Provinsi Sulawesi Tengah
KAJIAN FISKAL REGIONALTahun 2018
KEMENTERIAN KEUANGANDIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
Ringkasan Ekskutif
Kajian Fiskal Regional 2018 iii
EXECUTIVE SUMMARY
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2018 sebesar 6,30 persen
(c-to-c) melambat jika dibandingkan tahun 2017 sebesar 7,10 persen. Dari sisi
produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha administrasi
pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 10,37 persen. Dari sisi
pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen impor barang dan jasa
sebesar 125,41 persen. Dalam kurun waktu tahun 2015-2018 pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tengah terus mengalami perlambatan namun masih lebih cepat tumbuh jika
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara nasional tahun 2018 sebesar 5,17
persen.
Tingkat kesejahteraan masyarakat diukur berdasarkan IPM tahun 2017 sebesar
68,11 naik 0,64 poin dibanding tahun 2016 sebesar 67,47. Naiknya tingkat
kesejahteraan masyarakat sejalan dengan menurunnya tingkat kemiskinan pada tahun
2018 menjadi 13,69 dibandingkan tahun 2017 sebesar 14,22 persen. Ketimpangan
pengeluaran juga mengalami penurunan menunjukkan terjadi pemerataan pengeluaran
di Sulawesi Tengah serta menurunnya tingkat pengangguran terbuka dibandingkan
tahun 2017.
Terjadinya bencana alam berupa gempa bumi, tsunami dan likuifaksi pada akhir
September 2018 berdampak tingginya angka inflasi sampai akhir tahun 2018 yang
mencapai 6,46 persen (c-to-c) jika dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 4,33
persen dan jauh diatas inflasi nasional yang sebesar 3,13 persen.
Realisasi Pendapatan Negara tahun 2018 sebesar Rp3,72 triliun naik sebesar
Rp371,94 miliar atau 11,09 persen dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp3,35 triliun.
Dari sisi belanja negara, realisasi belanja tahun 2018 sebesar Rp22,93 triliun dengan
realisasi belanja mencapai 97,01 persen dari pagu belanja negara sebesar 23,63 triliun.
Cash flow atas pendapatan dan belanja Pemerintah Pusat di Sulawesi Tengah
tahun 2018 menunjukkan defisit sebesar Rp19,20 triliun. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa pendapatan yang diakui oleh Pemerintah Pusat di Sulawesi
Tengah belum sepenuhnya mampu membiayai belanja/pengeluarannya sehingga
masih menerima subsidi silang dari daerah lain di Indonesia.
Ringkasan Ekskutif
iv Annual Regional Fiscal Report 2018
BLU di wilayah Sulawesi Tengah telah mempunyai kemandirian yang cukup
tinggi, terlihat dengan skor rasio mencapai mencapai 2,5 yang merupakan skor
tertinggi dalam mengukur tingkat kemandirian BLU dengan rasio pendapatan
operasional terhadap biaya operasional diatas 65 persen.
Pemerintah Pusat dalam upaya mendorong laju perekonomian memberikan
subsidi bunga KUR yang berlaku efektif mulai tahun 2018 berdampak positif dengan
tumbuhnya penyaluran dan penerima program KUR. Penyaluran KUR di Provinsi
Sulawesi Tengah selama tahun 2018 (c-to-c) sebesar Rp1,31 triliun tumbuh sebesar
11,92 persen jika dibandingkan penyaluran pada tahun 2017 sebesar Rp1,17 triliun.
Dari penerima kredit KUR tahun 2018 (y-on-y) sebanyak 41.607 debitur juga
mengalami pertumbuhan sebesar 4,10 persen dibandingkan dengan periode yang
sama tahun 2016 sebanyak 39.967 debitur.
Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah menargetkan pendapatan tahun 2018
sebesar Rp18,64 triliun dengan pencapaian Rp18,21 triliun atau 97,72 persen dari
target pendapatan yang telah ditetapkan. Dari target pendapatan selanjutnya
ditetapkan alokasi belanja untuk melakukan pelayanan, pemberdayaan maupun
pembangunan dengan pagu belanja sebesar Rp19,79 triliun naik dengan capaian
serapan sebesar Rp17,76 triliun atau 89,90 persen. Secara umum, Pemerintah Daerah
dalam penetapan APBD mengambil kebijakan defisit dengan rata-rata sebesar minus
3,92 persen namun dalam realisasinya mengalami surplus sebesar 4,77 persen.
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang
disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian dalam periode tertentu. Total
pendapatan konsolidasian Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tahun 2018
adalah sebesar Rp21,97 triliun. Pendapatan tersebut 16,96 persen merupakan
pendapatan Pemerintah Pusat dan 83,04 persen merupakan pendapatan Pemerintah
Daerah. Pendapatan Pemerintah Pusat tersebut selanjutnya akan didistribusikan
kepada Pemerintah Daerah berupa dana transfer maupun belanja Pemerintah Pusat di
daerah berupa belanja Dekon/TP/UB.
Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp26,47 triliun dimana
72,17 persen bersumber dari anggaran Pemerintah Daerah dan sisanya sebesar 27,83
persen dari anggaran Pemerintah Pusat. Proporsi belanja APBN dan belanja APBD
terhadap belanja konsolidasian tersebut, apabila dikaitkan dengan kontribusi
Ringkasan Ekskutif
Kajian Fiskal Regional 2018 v
pemerintah pada pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah
khususnya dari sisi pengeluaran pemerintah menunjukkan bahwa kontribusi
Pemerintah Daerah lebih besar dari Pemerintah Pusat. Dari laporan konsolidasian jika
dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah tahun 2018, maka
kontribusi belanja pemerintah (c-to-c) sebesar Rp15,90 triliun atau 10,56 persen
mengalami kontraksi dibandingkan kontribusi pada tahun 2017 sebesar 13,43 persen
dan dari nilai investasi pemerintah berkontribusi (c-to-c) sebesar Rp1,97 triliun atau
1,31 persen juga mengalami kontraksi sebesar 1,39 persen jika dibandingkan
kontribusi tahun 2017 sebesar 2,70 persen.
Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2018 menurut lapangan usaha
masih didominasi oleh lapangan usaha utama yaitu pertanian, kehutanan dan
perikanan yang mencapai 27,73 persen dari PDRB. Hal ini sejalan dengan keunggulan
dan potensi ekonomi di Sulawesi Tengah di bidang pertanian dan perkebunan
diantaranya kakao, kelapa dalam, cengkeh, kopi, pala, kelapa sawit, karet dan lada.
Dari potensi kelautan dan perikanan Sulawesi Tengah merupakan wilayah yang
memiliki potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar, karena menjadi satu-
satunya provinsi yang memiliki tiga wilayah pengelolaan perikanan (WPP) dan tidak
dimiliki oleh provinsi lainnya di Sulawesi yaitu Teluk Tomini, Teluk Tolo dan Selat
Makassar/Laut Sulawesi. Dari sisi potensi peternakan di Sulawesi Tengah tercatat
22,03 juta ekor ternak yang terdiri dari ternak besar, ternak kecil dan unggas. Secara
umum populasi ternak mengalami kenaikan populasi sebanyak 1,79 juta ekor
dibandingkan tahun 2017 sebanyak 20,24 juta ekor tumbuh sebesar 8,83 persen.
Bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi pada akhir bulan September
2018 yang melanda sebagian besar wilayah Palu, Sigi, Donggala, dan sekitarnya
mengakibatkan berbagai potensi seakan ikut terkubur dimana sebagian besar desa di
wilayah tersebut terkena dampak bencana. Kerusakan yang dialami di berbagai
wilayah menimpa hampir di semua lini, baik sosial ekonominya maupun berbagai
fasilitas dan infrastruktur yang telah dimiliki dengan total kerugian sebesar Rp18,48
triliun terdiri dari angka kerusakan sebesar Rp15,58 triliun dan angka kerugiannya
sebesar Rp2,89 triliun.
Daftar Isi
Kajian Fiskal Regional 2018 vii
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR .......................................................................................... i
RINGKASAN EKSKUTIF ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xiii
DAFTAR BOKS ................................................................................................ xiv
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xv
TIM PENYUSUN .............................................................................................. xvi
BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ............... 1
A. INDIKATOR MAKRO EKONOMI FUNDAMENTAL ................................ 1
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .................................... 1
2. Suku bunga ............................................................................. 4
3. Inflasi ...................................................................................... 6
4. Nilai Tukar ............................................................................... 8
B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN ......................................................... 91. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development
Indeks (HDI) ........................................................................... 102. Tingkat Kemiskinan .................................................................. 10
3. Ketimpangan (Gini Ratio) ......................................................... 12
4. Kondisi Ketenagakerjaan ........................................................... 13
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN DITINGKAT REGIONAL ..................................................................... 16
A. APBN TINGKAT PROVINSI .............................................................. 16
B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI ................... 16
1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi ......... 172. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat
Provinsi ................................................................................... 18
C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT ...................................................... 201. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Organisasi
(Bagian Anggaran/Kementerian/Lembaga) ................................. 212. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi ............... 21
3. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja ...... 22
D. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT .................................... 24
E. TRANSFER KE DAERAH ................................................................... 24
F. PENGELOLA BLU PUSAT ................................................................. 26
1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat ................................. 26
2. Perkembangan Pengelolaan Aset, PNBP dan RM BLU Pusat ......... 27
Daftar Isi
viii Annual Regional Fiscal Report 2018
3. Kemandirian BLU ...................................................................... 27
4. Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP ........................................ 28
5. Potensi Satker PNBP Menjadi Satker BLU ................................... 29
G. PENGELOLAAN MANAJEMAN INVESTASI PUSAT ............................... 32
1. Penerusan Pinjaman ................................................................. 32
2. Kredit Program ......................................................................... 34
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ............... 37
A. APBD TINGKAT PROVINSI ............................................................. 37
B. JENIS PENDAPATAN DALAM APBD .................................................. 38
C. JENIS BELANJA DALAM APBD .......................................................... 41
1. Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan .............. 412. Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Jenis Belanja (sifat
ekonomi) ................................................................................ 41D. PENGELOLAAN BLU DAERAH .......................................................... 43
1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Daerah ............................... 43
2. Perkembangan Pengelolaan Aset Daerah ................................... 44
3. Analisis Legal ........................................................................... 45
E. PENGELOLAAN INVESTASI DAERAH ................................................ 46
1. Bentuk Investasi Daerah .......................................................... 46
2. Profil dan Jenis Badan Usaha Milik Daerah ................................ 47
F. SILPA DAN PEMBIAYAAN ................................................................ 47
1. Perkembangan Surplus/Defisit APBD .......................................... 47
2. Pembiayaan Daerah ................................................................. 50
G. ANALISIS LAINNYA TERKAIT APBD DI PROVINSI SULAWESI TENGAH 52
1. Analisa Horizontal dan Vertikal ................................................. 52
2. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah ............................................... 54
3. Analisis Kesehatan Pengelolaan Keuangan Daerah .................... 55
BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARANKONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ........................................... 57
A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDSIAN ....................... 57
B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN ..................................................... 57
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan ......................................... 58
2. Analisis Perubahan ................................................................. 58
3. Rasio Pajak (Tax Ratio) .......................................................... 594. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi
pendapatan konsolidasian ....................................................... 61C. BELANJA KONSOLIDASIAN ............................................................. 62
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan .......................................... 62
Daftar Isi
Kajian Fiskal Regional 2018 ix
2. Analisis Perubahan ................................................................. 633. Analisis Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Total
Belanja Konsolidasian .............................................................. 64
4. Rasio Belanja Konsolidasian Terhadap Jumlah Penduduk ........... 645. Rasio Belanja Pendidikan Konsolidasian Terhadap Jumlah
Penduduk ............................................................................... 656. Arah dan Sensitivitas dari Kebijakan Fiskal Pemerintah Daerah ... 66
7. Analisis Anggaran Belanja Sektoral ........................................... 67
8. Perbandingan Dengan Sektor Ekonomi Unggulan ...................... 69
9. Analisis Kebijakan Alokasi Anggaran ......................................... 70
D. SURPLUS/DEFISIT ......................................................................... 70
1. Komposisi Surplus/Defisit Konsolidasian dan Rasio .................... 70
2. Perbandingan Rasio Surplus/Defisit antar Kabupaten/Kota ......... 71E. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO (PDRB) ............................................................. 72
BAB V KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGANFISKAL REGIONAL ........................................................................ 75
A. KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI .......................................... 75
1. Pertanian ............................................................................... 75
2. Kelautan dan Perikanan .......................................................... 78
3. Peternakan ............................................................................. 80
B. TANTANGAN FISKAL REGIONAL ..................................................... 83
BAB VI ANALISIS TEMATIK ....................................................................... 87
TANTANGAN DESA DALAM UPAYA MENDORONG PEMULIHAN DANPERTUMBUHAN EKONOMI PASCA BENCANA DI SULAWESI TENGAH ....... 87
BAB VII PENUTUP ....................................................................................... 96
A. KESIMPULAN ................................................................................. 96
B. REKOMENDASI .............................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 99
x Kajian Fiskal Regional 2018
Daftar Tabel
Tabel 1.1 PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Menurut Permintaan ADHB Tahun 2017 –2018 (dalam Miliar Rupiah) .................................................................................... 3
Tabel 1.2 PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Menurut Lapangan Usaha ADHB Triwulan I– IV Tahun 2018 (dalam Miliar Rupiah) ................................................................
4
Tabel 1.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama Tahun 2017– 2018 .........................................................................................................................
14
Tabel 1.4 Target KUA & PPAS, RPJMD dan Realisasi Provinsi Sulawesi Tengah Tahun2018 dan Realisasi Tahun 2017 – 2018 .................................................................
15
Tabel 2.1 APBN Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017 – 2018 (dalam Juta Rupiah) ....... 16
Tabel 2.2 Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di ProvinsiSulawesi Tengah (dalam Juta Rupiah) ..................................................................... 17
Tabel 2.3 Pendapatan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di Provinsi SulawesiTengah (per Jenis PNBP dalam Miliar Rupiah) .......................................................
18
Tabel 2.4 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di Provinsi SulawesiTengah (menurut Fungsional Kementerian/Lembaga) (5 target PNBP terbesardalam Juta Rupiah) ....................................................................................................
19
Tabel 2.5 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran di ProvinsiSulawesi Tengah (lima terbesar dalam Miliar Rupiah) .........................................
21
Tabel 2.6 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi di Provinsi SulawesiTengah (dalam Juta Rupiah) ....................................................................................
21
Tabel 2.7 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja di ProvinsiSulawesi Tengah (dalam Miliar Rupiah) .................................................................
22
Tabel 2.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa di PropinsiSulawesi Tengah (dalam Juta Rupiah) .....................................................................
25
Tabel 2.9 Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018(dalan Juta Rupiah) ...................................................................................................
27
Tabel 2.10 Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Provinsi Sulawesi TengahTahun 2016 – 2018 (dalan Juta Rupiah) ...............................................................
27
Tabel 2.11 Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Aset Satker BLU di Provinsi SulawesiTengah Tahun 2017 – 2018 (dalan Juta Rupiah) ..................................................
27
Tabel 2.12 Tingkat Kemandirian BLU Pusat di Provinsi Sulawesi Tengah (dalam MiliarRupiah) .......................................................................................................................
28
Tabel 2.13 Profil dan Jenis Layanan Satker Pengelola PNBP di Provinsi Sulawesi TengahTahun 2017- 2018 (sepuluh terbesar pagu PNBP dalam Juta Rupiah) ...............
28
Tabel 2.14 Perkembangan Pagu PNBP dan RM Satker PNBP Berpotensi Menjadi BLU diProvinsi Sulawesi Tengah (dalan Juta Rupiah) ......................................................
29
Tabel 2.15 Perkembangan Pagu dan Realisasi Belanja BLU ..................................................... 30
Tabel 2.16 Kemandirian BLU Tahun 2018 ................................................................................ 30
Tabel 2.17 Fixed Asset Turn Over BLU Tahun 2018 ................................................................ 31
Tabel 2.18 Analisis Legal BLU Tahun 2018 ............................................................................... 32
Tabel 2.19 Profil Penerusan Pinjaman Provinsi Sulawesi Tengah Per 31 Desember 2018 ... 33
Tabel 2.20 Perkembangan Pembayaran Angsuran Pokok SLA di Provinsi Sulawesi TengahTahun 2017 - 2018 (dalam Miliar Rupiah) ...........................................................
33
Tabel 2.21 Perkembangan Pembayaran Denda SLA di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun2017 – 2018 ( dalam Juta Rupiah) ..........................................................................
34
Tabel 3.1 Profil APBD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017-2018 RealisasiBerdasarkan Klasifikasi Ekonomi (dalam Juta Rupiah) ..........................................
37
Tabel 3.2 Jenis Pendapatan APBD di Provinsi Sulawesi Tengah (dalam Juta Rupiah) ......... 38
Tabel 3.3 Profil APBD di Sulawesi Tengah Berdasarkan Klasifikasi Urusan (dalam MiliarRupiah) ....................................................................................................................... 41
Tabel 3.4 Profil APBD di Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan Klasifikasi Jenis Belanja(dalam Juta Rupiah) ..................................................................................................
42
Tabel 3.5 Profil BLUD di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 (dalam Juta Rupiah) ...... 44
Annual Regional Fiscal Report 2018 xi
Tabel 3.6 Perkembangan Nilai Aset Satker BLUD di Provinsi Sulawesi Tengah (dalamJuta Rupiah) ................................................................................................................
44
Tabel 3.7 Perkembangan Pagu PNBP dan RM Aset Satker BLUD di Provinsi SulawesiTengah (dalam Juta Rupiah) .....................................................................................
45
Tabel 3.8 Analisis Legal BLUD di Sulawesi Tengah Tahun 2018 ......................................... 46
Tabel 3.9 Perkembangan Investasi Daerah di Provinsi Sulawesi Tengah (dalam JutaRupiah) .......................................................................................................................
46
Tabel 3.10 Perkembangan Investasi Daerah di Provinsi Sulawesi Tengah (dalam JutaRupiah) .......................................................................................................................
47
Tabel 3.11 Keseimbangan Primer Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun2018 (dalam Juta Rupiah) ........................................................................................
51
Tabel 3.12 Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota se-Sulawesi Tengah Tahun 2018 ........ 55
Tabel 3.13 Level Kesehatan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten/Kota se-SulawesiTengah Tahun 2018 .................................................................................................
56
Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi SulawesiTengah Tahun 2018 (dalam Juta Rupiah) ..............................................................
