Download - Kadar Air Dan MA
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN INDIVIDU PRAKTIKUM
PENETAPAN KADAR AIR DAN MINYAK ATSIRI
OLEH :
NAMA : TRI PUSPITA ROSKA
NIM : N11115526
KELOMPOK : 2 (DUA)
GOLONGAN : SENIN PAGI
ASISTEN : ERAWISATA SARRIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Khasiat dan kualitas simplisia harus memenuhi standar mutu
produk atau bahan. Hal tersebut tidak terlepas dari suatu proses
standarisasi. Standardisasi dalam ilmu kefarmasian adalah serangkaian
parameter prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan
unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian
memenuhi syarat standar (kimia, Biologi, dan Farmasi) termasuk jaminan
(batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya.
Standarisasi terdiri atas parameter spesifik dan non spesifik. Parameter
spesifik meliputi organoleptik ekstrak dan kadar terlarut dalam pelarut
tertentu sedangkan parameter non spesifik meliputi kadar air, kadar abu,
bobot jenis, serta pencemaran logam berat (1).
Kadar air dan kadar minyak atsiri merupakan bagian dari
standarisasi. Kadar air ialah jumlah air yang terkandung dalam suatu
bahan yang dinyatakan dalam satuan persen atau perbedaan antara berat
bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Metode-metode
penentuan kadar air yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa),
metode distilasi, metode kimia, dan metode khusus seperti refraktometer
(2).
Minyak atsiri adalah zat yang berbau yang terkandung dalam
tanaman. Minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya
berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang,
daun, buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap
(3).
Pada praktikum ini dilakukan penetapan kadar air dan minyak atsiri.
Dalam bidang farmasi penetapan kadar air dan kadar minyak atsiri sangat
perlu dilakukan. Kadar air sangat berkaitan dengan kualitas dari suatu
simplisia. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir
untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
pangan. Selain itu, minyak atsiri mempunyai banyak manfaat dibidang
industri farmasi seperti sebagai antibakteri, antifungi, antiseptik, antinyeri
dan bermanfaat dalam pembuatan sabun, pasta gigi dan shampoo.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui cara penetapan kadar air dan kadar minyak
atsiri suatu sampel ataupun simplisia.
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui prinsip dasar penetapan kadar air dan kadar minyak atsiri
suatu simplisia
2. Menetapkan kadar air dan kadar minyak atsiri suatu simplisia.
I.3 Prinsip Percobaan
1. Pada penetapan kadar air dilakukan dengan metode destilasi. Ekstrak
yang telah ditimbang dimasukkan kedalam labu alas bulat.
Ditambahkan tuluen jenuh air, lalu dipanaskan. Tetesan air dan tuluen
akan terpisah pada tabung penerima. Didapatkan volume air dan
dihitung persen kadar air.
2. Pada penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan metode
desitilasi. Sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam labu dan
ditambahkan dengan aquadest, lalu dipanaskan. Setelah dipanaskan
akan terdapat minyak yang akan terpisah dengan air. Didapatkan
volume minyak atsiri dan dihitung persen kadar minyak atsiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Minyak Atsiri
Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap
atau minyak terbang. Pengertian atau defenisi minyak atsiri yang ditulis
dalam Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak
atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang
diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji
maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap (3).
Minyak atsiri adalah zat yang berbau yang terkandung dalam
tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau
minyak essensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap
di udara terbuka. Istilah essensial dipakai karena minyak atsiri mewakili
bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni tanpa
pencemaran, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada
penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin
serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Minyak atsiri di
hasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit,
daun, bunga, atau biji (4).
II.2 Metode Destilasi Minyak Atsiri
Di antara metode-metode isolasi yang paling lazim dilakukan
adalah metode destilasi. Beberapa metode destilasi yang popular
dilakukan di berbagai perusahaan industri penyulingan minyak atsiri,
antara lain sebagai berikut (5) :
a. Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tanpa menggunakan
air). Metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan
untuk minyak minyak yang tahan pemanasan (tidak mengalami
perubahan bau dan warna saat dipanaskan), misalnya oleoresin (5).
b. Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi uap air
langsung. Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun
bahan segar dan terutama digunakan untuk minyak-minyak yang
kebanyakan dapat rusak akibat panas kering. Seluruh bahan
dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang bentuknya
mirip dandang. Dalam metode ini ada beberapa versi perlakuan (5).
