KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL
Provinsi Kalimantan Selatan
Kantor Perwakilan Bank IndonesiaWilayah II Kalimantan
Triwulan III - 2014
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YangMaha Kuasa ataslimpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Kajian Ekonomi KeuanganRegional (KEKR)ProvinsiKalimantanSelatan (Kalsel)periode triwulan III‐2014 inidapathadirditanganpembaca.PublikasirutintriwulananKantorPerwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan ini mengulasperkembanganterakhirberbagaivariabelmakroekonomiditingkatprovinsi,meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran,keuangan daerah, indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhanekonomidan inflasitriwulanmendatang.Kamimengharapkanpublikasi inidapatmenjadisalahsatusumberinformasiyangbermanfaatbagipemangkukebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak‐pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadapperkembanganekonomiProvinsiKalsel.
Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerjaperekonomianKalsel pada triwulan III 2014mencatat pertumbuhan yangstabil sebesar 4,8% (yoy). Hal ini tidak terlepas dari peningkatan kinerjasektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu,konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih tumbuh tinggi dapatmenopangperekonomianKalselpadatriwulantersebut.
Sementara itu,tekananinflasiKalimantanSelatanpadatriwulanIII2014 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.Inflasi Kalimantan Selatan yang diwakili Kota Banjarmasin dan Tanjungtercatat sebesar4,80% (yoy), lebih rendahdibandingkandengan triwulansebelumnya (6,83%, yoy).Menurunnya inflasiKalimantan Selatan tersebutterutamadidorongolehpenurunan indekshargakelompokbarang lainnyakhususnyakelompokbahanmakanan.Beberapakomoditaspanganstrategismengalami koreksi harga berkatmembaiknya pasokan dan distribusi daridaerahprodusenmaupundarikapasitaslokal.
Dari sisi perbankan, kinerja intermediasi perbankan KalimantanSelatan pada triwulan III 2014 menunjukkan perlambatan. Dana PihakKetiga (DPK) tumbuh8,40% (yoy)dankredit tumbuh9,66% (yoy),dengantingkatLDRmencapai123,35%.
Kedepan,kamimemperkirakanprospekekonomiKalimantan padatriwulan IV 2014 tumbuh pada kisaran 4,7% ‐ 5,1% (yoy). Peningkatanterutama disumbang oleh peningkatan kinerja sektor perkebunan kelapasawitdankaret.Selain itu,konsumsi rumah tanggadankegiatan investasimasih menopang perekonomian Kalsel. Di sisi lain, tekanan inflasi pada
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
ii
triwulan IV 2014 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulansebelumnyayaitupadakisaran5,3%‐5,7%(yoy).
Kesimpulandiatasmerupakanhasilanalisakamiterhadapberbagaidata dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporanperbankan, sertahasil‐hasil survei yangdilakukanolehKantorPerwakilanBankIndonesiaWilayahIIjugaberbagaiinstansiterkait,sepertiPemerintahProvinsi Kalimantan Selatan dan dinas‐dinas terkait, BPS KalimantanSelatan, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, sertaberbagaiperusahaan,sertaasosiasidanakademisi.Sehubungandenganhaltersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar‐besarnya kepada pihak‐pihak tersebut yang telahmembantu penyusunanbukuini.
Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagiberbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masihbanyak langkah‐langkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Sarandan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnyakamisampaikanpenghargaandanterimakasihyangtuluskepadaberbagaipihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yangkamiperlukan,semogahubunganbaikinidapatterusterbinadimasayangakandatang.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikankemudahankepadakitadalammengupayakanhasilkerjayangterbaik
Banjarmasin,17November2014
KEPALAPERWAKILANBANKINDONESIAWILAYAHKALIMANTAN
MokhammadDadiAryadiDirekturEksekutif
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii DAFTAR TABEL .......................................................................................................... v DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................ vii KETERANGAN DAN SUMBER DATA ......................................................................... ix TABEL INDIKATOR TERPILIH ...................................................................................... xi RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………………………….………................. 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ............................. ......... 9
1. Sisi Permintaan .......................................................................................... 9 1.1. Konsumsi Rumah Tangga .................................................... ........... 10 1.2. Pengeluaran Pemerintah ................................................................... 11 1.3. Investasi ................................................................................. ........... 11 1.4. Perkembangan Ekspor ...................................................................... 13 1.5. Perkembangan Impor ........................................................................ 14
2. Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah………………………….……............. 15 2.1. Sektor Pertanian ................................................................................ 16 2.2. Sektor Pertambangan ...................................................................... . 17 2.3. Sektor Industri Pengolahan ................................................................ 18 2.4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ..................... ........... 19
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH……….…………... ............................... 23
1. Kondisi Umum …………………………………….………...........................… 23 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi…………….………… .................. 28
BOKS : Hubungan Kenaikan BBM dan UMP Mempengaruhi Tekanan Inflasi dari Sisi Suplai ............................................................................................... 32
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ....... ........ 37
1. Perkembangan Perbankan .................................. ..................................... 37 1.1. Intermediasi Perbankan .................................................................... 38 1.2. Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi ............................... 391.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga ..................................................... 40 1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) .......................... 41
2. Perkembangan Sistem Pembayaran ......................... ................................... 42 2.1. Transaksi Pembayaran Non Tunai .............................................. ..... 42
2.2. Transaksi Pembayaran Tunai .................................... ....................... 43 BOKS : Bank Indonesia Luncurkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) ......... 45 BAB 4. KEUANGAN DAERAH ………………………... ............................................... 49
1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah .......... .................................................. 49 2. Realisasi Belanjar Daerah ......................................................................... 51
BOKS : Keterkaitan Perekonomian dan PAD di Kalimantan Selatan ................. 53
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... .......................................... 57 1. Ketenagakerjaan …....……. ........................................................................ 57 2. Kesejahteraan .......... .................................................................................. 60
BOKS : UMP dan Daya Saing Tenaga Kerja Kalimantan Selatan ....................... 63
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
iv
BAB 6. PROSPEK EKONOMI ............................................................. ........................ 67 1. Prakiraan Kondisi Makro Ekonomi …....……. .............................................. 67 2. Prakiraan Inflasi .......... ............................................................................... 68
DAFTAR ISTILAH TIM PENYUSUN
Daftar Tabel
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014 vv
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan ............. 9 Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (%,yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan ........................................... 15 Tabel 2.1. Tingkat Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok .......................................................................... 24 Tabel 2.2. Tingkat Inflasi Kota Banjarmasin Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy) Menurut Kelompok ................................................................. 26 Tabel 2.3. Tingkat Inflasi Kota Tanjung Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy) Menurut Kelompok ................................................................ 27 Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) ............................................................................ 49 Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) ........................................................................................ 50 Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) .. 52 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama 2012 – 2014 ......................................................................................... 57 Tabel 5.2. Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2012 – 2014 ......................................... 58 Tabel 5.3. Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan 2012 – 2014 (%) ................................... 58 Tabel 5.4. Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan 2012 – 2014 (%) .............. 59 Tabel 5.5. Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2007) .......................................................................... 62
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
viivii
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan ...................... 9 Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen ............................................................ 10 Grafik 1.3. Indeks Penghasilan & Ketersediaan Lapangan Kerja ..................... 10 Grafik 1.4. Indeks Tedensi Konsumen ................................................................ 11 Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Kalimantan Selatan ............................................... 11 Grafik 1.6. Realisasi Investasi PMA ................................................................... 12 Grafik 1.7. Jumlah Proyek Investasi PMA ......................................................... 12 Grafik 1.8. Realisasi Investasi PMDN .................................................................. 12 Grafik 1.9. Jumlah Proyek Investasi PMDN ....................................................... 12 Grafik 1.10. Kredit Investasi .................................................................................. 13 Grafik 1.11. Volume Bongkar Barang Modal ....................................................... 13 Grafik 1.12. Nilai Ekspor LN Kalsel ....................................................................... 14 Grafik 1.13. Volume Ekspor LN Kalsel .................................................................. 14 Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan ............................................................................................... 14 Grafik 1.15. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas ........................................................................................ 14 Grafik 1.16. Volume Impor Barang Dari Provinsi Lain Via Pelabuhan ............... 15 Grafik 1.17. Nilai Impor LN Kalsel ......................................................................... 15 Grafik 1.18. Kredit Sektor Pertanian Lokasi Proyek ............................................ 16 Grafik 1.19. Luas Lahan Panen Padi Kalsel .......................................................... 16 Grafik 1.20. Produksi Kelapa Sawit (Tandan Buah Segar) .................................. 17 Grafik 1.21. Produksi karet ................................................................................... 17 Grafik 1.22. Volume Ekspor Batubara .................................................................. 17 Grafik 1.23. Stok Batubara Taboneo ................................................................... 17 Grafik 1.24. Produksi Batubara ............................................................................. 18 Grafik 1.25. Kredit Sektor Pertambangan ............................................................ 18 Grafik 1.26. Ekspor CPO Kalsel ............................................................................. 19 Grafik 1.27. Produksi CPO ..................................................................................... 19 Grafik 1.28. Volume Muat Komoditas Kayu Lapis di Pelabuhan ........................ 19 Grafik 1.29. Kredit Sektor Industri Pengolahan .................................................. 19 Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan, Kalimantan, dan Nasional ... 24 Grafik 2.2. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan ................................. 25 Grafik 2.3. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ... 25 Grafik 2.4. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan ................................................ 26 Grafik 2.5. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran di Tw III – 2014 .......................................................... 26 Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Menurut Komponen Penyebab ........................... 28 Grafik 2.7. Perkembangan Harga Komoditas Harga Pangan ........................... 29 Grafik 2.8. Perkembangan Beberapa Harga Komoditas Global ....................... 30 Grafik 2.9. Perkembangan Kurs Rupiah ............................................................. 30 Grafik 2.10. Ekspektasi Inflasi Konsumen ............................................................. 31 Grafik 2.11. Ekspektasi Kenaikan Harga Kelompok (SK) .................................... 31 Grafik 3.1. Kinerja Penyaluran Kredit Perbankan .............................................. 37 Grafik 3.2. Kinerja Kredit, DPK dan LDR ........................................................... 38 Grafik 3.3. Penyaluran Jenis Kredit Perbankan ................................................ 38 Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama ................................................ 39
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
viii
Grafik 3.5. NPL Kredit Sektor Utama .................................................................. 39 Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga ............................................... 41 Grafik 3.7. NPL Kredit Rumah Tangga ............................................................... 41 Grafik 3.8. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM .............................................. 42 Grafik 3.9. Transaksi RTGS Per Hari .................................................................... 43 Grafik 3.10. Transaksi Kliring ................................................................................. 43 Grafik 3.11. Perkembangan Inflow – Outflow .................................................... 43 Grafik 3.12. Perkembangan Jumlah Uang Palsu ................................................... 43 Grafik 4.1. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Dalam APBD Triwulan III - 2014 .............................................................................. 51 Grafik 4.2. Rasio Kemandirian Daerah / Desentralisasi Fiskal .......................... 51 Grafik 4.3. Prosentase Realisasi Belanja OperasiTerhadap Anggaran Belanja Total ..................................................................................... 52 Grafik 4.4. Rasio Realisasi Belanja Modal Terhadap Belanja Total .................... 52 Grafik 5.1. TPAK dan TPT Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalsel .......................... 59 Grafik 5.2. Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini ....... 60 Grafik 5.3. Upah Rill di Kalimantan Selatan ...................................................... 60 Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel ............................... 61 Grafik 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia ......................................... 67 Grafik 6.2. Ekspektasi Kegiatan Usaha .............................................................. 67 Grafik 6.3. Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang ... 70
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
ixix
KETERANGAN DAN SUMBER DATA
Buku Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas
dasar tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari
Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi PDIE-Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh
lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.
Bab III Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang
berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring KPw Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan).
Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan. Bab V Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional
(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil SKDU KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan.
Bab VI Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi
dan moneter dengan didukung oleh hasil survei yang dilakukan KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan seperti SKDU, SK, dan SPE.
Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian di antaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
x
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trus and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork. Visi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasiona. Misi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
xixi
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
a. Inflasi dan PDRB
b. Perbankan
TW - I TW - II TW - III TW - IV TW - I TW - II TW - IIIMAKRO
135,4 143,47 146,00 145,71 151,02 153,49 108,32 110,91 111,663,98 5,96 5,25 4,74 7,09 6,98 4,89 6,81 4,81
135,4 143,47 146,00 145,71 151,02 153,49 108,22 110,91 111,633,98 5,96 5,25 4,74 7,09 6,98 4,84 6,81 4,67
109,57 111,79 112,105,49 7,02 6,54
Pertanian 7.544 7.815 1.384 2.244 2.599 1.823 1.420 2.315 2.655 Pertambangan & Penggalian 7.256 7.448 1.867 1.891 1.876 1.891 1.882 1.895 1.903 Industri Pengolahan 3351 3.487 888 902 914 931 930 948 958 Listrik, Gas, & Air Bersih 166 178 46 47 48 49 48 50 51Bangunan 1839 2.020 504 528 550 605 541 569 592Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5121 5.631 1.385 1.485 1.574 1.667 1.524 1.607 1.703Pengangkutan dan Komunikasi 2873 3.075 776 796 843 871 837 851 898Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1343 1.453 385 395 404 417 420 434 439Jasa 3061 3.322 832 876 925 979 908 944 1.000
6,12% 5,72% 5,57% 5,05% 4,77% 5,40% 5,50% 4,81% 4,78%9.783 9.552 2.417 2.233 1.795 2.217 2.200 2.023 1.784
122.229 130.479 40.329 39.506 31.277 40.556 36.932 34.918 32.153 682,5 626,3 69,4 44,8 124,8 62,3 106,9 65,5 34,6279,2 197,4 26,5 31,5 68,3 49,0 56,6 61,1 50,2Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
INDIKATOR
IHK Kalimantan SelatanInflasi Kalimantan Selatan (y-o-y)
PDRB Harga Konstan (Rp Miliar)
Pertumbuhan PDRB (y-o-y)Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)
IHK BanjarmasinInflasi Banjarmasin (y-o-y)IHK TanjungInflasi Tanjung (y-o-y)
20142013TAHUN 2011
TAHUN 2012
Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III
33.092 41.257 42.031 44.542 45.975 45.707 45.457 50.192 50.612 27.728 33.827 34.264 35.515 36.003 36.229 36.152 38.447 39.028
6.223 8.199 8.600 9.589 9.085 7.697 8.228 10.547 10.495 15.543 18.288 17.477 17.261 17.827 19.911 18.785 18.639 18.643
5.963 7.340 8.187 8.664 9.091 8.621 9.138 9.261 9.890 28.278 36.460 38.831 41.163 43.901 42.761 43.796 45.600 48.142
9.297 12.486 14.078 13.912 15.669 14.540 14.670 14.749 15.882 8.263 11.332 11.629 13.314 13.554 13.181 13.853 15.030 16.072
10.718 12.642 13.124 13.937 14.678 15.040 15.274 15.821 16.187 101,98% 107,78% 113,33% 115,90% 121,94% 118,03% 121,15% 118,61% 123,35%
20.688 26.633 27.284 29.253 30.421 31.567 31.812 33.440 33.923 7.338 9.457 9.288 9.746 10.087 10.557 10.438 10.868 11.157 5.450 7.027 7.372 8.073 8.176 8.416 8.551 9.139 9.052 7.900 10.149 10.625 11.435 12.158 12.594 12.823 13.432 13.715
74,61% 78,73% 79,63% 82,37% 84,50% 87,13% 88,00% 86,98% 86,92%1,61% 1,24% 1,44% 1,42% 1,42% 1,38% 1,78% 2,22% 2,79%
Total Asset
GiroTabungan
NPL
Deposito
Modal KerjaInvestasi
DPK
Kredit - Lokasi Proyek
Konsumsi
Modal KerjaInvestasiKonsumsiLDR
LDR - Lokasi ProyekKredit - Lokasi Bank
2014
PERBANKANBank Umum (Rp miliar)
2011INDIKATOR2013
2012
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
xii
c. Sistem Pembayaran
Tw - I Tw - II Tw - III Tw - IV Tw - I Tw - II Tw - III
Posisi Kas Gabungan (Rp miliar)
10.493 12.890 3.150 3.156 4.838 3.814 3.686 3.185 5.215
Inflow (Rp miliar) 5.363 7.310 2.417 1.783 2.630 1.645 2.666 1.881 3.120 Outflow (Rp miliar) 5.129 5.578 733 1.373 2.208 2.168 1.020 1.304 2.096 Pemusnahan Uang (Rp miliar)
2.990 1.020 335 263 479 790 404 466 706
Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar)
164.581 205.048 49.842 57.648 46.795 44.688 37.888 36.393 33.443
Volume Transaksi RTGS (ribu lbr)
185 196 47 48 43 47 42 42 36
Nominal Kliring (Rp Miliar)
16.100 16.637 4.387 4.183 3.038 4.349 4.108 4.324 3.699
Volume Kliring (ribu lbr) 304 321 81 83 56 82 78 93 76 Rata-rata Harian Nominal Kliring 64,62 67,82 73,01 66,40 67,62 71,30 65,52 73,29 60,65 Rata-rata Harian Volume Kliring (ribu lbr)
1,22 1,31 1,35 1,32 1,26 1,34 1,30 1,57 1,25
Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar)
437 794 117 106 161 387 118 153 113
Volume Kliring Pengembalian (lembar) 6.985 8.037 2.135 2.297 2.419 2.311 2.207 3.050 2.384 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar)
1,71 1,93 1,95 1,68 2,55 6,34 1,93 2,51 1,85
Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar)
27 32 36 36 38 38 36 50 39
Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong (%)
1,98 2,00 2,23 2,03 2,32 8,45 2,46 2,21 1,79
Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong (%)
2,27 2,49 2,16 2,30 2,52 2,34 2,32 2,26 2,26
2014Indikator
20132011 2012
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERTUMBUHAN EKONOMI
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014
tumbuh relatif stabil yakni sebesar 4,8% (yoy). Stabilnya
pertumbuhan ini terjadi ditopang oleh perbaikan kinerja sektor
pertambangan dan sektor industri pengolahan. Pasca
disepakatinya hasil renegosiasi kontrak perusahaan
pertambangan batubara mendorong pelaku usaha tambang
untuk mengejar target produksi dan meningkatkan kinerja di
sektor pertambangan. Selain itu, mulai dioperasikannya smelter
bijih besi dan diberikannya izin ekspor konsentrat turut
mendorong perbaikan kinerja sektor tersebut. Namun,
menurunnya kinerja produksi pertanian, khususnya tanaman
bahan makanan (padi), menyebabkan perlambatan kinerja sektor
pertanian dan menahan laju perekonomian di triwulan tersebut.
Dari sisi permintaan, stabilnya perekonomian disebabkan
oleh peningkatan konsumsi dan investasi namun tertahan
oleh ekspor yang terkontraksi. Peningkatan konsumsi
terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga seiring dengan
peningkatan penghasilan dari sektor pertambangan dan industri
pengolahan. Adapun kegiatan investasi didorong oleh masih
berlangsungnya beberapa proyek pembangunan infrastruktur
seperti jalan, pembangkit listrik dan jembatan. Sementara itu,
ekspor Kalimantan Selatan yang didominasi oleh ekspor
komoditas batubara masih mengalami kontraksi seiring dengan
pelemahan ekonomi Tiongkok.
Dari sisi penawaran atau sektoral, stabilnya pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014
ditopang oleh membaiknya aktivitas produksi di sektor
pertambangan dan sektor industri pengolahan. Kinerja
produksi pertambangan yang membaik didorong oleh adanya
peningkatan produksi batubara dan telah beroperasinya smelter
bijih besi di Pulau Sebuku. Selain itu, konsumsi rumah tangga
yang masih tumbuh tinggi seiring dengan faktor musiman
liburan sekolah dan penyelenggaraan ibadah Ramadhan dan Idul
Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2014 sebesar 4,8% (yoy), masih stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kegiatan konsumsi dan investasi sebagai penopang perekonomian Kalsel di tengah kegiatan ekspor yang masih terkontraksi.
Stabilnya sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan menjadi penopang stabilnya laju pertumbuhan perekonomian Kalsel
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
2
Fitri turut mendorong peningkatan sektor perdagangan, hotel
dan restoran (PHR). Sementara itu, kinerja sektor pertanian yang
melambat menahan laju perekonomian Kalimantan Selatan.
Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan produksi padi terkait
dengan cuaca yang lebih kering di triwulan III 2014.
ASESMEN INFLASI
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat
4,80% (yoy), menurun bila dibandingkan dengan triwulan II
2014 (6,83%, yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama
disebabkan oleh hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM yang
terjadi pada triwulan II 2013, serta relatif terjaganya tekanan
inflasi pada perayaan bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Terjaganya
pasokan dan kembali normalnya permintaan masyarakat
terhadap komoditas pangan strategis pada akhir triwulan III
2014 mendorong terjadinya deflasi pada kelompok volatile food
yang menjadi salah satu faktor penurunan inflasi Kalimantan
Selatan. Di sisi lain, tekanan inflasi pada triwulan III 2014
didorong oleh kelompok administered prices yang disebabkan
oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga LPG 12 Kg
dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap kedua. Sedangkan
pada kelompok inti (core inflation), inflasi terjadi pada kelompok
biaya/tarif pendidikan, rekreasi dan olahraga; kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; serta kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM
PEMBAYARAN
Kinerja intermediasi perbankan Provinsi Kalimantan
Selatan mengalami perlambatan, baik dari sisi
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun
penyaluran kredit. Pertumbuhan penghimpunan DPK
mengalami perlambatan dari 9,55% (yoy) pada Triwulan II-2014
menjadi 8,40% (yoy) pada Triwulan III-2014. Perlambatan
penghimpunan DPK dipicu oleh perlambatan dari dana tabungan
yang tumbuh melambat sejalan dengan penurunan suku bunga
Laju inflasi Kalsel pada triwulan III 2014 sebesar 4,80% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya karena hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM dan terjaganya pasokan komoditas pangan
Pada triwulan III 2014, pertumbuhan DPK melambat menjadi 8,40%(yoy), kredit perbankan tumbuh 9,66% (yoy).
