JURNAL ILMIAH
PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI RUGI ATAS PELEBARAN JALAN RAYA
UNTUK KEPENTINGAN UMUM
(STUDI DI KOTA PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH)
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
SOFIAN HARDIANSYAH
D1A015248
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
Halaman Pengesahan Pembimbing
PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI RUGI ATAS PELEBARAN JALAN RAYA
UNTUK KEPENTINGAN UMUM
(STUDI DI KOTA PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH)
Oleh :
SOFIAN HARDIANSYAH
D1A015248
Menyetujui:
i
PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI RUGI ATAS PELEBARAN
JALAN RAYA UNTUK KEPENTINGAN UMUM (STUDI DI KOTA
PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH)
SOFIAN HARDIANSYAH
D1A015248
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
pemberian ganti rugi atas pelebaran jalan raya untuk kepentingan umum di kota
Praya Kabupaten Lombok Tengah, yang merupakan penelitian empiris dengan
pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual, dan pendekatan
sosiologis.
Hasil penelitian dan pembahasaan menunjukkan bahwa dalam pengadaan
tanah dan pemberian ganti rugi oleh pemerintah dalam pelebaran jalan raya di kota
Praya Kabupaten Lombok tengah sudah sesuai dengan ketentuan yang termuat
dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan Kepentingan Umum, dinilai dari peran aktif panitia pengadaan tanah
dan instansi yang memerlukan tanah dengan melakukan musyawarah dengan
pemilih hak atas tanah mengenai harga ganti rugi. Sehingga dengan dilakukannya
musyawarah tersebut dapat menyelesaikan hambatan yang ada dalam pengadaan
tanah, terutama mengenai ganti rugi.
Kata kunci: Pembangunan, Ganti Rugi, Pengadaan Tanah.
IMPLEMENTATION OF DAMAGES RESULTING FROM THE EXPANSION
OF ROADS FOR THE PUBLIC GOOD (STUDY IN THE CITY PRAYA
CENTRAL LOMBOK )
ABSTRACT
The study aims to find out how the implementation of compensation for the
widening of the highway to the public interest in the city Praya the district of central
Lombok, which is empirical research with legislation, the conceptual, and
approach to the sociological.
The results and discussions showed that in the procurement of land and the
provision of compensation by the government in the widening of highway in the
town of Praya the district of central Lombok is in accordance with the provisions
of law namber 2 year 2012 of land acquisition for construction of the public
interest, judging from an active role of the land procurement committee and
agencies the require th eground by doing a discussion with the owner of the land of
price compensation. So, by means of implementation of that can solve these
constraints in the procurement of land, especially regarding compensation.
Keywords: Development, Compensation, Land Acquisition.
i
I. PENDAHULUAN
Pembangunan untuk kepentingan umum membutuhkan tanah sebagai salah
satu aspek penting pendukung keberhasilan pelaksanaannya, namun yang menjadi
permasalahan adalah jumlah tanah yang dikuasai oleh negara terbatas. Berdasarkan
keadaan tersebut maka mulai dilakukan pengadaan tanah oleh Pemerintah dengan
pencabutan hak-hak atas tanah perseorangan atau badan hukum yang telah dikuasai
dengan suatu hak atas tanah. Dalam hal ini Pasal 6 UUPA No.5 Tahun 1960 yang
mengatur mengenai semua hak atas tanah memiliki fungsi sosial. Selain itu yang
merupakan dasar pokok dalam masalah pencabutan hak-hak atas tanah untuk
kepentingan umum ini adalah Pasal 18 UUPA No.5 Tahun 1960 yang menyatakan:
“Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan Bangsa dan Negara
serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut
dengan memberikan ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang
diatur dengan undang-undang”.
Serta menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 20 Tahun 1961 Tentang pencabutan
hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada di atasnya menyatakan:
“Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan Bangsa dan Negara
serta serta kepentingan bersama dari rakyat, demikian pula kepentingan
pembangunan, maka Presiden dalam keadaan yang memaksa setelah
mendengar Menteri Agraria, Menteri Kehakiman da Menteri yang
bersangkutan dapat mencabut hak-hak atas tanah dan benda-benda yang
ada di atasnya”.
