STRATEGI KOMUNIKASI RUMAH SINGGAH WARIA ANAK RAJA
DALAM PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP KOMUNITAS
WARIA DI MERUYUNG DEPOK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Khairunisa
NIM 1110051000066
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah penulis skripsi yang
berjudul “Strategi Komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja Dalam
Penerimaan masyarakat terhadap Komunitas Waria di Meruyung, Depok.”,
dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya saya ini hasil plagiat (jiplakan) karya
orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.
Demikian lembar pernyataan ini dibuat, sehingga dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya. Terima kasih.
Jakarta, 8 Januari 2015
Khairunisa
i
ABSTRAK
Khairunisa
Strategi Komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja dalam
Penerimaan Masyarakat terhadap Komunitas Waria di Meruyung, Depok
Kata waria sudah menjadi makanan di telinga kita sehari hari.
Memang dalam peristilahannya, waria adalah seorang laki laki yang berbusana
dan bertingkah laku sebagaimana layaknya seorang wanita. Kehidupan nya selalu
diliputi pehaman negatif dari lingkungan masyarakat. Karena pekerjaan mereka
yang didominasi sebagai PSK. Hal ini menjadi sulitnya ruang gerak dan kehadiran
waria di tengah-tengah lingkungan masyarakat dan jarang sekali mereka
mendapatkan penerimaan dari masyarakat. Permasalahan yang tengah dihadapi
oleh kaum waria adalah bagaimana menempatkan diri dalam kehidupan
bermasyarakat
Dari uraian diatas, maka muncullah pertanyaan penelitian. Pertanyaan
penelitian nya adalah bagaimana strategi komunikasi Rumah Singgah Waria Anak
Raja dalam penerimaan komunitas waria di wilayah Meruyung Depok ?
Strategi yang dilakukan oleh Rumah Singgah Anak Raja dalam
penerimaan masyarakat yaitu dengan menganalisis aspek eksternal rumah singgah
waria yaitu masyarakat setempat. Dimana rumah singgah waria itu bertempat,
dengan tipe lingkungan seperti apa dan memberikan pengarahan kepada aspek
internal yaitu penghuni rumah singgah waria dalam pembenahan tata cara
berperilaku, bersikap dan berpakaian yang rapi dan sopan.
Teori yang digunakan yaitu teori Etnometodologi dan teori Etnografi.
Teori etnometodologi menjelaskan tentang bagaimana memperlajari realitas
sosial, mepelajari bagaimana interaksi yang dilakukan masyarakat dan waria yang
menempati rumah singgah. Dan etnografi menjelaskan bagaimana uraian dan latar
belakang lingkungan masyarakat yang ada di lingkungan tersebut dan
penggambaran bagaimana realitas kehidupan masyarakat setempat.
Metode yang digunakan penulis yaitu metode deskriptif analisis melalui
pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara melalui pengamatan lapangan,
wawancara, observasi dan dokumentasi di Rumah Singgah Waria anak Raja
Strategi yang dilakukan oleh rumah singgah waria sudah
sepenuhnya dilakukan namun tidak berefek jangka panjang, program yang
direncanakan oleh rumah singgah waria hanya untuk kalangan mereka sendiri dan
jarang melibatkan masyarakat. Program untuk masyarakat dilakukan ketika
pendekatan dengan masyarakat ntuk penerimaan tinggal di lingkungan tersebut.
dan dapat dikatakan strategi komunikasi yang dilakukan tidak berhasil karena
berujung penggerebekan yang dilakukan warga dan organisasi masyarakat.
Kata kunci : strategi, waria, rumah, singgah dan masyarakat.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah tuhan semesta alam Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang yang selalu menyayangi umatnya. Sehingga dapat
mencurahkan selalu nikmat sehat dan nikmat panjang umur dan atas izin nya-Nya
akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa sholawat serta
salam untuk Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai tugas akhir untuk bisa memperoleh gelar sarjana yang di impikan. Tidak
mudah jalan yang ditempuh dalam pengerjaan skripsi ini. Sifat malas,
permasalahan yang datang, informan sulit untuk di temui, pengumpulan materi
dan data yang merupakan tantangan yang harus di hadapi oleh penulis. Dengan
anugerah yang Allah berikan, akhirnya penulis mampu melewati semua
tantangan dan dapat meyelesaikan skripsi ini.
Saya mempersembahkan skripsi ini kepada orang tua saya, Bapak saya
yaitu Edi Sumarto yang selalu mendukung secara moril dan materil, dan untuk Ibu
saya yaitu Rachmawati yang tak pernah bosan menyemangati dan mendoakan.
Kalian adalah Anugerah terindah yang Allah kirimkan sebagai pelengkap
kehidupanku. Dan terakhir untuk adik-adikku yang selalu menghadirkan tawa di
sela kepusingan pengerjaan skripsi ini.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini, rasa terima kasih ini penulis ucapkan kepada :
iii
1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Wadek I bidang
akademik, Drs Jumroni M.si selaku Wadek II bidang administrasi umum,
dan Dr. H. Sunandar, M.Ag, selaku Wadek III bidang kemahasiswaan.
2. Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu dakwah dan
Ilmu Komunikasi bapak Rachmat Baihaky, MA dan Sekretaris Jurusan Ibu
Fita Fatkhurokhmah, Msi.
3. Bapak Rachmat Baihaky, MA sebagai pembimbing skripsi yang selalu
setia, sabar dan selalu memaklumi apa yang di alami oleh penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Umi Musyarofah, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan arahan kepada penulis. Terima kasih.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama
menempuih pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga
penulis dapat mengamalkan ilmj yang telah Bapak dan Ibu berikan.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan
penelitian skripsi ini.
7. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku literatur sebagai
referensi dalam penyusunan skripsi ini.
iv
8. Yulianus Rotteblaut selaku Forum Ketua Waria se-Indonesia sebagai
narasumber dan terima kasih banyak telah bersedia menjadi subjek
penelitian dan telah meluangkan waktunya untuk diwawancara oleh
peneliti di tengah kesibukan jadwalnya yang padat.
9. Terima kasih yang mendalam untuk Dani Muhammad Fadli untuk segala
supportnya, yang membantu dan menemani dalam pengerjaan skripsi ini.
10. Terima kasih untuk teman-teman semasa kuliah Ardiyat Ningrum, Tania,
Pambayun Menur Seta, Sinta Taryas, Pandu Priambodo, Alfani, Anita
Prurnama Sari,Noor Aisyah, Izzah Fitriah dan Indah Dwi Fujiani yang
telah memberikan support dan memberikan warna selama 4 tahun kita
belajar bersama.
11. Teman seperjuangan pengerjaan skripsi ini Mohammad Kahfi, Yusra
Nuryazmi, Mochammad Fahmi dan Rendy Adityawarman, Alhamdulillah
akhirnya kita bisa menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat yang selalu memberikan support dan doa Widya Tri Yusma,
Camila Bawazer dan Nur Annisa. Semoga kebaikan kalian mendapatkan
balasan dari Allah.
13. Semua pihak yang terlibat membantu dan memberikan dukungan dalam
penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Tanpa
mengurangi rasa hormat, peneliti mengucapkan terima kasih yang begitu
besar. Semoga apa yang telah dilakukan adalah hal yang terbaik dan hanya
Allah yang dapat membalas segala kebaikan dengan balasan terbaik-Nya.
Amin.
v
Akhir kata, penelitian ini tentunya masih jauh dari sempurna, namun
diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dansegenap
keluarga besar civitas akademika Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 8 Januari 2015
Khairunisa
vi
DAFTAR ISI
Abstrak ................................................................................................................ i
Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 5
D. Metode Penelitian........................................................................ 5
E. Metode Pendekatan Masalah ...................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi ........................................................................................ 13
A.1 Pengertian Strategi ............................................................... 13
A.2 Tahapan Strategi ................................................................... 17
A.3 Komunikasi .......................................................................... 22
A.4 Rumah Singgah .................................................................... 25
A.5 Waria .................................................................................... 28
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Rumah Singgah Waria Anak Raja .................... 32
B. Visi dan Misi Rumah Singgah Waria Anak Raja ....................... 34
C. Tujuan, Fungsi dan Sasaran Rumah Singgah Waria Anak Raja . 34
BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja Terhadap
Penerimaan Masyarakat di Lingkungan Masyarakat Meruyung
Depok.. ........................................................................................ 38
A.1 Perumusan Strategi ............................................................... 39
A.2 Implementasi Strategi ........................................................... 41
A.3 Evaluasi Strategi ................................................................... 44
vii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 50
B. Saran-Saran ................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 53
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata “waria” sudah menjadi makanan di telinga kita sehari hari. Memang
dalam peristilahannya, waria adalah seorang laki laki yang berbusana dan
bertingkah laku sebagaimana layaknya seorang wanita.Istilah ini awalnya muncul
dari masyarakat Jawa Timur yang merupakan akronim dari “wanita tapi pria’ pada
tahun 1983-an. Paduan dari kata wanita dan pria. Sedangkan istilah lain yang
lazim digunakan untuk kaum ini adalah banci yang kemudian mengalami
metamorfosa dengan melahirkan kata bencong. Wadam kependekan dari wanita
adam. Namun, istilah ini sudah kurang begitu popular lagi.Wandu berasal dari
bahasa Jawa yang mungkin artinya wanito dhudhu (wanita bukan).Pernah juga
ada istilah binan, namun penggunaannya juga kian berkurang menjadi kata yang
umum. Kaum ini juga terkenal kreatif dalam menghasilkan kosakata baru, yang
acap membingungkan kita kaum kebanyakan, dikarenakan kaum semacam ini
cenderung menggunakan istilah yang ditujukan bagi komunitasnya belaka. Kata
“Waria” ini lah yang kini menjadi kata baku dalam bahasa Indonesia.
Waria dalam bahasa psikologi disebut transeksual.Dikalangan awam, tidak
sedikit yang mempertautkannya dengan homoseks – seakan akan waria identik
dengan gay. Padahal waria dan gay merupakan dua fenomena yang terpisah
betapapun dalam batasan tertentu keduanya masih bisa digolongkan sebagai
penyimpangan seksual.Dalam pengertian umum, waria adalah seorang laki laki
2
yang berdandan dan berlaku sebagai wanita.Kelainan ini, sebenarnya bisa
digolongkan kedalam penyakit.Istilah waria memang ditujukan untuk penderita
transeksual yaitu seseorang yang memiliki fisik berbeda dengan keadaan
jiwanya).Artinya istilah ini bisa juga dikenakan pada seseorang yang secara fisik
perempuan tapi berdandan dan berlaku sebagai laki laki.1Di Indonesia, fenomena
tentang waria sebenarnya bukanlah masalah atau fenomena baru. Kehidupan
kaum waria yang bertolak belakang dengan kebiasaan hidup manusia secara
normal dalam berperilaku dan menentukan sikap membuat komunitas maupun
individunya tidak memiliki tempat di masyarakat. Itu semua dikarenakan pola
kehidupan mereka dianggap akan mempengaruhi kehidupan masyarakat lain.
Permasalahan yang tengah dihadapi oleh kaum waria adalah bagaimana
menempatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Karena keberadaan mereka
masih dibilang asing dalam kehidupan masyarakat dan sedikit sulit untuk
diterima.Banyak masyarakat luas beranggapan menjadi seorang waria hanya
menjadi aib yang dapat memalukan diri sendiri, keluarga dan orang orang terdekat
yang berada disekitarnya.
Kemunculan seorang waria yang merupakan sebuah fenomena sosial
tersendiri bagi masyarakat kita dimana sampai saat ini waria adalah salah satu
kaum yang terpinggirkan. Banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap
eksistensi waria, bahkan secara terang terangan mereka beranggapan negatif,
seperti waria dianggap sampah masyarakat, penyebar penyakit masyarakat dan
1 Atmojo Kemala, Kami Bukan Laki-Laki (Jakarta Utara : Pustaka Utama Grafiti
1987) hlm 2
3
kesemuanya itu seolah menyiratkan bahwa waria selama ini diperlakukan sebagai
sebuah objek bukan subjek.
Waria dan diskriminasi, bagai dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan.
Keberadaan waria ditengah masyarakat merupakan suatu fenomena yang ikut
meramaikan fakta sosial baru didalam masyarakat.Hal ini menimbulkan adanya
suatu pandangn pandangan-pandangan yang beraneka ragam didalam masyarakat,
mulai dari pemberian cap bahwa mereka sampah masyarakat, penyakit sosial,
beperilaku negatif, sumber penyakit hingga tidak diakui eksistensi sosialnya.
Keberadaan waria ditengah tengah masyarakat sama halnya dengan
keberadaan setiap individual manusia yang lainnya. Ada yang bersikap baik dan
ada pula yang bersikap tidak baik, ada yang memiliki nilai moral dan begitu pula
sebaliknya.Semua itu kembali lagi kepada sikap pribadi perorangan masing
masing.Waria juga sering mengalami diskriminasi dalam memperoleh lapangan
pekerjaan.Karena sebagian masyarakat tidak mau mempercayakan pekerjaan
untuk waria. Hal ini tidak bisa terlepas dari pandangan masyarakat yang
memandang waria sebagai kelompok penentang kodrat manusia, berdosa dan
menjijikkan. Penolakan masyarakat ini jelas menimbulkan masalah bagi
komunitas waria termasuk dalam memperoleh pekerjaan.Bagi waria yang
berpendidikan dan mempunyai keterampilan banyak yang berusaha memperoleh
penghasilan sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keterampilannya.
Sedangkan waria yang berpendidikan rendah atau waria yang tidak mempunya
skill atau keterampilan khusus tentunya akan sanagat sulit untuk mendapatkan
pekerjaan. Hal yang termudah yang bisa dilakukan adalah bekerja sebagai
4
pengamen dijalanan dan menjadi PSK.Atau biasanya siangnya mereka mengamen
dan malam nya mereka menjajakan dirinya sebagai PSK. Dan karena pekerjaan
waria seperti ini lah membuat pemahaman masyarakat bahwa waria di identikkan
dengan segala sesuatu yang hal yang berbau negatif, membuat waria tidak
mempunyai ruang hidup di tengah-tengah masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti sejauh
mana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Rumah Singgah waria untuk dapat
menempatkan diri di tengah tengah masyarakat. Maka di ambil lah judul
“Strategi Komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja dalam Penerimaan
Masyarakat terhadap Komunitas Waria di Meruyung, Depok”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya pada strategi komunikasi waria di Rumah
Singgah Waria anak Raja dalam penerimaan komunitas waria dilingkungan
masyarakat. Adapun rumusan masalahnya yaitu :
1. Bagaimana strategi komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja
dalam penerimaan komunitas waria di wilayah MeruyungDepok ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian :
Mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana strategi komunikasi yang
dilakukan Rumah Singgah Waria dalam penerimaan masyarakat terhadap
kelompok waria di Rumah Singgah Waria Anak Raja Depok.
5
Manfaat Penelitian :
a. Manfaat Akademis
1. Untuk menambah referensi atau bahan perbandingan bagi pengembangan
keilmuan yang sesuai dengan bidangnya.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
positifbagipengembangan wacana keilmuan tentang gejala sosial yang terjadi
disekitar kita. Seperti peristiwa yang luput dari perhatian, dan kita tertipuoleh
media seperti penggambaran yang dijelaskan didalam penelitian ini.
b. Manfaat Praktis
1.Sebagai bahan panduan dan pertimbangan bagidan semua elemen Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam.
2.Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi akademisi,
praktisi, mahasiswa KPI dan kepada pembaca umumnya sertadapat bermanfaat
bagi seluruh lapisan masyarakat.
D. Metode Penelitian
Menurut Arikunto pendekatan kualitatif menitik beratkan pada data-data
penelitian yang akan dihasilkan berupa kata kata melalui pengamatan dan
wawancara.2Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena
penelitian ini menggambarkan sebuah fenomena lapangan terhadap waria melalui
pengamatan langsung dan melakukan wawancara pada subyek yang telah
2Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : Rhineka Cipta.
