Download - Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
1/30
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
2/30
8
Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai
bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak
mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan
mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan
“tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung
mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan
pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula
bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan status
gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS, 1999).
3. Tumbuh Kembang Balita
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun
prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni:
a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah
( sefalokaudal ).
Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak
akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar
menggunakan kakinya.
b. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.
Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan
telapak tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih
benda dengan jemarinya.
c. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar
mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar,
menendang, berlari dan lain-lain.
Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada
konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan
intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses
multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran
tubuhnya. Hal ini ditandai oleh:
a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
3/30
9
b. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
c. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.
d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.
e. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan
sebagainya.
Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis.
Sebaliknya, berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara
proporsional pada tiap bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran
tubuhnya, artinya proses pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya
jika yang terlihat gejala penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan
atau hambatan proses pertumbuhan.
Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita
adalah dengan mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan
yang terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya
usia anak, harusnya bertambah pula berat dan tinggi badannya. Cara
lainnya yaitu dengan pemantauan status gizi. Pemantauan status gizi pada
bayi dan balita telah dibuatkan standarisasinya oleh Harvard University
dan Wolanski . Penggunaan standar tersebut di Indonesia telah
dimodifikasi agar sesuai untuk kasus anak Indonesia.
Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya
pada diri balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan
(maturasi ) kemampuan personal dan kemampuan sosial.
a. Kemampuan personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-
alat pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya.
Kemampuan fungsi pengindraan meliputi ;
1) Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan
lain-lain.
2) Pendengaran, misalnya reaksi mendengarkan bunyi, menyimak
pembicaraan dan lain-lain.
3) Penciuman, misalnya mencium dan membau sesuatu.
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
4/30
10
4) Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, meraba
benda, dan lain-lain.
5) Pengecap, misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa makanan
dan minuman.
Pada sistem tubuh lainnya di antaranya meliputi :
1) Tangan, misalnya menggenggam, mengangkat, melempar,
mencoret-coret, menulis dan lain-lain.
2) Kaki, misalnya menendang, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain.
3) Gigi, misalnya menggigit, mengunyah dan lain-lain.
4) Mulut, misalnya mengoceh, melafal, teriak, bicara,menyannyi dan
lain-lain.
5) Emosi, misalnya menangis, senyum, tertawa, gembira, bahagia,
percaya diri, empati, rasa iba dan lain-lain.
6) Kognisi, misalnya mengenal objek, mengingat, memahami,
mengerti, membandingkan dan lain-lain.
7) Kreativitas, misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat,
merangkai, menciptakan objek dan lain-lain.
b. Kemampuan sosial.
Kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari kemampuan
personal yang makin meningkat. Dari situ lalu dihadapkan dengan
beragam aspek lingkungan sekitar, yang membuatnya secara sadar
berinterkasi dengan lingkungan itu. Sebagai contoh pada anak yang
telah berusia satu tahun dan mampu berjalan, dia akan senang jika
diajak bermain dengan anak-anak lainnya, meskipun ia belum pandai
dalam berbicara, ia akan merasa senang berkumpul dengan anak-
anak tersebut. Dari sinilah dunia sosialisasi pada ligkungan yang
lebih luas sedang dipupuk, dengan berusaha mengenal teman-
temanya itu.
4. Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang
Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang
harus terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni ; a. Kebutuhan akan gizi
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
5/30
11
(asuh); b. Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih); dan c. Kebutuhan
stimulasi dini (asah) (PN.Evelin dan Djamaludin. N. 2010).
a. Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh).
Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang anak
yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini,
perkembangan kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran
social, emosional dan inteligensi anak berjalan sangat cepat.
Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh
kembang fisik dan biologis balita perlu diberikan secara tepat dan
berimbang. Tepat berarti makanan yang diberikan mengandung zat -
zat gizi yang sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia.
Berimbang berarti komposisi zat-zat gizinya menunjang proses
tumbuh kembang sesuai usianya. Dengan terpenuhinya kebutuhan
gizi secara baik, perkembangan otaknya akan berlangsung optimal.