Adanya peraturan-peraturan tentang pencabutan hak tersebut diatas
sebenarnya mempunyai dua fungsi. Disatu pihak merupakan suatu landasan
hukum bagi pihak penguasa untuk memperoleh tanah-tanah penduduk yang
diperlukan untuk penyelenggaraan kepentingan umum dan kepentingan
pembangunan, sedangkan dilain pihak merupakan suatu jaminan bagi warga
masyarakat mengenai hak-haknya atas tanah dari pada tindakan sewenang-
sewenag para penguasa.1
1 Abdurrahman, Aneka Masalah Hukum Agraria Dalam Pembangunan Di Indonesia, seri
II, Bandung : Alumni, 1983, hlm. 79
ii
Dalam pelaksanaan pengadaan tanah, sebelumnya dilakukan dengan
musyawarah untuk mencapai kesepakatan antara pihak yang membutuhkan tanah
dengan pemilik hak atas tanah lewat panitia pengadaan tanah. Musyawarah
merupakan aspek penting dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum, karena
dalam proses ini akan dibahas mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian yang
akan mereka terima.
Pembahasan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian sering kali
menjadi proses yang paling panjang dan berlarut-larut akibat tidak adanya titik temu
yang disepakati oleh para pihak yang bersangkutan.2 Dalam perkembangannya
pada saat ini Pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini diatur dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum. Jaminan untuk pemberian ganti rugi bagi para pihak yang
terkait atau terkena Pengadaan Tanah dalam suatu pembangunan dilihat pada
ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 adalah :
“Kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang
layak dan adil kepada pihak yang berhak.”
Pemerintah kota Praya Kabupaten Lombok Tengah telah melangsungkan
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dalam hal pelebaran
jalan raya. Melihat jalan raya Jendral Sudirman yang juga merupakan salah satu
jalan di kota Praya Kabupaten Lombok Tengah yang arus lalu lintasnya begitu
padat, namun tidak didukung oleh keadaan jalan yang memadai, maka rencana
pemerintah untuk melebarkan jalan dari Simpang Empat lampu stopan (depan Bank
2 Sutedi, Adrian, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah
untuk Kepentingan Umum, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hlm. 396-397.
iii
Antar Daerah) sampai Simpang Empat (Taman Biao). Pemerintah dalam usahanya
memperoleh tanah sebagai sarana pokok pembangunan pelebaran jalan tersebut,
adalah dengan cara pengadaan tanah yaitu dengan memberikan ganti rugi yang
layak kepada para pemilik hak atas tanah yang terkena pembangunan pelebaran
jalan raya tersebut.
Sejalan dengan hal tersebut maka dalam setiap pelaksanaan pemberian ganti
kerugian termasuk dalam kegiatan pelebaran jalan raya di Kota Praya Kabupaten
Lombok Tengah juga harus dilaksanakan dengan pemberian ganti kerugian yang
layak dan adil agar memberikan kesempatan bagi setiap masyarakat yang terkena
pengadaan tanah untuk dapat melangsungkan kehidupan yang lebih baik.
Adapun rumusan masalah dari penelitian yaitu, Bagaimana tata cara
pelaksanaan pengadaan tanah dan mekanisme pemberian ganti rugi atas pelebaran
jalan raya untuk kepentingan umum di Kota Praya Kabupaten Lombok Tengah, dan
apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanan pemberian ganti rugi
atas pelebaran jalan raya untuk kepentingan umum di Kota Praya Kabupaten
Lombok Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang menggunakan
pendekatan perundang-undangan, konseptual, dan sosiologis. sumber jenis data dan
bahan hukum ini menggunakan data primer, sekunder, tersier. Adapun analisis data
dan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif.
