TERJEMAHAN KULTURAL
PADA KITAB MIN MUKHАLAFАT AL-NISА’
KARYA ABDUL AZIZ BIN MUHAMMAD BIN ADULLAH AS SADHAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
(S.Hum)
Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
Anisah Sarah Fatimah
1113024000053
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk ayahanda dan
ibunda tercinta bpk. H. Adung Eron, S.Kom dan ibu Hj. Siti Fatimah, serta untuk
kakanda Faris Ahmad Maulana, dan dua adikku Irfan Ahmad Rasyiq dan Farhan
Ahmad Ridwan.
i
ABSTRAK
Anisah Sarah Fatimah, 1113024000053. Terjemahan Kultural Kitab
Min Mukhālafāt Al-Nisа’. Skripsi, program Studi Tarjamah, Fakultas Adab dan
Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk menerjemahkan konsep, proses dan unsur budaya
pada kitab Min Mukhālafāt Al-Nisа’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin
Abdullah As Sadhan. Proses tersebut melalui pengumpulan dan
pengklasifisikasian kata, frasa, idiom dan kolokasi berunsur budaya, yang
dipadanankan dari bahasa Arab (BSu) ke dalam bahasa Indonesia (BSa). Metode
penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian dengan
cara mengumpulkan, mengklasifikasikan dan menganalisis data secara non
statistik. Unsur tersebut melekat pada unsur-unsur lingual kebahasaan yang biasa
digunakan oleh budaya Arab yang sebagian besarnya menjadi kata serapan bagi
orang Indonesia. Hasil temuan pada penelitian ini menemukan unsur budaya yang
terdiri dari kata, frasa, idiom dan kolokasi, yaitu kosa kata berbasis budaya yang
terdiri dari budaya ekologi 3 data kata, material budaya 9 data kata, frasa, idiom
dan kolokasi, sosial budaya 26 data kata, frasa dan kolokasi, organisasi, konsep,
adat 8 data kata, frasa dan kolokasi, gerak tubuh dan kebiasaan 4 data kata dan
idiom.. Unsur budaya tersebut diterjemahkan ke dalam BSa dengan strategi
kesepadanan yang dikemukakan oleh Baker dan Newmark, yang termasuk ke
dalam kelas kata ada 33 data, idiom, pribahasa dan ungkapan 10 data, dan
kolokasi 8 data. Akhir dari penelitian ini dijelaskan melalui pertanggungjawaban
peneliti terhadap temuan berbasis unsur budaya, yang kemudian menghasilkan
sebuah produk terjemahan kultural dan kosa kata berbasis budaya dalam bahasa
Arab.
Kata kunci: Terjemahan, kultural, padanan.
ii
PRAKATA
Bismillāhirrahmānirrahīm
Ḥamdan wa syukron lillāh. Waṣalātu wassalāmu `alā Rasūlillāh wa `alā
`ālihi wa ṣaḥbihī wa mawwālah. Lā ḥawla walāquwwata illā billāh.
Diawali dengan menghadirkan zat Yang Maha Kuasa, Allah swt. Hanya
kepada-Nya kami memuji, mohon pertolongan dan ampunan serta berlindung
kepada-Nya dari keburukan akhlak.
Salawat dan salam semoga tercurahkan selalu bagi junjungan kita,
pembawa hidayah dan pemberi safaat, Nabi Muhammad saw. keluarga para
sahabat serta seluruh umatnya yang setia mengikuti risalah Ilahi yang telah
dibawanya.
Skripsi tentang “Terjemahan Kultural Kitab Min Mukhаllafаt Al-Nisа’
karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan” ini merupakan salah
satu tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan memperoleh gelar pada jenjang
perkuliahan Strata Satu (S-1) pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, saya telah mengerahkan
segenap upaya dan kemampuan sehingga penulisan ini terselesaikan. Tentunya
dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, karena
itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat peneliti harapakan.
Pada kesempatan ini saya ucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga
kepada seluruh pihak yang telah mendukung dalam penyusunan skripsi ini. Pihak-
pihak yang berjasa tersebut di antaranya:
iii
1. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora, beserta jajarannya.
2. Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, Lc., M.Hum. selaku Ketua Jurusan
Tarjamah beserta Sekretaris Jurusan Rizqi Handayani, M.A.
3. Seluruh dosen Program Studi Tarjamah yang telah mendidik dan
memberikan ilmu, wawasan, dan pengalaman yang tak terhingga.
4. Karlina Helmanita, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu di sela kesibukannya untuk membaca, mengoreksi, dan
memberikan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail dan Umi Kulsum, M.A sebagai dosen
penguji skripsi yang bersedia memberikan penilaian, kritik dan saran
untuk memperbaiki penulisan skripsi ini.
6. Ibu dan Bapak tercinta (M. Adung Eron, S.Kom dan Siti Fatimah) yang
telah merawat dan mendidik saya, serta dukungan penuh baik berupa
materil ataupun moril dan doa yang tak henti-hentinya. Kakak dan adik-
adik saya (Faris Ahmad Maulana, S.Kom, Irfan Ahmad Rasyiq dan Farhan
Ahmad Ridawan) yang telah memberikan semangat, motivasi,
dukungannya.
7. Pustakawan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan Utama dan Riset
Perpustakaan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memfasilitasi dan menyediakan koleksi buku yang sangat beragam sebagai
acuan dan literatur dalam penyusunan skripsi.
iv
8. Dr. Akhmad Saekhudin, M.Ag. selaku ketua Program Studi Tarjamah
periode 2013. Berkat kemurahan hatinya saya mendapatkan kesempatan
menjadi mahasiswa Tarjamah dari tahun 2013 hingga sekarang.
9. Seluruh rekan-rekan seperjuangan, para alumni, senior dan adik kelas di
Program Studi Tarjamah yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan
pengalaman selama menimba ilmu di jenjang perkuliahan.
Semoga skripsi yang masih jauh dari kata sempurna ini dapat memberikan
manfaat untuk khalayak, khususnya bagi peneliti sendiri serta para penggiat
akademis di dunia penerjemahan.
Jakarta, 22 Desember 2017
Anisah Sarah Fatimah
v
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................................ ......
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ......
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ......
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................... ......
LEMBAR PERSEMBAHAN......................................................................... ...... ......
ABSTRAK ..............................................................................................................i
PRAKATA .............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
PEDOMAN TRANSLITERASI .........................................................................ix
SINGKATAN ……….........................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................6
E. Penelitian Terdahulu .................................................................7
F. Metodologi Penelitian .............................................................11
1. Metode Penelitian .............................................................11
2. Fokus Penelitian ................................................................11
vi
3. Sumber Data ......................................................................11
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................12
5. Metode Analisis Data ........................................................14
G. Sistematika Penulisan ..............................................................16
BAB II KERANGKA TEORI
A. Hakikat Terjemahan dan Penerjemahan...................................18
1. Pengertian Terjemahan dan Penerjemahan .......................18
B. Penerjemahan Kultural ............................................................20
1. Konsep Penerjemahan Kultural (Budaya) .........................23
2. Proses Penerjemahan Kultural (Budaya) ..........................36
C. Strategi Penerjemahan Kultural ..............................................40
1. Padanan Kata (Equiva,ence) .............................................50
2. Masalah Ketidaksepadanan (Non-equivalence) ..............52
D. Teks dan Konteks Sosial Budaya ............................................58
BAB III SEKILAS TENTANG KITAB MIN MUKHАLAFАT AN-
NISА’ DAN BIOGRAFI PENULIS ABDUL AZIZ BIN
MUHAMMAD BIN ABDULLAH AL SADHAN
A. Deskripsi Kitab Min Mukhаlafаt an-Nisа’..............................61
1. Perempuan Sebelum Islam ...............................................62
2. Perempuan Pasca Islam .....................................................64
B. Biografi Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah As Sadhan
..................................................................................................68
1. Riwayat Pendidikan ..........................................................68
vii
2. Jenjang Karir Dr. Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah
As Sadhan ..........................................................................69
3. Karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah As
Sadhan................................................................................70
BAB IV HASIL TEMUAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
TERJEMAHAN KITAB MIN MUKHАLAFАT AN-NISА’
KARYA ABDUL AZIZ BIN MUHAMMAD BIN ABDULLAH
AL SADHAN
A. Temuan Penelitian................................................................... 71
B. Analisis Penelitian Penerjemahan Kultural ............................ 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................146
B. Rekomendasi ........................................................................147
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................148
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kosa Kata Berunsur Budaya
Lampiran 2 : Transkrip Wawancara Drs. H. Saifullah Kamalie, Lc, M.Hum,
Ph.D.
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara Abdul Wadud Kasyful Anwar, M.A.
Lampiran 4 : Teks Bahasa Sumber
Lampiran 5 : Teks Terjemahan Peneliti
Lampiran 6 : Teks Bahasa Arab (BSu)
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah mengalih aksarakan suatu tulisan ke dalam
aksara lain. Misalnya, dari aksara Arab ke aksara Latin.
Berikut ini adalah Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158 Tahun 1987 -
Nomor: 0543 b/u/1997 tentang Transliterasi Arab-Latin yang peneliti
gunakan dalam penulisan skripsi ini.
A. Konsonan
ARAB NAMA Latin KETERANGAN RUMUS*
- - - Alif ا
- Ba’ B Be ب
- Ta’ T Te ت
Ṡa’ Ṡ Es dengan titik di atas 1e60 & 1e61 ث
- Jim J Je ج
Ḥa’ Ḥ Ha dengan titik di bawah 1e24 & 1e25 ح
- Kha Kh Ka dan ha خ
- Dal D De د
Żal Ż Zet dengan titik di atas 017b & 017c ذ
- Ra’ R Er ر
- Zai Z Zet ز
- Sin S Es س
- Syin Sy Es dan ye ش
Ṣad Ṣ Es dengan titik di bawah 1e62 & 1e63 ص
Ḍaḍ Ḍ De dengan titik di bawah 1e0c & 1e0d ض
Ṭa Ṭ Te dengan titik di bawah 1e6c & 1e6d ط
Ẓa Ẓ Zet dengan titik di bawah 1e92 & 1e93 ظ
x
Gain G Ge غ
Fa F Fa ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wau W We و
Ha’ H Ha ه
’_ Hamzah ’ Apostrof ء
Ya’ Y ye ي
*Rumus hanya dipergunakan untuk font yang tidak ada di kibor
komputer gunanya untuk mempermudah. Rumus dioperasikan dengan cara
mengetik kode yang tersedia lalu klik alt+x (kode pertama untuk huruf
kapital dan kode kedua untuk huruf kecil).
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
Fatḥah A A ا
Kasrah I I ا
Ḍammah U U ا
Contoh:
ك ت ب : kataba dan س ئ ل : su’ila
2. Vokal Rangkap
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
Fatḥah dan ya’ sakin Ai A dan I ت ي
xi
Fatḥah dan wau sakin Au A dan U ت و
Contoh:
ي ف ل kayfa dan : ك و ḥawla = ح
3. Vokal Panjang
Tanda
Vokal
Nama
Latin
Keterangan
Rumus
Fatḥah dan alif Ā A dengan garis di atas 100 & 101 تا
Kasrah dan ya’ Ī I dengan garis di atas 12a & 12b بي
Ḍammah dan wau Ū U dengan garis di atas 16a & 16b نو
Contoh:
ل qīla dan : ق ي ل qāla : ق ال yaqūlu : ي ق و
C. Ta’ Marbuṭah
1. Transliterasi untuk ta’ matrbuṭah hidup
Ta’ matrbuṭah yang hidup atau yang mendapat harakat
Fatḥah, Kasrah, dan Ḍammah, transliterasinya adalah “T/t”.
2. Transliterasi untuk ta’ matrbuṭah mati
Ta’ matrbuṭah yang mati atau mendapat harakat sakin,
transliterasinya adalah “h”.
Contoh:
ة .ṭalḥah : ط ل ح
xii
3. Transliterasi untuk ta’ marbuṭah jika diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang “al-” dan bacaannya terpisah maka ta’
matrbuṭah ditransliterasikan dengan “h”.
Contoh:
ال ف ط ل ا ة ض و ر : rauḍah al-aṭfāl
ةر و ن م ل ا ة ن ي د م ل ا : al-Madīnah al-Munawwarah
D. Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydīd)
Transliterasi Syaddah atau Tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan tanda tasydīd ( ى ), dalam transliterasi dilambangkan
dengan huruf yang sama (konsonan ganda).
Contoh:
ب نا rabbanā : ر
ل ن ز : nazzala
E. Kata sandang alif-lam “ال”
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf
alif-lam ma‘rifah “ال”. Namun dalam transliterasi ini, kata sandang
dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata
sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah.
1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyi yaitu “ال” diganti huruf
yang sama dengan huruf yang mengikuti kata sandang tersebut.
xiii
Contoh:
ل ج الر : ar-rajul
لس ي د ةا : as-sayyidah
2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula
dengan bunyinya. Huruf sandang ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya dan dihubungkan dengan tanda sambung (-). Aturan
ini berlaku untuk kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah
maupun kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah.
Contoh:
م ل الق : al-qalam
ة ف س ل الف : al-falsafah
F. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah yaitu menjadi apostrof (’) hanya
berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Bila hamzah
terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam tulisan
Arab ia berupa alif.
Contoh:
ئ ي ش : syai’un ت ر م ا : umirtu ء و الن : an-nau’u
xiv
G. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam
transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri,
dan sebagainya seperti keterangan-keterangan dalam EYD. Awal kata
sandang pada nama diri tidak menggunakan huruf kapital kecuali jika
terletak di awal kalimat.
Contoh:
ل س و ر إ ال د م ح ام م Wamā Muhammadun : و
illārasūl
Abū Naṣīr al-Farābīl Al-Gazālī Syahru Ramaḍān
al-lażī unzila fīh al-Qur’ān
H. Lafẓ al-Jalālah (هللا)
Kata Allah yang didahului dengan partikel seperti huruf jar dan huruf
lainnya, atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nomina),
ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Contoh:
ي ن اهلل د : dīnullāh
ب اهلل : billāh
Adapun ta’ marbuṭah di akhir kata yang betemu dengan lafẓ al-
jalālah,
ditransliterasikan dengan huruf “t”.
Contoh:
xv
هللاة م ح ر ي ف م ه : hum fī raḥmatillah
I. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa
Indonesia
Kata, istilah, dan kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah
atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah
atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan
bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia,
tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata al-Qur’an
dari al-Qur’ān, Sunah dari sunnah. Kata al-Qur’an dan sunah sudah
menjadi bahasa baku Indonesia maka ditulis seperti bahasa Indonesia.
Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks
Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh.
Contoh:
Fī ẓilāl al-Qur’ān
As-Sunnah qabl at-tadwī
Rumus hanya digunakan untuk font yang tidak ada di kibor
komputer, gunanya untuk mempermudah. Rumus dioperasikan dengan cara
mengetik kode yang tersedia lalu klik alt+x (kode untuk huruf kapital dan
kode kedua untuk hiruf yang kecil)
xvi
SINGKATAN
Berikut di bawah ini merupakan daftar singkatan dalam penulisan skripsi ini:
BSu : Bahasa Sumber
BSa : Bahasa Sasaran
TSu : Teks Sumber
TSa : Teks Sasaran
EYD : Ejaan Yang Disempurnakan
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
Luring : Luar Jaringan
Daring : Dalam Jaringan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerjemahan kultural adalah salah satu terjemahan atau pengalihan
makna dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) berbasis
kebudayaan, hal ini terjadi karena sulitnya memadankan unsur budaya pada BSu
ke dalam BSa.1 Terjemahan kultural dalam penelitian ini adalah proses
menerjemahkan budaya yang terdapat dalam budaya penulis yang dapat
dipadankan kepada budaya penerjemah. Dalam proses menerjemahkan kultural ini
tidak hanya ada dalam kelas kata atau idiom, bahkan kolokasi pun termasuk
dalam unsur budaya.
Penerjemahan berunsur budaya seringkali menjadi masalah jika dalam
bahasa sasaran tidak ditemukan konsep budaya yang sama sehingga tidak
ditemukannya padanan yang tepat.2 Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan
sebuah penelitian mengenai terjemahan kultural dalam kitab Min Mukhālafāt An-
Nisā’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan. Peneliti
memilih terjemahan kultural, karena dari sekian banyaknya penelitian yang
dilakukan pada jenjang sarjana strata satu (S1), cukup jarang menyinggung
penerjemahan kultural. Dalam menerjemahkan kita tidak akan pernah terlepas dari
1 Benny H Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya 2006), h. 79.
2 Benny H Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya 2006), h. 80.
2
budaya penulis. Maka dari itu dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan
bagaimana kita bisa mengetahui unsur budaya yang terkandung dalam budaya
penulis yang ditransferkan ke dalam budaya sang penterjemah.
Proses menerjemahkan tidak akan pernah terlepas dari budaya penulis.
Jika penerjemahan berpretensi dapat memecahkan problem komunikasi antara dua
pihak yang sama-sama tidak memahami bahasa masing-masing, wajar jika suatu
terjemahan yang beredar dalam masyarakat dikenai penilaian.3
Praktik terjemahan muncul akibat dari problema komunikasi yang berbeda
bahasa. Bicara mengenai bahasa berarti juga menyinggung tentang budaya,
dikarenakan bahasa merupakan bagian dari budaya. Oleh karena itu,
penerjemahan juga bisa disebut sebagai komunikasi lintas budaya. Studi mengenai
penerjemahan dalam bidang budaya perlu mendapatkan perhatian yang lebih,
mengingat kebudayaan tidak selalu bisa diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran
dengan baik. Oleh karenanya peneliti tertarik melakukan studi mengenai
penerjemahan kultural tersebut, dengan menjadikan buku berjudul Min
Mukhālafāt An-Nisā’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan
sebagai korpus pada penelitian skripsi ini.
Peneliti tertarik menggunakan buku Min Mukhālafāt An-Nisā’ karya
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan ini sebagai korpus data
karena di dalamnya terdapat berbagai macam budaya, baik secara perkata, prasa,
atau pun kalimat.
3 Benny H Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya 2006), h. 25.
3
Transmisi pengetahuan dari Timur Tengah di Indonesia sekarang ini
memang melalui berbagai transmisi. Salah satu jalur transmisi yang paling
domain sejak paruh kedua abad kedua puluh adalah jalur penerjemahan buku-
buku Timur Tengah berbahasa Arab. Namun demikian, fenomena penerjemahan
buku berbahasa Arab di Indonesia tidak berlangsung secara linear, artinya ragam
atau metode penerjemahan, bahasa sasaran yang digunakan, tema buku yang
diterjemahkan, penerbit buku terjemahan maupun distribusi dan sasaran pembaca
buku terjemahan menunjukkan pergeseran waktu ke waktu. Pergeseran-
pergeseran tersebut tentu menarik untuk diteliti secara mendalam guna
mengetahui bagaimana esensi dinamika intelektualisme Islam di Indonesia yang
tercermin dalam kegiatan penerjemahan buku berbahasa Arab berlangsung selama
paruh kedua abad kedua puluh.4
Dalam masyarakat modern penerjemahan tidak lagi dipandang hanya
sebagai proses pengalihan makna kata-kata dari satu bahasa ke bahasa lainya,
tetapi telah berkembang menjadi sarana informasi, ide dan nilai-nilai kultural
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan budaya. Tanpa penerjemahan, yang
secara umum didefinisikan sebagai upaya mengungkapkan kembali pesan yang
terkandung dalam bahasa sumber (Bsa) ke dalam bahasa sasaran (Bsa).
Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan dan keduanya mempunyai
hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan. Bahasa dan budaya
merupakan dua hal yang sangat penting dalam penerjemahan. Penerjemahan
adalah proses pengalihan pesan dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran
4Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah Ke Indonesia, (Jakarta: Puslitbang
Lektur Keagamaan, 2010) h. 7.
4
(Bsa). Maksud “proses” disini adalah proses pengambilan keputusan dalam
komunikasi interlingual lintas dua bahasa yang berbeda.5
Selain itu pula, agar penerjemahan bisa mentransformasikan pesan yang
dipahaminya dari Tsu ke dalam benak pembaca, seorang penerjemah harus
mempunyai faktor-faktor keterbacaan, di antaranya: seorang penerjemah harus
bisa menyampaikan ide dan pesan pada Tsu secara tegas dan tidak bertele-tele
dalam Tsu. Seorang penerjemah juga harus bisa menyampaikan ide dan pesan
pada Tsu dengan bahasa yang populer atau lazim. Ia harus berani
mengkonversikan arti kata-kata tertentu yang sebetulnya sudah tidak popular lagi
dalam penggunaan Bsa.6 Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Peter
Newmark, “rendering the meaning of a text into another language in the way that
the author intended the text”7 (mengalihkan makna suatu teks ke dalam bahasa
lain sesuai dengan apa yang dimaksud oleh penulis).
Selain itu, di berbagai belahan dunia sekarang ini penerjemahan kembali
mendapat perhatian, terutama karena arus dan ledakan informasi yang disebabkan
oleh globalisasi. Seiring dengan ledakan ini, lahirlah kode etik, tata cara
menerjemahkan dan sebagainya. Terjemahan pun kini menjadi salah satu cara
untuk mendapatkan segala sumber informasi dan ilmu pengetahuan.
Dalam menerjemahkan bahasa asing, misalnya bahasa Arab, seorang
penerjemah akan menemukan berbagai permasalahan. Seperti kesulitan dalam
5 Mangatur Nababan, Kompetisi dan Dampaknya pada Kualitas Terjemahan,
(www.uns.ac.id/cp/p/penelitian.php) di akses pada tanggal 12 Oktober 2016. 6 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan Arab
Indonesia, (Tangerang: Dikara, 2009) h. 16. 7 Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988) h. 5.
5
memilihkan padanan kata, kesesuaian diksi, ideologi penulis, estetika bahasa dan
lain sebagainya.
Buku yang berjudul Min Mukhālafāt An-Nisā’ yang artinya “Pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan oleh Perempuan” karya Abdul Aziz bin Muhammad
bin Adullah Al Sadhan ini menggunakan strategi pernerjemahan secara kultural,
karena bahasa dan budaya saling berkaitan.8 Pada kenyataannya, bahasa yang
digunakan oleh penulis teks sumber seringkali memiliki kekhasan budaya yang
berbeda dengan budaya yang dimiliki oleh penerjemah. Oleh karena itu strategi
yang digunakan dalam menerjemahkan kitab tersebut ialah strategi penerjemahan
kultural, agar pesan yang dimaksud dalam isi buku tersebut dapat mudah
dipahami oleh banyak orang, serta sebagai khazanah keilmuan di pelbagai dunia
pendidikan dan keIslaman.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Batasan dan rumusan masalah ini adalah menerjemahkan kitab Min
Mukhālafāt An-Nisā’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Adullah Al Sadhan.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana konsep terjemahan kultural pada kitab Min Mukhаlafāt
An-Nisā’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Adullah Al Sadhan?
2. Bagaimana proses terjemahan kultural dalam kitab Min Mukhаlafāt
An-Nisā’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Adullah Al Sadhan?
8Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik, Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka
Cipta 2010) h. 64.
6
3. Bagaimana unsur penerjemahan kultural yang digunakan dalam
menerjemahkan kitab Min Mukhаlafāt An-Nisā’ karya Abdul Aziz bin
Muhammad bin Adullah Al Sadhan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menguraikan konsep terjemahan kultural pada buku Min Mukhаlafāt
An-Nisā’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Adullah Al Sadhan.
2. Menjelaskan proses terjemahan pada kitab Min Mukhаlafāt an-Nisā’
bin Muhammad bin Adullah Al Sadhan.
3. Menjelaskan unsur penerjemahan kultural, sehingga menghasilkan
hasil terjemahan yang sesuai dengan budaya penulis.
D. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian yang dilakukan harus memberikan beberapa manfaat,
baik secara teoritis maupun secara praktis.
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan khazanah keilmuan mengenai teori penerjemahan kultural. Penelitian
ini juga diharapkan dapat memberikan informasi serta sumbangan dalam
perkembangan ilmu penerjemahan yang dapat dibaca atau dipelajari bagi yang
membutuhkannya, serta untuk dikembangkan lebih lanjut dalam pembelajaran
atau penelitian.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengayaan produk mengenai penerjemahan kultural yang dapat digunakan untuk
tulisan fiksi mau pun nonfiksi yang dapat digunakan untuk:
7
1. Peneliti: mengaplikasikannya dengan penerjemahan teks berupa jurnal
dan karya ilmiah lainya yang bisa dijadikan sebagai khazanah
keilmuan.
2. Mahasiswa: mengenalkan istilah bahasa Arab berbasis kebudayaan.
3. Pengajar: sebagai bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran, belajar, dan
mengajar pada mata kuliah penerjemahan.
4. Masyarakat: dijadikan sebagai khazanah keilmuan bagi masyarakat
khususnya bagi kaum perempuan dalam berprilaku.
E. Penelitian Terdahulu
Dalam hal ini, peneliti akan mencantumkan sumber literatur yang berisi
pendapat para ahli bahasa, penterjemah dan peneliti terdahulu yang berkaitan
dengan strategi penerjemahan. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan akan
dijadikan acuan dan perbandingan oleh peneliti untuk mempermudah penelitian di
bidang yang sama. Berikut pustaka yang akan di tinjau:
Pertama, Penerjemahan Kata-Kata Budaya Bahasa Indonesia ke dalam
Bahasa Inggris yang disusun oleh Nuryadi, S.S., M.Hum Fakultas Komunikasi,
Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45” Bekasi tahun 2016. Pada penelitian ini
meneliti tentang telaah isis penerjemahan kata-kata budaya bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Ingris. Terdapat dua hal yang dikaji yaitu kategori kata-kata budaya
yang terkandung dalam BSu dan strategi penerjemahan yang digunakan dalam
menerjemahkan kata-kata budaya. Akurasi terjemahan kata-kata budaya tersebut
secara umum adalah keberhasilan penyampaian makna BSu ke dalam BSa.
Strategi yang digunakan lebih banyak menggunakan kata pinjaman, karena nuansa
8
kebudayaan BSu sangat kental.9 Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-
sama membahas terkait penerjemahan berunusr budaya, namun terdapat
perbedaan dengan yang peneliti lakukan saat ini adalah sebuah proses
pengumpulan dan pengklasifikasian unsur budaya dalam bentuk kata, frasa, idiom
dan kolokasi berunsur budaya, yang kemudian dipadanankan dari BSu ke dalam
BSa.
Kedua, pada penelitian ini berjudul, “Makna Penerjemahan Idiom Bahasa
Jepang pada Komik Doraemon Edisi Sebelas”. Penelitian ini dilakukan oleh
Nuraini pada tahun 2015. Penelitian tersebut menganalisis data idiom bahasa
Jepang. Idiom yang terdapat pada bahasa sumber tersebut dipadanankan ke dalam
bahasa sasaran. Pada penelitian ini hanya membahas idiom yang diteliti untuk
dterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini juga hanya membahas
idiom yang berhubungan dengan anggota badan (Karada) dan perasaan (ki) saja.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini adalah
membahas idiom dari segi unsur budaya yang terkandung dalam BSu (bahasa
Arab) yang kemudian dipadankan kedalam BSa.10
Ketiga, Benny Hoedoro Hoed dalam bukunya yang berjudul
“Penerjemahan dan Kebudayaan” mengemukakan bahwa faktor kebudayaan
terdapat dalam kendala penerjemahan, di antara problema tersebut ialah:
a. Dalam penerjemahan dan penjurubahasaan adalah perbedaan sistem
dan struktur antara bahasa sumber (Bsu), dan bahasa sasaran (Bsa).
9 Nuryadi, Penerjemahan Kata-Kata Budaya Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris,
Fakultas Komunikasi, Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45” Bekasi tahun 2016.
10
Nuraini, “Makna Penerjemahan Idiom Bahasa Jepang pada Komik Doraemon Edisi
Sebelas”, 2015.
9
b. Problema pemahaman teks pada konteks tempat teks itu diproduksikan
(faktor penulis) dan ditafsirkan (faktor pembaca/penrejemah).
c. Tidak ada dua budaya yang sama.
d. Bagaimana menilai terjemahan sebagai solusi problem komunikasi.
e. Kendala kualitas dan kendala sosial dalam dunia penerjemahan di
Indonesia.11
Perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah bahwa
dalam konsep, proses dan strategi penerjemahan terdapat sebuah padanan yang
mana budaya pada penulis atau bahasa sumber dapat kita padankan kepada
budaya yang ada pada bahasa sasaran. Serta budaya tidak hanya tegolong dalam
hanya kelas kata, dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada tiga unsur
budaya yang terdapat dalam kata, idiom dan kolokasi.
Keempat, peneliti menemukan beberapa hasil kajian terdahulu dari
Akademi Bahasa Asing BSI Jakarta yaitu yang disusun oleh Ratna Danyati yang
berjudul “Penerjemahan Kata-Kata Berkonsep Budaya dalam Novel Anchee Min
Empress Orchid”. Dalam penelitian ini berupa hasil temuan kata-kata berkonsep
budaya dalam novel yang berjudul Anchee Min Empress Orchid dalam bentuk
buku terjemahannya, yang dikumpulkan kemudian dianalisis yang
diklasifikasikan kedalam konsep berunsur budaya pada kategori yang dipaparkan
oleh Newmark dalam bukunya yang berjudul A Text Book of Translation yang
kemudian dipadankan kedalam BSa.12
Perbedaan dalam penelitian ini terdapat
pada metode pengumpula data, jika pada penelitian tersebut hanya mengumpulkan
11 Benny H Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya 2006).
12
Ratna Danyati , “Penerjemahan Kata-Kata Berkonsep Budaya dalam Novel Anchee
Min Empress Orchid” Akademi Bahasa Asing BSI Jakarta, 2016.
10
dengan kategori kata, pada penelitian yang peneliti lakukan sekarang
mengategorikan kedalam beberapa kategori, yaitu kata, frasa, idiom dan kolokasi.
Kelima, pada penelitian ini berjudul “Penerjemahan Istilah Budaya Pada
Novel Negeri 5 Menara ke dalam Bahasa Inggris: Kajian Deskriptif Berorientasi
Teori Newmark” judul tersebut adalah sebuah penelitian yang disusun oleh P.AP.
Sudana dkk, jurusan Diploma III bahasa Inggris, fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Pada penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kategori istilah-istilah budaya yang terdapat pada
novel 5 Menara yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam novel The
Land of Five Towers dan mengetahui prosedur penerjemahan yang digunakan
dalam menerjemahkan istilah-istilah budaya tersebut. Proses dalam penelitian ini
ialah mengklasifikasikan unsur budaya yang terkandung dalam novel tersebut ke
dalam kategori yang dipaparkan oleh Newmark, kemudian hasil dari temuan
tersebut dan diterjemahkan dengan menyepadankannya dengan cara deskriptif.13
Adapun perbedaan secara umum dengan penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang peneliti lakukan, yakni pada objek yang digunakan. Pada skripsi
yang peneliti lakukan menggunakan strategi penerjemahan kultural, yaitu menitik
beratkan pada unsur budaya yang terkandung pada objek penelitian peneliti, yaitu
pada kitab Min Mukhālafāt An-Nisā’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin
Adullah Al Sadhan. Analisis penelitian yang dilakukan oleh peneliti pun jarang
dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan jarang ditemukan dalam penelitian-
penelitian mahasiswa jurusan Tarjamah. Mengingat strategi penerjemahan
13 P.AP. Sudana, “Penerjemahan Istilah Budaya Pada Novel Negeri 5 Menara ke dalam
Bahasa Inggris: Kajian Deskriptif Berorientasi Teori Newmark”, Diploma III bahasa Inggris,
fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia, 2015.
11
kultural merupakan salah satu teori penting dalam kegiatan menerjemahkan
sebuah kata ataupun kelompok kata pada unsur budaya yang terkandung pada
Bsu, maka penelitian ini mengangkat judul tersebut.
F. Metodologi Peneltian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif,
yaitu dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasikan dan menganalisis
secara non statistik14
melalui kata, frasa, idiom dan kolokasi pada kitab
Min Mukhālafāt An-Nisā’ berbahasa Arab (BSu) yang diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia (BSa), kemudian data dikumpulkan dan
diklasifikasikan ke dalam unsur budaya.
2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah mengumpulkan terjemahan kultural
yang terdapat pada kitab Min Mukhālafāt An-Nisā’ karya Abdul Aziz bin
Muhammad bin Adullah Al Sadhan dari bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia, berupa kata, frasa, idiom dan kolokasi.
3. Sumber Data
Sumber data ini diperoleh dari kitab berbahasa Arab yang berjudul
Min Mukhālafāt An-Nisā’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Adullah
Al Sadhan yang diterjemahkan oleh peneliti, karena data ini memuat teks
yang sarat akan unsur-unsur budaya, sehingga peneliti menggunakannya
sebagai objek penelitian.
14Mahsun, M.S, Metode Penelitian Bahasa, (tahapan strategi, metode dan tehniknya),
edisi revisi, (Jakarta, Rajawali Press 2005), h. 19.
12
4. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
Langkah pertama, yang dilakukan oleh peneliti adalah
menerjemahkan kitab Min Mukhālafāt An-Nisā’ secara harfiah (Kata
Perkata). Langkah ini peneliti lakukan untuk memahami isi dari kitab
tersebut secara utuh dan memperhatikan unsur budaya yang ada di
dalamnya.
Langkah kedua, yang dilakukan oleh peneliti adalah pemerolehan
dan pengumpulan data pada kitab Min Mukhālafāt An-Nisā’ berunsur
budaya.
Langkah ketiga, peneliti mencari unsur budaya yang terdapat pada
korpus penelitian.
Langkah keempat, kemudian peneliti mengklasifikasikan atau
menulis serta menyusun data tersebut menjadi transkripsi naskah yang
baik berdasarkan konsep yang sesuai untuk kepentingan penelitian.
Kegiatan ini senada dengan yang disampaikan oleh Sudaryanto yang
menyebutkan bahwa tahapan strategi pengumpulan data biasanya diakhiri
dengan sebuah transkripsi.
Langkah Kelima, data yang telah ditranskripsikan menjadi sebuah
naskah terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Selanjutnya peneliti
mengumpulkan kembali transkripsi naskah terjemahan tersebut yang telah
dibuat berdasarkan sumber data dengan tujuan untuk menemukan
13
sejumlah unsur budaya terkandung dalam kitab tersebut.
Langkah keenam, setelah mencari dan mengumpulkan kemudian
peneliti melakukan sebuah wawancara kepada dua informan terhadap
penutur yang pernah tinggal di tanah Arab dan penutur yang sangat dekat
dengan budaya Arab akan tetapi bukan Asli orang Arab. Kemudian
peneliti akan menemukan sejumlah data yang nantinya akan diolah
kembali.
Langkah ketujuh, peneliti akan mengklasifikasikan temuan berupa
kata, idiom dan kolokasi.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan pada bagan berikut ini:
14
5. Metode Analisis Data
Sudaryanto menerangkan bahwa istilah deskriptif pada penelitian
yang dilakukan semata-mata hanya didasarkan pada fakta atau fenomena
yang ada, sehingga hasilnya adalah varian bahasa yang mempunyai sifat
pemaparan apa adanya.15
Dengan demikian, hasil analisisnya akan
berbentuk deskripsi fenomena unsur budaya yang terkandung dalam hasil
terjemahan kitab Min Mukhālafāt Al-Nisā’, dalam bentuk kosa kata
berunsur budaya.
Pertama, yaitu peneliti menerjemahkan (mentransfer) bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran dengan menerjemahkannya secara
harfiah dan kemudian mengklasifikasikannya sesuai kategori unsur
budaya.
Kedua, pada proses analisis (pemahaman) bahasa sumber dianalisis
menurut hubungan gramatikal dengan makna kata, kombinasi kata, makna
tekstual dan bahkan secara kontekstual, sehingga ketika mentransfer ke
dalam bahasa sasaran dapat sesuai dengan maksud yang terkandung di
dalam bahasa sumber dan penyampaiannya pun sesuai. Hal ini merupakan
proses transformasi balik.
Ketiga, pada proses transfer ini yang telah dianalisis dan dipahami
maknanya tadi dan diolah oleh peneliti ke dalam pikirannya kemudian
dipindahkan dari Bsu ke dalam Bsa yang sepadan.
Keempat, pada tahap dan evaluasi ini, didapatkannya hasil
15
Sudaryanto, Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Tehnik Pengumpulan
Data, (Yogyakarta: Gadjah Mada University1992) Press, h. 62.
15
terjemahan di Bsa, hasil itu dievaluasi dan dicocokkan kembali dengan
teks aslinya. Jika dirasa masih kurang padan, maka dilakukanlah revisi,
hingga mendapatkan kata yang sesuai.
Metode analisis pada penelitian ini dapat disimpulkan pada bagan
bawah ini:
Secara teknis skripsi ini berpedoman pada buku pedoman
penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan
oleh CeQDa (Central for Quality Development and Assurance) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
16
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima Bab, agar
penulisan tidak keluar dari pembahasan yang telah dicantumkan, oleh
karena itu peneliti akan memaparkannya sebagai berikut:
Bab I adalah pendahuluan. Bagian pendahuluan ini berisi satu bab
tersendiri yang terdiri dari enam sub-bab, yang meliputi latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, penelitian terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II adalah kerangka teori. kerangka teori ini terdiri dari empat
sub-bab yang menguraikan tentang hakikat terjemahan dan penerjemahan
yang di dalamnya berisi tentang pengertian serta konsep penerjemahan.
Sub-bab kedua menguraikan tentang konsep penerjemahan kultural,
definisi penerjemahan kultural (budaya) serta proses penerjemahan
kultural. Sub-bab ketiga yaitu mengenai teks dan konteks sosial budaya.
Sub-bab yang keempat yaitu mengenai strategi penerjemahan kultural
(budaya).
Bab III akan memaparkan korpus penelitian. Bagian ini akan
membahas sekilas tentang kitab dan penulis, mendeskripsikan tentang
biografi Abdul Aziz bib Muhammad bin Abdullah Al Sadhan.
Bab IV merupakan uraian tentang analisis data dan pembahasannya
dengan menggunakan hasil temuan. Serta pokok penelitian korpus data
yang peneliti peroleh dalam analisis berdasarkan konsep penerjemahan
17
kultural, serta tahap strategi menerjemahkan secara kultural yang
digunakan untuk kepentingan pada penelitian ini. kemudian mengetahui
unsur budaya yang terkandung dalam penelitian ini.
Bab V, pada bab ini merupakan hasil akhir dari penelitian yang
berupa hasil analisis data, yang berisi uraian tentang ringkasan analisis dan
evaluasi data yang akan dijadikan kesimpulan dan rekomendasi bagi
penelitian-penelitian berikutnya.
18
BAB II
KERANGKA TEORI
Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan teori-teori mengenai konsep,
proses terjemahan dan unsur terjemahan kultural yang akan dijadikan sebagai
landasan teori dalam penulisan skripsi ini. Teori yang dipakai adalah teori dari
Newmark (1988) tentang pengertian penerjemahan dan budaya. Teori ini nantinya
akan dikembangkan lagi dengan tambahan pendapat dari pakar dan peneliti
lainnya yang berkaitan seperti Benny Hood, Nida, Larson, Mona Baker, dll.
Penjelasan ini merupakan gambaran umum untuk acuan peneliti dalam tahap
menuju pembahasan pada bab analisis penelitian strategi penerjemahan kultural
dalam kitab Min Mukhālafātin Al-Nisā’.
A. Hakikat Terjemahan dan Penerjemahan
1. Pengertian Terjemahan dan Penerjemahan
Secara etimologi (bahasa) kata terjemah berasal dari bahasa Arab
ة م ج ر ت (tarjamah) kata tersebut kedudukannya sebagai masdar, yaitu fi’il
mādi rubā’i al-Mujarrad. Kata ة م ج ر ت menurut Muhammad bin Salih al-
‘Asimaini di dalam kitab Usul fi al-tafsir, mengatakan bahwa kata
terjemah secara bahasa adalah
اح ض ي اال و ان ي لب ىا ل إ ع ج ر ت ان ع ىم ل ع ق ل ط ت :ة غ ل لاة م ج ر لت ا
“Terjemahan secara bahasa adalah menetapkan suatu makna yang mampu
19
memberikan keterangan dan kejelasan”.16
Dalam KBBI pun dijumpai arti
terjemah yaitu “Menyalin (memisahkan) dari suatu bahasa ke dalam
bahasa lain. Dari penjelasan etimologi terjemah adalah memindahkan
bahasa sumber kepada bahasa sasaran (dalam hal ini dari bahasa Arab
kepada bahasa Indonesia).17
Menurut T. Bell dalam bukunya yang berjudul Translation and
Translating Theory and Practice, penerjemahan didefinisikan sebagai
sebuah proses, karena suatu penerjemahan difokuskan pada suatu isi dan
style bahasa sumber harus sesuai ketika dialihkan ke bahasa sasaran atau
harus ada unsur equivalence (kesepadanan). Rodger T. Bell juga
menyebutkan dalam bukunya process and result (proses dan hasil) untuk
membedakan istilah penerjemahan dan terjemahan. Dalam bukunya ia
menulis:
The process or result of converting information from one language or
language variety into another... the aim is to reproduce as accurately as possible
all grammatical and lexical feature of the ‘source language’ original by finding
equivalents in the ‘target language’. At the sam time all factual information
contained in the original text... must be retained in translation.18
[Proses atau
hasil mengalihkan informasi dari satu bahasa atau variasi ke bahasa lain, yang
mana tujuannya adalah untuk menghasilkan seakurat mungkin dari semua fitur
gramatikal dan leksikal dari bahasa 'sumber asli' dengan menemukan
kesepadanan dalam 'bahasa target'. Pada waktu yang sama, semua informasi
sebenarnya yang terkandung dalam teks asli, harus dipertahankan dalam
terjemahan’].
Rodger T. Bell juga mengemukakan bahwa terjemahan atau
16 Muhammad bin Salih al-‘Asmaini, Usul fi al-tafsir, bagian pertama, (Maktabah
Syameela, 2001) , h. 21.
17
KBBI luring edisi kelima
18
Rodger T. Bell, Translation and Translating: Theory and Practic, (London: Longman
1991), h. 13.
20
tranlation is the product of the process of translating19
. (terjemahan
merupakan produk atau hasil dari proses penerjemahan). Menurut
Nababan dalam bukunya yang berjudul Teori Menerjemahkan Bahasa
Inggris, bahwa proses dalam penerjemahan ialah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan sengaja. Proses penerjemahan dapat didefinisikan
pula sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang
penerjemah pada saat ia mengalihkan isi dari Bsu ke Bsa.20
B. Penerjemahan Kultural
Penerjemahan kultural adalah salah satu terjemahan atau pengalihan makna
dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) berbasis kebudayaan,
hal ini terjadi karena sulitnya memadankan unsur budaya pada BSu ke dalam
BSa.21
Terjemahan kultural dalam penelitian ini adalah proses menerjemahkan
budaya yang terdapat dalam budaya penulis yang dapat dipadankan kepada
budaya penerjemah.22
dalam proses menerjemahkan kultural ini tidak hanya ada
dalam kelas kata atau idiom, bahkan kolokasi pun termasuk dalam unsur budaya.
Penerjemahan menurut Newmark dalam bukunya yang berjudul Approaches
to Translation yakni translation is a carft consisting in the attempt to replace a
written message and/or statement in another language.23
Penerjemahan ialah
suatu seni yang muncul dari suatu usaha seseorang untuk menggantikan pesan
19
Rodger T. Bell, Translation and Translating: Theory and Practic, (London: Longman
1991), h. 13. 20
M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar 2003), h. 24.
21
Benny H Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya 2006), h. 79
22
Mona Baker, In Other Word: A course book on translation, (London: Rouledge 1992),
h. 9.
23
Peter Newmark, Approaches to Translation, (Oxford: Pergamon Press 1981), h. 7.
21
tertulis atau sebuah pernyataan suatu bahasa ke dalam pesan atau pernyataan yang
sama dengan bahasa yang berbeda.
Kreober dan Kluckholin mendefinisikan budaya dengan pola eksplisit,
implisit, dan prilaku yang diperoleh dan ditularkan oleh simbol-simbol, yang
merupakan prestasi khusus dari sekelompok masyarakat, termasuk perwujudan
dari peradaban kuno mereka; dan inti dari budaya ini dihasilkan dari nilai militari
dan ide tradisional mereka.24
Sejalan dengan apa yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa penerjemahan
bukan merupakan kegiatan pengalihan pesan yang sederhana saja, melainkan
pengalihan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, harus
memperhatikan beberapa aspek, baik dari segi kebahasaannya maupun non
kebahasaannya, karena budaya merupakan produk dari interaksi pemikiran
manusia, maka dari itu dalam hal ini, ilmu budaya akan menjadi salah satu ilmu
yang keadaanya lebih kompleks di bumi. Aspek-aspek non kebahasaan,
khususnya tentang kebudayaan, penerjemah harus mengetahui kebudayaan kedua
belah pihak. Selain itu, penerjemah juga sebaiknya mengetahui bahasa tersebut
berada dalam konteks yang bagaimana, high atau low.25
Menerjemahkan bahasa yang melibatkan unsur kebudayaan sangat
menantang bagi penerjemah karena banyak penerjemah yang mengatakan bahwa
kebudayaan itu sulit untuk diterjemahkan atau bahkan tidak mungkin untuk
diterjemahkan. Namun demikian, sebagai pribadi yang berkecimpung di bidang
24 A. L Kreober dan Clyde Kluckhon, Culture. A Critical Review of Concept and
Definition, Paper of the Peabody Museum of American Archaeology and Ethnology, vol. XLVII,
No. 1, (Harvard University: 1954), h. 3-4.
25
Edward T. Hall, Beyond Culture, (American: Anthropologist 1976), h. 91.
22
kebahasaan, ada baiknya merunut kembali cabang-cabang ilmu linguistik yang
dapat menguak kebudayaan, semisal konsep-konsep semantik, sintaksis,
discourse, pragmatik, dan tipe-tipe kebudayaan yang disebut dengan high context
cultures dan low context culture.26
Bahasa merupakan bagian dari budaya, sekaligus merupakan komponen
budaya. Karena itu bahasa mempunyai makna dalam kebudayaan yang menjadi
wadahnya. Karena disini posisi seorang penerjemah bukan hanya sekedar mampu
mengalihkan pesan isi pada teks sumber, akan tetapi ia juga harus menguasai serta
mampu dalam mengalihkan unsur budaya yang ada pada teks sumber ke teks
sasaran.
Dalam ruang lingkup studi penerjemahan, budaya mempunyai pengertian
yang sangat luas dan menyangkut semua aspek kehidupan manusia yang
dipengaruhi oleh aspek sosial.27
Konsep budaya ini didefinisikan oleh
Goodenough (1994) dan Ghoring (1995) bahwa budaya sosial itu sesuatu hal yang
perlu diketahui dan dipercayai sesuai dengan masyarakat dalam sebuah
komunitasnya masing-masing. Budaya pun mempunyai perannya dalam sebuah
komunitas. Dengan definisi yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumya, kita
harus mencatat bahwa budaya bukanlah fenomena material; hal itu tidak terdiri
dari benda, orang, perilaku, atau emosi. Ini lebih merupakan organisasi dari hal
budaya. Budaya masyarakat adalah bentuk dari sesuatu yang ada dalam sebuah
pikiran, model mereka untuk menerima, menghubungkan, dan sebaliknya dalam
menginterpretasikannya. Dengan demikian, budaya yang dikatakan dan dilakukan,
26 Edward T. Hall, Beyond Culture, (American: Anthropologist 1976), h. 92.
27 M. Snell-Hornby, 1995. Translation Studies: An Integrated Approach, (Amsterdam:
John Benjamins Publishing Company 1995), h. 39.
23
pengaturan sosial dan peristiwa, adalah suatu produk budaya mereka yang
diterapkannya untuk tugas mengamati dan berhubungan dengan keadaan mereka.
Untuk mengetahui budaya mereka, hal-hal ini dan peristiwa juga tanda-tanda
menandakan bentuk adanya budaya atau model yang mereka gunakan.28
Culture is everything one needs to know, masterand feel in order to judge
where people’s behavior conforms to or deviates from what is expectations of the
society concerned unless one is prepared to take the consequencesif deviant
behavior.29
[Budaya adalah segala sesuatu yang perlu diketahui, dikuasai dan
dirasakan untuk menilai di mana perilaku orang menyesuaikan diri atau
menyimpang dari harapan masyarakat yang bersangkutan kecuali jika seseorang
dipersiapkan untuk mengambil akibatnya jika perilakunya menyimpang].
Dari pendefinisian di atas dapat disimpulkan bahwa budaya terdapat
beberapa bahasan, bahwa budaya merupakan totalitas pengetahuan, penguasaan
dan persepsi serta memiliki hubungan erat dengan perilaku dan peristiwa atau
kegiatan yang terletak pada sebuah harapan dan norma yang berlaku pada sebuah
kelompok masyarakat. Budaya mencakup kepada hal terkait pengetahuan,
penguasaan, persepsi, prilaku kita terhadap sesuatu yangdi wujudkan melalui
bahasa. Oleh karena itu bahasa dan budaya merupakan uangkapan budaya dari diri
penutur, serta yang memahami dunia melalui bahasa.
1. Konsep Penerjemahan Kultural (Budaya)
Penerjemahan kultural (budaya) ialah penerjemahan yang melihat
dari aspek budaya.30
Karena pada dasarnya bahasa dan budaya saling
berkaitan. Hal ini ada kaitannya seperti yang dikatakan oleh Basnett bahwa
28 W. H. Goodenough, Culture Anthropology and Linguistik, In Dell Hymes (ed).
Language in Culture and Society: A Reader in Linguistics and Anthropology, (New York: Harper
& Crow 1964), h. 36. 29
M. Snell-Hornby, Translation Studies: An Integrated Approach, (Amsterdam: John
Benjamins Publishing Company 1995), h.40.
30
Benny H Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya 2006), h. 25.
24
bahasa adalah “The heart within the body of culture”, 31
‘bahasa adalah
jantungnya budaya’ karena pada kenyataannya bahasa yang digunakan
oleh peneliti, sering kali teks sumber (Tsa) memiliki kekhasan budaya
yang berbeda dengan budaya yang dimiliki oleh seorang penerjemah.
Dalam sebuah kegiatan penerjemahan, kita tidak hanya berpegang
teguh kepada struktural antar bahasa saja, tetapi juga berpegang teguh
pada saat menentukan kesepadanan dan kemampuan dalam menyampaikan
pendekatan pada perbedaan kultural (budaya), yang mana pada budaya
tersebut harus berdasarkan pada persepsi yang telah diberikan secara
kultural, baik dalam bahasa sumber ataupun bahasa sasaran, ketika kita
tidak cukup mempunyai pengalaman dalam culture equivalence, kita akan
kekurangan pada kosakata yang mewakili hal tersebut.
Culture is a term by social for a way of life. Every human society
has a culture. Culture includes society art, beliefs, custums, instituition,
inventantion, language, tecnology and values.32
[Budaya adalah istilah
sosial untuk suatu cara hidup. Setiap masyarakat sosial memiliki budaya.
Budaya tersebut meliputi seni masyarakat, kepercayaan, custums,
instituisi, inventif, bahasa, teknologi dan nilai]
.
Hal tersebut sama seperti yang dikemukakan oleh Newmark, menurutnya
budaya ialah perwujudan yang unik dalam menggambarkan sebuah
komunitas yang menggunakan bahasa dalam pengekspresiannya, serta
mengisyaratkan bahwa masing-masing kelompok bahasa memiliki fitur
spesifik sendiri secara budaya .33
Masalah dalam menerjemahkan, salah satunya ialah dalam
31
Susan Bassnett, Translation Studies, edisi ke-3, (London: Routliedge 2002), h. 21-22. 32
Scott F. Company,The Word Book Encyclopedia, (US, Canada: Scott Fetzer 1995), h.
112.
33
Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988), h. 94.
25
menemukan padanan leksikal untuk suatu objek yang tidak dikenal (asing)
dalam budaya bahasa sasaran. Hal ini disebabkan karena tidak adanya
padanan kata atau frasa dalam bahasa sasaran tersebut yang bisa digunakan
untuk mengungkapkan kembali isi pesan yang terkandung dalam kata atau
frasa bahasa sumber. Bahasa sumber mungkin tidak memiliki sebuah
konsep padanan leksikal dalam bahasa sasaran, oleh karena itu ada
perbedaan cara pandang, adat istiadat, geografi, kepercayaan dan beberapa
faktor lainnya.
Konsep yang dilandaskan pada hasil penelitian ini adalah konsep
Newmark dan Baker yang mengungungkapkan bahwasanya sebuah teks
dalam seluruh aspek budaya terungkap melalui terminologi-terminologi
bermuatan budaya yang disebut culture words. Kata yang bermuatan
budaya (terminologi) tersebut dapat diterjemahkan dalam berbagai
prosedur sesuai dengan perannya dalam teks dan tujuan penerjemahan.34
Hal tersebut diklasifikasikan dalam bentuk Kata, Idiom dan Kolokasi.
Sedangkan cara menerjemahkannya dipilih berdasarkan peran yang sesuai
dalam teks dan tujuan dalam penerjemahannya, seperti naturalisasi,
modulasi, parafrase, transposisi dan lain-lain.
a) Klasifikasi Kelas Kata
Buku Newmark yang berjudul A Textbook of Translation
mengungkapkan kata atau ungkapan yang mengandung unsur
kebudayaan yang di dikategorikan menjadi lima yaitu:
34 Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman untuk Pemadanan
Antarbahasa, (Jakarta: Arcan 1989), h. 159.
26
1. Ekologi
Flora, fauna, winds, plains, hills, honeysuckle, downs,
sirocco, tundra, pampas, tabuleiros, plateau dll.
Kata-kata diatas memang sulit diterjemahkan tanpa adanya
bantuan alat teknologi komunikasi seperti televisi, radio
atau internet.35
2. Material Culture (Artifact)
a. Makanan: zabaglione, sake, kaiserrschmarren.
b. Pakaian: anorak, kanga (Afrika), sarong (South East),
dhoti (India).
c. Rumah dan Kota: kampong, bourg, bourgade, chalet,
low-rise, tower, mansion.
d. Transportasi: bike, rikshaw, moulton, cabriolet, tilbury,
caleche.36
Istilah makanan memang semestinya kita sebagai
penerjemah hanya memungut (borrowing) istilah tersebut dengan
mungkin menambahkan informasi tambahan.
3. Budaya Sosial (work and leisure): ajah, amah, condotirre,
biwa, sithar pada sosial budaya penerjemah hanya mampu
35 Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988), h. 96.
36
Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988), h. 97.
27
mencari padanan kata atau kalau memang tidak ada makan
memberi informasi/gambaran.37
4. Organisasi, adat-istiadat, aktivitas, prosedur, konsep
a. politik dan administratif
b. agama
c. kesenian
Contoh: Kata ‘democracy’ mungkin bisa diartikan
‘demokrasi’ tapi pada konsepnya akan berbeda karena ada
pada budaya dan Negara yang berbeda pula.38
5. Adat dan kebiasaan
Penerjemah harus mengetahui perbedaan penggunaan
gesture atau habit pada berbagai macam suku maupun
Negara, karena apa yang terlihat positif oleh suku/Negara A
belum tentu dianggap baik oleh suku/negara B, bisa juga
menjadi sebaliknya.39
Kata atau ungkapan yang mengandung wujud kebudayaan itu
sulit diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran, karena konsep yang
terkandung di dalamnya sangat khas pada kebudayaan yang
bersangkutan.
37 Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988), h. 98.
38
Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988), h. 99.
39
Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988), h. 102.
28
b) Idiom
Idiom dalam bahasa yunani berarti “ungkapan khusus”.
Idiom atau ي ح ت ل إ س adalah expresi, kata atau frase dengan ت ع ت ب ر
makna kiasan yang dipahami dalam kaitannya dengan penggunaan
umum bahwa eskpresi terpisah dari arti secara harfiah atau definisi
dari kata-kata yang dibuat. Dalam linguistic, idiom biasanya
dianggap sebagai kiasan yang bertentangan dengan prinsip
compositionality. Menurut Yusuf idiom adalah unit Bahasa yang
tersusun dari dua kata atau lebih, yang melahirkan makna baru
tertentu yang berbeda sama sekali dengan makna perkata.40
Masalah yang terkait dengan penguasaan Bsu dan Bsa
menjadi sangat pelik karena kurangnya penguasan terhadap Bsu
(Bahasa Arab) menyebabkan penerjemahan tidak mampu
memahami pesan yang terdapat dalam Bsu secara baik, dan
kurangnya penguasaan Bsa (Bahasa Indonesia) akan
mengakibatkan peneliti mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan kembali pesan tersebut kepada pembaca.
Menyinggung hal tersebut, masalah yang paling sering
ditemui adalah masalah idiom. Ungkapan idiom menjadi suatu hal
yang unik karena dalam menerjemahkan idiom tidak selalu bisa
diterjemahkan secara struktural atau secara harfiah, idiom
cenderung membentuk makna baru. Selain itu idiom juga
40 Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia, (Bandung: PT. Remaja
IRosdakarya, 2011), h. 145
29
mempunya kriteria khusus yaitu penyimpangan makna dari hal
yang biasa (anomaly) keterkaitan dalam pengartian idiom.
Meskipun terlihat unik, namun penerjemahan idiom cenderung
sulit.
Baker (1992) dalam bukunya yang berjudul In Other Word
mengatakan:
“Idioms (and fixed expressions)... are frozen patterns of language
which allow a little or no variation in form, and in the case of idioms,
often carry meaning which cannot be deduced from their individual
components”.41
Maksud yang dipaparkan oleh Baker adalah terdapat dua
hal yang penting dalam mengkaji idiom. Yang pertama yaitu bahwa
struktur idiom tidak dapat diubah. Kedua yaitu makna idiom
dipandang sebagai suatu kesatuan arti yang utuh. Idiom bukanlah
sesuatu yang mudah untuk diterjemahkan larena ia tidak bias
diterjemahkan secara kata perkata (harfiah) tetapi harus dilihat
secara utuh unsur-unsur pembentukkaannya.
Selain dibedakan oleh bentuk dan strukturnya, Fernando
mengatakan bahwa idiom memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Compositenes: idioms are commonly accepted as type of multiword
expression (red herring, make up, smell a rat, the coast is clear, etc)
though a few scholars accept even single words as idiom). 2)
Institutionalization: idioms are conventionalized expressions,
conventionalization being the end result of initially ad hoc, and in the
sense novel, expressions. 3) Semantic opacity: the meaning of an idiom
is not the sun of its constituent. In other words, an idiom is often non
literal.42
41 Mona Baker, In Other Word: A course book on translation, (London: Rouledge 1992),
h. 63.
42
Chitra Fernando, Idioms and Idiomaticity, (Oxford: Oxford University Press, 1996) h.
3.
30
Kutipan di atas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
compositeness yaitu struktur idiom tidak hanya terdiri dari satu kata
melainkan lebih dari satu kata. Sedangkan institutionalized
menerangkan bahwa idiom adalah ungkapan yang telah diakui dan
diterima penggunaannya oleh penutur. Sementara semantic opacity
ialah bahwa idiom bukan makna dari setiap uncur pembentukannya
secara terpisah, melainkan suatu makna kesatuan dari seluruh unsur
pembentukannya.
c) Kolokasi
Kolokasi (collocation) berasal dari kata bahasa Inggris
collocate yang berarti ‘menempatkan’, ia juga berasal dari Bahasa
latin collocаre, yaitu terdiri dari dua kata com dan ‘together’ dan
locаre ‘to place’. Dalam kamus KBBI menerjemahkan kolokasi
sebagai asosiasi tetap kata dengan kata lain dalam lingkungan yang
sama.43
Kolokasi adalah kombinasi anatara dua atau lebih
komponen kata dalam suatu bahasa. Esensi kolokasi menurut
Chaer adalah suatu hubungan antar kata (lexical relation).44
Pada
umumnya kolokasi diklasifikasi pada tatabahasa (grammatical
collocation) dan kolokasi leksikal (lexical collocation). Kolokasi
tatabahasa (grammatical collocation) mempunyai bentuk iringan
preposisi, di mana preposisi tersebut digunakan bersama kata
43 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi
Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2008), h. 150.
44
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 297.
31
nama, kata kerja atau adjektif. Sedangkan kolokasi leksikal (lexical
collocation) adalah kombinasi asli (natural combination) antara
kata.45
Dalam bahasa Arab kolokasi berkaitan erat dengan
ungkapan, ia hanya boleh membentuk struktur pribahasa, idiom,
ungkapan kontekstual, ataupun ungkapan tetap.46
Berkaitan dengan
apa yang dikatakan oleh Baker bahawa hal utama dalam
menerjemahkan kolokasi, idiom dan ungkapan tetap adalah
mendapatkan kesepadanan,47
kerena terjemahan berhubung erat
dengan aspek semantik dan bahasa Arab adalah salah satu bahasa
yang kaya dengan struktur kolokasi.
Kolokasi sebenarnya sering kita gunakan dalam kegiatan
sehari-hari, baik saat kita berbicara atau pun lewat bahan bacaan
seperti koran, majalah, buku dan lain sebagainya. Hanya saja kita
tidak menyadarinya, bahwa istilah tersebut masuk ke dalam
kolokasi.
Menurut Husamaddin seorang linguis Arab
mempertimbangkan kolokasi sebagai produk sederhana dari
ungkapan idiom. Dalam Bahasa Arab istilah kolokasi disebut
dengan al-Musahabah al-Lugawiyyah ( لغ ل ا ة ب اح ص م ل ا ة ي و ), ia juga
45 Yusra Al Sughair, The Translation of Lexical Collocation In Literary Text, Master
Thesis, (Collage of Arts and Sciences, University of Sharjah, UAE, 2007), h. 6.
46
Saifullah Kamalie, Masalah Penerjemahan Kolokasi Bahasa Arab ke Bahasa Melayu:
Suatu Kajian Teks Tafsir, (Tesis PhD. Universiti Malaya, Kuala Lumpur, 2010), h. 12.
47
Mona Baker h, In Other Word: A course book on translation, (London: Rouledge
1992), h. 46.
32
mendefinisikan bahwa kolokasi merupakan keadaan normal antar
suatu kata dengan kata tertentu lain dalam satu Bahasa.48
Ghazala mengklasifikasikan kolokasi berdasarkan 3
kategori. Yaitu; pertama, kolokasi yang dibuat berdasarkan pada
pola atau struktur gramatikal; kedua, hubungan antara unsur pokok
kombinasi kolokasi tersebut; dan ketiga, adalah pola gaya Bahasa
kolokasi.49
Sementara itu, Hafiz berpendapat bahwa kolokasi Arab
bisa mencakup berbagai jenis kombinas di antaranya adalah:
1. Verb (kata kerja) + nomina (kata benda), di mana nomina bisa
menjadi subjek, contohnya; هدأالموج , bisa menjadi objek,
contohnya; الخيمة ,keterangan/)حال( atau menjadi ,ضرب
contohnya; غضبا Kombinasi ini menyusun sebagian .إستشاط
besar kolokasi Arab, karena hamper setiap kata kerja tunggal
dalam Bahasa tersebut memiliki sejumlah kata benda kolokasi
tersendiri.
2. Verb (kata kerja) + berpreposisi frasa nomina (preposisi frasa
kata benda), di mana kata benda adalah objek tidak langsung.
Contoh: هأمرابيتل,العملاستقالمن
3. Verb (kata kerja) + berpreposisi frasa nomina (frasa kata benda
preposisi), di mana frasa bertindak sebagai adverbia. Contoh:
ضرببشدة,نفذبدقة
48 A S Brashi, A Thesis, Arabic Collocations: Implication For Translation, (Sydney:
University of Western Sydney, 2005), h. 34.
49
A S Brashi, A Thesis, Arabic Collocations: Implication For Translation, h. 37
33
4. Verb (kata kerja) + frasa nomina (frasa kata benda), di mana
kata benda ada dalam bentuk kata kerja. Contoh:
اتصلهاتفيابريقا,خاطبكتابيا
5. Verb (kata kerja) + konjungsi, biasanya berbentuk sinonimi.
Contoh:
طاروحلق,هاجوماج
6. Nomina (kata benda) + nomina (kata benda), dalam kondisi ini
nomina + nomina menjadi idhofah. Contoh:
انتفاضةشعبمسرحالحداث,
7. Nomina (kata benda) + konjungsi + nomina (kata benda).
Contoh:
تنظيفوترتيب,عزموإصرار
8. Nomina (kata benda) + adjektiva (kata sifat). Contoh:
جملأخاد,قوةعظمى
9. Nomina (kata benda) + berpreposisi frasa nomina (preposisi
frasa kata benda). Contoh: حفنةمنالمال,غايةفيالدب
10. Nomina (kata benda) + preposisi. Contoh:
مقارنةب,قياساب,استكماالل
11. Adjektiva (kata sifat) + nomina (kata benda). Contoh:
جميلالمحيا,حسنالخلق,كبيرالقلب
12. Adjektiva (kata sifat) + frasa adverbia, di mana farasa adverbia
terdiri dari preposisi + nomina (kata benda). Contoh:
34
50العجيبفيالمر,مستنكريشدة
Menurut Balsam kolokasi secara linguistiknya tidak mudah
dipahami, maka muncullah kontroversi mengenai definisi serta
mendapatkan perbedaan antara kolokasi dan idiom, serta struktur
perkataannya.51
Ada beberapa pakar ahli bahasa yang menganggap
bahwa idiom merupakan bagian dari kolokasi, sementara beberapa
pakar bahasa lain memberi batasan perbedaan antara keduanya.
Idiom bukanlah struktur yang bisa dipahami hanya mentafsirkan
perkataan saja, tetapi ia sangat kompleks karena didasari oleh unsur
sintaksis dan semantik.52
Berbeda dengan kolokasi, karena ia terdiri
dari aspek semantik yang terbatas dan memerlukan perhatian yang
khusus.53
Baker menyatakan bahwa masalah utama yang berkaitan dengan
idiom dalam penerjemahan adalah keupayaan untuk mengenal pasti
dan mentafsir idiom dengan cara yang benar dan memberi makna
yang bisa dipahami dalam bahasa sasaran.54
Begitu juga terjemahan
kolokasi menurut Al Sughair, kolokasi tidak cukup diterjemahkan
50 Al Tahir A. Hafiz, Al-Hafiz Arabic Collocations Dictionary (Arabic-English),
(Libanon: Librarie Du Liban Publishers, 2004), h. 13-14.
51
A Mustafa Balsam, Collocation In English and Arabic: A linguistic and Cultural
Analysis, (Majallah Kuliyyah Al-Tarbiyah Al-Islamiyyah, 2010), No. 95.
52
Muhammad Al-Naser, Multi-Words Items in Dictionaries from a Translator’s
Perspective, (A Thesis of PhD. Durham University, 2010), h. 31.
53
A.S. Brashi, Arabic Collocations: Implication for Translation, (A Thesis of PhD.
University of Western Sydney, 2005), h. 57.
54
Mona Baker h, In Other Word: A course book on translation, (London: Rouledge
1992), h. 65.
35
hanya berdasarkan struktur kolokasi saja, tetapi terdapat aspek
semantik tertentu yang perlu diberi perhatian.55
Dari beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa sisi
perbedaan dan persamaan antara idiom dan kolokasi terletak pada pola
struktur dan unsur semantik yang dikandung oleh keduanya.
Perbedaan dan persamaan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Jenis
Konstruksi
Persamaan Perbedaan
Kolo
kas
i
- Terdiri dari
gabungan dua kata
(frasa) ata lebih.
- Digunakan sesuai
dengan latar
belakang budaya
pengguna bahasa.
- Memiliki
hubungan makna
dengan kata lain
yang
menyandinginya.
- Maknanya dapat
disimpulkan secara
harfiah.
55 Muhammad Luqman, Ibnul Hakim, Mohd Sa’ad , dkk, jurnal Linguistik: Fenomena
Antara Idiom dan Kolokasi, Desember, 2015, 010-023, vol. 19 (2), http://jurnal.plm.org.my/,
(diakses pada tanggal 5 Oktober 2017, pukul 13.50 WIB).
36
Idio
m
- Terdiri dari
gabungan dua kata
(frasa) atau lebih.
- Digunakan sesuai
dengan latar
belakang budaya
pengguna bahasa.
- Merupakan kata
kiasan.
- Maknanya tidak
bisa disimpulkan
secara harfiah, jauh
dari arti kata
sebenarnya.
- Penggunanya
mutlak
kontekstual.
2. Proses Penerjemahan Kultural (Budaya)
Dalam menerjemahkan, tidak hanya dianggap sebagai suatu
menerjemahkan yang berarti hanya mengubah atau mengalihkan
‘rendering’ suatu teks bahasa satu ke bahasa lain, sehingga seorang
penerjemah di sini hanya dipandang serta bergantung pada
pengetahuan Bsu ke Bsa saja, akan tetapi seorang penerjemah di sini
juga dipandang sebagai an act of intercultural communication,56
yang
mana pada pendekatan fungsional ini mengandung bahwa selain
kompetisi bahasa, seorang penerjemah juga harus memiliki kompetisi
budaya juga, sehingga ia dapat mengatasi masalah konteks ketika
56 Mildred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman untuk Pemadanan
Antarbahasa, (Jakarta: Arcan 1989), h. 457.
37
mengalihkan bahasa sumber (Bsa) ke bahasa sasaran (Bsa).57
Dalam
menerjemahkan tidak hanya menguasai bahasanya saja, akan tetapi
yang terpenting bagi seorang penerjemah ialah menguasai dua budaya
yaitu bahasa pada teks sumber dan teks sasaran.
Penerjemahan merupakan proses pengalihan pesan dari bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran. Proses pengalihan pesan itu ialah
untuk membantu pembaca teks bahasa sasaran dalam memahami pesan
yang dimaksud oleh penulis teks bahasa sumber.58
Tugas seorang
penerjemah dalam proses pengalihan ini menempatkan posisi yang
sangat penting dalam menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
kebiasaan, apabila ilmu pengetahuan dan kebiasaan itu dipahami
sebagai bagian dari aspek budaya, secara tidak langsung penerjemah
turut serta dalam proses alih budaya.59
Dalam menerjemahkan, seseorang tidak menerjemahkan bahasa
tetapi budaya, dan dalam penerjemahan kita mengalihkan budaya
bukan bahasa.60
Dan pendapat ini pun sejalan dengan pandangan
bahwa budaya merupakan satuan pada penerjemahan dan hasil
terjemahan itu sendiri, bukan kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf atau
teks, yang seharusnya mendapat perhatian yang serius dari
57 Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988), h. 5.
58
Zuchrudin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation; Bahasan Teori dan
Penuntun Praktis Menerjemahkan,(Yogyakarta: Kasinus 2003), h. 17.
59
Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka, 2006), h. 79. 60
Catalog of Copyright Entries: Series ke-3, Volume 31, Bagian 1, No. 2, Sesi ke-2
“Book and Pamphlets” (Including Serial and Contribution to Periodicals), (The Library of
Congress Washington: 1979), h. 92.
38
penerjemahan.
Pemahaman sebuah teks sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari
kedudukan teks yang bersangkutan sebagai sebuah wacana yang
berada dalam lingkungan sosial budaya dan temporal tertentu. hal itu
sudah dikemukakan di atas. Secara metodologis, kita dapat
menerapkan konsep yang dikemukakan oleh Fairclough bahwa jika
dilihat dari aspek wacana sebagai objek pengamatan/analisis, teks
berada dalam sebuah lingkungan praktik berwacana (discourse
practices).61
Ini mencakupi proses produksi (penulis) dan proses
pemaknaan/penafsiran (pembaca/penerjemah). Namun, tidak boleh
dilupakan bahwa praktik berwacana ini dikondisikan oleh praktik
berkehidupan sosial budaya (sociocultural practices), baik dalam
situasi kelembagaam tertentu (percakapan), situasi kelembagaan
tertentu (birokrasi, masjid, greja, pura, bank, iklan, ataupun akademia).
semua itu dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:
Bagan tersebut menggambarkan proses terjemahan kultural
yang akan dilakukan oleh peneliti, dalam bagan tersebut digambarkan
61 N. Fairclough, Critical Discourse Analysis. A Critical Study of Language, (London:
Longman 1995), h. 98.
39
bahwa terjemahan meliputi situasi komunikasi, dan konteks budaya
dari teks bahasa sumber, dianalisa untuk mendapatkan maksud dengan
tepat, dan kemudian merekonstruksi persamaan arti dengan
menggunakan struktur gramatikal dan leksikon yang sesuai dalam
bahasa sasaran dan konteks budayanya.
Proses penerjemahan Nida tidak jauh berbeda dengan Larson
dalam memaparkan proses penerjemahan untuk menghasilkan
penerjemahan yang baik. Ada tiga tahapan proses penerjemahan,
yaitu:
1) Analisis; yakni tahapan pemahaman teks sumber melalui
telah linguistik dan makna, pemahaman bahan atau materi
yang dterjemahkan dan masalah kebudayaan.
2) Pengalihan isi (transfer), makna atau pesan yang terkandung
dalam teks sumber.
3) Rekonstruksi; yakni menyusun kalimat-kalimat terjemahan
(berulang-ulang) sampai memperoleh hasil akhir dalam
bahasa target.62
Jika dilihat dalam bentuk bagan sebagai berikut:
62Eugene Nida dan Charles Taber, The Theory and Practice of Translation, (Leiden: The
United Bible Societis), h. 34.
40
3. Strategi Penerjemahan Kultural (Budaya)
Strategi penerjemahan ialah pedoman untuk menerjemahkan frase demi
frase atau kalimat demi kalimat. Sedangkan menurut venuti strategi penerjemahan
ialah meliputi sesuatu yang mendasar dengan memilih teks sumber untuk
diterjemahkan dan pengembangan metode menerjemahkan teks tersebut. Ia
mebedakan strategi penerjemahan menjadi domestication dan Foreignizing
strategis.63
Strategi penerjemahan menurut Suryawinata & Hariyanto adalah taktik
untuk menerjemahkan kata atau kelompok kata, atau mungkin kalimat penuh
apabila kalimat tersebut tidak bias dipecah lagi menjadi unit yang lebih kecil
untuk diterjemahkan. Dalam literature tentang penerjemahan, strategi
penerjemahan disebut prosedur penerjemahan (Translation Procedures).64
Konsep
strategi yang dimaksud mengacu pada tektik yang akan peneliti jelaskan terjadi
pada tataran mikro sesuai yang jelaskan oleh Suryawinata:
63 L Venuti, The Translator Invisibility A History of Translation, (London: Routledge,
1955), h. 20.