Keterampilan fisiknya pun akan berkembang sebagai dampak
perkembangan bagian otak yang mengatur sistem sensorik dan
motoriknya.
Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik, akan berdampak
pada sistem imunitas tubuhnya sehingga daya tahan tubuhnya akan
terjaga dengan baik dan tidak mudah terserang penyakit.
b. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih).
Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian
dan kasih sayang, serta perlindungan yang aman dan nyaman kepada
si anak. Orang tua perlu menghargai segala keunikan dan potensi
yang ada pada anak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan emosi
atau kasih sayang akan menjadikan anak tumbuh cerdas secara
emosi, terutama dalam kemampuannya membina hubungan yang
hangat dengan orang lain. Orang tua harus menempatkan diri sebagai
teladan yang baik bagi anak-anaknya. Melalui keteladanan tersebut
anak lebih mudah meniru unsur-unsur positif, jauhi kebiasaan
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
6/30
12
memberi hukuman pada anak sepanjang hal tersebut dapat diarahkan
melalui metode pendekatan berlandaskan kasih sayang.
c. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah).
Stimulasi dini merupakan kegiatan orangtua memberikan rangsangan
tertentu pada anak sedini mungkin. Bahkan hal ini dianjurkan ketika
anak masih dalam kandungan dengan tujuan agar tumbuh kembang
anak dapat berjalan dengan optimal.
Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhan-
sentuhan lembut secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan
mengajari anak berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal
huruf dan angka. Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong
munculnya pikiran dan emosi positif, kemandirian, kreativitas dan
lain-lain.
Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan benar dapat
merangsang kecerdasan majemuk ( multiple intelligences ) anak.
Kecerdasan majemuk ini meliputi, kecerdasan linguistic, kecerdasan
logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik,
kecerdasan musical, kecerdasan intrapribadi (intrapersonal),
kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis.
B. Status Gizi
1. Definisi Status Gizi
Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah keadaan kesehatan
akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup
manusia. Selanjutnya, Suhardjo, (2003) menyatakan bahwa status gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan
penggunaan makanan.
Sedangkan menurut Supariasa, IDN. Bakri, B. & Fajar, I. (2002),
status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari status tubuh yang berhubungan
dengan gizi dalam bentuk variable tertentu. Jadi intinya terdapat suatu
variable yang diukur (misalnya berat badan dan tinggi badan) yang dapat
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
7/30
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
8/30
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
9/30
15
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian
yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian
dari masing-masing adalah sebagai berikut (Supariasa, et all, 2002):
1) Antropometri
Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Parameter yang diukur antara lain BB, TB, LLA, Lingkar kepala,
Lingkar dada, Lemak subkutan. Indeks antropometri bisa
merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih
pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur
(Hartriyanti,Yayuk dan Triyanti, 2007).
2) Klinis
Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut
dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan
tubuh seperti kelenjar tiroid.
3) Biokimia
Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris
yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa
jaringan tubuh lain seperti hati dan otot.
4) BiofisikPenentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya
jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan.
b. Penilaian secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu:
survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
10/30
16
(Supariasa, et all 2002). Adapun uraian dari ketiga hal tersebut
adalah:
1) Survey konsumsi makanan
Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2) Statistik vital
Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik
kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya
yang berhubungan dengan gizi.
3) Faktor ekologi
Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi
merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa
faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti
iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
4. Jenis dan Parameter Status Gizi
Dalam menentukan status gizi harus ada ukuran baku ( reference ).
Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah baku
World Health Organization – National Centre for Health Stastics (WHO-
NCHS) sesuai rekomendasi pakar gizi dalam pertemuannya di Bogor
tahun 2000. Selain itu juga dapat digunakan baku rujukan yang dibuat
oleh Departeman Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI membuat
baku rujukan penilaian status gizi anak balita yang terpisah antara anak
laki-laki dan perempuan. Kriteria jenis kelamin inilah yang membedakan
baku WHO-NCHS dengan baku Harvard. Baku rujukan penilaian status
gizi menurut Depkes RI terlampir dalam lampiran.
