Download - jurnal kckt
-
7/29/2019 jurnal kckt
1/5
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
921
KEBERADAAN RESIDU ANTIBIOTIKA TILOSIN
(GOLONGAN MAKROLIDA) DALAM DAGING AYAM ASAL
DAERAH SUKABUMI, BOGOR DAN TANGERANG
(Status of Tylosin Antibiotic Ressidue in Chicken Meat Samples from
Sukabumi, Bogor and Tangerang)
YUNINGSIH,T.B.MURDIATI dan S.JUARIAH
Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114
ABSTRACT
Tylosin (maacrolide antibiotics) is commonly usedd in feed additives besidee in treaatment. Improper
used of tylosin can cause residue, resistance and allergic reactions. In order to find out the extend of theresidue content, so an improved method has been developed for determination of tylosin in tissue. The tissue
were extracted with acetonitrile and isooctane and its filtrate was applied to SPE cartriddge (C-18), then wereeluted with methanolic ammonium 0.1 M and detected by High Pressure Liquid Chromatography (HPLC)
wwith UV detection at 287 nm, C-18 Bondapak coloumb, mobile phase: 0.05 M NaHPO4; CH3CN = 65 : 35,
pH 2.5. The validation improved method were repeatability precision (5 replicatee standars aat 1concentration) calibration and linearity (replicate standars at 5 concentratious) and recovery (replicate spike
samples with 3 concentration of standard). Its method applied to 36 tissue sample ffrom Sukabumi,
Tangerang aand Bogor. The result of validation method were relaative standard deviation: 5,23%, linearity
(correlation coeficient): 0.9975 aand mean of recovery 101.91, 86,66 and 94,74%. The validation result ofimproved method is quite significant 15 of 36 samples were positive tylosin, containing 0.0006-0.0845 ug/g
which below the maximum ressidue limits (MRL tylosin in tisue 0.1 ug/g.
Key Words: Tlosin Antibbiotic Residue, Chicken Meat, HPLC
ABSTRAK
Antibiotika tilosin (golongan makrolida) merupakan antibiotika yang sudah umum ditambahkan dalam
pakan (feed additives), disamping untuk pengobatan. Pemakaian yang tidak beraturan akan menyebabkanresidu dalam produk hewani, disamping mempunyai efek toksik langsung juga menyebabkan reaksi alergi
dan resistensi. Untuk mengetahui sejauhmana residu tilosin dalam daging, maka dicoba pengembangan
metoda analisis residu antibiotika tilosin, yaitu mengekstraksi daging dengan asetonitril dan isooctane
kemudian hasil ekstrak dimurnikan melalui cartridge C18 (Sep-Pak C18) dan dielusi dengan campuranlarutan amonium metanol dan deteksi dengan alat kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan kolom C-
18 Bondapak, fase gerak : 0,05M NaHPO4: CH3CN= 65: 35 pada p.H= 2,5, kecepatan alir 1,5 ml/menit dan
panjang gelombang 287 nm, dengan detektor U.V. Uji validasi pengembangan metoda, yaitu dilakukan uji
kesesuaian sistem, kalibrasi dan linearitas dan uji perolehan kembali (recovery). Kemudian metoda hasilpengembangan diaplikasikan terhadap sampel lapang, sebanyak 36 sampel daging ayam asal peternakan
daerah Kabupaten Sukabumi, Bogor dan Tangerang, dan ampel asal pasar tradisional di Bogor. Hasil validasi
metoda menunjukkan simpangan baku: 5,23%, linearitas: koefesien korelasi = 0,9975 dan rata- rata perolehan
kembali dari penambahan larutan standar tilosin, masing-masing yaitu 2,0 ug (3 ulangan), 5,0 ug (2 ulangan)dan 10,0 ug (3 ulangan) adalah 101,91, 86,66 dan 94,74%. Nilai hasil uji validasi sesuai dengan nilai
ketentuan dalam kriteria uji validasi, maka pengembangan metoda residu tilosin dalam daging cukup baik.
Hasil analisis residu tilosin terhadap sampel lapang menunjukkan 15 dari 36 sampel positif, yaitu berkisarantara 0,00060,0845 ug/g tilosin yang masih dibawah ambang batas yang diperbolehkan.(ambang batastilosin dalam daging: 0,1 ug/g) dan sampel lainnya negatif.
Kata Kunci: Residu Antibiotika Tilosin, Daging Ayam, KCKT
-
7/29/2019 jurnal kckt
2/5
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
922
PENDAHULUAN
Pemakaian obat-obatan antibiotika
terutama dibidang peternakan yang terus
menerus dan tidak memperhatikan waktu hentiantibiotika (withdrawal time) dalam industri
peternakan akan menyebabkan residu
antibiotika dalam produk hewani, dapat
menyebabkan reaksi alergi, resistensi dankemungkinan keracunan.