1998) hlm 10
6
ditentukan yaitu waria.Kemudian di analisis untuk mendapatkan hasil untuk
mendapatkan tujuan dari penelitian ini.
Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-
dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Disini yang lebih
ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya
(kuantitas) data.3Penelitian kualitatif merupakan penelitiann yang didasarkan
dengan analisis. Peran informan serta informasi yang didapat menjadi hal yang
sangat berharga. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-
fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Menggunakan lingkungan sebagai
sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasisosial merupakan
kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi kelokasi tersebut, memahami,
mengamati dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu berinteraksi
langsung ditempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, mengggali
sumber yang erat hubungannya dengan peristiwa yag terjadi saat itu dan hasil-
hasil yang diperoleh pada saat itu. Apa yang diamati pada dasarnya tidak lepas
dari konteks lingkungan dimana tingkah laku berlangsung. Tekanan penelitian
kualitatif ada pada proses bukan pada hasil.
Meleong mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena yang terjadi
dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengutamakan proses interaksi
komunikasi yang mendalam antara peneliti dan dengan fenomena yang diteliti.
3Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis; Riset Komunikasi (Jakarta : Kencana 2010) hlm 56
7
E. Metode Pendekatan Masalah
a. Etnometodologi
Etnometodologi berasal dari tiga kata Yunani. Yaitu, Etnos yang berarti
orang, Metodos yang berarti metode dan Logos yang berarti ilmu. Jadi secara
harfiah etnometologi adalah sebuah studi atau ilmu tentang metode yang
digunakan oleh orang awam atau masyarakat biasa untuk menciptakan perasaan
keteraturan atau keseimbangan didalam situasi dimana mereka berinteraksi.
Etnometodologi merupakan kumpulan pengetahuan berdasarkan akal sehat dan
rangkaian prosedur dan pertimbangan atau menggunakan metode yang dengannya
masyarakat bisa dapat memahami, mencari tahu dan bertindak berdasarkan situasi
dimana mereka menemukan dirinya sendiri.
Etnometodologi mempelajari realitas sosial atas interaksi yang
berlangsung sehari-hari. Etnometodologi merupakan studi eksperimental khas
penelitian kualitatif karena ia dapat meneliti bila terjadi penyimpangan pada
aturan-aturan yang ada di masyarakat. Subyek dari etnometodologi bukan warga
suku pedalaman, melainkan orang-orang dari situasi dalam kehidupan masyarakat
kita. Dalam etnometodologi situasi atau realitas sosial dibebaskan untuk
berbicara tentang dirinya sendiri dan tugas peneliti cukup menyimak dan
melukiskan apa yang terjadi.
b. Etnografi
Etnografi adalah riset yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana
individu-individu menggunakan budaya nya untuk memaknai realitas. Realitas ini
juga bertujuan untuk mendeskripsikan kebudayaan tertentu secara mendalam ari
8
berbagai aspek artefak-artefak budaya, pengalaman-pengalaman hidup,
kepercayaan dan sistem nilai suatu masyarakat.4
Etnografi adalah uraian atau gambaran tentang bangsa, kehidupan
masyarakat, kebudayaan yang meliputi adat istadat yang digunakan untuk
melakukan penggambaran akan kehidupan disuatu wilayah. Etnografi dan
kebudayaan suatu masyarakat hal yang tidak dapat dipisahkan, karena etnografi
adalah ilmu yang menggambarkan kebudayaan itu sendiri dan memahami suatu
budaya. Secara lebih khusus etnografi berusaha memahami tingkah laku manusia
ketika mereka berinteraksi dengan sesamanya di suatu komunitas. Dan mengamati
suatu komunitas berinteraksi atau berhubungan dengan komunitas lain secara
alamiah.
Komunitas atau kelompok itu bisa didasarkan atas latar belakang etnis,
agama, umur atau profesi dan kelas sosial. Etnografi ini bertujuan untuk
menguraikan suatu budaya secara menyeluruh. Penelitian ini bisa berlangsung
dalam kurun waktu singkat bila hanya meliputi satu peristiwa. Etnografi menjadi
sebuah cara yang dianggap paling tepat untuk menggambarkan realitas
masyarakat yng diteliti. Dalam tradisi kajian antropologi klasik, etnografi menjadi
jembatan antara pemikiran teoritis dan realitas kehidupan sehari-hari.
c. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Rumah Singgah Waria Anak Raja, yang
beralamatkan di Gang Golf RT03/RW013 No.145 Kelurahan Rangkapan Jaya
4Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis; Riset Komunikasi (Jakarta : Kencana 2010)
hlm 67
9
Baru, Kecamatan Pancoran Mas Parung Bingung Meruyung. Depok, Jawa Barat.
Tlp (021) 77885881.Objek penelitian ini hanya difokuskan pada strategi
komunikasi waria dirumah singgah tersebut.
d. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data di lapangan dilakukan beberapa teknik, diantaranya :
Yang Pertama, yaitu Observasi. Obeservasi adalah pengamatan secara langsung.
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan gambaran keseluruhan mengenai tujuan
penelitian yang ini diteliti, mengamati langsung guna memperoleh data yang lebih
akurat tentang hal hal yang menjadi objek penelitian. Teknik pengumpulan data
melalui observasi terhadap objekpengamatan dengan langsung hidup bersama,
merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. 5
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak
hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik ini digunakan bila penelitian ini
ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia. Proses kerjanya dilakukan pada
responden yang tidak terlalu besar. Metode observasi pengumpulan data yang
dilakukan dengan sengaja dan sistematis mengenai fenomena sosial dan gejala-
gejala untuk kemudian dilakukan pencatatan. Dalam metode ini peneliti langsung
terjun ke lapangan menjadi partisipan untuk menemukan dan mendapatkan data
yang berkaitan dengan fokus penelitian. Dari hasil observasi kita kan memperoleh
gambaran yang jelas tentang masalah dan petunjuk-petunjuk cara pemecahan
masalah. Dengan ini peneliti menyimpulkan bahwa observasi digunakan untuk
dapat memperoleh data konkrit secara langsung dilapangan tempat penelitian.
5Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,Kebijakan Publik,dan
Ilmu Ssial lainnya. (Jakarta: Kencana, 2011) hlm 119
10
Yang Kedua yaitu Wawancara. Wawancara adalah yaitu suatu teknik untuk
mencari data dengan menanyakan pertanyaan kepada narasumber yang dianggap
tepat untuk memberikan informasi seputar permasalahan yang akan diteliti. Proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan dan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. 6
Dalam wawancara ini responden yang bersangkutan terdiri atas mereka
yang terpilih saja yang mempunyai pengetahuan lebih tentang informasi yang
diperlukan dan mendalami situasi yang ada.Metode wawancara merupakan salah
satu metode pengumpulan data yang umum digunakan untuk mendapatkan data
berupa keterangan lisan dari suatu narasumber atau responden tertentu. Data yang
dihasilkan dari wawancara dapat dikategorikan sebagai sumber primer karena
didapatkan langsung dari sumber pertama.
Dan yang terakhir yaitu Dokumentasi, Dokumentasi adalah instrument
pengumpulan data, yang serimg digunakan dalam berbagai metode pengumpulan
data.7Dokumentasi merupakan kegiatan kegiatan peneliti untuk menghimpun
data-data yang bersifat teoritis berupa buku-buku data dari dokumen yang berupa
catatan formal, jurnal dan sebagai penunjang dalam penelitian.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam beberapa skripsi yang ditemukan penulis masalah yang diteliti oleh
mahasiswa sebelumnya berbeda dengan isi atau konten permasalahan yang
6Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,Kebijakan Publik,dan
Ilmu Ssial lainnya. (Jakarta: Kencana, 2011) hlm 111 7 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis; Riset Komunikasi (Jakarta : Kencana 2010)
hlm 120
11
penulis teliti.Oleh karena itu untuk menghindari dari hal-hal yangtidak dinginkan
seperti mengakui karya orang lain. Ada beberapa penelitian yang dilakukan
mengenai strategi komunikasi terutama pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi diantaranya :
a. “Strategi Komunikasi Badan Pemerdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana di Kalianda Lampung Selatan.” Oleh Ayu
Saidah tahun 2011
b. “Strategi Komunikasi Rumah Busana Ranti dalam
Mensosialisasikan Busana Islami.” Oleh Dian Putra tahun 2011
c. “Strategi Komunikasi Kelompok dalam Pembinaan Akhlak
Panti Asuhan Yatim Piatu Yakin Jati Padang Jakarta Selatan.”
Oleh Nasrullah tahun 2009.
d. “Strategi Komunikasi dalam membangun citra positif
perusahaan (studi kasus PT Aneka Tambang)” Oleh Efriyanti
Siti Sofiah tahun 2010.
e. “Strategi Komunikasi Dompet Dhuafa Republika Dalam
Sosialisasi Zakat” Oleh Amin M. Dzikril tahun 2010.
G. Sistematika Penulisan
Untuk menggambarkan secara singkat mengenai pembahasan penelitian
ini. Maka dibagi yang terdiri dari lima bab, yaitu :
12
Bab I : Membahas tentang latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II : Membahas pengertian strategi komunikasi, kerangka teori,
teori seputar komunikasi, karakteristik, pengertian dan
fungsi rumah singgah, elemen dan bentuk rumah singgah.
Bab III : Memuat gambaran umum rumah singgah, seperti sejarah
berdiri, visi misi, motto dan profil struktur pengurus rumah
singgah waria.
Bab IV : Memuat analisis teori, strategi komunikasi rumah singgah
waria dan pemberdayaan waria didalamnya di Rumah
Singgah Waria Anak Raja.
Bab V : Memuat penutup, kesimpulan dan saran saran.
13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi secara etimologi berasal dari kata majemuk bahasa Yunani, yakni
Strato yang berarti pasukan dan kata agein yang berarti memimpin.Jadi strategi
berarti perihal memimpin pasukan.8Strategi menjelaskan tentang bagaimana
upaya untuk memimpin, memimpin pasukan. Seperti sebuah perang, seorang
pemimpin pasukan diharuskan memiliki strategi agar pasukan tahu harus
melakukan apa dan harus bagaimana. Agar bisa memenangkan sebuah
perperangan.
Menurut Siagian, strategi merupakan rencana berskala besar yang
berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa,
sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan
lingkungannya dalam kondisi persaingan yang semuanya diarahkan pada
optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang
bersangkutan.9
Siagian memandang sebuah strategi sebagai sebagai rencana yang bersifat
longterm atau jangka panjang dan mempunyai cakupan yang luas. Strategi dalam
jangka panjang membutuhkan sebuah strategi yang tepat agar tujuan organisasi
tercapai secara maksimal.Sebagai contoh sebuah organisasi kemasyarakatan yang
bertujuan untuk pemberdayaan, penetapan waktu yang lama dan penyusunan
8 Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan (Jakarta: Center for Strategic and
Internasional Studies-CSIS, 1978), hal. 7 9 P. Sondang Siagian, Manajemen Strategik (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
h.17.
14
strategi yang matang di maksudkan agar organisasi tersebut dapat beradaptasi
dengan lingkungan masyarakat atau dengan objek yang ingin diberdayakan.
Sedangkan strategi menurut Max dan Maljur, yang dikutip oleh Salusu10
Strategi merupakan suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan
integral.Dan dapat menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam arti
sasaran jangka panjang, program bertindak dan prioritas alokasi sumber daya.
Agar mencapai hasil yang optimal maka harus melakukan seleksi terhadap
bidang yang akan digeluti organisasi. Dan berusaha mendapatkan keuntungan
yang mampu bertahan lama, dengan memberikan respon yang tepat terhadap
peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal organisasi dan melihat sisi
kekuatan serta kelemahannya. Harus membangun sebuah tim kerja yang solid dan
bertanggung jawab, sehingga harus adanya keterlibatan dari setiap tingkat hirarki
dalam organisasi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi adalah
ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan
kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.11
Strategi merupakan ilmu yang
mengajarkan penggunakaan sumber daya yang dimiliki oleh sebuah bangsa agar
tercipta kondisi negara yang diinginkan. Hal itu harus diimbangi dengan
perencanaan yang tepat dan cermat untuk mencapai sasaran khusus. Contoh yang
10
Salusu, pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Nonprofit (Jakarta: PT. Gramedia, 1996), h. 100. 11
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,2005), h. 1092
15
dapat dijelaskan disini adalah jika sebuah negara terjadi perang maka dibutuhkan
sumber daya lain untuk mendukung agar mencapai sasaran tujuan. Pemimpin
negara ini dituntut untuk merancang strategi untuk membangun sebuah
kepercayaan bangsa lain untuk mendukung negaranya dalam sebuah peperangan.
Sandra Oliver dalam bukunya Strategy Public Relation mendefinisikan
strategi sebagai sebuah cara untuk mencapai sebuah hasil akhir. Hasil akhir
menyangkut tujuan dan sasaran organisasi, ada strategi yang luas untuk
keseluruhan organisasi dan strategi kompetitif untuk masing masing aktivitas. Dia
juga menggambarkan, strategi adalah jalan yang dipilih oleh organisasi untuk
diikuti dalam mencapai misinya.12
Untuk pencapaian sebuah tujuan organisasi harus mempunyai sebuah
jalan, jalan yang mengarahkan pada tujuan. Jalan disini disebut dengan sebuah
strategi. Bagaimana sebuah organisasi Para elemen pendukung dalam sebuah
organisasi harus bisa menjalankan strategi yang telah dibuat oleh pimpinan
organisasi tersebut dalam pencapaian misi yang telah ditetapkan mengikuti jalan
menuju keberhasilan tujuan.
Adapun definisi strategi menurut pakar ilmu komunikasi, Onong Uchyana
Effendi, strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan managemen untuk
mencapai suatu tujuan tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan saja
yang hanya menunjukkan peta arah saja melainkan harus mampu menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya.13
Berbeda dengan pengertian strategi menurut Sandra Olive yang
menjelaskan bahwa para elemen pendukung organisasi harus mengikuti dan
menunjukkan jalan menuju tujuan, Onong Uchyana Effendi berpendapat strategi
12
Sandra Oliver, Strategy Public Relation, (Jakarta:Erlangga, 2007), h.2. 13
Onong Uchyana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1992), h.32.
16
tidak hanya menunjukkan sebuah jalan, tapi strategi juga mengajarkan bagaimana
melewati jalan tersebut, bagaimana cara melewati jalan tersebut.
Kemudian menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penempatan misi
perusahaan, penetapan sasaran organisasi dalam meningkatkan kekuatan eksternal
dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran
dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama
organisasi akan tercapai.14
Stainer dan Minner menganggap sebuah organisasi tidak hanya
meningkatkan faktor internal, melainkan harus bisa juga meningkatkan faktor
eksternal yang juga merupakan faktor pendukung diluar dari faktor internal yaitu
struktur organisasi dalam organisasi tersebut. Agar implementasi sebuah tujuan
organisasi itu tepat sararan dan pencapaian tujuan optimal.
Berdasarkan beberapa pengertian strategi menurut para ahli diatas, maka
penulis menarik kesimpulan bahwa strategi yang dipahami oleh penulis yaitu
suatu rumusan rencana terhadap suatu hal untuk mencapai tujuan yang diharapkan
dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan segala sumber daya yang ada.
Strategi umumnya dilakukan oleh suatu organisasi dalam menjalankan
kegiatannya, menentukan dengan cara yang sistematis, efektif dan efisien melalui
langkah langkah analisis untuk mencapai tujuan nya. Bagaimana
mengimplementasikan langkah-langkah yang akan dituju sehingga memudahkan
dalam proses pelaksanaannya. Strategi menjadi acuan untuk mencapai hasil yang
diharapkan oleh sebuah perusahaan atau organisasi.
14
George Steinner dan John Minner, Manajemen Strategi. Penerjemah Agus
Dharma (Jakarta: Erlangga, 1999), h. 20.