57
Tabel 4.2 Rasio Pajak terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Tengah .......................................... 60
Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Konsolidaian Pempus dan Pemda di Wilayah ProvinsiSulawesi Tengah Tahun 2017 dan 2018 ................................................................
62
Tabel 4.4 Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah ........................... 64
Tabel 4.5 Rasio Surplus/Defisit Konsolidaian terhadap PDRB pada Provinsi SulawesiTengah ........................................................................................................................
71
Tabel 4.6 Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi SulawesiTengah Tahun 2018 ..................................................................................................
73
Tabel 5.1 Perkembangan Perikanan di Sulawesi Tengah (ton) dari Tahun 2017 ke 2018 79
Tabel 5.2 Tren Populasi Ternak dan Unggas di Provinsi Sulawesi Tengah ........................... 81
Tabel 5.3 Jumlah Ternak yang Dipotong di RPH dan Diluar RPH yang Dilaporkan diProvinsi Sulawesi Tengah ..........................................................................................
81
Tabel 5.4 Produksi Peternakan di Sulawesi Tengah Tahun 2016 – 2018 ............................ 82
Tabel 5.5 Dampak Kerusakan Akibat Bencana Terhadap Lahan Sawah dan Irigasi diWilayah Sigi dan Donggala ......................................................................................
84
Tabel 6.1 Data Kerugian Akibat Bencana Alam di Sulawesi Tengah .................................... 88
Tabel 6.2 Penyaluran Dana Desa untuk Desa terdampak dan Tidak erdampak BencanaPer 31 Desember 2018 .............................................................................................
89
Tabel 6.3 Realisasi Penyaluran KUR Provinsi Sulawesi Tengah Untuk WilayahTerdampak Dan Tidak Terdampak Bencana Alam Tahun 2018 .........................
92
Tabel 6.4 Realisasi Penyaluran DAK Fisik Provinsi Sulawesi Tengah untuk WilayahTerdampak Dan Tidak Terdampak Bencana Tahun 2018 ....................................
95
xii Kajian Fiskal Regional 2018
Daftar Grafik
Grafik 1.1 Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDB dan PDRB .................................................... 1
Grafik 1.2 Perkembangan PDB dan PDRB Per Kapita ADHB Sulawesi Tengah danNasional Tahun 2012 – 2018 (dalam Juta Rupiah) ...............................................
5
Grafik 1.3 Pergerakan 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) Tahun 2016-2018 .................... 6Grafik 1.4 Pergerakan Inflasi Bulanan Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional Tahun
2017 – 2018 (dalam Persetase) ...............................................................................7
Grafik 1.5 Pergerakan Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap US$ Tahun 2010-2018 ... 8
Grafik 1.6 Nilai Tukar Harian Tahun 2018 .............................................................................. 9
Grafik 1.7 Rata-Rata Nilai Tukar Bulanan Tahun 2018 9
Grafik 1.8 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sulawesi Tengah dan Indonesia Tahun2010 – 2017 ..............................................................................................................
10
Grafik 1.9 IPM Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi dan Indonesia Tahun 2017 (dalampersentase) ..................................................................................................................
11
Grafik 1.10 Jumlah dan persentase Penduduk Miskin Sulawesi Tengah Tahun 2011-2018 11
Grafik 1.11 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Sulawesi danNasional Tahun 2018 ................................................................................................
12
Grafik 1.12 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan SulawesiTengah Tahun 2011 – 2018 .....................................................................................
13
Grafik 1.13 Perkembangan Gini Ratio di Sulawesi Tengah Periode Maret 2014 – Sept 2018 13
Grafik 2.1. Rasio Perpajakan Terhadap PDRB ............................................................................ 17
Grafik 2.2 Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional Sulawesi Tengah Tahun2018 (dalam Persentase)
19
Grafik 2.3 Kontribusi Populasi Terhadap Pendapatan Pemerintah Tahun 2018 (dalamRibu Rupiah) ..............................................................................................................
20
Grafik 2.4 Rasio Belanja Sektor Konsumtif dan Produktif ....................................................... 22Grafik 2.5 Persentase Alokasi Belanja Menurut Fungsi Tahun 2017 – 2018 ....................... 23
Grafik 2.6 Cash Flow Pemerintah Pusat Tahun 2018 .............................................................. 24
Grafik 2.7. Ruang Fiskal Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2018 (dalam MiliarRupiah) .............................................................................................. .........................
26
Grafik 2.8. Rasio PAD dan Rasio Dana Transfer Kabupaten/Kota di Sulawesi TengahTahun 2018 ................................................................................................................
26
Grafik 2.9. Perkembangan Aset BLU Pusat di Sulawesi Tengah Tahun 2013 – 2018 ............ 27
Grafik 2.10 Realisasi Penyaluran KUR Per Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun2018 ........................................................................................ ....................................
27
Grafik 2.11 Penyaluran KUR Per Sektor Ekonomi Sulawesi Tengah Tahun 2017 – 2018 ..... 27
Grafik 2.12 Realisasi Penyaluran KUR Menurut Kategori Penyaluran di Provinsi SulawesiTengah Tahun 2017 – 2018 .....................................................................................
28
Grafik 2.13 Profil dan Jenis Layanan Satker Pengelola PNBP di Provinsi Sulawesi TengahTahun 2017- 2018 (sepuluh terbesar pagu PNBP dalam Juta Rupiah)………...
29
Grafik 2.14 Perkembangan Pagu PNBP dan RM Satker PNBP Berpotensi Menjadi BLU diProvinsi Sulawesi Tengah (dalan Juta Rupiah)
29
Grafik 3.1 Rasio PAD, Dana Transfer Terhadap Pendapatan Daerah Tahun 2018 (dalampersentase) ..................................................................................................................
39
Grafik 3.2 Rasio PAD terhadap Belanja Daerah Tahun 2018 (dalam persentase) ................ 40
Grafik 3.3 Rasio Alokasi Belanja Daerah Sektor Konsumtif dan Produktif Tahun (dalampersentase) ..................................................................................................................
42
Grafik 3.4 Rasio Alokasi Anggaran Per Kabupaten/Kota Tahun 2018 (APBN+APBD)(dalam persentase) ....................................................................................................
43
Grafik 3.5 Rasio Surplus/Defisit terhadap Aggregat Pendapatan Tahun 2018 .................... 48Grafik 3.6 Rasio Surplus/Defisit Semester I-2018 terhadap Realisasi Dana Transfer
(dalam persentase) ....................................................................................................49
Grafik 3.7 Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB ADHB dan PDRB ADHK SulawesiTengah Tahun 2014-2018 ......................................................................................
49
Annual Regional Fiscal Report 2018 xiii
Grafik 3.8. Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja Kabupaten/Kota di Sulawesi TengahTahun 2018 ...............................................................................................................
50
Grafik 3.9 Perbandingan Horizontal PAD dan Pertumbuhan Tahun 2017 – 2018 ............. 52
Grafik 3.10 Realisasi Belanja Modal kabupaten Morowali Tahun 2011-2018 ...................... 53
Grafik 3.11 Perbandingan Kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan Kabupaten/Kota diSulawesi Tengah Tahun 2018 .................................................................................
53
Grafik 3.12 Rasio Kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan Kabupaten/Kota di SulawesiTengah Tahun 2018 .................................................................................................
54
Grafik 3.13 Kapasitas Fiskal Per Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2018 .............. 54
Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi SulawesiTengah Tahun 2018 dan Tahun 2017 ....................................................................
58
Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadapPenerimaan Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 .....................
59
Grafik 4.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadapPenerimaan Perpajakan Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018
59
Grafik 4.4 Pajak Perkapita Konsolidasian per Kabupaten/Kota di Provinsi SulawesiTengah Tahun 2018 (dalam persentase) ................................................................
60
Grafik 4.5 Pajak Perkapita Konsolidasian per Kabupaten/Kota di Provinsi SulawesiTengah Tahun 2018 ..................................................................................................
61
Grafik 4.6 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerahterhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian pada Provinsi Sulawesi TengahTahun 2018 ................................................................................................................
62
Grafik 4.7 Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah ................................. 63
Grafik 4.8 Belanja Pemerintah Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 dan2017 (dalam Ribuan Rupiah/Kapita) ......................................................................
64
Grafik 4.9 Perkembangan Belanja Pemerintah Konsolidasian Per Jiwa Kabupaten/Kotapada Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 dan 2017 ........................................
65
Grafik 4.10 Rasio Belanja Pendidikan Konsolidasian Per Jiwa Kabupaten/Kota padaProvinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 dan 2017 (dalam Juta Rupiah/Kapita) .
66
Grafik 4.11 Rasio Spasial Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Kabupaten/Kota diSulawesi Tengah Tahun 2018 ..................................................................................
70
Grafik 4.12 Rasio Surplus/Defisit Konsolidaian per Kabupaten/Kota pada ProvinsiSulawesi Tengah Tahun 2018 ..................................................................................
71
Grafik 4.13 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasi per Kabupaten/Kota pada Provinsi SulawesiTengah Tahun 2018 ..................................................................................................
72
Grafik 5.1. NTP Tahun 2017 - 2018 dan Pertumbuhan NTP Sulawesi Tengah Tahun 2018 76Grafik 5.2 NTP Menurut Sektor dan Perkembangannya November – Desember 2018 ....... 77
Grafik 5.3 Perkembangan Hasil Kelautan dan Perikanan di Provinsi Sulawesi Tengah(Ton) Tahun 2015- 2018 .......................................................................................
79
xiv Kajian Fiskal Regional 2018
Daftar Boks
Boks I Pasca Gempa dan Tsunami, Palu Alami Inflasi Tertinggi ...................................... 7
Boks II Di Sisa Akhir Tahun 2018, Begini Prediksi Nilai Tukar Mata Uang Rupiah ....... 9
Boks III Perkembangan Sektor Pertanian dan Perkebunan Sangat Dominan ................... 77
Boks IV Pemprov Sulawesi Tengah Perluas Pengembangan Sapi Donggala ..................... 83
Daftar Singkatan
Annual Regional Fiscal Report 2018 xv
Daftar SingkatanADHB : Atas Dasar Harga BerlakuADHK : Atas Dasar Harga KonstanAHH : Angka Harapan HidupAMH : Angka Melek HurufAPBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja
DaerahAPBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja
NegaraAPK : Angka Partisipasi KasarASN : Aparatur Sipil NegaraBanglut : Banggai LautBangkep : Banggai KepulauanBI : Bank IndonesiaBLU : Badan Layanan UmumBLUD : Badan Layanan Umum DaerahBUMD : Badan Usaha Milik DaerahBUMN : Badan Usaha Milik NegaraBPS : Badan Pusat StatistikDAK : Dana Alokasi KhususDAU : Dana Alokasi UmumDBH : Dana Bagi HasilDIPA : Daftar Isian Pelaksanaan
AnggraranDJPB : Direktorat Jenderal
PerbendaharaanKuasaBUN
: Kuasa Bendahara Umum Negara
DJP : Direktorat Jenderal PajakDJBC : Direktorat Jenderal Bea dan CukaiDPR : Dewan Perwakilan RakyatFGD : Focus Group DiscussionHDI : Human Development IndexHDR : Human Development ReportHPH : Hak Pengusahaan HutanIB : Industri BesarIHK : Indeks Harga KonsumenIKM : Industri Kecil dan MenengahIMH : Indeks Melek HurufIPM : Indeks Pembangunan ManusiaIRLS : Indeks Rata-rata Lama SekolahKab. : KabupatenKD : Kantor DaerahKP : Kantor PusatKPP : Kantor Pelayanan PerpajakanKPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan
NegaraKUR : Kredit Usaha RakyatLPE : Laju Pertumbuhan EkonomiLPP : Laju Pertumbuhan PendudukMonev : Monitoring dan Evaluasim-to-m : month to monthMorut : Morowali UtaraNPWP : Nomor Pokok Wajib PajakNTP : Nilai Tukar PetaniPAD : Pendapatan Asli daerah
Parimo : Parigi MoutongP2D2 : Dana Proyek Pemerintah Daerah
dan DesentralisasiPBB : Pajak Bumi dan BangunanPDAM : Perusahaan Daerah Air MinumPDRB : Produk Domestik Regional BrutoPKRT : Pengeluaran Konsumsi Rumah
TanggaPMA : Penanaman Modal AsingPMDN : Penanaman Modal Dalam NegeriPMTB : Pembentukan Modal Tetap BrutoPNBP : Penerimaan Negara Bukan PajakPNS : Pegawai Negeri SipilPNSD : Pegawai Negeri Sipil DaerahPPh : Pajak PenghasilanPPI : Pelabuhan dan Pendaratan IkanPPK : Pembinaan Pengelolaan KeuanganPPN : Pajak Pertambahan NilaiPPP Peabuhan Perikanan PantaiProv. : Provinsiq-to-q : quarter to quaterRDI : Rekening Dana InvestasiRDP : Rekening Dana PemerintahRKPD : Rencana Kerja Pemerintah DaerahRLS : Rata-Rata Lama SekolahRM : Rupiah MurniRp : RupiahRPJMD : Rencana Pembangunan Jangka
Menengah DaerahRPJPD : Rencana Pembangunan Jangka
Panjang DaerahRSU : Rumah Sakit UmumRSUD : Rumah Sakit Umum DaerahSDM : Sumber Daya ManusiaSILPA : Sisa Lebih Penerimaan AnggaranSIM : Surat Ijin MengemudiSIKP Sistem Informasi Kredit ProgramSKPD : Satuan Kerja Perangkat DaerahSLA : Subsidiary Loan AgreementSPM : Standar Pelayanan MinimumSRG : Subsidi Resi GudangSTNK : Surat Tanda Nomor KendaraanSulteng : Sulawesi TengahTA : Tahun AnggaranThe Fed The Federal ReserveTKI : Tenaga Kerja IndonesiaTNKB : Tanda Nomor Kendaraan BermotorTouna : Tojo Una-UnaTP : Tugas PembantuanTPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan KerjaTPT : Tingkat Pengangguran TerbukaUB : Urusan BersamaUU : Undang-undangy-o-y : year on year
Tim Penyusun
xvi Annual Regional Fiscal Report 2018
Tim Penyusun
PENANGGUNG JAWABKepala Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi TengahEndah Martingrum
KETUA TIMPlt. Kepala Bidang PPA IIYohanis Mendila
PENULISDodik Hari MulyonoSulamto Singgih P
PENYAJI DATADodik Hari MulyonoWatonoSulamto Singgih PAditya DimasRahman S. HalimMaria Lolongan
Kantor Wilayah DJPb Provinsi Sulawesi TengahJl. Tanjung Dako No. 15 Palu 94111Telepon : (0451) 454040Email : [email protected] : www.kanwildjpbsulteng.net
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 1
BAB IPERKEMBANGAN DAN ANALISIS
EKONOMI REGIONAL
A. INDIKATOR MAKRO EKONOMI FUNDAMENTAL1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan
oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu dan dalam satu kurun
waktu tertentu. PDRB dapat dihitung berdasarkan tiga pendekatan yakni
pendekatan produksi atau lapangan usaha, pendekatan pengeluaran, serta
pendekatan pendapatan. Dalam konteks Indonesia, baik PDB maupun PDRB
hanya dihitung melalui pendekatan produksi dan pengeluaran/penggunaan..
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2018 (c-to-c) sebesar 6,30
persen melambat jika dibandingkan tahun 2017 sebesar 7,10 persen. Dari
sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib
sebesar 10,37 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh komponen impor barang dan jasa sebesar 125,41 persen.
Dalam kurun waktu tahun 2015-2018 pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tengah terus mengalami perlambatan namun masih lebih cepat tumbuh
jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara nasional yang
sebesar 5,17 persen.Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDB dan PDRB
Pertumbuhan PDB dan PDRB Tahun 2014 - 2018C to C (persen)
Pertumbuhan PDB dan PDRBC to C (persen)
5,11
15,56
9,98
7,10 6,30
5,01 4,88 5,03 5,07 5,17
3
6
9
12
15
18
2014 2015 2016 2017 2018
PDRB Sulawesi Tengah PDB Indonesia
5,31
6,457,10
6,24 6,42 6,30
5,17 5,17 5,17
Sem I Tw III Tw IV
PDRB 2017 PDRB 2018 PDB 2018
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
2 Annual Regional Fiscal Report 2018
Pertumbuhan PDB dan PDRBQ to Q (persen)
Pertumbuhan PDB dan PDRBY on Y (persen)
Sumber: BPS Indonesia dan BPS Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2019 (data diolah)
Ekonomi Sulawesi Tengah triwulan IV tahun 2018 bila dibandingkan
triwulan IV tahun 2017 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,37 persen lebih lambat
bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,12
persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan
usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 18,05 persen. Dari sisi
pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen impor barang
dan jasa sebesar 175,92 persen.
Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah triwulan IV tahun 2018 dibandingkan
triwulan sebelumnya (q-to-q) mengalami pertumbuhan sebesar 0,55
persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan
usaha Konstruksi sebesar 15,95 persen. Dari sisi pengeluaran,
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen impor barang dan jasa
sebesar 223,82 persen.
b. Nominal PDRBPerekonomian Sulteng tahun 2018 jika diukur berdasarkan PDRB ADHB
mencapai Rp150,64 triliun meningkat jika dibandingkan dengan tahun
2017 sebesar Rp134,243 triliun. Sedangkan jika diukur berdasarkan PDRB
ADHK mencapai Rp103,62 triliun meningkat jika dibandingkan dengan
Tahun 2016 sebesar Rp97,55 triliun.1) PDRB Sisi Permintaan
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah selama tahun 2018 (c-to-c)
yang mencapai 6,30 persen, terutama disebabkan oleh tingginya
peningkatan komponen impor barang dan jasa yang mencapai 125,41
persen, diikuti peningkatan pada komponen ekspor barang dan jasa
sebesar 70,42 persen serta komponen Pengeluaran Konsumsi
LNPRT sebesar 15,94 persen. Sedangkan pengeluaran konsumsi
2,15
-2,44
6,01
2,15
-2,3
5,99
0,62 0,55
-0,42
4,213,09
1,69
Tw I Tw II Tw III Tw IVPDRB 2017 PDRB 2018 PDB 2018
3,97
6,61
8,73 9,12
6,626,03 6,46
5,375,06 5,27 5,17 5,18
Tw I Tw II Tw III Tw IV
PDRB 2017 PDRB 2018 PDB 2018
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 3
pemerintah adalah komponen yang mengalami kontraksi sebesar 3,35
persen.Tabel 1.1. PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Menurut Permintaan ADHB
Tahun 2017 – 2018 (dalam Miliar Rupiah)
No. KomponenTriwulanan Tahun 2018 Tahun
2018Tahun2017Tw I Tw II Tw III Tw IV
1 Konsumsi Rumah Tangga 17.394 18.476 19.187 18.321 73.378 66.4412 Konsumsi LNPRT 641 666 691 897 2.895 2.4243 Pengeluaran Pemerintah 2.471 4.718 4.780 5.386 17.354 17.5454 PMTB 13.539 14.340 14.865 17.340 60.084 55.0585 Perubahan Inventori 2.037 1.504 2.185 -239 5.487 2.4766 Ekspor 15.752 15.696 19.935 21.352 72.734 40.7507 Impor 9.104 6.592 6.052 19.135 40.883 17.8708 Net Ekspor Daerah 17.835 -11.271 -17.026 -4.282 -40.414 -32.872
PDRB 34.895 37.537 38.56 39.639 150.636 133.951
Sumber: BPS Provinsi Sulteng Tahun 2019 (data diolah)a. Konsumsi
Konsumsi Rumah Tangga merupakan komponen terbesar dalam
pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2018 yang
mencapai Rp73,378 triliun atau 48,74 persen. Komponen ini
mengalami kenaikan sebesar 10,44 persen dibandingkan tahun
2017 sebesar 66,44 triliun.
b. InvestasiKontribusi komponen Investasi dalam pembentukan PDRB
Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2018 sebesar Rp60,08 triliun
atau 39,89 persen mengalami pertumbuhan sebesar 9,13 persen
atau Rp5,07 triliun jika dibandingkan komponen pembentukan
PDRB tahun 2017 sebesar Rp55,06 triliun.
c. Pengeluaran PemerintahPengeluaran pemerintah dalam pembentukan PDRB Provinsi
Sulawesi Tengah menyumbang Rp17,35 triliun atau 11,52 persen.
Jika dibandingkan dengan kontribusi pembentukan PDRB tahun
2017 sebesar Rp17,545 triliun, komponen Pengeluaran
Pemerintah mengalami kontraksi sebesar 1,09 persen.
d. Ekspor dan ImporCukup besarnya peran komponen ekspor terhadap pertumbuhan
ekonomi tahun 2018 (c-to- c) didukung oleh kinerja ekspor barang
Sulawesi Tengah yang mengalami kenaikan 70,80 persen.
Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan ekspor nikel dan
stainless steel. Selama tahun 2018 ekspor produk ini mengalami
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
4 Annual Regional Fiscal Report 2018
peningkatan sebesar 94,54 persen. Sementara itu kinerja positif
komponen impor diantaranya didukung oleh impor besi dan baja
sebagai bahan baku industri stainless steel yang mengalami
peningkatan sebesar 446,25 persen.
2) PDRB Sisi PenawaranBila dilihat dari sumber pertumbuhannya, ekonomi Provinsi Sulawesi
Tengah tahun 2018 (c- to-c) yang sebesar 6,30 persen tersebut paling
besar disumbang oleh lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan sebesar 1,25 persen, diikuti lapangan usaha Industri
Pengolahan sebesar 1,22 persen, dan lapangan usaha Pertambangan
dan Penggalian sebesar 1,10 persen. Sedangkan untuk sektor
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib
berkontribusi sebesar 0,59 persen, dan lapangan usaha lainnya
memiliki andil sebesar 2,15 persen terhadap pertumbuhan ekonomi
yang tercipta.
Struktur perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah menurut lapangan
usaha tahun 2018 masih didominasi oleh empat lapangan usaha
utama yaitu: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (27,73 persen);
Pertambangan dan Penggalian (13,44 persen); Industri Pengolahan
(12,60 persen), serta Konstruksi (12,47 persen).
Tabel 1.2. PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Menurut Lapangan Usaha ADHBTriwulan I – IV Tahun 2018 (dalam Miliar Rupiah)
Lapangan UsahaTahun 2018
I II III IVPertanian, Kehutanan, dan Pertanian 10.037 10.800 10.566 10.363Pertambangan dan Penggalian 4.550 5.021 5.430 5.252Industri Pengolahan 4.335 4.542 4.967 5.144Pengadaan Listrik dan Gas 12 13 13 12Pengadaan Air 46 48 49 47Konstruksi 4.204 4.426 4.627 5.252Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil danSepeda Motor 3.139 3.374 3.431 3.404
Transportasi dan Pergudangan 1.346 1.469 1.511 1.633Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 194 201 212 193Informasi dan Komunikasi 1.152 1.240 1.317 1.367Jasa Keuangan 844 861 836 791Real Estate 657 680 687 672Jasa Perusahaan 89 92 94 96Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan JaminanSosial Wajib 2.116 2.506 2.451 2.797
Jasa Pendidikan 1.373 1.436 1.518 1.409Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 487 508 528 612Jasa lainnya 314 320 328 322
PDRB 34.895 37.537 38.566 39.639
Sumber: BPS Prov. Sulteng Tahun 2019 (data diolah)
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 5
3) PDRB Perkapita
Selama kurun waktu Tahun 2012-2018 pendapatan per kapita di
Sulawesi Tengah cenderung meningkat, namun masih di bawah
pendapatan per kapita nasional. Meningkatnya PDRB per kapita
menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk Sulawesi Tengah relatif
terus meningkat meski jika dibandingkan secara nasional masih relatif
lebih rendah. Perkembangan PDRB perkapita Sulawesi Tengah dan
nasional tersaji pada Grafik 1.2.Grafik 1.2. Perkembangan PDB dan PDRB Per Kapita ADHB Sulawesi Tengah
dan Nasional Tahun 2012 – 2018 (dalam Juta Rupiah)
Sumber: BPS Indonesia, BPS Prov. Sulteng Tahun 2019 (data diolah)
Meningkatnya PDRB per kapita Provinsi Sulawesi Tengah dari tahun
2012 hingga tahun 2018 seiring dengan naiknya tingkat capaian
pembangunan manusia dari 67,47 pada tahun 2017 menjadi 68,11 di
tahun 2018, tingkat kemiskinan menurun dari 14,22 persen menjadi
13,69 persen pada tahun 2018, selain itu Gini Ratio juga mengalami
penurunan dari 0.34 pada tahun 2017 menjadi 0,317 pada tahun 2018.
PDRB perkapita yang terus meningkat tidak serta merta
menggambarkan secara riil tingkat kesejahteraan masyarakat karena
masih mengandung faktor harga yang sangat berpengaruh terhadap
daya beli masyarakat.
2. Suku Bunga
Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka operasi moneter dengan
memperkenalkan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI
7-Day Repo Rate, yang akan berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016. Hal itu agar
suku bunga kebijakan dapat secara cepat mempengaruhi pasar uang,
25,5228,66
31,88
37,4041,11
45,24
50,18
35,3338,63
42,4345,12
47,96
51,89
56,00
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Sulawesi Tengah Nasional
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
6 Annual Regional Fiscal Report 2018
perbankan dan sektor riil. Instrumen BI 7-Day Repo Rate sebagai acuan yang
baru memiliki hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang, sifatnya
transaksional atau diperdagangkan di pasar, dan mendorong pendalaman
pasar keuangan.
Bank Indonesia pada akhir tahun 2018 mempertahankan 7-day Reverse Repo
Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%,
dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%, kebijakan tersebut masih
konsisten dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas
yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik, termasuk
telah mempertimbangkan tren pergerakan suku bunga global dalam beberapa
bulan ke depan. Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan
Pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan
memperkuat ketahanan eksternal, termasuk untuk mengendalikan defisit
transaksi berjalan sehingga turun menuju kisaran 2,5% dari PDB pada 2019.
Grafik 1.3. Pergerakan 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) Tahun 2016-2018
Sumber: Bank Indonesia Tahun 2018 (data diolah)
Sepanjang tahun 2018 BI menetapkan acuan suku bunga di kisaran 4,25
persen sampai 6,00 persen. Kebijakan BI tersebut sebagai langkah lanjutan
untuk memperkuat upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas
yang aman. Kenaikan suku bunga kebijakan tersebut juga untuk memperkuat
daya tarik aset keuangan domestik dengan mengantisipasi kenaikan suku
bunga global dalam beberapa bulan ke depan. Ke depan, Bank Indonesia akan
mengoptimalkan bauran kebijakan guna memastikan tetap terjaganya stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan. Bank Indonesia juga akan memperkuat
koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas
ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal, termasuk untuk
mengendalikan defisit transaksi berjalan sehingga menurun menuju kisaran
5,50%5,25%
5,00%4,75% 4,75%
4,50%4,25%
4,50%4,75%
5,25%5,50%
5,75%6,00%
21 A
prl
19 M
ei
16 Ju
n
21 Ju
l
19 A
gt
22 S
ep
20 O
kt
17 N
ov
15 D
es
19 Ja
n
16 F
eb
16 M
ar
20 A
prl
8 M
ei
15 Ju
n
20 Ju
l
22 A
gust
22 S
ep
19 O
kt
16 N
ov
14 D
es
18-Ja
n
15-F
eb
22 M
ar
19 A
prl
17 M
ei
30 M
ei
29 Ju
n
19 Ju
l
15 A
gust
27 S
ep
23 O
kt
15 N
ov
20 D
es
2016 2017 2018
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 7
2,5% PDB pada 2019. Bauran kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah
diyakini akan dapat mengelola dampak perubahan ekonomi global sehingga
perekonomian tetap berdaya tahan di tengah ketidakpastian global
3. InflasiLaju inflasi di Sulawesi Tengah tahun 2018 mencapai 6,46 persen (y-on y) lebih
tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 4,33 persen. Tingginya
angka inflasi tahun 2018 tidak terlepas dari pengaruh bencana alam yaitu
gempa bumi, tsunami dan likuifaksi pada akhir September 2018 sehingga
berdampak terhadap tingginya angka inflasi sampai akhir tahun 2018.
Dibandingkan dengan inflasi nasional pada tahun 2018, inflasi Sulawesi
Tengah jauh diatas inflasi nasional sebesar 3,13 persen (y-on-y).
Grafik 1.4. Pergerakan Inflasi Bulanan Provinsi Sulawesi Tengah dan NasionalTahun 2017 – 2018 (dalam Persetase)
Sumber: BPS Prov. Sulteng dan BPS Indonesia Tahun 2019 (data diolah)
Pergerakan inflasi bulanan Sulawesi Tengah sepanjang Tahun 2018 cukup
fluktuatif, di mana terjadi inflasi yang cukup tinggi pada bulan Juni diakibatkan
hari Raya Idul Fitri dan bulan Oktober 2018 sampai akhir tahun terkait dampak
dari adanya bencana alam berupa gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang
melanda Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi.
Boks I Pasca Gempa dan Tsunami, Palu Alami Inflasi Tertinggi
Sejumlah pengendara melintas jalanan sebulan pasca-gempa dan tsunami di Kota Palu, SulawesiTengah, satu bulan pascagempa, tsunami, dan pencairan tanah (likuifaksi) pada 28 September2018, kondisi perekonomian di Kota Palu mulai membaik.Badan Pusat Statistik atau BPS menyatakan Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengalami inflasi yangterbesar se-Indonesia yaitu mencapai 2,27 persen (m-to-m) pada Oktober 2018. Kenaikan inflasiini merupakan dampak dari kejadian gempa dan tsunami yang menerjang kota Palu pada 28September 2018. Kota Palu merupakan satu dari 66 kota yang mengalami inflasi, sedangkan 16kota lainnya mengalami deflasi.Inflasi yang dialami Palu lebih besar delapan kali lipat dibandingkan inflasi bulanan secaranasional yang hanya 0,28 persen (m-to-m) namun dengan adanya proses recovery di Palu sudahcukup besar, sehingga diharapkan pada bulan depan akan normal kembali.
-2
-1
0
1
2
3
Jan Feb Mart April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
2017 2018 Indonesia 2018
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
8 Annual Regional Fiscal Report 2018
Beberapa hari setelah diterjang bencana, harga bahan makanan di Palu memang meningkattajam. Ini terjadi karena banyaknya kerusakan yang dialami sejumlah sentra produksi danbanyaknya daerah yang terisolir sehingga akses makanan dan kebutuhan lainnya terbatas. Hargaelpiji melon tercatat pernah mencapai Rp35.000 hingga dari harga eceran tertinggi sebesar Rp16.500. Kemudian harga telur ayam Rp4.000 per butir dari harga normal sekitar Rp1.500.Sejumlah komoditas menyumbang kenaikan terbesar yaitu makanan jadi dan lauk pauk sebesar0,49 persen tiket angkutan udara 0,41 persen, lalu 0,1 persen dari harga ikan dan semen namunbahan makanan lain relatif tidak terlalu besar kenaikannya.Sumber : TEMPO.CO, 1 November 2018 (data diolah)
4. Nilai Tukar
Pergerakan nilai tukar mata uang merupakan salah satu variabel ekonomi
makro yang berpengaruh terhadap pasar uang dalam perekonomian
internasional, posisinya sama penting dengan dua variabel ekonomi lain yaitu
inflasi dan suku bunga. Pergerakan nilai tukar mata uang dipengaruhi oleh
kebijakan ekonomi, politik bahkan psikologi sosial. Secara makro, perubahan
nilai tukar akan mempengaruhi nilai ekspor, impor, daya saing produk serta
beban pembayaran utang luar negeri. Pelemahan nilai tukar menjadi salah satu
sinyal memburuknya kondisi makro ekonomi yang harus dicermati karena
memburuknya kondisi makro ekonomi bisa menimbulkan tekanan ekonomi dan
konsekuensinya target pertumbuhan ekonomi tidak tercapai.
Dalam kurun waktu 8 tahun terakhir menunjukkan trend line pergerakan nilai
tukar Rupiah terhadap US Dollar. Pada periode tahun 2011 – 2016, Rupiah
mengalami depresiasi secara beruntun hingga tahun 2016 dan mengalami
penguatan nilai tukar pada tahun 2017 namun terjadi depresiasi pada tahun
2018 dan ditutup pada posisi rata-rata kurs jual Rp14,318 13/1 US$ yang
merupakan level terendah selama kurun waktu 8 tahun terakhir. Pergerakan
nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar tersaji pada Grafik 1.5.
Grafik 1.5. Pergerakan Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap US$ Tahun 2010-2018
Sumber : BI Perwakilan Sulawesi Tengah Tahun 2019 (data diolah)
7.630
14.318
7.340
14.175
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
2010 2011 2012 2013 2015 2016 2017 2018
Kurs Jual Kurs Beli Expon. (Kurs Jual)
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 9
Secara umum sepanjang tahun 2018 nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi
terhadap US Dollar dengan puncak pada bulan Oktober 2018 yang menembus
Rp15.322/1 US$ namun secara berangsur menunjukkan penguatan dan ditutup
pada level Rp14.553/1 US$.
Pelemahan nilai Rupiah lebih banyak disebabkan faktor-faktor eksternal antara
lain: (1) kebijakan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The
Federal Reserve), (2) pengenaan tarif impor yang diterapkan AS, (3) rencana
Bank Sentral Eropa (European Central Bank) mengurangi pembelian obligasi,
(4) pemangkasan giro wajib minimum oleh Bank Sentral China (People's Bank
of China), dan (5) harga minyak yang semakin tinggi. Untuk melihat pergerakan
Rupiah secara harian dan bulanan tersaji pada Grafik 1.6. dan Grafik 1.7.Grafik 1.6. Nilai Tukar Harian Tahun 2018 Grafik 1.7. Rata-Rata Nilai Tukar Bulanan Tahun 2018
Sumber : BI Perwakilan Sulawesi Tengah Tahun 2019 (data diolah)
Boks II Di Sisa Akhir Tahun 2018, Begini Prediksi Nilai Tukar Mata Uang Rupiah
Walaupun sempat melemah, rupiah akhirnya menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sejakNovember lalu. Bahkan, penguatan rupiah merupakan salah satu yang terbaik di Asia.Berdasarkan riset Kontan.co.id, pada 6 hingga 7 November 2018, penguatan terbesar rupiah terjadidi hadapan yuan yang mencapai 1,46 persen. Disusul pairing USD/IDR yang naik 1,44 persen yakninaik ke level Rp 14.590.Sentimen yang membuat rupiah menguat adalah prospek Powell yang dovish bahwa kenaikan sukubunga AS ke depan tidak terlalu agresif bahkan cenderung era kenaikan suku bunga akan berakhirserta Risk appetite investor pun berbalik arah tidak ke AS lagi melainkan ke negara emerging market,termasuk Indonesia.Sementara, dari dalam negeri fundamental Indonesia dipandang solid karena pertumbuhan ekonomistabil di 5 persen. Aliran dana investor asing baik di pasar saham maupun obligasi domestik pun banjirsekitar Rp45 triliun di sepanjang November 2018. Hal itu diperkuat dengan Bank Indonesia masihmendukung penguatan rupiah dengan belum memberikan batas penguatan rupiah.Beragam kebijakan pemerintah maupun BI juga berperan dalam membuat rupiah menguat, sepertikerjasama bilateral swap, domestic non-deliverable forward (DNDF), dan mendorong peningkatankonversi devisa hasil ekspor (DHE). Gabungan kondisi eksternal, seperti dovish-nya The Fed, tekananperang dagang AS dan China yang mereda, serta kondisi dalam negeri yang stabil menjadi katalispositif untuk mendukung rupiah menguat hingga akhir tahun.Investor asing kembali percaya pada pasar keuangan Indonesia karena pasar obligasi dalam negerimenawarkan yield yang menarik dan kompetitif dan selain itu, investor tertarik investasi di Indonesiakarena pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa stabil di 5 persen. Kembalinya kepercayaan investor,dapat diproyeksikan bahwa rupiah cenderung dalam tren menguat hingga akhir tahun di rentang Rp14.400 per dollar AS hingga Rp 14.800 per dollar AS.Suber : suryamalang.com, 3 Desember 2018 (data diolah)
15.322
15.17015.170
14.409
13.000
13.500
14.000
14.500
15.000
15.500
02/0
1/20
1816
/01/
2018
30/0
1/20
1813
/02/
2018
28/0
2/20
1814
/03/
2018
28/0
3/20
1812
/04/
2018
26/0
4/20
1814
/05/
2018
28/0
5/20
1821
/06/
2018
05/0
7/20
1819
/07/
2018
02/0
8/20
1816
/08/
2018
03/0
9/20
1818
/09/
2018
02/1
0/20
1816
/10/
2018
30/1
0/20
1813
Nop
201
828
Nop
201
812
/12/
2018
28/1
2/20
18
Kurs Jual Kurs Beli
15.255
14.56915.103
14.424
13.000
13.500
14.000
14.500
15.000
15.500
Kurs Jual Kurs Beli
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
10 Annual Regional Fiscal Report 2018
B. INDIKATOR KESEJAHTERAANPembangunan adalah upaya yang dilakukan secara terencana dalam melakukan
perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas manusia.