Parameter antropometri untuk penilaian status gizi berdasarkan
parameter :
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
11/30
17
a. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,
kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang
salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang
akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan
umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun;
1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu
dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12
bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam
bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (
Depkes, 2004).
Rumus antropometri anak (Soetjiningsih. 1998) yang berhubungan
dengan umur :
1) Berat Badan
Umur 1 – 6 bulan = BBL (gr) + (usia x 600 gr)
Usia 7 – 12 bulan = BBL (gr) + (usia x 500 gr) atau (usia / 2) +3
Umur 1- 6 tahun = 2n + 8
2) Tinggi badan
Umur 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir
Umur 2 – 12 tahun = umur (tahun) x 6 + 77
Kriteria status gizi berdasarkan pengukuran tersebut dibandingkan
dengan NCHS adalah :
1) Gizi baik, jika BB menurut umur > 80% standart WHO – NCHS.2) Gizi kurang, jika BB menurut umur 61% - 80% standart WHO –
NCHS.
3) Gizi buruk jika BB menurut umur ≤ 60% standart WHO - NCHS
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan
gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan
merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir. Dan
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
12/30
18
hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal
atau tidak (Supariasa,et all, 2001).
Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan
tubuh. Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang
terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi
kesehatan (Soetjiningsih 1998).
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang
digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1)
Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, (2)
Mudah diperoleh dan relatif murah harganya, (3) Ketelitian
penimbangan maksimum 0,1 kg, (4) Skalanya mudah dibaca, (5)
Aman untuk menimbang balita. Sedangkan jenis timbangan
sebaiknya yang memenuhi persyaratan tersebut, timbangan yang
dianjurkan untuk anak balita adalah dacin dengan kapasitas
minimum 20 kg dan maksimum 25 kg. jenis timbangan lain yang
dapat digunakan adalah detecto , sedangkan timbangan injak ( bath
room scale ) akurasinya kurang karena menggunakan per, sehingga
hasilnya dapat berubah-ubah.
Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan
menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan
paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu
pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi
kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi
dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990) dalam Atmarita,
Soendoro, T. Jahari, AB. Trihono dan Tilden, R. (2009).
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan
atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya
tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
13/30
19
diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Selain
menilai berdasarkan status gizi dan tumbuh kembang anak, berat
badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan
makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan.
Interpretasi :
1) BB/U < dipetakan pada kurva berat badan :
a) BB< sentil ke-10 : disebut defisit
b) BB>sentil ke-90 : disebut kelebihan
2) BB/U dibandingkan acuan standar, dinyatakan dalam
presentase:
>120% : disebut gizi lebih 80-120% : disebut gizi baik 60-80%: - tanpa edema : gizi kurang
- dengan edema : gizi buruk (kwashiorkor) < 60% : - tanpa edema : marasmus
- dengan edema : marasmus- kwashiorkor
Perubahan berat badan (berkurang atau bertambah) perlu mendapat
perhatian karena merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi akut.
Kehilangan BB dihitung sebagai berikut (BB saat ini/BB semula)x
100%.
1) 85-95% : kehilangan BB ringan (5-15%)
2) 75-84% : kehilangan BB sedang (16-25%
3) 25%
c. Tinggi BadanTinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup
penting. Keistemewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan
meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi
yang optimal. Di samping itu tinggi badan dapat dihitung dengan
dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur.
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang
dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
14/30
20
sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang
berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi
pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks
TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat
Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan
tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun
sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran
keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak
sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004). Pengukuran tinggi badan
untuk anak yang sudah bisa berdiri dilakukan dengan alat pengukur
tinggi mikrotoa ( microtoise ) yang memiliki ketelitian 0,1 cm.
sedangkan pada anak yang belum bisa berdiri digunakan alat
pengukur panjang badan dengan posisi anak berbaring di tempat
datar. Pengukuran tinggi badan maupun panjang badan dapat
dilakukan dengan menggunakan pita ukur.