64
Zuchrudin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation; Bahasan Teori dan
Penuntun Praktis Menerjemahkan,(Yogyakarta: Kasinus 2003), h. 67.
41
Secara garis besar strategi penerjemahan dibagi menjadi dua yaitu, strategi
structural dan strategi semantis. Strategi struktural berkenaan dengan struktur kata
atau kalimat yang meliputi:
1. Penambahan (addition)
Penambahan di sini adalah penambahan kata-kata di dalam BSa
karena struktur BSa memang menghendaki demikian. Penambahan
jenis ini bukanlah masalah pilihan tapi suatu keharusan.
2. Pengurangan (Subraction/deletion)
Pengurangan artinya adanya pengurangan elemen struktural di
dalam BSa.
3. Transposisi (Transposition)
Strategi penerjemahan ini digunakan untuk menerjemahkan klausa
atau kalimat. Transposisi umumnya dilakukan karena alasan gaya
bahasa. Transposisi mencakup pengubahan bentuk jamak ke
bentuk tunggal, posisi kata sifat sampai pengubahan struktur
kalimat secara keseluruhan.65
Pemisahan satu kalimat BSu menjadi
dua kalimat BSa atau lebih, penggabungan dua kalimat BSu atau
lebih menjadi satu kalimat BSa juga termasuk dalam strategi ini.
Pengubahan letak kata sifat di dalam frase nomina dan pengubahan
dari bentuk kata jamak menjadi tunggal atau sebaliknya merupakan
suatu keharusan bagi penerjemah. 66
65
Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988), h. 85.
66
Zuchrudin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation; Bahasan Teori dan
Penuntun Praktis Menerjemahkan,(Yogyakarta: Kasinus 2003), h. 67-69.
42
Sedangkan strategi semantis (strategi yang dilakukan karena pertimbangan
makna) meliputi:
1. Pungutan (Borrowing)
Pungutan merupakan strategi penerjemahan yang membawa kata
BSu ke dalam Teks BSa. Penerjemah sekadar memungut kata BSu
yang ada, karenanya strategi ini dinamakan pungutan. Salah satu
alasan mengapa strategi ini digunakan adalah untuk menunjukkan
penghargaan terhadap kata-kata tersebut. Alasan lain, karena belum
ditemuinya padanan di dalam BSa. Pungutan mencakup transliterasi
dan naturalisasi. Transliterasi adalah strategi penerjemahan yang
mempertahankan kata-kata BSu tersebut secara utuh, baik bunyi
maupun tulisannya ke dalam BSa. Sedangkan naturalisasi sudah terjadi
adaptasi atau penyesuaian kata dari Bsu ke Bsa.67
2. Padanan Budaya (Cultural Equivalent)
Strategi ini mengganti kata-kata khas dalm BSu ke dalam kata-kata
khas BSa. Karena budaya antara BSu dan BSa mungkin berbeda, maka
kemungkinan strategi ini tidak bisa menjaga ketepatan makna.
Walaupun demikian strategi ini bisa membuat kalimat dalam BSa
menjadi mulus dan enak dibaca. Newmark menjelaskan bahwa untuk
teks yang bersifat umum, misalnya pengumuman atau propaganda,
strategi ini bisa digunakan karena pada umumnya pembaca BSa tidak
67 Zuchrudin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation; Bahasan Teori dan
Penuntun Praktis Menerjemahkan,(Yogyakarta: Kasinus 2003), h. 70-72.
43
begitu peduli dengan budaya BSu. 68
Contohnya, istilah “الحد اد” dalam
Bsa diterjemahkan menjadi “pakaian perempuan yang sedang
berkabung”. Hal tersebut karena dalam budaya BSa, istilah “الحد اد”
memang dikenal dengan “pakaian perempuan yang sedang
berkabung”.
3. Padanan Deskriptif (Descriptive Equivalent) dan Analisis
komponensial (Komponential Analysis)
Strategi ini berusaha mendeskripsikan makna atau fungsi dari kata
BSu.69
Strategi ini dilakukan karena kata BSu sangat terkait dengan
budaya khas BSu dan penggunaan padanan budaya dirasa tak bisa
memberikan derajat ketepatan yang dikehendaki. Sebagai contoh, kata
dalam bahasa Arab tidak bisa diterjemahkan dengan sebagai ”التابعين“
pengikut sahabat Rasul (Nabi Muhammad saw), apabila teks yang
bersangkutan adalah teks yang menerangkan budaya Arab. Strategi
padanan deskriptif harus digunakan untuk menerjemahkan istilah
menjadi “generasi setelah sahabat Nabi”. Strategi yang mirip ”التابعين“
dengan padanan deskriptif adalah analisis kompenensial. Dengan
strategi ini, sebuah kata BSu diterjemahkan ke dalam BSa dengan cara
memerinci komponen-komponen makna kata BSu tersebut. Hal ini
dilakukan karena tidak adanya padanan satu-satu pada BSa sementara
penerjemah menganggap penting bahwa pembaca teks BSa perlu
mengerti arti yang sebenarnya. Perbedaan antara padanan deskriptif
68
Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988), 82-83. 69
Peter Newmark, A Text Book of Translation, h. 83-84.
44
dengan analisis komponensial adalah padanan deskriptif digunakan
untuk menerjemahkan kata-kata yang terkait dengan budaya
sedangkan analisis komponensial digunakan untuk menerjemahkan
kata-kata umum.
4. Sinonim (Synonymy)
Dalam menerjemahkan, penerjemah bisa menggunakan kata BSa
yang kurang lebih sama maknanya untuk kata BSu yang bersifat umum
apabila penerjemah enggan menggunakan analisis komponensial dirasa
mengganggu alur kalimat BSa.70
5. Terjemahan Resmi
Strategi ini merupakan terjemahan resmi yang telah dibakukan.
Penerjemah yang mengerjakan naskah dari bahasa asing ke dalam
bahasa Indonesia perlu memiliki “Pedoman Pengindonesiaan Nama
dan Kata Asing” yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Depdikbud RI. Dengan mengunakan strategi ini,
penerjemah bisa menghemat waktu dalam menerjemah. Sebagai
contoh, “مؤتمر” diterjemahkan menjadi “konferensi”.
6. Penyusutan dan perluasan
Penyusutan yang dimaksud di sini, adalah penyusutan komponen
kata BSu. Sebagai contoh, kata “ الزوجاتلتعدد ” hanya diterjemahkan
menjadi “poligami” yang hanya satu kata. Jadi, kata “الزوجات ”لتعدد
mengalami penyusutan. Perluasan merupakan lawan dari penyusutan.
70
Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988), h. 83-84.
45
Strategi ini memperluas unsur kata dalam BSa. Contoh, “اإلختلط”
diterjemahkan menjadi “kumpul kebo”.
7. Penambahan (addition)
Lain halnya dengan penambahan pada strategi struktural,
penambahan di sini dilakukan demi kepentingan kejelasan makna.
Penerjemah memasukkan informasi tambahan di dalam teks
terjemahannya karena menurutnya pembaca memang memerlukan
informasi tersebut. Informasi tambahan ini bisa diletakkan di dalam
teks, di bagian bawah halaman (catatan kaki) atau di bagian akhir dari
teks.71
8. Penghapusan (Omission/Deletion)
Penghapusan di sini berarti penghapusan kata atau bagian teks BSu
di dalam teks BSa. Dengan kata lain, kata atau bagian dari teks
tersebut tidak diterjemahkan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa kata atau bagian tersebut tidak terlalu penting bagi keseluruhan
teks dan biasanya sulit untuk diterjemahkan. Daripada
menerjemahkannya dan membuat pembaca bingung, lebih baik kata
atau bagian tersebut tidak diterjemahkan atau dihilangkan karena
perbedaan maknanya tidak akan signifikan.
9. Modulasi (Modulation)
Strategi ini digunakan untuk menerjemahkan frase, klausa atau
kalimat. Penerjemah memandang pesan dalam kalimat BSu dari sudut
71
Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988), h. 91-92.
46
yang berbeda atau cara pikir yang berbeda.72
Strategi ini digunakan
jika penerjemahan kata-kata dengan makna literal tidak menghasilkan
terjemahan yang wajar atau luwes.
Ada beberapa strategi untuk menangani masalah ketidaksepadanan
(nonequivalence) dalam proses penerjemahan. Berbagai strategi pemadanan telah
diusulkan oleh berbagai ahli dalam dunia penerjemahan. Satu di antaranya ialah
strategi penerjemahan Benny Hoed antara lain:
1. Transposisi, mengubah struktur kalimat agar dapat memperoleh
terjemahan yang betul.73
2. Modulasi, penerjemahan memberikan padanan yangsecara semantik
berbeda sudut pandang artinya atau cakupan maknanya, tetapi dalam
konteks yang bersangkutan memberikan pesan/maksud yang sama.74
3. Penerjemahan Deslriptif, karena tidak dapat menemukan
terjemahan/padanan kata Bsu (baik karena tidak tahu ataupun karena
tidak/belum ada dalam BSa), penerjemah terpaksa melakukan
“uraian” yang berisi makna kata yang bersangkutan.75
4. Penjelasan Tambahan (Contextual Conditioning), agar suatu kata
dipahami (misalnya nama makanan atau minuman yang masih di
anggap asing oleh khalayak pembaca BSa), biasanya penerjemah
memberikan kata-kata khusus untuk menjelaskannya.76
72
Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988), h. 88.
73
Benny H Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya 2006), h. 72.
74
Benny H Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya 2006), h. 74.
75
Benny H Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya 2006), h. 74.
76
Benny H Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya 2006), h. 75.
47
5. Catatan Kaki, penerjemah memberikan keterangan dalam, bentuk
catatan kaki untuk memperjela makna kata terjemahan yang di
maksud karena tanpa penjelasan tambahan kata terjemahan
diperkirakan tidak akan dipahami secara baik oleh pembaca.77
6. Penerjemahan Fonologis, penerjemahan tidak dapat menemukan
padanan yang sesuai dalam bahasa Indonesia (BSa) sehingga ia
memutuskan untuk membuat kata baru yang di ambil dari bunyi kata
itu dalam Bsu untuk disesuaikan dengan sistem bunyinya (fonoligi)
dan ejaan (grafologi) Bsa.
7. Penerjemahan Resmi/Baku, ada sejumlah istilah, nama, dan ungkapan
yang sudah baku atau resmi dalam Bsa sehingga penerjemahan
langsung menggunakan sebagai padanan.
8. Tidak Diberikan Padanan, penerjemah tidak daoat menemukan
terjemahannya dalam Bsa sehingga untuk sementara ia menganggap
saja bahasa aslinya.
9. Padanan Budaya, menerjemahkan dengan memberikan padanan
berupa unsur kebudayaan yang ada dalam Bsa.78
Strategi penerjemahan Suryawinata, Hoed, Baker, dan Newmark memiliki
kelebihan dan kekurangan. Strategi Hoed ada sebagian mengambil strategi yang
diungkapkan oleh Baker. Penerjemahan harus memiliki pemahaman yang
strategis untuk menerjemahkan teks yang memiliki konsep berbeda antara bahasa
sumber dan bahasa sasaran.
77 Benny H Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya 2006), h. 75.
78
Benny H Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya 2006), h. 75-
78.
48
Strategi penerjemahan yang digunakan untuk menjelaskan dan pemilihan
hasil penelitian ini menggunakan tehnik penerjemahan Mona Baker. Teknik Mona
Baker lebih cocok untuk menjelaskan strategi yang digunakan oleh penerjemah
dalam menerjemahkan kitab Min Mukhālafāt An-Nisа’ Karya Abdul Aziz bin
Muhammad bin Abdullah Al Sadhan karena sudahmencakup teori yang
diungkapkan oleh Benny Hoed, dan juga teori Baker lebih untuk menjelaskan
strategi penerjemahan yang teksnya memiliki konsep yang berbeda antara bahasa
sumber dengan bahasa sasaran.
Menurut Baker strategi penerjemahan untuk kata/ungkapan yang tidak
dikenal dalam bahasa penerima meliputi:
1) Penerjemahan dengan menggunakan pengganti kebudayaan.
Strategi ini digunakan oleh penerjemahan karena padanan dalam bahasa
sasaran sudah ada. Tetapi strategi ini tidak banyak dilakukan oleh
penerjemah dalam menerjemahkan buku ini. Karena penerjemah ingin
tetap menampilkan kata-kata berkonsep budaya terkait dalam
penerjemahannya.
2) Penerjemahan dengan menggunakan kata pinjaman.
Strategi ini merupakan strategi yang paling sering digunakan oleh
penerjemah. Penerjemah hanya meminjam istilah-istilah budaya pada teks
sumber untuk dituliskan pada buku ini. Strategi ini sangat membantu
penerjemah untuk mewujudkan aspek foreignization dari korpus data
tersebut, disamping karena kata-kata tersebut tidak ada dalam bahasa
Indonesia.
49
Dapat diamati bahwa pemilihan strategi ini dilandasi oleh beberapa
pertimbangan yaitu: pertama, karena dalam bahasa sasaran tidak
ditemukan padanan yang tepat. Walaupun ada padanan yang mendekati,
dikuatirkan padanan tersebut tidak bisa mewakili makna yang dinginkan
dalam bahasa sumber. Kedua, peminjaman istilah-istilah tersbut dalam
bahasa sasaran akan mempetahankan keaslian data. Tidak terjadi degradasi
makna dalam proses penerjemahannya, hanya saja pembaca yang tidak
memiliki prior knowledge (pengetahuan sebelumnya) tentang kebudayaan
Arab akan memerlukan keseriusan yang lebih untuk bisa memahami
makna kata-kata berkonsep budaya tersebut. Ketiga, peminjaman tersebut
bisa meningkatkan rasa ingin tahu pembaca tentang isi buku, karena isi
buku ditulis dengan baik sehingga penggunaan kata berkonsep budaya
tersebut tidak membuat pembaca berhenti membaca karena tidak
memahami kata tersebut. Keempat, penerjemah sangat setia dengan bahasa
sumber. Sehingga istilah atau kata-kata yang berkonsep budaya tetap
ditampilkan oleh penerjemah.
3) Penerjemahn dengan menggunakan kata pinjaman yang disertai dengan
penjelasan, penerjemah menggunakan strategi penggunaan kata-kata
pinjaman dengan penjelasan dikarenakan beberapa pertimbangan yaitu:
pertama, ketika kata berkonsep budaya yang diterjemahkan terdapat
padanan yang sekiranya mendekati dalam bahasa sasaran walaupun tidak
sepenuhnya akurat. Kedua, penerjemah berusaha untuk tetap
mempertahankan keaslian narasi. Ketiga,penerjemah memilih untuk
50
memakai catatan kaki agar tidak mengganggu pembaca, tetapi pembaca
dapat memahami kata tersebut.
4) Penerjemah dengan ilustrasi digunakan karena salah satu upaya
penerjemahan untuk menjelaskan bentuk symbol keterbatasan agar
pembaca lebih jelas. Dengan adanya ilustrasi pembaca dapat mempunyai
gambaran yang jelas.79
Untuk memperkuat penelitian dalam tahap analisis agar pembahasan yang
akan dilakukan lebih tajam, peneliti juga akan menggunakan teori dari Baker
dalam bukunya yang berjudul In Other Word.
1) Padanan Kata (Equivalence)
Proses serta tugas utama dalam penerjemahan ialah
mengkomunikasikan keseluruhan makna dari dua bahasa yang berbeda.
Maka dari itu peneliti akan memulainya dengan mengklasifisikan unit-unit
dan struktur yang ada, yakni dari BSu ke BSa. Unit-unit yang akan terlebih
dahulu di analisis adalah kata. Seperti yang dikemukakan oleh Newmark
“All the same, we do translate word, because there is nothing else to
translate, there are only word on a page; there is nothing else there”.80
Pernyataan tersebut mengasumsikan bahwa proses penerjemahan yang
terlebih dahulu dipahami dalam rangka memahami teks BSu secara
keseluruhan adalah kata.
79 Mona Baker, Routledge Encyclopedia of Translation Studies, (London: Routledge
1998), h. 26-30.
80
Peter Newmark, A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign Language
Education Press 1988), h. 75.
51
Banyak orang menganggap bahwa kata adalah unit terkecil yang
memiliki makna. Akan tetapi dalam ilmu bahasa, unit terkecil yang
memiliki makna adalah morfem. Seperti yang diungkapkan oleh Hatch dan
Brown dalam buku Nababan “morfem adalah unit terkecil yang memiliki
makna yang tidak bisa diurai lagi menjadi unit-unit yang lebih kecil”.81
Perbedaan morfem dengan kata ialah morfem hanya memiliki satu
unsur makna sedangkan kata bisa memiliki lebih dari satu unsur makna.
seperti yang tampak pada contoh berikut: kata ل ج /al rajulun/ ال ر
mempunyai dua unsur makna, yaitu ل ا dan ل ج ر /rajulun/ yang berarti
‘laki-laki itu’, ل ا adalah morfem yang memiliki padanan kata selain dari
arti ‘itu’ yaitu ‘yang’.
Dari contoh tersebut memungkinkan adanya unsur makna yang
dilambangkan dengan satu kata pada bahasa tertentu, harus dilambangkan
dengan beberapa kata dalam bahasa lain, atau sebaliknya. Contoh: kata
kumpul kebo dalam bahasa Indonesia merupakan padanan dari satu kata
dalam Bahasa Arab yaitu ا ت خ إل ط ل , berbeda lagi ketika dipadankan ke
dalam bahasa Inggris kata ا ت خ إل ط ل menjadi serperti kalimat, yaitu to live
together without being married.
Dari contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa tidak selalu ada
padanan satu kata BSu dengan Satu kata dala BSa, atau sebaliknya.
Karenanya untuk menentukan padanan yang sesuai, dalam penganalisisan
81 M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar 2003).
52
sebuah kata penerjemah perlu menerapkan menerapkan analisis structural
(structural analysis) atau analisis morfemis (morphemic analysis) pada
struktur permukaan, sedangkan pada struktur batin dengan menerapkan
analisis komponen makna (componential analysis of meaning).82
Seorang penerjemah selalu melibatkan dua bahasa yang berbeda
dan akan terus ditemui sebuah kata yang tidak mempunyai padanan, atau
sering disebut kasus ketidak sepadanan (non-equivalence). Penyebab
adanya kasus non-equivalence serta bagaimana strategi yang sering
digunakan oleh penerjemah untuk menanggulangi masalah tersebut akan
peneliti bahas pada bagian selanjutnya.
2) Masalah Ketidaksepadanan (Non-equivalence)
Ketidak sepadanan yang akan peneliti bahas pada bagian ini adalah
ketidak sepadanan pada tataran kata, yaitu bahwa bahasa sasaran tidak
mempunyi padanan langsung untuk suatu kata dalam bahasa sumber. Jenis
dan tingkat kesulitan yang ditimbulkan oleh kasus ini sangatlah beragam
tergantung pada sifat ketidak sepadanan itu sendiri. Oleh karena itu, suatu
jenis ketidak sepadanan yang timbul memerlukan strategi yang khusus
untuk mengatasi masalah tersebut.
Menurut Mona Baker faktor penyebab kasus ini sebagai berikut:
a) Konsep khusus Budaya (Culture specific)
Kata bahasa sumber yang berkaitan dengan budaya setempat bisa
mengungkapkan sebuah konsep yang unik yang tidak dikenal
82 M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar 2003) h. 98
53
dalam budaya sasaran. Seperti contoh د اد yaitu pakaian wanita ا ل ح
yang sedang berkabung. ة ي ط ب الق yang berarti pakaian orang mesir
yang dipakai saat musim dingin.
b) Konsep bahasa sumber tidak tersedia dalam bahasa sasaran (The
source language is not lexicalized in the target language).
Konsep bahasa sumber bisa dipahami dengan bahasa sasaran,
tetapi Bahasa sasaran tidak mempunyai kata yang sesuai untuk
menggambarkan konseptersebut. Contohnya Masyarakat Indonesia
di perkotaan sudah akrab dengan kata ر ب ن م tetapi kita tidak
mempunyai kata untuk mengungkapkan konsep yang terkandung
di dalamnya atau biasa disebut foreigenisasi.
c) Konsep bahasa sumber secara semantik sangat kompleks (The
source language words are semantically complex).
Konsep bahasa sumber secara semantik sangat kompleks. Kata
dalam bahasa sasaran secara semantik dapat sangat kompleks.
Suatu kata-kata kadang dapat mengungkapkan suatu makna yang
lebih kompleks daripada makna sebuah kalimat. Sebuah kata yang
kompleks secara semantik contohnya kata dalam bahasa Arab
ا ت خ إل ط ل yang secara harfiah berarti ‘percanpuran’ tetapi dalam
konteks dalam, buku berarti kumpul kebo, yang dimaksud dari
kumpul kebo di sini ialah apabila laki-laki dan perempuan tinggal
serumah dan melakukan hubungan bagaikan suami istri tanpa
ikatan pernikahan.
54
d) Perbedaan persepsi terhadap suatu konsep (The source and target
language make different distinctions in meaning).
Persepsi terhadap suatu konsep yang berbeda antara Bsa dan Bsu .
Bahasa Indonesia membedakan konsep kehujanan dari hujan-
hujan. Kehujanan mempunyai persepsi bahwa kita tidak
bermaksud keluar untuk mandi air hujan. Bahasa Inggris tidak
membedakan keduanya jadi kita akan susah menerjemahkan
kelimat He is going out in the rain ke dalam bahasa Indonesia
apabila konteksnya tidak jelas.
Bias juga dengan sebuah istilah “Sedia payung sebelum hujan”
konteks atau istilah tersebut biasa digunakan oleh orang Indonesia
untuk bersiap-siap dalam melakukan segala hal, Indonesia
menggunakan istilah payung karena dio Indonesia beriklim tropis,
beda lagi jika kita kaitklan dengan budaya di Arab mereka
menggunakan istilah dalam Bahasa arabnya ialah ل ب ق تمأل الرماء
Sebelum memanah, isi dulu tempat anak panah”. Meskipun“ الكنائن
terdapat perbedaan lafadz dan kata-kata dalam kedua peribahasa
tersebut, namun keduanya mengandung persamaan maksud, yaitu:
"siapkan segala sesuatu sebelum beraktivitas". Orang Arab
menggunakan kata tempat anak panah dan memanah, karena
dipengaruhi oleh budaya mereka yang memiliki tradisi berperang
pada zaman dahulu dengan menggunakan alat tersebut, sedangkan
55
dalam bahasa Indonesia digunakan kata hujan dan payung karena
di Indonesia sering hujan.
e) Bahasa sasaran tidak mempunyai unsur atasan (superordinat)/(The
target language lacks of super ordinate).
Bahasa sasaran tidak mempunyai unsur bawahan atau hiponim
yang menunjuk pada suatu obyek atau konsep. Bahasa Inggris
mempunyai unsur atasan facilities yang menunjuk pada unsur
bawahan seperti bangunan, peralatan alam, jasa untuk kegiatan
tertentu (bahasa Rusia) tidak memiliki unsur atasan seperti itu, dan
biasa dikenal dengan sebutan generic dan spesifik. Dalam Bahasa
Arab kata ز bukan berarti nasi saja, ia bias berarti beras, padi الر
dan gabah. Contoh lainnya di Indonesia hanya mengenal kata
kurma /تمر dalam budaya Arab kurma terdapat beberapa jenis,
yaitu ر ال ت م dan ب ل ح ا ل ر ال . ت م adalah sejenis kurma yang sudah matang
sedangkan ب ل ح adalah sejenis kurma yang belum matang dan ada ا ل
juga yang bernama ط اب yaitu kurma yang belum menjadi kurma الر
akan tetapi masih bisa dan enak di makan meski masih terasa
keras.83
83 Perbedaan antara Balih dan Kurma,
http://www.tareekaa.com/%D9%81%D9%88%D8%A7%D8%A6%D8%AF-%D9%83%D9%84-
%D8%B7%D8%B9%D8%A7%D9%85/20469-%D8%A7%D9%84%D9%81%D8%B1%D9%82-
%D8%A8%D9%8A%D9%86-%D8%A7%D9%84%D8%A8%D9%84%D8%AD-
%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AA%D9%85%D8%B1-%D8%9F, diakses pada tangal 24
September 2017, pukul 08.00 WIB.
56
f) Bahasa sasaran tidak mempunyai unsur bawahan (hiponim)/(The
target language lack a special term (hyponym)).
Bahasa sasaran mempunyai unsur bawahan/hiponim. Dalam
bahasa Inggris kata articles tergolong unsur atasan yang
mempunyai beberapa unsur bawahan seperti repeat, review, report.
Kata house mempunyai beberapa unsur bawahan seperti bungalow,
cottage, mansion, manor, hall, villa, hut, lodge. Dan kata villa
misalnya belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Contoh
dalam bahasa Arab yaitu seperti kata ruang mempunyai unsur
bawahan ف ة ة ،غ ر ر ج ف ي ش ،ح د ه ة ،ال ح ة ،ب ي اض ،ر ح ش ر م Dalam Bahasa
Arab dan kata ف ي ش Al-Hafisy belum ada padanannya dalam ال ح
Bahasa Indonesia ف ي ش Al-Hafisy (tempat yang kecil gelap di ال ح
dalam rumah).
g) Perbedaan dalam perspektif interpersonal dan fisik (differences in
physical or interpersonal perspective).
Perspektif fisik menunjukkan hubungan orang dengan tempat yang
diungkapkan dengan pasangan kata come/go, take/bring.
Sedangkan perbedaan dipengaruhi oleh partisipasipan. Contoh
dalam Bahasa Jawa untuk kata “Pulang” bergantung pada siapa
saja dan posisi kedua partisipan tersebut sehingga kita harus
memilih kata yang tepat yaitu manthuk,mulih,wangsul, atau
kondur. Dalam kata Bahasa Arab ada kata أرملة,ثيبمطلقة, sama-
sama memiliki makna yang sama yaitu janda, akan tetapi budaya
57
Arab berbeda dalam penyebutan seorang janda, yaitu مطلقة yang
berarti Janda atau perempuan yang diceraikan oleh suaminya. kata
أرملة yang berarti penyebutan untuk seorang janda atau perempuan
yang ditinggal mati oleh suaminya. Kata ثيب yaitu digunakan untuk
janda pada umumnya.
h) Perbedaan dalam makna ekspresif (differences in expressive
meaning).
Perbedaan dalam hal makna ekspresif. Kata bahasa sumber dan
bahasa sasaran mempunyai makna proposisi yang sama tetapi
berbeda dalam makna ekspresifnya yang dikandungnya. Contoh
kata Be quiet dan Shut up memiliki makna proposisi yang sama
yaitu pembicara menyuh lawan bicara untuk tidak berbicara. Akan
tetapi makna ekpresif dari perkataan tersebut sangat berbeda.
Contoh dalam Bahasa Arab kali ini peneliti ambil dari sebuah Al-
Qur’an dalam surah ‘abasa’ yang bunyinya وتولىعبس ini adalah
sebuah bentuk teguran Allah kepada nabi Muhammad saw. Sama
halnya seperti وتولى؟عبثتلماذ sebenernya sama aja maksud dari
kalimat tersebut, hanya saja berbeda dalam bentuk ekspresifnya.
i) Perbedaan dalam hal bentuk kata (difference in frequency and
purpose of using specific forms).
Seringkali kata bahasa sasaran tidak mempunyai pedoman lugas
dalam bahasa sasaran yang disebabkan karena adanya perbedaan
dalam hal pembentukan suatu kata. Bahasa Inggris mempunyai
58
pasangan kata yang bernada sama seperti interviewer/interview,
demikian juga Bahasa Indonesia penatar/petatar. Pada derivasi kata
tertentu dapat menghasilkan pola pembentukan kata yang berbeda.
Contoh, pada kata Unity, nationality, akhiran –ity bisa
diterjemahkan dengan pola ke-an, yaitu kesatuan, dan kebagsaan.
Akan tetapi pola tersebut tidak dapat digunakan dalam kata
loyality. Bahasa Arab juga mempunyai pasangan kata yang
bernada متكلم dengan مخاطب
j) Perbedaan dalam hal tujuan dan tingkat pengunaan dalam bentuk
tertentu (differences in frequency and purpose of using specific
forms).
Perbedaan dalam hal tujuan dan penggunaan. Dalam bahasa
Inggris bentuk V + ing sangat sering digunakan untuk
menggabungkan dua gagasan dalam suatu klausa, tetapi tidak
demikian dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia, bentuk V +
ing ini adalah ciri gaya tulisan Bahasa Inggris. Oleh sebab itu
dengan menghilangkanya berarti kita telah menghilangkan gaya
alamiah teks bahasa inggris84
.
4. Teks dan Konteks Sosial Budaya
Teks adalah salah satu jenis perwujudan bahasa yang merupakan salah
satu dari ketujuh unsur kebudayaan. Namun, dalam sebuah teks dapat dibicarakan
84 Mona Baker, In Other Word: A course book on translation, (London: Rouledge 1992),
h. 18-22.
59
sebagian atau seluruh unsur kebudayaan artefak.85
Oleh karena itu tidak ada dua
kebudayaan yang sama, unsur budaya dan artefak yang dibicarakan dalam sebuah
teks sumber seringkali sulit diperoleh padanannya yang te[at dalam teks sasaran.
Pada saat inilah kita menghadapi masalah dalam menerjemahkan unsur budaya
yang terdapat di dalam teks sumber ke dalam teks sasaran.86
Apabila penerjemahan di tinjau dari sebagai suatu proses dialog
kebudayaan, maka dapatlah kiranya menyetujui definisi penerjemahan dari Venuti
bahwa:
Translation is a process by wich the chain of signifiers that constitues the
source-language text is replaced by a chain of signifier in the target language
which the translator provides on the strenght of an interpretation.87
Penafsiran penerjemahan ini sangat penting melihat teks yang sangat
kental dalam aspek budaya, sesuai yang dikatakan oleh Venuti bahwa “Both
foreign text and translation and translation are derivative”, dalam penerjemahan
karya sastra, filsafat, dan agama, hal ini sangat dominan.
Pemahaman sebuah teks sebenarnya tidak dapat dilepas dari kedudukan
teks yang bersangkutan seebagai sebuah wacana yang berada dalam lingkungan
sosial budaya dan temporal tertentu. secara metodologis kita dapat menerapkan
konsep yang dikemukakan oleh Fairclough. Dilihat dari aspek wacana sebagai
objek pengamatan/analisis, teks berada dalam sebuah lingkungan praktik wacana
(discourse practice). Ini mencakup proses produksi (penulis) dan proses
85 Dalam kajian filologi dan epigrafi (kajian prasasti kuno), teks dapat dipandang sebagai
hasil prilaku manusia atau artefak.
86
Benny H Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka Jaya 2006), h. 80.
87
L Venuti, The Translator Invisibility A History of Translation, (London: Routledge,
1955), h. 17.
60
pemaknaan/penafsiran (pembaca/penerjemah). Namun, tidak boleh dilupakan
bahwa praktik berwacana ini dikondisikan oleh praktik berkehidupan sosial
budaya (sociocultural practice), baik dalam situasi tertentu (percakapan), situasi
kelembagaan (birokrasi, masjid, gereja, bank, iklan, ataupun akademia)88
semua itu dapat dilihat dalam bentuk bagan berikut:
Melihat dari gambar diatas aspek analisisnya (analisis wacana) kita harus
melakukan tiga hal, yakni;
1. Deskripsi (analisis teks).
2. Penafsiran (pemahaman teks melalui penafsiran yang bertumpu pada
pemahaman atas praktik berwacana).
Eksplanasi (analisis sosial budaya yang mengaitkan praktik berwacana
dengan konteks praktik kehidupan sosial budaya)
88 Norman Fairlough, Critical Discourse Analysis. A Critical Study of Language,
(London: Longman, 1995), h. 98.
61
BAB III
SEKILAS TENTANG KITAB MIN MUKHĀLAFĀT AN-NISА’ DAN
BIOGRAFI ABDUL AZIZ BIN MUHAMMAD BIN ABDULLAH AL
SADHAN
Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan sekilas tentang kitab Min
Mukhālafāt An-Nisа’ dan biografi penulis kitab Min Mukhālafāt An-Nisа’ Abdul
Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan.
A. Deskripsi Kitab Min Mukhālafāt An-Nisā’
Kitab karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan ini
merupakan salah satu buku dari Riyadh, Saudi Arabia yang diterbitkan oleh
Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri pada tanggal 22 Rajab 1436/ 11 Mei 2015.
Buku ini menggambarkan tentang perempuan sebelum dan sesudah Islam, serta
peringatan yakni sebuah pelanggaran-pelanggaran kepada umat Islam di dunia,
terkhusus untuk kaum perempuan, bahwa musuh Islam telah menemukan celah
untuk menghancurkan umat Islam, yakni kepada perempuan.
Dalam buku itu pun dijelaskan bagaimana musuh Islam yakni orang-orang
Yahudi berusaha untuk menghancurkan Islam, dan sebenarnya ada satu cara kaum
yahudi menghancurkan Islam yang sampai sekarang banyak dari umat Islam
belum mengetahuinya. Di dalamnya pun dijelaskan bagaimana kedudukan
seorang perempuan dari zaman ke zaman, di mulai pada zaman Yunani, Jahiliyah,
Romawi dan lain sebagainya, di mana perempuan tidak punya hak dalam hidup.
62
Pada buku yang berjudul Min Mukhālafāt an-Nisа’ ini pun terdapat berbagai
macam nasihat untuk orang Islam dan kaum perempuan khususnya.
1. Perempuan Sebelum Islam
Potret perempuan dari zaman dulu yang eksistensinya diakui atau
tidak menjadi bahasan menarik dalam dinamika pergerakan feminisme
dewasa ini. Berangkat dari perlakuan perempuan yang tidak manusiawi
sampai kemudian datangnya ajaran Islam yang menjunjung tinggi sosok
perempuan yang harus dimuliakan. Sejarah mencatat bahwa jauh sebelum
datangnya Islam, dunia telah mengenal adanya dua peradaban besar
(Yunani dan Romawi) dan dua agama besar (Yahudi dan Nasrani).
Kedudukan perempuan saat itu (sebelum datangnya Islam)
sangatlah rendah dan hina. Mereka dianggap sebagai manusia yang tidak
memiliki hak, jiwa kemerdekaan, dan kemuliaan. Mereka menganggap
perempuan adalah sumber dari segala malapetaka dan bencana dunia.
Dalam peradaban Yunani, perempuan diperjualbelikan layaknya barang
daganngan dan tidak mempunyai hak-hak sipil, seperti halnya warisan
perempuan tidak mendapatkan warisan dari keluarganya. Sementara di
Romawi, perempuan berada dalam budaya patriarkhi, apabila sudah
menikah maka hidupnya akan jatuh ke tangan suaminya – sebuah
kekuasaan kepemilikan bukan kekuasaan pengayoman, serta jika
63
sumaninya meninggal, maka perempuan berada dalam kendali penuh
keluarga suaminya.89
Ajaran Nasrani memiliki persamaan dengan ajaran Yahudi yakni
dalam menempatkan perempuan di lingkungan masyarakat. Perempuan
dipandang sebagai sumber kejahatan, kesalahan dan dosa. Mereka
mengajarkan bahwa perempuan hanyalah pemuas nafsu laki-laki, apabila
datang haid maka perempuan dipandang sebagai barang najis yang harus
dijauhi. Di belahan dunia seperti di China bahkan bangsa Arab pada masa
Jahiliyah, perempuan diperlakukan seperti budak untuk diperjualbelikan
dan suami berhak menjadikan istrinya untuk melacur demi keuntungan
suaminya, sampai ketika perempuan menjadi janda maka hartanya
dirampas oleh keluarga suaminya dan perempuan dikubur hidup-hidup
untuk menemani suaminya.
Pada masa itu semuanya menempatkan posisi kaum perempuan
dalam posisi yang sangat rendah dan hina. Sebagaimana tersebut dalam
sejarah bahwa pada zaman jahiliyah orang Arab merasa malu apabila
istrinya melahirkan seorang anak perempuan karena itu dianggap sebagai
aib terbesar bagi keluarga. Oleh karena itu, bayi perempuan yang baru
lahir langsung dikubur hidup-hidup. Sebagaimana dalam Al-Qur’an yang
artinya:
“Padahal apabila seseorang dari mereka diberi
kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya
89 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 11.
64
menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. Dia
bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk
yang disampaikan kepadanya, apakah dia akan
memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan
membenarkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah
alangkah buruknya (putusan) yang nmerea tetapkan itu”.
(Q.S al-nahl: 58-59).
Sahabat Nabi Umar bin Khatab pun sebelum masuk Islam pernah
mengubur bayi perempuannya hidup-hidup, perlakuan buruk orang Arab
jahiliyah yaitu menjadikan perempuan sebagai budak-budak untuk
pekerjaan sex komersil dan hanya mereka menikmati keuntungan dari
pelacuran tersebut. Demikianlah gambaran nasib perempuan masa lalu
dalam sejarah bangsa-bangsa di dunia di awal abad ketujuh sebelum
datangnya Islam. Eksistensinya mereka tidak lebih dari makhluk tanpa
harga diri yang kehilangan hak dan kepemilikannya.
2. Perempuan Pasca Islam
Masuknya ajaran Islam membawa angin segar bagi kaum
perempuan. Derajat perempun berubah lebih baik, tidak ada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan dalam pandangan Islam. Oleh karena itu,
Islam datang untuk mengangkat derajat perempuan dan
mengembalikannya kepada keadaannya sebagai manusia yang layak.
Islam telah menjamin kemerdekaan kaum perempuan, disaat yang
bersamaan ditengah maju dan berkembangnya umat Islam -- khususnya
65
perempuan menjadi ancaman bagi mayoritas-mayoritas lain seperti
Yahudi. Sehingga musuh-musuh Islam saat ini, yakni golongan orang-
orang yang kafir dan munafik, merasa iri dengan kemuliaan yang
diperoleh perempuan muslimah dalam Islam. Mereka menginginkan
wanita dijadikan sebagai alat perusak moral bagi seseorang yang imannya
lemah dan orang yang rendah rasa cemburunya dengan kebaikan, setelah
mereka memuaskan nafsu rendahnya kepada perempuan. Sesuai dengan
firman Allah yang artinya:
“Dan para pengekor syahwat itu ingin kalian cenderung kepada
mereka dengan sebenar-benarnya kecendrungan.” (Q.S An Nisa: 27).
Islam datang sebagai rahmatan lil’ālamin, menghapus segala
bentuk kedzaliman yang menimpa perempuan. Seorang perempuan
muslimah mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Islam dan pengaruh
yang besar dalam kehidupan setiap muslim. Ia akan menjadi madrasah
pertama dalam membangun masyarakat yang shalih dan sholihah.
Korpus penelitian ini menjelaskan tentang pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan perempuan dari masa sebelum Islam sehingga
datangnya Islam. Peneliti akan menguraikan satu sub bab yang
menjelaskan perbedaan perempuan di Eropa dan perempuan dalam Islam.
Perbedaan yang kontras terjadi dalam dua kutub ideologi dalam konteks
perempuan, kenyataan ini banyak kita jumpai dari segi budaya yang
merupakan suatu manifestasi dari sikap masyarakat – khususnya di
beberapa kelompok yang berbeda dari segi geografis maupun historisnya.
66
Perbedaan ini penting untuk dibahas guna mengetahui seberapa besar
pengaruh yang berkembang dalam suatu mayoritas satu dengan mayoritas
lainnya, karena jika mengetahui perbedaan yang ada maka kita bisa
menilai tentang seberapa jauh perbadaban yang benar-benar sedang
berkembang.
Berawal dari sikap perempuan Eropa yang cenderung hidup penuh
dengan kebebasan, di sini disampaikan bahwa wanita yang bebas seperti di
Eropa itu sangat membahayakan bagi wanita, karena dengan kehidupan
yang bebas itu wanita tidak bisa menjaga kehormatannya. Sementara
wanita Islam harus serba tertutup, keluar rumah harus ditemani oleh
mahromnya, hal seperti itu bukan mengekang wanita akan tetapi semata-
mata untuk menjaga kehormatannya. Orang Eropa menilai bahwa wanita
muslim lupa terhadap sejarah, bahwa Islam sangat menjunjung tinggi
martabat wanita, memperjuangkan wanita dan mengahpus perbudakan
bermula dari Islam. Penilaian ini muncul bukan saja dengan cara mereka
melihat cara wanita muslim dalam berpakaian tetapi juga dengan prilaku
yang dinilai membatasi ruang gerak wanita muslim.
Islam mengajarkan kepada wanita muslim untuk selalu menjaga
diri dalam berpakaian, bergaul dan sampai pergi keluar rumah harus
ditemani oleh mahromnya atau kerabat keluarganya. Semua itu dilakukan
untuk memastikan wanita selamat dan terjaga kehormatannya, karena
apabila wanita muslim yang sudah berumah tangga pergi keluar sendiri
dihawatirkan banyak yang menggoda oleh laki-laki lain, karena pada
67
umumnya wanita selalu menjadi perhatian kaum laki-laki maka apabila
bertemu dengan laki-laki lain kemudian bercandagurau pada akhirnya akan
saling bertukar nomor handphone, akan menjadi awal dari suatu
perzinahan. Lebih daripada itu apabila suami membiarkan wanita pergi
keluar sendiri maka dosanya akan ditanggung oleh suaminya. Inti dari
ajaran Islam yang menganjurkan wanita ketika bepergian harus ditemani
oleh mahromya semata-mata untuk menjaga kemuliannya.
Pada penelitian menerjemahkan sebuah buku yang berjudul Min
Mukhālafāt an-Nisа’ yang artinya “Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
Seorang Perempuan” karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Adullah Al Sadhan
ini menggunakan metode proses dan konsep pernerjemahan kultural, karena
bahasa dan budaya saling berkaitan.90
Pada kenyataannya, bahasa yang digunakan
oleh penulis teks sumber seringkali memiliki kekhasan budaya yang berbeda
dengan budaya yang dimiliki oleh penerjemah. Oleh karena itu strategi yang
digunakan dalam menerjemahkan kitab tersebut ialah strategi penerjemahan
kultural, agar pesan yang dimaksud dalam isi buku tersebut dapat mudah
dipahami oleh banyak orang, serta sebagai khazanah keilmuan di berbagai dunia
pendidikan dan ke-Islaman.
90
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik, Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka
Cipta 2010) hal. 64.
68
A. Biografi Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan
1. Riwayat Pendidikan
Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah Al Sadhan merupakan seorang
murid yang paling aktif dari Syeikh Ulama bin Baz, dan sekarang ia
adalah salah satu murid yang paling menonjol dari Abdul Rahman bin
Jibreen. Semasa kecilnya ia pernah belajar di sekolah dasar di Thalhah bin
Abdullah kemudian pindah ke Begiya sekolah menengah yang berada di
Palestina kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Al
Jazeera. 91
Setelah ia menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas
(SMA) ia melanjutkan pendidikannya ke Institut Imam Dakwah dan
melanjutkannya lagi ke Scientifin Institut di Riyadh dan lulus pada tahun
1403 H/1983 M, setelah melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi di Riyadh dan lulus dari Fakultas Syari’ah pada tahun 1406-1407
H/1985-1986 M, ia melanjutkan beberapa pendidikannya di perguruan
tinggi hingga mendapatkan sebuah gelar Magister dari Collage of
Education di King Saud University dengan Tesis yang berjudul
“Perjuangan Streptococcus dalam Puisi Abbasiyah Periode Pertama dan
Perspektif Intelektualitasnya”, dan dibahas pada tanggal 29/1/1419 H.
Kemudian gelar doktor ia dapatkan juga dari fakultas Teologi di
Universitas Imam di Riyadh. Disertasi untuk gelar doktor dari Fakultas
Teologi tersebut berjudul “Metodologi Al-Hafiz Muhammad Ibn Taher
91Abdullah, http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=156427 diakses pada
Senin, 13 Maret 2017, pada pukul 10:00.
69
al-Maqdisi dalam Doktrin Studi dan Pencapaian Argumen pada Bukunya
al hujjah ‘alaa taaroka al muhajjah”. Dibahas pada tanggal 4/3/1426.92
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan ialah seorang
sarjana terkenal dan seorang ulama besar di Kerajaan Saudi Arab, dan
doktor dalam ilmu Ushuluddin Universitas Islam Al-Imam.
2. Jenjang Karir Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan ia juga
seorang da’i terkenal dan merupakan salah satu murid dari Syeikh Abdul
Aziz bin Baz, ia pun merupakan salah satu murid yang paling menonjol
dari Syeikh Abdullah bin Abdul Rahman bin Jibreen yang merupakan
salah satu dosen di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, yang
dikenal telah banyak menerbitkan beberapa buku, risalah-risalah, dan seni
akustik.
Pada jenjang karir dr. Abdul Aziz bin Muhammad Al Sadhan ia
selalu melakukan hal yang manfaat bagi masyarakat di sekelilingnya,
beberapa pekerjaan dan profesi beliau antara lain:
a. Sebagai imam masjid secara terus menerus dari tahun 1404-1410
H di masjid beliau sendiri yang diberi nama Masjid Abdul Aziz al-
Sadhan.
b. Pada tahun 1412-1423 H pindah menjadi imam di Masjid Faruq.
92 Samad bin Zayid Al Mahmud, http://Midad.com, diakses pada Selasa, 09 Agustus
2017, pada pukul 22:56.
70
c. Pada tahun 1423-14 H pindah menjadi imam di masjid Ibn
Qudamah di lanjutkan ke Masjid Pangeran Muhammad bin Jalawi
sampai tahun 1416 AH.
d. Menjadi seorang da’i.
3. Karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan
Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah Al Sadhan sudah banyak
menerbitkan beberapa karyanya dalam bentuk sebuah tulisan di bagian
Timur Tengah. akan tetapi sedikit dari masyarakat Indonesia yang
mengetahui dan mengenal beberapa karya beliau. Beberapa karya beliau
selain Kitab Min Mukhālafāt an-Nisа’ ialah:
a. Biografi Syeikh bin Baz
b. Adab dan Kiat Dalam Menggapai Ilmu
c. Salah Kaprah: Kebiasaan yang Salah, Kesalahan yang Menjadi
Kebiasaan
d. Mu’allim ilа ammаtu al masaajid
e. Mu’allimu fiithariyqi al- thalib al ‘ilmi
f. Min Wa Shoya Al Ulamа
g. Fi Dhifā’i ‘aninnabiy
h. Sholihūwna ‘Arfatāhum93
i. Dan lain-lain
93Samad bin Zayid Al Mahmud, “Abdul Aziz bin Muhammad Al Sadhan,
http://midad.com/scholar/38394/%D8%B9%D8%A8%D8%AF%D8%A7%D9%84%D8%B9%D8
%B2%D9%8A%D8%B2-%D8%A8%D9%86-%D9%85%D8%AD%D9%85%D8%AF-
%D8%A7%D9%84%D8%B3%D8%AF%D8%AD%D8%A7%D9%86, diakses pada Selasa, 09
Agustus 2017, pada pukul 23:03.
71
BAB 1V
HASIL TEMUAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN TERJEMAHAN
KITAB MIN MUKHАLAFАT AN-NISА’ KARYA ABDUL AZIZ BIN
MUHAMMAD BIN ABDULLAH AL SADHAN
A. Temuan Penelitian
Dalam bab ini, peneliti akan menyampaikan temuan data-data
penelitian berupa kata, idiom dan kolokasi yang mengandung unsur
budaya. Dari sumber data, diidentifikasi ada 33 data kata, 10 data idiom,
pribahasa dan ungkapan, dan 8 data kolokasi, yang digolongkan
berdasarkan strategi penerjemahan budaya menurut Newmark dan Baker
pada kitab Min Mukhālafāt an-Nisа’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin
Abdullah Al Sadhan.
Berikut adalah data klasifikasi budaya dalam kitab Min Mukhālafāt
an-Nisа’ karya Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan:
Tabel 1. Unsur budaya dalam bentuk kata, idiom, dan kolokasi
No Kategori Budaya Unsur Budaya Kata Idiom Kolokasi Terjemahan
1 Ekologi
Flora, fauna,
winds, plains,
hills,
honeysuckle,
اء ل حن ا √ - - Hena (pacar kuku)
ر الب خ 2 و √ - - Bukhur (Dupa)
3
د ر لس ا
√ - - Bidara
72
downs, sirocco,
tundra, pampas,
tabuleiros, plateau
dll.
(1)
4
Material culture
(artefak)
Food, clothes,
houses and towns,
transportation.
(2)
ب ر ا ن ل م √ - - Mimbar
5
ف يس ل ا ح
√ - -
Tempat yang kecil
gelap di dalam
rumah
ي ة ا 6 ق ب ط ل √ - - Qubthiyyah
7
ل ة ل غ
√ - -
Bahan tambahan
untuk baju yang
tipis, atau kurang
panjang. (ghilalah)
ب اب 8 ل ال ج √ - - Jilbab
ة ال ع 9 ب اء √ - - Abaya
ل 11 ال ك ح √ - - Celak Mata
12
د اد ال ح
√ - -
Pakaian berkabung
yang dipakai oleh
seorang istri
ا ل ك ع ك ة 13 √ - - Sanggul
73
14
Sosial culture
(work and leisure)
(3)
اء ر م ال او ك م ة
و ر ائ ه ا
- √ -
(idiom) Di
belakang bukit ada
bukit.
14
ي ة ل اه ال ج √ - -
Orang-orang
Jahiliyyah
16
م ع √ - -
Paman dari pihak
ayah
17
ة م ع
√ - -
Bibi (saudara
perempuan dari
ayah)
18
ة ال خ
√ - -
Bibi (saudara
perempuan dari
ibu)
ت 19 ة ذ و ار ر م ق و
ل الذ - √ -
Mencicipi pahitnya
kesengsaraan
20
ع ل ى ت ت ق ل ب
الف اق ة ع ج ض م
- √ -
Ketidak tetapan
dalam kemiskinan
(miskin papa)
Ulama - - √ ال ع ل م اء 21
22
و ل ا و م ح ل ا ت م - √ -
Singa pembawa
kematian”
ل ق ة 23 ط م √ - - Janda Cerai
74
24
ث ر إ ذ اك س اس م اإل
س اس ح اإل ق ل
- √ -
(idiom)Jika terlalu
banyak disentuh
maka sedikit rasa
25
ي ات ك اس ن س اء
ي ات ع ار
- √ -
Perempuan yang
berpakaian tetapi
telanjang
ت 26 ي ل م م ت ائ ل م - √ - Lenggak-Lenggok
اع 27 م ال ج √ - - Jimak
ة ا 28 اض ت ح س √ - - Istihadhoh
ن ب 29 ال ج √ - - Junub
ن 30 )نفس(ف س اء ال √ - - Nifas
ال مي ق ات 31 √ - - Miqat
32
ن ي ن م ؤ أ م ال م - - √
Ibu orang-orang
mukmin
33
د ة ح ال م
√ - -
Seorang
perempuan (istri)
yang sedang
berkabung
غ ن ي ة( 34 ن ة)م ق ي √ - - penyanyi
د ة 35 ع √ - - Masa berkabung
د ة 36 ع √ - - Masa berkabung
75
(yang ditinggal
mati oleh suami)
37
م ر ح ا لم √ - -
Orang yang
berihram
م 38 ر ح م √ - - Mahrom
ان ي 39 ي م ال ن ك ال ر - - √ Rukun Yamani
40
Organisasi,
customs,
activities,
procedures,
concept
Political and
administrstif,
religious, artistic
(4)
ي ن ت اب ع ال √ - -
Generasi setelah
sabahat Nabi
41
ة سل م ال غ ي و ر ةالم - - √
Seorang muslimah
yang pencemburu
ة 42 ج Haji wadak √ - - د اع ال و ح
43
أ ة ر ة ب ع و ل أ ل ال ـم
- - √
Wanita mainan
atau bisa juga
perempuan ibarat
boneka
أ ة ي ر ح ت 44 ر ال ـم Emansipasi wanita √ - - ر
Ahli Sunah √ - - الس ن ة أ ه ل 45
Para wali - - √ و ل ي اء ال 46
47
ام ر ا لح ة ل و الخ
- - √
Berduaan dengan
yang bukan
muhrim
76
48
Gesture and Habit
(5)
ت ع ال ى هللا ف ظ ه ح - √ -
Semoga Allah
menjaganya
ت ل ط 49 ح Kumpul kebo - - √ اإل
50
ا ع ن ه هللا ي ض ر - √ -
Semoga Allah
meridainya
51
هللا ه م ح ر - √ -
Semoga Allah
menyayanginya
Kata-kata yang mengandung unsur budaya yang telah ditemukan
sebagaimana disajikan dalam bentuk tabel di atas, memiliki variasi kategori yang
beragam yang terdiri dari budaya ekologi 3 data kata, material budaya 9 data kata,
frasa, idiom dan kolokasi, sosial budaya 26 data kata, frasa dan kolokasi,
organisasi, konsep, adat 8 data kata, frasa dan kolokasi, gerak tubuh dan kebiasaan
4 data kata dan idiom.
Peneliti mengerucutkan hasil temuan data menjadi tiga unsur budaya yang
termasuk ke dalam kelas kata, idiom, dan kolokasi. Hasil temuan tersebut terdapat
51 data, dalam kelas kata 33 data, dalam idiom, pribahasa dan ungkapan 10, dan 8
data dalam kolokasi.
Penerjemahan berkonsep budaya seringkali menjadi sebuah masalah jika
tidak ditemukan konsep budaya yang sepadanan dalam bahasa sumber, jika tidak
ditemukannya padanan yang tepat. Venuti (2000) dalam bukunya yang berjudul
The Translation Studies Reader menyatakan bahwa dalam penerjemahan yang
77
berkonsep budaya diperlukan keterangan-keterangan tambahan dan daftar kata
yang mengacu pada bagian teks yang menggunakan kata budaya.94
Perbedaan budaya menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan konsep
dan dalam tataran linguistik konsep yang berhubungan erat dengan pilihan kata.
Walaupun masih sering diperdebatkan apakah bahasa merupakan bagian dari
budaya atau budaya merupakan bagian dari bahasa, seorang penerjemah tidak
akan pernah terlepas dari kedua hal tersebut, karena bahasa dan budaya ibarat dua
sisi yang berbeda dari suatu mata uang yang sama, keduanya saling mengisi.
Bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki ciri khas yang sangat unik,
dalam bahasa Arab ditemukan beberapa konsep budaya yang berbeda, sehingga
dalam proses penerjemahan harus diusahakan untuk mencari padanan yang sesuai.
Padanan tersebut tergantung pada pilihan yang muncul dalam teks, seperti dalam
bentuk kata, idiom, bahkan tingkat kolokasi.
B. Analisis Penelitian Penerjemahan Kultural
Berikut analisis data pada penelitian penerjemahan kultural sebagai berikut:
1. Kata
Teks pertama:
Teks Sumber (TSu)
ت ع ال ى: هللا ه م ح ر اج ح ال اب ن ق ال
ك ذ ي )...و ال م أ ن ه و و م ه ب ع ض د ث ه اأ ح م م ذ ر ي ح إ ذ ال ك ل ةت ن ةك ام س ل ي ه اع ن و ز ح ات م
ال ب ت ض ي خ اس اء ن ال ال ح و ل حن اءب اف ي ه ال ث ي اب ن ي ل ب س ل ي ن ال ي ت ح ال و س ان 95
94 Larence Venuti, The Translation Studies Reader, (London: Routledge 2000), h. 427
95
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 67.
78
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Ibn al-Hajj r.a berkata: “(... diperingatkan tentang beberapa hal
mengenai yang disampaikan kepada sebagian dari mereka
(perempuan), yaitu ketika suaminya meninggal, mereka berduka
selama setahun penuh, dan ia tidak boleh memakai Hena (pacar
kuku), tidak boleh memakai pakaian yang bagus dan tidak boleh
berhias lagi”.
Analisis:
Pada teks di atas ditemukan unsur budaya, pada analisis dalam
kategori ekologi pada kata ال حن اء ‘hinna’. Kata ال حن اء ‘hinna’ jika di
lihat dari pengertian kamus Al-Munawir kata kata ال حن اء ‘hinna’ ini
berarti tumbuhan inai. Namun dalam pengertian kamus Al-Wasith kata
hinna’ ini berarti sebuah pohon yang daunnya menyerupai daun‘ ال حن اء
delima, memiliki bunga yang berwarna putih dan memiliki aroma yang
sedap, daunnya bisa dijadikan sebagai pemerah kuku. Tumbuhan yang
tumbuh di tempat yang beriklim tropis ini memiliki ketinggian hingga
4 meter. Secara kultural ال حن اء ‘hinna’ ini sering digunakan oleh
perempuan Arab dalam berbagai tradisi, salah satunya mempercantik
kedua pergelangan tangan calon pengantin perempuan. Di Arab ال حن اء
79
‘hinna’ juga dipakai untuk sebuah pesta-pesta. “Henna biasanya
berlangsung satu hingga dua pekan sebelum malam pernikahan,” kata
Darwisy, pemilik butik City Bridge di Arab, kepada Al-Arabiya.96
Di
Indonesia henna juga biasa dipakai untuk sebuah resepsi pernikahan,
wisuda, lamaran, dll.
Teks ke-dua:
Teks Sumber (TSu)
عن إ ب ن أ ة س ل م س ام و ل ىهللا ع ل ي ه هللا ص ل س و :)ك س ان ير هللا ع ن ه ق ال ي ض ي در ز
ك ث ي ف ي ة ق ب ط ل ه د اه ا أ ه ا م م ح ة ل ب ي ة ي د ا ف ك س و ال ك ا أ ت ه ر ال ك م م : ف ق ال ت ي ت ل ب س ل م
ك س ال ق ب طي ة اا ؟ق ل ت ت ه ر و :م أ ت ي.ف ق ال ر اه اف ل م ت ه ت ح ع ل ل ة ت ج ف إ ن يغل أ ن اف أ خ
م ع ظ ا ج ح ف ا(.ت ص ه م 97
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Dari Usamah Ibnu Zaid r.a, berkata: Rasulullah saw telah
mengenakan pakaian kepadaku berupa kain qibthi yang tebal –yang
merupakan salah satu hadiah yang diberikan Dhiyah Al Kalbiy
kepada beliau – kemudian saya pun mengenakan kain itu kepada
istriku, kemudian Rasulullah saw bertanya kepada saya: kenapa aku
tidak melihatmu memakai kain qubthiyyah itu? Maka saya pun
menjawab: “Maaf Rasul saya telah memakaikannya kepada istriku,”
96Faisal Assegaf, http://albalad.co/pesisir/2015A3178/mengenal-tradisi-menikah-di-
negara-negara-arab/, diakses pada Sabtu, 30 September 2017, pada pukul 10:18 WIB.
97
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 60.
80
maka Rasulullah saw berkata: “ suruhlah istrimu memakai ghilalah
(rangkapan), karena aku khawatir kain itu menampakkan lekuk
tulangnya.”
Analisis
Temuan penelitian pada konteks analisis di atas terdapat dua unsur
budaya dalam kategori material culture, yang pertama unsur budaya
pada kata ق ب طي ة’qubthiyyah’. Kata ق ب طي ة ’qubthiyyah adalah salah
satu jenis kain/pakaian yang biasa dipakai oleh orang Kristen Ortodox
di Mesir. Jenis pakaian khas Qibthi Mesir ini tipis dan berwarna
putih.98
Kain ini pun dinisbatkan kepada orang-orang Kristen Ortodox
di Mesir. Sehingga jika seorang perempuan muslim memakai ini ia
harus dipakaikan lagi jenis pakaian yang mereka sebut ل ة غل
‘ghilalah’ yakni pakaian yang dipakai sebagai rangkapan bagi pakaian
lain. 99
Dua kata tersebut jika dipadanakan ke dalam budaya Indonesia
menjadi ‘daleman’ untuk kata ل ة غل ‘ghilalah’ , sedangkan untuk kata
qubthiyyah peneliti tetap mempertahankan kata tersebut, karena’ق ب طي ة
kata tersebut begitu asing dengan budaya yang ada di Indonesia,
sehingga jika dalam menerjemahkan kata tersebut akan menambah
98 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 60.
99
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 60.
81
wawasan bagi para pembaca serta pengenalan kata budaya dalam BSu.
Maka dalam menerjemahkan kata tersebut peneliti menggunakan kata
serapan.
Teks ke-tiga:
Teks Sumber (TSu)
ي ج و ل ن س اء ل ز ت و ال ر و ح ض ل ل ق و ن ب ه و ن ه ن م ت ن ة ف ال ن ت أ م إ ذ ا د س اج ف يال م ي ح او ر
ن ب ي د هللا ((.ملسو هيلع هللا ىلص:ال س اج هللا م اء ا إ م ن ع و ت م ال ح ))ال ص ال ال س ل ف ل ع م ن ه ذ ام ل ن و
ت أ ن ب ي ج ن ل ك ، م ن ه ع هللا ي ض ر ال و ة ج ت ب ر م غ ي ر ب ة ج ت ح م ة ت ر ت س م ت ي ت ط ي ب ةأ م
ي ة ب د م ال و تا و ص اف ع ة ر ال و ر اظ ه م إ ال ي ن ت ه ن ز ي ن ي ب د ال ت ع ال ى:)و ل ه ل ق و ن ة ي ز
ه ف اؤ اخ ن ك ي م ف ل ا ن ه م ر ظ ه ا م أ ي ا( ن ه م ه ي ة و ال جل ب اب و ا,ال عب اء ه م و ن ح و
ن ب ي ال ل ن :ملسو هيلع هللا ىلصو ي ة ع ط أ م ق ال ت ال ع ي د م ي و ة ل إ ل ىال ص ج و ر ب ال خ ال ن س اء ر أ م ا ل م
ا ت ه أ خ ا ل ت ل ب س ه : ق ال ل ب اب ج ا ل ه ن ي ك و ال د ان ا إ ح ل س و ي ار ت ف ق م ا. ل ب اب ه ج ن م
. ل ي ه ع 100
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Wanita dapat menghadiri Taraweh di masjid jika mereka terhindar
dari fitnah seperti yang dikatakan oleh Nabi (saw): “Janganlah
kalian melarang kaum wanita untuk pergi ke masjid Allah”. Karena
ini adalah perbuatan orang-orang saleh terdahulu (semoga Allah
meridhoi mereka) akan tetapi ia harus berpakaian tertutup tidak
berpakaian yang bagus, tidak mengeraskan suara serta tidak
mengenakkan perhiasan. Allas swt berkata: (Dan janganlah kalian
100 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 94.
82
menampakkan perhiasan kalian kecuali yangmuncul dari mereka),
tegasnya ialah yang muncul dari mereka dan tidak bisa
disembunyikan dari Jilbab, abayah dan sejenisnya. Sebab Nabi
(saw) memerintahkan wanita untuk pergi solat pada hari Idul Fitri,
mendengar hal itu, Ummu Attiyah bertanya: “Salah seorang dari
kami tidak mempunyai jilbab”, maka Rasulullah menjawab:
“Hendaklah saudara perempuannya meminjamkan jilbabnya.”
Muttafaq ‘Alaihi
Analisis
Jika kita mengunjungi sebuah negara di Saudi Arabia, kaum
perempuan Arab suka mengenakan sehelai kain berwarna hitam yang
menutup seluruh tubuhnya kecuali wajah. Jenis kain tersebut yang
kerap dipakai oleh perempuan Arab bernamakan ال جل ب اب ‘jilbab’ yang
mereka gunakan ketika keluar dari rumah untuk melindunginya dari
terik matahari, karena cuaca di negara mereka sangat panas.
Menurut kamus Al-Wasith pengertian kata ال جل ب اب ‘Al-jilbab’
adalah jubah, yaitu jenis pakaian (jubah) yang dipakai dapat menutup
seluruh tubuh yang biasa dipakai oleh perempuan Arab atau biasa
disebut juga dengan kata ة ف ح ل م / م ة ئ ل ‘mulhafah/mulаah’ dalam jenis
pakaian tersebut sama seperti jenis pakaian kaftan yang biasa
digunakan oleh orang Indonesia. Atau seperti ار م خ ‘khimar’ yaitu
83
selendang panjang yang menutupi bagian kepala yang biasa digunakan
oleh perempuan Arab.101
ة ف ح ل م ‘mulhafah’ menurut pengertian kamus
Al-Wasith adalah pakaian yang digunakan menutup kepada sampai
dada yang memiliki ukuran yang lebar yang dapat menutupi seluruh
tubuh.
Berikut contoh gambar pakaian:
عباءة
ال
رحة
ط
ةحف
ل /م
ةئ
ل خمار م باب جل
ال
Jika meninjau budaya Indonesia mengenal kata ‘jilbab’ sebagai
penutup aurat pada rambut atau yang lebih kita kenal dengan kata
kerudung. Namun dalam budaya Arab kata kerudung yang biasa orang
Indonesia gunakan padanan dalam budaya Arabnya adalah ة ح ر ط , jika
jilbab diartikan sebagai kerudung sudah jelas berbeda makna. Berbeda
lagi dengan budaya santri di Indonesia, mereka mengenal kata
‘jilbab’sebagai sebuah alat untuk solat bagi seorang perempuan atau
lebih akrab dengan sebutan kata mukena. Sedangkan kata mukena asal
101 Kamus Al-Wasith, h. 133
84
katanya dari ق ن اع kemudian masdharnya adalah ق ن اع di mana kata ,م
mukena yang sering digunakan adalah serapan bahasa dari kata ق ن اع .م
ة abayah’ menurut kamus Alwasith adalah sejenis pakaian’‘ ال عب اء
mantel, atau luaran dengan lengan yang besar (gaun).102
Baju ة ال عب اء
‘’abayah’ biasanya identic dengan warna hitam. Pakaian jenis ini
sangat sering dipakai oleh perempuan Arab untuk kesehariannya. Kini
banyak juga transformasi budaya Arab yang diikuti oleh orang
Indonesia mengenakan pakaian tersebut. Karena jenis pakaian ini
sangat sederhana akan tetapi terlihat menawan. Ada yang berbentuk
polos dan ada juga yang ditambahi hiasan pernak-penik pada pakaian
tersebut agar terlihat mewah.
Teks ke-empat:
Teks Sumber (TSu)
ك ام:ب ي ان ال ح امن جه و ع ل ىز د ة ح م ال م اي ل ز م
ر ت ت ب خ أ ن ب أ س اف ل ه ي ض ح ن م ت إ ذ اط ه ر ه اإ ال و ن ح ي ب و اع ال ط أ ن و ت ن ب ت ج
ر و .بال ب خ 103
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Penjelasan mengenai hukum-hukum yang wajib dilakukan oleh
perempuan pada masa berkabung atas kepergian suaminya:
102 Kamus Al-Wasith, h. 609
103
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 100.
85
Hindari jenis parfum dan sejenisnya kecuali ia (perempuan) telah
suci dari haid, maka diperbolehkan mengibaskan wewangian
dengan Bukhur
Analisis
Ditemukan unsur budaya pada kategori ekologi yaitu kata ر و ال ب خ
‘Al-Bukhur’ yang memiliki pengertian secara harfiah
Dupa/Kemenyan.104
Kata ر و -Al-Bukhur’ adalah kata yang benar‘ ال ب خ
benar khas dari budaya Arab. Di bagian timur, tepatnya di daerah
Yaman ر و Bukhur’ adalah sejenis dupa tradisional dari bahan‘ ال ب خ
kayu cendana dan kayu gaharu yang biasa digunakan untuk sebuah
ritual keagamaan, persiapan acara perkawaninan, untuk menyambut
tamu, dan untuk meningkatkan keindahan perempuan. ر و ’Bukhur‘ ال ب خ
ini biasanya dibakar dalam di dalam tempat pembakaran yang bernama
Mabkhara yang biasa digunakan sebuah majelis dalam acara agama
Islam, yang di desain untuk bisa di berikan kepada orang disebelahnya.
Orang Arab biasanya mengibaskan asap dari ر و Bukhur’ tersebut‘ ال ب خ
kepada kerabatnya, aroma ر و Bukhur’ tersebut sangat wangi‘ ال ب خ
sehingga sering digunakan sebagai wewangian.
Jika kita padanankan dengan budaya yang ada di Indonesia, ر و ال ب خ
‘Bukhur’ tersebut dikenal dengan dupa atau stanggih. Budaya
104Kamus Al-Maaniy, Luring
86
Indonesia biasanya memakaikannya sebagai pengharum ruangan,
pengusir nyamuk dan acara-acara keagamaan. Dalam sebuah majelis
orang Indonesia sering mengikuti tradisi budaya yang ada di Arab.
Teks ke-lima:
Teks Sumber (TSu)
ت ن ب ل ت ج ل ال ك ح س ول ال ر ح ملسو هيلع هللا ىلصن ن ه ىال م ل ت غ ت س اأ ن ل ه او ك ل ه ر و ال م ه ه ذ ع ن د ة
و ن اب و ال ص و اء اد رال سب ال م ب ه أ ق ار ن م ش اء ت ن م ل م ت ك أ ن ا ل ه و ش اء ت ت ى م
ا ل ه و ل ك ذ و ن ح و ال ط ع ام ة و و ال ق ه م ل ه م ت ق د او ه م ار ح م ع م ل س ت ج اأ ن ل ه و م ه غ ي ر و
ب ة ح أ س ط و ا ب ي ت ه ي ق ة د ح و ا ب ي ت ه ف ي ل ت ع م اأ ن ال ه م أ ع ي ع م ف يج ارا ن ه و ل ي ل ا ي ت ه
ل ك ذ و ن ح و ائ م ب ه ال ل ب ح و ب س ل ال م ل غ س و ب ي ت ال ك ن س و ي اط ة ال خ و ط ب خ ك ال ب ي ت ي ة ال
ةك س اف ر ر ف يال ق م ي ش اال م ل ه د ة و ح ال م غ ي ر اي ف ع ل ه م م ح اط ر ل ه و ال ن س اء ن ه ام غ ي ر
م ر ح م ن د ه اغ ي ر ع ي ك ن اإ ذ ال م ه س أ ر ع ن ار م ال خ
105
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti:
Hindari untuk memakai kahl (celak mata) karena Nabi ملسو هيلع هللا ىلص melarang
orang-orang yang sedang berkabung untuk melakukan segala
sesuatu yang dilarang untuknya. Dan membolehkannya untuk mandi
dengan air, sabun, dan Sidroh (bidara) kapan saja ia mau, ia juga
dibolehkan mengajak bicara siapa saja dari kerabat-kerabatnya dan
orang lain yang ia kehendaki, ia boleh duduk bersama mahramnya,
menghidangkan kopi, makanan dan sebagainya. Ia boleh bekerja di
rumah, halaman rumah, dan di atas genteng rumahnya, baik siang
105 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 100.
87
maupun malam dalam semua pekerjaan rumah seperti memasak,
menjahit, menyapu rumah, mencuci pakaian, memberi makan
binatang ternak dan sebagainya, sebagaimana yang dilakukan oleh
wanita yang tidak berkabung dia juga boleh berjalan di saat terang
bulan sebagaimana wanita lain. Serta dia juga boleh melepas
kerudungnya jika tidak ada yang bukan mahramnya”
Analisis
ل -al kahl berarti celak mata, menurut kamus offline Al ال ك ح
Ma’аniy. Celak mata ini biasa dipakai oleh para wanita arab untuk
mempercantik diri, khususnyua pada bagian mata. Seorang wanita
yang memakai celak mata pada bagian bawah matanya akan
menambahkan pesona yang berbeda. Selain untuk mempercantik diri,
celak mata juga memiliki efek untuk mempertajam dan memperjelas
sorotan penglihatan mata seseorang serta untuk kesehatan tubuh pada
bagian mata.
Al kahl yang berarti celak mata ini juga sebagai sunnah Nabi,
karena sudah digunakan sejak zaman Nabi, celak mata sangat populer
digunakan sebagai obat penyembuh mata. Mungkin banyak dari kita
juga yang belum mengetahui bahwa celak mata ini memiliki manfaat
bagi kesehatan mata.
88
Menurut kamus Al-Maaniy luring kata د ر ال س Al-Sidra memiliki
pengertian secara harfiah bidara atau pohon bidara. د ر ال س Al-Sidra
atau biasa disebut dengan daun bidara adalah sejenis pohon atau
tanaman yang kecil dan berduri penghasil buah yang cenderung
tumbuh di daerah yang kering. Bidara adalah penyebutan bagi tanaman
ini dalam bahasa Indonesia. Dan ini memiliki bentuk bulat sedikit
lonjong dengan permukaan yang halus. Pohon bidara ini disebut dalam
Al-Qur’an dengan ciri-cirinya yang berduri. Kegunaan daun ini sangat
penting untuk manusia yang memiliki segudang manfaat dan khasiat
dalam menjaga kesehatan tubuh.
Di Arab Saudi tumbuhan ini sering digunakan untuk memandikan
mayit dengan mencampurkannya dengan air dengan daun bidara
trsebut dan juga digunakan untuk menyirami rambut, dan bisa
digunakan sebagai pengobatan penyakit sihir dan guna-guna.
Sedangkan buahnya dapat dijadikan sebagai berbagai macam obat-
obatan.
Teks ke-enam:
Teks Sumber (TSu)
اهف ي ا و ي اأ خ ت اهأ م أ ن ت ن ل ل م د ار س اض ج ي ال ال ح و ي ة اض ت ق ب ال م س ال ـم و ة ل ر هللا هلل ف اة
ال ق ي ام ف ي ي ة ئ ول س ال ـم ه ذ ال ق ي ام ح س ب اح ق ب ه س ت ط اع ة و ت ذ ك ر ن أ م ه ات ال ن ي ن م ؤ ال ـم
89
ال ص ح اب ة ب ع د ابعي ن ال ت و و ن س اء ج اء و م ن ه ن ت يم ن ال ل ن ات م ؤ ك ت ب ال م ع ط ر ن
ت ه أ خ ل ق ه ن ـب ار ي خ ـال ت ز ع ب د ي ن ه ن .ن و 106
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Para ibu dan saudariku sekalian, tempat belajar generasi dahulu,
sekarang, dan yang akan datang, Allah memberikan tanggung jawab
ini berdasarkan kemampuan, dan kalian ingat para istri Rasul, istri
para sahabat, istri para tabi’in dan istri-istri orang setelah mereka
yang merupakan wanita-wanita mukminah yang namanya harum
serta tercatat oleh sejarah dengan prilaku mereka yang terpuji dan
menjadi kebanggaan agama mereka.