17
2. Tahapan Strategi
Penerapan strategi suatu organisasi merupakan suatu proses yang dinamis,
agar terjadinya keberlangsungan dalam organisasi. Tahapan tersebut secara garis
besar yaitu15
, Pertama, Analisis Lingkungan. Analisis lingkungan merupakan
proses awal menetapkan strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai
hal yang mempengaruhi kinerja lingkungan dan organisasi. Penetapan strategi ini
bertujuan agar kita mengetahui bagaimana kondisi dan situasi medan nya. Jika
terlihat ada masalah bisa dengan segera menanggulangi permasalahan yang timbul
agar tidak menghambat keberhasilan tujuan yang telah di tetapkan.
Secara garis besar analisis suatu organisasi mencakup dua komponen
pokok yaitu analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal.
Adapun proses ini dikenal dengan analisis SWOT (Strenght, Weakness,
Opportunity, Threats).
Tujuan utama dilakukannya analisis lingkungan internal dan eksternal
suatu organisasi adalah untuk mengidentifikasi peluang yang harus segera
mendapatkan perhatian serius dan pada saat yang sama organisasi menentukan
beberapa kendala ancaman (Threats) yang perlu diantisipasi. Hasil analisis SWOT
akan menggambarkan kualitas dan kuantifikasi posisi organisasi yang kemudian
memberikan rekomendasi berupa pilihan strategi generik serta kebutuhan tau
modifikasi sumber daya organisasi.16
Analisis lingkungan dengan menggunakan analisis SWOT berfungsi
untuk mengetahui lebih awal hambatan hambatan apa yang akan dihadapi. Tidak
hanya hambatan analisis ini juga bisa mengidentifikasi awal peluang yang bisa
dijadikan perhatian utama dan fokus dalam penetapan tujuan organisasi. Analisis
SWOT juga sebagai cara preventif agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan.
Analisis ini juga berupaya bagaimana mengatasi kelemahan yang akan mencegah
15
Amrullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Stratejik, (Yogyakarta: Graha
Mada,2002), h.127 16
Yusanto dan Widjajakusuma, Pengantar Manajemen Syariat, h.83
18
keuntungan sebagai hasil dari peluang yang ada dan bagaimana faktor kekuatan
akan mampu menghadapi ancaman yang ada. Menganalisis lingkungan dalam
organisasi dan faktor lingkungan luar organisasi.
Kedua, menurut Yusanto dan Widjajakusuma sebuah organisasi harus
memiliki penetapan misi dan tujuan organisasi. Seperti kutipan dari buku beliau
yaitu :
Penetapan Misi dan Tujuan Setiap organisasi macamnya pasti memiliki
misi dan tujuan dari organisasi itu. Misi dan tujuan ini menentukan arah mana
yang akan dituju oleh organisasi. Misi menurut pengertiannya, adalah suatu
maksud dan kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati diri yang khas
dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain yang bergerak dalam bidang
usaha yang sejenis.17
Misi dan tujuan dari sebuah perusahaan atau organisasi tidak muncul
begitu saja. Keduanya didasarkan pada pengetahuan tentang apa yang diinginkan
oleh pasar. Sebelum organisasi menentukan tujuan nya, terlebih dahulu
menetapkam misi atau maksud dari organisasi tersebut. Misi merupakan hal hal
yang mendasar atas tujuan atau maksud dari organisasi tersebut yang memiliki ciri
khas mendasar yang dapat membedakan organisasi tersebut dengan organisasi
yang lain dan dapat mengidentifikasi ruang lingkupnya.
Tujuan adalah landasan utama untuk menggariskan kebijakan yang
ditempuh dan arah tindakan untuk mencapai tujuan perusahaan.18
Tujuan
organisaisi merupakan kebutuhan yang ingin dipenuhi dalam jangka waktu
tertentu, sesuatu yang ingin dicapai. Setiap organisasi memiliki tujuan yang
bersifat khas dan unik seusai dengan jenis macam pemikiran, usaha, kebutuhan
17
Siagian, Manajemen Stratejik, h. 11. 18
Amrullah dan Cantika, Manajemen Stratejik, h.11.
19
yang diinginkan. Oleh karena itu setiap organisasi mempunyai rumusan-rumusan
berbeda yang menjadi dasar acuan untuk mencapai hal yang diinginkan. Setiap
pergerakkan untuk pencapaian, harus didasari oleh tujuan telah ditetapkan. Tujuan
menjadi dasar setiap pergerakkan organisasi, agar pergerakkan tetap pada koridor
dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Selanjutnya yang Terakhir, yaitu Perumusan Strategi. Dalam hal ini
adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada hakikatnya
menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Strategi yang diterapkan
tidak dapat lahir begitu saja. Diperlukan suatu proses dalam memilih berbagai
strategi yang ada.
Menurut David Aeker, sebagaimana dikutip oleh Kusnadi terdapat
beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih
suatu strategi.19
YangPertama, strategi harus tanggap lingkungan
eksternal.Strategi harus bisa membaca keadaan lingkungan sekitar, tanggap
dengan kemungkinan negatif yang akan terjadi. Harus bisa mengatasi sebelum
terjadi, strategi harus mencantumkan cara preventif agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak di inginkan.
Yang Kedua, Strategi Melibatkan Keunggulan Kompetitif. Keunggulan
kompetitif merujuk pada kemampuan organisasi untuk menempatkan pada suatu
posisi yang menguntungkan. Keunggulan yang dimiliki oleh organisasi atau
perusahaan dimana keunggulan tersebut dijadikan suatu kompetisi dengan
organisasi lain untuk mendapatkan sesuatu. Contoh perusahaan memasarkan
19
Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi (Malang: Universitas Brawijaya), h.215.
20
produk dengan memanfaatkan pelayanan yang berfokus pada pelanggan, sesuai
dengan kelebihan perusahaan dengan perusahaan pesaing.
Ketiga, Strategi harus sejalan dengan strategi lain nya yang terdapat
didalam organisasi. Harus ada kesinambungan antara strategi yang satu dengan
yang lain. Agar tidak terjadi miss dalam pelaksanaan strategi dilapangan.
Keempat, strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan
organisasi.Keluwesan strategi membuat strategi bisa masuk kedalam berbagai
bidang. dan yang Kelima, strategi secara organisasional dipandang layak
(wajar).Strategi dapat digunakan jika strategi itu dalam pelaksanaan nya dapat
memudahkan untuk mencapai tujuan organisasi.
Untuk pelaksanaan strategi maka dibutuhkan tahapan-tahapan didalamnya.
Dan scera garis besar strategi melalui tiga tahapan, yaitu : 20
Yang Pertama, Perumusan Strategi.langkah pertama yang dilakukan
adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya
adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan anacaman eksternal,
menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektivitas,
menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam
perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas,
menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan.
Yang Kedua, Implementasi Strategi. Setelah kita memilih dan
merumuskan strategi yangtelah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah
melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi
20
Frred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002),
hlm 30
21
yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dari semua
pihak internal organisasi.tanpa adanya komitmen dan kerja sama dalam
pelaksanaan strategi, maka proses analisis strategi hanya akan menjadi impian
yang sangat jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpupada alokasi dan
pengorganisasian sumber daya yang di tampakkan melalui struktur organisasi dan
mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan
organisasi.
Yang Ketiga, Evaluasi Strategi. Tahap terakhir dari strategi adalah
evaluasi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai
dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak
ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan
evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang telah dicapai.
Meninjau faktor-faktor eksternal maupun internal yang menjadi dasar strategi.
Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian
tujuan, begitu pula dengan bfaktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif
atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang
akan dicapai. Mengukur hasil, apakah hasil sesuai dengan yang diharapkan
dengan kenyataan. Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan
pelaksanaan dari rencana. Setelah itu harus segera mengambil langkah korektif
untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana, apakah harus membuat
strategi baru atau melanjutkan strategi yang baru.
22
3. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
bahasa Latin comminicatio yang berarti “sama”. “Sama” disini di maksudkan
yaitu sama makna.21
Sama disini dimaksudkan adalah isi pesan yang disampaikan
oleh komunikator sama dengan apa yang diterima oleh komunikan, sama makna
sama arti. Dalam buku Ilmu Komunikasi karangan Raudhonah ada beberapa
definisi komunikasi menurut istilah yang dikemukakan oleh para ahli yang
menekuni ilmu komunikasi, diantaranya22
yang Pertama, Carl I. Hovland
mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana seorang (komunikator)
menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang lambang dalam
bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan).
Komunikasi merupakan bentuk rangsangan dari komunikator kepada komunikan
agar komunikan menerima dan merespon apa yang di stimulus oleh sang
komunikator dengan tujuan merubah sikap sang komunikan.
Yang Kedua, William Albiq dalam bukunya Public Opinion bahwa
komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti diantara
individu-individu.23
Pengertian komunikasi menurut William Albiq disini adalah
komunikasi diartikan sebagai pengiriman lambang lambang oleh komunikator
yang dimengerti oleh komunikan.
21
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1990), h.9 22
Roudhonah, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2007), cet. Ke-1, hlm. 19
23
Yang Ketiga, yaitu Laswell, 1960, mengatakan bahwa komunikasi pada
dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan
apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, “dengan akibat apa atau hasil
apa” (who Says what In which channel To whom With what effect).Model teori
Laswell ini menjelaskan tentang proses komunikasi dan fungsinya. Who dapat
diartikan sumber atau komunikator, pihak yang memulai komunikasi atau pihak
yang membawa pesan. Says menjelaskan apa yang akan disampaikan atau
dikomunikasikan kepada komunikan dari komunikator. In which channel alat
yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan
secara langsung maupun tidak langsung (melalui media cetak/elektronik). To
whom seseorang yang menerima pesan dari sumber. With what effect dampak apa
yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator seperti
perubahan sikap atau bertambahnya pengetahuan.
Selanjutnya, Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses dimana suatu
ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
merubah tingkah laku mereka.Komunikator menyampaikan pesan kepada lebih
dari satu orang, dengan tujuan untuk merubah sikap sang komunikan. Contoh
seorang motivator yang memberikan workshop disebuah seminar.
Komunikasi merupakan proses sosial, komunikasi selalu melibatkan
manusia untuk selalu berinteraksi. Artinya komunikasi akan selalu melibatkan
satu orang dengan orang lainnya atau suatu lembaga dengan lembaga lainnya.
Dalam proses komunikasi akan ada komunikator (pengirim pesan) dan komunikan
(penerima pesan). Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses
24
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang
lain (komunikan). Pikiran berupa gagasan, informasi, opini, dan lain lain yang
muncul dari benaknya. Perasaan berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul
dari lubuk hati.
Menurut Fisher, yang dikutip oleh Anwar Aripin, tidak ada persoalan
sosial dari waktu ke waktu yang tidak melibatkan komunikasi. Permasalahan yang
hadir ditengah masyarakat baik dalam bidang militer, politik, sosial dan ekonomi
membutuhkan komunikasi untuk mengatasinya.24
Komunikasi merupakan hal terpenting di kehidupan kita sehari-hari,
semua kegiatan tidak terlepas dari komunikasi. Pemecahan permasalahan pun di
selesaikan dengan komunikasi. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa menhindar
dari tindakan komunikasi, tindakan komunikasi ini terus menerus terjadi selama
proses kehidupan berlangsung. Prosesnya berlangsung dalam berbagai konteks
baik sosial, psikologis, dan fisik. Karena proses komunikasi tidak terjadi pada
sebuah ruang yang kosong. Pelaku proses komunikasi adalah manusia yang selalu
bergerak. Komunikasi dirasa penting karena telah menjadi fungsi yang bisa
dirasakan oleh pelaku komunikasi tersebut. Melalui komunikasi seseorang bisa
membuat dirinya merasa terisolasi atau terasing dari lingkungan sekitarnya.
Komunikasi merupakan suatu proses sosial, komunikasi selalu melibatkan
manusia untuk selalu berinteraksi. Artinya komunikasi akan selalu melibatkan
satu orang dengan orang yang lain. Dewasa ini komunikasi dianggap sebagai obat
untuk segala permasalahan sosial. Dalam strategi komunikasi peran komunikan
24
Anwar Aripin, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Jakarta:
Rajawali Press, 1998), h.20.
25
sangat lah penting. Strategi komunikasi haruslah bersifat dinamis, sehingga
komunikator sebagai pelaksana dapat segara mengadakan perubahan apabila ada
suatu faktor yang mempengaruhi. Sebelum kita melancarkan komunikasi kita
harus mengenali dengan siapa kita akan berkomunikasi, kita harus mempelajari.
Karena hal ini akan sangat bergantung pada sebatas agar komunikan mengetahui
atau agar komunikan melakukan tindakan agar pesan yang ingin disampaikan
tersampaikan.
Strategi komunikasi sangat dipelukan dalam proses komunikasi, karena
berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh
strategi komunikan. Tanpa strategi komunikasi, media massa yang semakin
modern yang kini banyak dipergunakan di negara-negara yang sedang
berkembang karena mudahnya diperoleh dan relatif mudah di operasionalkan
bukan tidak mungkin akan tidak efektif penggunaannya.
4. Rumah Singgah
a. Pengertian Rumah Singgah
Dalam pengertian rumah singgah secara terminologi rumah berarti
bangunan untuk tempat tinggal25
. Sedangkan singgah adalah mampir atau berhenti
sebentar disuatu tempat ketika dalam perjalanan26
. Dari pengertian diatas rumah
singgah diartikan sebagai bangunan atau tempat tinggal yang di tempati dalam
waktu yang tidak lama. Sedangkan secara etimologi, rumah singgah adalah suatu
wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak
pihak yang membantu mereka27
.
25
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 757 26
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jalarta, 1990. Hlm. 843 27
Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN), (Model Pelatihan
Pimpinan Rumah Singgah), Jakarta 2000. Hlm.96
26
Rumah singgah merupakan suatu shelter yang berfungsi sebagai tempat
tinggal, pusat kegiatan dan pusat informasi bagi orang orang yang memiliki
kerendahan ekonomi atau merupakan kaum yang berbeda dari yang lain seperti
waria yang menjadi objek penelitian ini. Dari pengertian diatas rumah singgah
merupakan tempat informal yang memberikan suasana resosialisasi kepada
individu yang membutuhkan pada penelitian ini yaitu waria terhadap sistem nilai
dari norma yang berlaku di masyarakat setempat. Rumah singgah merupakan
tahap awal bagi seorang waria untuk memperoleh pelayanan selanjutnya, oleh
karenanya penting menciptakan rumah singgah sebagai tempat yang aman,
nyaman, menarik dan menyenangkan bagi kaum waria.
b. Fungsi Rumah Singgah
Peran Sosial
Kehidupan waria yang hidup berkelompok, mereka mengalami hambatan-
hambatan sosial dalam pergaulan dan perilaku mereka. Waria banyak menghadapi
berbagai tekanan-tekanan sosial, posisi kurang mendapat tempat di lingkungan
masyarakat. Penerimaan sosial dalam lingkungan dimana waria menjadi sebuah
ancaman. Streotipe waria yang timbul di kalangan masyarakat menciptakan
keterasingan secara sosial baik oleh keluarga maupun lingkungannya. Kondisi ini
lah yang kemudian membuat mereka harus lari dari rumah dan lingkungannya,
sehingga mereka memilih untuk hidup berkelompok.
Waria yang selalu dipandang negatif oleh masyarakat dalam
berkehidupan keseharian mereka, dapat mempengaruhi kehidupan sosial waria.
27
Sebagai contoh, mereka menjadi malas untuk bersosialisasi, tertutup dan menjadi
takut bersosialisasi dengan orang diluar kelompok mereka. Hambatan sosial yang
dialami kaum waria meliputi hampir diseluruh aspek kehidupan sosial seperti
dalam hal kesempatan pendidikan, kesempatan bekerja, kesempatan dalam
kegiatan keagamaan, kesempatan dalam kehidupan keluarga dan hambatan
kesempatan perlindungan hukum. Permasalahan waria berkaitan dengan kondisi
dirinya tersebut mengakibatkan renggangnya hubungan waria dengan lingkungan
sosialnya baik dalam lingkungan kerja, lingkungan beragama, maupun lingkungan
sosial.Uraian diatas disimpulkan bahwa dalam memenuhi kebutuhan
kebutuhannya waria tak lepas dari interaksi sosial dengan lingkungan sosialnya.