1. Bahan tanaman langsung direbus dalam air.
2. Bahan tanaman langsung masuk air, tetapi tidak rebus. Dari bawah
dialirkan uap air panas.
3. Bahan tanaman ditaruh di bejana bagian atas, sementara uap air
dihasilkan oleh air mendidih dari bawah dandang.
4. Bahan tanaman ditaruh di dalam bejana tanpa air dan disemburkan uap
air dari luar bejana.
II.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kadar Minyak Atsiri
Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah menguap pada
suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma
tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut
organik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minyak atsiri sebagai
berikut (6):
1. Besarnya tekanan uap yang digunakan
2. Berat sampel (molekul)
3. Kecepatan keluarnya minyak dan sampel
II.4 Alat Destilasi Minyak Atsiri
Gambar 1. Alat Destilasi
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap
air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak
menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap
yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu
akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguapakan
masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak
atsiri (7).
II.5 Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Tanaman Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle dikenal di pulau
Sumatra dengan nama Kelangsa (Aceh), di pulau Jawa dikenal dengan
nama jeruk nipis (Sunda) dan jeruk pecel (Jawa), di pulau Kalimantan
dikenal dengan nama lemau nepi, di pulau Sulawesi dengan nama lemo
ape, lemo kapasa (Bugis) dan lemo kadasa (Makasar), di Maluku dengan
naman puhat em nepi (Buru), ahusi hisni, aupfisis (Seram), inta,
lemonepis, ausinepsis, usinepese (Ambon) dan Wanabeudu (Halmahera)
sedangkan di Nusa tenggara disebut jeruk alit, kapulungan, lemo (Bali),
dangaceta (Bima), mudutelong (Flores), mudakenelo (Solor) dan
delomakii (Rote). Klasifikasi jeruk nipis adalah sebagai berikut (8) :
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Subclass : Dialypetalae
Ordo : Rutales
Family : Rutacea
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia Swingle
Morfologi tanaman dan buah jerik nipis yang direview dari Jeruk
nipis (Citrus aurantifolia Swingle) termasuk salah jenis citrus geruk.
Tanaman jeruk nipis mempunyai akar tunggang. Jeruk nipis termasuk
jenis tumbuhan perdu yang memiliki dahan dan ranting. Batang pohonnya
berkayu ulet dan keras, sedangkan permukaan kulit luarnya berwarna tua
dan kusam. Daunnya majemuk, berbentuk elips dengan pangkal
membulat, ujung tumpul, dan tepi beringgit. Panjang daunnya mencapai
2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm. Tulang daunnya menyirip dengan tangkai
bersayap, hijau dan lebar 5-25 mm (9).
II.6 Definisi Ekstrak dan Macam-macamnya
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Pembuatan
sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat pada
simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar tinggi dan hal ini
memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya (10).
Adapun macam-macam metode ekstraksi yang di gunakan yaitu
Ekstraksi secara dingin (metode maserasi, dan metode perkolasi)
ekstraksi secara panas (metode refluks, metode destilasi uap, dan metode
Soxhletasi) (10)
a. Ekstraksi Secara Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa
tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan
pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang
diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Beberapa modifikasi
maserasi yaitu digesti, remaserasi, maserasi bertingkat dan maserasi
melingkar bertingkat(10).
b. Ekstraksi Secara Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam
bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari
akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai
keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi,
kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan
gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan
(10).
c. Ektraksi Secara Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat
sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat
aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan
sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa
kapiler hingga terjadi sirkulasi (10).
d. Ektraksi Secara Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan
penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun
kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut
dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan (10).
e. Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap
air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak
menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap
yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu
akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan
masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak
atsiri(10).
.
II.7 Penetapan Kadar Air
Kadar air ialah jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan yang
dinyatakan dalam satuan persen atau perbedaan antara berat bahan
sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan
dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan
kelembaban udara disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air
seimbang. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting
dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan
tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir
untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
pangan (11).
Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan
beberapa metode. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Metode-
metode penentuan kadar air yaitu metode pengeringan (dengan oven
biasa), metode distilasi, metode kimia, dan metode khusus seperti
refraktometer. Penentuan kadar air sangat penting dalam banyak masalah
industri, misalnya dalam evaluasi materials balance atau kehilangan
selama pengolahan. Kita harus tahu kandungan air untuk pengolahan
optimum(11).
Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan
mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 – 110 °C selama 3 jam
atau sampai didapat berat yang konstan. Untuk bahan yang tidak tahan
panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lain-
lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih
rendah. Kdang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan
dimasukkan ke dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering,
hingga mencapai berat yang konstan (12).
Kadar air suatu bahan dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu
berdasarkan bahan kering (dry basis) dan berdasarkan bahan basah (wet
basis). Kadar air secara dry basis adalah perbandingan antara berat air di
dalam bahan tersebut dengan berat keringnya. Bahan kering adalah berat
bahan asal setelah dikurangi dengan berat airnya. Sedangkan kadar air
secara wet basis adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan
tersebut dengan berat bahan mentah (12).
II.8 Metode Penetapan Kadar Air
II.8.1 Metode gravimetri (pengeringan dengan oven)
Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan
langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode
ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap
yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan
tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air
yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan
yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak
atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan
dan serealia (13).
Gambar 2. Oven
Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan bahan pangan
dalam oven. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven
harus didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan yang tidak akan
berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Berat sampel
setelah konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel
telah menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar
terikat kuat dalam sampel. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk
mengetahui persen kadar air dalam bahan
Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua yaitu,
metode oven temperatur rendah dan metode oven temperatur tinggi.
Metode oven temperatur rendah menggunakan suhu (103 + 2)˚C dengan
periode pengeringan selama 17 ± 1 jam. Periode pengeringan dimulai
pada saat oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah
pengeringan, contoh bahan beserta cawannya disimpan dalam desikator
selama 30-45 menit untuk menyesuaikan suhu media yang digunakan
dengan suhu lingkungan disekitarnya. Setelah itu bahan ditimbang
beserta wadahnya. Selama penimbangan, kelembaban dalam ruang
laboratorium harus kurang dari 70%. Selanjutnya metode oven temperatur
tinggi. Cara kerja metode ini sama dengan metode temperatur rendah,
hanya saja temperatur yang digunakan pada suhu 130-133˚C dan waktu
yang digunakan relatif lebih rendah (13)
II.8.2 Metode Destilasi
Gambar 3. Alat destilasi
Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan
mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap ( volatile ) seperti
sayuran dan susu, menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu,
misalnya toluen, xilol, dan heptana yang berat jenisnya lebih rendah
daripada air. Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia
sebanyak 75-100 ml pada sampel yang diberikan mengandung air
sebanyak 2-5 ml kemudian dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat
kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung.
Karena berat jenis air lebih besar daripada zat kimia tersebut maka air
akan berada dibagian bawah pada tabung penampung. Bila pada tabung
penampung dilengkapi skala maka banyaknya dapat diketahui. Cara
destilasi ini baik untuk menentukan kadar air dalam zat yang kandungan
airnya kecil yang sulit ditentukan dengan cara gravimetri. Penetuan kadar
air ini hanya memerlukan waktu ± 1 jam (13).
II.8.3 Metode Kimiawi
Ada beberapa cara penentuan kadar air dalam bahan secara
kimiawi yaitu antara lain:
a. Cara Titrasi Karl Fischer
Karl fischer pada tahun 1935 mengunakan cara pengeringan
berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi langsung dari bahan basah
dengan larutan iodin, sulfur dioksida, dan piridina dalam metanol.
Perubahan warna menunjukan titik akhir titrasi. Prinsip metode ini adalah
melakukan titrasi sampel dengan larutan iodin dalam methanol dan piridin.
Jika masih ada air dalam bahan maka iodine akan bereaksi, tetapi bila air
habis maka iodine akan bebas. Untuk zat-zat yang melepaskan air secara
perlahan-lahan, maka pada umumnya dilakukan titrasi tidak langsung.