Beberapa indikator yang dapat menilai dan mengevaluasi keberhasilan
pembangunan di antaranya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), tingkat
kemiskinan, ketimpangan (Gini Ratio) dan kondisi ketenagakerjaan.
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI)Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2017
berdasarkan penghitungan IPM dengan metode baru yang dibentuk oleh tiga
dimensi dasar yaitu kesehatan, pendidikan dan pengeluaran sebesar 68,11
meningkat sebesar 0,64 persen poin dari tahun 2016 sebesar 67,47 dan
termasuk wilayah dengan IPM kategori “sedang” (60≤IPM<70). Pembangunan
manusia Sulawesi Tengah terus mengalami kemajuan selama periode tahun
2010 – 2017 namun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan IPM Nasional
sebesar 70, (Grafik 1.8).
Grafik 1.8. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sulawesi Tengahdan Indonesia Tahun 2010 – 2017
Sumber: BPS Indonesia dan BPS Prov. Sulteng Tahun 2018 (data diolah)
Peningkatan IPM di tingkat provinsi juga tercermin dari meningkatnya level IPM
di tingkat kabupaten/kota selama periode 2016 hingga 2017 dimana seluruhnya
mampu meningkatkan pembangunan manusianya. Kemajuan manuasia paling
cepat yaitu Kab. Poso (1,38%), Kab. Tolitoli (1,23%0 dan Kab. Banggai (1,22%)
sedangkan kemajuan pembangunan manusia yang cukup lambat adalah Kab.
Donggala (0,37%), Kab. Buol (0,48%) bdan Kab. Tojo Una-Una (0,55%).
63,2964,27
65,0065,79
66,43 66,7667,47
68,11
66,5367,09
67,7068,31
68,9069,55
70,1870,81
60,00
64,00
68,00
72,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
%
SULAWESI TENGAH INDONESIA
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 11
Grafik 1.9. IPM Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi dan IndonesiaTahun 2017 (dalam persentase)
Sumber: BPS Indonesia dan BPS Prov. Sulteng Tahun 2018 (data diolah)
Peningkatan pembangunan manusia di Kabupaten/kota di Sulawesi Tengah
kurun waktu 2017 juga terlihat dengan adanya perubahan status Kab. Morowali
dimana pada tahun 2016 berada pada status sedang dan di tahun 2017 mampu
mencapai pembangunan manusia dengan status “tinggi” dengan nilai IPM
sebesar 70,41 meningkat 0,72 poin dari tahun 2016 sebesar 69,69. Secara
keseluruhan kabupaten/kota pada di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun
2017 dengan IPM berkategori tinggi (70 ≤ IPM < 80) yaitu Kota Palu dan Kab.
Morowali sedangkan 12 kabupaten termasuk dalam kategori IPM sedang (60 ≤
IPM < 70).
2. Tingkat KemiskinanTingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah tahun 2018 mengalami penurunan baik
dari sisi jumlah maupun persentasenya dibandingkan tahun 2017. Jumlah
penduduk miskin tahun 2017 sebanyak 423,27 juta jiwa menurun menjadi
413,49 juta jiwa atau turun sebesar 3,73 persen dibanding tahun 2017.Grafik 1.10. Jumlah dan persentase Penduduk Miskin Sulawesi Tengah
Tahun 2011-2018
Sumber: BPS Prov. Sulteng Tahun 2019 (data diolah)
70,81 68,11 64,0769 70,41 69,78
64,66 64,05 66,69 64,09 62,61 66,72 64,08 67,35
80,24
0,90 0,95 0,98
1,22
1,03
1,381,23
0,48
0,77
0,55
1,17
0,93
1,17
0,64
0,40
0,90
1,40
0
20
40
60
80
100
Indonesia Sulteng Bankep Banggai Morowali Poso Donggala Tolitoli Buol Parimo Tojuna Sigi Banlut Morut Kota Palu
%
IPM 2017 Pertumbuhan 2016-2017
424,39 433 420,05 410,98 406,97 400,41 392,65 387,06421,63 406,34 420,52 413,15 417,87 423,27 420,21 413,49
15,83 16,0415,4
14,94 14,6714,32
13,93 13,61
14,6614,07
14,4514,09 14,14 14,22 14,01 13,69
10
15
20
0
100
200
300
400
500
Mar'11
Sep'11
Mar'12
Sep'12
Mar'13
Sep'13
Mar'14
Sep'14
Mar'15
Sep'15
Mar'16
Sep'16
Mar'17
Sep'17
Mar'18
Sep'18
Jumlah Penduduk Miskin % penduduk Miskin
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
12 Annual Regional Fiscal Report 2018
Jika dilihat dari tahun 2015, tingkat kemiskinan menunjukkan fluktuatif yang
cenderung meningkat. Secara umum kenaikan jumlah penduduk miskin dipicu
oleh kenaikan harga kebutuhan pikok dan tingginya konsumsi rokok di kalangan
penduduk miskin.
Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah dibanding provinsi lain di
Sulawesi tergolong besar merupakan kedua setelah Sulawesi Selatan (779,64
ribu jiwa), demikian juga secara persentase Sulawesi Tengah juga terbesar
kedua setelah Gorontalo (15,83 persen). Jumlah penduduk miskin di Indonesia
sebesar 25.674,58 ribu jiwa dengan persentase penduduk miskin sebesar 9,66
persen jauh lebih rendah dari persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah
sebesar 13,69 persen.Grafik 1.11. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Sulawesi
dan Nasional Tahun 2018
Sumber: BPS Prov. Sulteng Tahun 2018 (data diolah)
Dimensi lain yang perlu diperhatikan selain jumlah dan persentase penduduk
miskin adalah tingkat kedalaman dan tingkat keparahan kemiskinan. Indeks
Kedalaman Kemiskinan turun dari 2,80 Tahun 2017 menjadi 2,28 pada Tahun
2018. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun 0,78 menjadi 0,68
pada periode yang sama. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran
penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan namun
ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit.Grafik 1.12. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Sulawesi
Tengah Tahun 2011 – 2018
Sumber: BPS Prov. Sulteng Tahun 2018 (data diolah)
189,05 413,49 779,64 301,85 188,30 152,83
10.131,28
7,59%
13,69%
8,87%11,32%
15,83%11,22% 9,66%
-10%
10%
30%
0
5.000
10.000
15.000
Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Indonesia
Jumlah Penduduk Miskin % Penduduk Miskin
2,87 2,822,28 2,11
2,52 2,72 2,55 2,28
0,78 0,820,53 0,55 0,66 0,73 0,72 0,68
0
1
2
3
4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Indeks Kedalaman Kemisminan (P1), persen Indeks Keparahan Kemisminan (P2), persen
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 13
3. Ketimpangan (Gini Ratio)Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini Ratio. Nilai
Gini Ratio berkisar antara 0 - 1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan
ketimpangan yang semakin tinggi Gini Ratio. Nilai Gini Ratio Sulawesi Tengah
selama periode Maret 2014 hingga September 2018 terus mengalami fluktuasi
namun nilainya cenderung menurun. Selama kurun waktu tersebut, periode
September 2018 merupakan nilai Gini Ratio terendah hal ini menunjukkan
bahwa terjadi pemerataan pengeluaran di Sulawesi Tengah.
Grafik 1.13. Perkembangan Gini Ratio di Sulawesi TengahPeriode Maret 2014 – Sept 2018
Sumber: BPS Prov. Sulteng Tahun 2018 (data diolah)
Dari Grafik 1.11 dapat dijelaskan bahwa ketimpangan pengeluaran di Sulawesi
Tengah sebesar 0,317 berada pada level sedang. Namun jika dilihat dari Gini
Ratio daerah perkotaan sebesar 0,331 juga berada di level sedang namun di
daerah perdesaan dengan nilai Gini Ratio 0,280 telah berada di level rendah.
Pada periode September 2087, Gini Ratio Sulawesi Tengah sebesar 0,317
terendah dibandingkan dengan provinsi lain di Sulawesi dan merupakan
terendah kelima se-Indonesia dimana nilai Gini Ratio Indonesia sebesar 0,384.
4. Kondisi KetenagakerjaanJumlah penduduk usia kerja di Sulawesi Tengah Tahun 2018 sebanyak 2.161
ribu orang mengalami kenaikan sebanyak 34.012 orang atau sebesar 1,57
persen dibandingkan Tahun 2017 sebanyak 2.127 ribu orang. Kenaikan jumlah
penduduk usia kerja juga diiringi jumlah angkatan kerja yang naik sebesar
74.389 orang dan penduduk yang bekerja sebanyak 77,277 orang. Dengan
adanya peningkatan tersebut mengurangi jumlah pengangguran sebesar 2.888
orang atau pengangguran berkurang sebesar 5,61 persen dibandingkan tahun
2017. Kondisi ketenagakerjaan menurut jenis kegiatan utama dan
perubahannya tersaji pada Tabel 1.3.
0,406 0,4060,425 0,415
0,3870,372 0,379
0,367 0,370
0,331
0,3050,283
0,3290,303
0,3200,308 0,309 0,313 0,307
0,280
0,3720,352
0,374 0,370 0,3620,347 0,355 0,345 0,346
0,317
0,250
0,300
0,350
0,400
0,450
Maret '14 Sept '14 Maret '15 Sept '15 Maret '16 Sept '16 Maret '17 Sept '17 Maret '18 Sept '18
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
14 Annual Regional Fiscal Report 2018
Tabel 1.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan UtamaTahun 2017 – 2018
Status KeadaanKetenagakerjaan
Tahun Perubahan
2017 2018 Orang Persentase
Penduduk Usia Kerja 2.127.858 2.161.870 34.012 1,57
Angkatan Kerja 1.428.583 1.502.972 74.389 4,95
Bekerja 1.374.214 1.451.491 77.277 5,32
Pengangguran 54.369 51.481 (2.888) -5,61
Bukan Angkatan Kerja 699.275 658.898 (40.377) -6,13
Sekolah 197.419 195.248 (2.171) -1,11
Mengurus RumahTangga 438.646 401.321 (37.325) -9,30
Lainnya 63.210 62.329 (881) -1,41
Tingkat PengangguranTerbuka (TPT) 3,81 3,43 0,38
Tingkat PartisipasiAngkatan Kerja (TPAK) 67,14 69,52 2,38
Sumber: BPS Prov. Sulteng Tahun 2019 (data diolah)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2018 sebesar 69,52 persen
atau 2,38 persen dibandingkan tahun 2017 mengindikasikan adanya kenaikan
potensi ekonomi dari sisi pasokan tenaga kerja.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tengah pada tahun 2018
sebesar 3.43 persen mengalami penurunan sebesar 0,38 persen dibandingkan
tahun 2017 sebesar 3,81 persen, hal ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja
terserap lebih banyak dibandingkan tahun 2017 atas penawaran yang terjadi di
pasar tenaga kerja.
C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL
Pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tengah menetapkan Dokumen Kebijakan
Umum Anggaran (KUA), Proritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang
ditetapkan untuk dicapai pada tahun berjalan. Demikian juga target kebijakan makro
ekonomi dan pembangunan yang telah ditetapkan akan diupayakan untuk dapat
dicapai pada akhirnya. Secara garis besar, target kebijakan makro ekonomi dan
pembangunan Sulawesi Tengah tahun 2018 tersaji pada Tabel 1.4.
BAB IPerkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 15
Tabel 1.4. Target KUA & PPAS, RPJMD dan RealisasiProvinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 dan Realisasi Tahun 2017 – 2018
No. Indikator Target RPJMD2018
Target KUA &PPAS 2018
RealisasiCapaian 2018
RealisasiCapaian
20171. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 13,5 +/- 2 % 7 -,5 % 6,10% 7,14%
2. PDRB Nominal Per Kapita (Jt Rp) 54,57 +/- 4 Jt 46 - 48 Jt 50,18 Jt 45,24 Jt
3. Inflasi(%) 3,5 – 6,0 % 4 – 5 % 6,46 % 4,33 %
4. IPM (Poin) 67,76 67,76 68,11 67,47
5. Persentase Penduduk Miskin (%) 13,29 - 13,69 12 -14 13,69 14,22
6. Indeks Gini (poin) 0,374 - 0,364* 0,374 - 0,364** 0.317* 0,345 **
7. Pengangguran (%) 3,39 3,75 – 4,19 3,43 3,81
Sumber: Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, BPS Sulawesi Tengah (data diolah)*) Tahun 2017**) Tahun 2016
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Sulawesi Tengah ditetapkan dengan melihat
realisasi pada tahun-tahun sebelumnya dengan mempertimbangan kondisi makro
di masa yang akan datang. Realiasasi LPE pada tahun 2018 di bawah target yang
ditetapkan baik dari target RPJMD 2018 maupun Kebijakan Umum Anggaran (KUA)
tahun 2087. Namun LPE masih di atas LPE Nasional sebesar 5,17 persen.
Demikian juga dengan realisasi PDRB Nominal dengan capaian sedikit dibawah
target minimum meski naik dibandingkan tahun 2017.
Realisasi capaian inflasi tahun 2018 sebesar 6,46 persen juga lebih tinggi dari target
yang ditetapkan pada RPJMD dan KAU tahun 2018 yang menetapkan 3,5 – 6,0
persen.
Tidak tercapainya target LPE dan inflasi yang telah ditetapkan pada tahun 2018
merupakan dampak dari adanya bencana alam berupa gempa bumi, tsunami dan
likuifaksi pada tiga kabupaten/kota yang terjadi pada akhir September 2018 dimana
dari bencana alam tersebut berimbas naiknya kebutuhan pokok dan tersendatnya
perekonomian di Sulawesi Tengah.
Capaian indikator makro ekonomi dan pembangunan tingkat regional lainnya dapat
terealisasikan yakni indeks pembangunan manusia yang meningkat sebesar 0,64
poin dibandingkan tahun 2016 sebesar 67,47, menurunnya persentase penduduk
miskin sebesar 0.53 persen dibandingkan tahun 2017 sebesar 14,22 persen,
distribusi pendapatan yang semakin merata dengan menurunnya indeks gini
sebesar 0.028 poin dibandingkan tahun 2016 sebesar 0.345, menurunnya jumlah
pengangguran di Sulawesi Tengah sebesar 0,38 persen dari tahun 2017 sebesar
3,81 persen.
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
16 Annual Regional Fiscal Report 2018
BAB IIPERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL
A. APBN TINGKAT PROVINSI
Realisasi Pendapatan Negara tahun 2018 sebesar Rp3,72 triliun naik sebesar
Rp371,94 miliar atau 11,09 persen dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp3,35 triliun.
Dari sisi belanja negara, realisasi belanja tahun 2018 sebesar Rp22,93 triliun
dengan realisasi belanja mencapai 97,01 persen dari pagu belanja negara sebesar
23,63 triliun. Realisasi belanja tahun 2018 tumbuh 3,64 persen dibandingkan
realisasi belanja tahun 2017 sebesar 93,37 persen. Belanja negara yang lebih besar
dari pendapatan negara mengakibatkan terjadinya defisit anggaran sebesar
Rp19,20 triliun hal ini mengindikasikan dalam pemenuhan belanja negara di Provinsi
Sulawesi Tengah masih menerima subsidi silang dari provinsi lain.
Tabel 2.1. APBN Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017 – 2018(dalam Juta Rupiah)
UraianTahun 2017 Tahun 2018
Pagu Realisasi Pagu RealisasiPendapatan Negara 3.926.499 3.355.165 3.908.765 3.727.108
Penerimaan Perpajakan 3.576.508 2.925.121 3.576.508 3.228.234Penerimaan Negara Bukan Pajak 349.991 430.044 332.257 498.874Hibah 0 0 0 0
Belanja Negara 23.828.182 22.248.740 23.633.527 22.927.173Belanja Pemerintah Pusat 7.235.553 6.806.764 7.909.159 7.363.349Transfer ke Daerah 15.158.803 14.012.024 14.360.247 14.199.702
Dana Desa 1.433.826 1.429.953 1.364.121 1.364.121Surplus/(Defisit) -19.901.683 -18.893.575 -19.724.762 -19.200.065Pembiayaan - - - -
Pembiayaan Dalam Negeri -‘ - - -
Pembiayaan Luar Negeri - - - -
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, OMSPAN 2019 (data diolah)
B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSIPendapatan pemerintah pusat terdiri dari penerimaan perpajakan dan PNBP.
1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat ProvinsiPenerimaan perpajakan tahun 2018 (y-on-y) sebesar Rp3,29 triliun tumbuh
sebesar 10,36 persen atau Rp303,11 miliar jika dibandingkan pada tahun 2017
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 17
sebesar 2,92 triliun. Pertumbuhan penerimaan perpajakan diperoleh dari
semua jenis pajak yang ada di Sulawesi Tengah terkecuali pada cukai tidak
terdapat realisasi hal ini mengindikasikan bahwa daerah di Sulawesi Tengah
bukan merupakan daerah potensial penerima cukai.
Tabel 2.2. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsidi Provinsi Sulawesi Tengah (dalam Juta Rupiah)
Penerimaan PerpajakanTahun 2017 Tahun 2018
Target Realisasi Target RealisasiPajak Penghasilan 1.553.741 1.265.936 1.846.030 1.432.315Pajak Pertambahan Nilai 1.765.296 1.371.609 1.420.260 1.407.267Pajak Bumi dan Bangunan 15.424 18.040 24.770 20.448Cukai 0 0 0 0Pajak lainnya 45.683 37.756 59.050 41.691Bea masuk 227.313 227.261 217.513 297.061Bea Keluar/Pungutan Ekspor 4.393 4.518 8.885 29.452
Jumlah 3.611.850 2.925.121 3.576.508 3.228.234
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Pendapatan perpajakan terbesar diperolah dari penerimaan PPh sebesar 44,37
persen kemudian disusul PPN sebesar 43,59 persen sedangkan penerimaan
perpajakan lainnya menyumbangkan 12,04 persen.