Adanya residu antibiotika golongan
tetrasiklin dan penisilin telah banyakdilaporkan. Akan tetapi residu antibiotika
golongan makrolida belum banyak dilaporkan,
kecuali dari luar negeri (CHAN et al, 1994;
OKAet al, 1995). Padahal antibiotika golonganmakrolida dipakai secara luas dalam industri
peternakan yang umumnya dipergunakan untuk
pengobatan penyakit pernafasan disampingditambahkan dalam campuran makanan
sebagai perangsang pertumbuhan (growth
promotor). (MELLOR, 2000; DELEPINE et al.,
1996).Masih banyak peternak yang melakukan
kesalahan dalam pemberian (pemakaian dosis)
antibiotika pada ternaknya karena hanya untukmengejar keuntungan atau target produksi yang
diinginkan. Dilain pihak, kesalahan pemberian
dosis (over dosis) dapat meninggalkan residu
dalam jaringan organ ternak yang mungkindapat mengakibatkan keracunan bagi
konsumen. Dengan bahayanya residu ini, maka
European Union menetapkan nilai MaksimumResidu Limit (MRL) untuk golongan
makrolida tertentu dalam daging, misalnya
untuk spiramisin adalah 100 ug/kg, 50 ug/kg
untuk tilmikosin, 100ug/kg untuk tilosin dan400 ug/kg untuk erithromisin (COMMITTE FOR
VET. MEDICINAL PRODUCTS, 1995). Lebih
lanjut, European Community (EC)Commission Decision 93/256/EEC
menyatakan bahwa MRL dalam daging untuk
tilmicosin 50 ug/kg, 100 ug/kg untuk tilosin,
200 ug/kg dan 300 ug/kg masing- masing
untuk spiramisin dan neospiramisin.Antibiotika tilosin dan tilmikosin
merupakan 2 dari 16 antibiotika golonganmakrolida yang menunjukkan antimikroba
paling aktif/kuat melawan bakteri gram
positive dan mycoplasma spp. Begitu juga
menurut UNANDAR (2000) menyatakan bahwa
tilosin adalah salah satu dari golonganmakrolida yang mempunyai bahan aktif yang
efektif dalam pencegahan dan pengobatan pada
ayam termasuk meningkatkan produktivitas,sehingga paling banyak dipergunakan oleh
peternak.
Untuk mengetahui sejauhmana keberadaanresidu antibiotika golongan makrolida tilosin
dalam daging ayam, maka dicoba penelitian
pengembangan metoda analisis residu tilosin.Pengembangan metoda dilakukan dengan cara
modifikasi metoda menurut GAUGAIN dan
ANGER (1999), sampel daging diekstraksidengan bahan kimia organik asetonitril,
kemudian hasil ekstraksi dimurnikan melaluicatridge C18, dan hasil pemurnian dideteksi
dengan alat KCKT. Selanjutnya metoda hasil
pengembangan diaplikasikan terhadap sampel
lapang.
MATERI DAN METODE
Penelitian dibagi dalam 2 tahap, yaitu:
pengembangan metoda residu tilosin dalam
daging dan analisis residu antibiotika tilosindalam sampel lapang.
Pengembangan metoda residu tilosin dalam
daging
Pengembangan metoda dilakukan denganmodifikasi metoda menurut GAUGAIN dan
ANGER(1999).
Timbang 5 g sampel daging dan tambahkan25 ml asetonitril, homogenkan dengan alat
homogeniser, kemudian dikocok selama 3
menit dengan alat vortex dan tambahkan 10 mlisooktan kemudian kocok perlahan-lahan.
Untuk pemisahan lapisan yang sempurna dari
hasil pengocokan, maka dilakukan sentrifus
dengan kecepatan 3000rpm selama 10 menit.
Kemudian lapisan atas dibuang dan lapisanbawah diambil untuk pemeriksaan. Lakukan
pemurnian (clean up) dari lapisan bawah
tersebut dengan memasukkan lapisan tersebutkedalam catridge C18 (Sep Pak C18) yang
telah dikondisikan dengan 10 ml metanol dan
10 ml aquabides. Setelah itu catridge dielusidengan 1,0 ml larutan 0,1 M ammonium-metanol, kemudian 0,5 ml larutan dipotasium
hidrogen phosphate buffer (34,84 g
dipotassium hidrogen fosfat dalam 1Laquabides). Hasil elusi dievaporasi dengan alat
rotavapor dan hasil pengeringan siap untuk
-
7/29/2019 jurnal kckt
3/5
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
923
diinjeksikan pada alat KCKT dengan
mempergunakan kolom C-18 Bondapak danfase gerak campuran larutan NaH2PO4 0,05M:
CH3CN= 65: 35 pada p.H 2,5, kecepatan alir:
1,5 ml/menit, panjang gelombang 287 nmdengan UV detektor.