Analisis
Secara harfiah kata ابعي ن ال ت Al Tаbi’in menurut kamus Al-Wasith
seorang mu’min yang bertemu dengan sahabat nabi dan meningal
dalam keadaan Islam. Sedangkan menuru kamus Al-Maaniy Arab-
Indonesia kata ابعي ن ال ت Al Tаbi’in memiliki pengertian pengikut. Dalam
kamus Al-Ashri kata ت ابعي ن ال Al Tаbi’in berarti orang yang bertemu
106 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 9.
90
sahabat dan meninggal dalam keadaan Islam.107
Jika kita tinjau
kembali asal kata ابعي ن ال ت Al Tаbi’in yaitu تبع berbentuk isim fa’il yang
artinya ikut, pengikut, sedangkan kata ابعي ن ال ت adalah bentuk jamaknya.
Budaya arab mengenal kata tersebut sebagai generasi setelah sahabat
Nabi.
Menurut KBBI luring Indonesia kata tabiin berarti penganut ajaran
Nabi Muhammad saw, yang merupakan generasi kedua dari Jemaah
muslim setelah generasi para sahabat yang hidup sezaman dengan
Nabi Muhammad saw (generasi sesudah Nabi Muhammad saw).108
Budaya Indonesia terkadang salah memahami kata tersebut,
kebanyakan orang awam di Indonesia mengenal kata ابعي ن ال ت Al Tаbi’in
sebagai pengikut Nabi, namun pengertian kata tersebut adalah sesuatu
yang salah jika kita melihat pengertian kamus Bahasa Arab, KBBI dan
budayanya.
Teks ke-tujuh:
Teks Sumber (TSu)
ل و س أ ق ك ن ب ع ض ال أ ح و ال أ ة ر ال ـم ف يع ن د ب اهلي ةال ع ر ال ج ن ت ىت ك و ع ل ىح
م س ل اإل ذ ا ب ه س ك ت م و ة ي ر ب ص ش أ ن ك ر ف ع ال ذ ي ال ع ظ ي م ف ظ ح و ص ان و ك ر ام ت ك
107 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, “Kamus Kontemporer Arab-Indonesia”, Cet.
Ke-9 (Yogyakarta, Multi Karya Grafika 1998), h. 380.
108
KBBI luring edisi kelima
91
أ ر اد م ن و ه د د و ت و ع د ع ر ض ك ة س اء إ ل ي اإل و ر غ ب اف يك ع ل ىص و ن ك إل ع ان ة
. ك ف ظ ح و 109
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Sekarang saya akan menyampaikan beberapa keadaan perempuan di
negara-negara Arab pada masa Jahiliyyah sehingga kamu akan
menyadari bahwa Islam yang agung ini, yang mengangkat
derajatmu, menjaga martabatmu, menjaga harga dirimu, dan dari
ancaman orang-orang yang ingin menyiksamu dan ingin membantu
mempertahankan dan menjagamu.
Analisis
اهلي ة Al-Jаhiliyyah bukanlah orang-orang bodoh yang dimaksud ال ج
dalam teks tersebut, اهلي ة Al-Jаhiliyyah adalah masa di mana ال ج
sebelumnya datangnya Islam, yaitu di mana manusia tidak megetahui
ajaran agama yang hak karena sudah sekiannya Nabi Isya As. Menurut
P.K Hitti dalam bukunya History of The Arabic makna jahiliyyah
disini bukan berarti bodoh dalam segi ilmu pengetahuan, melainkan
hanya bodoh dari sudut agama sebab pada zaman tersebut (sebelum
Nabi Muhammad datang) tidak ada nabi dan tidak ada kitab suci yang
dijadikan sebagai petunjuk hidup.
109 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 16.
92
Penerjemahan kata-kata budaya di atas pada analisis teks ke-1 sampai
dengan teks ke-7 menggunakan konsep khusus budaya (culture spesific). Data ini
mengungkapkan konsep unsur budaya yang sangat spesifik (Culture Spesific) dan
unik dalam budayanya yang tidak dikenal oleh budaya sasarannya.
Teks ke-delapan:
Teks Sumber (TSu)
"ال : س ل م و ل ي ه ع ل ىهللا ص ن ب ي ال إ ق ال ام ر أ ة ت س اف ر ال ذ ي م ع م" ر ح ذ ل ك م ق ال
و ه و ط ب ج ،ال من ب رع ل ىي خ ح ال أ ت يإ ن هللا ف ق ام ر ج ل ف ق ال :ي ار س و ل ف يأ ي ام ر ام
ة،خ ر ج ت اج ت ك ت ا يإ ن و ح ب ت ة و ف ق ا.ك ذ او ك ذ اف يغ ز ن ب ي ال ف ح ن ط ل ملسو هيلع هللا ىلص:"ا ل ج ق
ام ر أ ت ك " م ع 110
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Nabi saw bersabda: “ Janganlah seorang wanita berpergian kecuali
bersama mahramnya” Nabi mengucapkan hadits tersebut ketika
memberikan khotbah di atas mimbar dalam pelaksanaan haji.
Kemudian seorang pria berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah,
istriku keluar untuk haji, dan saya diutus untuk mengikuti perang ini
dan itu. Maka Nabi saw menjawabnya: “Kembalilah, berhajilah
bersama istrimu.”
110 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 41.
93
Analisis
Pada teks ini ditentukan kata yang mengandung unsur budaya pada
teks di atas yaitu kata ال من ب ر ‘Al-Mimbar’. Kata ال من ب ر ‘mimbar’
secarah harfiah memiliki pengertian mimbar/podium.111
Pada kata
terjemahan ال من ب ر ‘mimbar’ peneliti tetap menerjemahkannya dengan
kata mimbar karena di Indonesia memakai kata serapan dari 93ias93a
Arab untuk penggunaan kata tersebut. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) mendefinisikan kata mimbar yaitu sebuah panggung kecil
tempat untuk berkhotbah (berpidato).112
Analisis Teks ke-sembilan:
Teks Sumber (TSu)
ال ؤ س اب و ج ىف يال ع ت هللا ظ ف ح از ب ن ب هللا د ب ع ن ب ز ي ز ع ال د ب ع خ ي ش ال ة اح م س ال ق
ص ال ك ار ـت ن ع :ة ل
ص ال ك ر ت ي ي ذ ال ار ق م ان اك ذ إ اءم ل ع ال ي ل و ق ح ص أ ف ير ب ك أ ارف ك ر اف داك م ع ت م ة ل
ل و ق ل م ل ع ال ل ه أ ع ي م ج د ن ع ر اف ك و ه ف اه ب و ج و ل اداح ج ان ك ن إ ف اه ب و ج و ب ي ب ن ال
ر م ل اس أ "ر م ل س و ه ي ل ع ىهللا ل ص س اإل ص ال ه د و ـم ع و م ل اد ه ج ال ه ام ن س ة و ر ذ و ة ل
ه ج ر خ "]أ هللا ل ي ب س ف ي [حي ح ص ادن س إ ب ي ذ م ر ت ال و د م ح أ ام م اإل 113
111 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, “Kamus Kontemporer Arab-Indonesia”, Cet.
Ke-9 (Yogyakarta, Multi Karya Grafika 1998), h. 1829.
112
KBBI luring edisi kelima
113
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 31.
94
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
KH. Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz menjawab sebuah pertanyaan
yang terkait tentang orang yang meninggalkan solat:
Ketika ia menganggap solat itu sebuah kewajiban akan tetapi ia
meninggalkannya dengan sengaja maka ia adalah seorang yang kafir
dengan kekafiran yang besar, ini sesuai dengan dua pendapat
ulama. Akan tetapi ketika ia tidak menganggap solat itu wajib, maka
ia adalah seorang yang kafir, menurut para ulama. Sesuai dengan
sabda Nabi saw, “keutamaan agama ini adalah Islam, dan tiangnya
adalah shalat, sedang ujung tulang punggungnya adalah jihad fi
sabilillah (H.R. Al-Imam Ahmad dan At Tarmidzi dengan sanad
yang shohih (benar))
Analisis
Kata اء م ل الع ‘ulama’ adalah jamak dari kata الم ع yang memiliki
pengertian ilmuan/cendikiawan.114
Namun makna sebenarnya ketika
kita berpandangan kepada budaya Arab kata اء م ل الع ‘ulama’ adalah
seorang ilmuwan atau peneliti akan tetapi mengetahui keesaan
Allah.115
114 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, “Kamus Kontemporer Arab-Indonesia”, Cet.
Ke-9 (Yogyakarta, Multi Karya Grafika 1998), h. 1263.
115
Wawancara Abdul Wadud K. A (terlampir)
95
Kemudian kata اء م ل الع ‘ulama’ tersebut berubah ketika diserap ke
dalam budaya bahasa Indonesia, yang maknanya adalah seorang yang
ahli dalam ilmu agama Islam. Menurut KBBI luring kata ulama adalah
orang yang ahli dalam atau dalam pengetahuan agama Islam.116
Contohnya seperti ini, kita mengetahui bahwa mantan presiden
Republik Indonesia BJ Habibi, seorang yang ahli dalam bidang
pembuatan pesawat dan ia pun mengerti tentang kekuasaan Tuhan.
Sedangkan Thomas Alva Edison adalah seorang ilmuan yang pertama
kali menciptakan alat komunikasi (telepon) tetapi ia tidak pandang
sebagai ulama menurut Islam, karena tidak mengerti keesaan Tuhan.
Teks ke-sepuluh:
Teks Sumber (TSu)
م و ت ص ل يو ت ص ا ف إ ن ه ي ن ب ع ال ر ق ب ل ال د م ا ع ن ه ق ط ع ان إ ذ ا ن ف س اء ال أ ن ة ص ل ال خ و
ت ن ع ت م و ن ف اس أ ن ه ي ح ح ال ص ف إ ن ي ن ب ع ف يال ر ا إ ل ي ه ال د م ع اد ف إ ن ا، ه ج و ل ز ل ت ح و
و ة ل ال ص و ي ام ال ص اعع ن جم ي ح ال ح ص
ال ل ف ع ل ىال ق و ي ن ب ع ال ر ال د م ز او ف إ نت ج
د م تح اأ ن ه ة س اض إال ل ه م ك ح ي ض ال أ ي ام ح اف ق .إ ذ ار ي ض ح اف ه و ه 117
116 KBBI luring edisi kelima
117
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 89.
96
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Dan kesimpulannya adalah bahwa jika nifas seorang wanita
berhenti berdarah sebelum empat puluh hari, maka dia dibolehkan
untuk melakukan solat, berpuasa dan menggauli suaminya. Jika
darah nifas tersebut datang lagipada hari keempat puluh, maka dia
tidak boleh berpuasa, solat dan jima’ (bersetubuh). Jika darahnya
melebihi 40 hari, maka sesungguhnya benar dikatakan bahwa darah
tersebut adalah istihadah tidak ada hukum larangan baginya,
kecuali jika telah datang masa haid, maka darah tersebut adalah
darah haid.
Teks Sumber (TSu)
ا ل ي ه ع ب ج و ظ ة، ب ل ح ر ال ف ج ق ب ل ل و و ان ض م ف ير ل ي ل ف يال ت ط ه ر إ ذ ا )و
ح ي ص و ي ام ال ص ا ل ي ه ع ب ج ف و ن ع ه اي م م ا ف ي ه ل ي س و ي ام ال ص ل أ ه ن م ا ل ن ه م و ال ص
ت غ ت س ل م إ ن ي ن ئ ذو اح ه م و ص ر ال ف ج ع ب ع د ط ل و إ ال ن بل ك ال ج ل ي غ ت س ل م و ام إ ذ اص
ن ب ي ال ا:ك ان هللا ع ن ه ي ض ر ع ائ ش ة ل ل ق و ه م و ص ح ف إ ن ه ي ص ر ال ف ج ع ب ع د ط ل و إ ال
اع م ج ن م ن با ج ب ح ي ص س ل م و ل ي ه ل ىهللا ع (ص ان ض م ف ير م و ي ص مث م ت ل اح غ ي ر
ل ي ه . ع ت ف ق م
97
ات ق د م . م ي ع م ف يج ائ ض ك ال ح ن ف س اء ال و 118
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Jika seorang perempuan suci pada malam hari di bulan Ramadhan,
meski sesaat sebelum fajar ia tetap wajib berpuasa karena ia
merupakan orang yang wajib berpuasa. Dan juga tidak memiliki
kendala apa pun yang menghalanginya berpuasa, maka ia wajib
berpuasa. Hari itu puasanya sah, meskipun ia belum mandi besar,
kecuali sucinya setelah terbitnya fajar. Contoh seorang yang berada
dalam kondisi junub jika ia berpuasa sedangkan ia belum mandi
besar hadas besar, maka puasanya sah (kecuali junubnya setelah
terbitnya fajar). Seperti yang disampaikan oleh Sayyidah Aisyah r.a:
“Nabi pernah junub karena jima’, (bukan junub sebab mimpi
basah), tetapi beliau tetap berpuasa di bulan Ramadhan. Muttafaq
Alaihi.
Teks Sumber (TSu)
ه ذ اال م ل و ح ال ي باع ل ىس ؤ ج ي نم ب ر ج ش ي خ اب ن ي ل ة ال ف ض ت ىق ال ع :)....م و ض و
ط ه ا م ت ر ال ن ف س اء ر ظ ه و ع ل ف ه ت ع ر ا م ا ن ه م م ع ل ى رة ه ال ط ه ة و ال ق ص و
أ و اء ب ي ض عال ب و أ س أ و م ب ي و د ة ال ال و ب ع د ل و ل يو ت ص و م و ات ص ،ف إ ن ه ل ال ك ام ن ق اء ال
118 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 90.
98
ن ف ال ل ق ل د ح ال غ ف إ ن ه ب ل و ل ي س لو أ ص د ة ال ال و ب ع د ىال د م ت ر ال ن م ال ن س اء ن ف م اس
طا(. ش ر ي ن ب ع ال ر 119
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Syaikh Ibn Jibreen berkata untuk menanggapi sebuah pertanyaan
mengenai masalah ini: “Ketika seseorang perempuan telah tahara
(menyucikan) dirinya sendiri dan dia telah melihat apa yang dia
ketahui tentang tahara (menyucikan), yang merupakan kisah putih
atau kebersihan yang sempurna, maka ia dianjurkan berpuasa, solat,
bahkan setelah melahirkan pada hari itu atau satu minggu setelah
melahirkan. Seorang perempuan yang tidak lagi nifas
(mengeluarkan darah setelah melahirkan) tidak ada larangan
bagi perermpuan selama tidak terlihat sedikit pun darah setelah
melahirkan dan tidak mencapai 40 hari”.
Analisis
Kata اع ن ,’’jima‘ جم ب ج ‘junub’, ة اض تح istihadhah’ dan‘ اس
,’nifas‘ ال ن ف س اء ر ه ط , ‘taharo’ adalah kata serapan yang biasa
digunakan dalam bidang Fiqih oleh orang Indonesia. Secara harfiah
melihat pengertian menurut kamus kontemporer kata-kata yang
mengandung unsur budaya pada ategori tersebut adalah:
119 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 89.
99
اع jima’ = Jimak, Hubungan seksual‘ جم
ن ب junub’= Keluar maninya, junub‘ ج 120
nifas’ = wanita yang melahirkan‘ ال ن ف س اء 121
ر ه ط , ‘taharo’= suci bersih
Kata-kata tersebut tidak bisa kita artikan hanya kata dengan kata,
akan tetapi harus dijelaskan dengan pengertian. Seperti yang kita
ketahui bahwa kata اع jima’’ dalam Bahasa Indonesia terdapat‘ جم
padanannya, yaitu yang berarti berhubungan badan, akan tetapi kata
اع jima’’ ini sangat akrab dipakai dalam bidanng ilmu fiqih dan‘ جم
dikalangan santri. ن ب junub’ kata serapan tersebut mempunyai‘ ج
pengertian yang cukup panjang. Arti kata ن ب junub’ menurut KBBI‘ ج
adalah keadaan kotor karena keluar mania tau bersetubuh yang
mewajibkan seseorang mandi dengan membasahi (membersihkan)
seluruh tubuh dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Atau keadaan
berhadas yang mengharuskan mandi wajib (jinabah) yang biasa
dilakukan oleh seorang perempuan ketika selesai haid.122
ة ا اض تح س
‘istihadhah’ adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita di luar
120 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, “Kamus Kontemporer Arab-Indonesia”, Cet.
Ke-9 (Yogyakarta, Multi Karya Grafika 1998), h. 689, 698.
121
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, h. 380.1933.
122
KBBI luring edisi kelima
100
kebiasaan bulannya (haid) atau diluar waktu serta bukan disebabkan
karena melahirkan.123
Kata tersebut tidak di temukan padanan yang
tepat, karena kata tersebut adalah kata yang benar-benar dimiliki oleh
bahasa Arab sehingga orang Indonesia menyerap kata tersebut untuk
digunakan yang bersangkutan dengan kata ة ا اض تح س ‘istihadhah’
bagi kalangan perempuan yang mentruasinya melebih batas waktu.
Sedangkan ال ن ف س اء jamak dari kata نفس ‘nifas’ yang berarti darah
yang keluar dari rahim wanita setelah seorang wanita melahirkan.
Bahasa Indonesia tidak memiliki padanan yang tepat, yang akhirnya
mereka meminjam kata tersebut untuk digunakan dalam keseharian
mereka.
Kata yang dijelaskan di atas sudah masyhur di masyarakat
Indonesia terutama kalangan santri, karena kata-kata tersebut banyak
ditemukan dalam kitab-kitab fiqih dari karya Ulama Arab maupun
Ulama Nusantara.
Teks ke-sebelas:
Teks Sumber (TSu)
د و ال س ر ج ال ح ن د ع ال ن س اء ب ع ض ة م اح ز م
د و ال س ر ج ن د ال ح ع ة م اح ز ال م ن م ه ن ب ع ض ب ه م اي ق و أ ي ضا:م ب ال ن س اء اي ت ع ل ق م م و
ان ي ي م ال ن ك ال ر أ و ال ج ال ر م اح م س ج ب ف ت ز ن ك م ه ن ام و ال ج ال ر اب ع ض ب ه ق اف ي ل ت ص ه
123Atiqah Hamid, Buku Lengkap Fiqh Wanita, (Jakarta: DIVA Press, 2013), h. 176
101
ت ال ش ر ف ال ب و ت ك ف ت ر رم ن ة ح رال م أ م ي ل ص ت ح ف ي ي ن ر خ ال ف ت ن ة ف ي ت ت س ب ب و
ل ب ع ل ىج ق د م م د ف اس الم ء د ر و ب اج و ات ق د م ك م ال ال ح او ق ه ف يح ك ه ت ر ب ل ن ن و س م
ال ح . ص ال م 124
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Beberapa perempuan berlomba-lomba ketika mendekati hajar
aswad.
Pembahasan yang berkaitan tentang perempuan:
Mereka (perempuan) berdesak-desakkan di hajar aswad atau rukun
yamani dan laki-laki pun juga berdesak-desakkan dengan
perempuan, dan disanalah kemungkinan letak kejahatan bagi
perempuan dari sebagian laki-laki, maka orang yang thowaf itu
malah melakukan sesuatu yang diharamkan, sehingga
menyebabkan orang lain melakukan fitnah karena ingin
mendapatkan perkara yang sunnah akan tetapi mereka
meninggalkan sesuatu yang benar.
Analisis
Kata رم ح muhrim’ menurut budaya Arab kata ‘muhrim’ berarti‘ م
orang yang sedang melakukan ihram. Asal kata ‘muhrim’ dari م ر –أ ح
124 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 98.
102
م ر –ي ح اما ر م –إ ح ر ح م “ahrama-yuhrimu-ihrаman-muhrimun”. Orang
Indonesia sering salah mengartikannya, kebiasaan orang Indonesia
mengartikan kata رم ح muhrim’ ialah seorang yang tidak punya‘ م
ikatan keluarga sama sekali, padahal kata tersebut jauh sekali
maknanya dari pengertian bahasa Arab.
Teks ke-dua belas:
Teks Sumber (TSa)
ن ب د و أ ة ر ال م .س ف ر م ر ح م
و ه ذ ام ن ك ر ع ظ ي م ت و ت س اه ل ف ي ه ب ه ال ب ل و ىع م ث ي ر ع ل ىم ن ال ن اس م ع أ ن ك ل ة ال د
ة ك ث ي ر ه ي م ر ه ذ او اض ح ة و ص ح ي ح ة ظ اه ر ة و ق د أ ك ث ر أ ه ل ال ع ل م م ن ال ك ل م ع ن ت ح
ع و ض و ةت ب اق و او ق ائ ع و س ال م ث ي ر ي ك ه ذ اخ ط و ر ة ن ر و م اي ت ر ت ب ع ل ي ه .ال م 125
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Perjalanan sorang wanita tanpa didampingi mahram.
Ini adalah kemungkaran yang besar, yang penuh dengan petaka dan
banyak orang yang beranggapan dengan hal sepele, padahal terdapat
banyak dalil yang sudah jelas mengenai keharamannya. Bahkan
banyak pula disana disampaikan oleh para ulama penjelasan
mengenai bahayanya permasalahan, ini juga hal-hal yang berkaitan.
125 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 39.
103
Analisis
Jika dilihat dalam konteks Bahasa arab pembentukan kata م ر ح م
bermula dari masdhar yang berarti ‘yang haram’ dalam bentuk حرام
singular, dan bentuk pluralnya adalah حروم jika diteruskan akan
didapatkan ism fa’ilnya (kata benda pelakunya) adalah dan ism حارم
maf’ulnya (kata benda objek) محروم sedangkan bentuk isim \aman
(kata benda keterangan terjadinya perbuatan) atau isim makan (kata
benda tempat terjadinya perbuatan) adalah محرم maka kata م ر ح ini م
artinya ‘terlarang’. Dalam kamus Bahasa Arab Al-Wasith kata م ر ح م
yang berarti seorang yang haram dinikahi karena masih dalam
kedekatan keluarga atau dalam hubungan perkawinan.
Orang Indonesia sering keliru dalam pemaknaan kata م ر ح م
‘mahram’ ini, jika diletakkan pada tempat yang salah atau bukan
pada tempatnya, maka akan salah pemahamannya bagi budaya Arab
walau terkadang budaya orang Indonesia jarang ada yang mengetahui
akan hal itu. Budaya Indonesia banyak yang memakai kata رم م ح
‘muhrim’ untuk pengertian kata م ر ح mahram’ untuk seorang yang‘ م
punya ikatan tidak halal atau mahrom. Arti kata sesungguhnya kata
رم م ح ‘muhrim’ adalah orang yang sedang melakukan ihram.
Strategi yang peneliti gunakan tersebut menganut ideologi
penerjemahan foreigenisasi, yang mana peneliti menghadirkan nuansa
104
Bsu dengan memperkenalkan kata-kata budaya Bsu. Hoed
berpendapat, bahwa ideologi foreigenisasi yang berterima, benar dan
baik adalah yang sesuai dengan harapan dan selera pembaca BSa yang
manginginkan hadirnya budaya Bsu atau hadirnya Bsu dianggap
penting dan memberikan manfaat bagi pembaca.126
Teks ke-tiga belas:
Teks Sumber (TSu)
ال ي ك و ن و ل ياع ل ىأ ح دم ن ب ن ات ه أ ن ه س اب عا: ل ك ي م اب ن ت ه .ف ل و أ ن ف ل لأ ن ي ز و ج ج ر
و ه و ب ن ات ل ه أ ح د ال ف خ ط ب ه ن ي ص ل ي ف إ ن ه ال ن اس م ن ال ن يال ع ق د ل ك اح ل ه ن ن ه ال
ل ك اف رع ال ىو ال ي ة إ ن م ل م،و س أ ق ر ب م ب ع د ه .و لي اءال ي ز و ج ه ن 127
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Ketujuh: orang yang tidak shalat tidak bisa menajdi wali bagi putri.
Ia tidak bethak menikahkan putrinya. Bagi seorang laki-laki yang
memiliki anak perempuan dan dia tidak solat, maka harus ada
seorang yang menyampaikan kepadanya bahwa si ayah tersebut
tidak bisa mengakad nikah mereka (putri-putrinya), karena orang
kafir tidak punya hak menjadi wali bagi orang Islam, dengan
demikian yang menikahkan mereka adalah wali terdekat setelah
126 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: Pustaka, 2006), h.
88.
127
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 36-37.
105
ayanya.
Analisis
و لي اء ال al-awliyа kata ini sempat menjadi perdebatan pada saat
kasus terkait penistaan agama, akan tetapi peneliti akan membahasa
terkait budaya yang terkandung dalam kata tersebut menurut
pandangan warga Saudi Arabia dan warga Indonesia.
Jika kita melihat pengertian kamus, kata و لي اء ال al-awliyа ialah
jamak dari kata ل ي dalam kamus banyak sekali pengertian tersebut و
beberapa di antaranya ialah wakil, pejabat, sahabat, teman, wali,
kepala dan masih banyak lagi.128
Jika kita melihat pengertian dari
KBBI offline kata و لي اء ال al-awliyа yang berarti aulia atau orang
suci.129
Kemudian saya menggali data data dan informasi tersebut dengan
bertanya kepada orang yang ahli dalam bidang Bahasa Arab bukan
pada buku atau pun kamus. Kata و لي اء ال al-awliyа (aulia) oleh
masyarakat Arab kontemporer, menurut mereka, kata ini adalah
bahasa Arab klasik (fushah) yang sudah jarang digunakan dalam
komunikasi sehari-hari. Untuk penggunaan kata tersebut pada konteks
yang sangat spesifik dan menganut arti serta makna yang spesifik
pula. Contohnya:
128 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, “Kamus Kontemporer Arab-Indonesia”, Cet.
Ke-9 (Yogyakarta, Multi Karya Grafika 1998), h. 2040.
129
KBBI luring edisi kelima
106
Seorang anak yang diasuh oleh ayah dan ibu kandungnya. Ayah
dan ibunya adalah “aulia” bagi anak tersebut (wali) karena telah
mengurus, menjaga, mengasuh anak tersbut. Orang arab kalua melihat
anak ada anak kecil sendirian dijalan tanpa orang dewasa, maka
mereka akan bertanya kepada anak tersebut: “’Aina wali amrik?”
(mana walimu?).
Kata aulia juga berarti bagi kata “wali murid”. Dalam surat-surat
formal dari sekolahan terdapat kata-kata yang bertulis: “Ilа auliyа al-
umur” (kepada para wali murid).
Kata و لي اء ال al-awliyа (aulia) bias berbeda-beda makna tergantung
dalam konteks apa kata و لي اء ال al-awliyа (aulia). Kata و لي اء ال al-
awliyа telah diserap oleh Bahasa Indonesia. Jika teks tersebut
berbicara terkait pernikahan maka kata و لي اء ال al-awliyа (aulia) berarti
orang-orang yang bisa menjadi wali, jika dalam konteks politik و لي اء ال
al-awliyа (aulia) berarti pemimpin, dan jika dalam konteks agama
seperti tasawuf و لي اء ال al-awliyа (aulia) berarti wali Allah contohnya
Walisongo.
107
Teks ke-empat belas:
Teks Sumber (TSu)
ن م ام ر ح ائ ضاال مي ق اتع د م اإل ح ،إ ذ اك ان ت
ت ر إ ذ ام ال ن س اء ب ع ض أ ي ضاأ ن ام ر ح اإل ر ب أ م اي ت ع ل ق م م بال مي ق اتو ج ي د ال ح ت ر
ة ر ال ع م ائ ضاأ و ح ك ان ت و اأ و ي ه ل و ن م اأ و ن ه نام ظ م ر ت ح اال ف إ ن ه ي ض اال ح اب ه أ ص
ح اض و ط أ ه ذ اخ امو ر إ ح ن ب د و ي ق ات ال م ز او ة ف ت ت ج ار ال ط ه ل ه ط ت ر ت ش ام ر ح اإل أ ن
ت ائ ض ف ال ح ام ر ح اإل ن ع ي م ال ي ض ال ح ل ن غ ي ر اج ال ح ي ف ع ل ا ك م ت ف ع ل و م ر ح
. ه ر ت ط إ ل ىأ ن ه ر خ ات ؤ ف إ ن ه ب ال ب ي ت اف ال ط و 130
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Di perbolehkannya berniat melakukan ihram di tempat miqat,
walaupun datang waktu haid (menstruasi).
Pembahasan yang berkaitan dengan Ihram, bahwasanya jika
perempuan melewati tempat Miqat ingin melakukan ibadah haji
atau umroh mereka sedang haid (menstruasi) atau kemudian tiba-
tiba datang haid, maka hal demikian tidak di haramkan baginya
untuk melakukan Ihram seperti apa yang mereka kira, atau dari
walinya bahwa salah satu syarat Ihram adalah suci maka hanya
130 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 97.
108
diperbolehkan melewati tempat miqat tanpa berniat ihram,
pernyataan tersebut adalah sesuatu yang salah, karena masa haid
tidak melarang seorang perempuan melakukan ihram, maka haid
mengharamkan seseorang melakukannya seperti apa yang dilakukan
oleh orang berhaji, yaitu tidak boleh melakukan thawaf di rumah
Allah maka dianjurkan baginya menunggu sampai ia suci.
Analisis
Pada teks diatas ditemukan kata مي ق ات ‘miqat’ yang secara harfiah
memiliki arti waktu yang ditentukan, menurut kamus Al-Maaniy
luring. Orang Indonesia meminjam istilah kata مي ق ات ‘miqat’ dari
Bahasa Arab. Kata مي ق ات ‘miqat’ hanya digunakan ketika haji saja
oleh orang Indonesia karena dalam keseharian orang Indonesia jarang
menggunakan kata tersebut. مي ق ات ‘miqat’ terdapat dua jenis, yaitu
miqat tempat dan miqat waktu. Miqat tempat adalah batas waktu haji
mulai tanggal 01 Syawal sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah.
Miqat tempat adalah tempat untuk berihram. Kata مي ق ات ‘miqat’
dalam teks di atas adalah miqat tempat di mana para haji berniat untuk
berihrom.
Strategi ini merupakan strategi yang sering digunakan oleh seorang
penerjemah, dalam hasil temuan dalam penelitian ini ada 7 data.
Strategi ini menunjukkan bahwa peneliti menggunakan aspek
109
foreugnization, yang berarti menghadirkan budaya asing dalam BSa.
Meskipun bhasa sumber dapat dipahami dengan bahasa sasaran, tetapi
bahasa sasaran tidak mempunyai kata yang susuai untuk digambarkan.
Berikut adalah petikan teks sumber dan terjemahannya.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan kata-kata budaya
dengan kata pinjaman (borrowing words) karena konsep budaya Bsu
yang tidak dikenal dalam Bsa. Menerjemahkan dengan straetegi
tersebut membuat terjemahan terasa asing bagi pembaca Bsa akan
tetapi strategi tersebut lebih efektif dan dinamis. Penggunaan kata
pinjaman menunjukkan peneliti menggunakan aspek foreigenisasi
serta melakukan komunikasi lintas budaya dengan memperkenalkan
kata-kata budaya yang terdapat dalam Bsu.
Teks ke-lima belas:
Teks Sumber (TSu)
أ س ال ر ق ال ش ع رف و ع م ج
م ب اس ال ن س اء ع ل ي ه ف ت ع ار ا م ه و ه ذ اال ك ع ك ةو أ ن م ه ىال م ر أ خ اء م أ س ل ه ل ع ل و
س ل م : و ل ي ه ع ل ىهللا ص ن ب ي ال ل ل ق و ل ك ل ذ ت د ل وا اس و ل م ال ع ل أ ه ن ه ن ه ىع ق د ل ال ع م
ي ث د ...ال ح ن ار ال ل أ ه ن م ن ف ان ص 131
131 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 62.
110
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Mengumpulkan rambut di atas kepala
Yang dikenal oleh kalangan kaum wanita dengan sebutan sanggul
dan mungkin sebutan lain yang sesuai, yang penting bahwa
perbuatan ini telah dilarang oleh para ulama mereka berdalil
berdasarkan sabda Nabi saw: “Ada dua jenis penghuni neraka ...
(Hadis)
Analisis
Ditemukan unsur budaya pada teks di atas yautu kata ك ع ك ة
‘Ka’kah’ asal kata dari ك ع ك ka’ka. Kata ك ع ك ة ‘Ka’kah’ menurut kamus
Al-Wasith yaitu roti yang terbuat dari tepung, gula, dan mentega yang
diaduk hingga menjadi satu.132
Jika melihat pengertian menurtu kamus
Kontemporer kata ك ع ك ة ‘Ka’kah’ memiliki arti kue. Namun, jika kata
sya’run bermakna ش ع ر Ka’kah’ disandingkan dengan‘ ك ع ك ة
sanggul133
. Kata ك ع ك ة ‘Ka’kah’ disini jika kita lihat dari teks
bahasa Arab di atas mempunyai arti sanggul, meski kata tersebut
hanya menggunakan satu kata ك ع ك ة ‘Ka’kah’ yang berarti kue, akan
tetapi maksud dari kalimat di atas tersebut iaah sanggul. Maka dalam
132 Kamus Al-Wasith 820.
133
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, “Kamus Kontemporer Arab-Indonesia”, Cet.
Ke-9 (Yogyakarta, Multi Karya Grafika 1998), h. 1510.
111
penerjemahan ini penerjemah tetap menggunakan kata ka’kah dengan
keterangan singkat (sanggul) agar budaya tersebut tetap hadir dan
menjadi sebuah pengenalan budaya. Jika dilihat memang sangat
melenceng dari makna yang terkandung. Hal seperti ini bisa menjadi
sebuah perdebatan, bagaimana bisa memahami kata ك ع ك ة ‘Ka’kah’
adalah sanggul. Itulah budaya dalam bahasa Arab yang terkadang
sangat sulit untuk bisa dipadanankan dengan bahasa Indonesia. Makna
yang terkandung sangat kompleks dan membutuhkan penjelasan yang
cukup jelas.
Teks ke-enam belas:
Teks Sumber (TSu)
ط إ ن تل ح أ ة ي أ ل ف ه ال ر ج ال و ق د ط م ع ت ال ر اف ي ه ال ـم ت ه ر ف ط ال ف اي خ و ع ل ىق د ر ,ب م
ا ك ث ر ة ة أ خ ت ل ط ال ث ر ك ن ال ز ،ت ك و د ال ن ا،و ه ن ا ء ع ل ىال ب ل ال ع ظ ي م أ ة ر ف ال ر ج ل ال ـم
ال ذ ي ي ت ر ك ه اع ل ق ت ام ن ه ن ه أ ش ع ل ىم و ت ت ق ل ب ع ج م ر اض و ت ذ و ق و ال ع ن اء ر ة ال ف اق ة
ال ذ ل اال و ان ة ه ال م ض ط ه اد م و ل م ال ح ل ن او ث ق ل ه و ال و ح م و د و ار ه ن اأ ن أ ن ن ب ح ث ،أ م
ع م ا ف ف ي خ إ ذ ا ل م ه ذ ه ي ز ي ل ع م ا ن ق ل ائ ب ص ال م ع ل ى ب ال ع ار د ن ي ة ال ع ائ د ة ال م
؟.ة ال غ ر ب ي 134
134 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 27.
112
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Sesunnguhnya percampuran (kumpul kebo) laki-laki perempuan
bersama perempuan hingga menjadi terbiasa, hingga menyalahi
fitrahnya. Adapun banyaknya percampuran (kumpul kebo)
tersebut adalah dengan banyaknya anak-anak yang lahir dari hasil
perzinahan (anak haram jadah), ini adalah bencana besar yang akan
dialami oleh perempuan. Sedangkan laki-laki yang bersangkutan
akan meninggalinya, dengan demikian kehormatannya menjadi
hancur dan sirna hingga ia merasakan kemiskinan yang teramat
sangat (miskin papa) dan mencicipi pahitnya kesengsaraan,
kehinaan serta munculnya terjadi aborsi saat ia hamil, berat badan
pun bertambah, berselera terhadap banyak hal (ngidam) dan merasa
pusing ketika hamil. Tugas kita bagaimana mencari solusi agar
meringankan perempuan dalam kasus ini jika kita tidak bisa
menghilangkan kebiasan buruk orang barat?
Analisis
Ditemukan istilah budaya dalam teks tersebut pada kata ط تل ح -Al ال
Ihtilaаt yang secara harfiah memiliki arti pencampuran.135
Kata
ط تل ح Al-Ihtilaаt meski memiliki arti kata percampuran, tetap yang ال
135 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, “Kamus Kontemporer Arab-Indonesia”, Cet.
Ke-9 (Yogyakarta, Multi Karya Grafika 1998), h. 52.
113
dimaksud dalam teks tersebut bukanlah hanya percampuran saja, ia
memiliki arti yang sangat luas yang di mana jika di terjemahkan secara
konteks, kata ط تل ح Al-Ihtilaаt memiliki artian sesungguhnya yaitu ال
kumpul kebo, sebuah makna kata yang mengandung unsur kolokasi,
yang mana kata kumpul sebuah adjektiva dan kebo sebagai nomina
(adjektiva + nomina) .
Kata ط تل ح Al-Ihtilaаt disini memiliki pengertian yang cukup ال
luas juga, yaitu yang dimaksud dengan kumpul kebo adalah seorang
perempuan dan laki-laki yang tingal serumah dan melakukan
hubungan badan, akan tetapi tidak sedang dalam ikatan pernikahan,
makna tersebut disebut sebagai kumpul kebo.
Pada penelitian analisis teks ke-limabelas dan enambelas adalah sebuah
konsep bahasa sumber secara semantik sangat kompleks (the Source Languae
Words are Semantically Complex) yang mana kata dalam bahasa sasaran secara
semantik dapat sangat kompleks dalam mengungkapkan suatu makna yang lebih
kompleks daripada makna suatu kalimat.
Teks ke-tujuh belas:
Teks Sumber (TSu)
ب ا ال ز و اج و ال أ ب ي ح ل م ه ات و ال ع م ات خ و ات ت اال ال خ او ال و ب ن ات و ب ن ات خ ت ل خ
ت ن ف ـو ك ان ف ين ث ىل ىاـت ال ط م ث إ ل ىف ت ر ة م ك ان ي د ب ع خ ار ج ز و ي ج ال و ن ة ي د ال ـم
اإ ح دل ال ط ه خ م د م ال خ اال ذ ي ن ي ق د م و ن ال لال ط ع ام .و ل ه ك ل ه ف ق د ك ان ت ه ذ اع ن ف ض
114
أ ة ر ال ـم ال ف ار س ي ة ت ت ح ال ر ج ل ل ق ةس ل ط ة ط ال ـم م ك ي ح أ ن ل ه ف ،ي ح ع ل ي ه ا ت و ال ـم
ي اة أ و ي ن ع م ع ل ي ه ا .ب ال ح 136
Teks Sasaran (TSa)
Diperbolehkan menikahi dari ibu-ibu mereka, saudara perempuan
mereka, adik perempuan dari ayah, adik perempuan dari ibu, adik
perempuan dari saudara laki-laki, adik perempuan dari saudara
perempuan, dalam waktu tertentu adakalanya seorang wanita
diasingkan ditempat jauh yang berada diluar kota., serta tidak boleh
ada yang menemaninya kecuali pembantu yang menyediakannya
makanan. Terlepas dari itu, perempuan persia yang telah
diceraikan berada di bawah kekuasaan suaminya, baik dijatuhi
hukuman mati baginya (perempuan) atau memberikannya
kehidupan yang mewah.
Analisis
Pada teks di atas ditemukan kata ط ق ة ل م mutallaqoh yang secara
harfiah menurut kamus kontemporer memiliki arti perempuan yang
diceraikan.137
Dalam budaya Arab kata ‘janda’ tidak hanya memiliki
satu kata umum yang biasa digunakan oleh budaya Indonesia. Budaya
Arab memiliki ciri khas khusus dan kata yang berbeda dalam
136 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 12.
137
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, “Kamus Kontemporer Arab-Indonesia”, Cet.
Ke-9 (Yogyakarta, Multi Karya Grafika 1998), h. 1752.
115
pemaknaan kata janda, jika ط ق ة ل م muthallaqoh adalah perempuan yang
diceraikan, berbeda lagi untuk seorang perempuna yang ditinggal mati
oleh suaiminya, orang arab memakai kata ل ة م ل ة armalah. Kata أ ر م أ ر
armalah menurut kamus kontemporer hanya memiliki arti kata
janda,138
berbeda lagi kita melihat kamus Al-Maaniy Arab-Arab, kata
ل ة م armalah memiliki pengertian saudara perempuan yang ditinggal أ ر
mati oleh suaminya. Jika untuk penyebutan janda umum orang Arab
memakai kata ث ي ب tsaybun memiliki arti kata janda (umum).139
Budaya Indonesia tidak mempunyai perbedaan penyebutan sepert
yang ada pada budaya Arab, yang kaya akan bahasanya. Orang
Indonesia jika ada perempuan yang diceraikan atau ditinggal mati oleh
suaminya, cukup dengan sebutan kata janda.
Teks ke-delapan belas:
Teks Sumber (TSu)
ك ان ل و و ك ذ ل ك ب ن م ات اإل ،ال ذ ي أ ب ع ن م ات ال ل يف ال ذ يي ص ع م ي ص ل يو ع ن
أ ب و ه .ه و ل ي س ي ر ث ه و ع م 140
138 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, h. 8.
139
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, h. 639.
140
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 32.
116
Teks Sasaran (TSa)
Begitu pula jika anak yang meninggal, meninggal karena ayah yang
tidak solat dan paman (dari pihak ayah) solat, maka orang yang
mewarisi adalah pamannya dan bukan ayahnya.
Teks ke-sembilan belas:
Teks Sumber (TSu)
ب اب أ ال ز و اج و ال ي ح ل م ه ات خ و ات تو ال ع م ات ال ال خ او ال و ب ن ات و ب ن ات خ ت ل خ
ت ن ف ـو ك ان ف ين ث ىل ىاـت ال ط م ث إ ل ىف ت ر ة م ك ان ي د ب ع خ ار ج ز و ي ج ال و ن ة ي د ال ـم
ح دل اإ ال ال ط ه خ م د م اال ذ ي ن ي ق د م و ن ال خ لال ط ع ام .و ل ه ك ل ه ف ق د ك ان ت ه ذ اع ن ف ض
أ ة ر ت ح ال ف ار س ي ة ال ـم ل ا س ل ط ة ال ر ج ل ت ط ل ـم م ك ي ح أ ن ل ه ف ،ي ح ع ل ي ه اق ة ت و أ و ال ـم
ي اة ي ن ع م ع ل ي ه ا ب ال ح 141
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Seorang laki-laki (suami) diperbolehkan menikahi menikahi para
ibu, para saudari, bibi dari ayah dan ibu, ponakan dari saudara laki-
lakinya, hingga ponakan dari saudara perempuan. Dalam waktu
tertentu adakalanya seorang wanita diasingkan ditempat yang jauh
diluar kota. Serta tidak boleh ada yang menemaninya kecuali
pembantu yang menyediakan makanan. Terlepas dari itu,
141 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 12.
117
perempuan persia mutlak berada di bawah kekuasaan suaminya,
baik ia (perempuan) dijatuhi hukuman mati baginya (perempuan)
atau memberikannya kehidupan.
Analisis
Analis teks ke-delapanbelas sama seperti yang akan dijelaskan
pada teks ke-sembilanbelas, yaitu dalam penyebutan sesuatu dalam
budaya Arab memiliki pemaknaan dan penyebutan yang berbeda.
Dalam analisis ini peneliti akan menjelaskan bahwa penyebutan untuk
kata paman dan bibi yang biasa digunakan oleh budaya Indonesia yang
hanya digunakan dalam kata yang sama untuk sanak keluarga saudara
dari ayah atau ibu. Dalam penelitian ini peneliti menemuka ciri khas
yang biasa digunakan oleh orang Arab dalam penyebutan kata paman
dan ibu. Untuk memanggil saudara laki-laki dari ayah budaya Arab
menggunakan kata ع م ‘ammun adalah penyebutan untuk paman
(saudara laki-laki dari pihak ayah) sedangkan untuk bibi (saudara
perempuan dari pihak ayah) budaya Srab menyebutnya dengan kata
ة ammatun. Untuk penyebutan saudara laki-laki atau perempuan‘ ع م
dari pihak ibu adalah ال ال ة dan خ ال Kata .خ untuk penyebuan خ
saudara laki-laki dari ibu (paman), sedangkan kata ال ة adalah خ
penyebutan untuk saudara perempuan dari ibu (bibi).142
142Aplikasi luring kamus Al-Ma’ani Arab-Indonesia.
118
Analisis penelitian pada teks ke-tujuhbelas sampai sembilanbelas pada
konsep perbedaan dalam perspektif interpersonal dan fisik (differences in physical
or interpersonal perpective). Penelitian ini menunjukkan hubungan seseorang
dengan tempat dalam pengungkapan suatu pasangan makna yang diperngaruhi
oleh partisipasipan. Partisipan tersebut sehingga kita harus memilih kata yang
tepat dalam pengaplikasiannya.
Teks ke-dua puluh:
Teks Sumber (TSu)
أ و س و ي ن ع ث ي م ش ي خ اب ن ىل ل ه ن اف ت و فظ ه هللا ت ع ال ىق د ة ح ال ع ف ي
ت ب د أ ل م أ ة ر ام ع ن
را ش ه ل ت م أ ك ب ع د أ ن او ه ج و ف اة ز و ن رم ه أ ش ب ع ة أ ر ر و ر ب ع د م –إ ال ه ر ب ع د ال ش
ب ع ة د ة .–ال ر ال ع ت ل ك ن م ت ج ر خ 143
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Dan saya kutip di sini sebuah fatwa Syaikh Ibn Utsaiman (semoga
Allah menjaganya) dari seorang wanita yang tidak memulai' iddah
sampai empat bulan setelah kematian suaminya dan setelah selesai
sebulan - setelah empat bulan - dia keluar dari masa iddah itu.
Teks Sumber (TSu)
ا ل و ق ال دس ت اذ م ح هللا ر ش ي در ض ام ه حم ر ال غ ر ائ ب ب ع ض ال ت ي:)م ن ع ن ن ق ل ت
ح ص ل ف ت إ ن ج ف ي ا ر ه ذ ه ال ي ام ي و ج د ي ز ال ال أ ن ه اف ي ل ب ل د ي ة ر ي اف ي ز ل ن ج اإل
143Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 55.
119
سث م نـي ب ي ع و ن ن س اء ه م ب ر ج ال د اـج ب خ ت ق د ذ ك ر ش ل نا،و ث ي ن –ك ث ل ف ح الص أ ي
ي ة ي ز ل ن ج ".اهـ.–اإل م ه ب ع ض اء م أ س 144
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Professor Muhammad Rasyid Ridha (semoga Tuhan mengasihani
dia) berkata: “Aneh memang, bahwa beberapa surat kabar dari
Inggris melaporkan bahwa masih ada laki-laki di pedesaan
Inggrisyang menjual wanita mereka dengan harga yang sangat
rendah”.
Teks Sumber (TSu)
ك ان : ق ال ت ا ع ن ه هللا ي ض ر ع ائ ش ة ع ن ال ن س اء ي ب اي ع س ل م و ل ي ه ع ل ىهللا ص ال ن ب ي
: ي ة ال ذ ه ب ه م ي ب ال ك ل ل ىك ر ش "ال هللا ص ل س و ر ي د س ت ام م :"و ب اهلل ش ي ئا".ق ال ت ن
ا أ ةإ ال ر ام س ل م ي د و ل ي ه ع أ ةي هللا ر م ا"أ ي ل ك ه ن ك اح ي م ل ك ا".م ه 145
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Dari Aisyah RA, berkata, ketika para perempuan berjanji manis, Nabi
selalu berkata dengan ayat ini: “Tidak akan menyekutukan sesuatu dari
Allah”
144 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 15.
145
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 50.
120
Analisis
Dalam sebuah hadis atau ucapan keseharian orang-orang Arab,
selalu ada doa setelah mengucapkan orang yang telah wafat. Dalam
penelitian ini peneliti menemukan kata ت ع ال ى هللا فظ ه hafidhahullahu ح
ta’аla jika diartikan secara harfiah, kalimat tersebut memiliki arti
“Semoga Allah Menjaganya” هللا ه حم ا ,rahimahullahu ر ن ه ع هللا ي ض ر
radhiyallahu’anha, juga termasuk budaya Arab yang selalu
mengucapkan doa setelah menyebut nam baik yang sudah wafat atau
pun masih hidup.
Di Indonesia budaya seperti itu tidak ada, setiap mengatakan nama
orang telah wafat cukup hany adengan kata almarhum/almarhumah.
Berbeda lagi kata sanjungan atau kehormatayang biasa digunakan pada
saat acara-acara formal atau non formal. Pembawa acara (MC) akan
menyebut nama dengan mengawali perkataan dengan “Yang terhormat
kepada Anisah Sarah Fatimah, S.Hum selaku dewan pembina
Mahasiswa Tarjamah” dan begitu selanjutnya.
Pada penelitain teks ke-duapuluh menggunakan konsep perbedan dalam
makna ekspresif (differences in expressive meaning). Kata dalam Bahasa sumber
dan Bahasa sasaran mempunyai makna proposisi yan sama, tetapi berbeda dalam
makna ekspresif yang dikandungnya.
Analisis Teks ke-dua puluh satu:
Teks Sumber (TSu)
121
اال ح ف ك ان ت د اد أ م أ ة ع ن د ه م ر د و ك ان ت ك ام لالت ع ت د ح و ال ـم ت ح أ ة ر ع ل ىز و ج ه اال ـم
ح و أ ق ب ح د ش ر ـاد ف ت ل ب س ه ا ه ب س ل م ال غ ش ر ش ر )ر و ت س ك ن و ه و في ش ف ال ح )–
م ك ان ي ر غ د اخ ل ص م ظ ل م و –ال ب ي ت ف ل ال ط ه ار ة ت ست م ت ت ر ك و ال ظ ف رام ل ق م اء
أ رـر ج ت ب أ ق ب ح م ن ظ و ال ت ز ي ل ش ع راف إ ذ اا ن ت ه ىال ع ام خ ةن ن ت و ائ ح ف ت ن ت ظ ر م ر و ر ر
ب ع ر ة ع ل ي ه ل ت ر م ي ا ك ل ب ا، ت ه ال ت يق ض د ة ال م ه ذ ل ه ت ق ارا ح و ت ع ظ ي ما ق اـز و ج ه ل ح
ا. ل ي ه ع 146
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Adapun pakaian masa berkabung bagi mereka (perempuan) yaitu
selama satu tahun penuh, bagi seorang istri meratapi kehilangan
suaminya dengan sangat teramat sedih, mereka berpenampilan
buruk, memakai pakaian yang sangat jelek dan berdiam diri di
dalam Al-Hafisy (ruangan yang kecil dan gelap di dalam rumah).
Dan ia tidak boleh membersihkan diri dengan air, tidak boleh
memotong kuku, hingga tidak boleh mencukur rambutnya. Apabila
telah berakhir satu tahun, maka ia keluar dengan wajah yang kusam,
aroma yang tidak sedap, kemudian ia menunggu lewatnya seekor
anjing untuk melempari kotoran anjing tersebut kepadanya sebagai
rasa duka yang telah berakhir, dan sebagai penghormatan kepada
suaminya.
146 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 18-19.
122
Analisis
في ش Al-Hafisy pengertian kata budaya terkadang sangat sulit ال ح
untuk bisa dijelaskan dan dipadankan dalam baudaya Bahasa sumber,
dan terkadang tidak ditemukan padanan yang tepat dalam kamus.
Menurut penjelasan dalam teks di atas kata في ش Al-Hafisy memiliki ال ح
pengertian ruangan kecil, gelap yang berada di dalam rumah. Kata
في ش Al-Hafisy disini merupakan unsur budaya yang belum ال ح
mempunyai padanannya dalam Bahasa Indonesia dan tidak ada unsur
bawahan/hiponimi. Seperti yang dijelaskan oleh peneliti pada bab 2
contoh lain dari kata tersebut adalah kata villa sampai saat ini
Indonesia memakai kata tersebut karena kata villa tidak mempunyai
unsur hiponimi dalam Bahasa sasarannya
Pada analisis penelitian pada teks ke-duapuluh dua, menggunakan konsep
bahasa sasaran tidak mempunyai unsur bawahan (hiponimi)/ (The target language
lack a aspecial term (hyponym)) yang mana bahasa sasaran mempunyai unsur
bawahan, contoh dalam teks bahasa Inggris yaitu kata articles tergolong unsur
atasan yang mempunyai beberapa unsur bawahan seperti repeat, review, report.
Kata house mempunyai beberapa unsur bawahan seperti bungalow, cottage,
mansion, manor, hall, villa, hut, lodge. Dan kata villa misalnya belum ada
padanannya dalam bahasa Indonesia. Contoh dalam bahasa Arab yaitu seperti
kata ruang mempunyai unsur bawahan ف ة ة ،غ ر ر ج ف ي ش ،ح د ه ة ،ال ح ة ،ب ي اض ،ر ح ر ش م
123
Dalam Bahasa Arab dan kata في ش Al-Hafisy belum ada padanannya dalam ال ح
Bahasa Indonesia في ش .Al-Hafisy (tempat yang kecil gelap di dalam rumah) ال ح
a) Idiom (ungkapan dan pribahasa)
Teks ke-dua puluh dua:
Teks Sumber (TSu)
ا ف ه و ال ص ل ث ي ال ث اث ال ث ة أ م ف يق ج انب و لر وي ب ي ل ال غ )إ ن و ت أ ث ي ر ال ب ي ال ذ ير
ـك ف يي ظ ه ر ل ت ل ج ع ب ل ق و ي ال ـم ت م ج اال ـم ي م س ل إل ع ل ىع ق ب ر أ سا ال ف يي ب د و
ء ل اأ ف ض ل ج أ ة (.ي ب د ب م ر ال ـم ي ر ر ف يت ح و
ه ه ب ع ض ذ م ال ه ف يأ ق و م ط ط ات ه خ م أ م ر و ي ه و ة أ ر غ ي ض م ن ف ي ض.ال ـم
ه ن اك و م ن أ ن اس أ ي ضا ب ي ن س و ح ع ل ىاال ـم ا ت غ ل و اس م س ل إل ر أ م ر ف يال ـم أ ة
ب ث ش ه ش ب ه ه م و ة ف ت ار م ات ه و ي ن ي ظ ه ر و ن ح ال ن اص ر ه ظ م ن ب م م ال ه أ ق و ل ل خ
ت ا ك .ب ت و م ه
ي ن ف م ر ة ع ل ىه ش ب ه ب ث و م م أ ن ه ف يي ط ل ب و ن ق اال ح ا.ج اإل ن ه ع ب ة اء ر و م ال او ك م ة
.و ر ائ ه ا147
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Adapun pihak ketiga sebagai pelengkap yakni bangsa Yahudi yang
bernama Jean Paul Roux berkata: “pengaruh barat yang muncul di
147 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 7.
124
setiap surat kabar/majalah telah menumbangkan komunitas muslim
secara terbalik dengan memutar balikan fakta di mana umat islam
sendiri menjunjung tinggi emansipasi wanita”.
Ini adalah perkataan dan gambaran orang-orang Yahudi terkait
perempuan ialah suatu rancanagan yang kecil dan suatu hal yang
besar.
Ada juga orang-orang yang berafiliasi dengan Islam mengambil
keuntungan dari masalah perempuan dalam menyiarkan keserupaan
dan keinginan mereka. Terkadang mereka menunjukkan
sebagaimana orang-orang yang memberi nasihat melalui perkataan
dan tulisan mereka.
Selanjutnya mereka menetapkan kesamaan, yaitu sama-sama
mencari kebenaran dalam jawaban permasalahan tersebut. Bahwa
dibalik gunung (bukit) itu ada sesuatu.
Analisis
Pada bagian teks ini peneliti menemukan unsur budaya pada idiom
yaitu اء ر و و ر ائ ه ال او م ا ك م ة wa warōa al-akmah mа warōahа secara
harfiah memiliki arti sebagai berikut:
ك م ةل ا م ا و ر ائ ه ا اء ر و و
Nya Dibelakang Apa yang
ada
Bukit Di belakang/di
balik
dan
125
اء ر و و ر ائ ه ال او م ا ك م ة wawarōa al-akmah mа warōahа adalah sebuah
idiom yang jika diterjemahkan berarti “di balik bukit itu ada sesuatu”.
Jika melihat makna idiom dari kalimat tersebut yaitu tentang seorang
yang menyebarluaskan rahasianya sendiri dengan cara ‘bersembunyi di
balik topeng’ atau ‘bermuka dua’ jika dipadankan ke dalam bahasa
Indonesia dan bisa juga seperti idiom yang ada dalam bahasa Inggris
“There is Something Fishy” [ada sesuatu yang mencurigakan].
Penjelasan maksud dari kalimat tersebut adalah begitu banyak
orang yang bermuka dua atau bertopeng demi mendapatkan orang apa
yang ia inginkan atau sukai, sama halnya dengan seorang yag baik
depan di belakang malah sebaliknya. Seorang yang seperti itu lebih
berbahaya dibandingkan musuhmu sendiri.
Teks ke-dua puluh tiga:
Teks Sumber (TSu)
ف ي ه ا م ز ت ب ر و أ ة ر ال م ف ات ن م ال ت يت ب ي ن ي ق ة ال ض ب س ل ال م ل ب س ل ن م ، ر ح م ت ن ة ف ال
ن ب ي أ ذ ن اب ملسو هيلع هللا ىلصال ك ي اط س م ع ه م ال ج ر ب ع د ا ه م أ ر ل م ن ار ال ل أ ه ن م ن ف ان :"ص ق ال
ال ن اس ا ب ه ن ب و ر ي ض ب ق ر –ال انا ع د و و ظ ل ما و –ي ع ن ي ع اري ات ك اسي ات نس اء
م ت ائل تم ي ل .م ةال ي ر ق ص أ ل ب س ة ن ي ل ب س ب أ ن ه ن ي ات ع ار ي ات ك اس ل ه ق و ف س ر ف ق د
ن ع ت م ال ف ي ف ة خ ن ت ك و أ ل ب س ة ن ي ل ب س ب أ ن ه ن ر ف س و ة ر ال ع و ن م ه ت ر س ب ي ج ا م ت ر ت س
اء ر و ا م ي ة ؤ ر ن م ي ف ه ي ق ة ض ب س ل م ن ي ل ب س ب أ ن ت ر ف س أ ة ،و ر ال ـم ة ب ش ر ن م ه ا
ت ل أ ة أ ن ر ل ل م ز و ي ج ع ل ىه ذ اف ل أ ة و ر ال م ف ات ن ل م ي ة ب د ام ن ه ل ك ي ة ؤ ال ر ع ن ة س ات ر ب س
ي ق ة إ ال ال ض ب س ل ال م ه ذ ه ل ي س ف إ ن ه ج و ال ز ه و و ن د ه اع ت ه ر ع و اإ ب د اء ل ه ز و ي ج ن ل م
126
ت ع ال ى: هللا ل ة ل ق و ر ع و ت ه ج و ز ج و و ال ز ٹ ٹ ٹ ٹ ڤ چ ب ي ن
– ٥المؤمنون: چڤ ڤ ڤ ڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ڄ ڄ
٦148
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Perempuan yang mengenakan pakaian sempit yang menunjukkan
pesona tubuhnya dan akan datang kepadanya sebuah fitnah dan hal
seperti itu adalah perbuatan yang diharamkan. Sesungguhnya Nabi
saw bersabda: “Ada dua orang penghuni neraka yang belum pernah
aku lihat sebelumnya, yaitu: Seorang laki-laki yang memegang
cambuk seperti seekor sapi, mereka mencabuk manusia dengan
cambuk itu. Dan yang kedua yaitu perempuan yang berpakaian
tetapi telanjang, ia berjalan dengan melenggak-lenggok telah
dijelaskan bahwa wanita yang berpakaian tetapi telanjang yaitu
mereka mengenakan pakaian pendek tidak menutupi auratnya dan
dijelaskanjuga bahwa mereka memakai pakaian yang tipis dan
menerawang sehingga kulit wanita itu bisa dilihat oleh orang lain.
Dan telah dilarang bagi kaum perempuan memakai pakaian yang
sempit kecuali kepada orang-orag yang diijinkan untuk
148 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 61-62.
127
memperlihatkan kepadanya aurat mereka (perempuan) dan dia
adalah suami dari perempuan tersebut. Maka sesungguhnya seperti
suami istri yang dikatakan oleh Allah swt: “Dan orang-orang yang
menjaga kemalauannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau
budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal
tiada tercela”
Analisis
تو ي ل م م ت ائل م ع اري ات ك اسي ات نس اء nisаun kаsiyаtun ‘аriyаtun
mаilаtun mumayyilаt secara konteks kata tersebut masuk ke dalam
sebuah ungkapan dua kata idiom. Kata yang pertaa yang memiliki
unsur budaya idiom ialah kata ع اري ات ك اسي ات nisаun kаsiyаtun نس اء
‘аriyаtun jika secara harfiah kalimat tersebut memiliki arti sebagai
berikut:
نس اء ك اسي ات ع اري ات
telanjang kaset perempuan
Jika diterjemahkan menggunakan pengertian secara harfiah tidak akan
menghasilkan terjemahan yang baik. Peneliti melakukan intertekstual
kepada pengertian kalimat tersebut yaitu dengan terjemahan
perempuan berpakaian tetapi telanjang. Dalam kasus penerjemahan ini
kata kaset memang sangat melenceng dengan kata pakaian dari hasil
penerjemahan yang peneliti lakukan. Peneliti mengganti kata kaset
128
dengan pakaian karena jika diterjemahkan dengan ‘perempuan
berkaset tekanjang’ konteks disini tidak sesuai jika diterjemahkan
dengan ‘kaset’. Maksud kaset disini ibarat sesuatu yang dikenakan
oleh perempuan tetapi terlihat telanjang. Maka jadilah kaset berubah
menjadi pakaian. Karena melihat perempuan banyak sekali yang
berpakain tetapi lekuk tubuh mereka begitu terlihat sekali. Maka
jadilah kalimat idiom kata نس اء ع اري ات ك اسي ات nisаun kаsiyаtun
‘аriyаtun diterjemahkan menjadi ‘perempuan yang berpakaian tetapi
telanjang’
Kata kedua ialah ت ي ل م م ت ائل mаilаtun mumayyilаt secara harfiah م
dua kata teesebut yang mengandung unsur budaya dalam idiom
memiliki arti secara harfiah sebagai berikut:
ت ي ل م م ت ائل م
Mengalir Condong
ت ي ل م م ت ائل mаilаtun mumayyilаt peneliti menerjemahkan dengan م
terjemahan ‘berjalan dengan melenggak-lenggok’. Makna tersebut
memang sangat melenceng dari pengertian secara harfiah. Dalam hal
ini peneliti kembali menyusaikan penerjemahan ke dalam konteks
yang terdapat di atas, konteks di atas membicarakan tentang
perempuan kata ت ائل ,mаilаtun mumayyilаt diartikan condong م
menandakan sesuatu yang menonjol, menggiurkan, sedangkan kata
129
ت ي ل م mumayyilаt berarti mengalir. Sebagaimana yang kita ketahui م
bahwa air yang mengalir memiliki gelombang atau bergelombang dan
bergerak, sehingga dalam penerjemahan tersebut kata mengalir
ditransfer menjadi sesuatu yang lenggak-lenggok. Maka dua kata
ت ي ل م م ت ائل mаilаtun mumayyilаt jadilah sebuah terjemahan ‘berjalan م
dengan melenggak-lenggok’.
Maksud dari idiom pertama ialah perempuan yang berpakaian
tetapi aurat mereka diperlihatkan (pakaian ketat), mereka berjilbab tapi
tidak menutupi aurat yang kadang tanpa mereka sadari itulah yang
harus seorang perempuan tutup. Maksud dari diom yang kedua yaitu
ت ي ل م م ت ائل -ialah ketika perempuan berjalan ia melenggak م
lenggokkan tubuh mereka dengan terlihat sangat menawan, sehingga
orang melihat terpana hingga menimbulkan fitnah (godaan).
Teks ke-dua puluh empat:
Teks Sumber (TSu)
ط إ ن ت ل ح أ ة ي أ ل ف ه ال ر ج ال و ق د ط م ع ت اال ر اف ي ه ال ـم ت ه ر ف ط ال ف اي خ و ع ل ىق د ر ,ب م
ك ث ر ة ا ن ا،خ ت ل ط ال ال ز د ال ال و ة ك ث ر ن ه ن ا،ت ك و ء أ ة ال ع ظ ي م ع ل ىال ب ل ر ف ال ر ج ل ال ـم
ال ذ ي ات ر ك ه ام ن ه ي ع ل ق ت ن ه أ ش عت ت ق ل ب ع ل ىم و ج و ت ذ و ق م ر ار ة و ال ع ن اء ال ف اق ةض
ال ذ ل اال و ان ة ه ال م ض ط ه اد م و ل م ال ح ل ن او ث ق ل ه و ال و ح م و د و ار ه ن اأ ن أ ن ن ب ح ث ،أ م
130
ع م ا ف ف ي خ إ ذ ا ع ل م ن ق ل ه ذ ه ي ز ي ل م ا ائ ب ص ال م ع ل ى ب ال ع ار د ن ي ة ال ع ائ د ة ال م
؟.ال غ ر ب ي ة 149
Teks Sasaran(TSa)
Terjemahan Peneliti
Sesunnguhnya percampuran (kumpul kebo) laki-laki perempuan
bersama perempuan hingga menjadi terbiasa, hingga menyalahi
fitrahnya. Adapun banyaknya percampuran (kumpul kebo) tersebut
adalah dengan banyaknya anak-anak yang lahir dari hasil
perzinahan (anak haram jadah), ini adalah bencana besar yang akan
dialami oleh perempuan. Sedangkan laki-laki yang bersangkutan
akan meninggalinya, dengan demikian kehormatannya menjadi
hancur dan sirna hingga ia merasakan kemiskinan yang teramat
sangat (miskin papa) dan mencicipi pahitnya kesengsaraan,
kehinaan serta munculnya terjadinya aborsi saat ia hamil, berat
badan pun bertambah, berselera terhadap banyak hal (ngidam) dan
merasa pusing ketika hamil. Tugas kita bagaimana mencari solusi
agar meringankan perempuan dalam kasus ini jika kita tidak bisa
menghilangkan kebiasan buruk orang barat?
149 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 27-28.
131
Analisis
Pada teks tersebut ditemukan unsur budaya bermuatan idiom yaitu
ع ل ىم ت ت ق ل ب ع ج ال ف اق ةض tataqollabu ‘alа madjа’i al-fаqah yang secara
harfiah mempunyai arti sebagai berikut:
عم ال ف اق ة ج ض ت ت ق ل ب ع ل ى
Kemiskinan,
kemelaratan,
kefakiran
Dipan/ tempat
tidur
Di atas Mengombang-
ambing, berubah,
bolak balik
Jika dilihat dari pengertian secara harfiah disana, kalimat ع ل ى ت ت ق ل ب
م ع ج ال ف اق ةض tataqollabu ‘alа madjа’i al-fаqah disini memiliki
terjemahan arti mengombang-ambing diatas dipan kemiskinan, yaitu
kemiskinan yang teramat sangat. Budaya Arab jika menyebut seorang
yang sedag dalam kemiskinan mereka akan mengeluarkan istilah ت ت ق ل ب
عع ل ىم ج ال ف اق ةض tataqollabu ‘alа madjа’i al-fаqah. Kalimat ع ل ى ت ت ق ل ب
م ع ج ف اق ةال ض tataqollabu ‘alа madjа’i al-fаqah adalah sebuah idiom
yang memiliki arti miskin papa (jika dipadankan oleh budaya dalam
B. Indonesia). Mengapa bisa diterjemahkan dengan kata ‘miskin papa’
karena melihat pengertian secara harfiahnya kalimat عت ت ق ل ب ع ل ىم ج ض
tataqollabu ‘alа madjа’i al-fаqah berarti mengombang-ambing ال ف اق ة
diatas dipan kemiskinan. Kata ت ت ق ل ب tataqollabu di sini berarti suatu
ketidak pastian. Jika di budaya Arab seorang yang sangat miskin itu
132
mereka menyebutnya dengan istilah م ع ل ى ت ت ق ل ب ع ج ال ف اق ةض
tataqollabu ‘alа madjа’i al-fаqah yang secara umum mempunyai arti
kemiskinan yang teramat sangat. Namun pengertian tersebut juga bisa
diartikan miskin papa, yang sama-sama memiliki makna dan maksud
yang sama. Sebuah idiom yang menjelaskan seseorang yang hidupnya
berada dalam keadaan miskin yang teramat miskin (miskin papa).
Teks ke-dua puluh lima:
Teks Sumber (TSu)
: ر ال ش اع اق ال ك م
ه أ ب و د ه ع و اك ان ن ا#ع ل ىم ف ي ف ت ي ان ال ء ي ن اش أ ي ن ش و
ا ك م و ي ر ال ق ص ة ل ب اس ث ر رال ك ن ظ ن ه ن د ب ع ض ع ي ق ل ق د ي اء ال ح أ ن ل ك إ ل ىذ اف ي ض و
( س اس ق ي ل ح ق ل ال س اس م ال (.إذ اك ث ر 150
Teks Sasaran (Su)
Terjemahan Peneliti
Seperti yang dikatakan seorang penyair:
Para pemuda itu tumbuh menjadi dewasa tergantung bagaimana
orang tuanya membiasakan mereka # Pemuda tidak dapat
ditaklukkan oleh akal semata, melainkan oleh pembiasaan beragama
150 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 56-57.
133
dari orang-orang terdekatnya.
Hal tersebut disebabkan oleh rasa malu sebagian perempuan yang
telahberkurang jika kebanyakan dari mereka memperlihatkan tubuh
dengan pakaian yang kecil seperti pepatah arab mengatakan:
“Semakin banyak disentuh, semakin tak punya rasa malu”.
Analisis
Sebuah konteks diatas peneliti menemukan kalimat س اس م ال إذ اك ث ر
س اس ح ال iza kasaru al-imsas qolla al-ihsas secara harfiah memiliki ق ل
pengertian sebagai berikut:
س اس ح ق ل ال س اس م ال إذ ا ك ث ر
Rasa Malu Sedikit Sentuh Banyak Apabila
س اس ح ال ق ل س اس م ال iza kasaru al-imsas qolla al-ihsas sebuah إذ اك ث ر
idiom yang memiliki arti terjemahan ‘jika semakin banyak disentuh,
semakin tak punya rasa malu’. Maksud dari idiom tersebut ialah, jika
seorang perempuan sudah sering berdekatan, bersentuhan dengan
lawan jenisnya yang bukan mahromnya maka ia semakin tak punya
rasa malu, rasa malu di sini berarti mati rasa. Budaya Arab selalu
menggunakan kata س اس إ ح ال ق ل س اس م ال ث ر ك ذ ا iza kasaru al-imsas
qolla al-ihsas sebagai ungkapan nasehat kepada kaum perempuan.
Dalam beberapa hadis pun sering mengungkapkan kalimat tersebut,
134
bukan haya hadis saja, para penulis, ahli hikmah dan ulama
mengatakan kalimat idiom tersebut sebagai sindiran atau nasihat
kepada perempuan agar menjaga kehormatannya.
Teks ke-dua puluh enam:
Teks Sumber (TSu)
ل ىهللا ص ن ب ي ال ل ن ب ي ت أ ة ف يال ر ب ال ـم ة ج و ال ز ي ب ق ر ل و خ ن أ ي ضام ه م ذ ر اأ خ ك م
: ق ال ا ل م س ئ ل س ل م و ل ي ه ع ر س و ل ي ا ق ال و ا ال ن س اء " ع ل ى و ال د خ و ل هللا "إ ي اك م
و :أ ف ر أ ي ت م "و م ح "ال ق ال :؟ال خ ت و أ ش د ال م ا ح ذ ر م ن ه .أ ي ذ ر ال ح 151
Teks Sasaran (TSa)
sebagaimana peringatkan kepada kemereka (laiki-laki dan
perempuan), mengenai berduaan dengan wanita dari kerabat istri di
rumah, karena Rasulullah saw bersabda, dalam menjawab
pertanyaan sahabat: “Berhati-hatilah kalian masuk menemui
wanita” para sahabat bertanya: “bagaimana dengan saudara ipar?”
Rasulullah menjawab: “Saudara ipar pembawa kehancuran!” yaitu
takutlah kalian dari hal itu melebihi apapun.
Analisis
Ditemukan sebuah unsur budaya yang berkonsep sebuah ungkapan
yaitu ت و م ح ال و ال م al-Hamwa al-mawtu . secara harfiah kata tersebut
memilik terjemahan sebagai berikut:
151 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 43-44.
135
ت و و م ح ال ال م
Kematian/kehancuran Saudara Ipar
Kata و م ح ال al-Hamwa yang dimaksud disini adalah ipar (saudara laki-
laki dari suami) dan keluarga terdekat dari pihak suami. Jika dilihat
dari hadis tersebut, kata و م ح ال al-Hamwa bukan hanya ipar saja namun
setiap kerabat dekat istri yang bukan mahram bagi suami dari keluarga
istri adalah ayah dan anaknya.
Sedangkan kata ت و ال م al-mawtu disini maksudnya adalah kehati-
hatian yang ketat terhadap interaksi antara suami dan saudara ipar
berhubungan baik dengan keluarga dekat yang bukan mahram. Serta
perlu ekstra hati-hati dibanding dengan yang lain, karena dengan
mereka seringkali bertemu dan tidak ada yang bisa menyangka bahwa
perbuatan tersebut dapat mengantarkan kepada zina. Kata ungkapan
hadis tersebut mengajarkan larangan berdua-duaan dengan wanita
yang bukan mahramnya.