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi maka penetapan kadar air
dilakukan dengan titrasi langsung (14).
b. Cara Kalsium Karbid
Cara ini berdasarkan reaksi antara kalsium karbid dan air
menghasilkan gas asetilin. Cara ini sangat cepat dan tidak memerlukan
alat yang rumit. Jumlah asetilin yang terbentuk dapat diukur dengan
berbagai cara (15).
c. Cara Asetil Khlorida
Penentuan kadar air cara ini berdasarkan reaksi asetil khlorida dan
air menghasilkan asam yang dapat dititrasi menggunakan basa. Asetil
khlorida yang digunakan dilarutkan dalam toluol dan bahan didispersikan
dalam piridin (15).
II.8.4 Metode Fisis
Ada beberapa cara penentuan kadar air cara secara fisis ini antara
lain (15) :
1. Berdasarkan tetapan dieletrikum
2. Berdasarkan konduktivitas listrik (daya hantar listrik) atau resistensi
Berdasarkan resonansi nuklir magnetic (NMR = Nuclear Magneti
resonance).
II.9 Rumus Menghitung Persen Kadar
Pada penetapan kadar air dengan metode destilasi dapat
menggunakan perhitungan :
% Kadar air = V air yang tertampung x 100 %
Bobot sampel
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cawan porselen,
aluminium foil, timbangan analitik, labu alas bulat, pemanas listrik,
kondensor, pompa air, penampung destilasi air (Sterling-Bidwell), dan
seperangkat alat penetapan kadar minyak atsiri.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest,
tuluen, Legundi (Vitex trifolia), daun jeruk nipis (Citrux aurantifolia).
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Penetapan Kadar Air
1. Dipersiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dirangkai alat destilasi.
3. Ditimbang 2 gram ekstrak tanaman legundi (Vitex trifolia) dan
dimasukkan ke dalam labu alas bulat.
4. Ditambahkan tuluen jenuh air 200 mL.
5. Dipanaskan 15 menit.
6. Dihitung persen kadar air.
III.2.2 Penetapan Kadar Minyak Atsiri
1. Dipersiapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dirangkai alat destilasi.
3. Ditimbang 50 gram daun jeruk nipis dan dimasukkan ke dalam labu
alas bulat.
4. Ditambahkan aquadest 200 mL.
5. Dipanaskan 15 menit.
6. Dihitung persen kadar minyak atsiri.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
No. Nama sampel
Bobot
Sampel
(gram)
Volume hasil
destilasi (mL)Penetapan kadar (%)
Air MinyakKadar
Air
Kadar
Minyak
Atsiri
1.Ekstrak Legundi
(Vitex Trifolia)4,081 0,3 - 7,35 -
2.
Daun jeruk nipis
(Citrus
aurantifolia)
50,3553 - 0,3 - 0,59
Tabel 1. Penetapan kadar air dan minyak Atsiri
Penetapan Kadar Air
Kadar sari larut air = Volume Air (mL)bobot sampel
x 100%
=0,3mL
4,081gram x 100%
= 7,35 %
Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Kadar sari larut air = VolumeMinyak (mL)bobot sampel
x 100%
=0,3mL
50,3553gram x 100%
= 0,59 %
IV.2 Gambar Pengamatan
Laboratorium Farmakognosi
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Laboratorium Farmakognosi
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Ket : Alat destilasi dirangkai Ket: Tuluen jenuh air dimasukkan
kedalam tabung penerima
Laboratorium Farmakognosi Laboratorium Farmakognosi
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Ket : Proses sampel ditimbang Ket: Proses destilasi pada
penetapan kadar air
Laboratorium Farmakognosi
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Laboratorium Farmakognosi
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
Ket : Alat destilasi minyak atsiri
dirangkai
Ket: Proses destilasi pada
penetapan kadar minyak atsiri
IV. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan penetapan kadar air dan penetapan
kadar minyak atsiri. Sampel yang digunakan pada penetapan kadar air
adalah ekstrak legundi (Vitex trifolia) dan penetapan kadar minyak atsiri
digunakan sampel daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia).
Penetapan kadar air dilakukan dengan marangkai terlebih dahulu
alat destilasi. Kemudian ekstrak legundi (Vitex trifolia)ditimbang 2 gram
menggunakan aluminium foil. Dimasukkan kedalam labu alas bulat.