iv
II. PEMBAHASAN
Tata cara pengadaan tanah dan Mekanisme Pemberian Ganti Rugi Atas
Pelebaran Jalan Raya Untuk Kepentingan Umum Di Kota Praya Kabupaten
Lombok Tengah
Kegiatan pengadaan tanah dilakukan oleh pemerintah untuk mendapatkan
tanah milik masyarakat, dilakukan dengan cara ganti rugi yang layak dan adil
kepada pihak yang berhak. Oleh karena itu dengan berdasarkan ketentuan Pasal 6
Undang-Undang Pokok Agraria mengenai tanah memiliki fungsi sosial, maka
pemerintah dapat mengambil tanah-tanah dikuasai dengan alas hak baik oleh
individu atau badan hukum dan memberikan ganti rugi yang layak dan adil
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 2 tahun
2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Panitia pelaksanaan pengadaan tanah di Kota Praya (jalan Sudirman-Biao)
terdiri dari :3 1. Kepala Kantor Pertanahan, sebagai Ketua; 2. Kepala Sub Seksi
Pengaturan Tanah Pemerintah sebagai sekretaris merangkap anggota; 3. Kepala
Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah sebagai anggota; 4. Kepala bagian
Administrasi pemerintah umum Kabupaten Lombok Tengah sebagai anggota; 5.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lombok Tengah sebagai anggota; 6.
Camat Praya; 7. Camat Praya Tengah; 8. Lurah Praya; 9. Lurah Prapen; 10. Lurah
Timuk Galih; 11. Lurah Jontlak.
3 Hasil wawancara dengan Zalkarnain, pejabat bagian pengadaan tanah jalan dan
jambatan Dinas Pekerjaan Umum, tanggal 29 Oktober 2018.
v
Berdasarkan ketentuan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, tata
cara pengadaan tanah diselenggarakan melalui tahapan sebagai berikut :
1. Perencanaan;
2. Persiapan;
3. Pelaksanaan;
4. Penyerahan hasil
Pengadaan tanah yang dilakukan dalam pembangunan pelebaran ruas jalan
Jendral Sudirman-Biao dilaksanan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah
diserahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lombok Tengah bersama
dengan Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Lombok Tengah.
“sebelumnya Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah menyusun rencana
pembangunan dan disertai anggaran pembangunan, setelah itu dikeluarkan
Surat Keputusan (SK) oleh pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, kami
Dinas Pekerja Umum menyusun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
rencana dari pemerintah baik dari tahap perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, penyerahan hasil pengadaan tanah. Sebelum mulai ketahap
perencanaan, kami dari Dinas Pekerjaan Umum terlebih dahulu mengukur
luas dan batas-batas tanah yang akan terkena pembebasan. Selanjutnya,
kami mendata nama-nama kepemilikan atas tanah dari bagian-bagian tanah
yang telah kami ukur. Dalam proyek pelebaran jalan raya Sudirman-Biao
ini melewati 4 kelurahan yang nantinya setiap kelurahan akan dibuatkan
data dan hasil dari survey yang kami lakukan. Dari data dan hasil survey
kami akan mengirim surat kepada kantor BPN untuk melakukan
pengukuran ulang, dari hasil pengukuran ulang oleh kantor BPN merupakan
hasil pengukuran yang sah terhadap data-data luas tanah. Setelah data hasil
vi
pengukuran oleh kantor BPN keluar bersama dengan hasil pengukuran ruas
bangunan dari Dinas Pekerja Umum, selanjutnya data dan hasil tersebut
kami serahkan kepada panitia appraisal atau kantor konsultan jasa pelayanan
publik yang akan menilai hasil pengukuran tersebut. Pihak penilai yang
menjadi mitra kami untuk melaksanakan penilaian objek pengadaan tanah
jalan Sudirman-Biao yaitu Kantor Jasa Penilai Publik Pung’s Zulkarnaen
dan Rekan”, kata Zulkarnain.4
Menurut Zulkarnain, pejabat Dinas Pekerjaan Umum, setelah hasil
penilaian yang dilakukan oleh penilai keluar, hasil tersebut akan diserahkan kepada
kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten. Dari hasil penilaian oleh penilai
(panitia appraisal), Badan Pertanahan Nasional akan membuat pengumuman hasil
penilaian ganti kerugian dari masing-masing kelurahan yang di serahkan kepada
kantor kelurahan setempat.