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
3
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kredit
perbankan juga tumbuh melambat dari 11,20%(yoy) pada
triwulan II 2014 menjadi 9,66%(yoy)pada triwulan III 2014.
Perlambatan kinerja kredit dipicu oleh melambatnya
pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsi.
Melambatnya kredit modal kerja dipengaruhi oleh kinerja sektor
pertanian yang melambat terkait turunnya harga Tandan Buah
Segar (TBS) kelapa sawit. Sementara itu, perlambatan kredit
konsumsi merupakan konsekuensi dari meningkatnya suku
bunga kredit konsumsi dari 12,39% menjadi 12,45% (Suku
Bunga Tertimbang). Perlambatan kredit konsumsi ini terutama
terjadi pada kredit barang elektronik dan kredit perumahan,
yang merupakan dampak penerapan kebijakan Loan-to-Value
(LTV) Bank Indonesia.
Kualitas kredit yang disalurkan kepada sektor ekonomi
maupun sektor rumah tangga Provinsi Kalimantan Selatan
mengalami sedikit penurunan pada triwulan III 2014,
walaupun masih dalam batas aman. Hal ini tercermin dari
rasio Non Performing Loan (NPL) sektor ekonomi meningkat dari
2,21% pada tiwulan II 2014 menjadi 2,79% pada triwulan III
2014. Kenaikan ini terutama dipicu oleh tekanan di sektor
pertanian, PHR, pertambangan dan konstruksi. Rasio NPL sektor
rumah tangga juga meningkat dari 1,74% pada tiwulan II 2014
menjadi 1,79% pada triwulan III 2014. Kondisi ini diperkirakan
terkait pendapatan masyarakat yang mengalami penurunan
sebagaimana terindikasi dari hasil Indeks Penghasilan Konsumen
pada Survei Konsumen yang turun dari 147,1 pada triwulan II-
2014 menjadi 139,6 pada triwulan III-2014.
Perlambatan terjadi pada transaksi pembayaran secara
non tunai, walaupun secara tunai mengalami peningkatan.
Transaksi pembayaran non tunai nominal besar melalui Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini
sejalan dengan melemahnya aktivitas perekonomian pada
triwulan III-2014, khususnya pada sektor utama Provinsi
Kalimantan Selatan. Pertumbuhan nilai transaksi RTGS Per Hari
melambat -14,60% (yoy) dengan pertumbuhan volume sebesar -
15,08% (yoy). Sejalan dengan peningkatan transaksi BI-RTGS,
transaksi pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional
Transaksi pembayaran secara non tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mengalami perlambatan, sedangkan transaksi pembayaran secara tunai mengalami peningkatan.
NPL sektor ekonomi mengalami peningkatan dari 2,21% pada triwulan II 2014 menjadi 2,79% pada triwulan III 2014. NPL rumah tangga juga mengalami peningkatan dari 1,74% menjadi 1,79%.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
4
Bank Indonesia (SKNBI) juga mengalami perlambatan pada
Triwulan III-2014, baik dari sisi volume maupun nominalnya.
Pertumbuhan nilai transaksi SKNBI Per Hari melambat -15,95%
(yoy) dengan pertumbuhan volume -14,10% (yoy). Transaksi
pembayaran tunai pada triwulan III-2014 mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan II-2014. Data terkini
mencatat net inflow sebesar Rp 1,03 triliun pada triwulan III-
2014, atau meningkat sebesar 77,61% (qtq) dari Rp 576,57
miliar pada triwulan II-2014. Meskipun jumlah uang keluar
(outflow) mengalami peningkatan seiring persiapan tahun ajaran
baru dan bulan Ramadhan serta hari raya Idul Fitri, namun
jumlah uang masuk (inflow) juga meningkat lebih tajam.
Meningkatnya aliran uang masuk diperkirakan berasal dari
masyarakat luar daerah yang datang ke Kalimantan Selatan
untuk berbelanja sekaligus merayakan Hari Raya Idul Fitri dan
sisa libur sekolah menjelang tahun ajaran baru.
KEUANGAN DAERAH
Sampai dengan triwulan III-2014, realisasi keuangan
daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan relatif
masih belum optimal. Apabila dibandingkan dengan
periode yang sama pada tahun 2013, realisasi pendapatan
daerah tercatat mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari
realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan
Selatan yang baru mencapai 74,51% atau sedikit mengalami
penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu
yang realisasinya mencapai 76,21%, atau mengalami penurunan
realisasi sebesar 1,59%. Sementara untuk belanja daerah dalam
APBD Provinsi Kalimantan Selatan relatif relatif masih mengikuti
pola realisasi anggaran yang 58,03% baik pada triwulan III-2014
maupun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Total
realisasi belanja daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan
pada triwulan III-2014 sebesar Rp3,07 triliun dari rencana belanja
daerah sebesar Rp5,29 triliun.
Realisasi keuangan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan belum optimal dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013.
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
5
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Seiring dengan tren perlambatan kinerja perekonomian
Kalimantan Selatan, pada triwulan III-2014 kondisi
ketenagakerjaan memperlihatkan adanya pelemahan.
Pada triwulan laporan, penyerapan tenaga kerja
memperlihatkan kecenderungan melambat sebagaimana
terindikasi dari hasil survei Badan Pusat Statistik Provinsi
Kalimantan Selatan yang mencatat beberapa penurunan pada
beberapa indikator ketenagakerjaan dan peningkatan pada
indikator pengangguran. Sejalan dengan kondisi
ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat
Kalimantan Selatan pada triwulan laporan secara umum juga
memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Berbagai
indikator seperti daya beli masyarakat dari hasil Survei
Konsumen memperlihatkan bahwa Indeks Keyakinan
Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini mengalami
mengalami penurunan. Selain itu Nilai Tukar Petani (NTP)
Provinsi Kalsel juga mengalami penurunan pada triwulan
laporan.
PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan IV 2014 mendatang pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan diperkirakan mengalami peningkatan
di tengah tekanan inflasi yang cenderung meningkat.
Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan
liaison, pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan IV 2014
diprakirakan berada pada kisaran 4,7% - 5,1% (yoy). Adapun
untuk keseluruhan tahun 2014, perkiraan perekonomian Kalsel
berada pada kisaran 4,8% - 5,2% (yoy).
Dari sisi permintaan, peningkatan terutama disumbang oleh
peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan
peningkatan penghasilan masyarakat. Ekspor luar negeri yang
masih mengalami kontraksi meskipun tidak sedalam periode
sebelumnya karena terbantu oleh peningkatan permintaan dari
India. Sementara itu kegiatan investasi masih menopang
perekonomian Kalsel dengan adanya beberapa proyek
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan IV 2014 diperkirakan sebesar 4,7%- 5,1% (yoy) sehingga untuk tahun 2014 tumbuh sebesar 4,8 – 5,2% (yoy).
Pergeseran masa panen padi dan cuaca yang mendukung kelapa sawit dan karet akan mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalsel yang bersumber dai sektor pertanian dan industri pengolahan.
Pelemahan ketenagakerjaan akibat kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan yang masih terbatas
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
6
pembangunan infrastruktur dan smelter. Dari sisi sektoral,
peningkatan diperkirakan terjadi karena adanya perbaikan
kinerja pada sektor pertanian dan sektor industri pengolahan.
Bergesernya sebagian panen padi ke triwulan IV 2014
diperkirakan akan menambah produksi pada triwulan tersebut,
selain itu kondisi cuaca yang mendukung produksi kelapa sawit
dan karet diperkirakan akan semakin meningkatkan kinerja
sektor pertanian. Seiring dengan bahan baku kelapa sawit yang
melimpah, produksi CPO diperkirakan akan meningkat dan
mendorong kinerja sektor industri pengolahan. Sementara itu,
sektor pertambangan diperkirakan akan mengalami perlambatan
seiring dengan masih berlangsungnya konsolidasi berkaitan
dengan pergeseran ekspor batubara ke Tiongkok menjadi ekspor
ke India.
PROSPEK INFLASI
Tekanan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan
terakhir di tahun 2014 diperkirakan terus meningkat, bahkan
berpotensi melampaui sasaran inflasi yang ditetapkan jika
Pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi. Dengan
mempertimbangkan berbagai potensi resiko yang ada dan tanpa
menghitung dampak rencana kebijakan penyesuaian harga BBM
bersubsidi, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir tahun
diprakirakan mencapai 5,3% - 5,7%. Secara historis Inflasi pada
triwulan IV, khususnya bulan November dan Desember
cenderung tinggi dan pada tahun ini juga dihadapkan pada
sejumlah faktor yang berpotensi semakin mendorong tingginya
inflasi di akhir 2014. Sejumlah faktor yang berpotensi semakin
mendorong tingginya inflasi di akhir 2014 antara lain
peningkatani Tarif Tenaga Listrik (TTL), kenaikan tarif batas atas
angkutan udara, terjadinya El Nino, kenaikan harga LPG 12KG,
dan berhentinya penyaluran RASKIN. Dari sisi permintaan
diperkiraan juga akan mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya ekspektasi inflasi pada triwulan IV 2014 yang
didorong oleh wacana peningkatan BBM berubsidi, khususnya
pada beberapa komoditas yang secara suplai tidak dapat
dipenuhi oleh kapasitas produksi lokal seperti beberapa produk
hortikultura, beras, dan telur ayam ras.
Laju inflasi d triwulan IV-2014 diperkirakan pada kisaran 5,3%-5,7% (yoy).
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
8
paman
BAB IPERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO REGIONAL
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
9
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian Kalimantan Selatan sampai dengan triwulan III 2014 tumbuh stabil pada
kisaran 4,8% (yoy). Pada periode tersebut, stabilnya perekonomian Kalimantan Selatan didorong
oleh peningkatan kinerja sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Telah
ditandatanganinya renegosiasi kontrak perusahaan pertambangan batubara menyebabkan perusahaan
tersebut mengejar target produksi dan meningkatkan kinerja di sektor pertambangan. Telah
dioperasikannya smelter bijih besi dan diberikannya izin ekspor konsentrat turut mendorong perbaikan
kinerja sektor tersebut. Sementara itu, menurunnya produksi tanaman bahan makanan (padi)
menyebabkan perlambatan kinerja sektor pertanian dan menahan laju perekonomian di triwulan
tersebut.
Sumber: BPS, BPS Kalimantan Selatan
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
1. SISI PERMINTAAN
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan
Keterangan: PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (sumber pertumbuhan); yoy Sumber: BPS Kalimantan Selatan (diolah)
4,8%
5,1%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2010 2011 2012 2013 2014
Pertumbuhan Kalsel (yoy) Pertumbuhan Nasional (yoy)
Pangsa % SOG %
I II III IV I II III
Konsumsi Rumahtangga 7,8 7,4 6,9 6,6 6,6 7,1 7,4 44,7 3,2
Konsumsi Pemerintah 6,0 6,9 10,6 8,7 8,9 6,7 9,2 14,0 1,2
PMTB (Investasi) 10,0 10,3 10,0 7,0 7,1 10,8 12,1 19,8 2,2
Ekspor 12,4 -5,4 -5,2 -3,8 -7,6 -2,1 -1,2 51,9 -0,7
Impor 3,8 0,6 3,6 3,2 3,4 6,0 3,2 -39,6 -1,3
PDRB 5,6 5,1 4,8 5,4 5,5 4,8 4,8 4,9
Tw III 2014
2014Penggunaan
2013
1
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
10
Dari sisi permintaan, stabilnya perekonomian disebabkan oleh peningkatan konsumsi dan
investasi namun tertahan oleh ekspor yang terkontraksi. Peningkatan konsumsi terutama terjadi
pada konsumsi rumah tangga seiring dengan peningkatan penghasilan dari sektor pertambangan dan
industri pengolahan. Adapun kegiatan investasi didorong oleh masih berlangsungnya beberapa proyek
pembangunan infrastruktur seperti jalan, pembangkit listrik dan jembatan. Sementara itu, ekspor
Kalimantan Selatan yang didominasi oleh ekspor komoditas batubara masih mengalami kontraksi
seiring dengan pelemahan ekonomi Tiongkok.
1.1. Konsumsi Rumah Tangga
Kegiatan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2014 tumbuh meningkat menjadi 7,4%
(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 7,1% (yoy). Perbaikan kinerja
sektor pertambangan dan industri pengolahan masih memberikan keyakinan kepada rumah tangga
untuk menerima tambahan penghasilan. Peningkatan konsumsi pada triwulan tersebut juga didorong
oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat terkait dengan perayaan hari besar keagamaan terutama
bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan) Grafik 1.3. Indeks Penghasilan & Ketersediaan
Lapangan Kerja
Kondisi tersebut tercermin juga dari hasil Survei Konsumen (Bank Indonesia) dan Indeks Tendensi
Konsumen (BPS). Pada survei konsumen, konsumsi lebih banyak terjadi pada pembelian barang
konsumsi tahan lama seperti otomotif dan perlengkapan rumah tangga. Sementara itu, dari indeks
tendensi konsumen terjadinya peningkatan juga didorong oleh meningkatnya konsumsi makanan dan
minuman. Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat di triwulan III 2014 tersebut juga tercermin dari
meningkatkan realisasi penyaluran kredit konsumsi. Pada akhir triwulan III 2014, kredit konsumsi
tercatat mencapai Rp16,2 triliun, atau bertambah sebesar Rp364 miliar dari posisi akhir triwulan II
2014.
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
IKE - Kondisi Ekonomi Saat IniIEK - Ekspektasi KonsumenIKK - Indeks Keyakinan Konsumen
90
100
110
120
130
140
150
160
170
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Indeks Pembelian Barang Tahan LamaIndeks PenghasilanIndeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
11
Sumber: BPS Kalimantan Selatan Grafik 1.4. Indeks Tendensi Konsumen
Sumber: BPS Kalimantan Selatan Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Kalimantan Selatan
1.2. Pengeluaran Pemerintah
Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja pemerintah pada triwulan III 2014 tercatat
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi
pemerintah pada triwulan tersebut mencapai 9,2% (yoy), sementara pada triwulan II 2014 hanya
tumbuh 6,7% (yoy). Hal ini terlihat dari realisasi belanja operasi yang lebih baik daripada realisasi
tahun lalu pada periode yang sama. Realisasi belanja operasi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
pada triwulan III 2014 berhasil mencapai 62,25% dari total anggaran. Sementara itu pada triwulan III
2013 yang lalu, realisasi belanja operasional hanya mencapai 62,07% dari total anggaran. Dari realisasi
belanja operasi tersebut yang mengalami pencapaian terbesar adalah belaja bantuan sosial (realisasi
69,78%) dan belanja pegawai (60,78%).
1.3. Investasi
Kegiatan investasi di Kalimantan Selatan turut menopang stabilnya pertumbuhan ekonomi
pada triwulan III 2014. Pertumbuhan investasi tercatat sebesar 12,1% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh 10,8% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan data Badan
Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan adanya peningkatan realisasi investasi PMDN pada
triwulan tersebut. Nilai investasi PMDN tercatat mencapai Rp1,7 triliun (tumbuh 488,9%, yoy) untuk
14 proyek investasi. Meningkatnya produksi kelapa sawit di Kalimantan Selatan dan rencana hilirisasi
produk CPO turut mendorong investasi perusahaan pengolahan CPO. Selain itu, pemberlakukan UU
Minerba mendorong perusahaan tambang membangun smelter bijih besi. Pada penanaman modal
asing, kegiatan investasi tercatat mengalami perlambatan. Pada triwulan III 2014, realisasi PMA hanya
sebesar US$77,5 juta, tumbuh 0,3% (yoy).
Peningkatan investasi juga terjadi investasi bangunan. Hal ini sejalan dengan peningkatan kinerja
sektor bangunan dari semula tumbuh 7,3% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 7,6% (yoy) pada
90
95
100
105
110
115
120
125
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Indeks
Indeks Tendensi Konsumsi Pendapatan rumah tangga
Kaitan inflasi dengan konsumsi Konsumsi food & non food
15,8 16,2
13,5
10,3
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
5,0
7,0
9,0
11,0
13,0
15,0
17,0
19,0
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sk. Kanan)
Kredit (Rp triliun) %, yoy
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
12
triwulan III 2014. Beberapa faktor yang mendorong peningkatan kinerja investasi bangunan/
perumahan adalah menguatnya rupiah, suku bunga kredit yang masih stabil, pertambahan penduduk
dan pendatang, dan peningkatan penghasilan masyarakat. Kondisi ini tercermin dari volume bongkar
barang modal (berupa bahan bangunan) di pelabuhan Banjarmasin yang mengalami peningkatan dan
tumbuh sebesar 24,0% (yoy). Selain itu, kredit investasi juga masih dapat tumbuh 18,5% (yoy).
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Grafik 1.6. Realisasi Investasi PMA
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Grafik 1.7. Jumlah Proyek Investasi PMA
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Grafik 1.8. Realisasi Investasi PMDN Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Grafik 1.9. Jumlah Proyek Investasi PMDN
Selain itu, peningkatan pertumbuhan investasi Kalimantan Selatan pada periode laporan turut
disumbang oleh peningkatan realisasi belanja modal pemerintah. Beberapa proyek infrastruktur
pemerintah masih terus berjalan terutama untuk proyek multiyears seperti pembangunan jalan layang
Gatot Subroto di Banjarmasin, beberapa jembatan, peningkatan dan pelebaran beberapa ruas jalan.
Realisasi belanja modal pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mencapai
46,1% dari target, dimana pencapaian tersebut lebih tinggi daripada realisasi pada tahun 2013 yang
hanya mencapai 44,1%.
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Realisasi Investasi PMA Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Juta US$
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Proyek Investasi PMA Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Realisasi Investasi PMDN Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Miliar Rp
-300%
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Proyek Investasi PMDN Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
13
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.10. Kredit Investasi Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.11. Volume Bongkar Barang Modal
1.4. Perkembangan Ekspor
Pada triwulan III 2014 ekspor Kalimantan Selatan (ke luar negeri dan provinsi lain) masih
menunjukkan kontraksi meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Secara total, ekspor
Kalimantan Selatan mengalami penurunan sebesar 1,2% (yoy), setelah pada triwulan II 2014 turun
sebesar 2,1% (yoy). Hampir sama dengan kondisi pada triwulan sebelumnya, kinerja ekspor
Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 tersebut dipengaruhi penurunan ekspor hasil pertambangan
batubara ke luar negeri. Penurunan ekspor batubara tersebut lebih dominan disebabkan karena
permintaan Tiongkok yang menurun, seiring dengan pelemahan ekonomi Tiongkok, depresiasi mata
uang Renminbi dan persediaan batu bara yang masih tinggi di negara tersebut. Meskipun demikian,
ekspor batubara ke India yang semakin membesar menyebabkan arah ekspor Kalimantan Selatan
menjadi lebih baik. Perbaikan juga disumbang oleh ekspor hasil smelter bijih besi yang sudah
beroperasi dan mendapatkan rekomendasi ekspor.
Berdasarkan data Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai, nilai ekspor Kalimantan Selatan ke
luar negeri pada triwulan III 2014 mencapai US$1,78 miliar, lebih rendah daripada triwulan
sebelumnya yang sebesar US$2,02 miliar. Dari sisi volume, ekspor juga menunjukkan penurunan.
Jumlah barang yang diekspor ke luar negeri pada triwulan III 2014 hanya sebesar 32,1 juta ton,
sementara di triwulan sebelumnya dapat mencapai 34,9 juta ton. Dilihat jenis komoditasnya, produk
utama yang diekspor pada triwulan III 2014 masih didominasi oleh komoditas batubara sebesar 77%
dari total ekspor Kalimantan Selatan, diikuti dengan crude palm oil (CPO) sebesar 14% dan produk
kayu sebesar 3%. Sementara jika dilihat dari negara tujuannya, terjadi pergesaran dominasi ekspor ke
Tiongkok menjadi ekspor ke India.
15,016,1
12,4
18,5
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
40,0
45,0
50,0
5,0
7,0
9,0
11,0
13,0
15,0
17,0
19,0
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Kredit Investasi gKredit Investasi (sb.kanan)
Kredit (Rp triliun) %, yoy24,0%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
200
250
300
350
400
450
500
550
600
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014Vol Bongkar Barang Modal Pertumbuhan yoy (skala kanan)
Ribu Ton %, yoy
14
Grafik 1.
Grafik 1
Di sisi eks
Banjarmas
yang dimu
Komoditas
olahan dan
1.5. Per
Impor Ka
mengalam
sebesar Rp
provinsi d
disebabka
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
I
USD
N
K
.12. Nilai Eks
1.14. PangsaBerdasark
por antar da
sin menduku
uat untuk dik
s yang terca
n bijih besi.
rkembang
alimantan
mi perlamb
p11,13 triliu
an 22,9% m
n penurunan
II III IV
2012
D Juta
Nilai Ekspor
Kajian Ekono
spor LN Kali
a Ekspor Kalkan Negara
aerah, penin
ung perbaika
kirim ke dae
atat mengal
an Impor
Selatan (d
batan sebe
un (harga b
merupakan
n impor dari
I II III IV
2013Pertumbuh
omi Keuangan
imantan Sel
limantan SeTujuan
ngkatan akti
an ekspor K
erah lain men
ami peningk
dari luar n
sar 3,2% (
erlaku) dima
aktivitas imp
luar negeri.