ت و م ح ال و ال م al-Hamwa al-mawtu biasa diungkapkan oleh orang-
orang arab dengan “Singa pembawa kematian”. Menurut ibnu Arabi
kata kematian adalah kata yang biasa diungkapkan oleh orang-orang
Arab. Makna kata ungkapan ت و م ح ال و ال م al-Hamwa al-mawtu yang
berarti “Singa pembawa kematian” adalah jika seseorang bertemu
dengan singa maka bisa membuatnya mati di makan singa.
136
Dalam sebuah hadis kata ت و م ح ال و ال م al-Hamwa al-mawtu adalah
sebuah ungkapan yang dikatakan oleh Rasululah sebagai peringatan
untuk berduaan dengan istri saudara ipar. ت و م ح ال و ال م memiliki arti
“Saudara ipar pembawa kehancuran!” yang mengandung kolokasi
dalam unsur budaya. Pada penelitian menggunakan konsep
kesepadanan perbedaan dalam makna ekspresif.
Analisis penelitian di atas pada analisis teks ke-duapuluh tiga sampai ke-
duapuluh enam merupakan konsep analisis yang dilihat dari perbedaan persepsi
terhadap suatu konsep (The source and target language make different
distinctions in meaning). Persepsi terhadap suatu konsep yang berbeda antara BSu
dan BSa. Dari contoh di atas dapat kita ambil contoh م ع ل ى ت ت ق ل ب ع ج ال ف اق ةض
tataqollabu ‘alа madjа’i al-fаqah yang dimaksud bukanlah mengombang-
ambingkan dipan kemiskinan, akan tetapi pada ada makna tersirat dalam sebuah
kalimat tersbut sehingga memunculkan terjemahan ‘miskin papa’ sebuah
kemiskinan yang teramat sangat. Contoh lain seperti sebuah istilah “Sedia payung
sebelum hujan” konteks atau istilah tersebut biasa digunakan oleh orang Indonesia
untuk bersiap-siap dalam melakukan segala hal, Indonesia menggunakan istilah
payung karena di Indonesia beriklim tropis, beda lagi jika kita kaitklan dengan
budaya di Arab mereka menggunakan istilah dalam Bahasa arabnya ialah قبل
الكنائن تمأل Sebelum memanah, isi dulu tempat anak panah”. Meskipun“ الرماء
terdapat perbedaan lafadz dan kata-kata dalam kedua peribahasa tersebut, namun
keduanya mengandung persamaan maksud, yaitu: "siapkan segala sesuatu
137
sebelum beraktivitas". Orang Arab menggunakan kata tempat anak panah dan
memanah, karena dipengaruhi oleh budaya mereka yang memiliki tradisi
berperang pada zaman dahulu dengan menggunakan alat tersebut, sedangkan
dalam bahasa Indonesia digunakan kata hujan dan payung karena di Indonesia
sering hujan.
b) KOLOKASI
Teks ke-dua puluh tujuh:
Teks Sumber (TSu)
د و ال س ر ج ال ح ن د ع ال ن س اء ب ع ض ة م اح ز م
د و ال س ر ج ال ح ن د ع ة م اح ز ال م ن م ه ن ب ع ض م ب ه اي ق و أ ي ضا:م ب ال ن س اء اي ت ع ل ق م م و
انيأ و نال ي م ك ه ن اال ر و ال ج ال ر اب ع ض ب ه ق اف ي ل ت ص ه س م ي ج ال ج ال ر م اح ف ت ز
و ال ش ر ن ك م ال ف ت م رن ة أ م ي ل ص ف يت ح ي ن ر خ ال ف يف ت ن ة ت ت س ب ب م و ر ح ال م ب ت ك ف ت ر
ل ب ق د م ع ل ىج م د ف اس الم ء د ر و ب اج ات ق د م و ك م ال ال ح او ق ه ف يح ك ه ت ر ب ل ن ن و س م
ال ح . ص ال م 152
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Beberapa perempuan berlomba-lomba ketika mendekati hajar
aswad.
Pembahasan yang berkaitan tentang perempuan:
Mereka (perempuan) berdesak-desakkan di hajar aswad atau Rukun
152 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 98.
138
Al-Yamani dan laki-laki pun juga berdesak-desakkan dengan
perempuan, dan disanalah kemungkinan letak kejahatan bagi
perempuan dari sebagian laki-laki, maka orang yang thowaf itu
malah melakukan sesuatu yang diharamkan, sehingga
menyebabkan orang lain melakukan fitnah karena ingin
mendapatkan perkara yang sunnah akan tetapi mereka
meninggalkan sesuatu yang benar.
Analisis
Ditemukan unsur budaya yang terkandung dalam kolokasi pada
teks di atas yaitu ن ك انيال ر ال ي م al-ruknu al-yamaniy, di mana orang
yang telah melakukan haji atau umrah pasti akan mengetahui dan
mengenal kata ن ك انيال ر ال ي م al-ruknu al-yamaniy. Ketika melakukan
haji/umroh biasanya mereka akan melakukan istilam (mengusap) yaitu
meletakkan kedua tangan mereka pada ن ك انيال ر ال ي م al-ruknu al-
yamaniy. ن ك انيال ر ال ي م al-ruknu al-yamaniy ini terletak sebeum hajar
aswad. Secara harfiah ن ك انيال ر ال ي م al-ruknu al-yamaniy menurut
kamus Al-Maniy Arab-Indonesis memiliki arti terjemahan sebagai
berikut:
Bahasa Arab اني ن ال ي م ك ال ر
Bahasa Indonesia Negara Yaman Sudut/sisi
139
Kolokasi Adejektiva Nomina
Terjemahan ‘Rukun Yamani’ adalah kata dalam Bahasa Arab yang
berarti sisi atau sudut Ka’bah yang menghadap ke arah Yaman, yang
merupakan jenis kolokasi nomina + adjektiva.
Pemaknaan kata ن ك انيال ر ال ي م al-ruknu al-yamaniy dalam Bahasa
Indonesia secara harfiah menjadi ‘sudut Yaman’ akan tetapi kata
tersebut tidak pantas diterjemahkan seperti itu. Kata ن ك انيال ر ال ي م al-
ruknu al-yamaniy lebih cocok tetap menggunakan konsep
foreigenisasi yaitu ‘Rukun Yamani’, melihat ن ك انيال ر ال ي م al-ruknu
al-yamaniy hanya ada di negara Arab kota Mekkah. Bagi orang Arab
ن ك al-ruknu itu adalah sudut-sudut yang ada di setiap Ka’bah fan ال ر
ن ك انيال ر ال ي م al-ruknu al-yamaniy adalah salah satu nama sudut yang
menjadi Sunnah Rasul untuk istilam.
Orang Indonesia meminjam kata tersebut ketika mereka melakukan
haji, karena di Indonesia tidak ada budaya yang seperti itu dipakai
untuk kesehariannya. Dan kata itu hanya dipakai ketika orang
Indonesia melakukan haji atau umroh.
Teks ke-dua puluh delapan:
Teks Sumber (TSu)
140
س ل م و ل ي ه ع هللا ل ى ص ل ل ق و و و ب ي ن ه م ب ي ن ن ا ال ذ ي "ال ع ه د ة ل ف ق د ال ص ت ر ك ه ا ف م ن
اك ف ر "]أ خ ر ج ه د م ام إل م ب إ س ن ادص ح ي ح[.السن ةأ ه لو أ ح 153
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Dan Nabi (saw) bersabda: "Perjanjian antara kita dan mereka adalah
doa. Barangsiapa meninggalkannya telah kafir." Diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dan ahli sunah dengan sanad yang sahih.
Analisis
Ditemukan unsur budaya dalam konsep kolokasi yaitu pada kata
ن ةال س ه ل أ ahlu al-Sunnatu merupakan jenis kolokasi yang merupakan
kombinasi dari nomina+nomina. Berikut kolom dibawah terjemahan
secara harfiah menurut kamus daring Al-maaniy, beserta penegasan
konsep kolokasi:
Bahasa Arab ن ةال س ه ل أ
Bahasa Indonesia Sunnah Orang yang Ahli
Kolokasi Nomina Nomina
Kata ه ل أ ahlu mempunyai terjemahan ‘orang yang ahli’ sedangkan
kata ن ةال س al-Sunnatu mempunyai arti ‘sunnah’. Jika diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘ahli sunnah’.
153 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’,
(Riyadh: Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 31-32.
141
Kata ن ةال س ه ل أ ahlu al-Sunnatu (ahli sunnah) sering digunakan oeh
orang Indonesia pada kitab-kitab fiqih, tasawuf dan buku-buku agama
lainnya. ن ةال س ه ل أ ahlu al-Sunnatu (ahli sunnah) adalah orang-orang
yang mengikuti Sunnah dan berpegang teguh dengan seluruh
perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Menurut KBBI
luring dijelaskan bahwa pengertian ن ةال س ه ل أ ahlu al-Sunnatu (ahli
sunnah) yaitu kaum muslimin yang mengikuti ajaran Nabi
Muhammad saw.154
Maka pada kasus menerjemahkan unsur budaya
ini peneliti menggukana konsep foreigenisasi.
Teks ke-dua puluh sembilan:
Teks Sumber (TSu)
ة أ ر ـم ال ن أ ش و ل ىع ل ع ل د اي م م ظ ع أ ن م ل ع ل و س ف ياإل اه ت ان ك م ة ع ف ر و م ل
س إ عم ج م ر ب ك اف يأ ه ب م ل س و ه ي ل ع ىهللا ل ص ي ب ن ال ة ي ص و م ل اعد و ال ةج ح ف يي
:م ل س و ه ي ل ع ىهللا ل ص ال اق م د ن ع
ا"ري خ اء س ن ال ب او ص و ت "اس 155
Teks Sasaran (TSa)
Terjemahan Peneliti
Mungkin bukti terbesar tentang status tinggi wanita dalam Islam
dan kedudukannya yang tinggi merupakan wasiat Nabi saw
154 KBBI luring edisi kelima.
155 Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’, (Riyadh:
Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 21.
142
mengenai wanita pembesar-pembesar umat Islam pada saat Haji
Wada’ Rasulullah saw bersabda:
“Berwasiatlah yang baik kepada perempuan”
Analisis
Kata ال ج ح اعد و ة Hujjstu Al-Wada’ yang memiliki arti ‘Haji
Wadak’ yang secara harfiah menurut kamus daring al-maaniy,
memiliki terjemahan dan konsep kolokasi sebagai berikut:
Bahasa Arab اعد و ال ةج ح
Bahasa Indonesia Wadak (perpisahan) Haji
Kolokasi Nomina Nomina
di sini termasuk ke dalam unsur budaya dalam konsep kolokasi yang
mana kata tersbeut mengandung nomina + nomina, karena meskipun
kata اعد و wada’ bisa diterjemahkan menjadi perpisahan tetapi secara
umum kata اعد و ةال ج ح Hujjatu Al-Wada’ tetap ditulis ‘Haji Wadak’.
Kata ini muncul dalam sejarah kehidupan Rasulullah saw yang dikenal
dengan adanya ال ج ح اعد و ة Hujjatu Al-Wada’ yang artinya Haji
Wada’ atau Haji Perpisahan, merupakan haji terakhir yang dilakukan
oleh Rasulullah sebelum ia wafat.
143
Kata ال ج ح اعد و ة Hujjatu Al-Wada’ termasuk ke dalam konsep
penerjemahan foreigenisasi dalam strategi penerjemahan kesepadanan
Baker pada the source language is not lexicalized in the target
language (konsep bahasa sumber tidak tersedia dalam bahasa sasaran).
Teks ke-tiga puluh:
Teks Sumber (TSu)
ك ذ ه د ع ب ب م و ه ل ا د ش أ ةأ ر ـم ال رر ح ت لن و اع د ال ك ئ ل و أ ن و ك ي ل ف أ ر ث ك أ و ر ث ك أ ي ق ا
ع رط خ م ن ي ل ا أ م ن ي ب ن ي ب م ه ر ش و م ه ر ف ك ب ن و ر اه ج م ار ف ك ال ن ل ار ف ك ال ن ا ك ئ ل و ا
و ار ه ن ال ح ض و ف ين و ر ت س ت ي إ ن و ج ر خ ي ال اف ي ف خ ال ك ال ن م ةد د ه ام ن ون ص ح ف لي ل ش
ح ال ب اه ر م ع اي رام ـع اه ل ض ي ق ي ن أ ل أ س ن هللا اه ل اخ د .ق 156
Teks Sasaran (TSa)
Setelah semua ini, dan apa yang tersisa lebih dan lebih lagi,
bukankah mereka yang menyerukan kebebasan perempuan lebih
berbahaya bagi kita daripada orang-orang kafir, karena orang-orang
kafir menampakkan ketidakpercayaan dan kejahatan mereka,
menjelaskan diantara mereka orang-orang yang menutup diri di
siang hari bolong tidak keluar kecuali seperti kelelawar di malam
hari. Maka kita akan beruntung ketika kita merendahkan diri dari
dalam, memohon kepada Allah menetapkan benteng tersebut
156
Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah Al Sadhan, Min Mukhāllafāt an-Nisа’, (Riyadh:
Maktabah Dārul Manār Lin Nasyri, 2015), h. 29.
144
sebagai karunia yang bisa dihuni dengan baik.
Analisis
Ditemukan unsur budaya pada teks di atas yaitu pada sebuah frasa
berunsurkan kolokasi ةأ ر ـم ال رر ح ت taharruri al-mar’ati . kata رر ح ت
ةأ ر ـم ال taharruri al-mar’ati sebuah kolokasi yang terbentuk dari
kombinasi nomina + nomina. Kata ةأ ر ـم ال رر ح ت taharruri al-mar’ati
secara harfiah mempunyai terjemahan sebagai berikut:
Bahasa Arab ةأ ر ـم ال رر ح ت
Bahasa Indonesia Perempuan Kebebasan
Kolokasi Nomina Nomina
Kata ةأ ر ـم ال رر ح ت taharruri al-mar’ati bagian dari budaya yang
berkonsep kolokasi. Kata ةأ ر ـم ال رر ح ت taharruri al-mar’ati jika
diterjemahkan menjadi ‘kebebasan perempuan’ atau bisa juga menjadi
‘kemerdekaan perempuan’. Kata tersebut diperuntukkan kepada
kebebasan seorang perempuan ketika pada masa sebelum islam
perempuan dijadikan budak, di mana perempuan bisa diperlalakukan
sesuka majikannya, yang kemudian muncullah masa di mana
perempuan dibebaskan sebagaimana haknya pada saat Islam datang.
Kata ةأ ر ـم ال رر ح ت taharruri al-mar’ati jika dipadankan ke dalam
Bahasa Indonesia menjadi emansipasi wanita. Di mana perempuan
145
dengan lelaki mendapat kesetaraan hak dan kewajiban. Sebelum
emansipasi ini diperjuangkan perempuan tidak boleh melakukan segala
sesuatu yang dilakukan oleh laki-laki. Baik dari segi pendidikan,
ekonomi, sosial dan lain-lain.
146
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep penelitian ini adalah penerjemahan berbasis kultural. Sebuah proses
penerjemahan kultural dengan cara menerjemahkan, mengumpulkan,
mengklasifikasikan dan menganalisis data melalui unsur-unsur lingual kebahasaan
pada kata, frasa, idiom dan kolokasi. Hasil akhir dari konsep penelitian ini
menghasilkan sebuah produk terjemahan dan kosa kata berbasis budaya Arab-
Indonesa mengenai istilah budaya pada kitab Min Mukhālafāt An-Nisā’ karya
Abdul Aziz bin Muhammad bin Adullah Al Sadhan.
Proses penerjemahan kultural dilakukan dengan menggunakan strategi
subtitusi budaya pada penelitian ini, dari proses tersebut peneliti mendapatkan
padanan yang lebih dekat kepada BSa. Selain itu proses penerjemahan pun
menggunakan strategi foreiginisasi dan domestikasi. Strategi foreiginisasi banyak
digunakan dalam penelitian ini untuk memadankan unsur budaya, karenanya
proses unsur budaya menghadirkan kedekatan kepada budaya BSa dan melakukan
komunikasi lintas budaya.
Unsur kultural dalam terjemahan ini menemukan unsur lingual bahasa dalam
aspek budaya ekologi 3 data kata, material budaya 9 data kata, frasa, idiom dan
kolokasi, sosial budaya 26 data kata, frasa dan kolokasi, organisasi, konsep, adat 8
data kata, frasa dan kolokasi, gerak tubuh dan kebiasaan 4 data kata dan idiom.
Kemudian dikelompokkan lagi ke dalam tiga kategori yaitu kata terdapat 33 data,
idiom 10 dan kolokasi terdapat 8 data. Unsur budaya tersebut diterjemahkan ke
147
dalam BSa dengan strategi kesepadanan yang dikemukakan oleh Baker dan
Newmark.
B. Rekomendasi
Penelitian ini belum begitu sempurna, karenanya diperlukan penelitian
selanjutnya yang dapat menindak lanjuti terjemahan kultural, terutama dalam
aspek fonem, klausa, kalimat, metafora dan lain sebagainya, yang belum disentuh
dalam penelitian ini. selain itu terjemahan kultural juga dapat diterapkan dalam
karya-karya sastra, novel, puisi dan beberapa karya fiksi dan non fiksi lainnya.
148
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Al-‘Asmaini, Muhammad bin Salih. 2001. Usul fi al-tafsir, bagian pertama,
(Maktabah Syameela).
Al Farisi, M. Zaka. 2014. Pedoman Arab-Indonesia. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Al Naser, Muhammad. 2010. Multi-Words Item in Dictionary From a
Translator’s Perspective. Tesis PhD. Durham University.
Al Sughair, Yusra. 2007. The Translation of Lexical Collocation in Literary Text.
Master Thesis. Collocage of Art and Sciences, University of Sharjah.
UAE.
Baker, Mona. 1998. Routledge Encyclopedia of Translation Studies, London:
Routledge.
Baker, Mona. 1992. In Other Words: A Cours Book on Translation, London:
Routledge.
Balsam, A Mustafa. 2010. Collocation In English and Arabic: A Linguistic and
Cultural Analysis.majallah Kuliyyah Al-Tarbiyah Al-Islamiyyah.
Bassnett, Susan. 2002. Translation Studies, edisi ke-3, London: Routliedge.
Brashi, A.S. 2005. Arabic Collocations: Implication for Translation, A Thesis of
PhD. University of Western Sydney.
Catford, J. C. 1965. A Linguistic Theory of Translation: An Essay in Applied
Linguistics, London: Oxford University Press.
149
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguisti. Perkenalan Awal,
Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Fairlough, Norman. 1995. Critical Discourse Analysis. A Critical Study of
Language, London: Longman.
Fernando, Chitra. 1996. Idiom and Idiomaticity. Oxford: Oxford University Press.
Frans Sayogie, 2008. Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
Frick, Heinz. 2008. Pedoman Karya Ilmiah, Yogyakarta: Kanisus.
Goodenough, W. H. 1964. “Cultural Anthropology and Linguistics.” In Dell
Hymes (ed.). Language in Culture and Society: A Reader in Linguistics
and Anthropology. New York: Harper & Crow.
Hidayatullah, Moch. Syarif. 2009. Tarjim Al-An: Cara Mudah Menerjemahkan
Arab Indonesia, Tangerang: Dikara.
Hidayatullah, Moch. Syarif. 2014. Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia,
Tangerang Selatan: Al-Kitabah.
Hoed, Benny Hoedoro. 2006. Penerjemahan dan Kebudayaan, Jakarta: Pustaka.
Hornby, M. Snell. 1995. Translation Studies: An Integrated Approach.
(Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.
Kamalie, Saifullah. 2010. Masalah Penerjemahan Kolokasi Bahasa Arab ke
Bahasa Melayu: Suatu Kajian Teks Tafsir. Tesis PhD. Universitas Malaya.
Kuala Lumpur.
150
Kreober , L dan Clyde Kluckhon. 1954. Culture. A Critical Review of Concept
and Definition, Paper of the Peabody Museum of American Archaeology
and Ethnology, vol. XLVII, No. 1, (Harvard University)
Larson, Mildred L. 1989. Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman untuk
Pemadanan Antarbahasa, Jakarta: Arcan.
Levy, Jiri. 1966. Translation as a Decision Process, in: To Honor Roman
Jakobson: Essay on the Occasion of his Seventieth Birthday.
Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah (Panduan Lengkap Bagi Anda
yang Ingin Menjadi Penerjemah Profesional). Bandung: Kaifa. 2009.
Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2005.
Moentaha, Salihen. Bahasa dan Terjemahan (Bahasa dan Terjemahan The New
Millenium Publication). Bekasi Timur: Kesaint Blanc IKAPI (KBI). 2006.
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Munawwir, Achamad Warson. 1984. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia.
Yogyakarta: Unit Pengadan Buku Ilmiah Keagamaan.
Munip, Abdul. 2010. Transmisi Pengetahuan Timur Tengah Ke Indonesia,
Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan.
Nababan, M. Rudolf. 2003. Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nababan, Mangatur. 2016. Kompetisi dan Dampaknya pada Kualitas Terjemahan,
(www.uns.ac.id/cp/p/penelitian.php) di akses pada tanggal 12 Oktober
2016.
151
Newmark, Peter. 1988. A Text Book of Translation, (New York: Sanghai Foreign
Language Education Press.
Newmark, Peter, 1981. Approach to Translation, Oxford: Pergamon Press.
Newmark, Peter. 1991. About Translation Multilingual Matters, Clevedon.
Nida, Eugene A. dan Taber. 1996. The Teory and Practice of Translation. Leiden:
The United Bible Societis.
Scott F. Company. 1995. The Word Book Encyclopedia, US, Canada: Scott
Fetzer.
Subroto, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta:
Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Tehnik
Pengumpulan Data, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suryawinata, Zuchrudin dan Sugeng Hariyanto. 2003. Translation; Bahasan Teori
dan Penuntun Praktis Menerjemahkan, Yogyakarta: Kasinus.
T. Bell, Rodger. 1991. Translation and Translating: Theory and Practic. London:
Longman.
Venuti, Lawrence. 1955. The Translator Invisibility A History of Translation,
London: Routledge.
Widyatamaya, A. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Penerbit Kasinus, 1989.
Yunus, Mahmud. 2009. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Penerbit Mahmud Yunus
Wa Dzurriyah.
_____
152
Referensi Internet:
Abdullah. http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=156427 diakses
pada Senin, 13 Maret 2017. pada pukul 10:00.
Abdul Aziz. http://www.a-alsadhan.com/ diakses pada Senin, 13 Maret 2017.
pada pukul 10:49.
Perbedaan antara Balih dan Kurma. http://www.tareekaa.com/. diakses pada
tangal 24 September 2017. pukul 08.00 WIB.
Catalog of Copyright. 1979. Entries: Series ke-3, Volume 31, Bagian 1, No. 2,
Sesi ke-2 “Book and Pamphlets” (Including Serial and Contribution to
Periodicals), The Library of Congress Washington.
Kajian filologi dan epigrafi (kajian prasasti kuno), teks dapat dipandang sebagai
hasil prilaku manusia atau artefak.
Muhammad Luqman, Ibnul Hakim, Mohd Sa’ad, dkk. jurnal Linguistik:
Fenomena Antara Idiom dan Kolokasi. Desember, 2015. 010-023. vol. 19
(2). http://jurnal.plm.org.my/. (diakses pada tanggal 5 Oktober 2017. pukul
.WIBز13.50
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
KOSA KATA KULTURAL
Kultural Arab-Indonesia
اء ال حن : Tumbuhan Inai, yaitu sebuah pohon yang daunya
menyerupai daun delima, memiliki bunga yang berwarna
putih dan memiliki aroma yang sedap, daunnya bisa
dijadikan sebagai pemerah kuku.
ر و الب خ : Bukhur (Dupa)
السد ر : Bidara/pohon bidara, sejenis pohon atau tanaman yang
kecil dan berduri penghasil buah yang cenderung tumbuh
di daerah yang kering.
من ب ر .Mimbar/podium : ال
فيس الح : Ruangan yang kecil gelap di dalam rumah
ال ق ب طي ة : Qubthiyyah, jenis kain/pakaian yang biasa dipakai oleh
orang Kristen Ortodox di Mesir. Jenis pakaian khas
Qibthi Mesir ini tipis dan berwarna putih
ل ة غل : Ghilalah, pakaian yang dipakai sebagai rangkapan bagi
pakaian lain
ال جل ب اب : Jilbab, yaitu jenis pakaian (jubah) yang dipakai dapat
menutup seluruh tubuh yang biasa dipakai oleh
perempuan Arab.
ة ال عب اء : Abaya, sejenis pakaian mantel, atau luaran dengan lengan
yang besar (gaun).
ر و ال ب خ : Dupa/kemenyan.
ل ال ك ح : Celak Mata.
Pakaian berkabung yang dipakai oleh seorang seorang : ال حد اد
istri.
ا ل ك ع ك ة : Sanggul.
اء ر ك م ةم ال او
و ر ائ ه ا
: (idiom) Di balik bukit itu ada sesuatu (bermuka dua).
اهلي ة Orang-orang Jahiliyyah, yaitu masa dimana sebelum : ال ج
datangnya Islam
Paman dari pihak ayah : م ع
ة م ع : Bibi (saudara perempuan dari ayah)
ة ال خ : Bibi (saudara perempuan dari ibu)
ت الذ ل ذ و ة ار مر ق Mencicipi pahitnya kesengsaraan : و
ع ج ض ع ل ىم ت ت ق ل ب
الف اق ة
: Miskin papa.
.Ilmuan/cendikiawan : ال ع ل م اء
وت والم م الخ : Ungkapan kehati-hatian yang ketat terhadap interaksi
antara suami dan saudara ipar berhubungan baik dengan
keluarga dekat yang bukan mahram. Serta perlu ekstra
hati-hati dibanding dengan yang lain, karena dengan
mereka seringkali bertemu dan tidak ada yang bisa
menyangka bahwa perbuatan tersebut dapat
mengantarkan kepada zina. Terjemahan ‘Ipar adalah
kematian’/’singa pembawa kematian’
ط ل ق ة م : Janda Cerai
ق ل س اس م ال إذ اك ث ر
س اس ح ال
: (idiom) Semakin banyak disentuh, semakin tak punya
rasa malu.
ك اسي ات نس اء
ع اري ات
: Perempuan yang berpakaian tetapi telanjang.
ت ي ل م م ت ائل م : Berjalan dengan melenggak-lenggok.
اع ال جم : Jimak, Hubungan seksual.
ة اض تح اس : Istihadhoh, yaitu darah yang keluar dari kemaluan wanita
di luar kebiasaan bulannya (haid) atau diluar waktu serta
bukan disebabkan karena melahirkan.
ن ب ال ج : Keluar maninya, junub.
)نفس(ال ن ف س اء : Nifas, Wanita yang melahirkan
ال مي ق ات : Miqat yaitu waktu yang ditentukan. Miqat terdapat dua
jenis, yaitu miqat tempat dan miqat waktu. Miqat tempat
adalah batas waktu haji mulai tanggal 01 Syawal sampai
terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Miqat tempat adalah
tempat untuk berihram.
مني ن ؤ أ م ال م : Ibu orang-orang mu’min
د ة ح ال م : Seorang perempuan (istri) yang sedang berkabung
غ ن ي ة ( )م قي ن ة : penyanyi
د اد ح ال : Masa berkabung
عد ة : Masa berkabung
رم ح ا لم : Orang yang sedang melakukan ihram.
م ر ح م : Mahrom adalah seorang yang haram dinikahi karena
masih dalam kedekatan keluarga atau dalam hubungan
perkawinan.
اني نال ي م ك ال ر : Sudut Yamani
Generasi setelah sabahat Nabi, yaitu seorang mu’min : ال ت ابعي ن
yang bertemu dengan sahabat nabi dan meningal dalam
keadaan Islam.
ة سلم Seorang muslimah yang sangat ta’at kepada agamnya : ال غ ي و ر ةالم
ود اعةال ج Haji wadak (haji perpisahan) : ح
أ ة ر Wanita mainan (perempuan ibarat boneka) : ب ة لع وأ ل ال ـم
أ ة ر ال ـم Emansipasi wanita : تحرر
Ahli Sunnah : السن ة أ ه ل
.Orang yang suci, wali, pemimpin : و لي اء ال
ام ر ةا لح ل و الخ : Berduaan dengan yang bukan muhrim
ت ع ال ى هللا فظ ه Semoga Allah menjaganya : ح
تل ط Kumpul kebo. Kumpul kebo adalah seorang perempuan : الح
dan laki-laki yang tingal serumah dan melakukan
hubungan badan, akan tetapi tidak sedang dalam ikatan
pernikahan.
ا ع ن ه هللا ضي ر : Semoga Allah meridhoinya
هللا ه حم ر : Semoga Allah menyayanginya
Lampiran 2
Transkip Wawancara
Narasumber : Drs. H. Saifullah Kamalie, Lc, M.Hum, Ph.D.
Hari/Tanggal : Senin, 11 September 2017
Waktu : 07.00 WIB - 09.33 WIB
Peneliti : Apa sih pak penerjemahan kultural dan non kultural itu?
Narasumber : Penerjemahan kultural adalah penerjemahan teks ataupun
kata yang ada hubungannya dengan budaya, kalau
penerjemahan yang lain itu mungkin umum. Nah kata itu,
kata atau ungkapan setiap bahasa sangat bergantung pada
budayanya, itu yang membedakannya.
Peneliti : Apakah kaitannya budaya dengan bahasa, sehingga
budaya ini berdampak mempengaruhi dalam
penerjemahan suatu bahasa?
Narasumber : Setiap bahasa berkaitan erat dengan budaya, nah budaya
itu berbeda antara satu bangsa pemilik bahasa itu dengan
bangsa lain, contohnya, Arab dengan Indonesia. Budaya
itu adalah kebiasaan yang sudah lama disepakati
kemudian dari budaya itu ada istilah yang mungkin
hanya dikenal difahami dalam budaya tertentu, satu
contoh umpamanya orang Indonesia mengatakan harus
bersiap-siap melakukan sesuatu ada ungkapan entah itu
peribahasa atau ungkapan sedia payung sebelum hujan.
Kenapa menggunakan sedia payung sebelum hujan?
Karena di Indonesia ini kan tropis hujan itu mungkin
dalam setahun tidak terhitung meskipun ada musim
kemarau dan musim penghujan, nah bahasa ini
mencerminkan budaya dimana di timur tengah di tanah
orang Arab itu hujan setahun Cuma sekali atau dua kali,
tapi punya konsep yang sama, sebelum melakukan
sesuatu atau belum terjadi sesuatu bersiaplah. Nah orang
Indonesia karena lingkunga budayanya adalah tropis
yang akrab dengan hujan mudah faham orang itu, sedia
payung sebelum hujan artinya apa, melakukan sesuatu itu
harus siap-siap. Konsep ini bukan milik bukan hanya
milik orang Indonesia, orang Arab juga tahu, tapi
mengungkapnnya bukan dengan hujan dan bukan dengan
payung, sampai sekarang payung di saudi arabiyah itu
lebih banyak digunakan untuk menahan sinar matahari
bukan hujan, karena hujan mereka mungkin saking
senangnya tidak pakai payung, jadi payung dalam bahasa
Arab. Payung itu, nidzolah tapi lebih kepada utk
melindungi tapi fungsinya sekarang di arab kalau lihat
musim haji fungsinya untuk menahan sinar matahari
bukan untuk menahan hujan, mungkin jarang. Berbeda
dengan musim di jepang, korea . nah sekali lagi konsep
itu ada disetiap negara tapi bagaimana mengungkapnnya
sesuai budaya setempat dan lahir dari kebiasaan, nah
dalam bahasa arab padananya dingkapan dalam pepatah
bahasa Arab nanti di cari sendiri..... Tapi bunyinya itu isi
tempat panahmu dengan anak panah sebelum kamu
memanah, orang arab itu kalau ada macam tabung itu
harus diisi dahulu sebelum kamu pergi berburu atau
memanah, kenapa ungkapannya seperti itu? Yah karena
kebiasaan mereka berburu dan mereka itu kan nomaden.
Jadi itu konsepnya sama bersiap-siap sebelum melakukan
sesuatu. Jadi dia bawa dibahunya itu tabung itu harus
diisi dengan anak panah, jadi jangan pergi tanpa anak
panah, jadi isilah dahulu tabung dengan anak panah
sebelum pergi berburu. Nah konsepnya sama itu tadi
harus menyiapkan segala sesuatu sebelum bekerja, nah
itu budaya yang menentukan. Maka bahasa itu tidak bisa
difahami dengan sempurna jika tidak memahami budaya,
maka ucapan tadi seperti peribahasa Indonesia tidak
dapat diterjemahkan secara harfiah meskipun secara
gramatikal sama. Orang Arab tidak akan faham istaid
bilmidzolah qoblal wator, secara grmatika betul, tapi
secara semantis secara budaya pesan itu tidak akan
sampai, mungkin tahu tapi kapan ada hujan orang Arab,
nah itu budaya dengan bahasa.
Peneliti : Tadi itu pembagian kosakata bahasa indonesia dengan
kosakata bahasa arab ?
Narasumber : Budaya itu tidak hanya di kosakata, kosakata Cuma satu
kata, contoh kaya nasi goreng, tempe, tahu, ada yang
namanya di forenisasi diasingkan ada dua itu kan, ada
domestikasi nah tergantung kita mempertahankan tapi
ada budaya yang memang tadi tidak bisa diterjemahkan
seperti nasi goreng secara leksika ruzmakli boleh, tapi
konsep ruzmakli itu akan berbeda karena namanya
menggoreng nasi berbeda dengan menggoreng kerupuk
dan ikan asin, makanya di dunia manapun juga kata nasi
goreng itu di Jepang, di Belanda , di Inggris tetep nasi
goreng nah itu budaya.
Peneliti : Bagaimana kita mengetahui kata tersebut tok bukan
hanya kata saja, tapi ada kalimat, frasa, dll?
Narasumber : Mengetahuinya tadi, lihat konsepnya setiap orang punya
konsep, konsepnya itu apa, nah setiap bahasa dipengruhi
oleh budaya sehingga ketika kita cari padanannya itu,
mengapa ini dikatan bermuatan budaya itu terjemahannya
pasti sangat jauh, sangat berbeda. Contohnya, ketika kita
bertemu dengan seseorang, orang Indonesia apa tegor
sapanya?
Peneliti : “hai”..
Narasumber : basa basi orang Indonesia itu apa?
Peneliti : “eh kemana aja”...
Narasumber : Eh mau kemana, itu sebetulnya pertanyaan atau bukan?
Peneliti : pertanyaan, eh sapaan dalam bentuk pertanyaan
Narasumber : artinya perlu jawaban tidak?, Umpamanya aku mau pergi
ke perpustakaan, harus disebutkan perputakaan apa
engga?
Peneliti : engga, mau kesana aja...
Narasumber : mau kesana kan, dan tidak akan ditanya lagi kesananya
kemana. Nah itu budaya Indonesia, hai, eh mau kemana,
kemana aja, itu untuk mencairkan suasana, itu tegur sapa,
nah setiap bahasa pasti beda dan itu kalau diterjemahkan
ke bahasa asing bisa secara leksikal tapi tidak akan
difahami bahkan untuk orang Inggris atau orang Arab
sekalipun akan marah.
peneliti : kenapa itu pak, ko bisa marah?
Narasumber : yah urusan... (good morning (englis) dan dalam Bahasa
Arab حالك ؟كيف ) tegur sapa orang Arab itu apa, ketika
bertegur sapa tidak menyakan kemana mau pergi, kalau
ketemu dia Cuma nanya gitu kan, “assalamualaikum”,
“kay fahаlak”, bukan bertegur dengan maksud basa basi,
kecuali ingin mengetahui kadaan kesehatan yang
sebenarnya bahwa saya habis operasi, saya habis sakit,
itu dijelaskan. Tapi kalau, kay fahаluk? Alhamdulillah
bilkhair, meskipun sebetulnya dia sakit, karena
sebetulnya itu untuk tegur sapa. Bahasa Inggris,
morning?.. morning. Cukup. Orang Indonesia pasti akan
ikut-ikutan pagi?..pagi. nah itu dikatakan bahasa, kata
atau lebih dari kata berkaitan dengan budaya itu
penerjemahannya ketika diterjemahkan lihatnya adalah
konsep, kalau konsepnya itu ada, ungkapannya pasti
berbeda itulah budaya.
Peneliti : misalkan gini kita seorang penerjemah, sebagai penutur
asli, saya orang Indonesia tapi saya menerjemahkan
bahasa Arab, nah kan saya tidak mengetahui apa sih
budaya mereka itu karena saya secara pribadi tidak
pernah tinggal di daerah sana?
Naraseumber : satu contoh kemaren banyak di data, saya coret. Kalau
memang bahasanya itu konsepnya sama itu bukan
budaya, mar’ah perempuan, itu bukan budaya karena
memang sepadan tidak seluruhnya kata itu berkaitan
dengan budaya ada kesepadanan, seperti rajulun laki-laki,
madrosatun sekolah, tetapi ketika berbicara madarsah
diniyah dalam bahsa Indonesia nah itu harus dijelaskan
dalam bahsa Arab karena itu budaya Indonesia, karena
dia Indonesia kata madarsah berbeda dengan sekolah
Narasumber : kata madrasah bahasa Arab, diterjemahkan dalam ke
Indonesia apa?
peneliti : Sekolah
Narasumber : sekolah, tapi di Indonesia kata madrasah itu menjadi kata
serapan, gak mungkin kan kanisius punya madrasah, iya
kan. Karakanita punya madrasah. Nah madrasah tata
Indonesia madrasah itu sudah mempunyai muatan
budaya khusus, nah tadi anti menerjemahkan dari bahasa
Arab, bagaimana saya belum pernah tinggal di Arab tidak
tahu apakah itu bermuatan budaya atau tidaknya tadi
dilihat konsepnya kalau madrasah atau jamiah
umpamanya, jamiah universitas, itu kan sejajar. Yah
sudah faham belum?
Narasumber : tetapi ada yang khas yang sulit dipadankan, biasanya gitu
sulit dipadankan, entah itu pake parafrase atau catatan
kaki itu pasti budaya, contohnya seperti apa?... بلحورطب.
Orang Indonesia taunya kan kurma, kurma itu bahasa
Arabnya apa?
Peneliti : تمر
Narasumber : nah.. orang Indonesia kan Cuma tau kurma, pada dasarnya,
bahwa kurma itu macem-macem kurma yang ada dipasaran
itu tamer yang siap makan itu yang item, coklat, tapi kalau
ada kurma biasa bulan puasa itu yang masih ada kulitnya,
ada gagangnya, ada dahannya atau macam-macam, nah itu
kan perlu diterjemahkan, itu kurma juga, tapi tidak umum di
Indonesia. Ada kurma mentah kurma setengah mateng, ada
kurma macem-macem, nah itu budaya. Jadi, pada umumnya
begini yang bermuatan budaya itu tidak mungkin satu sama
dengan satu. Satu kata dengan satu kata, itu contohnya
budaya, pasti itu harus dijelaskan minimal farafrase atau
catatan kaki.
Peneliti : Kata jahiliyyah bagaimana menurut bapaj, apakah termasuk
unsur budaya dan bagaimana dengan kata?
Narasumber : Orang jahiliyah, ya boleh juga sih, jahiliyah bukan orang
jahiliyah, periode, ini bisa budaya karena secara harfiah
jahiliyah itu kan bodoh, yang disebut jahiliyah itu masa,
jahiliyah itu bukan orangnya akan tetapi generasi sebelum
islam. Jika dilihat dari segi secara harfiah i kata jahiliyah
kan bodoh, padahal mereka bukan bodoh, pinter-pinter, nah
itu budaya.
Narasumber : Contoh lagi ini ada kata ‘am yang artinya paman dari ibu, itu
budaya meskipun di Indonesia dan di Arab ada paman, i
kata jahiliyah kan bodoh, padahal mereka bukan bodoh,
pinter-pinter, nah itu budaya.
peneliti : Pak, apakah kata almar’ah dengan an-nisа’ juga termasuk
bagian dari budaya?
Narasumber : iya engga, bukan budaya itu hanya pemilihan diksi aja.unsur
budaya itu seperti مطلقة الثيب, itu budaya itu, karena أرملة,
dalam budaya Arab, diucapkannya kata2 tersebut sesuat
konteksnya, nanti kamu coba cari tahu itu.
peneliti : kan kaya kemaren kan, kan kalau misalkan menurut
pengertian dari new mark kan, ekologi tuh termasuk dalam
hewan flora atau fauna itu semuanya disebutin pak?
Narasumber : betul....
Peneliti : tapi kenapa ko, ketika saya mencantumkan kata yang
memilik terjemahan bunglon bukan termasuk ekologi dalam
budaya?
narasumber : Jadi begini, ekologi dalam budaya yang dimaksud itu adalah
sesuatu yang benar-benar khas dimiliki oleh budaya itu atau
oleh negara itu yang tidak ada di mana pun. seperti dob,
dalam hadis itu, binatang-binatang yang khas seperti
kanguru, itu memang ekologi ada hubungannya ya flora
fauna itu banyak sekali, seperti نعناع ,نعناع itu bahasa
Indonesianya mint tapi dari bahasa Inggris yang campuran
buat itu teh, daun itu, itu نعناع itu di Indonesia ga ada orang-
orang yang kebarat-baratan nyebutnya daun mint itu نعناع
hubunganya dengan fauna bahasa Indonesianya mau
ngambil نعناع berarti foreigenisasi Arab atau mint, mint
berarti bahasa asing, yah itu terjemahannya apa bahasa
Indonesia
Peneliti : apa budaya itu harus ada padananya dengan kata bahasa
Indonesia?
Narasumber : itu dia. Itu namanya penghalang, penghalang itu kategorinya
entah ekologi, seperti apa namanya oase, wahah, Indonesia
oase itu dari bahasa apa? Inggris kan, oase itu apa?
Peneliti : Organisasi negara amerika
Narasumber : nah, dari padang pasir yang cukup untuk penumbuhan,
wahah bahasa Arabnya oasis, bahsa Arabnya, eh bahasa
indonesia ada wahah juga. Wahah itu bahasa Arab, nah
sekarang daerah di padang pasir yang cukup untuk
peumbuhan dan kebutuhan manusia. Beda engga dengan
kolam?
Peneliti : Beda
Peneliti : apakah semua budaya itu tidak ada padanannya atau ada?
Narasumber : ada padanannya, tetapi padanannya itu bukan satu sama
dengan satu, minimal dua kata atau farafrase kalau satu
sama dengan satu kaya begini di kamus, di kamus udah
ada. Karena kesulitan budaya ini kan kendala dalam
penerjemahan, padanannya itu bukan satu sama dengan
satu dan bukan kata dengan kata, ini masih banyak sekali
ini.
dan ini ada kata lagi dilihat konteknya karena ulama
dalam bahasa Arab, bukan ulama bahasa Indonesia,
konteksnya apa? Ulama dalam bahasa Arab itu pakar. Ini
boleh tapi harus dijelaskan maksudnya ulama apa? Nah
kaya janda, tadi itu. Orang yang melakukan yang sia-sia
ini tidak juga, ashufaha juga tidak, ayah mertua orang
Indonesia juga ada, baiklah maksudnya?
Narasumber : Jadi intinya budaya itu sesuatu yang benar-benar khas
dimiliki oleh budaya pada bahasa sumber tersbeut dan
dalam menerjemahkannya atau memaknai kata tersebut
tidak hanya satu banding satu, tetapi bisa dua, frase
bahkan kalimat.
Lampiran 3
Transkip Wawancara
Narasumber : Abdul Wadud Ksyful Anwar, M.A.
Hari/Tangal : Kamis, 28 September 2017
Waktu : 09.00 WIB – 10.56 WIB
Review
القبطيorang menganut Kristen ortodoks di
Mesir (laki-laki)
القبطية
orang menganut Kristen ortodoks di
Mesir (perempuan)
Maria alQibtiyah
Hasil perkawinan rasul dan Maria
melahirkan Ibrahim
منسوبوكأنهبيضاءرقيقةالقبطية:الثوبمنثيابمصر
إلىالقبطوهمأهلمصر.
Qubtiya adalah baju khas Mesir yang
tipis dan berwarna putih. Kain ini
dinisbatkan kepada orang-orang
ortodoks yang tinggal di mesir.
Dipintal منسوج
ي ةك س ان ي ق ب ط س ل م ل ي ه و ع ل ىهللا ص هللا ل س و د اه اك ث ي ف ةر اأ ه م م
أ ت ي ر اام ت ه و س ال ك ل ب يف ك ي ة د ح ل ه
Rasulullah SAW. Memakaikanku baju
Qibtiyah yang tebal. Baju tersebut dulu
dihadiahkan oleh Dihyah al-Qalbi
kepada beliau.Lalu aku memakaikan
baju tersut kepada istriku.
ال ك :م ف ق ال :ت ل ب س ل م أ ت ي.ف ق ال ر اام ت ه و س ك ي ة ؟ق ل ت ق ب ط ر ال ه ام
ا ت ه ت ح ع ل ل ة ف ل ت ج ل غ ف ت ص أ ن اف م ف إ ن يأ خ ج اح ه م ع ظ
Rasul bertanya “kamu kenapa tidak
menggunakan baju qibtiyah?
Aku menjawab “baju itu kupakaikan
kepada istriku”
Rasul berkata “ suruh dia memakai
baju rangkap (puring) di dalamnya,
karena aku khawatir qibtiyah itu
membentuk tulangnya (buah
dada/kemontokan)”
ل ة ل Pakaina dalam/ Puring غ
ا ه م ع ظ
Menurut pak wadud ا ه م .adalah betis ع ظ
Pak Wadud said “Tambahkan puring
di bawahnya agar betisnya tertutup
karena bajunya pendek”
Usamah bin Zayd Sahabat yang dekat dengan rasul
Seperti anak angkat Rasulullah SAW.
ب اب ل ال ج
Sehelai kain berwarna hitam yang
menutup seluruh badan wanita kecuali
wajahnya.
ة ب اء ال ع Abaya : baju panjang berwarna hitam.
Dipakai keseharian.
.Berkabung yang bermasa satu tahun ال حد اد
”الحدادحوالكاملفا....زوجها“
.Priode berkabung 4 bulan 10 hari العدة
yaitu ملبس sama dengan kata البسة البسة
bentuk jamak dari لباس yang Bermakna
pakaian. Asal kata ialah . Dari kata
.لبس
ي ات ع ار ي ات Wanita yang berpakaian tetapi ك اس
telanjang
ر و Stanggi: Kayu atau dupa dari cendana ب ال ب خ
yang dibakar. Bukhur dijadikan
parfum setelah suci dari haid.
Bukhur bisa diterjemahkan :
wewangian.
Sanggul ال ك ع ك ة
اء م أ س ل ه ل ع ل و ال ك ع ك ة م ب اس ال ن س اء ل ي ه ع ف ات ع ار م ه و و
ت د ل وا اس و ل م ال ع ل أ ه ق د ن ه ىع ن ه ل ه ذ اال ع م م أ ن ه ىال م ر أ خ
ل ...ك ل ذ ن ار ال ل أ ه ن م ن ف ان س ل م :ص و ع ل ي ه ل ىهللا ص ن ب ي ال ل ل ق و
ي ث د ال ح
Sanggul biasa di kenal oleh kaum
perempuan sebagai ka’ka’. Mungkin
ada nama lain selain itu. Yang
terpenting dalam perkara ini dilarang
oleh ahlu ‘ilm (ulama). Mereka
mengambil dalil dari hadis Nabi SAW.
Yang berbunyi “ada dua sifat ahli
neraka........
اء ر و م او ر ائ ه ال او ك م ة
Dalam ayat alquran disebutkan Akmah
adalah semacam penyakit. Seperti
oarang gagu yang bisa bicara oleh
Sayyidina Isa.
Di sini bisa diartikan bungkam.
و ت ذ و ق م ر ار ة ال ذ ل
ع ت ت ق ل ب ع ل ىم ج ال ف اق ة ض Keadaannya miskin papa. (Orangnya
yang hari ini saja tidak tahu makan
apa)
العلماء
Ulama secara umum menurrut budaya
Arab adalah: Orang yang berilmu dan
mengetahui kekuasaan tuhan.
إنمايخشهللامنعبادهالعلماء
Contoh seperti pak Habibi yang ahli
dalam bidang pesawat dan dia
mengerti kekuasaan tuhan. Sedangkan
einsten yang ahli di bidang listrik tidak
dipandang sebagai ulama menurut
Islam karena tidak mengerti keesaan
tuhan.
ب ي ت ف يال أ ة ر ب ال ـم ة ج و ي ب ال ز ق ر ل و خ ن أ ي ضام ه م ذ ر اأ خ ك م
: اق ال ل م س ل م س ئ ل و ع ل ي ه ل ىهللا ص ن ب ي ال "إ ي اك م و ال د خ و ل ل ن
؟:أ ف ر أ ي ت هللا ع ل ىال ن س اء "ق ال و اي ار س و ل و م ق ال :"ال خ و م ال خ
ت و أ ش د ال م ا ح ذ ر م ن ه ."أ ي ذ ر ال ح
Saya peringatkan juga ke mereka
jangan berduaan dengan wanita dari
kerabat istri di rumah karena
Rasulullah SAW. Bersabda “
janganlah kalian berduaan dengan
wanita” sahabat bertanya “apakah itu
bahaya?”
Rasul menjawab “ bahaya yang
mematikan!” maknanya adalah ekstra
hati-hati.
ل ق ة ط ال ـم
Janda yang dicerai dalam kondisi
hidup. Sedangkan janda karena sebab
suaminya mati adalah ارملة.
الحجةالوهية
Alasan yang lemah, antonimnya adalah
الحجةداحظة
الحجةالوهية
Contoh perbuatannya: Kadang ibu-ibu
memberikan pakaian kepada anak-
anak yang tidak sembarangan. Justru
sejak kecil ditanamkan nilai-nilai agar
baik ketika besar.
ل ك إ ل ىذ اف ي ض ة و رال ك ث ر ن ظ ن ه ب ع ض ن د ع ق د ي ق ل ي اء ال ح أ ن
.) س اس ح اإل ق ل س اس م اإل )إ ذ اك ث ر اق ي ل ك م و ي ر ال ق ص ل ب اس
Hal tersebut disebabkan rasa malu
sebagian perempuan telah bekurang
berkurang jika dilihat. Karena
banyaknya pakaian mini. Seperti
amtsal (pepatah Arab) mengatakan
“semakin banyak disentuh, semakin
tak punya rasa malu”
Atau “jika banyak mati rasa kurangilah
mata rasanya”
ت ن زي ه اه ةال .Makruh kalau ditinggalkan lebih baik ك ر
Ada haram, halal dan makruh.
ر ال ف ج ق ب ل ل و و ان ض م ر ف ي ل ي ل ال ف ي ت ط ه ر إ ذ ا و
ا ف ي ه ل ي س و ي ام ال ص ل أ ه ن ام ل ن ه م و اال ص ل ي ه ع ب ج ظ ة،و ب ل ح
ل م إ ن و ي ن ئ ذ ح ا ه م و ص ح ي ص و ي ام ال ص ا ل ي ه ع ب ج ف و ن ع ه ي م ا م
ل ت غ ت س ر ال ف ج ع ط ل و ب ع د ن بإ ال ك ال ج إ ال ل ي غ ت س ل م و ام ص إ ذ ا
هللا ي ض ر ع ائ ش ة ل ل ق و ه م و ص ح ي ص ف إ ن ه ر ال ف ج ع ط ل و ب ع د
اع م ج ن م ن با ج ب ح ي ص س ل م و ل ي ه ع ل ىهللا ص ال ن ب ي ك ان ا: ن ه ع
ل ي ه . ع ت ف ق (م ان ض م م ف ير و مث م ي ص ت ل اح غ ي ر
Jika seorang wanita suci pada malam
hari di bulan romadhon, meski sesaat
sebelum fajar maka ia tetap wajib
berpuasa karena dia merupakan orang
yang wajib berpuasa. Dia juga tidak
memiliki kendala apapun yang
menghalanginya berpuasa maka ia
wajib berpuasa. Hari itu puasanya sah
meskipun ia belum mandi besar
kecuali sucinya setelah terbitnya fajar.
Contoh orang yang berada dalam
kondisi Junub jika ia berpuasa
sedangkan ia belum mandi hadas
besar, maka puasanya sah (kecuali
junubnya setelah terbitnya fajar).
Seperti yang disampaikan oleh
Sayyidah Aisyah R.A. “Nabi pernah
junub karena jima’ (bukan junub sebab
ihtilamtam) tapi beliau tetap berpuasa
di bulan romadhon”
ال مي ق ات
Miqot memiliki dua makna yaitu miqot
tempat danmiqot waktu.
Miqot waktu : Batas waktu haji mulai
tanggal 01 syawal sampai terbit fajar
tanggal 10 dzul hijjah.
Mikot tempat : tempat untuk berihram.
Contoh miqot Indonesia adalah
Yalamlam.
ال و ال ش ر ن ك م م ف ت ن ة Poros dari kejahatan dan fitnah.
رم ح ال م ت كب ف ت ر ي ل ص ف يت ح ي ن ر خ ال ف يف ت ن ة ت ت س ب ب و
ا ق ه ف يح ك ه ت ر ب ل ن ن و س رم أ م
Orang towaf malah melakukan sesuatu
yang diharamnkan. Dan menyebabkan
orang lain melakukan fitnah karena
ingin mendapatkan perkara yang
sunnah akan tetapi mereka
meninggalkan sesuatu yang benar.
ء د ر و
ع ل ى ق د م م د ف اس الم
ال ح . ص ل ب ال م ج
Kaidah ushul fiqih ke 19:
Menolak mafsadah (kerusakan)
didahulukan dari pada mengambil
kemaslahatan.
مني ن ؤ أ م ال م
Sebutan untuk istri Rasulullah
SAW.
Dalilnya adalah Dalam surat al-
azhab:
أمهاته Istri Muhammad : وأزواجه
adalah ibu orang-orang mukmin.
م اي ل ز م
د ة ح ع ل ىال م
ن ام ه ج و ز
ك ام ال ح
Hal-hal yang harus dihormati oleh
istri yang sedang berbela sungkawa
(berkabung).
د ة ح .wanita yang berkabung : ال م
Lampiran 4
KITAB MIN MUKHАLLAFАT AN-NISА’
KARYA ABDUL AZIZ BIN MUHAMMAD BIN ADULLAH AS SADHAN
Ditranskip Oleh:
Anisah Sarah Fatimah
1113024000053
دع ب د ال ع ز ي ز ب ن د. م ح ع ب د م ال س د ح ان هللا ب ن
م ز ن ل ة
ر ـم ال
ة أ
ا ل ب ق
س ل
د ع ب و م ل
ه
د ه إن م ن ح د هلل م ب اال ح و ن س ت غ ف ر ه .و ن ع و ذ و ن س ت ع ي ن ه أ ن ف س ن او م ن هلل ش ر و ر م ن
ف ل م ض ل ل ه .و م ن ي ض ل ل ف ل ه اد ي ل ه .و أ ش ه د أ ن هللا س ي ئ ات أ ع م ال ن ا.م ن ي ه د ه ال
إ ل ه إ و ح د ه هللا ال داش ر ي ك ل ه .و أ ش ه د أ ن ال م ح و ر س و ل ه .م ع ب د ه
آل عمران: چٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ٹ ڤ ڤ ڤ ڤ ڦ ڦ ڦ چ
١٠٢
ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ پ پ پ پ ڀ ڀ ڀ ڀ ٺ ٺ ٺ چ
١النساء: چڤ ڤ ڤ ڤ ڦ ڦ ٹٿ ٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ٿٺ
ۀ ہ ہ ہ ہ ھ ھ ھ ھ ے ے ۓ ۓ ڭ چ
٧١ - ٧٠األحزاب: چڭ ۇ ۇ ۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ ڭڭ
: د عا بمأ
م و ض و ع ف إ ن أ ة ر ال ـم ي ت ع ل ق و م ا ا ب ه ح ي زا أ خ ذ م و ض و ع ب ي را ك أ و ق ات م ن
ي ن ل م س ـو خ اص ال ـم ة ة ر ت أ خ ال ـم ن ة م ال ز ه ه ذ إ ف ي ذ ل ك ل و م ا ال أ ع د اء ن م س ل اإل
ض ال ت ه م و ج د و ا ف ي غ ز و ف ي ي ن ل م س ال ـم ع ق ر م ه و أ خ ل ق ه م د ار ع ق ائ د ه م و إ ف س اد
اف س خ ر و ا أ ج ه ز ة م إل م ن أ ن و اع ه ا ع ل ىاخ ت ل ف و م ق ـع ل م ـس م و ع ر و ء د ش اه م –و
ه ا و ر -س خ ل ت ص و ر ل م أ ج ف ي أ ة ر ال ـم و ت ار ة ع ار ي ة ت ار ة م ف ات ن ه ا ة اق ص و ت ار ةر
ةف يو اج ه و داذ ل ك و ب ذ ل ف يو اـم غ ن ي ة و ت ف ن ن ب ي ر ذ ل ك .ك
و ي ق ف ك ي د ل م ع ن د ه ذ اه م د أ ك ث ر م ن ذ ل ك .إ ل ىب ل ت ع د ىذ ل ك ال ح
ث ال ال م ب ي ل –ف ع ل ىس ر ص ح ل ا-ال ال ك م ال ي ة م و ر ل وا ت خ ص و ر ال م ن غ ال با
ت ىال ن س اء ح ت ي ل م ل اال ج د و ي ة و ل م ال ص و ر ت ل ك م ن أ غ ل ف ت ه ا ب ع ض ت س ل م غ ر اب ة ال
ف يه ذ ا.
ف أ ع د اء ال م س ل اإل ي ت ر د د و ن ف ي ع ل ى ي ف س د أ م ر أ ي ي ن ل م س ق ب ل ال ـم د ي ن ه م
. د ن ي اه م
:د س ت و نو ه و أ ح د ق ال غ ل ي ن اق د ال ح ل ي ب ي ي ن )ل ن ت س ت ق ي م ح ال ة ال ش ر ق م اال ص ل م
ي ر ف ع اب ج أ ة ن و ج ه ـع ال ح ر و ي غ ط ىب ه ال ق ر آن (.ال ـم
أ ل ي ب ي ال ص ا ام ل خ ر ف ق ال ر ي م و ز ال أ ن ال ن ص ار ى )ع ل ى ي ق ن ط و ا. م ن إ ذ
ق ق ح ال ـم أ ن ي ن ل م س ـق ال ـم د ي ل ال ـم م ب ه اف يق ل و ن م إ ل ىال ش د ي د إ ل ىع ل و م و ب ي ي ن ر ال و
ي ر ر ن س ائ ه م (.ت ح
ا أ م ث ال ث ة ال ص ل ال ث اث ي ف ه و ل ج انب و لر وي ب ي ف يق و )إ ن ب ي ال غ ر ث ي ر ال ذ يال ت أ
ـك ف يي ظ ه ر ل ت ل ج ال ـم و ي ق ل ب ع ت م ج اال ـم ي م س ل إل ع ل ىع ق ب ر أ سا ال ف يي ب د و
ء ل اأ ف ض ل ج أ ة (.ي ب د ب م ر ال ـم ي ر ر ف يت ح و
ه ه ط ب ع ض ذ خ م و م ال ه ف يأ ق و م أ م ر ط ات ه ي ه و ة أ ر غ ي ض م ن ف ي ض.ال ـم
ه ن اك أ ي ضاأ ن اس م ن و ب ي ن س و ح اع ل ىاال ـم ت غ ل و اس م س ل أ م ر إل أ ة ف يب ث ر ال ـم
ةش ب ه ه م ف ت ار م ات ه و ش ه ي ظ ه ر و ن و ي ن ح ال ن اص ر ه ظ .خ م ن ب م م ت اب ه ك و م ال ه أ ق و ل ل
ي ث ب ت و ن ش ب ه ه م ع ل ى ف م ر ة م أ ن ه ف يي ط ل ب و ن ق اال ح ج اإل اء ر و ا.و ع ن ه ك م ة ل اب ة
م او ر ائ ه ا.
.٣٠األنفال: چں ڻ ڻ ڻ ںڱ ڱ ڱچ
اه م ف ت ر ت ار ة ب اي ب ت س م و ن و ي ت ظ اه ر و ن ت ار ة ةو ي ص م ت و ن ت ار أ خ ر ىف إ ذ ال ع ط ف
ـس ن ح ت م ـف ر ص ل ه ك ش ر و ا ة م أ ن ي اب ه ق ع ن ع ن و ك ش ف و ا ن اع ه م ب ث ب خ ا و اه ر ج و
. م ه اد ر م و م ه د ق ص ڎ ڈ ڈ ژ ژ ڑ ڑ ک چ م
٤٦إبراهيم: چ ک ک ک گ گ
خ ش ن و ص م ق ت ي م اه ر ت ف :ةئ ي ب ل ك ع م م ه ف ي ك ت ف ياء ب ر ح واال ب اه ش ف ةد ع اتي ص
اؤ س ت ال ن و ر ي ث ي و اب ج ح ال ة ر و ص ن و ه و ش ي ةار ت ف ةار ت و ات ض اق ن ت ال و ت ال
ح ل اضه ج إ و م ل ظ ه ن أ ةج ح ب د د ع ت ال ن و ب ار ح ي ن و ن د ن د ي ةار ت و -او م ع ز –ة أ ر ـم ال ق
مع ز اة او س م ال ب ن و ب ال ط ي و ة أ ر ـم ال ىل ع ل ج الر ة ام و ق ل و ح إ ه ي ف ن أ م ه ن م ا اافص ن ا
چ چ چ ١٦ – ١٥الطارق: چگ گ گ ڳ ڳ ڳ ڳ چ .الد ع و
١٤٢النساء: چچ چ ژ
ح و ل ال ك ل م م ن ف ي ك ث ر و ن أ ة ر ال ـم ال ش ب ه ت ل ك ئ ي ة و ي ط ر ح و ن ر ال م م ت ه ق اال ف يم
ن ع و م ف يج ة ؤ ق ر ال ـم و ع ة و م س ال ـم و م ال ك ل ب ث خ ف ض واأ خ ف ض ح وا ف إ ذ ا و أ س ق ط ه
م س ه ؤ –ر ل ك ك ذ ه ي –و ت ىال ح اب ه اف يال ت ر د س و ڑ ڑ ک ک چ ي ع ر ف واو
٥٩النحل: چک
ت ق ل ال ـم ه ذ ل ه و ذ و و ال ن ف و س ض ع ف اء م ن و م ن اص ر و ن ال ن ي ات م ؤ ي د و ن ي
ة ي ض ر ال ـم ب ع ض ف ت ر ى ت اب –ال ك م ت ه أ م ا ان و خ و هللا ا ان و خ ن م –م ن ب ل و ل ت ل ك ي ط
ت ق ل او ي ك ي ل و ن ال م ل ه ر ال ع اط ث ن اء ال م و ال ج ي ح د )ف ب ئ س م اي ص ن ع و ن (.ال ـم
ام ل اف ي اأ ي ت ه ا ي اأ ي ت ه خ ت ل او ذ ر ك ل ال ح ذ ر -هللا م ن أ و ل ئ ك ف و ال ح ن ل م ت ع أ ن ت ن
ت ع ال ى هللا ش اء إ ن -ذ ل ك ن ش ر و ا و م ا ك ت اب ت ه م ك ت ب و ا م ا م ال ه ح اش ا-أ ق و ل ل ح ق ح ب ا
و ك ل و ال ل ع .ن ـأ ب ع د ال ن اس ع ف ه م ل ل ه أ ه و ق ال ح
ب ل اد ه م ر م ع ل ىت ع ال ي م ش ع و اء ح ر ب ه ذ اش ن ل الد ي ن ن ي ف ال ح ال د ي ن -ف ين
-ز ع م ه م ف ي ه ع ل ىك ب ت و ه ذ اد ل ي ل ل ل ح ر ي ات و ق ي د ع ل ىال ش ه و ات ن ت ن م ل ه و إ ع ق و ال
ال ش ه و ات ر ك ب ف ال ذ ي أ ف ي ا اب ه ح ب اص ل أ ع ل م ص ل ح ا ق د ل و ال ه ال ق و م ل ك ن ح ف ظ
د ائ ر ع ن خ ر ج وا ء ال ع ق ل –ة م أ ذ ن اب ه و د ال ي ه و ن م ذ ل ك ف ي س ل ف م ل ه أ ن د ال ش اه
ع م .و م ئ ه اهف ي ال و ي اأ خ ت اهأ م ج ي ال ل ل م د ار س أ ن ت ن ت ق ب ل ة س ال ـم ة و ر اض ال ح و ي ة اض ال م
ف ا هللاف ي هلل ال ق ي ام ئ ول ي ة س ال ـم ه ذ اب ه ح س ب ال ق ي ام ح ق أ م ه ات ال و ت ذ ك ر ن س ت ط اع ة
ن ي م ؤ ال ـم و ن س اء ال ص ح اب ة ن ي ن ال ت اب ع و م ن ج اء ب ع د و ت يم ن ه ن ال ل ن ات م ؤ ع ط ر ن ال م
أ خ ل ق ه ن ـار ي خ ب ـك ت ب ال ت م ت ه ز ع ب د ي ن ه ن .و
ف ه ل م ع و ق تا ق ض ي ت س ي ر أ و ل ئ ك ن ه ب ار ب أ خ ال د ات و ال خ و ب ع د ه ذ اح ش م ت ه ن
ج أ ع ر ع ل ىو اق ع أ ة ر ال ـم ق ب ل م س ل اإل أ و ل ئ ك م د ىك ذ ب ل ت ر ي ن ق ي ن ال ن اه و ي ن ال ن اق ع
ب ظ ل م م س ل ل ل م ر أ ة .اإل
ك ل ما ذ ل ك ق ب ل ال و أ س و ق و ل ح د ب ي ي ن ع ق ر أ و ج ه ل ه م ا ل ل ه اه أ و ل ئ ك ت ج
ب ي ن س و ح .ع ل ىال ـم م س ل اإل
ف ي)ق ال ج و س ت اف ل وب ونع ن م س ل اإل ث ي ر أ ة :أ و ض اع ت أ ر ق د ))إ ن ال ـم م س ل اإل
ت أ ث ي را أ ث ر ف يح س نا م ق ام ر ف ع أ ة ر أ ك ال ـم م ن ث ر ث ي ر اك ق و ان ي ن ن ا ل م ن و ر ب ي ة ي ر خ و
ط ر ي ق ة ال ت أ ث ي ر ر ه ـثدحأ ال ذ ي ل ن ق د
س ال
م لي ت ال ح ن ي س ح ف
ر ـم ال
ي ة أ ا مع ثحبن نأ ق رشالف
ح ه يلكان ع 157.((آن رق ال لبقا ه ال
ة أ ر أ ي ت أ ي ت ه ا ل م س هللا ت ع ال ى-ال غ ي و ر ة ال م ش اء –إ ن ب ي و ر ه ذ اال و ع ق ل ك ي ف
ل ئ ك أ و د ات ع م ١٠البقرة: چڍ ڌ ڌ ڎ ڎ ڈ ک چ إ خ ف ائ ه م
ح ذ ائ ك ب ط ر ف ش ب ه ه م ل يف اص ف ع ي ق و و أ ع ق ل ب ئ س ال ك اف ر ك ان إ ذ ا أ ن ت م ال ق و م
.م ن ك م و أ د ر ى ي ر ب ال خ
و ب ع د ق أ س و ي ة ه ذ اي اأ خ ع ن ك ل و ب ع ض ام ن ش ي ئاق ل ي ل ف يل ك أ ة ر ال ـم ل ة ن ز م
م س ل ي و ك ي ف ي ة م ع ام ل ت ه ااإل ت ن ع ت ق ل ك ي –ن ك ذ ل ك أ ن ت م ن ال ب و ن ال ش اس ع -و ت ام ة ق ن اع ة
أ ة و ال ف ار ق ال ع ظ ي م ر ال ـم ل ة ن ز م ل ـق ب ب ي ن م س ل و ب ع د اإل ء ي ج ام .س ل إل م
اقي ي ن: ر غ ال :عن د ل أ و
ك ان ت ة ت ق ر ح م ت ىم ه ي ن ة ح ه ا و س م و ك ان ت ال ش ي ط ان ع م ل م ن ر ج سا ن د ه م ع
ـك س ق ط ت اع ـم ـت ب ال اع ف ي ى ت ر ت ش ل او م س ل و ب ة س و اق ة م و ر ح م ق ق و ح ق ال ح م ن
اث ر .و ح ق ال ت ص ر ف ال ـم ال ف يال ـم
ان: م و ال ر ث اني ا:عن د
ل ق ال ق ت د ف ي أ ة ر ال ـم ال ر و م ان ي ة ال ع ص و ر ف و ع ر ال ـم م ه ش ع ار ت ))ل ي س ت ح
ر و ح ((أ ش أ ن ـل ل م ر أ ة ـد ال ز ي ت ب س ك ب و ذ ل ك ال ع ذ اب و اع ا ع ل ىب د ن ه ار و ر ب ط ه اال ح
ب ل ك ان و اي ر ب ط ل ب ا و ن ع م د ة ي ئ ات ذ ي و ل ـب ال ب ر ل ي و أ ق ص ىس ر ع ةإ ل ىو ي س ر ع و ن ال خ
. ت و ت ىت م ح
: ال صي ني ي ن ث الث ا:عن د
157
.25الـمرأة في سوق النخاسة العالمي ص
ي ش ب ه و ن ك ان و ا ال ت ي ة م لـ ؤ ال ـم ي اه ب ال ـم ن د ه م ع أ ة ر ال ـم ال س ع اد ة ت غ س ل ال ال ـم و
ف يو ق ال ح ي ن ي ز و ج ت ل ل ص ي ب ي ع ـأ ن ه ي ة ار اك ال ج أ ة و إ ذ ات ر م ل ت ر أ ص ب ح ل ـم ال ص ي ن ي ة
ال ز و ج ل ه ل ق ف يف ي ه اك ث ر و ةو ت و ر ث ال ح ق ال ح ي ن ي ل ل ص أ ن ي د ف ن ز و ج ت ه ح ي ة.و
ابع ا: ابي:ر ر و م نح فيق ان و
أ ة ف ي ر ال ـم ك ان ت ف يق ان و ن س ب اب يت ح ور م ح اع د اد ال ـم ش ي ة ك ة ل و م و م ن ال ـم
ا.ه أ ن ي س ل م ب ن ت ه ل ي ق ت ل ه اأ و ـق ت ل ب ن تال ر ج لك ان ع ل ي ل ك ه ي ت م
ن امس ا:عن دال ه د:خ و
: س ن د و ائ عال ه ف يش ر )ل ي س ق د ر ال ـم ب ر ال ص و ال ر ي ح ي م ح ال ج و ت و ال ـم و ال س م و
أ ة (.ن ـف اع يو ال ن ار أ س و أ م ل و ا ر ال ـم
ن د ه م ع و أ ن أ ي ضا أ ة ر ال ـم ل ي س ي اة ال ح ف ي ق ح ا م و ل ه ب ع د ز و ج ه ا ت ب ي ج
أ ن ع ل ي ه ا ت و م ت م ـي و م و أ ن ز و ج ه ا و ت ق ر ت ح م ع ه ي ه ت ق د م و أ ي ضا و ك ان ت ح ي ة
.)... ة ل ه ب انال ل ق ر
س: ال ف ر عن د أ ة ر س ادس ا:ال ـم
ب ا ال ز و اج و ال أ ب ي ح ل م ه ات خ و ات و ال ع م ات ت اال ال خ او و ب ن ات ل و ب ن ات خ
و ك ان ل ا ت ن ف ـخ ت ف ين ث ىل ىاـت ال ط م ث إ ل ىف ت ر ة م ك ان ي د ب ع خ ار ج ال و ي ن ة د ال ـم
ل ز و ي ج ح د د م ال خ اإ ال ال ط ه خ م ي ق د م و ن اال ذ ي ن لع ام .و ال ط ل ه ف ض ف ق د ه ذ اع ن ك ل ه
ك ان ت أ ة ر ال ـم ال ف ار س ي ة ت ت ح ال ر ج ل س ل ط ة م ك ي ح أ ن ل ه ف ي ح ، ل ق ة ط ع ل ي ه اال ـم
ت و ي اة .أ و ي ن ع م ع ل ي ه اال ـم ب ال ح
د: و ال ي ه عن د أ ة ر س ابع ا:ال ـم
ال ي ه و د ط و ائ ف ب ع ض ك ان ت ت ب ر ت ع م ر ت ب ة ف يال ب ن ت م اد ال خ ب ي ه ال و ك ان ق ال ح
ي ب ي ع ه ف ي ق اص ـأ ن ـا و ال ي ه و د ر ة أ ة ر ال ـم ن و ت ب ر ي ع ل ع ن ة ا و ع ن د م ال ن ه آد م أ غ و ت
ي ض ي ص ي ب ه ا ال ح ا ن ه ل و اك ي ؤ ال و ا ن ه ال س و ي ج و ال ال و ع اء ت ل م س ال ت ى ي ت ن ج س .ح
أ م ام ه و ي ض ع ل ل ح ائ ض خ ي م ة ي ن ص ب ب ع ض ه م ه اءـزاو م ـاخ ب ـو ك ان اف يه ذ ع ل ه ي ج و
ت ى ح ة ي م .ت ط ه ال خ ر
أ ة ر ى:ث امن ا:ال ـم ار ال ن ص عن د
ا )إ ن ه ن د ه م ع ي ن د ال ق د ي س أ ح أ ة –ق ال ر ا–ال ـم ف يه ب غ و ر آف ة م ن ه و ب د م ال ش ر
وه ة (. م م ل ي ة ط م ي ب ة ص م و ف ت اك ة ب ة ب و ح م و ال ب ي ت ة و ر ل ىال س ع ط ر خ و
)إ و ق ال : ر آخ ا ن ه ال ش ي ط ان م د خ ل اإ ل ى ن ف س إل ل ن و ام ي س ن اق ض ة هللا ن س ان
ل ل ر ج ل (.ه ةم ش و
ال ف ر ن س ي و ن و ع ق د 586ع ام غ ي ر أ م إ ن س انا أ ة ر ال ـم ت ع د ه ل . ب ث ل ل ح ر ت م ؤ مم
أ م ح و ر ا ل ه ه ل و إ ن س ان؟ ل ي س ا ر و ح ل ه ؟. ك ان ت و إ ذ ا ا ل ه ف ه ل ر و ح ي ر و ح ه
إ ن س ان ي ة ر و ح أ م ر و ح؟ح ي و ان ي ة ـو إ ذ اك ان ت ف ه ل إ ن س ان ي ة ا ع ل ىم س ت و ىر و ح ه ي
أ م ال ر ج ل م ن ه اأ د ن ى و ؟ ي را أ خ ق ر ر و ا ا إ أ ن ه ن س ان ة د م ل خ ل ق ت خ ا ن ه ل ك ال ر ج ل و
ا أ ي ت ه ا أ ر أ ي ت و ال ف ح س ب . ل م إ ل ىخ ت أ و ل ئ ك ع ق و ل ب ل غ ت ح د أ ي ا س ت ه ج ان ف ي
أ ة ر أ و ل ئ ك ه ا.و اح ت ق ار ال ـم ة أ س ل ف ه م ار ض اي ن اد ي ت ىال ال غ ر ب ي ة ال ح ب ع ض ب ه ل أ ه
ال ر ذ ي ل ة .