Cara mengukur panjang badan usia 0-24 bulan yaitu: (1) alat
pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar, (2) bayi
ditidurkan lurus di dalam alat pengukur, (3) bagian bawah alat
pengukur sebelah kaki digeser sehingga tepat menyinggung telapak
kaki bayi dan skala pada sisi alat ukur dapat dibaca.
Interpretasi :
1) TB/U pada kurva:
< sentil 5 : defisit berat
Sentil 5 : perlu evaluasi untuk membedakan apakah
perawakan pendek akibat defisiensi nutrisi
kronik atau konstitusional.
2) TB/U dibandingkan standar baku (%) :
90-110% : baik/normal
70-89% : tinggi kurang
< 70% : tinggi sangat kurang
3) BB/TB
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
15/30
21
Rasio BB/TB bila dikombinasi dengan berat badan menurut
umur dan tinggi badan menurut umur sangat penting dan lebih
akurat dalam penilaian status nutrisi karena ia mencerminkan
proporsi tubuh serta dapat membedakan antara wasting dan
stunting atau perawakan pendek. Indeks ini digunakan pada
anak perempuan hanya sampai tinggi badan 138cm, dan pada
anak lelaki sampai tinggi badan 145cm. Setelah itu rasio BB/TB
tidak begitu banyak artinya, karena adanya percepatan tumbuh
( growth spurt ). Keuntungan indeks ini adalah tidak
diperlukannya faktor umur, yang sering kali tidak diketahui
secara tepat.BB/TB dinyatakan dalam persentasi dari BB standar
yang sesuai dengan TB terukur individu tersebut. Cara
perhitungannya adalah sebagai berikut :
BB/TB (%) = (BB terukur saat itu)/(BB standar sesuai untuk TB
terukur) x 100%
Interpretasi:
a) Penilaian status gizi berdasarkan presentase TB/BBo > 120% : obesitas
o 110-120% : overweighto 90-110% : normal
o 70-90% : gizi kurango < 70% : gizi buruk
b) Nilai BB/TB di sekitar sentil ke-50 menunjukkan
kesesuaian atau normal. Makin jauh deviasi, makin besar
pula kelebihan atau kekurangan gizi pada individu tersebut.
d. Lingkar Kepala
Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial dan
dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh
tidak normal maka kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi
mental sebaliknya bila kepala membesar kemungkinan ada
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
16/30
22
penyumbatan aliran serebrospinal seperti pada hidrosefalus yang
akan meningkatkan volume kepala.
Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca ( fiberglass )
dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah
pengukuran sebaiknya mendekati 1 desimal. Caranya dengan
melingkarkan pita pada kepala.
Interpretasi:
1) Lingkaran kepala < sentil ke-5 atau < -2 SB menunjukan adanya
mikrosefali dan kemungkinan malnutrisi kronik pada masa
intrauterin atau masa bayi/ anak dini.
2) Lingkaran kepala > sentil ke-95 atau >+2 SB menunjukan
adanya makrosefali.
e. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan
otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh
dibandingkan berat badan
Pada anak umur 1-5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukan
status gizi. Alat yang digunakan adalah pita ukur yang terbuat dari
fiberglass, atau jenis kertas tertentu berlapis plastik. Pengukuran
dilakukan pada lengan yang tidak aktif pada pertengahan bahu dan
siku. Pada orang normal (tidak kidal) dilakukan pada tangan kiri,
sedangkan pada anak yang kidal dilakukan pengukuran pada lengan
kanan.
Interpretasi :
1) 13,5cm : gizi baik
Bila dikaitkan dengan umur, nilai LILA dibanding dengan baku
standar dan dinyatakan dalam persen. Nilai 100% adalah persentil
ke-50 nilai baku.