Melihat fenomena seperti ini rumah singgah waria mempunyai tugas
untuk memberikan tempat dan membantu waria agar bisa membaur dengan
masyarakat di lingkungan sekitar mereka. Dan fungsi rumah singgah dalam
peranan sosial waria yaitu bagaimana membangun rasa peduli waria terhadap
lingkungan sekitar mereka.
Peran Budaya
Membahas mengenai budaya dan sosial, kedua hal ini merupakan suatu
yang terikat dan berkesinambungan. Dalam konteks budaya, perilaku yang
dihadirkan oleh waria tidak hanya dipandang sebagai sebuah tatanan yang
menyimpang, namun perilaku mereka belum mendapat tempat didalam peran
peran sosial yang menyatu dengan masyarakat. Hidup sebagai waria mengandung
sebuah pengertian bahwa seorang waria harus mampu bertahan dari berbagai
28
macam tekanan yang menghimpit dirinya, karena kultur mereka belum
sepenuhnya diterima didalam ruang sosial.
Hidup sebagai waria dalam konteks kebudayaan mengandung satu
pengertian bahwa kebudayaan itu menjadi satu pedoman dalam bagaimana cara
waria berperilaku. Di sisi yang lain, kehidupan waria yang mengelompok, baik
melalui arena kehidupan malam diberbagai tempat maupun organisasi soaial
kaum waria pada akhirnta telah melahirkan satu sub kultur sendiri. Tekanan yang
diberikan oleh lingkungan sosialnya membuat waria merasa rendah diri, minder,
takut, tidak percaya diri dan jauh dari nilai nilai kehidupan dan norma.
Fungsi rumah singgah dalam peranan budaya yaitu menanamkan waria
dengan nilai dan norma. Mengingat waria yang kurang diterima oleh masyarakat
dan jarangnya kesempatan mereka dalam mendapatkan pekerjaan maka perlu
ditanamkan rasa tidak bergantung pada orang lain dengan memberikan mereka
keterampilan untuk bisa hidup mandiri, sabar dalam menjalani kehidupan,
mengajarkan betapa pentingnya kedisiplinan. Untuk kehidupan waria yang jauh
lebih baik.
5. Waria
Kata “waria” sudah menjadi makanan di telinga kita sehari hari. Memang
dalam peristilahannya, waria adalah seorang laki lakiyang berbusana dan
bertingkah laku sebagaimana layaknya seorang wanita.Istilah ini awalnya muncul
dari masyarakat Jawa Timur yang merupakan akronim dari “wanita tapi pria’ pada
tahun 1983-an. Paduan dari kata wanita dan pria. Sedangkan istilah lain yang
29
lazim digunakan untuk kaum ini adalah banci yang kemudian mengalami
metamorfosa dengan melahirkan kata bencong. Wadam kependekan dari wanita
adam. Namun, istilah ini sudah kurang begitu popular lagi.Wandu berasal dari
bahasa Jawa yang mungkin artinya wanito dhudhu (wanita bukan). Pernah juga
ada istilah binan, namun penggunaannya juga kian berkurang menjadi kata yang
umum. Kaum ini juga terkenal kreatif dalam menghasilkan kosakata baru, yang
acap membingungkan kita kaum kebanyakan, dikarenakan kaum semacam ini
cenderung menggunakan istilahyang ditujukan bagi komunitasnya belaka. Kata
“Waria” ini lah yang kini menjadi kata baku dalam bahasa Indonesia.
Waria dalam bahasa psikologi disebut transeksual. Dikalangan awam,
tidak sedikit yang mempertautkannya dengan homoseks – seakan akan waria
identik dengan gay. Padahal waria dan gay merupakan dua fenomena yang
terpisah betapapun dalam batasan tertentu keduanya masih bisa digolongkan
sebagai penyimpangan seksual. Dalam pengertian umum, waria adalah seorang
laki laki yang berdandan dan berlaku sebagai wanita.Kelainan ini, sebenarnya bisa
digolongkan kedalam penyakit. Istilah waria memang ditujukan untuk penderita
transeksual yaitu seseorang yang memiliki fisik berbeda dengan keadaan
jiwanya). Artinya istilah ini bisa juga dikenakan pada seseorang yang secara fisik
perempuan tapi berdandan dan berlaku sebagai laki laki.28
Waria sebagai individu yang sejak lahir memiliki jenis kelamin laki-laki,
akan tetapi dalam proses berikutnya menolak bahwa dirinya seorang laki-laki.
Maka waria melakukan berbagai usaha untuk menjadi perempuan seutuhnya,
dimulai dari sikap, perilaku dan penampilannya. Mereka berkeinginan untuk
diterima sebagai jenis kelamin yang berbeda. Transseksual merupakan dimana
identitas jenis kelamin yang dimiliki seseorang transseksual ini berlawanan
28
Atmojo Kemala, Kami Bukan Laki-Laki (Jakarta Utara : Pustaka Utama Grafiti
1987) hlm 2
30
dengan jenis kelamin yang ”dikenakan” kepada bentu fisiknya. Ada pula
seseorang merasa terjebak dalam tubuh dan anatomi seksual yang salah.
Di Indonesia, fenomena tentang waria sebenarnya bukanlah masalah atau
fenomena baru. Kehidupan kaum waria yang bertolak belakang dengan kebiasaan
hidup manusia secara normal dalam berperilaku dan menentukan sikap membuat
komunitas maupun individunya tidak memiliki tempat di masyarakat. Itu semua
dikarenakan pola kehidupan mereka dianggap akan mempengaruhi kehidupan
masyarakat lain. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh kaum waria adalah
bagaimana menempatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Karena
keberadaan mereka masih dibilang asing dalam kehidupan masyarakat dan sedikit
sulit untuk diterima.Banyak masyarakat luas beranggapan menjadi seorang waria
hanya menjadi aib yang dapat memalukan diri sendiri, keluarga dan orang orang
terdekat yang berada disekitarnya.
Kemunculan seorang waria yang merupakan sebuah fenomena social
tersendiri bagi masyarakat kita dimana sampai saat ini waria adalah salah satu
kaum yang terpinggirkan. Banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap
eksistensi waria, bahkan secara terang terangan mereka beranggapan negatif,
seperti waria dianggap sampah masyarakat, penyebar penyakit masyarakat dan
kesemuanya itu seolah menyiratkan bahwa waria selama ini diperlakukan sebagai
sebuah objek bukan subjek.
Waria dan diskriminasi, bagai dua sisi mata uang yang sulit
dipisahkan.Keberadaan waria ditengah masyarakat merupakan suatu fenomena
yang ikut meramaikan fakta sosial baru didalam masyarakat.Hal ini menimbulkan
31
adanya suatu pandangn pandangan-pandangan yang beraneka ragam didalam
masyarakat, mulai dari pemberian cap bahwa mereka sampah masyarakat,
penyakit sosial, beperilaku negatif, sumber penyakit hingga tidak diakui eksistensi
sosialnya.
Keberadaan waria ditengah tengah masyarakat sama halnya dengan
keberadaan setiap individual manusia yang lainnya. Ada yang bersikap baik dan
ada pula yang bersikap tidak baik, ada yang memiliki nilai moral dan begitu pula
sebaliknya.Semua itu kembali lagi kepada sikap pribadi perorangan masing
masing.Waria juga sering mengalami diskriminasi dalam memperoleh lapangan
pekerjaan.Karena sebagian masyarakat tidak mau mempercayakan pekerjaan
untuk waria. Hal ini tidak bisa terlepas dari pandangan masyarakat yang
memandang waria sebagai kelompok penentang kodrat manusia, berdosa dan
menjijikkan. Penolakan masyarakat ini jelas menimbulkan masalah bagi
komunitas waria termasuk dalam memperoleh pekerjaan.Bagi waria yang
berpendidikan dan mempunyai keterampilan banyak yang berusaha memperoleh
penghasilan sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keterampilannya.
Sedangkan waria yang berpendidikan rendah atau waria yang tidak mempunya
skill atau keterampilan khusus tentunya akan sanagat sulit untuk mendapatkan
pekerjaan. Hal yang termudah yang bisa dilakukan adalah bekerja sebagai
pengamen dijalanan dan menjadi PSK.Atau biasanya siangnya mereka mengamen
dan malam nya mereka menjajakan dirinya sebagai PSK.
32
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Rumah Singgah Waria Anak Raja
Rumah Singgah Waria Anak Raja berdiri sejak 28 Desember 2009 oleh
FKWI (Forum Komunitas Waria Indonesia) yang di dirikan oleh ketua FKWI
sendiri yaitu Yulianus Rettoblaut yang dikenal dengan sebutan Mami Yuli, waria
lulusan Fakultas Hukum dari Universitas At-Tahiriyah, Jakarta. Awalnya Mami
Yuli hanya sekedar mencari tempat untuk kumpul-kumpul untuk komunitas waria.
Dan dengan dibantu oleh beberapa LSM peduli hak asasi manusia. Akhirnya
FKWI dapat membeli tanah seluas 144m2 dikawasan Depok, Jawa Barat pada
Februari 2009. Rumah singgah ini ber alamat di sebuah gang yaitu Gang Golf RT
03 RW 013 No. 145 Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas
Parung Bingung Meruyung Depok, Jawa Barat.
Terciptanya Rumah Singgah Waria ini dikarenakan ada sekitar 7 juta
waria di Indonesia yang telah di estimasi oleh FKWI (Forum Komunitas Waria
Indonesia). Tidak semua mendapati waria hidup dengan layak, diskriminasi dari
keluarga maupun masyarakat cenderung menjadi bagian dari tekanan sosial yang
harus dihadapi waria. Waria-waria tua yang tidak mempunyai tempat tinggal,
waria yang putus sekolah, pengangguran, atau diusir dari keluarga, serta tidak
sedikit yang terlibat kegiatan negatif seperti penggunaan narkoba dan bekerja di
tempat prostitusi.
33
Persoalan sosial yang kerap terjadi menimpa waria yaitu ketika ada waria
yang meninggal dunia. Tidak ada yang mau mengurus, tidak ada yang mau
menerima termasuk keluarga. Dan biasanya waria yang sudah meninggal dunia
dibawa kerumah sakit dan didiamkan disana. Karena hal ini lah merupakan salah
satu alasan di dirikan nya rumah singgah waria ini, agar waria yang sudah
meninggal di urus disini sesuai dengan agama nya masing masing. Pihak
kepolisian jika menemukan waria yang sudah meninggal akan membawa jasad
nya ke rumah singgah waria ini untuk di urus proses pemakaman nya.
Rumah Singgah Waria ini mendapat dukungan dari Kementrian Sosial
(Kemensos) dengan memberikan dana dengan uang sebesar Rp. 15 juta per
bulannya. Biaya itu digunakan untuk melakukan pemberdayaan kepada waria.
Waria yang memerlukan perlindungan sosial dan juga bermasalah dengan
kesehatan.
Rumah singgah ini menampung 30 orang dan jika 30 orang ini diharap
sudah mampu untuk mandiri maka pengurus rumah singgah memberikan uang
sebesar Rp 150 ribu sebagai modal ke setiap waria yang sudah mempunyai
keahlian. Rumah singgah ini dibuka untuk semua waria yang ingin mempunyai
keahlian, namun di utamakan untuk waria yang sudah lansia yang sudah
menginjak usia jompo untuk tinggal di rumah singgah waria ini. Diutamakan usia
lansia karena dikhawatirkan waria yang sudah jompo sudah tidak mempunyai
rumah untuk tinggal dan sudah tidak mempunyai keluarga atau tidak diterima
dikeluarga.
34
Di rumah singgah ini waria diajarkan berbagai keterampilan mulai dari
keterampilan salon, memasak, dan menjahit. Dengan adanya keterampilan yang
dimiliki dapat mengubah kesan negatif yang melekat kepada waria. Oleh karena
itu, adanya rumah singgah waria diharapkan dapat menjadi wadah untuk
mengatasi persoalan sosial yang menimpa para waria.
B. Visi dan Misi Rumah Singgah Waria Anak Raja
Visi
Terciptanya lembaga yang kuat dan mampu mensejahterahkan,
memberikan pelayanan dan menyediakan wadah pemberdayaan bagi kelompok
waria sehingga dapat menyatu dengan masyarakat dan berjalan bersama sehingga
dapat hidup berdampingan.
Misi
Memberikan pelayanan sosial kepada kaum waria dalam meningkatkan
dan mengembangkan kemampuannya untuk dapat bertanggung jawab pada
dirinya sendiri melalui pemberdayaan kelompok waria.
C. Tujuan, Fungsi dan Sasaran Rumah Singgah Waria Anak Raja
Tujuan Rumah Singgah Waria
1. Memberikan keteranpilan kepada waria untuk bisa bertahan hidup.
2. Menanamkan nilai-nilai dan norma kepada waria agar bisa hidup
berdampingan dengan masyarakat.
35
3. Meningkatkan rasa percaya diri waria untuk bisa mampu berada
dilingkungan masyarakat.
4. Memberdayakan waria secara sosial ekonomi sehingga mereka
dapat mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka.
Fungsi Rumah Singgah Waria
1. Memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban waria dalam hidup
bermasyarakat.
2. Memberikan penyuluhan dan pembinaan dalam rangka
pemberdayaan kelompok waria.
3. Membina dan membangun jaringan dengan LSM untuk
menyuarakan hak-hak kaum waria.
4. Memberikan pembelaan kepada kaum waria yang mempunyai
masalah sosial.
5. Melayani dan mengayomi waria dalam rangka pemberdayaan.
6. Merubah Stigma atau penilaian masyarakat terhadap kaum waria.
Sasaran Program Pemberdayaan Rumah Singgah Waria
Sasaran pemberdayaan dalam penelitian ini adalah waria, yaitu dengan
memberikan pembinaan atau kecakapan sehingga dapat memperbaiki keadaan
sosial ekonomi waria dan dapat menciptakan suatu kemandirian bagi waria, baik
dengan membuka usaha sendiri maupun bekerja pada orang lain sesuai dengan
kecakapan yang sudah mereka miliki melalui pemberdayaan ini.
36
Adapun sasaran program pemberdayaan waria dalam mencapai
kemandirian adalah sebagai berikut :
a. Terbuka nya kesadaran dan tumbuh peran aktif mampu dalam
kemandirian.
b. Memperbaiki keadaan sosial dengan meningkatkan kepahaman,
peningkatan pendapatan dalam bidang ekonomi yang positif.
c. Meningkatkan kinerja dalam keterampilan untuk memperbaiki
produktivitasnya.
d. Menumbuhkan sikap tanggung jawab.
37
Struktur Kepengurusan Rumah Singgah Waria Anak Raja
Pembina
Dirjen Rehabilitasi Sosial
Penasehat
Direktur Rehabilitasi Sosial
Ketua Pelaksana
Yulianus R, S.H
Sekretaris
Jannah Maryam Ramadhani, S.Psi
Bendahara
Marcelino
Kepala Rumah Tangga
Yotti
Bidang Humas
Andre
Tutor/Pekerja Sosial
Waria PMKS Binaan
38
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja Terhadap
Penerimaan Masyarakat di Lingkungan Masyarakat Meruyung
Depok.
Untuk melaksanakan sebuah rencana mengenai kegiatan yang akan
dilakukan oleh Rumah Singgah Waria Anak Raja yang bertujuan agar dapat
diterima di tengah-tengah masyarakat, harus dibutuhkan sebuah strategi.