Analisis Tax RatioPenerimaan perpajakan Tahun 2018 mengalami pertumbuhan sebesar 11,09
persen dibanding tahun lalu namun jika dikaitkan dengan pertumbuhan
ekonomi mengalami kontraksi sebesar 0,04 persen. Sementara kontribusi
perpajakan bila diukur menggunakan DPRB ADHK, mengalami kenaikan
sebesar 0,18 persen.
Grafik 2.1. Rasio Perpajakan Terhadap PDRB
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Prov. Sulteng, BPS Prov. Sulteng (data diolah)
2,18% 2,14%
3,00% 3,18%
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
2017 2018Rasio Perpajakan Thp PDRB ADHB Rasio Perpajakan Thp PDRB ADHK
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
18 Annual Regional Fiscal Report 2018
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat ProvinsiSelain dari sektor perpajakan, pendapatan negara yang bersumber dari bukan
pajak saat ini juga telah mulai diperhitungkan untuk dijadikan andalan dalam
memaksimalkan penerimaan negara. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
adalah semua penerimaan Pemerintah Pusat yang diterima dalam bentuk
penerimaan dari sumber daya alam, pendapatan bagian laba BUMN, PNBP
lainnya serta pendapatan BLU. Selain penggolongan menurut jenisnya, dikenal
juga adanya PNBP Fungsional.
1. Perkembangan PNBP menurut JenisRealisasi capaian penerimaan PNBP tahun 2018 sebesar Rp498,99 miliar
naik sebesar Rp0,68 miliar atau 16,01 persen dibandingkan tahun 2017
yang sebesar Rp430,04 miliar. Kenaikan penerimaan PNBP tahun 2018
diperoleh dari naiknya PNBP Lainnya sebesar Rp9,44 juta dan pendapatan
BLU sebesar Rp59,38 juta.
Tabel 2.3. Pendapatan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsidi Provinsi Sulawesi Tengah (per Jenis PNBP dalam Miliar Rupiah)
Penerimaan PNBPTahun 2017 Tahun 2018
Target Realisasi Target Realisasi
PNBP Lainnya 96.801 188.804 90.951 198.251
Badan Layanan Umum 253.189 241.241 241.305 300.622
Jumlah 349.991 430.044 332.257 498.873Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
2. Perkembangan PNBP FungsionalPenerimaan PNBP fungsional merupakan penerimaan yang berasal dari
hasil pungutan kementerian negara/lembaga atas jasa yang diberikan
sehubungan dengan tugas pokok dan fungsinya dalam melaksanakan
fungsi pelayanan kepada masyarakat. Penerimaan PNBP tahun 2018
sebesar Rp141,55 miliar atau 180,66 persen dari target penerimaan
sebesar Rp78,354 miliar. Secara terinci penerimaan PNBP fungsional
Tahun 2018 tersaji pada Tabel 2.4.
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 19
Tabel 2.4. Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di ProvinsiSulawesi Tengah (menurut Fungsional Kementerian/Lembaga)
(5 target PNBP terbesar dalam Juta Rupiah)
Penerimaan PNBP Target RealisasiJasa Kepelabuhanan 24.351 26.750Biaya Pendidikan 23.266 23.464Pengamanan Obyek Vital 11.353 9.708Jasa Navigasi Pelayaran 8.723 7.633BPJS dan FKTP 2.234 2.041Penerimaan Lainnya 8.426 71.958
Jumlah 78.354 141.554
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Realisasi penerimaan PNBP Fungsional mencapai 180,66 persen. Hal ini
tidak serta merta mencerminkan tingginya deviasi antara target dan
realisasi namun karena adanya penerimaan yang target penerimaannya
dilakukan secara terpusat sedangkan pencatatan penerimaan PNBP tetap
dilakukan di daerah.
Analisis Penerimaan Perpajakan dan PNBP1. Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional
(APBN dan APBD)PDRB Sulawesi Tengah menurut ADHK tahun 2018 sebesar Rp150.64
triliun, kontribusi penerimaan perpajakan sebesar Rp4,39 triliun atau
2,92 persen, penerimaan PNBP sebesar Rp1,37 triliun atau 0,92 persen
dan PAD sebesar Rp2,04 triliun atau 1,36 persen terhadap PDRB
Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2018.
Grafik 2.2. Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi RegionalSulawesi Tengah Tahun 2018 (dalam Persentase)
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Dari Grafik 2.2. terlihat penerimaaan perpajakan yang cukup tinggi di
Kota Palu, Kab. Tolitoli, Kab, Banggai, Kab. Morowali dan Kab. Banggai.
Hal ini akibat pencatatan penerimaan pajak pusat dicatat pada Kantor
Pelayanan Pajak setempat.
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
Pemprov Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowli Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Perpajakan/PDRB ADHB PNBP/PDRB ADHB PAD/PDRB ADHB
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
20 Annual Regional Fiscal Report 2018
2. Analisis Kontribusi Populasi terhadap Pendapatan PemerintahKontribusi rata-rata setiap penduduk dari sektor perpajakan
pusat/daerah terhadap total pendapatan di Sulawesi Tengah pada
Tahun 2018 sebesar Rp1.182.585/jiwa dan kontribusi pada sektor
pendapatan PNBP dan PAD masing-masing sebesar Rp387.870/jiwa
dan Rp340.831/jiwa.
Grafik 2.3. Kontribusi Populasi Terhadap Pendapatan PemerintahTahun 2018 (dalam Ribu Rupiah)
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Secara spasial di Provinsi Sulawesi Tengah, kontribusi penduduk
terhadap pendapatan pajak pusat dan daerah terbesar adalah Kota
Palu dan terkecil Kabupaten Parigi Moutong sebesar Rp3.483.137/jiwa
dan Rp30.963/jiwa. Kontribusi penduduk terhadap pendapatan PNBP
terbesar adalah Kota Palu dengan kontribusi Rp1.400.480/jiwa dan
terkecil Kabupaten Donggala sebesar Rp86,703/jiwa. Sedangkan
kontribusi penduduk terhadap pendapatan PAD terbesar di Kabupaten
Morowali dan terkecil di Kabupaten Buol yang berkontribusi masing-
masing sebesar Rp1.339.026/jiwa dan Rp91.826/jiwa.
Besarnya kontribusi populasi terhadap perpajakan di beberapa
kabupaten/kota disebabkan perpajakan pusat yang tercatat di daerah
setempat. Khusus untuk Kota Palu yang merupakan Ibukota Provinsi
Sulteng yang perekonomian dan pusat perkantoran berada di Kota Palu
sehingga pendapatan perpajakan tercatat sebagai penerimaan pajak
Kota Palu.
C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSIBelanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan
stimulus fiskal. Salah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah
0500
1.0001.5002.0002.5003.0003.500
PosoDonggala
Tolitoli
Banggai
Buol
Morowali
BangkepParimo
Touna
Sigi
Banglut
Morut
Palu
Perpajakan/Populasi PNBP/Populasi PAD/Populasi
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 21
instrumen ekonomi berupa stimulus fiskal. Secara garis besar, komposisi dari
stimulus fiskal adalah berupa pengurangan beban pajak dan tambahan belanja
pemerintah (increased spending).
1. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (BagianAnggaran/ Kementerian/ Lembaga)Alokasi belanja berdasarkan organisasi di Provinsi Sulawesi Tengah tersebar
pada 44 kementerian/lembaga. Terdapat 5 kementerian/lembaga yang
mengelola pagu terbesar mencapai Rp5,17 triliun atau 65,36 persen dan
sisanya sebesar Rp2,54 triliun tersebar pengalokasiannya kepada 39
kementerian/lembaga. Secara terinci perkembangan pagu dan realisasi
berdasarkan organisasi disajikan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggarandi Provinsi Sulawesi Tengah (lima terbesar dalam Miliar Rupiah)
Kementerian/Lembaga2017 2018
Pagu Realisasi Pagu RealisasiKementerian PUPR 2.271.189 2.138.798 2.195.001 2.002.934Kepolisian Negara RI 937.963 910.297 983.116 1.004.517Kementerian Agama 847.900 785.401 845.993 788.664Kementerian Perhubungan 684.819 640.236 664.475 609.557Kemenristek Dikti 452.984 409.200 480.614 413.895Kementerian/Lembaga Lainnya 2.040.698 1.922.831 2.739.961 2.543.782
Jumlah 7.235.553 6.806.764 7.909.159 7.363.349Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
2. Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan FungsiAlokasi belanja berdasarkan fungsi tahun 2018 masih didominasi oleh fungsi
ekonomi dengan pagu sebesar Rp3,04 triliun turun sebesar 5,22 persen
dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp3,21 triliun. Pekembangan pagu dan
realisasi berdasarkan fungsi terinci pada Tabel 4.6.
Tabel 2.6. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsidi Provinsi Sulawesi Tengah (dalam Juta Rupiah)
Fungsi2017 2018
Pagu Realisasi Pagu RealisasiAgama 213.511 170.952 207.616 185.032Ekonomi 3.212.415 3.005.841 3.046.382 2.771.834Kesehatan 156.968 142.369 236.380 201.421Ketertiban Dan Keamanan 1.231.330 1.195.191 1.356.776 1.362.549Lingkungan Hidup 172.092 156.172 212.587 193.594Pariwisata Dan Budaya 1.107 1.033 2.573 2.544Pelayanan Umum 393.353 371.909 824.305 765.942Pendidikan 1.196.691 1.127.594 1.229.396 1.110.743Perlindungan Sosial 26.319 24.933 30.629 30.207Pertahanan 241.914 241.453 287.703 287.050Perumahan Dan Fasilitas Umum 389.852 369.317 474.812 452.434
Jumlah 7.235.553 6.806.764 7.909.159 7.363.349Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
22 Annual Regional Fiscal Report 2018
3. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis BelanjaMenurut jenisnya belanja Pemerintah Pusat terdiri dari 8 jenis belanja yaitu
belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang,
subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja lain-lain namun di
Provinsi Sulawesi Tengah hanya ada 4 jenis belanja sebagaimana terinci pada
Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanjadi Provinsi Sulawesi Tengah (dalam Miliar Rupiah)
Jenis Belanja2017 2018 Pert. Pagu
2017 - 2018
Pert.Realisasi
2017 - 2018Pagu Realisasi Pagu Realisasi
Belanja Pegawai 2.105.757 2.001.984 2.265.751 2.220.318 7,60% 10,91%Belanja Barang 2.527.677 2.367.649 3.391.244 3.122.004 34,16% 31,86%Belanja Modal 2.580.982 2.417.174 2.238.621 2.007.673 -13,26% -16,94%Bantuan Sosial 21.137 19.956 13.543 13.355 -35,93% -33,08%
Jumlah 7.235.553 6.806.764 7.909.159 7.363.349 9,31% 8,18%
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Total pagu belanja APBN tahun 2018 di Sulawesi Tengah sebesar Rp7,91 triliun
naik sebesar 9,31 persen jika dibandingkan tahun 2017. Realisasi belanja juga
mengalami kenaikan sebesar 8,18 persen dibandingkan tahun 2017 sebesar
Rp6,80 triliun. Penyerapan anggaran tahun 2018 sebesar 93,10 persen lebih
rendah dibandingkan penyerapan tahun lalu sebesar 94,07 persen.
Analisis belanja pemerintah pusat:1. Alokasi Sektor Konsumtif dan Produktif
Sektor konsumtif merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk
membiayai administrasi dan kebutuhan birokrasi, seperti gaji dan
tunjangan, honor, belanja operasional kantor, pengadaan kendaraan dinas,
dan sebagainya. Sedangkan sektor produktif antara lain seperti
peningkatan mutu jalan, jaringan, irigasi, intensifikasi dan ekstensifikasi
pertanian, pengadaan traktor untuk masyarakat, dan sebagainya.
Grafik 2.4. Rasio Belanja Sektor Konsumtif dan Produktif
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
2.440 2.2235.469 5.140
Pagu Realisasi
Produktif Konsumtif
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 23
Belanja sektor produktif tahun 2018 memperoleh porsi anggaran sebesar
Rp2,44 triliun atau 30,86 persen lebih kecil jika dibandingkan dengan
alokasi anggaran sektor konsumtif yang mencapai Rp5,47 triliun atau
69,14 persen dari alokasi anggaran APBN tahun 2018 sebesar Rp7,91
triliun. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, pagu anggaran sektor
produktif naik sebesar Rp17,30 miliar atau 0,71 persen sedangkan pagu
belanja konsumtif naik sebesar Rp872,88 miliar atau 18,99 persen
dibandingkan pagu tahun 2017.
Meskipun terjadi kenaikan pagu belanja sektor produktif namun tidak
setinggii kenaikan pagu belanja sektor konsumtif, dalam satu sisi kenaikan
belanja konsumtif dapat meningkatkan pelayanan namun jika sektor
produktif bisa meningkat lebih pada mulplier effect jangka panjang
selanjutnya dapat menjaga pertumbuhan ekonomi.
2. Belanja Wajib dan Belanja Tidak WajibPagu belanja pendidikan tahun 2018 sebesar Rp1,23 triliun meningkat
sebesar 2,73 persen dibandingkan alokasi tahun 2017 sebesar Rp1,19
triliun. Pagu belanja kesehatan tahun 2018 sebesar Rp236,38 miliar juga
meningkat sebesar 50,59 persen dibandingkan tahun 2017 sebesar
Rp156,96 miliar.
Persentase pagu anggaran tahun 2018 untuk belanja pendidikan dan
belanja kesehatan lebih rendah dari yang diamanatkan Undang-undang
sebesar 20 persen dan 5 persen dimana pagu belanja kesehatan baru
dialokasikan sebesar 2,99 persen dan pagu belanja pendidikan sebesar
15,54 persen.Grafik 2.5. Persentase Alokasi Belanja Menurut Fungsi Tahun 2017 - 2018
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
2,95%
44,40%
2,17%
17,02%
2,38%0,02%
5,44%
16,54%
0,36%3,34%
5,39%2,63%
38,52%
2,99%
17,15%
2,69%0,03%
10,42%
15,54%
0,39%3,64%
6,00%
Agama Ekonomi Kesehatan Ketert danKeamanan
LingkunganHidup
Pariw danBudaya
PelayananUmum
Pendidikan PerlindunganSosial
Pertahanan Perum dan FasUmum
2017 2018
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
24 Annual Regional Fiscal Report 2018
3. Analisis Infrastruktur Tingkat RegionalPembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tahun 2018 sebesar Rp44.790,6
triliun dan belanja infrastruktur pemerintah pusat tahun 2018 sebesar
Rp2,01 triliun. Kontribusi belanja infrastruktur terhadap komponen PMTB
Tahun 2018 sebesar 0,042 persen turun 0,013 persen poin dibandingkan
kontribusi PMTB tahun 2017 sebesar 0,055 persen.
Penurunan kontribusi belanja infrastruktur tahun 2018 seiring dengan
menurunnya pagu dan realisasi belanja infrastruktur dari pagu sebesar
Rp2,58 triliun menjadi Rp2,25 triliun dan realisasi belanja modal dari
Rp2,41 triliun menjadi Rp2,01 triliun pada tahun 2018.
D. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSATCash flow atas pendapatan dan belanja Pemerintah Pusat di provinsi Sulawesi
Tengah tahun 2018 menunjukkan arus kas masuk (cash in flow) sebesar Rp3,72
triliun lebih kecil dibandingkan arus kas keluar (cash out flow) sebesarRp22,92 triliun
sehingga terjadi defisit sebesar Rp19,20 triliun. Kondisi defisit berarti dalam
membiayai belanjanya pemerintah pusat di Provinsi Sulawesi Tengah belum mampu
dibiayai dari pendapatnya. Dari kondisi tersebut, mengindikasikan bahwa dalam
membiayai belanjanya Pemerintah Pusat di provinsi Sulawesi Tengah menerima
subsidi silang dari daerah lain di Indonesia.
Grafik 2.6. Cash Flow Pemerintah Pusat Tahun 2018
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
E. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESADana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus,
dan dana penyesuaian.
Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana DesaPagu transfer ke daerah dan Dana Desa tahun 2018 sebesar Rp15,71 triliun dengan
realisasi sebesar Rp15,56 triliun atau 99,08 persen. Pagu tahun 2018 menurun
3.727
-22.938-19.211
-30.000
-20.000
-10.000
0
10.000
Cash In Flow Cash Out Flow Defisit
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 25
sebesar Rp884.012 atau 5,33 persen dibandingkan tahun 2017 yang mencapai
Rp16,59 triliun. Dari sisi serapan anggaran, penyerapan anggaran tahun 2018
mencapai 99,08 persen lebih baik dari penyerapan anggaran tahun 2017 sebesar
93,06 persen.
Tabel 2.8. Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer dan Dana Desadi Propinsi Sulawesi Tengah (dalam Juta Rupiah)
Dana Transfer dan Dana Desa2017 2018
Pagu Realisasi Pagu RealisasiTransfer Dana Bagi Hasil 1.775.231 819.715 915.717 914.853Transfer Dana Alokasi Umum 9.389.387 9.399.420 9.540.124 9.540.124Dana Insentif Daerah 95.337 95.337 136.750 136.750Dana Alokasi Khusus Fisik 2.184.785 2.054.104 1.858.649 1.801.008Dana Alokasi Khusus Nonfisik 1.714.063 1.643.447 1.893.257 1.806.985Dana Desa 1.433.826 1.429.953 1.364.121 1.364.121
Jumlah 16.592.629 15.441.977 15.708.618 15.563.824Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, OMSPAN (data diolah)
Analisis ruang fiskal dan kemandirian daerah1. Ruang fiskal, ruang yang cukup pada anggaran pemda kabupaten/kota tanpa
mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib) dari masing-masing
pemda di Sulawesi Tengah cukup bervariatif dengan rata-rata ruang fiskal
sebesar 39,91 persen dari pendapatan pemda. Rata-rata pendapatan pemda
sebesar 60,09 persen telah teralokasikan kepada belanja yang harus dibiayai.
Sempitnya ruang fiskal pemda di wilayah Sulawesi Tengah seharusnya menjadi
cambuk bagi pemda untuk menggali potensi-potensi pendapatan guna
meningkatkan pendapatan. Secara terinci Ruang Fiskal kabupaten/kota di
Sulawesi Tengah tahun 2018 disajikan pada Grafik 2.8.