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
17/30
23
Interpretasi :
1) 85-100% : gizi baik (normal)
2) 75-85% : gizi kurang
3) 85% : gizi baik (normal)
2) 80-85% : borderline/kurang kalori protein (KKP) I
3) 75-80% : gizi kurang/ KKP II
4)
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
18/30
24
Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U,
BB/TB Standart Baku Antropometri WHO-NCHS
No Indeks Batas pengelompokan Status gizi
1 BB/U < -3 SD
-3 s/d +2 SD
Gizi buruk
Gizi kurang
Gizi baik
Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD
-3 s/d < -2 SD
-2 s/d +2 SD
> +2 SD
Sangat pendek
Pendek
Normal
Tinggi
3 BB/TB < -3 SD
-3 s/d < -2 SD
-2 s/d +2 SD
> +2 SD
Sangat kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Sumber : Depkes RI, (2004).
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB disajikan
dalam dua versi, yakni persentil dan skor simpang baku (standar
deviation score = z). Menurut Waterlow, et all, gizi anak-anak di
Negara-negara yang populasinya relative baik, sebaiknya digunakan
“persentil”, sedangkan di Negara untuk anak -anak yang populasinya
relative kurang, lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSD)
sebagai persen terhadap baku rujukan.
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
19/30
25
Table 2.2 interpretasi status gizi berdasarkan tiga indeks antropometri (BB/U,
TB/U, BB/TB) standar baku antropometri WHO-NCHS
NoIndeks
InterpretasiBB/U TB/U BB/TB
1
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Normal
Normal
Rendah
Rendah
Normal, dulu gizi
kurang
Sekarang kurang
++
Sekarang kurang
+
2
Normal
Normal
Normal
Normal
Tinggi
Rendah
Normal
Rendah
Tinggi
Normal
Sekarang kurang
Sekarang >, dulu
kurang
3
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Normal
Normal
Tinggi
Tinggi
Tinggi, normal
Obese
Sekarang >,
belum obese
Keterangan : untuk ketiga indeks (BB/U, TB/U, BB/TB):
Rendah : < -2 SD standar baku antropometri WHO-NCHS Normal : -2 s/d +2 SD standar baku antropometri WHO-NCHS Tinggi : > +2 SD standar baku antropometri WHO-NCHS
Sumber : Depkes RI, (2004)
5. Masalah gizi balita
Balita termasuk ke dalam kelompok usia berisiko tinggi terhadap
penyakit. Kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi pada balita
dapat memengaruhi status gizi dan status kesehatannya. Gangguan gizi
pada anak usia balita merupakan dampak kumulatif dari berbagai faktor
baik yang berpengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap gizi
anak.
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
20/30
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
21/30
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
22/30
28
i) Rambut tipis dan mudah rontok
3) Tipe Kwashiorkor Marasmus
Keadaan ini timbul jika makanan sehari-hari anak tidak cukup
mengandung energy dan protein untuk pertumbuhan normal.
b. Obesitas
Anak akan mengalami berat badan berlebih ( overweight ) dan
berlebihan lemak dalam tubuh (obesitas) apabila selalu makan dalam
porsi besar dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang seimbang.
Dampak obesitas pada anak dapat menyebabkan hiperlipidemia
(tinggi kadar kolesterol dan lemak dalam darah), gangguan
pernafasan, dan komplikasi ortopedik (tulang).
Upaya agar anak terhindar dari obesitas yakni orangtua perlu
melakukan pencegahan seperti mengendalikan pola makan anak agar
tetap seimbang. Selain itu, memberikan camilan yang sehat seperti
buah dan melibatkan anak pada aktivitas yang bias mengeluarkan
energinya juga harus dilakukan.
c. Kekurangan Vitamin A
Penyakit mata yang diakibatkan oleh kurangnya vitamin A disebut
xerophtalmia . Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yang
paling sering terjadi pada anak-anak usia 2 – 3 tahun. Hal ini karena
setelah disapih, anak tidak diberi makanan yang memenuhi syarat
gizi. Sementara anak belum bisa mengambil makanan sendiri.
d. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
Kekurangan mineral iodium pada anak dapat menyebabkan
pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsi mental, dan
perkembangan fisik. Zat iodium penting untuk kecerdasan anak.
e. Anemia Zat Besi (Fe)
Anemia adalah keadaan di mana kadar hemoglobin darah kurang
dari normal. Hal ini disebabkan kurangnya mineral Fe sebagai bahan
yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (sel darah merah).