“setelah hasil penilain telah diumumkan dimasing-masing kelurahan,
bersama dengan itu diundanglah semua kelurahan secara bergantian.
Misalnya pertama yang diundang masyarakat dari kelurahan praya untuk
diadakan musyawarah mengenai ganti rugi dan nantinya ditayangkan hasil
pengukuran beserta hasil penilaian ganti kerugian. Pada penayangan
tersebut dijelakan satu persatu nama-nama dari pemilik tanah beserta hasil
penilaian ganti kerugian, misalnya atas nama si A dengan luas tanah sekian,
bangunan sekian dan ganti ruginya sejumbal sekian samapi selesai
4 Hasil wawancara dengan Zalkarnain, pejabat bagian pengadaan tanah jalan dan
jambatan Dinas Pekerjaan Umum, tanggal 29 Oktober 2018.
vii
pemaparan dari nama-nama tersebut akan ditanyakan kesetujuan atau tidak
dengan penafsiran harga / ganti kerugian tersebut. Dalam musyawarah pasti
ada yang setuju dan tidak setuju, setelah hasilnya disepakati bersama maka
warga yang terlebih dahulu setuju dengan nilai penilaian ganti rugi dalam
musyawarah akan didata di berita acara persetujuan, dan nantinya akan
diberi uang ganti rugi sebesar hasil musyawarah. Sedangkan, warga yang
merasa tidak setuju kami undang kembali untuk dilakukan musyawarah
ulang sampai bertemu kesepakatan mengenai ganti kerugian baru kami
berikan uang ganti rugi”. Kata Zulkarnain.5
Tabel 1 : Hasil Musyawarah
No. Pertemuan
Jumlah
yang
tidak
setuju
Jumlah
yang
setuju
Alasan tidak menerima ganti rugi
1
Kelurahan Jontlak
Musyawarah ke-1
Tanggal 25 Juli 2017
12 2
Meminta tanah diukur ulang
Tidak setuju dengan harga tanah
Meminta bangunannya diukur
ulang dan harga bangunan
Meminta harga tanah dan
bangunan dipisah
Meminta bangunan dipisahkan
karena dimilik 2 (dua) orang
Tidak setuju dengan harga
tanaman
Meminta diukur ulang karena ada
kaitan dengan pemilik lama
Adanya sengketa warisan antar
ahli waris
2
Kelurahan Jontlak
Musyawarah ke-2
Tanggal 26 Agustus
2017
12 2
Meminta pengukuran ulang lagi
baik tanah dan bangunan
Belum setuju dengan harga tanah
Belum setuju dengan tafsiran
bangunan
5 Ibid.
viii
Adanya sengketa warisan antar
ahli waris
3
Kelurahan Jontlak
Musyawarah ke-3
Tanggal 26
September 2017
2 12 Tidak ada penolakan semua
menyetujui harga ganti rugi
4
Kelurahan Jontlak
Musyawarah ke-4
Tanggal 10 Oktober
2017
- 14 Tidak ada penolakan semua
menyetujui harga ganti rugi
Sumber : Berita acara musyawarah yang sudah diolah BAPPEDA dan Dinas PU
Dari berita acara dapat kita lihat proses musyawarah dari setiap kelurahan
bahwa pelaksanaan pemberian ganti rugi membutuhkan waktu yang cukup lama
sampai ketemu kesepakatan dan dapat dilihat beberapa alasan warga menolak hasil
musyawarah ganti rugi disebabkan harga tanah dan bangunan yang dimiliki tidak
sesuai dengan besar ganti rugi yang diinginkan, sehingga mereka meminta untuk
diadakan pengukuran ulang terhadap tanah dan bangunan mereka miliki.