Grafik 2.7. Ruang Fiskal Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2018(dalam Miliar Rupiah)
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, OMSPAN (data diolah)
1.595
436 374 353
730
428538
334
588
325 379239
437516
0
500
1.000
1.500
2.000
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
Pemprov Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Pendapatan DAK Belanja Pegawai Tak Langsung Ruang Fiskal
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
26 Annual Regional Fiscal Report 2018
2. Rasio kemandirian daerah, pada Tahun 2018 secara rata-rata rasio PAD di
Sulawesi Tengah sebesar 11,23 persen lebih rendah jika dibandingkan rasio
dana transfer yang mencapai 78,31 persen. Dari kondisi tersebut, dapat
diartikan secara umum kabupaten/kota di Sulawesi Tengah pada Tahun 2018
masih memiliki kemampuan yang terbatas dalam memenuhi kebutuhan
belanjanya dari PAD. Besarnya rata-rata rasio PAD terhadap total
pendapatan APBD sebesar 11,23 persen jika dilihat lebih jauh merupakan
sumbangan dari Pemprov. Sulawesi Tengah sebesar 26,37 persen,
Kabupaten Morowali 14,87 persen dan Kota Palu sebesar 20,60 persen.
Dengan tidak mendiskreditkan peran daerah, rata-rata rasio PAD terhadap
total pendapatan turun menjadi 5,00 persen jika ke-tiga pemperintah daerah
yang mempunyai rasio PAD terhadap total pendapatan diatas rata-rata rasio
tidak diperhitungkan.
Grafik 2.8. Rasio PAD dan Rasio Dana Transfer Kabupaten/Kota di SulawesiTengah Tahun 2018
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, OMSPAN (data diolah)
F. PENGELOLAAN BLU PUSAT1. Profil dan jenis layanan satker BLU pusat
Di Provinsi Sulawesi Tengah pada Tahun 2018 terdapat 3 BLU Pusat dengan
jenis rumpun kegiatan penyediaan barang/jasa yang terdiri dari 1 BLU layanan
pendidikan, 1 BLU layanan kesehatan dan 1 BLU di layanan penyediaan
barang/jasa lainnya.
Tabel 2.9. Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat di Provinsi Sulawesi TengahTahun 2018 (dalan Juta Rupiah)
No JenisLayanan Satker BLU Nilai Aset
PaguRM PNBP Jumlah
1. Pendidikan Universitas Tadulako 2.786.368 227.948 252.700 480.6472. Kesehatan Rumkit Bhayangkara 29.693 20.189 8.542 28.7313. Jasa Lainnya Bandar Udara Mutiara 3.737.024 26.500 177.069 203.569
Jumlah 6.553.085 274.637 438.310 712.947Sumber: BLU di Sulawesi Tengah 2019 (data diolah)
0,260,07 0,04 0,03 0,04 0,07 0,15 0,02 0,09 0,06 0,02 0,03 0,04
0,21
0,710,81 0,82 0,85 0,80 0,78 0,71 0,83 0,74
0,900,84
0,960,83 0,70
Pemprov poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Rasio PAD thp Total Pendapatan APBD Rasio Dana TransferThp Total Pendapatan APBD
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 27
2. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU PusatKurun waktu tahun 2018, aset BLU mengalami kenaikan aset sebesar 0,02
persen jika dibandingkan aset tahun 2017 sebesar Rp6,55 triliun. Kenaikan
jumlah aset tahun 2018 terbesar tercatat oleh Bandar Udara Mutiara sebesar
1,89 persen selanjutnya Rumkit Bhayangkara sebesar 0,96 persen dan
Universitas Tadulako mengalami penurunan sebesar 2,39 persen.
Tabel 2.10. Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLUdi Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2016 – 2018 (dalan Juta Rupiah)
No Satker BLUAset
2016 2016 2017
1. Universitas Tadulako 1.016.199 2.854.710 2.786.368
2. Rumkit Bhayangkara 14.270 29.410 29.6933 Bandar Udara Mutiara 873.326 3.667.580 3.737.024
Jumlah 1.903.796 6.551.701 6.553.085Sumber: BLU di Sulawesi Tengah 2019 (data diolah)
Pagu PNBP satker BLU tahun 2018 sebesar Rp274,66 miliar naik Rp12,70
miliar atau 4,85 persen dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp261,93 miliar.
Sedangkan pagu Rupiah Murni mengalami kenaikan sebesar Rp39,88 miliar
atau 10,01 persen dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp398,42 miliar.
Tabel 2.11. Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Aset Satker BLU di ProvinsiSulawesi Tengah Tahun 2017 – 2018 (dalan Juta Rupiah)
No. Nama Satker BLUPagu 2017 Pagu 2018
PNBP RM PNBP RM1. Universitas Tadulako 224.347 228.637 227.948 252.7002. Rumkit Bhayangkara 20.522 8.538 20.189 8.5423. Bandar Udara Mutiara 17.062 161.247 26.500 177.069
Jumlah 261.931 398.422 274.637 438.310Sumber: BLU di Sulawesi Tengah 2019 (data diolah)
3. Kemandirian BLUTingkat kemandirian BLU diukur dengan porsi pagu PNBP diatas 65 persen dari
total pagunya. Nilai pagu PNBP atas total pagu BLU di Sulawesi Tengah rerata
sebesar 43,57 persen artinya masih belum sepenuhnya mandiri. Jika dilihat per
satker BLU terdapat BLU yamg telah memiliki porsi diatas 65 persen yaitu
Rumkit Bhayangkara.sebesar 70,27 persen. BLU Universitas Tadulako memliki
porsi pagu PNBP sebesar 47,43 persen turun dibandingkan tahun 2017
sebesar 49,53 persen dan Bandar Udara Mutiara porsi pagu PNBP sebesar
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
28 Annual Regional Fiscal Report 2018
13,02 naik dibandingkan tahun 2017 sebesar 9,57 persen. Secara terinci
kemandirian BLU di Provinsi Syulawesi Tengah tersaji pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12. Tingkat Kemandirian BLU Pusat di Provinsi Sulawesi Tengah(dalam Miliar Rupiah)
JenisLayanan Nama Satker BLU Aset
Tahun 2017 Tahun 2018
PaguPNBP % Pagu
RM % PaguPNBP % Pagu
RM %
Pendidikan Universitas Tadulako 2.786 224 49,53 229 50,47 228 47,43 253 52,57
Kesehatan Rumkit Bhayangkara 30 21 70,62 9 29,38 20 70,27 9 29,73
Jasa lainnya Bandar UdaraMutiara 3.737 17 9,57 161 90,43 27 13,02 177 86,98
Jumlah 6.553 262 43,24 398 56,76 275 43,57 438 56,43
Sumber: BLU di Sulawesi Tengah 2019 (data diolah)
4. Profil dan jenis layanan satker PNBPSatker pengelola PNBP di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018
sebanyak 96 satker yang belum menjadi satker BLU. Satker pengelola PNBP
tersebut antara lain berada dalam lingkup Kementerian Kumham, Kementerian
Pertanian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Agama, Kementeriaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN,
Kepolisian, dan LPP RRI.
Jenis layanan satker PNBP di wilayah Sulawesi Tengah terdiri dari layanan
pendidikan, layanan kesehatan dan layanan jasa lainnya. Profil dan jenis
layanan satker PNBP sebagaimana secara terinci pada Tabel 2.13.
Tabel 2.13. Profil dan Jenis Layanan Satker Pengelola PNBP di Provinsi SulawesiTengah Tahun 2017- 2018 (sepuluh terbesar pagu PNBP dalam Juta Rupiah)
o. JenisLayanan Nama Satker
Pagu 2017 Pagu 2018 JumlahPagu2018
%PaguPNBPPNBP RM PNBP RM
1 Jasa Lainnya BP Hutan Produksi Wil XII Palu 14.739 18.649 18.700 12.909 31.609 59,16
2 Jasa Lainnya Polres Banggai 2.144 87.937 15.890 55.001 70.891 22,42
3 Pendidikan Politeknik Kesehatan Palu 14.276 36.050 15.657 50.923 66.579 23,52
4 Pendidikan IAIN Palu 8.825 44.065 12.038 55.513 67.552 17,82
5 Jasa Lainnya BP DDA dan HL Palu Poso 4.391 10.446 10.972 13.669 24.641 44,53
6 Jasa Lainnya Kanwil BPN Prop. Sulteng 5.061 38.752 8.171 30.901 39.071 20,91
7 Jasa Lainnya Ditlantas Polda Sulteng 7.422 13.119 7.492 13.016 20.509 36,53
8 Jasa Lainnya Rosarpras Polda Sulteng 6.250 35.167 6.945 25.512 32.457 21,40
9 Jasa Lainnya Ditpamobvit Polda Sulteng 1.038 7.527 6.915 7.738 14.653 47,19
10 Jasa Lainnya BBTN Lore Lindu 2.945 16.785 6.345 19.003 25.348 25,03
11 Jasa Lainnya Satker PNBP Lainnya 85.329 1.878.485 93.104 1.891.565 1.984.669 4,69
Jumlah 152.421 2.186.983 202.229 2.175.749 2.377.979 8,50
Sumber : GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 29
5. Potensi satker PNBP menjadi satker BLUDari 96 satker pengelolan PNBP tidak semuanya dapat menjadi satker BLU hal
ini karena terdapat persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi satker
BLU antara lain pendapatan PNBP bukan merupakan pendapatan dari
penugasan, Dari hasil analisis potensi satker PNBP menjadi satker BLU, di
Sulawesi Tengah terdapat 5 satker yang berpotensi untuk dapat menjadi satker
BLU. Pertama, Balai Pengelolahan Hutan Produksi Wilayah XII Palu yang
memiliki posi pagu PNBP sebesar 59,16 persen dari total pagu sebesar
Rp31,60 miliar dan pagu PNBP tumbuh 26,87 persen daibandingkan tahun
2017 sebesar Rp14,73 miliar. Selanjutnya Balai Pengelolaan DAS dan Hutan
Lindung Palu Poso dan Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu dimana porsi
pagu PNBP tumbuh 149,89 persen dan 115,45 persen dibandingkan tahun
2017. Terkahir, Politeknik Kesehatan Palu dan IAIN Palu. Yang mempunyai
layanan pendidikan dengan pertumbuhan porsi pagu PNBP sebesar 9,67
persen dan 36,41 persen dibandingkan posi pagu PNBP Tahun 2017 sebesar
Rp14,27 miliar dan 8,82 miliar.
Tabel 2.14. Perkembangan Pagu PNBP dan RM Satker PNBP BerpotensiMenjadi BLU di Provinsi Sulawesi Tengah (dalan Juta Rupiah)
No. JenisLayanan Nama Satker
Pagu 2017 Pagu 2018 % KenaikanPagu PNBPPNBP RM PNBP RM
1 Jasa Lainnya BP Hutan Produksi Wilayah XII Palu 14.739 18.649 18.700 12.909 26,87
2 Pendidikan Politeknik Kesehatan Palu 14.276 36.050 15.657 50.923 9,67
3 Pendidikan Institut Agama Islam Negeri Palu 8.825 44.065 12.038 55.513 36,41
4 Jasa Lainnya BP Das Dan Hutan Lindung Palu Poso 4.391 10.446 10.972 13.669 149,89
5 Jasa Lainnya Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu 2.945 16.785 6.345 19.003 115,45
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Analisis Pengelolaan BLU Pusat1. Analisis Pagu dan Realisasi BLU Pusat
Penggunaan ambang batas pada BLU di wilayah Sulawesi Tengah pada
Tahun 2017-2018 tidak dilakukan artinya dari ambang batas penggunaan
pagu awal tahun sampai berakhirnya tahun anggaran tidak terlampaui
sehingga sattker BLU tidak melakukan revisi atas belanja terkait
penggunaan belanja atas penerimaan PNBP satker BLU.
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
30 Annual Regional Fiscal Report 2018
Tabel 2.15. Perkembangan Pagu dan Realisasi Belanja BLU
No Nama Satker BLU
Ambang Batas2017
Ambang Batas2018 Penggunaan
AB2017 Realisasi AB
2018 Realisasi AB2017
AB2018
1. Universitas Tadulako 17.143 14.099 17.674 17.674 - -2. Rumkit Bhayangkara 3.132 1.543 2.019 - - -3. Bandar Udara Mutiara 668 200 664 - - -
Sumber: BLU di Sulawesi Tengah 2019 (data diolah)
2. Analisis Kemandirian BLU PusatSeluruh BLU di wilayah Sulawesi Tengah telah mempunyai kemandirian
yang cukup tinggi terlihat dengan skor rasio mencapai mencapai 2,5 yang
merupakan skor tertinggi dalam mengukur tingkat kemandirian BLU. Rasio
kemadirian BLU dengan skor 2,5 jika pendapatan operasional terhadap
biaya operasional diatas 65 persen. Bahkan pada satker BLU Universitas
Tadulako rasio pendapatan mencapai 107,52 persen sedangkan 2 satker
BLU mempunyai rasio diatas 90 persen.
Tabel 2.16. Kemandirian BLU Tahun 2018
No. Nama Satker BLUPendapatanOperasional
Juta Rp
BiayaOperasional
Juta Rp
Rasio PendOpr thp Biaya
Opr (%)Skor
1. Universitas Tadulako 485.567 451.613 107,52% 2,52. Rumkit Bhayangkara 13.116 14.331 91,53% 2,53. Bandar Udara Mutiara 33.145 36.404 91,05% 2,5
Sumber: BLU di Sulawesi Tengah 2019 (data diolah)
3. Analisis Perkembangan Aset BLU PusatDalam memberikan pelayanan secara optimal perlu adanya fasilitas
layanan baik dari sisi mutu maupun volume layanan. Satker BLU di wilayah
Sulawesi Tengah selalu meningkatkan layanan hal ini terlihat pengelolaan
aset dari tahun 2013-2018 selalu meningkatkan fasilitas layanan dengan
tren aset yang selalu naik dari waktu ke waktu.
Grafik 2.9. Perkembangan Aset BLU Pusat di Sulawesi TengahTahun 2013 – 2018
Sumber: BLU di Sulawesi Tengah 2019 (data diolah)
2.855 2.786
29 30
3.668 3.737
-
1.000
2.000
3.000
4.000
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Mili
ar R
p
Universitas Tadulako Rumkit Bhayangkara Bandar Udara Mutiara
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 31
4. Analisis Efektifitas BLUTingkat efektifitas BLU di Sulawesi Tengah memiliki tingkat efektifitas yang
berbeda namun tidak bisa serta merta dinilai dari tingkat efektifitas melalui
skor. RS Bhayangkara sebagai rumah sakit umum mempunyai tingkat
efektifitas sangat tinggi namun yang perlu diperhatikan adalah RS
Bhayangkara merupakan satker dibawah Kepolisian RI dimana sebagian
aset untuk kegiatan operasionalnya merupakan aset dari Kepolisian RI.
Sementara satker Bandara Mutiara memberikan layanan jasa dimana aset
yang dimiliki sangat besar namun pendapatan jasa layanan terkait dengan
jumlah maskapai dan jadwal pemberangkatan pesawat hal ini tentunya
akan terus berkembang seiring peningkatan kualitas bandara. Universitas
Tadulako telah memiliki efektifitas BLU dengan kategori baik.
Tabel 2.17. Fixed Asset Turn Over BLU Tahun 2018
No. Nama Satker BLUPendapatanOperasional
Juta Rp
Aset TetapJuta Rp
PerputaranAset Tetap Skor
1. Universitas Tadulako 485.567 2.786.368 17,43% 1,5
2. Rumkit Bhayangkara 13.116 29.693 44,17% 2
3. Bandar Udara Mutiara 33.145 3.737.024 0,89% 0,25Sumber: BLU di Sulawesi Tengah 2019 (data diolah)
5. Analisis Legal BLUSecara keseluruhan tingkat kepatuhan terhadap perundang-undangan
pada BLU Pusat di Sulawesi Tengah dapat dikategorikan baik. Universitas
Tadulako telah memenuhi semua aspek legalitas sebagai PK BLU, pada
BLU Rumkit Bhayangkara sampai tahun 2018 belum mempunyai tarif
layanan sesuai tarif layanan yang seharusnya ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dan BLU Bandara Mutiara belum mempunyai penetapan sitem
akuntansi oleh Menteri Perhubungan dan belum menyusun Standart
Operating Prosedure (SOP) PK BLU.
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
32 Annual Regional Fiscal Report 2018
Tabel 2.18. Analisis Legal BLU Tahun 2018
UraianUniversitasTadulako
RumkitBhayangkara
BandaraMutiara
Ya Tidak Ya Tidak Ya TidakPenyusunan dan penyampaian Rencana Bisnisdan Anggaran (RBA) Definitif;
√ √ √
Penyusunan dan penyampaian LaporanKeuangan berdasarkan Standar AkuntansiKeuangan
√ √ √
Penyampaian Surat Perintah PengesahanPendapatan dan Belanja BLU
√ √ √
Persetujuan Tarif Layanan oleh MenteriKeuangan
√ √ √
Penetapan Sistem Akuntansi olehMenteri/Pimpinan Lembaga
√ √ √
Persetujuan Pembukaan Rekening; √ √ √Penyusunan Standard Operating Procedures(SOP) Pengelolaan Keuangan BLU
√ √ √
Sumber: BLU di Sulawesi Tengah 2019 (data diolah)
G. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSATSelain pengelolaan Badan Layanan Umum, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi
Sulawesi Tengah adalah juga menatausahakan investasi pemerintah khususnya
penerusan pinjaman (Subsidiary Loan Agreement) dan redit program.
1. Penerusan PinjamanSalah satu investasi yang ditatausahakan oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Provinsi Sulawesi Tengah adalah penerusan pinjaman Pemerintah Pusat
(Subsidiary Loan Agreement) kepada Pemerintah Daerah/BUMD. Sampai
dengan tahun 2018, terdapat 5 Loan yang teralokasikan kepada 3 debitur
dengan jumlah penarikan Rp55,39 miliar.Tabel 2.19. Profil Penerusan Pinjaman Provinsi Sulawesi Tengah
Per 31 Desember 2018
No NomorSLA Nama SLA Penerima SLA Currency Penarikan /
PlafondTingkat
Bunga (%)
1 2198001 SLA-1241/DSMI/2011 Pemkab. Morowali IDR 19.064.501.000,00 8.97
2 2180201 SLA-1203/DP3/2006 Pemkab ParigiMoutong IDR 27.994.229.001,00 10.49
3 2130401 RDA-284/DP3/1997 Pemkot Palu IDR 3.730.852.306,52 11.5
4 2130501 RDA.P5-254/DP3/1996 Pemkot Palu IDR 2.227.194.285,58 10.5
5 2130601 SLA-1083/DP3/1998 Pemkot Palu IDR 2.377.314.000,00 11.5
Sumber : Direktorat Sistem Manajemen Investasi DJPb, Kemenkeu (data diolah)
Penerusan pinjaman yang diberikan kepada PDAM maupun Pemda
dimaksudkan untuk meningkatkan atau memperbaiki tata kelola penyediaan air
minum kepada masyarakat baik dari segi infrastuktur maupun percepatan
penyediaan air minum. Profil penerusan pinjaman didasarkan pada kewajiban
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 33
debitur untuk melaksanakan rekonsiliasi data pinjaman yang ditata usahakan
oleh debitur dan Kanwil DJPb.