Mengingat kaum waria ini sebagai kaum yang berbeda di lingkungan masyarakat
dan banyak pemahaman masyarakat tentang waria yang memahami bahwa waria
tidak luput dari hal negatif, maka strategi diperlukan untuk dapat mencapai tujuan
yang telah direncanakan oleh rumah singgah waria tersebut.Begitu juga dalam
sosialisasi, komunikasi sangat berperan besar, karena komunikasi menjadi salah
satu penentu keberhasilan dalam melakukan sosialisasi terhadap masyarakat.
Agar bisa tercapainya komunikasi yang baik dan efektif, diperlukan
strategi dalam menjalankannya. Sesuai dengan pendapat Fred R. David, dalam
bukunya Manajemen Strategi Konsep yang dikutip dalam bab 2 skripsi ini, maka
strategi memerlukan tahapan-tahapan dalam proses pelaksanaannya. Tahapan-
tahapan tersebut adalah perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi
strategi. Ketiga hal ini menjadi bagian utama dan tidak dapat dipisahkan dalam
melaksanakan strategi komunikasi
39
1. Perumusan Strategi
Strategi tidak hanya berbentuk sebuah rencana, tetapi juga bisa dalam
bentuk pola, perspektif dan taktik.Strategi perlu mempertimbangkan faktor-faktor
internal dan eksternal yang di hadapi oleh rumah singgah waria.Strategi adalah
alat untuk mencapai sebuah tujuan jangka panjang maupun jangka pendek.
Menurut Hariadi di bab 2 skripsi ini, perumusan strategi merupakan proses
penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi
dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis,, serta merancang strategi untuk
mencapai tujuan tersebut. Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan
dalam merumuskan strategi, yaitu harus mengidentifikasi lingkungan yang akan
dimasuki dan menentukan misi organisasi untuk mencapai visi yang dicita-citakan
dalam lingkungan tersebut, melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal
untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan
dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya,merumuskan faktor-faktor
ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi-strategi yang dirancang
berdasarkan analisis sebelumnya, menentukan tujuan dan target terukur,
mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya
yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi, memilih strategi yang paling
sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Sebelum melaksanakan kegiatan yang telah direncakan oleh Rumah
Singgah Anak Raja, mereka terlebih dahulu harus mengambil hati masyarakat
agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaan acara yang akan diadakan,
waria dan masyarakat dapat saling hidup berdampingan dalam masyarakat tanpa
40
saling mengganggu dan mengusik satu sama lain. Mami Yuli sebagai pendiri
Rumah Singgah Waria Anak Raja dan sekaligus sebagai Forum Ketua Waria se-
Indonesia membuat strategi, yaitu Mami Yuli dan para pengurus rumah singgah
mencoba untuk berbaur dengan masyarakat dengan beradaptasi terlebih dahulu,
dan konteks beradaptasi ini juga bisa dilihat dari banyak hal dan Mami Yuli juga
harus bisa melihat dari berbagai latar belakang. Mami Yuli selaku pendiri rumah
singgah waria ini membuat suatu bagan atau konsep.Rumah singgah ini berdiri
dimana, yang kedua disekitar daerah ini dominan mendukung kehadiran rumah
singgah ini atau tidak, bagaimana latar belakang agama dilingkungan yang ada
disini, dan dapatlah disimpulkan bahwa masyarakat disini bermayoritas agama
Islam dan cukup mendukung adanya rumah singgah tersebut.Kondisi ekonomi
lingkungan masyarakat disini menengah kebawah oleh karena itu Mami Yuli
merencanakan pembagian sembako dan santunan untuk warga yang ada disini.
Strategi tidak hanya difokuskan untuk eksternal rumah singgah waria saja
namun dari internal rumah singgah yaitu penghuni rumah singgah harus dapat
mendukung rencana eksternal yang akan dilakukan, maka strategi internal yang
akan dilakukan yaitu memberikan pengarahan kepada penghuni rumah singgah
untuk bisa membenahi cara berperilaku, cara berpakaian, mengajarkan bagaimana
cara berbaur dengan masyarakat, berinteraksi dan duduk bersama dengan
masyarakat. Karena sebelum meyakinkan warga yang ada, penghuni rumah
singgah harus bisa membenahi diri terlebih dahulu agar pemahaman masyarakat
tentang waria yang selalu di identikkan dengan perilaku negatif perlahan hilang.
41
Setelah perencanaan beradaptasi dengan warga, rumah singgah waria
selanjutnya merencanakan acara peresmian rumah singgah.Peresmian rumah
singgah ini bertujuan untuk memperkenalkan rumah singgah dan penghuninya.
Acara ini direncanakan akan mengundang waria-waria berprestasi, artis idola
warga, tokoh-tokoh masyarakat, dan orang-orang yang mempunyai kepentingan
seperti Ketua RT/RW. Tidak hanya acara hiburan, ada pula acara sosial yaitu
pemberian sumbangan berupa sembako dan santunan kepada warga miskin yang
ada di lingkungan masyarakat. Sumbangan dan santunan direncakan tidak hanya
dalam acara ini saja, tetapi sumbangan ini akan menjadi kegiatan rutinitas rumah
singgah waria yang telah ditetapkan yaitu paling sedikit sebulan dua kali.
Rencana jangka panjang yang akan dilakukan oleh rumah singgah waria
ini yaitu mengadakan kursus masak, kursus berdandan, menyulam dan
keterampilan lain. Tidak hanya untuk kalangan rumah singgah itu sendiri tetapi
warga sekitar rumah singgah waria juga dilibatkan dalam kegiatan ini.Kegiatan ini
bertujuan agar tidak terciptanya jarak antara waria dan warga masyarakat.
2. Implementasi Strategi
Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan
yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi
strategi merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah menjadi
tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun
implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan
tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategi.
42
Perumusan strategi dan implementasi strategi harus dilihat seperti dua sisi mata
uang.Faktor internal yaitu penghuni rumah singgah waria menjadi faktor penting
dalam pelaksanaan implementasi, dikarenakan penghuni rumah singgah waria
merupakan pemeran utama yang menentukan apakah perumusan strategi dapat
berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan ataukah sebaliknya, perumusan
strategi berjalan sesuai dengan semestinya atau tidak. Untuk itu faktor internal
harus dipersiapkan dengan baik agar pelaksanaan strategi tepat pada sasaran
untuk mencapai tujuan strategi.
Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan maka
langkah selanjutnya adalah melaksanakan strategi yang sudah ditetapkan
tersebut.Dalam tahap pelaksanaan strategi sangat membutuhkan komitmen dan
kerjasama dari internal rumah singgah yaitu para penghuni rumah singgah waria.
Pelaksanaan strategi yang pertama yaitu dengan mencari tahu bagaimana keadaan
lingkungan tersebut dengan cara berkomunikasi dengan warga, mencari tahu
karakter lingkungan dengan mengadakan kursus membuat donat yang melibatkan
warga setempat untuk memperkenalkan kegiatan yang ada dirumah singgah waria
tersebut, selain itu jika ada warga yang sakit beberapa penghuni rumah singgah
waria menjenguk warga yang sakit tersebut.
Setelah segala bentuk kegiatan untuk membaur dengan warga sudah
terlaksana, rumah singgah waria mengadakan kegiatan peresmian rumah singgah
waria tersebut. Acara ini bertujuan untuk mendapatkan simpatik dari masyarakat
dengan cara, acara yang dilaksanakan menampilkan para waria untuk mengisi
acara itu.Bukan sembarang waria yang mengisi acara tersebut, melainkan waria
43
yang mempunyai potensi dan waria yang berprestasi yang ditampilkan.Acara ini
bertujuan agar waria tidak dipandang sebelah mata dan sebagai ajang pembuktian
untuk merubah pandangan masyarakat terhadap waria yang sudah berkembang di
masyarakat.Mami Yuli mengundang waria-waria berprestasi untuk unjuk
kebolehan dihadapan masyarakat.Tidak hanya acara hiburan acara ini juga
mengadakan kegiatan sosial untuk membantu warga miskin yang ada dirumah
singgah waria tersebut.Mami Yuli dan rekan-rekan mendata janda miskin yang
ada diwilayah tersebut, untuk pemberian sembako dan santunan pada acara
peresmian rumah singgah,tercatatlah sejumlah 25 orang janda miskin.Dan acara
peresmian terlaksana dengan waria yang mengisi acara tersebut yang diisi oleh
waria berprestasi, dan waria yang sudah mendapatkan gelar haji.Kegiatan
peresmian ini dilakukan agar dapat membeli hati masyarakat, mengubah
pemahaman masyarakat tentang waria yang selalu dianggap negatif dan
masyarakat dapat menerima kehadiran sebuah komunitas waria berada ditengah-
tengah lingkungan mereka.Dan acara tersebut berjalan dengan lancar.
Setelah acara tersebut, mami Yuli dan para penghuni rumah singgah juga
ikut dalam kegiatan masyarakat seperti acara karang taruna dan acara ibu-ibu
PKK, dan sesekali menawarkan tempat dirumah singgah tersebut jika karang
taruna atau ibu PKK membutuhkan ruangan yang lebih besar untuk kegiatan
mereka.Peneliti melihat ketika berada disana, bahwa mami Yuli dan para
penghuni rumah singgah dengan warga yang rumah nya berjarak 1 rumah dengan
rumah singgah cukup akrab.
44
Kegiatan pemberian sembako dan santunan pada warga-warga yang
miskin, kerap dilakukan walaupun hanya membawa sebungkus mie instan atau
seperempat kilogram gula.Mami Yuli dan para penghuni rumah singgah waria
menghadirkan canda tawa di setiap rumah warga miskin tersebut untuk
mengurangi beban kesedihan yang dialami.Dan kegiatan rumah singgah yang
melibatkan warga yaitu kegiatan kursus masak, kursus membuat kue donat.Waria
dan warga bersama-sama belajar untuk membuat kue.Tidak hanya kursus
memasak, rumah singgah ini juga mengajarkan kursus menyulam dan berdandan.
3. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi.Evaluasi
diperlukan untuk mengukur seberapa besar keberhasilan yang telah dicapai dan
seberapa besar kegagalan yang diperoleh.Dengan mengetahui tingkat keberhasilan
dan tingkat kegagalan dari program yang telah direncanakan, hal ini mampu
menjadi tolok ukur untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolok
ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan
evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dituju tercapai.
Kegiatan evaluasi ini antara lain mencakup meninjau factor eksternal dan internal
yang menjadi dasar strategi, mengukur prestasi (membandingkan hasil yang
diharapkan dengan kenyataan) dan yang terpenting adalah mengambil tindakan
korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.
Perumusan strategi yang dilakukan oleh rumah singgah waria sudah cukup
untuk dapat mengetahui bagaimana kondisi lingkungan di wilayah
45
tersebut.Namun strategi faktor internal yang dilakukan oleh rumah singgah waria
sudah bisa dikatakan belum semua berhasil. Para penghuni rumah singgah waria
mengikuti pengarahan dari Mami Yuli untuk merubah perilaku, mengubah tata
cara berpakaian dengan mengenakan pakaian yang rapi dan sopan. Namun
bagaimana bersikap dengan warga seperti bertegur sapa dengan warga setempat
belum sepenuh nya dilakukan oleh penghuni rumah singgah, karena masih ada
warga yang menganggap bahwa penghuni rumah singgah itu cuek dan kurang
berbaur dengan lingkungan masyarakat.Karena sebagian besar warga disini
kurang cocok dengan warga yang kurang berbaur dengan masyarakat.Tidak hanya
waria, warga normal lain pun jika tidak berbaur dengan warga, warga pun merasa
tidak cocok. Sesuai dengan pernyataan tokoh masyarakat Bapak Sugito.
“…..Siapapun mba yang hidup bermasyarakat tapi tidak mau
membaur saya pun tidak cocok.”29
Strategi faktor eksternal yang dilakukan rumah singgah waria bisa
dikatakan belum berhasil.Karena masih ada kegiatan yang di peruntukkan bagi
masyarakat belum dilakukan untuk jangka panjang.Seperti kegiatan pembagian
sembako dan santunan hanya dilakukan ketika awal rumah singgah waria ini hadir
ketika diadakannya peresmian rumah singgah waria.Setelah acara itu sudah
terlaksana, kegiatan pembagian sembako dan kursus-kursus tidak lagi
diperuntukkan lagi bagi warga, melainkan hanya untuk penghuni rumah singgah
waria itu saja.
29
Hasil wawancara dengan Bapak Sugito, Tokoh Masyarakat, tanggal 30
Oktober 2014
46
“Kalau mereka membuat acara kegiatan ya buat golongan mereka
saja…..”30
Perencanaan yang dilakukan rumah singgah waria tidak untuk rencana
jangka panjang. Hanya sebatas untuk mengambil hati masyarakat di saat mereka
ingin mendapatkan izin dan penerimaan masyarakat terhadap rumah singgah
waria tersebut. Terlihat dari respon dan pernyataan warga tentang perencanaan
rumah singgah tersebut yang diutarakan oleh tokoh masyarakat setempat yang
bernama Sugito.
“Mereka kegiatannya tidak ada sama sekali, hanya dua kali
kurang lebih setahun.Kegiatan mereka sifatnya
membagikan sembako”.31
Hal ini bertentangan dengan pernyataan yang pernah diungkapkan oleh
mami Yuli selaku pendiri rumah singgah waria yang akan memberikan bantuan
dan santunan berupa sembako kepada sekitar 25 janda miskin setiap dua minggu
sekali.
“Setiap dua minggu sekali saya memberikan sumbangan ke
25 janda miskin disini dengan memberikan sembako”32
Dalam kegiatan masyarakat Mami Yuli tidak aktif berpartisipasi seperti
hal yang seharusnya dilakukan, hal ini menimbulkan sifat acuh tak acuh dari
warga setempat.Mami Yuli dan rumah singgah waria mengekslusifkan diri dan
30
Hasil wawancara dengan Bapak Sugito, Tokoh Masyarakat, tanggal 30
Oktober 2014 31
Hasil wawancara dengan Bapak Sugito, Tokoh Masyarakat, tanggal 30
Oktober 2014 32
Hasil wawancara dengan Mami Yuli, Pendiri Rumah Singgah Waria
Anak Raja, tanggal 21 Desember 2014
47
seolah-olah mereka tidak bersosialisasi dengan baik.Jarang berkomunikasi dengan
warga setempat dan meninggalkan kesan menyendiri.Hal ini sesuai dengan
pernyataan tokoh masyarakat setempat.
“Tidak pernah ikut sama sekali, pernah ada yang menikah
didepan rumah dia persis, dia tidak datang, ada hajatan yang
lainnya pun tidak datang.Membaur dengan masyarakat juga
tidak pernah. Jadi seolah-olah mereka itu selalu
menyendiri…” 33
Kegiatan pembagian sembako dan santunan itu baru dilakukan dua kali
sejak rumah singgah itu diresmikan. Yang pertama, ketika ada peresmian rumah
singgah tersebut dan yang kedua, ketika mami yuli mengadakan acara family
gatheringkumpul-kumpul waria yang dilaksanakan bulan September ini yang
dihadiri oleh waria yang berjumlah kurang lebih 300 orang. Acara family
gathering tersebut melibatkan warga setempat dengan memberikan uang sebesar
Rp. 200.000 kepada warga untuk modal berdagang yang dagangan nya diperjual
beli kan untuk waria-waria yang hadir di acara tersebut. Tidak hanya warga, para
pedagang yang lewat didaerah itu juga datang ke acara itu atas rekomendasi dari
Mami Yuli dan dagangan mereka habis terjual.Kegiatan ini baru dimulai lagi
melibatkan warga setempat.Acara ini meninggalkan sebuah masalah yaitu
perizinan, Mami Yuli melakukan perizinan ke RT setempat ketika hari H. Hal ini
menimbulkan rasa tidak senang dari warga dan pemuda masyarakat setempat
sehingga ingin melakukan aksi demo ke rumah singgah waria tersebut. Namun
33
Hasil wawancara dengan Bapak Sugito, Tokoh Masyarakat, tanggal 30
Oktober 2014
48
aksi demo tersebut tidak terlaksana dikarenakan adanya himbauan dari tokoh
masyarakat agar tidak berbuat anarkis dan main hakim sendiri.