إ ل ي ك ن و أ ن ق ل ن ال ب ع ض ل ي ق و و ي از خ ال ـم ب ع ض ش ئ ت إ ن ك ات ح ال ـم ض
ي ات ب ك يص ار ىل ل م ر أ ة ـع ن م ع ام ل ة ال ن ال ـم ع م و اق ر ئ ي:ف اس
ان)أ ص د ر ل ـم ق ر اراال اال ب ر ع ه د ف ين ك ل ي ز ي ي ان ك ل ت ر اه ن ر م ل ك ال ث ام ن ظ ر ي ح
أ ة ع ل ى ر "أ ن ت ق ر أ ك ت اب ال ـم ي د د ال ج د س ة(.أ ي "ال ع ه ن ج ت ب ر ات ع ل ن ه ي ل ن ج اإل
ب ع ض و ت ذ ك ر ر اد ص ال ـم ل سأ ن ه ج م ش ك ل اج ت م اع ي خ ص ي صاف ي ب ر ي ط ان ي ا
س و ذ ل ك ال ن س اء ـل ت ع ذ ي ب 1500ن ة و م ال ن س اء ت ع ذ ي ب م و اد ه ض م ن م ن و ك ان ه ن
أ ح ي اء ب ال ن ار .
و ن ص ال ق ان و ن د ن ي ة (ع ل ىأ ن ال ق اص ر ي ن ال ف ر ن س ي )ب ع د ال ث و ر ة ال ف ر ن س ي ال ـم ه م
ن ن و ج ال ـم و ب ي و ال ص ع ام ت ىع د ل ح أ ة ر و ال ت ز ال ف ي ه ب ع ض ال ق ي و د ع ل ى1938ال ـم
.ت ص ر ف ات ة ج و ت ز ال ـم أ ة ر ال ـم
ت ى ح ي ل ي ز ن ج اإل ن ال ق ان و إ ن ،ك ان ي ب ي ح ل ل ر ج ل أ ن ي ب ي ع ز و ج ت ه م1805ع ام ب ل
ب ن س ات)و ت ت ب س ة ج و ال ز ن ث م د د ح ق د و ن ص ف .) ش ل ن ب اع أ ن ح د ث و ق د ي ل ي ز إ ن ج
ن ي ه،1931ز و ج ت ه ع ام ائ ةج م س م ف يو ق امب خ ي ة ام ح م ن ه :ال د ف اع ع ل
ع ام ي ل ي ز ن ج اإل ن ال ق ان و إ ن 1801"و ن د ث م د ب ش ر ط مي ح ب ن س ات ب س ت ة ال ز و ج ة
ال ب ي ع ي ت م أ ن ،" ة ج و ال ز اف ق ة و ب م ف أ ج اب ت ة ك م ح ال ـم ب أ ن ع ام ه ذ ا أ ل غ ي ق د ال ق ان و ن
ن1805 ب ق ان و ، ع ن ه ن ل ال ت ن از أ و ات ج و ال ز ب ي ع ن ع ي م و ب ع د ل ة د او ح ك م ت ال ـم ة ك م ح ع ل ىب ائ ع ز و ج ت ه ب ال س ج ن ع ش ر ة أ ش ه ر.ال ـم
و ج اء و ل ة ج ف يم "ح ض ار ة م س ل )صاإل ال ث ان ي ة 1078ال س ن ة د ث ف ي(:)ح
ع ل ىأ ق س اط، ر خ ت ه ل ج و ز إ ب ط ال ي ب اع ىأ ن اض ال ـم ىف ل م اا م ت ن ع ال ع ام ت ر ش ع ن ال ـم
ة ق س اط ل س د اد ا ي ر اهـ.ق ت ل ه ال ز و ج ال ب ائ ع (ال خ
ا ل و ق ال س ت اذ د م ح م ر ض ا ر ش ي د هللا : ه م ح )م ر ال غ ر ائ ب ن ع ن ال ت ي ن ق ل ت
ص ح ف ب ع ض ف ي ا لت ر إ ن ج ال ي ام ه ذ ه 158 ي و ج د ي ز ال ال أ ن ه اف ي ر ي اف ل ب ل د
ي ة ل ي ز ن ج سث م نـر ج ال ي ب ي ع و ن ن س اء ه م ب اإل ق د ذ ك ر د اـج ب خ ل نا،و ش ث ي ن ك ث ل –ت أ ي ي ة ل ي ز ن ج اإل ف ح "–الص م ه ب ع ض اء م أ س
159.اهـ.
ة ار ض ح اة س م ال ـم ة ار ض ال ح ر ف يع ص أ ة ر ال ـم ال ح ع ن ف ة اط خ ة ح ل ـم ه ذ ف ه
، ي ن ر ش ال ع ن او م اه ي ال ق ر إ ن م ة ،و ار ض ر ة ه ي ق ذ ار ة و ف ج اب ح 160.
أ ي ت ه ا ع ر ف ت أ ن و ب ع د ة ل م س ال ـم و ض ع ال غ ي و ر ة أ ة ر ال ـم أ و ل ئ ك ع ن د ب ي ي ن ال غ ر
. م ه غ ي ر و
أ س و ق ل ك ن أ ة ب ع ض أ ح و ال ال ر ع ن د ال ـم ن ت ىت ك و ل ي ةح اه ب ف يال ج ع ل ىال ع ر
ي ر ب ص م س ل اإل ذ ا ب ه س ك ت م و ة ش أ ن ك ر ف ع ال ذ ي ال ع ظ ي م ف ظ ح و ص ان و ك ر ام ت ك
أ ر اد م ن و ه د د و ت و ع د ع ر ض ك ة س اء اإل و ر غ ب إ ل ي ك اف ي ع ل ىص و ن ك إل ع ان ة
. ك ف ظ ح و
ل م ب ك ث ال ب ح ه ذ ا د ر أ ص ان ة و ك م ا ف يه ي ب ي ن ع ن ه ت ع ال ى هللا ي ض ر ق و ل ف ار ل ة
أ ة ر ان ة –ال ـم ك ام ل ه ك ان ل ي ة.–إ ن اه ف يال ج
ت ع ال ىع ن ه : هللا ي ض ر ق ال
"و ك ن اهللا ل ي ةإن اه ف يال ج أ م را ل ل ن س اء ن ع د ت ىم ا أ ن ز ح ل أ ن ز ل هللا م ا ف ي ه ن
و ق س م م اق س م ".ل ه ن
158 هـ، أي ال تنازل في إنجلترا إلى ما قبل نيف وخمسين سنة فقط. 1351ربيع األول سنة 12وتاريخ طبع الكتاب 159"حقوق النساء في اإلسالم" للشيخ محمد رشيد رضا رحمه هللا، وقد علق على هذا الدكتور نور الدين عتر قائال:
ريكا حديثا، فذكر هذا الصديق أن في األمريكيين أقواما يتبادلون )ونحو هذا ما حدثني به صديق أنهى تخصصه العالي في أمزوجاتهم لمدة معلومة، ثم يسترجع كل واحد زوجته المعارة، تماما كما يعير القروي دابته، أو الحضرى في بالدنا شيئا من
(.16-15ماتاع بيته( اهـ من )ماذا عن الـمرأة( ص 160 مع تصرف يسير. 47-2/41نقلتها من كتاب عودة الحجاب كل هذه النقوالت عن أوضاع الـمرأة
و ب ع د ه ذ ه ع ة ام ال ج ق ال ة أ ة ل ن ظ ر ة ال م ر إ ل ىال ـم ل ي ي ن اه خ ت ل أ س و ق ل ك أ ي ت ه ااال ج
ش ي ئا ي را اح ت ق ي س ـم ن ل ار ل ي ي ن اه ال ج ال ـم م ر أ ة ر و اب د أ ا ب م ف يذ ك ر ه ع ن هللا ك ت اب ه
ل ي ةك ر اه ة أ ه ل اه م ن ك و ن ال ج و ت ش اؤ م ه م د ل و و أ ن ث ى.ال م
ت ع ال ى ڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڃ ڃ ڃ چ چ چ چ :ق ال
چڑ ڑ ک ک ک ژڌ ڌ ڎ ڎ ڈ ڈ ژ ڍچ ڇ ڇ ڇ ڇ ڍ
٥٩ - ٥٨النحل:
ل م ل ي ةي ك ن ل ل م ر أ ة و اه ح ق ف يال ج ث ر ذ ل ك .ف يو ك ان و اي ق و ل و ن اإل ي ر ث ن ا)ال إ ال
م ن ل م يس ي ف ـال ي ح م ي ح ال ب ي ض ة (.و
ل م و ي ك ن ا و ل ي ل ه ح ق أ ي ز و ج ه ا ع ل ى ع د د ل ل ط ل ق س د د و ح و م ل ت ع د د ال
ع د د ال ز و ج ات ع ي ن م م ن و أ و ال د ز و ج ة و ل ه ال ر ج ل م ات إ ذ ا و ك ان و ا ه ا ك ان غ ي ر
ال و ل د ب ر ال ك م ن أ ب ي ه ب ز و ج ة أ ح ق ه غ ي ر ف ه و ه ا ت ب ر ي ع ك إ ر ثا ف إ ن ب ق ي ة أ ب ي ه أ م و ال
ال ز و اج م ن ه اط ر ح ع ل ي ه اث و با.و إ ف يأ ر اد أ ن ي ع ل ن ع ن ر غ ب ت ه اك ان ال أ ن ت ت ز و ج ل ه
ن ب م ر ض ي ع ب اس اب ن ق ال ت ش اء أ ب و هللا م ات إ ذ ا ال ر ج ل ع ن ه م ا:)ك ان أ و ه ه و م ح
أ ح ـف ه و أ و أ م س ك ه ا ش اء إ ن ب ام ر أ ت ه ق ت ى ح ا ب س ه ي ح أ و ب ص د اق ه ا ت ف ت د ي ت و ت م
ا(.ف ي ذ ه ب ال ه ب م
أ ح د ه م -و ك ان ل ي ي ن اه أ ت –ي ع ن يال ج ر ام ل م ح ل د ال و اب ة ن ج اد أ ر إ ذ ا ب ع د –ه
ي ض ال ح ن م ه ا ر إ ل ى–ط ه ع ن د ه و ت ر ك ه ا و ال ف ار س ك ال ش اع ر ال ن ج ي ب ت ىال ر ج ل ح
ا ل ه م ح ت ب ي ن اإ ل ىم ن ه ي س ب ه ي به و ق د ـب ي ت ث م ع اد ب ن ج ل ت م ع ل ىح د ز ع م ه م .-ح
ق ت اد ة و ق ال ال ر ج ل )ك ان : ل ي ة اه ال ج ح ز ي ناف ي ف ي ق ع د و م ال ه أ ه ل ه ع ل ى ي ق ام ر
ه ي د ف يه ـم ال إ ل ىس ل ي باي ن ظ ر ف ك ان ت ت و ر ث ب ي ن ه م ع د او ة و ب غ ض اء (.غ ي ر
ا م ن ن و ع ه ن اك ل ل ذ ك و ل و ك ان خ اص ك ل مر ر ح ع ل ىام إل ك م اق ال ت ع ال ىن اث
م ع ن ال ه ڤ ڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ چ ح
١٣٩األنعام: چڎ ڃڃ
د اد ال ح ا أ م ف ك ان ت ع ن د ه م أ ة ر ح و ال ـم ت ع ت د ال و ك ان ت ك ام ل د ت ح أ ة ر ع ل ىال ـم
و أ ق ب ح ز و ج ه اش ر ـح د اد اه ه ب س ل م ش ر ف ت ل ب س و ه و ال غ ر ف ش ر (و ت س ك ن ف ي ش )ال ح
– م ك ان ي ر غ ص ال ب ي ت د اخ ل –م ظ ل م ف ل ال ط ه ار ة و ت ت ر ك س ظ ف رات م ت ق ل م و ال م اء
ش ع راف إ ذ اا ن ت ه ىال ت ز ي ل م ن ظ و ال ب أ ق ب ح خ ر ج ت ـع ام ةر ائ ح ر أ ن ت ن م ر و ر و ف ت ن ت ظ ر
ب ع ر ة ع ل ي ه ل ت ر م ي ك ل ب ا، ت ه ق ض ال ت ي د ة ال م ه ذ ل ه ت ق ارا اح و ت ع ظ ي ما ق اـز و ج ه ل ح
ا. ل ي ه ع
ي ط و ل ال ت يم و ر ل ذ ل ك م ن اإ ل ىغ ي ر ي ث د ب س ر د ه ا.ال ح
و ب ع د م ات ق د م ذ ك ر ه ج ع ل ىب ع ض أ ح و ال ن ع ر م س ل ف ياإل أ ة ر ال:ف ي ق ال أ و ال ـم
ي ع اي ش ال ذ ي )إ ن ي ن ل م س ال ـم و ي ع ر ف م س ل اإل ل م ي د ر ك س أ ة ال ـم ر ال ـم أ ن ت ت ب و أ ة
ع ال ي ة، ك ان ة م ي م س ل اإل ع ت م ج م ال ف ي م ك ان ة ا ل ه ف ظ ت ح ك ر ام ت ه ا ف ظ ت ح إ ن س ان ي ت ه او
و ت ص و ن ع ف اف ه ا.
أ ة ر ال ـم ت ب ر ي ع ال م س ل ك م ااإل خ ب ي ث ة اج ر ث و م ة ت ه ت ب ر و ال ن ص ر ان ال ي ه و د اع ي ة .ي ة
م س ل اإل ي ق ر ر ق ي ق ة ل اال ح ال ت يز ل ي ة ت ز ي ل ان و اال ه ب ه و ص م ت ل ال ذ ي ف ة د ي ان ر ح ال م
)... أ ة ر ال ـم 161.
أ اه ام أ خ ت اه :ج اء إل ف أ خ ر ج م س ل أ ة ر ق ي و د ال ـم م ن ال ذ ل ت ب ع اد س اإل و ج ع ل ه او
ة ي م اع ز ي ز ةك ر ش ر ع ه اال ت ياـح ق و ق ه ل ه م ر ح و ظ ل م ه او ر ت ب هللا اء ز ل ي م ع ل ىل اال ج
ام ن ف ع ل ذ ل ك .ب ه
أ ة ف ل ق د س او ى ر ال ـم م س ل اف يب ال ر ج ل اإل ن إل -س ان ي ة ت ق د ات ع فال م ل ال ن ص ار ىخ
.-و ال ف ر س
ت ع ال ى: ڇڄ ڃ ڃ ڃ ڃ چ چ چ چ ڇ ڇچ ق ال
١٣الحجرات: چژ
161 40الـمرأة بين دعاة اإلسالم وأدعياء تقدم ص –مقتبس من رسالة الشيخ عمر األشقر
ب او س و م ه ن ي ى ف ي ال ك ت ب ل غ أ ف ي ڻ ڻ ۀ چ ان م ي اإل
ۀ ہ ہ ہ ہ ھ ھ ھ
ھ ے ے ۓ ۓ ڭ
ڭ ڭ ڭ ۇ ۇ ۆ ۆ ۈ ۈ
٣٥األحزاب: چٴۇ ۋ ۋ ۅ ۅ
ىس او ف يج ز و ب ي ن ه م ال ڇ ڇ ڇ ڍ ڍ ڌ چ ة خ ر اء
١٢٤النساء: چڌ ڎ ڎ ڈ ڈ ژ ژ ڑ ڑ ک ک
:ب ي ن ه م و س او ى ال ت ن اص ر ة و اال و ڳک گ گ گ گچ ف يال م
ڳ ڳ ڳ ڱ ڱ ڱ ڱ ں ں
٧١التوبة: چہ ہ ھ ھ ھ ہۀ ۀ ہ ڻڻ ڻ ڻ
ي م م ظ ع أ ن م ل ع ل و ة أ ر ـم ال ن أ ش و ل ىع ل ع ل د ا س ف ياإل اه ت ان ك م ة ع ف ر و م ل
ف يأ ه ب م ل س و ه ي ل ع ىهللا ل ص ي ب ن ال ة ي ص و س إ عم ج م ر ب ك ا م ل اع د و ال ة ج ف يح ي
:م ل س و ه ي ل ع ىهللا ل ص ال اق م د ن ع
ا".ري خ اء س ن ال ب او ص و ت "اس
م ضع ب ح ض و ت ة ر ي س ي ة ذ ب ن ك ي ل إ و ة أ ر ـم ال ة ان ك م ن ا س ف ياإل اه ل ه ت ان ي ص و م ل
.اه ض ر ع ش د خ ي و اأ ه ـت ام ر ك س م اي م ن ع
ال ق
ع ت
ڑ ڑ ک ک ک ک گ گ گ گ ڳ ڳ چ ى :ال
٤النور: چڱ ں ں ڻ ڱڳ ڳ ڱ ڱ
اة ت اف ي ت ي أ ر أ س اإل ان ة ه ذ ه م ل ص .ك ف ذ ق ن م لى ع د ي ع و ذ ل ك ال و ال ح
ن ي د ك ك ع ف ر و ك ان اص ني د ي د ج ت ن ل و م ل ف ر ي س ال و خ ي ار ت ال ب ت ك يب ل ق ف س اإل .م ل
ل ل و ق ف ب ي ي م ك ي ل ع اهلل ي ي م د ن ع ي اع ف ل او ش اف ي ف خ ال ك ئ ل و أ د ي ر ا ن و ر اه ظ ت ا
ق و ق ح ن ع ع اف د م ال و ف اط ع ت م ال ر ه ظ م ب ف ة أ ر ـم ال ق ح ي أ ن ع و ن و د ي ر ي ق ح ي أ .
ك د ع اب اذ ،م ن و ع اف د ي ح ال د ع اب م ف هللا م ل إ ق ض ال ال .ن و ك ف ؤ ي ىن أ ف ل ل
ل ي ة ل ه أ ن أ م د ق ت د ق ف اث ر ي م ال ة ل أ س ام ضي أ و اه ال ج ول او قل ط م ة أ ر م ل ل ن و م س ق ي ال
٢٢النجم: چۈ ۈ ٴۇ ۋ ۋ چ ا.ه ي ل إ اس ن ال ب ر ـق أ ت ي م ال ان ك
م أ س اف ياإل ن ن ه ل هللا ض ر ف د ق ف م ل ث ل ث ال ف ل ل م ت ي م ال ن م ن ه ب ر ق ب س ح باي ص
ه ل ةار ت ت ن ب ال و ةار ت ن م ث ال و ة ار ت ع ب ر ال ة ج و ز ل ل و ةار ـت س د س ـال و ةار ت ف ص ن ال ا
....الخ.ن ي ث ل ث ف يال ك ار ش ت ةار ت و
ل ي ة ل ج ر ال ان ك د ق ف ق ل ط اال م أ اه ىال ع ة د ع ال ت ب ار اق ذ إ ف ق ل ط ي ف يال ج اء ه ت ن ال
ت ذ ك ه و ع اج ر ب ةة أ ر ـم ال ن و ك ا أ ه ق ل ط ي ه ي د ي ف يأ لل ع و أ ه ك س م ي و اء ش ىن ا .اء ش ىن ا
چىئ ےہ ھ ھ ھ ھ ہہ ہچ ذ ل ك د د ح و ة د اع ل اك ل ت ل ط ب أ ف
٢٢٩البقرة:
م م أ ائ ح ال ة ل ام ع ا ل ب ع اس ش ن و ب ف ض ائ ح ال ع ض و ن ي ب ة ن ار ق م ال ف يض
ل ي ة اه و ال ج اإل س ف ي ف م ل ف . ل ي ة ي اه ي ل ك الاز ت اع ل ز ت ع ت ت ان ك ال ج ف ا و ل اك ؤ ت ل ال
و ب ار ش ت و س ال ج ت ال .ة م ل ك ال ه ذ ه ه ي ن ع ات م ل ك ب ة ر ق ت ح م ة ذ و ب ن م ي ه ف ث اد ح ت ال
م أ ا س ف ياإل ك ذ ه ن م ض ي ق ن ىال ل ع ف م ل ه ت ان ك م ف ه ل ا ه ل ة ظ و ف ح م ا اه ع م ة ي اق ب ا
...الخ.ب ار ش ت و ل اك ؤ ت ف
ي ذ ال ث ي د ح اال ذ ه ب م ت خ أ ف ام ق م ال ال ط ل ة ن ار ق م ال ه ج و أ د ر س ف يت د ر ط ت اس و ل و
ل ع ن م ه ر ك ذ ق ب اس م د ك ؤ ي ة أ ر ـم ال ن أ ش و س ف ياإل .م ل
"إ م ل س و ه ي ل ع ىهللا ل ص ال ق ات ه او ع ن م و ات ه م ل اق و ق ع م ك ي ل ع م ر ح هللا ن :
".ث ي د ح ...ال ات ن ب ال د أ و و
.ه اح ض ي إ ن ع ث ي د ح ال اذ ه ن م اد ر م ال ح و ض و و
ري خ أ و أ ي ا ع اد د ز ت ل اه ت خ ا مل ي ب ني ق ي و ا م ا يت ال ب ت ك ال ب ك ي ل ع ه ر ك ذ ق ب س ا
.ة ر ي ث ك ة ر ي ث ك ي ه و ع و ض و م ال اذ ه ت ق ر ط
ه ن م و :ان و ن ع ب ر ق ش ل ار م ع خ ي ش ل ل ة د ائ ف ال ة م ي ظ ع م ج ح ال ة ر ي غ ص ة ال س ر ا: اة ع د ن ي ب ة أ ر ـم ال س اإل ع ق ي و ابج حال ةد و ع ان و ن ع ب ر آخ اب ت ك و م د ق ت ال اء ي ع د أ و م ل
ج م ث ل ث ف ي ن ب دم ح م خ ي ش ل ل تل اب ت ك اال ذ ه ع ام ج ق ف و د ق .و ل ي اع م اس ن ب د م ح أ
اب ة أ ر ـم ال ب ق ل ع ت ي ام ل سو ام ق ه ب ش و ه ف ه اب ت ك ف ي ة ع اق و ال ة ل ث م ال ه د ر س ىل إ ة اف ـض إل
ن إ و اب ـت ك اال ذ ه ي ن ت ق ت ن أ تخ أ و م أ ل ك ح ص ن أ و االم ج و اقن و ر اب ت ك ال ت اد ز ي ت ال
ت ـاق ت ه ت ه ن أ اذ اإ ه ل ع ل ف ه ل ك ه ت اء ر ق ن م ن ك م ت ت ىت ح اي ع و ب س أ و اأ ي م و اي تق و ه ل ب ت ر ت
.ه ت د او ع ىم ل إ اه س ف ن
ه ان ر ك ذ د اق م ق ي د ص ت د ج ت ب ر ج #ف ه ر د ق ف ر ع ي س ي ل ب ر ج ي م ل ن م و
م س و ة أ ر ـم ال ن أ ش و ل ع اب ني ق ي او مل ع ت د د از ن أ د ع ب اه ت خ أ اه ت ان ك م و س ف ياإل .م ل
إ و م ع ز ن ي ذ ال ن ي ق اه ن ال و ن ي ق اع ن ال ك ئ ل و أ ن أ ت ف ر ع ن أ د ع ب و مث ا أ رو ز و ا ن ا ة أ ر ـم ال اإل س ف ي ب ح ال د ي ق م ل ي و ذ خ أ و ق ي ض ال و س اب و ر و أ ة ار ض ح ب ن و ق د ش ت ا
م ه و اءس ن و الاج ر ن ي ي ب ر غ ال ض ع ب ـل االو ق أ ك ل ق و س أ ه ل اك ذ ه د ع ب ة ي ب ر غ ال ة أ ر م ال ب و
.م ه ات ع م ت ج م ي ط غ ت ن أ ت اد ك و أ ت اد س ي ت ال ة ل ي ذ ر ال و ة ش اح ف ال ة أ ط و ن م ن و ن ئ ي
ن ي ي ب و س ح م ال ض ع ب ن م لق ع ح ج ر أ م ه ال و ق أ د ر س أ س ن ي ذ ال ء ال ؤ ه ن إ اف ذ ه ع م و
ىل ع س اإل ب ر غ ال ء ل ق ع و ب ر غ ال ة ار ض ح ب ح ج ب ت ال ب اء س م اح ب ص ن و ق ع ن ي ن ي ذ ـال م ل
ن م م د ن ال و ة ار ذ ن ال ات ح ي ص ن و ق ل ط ي ة ار ض ح ال ه ذ ه ف يواات ـم واو أ ش ن واو د ل و ن ي ذ ال
م ه ت م ر ح و م ه ل م ش ت ق ز م و م ه ع م ج ت ق ر ف ف د ار و م ال ت د ر و أ ي ت ال ة ط اب ه ال م ه ت ار ض ح
.رك د م ن م ل ه ف ة ي ن د ب ال و ة ي س ف ن ال ة اح ر ال
.ن ك اع م س أ يب غ ض أ اه ت خ أ اه م أ
م ]ل ب و ر و أ ل ه أ ه ب ن ت ا ل إ ا ام ه ن و ئ ش ح ل ص إ ى م ه ت ش ي ع م ة ي ق ر ت و ة ي اع م ت ج ال ف و ف ر ع و ة ي ن د ـم ال ااء و د ل ان أ و ن ه م ل ع ت اد س ف و م ه ائ س ن ة ي ب ر ت اد س ـا ة ي اع م ت ج ال
اد س ف ب م ه د د ه ت ت ار ص و ،م ه ت ار ض ىح ل ع ةد ش اب ه ر ث أ ر ه ظ د ،ق ة ي ن د م ال اض ر م ل او
،م ه ال م ع أ و م ه ائع ن ص م ئ اع د ض ي و ق ت و م ه ال ي ع و م ه ل س ن اض ر ق ان و م ه ال م ة ل ق و م ه ال و ح أ
ج ر ث أ ر ه ظ د ق و يل ذ ل ك ا ال ذ ه م ه ي ل ع ل خ د ث ي ح ب ب ر غ ال ف ي ل س ن ال ة ل ق و ف ع ض ا
ب ف ر ع ام ل اف يج ي ر د ت او ذ خ أ اء س ن ال ن م ات ي ك ذ ال ات ب ات ك ال ض ع ب و م ه اب ت ك ض ع ذ ل ك
ن ي د ل ض ف ب ن و خ ر ص ي س اإل ه ي ل ع م ه ائ س ن ة ي ب ر ت و ه م ي ال ع ت ىل إ ع و ج ر ال ن و ن م ت ي و م ل
ش م ق ح ال و ع اق و ل ل د اه ش م ال د اه ش ال ك ن و د و و اء د ع ال ه ب ت د ه ا ض ع ب ق و س ن ن ح ن ،
م ه ال و ق أ اذ خ أ و اه ب اظ ع ت ل ل .162[ه ر ي غ ب ظ ع و ن م اس ن ال ر ي خ و اه ن م ار ب ت ع ال
ال ق ة م ال ع ل ي ز ي ل ج ن اإل ي و ام "س ايل م س ل ة ض ه ن ال ان ك ر أ ن م و ه و س"
ن م ه ن ع أ ش ان م ه م ،ل ام ع م ف يال ة أ ر ـم ال ل ي غ ش ت ىب ض ق ي ي ذ ال ام ظ ن ال ن "إ ة ي ز ي ل ج ن اإل ض و ق ي و ل ز ن م ال ل ك ي ه م اج ه ي ه ن ل ة ي ل ز ن ـم ال اة ي ح ال ء ان ب ل ة م اد ه ه ت ج ي ت ن ن إ ف ة و ر ث ال
اط اب و ر ال ق ز م ي و ة ر س ل اان ك ر أ و ه ج و ز ن م ة ج و ز ال ب ل س ي و ة ي اع م ت ج ال د ال و ل اا
اصخ عو ن ب ار ص و م ه ب ار ق أ ن م إ ه ل ة ج ي ت ن ال ة ف ي ظ و ذ إ ة أ ر ـم ال ق ل خ أ ل ي ف س ت ال اه د ال و أ ة ي ب ر ت او ه ن ك س م ب ي ت ر ت ل ث م ة ي ل ز ن م ال ات ب اج و ال ب ام ي ق ال ي ه ة ي ق ي ق ح ال ة أ ر ـم ال
او .ة ي ت ي ب ال م ه ت اج ي ت اح ب ام ي ق ال ع م اه ت ش ي ع م ل ائ س و ف ياد ص ت ق ال
م ه خ ل س ت ل ام ع م ال ن ك ل و ر ي غ ل از ن ـم ال ت ح ب ص أ ث ي ح ب ات ب اج و ال ه ذ ه ل ك ن ال از ن م ال و ال ت ح ض أ و ع ل ع ب ش ت د ال ق ل ت و ة ي ب ر ت ال م د ى ى اي و ز ف ي ا ال م ه اإل
ال ه ن و ك ن ع ة أ ر ـم ال ت ج ر خ و ة ي ج و ز ال ة ب ح م ال ت أ ف ط ان و ة ب ح م ال و ة ف ي ر ظ ال ة ج و ز او ة ف ي ط ل ال يت ال ات ر ي ث أ ت ل ل ة ض ر ع م ت ار ص و ،اق ش م ال و ل م ع ف يال ه ت ل ي م ز ت ار ص ،
ال بال غ و ح م ت خ ال و ي ج و ز ال د اد و ت ال و ي ر ك ف ال ع اض و ت ا م ه ي ل ع ي ت ال ق ل ظ ف ح ار د اف ال .163"ة ل ي ض
ةل ائ ت(ق و ر نث د ن )ل ة د ي ر ج ن ع ن ق لرد(و ك ير ل ك ي سو و غ )ال ة د ي ر ج ت ر ش ن و
ب ال ل ـك ء ل ب ال ن "إ خ ء ل ج و ر ف يإ ه ت ي ب ن ع ة أ ر ـم ال ال ل ا م ت ى ،ل ج ر ال ال م ع أ اس
أ ل ع و ي ه ر ث ى ن ي ي ع ر ش ال ر ي غ د ال و ل ان م اء ط ق ل ال و ن ه ل ه أ ن ع ات د ار ش ال ر ث ك ا
ك ن و ح ب ص ي ف ان ب ل ح ت س ال ج ر ل ل ة أ ر ـم ال ة م اح ز م ن إ ف ع م ت ج م ال ىل اراع ع و ةال ع و ل
أ ار م د ال و ر ت م ل . ت ه ت ق ل خ ال ح ن أ ا م ه ي ل ع ن أ يب اد ن ا ل ا ام ه ي ل ع و ل ج ر ىال ل ع س ي ا
.164؟"اه ي ل ع س ي ل
)مسانية ر ي ه ش ال ة ب ات ك ال ت ر ش ن و ة د ي ر ج ف يرود( ن "ل )االسترنميل(.
غ ت ش ا ن م ءل ب ف خ أ و ر ي خ ت و ي ب ال ف يان ات ن ب ل غ ت ش ي ح ب ص ت ث ي ح ل ام ع م ف يال ن ه ل
.أ د ب ىال ل اإ ه ات ي ح ق ن و ر ب ب ه ذ ت ان ر د أ ب ةث و ل م ت ن ب ال ن ي م ل س م ال د ل ب اك ن د ل ب ت ي ل ال
162ما بين القوسين واألمثلة األربعة بعده من رسالة بعنوان )نهاية الـمرأة الغربية بداية العربية( للشيخ عبد هللا آل
محمود.163 63958لمعارف فريد وجدي دائرة ا 164 من مجلة المنار. 4م481ص
ال ه ف ي ي م ك ل م ع ت شي ع د غ ر أ ب ة أ ر ـم ال م ع ن ت ت ة ار ه ط ال و اف ف ع ال و ة م ش خ ا و أ ل م ع ا د ال و 165ت ي ب ال م ت ال د ل ىب ل ع ار ع ل ه ن إ مع ن ء و س ب اض ر ع ال س ل ع ج ت ن أ ز ي ل ج ن اإل
ت ن ب ال ل ع ج اي م اء ر ىو ع س ن اال ن ال اب م ف ،ال ج ر ال ة ط ال خ م ة ر ث ك ب ل ائ ذ ر ل ل لث ام ه ات ن ب
ال ج ر ل ل ال ج ر ال ال م ع أ ك ر ت و ت ي ب ال ف يام ي ق ال ن م ة ي ع ي ب ط ال اه ت ر ط ف ق اف و ي ام ب ل م ع ت
.166ا"ه ف ر ش ل ةم ل س
:ة ال ق م ال ص ان ذ ه و )االيكوما(ة د ي ر ج ب كوك()اللدية ر ي ه ش ال ة ب ات ك ال ت ر ش ن و
ن "إ ت ح اال ر د ىق ل ع و اه ت ر ط ف ف ال خ اي م ب ه ي ف ة أ ر ـم ال ت ع م ط د ق و ال ج ر ال ه ف ل أ ي ط ل
اة ر ث ك و ال ة ر ث ك ن و ك ،ت ط ل ت خ ال ب ال ان ه ا،ن ز ال د ال ل ج ر ال ف ة أ ر ـم ال ىل ع م ي ظ ع ال ء ل
ه ك ر ت ي ه ن م ق ت ع ل يذ ال ش و اه ن أ ة ار ر م ق و ذ ت و اء ن ع ال و ة اق ف ال ع ج ض ىم ل ع ب ل ق ت ت ا
و ة ان ه م ال و ل ذ ال ن ل ن أ ام ،أ ه ار و د و م ح و ال و ه ل ق ث و ل م ح ال ن م اد ه ط ض اال ث ح ب ن ن أ ا
م ع ذ إ ف ف خ ي ا ي م ع ل ق ن م ل ا ل ع ار ع ال ب ة د ائ ع ال ب ائ ص م ال ه ذ ه ل ي ز ا ة ي ن د م ال ى
؟.ة ي ب ر غ ال
أ ي ال ه ي ا ان د ال و ا ب م ك ن ر غ ي ال ، ب ه ب س ك ت اتم ه ي ر د ض ع ا م ك ات ن ا ف ين ه ال غ ت اش ب ام و ل ام ع ـم ال ا.ن ر ك اذ ىم ل إ ن ه ر ي ص
ان ه و م ل ع أ ال ج ر ال ن ع اد ع ت ب ال ل اد ص ر م ال ب ن ه ل ن ام ك ال د ي ك ال ب ن ه و ر ب خ . د ق .
ان ل د ا ب ال ن ىأ ـل ع اء ص ح إل أ ن ز ال ل م ح ن م ج ات ن ال ء ل ر ثك ي ث ي ح م اق ف ت ي و م ظ ع ي ه ن ا
و أ ات ه م أ ر ث ك أ ن اأ و ر ت م ل ،أ ال ج ر ال ب اء س ن ال ط ل ت اخ غ ت ش ـم ال ن اه ن ز ال د ال ف يت ل و ل و ت و ي ب ف يال ات م اد خ ال و ل ام ع م ال ة ي و د ال ن و ط ع ي ن ي ذ ال اء ب ط ل اال ل م ح ال اط ق س إل
ىر ان م اف ع ض اأ ن ي أ ر ل .ن ال
ىت ح ان ـك م ف ياإل اه ر و ص ت ن ك ي ل م ة اء ن د ال ن م د ح ىل إ ة ال ح ال ه ذ اه ن ب ت د أ د ق ل
ب ات ع اط ق م ال ـج ر ح ب ـص أ ن د ل ط و ب ه ال ة اي اغ ذ ،ه ةي ع ر ش ةج و ز ة أ ر ـم ال ن و ل ب ق ي اال
.167ى"ه ت ن .ا ة ي ن د م ال ب
ق م ال ه ذ اه ن ق س ام ن إ و ات اد ه ش ال ة اب ث م ب ي ه ي ت ال ت اال ات اب ش ال و اب ب ش ال اع ن ق إل اف يه ال م ع أ اج ه ن ىم ل ع ر ي س ال و اه ق ل خ أ اد س ف و اه ت اد ف يع اب و ر و أ د ي ل ق ت ب ن ي ن و ت ف م ال
.168اه ل د ي ل ق ت ال و ة ي و ق ال م م ل ل م ي ل س ت ال ف ين ي ج ن ر ت ف م ال ب أ د ـك ق س ف ال ف يل اه س ت ال
165 هكذا ذكرت الكاتبة ولكن فيه إجمال ليس على اطالق. 166 .4/481نشرت في مقالة عنوانها الرجال والنساء من مجلة المنار 167 من المجلد الرابع من مجلة المنار. 482ص
:اه ت خ أ اه م أ
ك ذ ه د ع ب م و ه ل ا ة أ ر ـم ال ر ر ح ت ل ن و اع د ال ك ئ ل و أ ن و ك ي ل ف أ ر ث ك أ و ر ث ك أ ي ق ب ا
ك ئ ل و اأ م ن ي ب ن ي ب م ه ر ش و م ه ر ف ك ب ن و ر اه ج م ار ف ك ال ن ل ار ف ك ال ن ام ن ي ل اع رط خ د ش أ
و ار ه ن ال ح ض و ف ين و ر ت س ت ي إ ن و ج ر خ ي ال اف ي ف خ ال ك ال م ن ون ص ح ف لي ل ش ن م ةد د ه ا
ح ال ب اه ر م ع اي رام ـع اه ل ض ي ق ي ن أ ل أ س ن هللا اه ل اخ د .ق
اة ت ف س اإل ن ل ق و ن ك ر م أ ن ع م ج أ و ك ت ب اح ص و ك ت خ أ و ك م أ د ض ىع ل ع ي د ش م ل
ه ج ال اه ي أ ه ص ة ل ب ال اه ي أ ه :ص داح و تو ص ب ة ل ي ذ ر ال و ر ر ح ت ال اة ع د ل م ت ن خ ن ام ي ء ل
م م ك ت م أ ة ان م أ و م ل س و ه ي ل ع ىهللا ل ص م ك ي ـب ن ة ن س و م ك ب ر اب ت ك اذ . ن م ن و د ي ر ت ا م ل أ ا
ل ب ق اتد ب ع ت س م اتان ه م اتر ق ت ح م ن ك ن س اإل اء ج ف م ل س اإل و ن ن أ ش ع ف ر ف م ل ىل ع أ ا
س إ م ي ال ع ت ن ىع ل خ ت ن ن أ ن و د ي ر ت ا.أ ن ت ان ك م ت و م ن و اب ر س ـال ع ب ت ن ن أ ن و د ي ر ت أ ان م ل
ب شط ع أ ن ب ط ي ح ي اء ـم ال ان ك ن أ د ع ا ط ر ف ن ن أ ن و د ي ر ت م ا ف ن ي اع ر ف ي ان ب ط ي ح ت اا.ن ب ك ت ف ت ىت ح ةه ج ل ك ن م اب ئ ذ ال
م ت ل ه ج ت و أ م ت ل ه اج ام و ل ق ع د ق م اه ه او ب و ر و أ ة ار ض ح ع ىم اش م ت ن ن أ ن و د ي ر ت أ
و ن ط ف و م ل ا ب ف ر ت اع ف ه و م ت ب ي غ و أ اب غ ا م د ع وا و و ار ه ان ا ا أ مد ن م ن ي ح ت ال ف . ل
.م ك ب ه ذ م د ي أ و م ك ت ي أ ر ع ف ر ن م ل اقح س او دع ب ف ن و ل ج خ ت
ن ل م أ ن إ و و م ك اهلل ب ا أ ن د ع ا ل ل ظ ي ن ا س اإل ىت م م ت ل ق ن إ ف ة ر و م ع م ال اء ج ر أ م ل
.ني ح د ع ب ه أ ب ن ن م ل ع ت ل او بي ر ق ن و ك ي ن ىأ س ا:ع ن ل ق ؟و ه
ل ب ق ة أ ر ـم ال ال ح ت ف ر اع م د ع ب و ة م ل س م ال ت خ ال اه ت ي أ س اإل ح ض ات و ه د ع ب و مل
ل ب ع اس ش ال ن و ب ال ك ل د ق ن ي ي ب ر غ ال ض ع ب ن أ ف ي اك ضي أ ت ف ر ع .و ة ن ار ق م ل ل ه ج و ال
و ك ر د أ ق و غ ل ب د ق م ه ن أ ا م ه ن أ و ة ي او ه ال ر ع ا اه ن م ج و ر خ ل ل بب س ي أ ب ن و ث ب ش ت ي ن ال
.د ج ن ت س م ال ق ي ر غ ال ك
ك ل ق و س أ ب ه ي ف ع ق ت يت ال ة ف ال خ م ال ض ع ب ن ال م إ اء س ن ال ض ع ا و أ له ج ن ع ا
ع ق و ن م ي م ل ع ت و أ ط خ ال ي ب ن ت ج ت ي ك ل ك ل اه ق و س أ د ي ال ق ت و أ ةاد ع ل اةار ج م و أ ةي ن ن س ح
.ه أ ط ىخ ل ع ر ص ي ن أ ب ي ع ال س ي ل .و ه ي ف
ني ج و ز ال دح أ ن مةل ص ال ك ر ت .1
168 .8-7-6نهاية الـمرأة الغربية بداية الـمرأة العربية ص
ه أ و ار ط خ ل ام ظ ع أ ن م د ح أ ن و ك و ه و اس ن ال ن م ض ع اب ه ي ف ل اه س ت د ق و اه م ن ي ج و ز ال د م ع ت و ة ج ح ال ه ي ل ع ت م ي ق أ د ق داو ب يأ ل ص ي ال ة ل ص ال م د ىع ل ع ار ر ص اإل
.رذ ع ن و د ة ي ل ك ال ب
اب و ج ىف يال ع ت هللا ظ ف ح از ب ن ب هللا د ب ع ن ب ز ي ز ع ال د ب ع خ ي ش ال ة اح م س ال ق
ص ال ك ار ـت ن ع ال ؤ س :ة ل
ص ال ك ر ت ي ي ذ ال ك م ع ت م ة ل رف ك ر اف دا ك ذ إ اء م ل ع ال يل و ق ح ص أ ف ير ب ك أ ا ان ا
ل و ق ل م ل ع ال ل ه أ ع ي م ج د ن ع ر اف ك و ه ف اه ب و ج و ل اداح ج ان ك ن إ ف اه ب و ج و ب ار ق م ي ب ن ال
ر م ل اس أ "ر م ل س و ه ي ل ع ىهللا ل ص س اإل ص ال ه د و ـم ع و م ل اد ه ج ال ه ام ن س ة و ر ذ و ة ل
ه ج ر خ "]أ هللا ل ي ب س ف ي [.حي ح ص ادن س إ ب ي ذ م ر ت ال و د م ح أ ام م اإل
ص ال م ه ن ي ب او ن ن ي ب ي ذ ال د ه ع "ال م ل س و ه ي ل ع ىهللا ل ص ل و ق ل و د ق اف ه ك ر ت ن م ف ة ل
]أ ر ف ك اه ج ر خ " و حي ح ص ادن س إ ب ن ن س ال ل ه أ و د م ح أ ام م إل اه ب و ج و ل د اح ج ال ن ل [.
و ه ل و س ر ل و هلل ب ذ ك م و م ل ع ال ل ه أ اع م ج إل ر ف ك ن م م ظ ع أ و ر ب ك أ ه ر ف ك ان ك ف ان م ي اإل
ه ك ار ت ناو ه ت ا ل ع و ا ك ى ل ع ب اج و ال ف ن ي ال ح ال ل و ى ن أ ن ي م ل س م ال ن م ر و م ال ة ال
ت و ب ي ت ت س ي ص ال ك ار ـا إ و اب ت ن إ ف ة ل و ف ية د ار و ال ة ل د ل ل ل ت ق ال ر ج ه ب اج و ال ذ ل ك
ص ال ك ار ت ت ح ه ت و ع د ة اب ج إ م د ع و ه ت ع اط ق م و ة ل هللا ل إ ب و ت ي ى م ن م ى ع ذ ل ك
ح ىال ل إ ه ت و ع د و ه ت ح اص ن م ب و ج و ك ار ىت ل ع ة ب ت ر ت ـم ال ات ب و ق ع ال ن م ه ر ي ذ ح ت و ق ص ال 169.ه ي ل ع هللا ب و ت ي ف ب و ت ي ه ل ع ل ة ر الخ او ي ن د ال ف ية ل
خ ي ش ال ق و س اإل ى:ال ع ت هللا ه م ح ر ة ي م ي ت ن اب م ل
ص ال ن ع ع ن ت م ي ن )م ة م ئ أ اق ف ات ب ة ظ ي ل غ ال ة ب و ق ع ال ق ح ت س ي ه ن إ ف ة ض و ر ف م ال ة ل ب ن ي م ل س م ال ن أ م ه ر ي غ و د م ح أ و ي ع اف ش ال و كال م ك ة م ئ ال ر و ه م ج د ن ع ب ج ي ل (
إ و اب ت ن إ ف اب ت ت س ي .ل ت ق ال
ص ال ك ار ت ل ب .ة ش ي ش ح ال ل آك و ر م خ ال ب ار ش و يان الز و ق ار س ال ن م ر ش ة ل
ة ه ع ي ط ي ن م ر م أ ي ن أ اعط م ل ىك ل ع ب ج ي و ل م ل ن ي ذ ال ار غ ص ال ىت ح ب ال ص
ص ال ب م ه و ر ."م م ل س و ه ي ل ع ىهللا ل ص ي ب ن ال ال ا.ق و غ ل ب ي اه ي ل ع م ه و ب ر اض و عب س ل ة ل
و أ م ي ت ي و أ ك و ل م م ر ي غ ص ه د ن ع ان ك ن م و 170"ع اج ض م ف يال م ه ن ي اب و ق ر ف و رش ع ل
169 .93كتاب الدعوة ص 170 رواه أحمد وأبو داود والحاكم باللفظ: )مروا أوالدكم(.
ص ال ب ه ر م أ ي م ل ف د ل و ع ي و ر ي غ ص ال ر م أ ي م ل اذ إ ر ي ب ك ال ب اق ع ي ه ن إ ف ة ل ىل ع ر ي ب ك ال ر ز
ت ان م ل غ او ارب ك ك ي ال م م ه د ن ع ن م ك ل ذ ك و ه ل و س ر و هللا ىص ع ه ن ل اغي ل اب ري ز ع ذ ل ك و أ مد خ و أ اب ي ث ال و ان د ب ل ان و ل س غ ي ةي اب ب و أ ن و اش ر ف و أ اة ز ب ال و ال م ج ال و ل ي خ ال
ؤ ه ع ي م ج ر م أ ي ن أ ه ي ل ع ف اءم إ و أ ةي ر ـس و أ ةز و ج ص ال ب ء ال ان ك ل ع ف ي م ل ن إ ف ة ل
ار ت ت ال د ن ج ن م ل ب ن ي م ل س م ال د ن ج ن م ن و ك ي ن اأ ذ ه ق ح ت س ي م ل و ه ل و س ر و هللا اياص ع
171.ن ي م ل س م ال اع م ج إ ب ب اج و م ه ال ت ق ف اذ ه ع م و ن ي ت اد ه ش ال ب ن و م ل ك ت ي ار ت ت ال ن إ ف
ن ه ق و س أ و ك ا ل ب ت ر ت ت ي ت ال ام ك ح ل ال و ح هللا ه ظ ف ح ن ي م ي ث ع ن اب خ ي ش ل ل ما
ص ال ك ار ىت ـل ع ى:ال ع ت هللا ه ظ ف ح ال ق ة ل
:ة ل ص ال ك ار ىت ل ع ب ت ر ت ت يت ال ام ك ح ل ا
ص ال ك ار ىت ل ع ب ت ر ت ت ن م جار خ م راف ك ر اف ك ه ن أ ق ب اس م ي اف ن ف ر ع ن أ د ع ب ة ل .ةي و ر خ اماأ ك ح أ و ي ةو ي ن اد ـامك ح أ ة ل م ال
:ة ي و ي ن د ال ام ك ح :أ الو أ
ن ع ن ي د ت ر م ال ن م ن و ك ي ه ن :أ الو أ س اإل ل ىإ ع د ي ،ف م ل س ىاإل إ .و اد ع ن إ ف م ل ال
".ه و ل ت اق ف ه ن ي د ل د ب ن :م م ل س و ه ي ل ع ىهللا ل ص ي ب ن ال ل و ق ل ه ل ت ق ب ج و
يان ث ہ ہ ہ ھ چ ىال ع ت هللا ل و ـق ل ةم ل س م ب ج و ز ي ن أ ح ص ي ال ه ن أ ا:
ڭ ڭ ۇ ۇ ۆ ۆ ڭۓ ۓ ڭ ےھ ھ ھ ے
١٠الممتحنة: چمب ېٴۇ ۋ ۋ ۅ ۅ ۉ ۉ ې ۈۈ
الث
كرا تذإ ه نأ ا:ث
ص ال
ل ن وك ت. وخ س فني احكن ال نإ ف يل صي وه و جوزت نأ دعب ة
ر ـم ال
أ ة
م ب ا هنم ن وك يو ه يلاما عرح ز ن ة ل
ا م ي ب ن ج ال
إ دع ي م ل
ل
س ى ال
ب ع ي ا ذهي. ول صي و م ل
اء هقف ال ه نع ر
ي وأ ان جوزال دترا ا ذإ ا م ب ار فك ال اح كن اب بف د حأ دترا ا ذإ ه نإ فا. م ه د ح أ
خسفنا ن ي ج و ز ال
. وه اح كن إ اج ت ح ي ل
و قلطى ل
خ ب ى لصو ابا تذإ د قعال اد عي ل
وه و ه ل دقع يذ ال ف ل
ل
ه ل صأ نم دقعال نإ ي. فل صي .د قعال اد عى ي لا صذإ . وحيح ص ر ي غ
171 .51-50ص 22مجموع الفتاوى
. و ل سغي ل اتا مذإ ه نأ ا:ع ابر نأب دحأ ه ل وع دي نأ م ر ح ي . و ه يلى علصي ل. ون فكي ل
ي . و للا ه م ح ر ي إ ه ب ج ر خ
ا نم انكمى ل
اس نى الذأتي لئا ل هيى ف م ريو ةرفح ه ل ر ف ح ي . و ض رل
ه و. أه ت حائ رب هل ب أ
. ه ت د اه ش
ه نل
ةمرح ل
ه ل
ال . ق
ع ت
ے ۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ چ ى:ال
٨٤التوبة: چۈ ٴۇ ۋ ۋ ۉ ۈۇ ۇ ۆ ۆ
ب ت ر ك و ال ع ل ة ة ل ال ص ل ه ت د ع و و ال ال ك ف ر . ه ي ع ل ي ه ل ن ه . ة م ح ب اب ب ال ر م ن
ف ي ت د اء ع اإل ال د ع اء ت ع ال ى: ق ال ق د ھ ے ے ھہ ہ ھ ھچ و
٥٥األعراف: چۓ ۓ ة م ح ل ه ب ال ر ال د ع اء ك ان ب اب او م ن ف يع ت د اء ال
.ن ه ل ي س ل ال د ع اء ة م ح لل ل ر ت ع ال ى:م اال ي ك و ن هللا ت ع ال ىف أ ن ت ق د س أ ل ت أ ه ق د ق ال و
ٿ ٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ٹ ڤ ڤ ڤ ڤ ڦ ڦ ڦ چ
١١٣التوبة: چڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڃ
امس ا: خ ذ ب ي ح ت ه أ ن . ل ت ح ن أ ك ل ال أ ن ع ل ي ن ا ي ص ل يح ر م ال ال ذ ي ذ ب ح ل و أ ي
ذ ب ح و ل و أ ذ ب ي ح ت ه . ان ي ي ه و د ي ر ن ص و ل ح و ذ ل ك ذ ب ي ح ت ه . ن أ ك ل أ ن ت ب اح ل ل ن ا ال ن ه
ال ذ ب ي ح ة إ ال الذ اب ح ك ان إ ذ ا ل و اأ ه ل ل ل ذ ك اة . ل ل ذ ك اة ه ل ل م س ال م ث ة : و ال ي ه و د ي ث ل
و ل ت ح ث ة ال ث ل ء ال ؤ ف ه : ان ي ر ذ ب ي ال ن ص م ن ع د اه م و م ن ح ت ه م ي ن د ل ح ال م و ي ن ك ش ر ال م
ل ت ح ال ي ن ت د ر ال م ذ ب ي ح ت ه م .و
س ادس ا: ي ر ث ف ل أ ق ار ب ه أ ح د م ات ل و -أ ن ه ال ذ ي ل يأ ي ي ص م ات -ال ف ل و
ر ج ل ع ن اب نل ه ع ن اب ن ع م ل ه ب ع ي د ل ك ن ه ي ص ل يو ت ر ك ه ذ اي ص ل ي.و ال ي ت م ث لال م
أ ل ف م ل ي و نو ك ان ال ذ ي ب ع د ه م ن أ ق ار ب ه ا ب نا ي ص ل ي.و اب ن ع م م س ل مي ص ل ي.ف ال ذ ي ال
ي ر ث ه و اب ن ال ع م أ م ا ف ل ب ن ي ر ث .اإل
ك ان ل و و ك ذ ل ك ب ن م ات اإل ال ذ ي ، أ ب ع ن م ات ال و ع ن ي ص ل ي ي ص ل يع م
ف ال ذ يي ر ث ه و ع م ه و ل ي س أ ب و ه .
ق و ل ذ ل ك و د ل ي ل "ال : ل م س و ل ي ه ع هللا ل ى ص ال ن ب ي ي ر ث ل م س و ال ك اال م ف ر ال
ل م "ال ك اف ر س م ن ال م ]م ت ف ق ع ل ي ه ي ث د ع ن ه [.هللا أ س ام ة ب ن ز ي در ض ي ح
د ل ي ل ه ن اك ف يب ل إ ل ىال ق ر آن ي ر ي ش ع ل ي ه ن و ح ق ال ه ذ ا م چ :د اع يار ب ه ال س ل
٤٥هود: چحئ مئ ىئ يئ جب حب خب مب ىب يب جت حت
نهكانكافرا.ل ٤٦هود: چڤ پٻ ٻ ٻ پچ له:هللاقال
س ابع ا: ب ن ات ه م ن و ل ياع ل ىأ ح د ي ك و ن ال أ ن ه ل ك ي م أ ن ف ل اب ن ت ه .ف ل و ي ز و ج أ ن
ل ج ل ه ر ب ن ات و ه و ف إ ن ه ال ال ن اس أ ح د م ن ف خ ط ب ه ن ي ص ل ي ال ن ك اح ال ل ي ع ق د ن ه ل ه ن
ل ك اف رع ل ىال او ال ي ة إ ن م ل م،و س أ ق ر ب م ب ع د ه .و ع ل ىس ب ي ل ال ي ز و ج ه ن و ل ي اء ث ال ال م
ام ر أ ةل و أ ن ا ل ه أ ب أ ة ي ص ل ي و ع م ي ص ل يو خ ط ب ت ه ذ ه ال ر ف إ ن ع م ه اه و ال ذ ال ـم ي
ن ه ل ي ز و ج ه ا ذ او ال ي ة ال ال ذ ي ل ه ي ص ل ي ع ل ي ه ا.ال
أ ن ه ث امن ا: ه ح ض ان ة ل ه ع ل ىأ ح دم ن ال د ال .ف ل و ك ان ه ذ اال ر ج ل أ و ي ص ل ي ل ه ال
ان ف س خ د ،و ال ن ك اح ه م ن ز و ج ت ه ف ال ذ ي أ و د ال ال و ء ال ه ؤ ض ن ه ي ي خ و ل ي س ال م ال ب
ال ح ض ان ة ل ك اف رع ل ىم س ل م.ل ن ه
أ خ ر ىل ك أ ح ك ام ش أ ناو ه ن اك ان ه اأ ق ل م م ه ج ر ه و ج و ب ذ ك ر ن ام ث ل أ ال ي س ل م و
.ع ل ي ه ك اف ر و إ ذ ال ن ه ر ه ج ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ص ال ن ب ي ك ع ب ب ن م ال ك و ص اح ب ي ه ك ان
،ال ع م ل ل ت خ ل ف ه م ع ن غ ز و ة ت ب و ك .و ه ذ ا إ ل ىال ك ف ر ي د ي ؤ ف ك ي ف ال ن ؟!.ك ان ك اف راب م
ي ة :ث اني ا: و ر ك ام ال خ ال ح
ال أ م ا ك ام ال ح ف إ ن ه خ ر و ي ة ش ر و ق ار و ني خ ف ر ع و نو ه ام ان م ع ال ق ي ام ة ي و م
أ ب ي ج اء ب ن خ ل فك م او ل م س و ل ي ه ل ىهللا ع ص ال ن ب ي ع ن ي ث د ال ح ل ك و إ ذ اح ش ر ف يذ
م ع ء ال ال ك ف ر ه ؤ ر ؤ و س ه م ال ذ ي ن ة خ ال دا ج ه ن م ن ار م ق ر ه ف إ ن ل دا خ و ال ع ي اذ م ف ي ه ا
ب اهلل .
ان ي: و د ي د و ع ظ ي م و ش أ ن م ر ش ل اف ي اإ خ ك ب ي ر ة ل جداال ص 172.
2. . م ر ح نم أ ةبد و ر ال م س ف ر
172 .51 صلمكي م الحرابن عثیمین في اللشیخ وى فتادروس و
ع ظ ي م و ه ذ ام ن ك ر ت ف ي ه ع م ال ب ل و ىو ت س اه ل ب ه ث ي ر ك أ ن م ع ال ن اس ل ة م ن ال د
ة ث ي ر ك ه ي م ر و ص ح ي ع ل ىت ح ال ك ل م ع ن و اض ح ة م ن ال ع ل م أ ه ل أ ك ث ر و ق د ظ اه ر ة ح ة
ع ض و و و س اق و او ق ائ ع ه ذ اال م ةت ب ي ن ث ي ر خ ط و ر ة ه ذ اك ر و م اي ت ر ت ب ع ل ي ه .ال م
ف يو أ س و ق ه ذ ا ق ام اال م ع ل ىل ب ع ض د ل ة ي م ر ه ذ ت ح اال ا ت ل ك ف م ن د ل ة :ل م ر
:"ال ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ص ل ه أ ة ت س اف ر ق و ر ث ل ث ة أ ي امال ـم م"م ع ذ يإ ال ر ح م 173.
"إ ن ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ن ه ىص و ت س اف ر ي ن م ي و ة ي ر س م أ ة ر ال ـم ل ي أ و إ ل ت ي ن ال
مو م ع ه از و ج ه اأ و ذ و ر ح م ن ه ا"م 174.
ال ل ي ح "ال : ل م س و ل ي ه ع هللا ل ى ص ق ال و ت ؤ م ن م ر أ ة اب اهلل و ال ي و م أ ن ل خ ر
ةت س اف ر ي ر س ي و م و ل ي ل ة م م"م ع ذ ي إ ال ر ح م 175.
م اإل ق ال ل اص ه هللا ت ع ال ى:)ف ال ح م ح ر ي او ال ن و أ ن ك ل م اي س م ىس ف رات ن ه ىام
ع ن ه ب غ ي ر أ ة ر ال ـم ز و ج أ و ما ي و أ و ي ن م ي و أ و أ ي ام ث ة ث ل ك ان اء س و م ر ح م أ و
ي دا ب ر 176
(أ غ ي ر ل ق ة ة اب ن ع ب اذ ل ك ل ر و اي و ط ل مال س اب ق ة :و ه ي سال م س م اي ات و ر ر آخ
إ )ال ام ر أ ة ت س اف ر ال ذ ي م(م ع ر ح م ي ت ن او ل و ه ذ ا ي ع م و ج ي س م ىس ف ر ا م ا أ ع ل م هللا
.ا ن ت ه ى177.
ق ال –و ي و -ال ن و هللا أ ي ضا ه م ح ر )و ت ع ال ى: ف ي ز و ي ج و س ف ر ال ال ت ط و ع
اال ت ج ار ة و ال ز ي ار ة م ه و ن ح م(إ و ر ح ب م ال 178.
ك ان و إ ذ ا ج ال ح أ ر ك ان م ن ر ك ن و ه و م س ل اإل م ن ل ل م ر أ ة ف ي ه ف يال ب د م ر ح م
اس ف ر ه اف ك ي ف ج و د و ن ه ب م ح س ف ار ال ع اد ي ة ق ال ال م ن ال ه هللا م ام اإل م ح ط اب ير ال خ
)و ق د ح ظ ت ع ال ى: اأ ن ل ي ه .ع ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ص ال ن ب ي ت س اف ر إ ر و م ع ه ار ج ل ذ و ال
م ر ح م و م ن ه اف إ ب اح ة ر اف يال خ ل ه ج س ف ر ج ح ال ال ش ر ي ط ة ع د م م ع ن ب ي اال ال ت يأ ث ب ت ه
ل خ ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ف ال س ن ة ف إ ذ اك ان خ ر و ج ه ام ع ص مذ ي غ ي ر ر ح م ع ص ي ة م ل م
ز إ ل ز ام ه اي ج ج رو ه و ال ح ب أ م ي ة(ط اع ة ع ص إ ل ىم ي د ي ؤ 179
.ب ل ذ ه ب ب ع ض ال ع ل م اء
173 رواه البخاري ومسلم عن ابن عمر رضي هللا عنهما. 174 رواه البخاري عن أبي سعيد رضي هللا عنه. 175 رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة رضي هللا عنه. 176 (.1/116البريد أربعة فراسخ والفرسخ ثالثة اميال وعليه يكون البريد انثى عشر ميال )النهاية البن األثير 177 .9/103النووي على شرح مسلم 178 .8/249المجموع للنووي 179 ".62وانظر رسالة الشيخ الفوزان "تنبيهات على أحكام تختص بالمؤمنات ص 277-2/276ن معالم السن
إ ل ى ي ك و ن أ ن اش ت ر اط ي فا. ف ك ال ي را ب ص م ر ح اال م ل ]م ف ي د و ن و ر ن ام ال ظ ل م ب ن ال
[.1/51ج اس ر
ك ان و إ ن ال ش ر ط و ه ذ ا غ ي ر ع ن د ك ث ي ص ح ي ح ع ل ىر ي د ل ل ك ن ه ال ع ل م اء م ن
م ر ال ذ ي ت س اه ل ب ه ال ه ذ اف يت ش د د ه م ث ي ر .م ن ال ن اك س
و :ب د م ن ال ت ن ب ي ه ه ن اع ل ىأ م ر ي ن ال أ س اس ي ن
ال ا و ل :ل م ر ي ق و ل ث ي ر ك م ن ف ي ل ي ن ت س اه اال م ل ه ذ ا -م ر س ف ر أ ة أ ي ر ال ـم
ب د و ن م ر ح ف ي–م ث ل م اج ر ال ح ا م و ب اس ف ر أ ة ر ال ـم و د ع ه ا إ ذ ا ال ط ائ ر ة ل ه م ر ح م
و ك ان ال ط ر ف يال م ا ب ال ه ت ق ف ياس خ ر ا ل ه م ر ح ك ان م إ ذ ا و ال ت ح ر ج ال ت خ و ف ف ل م اذ ا
م و ج و دال ا م ن و ؟ ل ل اب ن ال ش ي خ ل ف ض ي ل ة ف ت و ى ه ن ا أ س و ق ه ذ ا ع ل ى ي نج اب ة ع ث ي م
ت ع ال ى هللا ه م ح ف ي ه اب ي ان و اض ح ر ن اأ ر اد ل م و ق ال ح ي ر ف إ ل ي ك ال س ؤ ال و ج و اب ه :ل خ
س:ه ل ز و م ع و ج و د اي ج م؟م ن ب د و ن ل ل ل م ر أ ة أ ن ت س اف ر ب ال ط ائ ر ة ر ح م
:"ال ل م س و ل ي ه ل ىهللا ع ص ال ن ب ي إ جـ:ق ال ت س اف ر ام ر أ ة م"م ع ذ ي ال ر ح ل ق ام
و ه و ذ ل ك ط ب ي خ ع ل ى ج ، ح ال أ ي ام ف ي ن ب ر ال م ر س و ل ي ا ف ق ال : ر ج ل ف ق ام إ ن هللا
أ ت ي ر ام ة،خ ر ج ت اج إ ن يو ح اك ت ت ب ت ة و ك ذ او ك ذ ا.ف يغ ز ال ن ب ي ملسو هيلع هللا ىلص:"ان ط ل ق ف ق ال
ام ر أ ت ك " م ع ف ف ح ج ال ن ب ي ه ر ال غ ز أ م ي د ع ملسو هيلع هللا ىلصأ ن ج ي ح و ام ر أ ت ه و م ع ال ن ب ي ي ق ل ل م ،و
ع ل ىن ف س ه ا آم ن ة ام ر أ ت ك ه ل ن س اء ؟ملسو هيلع هللا ىلصل ه م ع ه ا ه ل ؟أ و م ع ه ي ه ل ا؟أ و ان ه ي ر ج
ف د ل ل ك ال ن ه ي ع ن س ف ر ذ م.ع ل ىع م و م ر ح م ب ل أ ة ر ن ل و ال ـم ر ط ال خ ت ىح اص ل ح
ي عاف يش ي ـال ط ائ ر ة و ل ن م ف ي م ت ت ب ع ذ ل ك .ج
ب ال ط ائ ر ة ام ر أ ت ه ت س اف ر أ ن ال ذ يأ ر اد ت ىف ه ذ اال ر ج ل ت ش ي ي ع ه ا،م م ن ؟ي ر ج ع
ي ر ج ع ال ط ائ ر ة إ ن ه ر ك و ب ان ت ظ ار ه ا ع ن د ، و س ت ب ق ى ف ي ب د و ن ال ص ال ة مه ذ ه ر ح م
م ع ه ا د خ ل ال ر ج ل أ ن ت ىو ل ن ف ر ض ح أ د خ ل ه ا ة ، ائ ر ال ط ال ط ائ ر ة و أ ق ل ع ت ن ك ي م أ ف ل
أ ث ن اء ال ط ائ ر ة ت ر ج ع ال ط ر ي ق أ ن ؟ و ار د ه ذ ا . ص ل ي ح و ال ط ائ ر ة أ ن ل ل لخ ع ج ت ر ق د
ا أ ن ه ض ل ن ف ر ،و ي ة و ال ج ال و ل ل ح ،أ و ه ااس ت م ر ت ف ن ي و و ص ل ت ف يس ي ر ي ن ة د إ ل ىال م
ا، ف ي ه ب ط س ت ه ال ت ي و ل ك ن ط ر م ش غ و ص اال م ر ال أ ج و اء ص ار ت أ و غ ي ر ط ار ال م
ة ال ح ل ل ه ب و ص أ ن ض ن ف ر ل و ، ل ت م ح م ذ ا ف ه ، ر آخ ك ان م إ ل ى ة ال ط ائ ر ان ت ق ل ت ث م ، ط
ق ام ت ف يال ط ائ ر ة ق ر ال و ق ت ال م ط ار ف يال م ه ب ط ت ،و ر ق ر ،ال م ر ل ك ن م ر ح ال ذ ي ال م
ك ان ي ن ت ظ ر ه ا ض ر ي ح ان ت ف ىح د ثل ه يءب س ب ب ط ار ل م ال ت م ح ه ذ ااال أ ن ض ل ن ف ر ،و
، ر ق ر ال م ق ت ف يال و م ر ح ال م اء ج ي ت ب ق ىع ن د ن ام ن و ر ط م ن ال ذ ي ال خ ن ج ن ب إ ل ىي ك و
ه ذ ه ة ؟ ال ط ائ ر ف ي أ ة ر ح الال م ك ل ع ل ى ام ر أ ة ت ك و ن ال ن ه ار و ج إ ل ى ن ي ك و ف ق د ،
ح ز ي م او إ ل ي ه د ث ي ت ح او إ ل ي ه ك ح هللا ي ض ب اد ع ن و أ خ ن م ن ق د ي ك و ل ج ه ذ اال ر و ل ج ر
ا، ع ه م ر ق م و ي أ خ ذ ل م ي س ي ال ذ ن نا؟م ك م م ه ذ ا أ ل ي س ، ه ات ف ه ق م ر ا ي ه ي ع ط ا،و ن ه ت ل ي ف و
.؟! ط ار ه ال خ ه ذ ن م
ة م ك ال ح د ت ج ذ ا ل ه و ي ال ع ظ ي م ة ف ين ه ال ر س و ل س ف ر ع ن ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ص
ل ىهللا ا ص ل س و ال ر :إ ن ل ت ق و ق د ن ي ي د،ل ك ت ق ن ب د و ي ل،و ت ف ص ن مب د و ر ح م أ ة ب ل ر ل ـم
، ات ال ط ائ ر ه ه ذ ع ن ل م ي ع ل م ،و ال غ ي ب ل م ي ع ال ل م س و ل ي ه ف ل ن ح م ل ك ل م ه ع ل ىال س ف ر ع
ال ع ل ى ال م ع ل ىال ط ائ ر ات ج م،ال ر ح م ي ذ ع م إ ال ي ر أ ة ع ل ىال ب ع ر ال ـم ر ت ف اس ،ف ل
ل م .. ي ع ا م ل س و ال ر ل ن ال ط ائ ر ات ع ن ال ت ى ت ق ط ع س اف ة ال م م ا ب ي ن إ ل ىال ط ائ ف
ف يال ر ي اض و ر ب ع ع ل ىه ذ ا:أ ن ه ب ي ن س اع ة اب و ل؟ف ال ج رك ام ف يش ه ي ق ط ع اك ان م
ال ر س و ل إ ذ اك ان ال ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ل م ،ي ع ل م ص ي ع ان ه س ب ح ل س و ال ر ب ر هللا و ،ف إ ن
:ع ز و ج ل ي ق و ٨٩النحل: چڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ڄ ڃ چ ل
ف أ ن اأ ح ذ ان ي و إ خ ة ،م ن ه ذ ه ال ظ اه ر ة ر ي ر ط أ ة س ف ر ف يو ه ي ال ت س اه ل ال خ ر ال ـم
م، ر ح م ب ل ال س ائ ق خ ل و أ ي ضام ن أ ح ذ ر ه م ف يك م ا أ ة ر ب ال ـم و ل و ،ال ب ل د ف يال س ي ار ة
ر ال م ل ن ف يال ب ي ت أ ة ر ب ال ـم ة ج و ال ز ي ب ق ر ل و خ ن م أ ي ضا ه م ذ ر أ خ ا ك م ، ي ر ط خ
: اق ال ل م س ئ ل ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ص ن ب ي ال "إ ي اك م و ال د خ و ل ع ل ىال ن س اء "ق ال و اي ال ن
؟:أ ف ر أ ي ت هللا ر س و ل و م "ق ال :ال خ ت و ال م و م .أ ي ا ح ذ ر م ن ه أ ش د "ال خ ذ ر ال ح
ال ع ل م اء ب ع ض أ ن -و ال غ ر ي ب م ع ن ه ع ن ا هللا –ع ف ا و م "ال ح ل ه ع ن ىق و م ق ال
ال و م ال ح أ ن أ ي :" ت و ام ال م ع ل ى د خ و ل ه م ن ب د أ ن ك م ا ق ر ي ب ة ر أ ة ال ت و ب د ال م
م ن ه 180.