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
23/30
29
Anemia pada anak disebabkan kebutuhan Fe yang meningkat akibat
pertumbuhan anak yang pesat dan infeksi akut berulang.
Gejala yang Nampak adalah, anak tampak lemas, mudah lelah, dan
pucat. Selain itu, anak dengan defisiensi (kekurangan) zat besi
ternyata memiliki kemampuan mengingat dan memusatkan perhatian
lebih rendah dibandingkan dengan anak yang cukup asupan zat
besinya.
5. Penanggulangan Kekurangan Gizi Balita
Program penanggulangan gizi dapat dibedakan antara program
langsung yaitu pemberian makanan tambahan, vitamin dan mineral.
Sedangkan program tidak langsung yaitu peningkatan pendapatan
keluarga, pengendalian harga pangan, peningkatan program kesehatan.
Kedua program ini harus dilaksanakan secara simultan apabila kita
menginginkan berhasilnya usaha peningkatan status gizi (Suhardjo,
1996).
Beberapa program intervensi gizi yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi kurang gizi secara langsung:
a. Fortifikasi
Fortifikasi adalah proses dimana zat gizi ditambahkan kedalam
makanan untuk menjaga atau meningkatkan kualitas diet suatu
kelompok, komunitas atau populasi, contohnya adalah fortifikasi
yodium dalam garam, vitamin A dalam tepung dan mie.
b. Makanan formula
Makanan formula merupakan suatu proses untuk mengembangkan
makanan yang bernilai gizi tinggi untuk golongan rawan (balita,
bumil dan ibu menyusui) yang kekurangan gizi, contoh MP-ASI
untuk balita.
c. Makanan tambahan
Makanan tambahan adalah salah satu bentuk intervensi langsung
untuk menyediakan jenis makanan yang penting tetapi kurang dalam
diet normal pada golongan rawan (balita, bumil dan ibu menyusui)
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
24/30
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
25/30
31
c. Pengendalian harga pangan
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan sangat
dipengaruhi oleh harga bahan makanan di pasaran (Apriadji, 1986).
Pada saat ini harga kebutuhan pokok terus bergejolak sehingga
pemerintah harus melakukan intervensi pasar untuk menekan harga.
Ini bisa dilakukan melalui pengendalian terarah dengan cara
melakukan subsidi pangan yang harus ditingkatkan agar bahan
pangan terjangkau oleh daya beli masyarakat sehingga rakyat miskin
dan petani bisa memenuhi kebutuhan pokok.
Beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh beberapa
peneliti diantaranya Sihadi, Sudjasmin, Suhartato dan Latifah (2000), yang
melakukan penelitian pada anak gizi buruk yang diberikan PMT selama 6
bulan di Klinik Gizi Bogor. Hasil yang didapatkan adalah sebanyak 33,1 %
tetap menjadi status gizi buruk, 63,9 % berstatus gizi kurang dan 3 % menjadi
gizi baik.
Sedangkan Linda (2000) di dalam Sihadi dkk (2000), meneliti anak
kurang energy protein (KEP) kurang dari 2 tahun yang diberikan PMT selama
90 hari di Puskesmas Samalanga, Aceh Utara, hasilnya 41 % anak KEP
menjadi gizi baik. Penelitian lain seperti yang telah dilakukan oleh Mualim,
K, (2001) di Temanggung terhadap balita KEP berat, setelah diberikan PMT-
P terjadi peningkatan ke KEP sedang 59.5%, tepat KEP berat 13.5%, dan
menjadi status gizi baik 27%.