“Karena dia baru laporan ke saya setelah hari H
acara.Seharusnya seminggu sebelum acara. Lalu warga-warga
disini, anak-anak muda mau melakukan aksi demo tetapi tidak
jadi. Terjadi keributan karena ada acara kumpul waria. Yuli
mau laporan sama saya, saya tidak ada. Dia laporan akan
mengadakan acara kumpul waria tepat hari H. tidak boleh
seperti itu seharusnya namanya dia hidup di lingkungan sosial.
Kemarin ramai sekali polisi, plang rumah singgah waria juga
sudah dicabut.”34
Hari berikutnya terjadi penggerebekan dirumah singgah waria oleh
sekelompok organisasi masyarakat yaitu Front Pembela Islam (FPI) wilayah
Depok, sebelum FPI datang pihak kepolisian sudah datang terlebih dahulu untuk
mengamankan FPI yang ingin melakukan penggerebekan agar tidak terjadi aksi
pengrusakan. Penggerebekan yang dilakukan FPI ini disebabkan karena FPI
mendengar ada cara kumpul waria yang berjumlah banyak, dan mendapat kabar
jika waria mendapat dana dari departemen sosial sebesar 1 Milyar. FPI melakukan
pencabutan plang rumah singgah waria dan plang itu di amankan oleh pihak
kepolisian.
Seusai kejadian itu warga mengharapkan ada niat baik dari pengurus
rumah singgah waria untuk meminta maaf kepada warga atas kejadian tersebut,
menjelaskan apa yang telah terjadi tetapi hal itu tidak dilakukan oleh pengurus
34
Hasil wawancara dengan Bapak Endang, Ketua RT 03, tanggal 30
Oktober 2014
49
rumah singgah waria tersebut. Dan menimbulkan rasa kecewa dari warga atas
sikap pengurus rumah singgah waria.
“….Seharusnya sehabis peristiwa kemarin dia itu kesini minta maaf tapi
tidak ada sikap seperti itu, lewat ya lewat saja….” 35
Menurut keterangan warga, tokoh masyarakat dan ketua RT setempat
setelah kejadian itu sudah tidak ada lagi kegiatan di rumah singgah waria tersebut,
dan sekarang rumah singgah waria hanya ditinggali oleh 3 orang waria pengurus
rumah singgah waria.Dan tidak diketahui bagaimana kelanjutan dari rumah
singgah waria tersebut.Terus berlanjut, pindah atau beralih fungsi.Beluma adanya
keterangan tentang kelanjutan Rumah Singgah Waria Anak Raja tersebut.
35
Hasil wawancara dengan Ibu Sugito, Warga RT 03, tanggal 30 Oktober
2014
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai strategi komunikasi Rumah
singgah Waria Anak Raja Depok dalam penerimaan rumah singgah waria tersebut
di masyarakat dapat dikatakan tidak berhasil.Dan dapat disimpulkan dari hasil
penelitian sebagai kesimpulan akhir yaitu rumah singgah waria sudah melakukan
tahapan-tahapan strategi yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, dan
evaluasi strategi.
Dalam tahapan perumusan strategi sebelum penghuni rumah singgah waria
itu hadir ditengah-tengah masyarakat dan dapat diterima, rumah singgah waria
membuat suatu rumusan strategi membuat program agar tujuan rumah singgah
waria tersebut dapat diterima di masyarakat terealisasi.Rumusan stratei yang
dibuat oleh rumah singgah waria sudah cukup mencakup segala aspek, aspek
internal dan aspek eksternal.
Implementasi strategi rumah singgah waria ini sudah dilakukan oleh para
pengurus dan para penghuni rumah singgah waria, namun dalam pelaksanaannya
strategi yang dirumuskan hanya dilakukan di awal diadakannya peresmian rumah
singgah waria tersebut.Program-program yang ditujukan untuk masyarakat tidak
lagi melibatkan masyarakat.Program yang ada hanya untuk para penghuni rumah
singgah waria saja, program santunan dan sembako yang ditujukan untuk
masyarakat pun hanya dua kali terlaksana, sehingga hal ini menimbulkan rasa
kecewa di masyarakat, para penghuni rumah singgah tidak berbaur dengan
54
masyarakat.Kesimpulan yang dapat di ambil dari implementasi strategi ini adalah
pelaksanaan strategi dikatakan tidak berhasil, ketidak berhasilan ini menimbulkan
aksi marah oleh pemuda dan organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI)
setempat sehingga terjadi lah penggerebekan dan pencabutan plang rumah
singgah waria tersebut.Penghambat dari strategi ini timbul bukan dari eksternal
rumah singgah waria, melainkan dari internal rumah singgah waria itu sendiri.
B. Saran-Saran
Efektivitas sosialisasi merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan
utama visi rumah singgah waria untuk dapat diterima oleh
masyarakat.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa
saran-saran yang hendak peneliti sampaikan.Tentunya saran ini bertujuan untuk
kiprah dan eksistensi rumah singgah waria menjadi jauh lebih baik lagi dan tidak
terjadi lagi hal yang tidak diinginkan.
Pelaksanaan program internal yaitu bertegur sapa dan berbaur dengan
masyarakat seharusnya diadakan evaluasi oleh pengurus rumah singgah waria
dikarenakan itu merupakan faktor utama keberhasilan waria dapat diterima di
tengah-tengah masyarakat.Agar tidak meninggalkan kesan dari warga masyarakat
waria menyendiri atau mengeksklusifkan diri. Harus ditumbuhkan dan di
tingkatkan lagi rasa perduli dengan warga sekitar seperti menjenguk warga yang
sakit, acara hajatan warga dan acara kegiatan masyarakat seperti karang taruna
dan lain lain.
55
Program eksternal yang telah direncanakan oleh pengurus rumah singgah
waria yaitu pembagian sembako dan santunan untuk warga dan janda miskin
seharusnya terus dilaksanakan.Mengingat latar belakang ekonomi wilayah
setempat dapat dikatakan menengah kebawah.Program santunan dan pembagian
sembako ini program yang ditunggu oleh warga namun dalam pelaksanaan tidak
selancar ketika meproklamirkan program tersebut sehingga menghadirkan rasa
kecewa warga terhadap pengurus rumah singgah waria tersebut.Dan seharusnya
strategi rumah singah waria ini tidak hanya mendekati warga pada golongan
menengah kebawah, pengurus rumah singgah harus bisa juga mengambil hati
golongan menengah ke atas.
50
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini.Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :
Rhineka Cipta, 1998.
Amirullah dan Sri Budi Cantika.Manajemen Stratejik, Yogyakarta: Graha Mada,
2002.
Aripin, Anwar.Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: Rajawali
Press, 1998.
Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN). Model Pelatihan Pimpinan Rumah
Singgah, Jakarta, 2000.
Bungin, Burhan.Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,Kebijakan
Publik,dan Ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana, 2011.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1990.
Effendi, Onong Uchyana.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1992.
George Steinner dan John Minner.Manajemen Strategi, Penerjemah Agus Dharma
Jakarta: Erlangga, 1999.
Kusnadi. Pengantar Manajemen Strategi, Malang: Universitas Brawijaya.
Kemala, Atmojo.Kami Bukan Laki-Laki,Jakarta Utara : Pustaka Utama Grafiti,
1987.
Kriyantono,Rachmat.TeknisPraktis; RisetKomunikasi,Jakarta :Kencana 2010.
Murtopo, Ali.Strategi Kebudayaan, Jakarta: Center for Strategic and Internasional
Studies-CSIS, 1978.
Oliver, Sandra.Strategy Public Relation, Jakarta:Erlangga, 2007.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi
ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
R. David, Fred.ManajemenStrategiKonsep, Jakarta: Prenhalindo, 2002.
51
Roudhonah. Pengantar Ilmu Komunikasi,Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.
Salusu. PengambilanKeputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Nonprofit, Jakarta: PT. Gramedia, 1996.
Sondang Siagian, P. Manajemen Strategik, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Hasil Wawancara
Narasumber (NS) : Mami Yuli (Ketua Waria Se-Indonesia dan Pendiri
Rumah Singgah Waria Anak Raja)
Pewawancara (PW) : Khairunisa
PW : “Awal mula mami membuat rumah singgah ini karena apa?”
NS : “Saya merasa ada diskriminasi terhadap waria oleh masyarakat, tidak
diterima dipandang sebelah mata, bukan hanya dikalangan masyarakat
dikalangan keluarganya banyak yang tidak mau menerima. Kami diusir,
kami dianggap aib keluarga. Dan yang membuat saya semakin pilu
adalah ketika ada diantara salah satu dari kami yang telah meninggal
dunia, tidak ada yang mau mengurus, tidak ada yang mau menerima
termasuk keluarga kami. Waria yang meninggal dibawa kerumah sakit
dan didiamkan disana. Karena itulah salah satu alasan saya membuat
rumah singgah waria ini. Ketika ada waria yang meninggal, polisi
langsung membawa jenazah waria tersebut kesini dan kami urus sesuai
dengan agamanya. Dan saya membuat rumah singgah waria ini untuk
mewadahi waria, terutama waria yang sudah jompo.”
PW : “Bagaimana tanggapan warga sekitar ketika rumah singgah ini
dibangun?”
NS : “Tidak semudah membalik telapak tangan, awal mula saya tidak
diterima dan pastinya banyak yang mencibir. Saya memutar otak untuk
membeli hati masyarakat disini. Saya membuat sebuah acara disini
dibantu oleh komunitas waria karena saya merupakan Forum Ketua
Waria seIndonesia maka saya mudah menghubungi waria waria
berprestasi untuk bisa mengisi acara. Saya membuat acara untuk
menghibur warga disini denganacara bakti sosial, memberkan
sumbangan dan mendatangkan waria waria cantik berprestasi agar
waria tidak dipandang sebelah mata dan sebagai ajang pembuktian
untuk merubah pandangan masyarakat terhadap waria”
PW : “Tujuan kegiatan dirumah singgah waria ini apa Mi?”
NS : “Setiap kegiatan dirumah singgah ini mempunyai tujuan, tujuan nya
yaitu memberikan skill kepada waria waria yang sudah tua agar bisa
bertahan hidup, karena waria waria yang sudah tua ini sebagian besar
tidak mengenyam dunia pendidikan maka skill mereka rendah, setelah
mereka sudah bisa, saya memberikan uang sebesar Rp. 150.000 untuk
modal mereka berdagang dan bertahan hidup.”
PW : “Jumlah waria yang sudah Mami berikan modal, sudah berapa orang
Mi?”
NS : “Ada 300 orang dari 2010”
PW : “Jumlah waria yang ada disini berapa orang Mi?”
NS : “Disini ada 30 orang jumlah waria. Rumah singgah ini didanai oleh
Kementrian Sosial, dan KemenSos hanya memberikan dana untuk
15orang saja. Maka disini saya memutar otak agar semua bisa mendapat
bagian. Maka 15orang itu mendapatkan dana secara bergantian agar
mereka semua kebagian dan hasil nya merata.”
PW : ”Strategi apa yang Mami lakukan agar rumah singgah waria ini
kehadiran nya dapat diterima masyarakatr?”
NS : ”Strategi yang paling utama adalah bagaimana kita mencoba untuk bisa
beradaptasi dengan masyarakat. Dan konteks beradaptasi disini juga
bisa dilihat dari banyak hal dan kita juga harus bisa melihat dari
berbagai latar belakang, saya juga membuat suatu bagan atau konsep.
Rumah singgah ini berdiri dimana itu yang pertama,yang kedua daerah
atau lingkungan ini dominan mendukung kita atau tidak. Dan yang
ketiga disini rata-rata agama islamnya cukup kental apalagi dibelakang
wilayah ini ada FPI.dan bagaimana kemudian kita bisa menyikapi agar
rumah singgah ini bisa berdiri dengan rasa nyaman. Itu juga tidak
segampang membalikkan telapak tangan. Karena kita juga melalui
berbagai macam tahapan dimulai dari bagaimana kita me manage diri
kita sendiri dulu. Karena sebelum koita bisa meyakinkan warga disini
kita harus bisa menunjukkan dulu kepada warga bahwa saya yang
memiliki tempat ini dan saya dan rekan-rekan tidak seperti pemahaman
yang beredar di masyarakat disini bahkan di Indonesia, bahwa waria
tidka terlepas dari PSK dan pengamen. Tetapi setelah kita tinggak
disini, kita menyikapi dengan berbagai strategi karena ternayata tidak
segampang yang kita duga kita bisa mempunyai rumah dan bisa
tinggal.”
PW : ”Awalnya bagaimana Mi?”
NS : ”Saya harus mengambil suatu strategi, setelah rumah singgah ini
selesai, kami membuat peresmian. Saya juga berbicara kepada tokoh
agama, tokoh masyarakat disini untuk mengadakan acara hiburan
menampilkan waria-waria yang mempunyai potensi da berprestasi di
Jakarta. Kemudian saya berbicara diatas panggung, dan tidak di duga
pers datang. Saya memang sering kali menjadi public figur di media.
Dan orang-orang disini jadi bisa melihat dan sebagai ajang pembuktian
kepada masyarakat disini walaupun aku ini seorang waria, aku bisa
sekolah. Setalah peresmian itu kami sering didatangi media elektronik
maupun cetak an bukan hanya dari nasional tetapi juga internasional.
Dan saya menimbulkan pertanyaan bagi masyarakat disini yaitu ”orang
ini kalau tidak penting untuk apa dicari-cari”.
PW : ”Kegiatan ini melibatkan warga Mi?”
NS : ”Iya sebelum acara peresmian aku melakukan strategi untuk mengambil
hati masyarakat agar acara peresmian nanti tdak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Saya mencoba mengumpulkan waria-waria dan
mendatangi warga kemudian mendata warga yang tidak mampu dsini.
Setelah kita mempunyai data sekitar 25 orang dan mereka semua
merupakan janda miskin saya mengambil sebuah sikap yaitu kami kan
rutin mendatangi mereka setiap bulan paling sedikit dua kali. Walau
kita hanya membawa 1 bungkus mi instan atau ¼ kilogram gula dan
uang sebesar Rp. 10.000 kami mendatangi mereka dengan penuh canda
tawa menghibur mereka. Kita melakukan rutinitas ini berkali-kali.
Sesudah itu kami bisa akrab dengan mereka, lalu saya membuat
rutinitas lagi yaitu pembagian sembako kepada warga sekitar sini
dengan melibatkan orang-orang yang mempunyai kepentingan seperti
RT dan RW. Pra acara itu kami mengadakan acara buka pusa bersama
dengan warga. Kami juga mengadakan kursus membuat donat untuk
waria dan warga-warga yang ada disini, lalu kursus berdandan. Lalu
setelah akrab dengan mereka, kemudian saya menceritakan bahwa saya
mau membuat suatu pangung hiburan disini. Saya bertanya kepada
warga. Disinoi yang terkenal siapa, lalu biayanya berapa, dan aku
melibatkan waria-waria yang memiliki uang.”
PW : ”Acara tersebut mami mengunang siapa saja?”
NS : ”Peresmian rumah singgah itu berjalan dengan mengundang tokoh-
tokoh yang ada disini. Lalu juga ada waria-waria yang sudah
melaksanakan ibadah haji berbicara di panggung membahas berbagai
macam, dan disini terlihat bahwa public speaking waria ini bagus
bahkan lebih bagus dari warega yang ada disini, mungkin karena
perbedaan wilayah. Waria yang hadir waria yang bertempat tinggal di
komplek dan disini perkampungan.”
PW : ”Respon warga disini bagaimana Mi?”
NS : ”Respon warga disini baik. Dan karena sering ada pers yang datang
kesini warga-warga disini sering menanyakan ”kapan Mi kita masuk
tv?”. jadi setiap ada pers yang datang dari tv saya selalu memberi tahu
warga agar mereka bisa ikut diliput dan masuk tv.”
PW : ”Adakah pelatihan bagi penghuni rumah singgah waria untuk berbaur
atau bersosialisasi dengan warga?”