ال ث انيم ل ا ر ي ت ش ب ث ا:ش ب ه ة ب ه ال ن اس ب ع ض ا إ م ح س ن ع ن خ ب ثن ي ة ع ن أ و
ي ة و م ف اد ه ذ ه ال ش ب ه ة :ط و ال س ف ر ن م أ ة ر ال ـم ن ع اذ ات م اذ او ح د ه او أ ي ن ال ث ق ة ف ي ه ال م ل م و
اإ ل ىغ ي ر ب ه ال ظ ن س ن ن ح ذ ل ك م ن ال ك ل م .ال
ع ب د ال ف اض ل ال ش ي خ ال ش ب ه ة ع ل ىه ذ ه أ ج اب ل يو ق د ل ال ج هللا ت ع ال ىح ف ظ ه هللا
ال ح ر س ال ت ه ف ي ة ي ر غ ة ال ص ب ي ر ال ك م ة ".ط ر ي ق ف يال ف ائ د ة "ش ب ه ات ج ل م س ال م أ ة ر ال ـم
180 .278-277دروس وفتاوى في الحرم المكي للشيخ بن عثيمبن ص
ت ع ال ىف ق ال ح ف ظ ه م ان ص ه :هللا
ال س ادس ة ة ال ش ب ه
؟ م ر ح م ع م ال س ف رإل من أ ة ر ال م ن ع اذ ات م ل لم ي ق و
أ ن ه و ح ق ي ق ة ه ذ ه اذ اال ش ب ه ة ع ن د ه م ت ع ط ىل م أ ة ال ر ال ـم ال ك ام ل ة ؟ن ف س ه اف يال ث ق ة
اذ ا اأ ح س ن و اال ظ ن ؟ه ذ اال ت خ و ف ال ش د ي د ل م اف و ت خ ال أ ة ر ع ل ي ه ا.ب ال ـم
ق ي ق ة ال ح و ف ر ض أ ن م ر ح ال م ال ـم م ع ت ب ر ي ع أ ة ر ل ت ش ر ي فا ا؛ ل ه اما ر إ ك ه ذ او ن
ق ة ق ي ف يال ح ت ب ر ي ع م ر ح ال م أ ن ه خ اد ما ا ك م ا، ل ه ة ال ت ام ة اح ال ر ي ي س ر و ا ن ه و ب ش ؤ م ي ق و
ال ع اب ث ن ام ت ه ام ك ر او ف ه اي ةل ش ر م ح ت ب ر .ي ع اء ال س ف ه و ي ن
ل س و ال ر ل ق و قاإ ن ملسو هيلع هللا ىلص:ح ت س اف ر أ ن ر خ ال م ال ي و ب اهلل و ن م ت ؤ أ ة ر م ال ل ي ح "ال
ه ر أ م م".و ر ح م اذ و ع ه م و ملسو هيلع هللا ىلصإ ال ع م ج ل ي ح ي ذ ه ب أ ن ة و ف يغ ز ت ت ب اك ي ال ذ ل ج ل ل ر
ز ب ل ا ه ب ن ف س ا ث ق ت ه أ ة ر ال ـم ي ف ق د ل ن ه ذ ا ا، ه ن ف س أ ة ر ال ـم ة ل ح ص ل م ل ك ذ ك ل ت ه ج و
ت ىش اء ت م ت س اف ر أ ة ر ل م ل ل قال ع ن ان إ ط ا.إ ن ت ه م س ل ن م ي ض او ه اع ل ىن ف س ئ ن ه م ي ط
ر ح م ن ب د و و ل ك ذ أ ن ا ك م ، ي اء ع م ت ن ة ل ف ك ل ه ع ت م ج ال م ض ي ع ر و ا ض ه ي ع ر ف س و م
ي ي ق ض ا ب م ل ر ا ب ه ب ص ي ت ر و ء س و ا ب ه ي د ي ر ن م إ ن أ ة . ر ال م ة م ب س ل ة ر اط خ م ت ب ر ي ع
ف ش ر ل ى ع ي ي ق ض و ا ي ات ه ح ع ل ى ي س د ال ج ع ف ال ض أ ة ر ال ـم ب ي ع ة ط ن م إ ن و ا، ه
ي ن د ر او ع ف ه اب س ب ب ض ل ي ه اي ت س ل ط ع ب م ل ر ث ي را،و ك ل ج اال ر ل ب ه ف ي غ ي ة ص ال ش خ ع ف ض و
ن م ا،و ت ه ام ك ر او ه ن ف س ف اع ع ن د ل ىال ع ر ت ق د ب د أ ن ماال ز راال أ م م ر ح ال م ه ن اك ان
ن ه م ب د ال ر أ م ام ر ة ال ح ل و ال خ ب ي ن أ ة و ر ال ـم ب ي ن ل و ي ح ي ال ذ م ر ح ال م اأ ن ن ه ،ك م ف ق د م
ل س و ل ملسو هيلع هللا ىلصن ه ىال ر ن ب ي ة ال ج أ ة ر ب ال ـم ة ل و ال خ ع ن ي ث ح ر ط ال خ ن م ل ك ع ل ىذ ت ب اي ت ر م
ي ة ف م ر ح ال م أ ن ب ي ن.إ ال دم ل د و ع د و ال ش ي ط ان ة ،و ل و ال خ ه ه ذ ث ال ث ه و ال ش ي ط ان يأ ن
أ ي ع ت ط ي س ال ن اس ن م ث ال ث اأ ي ف يف يه ي ك ة ل و ال خ ه ه ذ اه ذ ك ل و ة ل و ال خ ه ه ذ ف ي ك ش ن
ل س و ال ر ن ع ت ىم أ ة ح ر ال ـم ق ل ع ل ىأ خ ف اظ ملسو هيلع هللا ىلصح ل ج ذ اال ر ل ه ب ي ة أ ة ال ق ر ر ة ب ال م ل و ال خ
ل ي ق و ال ه خ و ه ع م ج و و خ ال ز اك أ ه م ار ح م ن م ي ك ن ع ل ىملسو هيلع هللا ىلص:"إ ذ ال م ل و ال د خ و إ ي اك م
ن ج م و ال ز ب أ ق ار ه م "و ت و ال م و م ال ح ؟ق ال و م ال ح أ ي ت هللا :أ ر ل س و ي ار ق ي ل ال ن س اء
. م ار ح ال م غ ي ر
ب ع د و ال ش ي ط ان ل ت س ل ط ال د ق ي ق ة ت ي اط ات ح اال ه ه ذ ال ل و و ت ار ل ص و ، آد م ن ي
ط ة ر ال و ن ام ه ل ي ص أ ة ت خ ر ال ـم ي ر ر د ع وت ح م ي ع ت ط ي س ن ئ ذل ن ي ح و ي ة ح ال ض ه ي ة أ ر ال م
. ق ع ة ت و ال م
م س ل ا،و ي ن ه د ا،و ق ه ل ع ل ىأ خ اف ظ ي ح ي ال ذ م ر ح ال م ت ب ر ي ع ل ل ي لف ه ت ق ا ي ات ه ح ة
ك ه ي د ر اال ي ت ه ر ح او ق ه ق و ح ن م م ه م ء ز ه ذ اج أ ن ق ا؟ال ح ب ه ل ث ق ة ل ل با س او ن ه أ ش ن م
ان. إ ي م ر ب ن و ق ل ب ه هللا أ ن ار ن م إ ال 181.
ةذ ك ع ب ق ص ض و و ه ذ اال م ت م أ خ ت ع ال ى:و هللا ف ظ ه ال ل ب ان يح ه اال ش ي خ ر
: ة ه ال ق ص ه ذ ة ص ل خ و
ا ه ج و ز ع م د ع و ع ل ىم ك ان ت ا ل ن ه ط ار إ ل ىال م ا ب ه ذ ه ب أ ة ر م ال ا م ر ح م أ ن
ظ ت ح ال ة ال ط ائ ر أ ق ل ع ت ا م ب ع د و ط ار ال م أ ة ف ي ر ال ـم ه ه ذ أ ن ال د ن ي ئ ة ي ف ة ض ال م
ة ال ط ائ ر ق ائ د ب ار ي ف ة ال د ن ي ئ ة ب إ خ ض ال م ت ف ق ام ال م ال ج ن طم ع ل ىق س ك ان ت ه او د ف ر ب م
ق ن م ك ان ا ف م ه ا د ف ر ب م ا أ ن ه و أ ة ر ال ـم ت ل ك ال م ج ع ن ف ر ح أ ن إ ال ة ال ط ائ ر ائ د
ب ع د و ل ل خ ة ال ط ائ ر ف ي أ ن ة ج ب ح ر آ خ ط ار م إ ل ى ل ي ال ص ه ا س ار م ع ن ة ال ط ائ ر
إ ل أ ة ر ال ـم ت ل ك ب ة اح ب م ص ي ف ة ض ال م ت ق ام ط ار ال م ل ك ذ ف ي ة ال ط ائ ر ط ه ب و ك ان ىم
ك ل ه ه ذ ا ب ع د و ه ا د ف ر ب م ا ن ه ل ك و ا ان س ت ه ؤ م ي د ت ر ا أ ن ه ا ن ه م ع ما ز ك اب ال ر ة اح ت ر اس
ا ف م ام اي ر ءع ل ىم ش ي ك ل ب أ ن ة ق ائ د ال ط ائ ر ت ب ر أ خ بث م ن اس ك انم م ي ئ ة ب ت ه ت ق ام
ل ك ب ع د ذ ال ش ن ع اء ل ه ب ف ع ق ام ث م ن م او إ ل ي ه ل د خ ث م ك ان إ ل ىال م ع أ س ر أ ن ن ه إ ال م ان ك
ه ن اك و د ق ص و ال م ط ار اإ ل ىال م ل و ص ت ىو ح م ل ت ه ح ار ل و اص و و ة ال ط ائ ر ك اب ال ر ع د ص
ح م ك ان ن ر و ت ت ص أ ن أ ن ت ن ن ل ك ا ل ه ى ر ج ا ب م ت ه ب ر ف أ خ ه ا ب ان ت ظ ار أ ة ر ال ـم م ر
ه . ر ش ع و
م .3 ر ح غ ي رال م ة اف ح ص م
. م ر ح ال م غ ي ر ة اف ح ام ص ف ي ه ال ن س اء ن م ث ي ر ك ي ت س اه ل ال ت ي ال ف ات خ ال م ن م و
. ال ش ر و إ ل ىال ف ت ن ة ب اب و ف ه ز و ي ج م ال ر ح ه ذ ام و
181 .49-48شبهات في طريق المرأة المسلمة ص
ة ك ث ر و ا ل ي ه ع ن ك ار اإل ي ة ش خ ا ك ه ت ر ي ع ت ط ن س ال ع اد ة ه ه ذ أ ن ي ق ل ن ب ع ض ه ن و
ي مأ ن ه ذ اال ك ل ث ل ع ل ىم اب و ال ج ا.و ت ع ال ى:ال ع ت اب ل ه :ق ال ڱ ڱ ڱ ڱ چ ق ال
٢الطالق: چں ں ڻ
إ ل ىال ن اس هللا ك ل ه هللا و ط ب س خ ض ىال ن اس أ ر ن :"م ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ص ق ال و
" ال ن اس ن ة ؤ م هللا ك ف اه اهللا ض ب ر ط ال ن اس ا س خ ن م و 182.
ف ي ا ح ي ش ر و ك ي س ر ا م هللا ن م ي ن س ت ر و هللا ع م ق ي د اص ت ال خ و ال م ا أ ي ت ه
. ك د ر ص
. ال ت ف ات ال و ن ز و ال او ل ه ة ق ي م ف ل هللا ر أ م ال ف ت إ ذ اخ ال ع اد ات و
ه ذ ا ي م ر ع ل ىت ح ال د ل ي ل الن إ ل ي ك و ل ك ذ أ ن ك ر ن م ب ه ي ب ر اخ و ي ه ف ظ ف اح ر ال م
ت ع ال ى: هللا ر ب أ م ي ه ذ ك ر و ل ي ك ع
ي ب اي ع ل م س و ل ي ه ع هللا ل ى ص ال ن ب ي ك ان : ق ال ت ا ع ن ه هللا ي ض ر ع ائ ش ة ع ن
: ي ة ال ذ ه ب ه م ب ال ك ل ش ي ئا"ال ن س اء ب اهلل ن ك ر ي ش "ال 183
ل س و ي د ر س ت ام م :"و .ق ال ت
ا" ه ن ك اح ل ك ي م ي ا"أ ل ك ه أ ةي م ر ام أ ةإ ال ر ام ي د ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ص هللا
184.
ي د ه ص لىهللا س ت ام هللا م و ال :و ق ال ت ر ف يل ف ظآخ ق ط و أ ة ر ي د ام ل م س و ل ي ه ع
. ل ك ع ل ىذ :ق د ب اي ع ت ك ل ه ب ق و إ ال اب ي ع ه ن .م ب اي ع ة ف يال م 185
ن ا؟ ف ح ت ص أ ال هللا ل س و :ي ار ق ل ن ال ن س اء :إ ن ال ل ف اظ وف يب ع ض 186 ل ي ه ع ف ق ال
ال س ل و ة ل ".ال ص ال ن س اء اف ح أ ص م :"إ ن يال 187
ل ي ه ع ل ىهللا ص هللا ل س و ر :ق ال ق ال ت ع ال ىع ن ه هللا ي ض ي س ارر ع ق لب ن م ع ن و
أ ةال ر ام س ي م أ ن ن م ي ر ي دخ د ح ن ي طم لب خ ج ر أ س ف ير ع ن ي ط :"ل ن ل م س و ل ت ح
ل ه ".188
182 أخرجه الترمذي وغيره. 183 .12سورة الممتحنة من اآلية 184 أخرجه البخاري. 185 بخاري.أخرجه ال 186 أخرجه أحمد. 187 أخرجه مالك وأحمد والنسائي. 188 .226أخرجه الطبراني والبيهقي/ أنظر السلسلة الصحيحة حديث رقم
ف ي ة ر ه و ش ال م ب ع ة ال ر ذ اه ب ال م ل أ ه ن م اء ال ع ل م ال أ ق و ب ع ض ن ال ق أ س و و
. ر ه ذ اال م ن ع ب ي انم
إ ن و ا ك ف ي ه و ا ه ه ج و س م ل ي ح ]ف ل : ن ف ي ة ال ح ن م ي او ال ط ح ام م اإل ق ال ن أ م
ة ...[ و ال ش ه 189
ل ي ه ع ال ن ب ي )ك ان : ي ة ال ك ال م ن م ب ي ال ع ر اب ن ر ب ك أ ب و ي ال ق اض ام م اإل ق ال و
ال ف ع ل و ل ب ال ق و ال ع ق د د ة ل ش ي دا ك ت أ ب ال ي د ف يال ب ي ع ة ال ج ال ر اف ح ي ص م ال س ل و ة ل ال ص
ل م أ ة" ر ام ائ ة ل م ل ي ك ق و د ة اح و أ ة ر م ال ل ي ق و "و : ل ه ن ف ق ال ل ك ذ ال ن س اء ف س أ ل
ل ذ ل ه ل ي ح ن م إ ال ة ل ه ن ب اش ر ال م ي م ر ت ح ن م ي ع ة إ ل ي ن اف يال ش ر ع ز اأ و ل م ه ن اف ح ي ص ك
) ن ه ن م 190.
ي ق ة ب ط ر س ال م م ر ح ال ن ظ ر م ر ح ي ث ح )و : ي ة ال ش اف ع ن م ي و ال ن و ام م اإل ق ال و
ل ذ ة( ل غ أ ب ل ىل ن ه ال و 191.
ف ق أ ة ر ال م اف ح ي ص ل ج ال ر ع ن د م أ ح ام م اإل ف س ئ ل ن اب ل ة ال ح ن د ع ا أ م (و )ال : ال
:ال ق ال ب ه اب ث و ه اف ح :ف ي ص ان ر ه م ب ن هللا ع ب د ب ن د م ح م داف ق ال ج ف ي ه ش د د و 192.
ق ال أ ل ة س ال م ه ه ذ ل و ح ي ال ش ن ق ي ط د م ح م ة م ل ل ع ل ي با ط ما ك ل إ ل ي ك ق أ س و و
ت هللا ه م ح ر اف ح أ ص ال "إ ن ي : ق ال أ ن ه ل م س و ل ي ه ع هللا ل ى ص ع ن ه ث ب ت ع ال ى:
" ال ن س اء 193: ل ت ع ال ىي ق و و ك هللا ت ب ار .و ي ث د وئ ۇئ ۇئ ۆئ ۆئ ۈئ ۈئ چ ال ح
٢١األحزاب: چېئ جئ ال ن س اء اف ح ن ص ال ن اأ ن م ف ل ي ز ل ي ه ع ل ىهللا ص اق ت د اءب ه
أ ن ع ل ى ح اض و د ل ي ل ال ب ي ع ة ق ت و اف ح ي ص ال ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ص ن ه ك و و ل م س و
أ ال ن ب د ن ه ن م ي ئا ش ب د ن ه ن م ء ش ي س ي م ال و أ ة ر ال م اف ح ي ص ال ل ج اع ال ر ن و أ ف خ
ا ن ه م ت ن ع ف إ ذ اام ة اف ح ال م ص س املسو هيلع هللا ىلصال ل م ي ه ي ق ت ض ي ال ذ ق ت –ف يال و ب اي ع ة ال م ق ت و ه و و
ه – ل ن ه ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ص ال ف ت ه خ م د ل ح ل ي س و ز و ت ج ال ا ع ل ىأ ن ه ل ك ذ د ل و
" ات ه ي ر ت ق ر و أ ف ع ال ه و ال ه ب أ ق و ت ه ل م ع ش ر ال م 194.
189 .5/235حاشية ابن عادبين 190 والحديث المذكور أخرجه مالك والنسائي. 96-7/95عارضة االحوذي 191 .7/28روضة الطالبين 192 .2/269اآلداب الشرعية 193 ك وأحمد والنسائي.أخرجه مال 194 .6/603أضواء البيان
ف إ ن ل ي م س غ ي ر م ك ل ه ذ ا و ائ ل ب ح ز و ت ج ة اف ح ال م ص ب أ ن م ه ب ع ض ي ت ع ل ل ق د و
ف يك ت ق د م ق د ائ ل.و ح ن ب د و ل ص ت ح ق د ال ف ت ن ة ن ع ت ع ال ىم ه هللا م ح د ر م أ ح ام م اإل م ل
أ ن اب و ال ص و ة ب ي ر ال ك ة اف ح م ص ز و ي ج ب أ ن ه ن و ر آخ ي ت ع ل ل و ائ ل ب ح ل و و ة اف ح ال م ص
و ل ك ذ ف ي ق ف ر ال ة ب ي ر ال ك و ة ي ر غ ال ص ف ي ة ع ام ص ىال ن ص و ب ف ت و م ال ك ل ت م أ خ
: ال س ائ ل ق ال ث ب ح ه ذ اال م ل و ح ب از ب ن ش ي خ ال ة اح ل س م
ن ب ي ة ال ج أ ة ر ال م ة اف ح م ص م ك ح ا م زا–س: اج ح ه ا ع ل ىي د ع ت ض ك ان ت إ ذ ا و
ه و م ك اال ح ه ..ف م و ن ح بو ث و ن م ك ان ت ش ي خاأ و ش اباأ و اف ح ال م ص إ ذ اك ان ت ل ف ي خ ل
زا؟. و ع ج أ ة ر ام
: ل ه ت ع ال ىب ق و هللا ف ظ ه ح اب ف أ ج
ائ ز ع ج أ م ش اب ات ك ن اء س و ل قا ط م م ار ح ال م غ ي ر ال ن س اء ة اف ح م ص ز و ت ج ال
اء س و ا.و م ن ه م ل ك ل ال ف ت ن ة ر ط خ ن م ل ك اف يذ ب ي رال م ش ي خاك ش اباأ م اف ح ال م ص ك ان
هللا ل س و ر ع ن ح ق د ص ملسو هيلع هللا ىلصو ي ض ر ع ائ ش ة ق ال ت ".و ال ن س اء اف ح أ ص :"إ ن يال ق ال أ ن ه
ي د ر س ت ام ا)م هللا هللا ع ن ه ل ملسو هيلع هللا ىلصس و ال (و م ب ال ك ل إ ال ي ب اي ع ه ن اك ان م ق ط أ ة ر ام ي د
ي ف ض ائ ع ال م ذ ر ال ل س د و ل ة ال د م و ائ لل ع م ح ب غ ي ر ائ لأ و ه ب ح اف ح ات ص ن ه ك و ب ي ن ق ف ر ة
. إ ل ىال ف ت ن ة 195.
4. ج ر ال ذ ه بال ت ح من ء اش ي ع ل ي ه امإذ اك ان ر ح ال من
ال ذ ه ب . ن م ء اش ي ل ي ه ع إ ذ اك ان أ ة ر ل م ل ام ر ح اإل ن م ج ر ال ح
اع ن و أ ن م ء ش ي ا ل ي ه ع و ج ح
ال أ و ة ر ل ع م ل ت م ر ا ح إ ذ ا ال ن س اء ب ع ض ج ر ت ت ح
ف ي ث ر ي ؤ ال ل ك ذ أ ن اب و ال ص ه او ر أ ج ي ق ل ل او ه ام ر ل ىإ ح ع ث ر ي ؤ أ ن ه ت ظ ن ل ىو ال ح
ل م ال ع ل أ ه ن د م أ ح ي ذ ك ر ل م ه او ر أ ج ي ق ل ل ال او ه ام ر إ ح ة ح –ص ث ال ب ح س ب –ح أ ن
ل ال ح ا.ب ق اء ه ام ر ف يإ ح ث ر ي ؤ أ ة ر ع ل ىال م ي
ف ي ل ي ال ح ي ذ ك ر ل م م ر ح ال م ت ن ب ه ي ج ا م ر ك ذ ن د ع ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ص ال ن ب ي و
. ال ن س اء ق ح
هللا : ف ظ ه ح ب از اب ن ش ي خ ال ة اح س م ق ال
195 185-1/184الفتاوى –كتاب الدعوة
ر ل م ل ز و ا"ي ج ع ل ه ر ي ش و ل ك ذ و ن ح و ات م و خ ذ ه بأ و ة ر ه اأ س و ب ي د و م ر ت ح أ ة أ ن
ا" ب ه ت ن ة ال ف ي ة ش خ م ار ح ال م ي ر غ ال ج ال ر ع ن ل ك ذ س ت ر 196
نع ذ ر .5 د ادبد و ح ال ال عد ةو ت أ خي ر
ال ن س ب ع ض ةي ت س اه ل ر ت ع ذ م ا ق ت ه و ع ن ه ا ر خ ت ؤ ف ب ع ض ه ن ف اة ال و د ة ع ف ي اء
ائ ز. ج ي ر غ ك له ه ذ ا و ق ة ت ف ر م ق ات أ و ف ي د ة ال ع ي ق ط ع ن ه ن ب ع ض و ا غ ال ه أ ش ب ب ع ض ال د ة ع ف ي أ ة ر ال م ت ب د أ أ ن اب و ال ص ت ىو ح ا ه ج و ز ف ي ه ات م ي ال ذ م ال ي و ن م ف اة و
ت ع ال ى اق ال را.ك م ع ش ه رو أ ش ب ع ة أ ر ل م ت ك ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ چ :ت س
٢٣٤البقرة: چڤ ڀپ پ پ پ ڀ
هللا ف ظ ه ح ي ن ع ث ي م اب ن ش ي خ ىل ل ف ت و ه ن ا ق أ س و و ف ي
ت ب د أ ل م أ ة ر ام ت ع ال ىع ن
را ش ه ل ت م أ ك أ ن ب ع د و ا ه ج و ز ف اة و ن م ه ر أ ش ب ع ة أ ر ر و ر م ب ع د إ ال د ة ب ع د –ال ع
ب ع ة ال ر ه ر د ة .–ال ش ال ع ت ل ك ن م ت ج ر خ
ل ب ق و هللا ف ظ ه ح اب :ف أ ج ه
د ة ب ال ع ت ب د أ أ ن أ ة ر ال م ع ل ى ب اج ال و ل ن م ر ح م ل ع م ن ك م ل ال ع م ه ذ ا ]إ ن
ل ه ل ق و ل ك ذ ع ن ر ت ت أ خ أ ن ا ل ه ل ي ح ال و ا ه ج و ز ف اة ب و ا ه ل م ع ي ن ح ن م د اد ح اإل و
چڤ ڀپ پ پ پ ڀ ٱ ٻ ٻ ٻ ٻچ :ت ع ال ى
إ ث م ٢٣٤البقرة: د ة ال ع ف ي ع ت ش ر ث م ر ه أ ش ب ع ة ال ر ت ت م أ ن إ ل ى ك ان ت ظ ار و
ا ل ي ه اد ع از م و ة أ ي امف ق ط ر ع ش إ ال د ة ال ع ن م ل ك س ب ي ح ال و ل ج و ي ة هلل ع ز ع ص م و
ال ح ف ص ال ل ال ع م ن م ث ر ت ك أ ن و ل ج و ع ز ب يإ ل ىهللا ت ت و أ ن ل ي ك ع د ةو ف يع ل س ت إ ن ك
ت ق ض ى[ اال ق ت ه و اء ان ت ه ب ع د د ة ال ع و ل ك ي غ ف ر هللا ل ع ل 197.
ة. .6 ال ق صي ر ثي اب ةال غي ر ال ص لب اس
ن ب ن ات ه ل ي ن ت ر ي ش ال أ ن ه ن ظ ح ف ي ل ات ه ال م ن ث ي رم ك ن د ع ة ش ائ ع ة ر ظ اه ه ه ذ و
ال ب ن ات ب أ ن ن ي ت ع ذ ر ذ ن أ خ ات ه ال م ب ع ض ل ك ف يذ ح ن ص إ ذ ا و ة ي ر ال ق ص ال ث ي اب إ ال
196 .21فتاوى تتعلق بأحكام الحج والعمرة والزيارة ص 197 66-65فتاوى المرأة، ص
أ و ات ي ر غ ص ال ت ي ي ة اه ال و ج ج ح ال ن م ه ه ذ و ة ي ر ال ق ص ث ي اب ع ن ىال م ك ن ي د ر ال ن ه ن
. ال ن س اء ن م ث ي ر ال ك ن ة ع ل ىأ ل س ت ج د ر
ءف إ ع ل ىش ي د إ ذ ات ع و ي ر غ ال ص أ ن ن ل م :اع ي ق ال ات ه ال م ل ت ل ك و ي ن ش أ ن ه غ ال با
هللا . م ح ار م إ ال ل ي ه ع
: ر ال ش اع اق ال ك م
ه أ ب و د ه ع و اك ان ف ي ن ا#ع ل ىم ال ف ت ي ان ء ي ن اش أ ي ن ش و 198
ة ل ك ث ر را ن ظ ن ه ب ع ض ن د ع ي ق ل ق د ي اء ال ح أ ن ل ك إ ل ىذ اف ي ض و ي ر ال ق ص ل ب اس
.) س اس ح اإل ق ل س اس م اإل )إ ذ اك ث ر اق ي ل ك م و
ا. ت ه غ ي ر ع ف ف ت ض ي ر اال ق ص ن ت ه اب ع ل ىل ب اس ل م اق د ت ت أ ق ن ف س ه م ال إ ن ب ل
ع ن ال س ؤ ي ن ع ث ي م اب ن ش ي خ ال ل ة ي إ ل ىف ض ه ج ه :و ه ذ ان ص ر ه ذ اال م
ال س اق ي ن ع ن ف ت ك ش ث ي ابا ات ي ر غ ال ص ن ب ن ات ه ن ي ل ب س هللا ه د اه ن ال ن س اء ب ع ض
ل ن اذ ر ي ض ل م و ق ب ل ن م ل ك ذ ك ن ان ل ب س ن ن ح ق ل ن ات ه ال م ء ال ن اه ؤ ح إ ذ ان ص ب ع د و ك
؟. ل ك ب ذ أ ي ك م ار ن اف م ك ب ر أ ن
ه : ان ص ت ع ال ىب م هللا ف ظ ه ح اب ف أ ج
اإ ذ ا ة ل ن ه ي ر غ ص ي ه و ل ب اس ه ذ اال ن ت ه اب ي ل ب س أ ن ن س ان يل ل ب غ ي ن ال أ ن ه ى أ ر
ه و ل ي ه ع ب ق ي ت ت اد ت ه ع ل ىاع ه اب ق ي ت غ ر ص ن م ة م ش ال ح د ت ت ع و ال و أ م ه ر اأ م ل ي ه ع ان
أ ه ل ل ب اس ك ن ي ت ر أ ن ات ل م س ال م ات ن ا و أ خ ب ه ح أ ن ص ي ال ذ و ه ا ك ب ر ف ي ال ال ح ت ل ك
د ن ي ع و أ ن و ي ن ال د د اء أ ع ن م ج ار ال خ ي اء ال ح ع ل ى و ال س ات ر ل ب اس ال ل ى ع ن ب ن ات ه
. ان ي م اإل ن م ي اء ال ح و 199
ي ن .7 ةبال ق ف از ل ال ص من ج ر ال ت ح 200
ف ي ث ر ي ؤ ل ك ذ أ ن ت ظ ن و ي ن ال ق ف از ف ي ة ل ال ص ن م ال ن س اء ب ع ض ج ر ت ت ح
ا. ت ه ل ص
198 ووصف األبوة هنا أغلبي واألم داخلة فيه.
والقمر.كما يقال األبوان والمراد األب واألم ويقال القمران والمراد الشمس 199 .2/845فتاوى الشيخ محمد بن عثيمين جمع أشرف بن عبد المقصود 200القفاز: بضم القاف وتشديد الفاء وبعد األلف زاي. ما تلبسه المرأة في يدها فيغطي أصابعها وكفيها عند معانة
.5/53الشيء كغزل ونحوه وهو لليد كالخف للرجل. الفتح
ة ل ال ص ك ف يت ر ب غ ر ال م أ و ان ع ال م ال د ل ي ل ف أ ي ن ل ه ح م ف يغ ي ر ج ر ه ذ اال ت ح و
؟ ي ن ب ال ق ف از
ق ال ام ر ح اإل ال ف يح ك ان ت إ ذ ا ي ن ال ق ف از ل ب س ع ن أ ة ر ال ـم ي ن ه د ر و ق د ن ع م
ل ىهللا "ص ي ن ال ق ف از ت ل ب س ال و ة م ر ح ال م أ ة ر ال م ت ن ت ق ب ال :"...و ل م س و ل ي ه ع 201.
إ ن ا ل ب س ه م ا ف ل ه ة ل ف يال ص ا أ م ة م ر ح م ك ان ت إ ذ ا أ ة ر ل م ل اص خ ي ال ن ه ه ذ ا و
. ش اء ت اإ ن م ك ه ت ر أ و ش اء ت
:ق ال أ ل ة س ه ال م ه ذ ع ن ابل ه و ت ع ال ىف يج هللا ف ظ ه ح ي ن ع ث ي م اب ن ش ي خ ال ل ة ي ف ض
ل ىهللا ص ن ب ي ال ةل ن م ر ح م أ ة إ ذ اك ان ت ر ع ل ىال م ام ر ح ه و و ال ي د اب ش ر ه و ال ق ف از
: ق ال ل م س و ل ي ه ع ت ل ب س أ ة أ ن ر ع ل ىال م م ر ".ف ي ح ي ن ال ق ف از ت ل ب س ال و أ ة ر ال م ت ن ت ق ب "ال
. ات ه ذ ه ال ق ف از ة م ر ح م ه ي و
، م ار ح م غ ي ر ال ج ار ل ه و ح ل ي س و ل ي ت ص ك ان ت ةو م ر ح م غ ي ر إ ذ اك ان ت ن ل ك و
اف إ ن يل ه ب غ ي ن اأ ن ه ا؛ك م ل ىي د ي ه ص ال م ر ت ب اش ه ال ي د ن ام ع ل ه ت ج أ ن ال ال ف ض ل ىو ال و
أ ن د ت اإ ذ اس ج يل ه ي ن ب غ ال ج ال ر اع ن ه ه ج و ق د غ ط ت و ال ج ار ل ه و ح أ ي ضاإ ذ اك ان
ه ه ج و ف ت ك ش ار م خ و ب ه ث و و ت ه ك غ ت ر ب ه ل ت ص م ء ع ل ىش ي ن س ان اإل د و ال س ج ا،ل ن
)ك ن ا ع ن ه : هللا ي ض ر ال ك م ب ن أ ن س ل ق و ل ك ذ د ل ي ل و ة، اج ل ح إ ال ه و ك ر م أ ة ر ال م
ال ن ب ي ع م ل ي ن ص ال ح ملسو هيلع هللا ىلص د ة ش ف ي ن م ت ه ب ه ج ن ك ي م أ ن د ن ا أ ح ع ت ط ي س ل م ف إ ذ ا ، ر
ن م ت ه ب ه ج ن ك ي م أ ن د ن ا أ ح ع ت ط ي س ل م إ ذ ا ل ه ف ق و ،) ل ي ه ع د ف س ج ب ه ث و ب س ط ض ال ر
و ر ل ل ض إ ال ي ف ع ل ه ذ اال ع ل ىأ ن ي د ل ض ة ال ر ر 202.
ي ق ة .8 بسال ض ل ال م ل ب س
ا ه م س ج ي ع ت ق اط ب س ل ال م ت ل ك ف ت ص ي ث ي ق ةب ح ض ب س ل يم ت د ت ر ال ن س اء ب ع ض
. ل ف ت ن ة ث ارال م ن ف ت ك و
ف ق ي ق ة ال ر ب س ل ب ال م ا اص خ ل ي س ي ق ال ض ل ب اس ال ه ذ ا و ب س ل ال م ت ى ح ب ل ق ط
ال غ ل ي ظ ة .
201 .5/52الفتح –رواه البخاري 202 .2/859فتاوى ابن عثيمين. جمع أشرف بن عبد المقصود
ل ي ه ع ل ىهللا ص هللا ل س و )ك س ان ير : ق ال ع ن ه هللا ي ض ر ي د ز ب ن ة أ س ام ع ن
ي ة ق ب ط ل م س و 203أ ت يف ق ال ر ام ا ت ه و س ل ب يف ك ال ك ي ة د ح ل ه د اه ا أ ه ا م م ث ي ف ة ك ل م ال ك م :
ل ة ل غ ا ت ه ت ح ع ل ف ل ت ج ه ا ر م : ف ق ال أ ت ي. ر ام ا ت ه و س ك ق ل ت ي ة ؟ ال ق ب ط ت ل ب س 204ف إ ن ي
ا( ه م ع ظ م ج ح ف ت ص أ ن اف أ خ 205
ال ل ب اس ال أ ن ف ي ح اض و د ل ي ل ي ث د ال ح ذ ا ف ه .
ي ك ان إ ذ ا ز و ي ج ل ي ه ع ل ىهللا ص ل ه ق و ل ي نا ث خ ل ب اس ال ك ان ل و و ال ع ض و م ج ح ف ص
ا". ه ظ ام م ع ج ح ف ت ص أ ن اف :"إ ن يأ خ ل م س و
ل ب اس ال ن د و ق ي ق ال ر ل ب اس ب ال ي ق ال ض ي خ ص ال ن اس ب ع ض ل ن ه ذ ا ذ ك ر ا إ ن م و
ي ال ذ ل ب اس ف يال د ج ال ف ت ن ة ت و إ ذ اأ ن ي ن ال ث خ ل ب اس ف يال ن ص ي ث د ه ذ اال ح ن ل ك ال غ ل ي ظ
ل ي ظا. غ ق ي قاأ و ر اء ك ان س و اء ال ق ب ط ال ع ض ف ي ص 206
اب ن ش ي خ ال ل ة ي ىل ف ض ه ن اف ت و ق أ س و .و ي ق ة ال ض ب س ل ال م ل ب س م ك ح ع ن ي ن ع ث ي م
: ال ال س ؤ ه ذ ان ص و
(؟ م ار ح ال م ن د ع و ال ن س اء ن د ع ي ق ة ال ض ب س ل ال م م ل ب س ك اح )م
: ل ه ت ع ال ىب ق و هللا ف ظ ه ح اب ف أ ج
ال ت ي ق ة ال ض ب س ل ال م ل ب س م ،ل ن ر ح ال ف ت ن ة م اف ي ه م ز ت ب ر أ ة و ر ال م ف ات ن م يت ب ي ن
ن ب ي ملسو هيلع هللا ىلصال أ ذ ن اب ال ب ق ر ي اط ك س م ع ه الم ج ر اب ع د ه م أ ر ل م ال ن ار أ ه ل ن م ن ف ان :"ص ق ال
ال ن اس ا ب ه ن ب و ر ع –ي ض و ظ ل ما ي ع ن ي انا –د و ت ائ ل م ي ات ع ار ي ات ك اس ن س اء و
ا م ت ر ت س ال ة ي ر ق ص أ ل ب س ة ي ل ب س ن ب أ ن ه ن ي ات ع ار ي ات ك اس ل ه ق و ف س ر "ف ق د ت ي ل م م
أ ل ب س ة ي ل ب س ن ب أ ن ه ن ر ف س ة و ر ال ع و ن ه م س ت ر ب اي ج م ي ة ؤ ر ن م ن ع ت م ي ف ةال ف خ ن ت ك و
ع ن ة ات ر س ي ف ه ي ق ة ض ب س ل م ن ي ل ب س ب أ ن ت ر ف س و أ ة ، ر ال ـم ة ب ش ر ن م ه ا اء ر و
ل م ل ز و ي ج ف ل ه ذ ا ع ل ى و أ ة ر ال م ف ات ن ل م ي ة ب د م ا ن ه ل ك ي ة ؤ ه ذ ه ال ر ت ل ب س أ ن أ ة ر
ب ي ن ل ي س ف إ ن ه ج و ال ز ه و و ن د ه اع ت ه ر ع و اإ ب د اء ل ه ز و ي ج ن ل م إ ال ي ق ة ال ض ب س ل ال م
هللا ت ع ال ى: ل ل ق و ة ر ع و ت ه ج و ز ج و و ٹ ٹ ٹ ٹ ڤ ڤ ڤ چ ال ز
203 .4/6القبطية: الثوب من ثياب مصر رقيقة بيضاء وكأنه منسوب إلى القبط وهم أهل مصر. النهاية البن األثير 204الغاللة: شعار يلبس تحت الثوب ألنه يتغلل فيع=ها أي يدخل. وفي التهذيب الغاللة الثوب الذي يلبس تحت
.6/3287ب. لسان العرب الثيا205 .60أخرجه الضياء المقدسي في المختار: أنظر حجاب المرأة للشيخ األلباني ص 206 .60انظر حجاب المرأة لأللباني ص
٦ - ٥المؤمنون: چڄ ڄ ڤ ڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ق ال ت
ال ن ب ي أ ن او ل ت س أ غ ي ن املسو هيلع هللا ىلصع ائ ش ة :"ك ن ت أ ي د ت ل ف ت خ د اح إ ن اءو ن م ن اب ة ال ج ن ي ع ن يم
ف إ م ار ح ال م و أ ة ر ال ـم ب ي ن ا أ م و ا ن ه م ب ي ة ر ع و ال ت ه ج و ز ب ي ن و ب ي ن ه ن س ان "ف اإل ن ه ف ي ه
ي ال ض ا،و ت ه ر ع و ت ر ت س اأ ن ل ي ه ع ب ي ج ال ن س اء ن د ع ال و م ار ح ال م ن د ع ال ز و ي ج ال ق
أ ة . ر ال م ف ات ن م ي داي ب ي ن ي قاش د ض إ ذ اك ان 207
أ س .9 ال ر ق ال ش ع رف و ع م ج
ى ر أ خ اء م أ س ل ه ل ع ل و ال ك ع ك ة م ب اس ال ن س اء ل ي ه ع ف ات ع ار م ه و ه ذ او أ ن م ه ال م
: ل م س و ل ي ه ع هللا ل ى ص ن ب ي ال ل ل ق و ل ك ل ذ ت د ل وا اس و ل م ال ع ل أ ه ع ن ه ن ه ى ق د ل ال ع م
ي ث د ...ال ح ال ن ار ل أ ه ن م ن ف ان ص
ي م اه إ ب ر ب ن د م ح م ش ي خ مال ل ه ن اك ل ق أ س و و أ ل ة س ال م ه ه ذ ه هللا ت ع ال ىع ن م ح ر
ت ع ال ى: هللا ه م ح ر ق ال
أ س ال ر ال ش ع ر ق ف ر ن م ن م ف يه ذ اال ز ي ن ل م س ال م ال ن س اء اي ف ع ل ه ب ع ض ام أ م )و
ف ع ل ه ج ال ق ف اأ و ي ة ن اح ن م ه ع م ج ان بو ج ن ذ ام ف ه ن ج ف ر اإل ن س اء ه ات ف ع ل ك م أ س ال ر ق و
ف ي ع ن ه هللا ي ض ر ة ي ر أ ب يه ر ع ن و . ال ك ف ار ب ن س اء ال ت ش ب ه ن م ف ي ه ا ل م ز و ي ج ال
م ن ف ان ل م :"ص س و ل ي ه ع هللا ل س و ر ق ال ي ل:ق ال ي ثط و د اح ه م أ ر ل م ال ن ار أ ه ل –ن
، ي ات ع ار ي ات ك اس ن س اء و . ال ن اس ا ب ه ن ب و ر ي ض ال ب ق ر أ ذ ن اب ك ي اط س م ع ه م م ق و
د ن ي ج ال و ن ة ال ج ل ن ي د خ ال اف ال ع ج ت ال ب خ ة ن م ك أ س س ه ن و ؤ ر . ت ي ل م م ت ائ ل م
ب ع ض ف س ر ق د و ل م [. س م اه و ]ر ك ذ ا" و ك ذ ا ة ي ر س م ن م د ج ل ي و ا ه ي ح ر إ ن و ا، ه ي ح ر ش ط ة م ي ه و . ي ل م
ال ش ط ة ال م ن ش ط ي ت م ب أ ن ه ن " ت ي ل م م ت ائ ل "م ل ه : ق و اء ال ع ل م
ش ط ن ي م و ال ب غ اي ا. ذ و ي ح ن م و ن ج ف ر اإل ن س اء ال ش ط ة ال م ه ه ذ و ش ط ة . ال م ت ل ك ه ن غ ي ر
. ي ن ل م س ال م ن س اء ن م ه ن ذ و ح 208
ق تال ع اد ة .11 ازع ق دال نك احفيو و ع د م ج
ع ي ع ق د أ ن ز و ي ج ال أ ن ه ال ن س اء ب ع ض ي ظ ن ق ت و ف ي ك ان ت إ ذ ا أ ة ر ال ـم ل ى
ال ن س اء ب ع ض ن د ع ج ر ال ح ل ك ذ ص ل ي ح ق د و ي دا جاش د ر ح ل ك ذ ن م ج ر ي ت ح و ا ع اد ت ه
أ ي ضا.
207 .826-2/825فتاوى ابن عثيمين / جمع أشرف عبد المقصود 208اإلضاح وتبين للشيخ -94وللفائدة ينظر: فتاوى المرأة ص 2/47مجموع فتاوى الشيخ محمد بن إبراهيم
التويجري.
ف إ ن ل ىال ن ف س ع ي ي ق ال ت ض و ج ر ح ذ اال ل ه ي د اع :ال ي ق ال ء ال ؤ ل ه و ف يغ ي ر ج ر ح ه
. ل ه ح م
. ل ك ذ از و ج ل ال ص و ف ي ه ث ر ي ؤ ال و ن ك اح ال ع ق د ن ع ي م ال ال ع اد ة ق ت ف و
ب ي ن س ح ي ض ال ح ق ت و ء ط ال و أ ن ه ت ق اد اع ب س ب ب ال ن اس ن د ب ع ض ع ل ب س ال ق ع و و
إ ل ه م ك ي ح.ح ح ص ه ذ اغ ي ر و ي ض ال ح ق ت و ىال ع ق د
ت ع ال ى. هللا ف ظ ه ح ي ن ع ث ي م اب ن ال ش ي خ ق ال
ل ك ذ و ب ه س ب أ ال ،و ي ح ح ص ائ ز ج ع ق د ائ ض ح ه ي و ة
أ ر ع ل ىال م ن ك اح ال ع ق د
ل ال ح د ف يال ع ق و ل ال ص إ ن د ل ي ل ي ق م ل م ،و ه ي م ر ل ىت ح ع ال د ل ي ل اق ام م ة إ ال ح ال ص ،و
ن ي ك و ر ذ ك و ال ع ق د ال م ف إ ن ل ك ك ذ إ ذ اك ان ،و ي ض ال ح ال ن ك اح ف يح ال ع ق د ي م ر ع ل ىت ح
ي ب ي ج ه ن اك و ب ه س ب أ ال و ي حا، ح ص ب ي ن و ن ك اح
ال ع ق د ب ي ن ق ال ف ر ف ن ع ر أ ن
هللا ل س و ر ف ي ه ي ظ ت غ ق د ام ،و ر ح ه و ب ل ي ض ال ح ال ف يح ل ي ح ال ق ،ف ال ط ل ق ال ط ل
هللا ع ن ه ملسو هيلع هللا ىلص ي ض ر ط اب ال خ ب ن ر ع م ب ن ع ب د هللا ب ل غ ه أ ن ي ن ح ي ه ت ه و أ ر ام اط ل ق م
ال ن ب ي ر أ م ،و ائ ض ملسو هيلع هللا ىلصح ،ث م ه ر ت ط ث م ي ض ت ح ث م ه ر ت ىت ط اح ي د ع ه أ ن او ع ه اج ي ر أ ن
ل ق ط ش اء إ ن ب ع د ،و ك س أ م ش اء إ ن 209
: ل ج و ع ز ل ه ل ق و ل ك ذ ٱ ٻ ٻ ٻ چ ،و
ٺ ٺ ٺ ٿ ٺڀ ڀ ڀ ڀپ پ پٻ پ
ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ڦڤ ڤ ڤ ڤٿ ٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ٹ
١الطالق: چڄ ڄ ڇ ال و ائ ض ح ي ه ت ه و ج و ز ق ل ي ط أ ن ل ج ل ل ر ل ي ح ف ل
م ح ي ت ب ي ن أ ن إ ال اف ي ه ع ه م رج اف يط ه ل ق ه ي ط اأ ن ل ق ه ي ط أ ن ا،ف ل ه ل ه م ح ا،ف إ ذ ات ب ي ن ل ه
. ق ال ط ل ي ق ع ،و ت ىش اء م 210
د اد .11 ح ال ق ت ادو ال س و ل ب س
ال ث ي اب . ن م د و ال س م ل ب س ت ل ز د اد ح اإل ق ت ف يو ال ن س اء ب ع ض
209 رةاه البخاري. 210 .55فتاوى المرأة ص
ر ه ظ ةأ ن ه م ج ب ح ش ىأ ن ي خ و ل ه ال ج ن ه ذ ام ه .و غ ي ر ن م ث ر أ ك ال ت أ ث ر و ن ز ل ل ح
ن ب ل و د اد ح اإل ل ب اس ي ص ص ف ت خ ال ح ب ك ل و ى ار ال ن ص و د ال ي ه و ع اد ات ن م ن ي ك و
. ث د ح م ر ع ي نأ م م
اب ن ش ي خ ال ل ة ي ف ض ت ع ال ى:ق ال هللا ف ظ ه ح ي ن ع ث ي م
ي ب ة ص ال م ن د ع ن س ان اإل و ل ه ل أ ص ال ل ب اط ش ع ار ائ ب ص ال م ن د ع اد ال س و )ل ب س
.الل ن ع و اج ر إ ن اإ ل ي ه :إ ن اهلل و ل ف ي ق و ع ب ه ال ش ر اء اج م ي ف ع ل يل ه أ ن ن يي ن ب غ ر أ ج م ه
ت ع ال ى هللا ت س ابف إ ن اح انو ب إ ي م ل ك ذ ا.ف إ ذ اق ال ن ه ي رام ل يخ ل ف اخ ي ب ت يو ص ف يم
ه ف اش اب ه م و اد ك ال س و ع ي ن م ل ب س ت د اء اار ا.أ م ن ه ي رم ل ه ب خ ي ب د و ل ك ه ع ل ىذ ر ج إ ن ه ي ؤ
. م و ذ م م و ل ب اط ر أ م ه و و ل ه ل أ ص ال 211
ك امل ة .12 س ن ة د اد ح ال
ت ع ال ى اق ال عاك م و ر ش م ك ان ر ه ذ اال م ڤ ڤ ڤ ڦ چ :و
٢٤٠البقرة: چڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڈ
ت ع ال ى: ل ه ب ق و خ ن س و م ن ه ٻ ٻ ٻ پ پ ٱ ٻ چ ل ك
٢٣٤البقرة: چڤ ڀپ پ ڀ
ل ى ال و ي ة ال ذ ك ر أ ن ت ع ال ىب ع د هللا ه م ح ر ث ي ر ك اب ن –ق ال ل و ال ح ا–آي ة م
ت ع ال ى: ل ه ق و ي ه او ل ه ق ب ت ي ب ال ة خ ن س و ي ة م ال ه ه ذ ن و ث ر ال ك ه :ق ال پپپپن ص
.ڀڀ
ف ع ل ه ذ ا ع ل ى ه رو أ ش ب ع ة أ ر ب ص ت ت ر أ ن ا ه ج و ز ا ع ن ه ف ى ت و ال م أ ة ر ال ـم ى
ق ت ح ي س ج و ال ز أ ن اأ و ل ي ه ع ق ت ش ال ي اد ة ال ز أ ن ق ال ت ل و و ل ك ي د ع ل ىذ ت ز راال ع ش و
ان ب ة ج ذ اك ل ه م ه ذ ا.ف ه ن م ث ر رأ ك ه ب ع ة أ ش ال ر ع ش ر ي ال ذ اب .ف اهلل ت ع ال ىه و و ل ل ص
. ل ي م ي م ع ك ح ب ك ر .و ل و ال ح راب د ل ع ش و
ت ع ال ى: هللا ه م ح ر اج ح ال اب ن ق ال
211 .65فتاوى المرأة ص
.76للفائدة: فتاوى النور على الدرب للشيخ فوزا ص -
ي ت ال م أ ن ه و و م ه ب ع ض د ث ه اأ ح م م ذ ر ي ح ل ك ك ذ س ن ة )...و ل ي ه اع ن و ز ح ات إ ذ ام
ل ي ن ي ت ح ال و س ان ال ح ث ي اب ال ي ل ب س ن ال و ن اء اب ال ح ف ي ه ال ن س اء ب ت ض ي خ ال ل ة ك ام 212.
: ات ت ن بي ه
ل : ال و ق ال ل ي د خ ل م أ و ا ب ه ال و د خ م ك ان ت اء س و ا ه ج و ز ا ن ه ف ىع ت و ال م ت ع ت د
ن م ر أ م را:)ه ذ ا ع ش رو ه أ ش ب ع ة ال ر ي ة ل ه ي ر ت ف س ن د ت ع ال ىع هللا ه م ح ث ي رر ك اب ن
ت يي ت و ال ل ل ن س اء ه ذ اهللا ل ل ي الو ر ع ش رو ه ب ع ة أ ش أ ر د ن ي ع ت د أ ن ه ن اج و أ ز ف ىع ن ه ن
اع ... م ج ب اإل ن ب ه ل و د خ ال م غ ي ر و ن ب ه ل و د خ ال م ات ج و ال ز ل م م ي ش ك ال ح
213
د ة ه ال ع ه ذ ن م ل ام ال ح ن ي ت ث اال ث ان ي:ت س ل ه م ع ح ض اب و ل ه أ ج اي ة ن ه د ة ل ن ه ال م ذ ب ه
ت ع ال ى: اق ال ٤الطالق: چىئ ۇئائ ائ ەئ ەئ وئ وئچ ك م
حي ة .13 ازلأل ض و ع د م ج
ه ا. غ ي ر و ي ة ح ل ل ض أ ة ر ال ـم ذ ب ح از و ج ع د م ت ق اد اع
از و ج اب و ال ص و ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ال ن ب ي ص ن م ف يز ل ك ذ ق ع و ق د ب ل ل ك ذ
ر ج اةب ح ش ت أ ةذ ب ح ر ام :)إ ن ق ال ت ع ال ىع ن ه هللا ي ض ال كر م ب ن ك ع ب ف ع ن ه از أ ج و
ع ن ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ص ن ب ي ال ف س ئ ل ب ب و و ي ار ال ب خ اه و ]ر ا(. ل ه ب أ ك ر ف أ م ل ك ذ
.] ة ال م و أ ة ر ال ـم ة ذ ب ي ح :ب اب ل ي ه ع
: ي ث د ل ل ح ه ح ش ر ن د رع ج ح اب ن ق ال
ةك أ م ةأ و ر ح ك ان ت اء س و أ ة ر ت ه ال ـم اذ ب ح م ل أ ك از و ج ف ي ه ة)و ي ر غ ص ةأ و ب ي ر
اذ ب ح م ب أ ك ل ر أ م ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ص رل ن ه ط اه غ ي ر ةأ و ر ت اب ي ةط اه ك ةأ و ل م س ه م
.) ر ه و م ال ج ل ق و ه و و ي ال ش اف ع ل ك ع ل ىذ .ن ص ل ت ف ص ي س ل م و 214
ه ن ا ق أ س و :و ث ب ح ه ذ اال م ع ن ة ال د ائ م ن ة ىل ل ج ف ت و
ة ؟ ر و ر ال ض ع د م ن د ع ائ ز ج أ ة ر ال ـم ذ ب ح :ه ل ال ال س ؤ
212 .3/277المدخل البن الحاج 213 .1/295تفسير ابن كثير 214 633-9/632فتح الباري
، ل ك ف يذ ل ة ال د م و ت اب ي ة،ل ع م ك ةأ و ل م س م إ ذ اك ان ت ائ ز ج أ ة ر ال م :ذ ب ح اب و ال ج
ع د م و ك ع ب اب ن ي ث د ،ل ح م و اف يه ذ اال ع م ل ه و د خ ن م أ ة ر ال م ج ر صي خ ص خ م د و ج و
ل ن اب ش اة ي ة ار ج ت ف أ ب ص ر عل ع ىب س ت ر غ ن م م ل ه أ ن ه ك ان ت أ ب ي ه ع ن د ث ال كي ح م ب ن
تاف ك س ر و ن ام غ ن م ن م ن ب ي ال أ ل ت ىأ س اح ت أ ك ل و :ال م ل ه ف ق ال اب ه ت ه راف ذ ب ح ج ح ملسو هيلع هللا ىلصت
أ ة ر اام ت ه ال ت ىذ ب ح أ ن ع ام ل ه ب أ ك ر ال م ي.و ار ه ال ب خ ج ر ا.أ خ ل ه ب أ ك ه ر ،ف أ م ل ك ذ ،ع ن
ل ا،و ه ذ ب ح از و ع ل ىج د ل ي ل ن ب ي ال ائ زل ب ي ن ه ج اغ ي ر ه ذ ب ح ك ان ملسو هيلع هللا ىلصو ال ب ي ان ي ر خ ت أ ل ن
ق ه ف يح ز و ي ج ال ة اج ال ح ق ت و .ملسو هيلع هللا ىلصع ن اء ال ع ل م اع م ب إ ج 215
ت. .14 و ال م ضو ر دبال م ل ع ل ىال و ال د ع اء
ب ن م ع و م س م و د ش اه م هذ ا و ب ت غ ض إ ذ ا ن ه ع ل ىب ع ض ظ ح ف ي ل . ال ن س اء ع ض
ب أ ي ضأ و ر ب م تأ و و اب م ةإ م و ب د ع ال غ ض ب ل ك ذ ب ت اح ءص ه ال د ن ىش ي ل د ع ل ىو
ب ع د ا ه ب ن ف س أ د ت ه و ا م عا ن و ا اب ه أ ع ص ي ح ت ر ف ت س ي ب ة ص م ن م ا ه ن ف س ف ي ا م اغ ر إ ف
. ال د ع اء
اب ت ج اق د ي س د ع ائ ه ال ن اب د ع ائ ه اش ر ه ع ل ىن ف س ل ب ت اق د ج يأ ن ه ت د ر اال ن ه ل ك
ي ب ة . ص ال م ه ن ات ق ع و
اع ل ىأ ت د ع و :"ال ل م س و ل ي ه ع ل ىهللا ص ق ال ال و ك م د ال اع ل ىأ و ت د ع و ال و ك م ن ف س
".. ل ك م يب ت ج ف ي س اع ط اء ف ي ه أ ل س اع ةي س هللا ن ام اف ق و ت و ال ال ك م و ت د ع واع ل ىأ م 216
أ ر إ ن ح و ال ص ل و د اي ة ب ال ه م ل ه ت د ع و أ ة أ ن ر ل ىب ال ـم ال و او ن ف عاف ل ه م ب ه ر ل ض ت
. ل ك ذ
ب از اب ن ش ي خ ال ة اح س م اب أ ج ا ه د ال أ و ع ل ى ت د ع و أ ة ر ام ل و ح ال س ؤ ع ن و
ال ل ع ق ت ح ي س ال ن م م م ه غ ي ر ه ك ذ ال ع ن ب ال ذ ن و ب ائ ر ك ن م د ال ال و :ل ع ن ل ه ق د ب ق و و ن
ن ب ي ال ع ن ح ملسو هيلع هللا ىلصص م "س ب اب ال س ل و ة ل ال ص ل ي ه ع ق ال "و ق ت ل ه ك ن م ؤ ال م "ل ع ن ق ال أ ن ه
ن ن و ي ك و ال ل ع ان ي ن ال "إ ن م : ال س ل و ة ل ال ص ل ي ه ع ق ال و " ك ف ر ق ت ال ه و ق ف س و ل م س ال م
د اش ه ف ظ ل س ان ه ح و ان ه س ب ح إ ل ىهللا ب ة اال ت و ل ي ه ع ب اج ".ف ال و ة ال ق ي ام م ي و ش ف ع اء ال و اء
ع و ش ر ال م ح و ال ص ل و د اي ة ب ال ه م ل ه ال د ع اء ن م ث ر ت ك اأ ن ع ل ه ر ي ش ه او د ال أ و ت م ش ن م
أ ي ه ال ك ف ي ه ف ع ي ن ل م ه اإ ن ر ه ج ه او د ال أ و س ب ن ه ام ي ر ذ ت ح اد ائ ماو ت ه ي ح ن ص ج و اال ز
215، فتاوى ابن عثيمين. جمع أشرف عبد 43ظر فتاوى المرأة ص جمع الشوادفي وللفائدة ين 12فتاوى اللجنة ص
.99. فتاوى ابن عثيمين )نور على الدرب( ص 662-661ص 2المقصود 216 .18/139رواه مسلم / شرح النووي
ف ي ل ال ت ع ج ع د م و ت س اب ح اال و ب ر ال ص ع م ا ف ي ه ي د ف م أ ن ه ت ق د ت ع ي ال ذ ر ال ه ج ح ال ن ص
أ ل ن س ق ال ط ل ي ر ال خ إ ل ى م ه ي ه ج ت و و د ال ال و ي ب ت أ د ع م د اي ة . ال ه ا ل ه و ل ك و ل ن ا هللا
. م ق ه ل أ خ ت ق ي م ت ىت س ح 217
ف ظ ه ي نح ب ر ج اب ن ش ي خ ال ل ة ي ل ف ض ه ن ا ما ك ل ف أ ن ق ل ر ال م ذ ا ىب ه ال ب ل و م و ل ع م و
ع . ض و و ه ذ اال م ع ن ابل ه و ت ع ال ىف يج هللا
ت ع ال ى: هللا ف ظ ه ح ق ال
غ ر ال ص ال ح د ال ال و ي ر ت ق ص ع ن ي ال ت غ اض و ف ح ص ب ال ي ن ال د ال و ح ن ن ص ج:
أ ن ي ث أ ذ ىح أ و م ك ل ن م م ن ال ه ا ع ل ىم ب ر ال ص و ف ي ق ع م ل ه ع ق و ل ت ت ك ام ل م ف ال ال ط
ف ب ل ط ل د ال و ع ل م ,و ل ك ذ ل ي ماع ف اع ن ح ال د ت ىال و .ف م ال ف ع ل و ل ف يال ق و ط اء ال خ م ن ه م
ت و ل ه أ د ع ىإ ل ىق ب و ن ت ىي ك و ح ه ن ص ح و ف قب ه ر ل ي نو و ي ن ال د ال و ب ع ض ن .ل ك ي ب ه أ د
ال ع اه ات و ض ر ال م و ت و ب ال م د ال ال و ع ل ى الد ع اء ه و و ب ر ال ك ط أ ال خ ف ي ي ق ع
ف ي ت أ س ب ه غ ض ك ت ي س ا م ف ب ع د ن ه م ث ر ي ك و ال د ع اء ه ذ ا ف ي اد ى ي ت م و ائ ب ص ال م و
ب ل ج ا ل م ا ي د ه ي ر ال و ات ال د ع و ت ل ك ع ق و و ب ي ج ال ب أ ن ه ف ي ع ت ر ط أ و أ خ ىأ ن ه ي ر و
ال غ ض ب د ة ش ات ال د ع و ت ل ك ع ل ى ل ه م ح ا إ ن م و ، ن ان ال ح و ال ع ط ف ن م ال د ال و ل ي ه ع
ان ه ي ع ف وع ت ع ال ى:س ب ح ژ ژ ڑ ڑ ک ک ک چ ن ه ق ال
١١يونس: چڱ گک گ گ ل م ال ت ح و ب ر ال ص ال د ي ن ع ل ىال و ب اج ف ال و
. ل ي م ال ت ع و ي ب ال ت أ د ن م ث ر أ ك ب ر ب ال ض ي ت أ ث ر ف ل ال ط ف إ ن ر اج الز ب ر ب ال ض ال ت أ د ب و
اذ اي ق م ي ي د ر ال ي ف ي د ه و ف ل ل ي ه ع اال د ع اء ف أ م ال و اق ال م ال د ع ل ىال و ت ب ن ه ف ي ك ع ال
ل م . أ ع ان ت ف اع وهللا ال د ل و ل ص ل ي ح 218
ق تال ع اد ة .15 ن اءفيو عال ح ض ازو و ع د م ج
ر ت ن ك ق د و ب ل ي ض ال ح أ ث ن اء ف ي ن اء ال ح ع ض و ن م ج ر ت ت ح ال ن س اء إ ذ اب ع ض
ف يغ ي ر ن ك ار اإل و ج ر ه ذ اال ت ح و ي ض ال ح ف يأ ث ن اء ن اء ال ح ع ت ض و ن ع ل ىم ت ع ل م
ه . از و ج ل ال ص ب ل ي ض ال ح ق ت ف يو ن اء ال ح ع ض و ن م ن ع يي م ال ذ ال د ل ي ل ف أ ي ن ل ه ح م
ى ف يف ت و اء :ج ه ن ص ن م ة ال د ائ م ن ة ال ل ج
217 .195كتاب الدعوة ص 218 .88-87فتاوى المرأة ص
ال ك ح ن ه م ان عا م ل م ن ع ف ل ي ض ال ح أ ث ن اء أ ة ر ل ـم ل ن اء ال ح ع ض و ا أ م )...و
)... ر ال ط ه 219
اض وا .16 ح اإذ اك ان جه و نإذ نز ع ابد و أ ةت ط و ر م ال ـم و ص
ال ه ن اي ق ال و ص ال ن ص و او ه أ ع ظ م و ب اد ات ال ع ل أ ف ض ن م ب اد ة ع م و ال ص أ ن ش ك
هللا ت ع ال أ ن ي ال ق د س ي ث د ف يال ح اث ب ت م ل ك ذ ن ة .ف م ث ي ر ك و ة ك ث ي ر ل ه ع ل ىف ض ىال د ال ة
إ ال ل ه آد م اب ن ل ع م :)ك ل ق ال ن م ل ك ذ إ ل ىغ ي ر .) ىب ه ز أ ج أ ن ا ل يو ف إ ن ه م و ال ص
. ي ث اد ال ح
ض اال ف ر عا.أ م ت ط و م و ال ص د .ه ذ اإ ذ اك ان آك و أ ع ظ م ج و ال ز ق ه ذ اف ح ع م ن ل ك
ن م ب د ال لف يه ذ ال ن ه د اخ .ف ل ي س ه ي ام ص
ل ه ف ق و ي ام ف يال ص ا ه ج و ز أ ة ر ال م ت ئ ذ ان اس د ل ي ل ا أ م ملسو هيلع هللا ىلص: أ ن أ ة ر م ال ل ي ح "ال
ب إ ذ ن ه " إ ال د اش اه ه ج و ز و م ت ص و 220
ا م اإل ق ال ي ث د ل ل ح ر ل ف ظاآخ ذ ك ر ب ع د أ ن ح ال س ن ة ف يش ر ه هللا و م ح ر ي ال ب غ و م
ب ه اد أ ر "و ب إ ذ ن ه "إ ال ر اض ح د "أ ي ش اه ا ل ه ب ع أ ة و ر ال م م و ت ص :"ال ل ه )ق و ت ع ال ى:
ق ال ت ، ش ع ب ان إ ل ى ال ش و ب ي ن ا م ذ ن ت أ ف ت س ، ان ض م ر اء ق ض ا ف أ م ع ، ت ط و
ال ي ام ص
ت ي ت ىي أ ي ه ح أ ق ض أ ن ي ع ت ط أ س ف ل ان ض م ر ن م ي ام ص نع ل ي ل ك و ك ان ع ائ ش ة :)إ ن
ش ع ب ان 221
ع م ع ت م اج إ ذ ا و ، ق ت ب ال و ر ص و ح م ج و ال ز ق ح أ ن ع ل ى ي د ل ه ذ ا و ،
ه اال م ل ه ال ت يي د خ ق ق و ا(.ال ح ل ي ه ع ه ،ق د م و ج ن ح ح ل ة ،ك ال
222ف ي اف ظ :)و ال ح ق ال اهـ.و
، ب اج و ق ه ح ل ن ، ي ر ب ال خ ع ت ط و ال ن م أ ة ر ال ـم ع ل ى د آك ج و ال ز ق ح أ ن ي ث د ال ح
ب ال ت ط م ع ل ىال ق ي ام ق د ب م اج ال ق ي ام ب ال و ع .و و 223اهـ.
11. .) ن اكي ر )ال م ء ع ل ىال ظ افرط ل ءإذ اك ان ض و م ال و ك ح
ى ي س م ا م ن ه ف ار أ ظ ع ل ى ع ل ن ي ج ال ن س اء ب ع ض أ ن أ ي ضا ع اض و ال م ن م و
ي ر ن اك –ب ال م ن ك ر م ال س ؤ ن د ع ث ب ات ال هللا أ ل ن س ي ر ن ك اك ة –و س م ف ي ه ء ال ط ل ه ذ ا و
ن عاب اتا. م اء ال م ل ص و و ن ع ي م ي ث ب ح
219 / جمع محمد المسند.97-26. وانظر أيضا: فتاوى المرأة ص 21فتاوى اللجنة الدائمة ص 220 رواه البخاري ومسلم. 221 رواة البخاري. 222 6/203شرح السنة 223 .9/296فتح الباري
ت ى ح ء ض و ال و ق ب ل ل ن ه ي ز أ ن ء ع م ه ذ اال ط ل ت يي ض ال ل ع ل ىال ن س اء ب ف ي ج ل ك ل ذ
غ ط ىف ي ال م ء ز ال ج اء ال م .ي ع م ء ض و ال و ت م
18. : ي ض ال ح ن م ال غ س ل ي ر ت أ خ
ن م ال غ س ل ن ه ي ر ت أ خ ن م ال ن س اء ب ع ض ع م ي ق ع ا م ا أ ي ض ال ف ات خ ال م ن م و
. ق ت ال و ر ف يآخ ت ر إ ذ اط ه ي ض ال ح
ف ظ ه ح ي ن ع ث ي م اب ن د م ح م ال ش ي خ ت ع ال ى:ق ال هللا
إ ل ى ت س ال غ اإل ر خ ت ؤ و ة ل ال ص ق ت و أ ث ن اء ف ي ه ر ت ط ال ن س اء ب ع ض أ ن و ..(
ال ةو ج ب ح ه ذ ال ي س ن ل ك و ق ت ف يه ذ اال و ر ال ط ه ال ك م ن ه ك ي م ال إ ن ه ل .ت ق و ر ق تآخ و
ل اع ذ ر ق ت ه ة ف يو ل ال ص ي د ت ؤ و ل ف يال غ س ب اج ال و ع ل ىأ ق ل ت ق ص ر اأ ن ك ن ه ن ه ي م
) ل ال ك ام ر ال ت ط ه ت ت ط ه ر س ع ة ق ت او ل ه ل ص إ ذ اح ث م 224.
ال .19 ال رج ل ي ت ىي ص ةح ض و ف ر ةال م ل ال ص ت أ خي ر
م ة و ل ال ص ن ه ي ر ت أ خ ن م ب ع ض ه ن ب ه م اي ق و أ ي ضام ال ن س اء ر ب أ م ال ف ات خ ال م ن
ف ق د ال ج ال ر ة ل ص ق ب ل ال ن س اء ن ل ىم ص ن م إ ن و ال ج ال ر ي ل ت ىي ص ح ة ض و ف ر ال م
. ط أ ت أ خ
ب أ ن اد : ر ال م و ب ة ت و ك ال م ة ل ال ص ف يأ د اء ع ن ي ش ر ال ت ف يال ب ي و ال ن س اء ع ض
إ ل ى ال ج ال ر ل د خ ا إ م ل ك ذ ف ن ي ع ر و م ت ه ل ص ن م د س ج ف يال م ال ج ال ر ي ت ىي ن ت ه ح
اإل اف ر ان ص اع م ب س و أ ة ل ال ص ب ع د .ب ي ت ه ت و ال ص ات ب ر ك ط ةم اس ب و ت ه ل ص ن م ام م
تس ال .21 غ ال أ سأ ث ن اء ش ع رال ر ت غ طي ة
اء ال م ل ص و و ن ع ي م ط اء غ ه أ س ع ل ىر ع ل ي ج ت س ال غ اال اد أ ر إ ذ ا ال ن س اء ب ع ض
ي ش خ ل ك ذ ك ل و اإ ل ىال ش ع ر م اء ال م ي ل ي ز أ ن أ و ال ش ع ر ف ص ف و ل ي ه ع اء ال م د ي ف س ةأ ن
ه ش ع ر اء ال م اب ش ىإ ذ اأ ص ي خ أ و ال ش ع ر ب ه ن يي د ه ال ذ ه ن ال د ن م ف يال ش ع ر ن ي ك و
ل ك ث ل ة ي ط و ة ف ت ر ب ة ط و ال ر ت ب ق ى ت ه أ ن ار ط ه ن ف ت ك و ه ذ ا ع ل ى و ل ه ط و و ال ش ع ر اف ة
ل ه . غ س ب ي ئاي ج ش ب ج ح ه ل ن ه ع ل ىش ع ر ع ض و ي ال ذ ط اء ب س ب ب ه ذ اال غ ة ن اق ص
في ه .21 ت ر ق تال ذيط ه ةال و ل ص ك ت ر
224 .41رسالة في الدماء الطبيعية للنساء ص
ب ع د ط ال ن س اء ب ع ض إ ن ي ب د أ ن اب ل ق ت ه ف يو ن ر ط ه ال ت ي ة ل ال ص د ي ن ي ؤ ال ن ر ه
ا ق ت ه ف يو ن ر ال ت يط ه ة ل ال ص ت ل ك أ ن اب و ال ص و ن ه ن م ل ه ه ذ اج و ة م ة ال ق اد ل ب ال ص
. ن ل ي ه ع ب ة اج و
ي ع ث ي م اب ن ال ش ي خ ق ال ق ت ال و ن م ك ان و ت ط ه ر إ ذ ا ا )أ م ت ع ال ى: هللا ه م ح ر ن
ل ه ق و ل ف ي ه ت ر ط ه ي ال ذ ق ت ال و ل ك ل يذ ات ص ف إ ن ه ث ر ع ةف أ ك ك ر ق د ار ملسو هيلع هللا ىلصم ك أ د ر ن "م
ف ق د س ال ش م ب ت غ ر أ ن ق ب ل ر ال ع ص ن ع ةم ك "ر ر ال ع ص ك أ د ر 225
ق ت و ت .ف إ ذ اط ه ر
ق د ار م ا ه ع ط ل و أ و س ال ش م ب و ع ل ىغ ر ب اق يا ك ان و س ال ش م ع ط ل و ق ب ل أ و ر ال ع ص ال أ ل ة س ف يال م ر ال ف ج ل ىو ال و أ ل ة س ف يال م ر ل يال ع ص ات ص ع ةف إ ن ه ك "ر ث ان ي ة
226
ت ع ال ى: هللا ه م ح ر اس ال ن ح ام اب ن م اإل ق ال
ا ن ه ك اي م م ق ت ال و ن م ب ق ي ق د و د اه ن إ ح ت ر إ ذ اط ه ي ض ف يال ح ي ف ع ل ن ل ك ك ذ )و
ق ت ال و ج ر ت ىي خ ح ن او ل ىف ت ت ه ت ص و ف ي ه ل ت غ ت س أ ن ب اج ال و ب ل ام ر أ ي ضاح ل ك ذ و
ا ي ف ه ت ع ر و ا ل ي ه ع ل ك ذ إ ن ك ار ج و ال ز ع ل ى ب ي ج و ق ت ال و اك د ر إل ة ر ب اد ال م ا ل ي ه ع
ت ق ض ال ه ن ث ر أ ك إ ن ث م ث م ف ياإل ا ي ك ه ش ر ك ان ي ف ع ل ل م ف إ ن ب ه و ج ة و ال ص ل يت ل ك
ن ه ( م ب د ال ب اج ه او اؤ ق ض و 227.
ا .22 ق ته لو و د خ ب ع د ي ض ه اال ح اء ةال تيج ل ال ص ت ف وي ت
: ال ن س اء اب ع ض ف ي ه ال ت يت ق ع ط اء ال خ ن م و
ق ت و ل و د خ اب ع د ت ي ه ي أ ق د ي ض ال ح أ ن ت ل ك ت ق ض ل م ت ر ف إ ذ اط ه د ة ب م ة ل ال ص
ق ت و اء ت ال ت يج ات ل و ب ال ص ق ات ل ح أ ن ه ت ظ ن ال ع اد ة و اق ب ل ل ي ه ع ب ت ج ال ت يو ة ل ال ص
او ت ه م ة ف يذ ل ال ص ث ب ت ت ف ق د ئ اط خ م ه ذ اف ه و ال ع اد ة ا،ق ال ي ه ت ق ض اأ ن ل ي ه اماع ل ز
ن م ف يال ن س اء ي ق ع ا م ل ب ع ض ه د س ر ت ع ال ىف يأ ث ن اء هللا ه م ح ر اس الن ح اب ن ام م اإل
: ال ف ات خ ال م
ت ةال ل ص ق ت و ل و ب ع د د خ اض ت إ ذ اح ه ن ث ر أ ك اأ ن ن ه م ة )و ال ص ل يت ل ك ق ض
ن م ا ه ل م ي ع ل ن ه ل ن س اء ل ا ب ي ان ه و ا ب ه ت ن اء ع اال ب ي ج ا م م أ ل ة س ال م ه ه ذ و ت ط ه ر إ ذ ا
225 الحديث: أخرجه البخاري ومسلم. 226 .25فتاوى المرأة ص 227 .311تنبيه الغافلين ص
ال و ل و د خ ب ع د اض ت ح إ ذ ا أ ة ر ال ـم ل ن ال ن س اء ع ن ل ف ض اد ح ال إ ال ال ج ال ر ق ت
...إلخ( ت إ ذ اط ه ر اء اال ق ض ل ي ه ع ب ج و ة ال ص ل ت ل ك ي س ع ض ىق د ر م و 228.