1.784
I II III
2014han (sb. kanan)
%,yoy
Bab 1
n Regional Pr
latan
elatan
vitas muat b
Kalimantan S
ncapai 1,29
katan dieksp
negeri dan
(yoy). Nom
ana sebanya
por luar neg
4
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
– Perkemba
rovinsi Kalima
Grafik 1.13
Grafik 1.1Selata
barang untu
Selatan. Pada
ribu ton, ata
por ke daera
provinsi l
inal impor
ak 77,1% m
geri. Melam
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
I I
Ribu T
Volum
CPO14%
angan Ekono
antan Selatan
3. Volume EkSelat
15. Pangsa Ean Berdasark
k dalam neg
a triwulan II
au tumbuh s
ah lain adal
lain) pada
pada triwula
merupakan a
batnya aktiv
II III IV I
2012
Ton
me Ekspor
Kayu3%
Karet3%
La3
omi Makro R
n Triwulan III
kspor LN Katan
Ekspor Kalimkan Komodi
geri pada pe
I 2014, tota
sebesar 20,2
lah CPO, ka
triwulan
an tersebut
aktivitas imp
vitas impor
II III IV I
2013Pertumbuhan
Batubara77%
ain3%
Regional
2014
alimantan
mantan tas
elabuhan
al barang
2% (yoy).
aret alam
III 2014
tercatat
por antar
terutama
32.153
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
II III
2014(sb. kanan)
%, yoy
%
%
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
15
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.16. Volume Impor Barang Dari Provinsi Lain Via Pelabuhan
*) Total volume bongkar tidak termasuk batubara
Sumber: KSOP Banjarmasin Grafik 1.17. Nilai Impor LN Kalimantan Selatan
Dari sisi impor luar negeri, aktivitas impor pada triwulan III 2014 menunjukkan penurunan. Total impor
Kalimantan Selatan yang berasal dari negara lain mencapai US34,6 juta, atau mengalami kontraksi
sebesar 72,3% (yoy). Adapun jumlah volume impor mencapai 50,2 ribu ton dimana sebanyak 79%
merupakan impor bahan baku dan 21% merupakan impor barang modal.
Sementara dari sisi impor antar daerah, peningkatan aktivitas bongkar barang di pelabuhan
Banjarmasin menunjukkan impor antar daerah masih menopang impor Kalimantan Selatan secara
keseluruhan. Pada triwulan III 2014, total barang yang dibongkar berasal dari daerah lain mencapai
19,4 ribu ton, atau tumbuh sebesar 5,6% (yoy). Komoditas impor dari daerah lain yang tercatat
meningkat adalah beras, jagung dan tepung terigu.
2. SISI PENAWARAN: SEKTOR UTAMA DAERAH
Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (%, yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan
SOG = Source of Growth (sumber pertumbuhan) Sumber: BPS Kalimantan Selatan (diolah)
39,4%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Total Volume Bongkar Barang* Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Ribu Ton
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
USD Juta
Nilai impor Pertumbuhan (sb. kanan)
Pangsa % SOG %
I II III IV I II III
Pertanian 4,2 2,6 2,4 2,2 2,6 3,5 2,2 26,03 1,25
Pertambangan 2,6 1,6 0,8 1,1 0,8 0,1 1,4 18,66 0,89
Industri Pengolahan 4,6 5,1 3,3 4,1 4,7 4,6 4,9 9,40 0,45
Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,3 6,4 5,4 6,0 6,0 5,9 6,3 0,50 0,02
Bangunan/Konstruksi 7,4 8,9 8,7 8,1 7,3 7,6 7,6 5,81 0,28
PHR 6,9 8,6 8,0 10,3 10,1 8,1 8,2 16,70 0,80
Pengangkutan & Komunikas 7,6 7,0 7,0 5,9 7,9 6,9 6,5 8,81 0,42
Jasa Dunia Usaha 10,9 11,4 10,9 7,9 8,9 7,7 8,5 4,30 0,21
Jasa-jasa 8,2 6,7 9,3 10,5 9,1 8,2 8,1 9,80 0,47
PDRB 5,6 5,1 4,8 5,4 5,5 4,8 4,8 100 4,78
20142013
Tw III 2014Lapangan Usaha
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
16
Dari sisi penawaran atau sektoral, stabilnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada
triwulan III 2014 ditopang oleh peningkatan sektor pertambangan dan sektor industri
pengolahan. Kinerja produksi pertambangan meningkat seiring dengan peningkatan produksi batubara
dan telah beroperasinya smelter bijih besi di Pulau Sebuku. Selain itu, konsumsi rumah tangga yang masih
tumbuh tinggi seiring dengan faktor musiman liburan sekolah dan penyelenggaraan ibadah Ramadhan dan
Idul Fitri turut mendorong peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Sementara itu,
kinerja sektor pertanian yang melambat menahan laju perekonomian Kalimantan Selatan. Kondisi ini terjadi
karena adanya penurunan produksi padi terkait dengan cuaca yang lebih kering di triwulan III 2014.
2.1. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2014 mengalami perlambatan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Pada periode tersebut, sektor pertanian hanya tumbuh sebesar 2,2% (yoy),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,5%. Perlambatan tersebut terutama
terjadi pada produksi tanaman bahan makanan (tabama) padi.
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Selatan
Grafik 1.18. Kredit Sektor Pertanian
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Selatan
Grafik 1.19. Luas Lahan Panen Padi Kalimantan Selatan
Pada subsektor tabama, perlambatan kinerja dipengaruhi oleh penurunan produksi padi pada triwulan
III 2014. Selama periode tersebut, luas panen padi hanya sebesar 197,9 ribu hektar, atau mengalami
kontraksi sebesar 7,5% (yoy). Meskipun Kalimantan Selatan mengalami panen raya pada triwulan
tersebut namun cuaca yang lebih kering menyebabkan terjadinya pergesaran panen dan gagal panen
di beberapa daerah.
Sementara itu, perlambatan kinerja sektor pertanian dapat tertahan oleh peningkatan produksi
perkebunan kelapa sawit dan karet. Produksi tandan buah segar (TBS) di Kalimantan Selatan pada
triwulan III 2014 mencapai 244,5 ribu ton, atau tumbuh 17,2% (yoy) lebih tinggi daripada triwulan
sebelumnya yang hanya tumbuh 11,6% (yoy). Hal tersebut seiring dengan kondisi cuaca yang
mendukung pada periode enam bulan sebelumnya dan juga didorong oleh mulai berproduksinya
lahan-lahan sawit baru. Untuk kinerja perkebunan karet, pada triwulan III 2014 dapat memproduksi
66,7 ribu ton karet alam, tumbuh sebesar 2,4% (yoy).
5,05,3
29,2
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Kredit Pertanian gKredit Pertanian (sb.kanan)
Kredit (Rp triliun) %, yoy
-7,51%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Ribu Ha
Luas Panen Padi Kalsel (Ha) Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
%, yoy
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
17
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan Grafik 1.20. Produksi Kelapa Sawit
(Tandan Buah Segar)
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan Grafik 1.21. Produksi Karet
Sementara itu, dukungan dari perbankan terhadap sektor pertanian di Kalimantan Selatan tetap
tumbuh tinggi. Pada triwulan III 2014, kredit di sektor pertanian mencapai Rp5,3 triliun atau tumbuh
sebesar 29,2% (yoy), lebih rendah daripada pertumbuhan kredit periode sebelumnya yang dapat
mencapai 41,9% (yoy).
2.2. Sektor Pertambangan
Sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 tumbuh sebesar 1,4% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan tersebut terjadi pada pertambangan
batubara dan pertambangan bijih besi. Beroperasinya smelter bijih besi di Pulau Sebuku turut
mendorong pertambangan bijih besi kembali berproduksi. Sementara itu pada pertambangan
batubara, produksi menunjukkan adanya peningkatan meskipun masih terbatas seiring dengan masih
melemahnya permintaan batubara dari Tiongkok. Produksi batubara pada triwulan III 2014 mencapai
41,9 juta ton (tumbuh 6,1%). Peningkatan produksi batubara salah satunya didorong oleh
meningkatnya permintaan batubara dari India.
Sumber: KSOP Pelabuhan Banjarmasin
Grafik 1.22. Volume Ekspor Batubara
Sumber: KSOP Pelabuhan Banjarmasin
Grafik 1.23. Stok Batubara Taboneo
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
-
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
TBS Kalsel Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
ribu ton %, yoy
2,35%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014Produksi Karet (ton) Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Ribu Ton %, yoy
10,1%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Juta Ton
Ekspor Batubara Pertumbuhan (sb. kanan)
%, yoy
6,30
5,28
-
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
9,0
10,0
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014Stok batubara Taboneo
rata-rata bulanan (juta ton)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
18
Sumber: Kementerian ESDM Grafik 1.24. Produksi Batubara
Grafik 1.25. Kredit Sektor Pertambangan
Dari sisi pembiayaan perbankan, membaiknya sektor pertambangan turut mendorong peningkatan
kredit ke sektor tersebut. Pada triwulan III 2014, kredit ke sektor pertambangan mencapai Rp3,6
triliun. Dengan pencapaian tersebut pertumbuhan kredit sektor pertambangan mencapai 14,0% (yoy),
lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -24,49% (yoy).
2.3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan pada triwulan III 2014 mencatatkan kinerja yang meningkat dan
turut menopang stabilnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada periode tersebut.
Pertumbuhan sektor industri pengolahan mencapai 4,9% (yoy), meningkat dari 4,6% (yoy) pada
periode sebelumnya. Peningkatan sektor industri pengolahan pada periode ini terutama disumbang
oleh peningkatan produksi CPO. Hal ini terlihat dari produksi CPO yang tumbuh meningkat sebesar
15,5% (yoy). Pada triwulan III 2014, permintaan CPO untuk pasar dalam negeri mengalami
peningkatan. Pengiriman CPO melalui pelabuhan untuk perdagangan dalam negeri tercatat tumbuh
sebesar 57,7% (yoy) pada triwulan tersebut. Kondisi ini merupakan dampak dari semakin tingginya
kebutuhan biodiesel di dalam negeri.
Adapun ekspor CPO Kalimantan Selatan ke luar negeri masih berada dalam tren yang melambat pada
kisaran 23,3% (yoy). Hal ini karena permintaan CPO terpengaruh dengan berlangsungnya masa panen
sumber minyak nabati lainnya, seperti kedelai, rapeseed dan bunga matahari. Selain itu adanya
penurunan harga minyak dunia menyebabkan permintaan CPO untuk biodiesel relatif tertahan.
Kondisi ini tercermin dari pelemahan harga komoditas CPO internasional. Dimana pada triwulan III
2014, harga CPO tercatat pada level 795,35 USD/metric ton atau menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat pada level 815,82 USD/metric ton.
42,3 42,0
6,1%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Produksi batubara Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
juta ton
2,4
3,6
14,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Kredit Pertambangan gKredit Pertambangan (sb.kanan)
Kredit (Rp triliun) %, yoy
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
19
Grafik 1.26. Ekspor CPO Kalimantan Selatan
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan
Grafik 1.27. Produksi CPO
Sumber: KSOP Banjarmasin Grafik 1.28. Volume Muat Komoditas Kayu Lapis
di Pelabuhan Trisakti
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.29. Kredit Sektor Industri Pengolahan
Sementara itu, permintaan kayu lapis di pasar domestik sebagai salah satu komoditas utama sektor
industri pengolahan Kalimantan Selatan relatif masih tumbuh tinggi sebesar 72,3% (yoy). Dari data
pengiriman barang (muat barang) di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, jumlah kayu lapis yang dimuat ke
daerah lain mencapai 81,3 ribu ton. Meningkatnya sektor industri pengolahan juga mendorong
tumbuhnya pembiayaan terhadap sektor industri pengolahan di Kalimantan Selatan pada triwulan III
2014. Pada periode laporan realisasi kredit ke sektor ini mencapai nilai yang cukup tinggi yaitu Rp2,1
triliun, tumbuh sebesar 30,0% (yoy).
2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menopang perekonomian
Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 dan dapat tumbuh sebesar 8,2% (yoy). Kinerja
sektor PHR pada triwulan ini mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 8,1% (yoy). Hal ini terutama terjadi di subsektor perdagangan yang mendominasi
sektor PHR sebesar 87,7%. Dari sisi perdagangan, peningkatan terjadi karena membaiknya aktivitas
23,3%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Ribu Ton
Volume Ekspor CPO Pertumbuhan (sb. kanan)
%, yoy
15,5%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014Produksi CPO Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
ribu ton
72,3%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
(10)
10
30
50
70
90
110
130
150
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014Volume Muat Kayu Lapis Pertumbuhan yoy (sb. Kanan)
Ribu Ton %, yoy2,1
38,9
30,0
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Kredit Sektor Industri gKredit Industri (sb.kanan)
Kredit (Rp triliun) %, yoy
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
20
perdagangan komoditas tambang. Selain itu, aktivitas perdagangan yang meningkat juga tercermin
dari peningkatan aktivitas bongkar-muat di pelabuhan Banjarmasin. Total bongkar muat barang
perdagangan luar negeri pada triwulan III 2014 mencapai 17,45 juta ton (5,1%, yoy) dan untuk
perdagangan dalam negeri mencapai 20,6 juta ton (6,4%, yoy).
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.30. Aktivitas Perdagangan LN
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.31. Aktivitas Perdagangan DN
Sumber: BPS Kalimantan Selatan Grafik 1.32. Tingkat Hunian Hotel Berbintang
Grafik 1.33. Kredit Sektor PHR
Sementara itu, pada sisi subsektor hotel menunjukkan adanya perlambatan kinerja. Pada triwulan III 2014
rata-rata tingkat hunian hotel berbintang hanya sebesar 45,52%, atau lebih rendah dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang dapat mencapai 48,42%.
Dari sisi pembiayaan, terjadi perlambatan realisasi kredit sektor PHR. Sampai dengan triwulan III 2014 total
kredit yang disalurkan ke sektor ini mencapai Rp10,0 triliun, atau tumbuh sebesar 6,4% (yoy) lebih rendah
dari periode sebelumnya. Meskipun melambat, realisasi kredit perbankan di Kalimantan Selatan kepada
sektor ini masih mencatatkan adanya peningkatan nilai kredit. Pada triwulan III 2014 tersebut, kredit kepada
sektor PHR bertambah sebesar Rp300 miliar.
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Volume Bongkar Volume Muat
%, yoy
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Volume Bongkar Volume Muat
%, yoy
-11,4%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014Tingkat Hunian Hotel Bintang Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Tingkat Hunian
9,7 10,0
11,36,4 0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Kredit Sektor PHR gKredit PHR (sk. Kanan)
Kredit (Rp triliun) %, yoy
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
ai
BAB IIPERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
23
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan
tercatat 4,80% (yoy), menurun bila dibandingkan dengan triwulan II 2014 (6,83%, yoy).
Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh hilangnya pengaruh kenaikan harga
BBM yang terjadi pada triwulan II 2013, serta relatif terjaganya tekanan inflasi pada perayaan
bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Terjaganya pasokan dan kembali normalnya permintaan
masyarakat terhadap komoditas pangan strategis pada akhir triwulan III 2014 mendorong
terjadinya deflasi pada kelompok volatile food yang menjadi salah satu faktor penurunan inflasi
Kalimantan Selatan. Di sisi lain, tekanan inflasi pada triwulan III 2014 didorong oleh kelompok
administered prices yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga LPG 12
Kg dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap kedua. Sedangkan pada kelompok inti (core
inflation), inflasi terjadi pada kelompok biaya/tarif pendidikan, rekreasi dan olahraga; kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau.
1. KONDISI UMUM
Setelah pada triwulan sebelumnya tekanan inflasi terjadi akibat adanya kenaikan
permintaan bertepatan dengan hari libur keagamaan, nasional dan libur sekolah, serta
persiapan bulan Ramadhan, pada triwulan III 2014 tekanan inflasi Kalimantan Selatan
relatif berkurang. Realisasi inflasi triwulan tersebut tercatat sebesar 4,80% (yoy) atau 0,87%
(qtq) lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,83%
(yoy) atau 2,39% (qtq). Penurunan tekanan inflasi tersebut terjadi akibat hilangnya pengaruh
kenaikan BBM bersubsidi pada tahun sebelumnya dan sebagai bagian dari proses normalisasi
permintaan pada mekanisme stok rumah tangga.
Selain dipengaruhi oleh hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun
sebelumnya, turunnya tekanan inflasi pada triwulan III 2014 juga didorong oleh penurunan inflasi
pada kelompok bahan makanan, sandang, serta transportasi dan komunikasi. Membaiknya
pasokan lokal komoditas pangan strategis serta normalisasi tingkat permintaan menjadi penyebab
terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan. Selain itu, rendahnya curah hujan pada bulan
2
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
24
September juga meningkatkan pasokan beberapa komoditas buah - buahan dan ikan segar yang
berasal dari Kalimantan Selatan.
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan, Kalimantan dan Nasional
Pada triwulan III 2014, koreksi harga terjadi pada sejumlah komoditas pangan strategis seperti
semangka, bawang merah, cabai merah, tomat sayur, udang basah, daging ayam ras, dan ikan
gabus. Selain komoditas bahan makanan, koreksi harga juga terjadi pada komoditas sandang dan
tiket pesawat. Penurunan tekanan inflasi pada kedua komoditas tersebut terjadi seiring dengan
menurunnya permintaan musiman bertepatan dengan berlalunya perayaan Idul Fitri.
Tabel 2.1. Tingkat Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan menurut Kelompok
Meksipun demikian, tekanan inflasi yang meningkat pada kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau menjadi penahan penurunan inflasi di Kalimantan Selatan. Tekanan inflasi
pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau lebih disebabkan karena adanya
penyesuaian peningkatan biaya produksi terutama kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) industri. Selain
itu, peningkatan tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar. Hal ini terutama karena adanya kenaikan harga bahan bakar LPG 12Kg dan kenaikan tarif
tenaga listrik (TTL) di sektor rumah tangga. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH),
kenaikan harga LPG 12 kg pada level pengecer dapat mencapai Rp21.000 - Rp22.000 per tabung
(kenaikan resmi dari Pertamina sebesar Rp1.500/kg atau Rp18.000 per tabung). Hal tersebut diikuti
6,83
4,80
7,57
5,066,70
4,53
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2010 2011 2012 2013 2014
Kalsel
Kalimantan
Nasional
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Umum 5,2 4,7 7,1 7,0 4,9 6,8 4,8 5,2 4,7 7,1 7,0 4,9 6,8 0,2Bahan Makanan 8,3 6,7 11,8 9,9 6,4 11,0 5,6 2,3 1,8 3,3 2,8 1,3 2,3 (0,7) Mamin, Rokok & Tembakau 7,7 6,7 6,1 5,6 6,7 7,2 7,4 1,8 1,6 1,4 1,3 1,6 1,8 0,9
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,7 3,8 4,4 6,2 2,3 3,8 4,2 0,8 0,8 0,9 1,2 0,5 0,8 0,6
Sandang 0,8 (1,3) (0,8) (2,3) 1,0 0,9 (1,0) 0,1 (0,1) (0,1) (0,2) 0,1 0,1 (0,2)Kesehatan 4,3 4,2 2,4 3,3 2,4 3,9 9,4 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 3,0 3,4 2,1 2,4 2,1 2,2 3,7 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 1,3Transportasi & Komunikasi 0,8 2,9 11,1 12,4 7,6 10,6 2,2 0,1 0,4 1,6 1,8 1,2 1,8 (0,4)
Sumbangan Inflasi yoy2014Kelompok Barang 2013 2013
Inflasi yoy2014
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
25
dengan peningkatan permintaan LPG 3 kg karena adanya konsumen LPG 12 kg yang beralih
menggunakan LPG 3 kg.
Peningkatan tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang
dipicu oleh kenaikan tarif perguruan tinggi dan akademi. Hal ini terjadi karena beberapa perguruan
tinggi dan akademi di Kalimantan Selatan ini baru menerapkan peraturan SE Dirjen Dikti No.
972/E/KU/2013 pada Februari 2013 tentang penerapan UKT (Uang Kuliah Tunggal) dan
penghapusan pemberlakuan uang pangkal bagi mahasiswa baru program S1 Reguler. Sesuai
dengan penerapan UKT tersebut, tarif pendidikan utama yang dibebankan kepada mahasiswa akan
disusun berdasarkan tarif berjenjang dan subsidi sesuai dengan kondisi ekonomi mahasiswa.