Pembayaran angsuran pokok SLA di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah hanya
dilakukan oleh dua Pemkab yaitu Pemkab. Morowali dan Pemkab. Parigi
Moutong sedangkan Pemkot. Palu masih diwajibkan melaksanakan rekonsiliasi
namun sudah tidak ada pembayaran angsuran karena telah mengikuti program
restrukturisasi sehingga semua kewajibannya dinyatakan lunas.
Tabel 2.20. Perkembangan Pembayaran Angsuran Pokok SLAdi Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017 - 2018 (dalam Miliar Rupiah)
No. PenerimaanPNBP
Tahun 2018 Jumlah
Jan Feb Mrt Apl Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 2018 2017
1. 2198001 - - - - - - - 635,48 - - 635,48 - 2.860 2.860
2. 2180201 - - - 933,33 - - - - - 933,33 - - 3.006 3.006
3. 2130401 - - - - - - - - - - - - - -
4. 2130501 - - - - - - - - - - - - - -
5. 2130601 - - - - - - - - - - - - - -
Sumber : Direktorat Sistem Manajemen Investasi DJPb, Kemenkeu (data diolah)
Pembayaran angsuran pokok SLA telah dibayarkan sesuai nilai tagihan yang
tetapkan oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tengah
meskipun terjadi keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh Pemkab
Morowali dimana seharusnya dibayarkan pada bulan Mei 2018 baru dibayarkan
pada bulan Agustus 2018 sehingga menimbulkan biaya denda keterlambatan
pembayaran angsuran.Tabel 2.21. Perkembangan Pembayaran Denda SLA
di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017 – 2018 ( dalam Juta Rupiah)
No. PenerimaanPNBP
Tahun 2018 Jumlah
Jan Feb Mrt Apl Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 2018 2017
1. 2198001 - - - - - - - - - - 41,56 - 41,56 -
2. 2180201 - - - - - - - - - - - - - -
3. 2130401 - - - - - - - - - - - - - -
4. 2130501 - - - - - - - - - - - - - -
5. 2130601 - - - - - - - - - - - - - -
Sumber : Direktorat Sistem Manajemen Investasi DJPb, Kemenkeu (data diolah)
Pembayaran denda dikenakan jika debitur tidak membayarkan angsuran tepat
waktu sebagaimana waktu yang telah ditetapkan. Pada tahun 2018 terdapat
satu debitur yang tidak membayarkan angsuran tepat waktu yaitu Pemkab.
Morowali sehingga dikenakan denda sebesar Rp41,56 juta.
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
34 Annual Regional Fiscal Report 2018
2. Kredit ProgramSelain SLA, juga terdapat skema subsidi kredit usaha rakyat (KUR) yang
lakukan monitoring dan evaluasi oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi
Sulawesi Tengah termasuk pelatihan Sitem Informasi Kredit Program (SIKP)
dan penandatanganan MoU penggunaan Aplikasi SIKP antara Kanwil DJPb
Provinsi Sulteng dengan seluruh Pemerintah Daerah di wilayah Sulteng.
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di provinsi Sulawesi Tengah selama
Tahun 2018 (c-to-c) sebesar Rp1,31 triliun tumbuh sebesar 11,92 persen jika
dibandingkan penyaluran pada tahun 2017 sebesar Rp1,17 triliun. Dari
penerima kredit KUR tahun 2018 (c-to-c) sebanyak 41.607 debitur juga
mengalami pertumbuhan sebesar 4,10 persen dibandingkan dengan periode
yang sama tahun 2016 sebanyak 39.967 debitur. Dari jumlah kredit KUR yang
tersalurkan sampai dengan tahun 2018 masih terdapat outstanding pinjaman
sebesar 998,47 miliar.
a. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sebaran Kabupaten/KotaPenyaluran KUR di Provinsi Sulawesi Tengah yang mengalami
pertumbuhan baik dari jumlah penyaluran kredit maupun jumlah penerima,
jika dilihat lebih jauh terdapat dua daerah yang mengalami pertumbuhan
negatif dari sisi kredit penyaluran yaitu Kab. Sigi (11,59 persen) dan Kota
Palu (8,33 persen). Dari sisi penerima KUR, 3 daerah mengalami
pertumbuhan negatif yaitu Kab. Donggala (5,97 persen), Kab. Sigi (14,14
persen), dan Kota Palu (18,04 persen).
Daerah yang menurun baik dari sisi penyaluran dan penerima KUR
merupakan daerah yang terdampak bencana alam berupa gempa bumi,
tsunami dan likuifaksi pada akhir September 2018. Penyaluran KUR di
Sulteng jika dilihat dari sebaran per kab/kota tersajii pada Grafik 2.12.
Grafik 2.10. Realisasi Penyaluran KUR Per Kabupaten/Kota di Sulawesi TengahTahun 2018
Sumber : SIKP Kemenkeu 2019 (data diolah)
3.1374.033
3.151 3.4492.727
3.536 3.705
8.917
1.5482.149
18
5.237
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
-
100
200
300
400
Kab.Banggai
Kab. Poso Kab.Donggala
Kab.Tolitoli
Kab. Buol Kab.Morowali
Kab.Bangkep
Kab.Parimo
Kab.Touna
Kab. Sigi Kab.Banglut
Kota. Palu
Miliar Rp Akad 2017 Akad 2018 Debitur 2018
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 35
b. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Menurut Sektor UsahaDari sisi penyaluran KUR, sektor usaha perdagangan besar dan eceran
masih mendominasi penyaluran KUR tahun 2018 yaitu sebesar Rp626,75
miliar atau 47,53 persen dari total penyaluran KUR tahun 2018 tumbuh
sebesar 11,97 persen (c-to-c). Dari sisi sektor produksi sebesar Rp570,12
miliar atau 43,25 persen tumbuh sebesar 14,54 persen jika dibandingkan
tahun 2017.
Dari sisi penerima KUR, sektor produksi lebih banyak menerima kredit KUR
sebesar 52,97 persen, sektor perdagangan 39,60 persen dan sektor
lainnya sebesar 7,43 persen.
Penetapan penyaluran KUR tahun 2018 sebesar 50 persen untuk sektor
produksi belum dapat terwujud dengan realisasi sebesar 43,25 persen.
Dampak terjadinya bencana alam di akhir bulan September 2018 berakibat
menurunnya penyaluran KUR terutama pada sektor-sektor produksi hal ini
sangat berkaitan dengan karakteristik daerah yang terdampak bencana
alam yaitu Kab. Donggala dan Kab. Sigi merupakan daerah sentra
pertanian, perkebunan dan perikanan. Secara rinci penyaluran kredit KUR
dari sektor usaha tersaji pada Grafik 2.13.
Grafik 2.11. Penyaluran KUR Per Sektor Ekonomi Sulawesi TengahTahun 2017 – 2018
Sumber : SIKP Kemenkeu 2019 (data diolah)
c. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Menurut Kategori KreditPenyaluran KUR di Sulawesi Tengah terbagi dalam 4 kategori jenis kredit
yang tersalurkan yaitu KUR Mikro, KUR Ritel, KUR TKI dan UMI.
Penyaluran KUR terbesar disalurkan dalam kategori KUR Mikro sebesar
Rp681,81 miliar atau 51,73 persen, KUR Ritel sebesar Rp632,14 miliar
19.253
1.369 1.51414
16.202
727 248 182 8 42.088
(4.000)
-
4.000
8.000
12.000
16.000
20.000
-
100
200
300
400
500
600
700
Miliar Rp Penyaluran 2017 Penyaluran 2018 Debitur 2018
BAB IIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Tingkat Regional
36 Annual Regional Fiscal Report 2018
atau 47,96 persen, KUR TKI sebesar 234,57 juta atau 0,02 persen dan UMi
sebesar Rp3,91 miliar atau 0,30 persen dari total penyaluran kategori kredit
KUR tahun 2018 sebesar Rp1,31 triliun. Secara terinci penyaluran KUR
dari sisi kategori KUR tersaji pada Grafik.2.14.
Grafik 2.12. Realisasi Penyaluran KUR Menurut KategoriPenyaluran di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017 - 2018
Sumber : SIKP Kemenkeu 2019, (data diolah)
37.067
3.84125 676 -
10.000
20.000
30.000
40.000
-
200
400
600
800
Mikro Kecil TKI UMI
Miliar Rp Debitur
2017 2018 Debitur 2018
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional 2018 37
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISISPELAKSANAAN APBD
A. APBD TINGKAT PROVINSIAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan faktor pendorong
utama dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah. Selain itu, tingginya
kinerja pelaksanaan APBD juga merupakan salah satu penentu tercapainya target
sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai
kendala dan permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan
agenda masyarakat sejahtera dan mandiri.
Arah kebijakan fiskal Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat pada profil I-account-
nya, sebagaimana Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Profil APBD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017-2018Realisasi Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (dalam Juta Rupiah)
UraianTahun 2017 Tahun 2018
Pagu Realisasi Pagu RealisasiPendapatan 18.887.609 17.714.653 18.584.594 18.215.566
Pendapatan Asli Daerah 2.586.329 1.978.748 2.599.337 2.044.940Pendapatan Transfer 15.943.844 15.507.825 14.962.839 14.757.628Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 357.436 228.080 1.022.419 1.412.998
Belanja 19.311.652 17.325.692 19.752.886 17.756.934Belanja Operasi 13.994.317 12.483.329 14.941.200 14.075.907Belanja Modal 4.174.772 3.737.076 3.852.284 3.257.243
Transfer 1.142.564 1.105.287 959.401 423.784Surplus / (Defisit) -424.043 388.961 -1.168.292 458.632Pembiayaan Netto 424.043 324.596 505.329 410.869
Penerimaan Pembiayaan 706.472 587.922 711.586 528.226Pengeluaran Pembiayaan 282.429 263.325 206.257 117.357
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, OMSPAN 2019 (data diolah)
Target pendapatan pemda tahun 2018 sebesar Rp18,64 triliun turun 1,30 persen
atau Rp246,21 miliar dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp18,88 triliun. Realisasi
pendapatan tahun 2018 sebesar Rp18,21 triliun atau 97,72 persen dari target
pendapatan tahun 2018 tumbuh 2,83 persen dibandingkan realisasi penerimaan
tahun 2017 sebesar Rp17,71 triliun.
Pagu belanja tahun 2018 sebesar Rp19,79 triliun naik sebesar Rp479,40 miliar
dibandingkan tahun 2017 dengan capaian serapan sebesar 89,90 persen
mengalami sedikit kenaikan jika dibandingkan tahun 2017 sebesar 89,72 persen.
BAB IIIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
38 Annual Regional Fiscal Report 2018
B. JENIS PENDAPATAN DALAM APBDMenurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan daerah adalah hak
pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam
periode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah tersebut terdiri dari Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah yang
sah, sebagaimana tersaji pada Tabel 3.1, yang terinci sebagaimana Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Jenis Pendapatan APBD di Provinsi Sulawesi Tengah(dalam Juta Rupiah)
URAIANTahun 2018 Tahun 2017
Pagu Realisasi Pagu RealisasiPendapatan Asli Daerah 2.586.329 1.978.748 2.598.501 2.044.940
Pendapatan Pajak Daerah 1.121.996 1.105.520 1.271.769 1.167.323Pendapatan Retribusi Daerah 235.099 189.819 263.085 171.139Pendapatan Hasil Pengelolaan KekayaanDaerah Yang Dipisahkan
44.322 40.292 39.390 38.285
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1.184.912 643.117 1.024.257 668.194Dana Perimbangan 14.123.429 13.677.485 14.543.021 14.265.413
Dana Bagi Hasil Pajak 840.920 600.151 1.197.033 920.423Dana Alokasi Umum 9.389.387 9.389.387 9.620.764 9.595.987Dana Alokasi Khusus 3.893.121 3.687.947 3.725.224 3.749.003
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 2.177.851 2.058.420 1.499.877 1.905.212Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 381.668 383.936 387.315 492.214Pendapatan Hibah 139.361 118.986 295.147 73.205Pendapatan Lainnya 218.076 109.094 22.047 96.404Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 1.438.747 1.446.404 795.367 1.243.389
Jumlah Pendapatan 18.887.609 17.714.653 18.641.399 18.215.566
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, OMSPAN 2019 (data diolah)
Pendapatan Daerah yang diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan utama
bagi pemerintah daerah adalah PAD, karena hal ini berarti Pemerintah Daerah
didorong untuk meningkatkan kemandirian keuangannya.
Target PAD tahun 2018 sebesar Rp2,59 triliun meningkat sebesar 0,47 persen
dibandingkan target tahun 2017 sebesar Rp2,58 triliun. Realisasi penerimaan PAD
sebesar Rp2,04 triliun atau 78,69 persen dari target pendapatan tumbuh sebesar
23,24 persen. Secara keseluruhan, tumbuhnya PAD mengindikasikan
meningkatnya kemandirian daerah dalam rangka membiayai belanja daerah
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional 2018 39
1. Analisis komposisi PAD, Dana Transfer dan Total PendapatanRata-rata rasio PAD terhadap total pendapatan di Sulawesi Tengah sebesar
11,23 persen, yang mengalami kenaikan sebesar 0,06 persen dibandingkan
tahun 2017 dengan rasio sebesar 11,17 persen dan rasio Dana Transfer
terhadap total pendapatan sebesar 78,31 persen, mengalami penurunan jika
dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 87,54 persen. Jika dilihat lebih dalam,
dari 14 Pemerintah Daerah di Sulawesi Tengah hanya terdapat 3 Pemerintah
Daerah yang memiliki rasio PAD terhadap total pendapatan di atas rata-rata
rasio yaitu Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah (26,37 persen), Kota
Palu (20,60 persen) dan Kabupaten Morowali (14,87 persen). Sedangkan 11
Pemerintah Daerah lainnya, rasio PAD terhadap total pendapatan berada
dibawah rata-rata rasio.
Grafik 3.1. Rasio PAD, Dana Transfer Terhadap Pendapatan Daerah Tahun 2018(dalam persentase)
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, OMSPAN 2019 (data diolah)
Dengan rata-rata rasio Dana Transfer terhadap total pendapatan di Sulawesi
Tengah yang mencapai 78,31 persen, terdapat 5 Pemerintah Daerah yang
memiliki rasio dibawah rata-rata yaitu Pemprov. Sulteng (70,70 persen), Kota
Palu (70,35 persen), Kab. Morowali (71,36 persen), Kab. Parigi Moutong (73,57
persen) dan Kab. Buol (77,98 persen), sedangkan pemda memiliki rasio diatas
rata-rata.
Dari rasio PAD terhadap total pendapatan yang mengalami kenaikan dan rasio
Dana Transfer terhadap total pendapatan mengalami penurunan hal ini
mengindikasikan meskipun tingkat ketergantungan pemerintah daerah di
Sulawesi Tengah masih relatif tinggi namun jika dibandingkan dengan tahun
2017 mengalami pertumbuhan yang positif atas ketergantungan terhadap Dana
26,37
6,70 4,32 3,47 4,40 7,3414,87
2,399,05 6,04 2,00 2,75 3,62
20,60
70,7081,15 81,90 84,75 80,44 77,98
71,36
82,7473,57
89,9083,82
96,01
83,27
70,35
11,23
Pemprov Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Rasio PAD Thp Total Pendapatan Rasio Dana Tranfer Thp Pendapatan Rata-rata PAD Thp Pendapatan
BAB IIIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
40 Annual Regional Fiscal Report 2018
Transfer sehingga terjadi pertumbuhan positif terhadap kemandirian daerah di
Sulawesi Tengah.
2. Analisis Perbandingan PAD Terhadap Belanja DaerahRasio rata-rata PAD terhadap belanja daerah tahun 2018 sebesar 11,52 persen
namun terlihat hanya 3 Pemerintah Daerah yang memiliki rasio diatas rasio
rata-rata yaitu Pemprov Sulawesi Tengah (28,09 persen), Kota Palu (23,15
persen) dan Kabupaten Morowali (15,11 persen) sedangkan 11 Pemerintah
Daerah lainnya memiliki rasio dibawah rata-rata rasio.
Grafik 3.2. Rasio PAD terhadap Belanja Daerah Tahun 2018 (dalam persentase)
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng, OMSPAN 2019 (data diolah)
Tingkat ketergantungan daerah dalam membiayai belanja dari PAD jika diukur
berada dalam skala 5, dimana skala 1 = 0 – 20 (sangat tergantung); skala 2 =
20 – 40 (tergantung); skala 3 = 40 – 60 (kurang tergantung): skala 4 = 60 – 80
(cukup tergantung); skala 5 = 80 – 100 (tidak tergantung). Rata-rata rasio PAD
terhadap belanja Sulawesi Tengah sebesar 11,52 persen (sangat tergantung)
namun terdapat 2 pemerintah daerah yang berada di skala 2 yaitu Pemprov
Sulawesi Tengah dan Kota Palu dengan rasio 28,09 persen dan 23,14 persen.
Jika pengukuran rasio Dana Transfer terhadap belanja daerah dilakukan
dengan skala terbalik maka tingkat ketergantungan pemerintah daerah di
Sulawesi Tengah berada pada skala 5 (tidak tergantung) dengan rasio 84,94
persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemda di wilayah Sulawesi
Tengah masih sangat tergantung pada dana transfer dari Pemerintah Pusat
dalam membiayai belanjanya atau belum bisa mandiri dalam membiayai
belanjanya dengan pendapatan daerahnya.
Dari rasio PAD terhadap total belanja tahun 2018 yang mengalami kenaikan
sebesar 0,06 persen dibandingkan tahun 2017 sebesar 11,48 persen, hal ini
mengidikasikan adanya pertumbuhan positif atas kemandirian daerah di
28,09
6,88 4,35 3,54 4,39 7,3715,11
2,379,39 6,10 2,06 2,40 3,67
23,15
75,3083,28 82,36 86,44
80,20 78,2772,52
81,8576,37
90,73 86,38 83,85 84,3579,04
11,23
Pemprov Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Rasio PAD Thp Total Belanja Rasio Dana Tranfer Thp Belanja Rata-rata PAD Thp Belanja
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional 2018 41
Sulawesi Tengah terhadap tingkat ketergantungan daerah dalam membiayai
belanjanya.