ت ع ال ى: هللا ف ظ ه ح ي ن ع ث ي م اب ن ال ش ي خ ق ال و
ب ن ال و ال ز ب ع د اض ت ح ك أ ن ة ل ال ص ق ت و ل و د خ ب ع د ي ض ال ح د ث إ ذ اح ف ص
ا ق ت ه و ل ال ت يد خ ة ل ال ص ه ت ق ض يه ذ ي ض ال ح ن م ر ت ت ط ه أ ن ب ع د ا ف إ ن ه ث ل م س اع ة
ت ع ال ى: ل ه ل ق و ة ر ط اه ي ه چڻ ۀ ۀ ہ ہ ہ ہ ھ چ و
١٠٣النساء: 229
23. ل ع ت ىت ط لح ال غ س س ت أ خي ر ال ش م
: ل ه ت ع ال ىب ق و هللا ه م ح ر اس ال ن ح اب ن ه اذ ك ر م
إ ذ ا ي ض ال ح ن م و اع م ج ال ن م ل ال غ س ي ر ت أ خ ن م ة و ال ن س ن م ث ي ر ك ي ف ع ل ه ا )م
ي ف ت ق ض ل ت غ ت س ث م س ال ش م ل ع ت ىت ط ح ل ي ل ب ال ت ر ط ه ب اج ال و اع و م ج ب اإل ام ر ه ذ اح و
ا ه اج ر إ خ ز و ي ج ال ة ال ص ل إ ذ أ ن س ال ش م ع ط ل و ل ىق ب ل ت ص و ب ال غ س ل ر ت ب اد اأ ن ل ي ه ع
و . ال ك ب ائ ر ن م ل ك ذ أ ن ت ق د م ق د و اع م ج ب اإل دا ع م ا ق ت ه و ع ن س ك ت و ج و ال ز ل م ع إ ذ ا
ل ةف ع ل ي ه اه ج ك ان ت إ ن .و ي م ر ةب ال ت ح ع ال م ك ان ت إ ن ث م اف ياإل ي ك ه ش ر ف ه و ه إ ن ك ار ع ن
ل م ( أ ع هللا او ي ت ه ع ص إ ث م م او ل ه ه إ ث م ج 230.
ل .24 ةفيال ص اء ال قر من ج ر ري ال ح و ه ج ت و ةبص
ا ن ف س ه ع م ت س أ ن اش ى ت ت ح و ي ة ر ه ال ج ة ل ال ص ف ي ا ر س أ ي ق ر ال ن س اء ن م ث ي ر ك
ال ن ب ي ع ن ال ث اب ت ة ال س ن ة ه و ي ة ر ه ال ج ات ل و ف يال ص ر ه ال ج ،ف إ ن ال س ن ة ف ل ه ذ اخ و
ملسو هيلع هللا ىلص.
أ ة ال ق ر ا أ م و ...( ل ه : م ك ل ب ع د ت ع ال ى: هللا ف ظ ه ح ان ز ال ف و ال ح ص ال ش ي خ ق ال ي ة ر ه ج ل ي ل ال ة ل ص أ ة ، ر ال م و ل ج ال ر ب ي ن ق ف ر ال ل ك ك ذ ي ف ه ي ة ر ه ج
ال و ي ة ر ال س
س ار ال ن ه ة ل ص و ال ج ال ر ن م ا ت ه و ص ع م ي س ن م ن د ه ا ع ك ان إ ذ ا أ ة ر ال م أ ن إ ال ي ة ر
228 .311تنبيه الغافلين البن النحاس ص 229 .25فتاوى المرأة ص 230 .310تنبيه الغافلين ص
الف ل ج ر ة ر ض ب ح ل ي س ت اإ ذ اك ان ت اأ م ب ه ت ت ان ف ي ةاال ش ف ع ه خ ت ر ال و ب ه ر ات س ف إ ن ه ة ال ل ف يص ر ه ت ج أ ن س
(ب أ ل ي ل 231.
ج .25 و نإذ نال ز اوي حبد و ةال ت ر ل لص ج و ر ال خ
ه ن ب ع ض إ ن ب ل ن ه اج و أ ز إ ذ ن ن ب د و ي ح او ت ر ال ة ل ل ص ن ج ر ي خ ال ن س اء ب ع ض
أ ن ج ر ي خ ل ك ذ ع م ذ او ض ىب ه ي ر ال ج و ال ز أ ن ن ل م ي ري ع رخ إ ل ىأ م ج و ر ال خ ل ك ذ ن
. ف ي ه ج ر ح ال و
س ي ئا ر ال حاب آخ لص ع م ل ط ن ت خ ال هللا ت ع ال ىو ات ق ي ن ة ي ق ال و ال ن س ء ال ه ؤ ث ل ل م و
ج و ال ز ق ق و ح ن م ق اح ه ج و ل ز أ ة ر ال م ت ئ ذ ان اس .ف إ ن
. ال ة ال ح ه ه ذ ث ل م ت ع ال ىع ن هللا ف ظ ه ح ي ن ع ث ي م اب ن ش ي خ ال ل ة ي ف ض س ئ ل ق د و
: ال ال س ؤ ه ذ ان ص و
ا ن ه ع اض ر غ ي ر ا ه ج و ز و د س ج ال م ف ي ي ح او ت ر ال ة ل ل ص أ ة ر ال م ت ج ر خ إ ذ
ل اص ل ه ل ؟ي ق و ف ي ك م هللا ك ه ذ اب ار ة ح اص .م ل ك ر آج يف يال ب ي ت
: ل ه ت ع ال ىب ق و هللا ف ظ ه ح اب ف أ ج
ن ب ي ال ف إ ن د س ج إ ل ىال م ج و ر ال خ ن م أ ت ك ر ام ن ع ت م ال ج : و ل ل ز ال أ و ل ملسو هيلع هللا ىلص)ن ق و
( ف ق ال ل ك ذ ع ن اك هللا (ن ه د س اج م هللا اء ن ع واام ت م ال 232.
أ و ة ل ح ص ل م إ ال ن ع ك ي م ال ق د ل ن ه ه ي ع ف أ ط ج و ال ز ن ع ك م إ ذ ا : ة ج و ل ل ز ل ن ق و و
ن م ل أ ف ض ف يال ب ي ت ت ك ل ص أ ن ن م اق ال ك م ه و و ت ن ة ال ف ف و خ د س ج ف يال م ت ك ل ص
ال ن ب ي ل "ملسو هيلع هللا ىلص:ل ق و ل ه ن ي ر خ ن ت ه ب ي و "و
ة .26 غي ر بن تال ص صي امال ن ع م
ن ك ار اإل ن م ال ن اس ب ع ض ي ف ع ل ه ا م أ ي ضا: ي ام ب ال ص ت ع ل ق ة ال م ال ف ات خ ال م ن م و
إ ذ ا م ب ن ات ه اع ل ى إ ن م ه ن ا، ر ذ و ح ال م ل ي س و ات ي ر غ ص أ ن ه ن ة ج ب ح ي ام ال ص د ن أ ر ل ف ة ك م ا ل ن ه ي ام ال ص ي د ف ت ر ي ض ح ال م ن س ب ل غ ت ن م م ال ف ت اة ن ت ك و أ ن ر ذ و ح ال م
ة ج ب ح ل ك ذ ن ام ل ه اأ ه ن ع ه .ف ي م ي ض ال ح ء ي ج م اع ن ال ه س ؤ ن د و ة ي ر غ اص أ ن ه
231 .20الحلقة األولى ص –فتاوى نور على الدرب للشيخ صالح الفوزان 232 اخرجه مسلم.
ق ت و ع ن اس ئ ل ن د م ف ظ ه هللا ت ع ال ىع ي نح ب ر ج ن ااب ن ىل ش ي خ ه ن اف ت او ق ن س و و
ع ل ىال ف ت اة ؟ ي ام ب ال ص و ج و
ي ا ال ص ب ي ج ت ع ال ى: هللا ف ظ ه ح ق ال ل ي ف ال ت ك ن س ب ل غ ت ت ى م ال ف ت اة ع ل ى م
ال ب إ ن ز ج أ و ال ف ر ل و ح ش ن ال خ ع ر ال ش ب إ ن ب ات أ و ة ر ع ش س م خ ام غ ب ت م ال ب ل و ص ل ي ح و
ه ذ ب ع ض ل ص ح ت ى ف م ، ل م ال ح أ و ي ض ال ح أ و ف و ع ر ال م ن ي اال م ه م ل ز ي اء ال ش ه
ة ر ف يال ع اش ي ض ت ح ق د ن اث اإل ن م ال ك ث ي ر ،ف إ ن ن ي ن س ع ش ر ب ن ت ك ان ت ل و و ي ام ال ص
و م ي ل ز ف ل ة ي ر غ ص ا ن ه ي ظ ن و و ا ل ه أ ه ف ي ت س اه ل ه ا، ر ع م ن م ة ر ع ش ي ة اد ال ح اأ و ن ه
اق ل م ل ي ه ىع ر ج و ال ن س اء ل غ ب م ف ق د ب ل غ ت اض ت إ ذ اح ال ف ت اة أ ،ف إ ن ط ه ذ اخ ،و م و ب ال ص
ل م . أ ع هللا و ل ي ف ال ت ك 233
م .21 و ن اءأ ث ن اءال ص عال ح ض و من ج ر ال ح
ال ت يي ت ع ق د ال ف ات خ ال م ن م و ف يأ ث ن اء ن اء ع ال ح ض و ن م ج ر ال ت ح ال ن س اء ه اب ع ض
. م و ال ص
ع ل ىال ش ع ر ن اء ع ال ح ض و از و ج ف ظ ه هللا ت ع ال ىع ن ح ي ن ع ث ي م اب ن ال ش ي خ س ئ ل
ائ م ؟ ال ص ر ي ف ط ل ك ذ ه ل و ي ام ال ص ف يأ ث ن اء
: ل ه ت ع ال ىب ق و هللا ف ظ ه ح اب ف أ ج
ع ل ى ث ر ي ؤ ال و ر ي ف ط ال ي ام ال ص أ ث ن اء ن اء ال ح ع ض و ف إ ن ل ه ، ة ح ص ال )ه ذ ا
ل ه ك ل ك ذ ف إ ن ال ع ي ن ف ي ة ر ك ال ق ط و ال ذ ن ة ر ق ط و ل ك ال ك ح ش ي ئا ائ م ال ص ي ض ر ال
ه ( ر ي ف ط ال و ائ م ال ص 234.
قال ط ع ام .88 ت ذ و من ج ر ال ح
ي د اع ال .و م و ص ال ي ة إ ف س اد ش ح ال ط ع ام ق ت ذ و ن ةم اص خ ال ن س اء ب ع ض ج ر ت ت ح
ي ئا. ش ال ط ع ام ن م ت ل ع ي ب إ ذ ال م ج ر ح ذ اال ل ه
(،ق ا ء ال ش ي أ و ال ق د ر ي ت ط ع م إ ن س ب أ ا:)ال هللا ت ع ال ىع ن ه ي ض ع ب اسر اب ن ل
ن م ة م ج ل ت ر ل ن اس ب ت ه م و : ر ج ح اب ن ق ال ، ائ م ال ص اغت س ال يف يب اب ار ال ب خ ه ذ ك ر
233 .9-4فتاوى الصيام للشيخ ابن جبرين والشيخ ابن عثيمين /ص 234 .46ب / ص فتاوى نور على الدر
ى و ال ف ح ي ق ط ر 235ي ب ه ل ن ه إ ذ ال م ت ق ر ه و ع م ت ط و ف يال ف م ال ط ع ام ال اد خ م و ال ص ي ن اف
، اد ر د ز اال ن م 236ل ى. ب اب ال و ن م س د ال ج ة ر إ ل ىب ش اء ال م ال ه اي ص ي ن اف ه ل م
237
هللا ف ظ ه ي نح ب ر ج ب ن هللا ع ب د ش ي خ ال ل ة ي ف ض ت ع ال ى:س ئ ل
ائ م ؟ ص ه و و ي ت ه ح ص ل ن م ي ت أ ك د ل ه ط ع ام ق ي ت ذ و أ ن ل ط اه يال ط ع ام ز و ي ج ه ل
فأجابحفظههللاتعالىبمانصه:
ل ح ف ل ي ع ر ل س ان ه ف ع ل ىط ر ع ل ه ي ج ب أ ن ة اج ل ل ح ال ط ع ام ق ب ت ذ و ب أ س ت ه ال و
د ي ف س ال و ف يه ن ه م ج ر ي خ أ و ه ج ي م ن ه ش ي ئا،ب ل م ت ل ع ي ب ال ن ل ك ه ا،و د ض ت ه و ح ل و م و
ت ع ال ى هللا ش اء إ ن ه م و ص ل ك ب ذ 238.
ض .89 ةال ف ر ل امال نس اءلص ع د م ات م
ب ال ص ل اي ت ع ل ق م م :و ة
، ع ت ان ك ر أ و ع ة ك ر ة ل ال ص ن م ا ف ات ه ق د و ام م اإل ع م ل ت د خ إ ذ ا ه ن ب ع ض أ ن
ا اف ات ه يم ت ق ض ال و ام م اإل ع م ل م ات س ف إ ن ه 239.
ال ت ر ة ل ل ص اء ت إ ذ اج ان ض م ف ير ن اي ك و م ه ذ اغ ال با ف يو اب و ال ص ي ح ،و او
ن ب ي ال ل ل ق و ام م اإل ع ام اف ات ه م أ ن ل ك ملسو هيلع هللا ىلص:ذ
ه ذ ا ))ف اق ض وا((:و اي ة و وا((وف ير ف أ ت م اف ات ك م م ل واو ف ص ت م ك أ د ر ا م ))....و
إ ذ ا أ ة ر ف ع ل ىال م ، ال ن س اء و ال ج ف يال ر ع ام أ و ة ل ال ص ن م ع ة ك ر ا ف ات ه ق د و ل ت د خ
ا ل ه ت ت م ذ ا ب ه و ا ف ات ه ا م ي ف ت ق ض م ت ق و ث م ه م س ل ام م اإل ي ت م ت ى ح ر ت ن ت ظ أ ن ، ث ر أ ك
ا. ت ه ل ص
تن اعه .31 ام و ب عي ن امال ر ت م ال ن ف س اءق ب ل ر مط ه و ال ص ةو ل اع نال ص
235
مبحث الفحوى في األصول في المنطوق والمفهوم. والمراد إذا كان المفهوم من الكالم ألى من منطرقه سمي ذلك
فحوى الحطاب ( على تريم ضرب الوالدين من باب أولى. كداللة قزاه تعالى )فال تقل لهما أف
أما إذا كان مقهوم الكالم مسوبا لمنطوقه. سمي ذلك ظن الخطاب، كقوله تعالى )إن الذين يأكلون أموال اليتامى ظلما( فاحراقها أو العبث بها مساويا للألكل.
236 ، زرد اللقمة كسمع يلعها كازدرادها.1/308االزدراه االبتالع في الفاموس الحيط
237 .154-4/153فتح البارى
238 .16فتاوى الصيام ص/
239 وقد حدثني أحدهم عن أهل بينه أنهم شاهدوا ذلك مرارا من بعض النسوة.
أ ي ضا: ة ار ب ال ط ه اي ت ع ل ق م م و
ت ن ع ت م ل ك ذ ع م ماو ي و ي ن ب ع أ ر ام ت م ق ب ل ه ر ت ط ق د ال ن ف اس ق ت ف يو ه ن ب ع ض أ ن
ي و ن ب ع و اأ ر ل ه ت ىي ت م ح ي ام ال ص و ة ل ال ص ما.ع ن
ال ن ف اس أ ة ف يأ ي ام ر ال م ع ن ال د م اان ق ط ع ت ىم م ،ب ل ن ه ن م أ ط -وه ذ اخ ق ب ل ل و و
ي ن ب ع ال ر ام ي ام.-ت م ص ق ت ف يو ك ان ت إ ن ي ام ال ص و ة ل يال ص د ت ؤ ث م ل ت س ات غ ف إ ن ه
ا ام م اإل ن ب ي ق ال ال اب ح أ ص ن م ل م ال ع أ ه ل ع م أ ج ق د هللا ت ع ال ى)و ه م ح ير ذ م ل ت ر
ىملسو هيلع هللا ىلص ت ر أ ن إ ال ما ي و ي ن ب ع أ ر ة ل ال ص ت د ع ال ن ف س اء أ ن ع ل ى م ه ب ع د ن م ي ن ال ت اب ع و
ل ت س ت غ ا ف إ ن ه ل ك ذ ق ب ل ر ال ط ه ل أ ه ث ر أ ك ف إ ن ي ن ب ع ال ر ب ع د ال د م أ ت ر ف إ ذ ا ل ي. ت ص و
س ف ي ل ي ق و ب ه ،و اء ال ف ق ه ث ر أ ك ل ق و ه و ،و ي ن ب ع ال ر ب ع د ة ل ت د ع ال ص ق ال وا:ال ل م ال ع ان
ال ش اف ع و ك ب ار ال م اب ن يو ر يال ث و 240اق اس ح و د م أ ح و
241د ب ع ش ي خ
ال ة اح س م س ئ ل .
: ه ان ص ت ع ال ىب م هللا ف ظ ه ح ب از ب ن ي ز ال ع ز
إ ذ ا ا م ي و ي ن ب ع أ ر ق ب ل ج ت ح و ي ل ت ص و م و ت ص أ ن ال ن ف س اء أ ة ر ل م ل ز و ي ج ه ل
؟ ت ط ه ر
ح اب ف أ ج ج ت ح و ي ل ت ص و م ت ص و أ ن ا ل ه ز و ي ج ن ع م : ل ه ب ق و ت ع ال ى هللا ف ظ ه
ما ي و ي ن ر ش ل ع ت ر ط ه .ف ل و ت ر إ ذ اط ه ي ن ب ع ه اف يال ر ط ؤ او ه ج و ل ز ل وي ح ر ت ع ت م و
ل ز ل ت ح و ت ام ص و ل ت ص و ت س ل ت ا.اغ ه ج و
اه ة ع ل ىك ر ل و م ح م ف ه و ل ك ه ذ أ ب يال ع اصأ ن ه ك ر ب ن ان ع ث م ىع ن و اي ر م و
. ل ي ه ع د ل ي ل ال و ع ن ه ي ض ر و هللا ه م ح ر ن ه م اد ت ه اج ه و و ي ه ال ت ن ز 242
إ ذ ل ك ف يذ ج ر ح ال أ ن ه اب و ال ص ه او ر ط ه ف إ ن ما ي و ي ن ب ع ال ر ق ب ل ت ر ط ه ا
د ة م ف ي ن ف اسا ه ت ب ر ت ع ا أ ن ه ي ح ح ف ال ص ي ن ب ع ال ر ف ي ال د م ا ل ي ه ع ع اد ف إ ن ي ح ح ص
240
11المعروف في مذهب األمام الشافعي والذي ينقله أصحابه. أنه ستون يوما. قال المزني في ))المخنصر(( ص
بعد نقل كالم الترمذي : ))وهذا 2/539وع ))قال الشافعي(( : واكثر النفاس مستون يوما. وقال النوري في المجم
يعني : ستين يوما(( انتهى من رسالة كشف االلتبساس عن أحكام النفاس / ص -عجيب والمعروف في المذهب ما سبق
30-31/ 241
.1/258سنن الترمذي 242بين الحسن أشر عثمان بن أبي العاص رضى هللا عنه. أخرجه الدارقطي وفيه علتان ضعف أحد رواتهواالنقطاع
15-12)) تأليف عبد هللا بن يوسفـ/ص وعثمان. انظر تفصيل ذلك في )) كشف االلتباس عن أحكام النفاس
ج ح و ا ت ه ل ص و ة ار ال ط ه ال ف يح ا ه م و ص ن ل ك و ي ن ب ع ي ع اد ال ر ال ي ح ح ص ك ل ه ا ه
ة . ار ف يال ط ه ق ع و اد ام م ل ك ذ ن ء م ش ي
243
....(: ع ض و و ه ذ اال م ل و ح ال ي باع ل ىس ؤ ج ي نم ب ر ج اب ن ش ي خ ال ل ة ي ف ض ق ال
ف ه ت ع ر ا م ا ن ه م ر ظ ه و ال ن ف س اء ت ر ط ه ا م ت ى ة م ال ق ص ه و و ر ال ط ه ع ل ى ق ة ع ل
ع ب و أ س أ و م ب ي و د ة ال ال و ب ع د ل و ل يو ت ص و م و ت ص ا ف إ ن ه ، ل ال ك ام ال ن ق اء أ و اء ال ب ي ض
ب ع د ىال د م ت ر ال ن م ال ن س اء ن ف م ال ن ف اس د ل ق ل ح غ ف إ ن ه ال ب ل و ل ي س لو د ة أ ص ال ال و
طا(. ش ر ي ن ب ع ال ر
م و ت ص ل يو ات ص ف إ ن ه ي ن ب ع ال ر ق ب ل اال د م ع ن ه إ ذ اان ق ط ع ال ن ف س اء أ ن ة ص ل ال خ و
اف ي إ ل ي ه ع اد ال د م ا،ف إ ن ه ج و ل ز ل ت ح و ع ن ت ن ع ت م و ن ف اس أ ن ه ي ح ح ال ص ف إ ن ي ن ب ع ال ر
د م أ ن ه ي ح ح ص ال ل ف ع ل ىال ق و ي ن ب ع ال ر ال د م ز او ف إ نت ج اع م ج
ال و ة ل ال ص و ي ام ال ص
ه ي ض أ ي ام ح اف ق إ ذ ار إال ل ه م ك ح ال ة اض ت ح .اس ي ض ح و اف ه
ف ي ك ان ف إ ن ي ن ب ع ال ر ب ع د ك ان ا ام أ م ت ع ال ى:)و هللا ه م ح د ر م أ ح ام م اإل ق ال
ن م ف يأ ي ام ف ه ت ع ر ت ك ن ل م إ ن ،و ي ض ح اال ت يك ان ت ه أ ي ام ن م ف ه ت ع ر ك ان ت ق د أ ي ام
د أ ي ي ت ع ال و ف ي ه م ت ص و و ل ي ت ص ه ذ ف ه ة اض ت ح اس ي ف ه ا ي ض ه ت ح ك ان ت ال ت ي ا ه ام
م ( و ال ص 244.
ت غ ت سل .31 ل م رو ال ف ج ق ب ل ت ر ط ه ن م
ع ن م ت ر إ ذ اط ه ال ن س اء ب ع ض أ ي ضاأ ن م و ب ال ص اي ت ع ل ق م م و ر ال ف ج اق ب ي ل اد ت ه
ب ح ال ص أ ن ة ج ب ح ي ام ال ص ع ن ت ن ع ت م ا ف إ ن ه ق ت ال و ي ق ل ض ل ال غ س ن م ك ن ت ت م ل م و
ا. ع اد ت ه ن م ل ت غ ت س ل م ي ه او ك ه د ر أ
ف ظ ه ي نح ب ر ج اب ن ش ي خ ال ل ة ي ف ض س ئ ل ق د و ت ر إ ذ اط ه أ ة ر ال ـم ت ع ال ى،ع ن هللا
ا ل ي ه ع ب ي ج أ م ا، ل ه ما ي و ت ب ر ي ع و م ال ي و ه ذ ا م ت ص و و ك س ت م ه ل ة ب اش ر م ر ال ف ج ب ع د
؟ م ال ي و ل ك ذ اء ق ض
: ل ه ت ع ال ىب ق و هللا ف ظ ه ح اب ف أ ج
243
.44-43كتاب الدعوة / ص 244
.34انظر كشف االلتباس / ص
إ ذ اان ق ط ع أ ع ن ز أ ج او ه م و ص ح ل ه ب ق ل ي لص ق ب أ و ر ع ال ف ج ط ل و ق ت او ن ه م ال د م
ب ح ص ال ب ح أ ص أ ن ب ع د إ ال ل ت غ ت س ل م ل و و ض ال ف ر
245.
ت ع ال ى: هللا ف ظ ه ي نح ع ث ي م اب ن ش ي خ ال ل ة ي ف ض ق ال و
إ ذ ا ا)و ل ي ه ع ب ج و ظ ة، ب ل ح ر ال ف ج ق ب ل ل و و ان ض م ر ف ي ل ي ل ال ف ي ت ر ط ه
ح ي ص و ي ام ال ص ا ل ي ه ع ب ج ف و ن ع ه ي م ا م ا ف ي ه ل ي س و ي ام ال ص ل أ ه ن م ا ل ن ه م و ال ص
إ ال ل ت س ت غ ل م إ ن ن ئ ذو ي اح ه م و ص إ ال ل ت س ي غ ل م و ام إ ذ اص ن ب ك ال ج ر ع ال ف ج ب ع د ط ل و
ل ى ص ال ن ب ي ا:ك ان هللا ع ن ه ي ض ع ائ ش ة ر ل ه ل ق و م ص و ح ف إ ن ه ي ص ر ع ال ف ج ب ع د ط ل و
ا غ ي ر اع م ج ن م ن با ج ب ح ي ص ل م س و ل ي ه ع هللا ت ف ق م ) ان ض م ف ير م ي ص و ث م م ت ل ح
. ل ي ه ع
. ات ق د م م ي ع م ف يج ائ ض ال ن ف س اء ك ال ح و 246
ا .38 أ ي امع اد ته اال د م ب ع د ع ه م ر ت م اس ن صي ام م
أ ي ضا: ب ال ن س اء اي ت ع ل ق م م و
إ ذ ال ن س اء ب ع ض أ ن ل ن ي ع م و ل ن ي غ ت س ا،ف إ ن ه ن ع اد ت ه اب ع د أ ي ام ع ه م ال د م ر ت م ااس
ع ن ق ط ات ب ق ىم أ ة ف إ ن ه ر ال ـم ع م ال د م ر ت م ،ف إ ذ ااس ز و ي ج ه ذ اال .و ات ر ال د اه ل ات ع م ة ك م
و ة ل ال ص و ي ام ال ص ا:ع ن ه د م ب ان ق ط اع ر ه ت ىت ط ح ائ ض ال ح ك ام أ ح ن م ل ك ذ اي ت ب ع م
س ائ ل ة : ي ن،ق ال ت ع ث ي م اب ن ش ي خ ال ل ة ي ىل ف ض ه ن اف ت و ق ن س و و
ا ع ه م ت ر ت م اس أ ي ام،ث م س ب ع ة أ ي امأ و ان ي ة ث م ي ة ر اال ش ه ع اد ت ه أ ة ر ال ـم "إ ذ اك ان ت
م ؟" ك اال ح ،ف م ل ك ذ ن م ث ر أ ك ت ي ن ر م ةأ و ر م
ه : ان ص ت ع ال ىب م هللا ف ظ ه ح اب ف أ ج
ع ك ان ت إ ذ ا ت ار ص د ة و ال م ه ه ذ ط ال ت ث م س ب ع ة، أ و أ ي ام ت ة س أ ة ر ال ـم ه اد ة ه ذ
ل ك ذ و ه ر ت ىت ط ل يح ت ص ات ب ق ىال ما،ف إ ن ه ي و ع ش ر د أ ح ةأ و ع ش ر ع ةأ و ت س ان ي ةأ و ث م
ن ب ي ال د ملسو هيلع هللا ىلصل ن ي ح ل م ع ن ن ك أ ل و ي س ت ع ال ى:)و هللا ق ال ق د و ي ض ال ح ن م ع ي نا م دا ح
ت ى ح ا ال ه ح ع ل ى أ ة ر ال م ف إ ن ب اق يا ال د م ه ذ ا ك ان ت ى ف م أ ذ ى..( ه و ق ل ي ض ح ال م
ه ا اء ،ف إ ذ اج ي ل ت ص ث م ل ت غ ت س و ه ر ت ط ل ات غ ت س ف إ ن ه ل ك ذ ال ث ان ين اق صاع ن ر ف يال ش ه
245 .17-فتاوى الصيام للشيخ ابن جيرين والشيخ ابن عثيمين ص 246 .36مجالس شهر رمضان ص
ا ع ه م ي ض ال ح ت ىك ان م أ ة ر ال م أ ن م ه ال م و د ة ال س اب ق ة ل ىال م ع ي ك ن ل م إ ن و ت إ ذ اط ه ر
و م ي ض ال ح ك ان اء ل يس و ت ص ال ا ف إ ن ه دا و ج و م أ و ا ع ن ه ائ ذا ز أ و ال س اب ق ة ل ع اد ة ل اف قا
ل ي ت ص ت ر إ ذ اط ه ن اق صا،و 247.
اوي ح .33 ت ر ةال ل ال نس اءلص ت طي ب
إ ل ى ن ه ر ح ض و ن د ع ن ه ب ع ض ن م ص ل ي ح ا م أ ي ضا، ب ال ن س اء ي ت ع ل ق ا م م و
ل د س اج ال م ال تس ت ر ك ذ اع د م ت ه و ائ ح ر ه ر ي بت ظ ب ط ي ب ال ت ط ن م ي ح او ت ر ال ة ل ص د اء
ف ت ن ة،ف ك ي ف ع ض و م ذ ات ه د ب ح ه ذ ا ،و ات و ال ص ع ف ر ن أ ي ضام ص ل اي ح م و ل ال ك ام
ال م لو ف اض ان م ال ز ل.إ ذ اك ان ف اض ك ان
ث م اإل ن م ل م ل ت س ل ك ذ ت ن اب ع ل ىاج ص ر ت ح أ ن ة ل م س ال م أ ة ر اماع ل ىال ـم ف ل ذ ال ز
ا ك ت ه ش ار ب م اب ال ث و و ر ال ج ل ت ن ال ت ر ض اح أ ن ه ة اص .خ ال ف ع ال ع ل ىت ل ك ت ب ت ر ال م
س .ال م م د ع ائ ه و م ت ه ل ف يص ي ن ل م
ت ع ال ى: ل ه ب ق و ي ن ل م س ال م ن س اء ر ن ذ ك ڳ ڳ ڳ ڱ ڱ ڱ ڱ چ و
٣١النور: چىئ ل ه ب ق و ع ن اال ع ش اء ملسو هيلع هللا ىلص))و د م ه ت ش راف ل و ب خ اب ت أ ةأ ص ر اام أ ي م
)) ة ر الخ 248.
ف ي ت ىو ة ح ل اص ل ه ت ق ب ل ل م د س ج إ ل ىال م ت ج ر خ ث م ت ط ي ب ت أ ة ر اام ))أ ي م ل ف ظ
)) ل ت غ ت س 249.
:]ف ي ه ل ال و ي ث د ال ح ل ف ظ ع ن ه م ن د ك ل ت ع ال ىع هللا ه م ح ر ال ع ي د د ق ي ق اب ن ق ال
ة ال ت ط م ر ح ال ج ال ر ي ة د اع ي ك ر ت ح ن م اف ي ه ل م د س ج إ ل ىال م ج و ر ال خ ي د ة ر ع ل ىم ي ب
ا م ي ب ب ال ط ق ي ل ح و ق ال أ ي ضا. أ ة ر ال ـم ة و ش ه ي ك ر ل ت ح س ب با ن ي ك و ا ب م ر و م ت ه و ش ه و
ل ب س ال م س ن ك ح ع ن اه ة [ف يم ر ال ف اخ ي ئ ة ال ه و ه أ ث ر ر ه ي ظ ي ال ذ ل ي ال ح و 250.
: ه ق ال د ج أ ب يع ب ي دع ن ب ن ث ار ال ح ب ن ن م ح ال ر ع ب د ع ن و
247
.23فتاوى المرأة ص
248
أخرجه مسلم. 249
خرجه ابن ماجة.آ 250
.29الصارم المشهور للشيخ التويجري ص
ش ال ع ط ر ن ام ب ه أ ة ر ى،ف ل ق ي ت ن اام ض ح د س ج ال م ن م ة ي ر أ ب يه ر ع م ت ج ر خ ي ئ
: ق ال ، ل ي ك ع : و ف ق ال ت م ، ال س ل ل ي ك ع ة : ي ر أ ب وه ر ا ل ه ف ق ال ق ط ، ث ل ه ب أن ف يم د أ ج ل م
: ق ال :هللا . :هللا ؟ق ال ت ق ال :هللا . :هللا ؟ق ال ت ،ق ال د س ج ل ل م : ؟ق ال ت ي ن ي د ت ر ف أ ي ن
ب ح ف إ ن ل غ ي ر ي ب ب ط ت ط ي ب ت ة ل ص أ ة ر م ال ت ق ب ل ال ))أ ن ه : ن ي ب ر أ خ م ال ق اس أ ب ا ي
ي ع ج ار ث م ن ه ، م ل ي ت س ف اغ ف اذ ه ب ي ، ن اب ة ال ج ن م ا ل ه غ س ن ه م ل ت غ ت س ت ى ح ا، ه ج و ز
ل ي(( ف ص 251.
ل ة ي ف ض ت ع ال ى:ق ال هللا ف ظ ه ي نح ع ث ي م اب ن ش ي خ ال
ن ب ه و ن ه ن م ال ف ت ن ة ن ت أ م إ ذ ا د س اج ال م ف ي ي ح او ت ر ال ر ح ض و ل ن س اء ل ز و ي ج و
ال ن ب ي ل د هللا ((ملسو هيلع هللا ىلص:ل ق و س اج م هللا اء إ م ا ن ع و ت م ))ال 252
ه ذ ا ل ن .و ال س ل ف ل ع م ن م
ال و ة ج ت ب ر م غ ي ر ب ة ج ت ح م ة ت س ت ر م ت ي ت أ أ ن ب ي ج ن ل ك ، م ع ن ه هللا ي ض ر ال ح ص
ال
ن ت ه ن ي ز ي ن ي ب د ال ت ع ال ى:)و ل ه ل ق و ي ن ة ي ةز ب د م ال و تا و اف ع ةص ر ال ي ب ةو ت ط ام م إ ال
ا، ه م و ن ح ة و ب اء ال ع و ل ب اب ال ج ه ي و ه ف اؤ اخ ن ك ي م ف ل ا ن ه م ر اظ ه م ي ا(أ ن ه م ر ظ ه
ن ب ي ال ل ن :ملسو هيلع هللا ىلصو ي ة ع ط أ م ق ال ت ال ع ي د م ي و ة ل إ ل ىال ص ج و ر ب ال خ ال ن س اء ر أ م ا ل م
س .ي ار ل ي ه ع ت ف ق ا.م ل ب اب ه ج ن ام ت ه اأ خ :ل ت ل ب س ه ق ال ل ب اب اج ل ه ن ي ك و د ان اال إ ح ل و
ر خ ؤ ال م ب ال ص ف ي ب د أ ن و م ع ن ه ي ب ع د ن و ال ج ال ر ع ن ن ر ي ت أ خ أ ن ل ن س اء ال س ن ة ل و
ع ك س ر خ ؤ ف ال م ال ن ب ي ل ل ق و ، ال ج ال ر ه املسو هيلع هللا ىلص: ش ر و ا ل ه أ و ال ج ال ر ف ف و ص ي ر ))خ
ل م [. س م اه و ا((]ر ل ه ه اأ و ش ر ه ا،و ر آخ ال ن س اء ف ف و ص ي ر خ ه ا،و ر آخ
ي ت أ خ ال و ، ام م اإل ل ي م ت س ر ف و د س ج ال م ن م ف ن ر ي ن ص و أ م ي ث د ل ح ل ع ذ ر، إ ال ن ر
ال ن ب ي :ك ان اق ال ت هللا ع ن ه ي ض ة ر ل م ه ملسو هيلع هللا ىلصس ل ي م يت س ي ق ض ي ن ح ال ن س اء ق ام إ ذ اس ل م
أ ن ل م أ ع هللا يو ن ر ،ق ال ت م ي ق و أ ن ي راق ب ل ي س ه ق ام ف يم ك ث ي م ه و و ل ك ي ك ان ل ك ذ
ي. ار ال ب خ اه و .ر ال ج ال ر ك ه ن ي د ر أ ن ق ب ل ال ن س اء ف ي ن ص ر 253
ه ذ ا ع ن ل ه اب و ت ع ال ىف يج هللا ف ظ ه ح ان ز ال ف و ال ح ص ش ي خ ال ل ة ي ف ض ق ال و
ع : ض و و ال م
251 .131أخرجه النسائي والبيهقي انظر السلسلة الصحيحة حديث رقم 252 أخرجه مسلم. 253 مجالس شهر رمضان.
ر أ ة إ ذ اخ ر ل م ل ز و ي ج رال و ب ب خ ال ت ت ط ي ب ه اأ ن غ ي ر ةأ و ل ل ص ق إ ل ىال س و ت ج
ال ن ب ي ع ن ق د ث ب ت او م ه ب غ ي ر ال نو ه ب د ال راملسو هيلع هللا ىلصو و ب خ اب ت أ ةأ ص ر اام :))أ ي م ق ال أ ن ه
.)) ش اء ال ع ة ل ع ن اص م د ه ت ش ف ل
ه ذ ب ه إ ل ىو ن ض ر ت يي ح ال ل ال ن س اء ب ب ع ض ي ت ع ل ق ر ل م ان ب ه أ ن د أ و ن اس ب ة ال م
ف ي ه ن او ب ه ن ر ي ت ب خ داو ع و ةو ر ب خ م ع ه ن م ن ض ر ي ح ان ض م ر ر ش ه ل ل خ د س ج ال م
ب ة ائ ح ال ر ف ت ع ل ق د س ج ال م ف ل ه ذ اخ و ي ب ال ط أ ث ر ن ب ه د ج و ق ل ل س و ن ج ر ف إ ذ اخ ن ه
. ن ق ه ف يح ع و ش ر ال م 254
ب صاع ل ىح ر هللا ح اد ك ن ز ي راو هللا خ اك ن ز ج ات و ال خ و ات ه اال م ف ي اأ ي ت ه
إ ل ي ع ة س ار ال م و ي ر ال خ ب ي ات ر م ف أ ن ت ن ه ب ي س ت ل و ال ش ي ط ان يل و ت س ن م ن ذ ر أ ح ه
. ات ق ك ن ع ل ىع و ل ق اة ال ـم ل ي ة ئ و س ال م لل ت ل ك أ ه ف ك ن م س ل اإل ي ل ل ج س د ار م و
ا .33 ب اخاص امث و ر ح لل أ ن ي ع ت قد ن ب ع ض ه ن
ل ه ب د ال ام ر ح اإل ب ث و أ ن ن م ال ن س اء ب ع ض اي ع ت ق د ه أ ي ضا:م ال ف ات خ ال م ن م و
اص خ ن ل و ي ت ع ي ن ال ل ن ه اب و ال ص ف ل خ ه ذ ا ث ل،و م ر ض اصك ال خ نخ ل و ن م
ال م ت ل ب س ه ي ب ال ذ ل ث و .ل ي ة اال ع اد م ف يث ي اب ه ر ات ح إ ن م و ام ر ح ف ياإل أ ة ر
ت ع ال ى: هللا ف ظ ه ح ب از اب ن ش ي خ ال ة اح س م ةق ال ب ع ضال ع ام صي ص ت خ ا أ م )و
اف ل ي رهم غ ن دد و و رأ وال س ض أ ةفيال خ ر ام ال م ر ل ه (.إح ل أ ص 255
م ر )ت ح : ت ع ال ى هللا ف ظ ه ح –ق ال أ ة ر –ال م ب س ل م ا ل ه ل ي س ش اء ت ا ف ي م
اف ي ه ام ر إ ح ن ي ك و أ ن ل ال ف ض ن ل ك ة ال ع ام ب ع ض اي ظ ن ك م ام ر ح ف ياإل ة ص ص و خ م
و ل ة ي م ج غ ي ر ب س ل .م ل ن ظ ر ل ف ت ة ال ي ر غ ن ت ك و أ ن ي ف ي ن ب غ ب ال ن اس ت ل ط ت خ ا ل ن ه
ف ي ت م ر أ ح ل و و ف ت ن ة ا ف ي ه ل ي س ي ة ع اد ب ل ل ة ي م ج غ ي ر و ر ل ن ظ ل ف ت ة ال غ ي ر ا ب س ه ل م
ن ال ك ه ام ر إ ح ح ي ل ةص م ج ب س ل م ل ال ف ض ك ت ات ر (.ه 256
ا .35 ائض ح ال مي ق ات،إذ اك ان ت اممن ر ح ع د م ال
ي د ت ر ي ق ات ب ال م ت ر م إ ذ ا ال ن س اء ب ع ض أ ن أ ي ضا ام ر ح اإل ر ب أ م ي ت ع ل ق ا م م و
ن م اأ و ن ه م ظ نا م ر ت ح اال ف إ ن ه ي ض اال ح اب ه أ ص ائ ضاأ و ح ك ان ت و ة ر ال ع م أ و ج ال ح
254 .15فتاوى نور على الدرب الحلقة الثابنية ص 255 (.41التحقيق واإليضاح ) 256 (.32-31فتاوى مهمة ص )
ح اإل أ ن ا ل ي ه و أ ط خ ه ذ ا و ام ر إ ح ن ب د و ي ق ات ال م ز او ف ت ت ج ة ار ال ط ه ل ه ط ت ر ت ش ام ر
غ ي ر اج ال ح اي ف ع ل ك م ت ف ع ل و م ر ت ح ائ ض ف ال ح ام ر ح اإل ن ع ي م ال ي ض ال ح ل ن ح اض و
ه ر خ ات ؤ ف إ ن ه ب ال ب ي ت اف .ال ط و ه ر ت ط إ ل ىأ ن 257
ا ن د م ع ا ع ن ه هللا ي ض ر ع ائ ش ة ة ق ص ف ي ي ار ال ب خ ه ج ر أ خ ا م ل ك ذ د ل ي ل و
ن ب ي ال ع ل ي ل :))ف د خ ج .ق ال ت ح اإ ل ىال ي ق ه ف يط ر ي ه و اض ت :ملسو هيلع هللا ىلصح يف ق ال أ ن اأ ب ك و
؟ق ل ي ك اي ب ك :م .ق ال :ن ع م ؟ق ال ت ن ف س ت :ل ع ل ك .ق ال ال ع ام ج ح أ ل م أ ن ي هللا و د ت د ل و ت
ف ي ت ط و ال أ ن غ ي ر اج ال ح ي ف ع ل ا م ف اف ع ل ي . آد م ع ل ىب ن ات هللا ت ب ه ك ش ي ئ ل ك ذ ف إ ن
)) ي ه ر ت ىت ط ح .ب ال ب ي ت 258
د .36 و رال س ج ال ح ب ع ضال نس اءعن د ة م اح ز م
ر ج ال ح ن د ع ة م اح ز ال م ن م ه ن ب ع ض ب ه م ي ق و ا م أ ي ضا: ب ال ن س اء ي ت ع ل ق ا م م و
اف ي ل ت ص ه س م ي ج ال ج ال ر م اح ان يف ت ز ال ي م ك ن ال ر أ و د و ه ن اال س و ال ج ال ر اب ع ض ب ه ق
ر أ م ي ل ص ف يت ح ي ن ر خ ال ف يف ت ن ة ت ت س ب ب و م ر ح ال م ب ت ك ف ت ر ال ف ت ن ة و ال ش ر ن ك م م
ق د د م ف اس الم ء د ر و ب اج و ات ق د م ك م ال ال ح او ق ه ف يح ك ه ت ر ب ل ن ن و س ل ب م ل ىج ع م
ال ح . ص ال م
أ م ي ا : ف ق ال ت ا ل ي ه ع ل ت د خ ا ت ع ال ىع ن ه هللا ي ض ر ل ع ائ ش ة ة ال و م أ ن د ر و ق د و
ع ا ا ل ه ف ق ال ت ثا. ث ل أ و ت ي ن ر م ن ك ال ر ت ت ل م اس و س ب عا ب ال ب ي ت ط ف ت ن ي ن م ؤ ئ ش ة ال م
ت ك ب ر أ ال ال ج ال ر ي ن ت د اف ع هللا ك ر آج ال هللا ك ر آج )ال ا: ع ن ه هللا ي ض ر
.) ت ر ر م و 259
ال ال ج ال ر ن ةم ر ج ح ف ت ط و ا ع ن ه هللا ي ض ر ائ ش ة ع ك ان ت ق ال ع ط اء ع ن و
ان أ ة : ر ام ف ق ال ت م ال ط ه ت خ ع ن ك ل ق ي )ان ط : ق ال ت . ن ي ن م ؤ ال م أ م ي ا ت ل م ن س ل ق ي ط
.) أ ب ت و 260
ف ت ح .اف ظ ف يال ال ح .ك ذ اذ ك ر ك ن ف س ة ه ج ع ن :أ ي ل ق يع ن ك ع ن ىان ط م و
257 (.45-44منسك الفوزان ص ) 258 (.1/407فتح الباري ) 259 أخرجه الشافعي في مسنده. 260 .3/480أخرجه البخاري. انظر الفتح
ال ن س اء ب ع ض ب ه م ات ق و ىم ي ر ي ال ذ هللا –و ن د –ه د اه ن ع ال ج ال ر ة م اح ز م ن م
هللا أ ل أ ع ظ م .ن س اه و إ ل ىم ذ ب ال ج ع و ال د ف ن م ص ل اي ح م بام ىع ج ي ر ر ج ال ح ب ي ل ت ق
. ي ن ل م س ال م ال ض ي د ي ه أ ن
ك ام .37 ال ح امن جه و ع ل ىز د ة ح م ال م اي ل ز م
ال ت ىت ع ت ق د ب ع ر و ال م اب ب ع ض ه ع ل ىن ف س ي ف ت ض د اد ح اإل ق ت ف يو ال ن س اء ض
ي ح ف يه ذ ح ص ال ب ي ان ل و ال ن س اء ب ي ن ة ر ه و ش م و ة ث ي ر ك ي ه او ب ه ت ي ان اإل ن ب د م ال اأ ن ه
مال ه ن اك ل ق أ س و م اي ل ز ب م ت ع ال ىي ت ع ل ق هللا ف ظ ه ح ب از ب ن ي ز ال ع ز ع ب د ش ي خ ال ة اح س م
ت ع ال ى: هللا ف ظ ه ح ق ال ك ام ال ح ن م اد ة ح ال م امن جه و ع ل ىز د ة ح ال م م ي ل ز ا م ب ي ان
ك ام ال ح
: ل ت أ و ب ي م ةت ل ز اج ل ح ن ه إ ال م ج ر ت خ ال و ن ة ف ي ه ه يس اك او ه ج و ز ات يم اال ذ ه
ب ز ك ال خ ق ال س و ن ام ت ه اج ح اء ر ش و ض ر ال م ن د ف ىع ت ش س ال م ع ة اج ر ك م ة ر و ر ض أ و
ب م ي ق و ن ام ل د ي ه ي ك ن ه إ ذ ال م و ن ح .و ل ك ذ
اه ا.ث اني ا: و اس م ت ل ب س و ل ة ي م ال ج ب س ل ال م ت ن ب ت ج
ث الث ا: أ ن ب أ س ف ل ا ه ي ض ح ن م ت ر ط ه إ ذ ا إ ال ه ا و ن ح و ي ب ال ط اع أ ن و ت ن ب ت ج
. ر و ب ال ب خ ر ت ت ب خ
ابع ا: ر ل ك ذ ك ان اء س و ه ا غ ي ر و اس ال م و ة ال ف ض و ال ذ ه ب ن م ل ي ال ح ت ن ب ت ج
. ل ك ذ غ ي ر أ و ة ر أ س و أ و ئ د ق ل
امس ا: خ س ول ال ر ل ن ل ال ك ح ت ن ب املسو هيلع هللا ىلصت ج ك ل ه ر و ال م ه ه ذ ع ن د ة ح ال م ن ه ى
اأ ن ل ه و ن م ش اء ت ن م ل م ت ك اأ ن ل ه و ت ىش اء ت م ال س د ر و ن اب و ال ص و اء ب ال م ل ت غ ت س
ل ك ذ و ن ح و ال ط ع ام ة و و ال ق ه م ل ه م ت ق د او ه م ار ح م ع م ل س ت ج اأ ن ل ه و م ه غ ي ر او ب ه أ ق ار
ف ل ت ع م اأ ن ل ه او ال ه م أ ع ي ع م اراف يج ن ه ال ي لو ت ه ب ي ة ح س ط أ او ب ي ت ه ي ق ة د ح او يب ي ت ه
ل ك ذ و ن ح و ائ م ال ب ه ل ب ح و ب س ل ال م ل غ س و ال ب ي ت ك ن س و ي اط ة ال خ و ط ب خ ك ال ال ب ي ت ي ة
ح ال م اي ف ع ل ه غ ي ر م م ح اط ر ل ه و ال ن س اء ن ه ام ةك غ ي ر س اف ر ر ف يال ق م ي ش اال م ل ه و د ة
م. ر ح م ن د ه اغ ي ر ع ي ك ن اإ ذ ال م ه س أ ر ع ن ار م ال خ
. ب ه ح ص و ل ه أ دو م ح ع ل ىن ب ي ن ام ل م س و ل ىهللا ص و
ف ح ه م ت ع ال ى.ان ت ه ىك ل هللا ظ ه 261
د ة ع ل ك ف يذ د ر ق د و اب و ض ال خ ن م ع ة ن و م م اد ة ح ال م أ ن اس ب ق إ ل ىم اف ي ض و
ل ه ق و ا ن ه م ي ث اد هللا ملسو هيلع هللا ىلصأ ح ي ض ر ة ل م س أ ب و ف ي ت و ي ن ح ا ع ن ه هللا ي ض ر ة ل م س ل م
...(ع ن ه :)و اب ض خ ف إ ن ه ن ة ب ال ج ال ي ب و ب ال ط ي ط ش ت م ال 262ي ث د ال ح
ا .38 ع ل ي ه ه و و اال ع اد ة ت ه اء ج ال ذي ب ال ث و ت نب ت ج ب ع ض ه ن
ء ي ج م أ ث ن اء ا ل ي ه ع ك ان ي ال ذ ب ال ث و ت ن ب ت ج ال ن س اء ت ل ب س ه ب ع ض ف ل ال ع اد ة
اذ اه ذ ا ل م ؟.و ي ف ن ظ ه و و ل اذ اي غ س ف ل م إ ال س ة و س و ال و و ل ه ال ج ن ه ذ ام و ل ت ىي غ س ح
ع ؟. ش ر ل ل ال ف خ ال م ع ر ال و
ف ل ال د م ن م ء ش ي ب ال ث و ب ي ص ل م إ ذ ا ي ق ال ه ذ ا ف ع ل ى ب ل ه ل ب س ف ي ج ر ح
ا. ع اد ت ه ن ه ام ر ط ه ب ع د ف ي ه ة ل ال ص و
ل و ت ىت ز ح ث ت ل و ال م ء ز ال ج ل ات غ س ف إ ن ه ال د م ن م ء ش ي ب ال ث و اب أ ص اإ ن ف أ م
. ل م ت ع ال ىأ ع هللا و اس ة ال ن ج
ب ع ضال نس .39 ج ر ةح ن از ةع ل ىال ج ل ال ص اءمن
ل ى ع ة ل ال ص أ ن ت ق د ن ي ع و ة ن از ال ج ع ل ى ة ل ال ص ن م ج ر ت ت ح ال ن س اء ب ع ض
. ال ج ب ال ر ة اص خ ة ن از ال ج
ال ج ل ل ر ة ع ام ة ن از ة ع ل ىال ج ل اب .ف ال ص و ال ص ف ل ه ذ اخ و ق ف ر ال ال ن س اء و
اب ن ال ش ي خ ق ال . ال د ل ي ل ف ع ل ي ه ه ذ ا ف ي ال ن س اء و ال ج ال ر ب ي ن ق ف ر ن م و ل ك ذ ف ي
ت ع ال ى: هللا ف ظ ه ي نح ع ث ي م
ل ل يع ات ص ة ف إ ن ه ن از ال ج ت ر ض إ ذ اح ل ج ك ال ر أ ة ر )ال ـم ث ل م ر ال ج ن ام ل ه او ي ه
أ ن ن و خ ر ؤ ال م ذ ك ر ق د و ء اش ي ن ه م ت ث ن ي س ل م و ة ف يه ذ اع ام ل ة ال د ل ن ل ج ال ل ر م
ل س و ع ل ىال ر ن ل و اي ص ك ان و ي ن ل م س ملسو هيلع هللا ىلصال م ال ن س اء ث م ال ج اد ى.ال ر ف ر ع ل ىه ذ اف ل و
ع م ي ل ت ص أ ة أ ن ر ام ف ي ه و ة ن از ال ج ت ر ض إ ذ اح ب ة ل و ط ال م ر و ال م ن م أ ن ه .ب ل ب أ س
ة (. ن از ه ال ج ع ل ىه ذ ال ج ال ر 263
261 .325ص 14مجلة البحوث 262 رواه مالك وأبو داود والنسائي. 263 جمع أشرف عبد المقصود. 1/403فتاوى ابن عثيمين
ال نس اءال ط وي ل دي ث ح
م ي ث د ح ي ل ال ط و ال ن س اء ي ث د .ح ال ن س اء ن ث ي رم ك ش اع ب ي ن ت ل ق خ م و ب ذ و ك
ة : لم س ال م ت اال خ أ ي ت ه
ن ب ي ال ل ق و ي ت ذ ك ر و ال ش ائ ع ة ه ه ذ ي ذ ر أ ملسو هيلع هللا ىلص:اح ف ل ي ت ب و دا ت ع م م ع ل ي ب ك ذ ن ))م
.)) ال ن ار ن م ق ع د ه م
ىلل نس ا ءذك ر
هللا ل س و ع ل ىر ة م ف اط و أ ن ا ل ت :د خ أ ب يط ال بق ال ع ل ي ب ن د ت ه ملسو هيلع هللا ىلصع ن ج ف و
؟ف ق ال أ ب ك اك ي اال ذ هللا .م ل س و يي ار أ م أ ب يو ف د اك ي دا.ف ق ل ت يب ك اءش د ي املسو هيلع هللا ىلص:ي ب ك
إ ل ى ب ي ي أ س ر ل ة ل ي ع ل ي ت ف أ ن ك ر د ي ش د ف يع ذ اب ت ي أ م ن م ن س اء أ ي ت ر اء ال س م
ا، ه س أ ر اغ م د ه اي غ ل ي ع ر ب ش ع ل ق ة أ ةم ر ام أ ي ت ر ن ع ذ اب ه د ة ش ن م أ ي ت ار ل م أ ن ه ن ش
م ال ح او ع ل ق ةب ل س ان ه أ ةم ر ام أ ي ت ر ا.و ع ل ق ةب ث د ي ي ه أ ةم ر ام أ ي ت ر ا.و ق ه ل ف يح ي ص ب ي م
ق د او ه اإ ل ىي د ي ه ل ج ر اق د ش د ت ه ت ح ن م ق د ت و ال ن ار ه او س د ج م ل ح ك ل أ ةت أ ر ام أ ي ت ر و
أ ي ت ر و ب ال ع ق ار و ي ات ال ح ا ل ي ه ع ف يس ل ط س اء ر خ ي اء م خ ي اء ع م اء م ص أ ة ر ام
. ص ال ب ر و ذ ام ال ج ن م ع ت ق ط ام ب د ن ه ه او ر ن خ م ن ام ه س أ اغ ر م د ج ر ن اري خ ن م ت ت اب و
ر ه او ع اء أ م ك ل ت أ ه ي ي د اه او او ه ه ج و ق ر ةت ح
أ ر ام أ ي ت ر و أ س ار س ه أ أ ةر ر ام أ ي ت
ع ل ى أ ة ر ام أ ي ت ر و ال ع ذ اب . ن م ن ل و أ ل ف أ ل ف ا ل ي ه ع و ار م ح ب د ن ا ب د ن ه و ي ر ن ز خ
ن ب و ر ئ ك ة ي ض ل ال م او ف ي ه ن م ج ر ت خ ه او ف يد ب ر ل ت د خ ال ن ار و ال ك ل ب ة ر اص و س ه أ ر
ن ار. ن م ع ق اط اب م ب د ن ه و
ل ه ن ع م ك ان ا م ن ي ب ر أ خ ي ن ي ع ة ق ر و ب ي ب ي ح ا: ع ن ه هللا ي ض ر ة م ف اط ف ق ال ت
ف ق ال . ال ع ذ اب ن ل ي ه ع هللا ع ض ت ىو ح ت ه ن ي ر س و ع ل ق ة ملسو هيلع هللا ىلص: ال م ا أ م ن ت ي اب ه اي ا ع ر ب ش
ذ ي ت ؤ ك ان ت ا ف إ ن ه ا ب ل س ان ه ع ل ق ة ال م ا أ م و . ال ج ال ر ن م ه ا ش ع ر ي ت غ ط ال ك ان ت ا ف إ ن ه
ع ال م ا أ م و ا، ه ج و ز اش ف ر ن م ت ن ع ت م ان ت ك ا ف إ ن ه ا ب ث د ي ي ه ع ل ق ة ال م ا أ م و ا، ه ج و ل ق ة ز
م ل ح ك ل ت أ ك ان ت اال ت ي أ م ا،و ه ج و ز إ ذ ن اب غ ي ر ب ي ت ه ن م ج ر ت خ اك ان ت اف إ ن ه ل ي ه ج ب ر
ع س ل ط او ل ي ه ج ي د اه اإ ل ىر اال ت يش د أ م ،و ل ن اس ال ب د ن ه ي ن ت ز اك ان ت ه اف إ ن ه س د اج ل ي ه
ن م ل ت غ ت س ال ك ان ت و ال ث ي اب ة ق ذ ر و ض ؤ ال و ة ق ذ ر ك ان ت ا ف إ ن ه ب ال ع ق ار و ي ات ال ح
اك ان ت ف إ ن ه ض ق ار ب ال م ا ه م ل ح ت ق ط ع اال ت يك ان ت أ م و ت ت ن ظ ف ال و ي ض ال ح و ن اب ة ال ج
ن ض ت ع ر ت أ ك ل ه ي و ا ب د ن ه و ا ه ه ج و ف ر ت ح ك ان ت ال ت ي ا أ م و . ال ج ال ر ع ل ى ا ف س ه
ف إ ن ه ار م ال ح اب د ن ب د ن ه و ي ر ن ز اخ س ه أ ر اال ت يك ان أ م و اد ة. ق و ك ان ت ا ه اف إ ن ه ع اء اأ م
ك ذ اب ة، ة ام ن م ه اك ان ت د ب ر ف ي ل ت د خ ال ن ار و ك ل ب ة ر ص و ع ل ى ك ان ت ال ت ي ا أ م و
ق ال د ة.ث م اس ةح اح غ ن ي ة(ن و ق ي ن ة)م اك ان ت ف ي ه ن م ج ر ت خ ملسو هيلع هللا ىلص:و ب ت أ ةأ غ ض ر م ال ي ل و
و از ع ن ه ي ض أ ةر ر م ب ىال ط و ا.و ه ج و ا.ز ه ج
ع ل ى ص ر ت ح ب ع ض ه ن و ب ي را ك ان ش ارا ة اص خ ال ن س اء ب ي ن ان ت ش ر ي ث د ال ح ه ذ ا
ث ال ب ح ب ع د اب و ال ج و ؟ ي ث د ال ح ه ذ ا ة ح ص ا ف م ال ن س اء ب ي ن ه ي ع ز ت و و ه ي ر و ت ص
: ه و ال ال س ؤ و
ه ذ ا أ ن ف ي ه ات ل م ال ك و ال ل ف اظ ل ف ت ك و ة ر ظ اه ع ض ال و ات س م ل ي ه ع ي ث د ال ح
ق ة. ر ش ةم ن ي ر م ال س ل و ة ل ال ص اأ ت م ب ه اح ة ع ل ىص ال ن ب و ش ك اة و ة ح اض و
ه: و ج و ن م ي ث د ه ذ اال ح ن ب ط ل ب ي ان و
ل :ال .و ال س ن ن و اح ص ح ة ك ال ر ه و ش ال ـم د ف يك ت ب ال س ن ة ي ر ل م
ال ث اني: ك ك ن ز ف ال ال ع ل ى ا ي ث ه اد أ ح ي د ت ز ال ت ي ع ة ام ال ج ال ك ت ب ف ي د ي ر ل م
. ال ال ع م
: ت ذ ال ث الث ل م ع ات ض و و ال م ت ىك ت ب ح ل يء ال ل و ي ع ة ال ش ر ي ه ت ن ز ت اب ك ك ه ك ر
. ع ة ن و ص ال م
: ابع ال ر ك ر ض وال ذ ي ت ع ر ل م س ع ب ت و اي ات ه و ر و اء س ر اإل ي ث د ح اع ن و ل م ت ك ي ن ال ذ
او ال ط ح ح ك ش ار إ ل ي ه ة ش ار اإل أ و ي ث د ه ذ اال ح ام م اإل و ي ال ب ار رف يف ت ح ج ح اب ن و ي ة
ف ي ب ة ش ه أ ب و د م ح م ال ش ي خ (.و اء س ر اإل ىف يآي ة س ر ال م ر )ن و ت اب ه ف يك ة أ ب يش ام
.) ي ر ف يك ت ب ال ت ف س ع ات ض و و ال م و ل ي ات ائ ي ر س )اإل ت اب ه ك
:ال خ ت اب امس ك ك ي ث د ال ح ذ ا ل ه ض ت ت ع ر ل م ة و ال ن س ب ار ف يأ خ ن ف ة ص ال م ال ك ت ب
هللا ن م ث ب ت ا ب م ة و ال س ن س )ح ان خ س ن ح ي ق د ص د م ح م ت اب ك و ي ز و ال ج اب ن
ة (. و ف يال ن س ل ه س و ر و
ي ال ذ و ع ة ض و و ال م ي ث اد ال ح ن م ي ث د ال ح أ ن ات ق د م م م ل م هللا ت ع ال ىأ ع و ه ر ي ظ
اء ت ق ر س اال و ث ال ب ح س ب ح ل ي ن ال و ك ت ب ف ي ه ر ك ذ ل ع د م ة ر ت أ خ ال م ن ة م ال ز ف ي
. ال ال س ؤ و
ت ع ال ىأ ع هللا اب .و و ل م ب ال ص
أ ة ر ت ع ل ق ةبال م ال ك ت بال م ب ع ض
ت اه : اأ خ ئ ه ق ار و ا ع ه ام ج ا ب ه ي ن ف ع أ ن هللا س أ ل ال ت ي س ال ة ال ر ه ه ذ ت ام خ ف ي و
ق ة ت ع ل م س ائ ل ر ه ن اك ت باو ل ك ه ا.أ ذ ك ر ر ن اش او ع ه س ام أ ة .و ر ال ـم ع ض و و ب م
ا ع ل ىه ذ اف ب ع ض ه و ع ة ت ن و اال م ث ه ب اح م ف ت ل ب اخ ت ل ف ت خ س ائ ل ال ر و ال ك ت ب ه ه ذ و
ب ع ضا. ل م ي ك
ال و ال ك ت ب ه ه ذ اق ت ن اء ع ل ى ص ر ت ح أ ن ة ل م س ال م أ ة ر ال ـم ف ع ل ى ل ذ ا و س ائ ل ر
ا. ي ن ه د ر ف يأ م ة ي ر ب ص د اد ل ت ز
: اث ن ي ن ي ن ر إ ل ىأ م ان ب ه س ائ ل ال ر ال ك ت ب و ت ل ك د ف يس ر ان ال و ق ب ل و
ل : ال و ف ت ي ع ر م س ب ح ع ل ى ه و س ائ ل ال ر و ال ك ت ب ن م ه ر ك ذ د س ي ر ا م أ ن
ة . ر ال ق اص
ال ث اني: ان ب و ج ن م أ ة ر ال ـم ع ض و و م ق ت ط ر ق د ي ة ع س م ط ة أ ش ر ه ن اك أ ن
ت ي ل ال ت س ج س ار ف ه ل ل خ ن م ا ل ي ه ع ل ال ح ص و ة ل م س الم أ ة ر ال ـم ي ع ت ط ت س و ة. ث ي ر ك
أ ذ س .و ي ة م س ل ال ف ائ د ة .اإل ل ت ت م ال ن اف ع ة ط ة ر ال ش ت ع ال ىب ع ض ش اء هللا إ ن ك ر
ا إ ل ي ك :لو ب ي ن ع د ت ك او م ن
اب ) -1 ج ال ح د ة ي ل 1-8-3ع و اع م إ س ب ن د م أ ح ب ن د م ح (م 264.
2- ي اء أ د ع و م س ل اإل د ع اة ب ي ن أ ة ر .ال م ق ر ال ش ان س ل ي م ب ن ر .ع م ال ت ق د م
ل ي . -3 ل ال ج د م ح ب ن هللا .ع ب د ة ل م س ال م أ ة ر ال ـم ي ق ف يط ر ات ش ب ه
4- . ي ن ص ال ح د م .أ ح ي ات د ال ت ح ام أ م ة ل م س ال م أ ة ر ال ـم
5- ن م اع ة م ج اح . ف ر ال ات ر ن ك د م و م ح م ا ل ي ه ع ع ل ق و . ه ر ال ز اء ع ل م
. ل ي ت ان ب و س اال
ي ع . -6 د ج ال هللا .ع ب د ة ال ح ال ص ة ج و ال ز ف ة ص
7- . ان خ س ن ح ي ق د ص د م ح ة .م و ال س س ن ح
.ال ش ي خ -8 ن ات م ؤ ب ال م ت ص ك امت خ ع ل ىأ ح ات ب ي ه .ت ن ان ز ال ف و ال ح ص
د . -9 و م ح م آل هللا .ع ب د ب ي ة ال ع ر أ ة ر ال م ب د اي ة ب ي ة ال ع ر أ ة ر ال م اي ة ن ه
264 .32انظري ص
ب اغ . -11 ص ال د م ح .م ت ر ت ه س ط ال م ت ل خ اال و ن ب ي ة ة ب ال ج ل و ي م ال خ ر ت ح
.إ -11 ك ج و ز ب ي ن س ت ك د .ك ي ف و م ح ي م ال م اه ب ر
12- . ي ن س ح د م ح م د م ح ت ل ط .م خ ال م ع ت م ج ال م
13- . ب ان ال غ ض ن ي ر م د م ح .م ة ل م س ال م أ ة ر ال م ب ي ة اء ع ل ىت ر و أ ض
س ة -14 د ر ال م ع ات ب و ك م ن .م ن ب ي ة ال ج ة اف ح م ص ي م ر ت ح ل ة .أ د ل ف ي ة ال س
ي . -15 س ر ال د و ي د م ال ف ه اس .ج ال ب ن ات ع اي ة ب ر ات م ك ر ال م ن و ص
16- . ب از اب ن ش ي خ ال ة اح ىال س ائ ي ة .س م ال ف ت او و س ائ ل ال ر
17- . س ن د ال م د م ح م ع م أ ة .ج ر ال ـم ى ف ت او
ا -18 م س ل اإل .ي اف ت اة ي ال ب ل ي ه ال ح ص .ال ش ي خ ي د ع ت خ ت ىال ح ئ ي ق ر
19- . ب از ب ن ش ي خ ال ة اح .س م غ ار ال ش ن ك اح اب و ج ح
ال و ر ال س ف و م ك ح
21- . ي ن الز ر ط اه د م ح .م ف ق ط ل ن س اء ل و اص خ
21- ي ة ال ط ب ي ع ف يال ن س اء س ال ة .ر ي ن ال ع ث ي م ب ن ال ح ص ب ن د م ح م .ال ش ي خ ل ن س اء ل
د. -22 و م ح م آل هللا .ع ب د ال ن اث و ر ال ذ ك و ب ي ن اث ي ر ف يال م ال ت ف اض ل ة م ك ح
هللا . -23 ال ع ب د ل /أ م إ ل ي ك
ب -24 .ع ال س ن ة ت اب و اب ف يال ك ج ال ح س ال ة ي .ر ال س ن د ر ال ق اد د
ط ان ي . -25 ال ق ح ع ب ر م د م أ ح د م ح ي .م ال ع ال م اس ة ال ن خ ق ف يس و أ ة ر ال ـم
. ث ر أ ك اب ق ي م و س ائ ل ر ال ال ك ت ب و ه ب ع ض ه ذ
و ب م ت ع ل ق ة ال م ال ك ت ب ق ام ال م ه ذ ا ف ي اد ر ال م ىو ر ال خ ال ك ت ب ا أ م أ ة ر ال م ع ض و
ه ا. ك ر ذ ع ض و ه ذ ام ف ل ي س
ي : ل م ع س ب اح س ن ه أ ح ن م أ ة .ف ل ع ل ر ب ال ـم ت ع ل ق ة ال م ط ة اال ش ر أ م
ا) -1 ق ت ه و ة ل م س ال م أ ة ر يال م ت ق ض 1-8ك ي ف ب ن ان د ة .(س ل ي م ال ع و د م ح
8- ( ة ل م س ال م أ ة ر ف يال م ب ة ل و ط م ال ص .1-8خ د ن ج ال م د م ح (م
3- . ال ع ي د ر .ع م اب ي ات ح ال ص س ي ر ن م ج اذ ن م
الفهرس
الحفعةالعوخوع
منرلةالمرأةقبلاإلسلموبعده...............................................
...............................................تركالصلةمنأحدالزوجين-1
.......................................................سفرالمرأةبدونمحرم-8
.........................................................مصافحةغيرالمحرم-3
......................التحرجمناإلحرامإذاكانعليهاشيءمنالذهب-3
.............................................تأخيرالعدةواإلجدادبدونعذر-5
.................................................لباسالصغيرةالثيابالقصيرة-6
.................................................التخرجمنالصلةبالقفازين-7
..........................................................لبسالمليسالضيقة-8
.......................................................جمعالشعرفوقالرأس-9
....................................عدمجوازعقدالنكاحف يوقتالعادة-10
....................................................لبسالسوادوقتاإلحداد-11
............................................................اإلحدادسنةكاملة-18
............................................عدمجوازذبحالمرأةللضحية-13
....................................الدعاءعلىالوالدبالمرضوالموت-13
..................................عدمجوازوضعالحناءف يوقتالعادة-15
.....................................صومالمرأةتدوعابدونإذنزوجها-16
.....................حكمالوضؤإذاكانعلىالظافرطلء)المنكير(-17
...................................................تأخيرالغسلمنالحيض-18
..........................تأخيرالصلةالمفروضةحتىيصلىالرجال-19
.........................................تقطيةشعرالرأسأثناءاالغتسال-80
......................................تركالصلةالوقتالذيجهرتف يه-81
...................تفويتالصلةالتيجاءهاالحيضبعددخولوقتها-88
...........................................رالغسلحتىتطلعالشمستأخي-83
...........................الحرجمالقراءةف يالصلةبصوتجهوري-83
...............................الخروجلصلةالتراويحبدونإذنالزوج-85
............................................منعالبنتالصغيرةمنالصيام-86
.....................................الحرجمنوصعالحناءأثناءالصوم-87
.....................................الحرجمنتذوقالطعامأثناءالصوم-88
...........................................عدماتمامالنساءلصلةالفرض-89
.....طهرالنفساءقبلتمامالربعينوامتناعهاعنالصلةوالصوم-30
.......................منكهرتقبلالفجرولمتغتسلفهللهاالصوم-31
..............................صياممناستمرمعهاالجمبعدأيامعادتها-38
..............................................تطيبالنساءلصلةالتراويح-33
..................................بعضهنيعتقدنأنللحرامثوباخاصا-33
...............................عدماإلحراممنالميقاتإذاكانتحائضا-35
.................................مزاحمةبعضبعضعندالحجرالسود-36
..................................مايلزمالمحدةعلىزوجهامنالحكام-87
..................بعضهنتجتنبالثوبالذيجاءتهاالعادةوهوعليها-88
............................تحرجبعضالنساءمنالصلةعلىالجنازة-39
.......................................................حديثالنساءالطويل
كتبالمتعلقةبالمرأةبعضال...................................................
بعضالشرطةالمتعلقةبالمرأة...............................................
الفهرس............................................................................
Lampiran 5
TERJEMAHAN KITAB MIN MUKHАLLAFАT AN-NISА’
KARYA ABDUL AZIZ BIN MUHAMMAD BIN ADULLAH AS SADHAN
Penterjemah:
Anisah Sarah Fatimah
1113024000053
Dr. Abd aziz bin muhammad bin abdillah as sadhan
POSISI PEREMPUAN SEBELUM ISLAM DAN SESUDAHNYA
Segala puji bagi allah, kepadanya kami memuji, memohon pertolongan dan
mohon ampunan. Dan kepadanya kami meminta perlindungan dari segala
kejelekan jiwa dan dari kejelekan segala perilaku. Barang siapa yang ia beri
hidayah maka tiadalah yang mampu menyesatkannya, dan barang siapa yang ia
sesatkan maka tiadalah pertolongan baginya. Dan kami bersaksi bahw tiada tuhan
selain allah tuhan maha satu dan tuhan tanpa sekutu, dan kami bersaksi bahwa
nabi muhammad adalah utusan nya.
ون سل م أ نت مم و إ ال وت ن ت م ال و ت ق ات هۦ ق ح ٱلل ٱت ق وا ن وا ام ء ين اٱل ذ أ ي ه ١٠٢ي
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam (al imran : 102)
م نه م ب ث او ه وج از نه م ل ق خ د ةو ح نن فسو ل ق ك مم يخ ٱل ذ ب ك م ٱت ق وا ر اٱلن اس أ ي ه ٱت ق وا ي و اء ا ن س او ث ير ا ك اال ا ج ار
ا ق يب ا ل يك مر ع ك ان ٱلل إ ن ام ٱل رح و ب هۦ ل ون اء يت س ٱل ذ ١ٱلل
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (an nisa’
: 01)
ا يد ا س د ق ول وا ق وال ا ن وا ٱت ق وا ٱلل و ام ء ين اٱل ذ أ ي ه س ول ه ۥ ٧٠ي ر ع ٱلل و ني ط م و
ي غف رل ك مذ ن وب ك م ل ك مو ي صل حل ك مأ عم
يما ف وزاع ظ ٧١ف ق دف از
70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar (al ahzab : 70)
71. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni
bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar (al ahzab 71)
Tema tentang wanita dan hal yang berkaitan dengannya menjadi pusat perhatian
dikalangan umat islam lebih-lebih di zaman sekarang, hal ini dikarenakan musuh
kaum muslimin menemukan celah dalam memerangi umat islam dalam urusan
rumah tangga, kerusakan aqidah dan kerusakan moral, hal itu sudah masyhur
dalam beberapa media masa, semua itu mereka lakukan untuk mencari perhatian,
mereka berlomba-lomba. Terkadang Ada yang tampil sebagai model, penari dan
ada pula yang tampil sebagai penyanyi, dalam hal ini mereka tampil dengan
penuh semangat dan berlomba-lomba.
Bukan hanya itu saja yang mereka lakukan, akan tetapi masih banyak lagi yang
mereka lakukan.
Contohnya “ hal-hal perfeksionisme ini tidak lepas dari beberapa gambar-gambar
wanita cantik seakan tidak ada obatnya, hal ini bukanlah hal yang aneh.
Maka dari itu Para musuh umat islam dengan tanpa ragu melakukan apapun yang
bisa membuat umat islam rusak, mengedepankan dunia dari pada akhirat.
Salah satu tukang salib berkata “ akhlak manusia yang bernuansa timur tidak akan
tetap sampai hijab seorang wanita lepas dari mukanya dan alquran yang mereka
bungkus dengan hijabnya”.