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Grafik 2.2. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
Sumber: BPS Kalsel, data diolah Grafik 2.3. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Pendidikan,
Rekreasi, dan Olahraga
Sumber: BPS Kalsel, data diolah Grafik 2.4. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan
Sumber: BPS Kalsel, data diolah Grafik 2.5. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran di TW III-2014
Bila dilihat secara bulanan, inflasi Kalimantan Selatan selama bulan Juli, Agustus, dan September
2014 masih berada di tengah rentang tingkat inflasi bulanan selama 5 tahun terakhir. Pada bulan
Agustus 2014, inflasi berada di level terendah selama 5 tahun terakhir (0,01%, mtm) dan di
bawah tingkat inflasi nasional (0,47%, mtm). Koreksi harga terjadi pada beberapa kelompok
barang yang permintaannya tinggi pada bulan sebelumnya bertepatan dengan perayaan Idul Fitri
0,76
‐0,28 ‐0,35
0,53
1,04 0,81 0,69
0,01 0,02
‐1,00
‐0,50
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
%, mtm
Bulan
2012 2013 2014 max 5 tahun min 5 tahun
‐0,72
0,87
0,55
‐0,24
0,14
1,34
‐0,36
‐4,00‐3,00‐2,00‐1,000,001,002,003,004,005,006,00
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuanga
Sep
Agust
Jul
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
26
seperti: tarif angkutan udara, kelompok bumbu-bumbuan (bawang merah dan bawang putih),
serta aneka daging dan hasilnya. Perbaikan terhadap pasokan kebutuhan pokok serta kondisi
fundamental makroekonomi yang lebih baik pasca berlangsungnya pemilihan umum presiden
tahun 2014 menyebabkan tingkat inflasi yang rendah pada Agustus 2014. Triwulan III 2014
ditutup pada tingkat inflasi bulanan sebesar 0,02% setelah sebelumnya diprediksi terjadi
penurunan harga pada beberapa kelompok barang berlanjut di September 2014 hingga
menyebabkan deflasi.
Perkembangan Inflasi Menurut Kota
Jika dilihat berdasarkan kota, inflasi triwulan III 2014 untuk Kota Banjarmasin tercatat sebesar
4,67% (yoy), menurun bila dibandingkan dengan triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 6,81%
(yoy). Sedangkan untuk Kota Tanjung pada periode laporan tercatat mengalami inflasi sebesar
6,54% (yoy) yang juga menurun bila dibandingkan dengan periode sebelumnya (7,01%, yoy).
Tingkat inflasi Kota Banjarmasin pada bulan Juli 2014 tercatat sebesar 0,69% (mtm) atau 5,23%
(yoy). Peningkatan harga berbagai komoditas pangan strategis dan tiket angkutan udara seiring
dengan tingginya permintaan ketika Ramadhan hingga Idul Fitri menjadi kontributor utama inflasi
pada bulan tersebut. Komoditas pangan strategis yang mengalami kenaikan harga meliputi
daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, dan beras. Kemudian pada bulan Agustus 2014
tercatat inflasi sebesar 0,02% (mtm) atau 3,93% (yoy). Koreksi harga terjadi pada kelompok
bahan makanan, kelompok sandang, serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Inflasi di akhir triwulan III 2014 untuk Kota Banjarmasin berada pada level 0,18% (mtm) atau
4,67% (yoy) dengan adanya peningkatan tekanan pada kelompok bahan makanan dan kelompok
makanan, minuman, rokok dan tembakau.
Tabel 2.2. Tingkat Inflasi Kota Banjarmasin bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) menurut Kelompok
Sementara itu, tekanan inflasi di Kota Tanjung terjadi pada awal periode laporan dan akhir
periode laporan. Pada bulan Juli 2014 inflasi di Kota Tanjung tercatat sebesar 0,40% (mtm) atau
7,47 (yoy). Pada bulan tersebut bertepatan dengan bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri,
seluruh jenis kelompok barang mengalami inflasi. Sejumlah komoditas pangan strategis yang naik
Jul Agt Sep Jul Agt SepUmum 0,69 0,02 0,18 5,23 3,93 4,67
1 Bahan Makanan 2,10 (0,59) (0,79) 8,04 2,25 5,08 2 Mamin, Rokok & Tembakau 0,86 0,64 0,90 7,21 7,25 7,45 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,22 0,73 0,54 3,86 4,28 4,34 4 Sandang 0,64 (0,18) (0,25) 1,77 0,18 (1,39) 5 Kesehatan 0,14 5,54 0,11 3,70 9,40 9,44
6 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga (0,04) 1,08 1,34 2,13 2,25 3,40 7 Transportasi & Komunikasi (0,16) (2,98) (0,40) 3,86 1,33 2,13
Tw III-2014 (mtm) Tw III-2014 (yoy)Kelompok BarangNo
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
27
tajam pada bulan tersebut meliputi beras, kacang panjang, ikan nila, dan daging ayam kampung.
Barang lain yang mengalami kenaikan tajam yaitu baju muslim dan emas.
Daya tarik permintaan dipastikan menjadi faktor utama pendorong inflasi di Kota Tanjung meski
tingkat inflasi tidak sebesar di Kota Banjarmasin. Kemudian pada bulan Agustus Kota Tanjung
justru mengalami deflasi meskipun di Banjarmasin terjadi inflasi. Tercatat pada bulan tersebut
kota Tanjung mengalami deflasi sebesar 0,12% (mtm) atau 6,87% (yoy). Hal tersebut karena
permintaan yang berkurang pasca perayaan Idul Fitri langsung terjadi di bulan berikutnya,
tercermin dari kontribusi deflasi terbesar berasal dari kelompok bahan makanan (inflasi -1,26%,
mtm) dan tarif angkutan (inflasi -0,02%, mtm). Di akhir triwulan III 2014, inflasi Kota Tanjung
tercatat sebesar 0,42% (mtm) atau 6,54% (yoy). Seluruh kelompok barang mengalami inflasi
dengan kontribusi terbesar berasal dari kelompok bahan bakar rumah tangga (LPG) sebesar
1,39% (mtm) dan kelompok tarif pendidikan sebesar 2,54% (mtm).
Tabel 2.3. Tingkat Inflasi Kota Tanjung bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) menurut Kelompok
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Pemerintah Daerah dan pihak terkait melalui TPID di Kalimantan Selatan telah melakukan
berbagai upaya untuk menjaga tingkat harga dan pasokan komoditas pangan strategis selama
bulan Ramadan dan persiapan Idul Fitri tahun 2014. Operasi pasar dilakukan secara serentak di
seluruh kabupaten dan kota sebelum Ramadhan sampai menjelang hari raya. Potensi inflasi pada
tarif angkutan udara juga lebih dapat diredam karena mayoritas masyarakat telah memesan tiket
angkutan udara (pesawat) sejak jauh-jauh hari (tercatat bahwa pembelian tiket pesawat mencapai
puncaknya di bulan Juni 2014). Kemudian memasuki Agustus 2014 sejumlah harga pangan
strategis yang pada bulan sebelumnya sempat naik namun masih dalam tingkat yang wajar,
terkoreksi dengan laju penurunan yang lebih cepat di Kota Tanjung. Selanjutnya pada bulan
September 2014, inflasi Kalimantan Selatan tercatat sebesar 0,02% (mtm) atau 4,80 (yoy).
Setelah sebelumnya diprediksi tren penurunan harga akan berlanjut setelah melewati Agustus
2014, inflasi Kalimantan Selatan pada bulan September 2014 dipicu oleh kenaikan tarif
pendidikan (perguruan tinggi), makanan jadi, dan administered prices yaitu kenaikan harga bahan
bakar LPG nonsubsidi sebesar Rp. 1.500/kg.
Jul Agt Sep Jul Agt SepUmum 0,40 (0,12) 0,42 7,47 6,87 6,54
1 Bahan Makanan 0,11 (1,26) 0,26 11,91 10,28 11,78 2 Mamin, Rokok & Tembakau 0,34 0,30 0,42 7,67 7,91 6,56 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,16 0,13 0,70 5,02 5,02 2,90 4 Sandang 1,62 0,01 (0,09) 4,84 4,85 4,76 5 Kesehatan 0,07 0,48 0,48 9,03 8,92 9,44 6 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 2,43 1,69 1,33 5,40 6,83 8,25 7 Transportasi & Komunikasi 0,21 (0,02) 0,20 4,59 2,32 2,52
No Kelompok BarangTw III-2014 (mtm) Tw III-2014 (yoy)
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
28
Dilihat dari sisi pendukung transportasi dan distribusi, kuota bahan bakar solar per awal Oktober
2014 telah mencapai 230 kiloliter dari kuota awal sebesar 253 kiloliter. Tingginya kebutuhan
energi dalam menunjang interkoneksi darat untuk kepentingan distribusi berbagai barang
kebutuhan pokok di Kalimantan (termasuk Kalimantan Selatan) pada akhirnya akan
mempengaruhi pergerakan harga di tengah-tengah masyarakat. Sementara itu kenaikan harga
LPG 12 kg yang diberlakukan per 10 September 2014 ikut berkontribusi dalam mendorong inflasi
Kota Banjarmasin dan Tanjung pada periode laporan. Konsumen LPG 12 kg dilaporkan dapat
menerima kenaikan harga yang ada namun di lapangan terjadi kelangkaan stok LPG ukuran
tersebut sehingga kenaikan harga juga berimbas pada LPG 3 kg. Kenaikan harga LPG nantinya
akan terus dilakukan oleh Pertamina secara gradual hingga 2016 untuk menyesuaikan harga jual
dengan harga ekonominya.
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Tekanan inflasi menurun dari 6,83% (yoy) menjadi 4,80% (yoy) pada triwulan III 2014.
Penurunan tersebut terjadi terutama pada infkasi administered prices dan volatile food.
Inflasi administered prices mengalami penurunan yang paling signifikan dari 14,14% (yoy) menjadi
5,66% (yoy) pada periode laporan, atau secara triwulanan mengalami deflasi sebesar 2,14%.
Penurunan inflasi terbesar kedua berasal dari volatile food yaitu dari 11,08% (yoy) menjadi 5,47%
(yoy). Sedangkan dari inflasi inti mengalami peningkatan dari 4,10% (yoy) menjadi 4,36% (yoy)
atau secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,75%.
Sumber: BPS Kalsel, data diolah Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Menurut Komponen Penyebab
Penurunan inflasi volatile food pada triwulan III 2014 didorong oleh kembali normalnya tingkat
permintaan masyarakat serta kapasitas pasokan dari lokal Kalimantan Selatan dan pasokan dari luar
pulau yang terjaga. Pada awal triwulan tersebut, tekanan inflasi pada kelompok volatile food
0,002,004,006,008,00
10,0012,0014,0016,0018,00
TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII
2011 2012 2013 2014
%, yoy
Inflasi IHK (yoy) Adm PriceVF Core
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
29
didorong oleh kenaikan harga di sejumlah komoditas pangan strategis seperti beras, udang basah,
ikan patin, ikan nila, serta harga buah-buahan seperti semangka dan apel. Peningkatan permintaan
terhadap beras menghadapi terbatasnya pasokan karena belum tibanya masa panen raya. Di sisi
lain, tingginya tingkat curah hujan juga menyebabkan tersendatnya pasokan hasil laut. Selanjutnya,
pada bulan Agustus 2014 tekanan inflasi volatile food turun seiring dengan mulai kembali
normalnya tingkat permintaan pasca Ramadhan dan Idul Fitri. Penurunan permintaan pada periode
tersbeut juga didukung oleh lancarnya pasokan. Terdapat beberapa komoditas pangan strategis
yang mengalami koreksi harga antara lain udang basah, semangka, bawang merah, daging ayam
ras, ikan gabus, ikan layang, tomat sayur, dan cabai merah.
Sumber: Survei Pemantauan Harga Mingguan, KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Komoditas Harga Pangan
‐0,30
‐0,20
‐0,10
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
‐
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
2011 2012 2013 2014
%, mtmHarga (Rp.) P Ikan haruan
Perubahan (mtm)
‐0,25
‐0,2
‐0,15
‐0,1
‐0,05
0
0,05
0,1
0,15
0,2
‐
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
2011 2012 2013 2014
%, mtmHarga (Rp.)
P BerasPerubahan (mtm)
‐0,04
‐0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
‐
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
2011 2012 2013 2014
%, mtmHarga (Rp.)
P Daging sapi
Perubahan (mtm)
‐0,40
‐0,30
‐0,20
‐0,10
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
‐
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
No p Jan
Mar
Mei Jul
Sep
2011 2012 2013 2014
%, mtmHarga (Rp.)
P Bawang merah
Perubahan (mtm)
‐0,40
‐0,30
‐0,20
‐0,10
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
‐
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
50.000
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
No p Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
2011 2012 2013 2014
%, mtmHarga (Rp.)
P Daging ayam ras
Perubahan (mtm)
‐0,70
‐0,60
‐0,50
‐0,40
‐0,30
‐0,20
‐0,10
0,00
0,10
0,20
0,30
‐
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
Nop Jan
Mar
Mei Jul
Sep
2011 2012 2013 2014
%, mtmHarga (Rp.)
P Telur ayam ras
Perubahan (mtm)
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
30
Tekanan inflasi kelompok administered prices pada triwulan III 2014 cenderung mengalami
peningkatan yang didorong oleh kebijakan kenaikan harga LPG nonsubsidi pada akhir triwulan.
Pada awal triwulan tekanan inflasi administered prices tercatat 0,17% (mtm), lebih rendah dari
bulan sebelumnya (3,44%, mtm). Kebijakan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) serta tarif angkutan
laut dan udara pada arus mudik menjadi pemicu utama. Kemudian pada bulan Agustus 2014
secara bulanan kelompok administered prices mengalami deflasi sebesar 2,53% (mtm), didorong
oleh koreksi tarif angkutan udara yang mengalami deflasi sebesar 27,52% (mtm). Meskipun
demikian, deflasi pada Agustus 2014 tertahan oleh adanya peningkatan tarif tenaga listrik (TTL)
tahap ke-2. Selanjutnya memasuki September 2014, tekanan inflasi administered prices kembali
meningkat. Kebijakan kenaikan LPG 12 kg tahap ketiga dari Pertamina menyebabkan harga LPG
12 kg naik sebesar Rp1.500/kg per 10 September 2014 setelah sebelumnya pada tanggal 1 Juni
2014 telah dilakukan kenaikan tahap kedua sebesar Rp1.000/kg.
Sementara itu, tekanan inflasi dari kelompok inti mengalami peningkatan namun masih berada
dalam batas yang wajar. Selama triwulan III 2014 inflasi inti dipicu oleh kenaikan harga pada
makanan jadi, tarif layanan kesehatan, tarif pendidikan, rekreasi dan olahraga. Pemantauan inflasi
terus dilakukan melalui TPID mengingat potensi inflasi volatile food dan administered prices
memiliki dampak tidak langsung terhadap kenaikan harga barang lainnya yang bila persisten
nantinya akan mengarah kepada inflasi inti.
Tekanan faktor eksternal seperti melemahnya nilai tukar Rupiah dapat sedikit diredam oleh
penurunan harga komoditas dunia. Pada triwulan III 2014, nilai Rupiah melemah dengan nilai
rata-rata kurs lebih tinggi bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ketidakpastian politik
pasca Pilpres 2014 turut mempengaruhi terjadinya fenomena outflow dari sebagian investor
asing. Namun begitu pada triwulan III 2014 terjadi penurunan harga dunia pada sejumlah
komoditas konsumsi, CPO, tambang (termasuk Harga Batubara Acuan sebagai salah satu barang
ekspor utama Kalimantan) , serta emas.
‐60,0
‐10,0
40,0
90,0
140,0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2011 2012 2013 2014
% yoy gEmas gJagung gKedelaigTerigu gCPO gMinas
12.014
11.000
11.200
11.400
11.600
11.800
12.000
12.200
12.400
Jan
Mar
Mei Jul
01‐Sep
‐14
03‐Sep
‐14
05‐Sep
‐14
07‐Sep
‐14
09‐Sep
‐14
11‐Se p
‐14
13‐Se p
‐14
15‐Sep
‐14
17‐Sep
‐14
19‐Sep
‐14
21‐Sep
‐14
23‐Sep
‐14
25‐Sep
‐14
27‐Sep
‐14
29‐Sep
‐14
01‐Okt‐14
03‐Okt‐14
05‐Okt‐14
07‐Okt‐14
09‐Okt‐14
11‐Okt‐14
13‐Okt‐14
15‐Okt‐14
17‐Okt‐14
19‐Okt‐14
21‐Okt‐14
2014
IDR/USD
IDR/USDAverage of Q1Average of Q2Average of Q3Average of Q4*
11.838 (Q1)
11.759 (Q3)
12.163 (Q4)
11.619 (Q2)
Grafik 2.8. Perkembangan Beberapa Harga Komoditas Global
Grafik 2.9. Perkembangan Kurs Rupiah Sumber: Bloomberg, data diolah Sumber: Bloomberg, data diolah
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
31
Di sisi lain, ekspektasi inflasi di tingkat konsumen menunjukan peningkatan. Peningkatan tekanan
inflasi pada triwulan III 2014 tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia
pada triwulan II 2014 yang menunjukkan adanya peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat
Kalimantan Selatan. Peningkatan ekspektasi inflasi tersebut terutama terjadi karena adanya
ketidakpastian dan isu-isu pada kebijakan energi terutama terkait dengan rencana pengurangan
subsidi BBM.
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
200,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2011 2012 2013 2014
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yadIndeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yadInflasi aktual (yoy)
100,00
110,00
120,00
130,00
140,00
150,00
160,00
170,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt
Harga Umum Bahan MakananMakanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tebakau Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan BakarSandang KesehatanTranspor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Grafik 2.10. Ekspektasi Inflasi Konsumen Grafik 2.11. Ekspektasi Kenaikan Harga Kelompok (SK) 2014
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
32
BOKS
Hubungan Kenaikan BBM dan UMP dalam Mempengaruhi Tekanan Inflasi dari sisi Suplai
Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi pada November 2014 dan UMP di 2015. Kondisi perekonomian saat ini relatif moderat di mana secara nasional pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2014 diperkirakan mencapai 5,2% dan realisasi inflasi sebesar 4,53% (yoy) dengan tren perlambatan pada tingkat konsumsi rumah tangga. Sementara itu Kalimantan Selatan diprediksi tumbuh 4,82% di triwulan III. Survei Konsumen yang dilakukan pada triwulan III 2014 menunjukkan kecenderungan penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen; tendensi konsumsi rumah tangga Kalimantan Selatan juga menurun. Kenaikan BBM Quick survey yang dilakukan di Kalimantan Selatan terhadap beberapa sektor industri menunjukkan sentimen yang berimbang terhadap rencana kenaikan BBM. Sektor properti, kelapa sawit, dan jasa teknik las yang banyak melayani pertambangan batubara menjadi sektor yang paling keberatan terkait dengan rencana kenaikan BBM. Sektor properti lokal hanya dihadapkan oleh pilihan untuk menaikkan harga di tengah lesunya pasar properti menengah ke bawah. Dengan mayoritas sistem pembelian yang berdasarkan pesanan, tingkat permintaan yang rendah, serta potensi kenaikan harga bahan baku akibat kenaikan BBM, harga properti diperkirakan tidak seprospektif harapan developer. Meskipun demikian, developer besar tetap optimis dengan pertumbuhan harga propertinya karena memiliki segmen tersendiri. Sementara itu jasa las berencana menaikkan tarif jasa las listrik kepada pelanggannya yang mayoritas perusahaan tambang batubara. Sektor lain yaitu perkebunan kelapa sawit, berencana untuk melakukan pengurangan SDM dan pencarian energi alternatif. Pilihan terakhir paling tidak praktis (membutuhkan riset) sehingga kemungkinan besar penyesuaian terjadi pada operasional dan harga jual. Kebutuhan CPO yang luas untuk industri manufaktur mencakup makanan, minuman, kosmetik, dan sebagainya. Tekanan terhadap sisi suplai dapat berpotensi meningkatkan harga produk (hilir).
Grafik 1. Pendapat terhadap rencana kenaikan BBM
Grafik 2. Langkah penyesuaian terhadap kenaikan BBM
0
1
1
2
2
3
properti Jasa Teknik Perkebunan
harga jual
kapasitas produksi
spesifikasi
teknologi mesin
alternatif energi
penggunaan energi
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
33
Kenaikan UMP Rencana kenaikan UMP 2015 direspon dengan strategi berupa menaikkan harga jual barang/jasa, seperti yang dikutip dari responden quick survey yaitu dari sektor perkebunan, properti, industri pengolahan dan kerajinan, serta jasa teknik. Kenaikan harga barang dan jasa yang diberlakukan sebagai imbas dari kewajiban pengusaha untuk menaikkan upah pegawai meski tidak secara langsung seiring dengan kenaikan harga BBM.
Grafik 3. Langkah penyesuaian terhadap kenaikan UMP 2015
25,00%
50,00%
25,00%
tenaga kerja harga jual sistem kontrak tenaga kerja
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
49
BAB IIIPERKEMBANGAN PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Kajian
Kine
Selat
penya
meno
terke
lain,
aktivi
deng
Fitri.