Uji validasi
1. Uji kesesuaian sistem2. Kalibrasi dan linearitas3. Uji perolehan kembali (recovery) dengan
penimbangan 5 g sampel daging yang
masing-masing untuk blanko (tanpa
penambahan standar) dan penimbanganuntuk penambahan larutan standar tilosin
masing- masing dengan konsentrasi 2,0 ug
dengan pemeriksaan 3 ulangan, kemudian5,0 ug pemeriksaan 2 ulangan dan 10,0 ug
pemeriksaan 3 ulangan
Analisis residu antibiotika tilosin dalam
sampel lapang
Sebagai bahan pemeriksaan yaitu sampel
lapang yang berupa daging ayam broiler asal
dari beberapa peternakan ayam di daerah JawaBarat, yaitu daerah Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor dan
sampel asal pasar tradisional di Bogor.
Kemudian dilakukan pemeriksaan residutilosin dalam sampel lapang tersebut denganmempergunakan metoda hasil pengembangan
(tahap 1).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji validasi untuk kesesuaian sistem
dilakukan untuk mengetahui apakah alat,metoda dan sistem KCKT yang digunakan
dapat memberikan hasil yang baik. Uji ini
dilakukan penyuntikan ulang larutan standar
tilosin dengan konsentrasi 10 ppm sebanyak 5
kali dan hasilnya simpangan baku relatif:
5,23%. Sementara itu, ketentuan simpanganbaku maksimum 10% untuk sistem KCKT
yang baik, maka sistem KCKT dalam analisis
tilosin ini dapat dipergunakan. Kemudiankalibrasi dan linearitas diperoleh dengan
injeksi konsentrasi mulai 0,5; 1,0; 2,0; 5,0 dan
10,0 ppm, diperoleh koefisien korelasi: r =
0,9975, maka ada hubungan linear antarakonsentrasi dan luas area di bawah peak.
Kemudian untuk uji perolehan kembali dengan
penambahan 2,0 ug standar tilosin dengan 3ulangan, 5,0 ug dengan 2 ulangan dan 10,0 ug
dengan 3 ulangan pemeriksaan dan hasilnya
menunjukkan nilai rata-rata recovery masing-
masing adalah 101,91; 86,66; dan 94,74%
tertera pada Tabel 2. Sementara itu, nilai
recovery menurut ketentuan kriteria uji validasiuntuk analisis residu obat adalah kisaran antara
70110% (CODEX, 1993), makapengembangan metoda analisis residu
antibiotika tilosin dalam daging cukup baik.
Tabel 1. Uji kesesuaian sistem dari KCKT untuk
deteksi tilosin
Ulangan injeksi pada
KCKT
Luas area di bawah
peak
1 99307
2 90586
3 115506
4 116313
5 119714
Rata-rata 114241,8
Simpangan baku 10671
Simpangan baku relatif 5,23%
Uji linearitas
No. injeksi
pada KCKT
Konsentrasi
tilosin (ppm)
Luas area di
bawah peak
1 0,5 4467
2 1,0 4364
3 2,0 20365
4 5,0 57621
5 10,0 120369
Koefesien korelasi: r = 0,9975
Hasil pengembangan metoda analisis residutilosin diaplikasikan terhadap sampel lapang
yang jumlahnya masing-masing sebanyak 9
sampel asal Sukabumi, 7 sampel asal
Kabupaten Tangerang, 8 sampel asal
Kabupaten Bogor dan 10 sampel asal pasartradisionaldiBogor. Hasilanalisisresidutilosindalam sampel lapang tertera pada Tabel 2.
-
7/29/2019 jurnal kckt
4/5
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
924
Tabel 2. Hasil uji recovery pengembangan metoda analisis residu tilosin dalam daging
Penambahan standar tilosin (ug) Hasil recovery (ug) Hasil recovery (%) Rata-rata recovery (%)
2,0 2,02 100,78
2,0 2,02 103,482,0 2,07 101,47 101,91
5,0 5,28 105,63
5,0 3,38 67,70 86,6610,0 7,31 73,05
10,0 11,67 116,71
10,0 9,45 94,47 94,74
Tabel 3. Hasil analisis residu tilosin dalam daging
ayam asal Bogor, Subumi, Tangerang dan
pasar tradisional di Bogor
Kode sampel Kandungan tilosin (ug/g)
Bogor
B1 -B2 -
B3 -
B4 -
B5 -B6 -
B7 -B8 -
Sukabumi
S1 0.0022
S2 0,0845S3 -
S4 -
S5 -
S6 -
S7 0,0085
S8 -S9 0,0011
Tangerang
T1 0,0011T2 0,0042
T3 -
RPU T! 0,0025
RPU T2 0,0008RPU T3 0,0006
RPU T4 -
RPU T5 -
RPU T6 0,0042Pasar tradisional
Ps B1 -
Ps B2 -
Ps B3 -
Ps B4 -Ps B5 -
Ps B6 0,0061
Ps B7 0,0013Ps B8 0,0012
Ps B9 0,0094
Ps B10 0,0026
Berdasarkan hasil pemeriksaan residu
dalam sampel lapang menunjukkan sampel
daging ayam asal daerah Sukabumi sebanyak 4
dari 9 sampel (44,44%) mengandung tilosinyang berkisar antara 0,0011-0,0845 ug/g.