Adapun tukang salib lainnya yakni zuwaimir berkata “ bagi kalian orang nasrani
janganlah kalian putus asa karena pada nyatanya dalam hati umat islam cenderung
untuk mendalami ilmu yang bernuansa barat dan mereka lebih memilih
membebaskan para wanitanya”.
Ini adalah sebagian dari perkataan mereka dan catatan mereka terkait masalah
wanita, ini adalah sekapur sirih.
Disana masih banyak lagi golongan yang mempunyai hubungan dengan islam
yang juga mengambil keuntungan dalam masalah wanita dalam keserupaan
mereka, hawa nafsunya, bahkan terkadang mereka tampil diposisi penasehat dari
segi perkataan dan karangan mereka. Bahkan mereka membuktikan bahwa apa
yang mereka lakukan adalah benar. (Mereka memikirkan tipu daya dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya). Al anfal
: 30
Terkadang mereka kelihatan tersenyum, terdiam dan terkadang mereka tampil
dengan lembut, maka apabila mereka mendapatkan kesempatan mereka
menampakkan taringnya dan menutupi kedoknya dan kemudian mereka
menampakkan kejahatan dari maksud dan tujuannya.
ه م كر م ٱلل ند ع ه مو كر م وا ك ر ق دم و ب ال ٱلج نه م ول ه مل ت ز كر م إ نك ان ٤٦و
Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi
Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu
(amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim : 46)
Maka mereka terlihat menjelma dengan berbagai rupa, mereka menyerupai
bunglon untuk beradaptasi dengan lingkungan, dan terkadang mereka memakai
topeng biar menjadi tranding topik dan menjadi perdebatan berbagai kalangan dan
terkadang mereka menyenandungkan disekitar para lelaki dan kemudian mereka
mencari perhatian dan mereka mengira akan ada dukungan dan keadilan.
ا ك يد ا يد ون مي ك ا ١٥إ ن ه ك يد ا يد أ ك ١٦و
Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan
sebenar-benarnya. (at tariq : 15)
Dan Akupun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya. (at tariq : 16)
م ع ه د خ ه و و ٱلل ع ون د ١٤٢ي خ
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas
tipuan mereka.(an nisa’ : 142)
Maka mereka para lelaki banyak bicara disekitar para wanita dan mereka
melontarkan kata-kata lembut dan memukau segala kata-kata mereka lontarkan
dan kemudian mereka merasa tersanjung, begitupun sebaliknya. Mereka para
lelaki menguburkannya ke dalam tanah sampai-sampai mereka lupa diri.
ون اي حك م م اء س أ ال ٥٩
Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (an nahl : 59).
Artikel ini memiliki pendukung dan pendukung jiwa lemah dan orang-orang
dengan niat buruk dapat kita lihat artikel dari orang yang khianat kepada allah dan
hiana terhadap kaumnya sendiri Mereka berkabung atas artikel yang mereka puji
dan yang mereka bangga banggakan.
Wahai engkau para ibu, saudara perempuan, waspadalah terhadap semua dari
mereka, maka demi tuhan sesungguhnya kalian sudah tahu tentang itu, insyaallah,
mereka tidak menulis artikel mereka, tidak menyebarkan perkataan mereka karena
sebuah kebenaran. Maka bisa jadi mereka adalah orang yang paling jauh dari
kebenaran.
Akan tetapi maksud dan tujuan mereka adalah menghancurkan agama dan
memeranginya, karena sesungguhnya agama menurut mereka adalah Kebebasan
yang tertekan dan keinginan yang terbatas Dan ini adalah bukti pikiran yang licik,
jika tidak, siapa yang memasang keinginan pemiliknya sangat sesuai untuk
konservasi, namun orang-orang telah keluar dari lingkaran orang bijak. Saksi
bahwa mereka memiliki pendahulu dalam hal itu orang Yahudi dan antek-antek
mereka dan klien mereka. Wahai engkau para ibu dan engkau wahai para wanita
kalian adalah pembelajaran bagi generasi terdahulu dan yang akan datang, maka
dari itu mari kita tegakkan kebenaran semampu kita mari kita fikirkan umat islam,
wanita para sahabt dan tabi’in dan orang-orang yang ada sesudahnya, kita
sebarkan artikel sejarah dengan akhlak merekadan kemulyaan mereka dengan
agama yang mereka anut.
Sudahkah Anda menghabiskan waktu dengan wanita muda ini dengan kabar dan
kerendahan hati mereka, dan setelah ini lumpuh, kenyataannya kalian akan
melihat wanita sebelum Islam melihat betapa bohong dan sombong disebabkan
ketidakadilan Islam kepada wanita.
Dapat saya lontarkan sebuah kata dari salah satu orang eropa “ akal adalah sesuatu
yang bodoh atau pura-pura bodoh “ mereka adalah orang-orang yang punya
hubungan dengan islam.
Justaf lubun berkata tentang pengaruh islam terhadap posisi wanita “
sesungguhnya islam memberi dampak yang baik dalam mengangkat posisi wanita
utamanya dari aturan-aturan yang bernuansa eropa, dan sebaik-baiknya cara untuk
menciptakan pengaruh yang telah dibuat oleh islam dalam memperbaiki keadaan
wanita di bagian timur adalah kita harus membahas sesuatu yang berkaitan
dengan keadaan wanita sebelum al qur’an.
Apakah kalian tahu wahai para muslimah bagaimana orang-orang eropa sengaja
menyembunyikan hal itu
ب ون اك ان وا ي كذ ب م أ ل يم مع ذ اب ل ه او ض ا ر م اد ه م ٱلل ضف ز ر مم ١٠ف يق ل وب ه
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi
mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (al baqarah : 10)
Maka tamparlah penyerupaan mereka dengan sepatumu dan katakan pada mereka
bahwa sejelek-jeleknya suatu kaum adalah kalian apabila orang lebih berakal dan
lebih tau dari kalian.
Setelah ini akan saya utarakan sedikit dan sebagian dari hal tentang posisi seorang
wanita dalam islam dan cara bergaulnya agar supaya kalian tau dan bisa membeda
posisi wanita sebelum islam dan sesudahnya.
1. Menurut orang-orang irak
Wanita sangatlah dibenci dan direndahkan sampai-sampai dibilang najis,
mereka memiliki sepotong barang yang mereka perjual belikan di pasar-
pasar yang mana transaksi ini diharamkan baik dari segi waris atau
penggunaan dalam harta.
2. Menurut orang-orang romawi
Wanita memang sudah masyhur dalam sya’ir romawi yang berbunya
(seorang wanita tidaklah punya jiwa) hal ini adalah adzab yang paling
dahsyat dengan menuangkan minyak yang panas atas badannya dan
menghubungkan mereka dengan kolom, akan tetapi mereka berebutan
untuk itu walaupun nyawa sebagai taruhannya.
3. Menurut orang-orang cina
Orang cina menyerupakan wanita dengan sebuah air yang beracun yang
digunakan untuk mandi bersenang-senang, menurut mereka, yang benar
adalah seorang suami yang menjual istrinya layaknya barang dagangan
dan apabila dia sudah janda maka itu adalah yang benar, dan juga menurtu
mereka yang benar adalah seorang wanita dikuburkan hidup-hidup.
4. Dalam undang-undang humorobi
Menurtu undang-undang humorobi seorang wanita disuruh berjalan di
tempat pemimpin, dan kemudia barang siapa yang membunuh anak
perempuan untuk seorang laki-laki maka dia mempunya kewajiban untuk
menyelamatkan anak perempuannya untuk dibunuhnya atau dijadikan
budak.
5. Menurut orang-orang hindu
Dalam syari’ah orang hindu “ tidak ada yang lebih jelek dari pada seorang
wanita “.
Menurut mereka pula bahwa seorang wanita tidaklah punya hak untuk
hidup apabila suaminya sudah meninggal, dia harus mati seketika
suaminya meninggal, dia juga harus dibakar hidup-hidup bersama mayat
suaminya, dan juga dijadikan tumbal untuk tuhannya.
6. Wanita menurut orang persia
Menurut mereka diperbolehkan menikahi ibunya, saudarinya, bibi dan
ponakannya. Mereka juga memberantas para banci dengan membuang
mereka ke luar kota dan tidak diperbolehkan bagi siapapun untuk bergaul
dengannya kecuali dia sebagai pembantu, dari ini wanita persia dibawah
naungan pemimpin yang berkuasa di fonis antara hidup dan mati.
7. Wanita menurut orang yahudi
Menurut mereka wanita bagaikan seorang pembantu, dan bagi ayahnya
diperbolehkan untuk menjual belikannya, orang yahudi menganggap
wanita adalah laknat karena dia yang menggoda adam dan apabila dia
sedang haid dia tidak boleh digauli, makan bareng dan tidak boleh
menggunakan benda apapun sampai ia suci, sebagian dari mereka ada
yang membuatkannya tenda dan disuguhkannya sepotong roti dan seteguk
air dan dia harus menetap di bawah tenda sampai dia suci.
8. Wanita menurut orang nasrani
Salah satu orang tersuci dikalangannya berkata, menurut mereka “ seorang
wanita adalah mala petaka, disenangi, membahayak keluarga dan
membuat keluarga bahagia, dan dia adalah sebuah musibah dalam
keluarga “
Sedang yang lain berkata “ wanita adalah tempat masuknya syetan pada
jiwa manusia dia juga yang merusak kesucia tuhan dan dia pula yang
membuat seorang laki-laki tertarik”.
Pada tahun 586 orang-orang persia melakukan pers mengenai “ apakah
wanita tergolong manusia apa bukan? Apakah mereka punya jiwa atau
tidak? Dan apabila dia punya jiwa, apakah jiwanya jiwa manusia atau
hewan? Dan apabila dia berjiwa manusia apakah posisinya sama dengan
jiwa seorang laki-laki ataukah lebih rendah? Dan akhirnya diputuskan
bahwa wanita ada;ah manusia namun dia diciptakan sebagai pelayan
seorang laki-laki saja. Wahai para ibu apakah kalian tahu sebatas mana
akal mereka merendahkan seorang wanita den menganggapnya hina.
Mereka adalah pendahulu budaya barat yang dikenal dengan sebutan ahli
hina.
Dan yang paling membebankan baian kalian wahai para wanita adalah
intuitif dan katakan kalau kalian berkeinginan mengeahui sebagian lelucon
yang membuat kalian menangis tentang perlakuan orang nasrani terhadap
seorang wanita maka simak dan bacalah :
Parlemen inggris menerbitkan ketetapan pada masa hendri as tsamin raja
kalira agar supaya seorang wanita membaca kitab “ perjanjian baru “ yakni
kitab injil yang dianggapnya najis.
Disebut Dalam sebuah terbitan bahwa ada pertemuan di britonia terkait
penganiayaan terhadap seorang wanita pada tahun 1500 masehi dan
temanya adalah penganiayaan terhadap seorang wanita yang masih hidup
dengan menggunakan api.
Undang-undang kota persia memutuskan bahwa yang dikenakan
penganiayaan adalah anak kecil, orang gila dan seorang wanita sampai
tuntas hal ini diputuskan pada tahun 1938 dan didalamnya masih berlaku
pemberdayaan wanita yang sudah menikah .
Akan tetapi undang-undang inggris pada tahun 1805 memutuskan bahwa seorang
laki-laki diperbolehkan menjual belikan wanitanya, dan harga wanita dibatasi
sebesar enam pin (setengan shilling) pada tahun 1931 masehi telah terjadi
penjualan wanita seharga lima pounds, pengacara dalam pembayaran ini berkata :
“ undang-undang inggris pada tahun 1801 masehi membatasi harga penjualan istri
denga enam pint dengan syarat penjualan ini harus disepakati oleh pihak istri “
kemudia hakim menjawab bahwa undang-undang ini telah dihapus pada tahun
1805 dengan menerapkan undang-undang baru yaitu dilarang menjual istrinya,
dan kemudia hakim memutuskan bahwa barang siapa yang menjual istrinya dia
akan dikenakan hukuman selama 10 bulan.
Dan kemudian terbitlah dalam majalah dan kebudayaan islam “ tahun kedua (tepat
pada tahun 1078) : (pada tahun lalu terjadi penjualan istri dari seorang italia
dengan premi, setelah si pembeli tidak bisa memenuhi persyaratan kemudia si
pembeli dibunuh oleh oleh penjual tersebut).ustadz muhammad rasyid ridla
rahimahu allah berkata (dan tergolong hal yang aneh bagi orang inggris pada saat
ini bahwa sampai saat ini masih ditemukan penjualan istri oleh suaminya sendiri
dengan harga yang sangat murah seperti dengan 5 shilling, sementara nama-
namanya telah dicantumkan oleh pihak inggris.)
Ini adalah sekilas tentang nasib wanita pada masa kebudayaan yang dikenal
dengan budaya abad 20, apa yang terjadi dengan budaya, budaya ini adalah
budaya yang kotor dan hina.
Setelah kalian tahu wahai para muslimah tentang posisi wanita bagi mereka para
orang barat dan antek-anteknya.
Saya akan menggambarkan sebagian tentang nasib seorang wanita versi arab pada
masa jahiliyyahbiar semuanya jelas, agar supaya kalian berpegang teguh pada
agama yang agung (islam) yang mana islam telah mengangkat derajatmu,
menjaga kehormatanmu, membantu kebutuhanmu, berjanji megancam siapapun
yang ingin berbuat jahat kepadamu dan senang membantu dan menjagamu.
Kali ini penilitian yang akan dikemukakan adalah penelitian al faruq radiyallahu
anhu yang mana didalamnya menjelaskan tentang kedudukan wanita pada masa
jahiliyyah apabila mereka punya kedudukan.
Al faruq berkata :demi allah semasa saya berada pada masa jahiliyyah kami tidak
menganggap wanita itu ada sampai allah menurunkan apa yang allah turunkan
untuk mereka dan membaginya untuk mereka.
Setelah makalah ini saya akan menggambarkan sesuatu yang sederhana tentang
penghinaan orang jahiliyyah terhadap kalangan wanita, dan saya akan memulai
dari apa yang telah tertera dalam kitab allah swt terkait kebencian orang jahiliyyah
terhadap bayi perempuannya.
ظ د ه مب ٱل نث ى أ ح ر إ ذ اب ش يمو ك ظ ه و او د ا سو ه ۥم جه و ٥٨ل ل ى ك ه ۥع أ ي مس ۦ ب ه ر اب ش م ء نس و م ٱلق وم ن م ى ر ي ت و
ون اي حك م م اء س أ ال اب ٥٩ه ونأ مي د س ه ۥف يٱلت ر
58. Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. (an nahl
: 58)
59 .Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita
yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-
hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.(an nahl
59)
Pada masa jahiliyyah wanita tidaklah mendapatkan hak waris, mereka berkata :
tidak ada yang mendapatkan warisan kecuali bagi mereka yang membawa pedang
dan melindungi telurnya.
Wanita tidak mendapatkan apapun dari suaminya, talaq dan poligami. Ketika
seorang suami meninggal dan punya istri dan beberapa anak dari istri yang lain
maka anak yang tertua yang berhak terhadap istri ayahnya tersebut, dia dianggap
barang warisan peniggalan ayahnya layaknya harta yang ditinggalnya, maka
apabila ia berkehendak mwengumumkan tentang keinginannya untuk
menikahinya maka ia melemparkan bajunya, kalau tidak, dia akan mengawini
siapapun yang ia kehendaki, ibnu abbas berkata (seorang laki-laki apabila ayahnya
atau pamannya meninggal maka dialah yang berhak atas istri dari ayah dan
pamannya tersebut, kalau dia mau, dia bisa menjadikannya istri atau budak dan
semua hartanya. Kalau dia mati maka ia yang akan memiliki hartanya).
Salah satu mereka (jahiliyyah) apabila berkeinginan untuk mempunya anak
bangsawan, maka mereka akan membawa istrinya setelah haid pada orang yang
berdarah bangsawan kemudian mereka meminta agar supaya istrinya dihamili dan
setelah ia hamil baru ia akan dibawa pulang.
Qotadah berkata (laki-laki dimasi jahiliyah kelakuannya adalah taruhan, dan yang
ditaruhkan adalah keluarga dan hartanya semuanya sama-sama melirik terhadap
apa yang ada ditangan musuh musuh mereka. Maka kemudian terjadilah
permusuhan yang sangat sengit di antara mereka.)
Disitu pula ada jenis makanan yang khusus dimakan oleh seorang aki-laki dan
haram bagi seorang perempuan memakannya, seperti yang telah difirmankan allah
akan keadaan mereka :
اف ق ال وا م ش و مف يه ف ه يت ة ا إ ني ك نم ن او ج أ زو ل ى ع م ر ح م ن او ةل ذ ك ور ال ص خ م ٱل نع ه ذ ه ميب ط ون يه س ي جز اء ك ر
ل يم يم ع ك إ ن ه ۥح م صف ه ١٣٩و
Dan mereka mengatakan: "Apa yang ada dalam perut binatang ternak ini adalah
khusus untuk pria kami dan diharamkan atas wanita kami," dan jika yang dalam
perut itu dilahirkan mati, maka pria dan wanita sama-sama boleh memakannya.
Kelak Allah akan membalas mereka terhadap ketetapan mereka. Sesungguhnya
Allah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.(al an’am : 139)
Adapun batasan diantara mereka adalah seorang wanita menghitung selama satu
tahun genap, wanita membatasi atas suaminya dengan sejelek-jeleknya batas,
wanita itu memeakai pakaian yang paling jelek dan tinggal dikara yang paling
jelek yakni (al hafisy) tempat kecil yang gelap yang terletak dalam rumah, dia
tidak bersuci, tidak menyentuh air dan tidak memotong kuku juga rambut, dan
apabila sudah genap satu tahun dia keluar dengan rupa yang jelek dan bau yang
busuk maka kemudia dia menunggu anjing yang lewat untuk dilempari kotoran
sebagai penghinaan atas apa yang telah ia alami satu tahun dan mengagungkan
apa yang dimilki suaminya.
Dan masih banyak lagi kisah yang sama dengan ini.
Dan setelah itu mari kita kembali pada keadaan wanita dalam islam, pertama
(demi dzat yang menyesuaikan para kaum muslimin dan mengenalkan islam
bahwa posisi wanita dalam islam ia mendapatkan kedudukan yang tinggi,
kedudukan yang dapat menjaga kehormatannya, kemanusiaannya dan
keluarganya).
Islam tidak menganggap wanita dengan anggapan yang hina seperti anggapan
orang yahudi dan nasrani, islam menetapkan kebenaran sejak zaman azali.
Wahai para ibu dan saudari, dengan datangnya islam wanita menjadi mulia, islam
menjadikannya mulia dia punya hak-hak yang telah diatur oleh allah swt, allah
juga mengaharamkan wanita untuk disakiti, dan islam juga mengancam akan
mendapatkan balasan yang setimpal apabila ada seorang yang menyakiti wanita.
Posis wanita adalah sama dengan laki-laki dalam kemanusiaan, berbeda dengan
anggapan orang nasrani dan persia, allah berfirman :
إ ن ا ف و ل ت ع ار ق ب ائ ل او ك مش ع وب ا ع لن ج و أ نث ى رو نذ ك ك مم ل قن إ ن اخ اٱلن اس أ ي ه
ل يم ي ٱلل ع إ ن م ك أ تق ى ند ٱلل ك مع م أ كر
١٣ب يرخ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(al hujarat : 13)
Islam menyamak mereka dalam masalah iman kepada allah.
ن ت ٱلق و ت ن ؤم ٱلم و ن ين ؤم ٱلم و ت سل م ٱلم و ين سل م ٱلم إ ن ت ب ر ٱلص و ين ب ر ٱلص و ت ق د ٱلص و ق ين د ٱلص و ت
ن ت ٱلق و ين
ف ر ين ف ظ ٱلح و ت ئ م ٱلص و ين ئ م
ٱلص و ت ق د ت ص ٱلم و ق ين د ت ص ٱلم و ت ع ش ٱلخ و ين ع ش ٱلخ و ين ر ك
ٱلذ و ت ف ظ ٱلح مو ه وج
اٱلل يم ا أ جراع ظ و ة ا غف ر ل ه مم ٱلل أ ع د ت ر ك ٱلذ او ٣٥ك ث ير ا
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan
yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki
dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusyu´, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.(al ahzab
: 35)
Mereka sama dalam mendapatkan balasan di akhirat
ن ٱلج ل ون ي دخ ئ ك ل نف أ و ؤم م ه و و نذ ك رأ وأ نث ى م ت ل ح ٱلص ن لم ني عم م او ن ق ير ا ون ي ظل م ال و ١٢٤ة
Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita
sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan
mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.(an nisa’ : 124)
Mereka sama dalam kesegeraan dan tolong menolong
ي و نك ر ٱلم ع ن ون ي نه و وف عر ب ٱلم ون ر ي أم ب عض ي اء مأ ول ه ب عض ت ن ؤم ٱلم و ن ون ؤم ٱلم و ي ؤت ون و ة ل و ٱلص ون ق يم
س ي ئ ك ل أ و س ول ه ۥ ر و ٱلل يع ون ي ط و ة ك و يمٱلز ك ح يز ع ز ٱلل إ ن م ٱلل ه م ٧١رح
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.(at tawbah : 71)
Dan ini adalah petunjuk tentang netapa agungnya posisi wanita dalam islam,
rasulullah bersabda dalam haji wada’nya “ berwasiatlah kalian terhadap seorang
wanita dengan wasiat yang baik”
Itulah ringkasan singkat yang menjelaskan sebagian tentang kedudukan wanita
dalam islam dan menjaga hal-hal yang dapat merusak pada kehormatannya. Allah
berfirman :
ت ن حص ٱلم ون ي رم ين ٱل ذ و و ا د ةأ ب د ا ه مش ت قب ل وا ل ه ال و لد ة ا ج ن ين ف ٱجل د وه مث م د اء ش ه ل مي أت وا ب أ رب ع ة ه م ث م ئ ك ل أ و
ق ون س ٤ٱلف
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang
menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian
mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. (an nur
“ 04)
Apakah kalian tahu wahai para para pemudi islam tentang kekebalan ini, ini
adalah ancaman bagi siapapun yang mengabaikan kalian.
Silahkan acak buku sejarah maka kalian tidak akan pernah menemukan sebuah
agama yang menjagamu dan mengangkat derajatmu seperti islam.
Dan juga dalam masalha warisan telah dikemukakan bahwa orang jahiliyah tidak
membagi warisannya pada seorang wanita meskipun orang yang meninggal
adalah orang terdekatnya.
ى يز ةض اق سم إ ذ ا ٢٢ت لك
Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.(an najm : 22)
Adpun dalam islam allah telah menetapkan bagian untuk wanita sesuai posisinya
dengan mayyit, maka ibu terkadang mendapatkan 1/3 dan terkadang 1/6, istri
terkadang mendapatkan 1/4 dang kadang 1/8 anak perempuan terkadang
mendapatkan separuh dan terkadang 2/3 dan begitu seterusnya.
Dalam masalah talaq pada masa jahiliyah seorang laki-laki menceraikan istrinya
dan apabila masa iddahnya hampir habis dia merujuknya kembali begitulah
keadaan wanita dimasa jahilyah dicerai semaunya dirujuk semauya, hal yang
seperti ini tidak sah sebagai mana allah berfirman
ن ب إ حس يح وفأ وت سر عر ب م ف إ مس اك ت ان ر م ق
ل ٢٢٩ٱلط
229. Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara
yang ma´ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. (al baqarah : 229)
Adapaun dalam pemberlakuan wanita saat haid sangatlah beda cara jahiliyah
dengan islam, adapun dalam masa jahiliyah seorang wanita yang haid dia di
asingkan dari rumahnya, tidak diajak makan bersama, tidak boleh kumpul dan
tidak diajak bicara, adapun dalam islam adalah sebaliknya dia tinggal satu atap,
makan bersama dan seterusnya.
Kalau kita bahas secara rinci tentang perbandingan wanita dalam islam dan dalam
masa jahiliyah maka tidak akan pernah habis, dari itu saya cukupkan dengan
pembahasan yang telah kami sebut dari awal tentang begitu tingginya kedudukan
wanita dalam islam.
Dan akhirnya dari kami, tambahlah pengetahuan tentang semua ini dengan
membaca beberapa kitab dan insyaallah pembahasannya akan meluas.
Diantara kitabnya adalah karangan syeakh umar asqor dengan judul “ almar’atu
baina da’aatil islam wa ad’iya’i at taqoddum dan kitab “audatul hijab” dan juga
tertera dalam majalah syeakh muhammad bin ahmad bin ismail . kumpulan kitab
ini sesuai dengan kamus tentang yang berkaitan dengan wanita ditinjau dari
posisinya dimasa sekarang, dan saya ingatkan kepada para ibu dan saudari untuk
memerhatikan kitab ini dan membacanya setiap hari atau setiap minggu agar
supaya mendapatkan wawasan yang luas.
Barang siapa yang tidak mencoba maka dia tidak akan tahu ukurannya maka
cobalah maka kamu akan menemukan kebenaran dari semua yang telah kami
sebutkan.
Setelah mendapatkan tambahan ilmu dan keyakinan tentang tingginya kedudukan
wanita dalam islam. Setelah kamu tahu bahwa mereka yang bersorak dan mereka
yang melolong beranggapan bahwa wanita dalam islam tidaklah bebas dan
mereka mempertahanka tradisi eropa dan barat, maka saya akan utarakan sebuah
perkataan “ laki-laki dan perempuan sama-sama menginjak kejelekan dan
kehinaan yang hampir merobohkan perkumpulannya.
Dari itu akan saya sebut satu persatu tentang perkataan mereka dengan logika dari
salah satu orang yang menyangka atas islam yang mana mereka selalu
mengemukakan peradaban barat dan logika barat yang mana mereka lahir, tumbuh
dan mati dengan peradaban ini mereka mengaku menyesal dengan budayanya
yang memporak- porandakan kehormatannya.
Wahai para ibu dan saudari simaklah semua ini,
Stelah orang-orang eropa berkeinginan untuk menata bangsanya dan menata
kehidupannya dan mereka tahu tentang kerusakan moral para wanitanya dan
pendidikannya, dan sesungguhnya penyakit sosial dan celah kota, dan sungguh
telah tampak pengaruh budayanya, kehancuran mereka disebabkan rusaknya
moral mereka, harta yang sedikit, wafatnya keturunan dan keluarga mereka dan
memasrahkan pekerjaan mereka, hal itu telah tampak dengan jelas di wilayah
barat dengan tampaknya kelemahan mereka, musnahnya keturunan secara
berangsur-angsur, setelah para jurnalis dari kalangan wanita tahu maka kemudian
mereka berteriak tentang keagungan agama islam dan mereka memilih untuk
kembali belajar dan mendidik para wanitanya.
Samoel samaylis berkata : sesungguhnya aturan yang menyelesaikan kesibukan
wanita dari kerjaannya adalah kekayaan, maka sesungguhnya hasil dari itu akan
hancur karena hal itu menyerang struktur rumah tangga dan membanjiri tiang-
tiang keluarga mencabik kerukunan sosial, merusak hubungan suami istri, anak
dari familinya yang pada akhirnya mereka hanya memperoleh kerendahan akhlak
para wanita , karena pada dasarnya tugas seorang wanita adalah melaksanakan
kewajiban ruwajiban rumah tangganya seperti mengatur rumah, mendidik anak-
anaknya dan usaha untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Akan tetapi koefisien melewatkan semua kewajiban ini yang menghasilkan rumah
tangga bukan seperti rumah tangga dan memicu anak jauh dari pendidikan dan
menyebabkan pengabaian dan juga memadamkan kecintaan sesami pasangan
suami istri , hal dapat menjadikan keluarganya sibuk dalam pekerjaannya.
Dan kemudian terbitlah koran laos yang diambil dari koran london yang berbunyi
“ sesungguhnya mala petaka muncul disebabkan keluarnya para wanita dari
rumahnya untuk ikut andil dalam pekerjaan laki-laki, maka kemudian para
gelandangan bermunculan maka kemudian mereka semua tampil dalam keadaan
telanjang dikalangan sosial, maka sesungguhnya persaingan wanita bagi seorang
laki-laki akan mengakibatkan kebinasaan, apakah kalian tidak tahu bahwa asal
penciptaan wanita itu adalah sesuatu yang tidak dimiliki oleh laki-laki dan begitu
juga sebaliknya.
Dan kemudian seorang penulis terkenal menerbitkan korannya “ kesibukan anak
perempuan kita di rumah itu lebih baik dan lebih terhindar daripaa kesibukan
mereka diluar rumah sekiranya rumah itu bisa ramai sampai akhir hayatnya,
bukankah negara kita adalah negara muslim yang di dalamnya terdapat kasih
sayang dan kesucian sehingga para wanitanya menikmati ketenangan hidup
beraktifitas seperti aktifitas anak rumah, janganlah meniru kebiasaan orang inggris
yang menjadikan wanitanya seorang yang hina akibat sering bergaul dengan para
laki-laki, maka apalagi yang yang membuat kita tidak usaha untuk menjadikan
rumah tangga kita menjadi rumah tangga yang sesuai dengan fitrah yang
sebenarnya dengan memenuhi kewajiban rumah tangga dan meninggalkan
pekerjaan laki-laki, laki-laki akan selamat dengan kemuliyaannya.
Seorang jurnalis terkenal menerbitkan korannya yang isinya adalah :
sesungguhnya bercampur dapat ditaklukkan oleh laki-laki dan didalamnya ada
wanita yang menyalahi kodratnya, maka kemudia hal itulah yang bisa
menimbulkan anak zina, banyak mal petaka yang menimpa wanita, laki-laki yang
dipercayainya akhirnya meninggalkannya dalam keadaan hina, mereka tetap
dalam keadaan hina dan selalu merasakn kepedihan akibat dia hamil.
Qahai para orang tua janganlah kalian tertipu denga harta yang didapat oleh anak
wanita kalian dengan kesibukannya ditempat kerja.
Didik mereka untuk jauh dari laki-laki yang bukan maramnya, beritahu mereka
tentang tipudaya yang terpendam yang sedang mengintainya. Sungguh telah kita
tahu bahwa mala petaka akibat perzinahan adalah akibat seringnya pergaulan
antara laki-laki dan perempuan , apakah kalian tidak tahu bahwa kebanyakan yang
melakukan zina adalah orang-orang yang sibuk dalam pekerjaan dan pembantu
rumah tangga, seandainya tidak ada dokter yang memberi obat penggugur
kandungan maka kita akan tahu betapa hinanya keadaan saat ini.
Wahai para ibu dan saudari :
Setelah kejadian ini masih banyak lagi yang lainnya, bukankah mereka yang
berteriak tentang kebebasan wanita lebih bahaya bagi kita dari pada orang kafir,
karena orang kafir terang terangan akan kekfiran dan kejelekannya, sementara
mereka bersembunyi disian hari mereka tidak keluar kecuali waktu malam
layaknya kelelawar, marilah kita meminta pertolongan kepada allah untuk selalu
ditampakkan kebenaran.
Pemuda muslim adalah tempat berteduh buat ibumu, saudarimu, temanmu maka
satukanlah segala perkara mereka, katakan pada mereka yang bersorak akan
kebebasan wanita dengan menyatukan suara “ diamlah wahai engkau orang
bodoh, penghianat tuhan kalian dan sunah rasul kalian dan amanah ummat kalian.
Apa yang kalian inginkan dari kami, bukankah kami orang hina sebelum islam,
kemudian islam datang dan mengangkat derajat kita kederajat yang tinggi, apakah
kalian menginginkan kita untuk jauh dari pembelajaran islam, apakah kalian
menginginkan kita mengikuti fata morgana yang kemudian mati kehausan,
ataukah kalian menginginkan kita lalai dalam apa yang kita kembala dan
kemudian datanglah hewan dari berbagai penjuru yang kemudian membinasakan
kita.
Apakah kalian menginginkan kita bertamasya dengan budaya eropa yang mana
mereka telah mengetahui apa yang tidak kalian ketahui atau mungkin kalian pura-
pura tidak tahu, mereka telah menguasai apa yang kalian anggap gaib, ketahuilah
setelah semua tampak dengan jelas.
Sesungguhnya rasa bosan kita kepada allah bagaikan islam yang menaungi kita
disetiap penjuru, maka apabila kalian berkata “ kapan hal itu ?
Maka kami akan mengatakan “ semoga saja hal itu akan segera tiba dan kalian
akan segera tahu.
Wahai para kaum muslimah setelah kamu tahu tentang keadaan wanita sebelum
islam dan setelahnya dan jelaslah pada kamu sebuah kebenaran yang luas bahkan
sampai tidak satupun perbandingan. Dan juga kamu telah mengetahui bagaimana
salah seorang barat telah mengetahui bahwa mereka telah mencapai lembah yang
paling bawah dan sekarang mereka berseru dengan apa mereka akan keluar dari
lembah itu mereka layaknya orang yang tenggelam yang butuh pertolongan.
Sekarang saya akan mencontohkan sebagia perbedaan yang terjadi terhadap
sebagian wanita mungkin hal ini karena kebodohannya atau karena nitanya yang
baik atau karena terlalu dekat dengan tradisi atau taqlid agar supaya kalian
terhindar dari kesalahan dan kalian tahu siapa saja yang terjerumus di dalamnya.
1. Meninggalkan shalat oleh salah satu suami istri :
Sungguh merupakan bahaya besar apabila seorag suami istri tidak
melakukan shalat sepanjang hidupnya sementara sudah banyak dalil yang
mewajibkan mereka namun mereka masih dr=engan sengaja tidak
melakukan shalat tanpa adanya udzur.
Syekh abd aziz bin abdillah bin baz berkata dalam menjawab soal tentang
orang yang meninggalkan shalat.
Orang yang meninggalkan shalat karena sengaja dia adalah kafir apabila
dia mengakui bahwa shalat itu wajib baginya maka dia dihukumi kafir
oleh semua intelektual muslim, karena sabda rasulullah saw “dasar dari
segala perkara adalah ilmu dan shalat adalah tiangnya sementara jihad di
jalan allah adalah puncaknya” (h.r ahmad dan tirmidzi dengan sanad yang
shahih).
Dan karena sabda rasulullah saw “ perjanjian diantara kita dan mereka
adalah shalat, maka barang siapa yang meninggalkannya maka dia akan
dihukumi kafir (h.r imam ahmad dan ahlu sunan dengan sanad yang
shahih). Karena orang yang ingkar akan kewajiban shalat dia adalah orang
yang mendustai allah dan rasulnya dan juga ijma’ dari ahli ilmu dan iman,
maka kekafirannya sangatlah besar dan agung dibanding kekafiran
meninggalkan shalat karena lalai. Berangkat dari dua al ini maka wajib
bagi pemerintah untuk meminta mereka bertaubat dan apabila bertaubat
maka dia bebas kalau tidak maka dia akan dibunuh sesuai dalil-dalil yang
telah diterapkan. Yang wajib adalah memindahkan orang yang
meninggalkan shalat dan tidak memenuhi kebutuhannya sampai dia
bertaubat kepada allah menasehati mereka akan kebenaran mengancam
mereka dengan siksa yang akan dibebankan pada orang meninggalkan
shalat di dunia dan akhirat mungkin dia akan bertaubat dan allah akan
menerima taubatnya.
Ibnu taimiyah berkata : barang siapa yang meninggalkan shalat fardu maka
dia akan mendapatkan siksa semua imam muslimin sepakat tentang hal ini,
bahkan wajib hukumnya meminta mereka untuk bartaubat dan apabila
tidak mau maka dia akan dibunuh.
Orang yang meninggalkan shalat itu lebih buruk daripada orang yang
mencuri, berzina, miinum khomer dan makan bangkai.
Dan wajib bagi orang yang ditaati untuk memerintahkan orang taat
padanya melakukan shalat bahkan sampai anak kecil yang belum baligh.
Akan tetapi temaptnya harus dipisah, dan barang siapa yang memiliki anak
kecil, yatim piatu dan anak kandung dan mereka tidak memerintahkan
mereka untuk shalat maka mereka yang akan mendapatkan siksa atas hal
itu karena dia telah bermaksiat kepada alah dan rasulnya, dan juga barang
siapa yang memiliki budak, anak kuda dan unta atau hamparan atau
pembantu istri maka mereka harus diperintahkan shalat kalau tidak mau
maka dia bermaksiat kepada allah dan rasulnya dan dia tidak berhak
menjadi tentara muslim bahkan tentara titar karena titar mengucapkan dua
kaliat syahadat, dari ini membunuh mereka dalah wajib dengan
kesepakatan umat muslim.
Saya akan mengemukakan perkataan ibnu usaimin seputar hukum yang
berlaku bagi orang yang meninggalkan shalat.
hukum yang berlaku bagi orang yang meninggalkan shalat.
Hukum bagi orang meninggalkan shalat adalah kafir seperti yang kita
ketahui di atas, keluar dari agama dunia akhirat.
Pertama : hukum-hukum duniawi :
Pertama : ada orang murtad keluar dari islamx kemudian dia diminta untuk
kembali pada islam, kalau dia kembali maka dia bebas kalau tidak maka
dia wajib dibunuh karena sabda rasulullah saw “ barang siapa yang
menukar agamanya maka dia wajib dibunuh “
Kedua : tidak sah menikahi wanita muslimah, karena nash allah yang
berbunyi
ب إ ٱلل أ عل م ن وه ن تف ٱمت ح ر ج ه م ت ن ؤم ٱلم ك م اء ا إ ذ اج ن و ام ء ين اٱل ذ أ ي ه
تي ن ؤم م وه ن ل مت م ف إ نع ن ن ه يم
ل ون ه مي ح ال مو ل ه ل ح ه ن ال إ ل ىٱلك ف ار ع وه ن ت رج ف ل ١٠ل ه ن
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji
(keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan
mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar)
beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami
mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu
dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka.(al mumtahanah :
10)
Ketiga : apabila ia meninggalkan shalat setelah menikah sementara
sebelumnya ia shalat, maka nikahnya rusak, dan istrinya haram baginya
karena posisi istrinya adalah posisi orang lain bukan mahrom kecuali dia
kembali lagi pada islam dan shalat lagi. Hal ini dilontarkan oleh semua
ahli fiqih dalam bab nikahnya orang kafir apabila kedua suami istri itu
murtad atau salah satunya, sesungguhnya apabila salah satu suami istri itu
murtad maka nikahnya rusak, dan tidak butuh talaq dan apabila dia masuk
islam maka nikahnya harus diulangi lagi karena pada dasarnya nikahnya
adalah batal, akan tetapi kalau sebelumnya dia shalat kemudian murtad
dan kembali lagi pada islam maka akad nikahnya tidak usah di ulang.
Ke empat : apabila ia mati dia tidak dimandikan, tidak di kafani dan tidak
di shalati, dan haram hukumnya bagi siapapun untuk mendoakan dia agar
suapaya dikasihi sama allah. Dan dia dikuburkan dalam lubang dan
dibuang pada waktu malam hari agar suapaya tidak menyakiti yang hidup
karena baunya, karena dia tidaklah terhormat. Allah berfirman :
ه س ول ر و ب ٱلل وا ف ر مك إ ن ه ۦ ه ق بر ل ى ت ق مع ال او أ ب د ا ات نه مم دم أ ح ل ى ع ل ت ص ال ۦو و ق ون س ه مف و ات وا ٨٤م
Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang
yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di
kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya
dan mereka mati dalam keadaan fasik. (at taubah : 84)
Adapun alasan dia meninggalkan shalat adalah kekafiran. Tidak boleh
berdoa buat dia, karena itu masuk pada bab agresi dalam doa
ين عت د ٱلم ب ي ح إ ن ه ۥال في ة خ او ع ا ر ب ك مت ض ر ٥٥ٱدع وا
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
(al a’raf : 55)
Adapun doa rahmah buat mereka masuk pada bab agresi karena tidak
berhak mendapatkan belas kasihan, maka kamu akan meminta kepada
allah sesuatu yang sia-sia allah berfirman :
ب ع ن م ل يق رب ى ا أ و ل وك ان و و ين ك شر لم وا ل ا أ ني ست غف ر ن و ام ء ين ٱل ذ و لن ب ي ل اك ان مم مأ ن ه ل ه ات ب ي ن م د
يم ح ٱلج ب ١١٣أ صح
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan
ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang
musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka,
bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.(at
taubah : 113)
Kelima : bahwa sembelihannya tidak halal, yakni apabila orang yang
murtad menyembelih hewan maka haram bagi kita untuk memakannya,
akan tetapi apabila orang yahudi atau nasrani menyembelih hewan maka
halal bagi kita untuk memakannya, karena tidak sah sembelihan kecuali
disembelih oleh ahlinya. Adapun yang ahli dalam penyembelihan ada tiga
golongan. Orang islam, orang yahudi dan nasrani, sembelihan mereka
adalah halal, adapun selain mereka maka sembelihannya haram dimakan.
Keenam : apabila salah satu kerabatnya meninggal dia tidak mendapatkan
warisan (orang murtad), apabila ada seseorang yang meninggal, dia punya
anak yang tidak shalat dan punya ponakan yang jauh akan tetapi ia shalat,
maka apabila si mayyit meninggalkan satu miliyar uang dan dia punya
anak yang tidak shalat, dan punya ponakan yang shalat maka anaknya
yang tidak shalat tidak mendapatkan warisan semua warisan diberikan
pada ponakannya yang shalat. Begitu juga sebaliknya.
Adapun dalilnya adalah sabda rasulullah saw “ seorang muslim tidak boleh
mewariskan hartanya pada orang kafir begitu juga sebaliknya” (muttafaq
alaih dari hadist utsamah bin zaid).
Bahkan ada dalil dari alquran yang menunjukkan hal itu, nabi nuh
bersabda dalam berdoa kepada allah :
نأ ٱبن يم ب إ ن ر ين م ك أ حك م ٱلح أ نت و ق ٱلح عد ك و إ ن ٤٥هل يو
"Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan
sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim
yang seadil-adilnya"(hud : 45)
Allah berfirman kepada nuh
إ نأ هل ك م ٤٦ن ه ۥل يس
sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan
diselamatkan),(hud : 46) karena dia kafir.
Ketujuh : dia tidak berhak menjadi wali apabila salah satu anaknya ingin
menika, maka semisal ada orang kafir punya anak kemudian anaknya
ingin menikah maka dia tidak berhak menjadi wali, karena tidak ada hak
bagi orang kafir untuk menjadi wali bagi orang islam, maka yang berhak
menjadi wali adalah kerabat terdekatnya, contohnya : apabila ada wanita
yang mempunyai ayah yang tidak shalat dan punya paman yang shalat
maka pamannyalah yang menjadi wali apabila siwanita itu hendak
dinikahi.
Kedelapan : dia ridak punya hak mengasuh salah satu anaknya, apabila
laki-laki ini punya anak akan tetapi dia tidak shalatm kemudian dia
bercerai dengan istrinya maka yang berhak untuk mengasuh anaknya
adalah ibunya, bukan ayahnya karena dia tidak punya hak asuh, tidak ada
hak asuh bagi orang kafir untuk orang islam.
2. Hukum-hukum akhirat
Adapun hukum-hukum akhirat maka kelak dia akan dikumpulkan bersama
firaun, haman, qarun dan ubai bin kholaf seperti yang tertera dalam hadist
bahwa mereka akan dikumpulkan kelak didalam neraka denga kekal se
kekal-kekalnya. semoga kita dalam lindungan allah untuk jauh dari api
neraka.
PERJALANAN SEORANG WANITA TANPA MAHRAM
Ini adalah kemungkaran yang sangat besar yang sudah menjadi kebiasaan
namun banyak manusia yang pura-pura tidak tahu padahal sudah sekian
banyaknya dalil yang menunjukkan keharamannya dan sudah banyak
dilontarkan oleh para ahli ilmu tentang tema ini, dan sudah banyak
kejadian-kejadian yang menjelaskan akan bahaya perkara ini.
Akan saya sebutkan sebagian dalil keharaman perkara ini, diantaranya :
sabda rasulullah saw “ janganlah wanita berjalan selama tiga hari kecuali
bersama mahromnya ‘
Rasul juga melarang seorang wanita berjalan dalam perjalanan yang
ditempuh selama dua hari atau dua malam kecuali ia bersama suaminya
atau bersama mahromnya “
Rasulullah bersabda “ tidaklah halal bagi wanita yang iman kepada allah
dan hari akhir untuk jalan dalam perjalanan satu hari satu malam kecuali
bersama mahromnya “
Imam nawawi berkata “ pada intinya, segala sesuatu yang disebut
perjalanan, maka tidaklah boleh seorang wanita terlibat didalamnya
kecuali ia bersama mahromnya atau suaminya, baik perjalanan yang
ditempuh tiga hari, dua hari atau satu hari dan lain sebagainya, karena ada
hadist riwayat ibnu abbas, ini adalah riwayat terakhir imam muslim “
janganlah kalian para wanita jalan kecuali bersama mahromnya” hal ini
mencakup segala sesuatu yang disebut perjalanan, allah adalah yang lebih
tahu.
Imam nawawi juga berkata “ tidaklah boleh seorang wanita berjalan tanpa
mahromnya meskipun untuk perjalanan sunah, perdagangan dan ziyaroh
kubur “
Apabila haji adalah sebagian dari rukun islam, maka seorang wanita yang
hendak melakukannya harus disertai mahromnya didalam perjalanannya,
apalagi dalam perjalanan yang biasa, imam al khattobi berkata “ rasulullah
sudah memberi peringatan bahwa seorang wanita haruslah bersama
mahromnya dalam setiap perjalanan, adapun bolehnya keluar dalam
perjalanan haji tanpa adanya pendamping itu sudah menyalahi sunnah
nabi, apabila keluarnya tanpa disertai mahromnya maka hukumnya adalah
maksiat, dan dia tidak boleh melanjutkan ibadah hajinya karena hal itu
adalah ibadah yang menyerumuskan pada kemaksiatan” bahkan ada
sebagian ulama’ yang berpendapat bahwa mahrom yang menyertainya
haruslah mahrom yang bisa melihat bukan yang buta.
Meski syarat ini ditentang oleh sebagian ulama’ namun ini menunjukkan
perhatian mereka atas perkara ini yang mana kebanyakan manusia pura-
pura tidak tahu. Dan kita harus memperhatikan dua hal berikut.
Pertama : banyak dari kalangan orang yang pura-pura gak tahu berkata “
terus apa salahnya apabila seorang wanita jalan menggunakan pesawat
yang ditinggalkan oleh maromnya sementara keselamtan sudah terjamin?
Maka jawabannya adalah fatwa ima, al usaimin yang didalamnya terdapat
kebenaran dan kebaikan.
Apakah boleh seorang wanita jalan menggunakan pesawat tanpa mahrom?
Beliau menjawab : rasulullah bersabda janganlah seorang wanita jalan
kecuali bersama mahromnya, rasulullah bersabda di atas mimbar pada
hari-hari haji, maka kemudian ada seorang sahabat yang berdiri seraya
bertanya “ wahai rasulullah sesungguhnya istri saya berangkat haji
sementara saya harus ikut peperangan, maka rasul menjawab “
berangkatlah kamu untuk haji bersama istrimu “ rasulullah memerintahkan
sahabat itu untuk meninggalkan peperangan dan melaksanakan ibadah hai
bersama istrinya, beliau tidak mengatakan “ apakah istrimu bisa menjaga
dirinya? Atau apakah ia bersama wanita lain? Ataukah ia bersama
tetangganya? Maka hadist diatas menunjukkan atas mutlaqnya larangan
seorang wanita pergi tanpa mahrom.
Maka laki-laki yang wanitanya pergi mengunakan pesawat, kapan dia akan
balik? Dia akan kembali seketika itu, sementara istrinya akan tetap
menunggu sampai ia datang tanpa adanya mahrom, kemungkinan
pesawatnya akan kembali di tengah jalan? Ini bisa jadi pesawat yang
ditumpangi kembali karena ada kerusakan atau mungkin ada hal lain yang
membuatnya kembali, atau bisa jadi pesawat itu dialihkan ketempat lain,
mengingat pesawat itu harus tepat waktu maka kemungkina ia akan
diturunkan ditempat tertentu, akan tetapi mahrom yang menunggunya
tidak kunjung tiba karena adanya beberapa kendala, seandainya
mahromnya itu ada di sampingnya maka ia akan dapat melindunginya dari
segala mara bahaya. Kalau sudah sendiri, maka kemungkinan akan ada
hamba allah yang tertawa kepadanya, bicara dengannya dan mengajaknya
bercanda tawa, minta nomer hp dan kemudian ia kasih. Bukankah ini
adalah hal yang mungkin terjadi? Siapa yang bisa terhindar dari bahaya
ini?
Maka dari itu ada banyak hikmah yang kita dapatkan dari larangan
rasulullah terhadap wanita untuk pergi kecuali bersama mahromnya. Akan
tetapi terkadang masih ada yang mengatakan “ rasulullah tidak tahu
masalah hal ghaib, mungkin yang dimaksud rasulullah adalah bepergian
dengan menggunakan unta, bukan pesawat, maka larangan ini hanya
berlaku dalam menggunakan tunggangan hewan saja. Maka untuk
menjawab ini adalah “ jika rasulullah tidak tahu, maka tuhan rasul itu
maha tahu, sementara allah berfirman :
ين سل م لم ل ى ب شر و ة ا حم ر ىو ه د ا ش يءو ال ك ل ن ا ت بي ب ت ٱلك ل يك لن اع ن ز ٨٩و
Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-
orang yang berserah diri. (an nahl : 89)
Maka saya ingatkan wahai saudaraku tentang kejadian yang berbahaya ini,
yakni pura-pura tidak tahu tentang perginya wanita tanpa mahrom, seperti
saya mengingatkan tentang sendirinya seorang sopir yang ditemani wanita
di dalam kendaraan, karena hal ini sangat berbahaya, dan seperti saya
mengingatkan tentang kesendirian kerabat istri dengan seorang wanita
dalam sebuah rumah karena rasulullah ditanya tentang apa yang beliau
sabdakan “ janganlah kalian memasuki seorang wanita, sahabat bertanya,
apakah engkau melihat al khumuw? Rasul menjawab, al khumuwwu
adalah kematian.
Kedua : ketidak jelasan yang sampai saat ini masih dipegang oleh
sekelompok manusia adakalanya tentang niat yang baik atau karena
kejahatan yang direncanakan, seperti ini ketidak jelasannya : kenapa
wanita dilarang bepergian sendirian? Dimana letak kepercayaan terhadap
dirinya? Kenapa kita tidak berperasangka baik kepadanya? Dan lain
sebagainya.
Dan syekh al fadil abdullah al jalali menjawab tentang kerancuan ini
dalam risalahnya.” Kerancuan dalam jalan wanita muslimah “ beliau
berkata :
Kerancuan yang ke enam
Dikatakan, kenapa wanita dilarang bepergian tanpa mahromnya?
Hakikat dari kerancuan ini bagi mereka adalah kenapa seorang wanita
tidak diberi kepercayaan sepenuhnya? Kenapa ada rasa takut yang
berlebihan? Berperasangka baiklah terhadap mereka jangan hawatirkan
mereka.
Sebenarnya kewajiban ia harys disertai mahrom adalah untuk memulyakan
dan menghormatinya, karena pada hakikatnya mahrom adalah pembantu
yang dapat membantu segala urusannya dan dapat menentramkan
istirahatnya, agar ia terhindar dari segala gangguan dan orang-orang
bodoh.
Sungguh, sesungguhnya sabda rasulullah “ tidak halal bagi seorang wanita
bepergian kecuali bersama mahromnya “. Dan perkara yang mana
rasulullah memerintahkan seorang laki-laki untuk pergi haji menemani
istrinya dang meninggalkan peperangan, itu semua adalah untuk kebaikan
wanita semata, hal tidak akan pernah meniadakan kepercayaan kepadanya,
akan tetapi hal inilah yang membuatnya tenang dan keselamatannya
terjamin. Sesungguhnya mutlaknya tali kendali bagi seorang wanita yang
hendak bepergian tanpa mahrom akan menimbulkan perselisihan sosial hal
ini karena adanya fitnah dari beberapa orang yang awam, seperti halnya
hal itu dapat membahayakan keselamatan wanita. Sesungguhnya
seseorang yang hendak mencelakainya dan dia tertunda hal itu akan
memberi dampak kehidupan dan masih mendapat kemulyaan, karena
sesungguhnya dzat seorang wanita itu adalah lemah maka dapat dipastikan
ia akan kalah oleh para laki-laki, dan barangkalia laki-laki itu akan
bercampur dengannya karena kelemahannya yang kemudian akan merusak
kehormatannya. Dari itu maka mahrom adalah sebuah keharusan
untuknya, layaknya mahrom yang menjadi penghalang antara laki-laki dan
perempuan untuk berduaan, rasulullah sudah melarang terhadap laki-laki
untuk berduaan sama wanita lain, karena kemungkinan akan adanya
bahaya yang menimpa mereka, sekiranya mereka akan tergoda syetan
karena syetan adalah orang ketiganya, sementara syetan adalah musuh
yang sangat jelas.
Apakah mahrom yang sudah menjaga akhlaknya, agamanya dan
keselamatan hidupnya ,asih di anggap membatasi geraknya dan merusak
kepercayaannya? Ini adalah bagian penting dari hak para wanita dan
kebebasannya yang mana tidak akan ada yang tahu kecuali orang yang
mendapatkan hidayah allah swt.
Ringkasan cerita ini adalah :
Sesungguhnya mahrom yang pergi menemani wanita ke lapangan terbang
karena ia ada janji dengan istrinya dilapangan pesawat setelah ia lepas dari
pesawat ia akan bertemu dengan pramugari yang memandu pesawat itu
kemudian memberi tahu tentang kecantikan wanita tersebut.
Berjabat tangan dengan selain mahrom
Dan sebagian dari pelanggaran yang kebanyakan manusia pura-pura tidak
tahu adalah berjabatan tangan dengan orang lain. Hukum dari hal ini
adalah haram karena hal itu bisa menimbulkan fitnah dan kejelekan.
Sebagian dari mereka (wanita) berkata “ ini adalah sebuah kebiasaan yang
tidak bisa kita tinggalkan karena takut mengingkarinya dan banyaknya
celaan atasnya. Dan jawaban dari perkataan seperti ini adalah firman allah:
ا ج ا خر ي جع لل ه ۥم ٱلل ني ت ق م ٢و
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. (at talaq : 02)
Rasulullah saw bersabda “ barang siapa yang ridlo kepada manusia atas
murka allah maka akan menjadikannya wakil terhadap manusia, dan
barang siapa yang marah kepada manusia dengan ridlo allah maka allah
akan mencukupi segala kebutuhannya “
Maka wahai para ibu dan saudari tetaplah dalam kebenaran bersama allah,
maka kamu akan melihat bagaimana allah memudahkan kamu dan
melapangkan dadamu. Biasanya apabila wanita melanggar perintah allah
maka dia tiada arti dan tidak akan ada yang peduli.
Sekarang akan saya sebutkan dalil tentang keharaman perkara ini, maka
jagalah dan beritahu siapapun yang mengingkari ini.
Dari aisyah ra. Ia berkata : suatu ketika rasulullah membaiat para wanita
dengan perkataan dengan menggunakan ayat ini : dia tidak mensyukuri
sesuatu yang allah berikan, aisah berkata : dan rasulullah tidak menyentuh
tangan wanita kecuali istrinya.
Dan dalam lafadz lain aisyah berkata : demi allah rasulullah tidak
menyentuh tangan wanita sama sekali dalam pembaiatan.
Dan di dalam sebagian lafadz : sesungguhnya ada wanita yang berkata :
wahai rasulullah apakah kita tidak boleh berjabatan tangan? Maka
rasulullah bersabda saya tidak akan berjabat tangan dengan wanita.
Diceritakan dari ma’qol bin yasar ia berkata : rasulullah bersabda :
menusuk kepala laki-laki dengan sepotong besi itu lebih baik daripada
menyentuh wanita yang belum halal.
Akan saya utarakan sebagian dari perkataan ulama’ dari madzhab yang
empat dalam hal larangan akan perkara ini.
Imam at tahawi dari madzhab hanafi berkata : maka tidak halal menyentuh
wajah dan telapaj tangan wanita meskipun tidak bersyahwat.
Imam al qadi abu bakar ibnul araby dari madzhab malik berkata :
rasulullah pernah pernah berjabatan tangan dengan laki-laki dalam baiat
untuk memperkuat ikatan dalam perkataan dan pekerjaan, maka kemudian
ada wanita yang bertanya kepadanya tentang hal itu, kemudian rasul
menjawab : “ satu perkataan dari saya buat para wanita itu sama halnya
dengan perkataan saya terhadap seratus wanita “ beliau tidak berjabatan
tangan dengan mereka karena sudah jelas ada larangan dalam syariah
tentang saling bersentuhan dengan para wanita kecuali wanita yang sudah
halal.
Imam nawawi dari madzhab syafiiyah berkata “ kalau melihat saja
diharamkan maka menyentuh akan lebih diharamkan karena menyentuh
lebih dekat dengan kenyamanan.
Adapun menurut madzhab hambali imam ah,ad ditanya tentang lai-laki
yang berjabatan tangan dengan wanita kemudian ia berkata : tidak boleh,
dia sangat memperketat urusan ini. Maka muhammad bin abdillah bin
mahron berkata : kalau berjabatan tangan dengan menggunakan
pakaiannya? Beliau berkata : tetap tidak boleh.
Akan saya contohnkan sebuah perkataan yang sangat bagus dari
muhammad asy syangqity, seputar masalah ini : rasulullah bersabda :
sesungguhnya saya tidak berjabatan tangan dengan seorang wanita”, allah
swt berfirman :
س ن ة ح ة أ سو ٱلل س ول ل ك مف ير ٢١ل ق دك ان
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu.(al ahzab : 21)
Maka kita kita tidak boleh berjabatan tangan dengan seorang wanita
karena meniru jejak rasulullah saw, dan juga karena karena rasulullah
tidak berjabatan tangan dengan wanita diwaktu pembaiatan, ini adalah
dalil yang jelas bahwa seorang laki-laki tidak boleh berjabatan tangan
dengan wanita dan tidak boleh menyentuhnya, karena seringan-ringannya
menyentuh adalah berjabatan tangan, apabilah hal tersebut dilarang oleh
rasulullah diwaktu pebaiatan maka hal itu menunjukkan bahw hal tersebut
tidak boleh dilakukan oleh siapapun, karena rasulullah adalah syari’
terhadap ummatnya baik dari perkataannya, perbuatannya dan
ketetapannya.
Dan ada sebagian yang membuat alasan bahwa berjabatan tangan dengan
menggunakan alas itu boleh, namun pendapat ini tidaklah benar, karena
fitnah terkadang ada meskipun ada alas atau penghalang. Dan sudah
disebutkan dalam perkataan imam ahmad tentang larangan berjabatan
tangan meski menggunakan alas, ada yang berpendapat bahwa jabatan
tangan boleh asal dengan yang lebih tua. Akan tetapi yang benar adalah
bahwa nash-nash yang ada adalah umum baik tua atau muda dua-duanya
tidak ada bedanya.
Berdasarkan fatwa syech ibnu baaz seputar masalah ini:
Apakah hukum berjabatan tangan dengan wanita yang bukan mahrom?
Dan apabila menggunakan alas yang terdapat di badannya seperti baju dll?
Dan apakah beda hukumnya apabila yang berjabatan tangan adalah
pemuda atau orang tua atau bahkan nenek atau kakek-kakeh yang sudah
lanjut usia?
Beliau menjawab dengan perkataannya :
Tidak boleh berjabatan tangan dengan wanita yang bukan mahromnya
secara mutlaq baik pemudi, nenek-nenek dan yang berjabatan tangan
adalah pemuda atau orang tua karena dalam hal tersebut dapat
menimbulkan fitnah. Sudah jelas hadist shohih dari rasulullah bahwa
beliau berkata : sesungguhnya saya tidak berjabatan tangan dengan wanita
“ dan aisyah berkata : bahwa rasulullah tidak pernah menyentuh tangan
seorang wanita rasulullah membaiat mereka dengan perkataan saja “ tidak
ada bedanya baik menggunakan alas atau tidak.
Larangan ihrom bagi wanita apabila ia sedang memakai pakaian
emas
Larangan wanita ihrom karena ia memakai emas.
Seorang wanita dilarang melakukan ihrom umroh atau haji apabila sedang
memakai pakaian emas, diduga hal tersebut dapat berpengaruh pada
ibadah ihromnya dan dapat mengurangi pahalanya, yang benar adalah hal
tersebut tidak mempengaruhi ibadah ihromnya dan juga tidak mengurangi
pahalanya tak satupun ahli ilmu yang menyebutkan hal demikian.
Sedang rasulullah ketika menyebutkan sesuatu yang harus dijauhi oleh
orang melakukan ihrom tidsk menyebutkan hiasan dalam hak seorang
wanita.
Syekh ibnu baaz berkata : wanita diperbolehkan melakukan ihrom
meskipun di tangannya terdapat hiasan dari emas atau beberapa cincin,
akan hal tersebut di anjurkan untuk ditutupi apabila ada disamping laki-
laki karena takut menimbulkan fitnah.
Memperlambat masa iddah dan membatasi
Kebanyakan para wanita pura-pura tidak tahu dalam masalah iddah karena
wafat suaminya, sebagian dari mereka malah memperlambat masanya
dengan alasan kesibukannya dan sebagian dari mereka malah memutuskan
masa iddahnya dalam waktu yang berbeda-beda. Dan semua ini tidak
boleh. Yang benar adalah seorang wanita harus memulai masa iddahnya
dalam iddah wafat dari hari kematian suaminya sampai genap empat bulan
sepuluh hari sesuai firman allah swt.
ب اي ت ر ج ا أ زو ون ي ذ ر نك مو م ف ون ي ت و ين ٱل ذ او ع شر ا رو أ شه أ رب ع ة ن ه ب أ نف س ٢٣٤صن
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan
isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber´iddah)
empat bulan sepuluh hari.(al baqarah : 234)
Akan saya contohkan dalam hal ini fatwa syekh utsaimin tentang wanita
yang tidak memulai masa iddahnya kecuali setelah lewat empat bulan dari
wafatnya suami dan setelah satu bulan setelah lewat empat bulan maka dia
sudah bebas dari masa iddahnya.
Syekh menjawab : perilaku seperti ini adalah perilaku haram karena yang
wajib bagi wanita adalah memulai iddahnya dan membatasinya dari mulai
iya tahu kapan suaminya wafat, tidak halal baginya menunda masa itu
karena firman allah swt :
ي ذ نك مو م ف ون ي ت و ين ٱل ذ او ع شر ا رو أ شه أ رب ع ة ن ه ب أ نف س ب صن اي ت ر ج ا أ زو ون ٢٣٤ر
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan
isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber´iddah)
empat bulan sepuluh hari.(al baqarah : 234)
Dan penantian kamu sampai semprna empat bulan maka kemudian syariat
allah dan maksiatnya berlaku, maka masa iddah tidak lagi dihitung kecuali
sepuluh hari, dan selebihnya maka sesungguhnya kamu tidak lagi dalam
masa iddah maka bertaubatlah kepada allah dan perbanyaklah amal baik
dan semoga allah mengampunimu, dan setelah masa iddahnya sudah habis
tidak lagi dihitung.
Memakai pakaian seksi dan pendek
Fenomena ini sudah masyhur dikalangan para wanita, mereka tidak
membeli pakaian melainkan pakaian yang seksi, dan ketika salah satu dari
mereka diberi nasehat maka mereka berkata bahwa anak perempuan
mereka masih kecil dan belum tahu tentang pakaian seksi, ini adalah
alasan yang luas yang seringkali dikeluarkan oleh kalangan wanita.
Katakan pada mereka wahai para ibu : anak kecil ketika dia sudah terbiasa
dengan suatu tertentu maka dia akan tumbuh dengan sesuatu tersebut
kecuali orang yang dirahmati oleh allah. Seperti perkataan syair :
Pemuda kita akan tumbuh dengan sesuatu yang telah dibiasakan oleh
ayahnya. Berangkat dari hal ini bahwa rasa malu yang ada dalam dirinya
sudah semakin berkurang karena mereka sudah biasa memakai pakaian
yang seksi, seperti yang dikatakan (apabila terlalu sering bersentuhan
maka rasa malu akan semakin berkurang).
Kemudian ada pertanyaan yang diarahkan pada syekh utsaimin.
Seorang wanita memakaikan pakaian seksi terhadap para anak
perempuannya dan setelah mereka diberi nasihat maka mereka berkata “
kami sudah dari kecil memakai pakaian seperti ini dan tidak terjadi apa-
apa terhadap kami sampai kami besar, apa pendapat syekh dalam hal ini?
Kemudian syekh menjawab “ menurut saya tidaklah pantas bagi manusia
untuk memakaikan pakaian seksi buat para anak perempuannya karena
kalau dia sudah terbiasa maka kebiasaan ini akan melekat pada dirinya dan
begitu juga apabila dia sudah biasa malu dari kecil maka dia akan terbiasa
dengan hal itu sampai dia dewasa, dan selayaknya bahwa wanita haruslah
meninggalkan pakaian yang diapakai orang luar yang dia merupakan
musuh islam dan membiasakan anak perempuan kita untuk memakai
pakaian yang menutupi auratnya dan tetap malu untuk memakainya,
karena malu adalah sebaian dari iman.
Larangan melakukan shalat menggunkan dua sapu tangan
Larangan wanita shalat dengan memakai dua sapu tangan diduga bahwa
hal ini bisa berpengaruh bagi shalatnya, apa dalil tentang larangan ini ?
Iya, telah disyariatkan larangan ini seorang wanita memakai dua sapu
tangan ketika ia sedang melakuna ihrom, rasulullah saw bwersabda “
janganlah mereka (wanita) memakai cadar dan janganlah memakai sapu
tangan.
Larangan ini khusus bagi seorang wanita kalau ia sedang melakukan
ibadah ihrom kalau dalam masalah shalat maka ia boleh memakainya dan
juga boleh tidak memakainya
Syekh utsaimin berkata dalam menjawab masalah ini : sapu tangan adalah
minuman tangan dan itu adalah haram bagi wanita ketika ia dalam posisi
ihrom karena rasulullah saw bersabda : “janganlah mereka (wanita)
memakai cadar dan janganlah memakai sapu tangan”.
Akan tetapi kalau dia tidak sedang ihrom dan dia shalat dan disekitarnya
tidak ada laki-laki yang bukan mahromnya, maka alangkah baiknya kalau
ia memakainya, seperti halnya ketika mereka sedang berada disamping
laki-laki yang bukan mahromnya, karena dia ketika sedang sujud dia
haruslah membuka wajahnya, karena sujud manusia haruslah secara
langsung, dalil dari ini adalah perkataan anas bin malik ra. Kita sedang
shalat bersama rasulullah dalam keadaan sangat panas, dan ketika salah
satu dari kita tidak mampu untuk sujud karena panas maka ia
membentangkan bajunya dan kemudian sujud diatasnya, perkataan ketika
kita tidak mampu menunjukkan bahwa hal ini tidak dilakukan kecuali
dalam keadaan darurat.
Memakai pakaian ketat
Sebagian dari Seorang wanita memakai pakaian yang ketat sehingga baju
itu menyifati bentuk-bentuk badannya dan hal itu menimbulkan fitnah.
Pakaian ini tidaklah khusus terhadap pakaian yang tipis saja bahkan yang
tebalpun itu sama.
Dari utsamah bin zaid ia berkata : rasulullah memakaikan pakaian qibty
yang tebal kepadaku sebagai hadiah sebagai komandan pasukan, kemudia
baju itu dipakai istriku, maka kemudian malik berkata : kamu tidak
memakai pakaian itu? Saya menjawab baju itu sedang dipakai istriku,
perintahkan dia untuk memakai pakaian dalam sesungguhnya saya takut
bentuk tulang-yulangnya terlihat, hadist ini menunjukkan bahwa semua
jenis pakaian yang bisa menyifati bentuk badan meskipun baju itu tebal
karena sabda rasulullah saw “ sesungguhnya saya takut bentuk badannya
terlihat “
Hal ini disebutkan karena sebagian kalangan menghususkan pada pakaian
ketat yang tipis saja tidak pada yang tebal, akan tetapi hadist ini
menentukan pada pakaian yang tebal jika terdapat fitnah dalam baju
tersebut baik tipis maupun tebal.
Akan saya utarakan sebuah fatwa karya utsaimin tentang memakai pakaian
yang ketat, ini adalah bentuk soalnya : bagaimanakah hukum memakai
pakaian yang ketat bagi seorang wanita dan ketika disamping mahromnya?
Syekh utsaimin menjawab : memakai pakaian yang ketat yang dapat
memperlihatkan fitnah-fitnah wanita dan memperjelas bahwa didalamnya
terdapat fitnah itu adalah haram, karena sesungguhnya rasulullah saw
bersabda : “dua golongan yang menjadi ahli neraka, saya tidak keduanya
setelah beberapa laki-laki yang membawa cemeti seperti ekor sapi, semua
manusia memukuli mereka dengan maksud mendzolimi dan memusuhi,
wanita berpakaian telanjang, tafsir dari lafadz kaasiyaat aariyat adalah
mereka yang memakai pakaian pendek yang tidak menutupi aurat, ada
yang menafsirkan bahwa “ itu adalah pakaian yang tidak mencegah orang
yang dibelakangnya melihat auratnya, adapula yang menafsirkan bahwa
itu adalah wanita yang memakai pakaian ketat, ia menutupi auratnya akan
tetapi ia tidak mencegah dirinya dari fitnah, dari ini maka tidak
diperbolehkan bagi seorang wanita memakai pakaian yang ketat kecuali
disamping mahromnya (suami) karena tidak ada istilah aurat bagi seorang
suami istri karena firman allah swt :
ف ظ ون مح ه وج ه مل ف ر ين ٱل ذ ٥و ين ل وم م مغ ير مف إ ن ه ن ه ل ك تأ يم ام مأ وم ه ج أ زو ل ى ع ٦إ ال
5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya
6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki;
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela(al muminun : 5-6)
Aisyah berkata : saya mandi jnub dengan rasulullah dalam satu wadah,
maka manusia Antara dia dengan istrinya tidak ada aurat, akan tetapi kalau
wanita denga mahromnya maka ia harus menutupi auratnya, adapun
pakaian ketat tidak diperbolehkan disamping mahrom dan disamping para
wanita apabila baju ketatnya sangat ketat sampai semua bentuk tubuhnya
terlihat.
Mengumpulkan Rambut di Atas Kepala
Hal ini yang diknal dengan relungan mungkin ada nama lain yang
terpenting adalah bahwa semua ahli ilmu melarang hal tersebut, mereka
berlandasan hadist nabi saw, “ dua golongan yang menjadi ahli neraka “ al
hadist.adapun yang dilakukan oleh kalangan wanita saat ini muali dari
memisahkan rambut dari samping kemudian mengumpulkannya dari sisi
sampingnya dan menjadikannya di atas kepala seprti yang dilakukan oleh
orang eropa, hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini merupakan
penyerupaan terhadap wanita kafir , dan dari abu hurairah ra. Rasulullah
bersabda “dua golongan yang menjadi ahli neraka, saya tidak keduanya
setelah beberapa laki-laki yang membawa cemeti seperti ekor sapi, semua
manusia memukuli mereka, wanita berpakaian telanjang kepalanya
bagaikan punuk unta dia tidak masuk surge dan juga tidak mencium
baunya, dan sesungguhnya baunya akan tercium dari jarak ytertentu” (HR.
muslim). Adapun penafsiran dari lafadz maailaatun mumayyilaatun adaah
mereka yang menyisir dengan sisir pengintai pasukan dan selain mereka
juga menyisir rambut mereka, sisir ini adalah sisir orang eropa dan
muslimah yang menirunya.
Tidak diperbolehkannya akad nikah diwaktu adat
Sebagian kalang wanita mengira bahwa tidak boleh melangsungkan akad nikah
apabila ia berada dalam waktu adatnya dan harus menjauhi larangan tersebut.
Dapat dikatakan : tidak ada yang berpedoman dengan hal ini karena hal itu adalah
larangan bukan pada tempatnya.
Adapun waktu adat tidak dapat mencegah akad nikah dan tidak berpengaruh
dalam hal ini, pada asalnya hal tersebut adalah boleh.
Terdapat kekeliruan dikalangan manusia dengan keyakinan mereka bahwa “
terjadinya wati’ dalam waktu haid karena dia menikah dalam waktu haid “ hal ini
tidak benar.
Syekh ibnu utsaimin berkata :akad nikah terhadap wanita yang sedang haid adalah
akad nikah yang sah , dan tidak ada yang melarangnya, hal itu karena asal dari
pada akad nikah adalah sah kecuali ada dalil yang yang menunjukkan
keharamannya, dan tidak ditemukan dalil yang mengharamkan akad nikah pada
waktu haid, kalau begitu akad nikah yang disebut tadi adalah sah, dan kita harus
tahu dan bisa menbedakan Antara akad nikah dan talaq, kalau talaq tidak hala
dalam keadaan haid bahkan itu adalah haram, rasulullah saw. Marah saat
mendengar bahwa abdullah bin umar ibn khattab menceraikan istrinya dalam
keadaan haid, dan rasulullah memerintahkannya untuk merujuknya kembali dan
menunggunya sampai ia suci, kalau dia sudah suci maka boleh kamu pertahankan
dan boleh juga kamu ceraikan, hal itu karena firman allah swt.
ٱلل ٱت ق وا و د ة ٱلع وا أ حص و ن د ت ه ل ع ق وه ن ل ف ط اء ٱلن س ل قت م ط إ ذ ا ٱلن ب ي ا أ ي ه
ي ال و ن ب ي وت ه ن م وه ن ج ت خر ال ب ك م ر
أ ن إ ال جن ن فس ه ي خر ل م ف ق دظ ٱلل د ود ح ني ت ع د م و ٱلل د ود ح ت لك و ب ي ن ة ةم ش ح
ب ف ١ي أت ين
Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu
ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)
dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu.
Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka
(diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang.
Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum
Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. (at
talaq : 01)
Maka tidaklah halal bagi seorang laki-laki menceraikan istrinya dalam keadaan
haid, dan harus menceraikannya dalam keadaan suci kecuali ia dalam keadaan
hamil, kalau dia sedang hamil maka ceraikan dia kapan saja.