1. Secar
masih
terlih
berad
maup
kredit
sekto
konst
3
n Ekonomi Ke
PERK
SIST
rja interme
tan pada tr
aluran kred
opang perek
ndali meskip
transaksi sis
itas ekspor
an peningka
PERKEMra umum, pe
h dalam kea
at dari peny
da dalam tr
pun nasiona
t ini dipicu
oral, perlam
truksi, sektor
3
euangan Reg
KEMBAN
TEM PEM
diasi perba
riwulan III 2
it masih me
konomian Ka
pun terdapat
stem pemba
dan impor.
atan konsum
MBANGAerkembanga
adaan yang
yaluran kredi
ren yang m
l yang masi
oleh adany
batan kiner
r pertanian,
Gr
Bab
gional Provins
NGAN PE
MBAYARA
ankan dan t
2014 menga
encatat ada
alimantan Se
t sedikit peni
ayaran non
Sementara
msi secara m
AN PERBn sistem keu
baik meskip
t perbankan
melambat sei
ih tumbuh t
ya melamba
rja penyalura
dan sektor P
rafik 3.1. Kine
b 3 – Perkem
si Kalimantan
ERBANKA
AN
transaksi sis
alami perlam
nya penamb
elatan pada p
ingkatan tek
tunai meng
itu, kebutu
usiman khus
ANKANuangan terut
pun masih m
n di Kaliman
iring denga
terbatas. Da
atnya kredit
an kredit d
PHR.
erja Penyalur
mbangan Pe
Selatan Triw
AN DAN
stem pemba
mbatan. Me
bahan realis
periode terse
kanan dari sis
alami penur
han uang t
susnya terka
tama kinerja
mengalami p
tan Selatan
n kondisi p
ari jenis pen
konsumsi d
didorong ole
ran Kredit Per
erbankan da
wulan III 2014
ayaran non
eskipun mela
sasi kredit s
ebut. Selain
si nonperform
runan seiring
tunai menga
it dengan p
a perbankan
perlambatan.
pada triwula
erekonomia
ggunaannya
dan kredit
eh perlamba
rbankan
an Sistem Pe
4
n tunai di Ka
ambat, seca
sehingga ma
itu, risiko kr
rming loan (N
g dengan t
alami kenaik
erayaan Har
di Kalimant
. Hal ini sala
an III 2014 y
n Kalimanta
a, perlambat
modal kerja
atan kredit
embayaran
37
alimantan
ra nominal
asih dapat
redit masih
NPL). Di sisi
erbatasnya
kan seiring
ri Raya Idul
tan Selatan
ah satunya
yang masih
an Selatan
tan kinerja
a. Dari sisi
di sektor
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
38
1.1. Intermediasi Perbankan
Kinerja intermediasi perbankan Provinsi Kalimantan Selatan relatif terbatas, hal ini tercermin dari
penurunan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dari 87,0% pada triwulan II 2014 menjadi 86,9% pada
triwulan III 2014. Terbatasnya intermediasi perbankan ini diakibatkan oleh perlambatan dari sisi
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun penyaluran kredit. Pertumbuhan penghimpunan
DPK mengalami perlambatan dari 9,55% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 8,40% (yoy) pada
triwulan III 2014. Perlambatan penghimpunan DPK disebabkan oleh perlambatan dari dana
tabungan yang tumbuh melambat dari 8,09% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 4,58% (yoy)
pada triwulan laporan. Salah satu pendorong turunnya penghimpunan dana tabungan karena
adanya penurunan suku bunga dari 1,94% pada triwulan II 2014 menjadi 1,92% pada triwulan III
2014.
Sementara itu, perlambatan kinerja kredit dipicu oleh melambatnya pertumbuhan kredit modal
kerja dan kredit konsumsi. Melambatnya kredit modal kerja didominasi oleh sektor pertanian yang
melambat dari pertumbuhan triwulan II 2014 sebesar 47,85% (yoy) menjadi 3,79% (yoy) pada
triwulan laporan. Perlambatan ini dipengaruhi oleh turunnya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa
sawit untuk semua umur pohon. Di sisi lain, perlambatan kredit konsumsi merupakan konsekuensi
dari meningkatnya suku bunga kredit konsumsi dari 12,39% menjadi 12,45%. Perlambatan kredit
konsumsi ini terutama terjadi pada kredit barang elektronik yang melambat dari 176,79% (yoy)
pada triwulan II 2014 menjadi 161,36% pada triwulan III 2014 (yoy). Selain itu, kredit perumahan
dan apartemen yang memiliki porsi terbesar dalam kredit konsumsi juga masih mengalami
perlambatan seperti triwulan sebelumnya, yaitu dari 20,5% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi
12,6% (yoy) pada triwulan laporan.
Grafik 3.2 Kinerja Kredit, DPK dan LDR Grafik 3.3. Penyaluran Jenis Kredit Perbankan
Walaupun secara umum kinerja kredit melambat, pertumbuhan kredit investasi justru mengalami
peningkatan menjadi 18,58% (yoy) pada triwulan III 2014 dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan II 2014 yang sebesar 13,03% (yoy). Peningkatan kredit investasi ini dipicu oleh
pertumbuhan kredit investasi di sektor konstruksi seiring dengan pembangunan smelter di Provinsi
86,98% 86,92%
9,55% 8,40%
11,20% 9,66%
7,50%0%
20%
40%
60%
80%
100%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
LDR (skala Kanan) Growth DPK (y‐o‐y)
Growth Kredit (y‐o‐y) BI Rate
11.20% 9.66%
7.11% 1.36%
13.03% 18.58%
13.54% 10.28%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
2012 2013 2014TOTAL KALSEL KREDIT MODAL KERJAKREDIT INVESTASI KREDIT KONSUMSI
Tw II‐14 Tw III‐14
yoy %
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
39
Kalimantan Selatan untuk pengolahan pasir besi menjadi sponge iron. Berdasarkan informasi hasil
liaison, smelter di Provinsi Kalimantan Selatan yang saat ini masih dalam tahap pembangunan
berlokasi di Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Kotabaru.
1.2. Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi
Perlambatan kinerja kredit dipicu oleh terbatasnya kinerja beberapa sektor utama Kalimantan
Selatan. Sektor utama yang menyebabkan perlambatan kinerja kredit yaitu sektor pertanian, sektor
industri pengolahan, dan sektor Perdagangan, Hotel dan restoran (PHR). Namun, pertumbuhan
sektor pertambangan mengalami peningkatan seiring dengan adanya perbaikn kinerja produksi
batubara pada triwulan III 2014.
Kinerja penyaluran kredit pada sektor pertanian menunjukan tren perlambatan dari 41,90% (yoy)
pada triwulan II 2014 menjadi 29,61% (yoy) pada triwulan III 2014. Perlambatan ini terutama
terjadi pada penyaluran kredit pada sub sektor perkebunan sawit, yang memiliki porsi terbesar
seluruh kredit sektor pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, melambat dari 53,27% (yoy) pada
triwulan II 2014 menjadi 30,84% (yoy). Ketahanan sektor pertanian mengalami tekanan pada
triwulan III 2014 dibandingkan triwulan II 2014. Rasio NPL naik dari 1,08% menjadi 1,62%.
Berdasarkan data anekdotal, tekanan ini terjadi seiring turunnya harga TBS di Kalimantan Selatan
untuk semua umur pohon pada triwulan III 2014 dibandingkan triwulan II 2014. Meksipun terjadi
peningkatan risiko namun secara umum kondisi penyaluran kredit pada sektor pertanian masih
berada pada batas terkendali.
Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Grafik 3.5. NPL Kredit Sektor Utama
Perlambatan kinerja penyaluran kredit juga terjadi pada sektor industri pengolahan, yakni dari
38,96% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 30,07% (yoy) pada triwulan III 2014. Serupa dengan
sektor pertanian, kenaikan tingkat suku bunga kredit pertanian dari 10,76% menjadi 10,83% juga
merupakan salah satu pemicu perlambatan kinerja kredit sektor industri pengolahan. Selain itu,
perlambatan juga disebabkan oleh penyaluran kredit pengolahan karet yang menurun dari -
14,42% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi -28,11% (yoy).
11.20% 9.66%
41.90% 29.61%
‐24.49% 16.44%
38.96% 30.07%
‐12.44% ‐4.19%
11.26% 6.44%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
2012 2013 2014Sektor Ekonomi PERTANIAN PERTAMBANGAN
INDUSTRI KONSTRUKSI PHR
Tw II‐14 Tw III‐14
yoy %
2.21% 2.79%
1.08% 1.62%
1.80% 2.16%
2.57% 1.18%
2.48% 3.41%
3.44% 3.76%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014Sektor Ekonomi PERTANIANPERTAMBANGAN INDUSTRIKONSTRUKSI PHR
Tw II‐14 Tw III‐14
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
40
Ketahanan sektor industri pengolahan mengalami perbaikan sejalan peningkatan produksi CPO
yang tumbuh meningkat sebesar 15,5% (yoy). Rasio NPL masih berada dalam level aman, bahkan
mengalami penurunan dari 2,57% menjadi 1,18%. Sementara itu, penyaluran kredit sektor PHR
mengalami perlambatan dari 11,26% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 6,44% pada triwulan III
2014. Perlambatan terjadi pada sub sektor perdagangan dalam negeri berupa makanan, minuman
dan tembakau lainnya dari 55,84% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 30,22% (yoy) pada
triwulan III 2014, dan sub sektor restoran dan rumah makan yang turun dari 28,13% (yoy) menjadi
27,08% (yoy). Ketahanan sektor PHR mengalami tekanan. Tekanan terjadi pada sub sektor
perdagangan ekspor batu bara dan jasa akomodasi lainnya dengan peningkatan rasio NPL dari
triwulan II 2014 dibandingkan triwulan III 2014, masing masing dari 1,38% menjadi 3,93% dan
dari 1,17% menjadi 3,10% seiring masih belum pulihnya kinerja sektor pertambangan batubara
hingga triwulan laporan.
Di sisi lain, penyaluran kredit pertambangan dan konstruksi mengalami tren meningkat dari
triwulan II 2014 dibandingkan triwulan III 2014, masing-masing dari -24,49% (yoy) menjadi -
16,44% (yoy) dan dari -12,44% (yoy) menjadi -4,19% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit sektor
pertambangan dipicu oleh kenaikan pertumbuhan kredit konstruksi seiring adanya pembangunan
smelter di Provinsi Kalimantan Selatan untuk pengolahan pasir besi menjadi sponge iron. Selain itu,
kinerja kredit pada sub sektor pertambangan batu bara juga mengalami perbaikan dari -25,79%
(yoy) menjadi 14,04% (yoy). Sementara itu, meskipun terjadi pertumbuhan kredit yang meningkat
namun rasio NPL untuk sektor pertambangan dan konstruksi juga mengalami peningkatan pada
triwulan II 2014 ke triwulan III 2014, masing-masing dari 1,80% menjadi 2,16% dan dari 2,48%
menjadi 3,41%. Hal ini sebagai dampak masih lemahnya kinerja sektor pertambangan batubara
seiring rendahnya harga batubara internasional dan rendahnya permintaan dunia.
1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga
Pada triwulan III 2014, pertumbuhan penyaluran kredit rumah tangga mengalami perlambatan
dibandingkan triwulan II 2014. Perlambatan paling dalam terjadi pada kredit elektronik.
Pertumbuhan kredit elektronik yang melambat ini sejalan dengan turunnya minat/kebutuhan
konsumen akan barang elektronik yang tercermin dari turunnya Indeks Konsumsi Barang-barang
Kebutuhan Tahan Lama (kondisi saat ini dibandingkan 6 bulan lalu) dari 135,4 pada triwulan II
2014 menjadi 123,7 pada triwulan III 2014.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
41
Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga
Grafik 3.7. NPL Kredit Rumah Tangga
Secara umum, ketahanan sektor rumah tangga mengalami sedikit tekanan pada triwulan III 2014.
Rasio NPL untuk kredit rumah tangga meningkat dari 1,74% dari triwulan II 2014 menjadi 1,79%
pada triwulan III 2014. Peningkatan rasio NPL turut terindikasi dari hasil Survei Konsumen, dimana
Indeks Penghasilan Konsumen (Kondisi Ekonomi Saat Ini) mengalami penurunan dari 147,1 pada
triwulan II 2014 menjadi 139,6 pada triwulan III 2014 sehingga secara normal mengurangi
repayment capacity konsumen. Tekanan tertinggi terjadi pada kredit perumahan, khususnya KPR,
yang naik dari 2,45% pada triwulan II 2014 menjadi 2,63% pada triwulan III 2014. Hal ini sejalan
dengan adanya kenaikan suku bunga kredit (suku bunga tertimbang) untuk kredit perumahan tipe
70 dari 11,13% menjadi 11,28% pada kredit perumahan. Selain itu, dengan jumlah NPL yang
tetap, perlambatan pada kredit perumahan yang dipengaruhi oleh kebijakan LTV Bank Indonesia
turut meningkatkan rasio NPL pada triwulan III 2014.
1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Pertumbuhan kredit UMKM mengalami perlambatan di triwulan III 2014 dibandingkan triwulan II
2014. Perlambatan ini terutama terjadi pada Debitur UMKM yang bergerak di bidang usaha
Perdagangan Besar dan Eceran (porsi paling dominan di dalam kredit debitur UMKM dengan
persentase sebesar 47,2% pada Triwulan III 2014). Sejalan dengan perlambatan ekonomi yang
terjadi pada triwulan II 2014, pertumbuhan kredit pada Debitur UMKM yang bergerak di bidang
usaha Perdagangan Besar dan Eceran juga melambat dari 13,57% (yoy) pada triwulan II 2014
menjadi 10,26% (yoy) pada triwulan laporan.
13.54% 10.28%
20.49% 12.62%
6.61% 4.65%
14.56% 14.85%
‐11.58% ‐11.48%
176.79% 161.36%
‐600%‐400%‐200%0%200%400%600%800%1000%1200%1400%
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
2012 2013 2014
TOTAL Perumahan dan Apartemen
Otomotif Multiguna
Lainnya Elektronik (Skala Kanan)
Tw II‐14 Tw III‐14
yoy %yoy %
1.74% 1.79%
2.36% 2.65%
2.85% 2.57%
4.51% 4.58%
0.65% 0.69%
1.66% 1.36%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
2012 2013 2014
TOTAL Perumahan dan Apartemen
Otomotif Elektronik
Multiguna Lainnya
Tw II‐14 Tw III‐14
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
42
Grafik 3.8. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM
Ketahanan sektor UMKM masih dalam batas aman walaupun mengalami tekanan pada triwulan III
2014. Secara umum, meskipun masih berada dalam level aman (dibawah 5%) namun rasio NPL
sektor UMKM harus menjadi perhatian karena mengalami peningkatan dari 3,87% pada triwulan II
2014 menjadi 4,86%. Tekanan terkonsentrasi pada sektor UMKM yang bergerak di bidang
pertambangan dan penggalian dengan kenaikan rasio NPL dari 4,44% pada triwulan II 2014
menjadi 11,00% pada triwulan III 2014. Kondisi ini terjadi karena berhentinya beberapa
perusahaan pertambangan batubara dengan skala kecil di Provinsi Kalimantan Selatan seiring
lemahnya permintaan batubara dunia.
2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
2.1. Transaksi Pembayaran Non Tunai
Transaksi pembayaran non tunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
(BI-RTGS) mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini sejalan
dengan lesunya aktivitas perekonomian pada triwulan III 2014, khususnya pada sektor utama
Provinsi Kalimantan Selatan. Pertumbuhan nilai transaksi RTGS Per Hari melambat -14,60% (yoy)
dengan pertumbuhan volume sebesar -15,08% (yoy). Sejalan dengan peningkatan transaksi BI-
RTGS, transaksi pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) juga
mengalami perlambatan pada Triwulan III 2014, baik dari sisi volume maupun nominalnya.
Pertumbuhan nilai transaksi SKNBI Per Hari melambat -15,95% (yoy) dengan pertumbuhan volume
-14,10% (yoy).
18.33% 14.58%
3.87% 4.86%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3
2012 2013 2014
g‐Kredit (skala kanan) Rasio NPL
Tw II‐14 Tw III‐14
yoy %
Kajian
2.2.
Trans
II 20
meni
uang
Rama
yang
Selata
tahun
Gr
Selam
menj
penu
perba
Seirin
terha
dari 0
‐
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
n Ekonomi Ke
Grafik 3.9
Transaks
saksi pembay
14. Data te
ngkat sebes
keluar (ou
adhan serta h
berasal dari
an untuk be
n ajaran baru
rafik 3.11. Per
ma triwulan
adi 126 lem
karan uang
ankan, maup
ng jumlah b
adap aliran u
0,000339%
TW1 TW2 TW3
2013
Nomina
euangan Reg
9. Transaksi R
si Pembay
yaran tunai
rkini menca
sar 77,61%
tflow) meng
hari raya Idu
masyarakat
erbelanja sek
u.
rkembangan
III 2014, jum
mbar pada
g di loket
pun yang dila
ilyet uang p
uang masuk
menjadi 0,
TW4 TW1 TW2
2014
al (Rp. Juta) Vo
Bab
gional Provins
RTGS Per Hari
yaran Tun
pada triwula
tat net inflo
(qtq) dari R
galami penin
l Fitri, namu
t luar daerah
kaligus meray
Inflow –Outf
mlah lembar
triwulan III
Bank Indon
aporkan mas
palsu pada t
(inflow) jug
000202% p
93
1,09
‐
200
400
600
800
1,000
1,200
2 TW3
4
lume (lembar warkat)
mi
Tw
b 3 – Perkem
si Kalimantan
i
nai
an III 2014 m
ow sebesar
Rp 576,57 m
ngkatan seir
n jumlah ua
h terutama K
yakan Hari R
flow
uang palsu
I 2014. Ua
nesia, kegia
syarakat atau
triwulan II 2
ga menurun
pada triwula
37.77 789.40
99.73 913.98
iliar Rp
w II‐14 Tw III‐14
mbangan Pe
Selatan Triw
Gra
mengalami p
Rp 1,03 tri
miliar pada tr
ring persiap
ang masuk (i
Kalimantan T
Raya Idul Fitr
Grafik 3.12
turun dari
ng palsu te
atan kas ke
u ditemukan
014 yang m
dibandingk
n III 2014.S
‐
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
TW1 TW2
2
Nom
erbankan da
wulan III 2014
afik 3.10. Tran
eningkatan
liun pada tr
riwulan II 20
an tahun aj
inflow) juga
engah yang
ri dan sisa lib
. Perkembang
167 lembar
ersebut dite
eliling, loket
n oleh pihak
menurun, ras
kan dengan
eperti pada
TW3 TW4 TW1
013
minal (skala kanan)
an Sistem Pe
4
nsaksi Kliring
dibandingka
riwulan III 2
014. Meskip
jaran baru
meningkat l
datang ke K
bur sekolah
gan Jumlah U
pada triwul
emukan dar
t perbankan
kepolisian.
sio jumlah u
triwulan II 2
triwulan se
‐
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
TW2 TW3
2014
Volume
m
embayaran
43
g
an triwulan
2014, atau
pun jumlah
dan bulan
ebih tajam
Kalimantan
menjelang
Uang Palsu
an II 2014
i kegiatan
n, setoran
uang palsu
2014 yaitu
ebelumnya,
73.29 60.65
1,568 1,254
0
0
0
0
0
0
0
0
0miliar Rp
Tw II‐14 Tw III‐14
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
44
mayoritas uang palsu yang ditemukan merupakan uang pecahan Rp100.000 dan pecahan
Rp50.000.
Sebagai upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Wilayah II (Kalimantan) terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran dari masyarakat
melalui berbagai macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan
masyarakat dan berbagai daerah di Kalimantan Selatan.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
45
BOKS
BANK INDONESIA LUNCURKAN GERAKAN NASIONAL NON TUNAI (GNNT)
Dibandingkan negara-negara ASEAN, penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik yang dilakukan masyarakat Indonesia relatif masih rendah, sementara dengan kondisi geografi dan jumlah populasi yang cukup besar, masih terdapat potensi yang cukup besar untuk perluasan akses layanan sistem pembayaran di Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia bersama perbankan sebagai pemain utama dalam penyediaan layanan sistem pembayaran kepada masyarakat perlu memiliki visi yang sama dan komitmen yang kuat untuk mendorong penggunaan transaksi non tunai oleh masyarakat dalam mewujudkan Less Cash Society/ LCS.
Dalam rangka itu, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo meresmikan peluncuran Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada tanggal 14 Agustus 2014 di Jakarta. GNNT ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen non tunai (Less Cash Society/LCS) khususnya dalam melakukan transaksi atas kegiatan ekonominya.
Di Kalimantan Selatan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II-Kalimantan (KPw BI Wilayah Kalimantan bekerjasama dengan perbankan penerbit uang elektronik di Kalimantan (PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Mandiri (Persero, Tbk, dan PT Bank Central Asia, Tbk.) juga telah menginisiasi penerapan kawasan transaksi non tunai perguruan tinggi di Kalimantan. Rangkaian kegiatan yang telah dilakukan adalah : Soft Launching Kegiatan soft launching dilaksanakan melalui sosialisasi kepada dosen dan karyawan (diikuti 125 peserta), sosialisasi kepada mahasiswa penerima beasiswa/ GENBI (26 peserta), dan sosialisasi kepada pengurus dan petugas koperasi. Grand Launching Grand Launching GNNT di Kalimantan Selatan dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2014 di Auditorium IAIN Antasari Banjarmasin. Pelaksanaan kegiatan tersebut bertepatan dengan kegiatas orientasi mahasiswa baru. Grand Launching diikuti ±1.800 peserta dari kalangan civitas akademika, sebagian besar merupakan mahasiswa baru IAIN Antasari. Rangkaian kegiatan selama grand launching yaitu:
1. Sosialisasi pengenalan uang elektronik 2. Penekanan bel dan pelepasan balon sebagai seremoni dimulainya GNNT di IAIN Antasari. 3. Simbolis pembelanjaan uang elektronik oleh tamu VIP di Koperasi Pegawai Negeri IAIN
Antasari. 4. Pembukaan booth bank peserta untuk melayani informasi mengenai uang elektronik 5. Pembagian uang elektronik gratis kepada para mahasiswa dan latihan top up. 6. Masing-masing bank peserta menyediakan 1000 uang elektronik gratis. Gratis yang
dimaksudkan dalam hal ini pembebasan biaya administrasi kartu sebesar Rp20.000,00-Rp25.000,00.