Kemudian sampel asal dari daerah Tangerang
sebanyak 6 dari 9 sampel (66,66%)mengandung tilosin yang berkisar antara
0,00060,0042 ug/g. Sementara itu, sampel
asal daerah Bogor sebanyak 8 sampel tidakmengandung tilosin (tidak terdeteksi) dan 5
dari 10 sampel (50%) asal pasar tradisional di
Bogor mengandung tilosin yang berkisar antara0,00120,0094 ug/g.
Berdasarkan pengamatan hasil pemeriksaan
residu antibiotika tilosin terhadap keseluruhan
sampel lapang menunjukkan bahwa 15 dari 36
sampel (41%) adalah positif tilosin dan yanglainnya negatif.
Berdasarkan ketentuan batas maksimum
residu (BMR) untuk tilosin dalam dagingadalah 0,1ug/g (SNI, 2000), maka kandungan
residu tilosin dalam keseluruhan sampel masih
jauh dibawah nilai batas maksimum residu(BMR), dan semua sampel daging ayam
tersebut aman untuk dikonsumsi.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian analisis residu
antibiotika tilosin terhadap sampel dagingayam, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Nilai hasil uji validasi pengembanganmetoda sesuai dengan ketentuan dalamnilai kriteria uji validasi, maka analisis
residu tilosin dalam daging cukup baik.
2. Hasil pemeriksaan residu antibiotikatilosin terhadap sampel lapang: 15 dari 36
(41%) sampel daging ayam mengandung
positif tilosin dan lainnya negatif.
-
7/29/2019 jurnal kckt
5/5
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
925
3. Semua sampel daging ayam mengandungtilosin berkisar antara 0,0006 - 0,0845ug/g yang masih dibawah nilai BMR,
sehingga aman untuk dikonsumsi.
4. Sebagai saran yaitu sebaiknya tetap harusdiperhatikan waktu pengobatan antibiotika
pada ternak sampai masa panen, sehingga
dapat diketahui apakah sudah melewatiatau masih dalam waktu henti antibiotika
tersebut (terkontrol) untuk menghindarkanadanya residu.
DAFTAR PUSTAKA
CHAN,W.,G.C.GERHARDT dan C.D.C.SALISBURY.1994. Determination of Tylosin and
Tilmicosin Residues in Animal Tissues by
Reversed Phase Liquid Chromatography. J.AOAC 77(2): 331333.
CODEXALIMENTARIUS.1993. Residues of VeterinaryDrugs in Foods. Foods and AgricultureOrganization of the United Nations. Vol. 3, 2nd
ed. Italy.
COMMITTEEFORVETERINARYMEDICINALPRODUCTS.1995. Reccord of the meeting of the working
group on the safety residues. (Unpublisheddata).
DAMME, K. 1999. Natural enhancers could replace
antibiotics in turkey feed. World Poult. 15:
2728.
DELEPINE, B., D.H. PESSEL dan P. SANDERS. 1996.Multiresidue Method for Confirmation of
Macrolide Abtibiotics in BovineMuscle by
Liquid Chromatography/ Mass Spectrometry.
J. AOAC. 79(2): 397404.
GAUGAIN, M.J. dan ANGER, B. 1999. Multiresidue
Chromatographic Method for the
Determination of Macrolide Residues inMuscle by High Performance Liquid
Chromatography with UV Detection. J.
AOAC. 82(5): 10461053.
MELLOR, S. (2000). Antibiotics are not only growthpromotor. World Poult. 16: 1415.
OKA,H,H.NAKAZAWA,K.HANADA dan J.D.MAC.NEIL. 1995. Chemical Analysis of Macrolide
Antibiotics. Chemical Analysis for
Agriculture. pp. 165205.
STANDARNASIONAL INDONESIA. No. 01-6366-2000.
Badan Standar Nasional Jakarta.
UNANDAR, T. 2000. Mengenal Aspek Ilmiah
Tylosin. Infovet. Edisi 066.