aegypti, hal ini
karena kemampuan terbang nyamuk tersebut +40 m, dan jangkauan
terbang maksimal sejauh 100 m. Sehingga perlu secepatnya melakukan
pembersihan terhadap tempat-tempat penampungan air di sekitar rumah
atau menghubungi Puskesmas terdekat.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka setiap orang dapat terserang
demam berdarah setelah digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang
mengandung virus dengue. Hanya saja ketahanan tubuh setiap orang yang
memungkinkan tingkat kasus DBD berbeda satu sama lain. Sehingga
selain memberantas vektor penular dan menghindarinya, ada baiknya
setiap orang menjaga imunitasnya sehingga dapat terhindar dari kasus
DBD.
e. Tempat Penularan Bagi Penularan DBD
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat
nyamuk penularnya. Tempat potensial untuk terjadi penularan DBD
![Page 18: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/18.jpg)
adalah:
1) Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)
2) Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-
orang yang datang dari berbagai wilayah. Tempat-tempat tersebut
antara lain :
a) Sekolah, karena anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah
selain itu merupakan kelompok umur yang paling susceptible
terserang DBD
b) Rumah sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Karena dalam hal ini orang yang datang dari berbagai wilayan dan
kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD atau carier virus
dengue
c) Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran,
dan tempat ibadah
3) Pemukiman baru di pinggir kota
Pemukiman baru di pinggir kota ini penduduknya berasal dari berbagai
wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau
carier yang membawa virus dengue yang berlainan dari masing-
masing lokasi asal.
36
![Page 19: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/19.jpg)
D. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori
Sumber: Notoatmodjo (2000) & Pratiwi, 2009
![Page 20: Jtptunimus Gdl Dodokdwinu 5351 3 Babii](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071920/55cf990a550346d0339b324f/html5/thumbnails/20.jpg)
UpayaPencegahan DBD
Penyuluhan Kesehatan
E. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
F. Variabel Penelitian
1. Variabel independen (bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan tantang
penyakit demam berdarah dengue (DBD)
2. Variabel dependen (terikat)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah upaya pencegahan penularan
penyakit demam berdarah dengue (DBD)
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara
penyuluhan kesehatan dengan upaya pencegahan penularan penyakit demam
Berdarah Dengue di Desa Karangmulyo Kecamatan Pegandon Kabupaten
Kendal.
38