Ditambahkan tuluen jenuh air 200 mL. Setelah itu dipanaskan selama 15
menit dan diperoleh volume airnya sehingga dapat dihitung persen
kadarnya. Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan merangkai
terlebih dahulu alat destilasi yang akan digunakan. Kemudian sampel
daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) ditambang sebanyak 50 gram.
Setelah itu dimasukkan kedalam labu alas bulat dan ditambahkan
aquadest. Setelah itu, dipanaskan selama 15 menit. Akan diperoleh
minyak yang terpisah dengan air sehingga dapat dihitung persen
kadarnya.
Persen kadar air dapat dihitung dengan membagi volume air
dengan bobot sampel dikalikan 100%. Volume air yaitu 0,3 mL dan bobot
sampel ekstrak legundi (Vitex trifolia) yaitu 4,081 gram, maka diperoleh
persen kadar air sampel yaitu 7,35%. Berdasarkan literatur (MMI, 1989)
bahwa kadar air salam simplisia yang dipersyarakatkan tidak boleh lebih
dari 10% sehingga dikatakan bahwa sampel tersebut masih dikategorikan
mempunyai kadar air sesuai standar. Sedangkan pada penetapan kadar
minyak atsiri dapat dihitung dengan membagi volume air dengan bobot
sampel dikalikan 100%. Volume minyak atsiri yaitu 0,3 mL dan bobot
sampel daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yaitu 50,3553 gram, maka
diperoleh persen kadar air sampel yaitu 0,59%.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan :
1. Pada penetapan kadar air sampel ekstrak legundi (Vitex trifolia)
diperoleh persen kadar air yaitu 7,35 %. Hasil tersebut sudah
memenuhi standar kadar air berdasarkan literatur yang tidak boleh
lebih dari 10%.
2. Pada penetapan kadar minyak atsiri daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) diperoleh persen kadar minyak atsiri yaitu 0,59 %
V.2 Saran
Dalam melaksanakan praktikum ini kakak pendamping asisten
sudah sangat baik dalam mengarahkan praktikan. Sebelum
melaksanakan praktikum sebaiknya penanggung jawab mempersiapkan
dengan baik alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Direkktorat jendral pengawasan obat dan makanan : Jakarta. . 2000.
2. Lerida, Kezia. Analisis kadar air pada bahan makanan. Program studi
pendidikan teknologi argoindustri Universitas Pendidikan Indonesia :
Bandung. 2013
3. Sastrohamidjojo H. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.2004.
4. Siallagan J. Isolasi sitronelal dari minyak sereh. Papua: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Cendrawasih.2001.
5. Zahro, Nurus. Analisa Mutu Pangan dan Hasil Pertanian. Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Jember : Jember. 2013
6. repository.usu.ac.id/bistream/123456789/33716/4/chapter%20II.
(Diakses pada tanggal 4 April 2016).
7. Djenar, nancy. 2013. Destilasi Trapping ( Kimia Organik). Universitas
Brawijaya : Malang. 2013.
8. Budipratama, Anugrah. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia).
ccc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=183 (Diakses pada tanggal 4 April
2016)
9. Rukmana, R., Budidaya Jeruk dan Pasca Panen. Kanisius,
Yogyakarta. 1996.
10.Anief, M,. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Penerbit University
Press. 1987.
11.Harborne, J.B., Metode Fitokimia, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata, Terbitan kedua, 70, Penerbit ITB, Bandung. 1987.
12.Apriyantono, A. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Bogor. IPB.
1989.
13.AOAC. Official Methods of Analysis of The Association of Official
Analytical Chemistry. 14th Ed. Virginia : AOC, Inc. 1984.
14.Winarno F.G. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka
Utama.Jakarta. 2004.
15.Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. Analisa Bahan Makanan
DanPertanian. Penerbit Liberty Yogyakarta Bekerja Sama Dengan
Pusat AntarUniversitas Pangan Dan Gizi Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta. 1989.
16.Ditjen POM, DepKes RI. Materia Medika Indonesia Jilid V.
DepartemenKesehatan Republik Indonesia: Jakarta. 1989.