7. Mahasiswa yang telah menerima uang elektronik dan melakukan top up melakukan pembelanjaan ke koperasi yang menyediakan layanan uang elektronik tersebut.
1. P ekan dan Bulan Belanja Non Tunai
Kegiatan belanja non tunai dibagi dalam 2 tahap, yaitu: 1. Pekan belanja Dilaksanakan pada tanggal 1-5 September 2014. Dalam pekan belanja ini ditunjuk 1 koperasi yaitu Koperasi pegawai Negeri IAIN Antasari untuk memberikan pelayanan transaksi khusus untuk uang elektronik. Konsumen yang melakukan transaksi berhak mengikuti pengundian hadiah. Di samping itu, koperasi juga memberikan diskon barang yang dibeli menggunakan uang elektronik.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
46
2. Bulan belanja Bulan belanja dilaksanakan pada tanggal 8-30 September 2014. Dalam bulan belanja ini, 4 koperasi dapat menerima transaksi uang elektronik. Selanjutnya, untuk menarik minat para konsumen maka konsumen yang melakukan transaksi dan top-up akan memperoleh hadiah undian. Pengundian hadiah dilakukan setiap minggu. Hadiah yang diberikan dapat berupa top-up dan uang elektronik.
3. Aktivitas Transaksi Transaksi uang elektronik dimulai pada event grand launching. Civitas akademika IAIN Antasari sangat antusias dalam melakukan transaksi pada event itu. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya transaksi menggunakan uang elektronik selama grand launching. Total kartu yang dikeluarkan pihak bank dan langsung digunakan peserta yaitu 1.742 kartu. Dari data di atas, disimpulkan bahwa setidaknya satu mahasiswa baru yang mengikuti acara GNNT di IAIN Antasari telah memiliki setidaknya satu produk uang elektronik yang diperkenalkan selama acara berlangsung. Dari hasil rekapitulasi bank, selama bulan dan pekan belanja tercatat total jumlah kartu yang beredar adalah 4.055 kartu dengan frekuensi transaksi 4.804. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa selama sebulan pelaksanaan GNNT, 49% civitas akademika IAIN Antasari telah memiliki uang elektronik.
Ke depan, dalam rangka mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, aman dan andal dengan tetap menjunjung tinggi aspek perlindungan konsumen, memperhatikan perluasan akses dan kepentingan nasional, Bank Indonesia akan meningkatkan elektronifikasi transaksi pembayaran dan peningkatan infrastruktur sistem pembayaran.
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
48
BAB IVKEUANGAN DAERAH
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
49
KEUANGAN DAERAH
Sampai dengan triwulan III 2014, realisasi keuangan daerah Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan relatif masih belum optimal. Apabila dibandingkan dengan periode
yang sama pada tahun 2013, realisasi pendapatan daerah tercatat mengalami
penurunan. Hal ini tercermin dari realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan
Selatan yang baru mencapai 74,51% atau sedikit mengalami penurunan dibandingkan periode
yang sama pada tahun lalu yang realisasinya mencapai 76,21%, atau mengalami penurunan
realisasi sebesar 1,59%.
Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar)
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Sedangkan untuk belanja daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan relatif memperlihatkan
tingkat realisasi yang cenderung stabil, dengan realisasi yang mencapai 58,03% baik pada
triwulan III 2014 maupun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Total realisasi belanja
daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 sebesar Rp3,07 triliun dari
rencana belanja daerah sebesar Rp5,29 triliun.
1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah
Perkembangan realisasi pendapatan daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan
laporan menunjukan kinerja yang menurun dibandingkan periode yang sama pada
tahun sebelumnya. Efektivitas keuangan daerah1, sebagaimana diukur melalui realisasi
1Efektivitas Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap rencana pendapatan asli daerah yang
dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya.
2013 2014 2013 2014 2013 2014Pendapatan Daerah 4,369,706 4,734,618 3,330,299 3,527,618 76.21% 74.51%Pendapatan Asli Daerah 2,751,770 2,975,594 1,862,966 1,944,710 67.70% 65.36%Dana Perimbangan 1,270,215 1,403,290 1,214,646 1,310,730 95.63% 93.40%Lain-lain Pendapatan yang Sah 347,721 355,734 252,687 271,815 72.67% 76.41%Belanja Daerah 4,551,706 5,299,618 2,641,558 3,075,162 58.03% 58.03%Belanja Operasi 3,542,137 3,928,322 2,198,554 2,443,494 62.07% 62.20%Belanja Modal 999,569 1,361,296 441,079 627,775 44.13% 46.12%Belanja Tidak Terduga 10,000 10,000 1,926 1,893 19.26% 18.93%
Uraian Pos APBDAPBD Realisasi s/d Triwulan III % Realisasi
4
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
50
Pendapatan Asli Daerah (PAD), pada triwulan laporan mencapai 65,36% dari total PAD yang
dianggarkan. Angka rasio tersebut sedikit lebih rendah dari periode yang sama tahun 2013
(67,7%), hal ini menunjukkan adanya penurunan kinerja dari pendapatan asli daerah Provinsi
Kalimantan Selatan jika dibandingkan dengan total Pendapatan Daerah. Penurunan tersebut
terutama didorong oleh penurunan realisasi hasil pajak daerah sebesar 3,8% dan penurunan
realisasi hasil retribusi daerah sebesar 31,73%, dimana khusus pajak daerah yang merupakan
kompenen terbesar dari pendapatan asli daerah dengan share 80,81% sangat menentukan
kinerja dari realisasi pendapatan asli daerah Provinsi Kalimantan Selatan. Penurunan tersebut
terjadi seiring dengan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan semenjak
triwulan I-2014 yang didorong oleh faktor eksternal yaitu melemahnya permintaan Tiongkok
terhadap batubara yang merupakan komoditas ekspor utama Kalimantan Selatan.
Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar)
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Seiring dengan penurunan realisasi PAD, rasio kemandirian daerah2 Provinsi Kalimantan Selatan
selama triwulan III-2014 juga mulai mengalami penurunan. Rasio kemandirian daerah mencapai
63,24%, yang mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
sebelumnya yang mencapai 70,53%.
Selain itu, kemampuan fiskal daerah3 Provinsi Kalimantan Selatan dalam membiayai belanja sedikit
mengalami penurunan, dari 55,94% pada triwulan III-2013 menjadi 55,13% pada triwulan
laporan. Peningkatan realisasi PAD sebesar 4,4% (yoy) belum dapat mengimbangi peningkatan
realisasi belanja daerah, yang meningkat sebesar 16,4% (yoy). Hal ini berakibat pada
meningkatnya ketergantungan daerah terhadap dana perimbangan.
2Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pendapatan
daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut 3Kemampuan Fiskal Daerah merupakan rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap realisasi belanja daerah pada
periode yang sama. Indikator ini menunjukkan sejauh mana kemandirian pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerahnya.
2013 2014 2013 2014 2013 2014Pendapatan Asli Daerah 2,751,770 2,975,594 1,862,966 1,944,710 67.70% 65.36%Hasil Pajak Daerah 2,481,325 2,652,000 1,564,805 1,571,670 63.06% 59.26%Hasil Retribusi Daerah 7,069 18,205 8,152 15,178 115.31% 83.37%Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 43,528 33,666 38,154 44,376 87.65% 131.81%lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 219,848 271,723 251,855 313,487 114.56% 115.37%Dana Perimbangan 1,270,215 1,403,290 1,214,646 1,310,730 95.63% 93.40%Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 545,150 647,375 613,888 685,317 112.61% 105.86%Dana Alokasi Umum 683,511 701,726 569,593 584,771 83.33% 83.33%Dana Alokasi Khusus 41,554 54,190 31,165 40,642 75.00% 75.00%Lain-lain Pendapatan yang Sah 347,721 355,734 252,687 271,815 72.67% 76.41%
Pendapatan Daerah 4,369,706 4,734,618 3,330,299 3,527,256 76.21% 74.50%
Realisasi s/d Triwulan III % RealisasiUraian Pos APBD
APBD
Kajian
Graf
Diliha
penyu
menj
pajak
Hal i
berpe
Sedan
diban
menj
deng
2.
Berb
belan
stabi
sebe
% (y
lapor
sehar
Ditinj
sedik
Rp2,4
pada
stabil
Sumbe
n Ekonomi Ke
fik 4.1. PerbaDaerah dala
at dari komp
usunan PAD
adi 59,26%
k daerah me
ni seiring d
engaruh lang
ngkan untuk
ndingkan pe
adi 93,4%
an capaian r
Realisa
eda denga
nja Pemerin
il dibanding
sar 58,03%
yoy), yaitu d
ran. Namun
rusnya dapat
jau dari kom
kit peningkat
44 triliun ata
tahun sebe
lnya prosent
er: Biro Keuanga
euangan Reg
andingan Reaam APBD Triw
ponen pemb
D mengalam
pada triwul
ncapai Rp1,
dengan adan
gsung terhad
k prosentase
eriode yang
pada triwula
realisasi suda
si Belanj
n pos pend
ntah Provin
gkan period
%. Dilihat dar
ari Rp2,64 t
demikian, b
t mencapai 7
mponen bela
tan realisasi
au 62,25%
lumnya yang
ase realisasi
an Provinsi Kalim
gional Provins
lisasi Pendapwulan III-2014
bentuk PAD
mi penuruna
lan III 2014.
57 triliun, at
nya perlamb
dap capaian
e realisasi da
sama tahun
an laporan.
ah mencapai
ja Daera
dapatan ya
nsi Kalimant
de yang sam
ri nominalny
triliun pada
besar realisas
75% seperti
nja daerah,
. Pada bela
dari total an
g realisasinya
belanja pad
mantan Selatan, d
si Kalimantan
patan 4
, pajak dae
an realisasi
Jika dilihat
tau hanya m
batan pertum
realisasi paja
ana perimba
sebelumnya
Namun dem
i diatas 90%
ah
ng mengal
tan Selatan
ma pada tah
ya, realisasi b
triwulan III
si belanja da
halnya penc
baik belanja
anja operasi,
nggaran, rel
a mencapai
a triwulan II
diolah S
Selatan Triw
Grafik 4.2D
rah yang m
yang cukup
dari nilainya
mengalami pe
mbuhan eko
ak daerah.
angan juga
a, yaitu dari
mikian, realis
% pada triwul
ami penuru
n selama tri
hun sebelum
belanja meng
2013 menja
aerah terseb
capaian realis
a operasi ma
, realisasi pa
atif stabil di
sebesar 62,
I 2014 diseb
Sumber: Biro Keu
Bab 4
wulan III 2014
. Rasio KemaDesentralisasi
emiliki porsi
p signifikan
, pada triwu
ertumbuhan
onomi Kalim
cenderung m
95,63% pa
sasi tersebut
an III.
unan, kiner
iwulan III 2
mnya deng
galami penin
adi Rp3,07 t
but masih be
sasi pendapa
aupun belan
ada triwulan
bandingkan
07% dari to
abkan adany
uangan Provinsi K
– Keuangan
4
ndirian Daerai Fiskal
i paling bes
yaitu dari
ulan III 2014
n sebesar 0,4
mantan Selat
mengalami
ada triwulan
t masih cuku
rja realisasi
2014 tercata
gan tingkat
ngkatan sebe
triliun pada
elum optima
atan daerah.
nja modal m
n III 2014 m
triwulan ya
otal anggara
ya peningka
Kalimantan Sela
n Daerah
51
ah/
ar dalam
63,06%
, realisasi
4% (yoy).
tan yang
menurun
n III-2013
up tinggi
sisi pos
at relatif
realisasi
esar 16,4
triwulan
al karena
engalami
mencapai
ang sama
n. Relatif
atan pada
atan, diolah
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
52
realisasi belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja bantuan sosial, namun diimbangi
oleh terjadinya penurunan realisasi pada belanja bantuan keuangan.
Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar)
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Sedangkan untuk realisasi komponen belanja modal sedikit mengalami peningkatan. Sampai
dengan akhir triwulan III 2014, realisasi telah mencapai Rp627,77 miliar, atau 46,12% dari
anggaran 2014, yang mengalami peningkatan dari realisasi periode yang sama tahun 2013
sebesar 44,13%. Dengan melihat capaian realisasi belanja modal sampai dengan akhir triwulan
III-2014 yang belum mencapai 50%, hal ini menunjukkan masih kurang optimalnya peran
Pemerintah Daerah dalam mendorong perekonomian Kalimantan Selatan, terutama dalam hal
penyediaan infrastruktur. Hal ini mengingat belanja modal pada umumnya dipergunakan untuk
membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong investasi dan memperlancar
distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah.
Namun demikian, jika dilihat dari komposisi belanja operasional dan belanja modal terhadap belanja
total, terdapat peningkatan rasio belanja modal terhadap total belanja dan penurunan rasio belanja
operasional terhadap belanja total. Dari komposisi tersebut mengindikasikan adanya peningkatan
porsi perhatian pemerintah daerah Kalimantan Selatan terhadap belanja modal.
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan, diolah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan, diolah
Grafik 4.3. Prosentase Realisasi Belanja Operasi Terhadap Anggaran Belanja Total
Grafik 4.4. Rasio Realisasi Belanja Modal Terhadap Belanja Total
2013 2014 2013 2014 2013 2014Belanja Operasi 3,542,137 3,928,322 2,198,554 2,445,494 62.07% 62.25%Belanja Pegawai 806,693 867,415 472,353 527,237 58.55% 60.78%Belanja Barang dan Jasa 1,028,254 1,280,462 584,959 754,612 56.89% 58.93%Belanja Bantuan Sosial 422,781 400,658 292,364 279,569 69.15% 69.78%Belanja Bantuan Keuangan 1,284,409 1,379,788 848,878 884,077 66.09% 64.07%Belanja Modal 999,569 1,361,296 441,079 627,775 44.13% 46.12%Belanja Tidak Terduga 10,000 10,000 1,926 1,893 19.26% 18.93%
Total Belanja 4,551,706 5,299,618 2,641,558 3,075,162 58.03% 58.03%
Uraian Pos APBDAPBD Realisasi s/d Triwulan III % Realisasi
72.98%74.95%
83.56%
77.82%
74.12%
66.00%68.00%70.00%72.00%
74.00%76.00%78.00%80.00%82.00%84.00%86.00%
Tw3‐2010 Tw3‐2011 Tw3‐2012 Tw3‐2013 Tw3‐2014
Rasio Realisasi Belanja Operasi terhadap Belanja TotalPoly. (Rasio Realisasi Belanja Operasi terhadap Belanja Total)
26.88%24.93%
16.31%
21.96%
25.69%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
Tw3‐2010 Tw3‐2011 Tw3‐2012 Tw3‐2013 Tw3‐2014
Rasio Realisasi Belanja Modal terhadap Belanja TotalPoly. (Rasio Realisasi Belanja Modal terhadap Belanja Total)
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
53
BOKS
Keterkaitan Perekonomian dan PAD di Kalimantan Selatan
Dengan diberlakukannya era-otonomi daerah sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004, setiap daerah diberi kewenangan yang luas untuk menggurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit mungkin adanya campur tangan dari pemerintah pusat. Dengan demikian, pemerintah daerah dituntut untuk menciptakan kemandirian daerah dalam membuat rencana keuangannya sendiri dan membuat kebijakan-kebijakan yang dapat berpengaruh pada kemajuan daerahnya. Sebagai salah satu indikator kemandirian daerah daerah dalam hal keuangan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai peran yang cukup besar dalam menopang pendapatan daerah. Berdasarkan UU No. 32 tahun 2014, PAD terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dengan melihat porsi dari penyusun PAD, komponen pajak daerah memberikan sumbangan yang paling dominan dengan porsi sebesar 80-85% dari total PAD. Hal tersebut memperlihatkan kondisi bahwa PAD dipengaruhi oleh kinerja ekonomi di daerah tersebut. Semakin besar kinerja perekonomian suatu daerah akan mendorong semakin besarnya aktivitas ekonomi dan mendorong PAD lebih besar (dari pajak, retribusi, laba BUMD dan lain-lain). Bukti empiris pengaruh kinerja perekonomian pada PAD di Kalimantan Selatan dapat dilihat dari salah satu persamaan pendapatan asli daerah (OREVNL) di Blok Fiskal dalam REMBI* (Regional Macroeconomic Model Bank Indonesia) yang dikembangkan oleh KPw BI Wilayah II – Kalimantan dengan menggunakan metode Error Correcting Model (ECM).
* REMBI merupakan suatu model makroekonometrik regional yang relatif komplit (struktural), obyektif dan powerfull dalam menjelaskan State of Economy daerah (termasuk untuk proyeksi 1-2 tahun kedepan), Terdiri dari 5 blok: blok PDRB Permintaan, PDRB Penawaran, Blok Moneter, Fiskal dan Harga. Metode estimasi dan proyeksi yang digunakan adalah Error Correcting Model (ECM). REMBI Provinsi Kalsel diestimasi dengan menggunakan data kuartalan, dari kuartal I-2000 s.d kuartal IV 2012.
Hasil estimasi pada persamaan pendapatan asli daerah tersebut memperlihatkan secara jangka panjang PDRB Provinsi Kalimantan Selatan berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah, hal tersebut sesuai dengan teori ekonomi yang ada. Sama halnya dengan persamaan jangka panjang, untuk persamaan jangka pendek PDRB Provinsi Kalimantan Selatan juga berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan koefisien elastisitas sebesar 0,43. Sehingga
PENDAPATAN ASLI DAERAH (OREVNL) Persamaan Jangka Panjang
Komponen yang Mempengaruhi (Var. Independen) Koefisien Regresi C Konstanta ‐12.95 ***
GDRPNL PDRB Provinsi Kalimantan Selatan nominal 1.94 *** Menggunakan Dummy Waktu (t) : 2004.Q4≤t≤2009.Q1; t≤2011.Q1
Persamaan Jangka Pendek Komponen yang Mempengaruhi (Var. Independen) Koefisien Regresi
C Konstanta 0.03 *** GDRPNL PDRB Provinsi Kalimantan Selatan nominal 0.43 ***
ECM_OREVNL(‐1) ECM Persamaan Pendapatan Asli Daerah ‐0.20 *** Menggunakan Dummy Waktu (t) : (t=2002.Q1)+(t=2005.Q1); (t=2008.Q1)+(t=2010.Q1); 2009.Q1≤t≤2009.Q3; 2004.Q2≤t≤2005.Q3; t=2004.Q1
Diagnostic Test Adjusted R‐Squared 0.88 Durbin Watson Stat 1.82 LM Test Stat 0.68 Heteroscedasticity Test Stat 0.42 ***signifikan pada α = 1%
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
54
setiap penambahan 1% PDRB Provinsi Kalimantan Selatan secara nominal akan meningkatkan PAD Kalimantan Selatan sebesar 0,43%. Dengan kata lain untuk meningkatkan PAD Kalsel sebesar 1% diperlukan penambahan PDRB Kalsel (ADHB) sebesar 2,32%. Dengan kondisi PDRB Kalsel (ADHB) tahun 2013 sebesar Rp75,93 triliun dan realisasi PAD Kalsel tahun 2013 adalah Rp2,54 triliun, jika menggunakan persamaan di atas maka untuk meningkatkan PAD Kalsel sebesar Rp25,4 miliar, diperlukan penambahan PDRB Kalsel (ADHB) sebesar Rp1,76 triliun. Pada prakterknya, PDRB Provinsi Kalimantan Selatan dapat berkontribusi lebih terhadap PAD Kalimantan Selatan apabila sumber-sumber pendapatan dimaksimalkan seperti melalui :
1. Mengoptimalkan pendapatan daerah melalui sistem online (pembayaran pajak daerah, retribudi dan lain sebagainya).
2. Menggunakan sistem pembayaran non tunai dalam menerima pembayaran dari masyarakat.
3. Mengoptimalkan laba dari BUMD terutama yang bergerak pada sektor-sektor unggulan dan bekelanjutan (agroindustri, perikanan dan kelautan) dan,
4. Meningkatkan PMA dan PMDN di wilayah Kalsel dengan upaya menyiapkan berbagai macam infrastruktur pendukung baik fisik maupun regulasi yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan PDRB Provinsi Kalimantan Selatan.
1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111411111111111044444441100140014 014411014014 0 104
BAB VKETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
57
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Pada triwulan III 2014 kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan memperlihatkan adanya
pelemahan seiring dengan melambatnya kinerja sektor pertanian yang menyerap tenaga kerja
terbesar. Pada triwulan laporan, penyerapan tenaga kerja memperlihatkan kecenderungan melambat
sebagaimana terindikasi dari hasil survei Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan yang mencatat
beberapa penurunan pada beberapa indikator ketenagakerjaan dan peningkatan pada indikator
pengangguran.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan pada
triwulan laporan secara umum juga memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Berbagai
indikator seperti daya beli masyarakat dari hasil Survei Konsumen memperlihatkan bahwa Indeks
Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini mengalami mengalami penurunan. Selain itu Nilai
Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalsel juga mengalami penurunan pada triwulan laporan.