C. Evaluasi
1. Ruang Lingkup EvaluasiEvaluasi merupakan kegiatan lebih lanjut dari kegiatan pengukuran
dan pengembangan indikator, oleh karena itu dalam melakukan evaluasi
harus berpedoman pada ukuran-ukuran dan indikator yang telah
disepakati dan telah ditetapkan. Evaluasi juga merupakan suatu proses
umpan balik atas kinerja masa lalu yang berguna untuk meningkatkan
produktivitas dimasa datang, sebagai suatu proses yang berkelanjutan,
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
26/30
32
evaluasi menyediakan informasi mengenai kinerja dalam hubungannya
terhadap tujuan dan sasaran (Notoatmodjo, 2003).
2. Tujuan Evaluasi
Menurut Mubarak dkk (2009), Evaluasi memiliki tujuan sebagai
berikut :
a. Membantu perencanaan dimasa yang akan datang.
b. Mengetahui apakah sarana yang tersedia dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
c. Menentukan kelemahan dan kekuatan program, baik dari segi teknis
maupun administrative yang selanjutnya diadakan perbaikan-
perbaikan.
d. Membantu menentukan strategi, artinya mengevaluasi apakah cara
yang telah dilaksanakan dapat dilanjutkan atau perlu adanya
perubahan.
e. Mendapat dukungan dari sponsor berupa dukungan moral maupun
material.
f. Motivator, keberhasilan program akan memberikan kepuasan dan
mendorong kinerja.
3. Dinamika Evaluasi
Salah satu cirri evaluasi adalah sebagai suatu proses yang
berkesinambungan, maka dengan sendirinya disamping mempunyai cirri-
ciri yang khas juga mencerminkan sifat kedinamisan dengan cara
membedakan : input, proses dan output. Pada sisi input, evaluasi
pengembangan personil sangat penting untuk melihat kebutuhan sesuai
dengan keterampilan yang diharapkan, sehingga dapat dikembangkan
pengawasan yang mendukung pada organisasi logistik serta mekanisme
pendukung lainnya. Sebagai suatu langkah awal yang penting dalam sisi
input adalah evaluasi terhadap penetapan tujuan, dikaitkan dengan visi
dan misi program atau organisasi, serta penetapan sasaran program itu
sendiri (Azwar, A. 1996).
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
27/30
33
Pada sisi proses adalah untuk mengarahkan sumberdaya agar
menghasilkan pelayanan yang diinginkan yang juga harus dievaluasi.
Aspek proses evaluasi dapat diikutsertakan sebagai input sumberdaya,
atau dipandang sebagai proses output, akan tetapi harus diidentifikasi
secara terpisah untuk membedakan kapasitas tindakan dari penggunaan
nyata dari kapasitas tersebut. Output merupakan hasil pelayanan yang
memberi dampak yang berbeda-beda terhadap status kesehatan (Mubarak
dkk. 2009).
4. Metode Evaluasi
Berdasarkan waktunya menurut Mubarak dkk, (2009), evaluasi dapat
dilakukan :
a. Evaluasi rutin ( Concurrent Evaluation ). Evaluasi dilakukan sejak
awal bersaman dengan pelaksanaan program itu sendiri, meliputi
semua aspek program, termasuk reaksi masyarakat terhadap program
tersebut.
b. Evaluasi berkala ( Periodical evaluation ) yaitu evaluasi yang
dilakukan pada setiap akhir dari suatu bagian tertentu dari program,
seperti setiap enem bulan, satu tahun dan lain-lain.
c. Evaluasi akhir ( Terminal evaluation ) yaitu penilaian yang dilakukan
pada akhir suatu program atau beberapa waktu setelah akhir suatu
program. Jadi ini merupakan penilaian atau evaluasi terhadap
pencapaian tujuan akhir.
5. Ukuran Evaluasi
Kegiatan dalam evaluasi, dimensi pengukuran kinerjanya harus
ditentukan dengan jelas, yaitu meliputi ketepatan dan kesesuaian,
efektifitas dan efisiensi, serta pertimbangan keadilan. Ketepatan dan
kesesuaian memandang kinerja dengan apakah tindakan-tindakan yang
diambil sudah sesuai dengan permasalahan yang ada, sehingga tidak
terjadi pemborosan sumber daya yang terbatas tersebut. Dengan
menggunakan asumsikan ketepatan, maka program yang
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
28/30
34
dipertimbangkan ukurannya dan cakupannya cukup untuk membuat
suatu perbedaan yang berarti.