NS : ”Saya memberi tahu kepada teman-teman waria, jika kita ini berada
dilingkungan yang sarat akan islam. Jangan berdandan berlebihan,
jangan memakai perhiasan atau pakaian yang menarik perhatian warga,
berpakaian yang sopan, bertegur sapa jika bertemu warga dan berlaku
santun.”
PW : ”Pernahkah Mami mengikuti kegiatan masyarakat disini?”
NS : ”Saya pernah mengikuti acara karang taruna disini dan acara ibu-ibu
PKK. Saya juga pernah menawarkan tempat kepada mereka jika
membutuhkan tempat yang lebih luas bisa melakukan kegiatan disini.”
PW : ”Bagaimana interaksi Mami dengan warga yang ada disini ?”
NS : ”Saya pernah mengobrol, jika lewat saya bertegur sapa. Kunci agar kita
bisa nyaman hidup berdampingan dengan masyarakat adalah dimulai
dari diri sendiri terlebih dahulu dengan tidak berdandan berlebihan agar
tidak menjadi sorotan masyarakat, bagaimana cara kita untuk
menghargai diri kita sendiri, bagaimana kita beradaptasi, bagaimana
caranya membeli hati masyarakat. Jika ada warga yang sakit kita
jenguk, memberikan sumbangan walaupun jumlahnya tidak banyak
yang penting kita ikhlas memberikannya. Hal itu saya lakukan agar
merubah fikiran masyarakat tentang waria yang hanya bisa melacur dan
mengamen.
PW : ”Bagaimana sikap anak-anak yang ada disini Mi?”
NS : ”Jika saya bertemu dengan anak-anak, saya sesekali memberikan uang
jajan kepada mereka, setelah saya memberikan uang jajan kepada anak-
anak, merekapasti memberi tahu orang tua mereka. Dan orang tua
mereka mewngucapkan terima kasih kepada saya. Dan jika ada anak-
anak yang jahil kepada saya, orang tua mereka yang kadang memarahi
anak tersebut ”Jangan Mami Yuli kan baik”. Jadi saya kadang tidak
perlu repot untuk hal seperti itu.”
PW : ”Pernahkah ada ancaman atau teror yang bertujuan untuk membuat
penghuni rumah singgah waria resah?”
NS : ”Tidak ada, aman-aman saja. Mungkin karena ini rumah saya sendiri,
kalau saya mengontrak mungkin beda urusan lagi. Dan waarga disini
juga banyak pendatang, yang penting kami disini tidak menganggu
mereka.”
PW : ”Adakah perbedaan sikap warga dari dulu hingga sampai saat ini Mami
bertinggal disini?”
NS : ”Coba saja tanya ke warga, ketika kita bisa melakukan hal yang positif
maka orang lain pun akan mengangkap dengan positif juga. Itulah yang
saya lakukan. Karena kita harus memulai dari hal kecil terlebih dahulu
dimulai dari sikap dan cara berpakaian. Saya juga mengajari penghuni
rumah singgah ini bagaimana duduk mengobrol dengan warga. Dan
saya juga sudah lama disini, saya sudah menganggap warga disini
seperti keluarga.”
PW : ”Rumah Singgah Waria ini berdiri sejak kapan?”
NS : ”Sejak 2010”
PW : ”Jika Mami membuat acara kegiatan di rumah singgah ini adakah
warga yang keberatan?”
NS : ”Tidak ada”
PW : ”Yang bisa tinggal di rumah singgah waria ini, waria yang mempunyai
kriteria seperti apa Mi?”
NS : ”Waria-waria yang mau diatur, yang mau berubah perilaku hidupnya,
dan yang mau belajar untuk mandiri.”
PW : ”Mami sering mengobrol dengan warga?”
NS : ”Iya, tapi sekarang karena kesibukan jadi sudah jarang. Warga juga
suka kumpuldi depan teras.”
PW : ”Kegiatan apa saja yang melibatkan warga disini Mi?”
NS : ”Kursus memasak seperti membuat donat, menyulam dan arisan.”
PW : ”Bagaimana menghadapi warga yang kontra dengan adanya rumah
singgah waria ini Mi?”
NS : ”Saya mencoba membuat kegiatan hal yang benar-benar nyata sebagai
ajang pembuktian. Tidak semua orang suka dengan kita yang pro dan
kontra pasti ada apalagi kami sebagai waria.”
PW : ”Pernah takut akan penolakan dari warga ketika tinggal disini Mi?”
NS : ”Karena saya sudah pernah merasakan penolakan yang pahit, jadi jika
ada penolakan yang hanya cibiran atau pengusiran itu sudah biasa untuk
saya. Kadang ada tanggapan dari warga jika ada sumbangan yang tidak
merata. ”Yang itu dikasih kok saya tidak”. Warga disini juga rumpi,
kecemburuan sosial memang biasa terjadi.”
PW : ”Apa yang menjadi harapan Mami kepada warga masyarakat jika ada
waria berada di tengah-tengah masyarakat?”
NS : ”Sebelum kita berharap kepada masyarakat, kita harus memulai dari
diri sendiri terlebih dahulu, jika mau dihargai oleh orang lain kita harus
bisa menghargai diri kita sendiri dulu. Jika kita bisa membeli hati
masyarakat maka kita bisa nyaman tinggal di tengah masyarakat. Dan
warga bisa membentengi kita, jika kita berperilaku dengan baik. Jika
ingin hidup bermasyarakat harus di mulai dari hal terkecil terlebih
dahulu. Dimanapun kita hidup asal kita tidak menganggu maka hidup
akan tenang.”
Hasil Wawancara
Narasumber 1 (NS1) : Ketua RT 03 Bapak Endang
Pewawancara (PW) : Khairunisa
PW : ”Bagaimana perijinan Mami Yuli ke bapak untuk membangun rumah
singgah itu pak ?”
NS1 : ”Awalnya rumah itu dibangun saja”
PW : ”Ijin sama bapak?”
NS1 : ”Ya namanya dia membeli tanah disitu, ya dia langsung membangun.”
PW : ”Bapak setuju pak dengan dibangun nya rumah untuk waria disitu?”
NS1 : ”Ya sebetulnya tidak setuju, karena awalnya dia sudah membeli tanah
disitu. Dan awalnya juga saya tidak tahu jika waria yang membeli tanah
itu. Saya tahu setelah rumah itu sudah jadi, dan baru saya tahu kalau
rumah itu waria yang menempati.
PW : ”Bagaimana respon warga-warga disini dengan adanya rumah singgah
waria dilingkungan mereka pak?”
NS1 : “Warga disini tidak ada masalah, dan sikapnya biasa saja.”
PW : “Waria yang ada dirumah singgah itu pernah mengikuti kegiatan acara
yang ada disini?”
NS1 : “Mereka tidak pernah ikut. Dia hanya tinggal disitu, yasudah mereka
begitu saja. Kadang pergi, pulang.”
PW : “Bapak pernah mengajak?”
NS1 : “Ya karena orangnya juga suka tidak ada ya saya mau mengajak
bagaimana”
PW : “Apa bapak pernah mendapat laporan dari warga tentang keberadaan
waria disekitar lingkungan bapak?”
NS1 : “Terkadang saya suka menerima laporan. Kemarin juga sempat ada
masalah”
PW : ”Sudah berapa lama pak dia tinggal disitu?”
NS1 : ”Sudah 3 tahun mereka tinggal disana. Awalnya juga orang lain yang beli
bukan si Yuli. Saya juga tidak tahu pastinya seperti apa, dia membeli
tanah itu sendiri atau bagaimana.”
PW : ”Bapak dengan Mami Yuli jarang berkomunikasi pak?”
NS1 : ” Ya jarang karena dia juga jarang ada dirumah.”
PW : ”Apakah Rumah singgah tersebut sering mengadakan kegiatan pak?”
NS1 : ”Jadi kemarin ada kegiatan. Ada acara dirumah singgah itu, Yuli laporan
sama saya, dia bilang ada acara kumpul-kumpul. Saya bilang kok hari
H baru laporan. Lalu Yuli bilang ke saya udah laporan ke pihak
kepolisian juga. Saya bilang tidak bisa begitu kalau kamu berada di
lingkungan warga seperti ini.
PW : ”Kegiatan mereka menganggu warga disini pak?”
NS1 : ”Ya tidak, jika mereka menganggu, mereka sudah di amuk warga, saya
juga sudah memperingatkan ke Yuli. Awas ya hati-hati tinggal disini
jangan membuat masalah, saya tidak mau bertanggung jawab jika
terjadi apa-apa. Soalnya kelihatan nya dia itu mempunyai banyak
teman. Dan dia juga ketua waria se-Indonesia.”
PW : ”Kontribusi apa yang telah diberikan mami Yuli untuk RT disini pak?”
NS1 : ”Dulu pernah dia datang, memberikan sembako ke warga-warga yang
ada disini. Dia orang nya baik, jika terjadi apa-apa warga disini pasti
melapor ke saya. Sejauh ini sih tidak. Karena kita kan juga harus
menjaga yang begitu-begitu.”
PW : ”Apa yang membuat bapak tidak berkeberatan mereka ada disini pak?”
NS1 : ”Ya jika dia membuat masalah ya saya keberatan, untungnya tidak.”
PW : ”Bapak tadi mengatakan mereka kemarin membuat masalah, masalah apa
itu pak?”
NS1 : ”Iya kemarin ada polisi datang ramai sekali.”
PW : ”Lalu bapak bagaimana pak menangani nya pak?”
NS1 : ”Karena dia baru laporan ke saya setelah hari H acara. Seharusnya
seminggu sebelum acara. Lalu warga-warga disini, anak-anak muda
mau melakukan aksi demo tapi tidak jadi. Terjadi keributan karena ada
acara kumpul waria. Yuli mau laporan sama saya, saya nya tidak ada.
Dia laporan akan mengadakan acara kumpul waria tepat hari H. Tidak
boleh seperti itu harusnya namanya dia hidup di lingkungan sosial.
Kemarin ramai sekali polisi, plang rumah singgah waria juga sudah
dicabut.
PW : ”Plang itu dicabut disebabkan karena apa pak?”
NS1 : ” Mungkin karena ada pengaduan jadi dicabut”
PW : ”Pengaduan nya kemana pak? Ke Bapak?”
NS1 : ”Laporan ke kepolisian. Mereka kumpul tidak ada izin nya jadi
mengakibatkan seperti itu. Jadi ramai, saat itu saya sedang tidak ada
ditempat karena sedang ada acara hajatan dirumah saudara saya”
PW : ”Masih ada pak waria yang tinggal setelah kejadian itu?”
NS1 : ”Masih ada 1-2 orang disana”
PW : ”Setelah kejadian itu apakah mereka berniat untuk pindah atau
bagaimana pak?”
NS1 : ”Saya belum mendengar kepastian untuk itu. Sepertinya mereka mau
pindah tapi saya belum mendengar ada kabar lagi. Sebenarnya warga
disini tidak ada masalah baik-baik saja. Karena ada masalah kemarin
itu, mereka tidak izin ke saya. Izin setelah acara, seharusnya kan tidak
boleh seperti itu.”
PW : ”Damainya kejadian itu seperti apa pak?”
NS1 : ”itu urusan polisi, saya tidak tahu menahu untuk masalah itu”
PW : ”Awal mereka mendirikan rumah singgah untuk waria itu bapak tidak
tahu?’
NS1 : ”Tidak tahu. Yang membeli orang lain. Lalu setelah dibangun baru dia
yang menempati rumah itu. Dan setelah saya tahu, saya harus hati-hati
agar tidak terjadi masalah. Dia juga orangnya baik dan ramah.
Sosialisasi dia juga bagus. Acara kemarin mereka izin nya melangkahi
saya. Yuli izin nya langsung ke kepolisian, saya tidak tahu. Harusnya
kan tidak boleh seperti itu. Saya sebagai RT menncari jalan yang
terbaik, jangan sampai ada suatu hal yangterjadi dan menganggu warga.
Kemarin itu kumpul banyak waria, tidak izin dengan warga sekitar.
Sampai polisi kerumah saya, dan FPI pun datang.”
PW : ”FPI Depok apa FPI mana pak?”
NS1 : ”FPI Depok”
PW : ”Kemarin itu mami Yuli mengadakan acara apa pak? Acara kumpul biasa
atau acara apa?”
NS1 : ”Yuli membuat acara sampai ada tenda. Malam dia datang kerumah saya
sebelum acara. Saya baru pulang pagi karena saudara saya hajatan, lalu
dia datang lagi baru laporan sama saya katanya mau ada acara kumpul-
kumpul. Saya mengatakan kepada dia ”Kenapa mendadak seperti ini
jika terjadi apa-apa saya tidak mau tanggung jawab yah seharusnya
kamu izin nya jangan mendadak seperti ini”. Dan yuli menenangkan
saya dia mengatakan ”tenang saja pak RT tidak terjadi apa-apa ko”.
Dan ternyata warga disini kaget, kenapa banyak bencong pada datang
beramai-ramai, polisi mendatangi saya, saya juga bingung. Saya
bertanya ke Yuli ”katanya kamu sudah izin ke kepolisian mana
suratnya?”. Dia menjawab ”iya saya sudah izin formalitas saja pak RT
tidak ada surat”. Saya mengatakan ke Yuli ”Ya tidak bisa seperti itu
yul”. Lalu besok nya setelah acara itu banyak FPI pada datang ke
rumah singgah itu”
PW : ”Setelah acara itu mereka ada kegiatan lagi pak? Kejadian itu terjadi
kapan pak?”
NS1 : ”Sepi sudah tidak ada kegiatan lagi. Sekarang kalau terjadi apa-apa
kelurahan yang menangani. Saya juga tidak mau jika caranya seperti
itu, saya di langkahin tidak izin ke saya. Kejadian itu sebulan lalu. Saya
jadi merasa takut sekarang, jika ada waria dilingkungan warga”
PW : ”Apa yang bapak takut kan pak?”
NS1 : ”Banyak anak-anak saya takut mereka menjadi terbiasa melihat hak
semacam itu dan takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Tapi
Alhamdulillah tidak ada laporan kejadian tentang anak-anak yang ada
disini.”
Jakarta, 21 Desember 2014
Mengetahui,
Ketua RT 03
Endang
Hasil Wawancara
Narasumber 2 (NS2) : Tokoh Masyarakat Bapak Sugito
Narasumber 3 (NS3) : Istri Bapak Sugito
Pewawancara (PW) : Khairunisa
PW : ”Sejarah berdiri nya rumah Mami Yuli pak, bapak kan orang yang
dekat dengan rumah Mami. Bagaimana sejarahnya pak?”
NS 2 : ”Persisnya saya engga tau. Waktu itu sudah ada bangunan disitu, yang
punya rumah juga tidak pernah ada. Sedangkan yang kerja membangun
rumah itu juga bukan orang sini. Saya nanya-nanya ke yang kerja,
mereka bilang mereka juga tidak mengetahui siapa pemilik rumah
tersebut dan mereka disuruh dari gereja. Yang membangun rumah itu
gereja yg ada di kota. Yang membayar mereka orang dari gereja. Ini
rencananya buat apa saya tanyakan seperti itu. Mereka juga tidak tahu
ini untuk apa mereka hanya disuruh untuk membangun rumah ini, itu
saja dan gereja yang membayar mereka. Ketika rumah itu sudah jadi,
tidak langsung di tempati mba, selang beberapa minggu kurang lebih 3
minggu baru ditempati, oleh Mami Yuli. Tapi sebelum Mami Yuli yang
menempati, ada sepasang suami istri punya anak tinggal disitu. Hanya
beberapa bulan lalu sudah tinggal disitu lagi. Persisnya saya juga tidak
tahu mba bagaimana ceritanya, karena orangnya juga tidak
bermasyarakat. Ketika kita hidup bermasyarakat dia juga tidak pernah
bertegur sapa, saya sendiri juga gimana ya. Saya juga bukan nya ingin
di hormati tapi setidaknya sebagai tetangga harusnya bertegur sapa,
basa-basi mau kemana atau gimana sama tetangga.”