Tabel 2
Daftar nama-nama warga masyarakat yang terkena pelebaran jalan raya Jendral
Sudirman-Biao beserta besar ganti rugi
No. Nama Pemilik
Luas
tanah
yang
terkena
pelebar
an (m2)
Harga/are
(Rp)
Ganti Rugi
(Rp)
Keterangan
alas hak
Kelurahan Jontlak
1 L. Selamat / L. Ilham
Wikari 912
120.000.000 2.094.400.000 Sertifikat
2 Mq. Ningrat / L. Muh.
Ana 1640
120.000.000 2.968.000.000 Sertifikat
3 L. M. Suaeb
308 120.000.000 1.369.600.000 Tidak ada
Sertifikat
4 RM. Murah 342 120.000.000 1.410.400.000 Sertifikat
5 Alfamart /
H. Abdussahid, S. Ag 294
120.000.000 1.352.800.000 Sertifikat
ix
6 RM, Murah 160 120.000.000 1.192.000.000 Sertifikat
7 Bq. Ningrat / L. Azis
Farhan 492
120.000.000 1.590.400.000 Sertifikat
8 L. Nurdin / L. Kahar 245 120.000.000 1.294.000.000 Sertifikat
9 Bq. Munisah 101 120.000.000 1.121.200.000 Sertifikat
10 L. Yunan / Sabar Eko
45 120.000.000 1.054.000.000 Tidak ada
Sertifikat
11 Suparman 23 120.000.000 1.027.600.000 Sertifikat
12 L. Maksum
122 120.000.000 1.146.400.000 Tidak ada
Sertifikat
13 L. Mashur /
Bq. Surianah 265
120.000.000 1.318.000.000 Sertifikat
14 RM. Murah 254 120.000.000 1.304.800.000 Sertifikat
Sumber data : Kantor BPN Kabupaten Lombok Tengah
Dari tabel diatas bahwa dalam pelaksanaan pemberian ganti rugi, jumlah
ganti rugi diperoleh dari luas tanah yang terkena pelebaran jalan yang dijumlahkan
dengan nilai bangunan beserta tanaman dari setiap warga masyarakat terdapat
perbedaan harga ganti rugi per are dalam satu kelurahan. Perbedaan harga ganti rugi
per are itu menurut Ahmad Rumi selaku Staf Tehnik Kantor Jasa Penilai Publik
Pung’s Zulkarnain dan Rekan, mengatakan:
“selain harga pasar dari tanah yang membedakan harga per are dalam satu
kelurahan dikarenakan dari legalitas, elivasi, dan faktor-faktor lain seperti
halnya letak dari tanah, tanah itu diperuntukan untuk tempat tinggal, lahan
pertanian serta tempat komersial. Sehingga penafsiran harga ganti rugi per
are yang kami keluarkan berbeda-beda dari setiap warga masyarakat
walaupun tanah tersebut dalam satu kelurahan”.6
Menurut Lalu Ida Yunus, pejabat BPN Bagian Pengadaan tanah, Setelah
proses pemberian ganti rugi dan pelepasan hak milik telah terlaksana oleh
6 Wawancara dengan Ahmad Rumi selaku staf teknik kantor jasa penilai publik pung’s
Zulkarnain dan Rekan, tanggal 10 November 2018.
x
pemerintah, maka selanjutnya BPN akan menyerahkan hasil dari pengadaan tanah
kepada BAPPEDA Kabupaten Lombok Tengah dan Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Lombok Tengah.
Menurut Zulkarnain, pejabat Dinas Pekerjaan Umum, setelah menerima
hasil pengadaan tanah dari BPN barulah mulai kegiatan pembangunan pelebaran
jalan raya Sudirman-Biao dilaksanakan.
Faktor pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Pemberian Ganti
Rugi Atas Pelebaran Jalan Raya Untuk Kepentingan Umum Di Kota Praya
Kabupaten Lombok Tengah
Dalam proyek pelebaran jalan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut, ada
beberapa pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan ganti rugi, baik dilihat
dari sisi pemerintah, maupun dilihat dari sisi masyarakat. Faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan pemberian ganti rugi atas pelebaran jalan raya
untuk kepentingan umum di Kota Praya Kabupaten lombok Tengah dapat kita lihat
dari faktor sebagai berikut :
Faktor yuridis
Berdasarkan pengetahuan masayarakat terhadap ketentuan
perundangan-undangan yang berkaitan dengan pembangunan untuk
kepentingan umum terutama ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2012 mengenai kegiatan menyediakan tanah dengan cara
memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada yang berhak dan juga
dalam ketentuan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, mengenai
dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk dan/atau besar ganti
xi
kerugian, pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada
pengadilan kepada pengadilan negeri setempat dalam waktu 14 hari kerja
setelah musyawarah penetapan ganti kerugian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 ayat (1), sehingga akan menjadi hambatan dalam pemberian
ganti kerugian dikarenakan masyarakat terus menuntut pemberian ganti
kerugian sampai menemukan kesepakan atau kesesuaian harga yang
diminta.