1. KETENAGAKERJAAN
Tingkat pengangguran terbuka di Kalimantan Selatan berdasarkan data Agustus 2014 mengalami
peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh peningkatan
jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh penyerapan penduduk yang bekerja. Dalam satu
tahun terakhir angkatan kerja mengalami peningkatan sebanyak 40,9 ribu orang menjadi 1,94 juta,
sedangkan tambahan penduduk yang bekerja hanya sebesar 36,6 ribu orang. Sehingga terdapat
tambahan 4,3 ribu pengangguran menjadi total 73,76 ribu atau mengalami peningkatan sebesar
6,18% (yoy).
Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama 2012 - 2014
Secara sektoral, penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi di sektor pertanian. Meskipun demikian,
jumlah penduduk yang bekerja di sektor tersebut mengalami penurunan sebesar 0,74% dibandingkan
Uraian Feb 2012 Agst 2012 Feb 2013 Agst 2013 Feb 2014 Agst 2014
Angkatan Kerja (juta jiwa) 1.81 1.94 1.86 1.90 2.02 1.94
a. Bekerja (juta jiwa) 0.08 1.84 0.08 1.81 1.94 1.87
b. Pengangguran (juta jiwa) 0.76 0.10 0.76 0.07 0.08 0.07
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/TPAK (%) 71.24 71.93 71.88 69.08 72.95 69.46
Tingkat Pengganguran Terbuka/TPT (%) 4.32 5.14 3.91 3.66 4.03 3.80
5
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
58
periode yang sama pada tahun 2013. Penurunan pada sektor pertanian diimbangi dengan adanya
peningkatan pada sektor perdagangan yang mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar
1,86% menjadi 23,28% dari total penduduk yang bekerja pada data Agustus 2014. Terjadinya
penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian seiring dengan kondisi tidak kondusifnya
sektor pertanian, terutama tanaman pangan akibat fenomena alam yang menyebabkan terjadinya
kegagalan panen komoditas utama pangan Kalimantan Selatan.
Tabel 5.2. Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2012 – 2014 (%)
Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar angkatan kerja di Kalimantan Selatan terserap di
sektor informal1. Proporsi pekerja Kalimantan Selatan yang mempunyai status pekerjan utama formal
dan informal setiap periode dalam 3 tahun terkahir hampir selalu persisten dengan share ± 63,5%
untuk sektor informal dan ± 36,5% untuk sektor formal. Namun demikian, untuk data Agustus 2014,
terjadi penurunan porsi atau persentase pekerja di sektor formal dari 63,74% pada posisi data Agustus
2013 menjadi 63,03% pada periode laporan.
Tabel 5.3. Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan 2012 – 2014 (%)
Dari sisi kualitas, tenaga kerja di Kalimantan Selatan menunjukan adanya perbaikan. Perbaikan kualitas
tersebut tercermin dari peningkatan tenaga kerja dengan pendidikan terakhir SMA atau setingkat,
yang seiring dengan penurunan pada tenaga kerja dengan pendidikan terakhir SD dan/atau SMP.
Tenaga kerja dengan pendidikan SMA atau setingkat pada periode Agustus 2014 meningkat sebesar
9,62% dari periode yang sama tahun 2013. Sementara itu, tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
1 Status pekerjaan informal adalah pekerja yang mempunyai status selain sektor formal yaitu berusaha dibantu buruh tetap/baruh dibayar dan buruh/karyawan/pegawai
Lapangan Pekerjaan Utama
Feb 2012 Agust 2012 Feb 2013 Agust 2013 Feb 2014 Agust 2014
Pertanian 38.38 41.51 38.67 40.55 36.84 39.81Industri 10.31 7.11 10.86 7.32 10.78 6.04Bangunan 5.25 5.35 6.45 5.49 6.63 5.36Perdagangan 20.71 21.34 21.6 21.42 19.71 23.28Jasa Kemasyarakatan 14.43 13.61 13.41 14.94 14.66 15.05
Lainnya***) 10.92 11.08 9.02 10.28 11.39 10.46Total 100 100 100 100 100 100
***) Sektor lainnya terdiri dari: Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Angkutan dan keuangan
Status Pekerjaan Feb 2012 Agust 2012 Feb 2013 Agust 2013 Feb 2014 Agust 2014Berusaha Sendiri 19.81 19.16 19.85 21.49 23.4 22.49Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tidak dibayar
19.39 18.75 18.55 17.21 18.26 17.12
Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
3.58 3.64 3.13 3.38 3.02 2.93
Buruh/karyawan/pegawai 32.92 32.4 33.64 32.88 33.55 34.04Pekerja bebas 5.72 7.28 5.69 7.28 5.27 6.31Pekerja tak dibayar 18.58 17.76 19.13 17.76 16.5 17.11
Total 100 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
59
terakhir Diploma atau Universitas hanya mengalami peningkatan sebesar 1,9% pada periode Agustus
2014 dibandingkan periode yang sama pada tahun 2013.
Tabel 5.4. Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2012 – 2014 (%)
Berdasarkan pendidikan yang ditamatkan, persentase penangguran terbuka di kelompok angkatan
kerja yang memiliki pendidikan menengah (SMA atau setingkat) dan pendidikan tinggi (Diploma dan
Universitas) mengalami peningkatan. Sementara itu, kelompok pendidikan rendah (SD dan SMP)
mengalami penurunan persentase penangguran terbuka. Hal ini memperlihatkan pertambahan
angkatan kerja dengan pendidikan lulusan pendidikan menengah dan tinggi tidak diimbangi dengan
banyaknya lapangan pekerjaan yang membutuhkan spesifikasi lulusan pendidikan menengah dan
tinggi.
Untuk tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tertinggi dan Tingkat
Penangguran Terbuka Terendah (TPT) pada periode Agustus 2014 terdapat pada Kabupaten Balangan
dengan TPAK sebesar 78,26% dan TPT sebesar 1,34%. Sedangkan untuk Kabupaten Tapin menjadi
Kabupaten yang memiliki penurunan TPT terbesar (3,64%) dari TPT pada periode Agustus 2013
sebesar 5,43% menjadi 1,79% pada periode laporan. TPT terbesar pada periode Agustus 2014
terdapat di Kota Banjarmasin dengan besar 6,02% dan Kota Banjarbaru dengan besar 5,35%.
Peningkatan TPT pada dua kota tersebut seiring dengan adanya penurunan pekerjaan formal pada
periode laporan yang lebih banyak terkonsentrasi pada dua kota besar di Kalimantan Selatan.
Grafik 5.1. TPAK dan TPT Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan
Presentase Penduduk Menurut Pekerjaan
Feb 2012 Agust 2012 Feb 2013 Agust 2013 Feb 2014 Agust 2014
Rendah 72.35 72.44 73.49 71.34 78.11 69.88Menengah 19.36 19.72 19.5 19.73 19 21.2Tinggi 8.29 7.84 7.01 8.93 8.89 8.92
Total 100 100 100 100 100 100
72.4265.79
77.7174.29
71.2965.27
69.5175.05 72.93
61.15
78.26
64.2860.18
69.46
3.12
4.6
2.62
3.4
5.434.42
1.74
2.832.2
7.32
2.82
5.24
2.65
3.79
2.93
3.943.29
2.211.79
2.64
4.05 3.37 4.124.76
1.34
6.02
5.35
3.8
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tanah Laut
Kota Baru
Banjar
Barito Ku
ala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sun
gai Ten
gah
Hulu Sun
gai U
tara
Tabalong
Tanah Bu
mbu
Balangan
Banjarmasin
Banjarbaru
Kalim
antan Selatan
TPAK (%) Ags 2013 TPAK (%) Ags 2014 TPT (%) Ags 2013 TPT (%) Ags 2014
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
60
2. KESEJAHTERAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 kembali
melanjutkan tren penurunan semenjak awal tahun. Hal ini dikonfirmasi dari beberapa indikator
kesejahteraan yang dihasilkan selama triwulan laporan di bawah ini.
2.1. Daya Beli Masyarakat
Seiring dengan meningkatnya tekanan inflasi di Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014, daya beli
masyarakat Kalimantan Selatan menunjukan indikator penurunan. Bedasarkan hasil Survei Konsumen
yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan), Indeks Penghasilan
Konsumen (IPK) pada triwulan III 2014 sebesar 139,6 dan mengalami penurunan sejak triwulan I-2014.
Penurunan ini sejalan dengan turunnya UMP riil Kalimantan Selatan karena semakin besarnya tekanan
inflasi sampai dengan triwulan III 2014 akibat adanya kenaikan harga pangan dan komoditas strategis
lainya, serta faktor musiman adanya perayaan Idul Fitri yang selalu ditandai dengan peningkatan harga
kebutuhan pokok.
Namun, Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen pada triwulan III 2014 yang diperoleh dari hasil
Survei Konsumen, masih berada pada level yang optimis dan tercatat sebesar 141,3 (di atas 100),
walaupun mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 152,9. Masyarakat
Kalimantan Selatan masih mengekspektasikan bahwa ke depan masih ada penghasilan yang akan
diperoleh untuk memenuhi kebutuhan, walaupun adanya kecenderungan penurunan daya beli akibat
meningkatnya tekanan inflasi.
152.10147.10
139.60
50.00
70.00
90.00
110.00
130.00
150.00
170.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
Indeks
1,206 1,195
‐0.19
‐0.01
0.31
0.35
‐0.40
‐0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1000.00
1200.00
1400.00
1600.00
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
%Rp RibuUpah Riil (Rp ribu, LHS)gUpah Riil (%, qtq, RHS)gUpah Riil (%, yoy, RHS)
Grafik 5.2. Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini
Grafik 5.3. Upah Riil di Kalimantan Selatan
Sumber: Survei Konsumen – KPw BI Wilayah II (Kalimantan) Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
61
2.2. Nilai Tukar Petani
Sebagai salah satu indikator pengukur kemampuan petani untuk menukar produk pertanian dengan
barang dan jasa yang diperlukan dalam konsumsi rumah tangga dan untuk memproduksi produk
pertanian, Nilai Tukar Petani (NTP), dapat dijadikan sebagai salah satu alat ukur untuk tingkat
kesejahteraan masyarakat khususnya yang bekerja di sektor pertanian. Pada triwulan III-2014, NTP
Kalimantan Selatan tercatat sebesar 99,11 atau sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 99,89. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh peningkatan Indeks yang
dibayarkan petani (109,98, meningkat 1,2%) tercatat lebih besar dibandingkan dari indeks yang
diterima petani (109,07, meningkat 0,4%). Hal tersebut memperlihatkan bahwa secara umum petani
di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi dan/atau
memproduksi produk pertanian daripada pendapatan atau penerimaan yang diperoleh dari usaha tani.
Sehingga masyarakat petani Kalimantan Selatan secara umum mengalami penurunan kesejahteraan
pada triwulan III 2014.
Dilihat dari sub sektornya, petani sektor tanaman pangan dan sektor tanaman perkebunan rakyat mengalami
penurunan NTP. Tercatat NTP sub sektor tanaman pangan pada triwulan III 2014 sebesar 97,89, turun -0,88%
dari triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar 98,76. Sedangkan untuk NTP sub sektor tanaman
perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar -4,34% (qtq), dari NTP pada triwulan sebelumnya sebesar
93,87 menjadi 89,80 pada triwulan III 2014. Sedangkan untuk sub sektor lainnya (hortikultura, peternakan
dan perikanan) mengalami peningkatan.
Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia, NTP Kalimantan Selatan mengalami penurunan
ranking kembali, dimana saat ini berada pada urutan ke-27 sementara pada triwulan sebelumnya berada
pada urutan ke-24. Sementara jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan, NTP Kalimantan
Selatan berada di urutan ke-2 setelah Kalimantan Timur dengan NTP 101,12, kemudian Kalimantan Tengah di
urutan ke-2 dengan NTP 100,56 dan Kalimantan Barat berada di urutan terakhir dengan NTP 96,06.
Sumber : BPS Provinsi Kalsel, diolah
Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
200.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
110.00
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
NTP Indeks
NTP (LHS) Indeks yang dibayar petani (RHS) Indeks yang diterima petani (RHS)
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
62
Tabel 5.5. Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2007)
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
II III IV I II III IV I II III qtq yoy
107.37 106.66 106.61 105.46 105.49 102.61 96.56 98.97 98.76 97.89 -0.88% -4.60%146.39 147.27 147.91 149.95 150.01 149.99 102.30 105.80 107.66 108.00 0.32% -28.00%
a. 146.64 147.17 147.82 149.90 149.35 149.35 102.11 106.08 108.13 108.80 0.62% -27.15%b. 145.09 147.78 148.37 150.21 153.31 153.20 103.88 103.35 103.57 101.04 -2.44% -34.05%
136.33 138.07 139.52 142.20 142.20 146.17 105.94 106.90 109.01 110.32 1.20% -24.53%a. 138.50 140.48 141.84 145.08 145.01 149.73 106.43 107.41 109.83 111.29 1.33% -25.67%b. 127.90 128.70 130.48 130.97 131.24 132.28 104.58 105.48 106.72 107.65 0.87% -18.62%
128.53 128.84 126.04 123.64 125.26 123.18 100.79 100.94 98.86 101.87 3.04% -17.30%173.53 176.07 173.76 173.88 176.17 178.12 106.37 107.60 107.83 112.34 4.18% -36.93%
a. 200.85 203.09 204.89 211.18 215.73 221.44 117.41 117.61 118.61 121.87 2.75% -44.96%b. 166.71 169.33 166.00 164.58 166.30 167.32 102.82 104.52 104.48 109.62 4.92% -34.48%c. Tanaman Obat 103.54 104.29 0.72%
135.01 136.65 137.87 140.63 140.64 144.59 104.02 106.60 109.07 110.27 1.10% -23.74%a. 137.05 139.02 140.34 143.53 143.48 148.05 105.54 107.20 109.99 111.31 1.20% -24.82%b. 124.36 124.31 124.95 125.48 125.81 126.56 103.04 103.63 104.53 105.15 0.59% -16.92%
93.66 94.28 95.34 95.71 93.07 90.70 98.92 97.80 93.87 89.80 -4.34% -0.99%124.59 127.12 129.41 132.20 128.53 128.95 104.71 104.43 102.22 98.97 -3.18% -23.25%124.59 127.12 129.41 132.20 128.53 128.95 104.71 104.43 102.22 98.97 -3.18% -23.25%133.02 134.83 135.74 138.13 138.10 142.17 105.86 106.77 108.90 110.22 1.21% -22.47%
a. 137.61 139.83 140.89 144.08 143.95 148.81 106.47 107.51 109.85 111.47 1.47% -25.09%b. 120.52 121.21 121.70 121.89 122.17 124.04 103.40 103.76 105.02 105.11 0.09% -15.26%
104.13 104.58 104.90 104.11 104.75 105.52 108.93 108.97 109.27 110.07 0.73% 4.31%132.56 134.44 135.77 136.98 137.57 142.27 113.54 114.35 116.33 118.31 1.70% -16.84%
a. Ternak Besar 122.18 123.07 125.76 126.84 126.69 129.03 119.53 118.50 120.67 122.05 1.14% -5.41%b. Ternak Kecil 133.21 134.41 136.97 137.36 138.35 140.62 110.37 111.17 111.91 113.83 1.72% -19.05%c. 138.34 140.99 141.21 142.86 146.29 150.55 113.04 113.06 115.51 118.04 2.19% -21.59%d. 147.17 150.36 149.93 151.06 149.99 160.35 109.76 113.05 114.39 116.13 1.52% -27.58%
127.30 128.55 129.42 131.58 131.34 134.83 104.23 104.93 106.46 107.49 0.97% -20.28%a. 138.13 140.02 141.24 144.47 144.02 149.05 106.56 107.57 109.96 111.45 1.36% -25.23%b. 106.93 106.98 107.19 107.31 107.47 108.07 101.62 101.98 102.54 103.05 0.50% -4.65%
86.68 86.51 88.17 87.99 88.68 89.39 107.80 108.58 108.09 109.30 1.12% 22.27%110.12 111.27 113.89 115.57 116.15 120.09 115.75 117.56 118.70 122.36 3.08% 1.89%
a. 106.28 106.95 109.90 111.62 112.37 116.76 116.72 119.10 119.59 124.29 3.93% 6.45%b. 119.31 121.60 123.44 125.01 125.17 128.05 113.18 113.46 116.35 117.22 0.75% -8.46%
127.04 128.63 129.17 131.34 130.98 134.35 107.37 108.27 109.81 111.94 1.94% -16.68%a. 134.81 137.18 138.01 141.00 140.49 145.34 109.52 110.55 112.77 115.58 2.49% -20.48%b. 111.15 111.13 111.08 111.57 111.52 111.83 103.54 104.18 104.54 105.43 0.85% -5.72%
107.78 107.57 107.00 106.23 106.34 104.26 100.44 101.21 99.89 99.17 -0.72% -4.88%144.51 146.02 146.55 148.21 148.32 149.47 106.19 107.92 108.54 109.07 0.49% -27.03%134.08 135.75 136.96 139.53 139.48 143.36 105.72 106.63 108.66 109.98 1.21% -23.28%
a. 137.78 139.81 141.07 144.27 144.13 148.88 106.65 107.67 110.11 111.70 1.44% -24.97%b. 123.01 123.50 124.62 125.05 125.28 126.29 103.56 104.18 105.21 105.83 0.59% -16.20%
2012 Perubahan (%)Sektor, Kelompok dan Subkelompok
Nilai Tukar PetaniIndeks harga yang diterima petani (lt)
Tanaman Pangan
2013
UnggasHasil Ternak
Nilai Tukar Petani
Indeks Konsumsi Rumah TanggaIndeks harga yang dibayar petani (lb)
PadiPalawija
Buah-buahan
Indeks harga yang dibayar petani (lt)
Indeks harga yang diterima petani (lt)Sayur-sayuran
PeternakanNilai Tukar Petani
Indeks harga yang diterima petani (lt)
Indeks Konsumsi Rumah TanggaIndeks BPPBM
Indeks harga yang dibayar petani (lb)Indeks Konsumsi Rumah TanggaIndeks BPPBM
GabunganNilai Tukar Petani
Indeks harga yang diterima petani (lt)
Indeks harga yang dibayar petani (lt)
Indeks Konsumsi Rumah TanggaIndeks BPPBM
Tanaman Perkebunan Rakyat
Indeks BPPBMHortikultura
Nilai Tukar Petani
2014
Penangkapan Ikan
Indeks harga yang dibayar petani (lb)
Budidaya
Indeks BPPBMPerikanan
Nilai Tukar PetaniIndeks harga yang diterima petani (lt)
Indeks harga yang diterima petani (lt)
Indeks Konsumsi Rumah Tangga
Tanaman Perkebunan RakyatIndeks harga yang dibayar petani (lt)
Indeks Konsumsi Rumah TanggaIndeks BPPBM
Kajian Ek
Saat ini tingkat yang temempenyang bemenilai dtahun di Data terbesaran besaran Kalimant
Ga
Melalui persentapertumbkepada menunjukerja. HaBPS menterbuka 2013 seb
konomi Keua
UMP D
keterbukaanprovinsi. Koergabung dngaruhi pasarbeda terhaddaya tarik mlakukan revi
rakhir menuUMP untuk UMP 2015
tan.
ambar 1. PeKa
data di ataase peningkbuhan UMP dunia usaha
ukkan bahwal ini perlu mnunjukkan asendiri menbesar 3,84%
ngan Region
DAN DAYA
n ekonomi tnsep free floalam ASEA
ar tenaga kedap angkata
masing-masinsi.
njukkan dartahun 2015
5. Berikut m
ta Nilai UM alimantan
as dapat d
katan UMP nasional.
a melainkanwa meningkamenjadi perhdanya penincapai 4,03%
%.
al Provinsi Ka
SAING TEN
tidak hanya ow of laborN melalui rja di Indone
an kerja yangng provinsi ia
ri 34 provins5. Untuk Kalimerupakan p
Provinsi di
ilihat bahwyang palingMeningkatn
n juga mematnya UMP matian pemer
ngkatan peng% atau menin
Sumber : DirekTenag
B
alimantan Sel
BOKS
NAGA KERJA
dialami dalr yang akanadanya Ma
esia. Masingg tersedia. Valah melalui
si di Indonesimantan senpeta besara
Ta
a Kalimantag besar di nya UMP tepengaruhi pmemiliki penrintah daerahgangguran tngkat 0,19%
ProvinKalimaKalimaKalimaKalimaNasion
ktorat Pengupahaga Kerja KEMEN
Bab 5 – Kete
latan Triwula
A KALIMAN
am lingkup n dihadapi Iasyarakat Ek-masing pro
Variabel yangUpah Minim
sia 27 di andiri seluruh n nilai UM
abel 1. Nilai
an Selatan Kalimantan
rsebut mempasar tenagngaruh negah mengingatterbuka pad
% dibanding
nsi Uantan Barat Rantan Tengah Rantan Selatan Rantan Timur Rnal Ran dan Jaminan AKERTRANS
enagakerjaa
n III 2014
NTAN SELAT
negara melndonesia dakonomi ASE
ovinsi akan mg paling mudmum Provins
ntaranya telaprovinsi telaP masing-m
dan Petum
merupakan n dan lebihberikan dam
ga kerja. Beatif terhadapt dari data yaa tahun 201kan periode
UMP 2015 UM1.560.000Rp Rp1.896.367Rp Rp1.870.000Rp Rp2.026.176Rp Rp1.745.187Rp Rp
Sosial
an dan Kese
TAN
ainkan jugaan seluruh nEAN tentu
memiliki dayadah dipakai dsi (UMP) yan
ah menyamph menyamp
masing provi
buhan UMP
provinsi deh tinggi darmpak tidak eberapa penp serapan teang disajikan14. Pengangyang sama
MP 2014 g (Yo1.380.000p 11.706.730p 11.620.000p 11.886.315p 1.559.118p 1
ejahteraan
63
pada negara
akan a tarik dalam g tiap
paikan paikan nsi di
P
engan ripada hanya elitian enaga n oleh guran tahun
oY)3,04%1,11%5,43%7,41%1,93%
Bab 5 – Ke
64
Grafik
Selain itsetelah epenurunmeningkakan meformal m Menurutperingkalingkup 27 dari tUMP tidpeningkamampu
etenagakerj
k 1. TingkaKalim
u rasio statuempat tahunnan rasio. Hkatnya upah emiliki peranmelalui perus
t survei oleat ke 13 dalakondisi keuatotal 33 provdak akan matan nilai UMmerangsang
jaan dan Kes
Kajian Ek
at Penganggantan Selat
us pekerjaann berturut-tuHal ini sejala
minimum akn penting dasahaan-perus
eh Asia Coam hal tingkangan, Bisnivinsi. Kondis
meningkatkanMP yang telag industri di K
sejahteraan
konomi Keuan
guran Terbukan
n angkatan krut sektor foan dengan kan meningkalam menyersahaan besa
ompetitivenekat daya sains dan Tenag
si demikian pn tingkat peah ditetapkaKalimantan S
Sumber
n
ngan Regiona
ka Grafi
kerja pun mormal mengabeberapa j
katkan angkrap tenaga r.
ess Instituteng antar proga Kerja meperlu menjadenganggura
an tersebut hSelatan.