PW : ”Kegiatan masyarakat disini Mami Yuli ikut bergabung pak?”
NS 2 : ”Tidak pernah ikut sama sekali, pernah ada yang menikah di depan
rumah dia persis, dia tidak datang, ada hajatan yang lainnya pun tidak
datang. Membaur dengan masyarakat juga tidak pernah. Jadi seolah-
olah mereka itu selalu menyendiri. Mereka pernah di datangi oleh
anggota FPI.
PW : ”Kapan itu pak?”
NS 2 : ”Belum lama kira-kira 3 minggu yang lalu. Tapi sudah keduluan di
dengar oleh polisi. Jadi sebelum FPI datang polisi sudah datang terlebih
dahulu.”
PW : ”Ada kejadian apa pak, sampai di datangi oleh polisi?”
NS 2 : ”Ya mungkin FPI mendengar ada kegiatan di rumah singgah waria itu.
Kejadian FPI datang itu 2 hari setelah ada acara. Jadi Mami Yuli itu
menurut keterangan dari orang-orang mendapat dana dari Departemen
Sosial kurang lebih sebesar Rp. 1 Milyar. Tapi tidak sekaligus,
pemberian nya bertahap. Tahap pertama Rp. 250.000 uang itu
dibagikan untuk sebangsanya mereka. Mungkin tujuan pemerintah
memberikan bantuan kepada mereka agar mereka tidak berkeliaran
dijalan, untuk usaha, dan mungkin untuk memberdayakan mereka.
Ketika acara itu, ada 300 orang waria dan acara itu terselenggara tanpa
memberi tahu ketua RT setempat. Nah itu jeleknya seperti itu. Dia
memberi tahu acara tersebut ke pak RT itu pas hari H. Acara nya pagi,
dan jam 6 pagi dia baru lapor ke pak RT dan bersifat formalitas. Dan
saat itu pak RT sedang tidak ada ditempat karena ada hajatan saudara
nya. Dia membuat acara pertemuan waria tanpa memberi tahu ketua RT
dan Ketua RW. Acara seperti ini baru 2x. Yang pertama tidak begitu
banyak warianya. Yang acara kemarin banyak sekali warianya. Orang
yang berdagang laku semua. Si Yuli memberi tahu ke pedagang akan
ada acara di rumah singgah, jadi para pedagang disuruh berdagang
disitu.”
PW : ”Dengan adanya keberadaan mereka, warga disini keberatan atau tidak
pak?”
NS 2 : ”Ya sebenarnya keberatan mba, kami juga berfikir waria-waria itu mau
kemana lagi. Mereka dengan Pak RT juga cuek, jika mereka mau
membuat acara pun pak RT juga tidak akan menyetujui.”
PW : ”Sikap warga masyarakat disini terhadap Mami Yuli bagaimana pak?”
NS 2 : ”Walaupun dia tinggal disini sudah hampir 1 tahun tapi komunikasi
dengan masyarakat tidak bagus, mereka cuek. Dan keseharian kami pun
seolah-olah tidak ada mereka.”
PW : ’Warga yang setuju dan tidak setuju dengan kehadiran mereka disini
bagimana pak respon nya?”
NS 2 : ”Sepertinya warga yang pro dengan mereka tidak ada mba, paling 1
atau 2 orang yang dekat-dekat disitu saja. Salah satu dari mereka ada
yang dipanggil Omah yang gemuk, ada yang dipanggil Mami. Selama
ini Yuli dan teman-teman nya tidak ada hubungan komunikasi dengan
warga. Ya paling yang kenal dengan mereka hanya tukang sayur dan itu
pun karena untuk keperluan belanja saja.”
PW : ”Apakah mereka memberikan efek kepada warga yang ada disini ?”
NS 2 : ”Mereka kegiatan nya tidak ada sama sekali, hanya 2x dalam kurang
lebih setahun, kegiatan mereka sifatnya membagikan sembako.”
PW : ”Memberikan sembako kepada warga-warga disini pak?”
NS 2 : ”Tidak mba. Hanya untuk kelompoknya dia saja. Bukan untuk
masyarakat yang ada disini.”
PW : ”Kontribusi mereka untuk warga disini bagaimana pak?”
NS 2 : ”Tidak ada mba. Ya kalau mereka mau membagikan sesuatu ya untuk
sesama mereka saja. Untungnya kemaren polisi duluan yang datang saat
ada tragedi FPI datang, jika FPI terlebih dulu habis itu di obrak abrik.
Polisinya ada sekitar 15 orang. Kapolsek nya mengobrol disini dirumah
saya, saya hanya jadi pendengar saja.”
PW : ”Apakah mereka menganggu warga disini pak?”
NS 2 : ”Mengganggu sih tidak ya mereka cuma cuek saja dengan warga
sekitar.”
PW : ”Sikap anak-anak muda disini terhadap mereka bagaimana pak? Biasa
saja, meledek atau bagaimana?”
N 2 : ”Anak-anak muda saat ada acara kemarin itu berkumpul dirumah pak
RW, mau ditindak seperti apa, mau minta izin ke Pak RW untuk
bertindak. Pak RW mencegah harus ada kordinasi dulu dengan anggota
yang berwajib jangan sampai bersikap main hakim sendiri. Anak muda
disini kesal mba.”
PW : ”Kesalnya kenapa mereka pak?”
NS 2 : ”Jika dia mengaku seorang wanita ya harusnya sesuai dengan data.
Mereka seperti itu kan dibuat-buat, seolah-olah mereka itu wanita
padahal belum tentu mereka wanita.”
PW : ”Sudah berapa lama pak mereka tinggal disini?”
NS 2 : ”Sudah 2 tahun”
PW : ”Bagaimana kontribusi mereka terhadap warga yang ada disini pak?”
NS 2 : ”Kalau mereka membuat acara kegiatan ya buat golongan mereka aja.
Dulu dirumah itu ada plang nama rumah singgah. Tulisan nya rumah
singgah waria anak raja. Tapi pas tragedi kemarin itu plangnya diambil
sama FPI”
PW : ”Kenapa diambil pak?”
NS 2 : ”Saya tidak mengerti, pokoknya dibawa saja sama mereka.”
PW : ”Bapak pernah mencoba untuk merangkul mereka untuk datang ke
acara warga yang ada disini pak?”
NS 2 : ”Saya tidak pernah, berkomunikasi secara langsung dengan mereka
selama 2 tahun. Mereka kalau melewati rumah saya juga tidak pernah
permisi, bukan nya saya minta di hormati tetapi seharusnya yang
namanya orang baru harus ada unggah ungguhnya kalau dalam istilah
jawa.”
PW : ”Warga disini pernah ada yang mengajak mereka pak?”
NS 2 : ”Tidak pernah, pak RT pun merasa kesal tapi ya mau bagaimana pak
RT juga bingung harus berbuat apa. Pak Lurah juga pernah kesini, tapi
ini bentuk nya berupa rumah bukan kantor jadi ya bingung juga.”
PW : ”Setelah kejadian itu bagaimana pak kegiatan mereka, masih ada
kegiatan lagi?”
NS 2 : ”Setelah kejadian itu sudah tidak ada aktifitas lagi, Mami Yuli dan
Omah juga jarang lagi keliatan. Kadang seminggu dirumah kadang
tidak ada. Dulu awalnya kan emang ada keluarga yang tinggal dirumah
itu, ada anak kecil dan suami istri, suami nya supir angkot saya pun
tidak tahu itu benar-benar keluarga apa bukan.”
PW : ”Sebelum ada penggrebekan, dirumah itu ada kegiatan pak?”
NS 2 : ”Kegiatan nya membagi kan sembako.”
PW : ”Rutin pak?”
NS 2 : ”Tidak rutin, selama dia tinggal disini cuma 2x aja, dia pun juga jarang
ada dirumah.”
PW : ”Bapak sendiri bagaimana pak, melihat di lingkungan bapak ada orang
yang berbeda dari yang lain?”
NS 2 : ”Sebetulnya saya kurang begitu cocok, siapapun mba yang hidup
bermasyarakat tapi tidak mau membaur saya pun tidak cocok.”
PW : ”Jika seandainya mereka mau membaur bagaimana pak?”
NS 2 : ”Kalau mereka mau membaur dan mau berbagi saya bisa menerima.
Masalah mereka itu tidak mau membaur, bukan karena mereka waria.”
PW : ”Bapak pernah melihat sikap mereka berbeda dari yang lain?”
NS 2 : ”Tidak pernah, selama mereka disini tidak pernah saya bertanya ”Mami
Yuli mau kemana,” atau saya duduk depan rumah dari dia nya untu
menyapa saya seperti ”misi pak” itu tidak pernah. Ya kalau mereka
lewat ya lewat saja menengok juga tidak. Permisi juga tidak. Saya
keberatan nya disitu.”
PW : ”Mami Yuli cukup terkenal pak dilingkungan disini?”
NS 2 : ”terkenal nya ya terkenal gang bencong, kalau ada yang mau kesini tuh
bilangnya gang bencong semenjak ada Mami Yuli.”
PW : ”Ibu pernah bersapa dengan Mami Yuli?”
NS 3 : ”pernah paling hanya manggut-manggut saja”
PW : ”Dengan ibu pernah ngobrol ?”
NS 3 : ”Tidak pernah mengobrol, paling hanya menyapa ”Bu Haji” tidak
bertanya”
PW : ”Ibu sendiri bagaimana hubungan nya dengan Mami Yuli?”
NS 3 : ”Ya tidak pernah ngobrol, tidak pernah main.”
PW : ”Walaupun rumahnya deket bu?”
NS 3 : ”Iya tidak pernah, seharusnya sehabis peristiwa kemarin dia itu kesini
minta maaf tapi tidak ada sikap seperti itu, lewat ya lewat saja. Anakku
kan polisi, bertanya juga ke saya ”dia pernah kesini bu?” saya jawab
”tidak”. Seharusnya mereka kesini konfirmasi.”
PW : ”Keseharian mereka yang ibu tau bagaimana bu?”
NS 3 : ”Dia kan kuliah mengambil S2 katanya. Dia juga ketua Waria se-
Indonesia. Dia membawahi waria, memberikan santunan. Dan tidak
tahu dia mendapat dana dari mana. Pernah syuting juga dia masuk TV.
Dia menyantuni waria yang ekonominya sulit. Warga disini pernah
sudah siap untuk menggrebek, tapi sebelumnya konsultasi dulu kesini
tapi bapak bilang jangan, jangan ada kekerasan.”
PW : ”Menggrebeknya karena ada hal apa bu?”
NS 3 : ”Ya itu kegiatan kemarin, waria cantik-cantik datang. Putih-putih,
seragaman”
PW : ”Awalnya ketika ibu mengetahui yang menempati rumah itu waria,
bagaimana respon ibu?”
NS 3 : ”Ya kaget saya. Ya Allah kok bisa dia tinggal disini. Pak RT kok setuju.
Awalnya dia membangun rumah dan tidak tau siapa yang punya dan
ternyata yang membeli rumah itu waria. Dan mereka baru laporan ke
Pak RT setelah 3 bulan tinggal disini. Kaget semua warga sini.”
PW : ”Sampai akhirnya warga disini mau menerima mereka bagaimana bu?”
NS 3 : ”Ya mau tidak mau, awalnya buka salon, tapi sekarang sudah tidak buka
itu salon nya. Orang Ambon dia, laki-laki dipanggil Mami, itu dia
sendiri yang menyuruh warga disini memanggil dia dengan sebutan
Mami ”jangan panggil saya Om panggil saya Mami”. Saya sendiri tidak
pernah memanggil dia Mami, dia kan seorang laki-laki kok dipanggil
Mami”
PW : ”Keseharian mereka menganggu tidak bu?”
NS 3 : ”Tidak ko, dia mah kalau mau pergi ya lewat-lewat saja.”
PW : ”Apakah mereka memberikan efek untuk warga yang ada disini bu?”
NS 3 : ”Tidak, membuat resah masyarakat juga tidak pernah. Orang-orang disini
kan fanatik mba, pernah dulu ada orang non muslim tinggal
dilingkungan disini, waktu maghrib mereka bernyanyi keras sekali
menganggu orang yang mau beribadah dan menimbulkan kebisingan,
lalu rumah orang itu dilemparin batu. Akhirnya setelah kejadian itu
sudah tidak ada lagi.”
PW : ”Kenapa bisa bu warga disini yang begitu fanatik bisa menerima Mami
Yuli yang berbeda dari yang lain?”
NS 3 : ”Warga disini sudah ingin bergerak mba, LPM juga mau bergerak, tapi
masih segan sama bapak, minta izin ke bapak, bapak melarang
sehingga tidak jadi. Karena bapak mengatakan kepada mereka jangan
menggunakan kekerasan karena masih ada jalur hukum. Kegiatan
kemarin yang digrebek itu juga masuk tv, saya juga tahu beritanya
malahan dari tv padahal rumah saya dekat”
PW : ”Kegiatan kemarin waria yang hadir banyak bu?”
NS 3 : ”Banyak, penuh sekali disini waria. Setelah acara kegiatan itu, besok nya
baru FPI, kepolisian pada ramai datang kesini. Kalau tidak ada polisi
sudah hancur itu rumah sama FPI, polisi datang untuk mencegah
tindakan anarkis yang akan dilakukan oleh FPI.”
PW : ”Di hari biasa kegiatan mereka apa bu?”
NS 3 : ”Katanya sih buka salon. Tapi tidak pernah melihat orang yang potong
rambut.”
PW : ”Mereka pernah santunan ke warga yang ada disini bu?”
NS 3 : ”Waktu ada kegiatan acara kumpul kemarin ibu-ibu disini diberikan uang
sebesar Rp. 200.000 untuk modal berjualan. Karena waria ramai sekali
buat modal berjualan makanan untuk waria-waria yang hadir. Dulu juga
pernah sekali memberikan santunan ke janda-janda yang ada disini
sejumlah 25 orang malam-malam dan saat itu sedang hujan.”
PW : ”Setelah ada kegitan santunan untuk janda, apakah ada kegiatan santunan
lagi bu?”
NS 3 : ”Tidak pernah mba, hanya sekali saja. Dia mendapatkan uang dari luar ya
untuk dirinya sendiri mendapat uang sejumlah Rp. 200juta. Status
rumah itu aja saya tidak tahu dan pak RT pun juga tidak tahu apa lagi
saya”
PW : ”Awal-awal kehadiran mereka disini apakah bermasalah bu?”
NS 3 : ”Dulu mereka sering ditegur oleh pak RT. Dia menempati rumah itu 3
bulan lalu baru laporan ke pak RT, dia juga tidak tercatat sebagai
warga disini mba. Tidak tahu warga mana. Pak RT juga tidak tahu, dia
dari mana. Ketika dia baru datang tidak ada perkenalan diri ke
lingkungan terdekat ditenpat dia tinggal.”
PW : ”Ketika ada kegiatan disini apakah ibu pernah mengajak?”
NS 3 : ”Malas, saya sudah malas. Karena dari dia nya juga sehingga saya sudah
malas. Kalau mereka mau mengakrabkan diri dengan warga disini pasti
mereka diajak. Disini suka ada kegiatan seperti kegiatan santunan anak
yatim, acara posyandu. Jika dia tidak menyendiri pasti saya ajak.
Kemarin ada seorang waria yang meninggal ada ambulan. Kita mau
nyelawat juga bingung bagaimana tata cara kalau yang meninggal iu
seorang waria, ya akhirnya Mami Yuli dan rekan nya yang mengurus.”
PW : ”Setelah kejadian itu apakah ada rencana mereka untuk berpindah apa
masih tetap tinggal disini?”
NS 3 : ”Saya tidak tahu bagaimana kelanjutan rumah itu, dan belum mendapat
kabar apa-apa.”
Jakarta, 21 Desember 2014
Mengetahui,
Tokoh Masyarakat RT 03
Bapak Sugito
Warga RT 03
Ibu Sugito
Rumah Singgah Waria Anak Raja