Ukuran-ukuran efektifitas dan efisiensi merupakan alat utama dasar
evaluasi program. Efektifitas diartikan sebagai penyelesaian suatu
program dalam kaitannya dengan kebutuhan atau perhatian. Sedangkan
efisiensi dan efektifitas biaya adalah sering kali berhubungan dengan
hasil terhadap input (rasio output terhadap input ).
Ukuran keadilan, akan merupakan tambahan kepentingan dalam
evaluasi program kesehatan. Pendapat ini telah berkembang secara
sejajar dengan ukuran efektifitas dan efisiensi. Secara operasional ukuran
keadilan menciptakan pertimbangan dalam efisiensi biaya dengan
demikian program kesehatan sedapat mungkin melakukan keadilan
terhadap pelayanan bagi populasi yang mampu secara ekonomi dengan
populasi yang kurang mampu secara ekonomi (Mubarak dkk, 2009).
6. Evaluasi status gizi
Evaluasi status gizi, dilakukan setelah suatu program intervensi gizi
secara langsung telah dilaksanakan. Evaluasi ini dapat dilaksanakan
dengan cara penilaian status gizi secara langsung maupun secara tidak
langsung seperti saat penilaian awal status gizi. Namun dalam hal
penelitian ini, tidak semua metode penilaian status gizi dilaksanakan.
Dalam penelitian ini, metode yang dilaksanakan adalah penilaian secara
langsung dengan penimbangan berat badan, kemudian hasil penimbangan
dibandingkan dengan standar baku Depkes dan KMS, yaitu berat badan
berdasarkan umur (BB/U), kemudian diklasifikasikan dalam status gizi
(gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih), juga hasil
penimbangan diinterpretasikan dalam KMS yaitu bawah garis merah
(BGM), garis kuning, garis hijau dan di atas garis hijau.
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
29/30
35
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Moehji. S, (2009) Ilmu Gizi: Penanggulangan Gizi Buruk
Predisposisi
At risk factorso Masyarakato Keluargao
individu
Masalah gizi balita
KEP (kurang energy protein) Obesitas Defisiensi Vitamin A GAKI (gangguan akibat
kekurangan iodium) Anemia zat besi (Fe)
PMT- PenyuluhanSasaran :
Semua anak balita bukan
penderita gizi buruk
PMT- PemulihanSasaran :
BB kurang dari 70% dariBB normal
BB 3 x penimbangantidak naik
Penanggulangan masalah gizi Langsung
o Fortifikasio Makanan formulao Makanan tambahan (PMT )o Suplementasi
Tidak langsungo Peningkatan program kesehatan
o Peningkatan pendapatankeluargao Pengendalian harga pangan
Status gizi
Gizi kurang Gizi buruk Gizi baik Gizi lebih
Pemberian Makanan Tambahan(PMT)
-
8/17/2019 Jtptunimus Gdl Muksing2a2 5767 2 Balita
30/30
36
E. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan pengamatan terhadap
semua faktor dan variable yang berhubungan dengan masalah status gizi.
Yang dilakukan pengamatan oleh penulis dalam hal ini adalah evaluasi
status gizi berdasarkan antropometri yaitu berat badan berdasarkan umur
(BB/U), pada balita gizi kurang di wilayah Banjirkanal Timur, Kel.
Pandeanlamper, Kec. Gayamsari, Semarang, setelah Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) oleh Persatuan Istri PT PLN (Persero) wilayah Jawa-Bali.
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian
1. Variable Dependen
Status gizi: BB/U balita2. Variable Independen
Umur Jenis kelamin Berat badan
Karakteristik Balitastatus Gizi Kurang
Umur Jenis kelamin Berat badan
Status gizi: Berat badan berdasarkanumur(BB/U)
Pemberian MakananTambahan (PMT)
program PersatuanIstri PT PLN (Persero)Wilayah Jawa-Bali