Selanjutnya, mengenai Pasal 42 Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2012, menyatakan bahwa dalam hal pihak yang berhak menolak bentuk
dan/atau besar ganti kerugian berdasarkan hasil musyawarah atau putusan
Pengadilan Negeri/ Mahkamah Agung, maka ganti kerugian dititipkan di
Pengadilan Negeri.
Dengan adanya pengaturan mengenai penitipan pembayaran ganti
kerugian di Pengadilan Negeri setermpat, maka warga masyarakat
dihadapkan pada satu pilihan, yaitu jika tidak menerima uang ganti kerugian
maka uang ganti rugi akan dititipkan di pengadilan setempat. hal inilah yang
mengakibatkan sebagian masyarakat terdorong untuk memilih ganti
kerugian atau menerima pemberian ganti rugi yang sudah ditetapkan.
Faktor non yuridis
Faktor pendukung yang datang dari sisi masyarakat dalam
pelaksanaan ganti rugi adalah sebagai berikut;
xii
Faktor lingkungan masyarakat
Lingkungan lokasi pelebaran jalan termasuk lingkungan
yang agamais, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pemuka agama
seperti Tuan Guru, Ustad, serta terdapatnya masjid dan madrasah.
Jadi, warga masyarakat yang terkena pelebaran jalan cenderung
akan melihat segala sesuatunya dalam pandangan agama, termasuk
dalam hal pemberian ganti rugi. Sehingga menganggap ganti rugi
yang diberikan oleh pemerintah termasuk adil, karena pelebaran
jalan terhadap tanah beserta benda-benda yang terdapat diatasnya
digunakan untuk kemaslahatan umat.
Faktor pendidikan
Faktor berdasarkan tingkat pendidikan dari masyarakat akan
mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam mengambil keputusan.
Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang baik, pada
dasarnya menerima ganti kerugian pengadaan tanah tanpa melalui
proses yang panjang. Namun pemberian ganti rugi tentunya
dilakukan dengan pemberian yang layak dan adil.
xiii
III. PENUTUP
Simpulan
Tata cara pelaksanaan pengadaan tanah dan mekanisme pelaksanaan ganti
rugi atas pelebaran jalan raya untuk kepentingan umum di kota Praya Kabupaten
Lombok Tengah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hal ini dapat dilihat pada kenerja yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam tata
cara pelaksanaan pengadaan tanah dan mekanisme pemberian ganti rugi kepada
warga yang mempunyai hak atas tanah yang sudah begitu baik dengan dilakukan
musyawarah dalam menetapkan bentuk dan besar pemberian ganti rugi yang
masyarakat terima.
Dalam pelaksanaan pemberian ganti rugi atas pelebaran jalan untuk
kepentingan umum di kota Praya Kabupaten Lombok Tengah memiliki beberapa
faktor pendukung dan penghambat baik dari sudut pandang faktor yuridis dan non
yuridis, hal ini terjadi karena kurangnya keterlibatan masyarakat dalam rencana
pembangunan yang diadakan oleh pemerintah, sehingga dengan adanya faktor-
faktor tersebut dapat mempengaruhi pelaksanaan pemberian ganti rugi dan tolak
ukur keberhasilan pemerintah dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
i
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdurrahman, Aneka Masalah Hukum Agraria Dalam Pembangunan Di Indonesia,
seri II, Alumni, Bandung, 1983.
Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah
untuk Kepentingan Umum, Sinar Grafika, Jakarta, 2007.
Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1960
Nomor 104, Tambahan Lembar Negara Nomor 2043)
Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak
Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 1961 Nomor 288, Tambahan Lembar
Negara Nomor 2324)
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembar Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembar Negara Nomor
5280)