: BPS Kalimanta
al Provinsi Ka
kl 2. StatusKalim
ulai kembalialami peningurnal yang atan kerja dkerja yang t
(ACI) Kaliovinsi, dimanmiliki pering
di perhatian n yang ada
harus diiringi
an Selatan
limantan Sela
Pekerjaan Amantan Sela
bergeser kegkatan, pada
menyatakani sektor inforidak mampu
mantan Sela bila dibag
gkat terendapemerintah
a. Oleh kare oleh kebijak
atan Triwulan
Angkatan Katan
e sektor infoa 2014 mengn bahwa dermal. Usaha u diserap di
latan mendgi per sektor ah pada periagar pening
ena itu kebkan lanjutan
n III 2014
Kerja
ormal, galami engan mikro pasar
duduki maka
ingkat gkatan ijakan
n yang
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
81
BAB VIPROSPEK EKONOMI
Kajian
Pada
diper
infla
Kalim
Adap
kisara
Seme
pelak
Selata
- 5,7
prices
tekan
Nino
1.
SumbeGra
Perek
bera
6
n Ekonomi Ke
PRO
a triwulan
rkirakan m
si. Berdasark
mantan Selat
pun untuk ke
an 4,8% - 5,
entara itu, d
ku usaha, se
an pada triw
% (yoy). Pe
s (kenaikan
nan dari pen
dan mening
PRAKIR
er: Survei Konsumafik 6.1. Per
konomian
da dalam k
6
euangan Reg
OSPEK EK
n IV 2014
mengalami
kan beberap
tan pada triw
eseluruhan ta
,2% (yoy).
dari arah tre
rta memper
wulan IV 201
eningkatan t
TTL, tarif b
ningkatan ha
gkatnya perm
RAAN KO
men - KPw BI Wkiraan Pertu
Dunia
Kalimantan
kisaran 4,7%
gional Provins
KONOMI
4 mendata
peningkata
a indikator p
wulan IV 20
ahun 2014,
end data, isu
hatikan laju
4 cenderung
tersebut dise
atas atas an
arga komodit
mintaan di ak
ONDISI M
Wilayah II (Kalimanumbuhan Ek
n Selatan d
% - 5,1% (y
si Kalimantan
I ang pertu
an disertai
pendukung,
014 diprakira
perkiraan pe
u di lapanga
inflasi hingg
g meningkat
ebabkan ole
ngkutan uda
tas volatile f
khir tahun
MAKRO E
ntan) konomi
S
diperkiraka
yoy). Pereko
Selatan Triw
mbuhan e
i kecender
hasil survei d
akan berada
erekonomian
an, serta ha
ga triwulan
t dengan per
h tekanan i
ara dan pot
food seiring
EKONOM
Sumber: SKDU -Grafik 6
n meningk
onomian ke d
-30
-20
-10
0
10
20
30
I II I
2012
Realisasi Ke
Bab
wulan III 2014
ekonomi K
ungan men
dan liaison, p
pada kisara
n Kalimantan
asil survei ke
laporan, ting
rkirakan bera
nflasi dari k
ensi kelangk
meningkatn
MI
KPw BI Wilayah.2. Ekspekta
kat pada tr
depan diperk
III IV I II
2 20
egiatan Usaha
b 6 – Prospe
4
Kalimantan
ningkatnya
pertumbuha
an 4,7% - 5
n Selatan be
epada masya
gkat inflasi K
ada pada kis
kelompok ad
kaan LPG 3
nya potensi d
h II (Kalimantan)asi Kegiatan
riwulan IV
kirakan mas
III IV I II
13 2
Ekspektasi Keg
k Ekonomi
67
n Selatan
a tekanan
an ekonomi
5,1% (yoy).
erada pada
arakat dan
Kalimantan
saran 5,3%
dministered
Kg), serta
dampak El-
n Usaha
2014 dan
ih memiliki
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
III IV
014
giatan Usaha (rhs)
Bab 6 – Prospek Ekonomi
68Kajian Ekonom
i
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
kondisi yang tidak jauh berbeda dengan triwulan III 2013 terutama pengaruh dari sisi eksternal.
Dari sisi eksternal, perekonomian dunia pada periode mendatang diperkirakan masih dapat tumbuh
meski diwarnai dengan risiko pelemahan yang tinggi. Perekonomian negara-negara tujuan ekspor
Kalimantan Selatan seperti India diperkirakan akan semakin meningkat dan mampu menutupi
permintaan Tiongkok yang menurun. Kondisi ini juga tercermin dari peningkatan ekspektasi dunia
usaha di Kalimantan Selatan sesuai Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KPw
BI Wilayah II-Kalimantan.
Dari sisi permintaan, peningkatan terutama disumbang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga
seiring dengan peningkatan penghasilan masyarakat. Ekspor luar negeri yang masih mengalami
kontraksi meskipun tidak sedalam periode sebelumnya karena terbantu oleh peningkatan
permintaan dari India. Sementara itu kegiatan investasi masih menopang perekonomian Kalimantan
Selatan. Hal ini terkait dengan masih berlanjutnya proyek-proyek pembangunan infrastruktur dan
pembangunan smelter. Selain itu, berkembangnya pasar batubara domestik untuk pembangkit
listrik dan smelter diperkirakan akan membuat perusahaan tetap melanjutkan kegiatan investasinya
di bidang pertambangan.
Dari sisi sektoral, peningkatan diperkirakan terjadi karena adanya perbaikan kinerja pada sektor
pertanian dan sektor industri pengolahan. Bergesernya sebagian panen padi ke triwulan IV 2014
diperkirakan akan menambah produksi pada triwulan tersebut, selain itu kondisi cuaca yang
mendukung produksi kelapa sawit dan karet diperkirakan akan semakin meningkatkan kinerja
sektor pertanian. Seiring dengan bahan baku kelapa sawit yang melimpah, produksi CPO
diperkirakan akan meningkat dan mendorong kinerja sektor industri pengolahan. Sementara itu,
sektor pertambangan diperkirakan akan mengalami perlambatan seiring dengan masih
berlangsungnya konsolidasi berkaitan dengan pergeseran ekspor batubara ke Tiongkok menjadi
ekspor ke India. Konsolidasi pasar batubara juga terjadi antara peningkatan penggunaan batubara
domestik dan mengurangi ketergantungan ekspor batubara. Selain itu, dikeluarkannya ketentuan
Eksportir Terdaftar (ET) untuk komoditas batubara mulai 1 Oktober 2014 diperkirakan akan
menahan produksi dan ekspor batubara dari Kalimantan Selatan.
Dengan kondisi tersebut, perekonomian Kalimantan Selatan untuk tahun 2014 yang pada awal
tahun diperkirakan tumbuh sebesar 5,2% - 5,6% (yoy) akan cenderung terkoreksi ke bawah
berada pada kisaran 4,8% - 5,2%. Dengan demikian, perekonomian Kalimantan Selatan
diperkirakan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 5,18% (yoy).
2. PRAKIRAAN INFLASI
Tekanan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan terakhir di tahun 2014
diperkirakan terus meningkat, bahkan berpotensi melampaui sasaran inflasi yang
ditetapkan jika Pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi. Dengan mempertimbangkan
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
69
berbagai potensi resiko yang ada dan tanpa menghitung dampak rencana kebijakan penyesuaian
harga BBM bersubsidi, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir tahun diprakirakan mencapai
5,3% - 5,7%. Secara historis Inflasi pada triwulan IV, khususnya bulan November dan Desember
cenderung tinggi dan pada tahun ini juga dihadapkan pada sejumlah faktor yang berpotensi
semakin mendorong tingginya inflasi di akhir 2014. Selain rencana kenaikan BBM bersubsidi,
berbagai resiko yang turut berpotensi untuk mendorong peningkatan tekanan inflasi Kalimantan
Selatan antara lain:
1. Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) untuk 6 golongan listrik, khususnya listrik rumah tangga,
untuk tahap ke-4 yang akan mendorong inflasi baik secara langsung terhadap peningkatan
biaya tarif listrik, serta kenaikan harga barang yang disebabkan oleh peningkatan biaya
produksi oleh produsen.
2. Rencana kenaikan tarif batas atas angkutan udara dengan kenaikan di kisaran 10%
diperkirakan akan memberikan tekanan yang cukup besar pada inflasi kelompok administered
price. Selama tahun 2014, tarif angkutan udara sering menjadi penyumbang inflasi terbesar di
provinsi Kalimantan Selatan.
3. Terjadinya El Nino meskipun dengan intensitas kecil – moderat diperkirakan berpengarup pada
mundurnya musim tanam dan dapat berdampak pada penurunan produksi pangan yang pada
akhirnya dapat meningkatkan tekanan inflasi kelompok volatile food.
4. Dengan adanya kenaikan LPG 12KG pada pertengahan September 2014, terdapat
kemungkinan meluasnya kelangkaan LPG 3 Kg akibat penyalahgunaan yang berpotensi
mendorong lonjakan harga.
5. Tidak adanya penyaluran RASKIN di bulan November-Desember 2014, akibat telah ditarik
sebelumnya untuk bulan Februari-Maret dapat berpotensi untuk meningkatkan harga beras
yang merupakan komponen utama dalam konsumsi masyarakat di Indonesia pada umumnya.
Selain itu, dari sisi permintaan diperkiraan akan mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya ekspektasi inflasi pada triwulan IV 2014 yang didorong oleh wacana peningkatan
BBM berubsidi, khususnya pada beberapa komoditas yang secara suplai tidak dapat dipenuhi oleh
kapasitas produksi lokal seperti beberapa produk hortikultura, beras, dan telur ayam ras.
Peningkatan ekspektasi tersebut terindikasi dari Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap harga-harga
dalam 3 bulan yang akan datang, menunjukkan bahwa di pada tiga bulan mendatang (triwulan IV)
mengalami peningkatan, sementara itu untuk jangka panjang (6 bulan mendatang) terdapat
ekspektasi adanya penurunan.
Bab 6 – Prospek Ekonomi
70Kajian Ekonom
i
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah
Grafik 6.3. Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang
Mempertimbangkan besarnya resiko tekanan inflasi mendatang, Pemerintah Daerah, Bank
Indonesia dan Stakeholder terkait perlu segera melakukan langkah-langkah antisipasi untuk
meminimalkan dampak inflasi. Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain;
1. Mengendalikan dampak lanjutan dari rencana kenaikan harga BBM bersubsidi melalui:
a. Penegakan hukum terhadap penyalahgunaan (penimbunan dan penyelewengan)
BBM bersubsidi terutama menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi
b. Membahas dengan pemerintah (pusat dan daerah) terkait pengaturan tarif
angkutan, baik di dalam kota maupun antarkota, dengan kenaikan secara wajar
yang mempertimbangkan daya beli masyarakat
c. Memperkuat program komunikasi kepada masyarakat dalam rangka mengelola
ekspektasi inflasi, dengan menyampaikan beberapa hal penting a.l. dampak inflasi
dari kenaikan harga BBM bersifat temporer; penyesuaian harga BBM merupakan
upaya reformasi bidang energi yang diperlukan untuk kesehatan perekonomian
dalam jangka panjang; dan kenaikan harga barang dan jasa sepatutnya tidak
berlebihan karena hanya diakibatkan oleh kenaikan biaya distribusi sementara
stoknya mencukupi
2. Memperkuat dan memperbaiki sistem distribusi LPG 3 kg untuk meminimalkan
penyalahgunaan mengingat subsidi pada komoditas ini masih cukup besar dan disparitas
harganya dengan LPG 12 kg sangat lebar.
3. Mempersiapkan stok pangan yang cukup, khususnya beras karena penurunan produksi dan
pengaruh El Nino yang menyebabkan bergesernya musim tanam.
‐
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
‐
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
200.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2012 2013 2014
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yadIndeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yadInflasi Aktual yoy (skala kanan)
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
71
Tabel Prospek Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)
2011 2012
2013 2013
2014 2014* I II III IV I II III IV* Pertumbuhan PDRB, % yoy 6,1 5,7 5,6 5,1 4,8 5,4 5,2 5,5 4,8 4,8 4,7-5,1 4,8 – 5,2
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wil II Kalimantan
Inflasi
2011 2012
2013 2013 2014
2014* I II III I II III
IHK, %yoy 3,98 5,96 5,25 4,74 7,09 6,98 4,89 6,83 4,81 5,3 – 5,7
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wil II Kalimantan
Adminprice
Andil
APBD
Bobot
Dana Perimb
Dana Ketiga
FaktorFunda
FaktorFunda
Imporinflatio
IndeksKonsu
IndeksKonsu
IndeksEkono
IndeksKonsu
Invest
Inflasi
Liaison
nistered
inflasi
t inflasi
bangan
Pihak a (DPK)
r amental
r Non amental
rted on
s Ekspektasi umen
s Harga umen (IHK)
s Kondisi omi
s Keyakinan umen (IKK)
asi
inti
n
Salah satuharganya d
Sumbangaterhadap t
Anggaran pemerintadaerah dan
Besaran yasecara kesmasyarakaSumber ppelaksanaapemberian
Dana masybank.
Faktor funoleh kebijgap, ekste
Faktor nonkewenangpangan (pemerinta
Salah satperkemban
Salah satkonsumenskala 1–10
Sebuah indjasa yang
Salah satkonsumen
Indeks yaekonomi sdengan sk
Kegiatan peningkata
Inflasi inti
Kegiatan pkuantitatifpelaku ekocara yang
DA
u disagregasdiatur oleh p
an perkembtingkat inflas
Pendapatanh daerah yn DPRD, dan
ang menunjuseluruhan, yat terhadap kpendapatan an kewenan otonomi da
yarakat (beru
ndamental aakan monetrnal, serta ek
n fundamengan otoritas volatile fooh (administe
u disagregangan harga d
u pembentn terhadap e00.
deks yang mdikonsumsi
u pembentn terhadap ko
ang menunjsaat ini dan
kala 1–100.
meningkatkan modal.
adalah inflas
pengumpulaf yang dilakuonomi mengsistematis da
FTAR IST
si inflasi, yapemerintah.
angan hargsi secara kese
n dan Belayang dibahan ditetapkan
ukkan pengayang diperhikomoditas te
daerah yanngan peme
aerah.
upa tabunga
dalah faktorter, yakni inkspektasi infl
tal adalah famoneter,
ods), serta red price)
asi inflasi, ydi luar neger
uk IKK. Indkspektasi ko
merupakan ukmasyarakat p
uk IKK. Indondisi ekono
jukkan leven ekspektasi
kan nilai ta
si yang dipen
n data/statistkan secara p
genai perkeman didokume
TILAH
aitu untuk k
ga suatu koeluruhan.
anja Daerahs dan disetdengan pera
aruh suatu kotungkan dersebut.
ng berasal erintah dae
n, deposito,
r pendorongteraksi permlasi masyarak
aktor pendoyakni prodharga bara
yaitu inflasi ri (eksternal)
deks yang ondisi ekono
kuran perubapada suatu p
deks yang mi saat ini, d
l keyakinankondisi eko
ambah suat
ngaruhi oleh
tik dan inforperiodik melambangan danentasikan dal
komoditas y
omoditas/kelo
. Rencana tujui bersamaturan daera
omoditas terngan meliha
dari APBN erah dalam
giro, dll) yan
inflasi yangmintaan-penakat
rong inflasi uksi maupung/jasa yan
yang bera
menunjukkami 6 bulan
ahan rata-ratperiode terte
menunjukkadengan skala
n konsumenonomi enam
tu kegiatan
faktor funda
rmasi yang balui wawancan arah kegiatlam bentuk l
yang perkem
ompok bara
keuangan tma oleh pem
h.
hadap tingkaat tingkat k
untuk menmencapai
ng disimpan
g dapat dipeawaran atau
yang beradaun distribusing ditentuka
asal dari pe
an level kemendatang,
ta harga barntu.
an level kea 1–100.
n terhadap m bulan men
n produksi
amental
bersifat kualitara langsungtan ekonomi aporan
mbangan
ang/kota
tahunan merintah
at inflasi konsumsi
ndukung tujuan
di suatu
engaruhi u output
a di luar i bahan an oleh
engaruh
eyakinan dengan
ang dan
eyakinan
kondisi ndatang,
melalui
tatif dan g kepada
dengan
Loan tRatio
Migas
Mtm
Non PLoan (
Omze
PDRB
PendaDaera
Percei
Qtq
Saldo
SBT
Sektordomin
Volati
West Interm
Yoy
to Deposit (LDR)
s
Performing (NPL)
t
apatan Asli h (PAD)
ived risk
Bersih
r ekonomi nan
ile food
Texas mediate
Ratio yandisalurkan tertentu.
Minyak daminyak da
Month tosebelumny
Besarnya jkeseluruha
Nilai penju
Produk Dmencermin
Pendapatapajak daepengelolaa
Persepsi rsebuah ne
Quarter tosebelumny
Selisih an“meningka“menurunSaldo Berssektor/subbersangkuSektor ekopengaruh
Salah satuharganya s
Jenis minydunia.
Year on ye
ng menunjudengan da
an gas. Merun gas.
o month. Pya.
umlah kredian kreditnya
ualan bruto y
Domestik Rnkan hasil ke
an yang dipeerah, retribuan kekayaan
isiko yang egara
o quarter. Peya.
ntara persenat” dengan p
n” dan mengsih Tertimbansektor yang
utan sebagai onomi yangdominan pad
u disagregassangat berge
yak bumi yan
ear. Perbandi
ukkan perbaana pihak k
upakan kelom
Perbandingan
it bermasala
yang diperole
Regional Begiatan ekon
eroleh dari ausi daerah,
daerah.
dimiliki oleh
erbandingan
ntase jumlahpersentase juabaikan jawang. Nilai yang bersangkupenimbangn mempunyada pembentu
si inflasi, yaejolak karena
ng menjadi
ingan antara
andingan ake tiga yang
mpok sektor
n antara da
h pada suat
eh dari satu k
ruto. Pendomi yang ad
aktivitas ekohasil perus
h investor t
antara data
h respondeumlah responaban “sama
ng diperoleh utan dengannya. ai nilai tambukan PDRB s
aitu untuk ka faktor-fakto
acuan untuk
a data satu ta
antara jumlag dihimpun
industri yang
ata satu bu
tu Bank diba
kali proses pr
dapatan suda di suatu w
nomi suatu ahaan milik
erhadap ko
a satu triwul
n yang menden yang m”. dari hasil pe
n bobot sek
bah besar sesecara keselu
komoditas yor tertentu.
k transaksi p
ahun dengan
ah pinjamapada suatu
g mencakup
ulan dengan
anding deng
roduksi.
atu daerahwilayah terten
daerah sepek daerah da
ndisi pereko
lan dengan
emberikan jmemberikan j
erkalian saldktor/subsekto
ehingga memruhan.
yang perkem
perdagangan
n tahun sebe
n yang u waktu
industri
n bulan
gan total
h yang ntu.
erti hasil an hasil
onomian
triwulan
jawaban jawaban
o bersih or yang
mpunyai
mbangan
minyak
lumnya.
TIM PENYUSUN
TIM PENYUSUN PENANGGUNG JAWAB Mokhammad Dadi Aryadi
Subintoro
KOORDINATOR PENYUSUN Triatmo Doriyanto
TIM PENULIS
Agus Hartanto, Andika Surya Akbar, Daniel Agus Prasetyo , One Yusril Fikar, R. Hutama Wardhana,
Anita Pratiwi, Freddy Firmansyah, dan Rubiyanto
KONTRIBUTOR
Tim Statistik, Survei dan Liaison Tim Akses Keuangan dan UMKM
Tim Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH KALIMANTAN
Tim Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Jl. Lambung Mangkurat No. 15 Banjarmasin
No. Telp. (0511) 4368182 ext. 8236 No. Fax.(0511) 3354678
Email : [email protected]