C. JENIS BELANJA DALAM APBDBelanja Daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja
Daerah terutama dibiayai dari sumber pendapatan yang berasal dari PAD dan
Dana Transfer dari Pusat.
1. Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi UrusanProfil APBD berdasarkan klasifikasi urusan di Provinsi Sulawesi Tengah dapat
dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.3. Profil APBD di Sulawesi Tengah Berdasarkan Klasifikasi Urusan(dalam Miliar Rupiah)
Berdasarkan Urusan Tahun 2018 Tahun 2017Urusan Wajib1 Pendidikan 3.946.155 3.715.3022 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm Keuangan 6.508.515 7.205.9083 Kesehatan 2.426.586 2.380.6114 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 2.084.906 1.678.5075 Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman 264.811 174.697Urusan Pilihan1 Pertanian 607.636 592.4392 Kelautan dan Perikanan 190.878 178.8343 Perdagangan 87.517 83.1054 Kehutanan 80.919 52.4155 Perindustrian 51.517 72.012
Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)
Realisasi belanja berdasarkan klasifikasi urusan di Provinsi Sulawesi Tengah
tahun 2018 sebesar Rp17,98 triliun atau 93,78 persen terealisasi pada belanja
urusan wajib dan 6,22 persen atau Rp1,11 triliun terealisasi pada belanja
urusan pilihan.
Belanja berdasarkan mandatory bahwa belanja pendidikan minimal sebesar 20
persen dan belanja kesehatan sebesar 5 persen telah terpenuhi dengan
realisasi belanja urusan pendidikan dengan capaian 20,66 persen dan belanja
urusan kesehatan sebesar 13.49 persen.
2. Rincian Belanja Daerah menurut jenis belanja (sifat ekonomi)Realisasi belanja menurut jenis belanja tahun 2018 didominasi belanja pegawai
(40,53 persen), belanja barang dan jasa (21,88 persen), belanja modal (18,34
BAB IIIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
42 Annual Regional Fiscal Report 2018
persen) dan belanja lainnya sebesar 19,25 persen dari realisasi belanja
sebesar Rp17,76 triliun.
Tabel 3.4. Profil APBD di Provinsi Sulawesi Tengah BerdasarkanKlasifikasi Jenis Belanja (dalam Juta Rupiah)
URAIAN2017 2018
Pagu Realisasi Pagu RealisasiBelanja Pegawai 7.072.127 6.550.726 7.567.047 7.196.244Belanja Barang 4.433.697 3.534.257 4.647.927 3.885.696Belanja Bunga 4.174.772 3.737.076 3.336 3.036Belanja Subsidi 12.023 7.891 704 598Belanja Hibah 5.503 5.348 867.255 710.796Belanja Bantuan Sosial 783.339 741.776 52.786 44.555Belanja Bantuan Keuangan 45.141 41.841 1.769.682 2.214.570Belanja Modal 1.500.571 1.481.306 3.852.284 3.257.243Belanja Tak Terduga 29.724 13.191 32.463 20.412Transfer 1.142.564 1.105.287 959.401 423.784
Jumlah 19.199.460 17.218.700 19.752.886 17.756.934
Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)
Analisis Alokasi Belanja Daerah Sektor Konsumtif dan ProduktifBelanja sektor produktif masih belum bisa menjadi alokasi yang utama dalam
komposisi belanja secara agregat dalam struktur APBD Sulawesi Tengah yakni
dalam porsinya masih cukup rendah yaitu 21,49 persen jauh dibawah belanja
konsumtif yang masih mendominasi dengan alokasi anggaran sebesar 78,51
persen. Secara terinci alokasi belanja daerah sektor produktif dan konsumtif per
kabupaten/kota di Sulawesi Tengah tersaji pada Grafik 3.4.
Grafik 3.3. Rasio Alokasi Belanja Daerah Sektor Konsumtif dan Produktif Tahun 2018(dalam persentase)
Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)
Masih rendahnya rasio rata-rata belanja sektor produktif di Sulawesi Tengah
hendaknya Pemerintah Daerah lebih meningkatkan sektor belanja yang bersifat
21,49
0
20
40
60
80
100
0
20
40
60
80
100
Pemprov Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Bangglut Morut Palu
Rasio Belanja Produktif Rasio Belanja Konsumtif Rata-rata rasio Belanja Produktif
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional 2018 43
produktif karena belanja bersifat produktif mempunyai efek domino terhadap
kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi secara bertahap dapat
ditingkatkan. Namun terdapat Pemerintah Daerah yang mengalokasikan
belanjanya pada sektor produktif yang cukup tinggi yaitu Kabupaten Banggai
Kepulauan dan Kabupaten Tojo Una-Una dengan rasio mencapai 37,39 persen
dan 35,50 persen.
3. Analisis Kebijakan Alokasi AnggaranAnalisis ini digunakan untuk melihat seberapa besar rasio peruntukan belanja
pegawai dan belanja modal (APBD+APBD) terhadap total belanja. Alokasi
belanja pegawai baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah tahun 2018
rerata sebesar 35,71 persen sedangkan alokasi belanja modal rerata sebesar
21,72 persen dari total belanja. Pemda Provinsi Sulteng merupakan pemda
yang terbesar dalam mengalokasikan belanja pegawai hal ini terkait dengan
adanya pengalihan pembayaran gaji guru setingkat SMA/SMK yang
pembayarannya dilakukan melalui provinsi. Secara terinci rasio alokasi
anggaran terhadap total anggaran dapat dilihat pada Grafik 3.5.
Grafik 3.4. Rasio Alokasi Anggaran Per Kabupaten/Kota Tahun 2018 (APBN+APBD)(dalam persentase)
Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)
D. PENGELOLAAN BLU DAERAH1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Daerah (BULD)
Provinsi Sulteng memiliki 14 BLUD yang terdiri dari 2 BLUD di tingkat provinsi
dan 12 BLUD di tingkat kab/kota namun hanya 9 BLUD yang menyampaikan
data. BLUD pata Tahun 2018 mengelola aset sebesar Rp573,31 miliar
dengan pagu PNBP dan pagu RM sebesar Rp384,63 miliar dan Rp626,29
miliar.
41,31 39,56 38,7035,93
38,52
30,82 29,73 31,48 30,9734,80 35,13
38,07
31,13 32,63
25,16
16,3713,25
16,3819,94
27,0822,33 23,45
12,9117,70 19,49
23,3126,78 25,78
Pemprov Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
B.Pegawai thp Total Belanja B. Modal thp Total Belanja
BAB IIIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
44 Annual Regional Fiscal Report 2018
Tabel 3.5. Profil BLUD di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018(dalam Juta Rupiah)
No JenisLayanan Satker BLUD Nilai Aset Pagu
PNBPPaguRM
JumlahPagu
1 Kesehatan RSUD Undata 75.271 90.436 156.003 24.644
2 Kesehatan RSUD Madani 1.431 30 - 30
3 Kesehatan RSUD Anutapura 157.135 118.509 36.649 155.159
4 Kesehatan RSUD Torabelo Sigi 28.140 17.551 40432 57.983
5 Kesehatan Kabelota Donggala - - - -
6 Kesehatan RSUD Anuntaloko Parigi 161.699 52.858 67.499 120.357
7 Kesehatan RSUD Poso 1.048 47.847 47.847
8 Kesehatan RSUD Touna 114.536 32.344 78.012 110.357
9 Kesehatan RSUD Morowali - 31.238 64.294 95.533
10 Kesehatan RSUD Mokopido Tolis - - - -
11 Kesehatan RSUD Mokoyurli Buol 8.090 35.626 62.526 98.152
12 Kesehatan RSUD Luwuk 54.104 6.043 113.464 173.895
Jumlah 573.314 384.635 626.294 883.957
Sumber : BLUD di Sulawesi Tengah
2. Perkembangan Pengelolaan Aset BLU DaerahDari segi kriteria tingkat kemandirian BLUD dapat ditinjau dari beberapa
indikator, diantaranya adalah perkembangan aset yang dikelolanya. Aset
mempunyai arti penting karena mencerminkan kekayaan yang dimiliki oleh
suatu entitas. Apabila terjadi peningkatan dapat diartikan bahwa terjadi
pertumbuhan yang positif, dan sebaliknya apabila terjadi penurunan dapat
diartikan BLUD tersebut kurang sehat secara finansial.
Tabel 3.6. Perkembangan Nilai Aset Satker BLUD di Provinsi Sulawesi Tengah(dalam Juta Rupiah)
No Nama Satker BLUASET
Pertumbuhan2017 2018*
1 RSUD Undata 88.308 75.271 -14,76%2 RSUD Madani 2.336 1.431 -38,74%3 RSUD Anutapura 246.067 157.135 -36,14%4 RSUD Torabelo Sigi 2.814 14.738 423,74%5 Kabelota Donggala6 RSUD Anuntaloko Parigi 129.967 161.699 24,42%7 RSUD Poso 970 1.048 8,04%8 RSUD Touna 103.359 114.536 10,81%9 RSUD Morowali
10 Mokopido Tolis11 Mokoyurli Buol 25.251 809 -96,80%12 Luwuk 85.797 54.104 -36,94%
Jumlah 684.869 580.771 -15,20%Sumber : BLUD di Sulawesi Tengah*) Data sementara
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional 2018 45
Aset BLUD di Sulawesi Tengah tumbuh negatif sebesar 15,20 persen
dibandingkan Tahun 2018 sebesar Rp684,86 miliar, pertumbuhan ini belum
bersifat final karena aset tahun 2018 masih dalam proses rekonsiliasi.Tabel 3.7. Perkembangan Pagu PNBP dan RM Aset Satker BLUD
di Provinsi Sulawesi Tengah (dalam Juta Rupiah)
No Satker BLUDPagu 2017 Pagu 2018 Pertumbuhan
PNBP RM PNBP RM PaguPNBP
PaguRM
1 RSUD Undata 80.077 161.828 90.436 156.003 12,94% -3,60%
2 RSUD Madani 27 - 30 - 11,11% -
3 RSUD Anutapura 126.857 53.727 118.509 36.649 -6,58% -31,79%
4 RSUD Torabelo Sigi 11.509 46.522 17.551 40.432 52,50% -13,09%
5 Kabelota Donggala - - - - - -
6 RSUD Anuntaloko Parigi 45.496 77.185 52.858 67.499 16,18% -12,55%
7 RSUD Poso - 41.193 - 47.847 - 16,15%
8 RSUD Touna 22.603 88.802 32.344 78.012 43,10% -12,15%
9 RSUD Morowali 25.029 56.452 31.238 64.294 24,81% 13,89%
10 Mokopido Tolitoli - - - - - -
11 Mokoyurli Buol 30.246 7.534 35.626 62.526 17,79% 729,92%
12 Luwuk 53.482 89.515 6.043 113.464 -88,70% 26,75%
Jumlah 395.326 622.758 384.635 666.726 -2,70% 7,06%
Sumber: BLUD di Sulawesi Tengah*) Jumlah pagu PNBP dan RM dihitung untuk BLUD yang menyampaikan data lengkap
Pertumbuhan pagu PNBP Tahun 2018 mengalami perkembangan negatif
sebesar 2,70 persen dan pagu RM tumbuh sebesar 7,06% jika dibandingkan
taun 2017 sebesar Rp395,32 miliar. BLUD di Sulawesi Tengah secara umum
berkurang kemandiriannya atau lebih bergantung kepada kucuran dana dari
pemda untuk menjalankan operasinya. Dengan diberlakukannya satker PNBP
menjadi satker pengelola keuangan BLUD diharapkan pelayanan lebih baik
dan ketergantungan pada kucuran dana dari pemda semakin berkurang. Hal
ini tentunya harus menjadi perhatian kepada pemda untuk lebih meningkatkan
pembinaannya kepada satker BLUD di wilayahnya.
3. Analisis LegalTata kelola keuangan BLUD berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 61/2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan
BLUD. Dalam pelaksanaannya pengelolaan BLUD juga mempedomani PP
Nomor 23/2006 jo PP Nomor 74/2012 tentang Pengelolaan BLU. Sebagai
instansi lingkup pemerintah daerah dalam pelaksanaannya BLUD juga
berpedoman pada peraturan daerah masing-masing kabupaten/kota. Dari
BAB IIIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
46 Annual Regional Fiscal Report 2018
hasil analisis legal maka masih terdapat BLUD yang belum menerapkan
sepenuhnya aspek yang seharusnya dipenuhi antara lain terdapat BLUD yang
belum membentuk SPI, tarif masih menggunakan dasar retribusi, belum
adanya dewan pengawas, dan dari sisi pemda terdapat pemda yang belum
membentuk tim kerja evaluasi BLUD.
Tabel 3.8. Analisis Legal BLUD di Sulawesi Tengah Tahun 2018
Aspek Keterangan Kesesuaian
Kelembagaan BLUD Ditetapkan oleh SK Gubernur/Bupati/Walikota Sesuai
Tata Kelola
Telah diterbitkan SK penunjukkan Pejabat Pengelola KeuanganTelah disusun Rencana Bisnis Strategis (RBS)Telah disusun Rencana Bisnis Anggaran (RBA)BLUD membentuk Satuan Pengendalian Intern (SPI)Telah ditetapkan Standar Operating Prosedur (SOP)Telah ditetapkan Standar Pelayanan MinimumTarif layanan ditetapkan melalui PerdaPembentukan Dewan Pengawas
SesuaiSesuaiSesuaiBelum Sesuai *)SesuaiSesuaiBelum Sesuai *)Belum Sesuai *)
SDM PNSNon PNS
SesuaiSesuai
Pengendalian Audit eksternalPemda membentuk tim evaluasi kinerja BLUD
SesuaiBelum Sesuai *)
Sumber: BLUD di Sulawesi Tengah*) diartikan belum seluruh BLUD melaksanakan
E. PENGELOLAAN INVESTASI DAERAH1. Bentuk Investasi
Investasi yang dilakukan oleh pemda di Sulawesi Tengah sampai tahun 2018
sebesar Rp575,41 miliar dengan pertumbuhan sebesar 25,62 persen
dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp458,85 miliar. Bentuk investasi daerah di
Provinsi Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.9. Perkembangan Investasi Daerah di Provinsi Sulawesi Tengah(dalam Juta Rupiah)
No. Bentuk InvestasiJumlah
2017 2018 s.d. 20181. Surat Berharga - - -
Pembelian Saham - - -Pembelian Surat Utang - - -
2. Investasi Langsung 85.723 117.356 575.411Penyertaan Modal Pemda 85.723 117.356 575.411Pemberian Pinjaman - - -
Sumber: Pemda se-Sulawesi Tengah
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional 2018 47
2. Profil Investasi DaerahSebagian besar penyertaan modal daerah Tahun 2018 diinvestasikan ke
BUMD yang merupakan satker pemda yaitu PDAM sebesar Rp12 miliar dan
Bank Sulteng sebesar Rp10,8 miliar. Penyertaan modal pada BUMD
diharapkan menjadi penyangga kegiatan ekonomi masyarakat sekaligus
menjadi sumber pendapatan keuangan daerah. Profil dan tujuan investasi
daerah di Provinsi Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 3.11.
Tabel 3.10. Perkembangan Investasi Daerah di Provinsi Sulawesi Tengah(dalam Juta Rupiah)
NO Nama Pemda Tujuan InvestasiJumlah Investasi
2016 2017 2018
1 Prov Sulteng Bank Sulteng 4.500 34.934 34.943PT Pembangunan Sulteng - 2.400 2.500
2 Kota Palu Bank Sulteng - - 1.750PDAM Kota Palu 3.000 3.000 6.000KEK - 188 -
3 Kab Sigi Bank Sulteng 785 900 -4 Kab Donggala Bank Sulteng 54.164 4.200 3.6655 Kab Parimo Bank Sulteng - 7.448 -6 Kab Poso Bank Sulteng - - 2.000
PDAM 2.000 - 2.0008 Kab Morowali Bank Sulteng - 3.500 3.5009 Kab Morut Bank Sulteng 2.000 3.500 5.10010 Kab Tolitoli Bank Sulteng - 4.779 6.300
PDAM - - 1.00011 Kab Buol Bank Sulteng 1.000 2.000 4.500
PDAM - 3.500 3.00012 Kab Banggai Bank Sulteng 2.500 3.000 5.000
PDAM - 5.000 3.00013 Kab Bangkep Bank Sulteng 3.250 3.250 -
PDAM - 1.125 -14 Kab Balut Bank Sulteng 2.000 2.000 3.000
PDAM 1.000 1.000 1.000Sumber: Pemda se-Sulawesi Tengah
F. SILPA DAN PEMBIAYAAN1. Perkembangan Surplus/Defisit APBD
Adanya pilihan berkenaan dengan anggaran surplus/defisit memungkinkan
pendapatan suatu pemerintah daerah lebih besar atau lebih kecil dari
belanjanya. Jika pilihannya pada anggaran defisit, maka kekurangan
pendapatan atas belanja dapat ditutup dengan pembiayaan yang berasal dari
pinjaman atau sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun anggaran
sebelumnya. Sedangkan bila anggaran surplus, maka atas surplus tersebut
dapat dialokasikan untuk pengeluaran pembiayaan.
BAB IIIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
48 Annual Regional Fiscal Report 2018
a. Rasio Surplus/Defisit APBD terhadap Aggregat PendapatanSurplus/defisit anggaran disebabkan karena komponen pembentuknya,
yaitu pendapatan dan belanja. Dalam APBD yang telah ditetapkan
sebelumnya, pemerintah daerah biasanya telah menetapkan prediksi
akan terjadinya defisit, yakni pendapatan daerah tidak dapat menutupi
seluruh belanja daerah. Tetapi yang terjadi kemudian ternyata
berlawanan dengan perencanaannya, yaitu terjadi anggaran surplus.
Kondisi ini juga terjadi pada sebagian besar pengelolaan keuangan
daerah di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah dimana Pemerintah Daerah
melalui APBD-nya menunjukkan adanya kecenderungan menggunakan
anggaran defisit dalam kebijakan APBD-nya.
Penetapan APBD di Sulawesi Tengah mengambil kebijakan defisit
dengan rata-rata sebesar minus 3,92 persen namun dalam realisasinya
mengalami surplus sebesar 4,77 persen. Rasio kebijakan penetapan
surplus/defisit APBD pemda di Sulawesi Tengah sebagaimana pada
Grafik 3.5.
Grafik 3.5. Rasio Surplus/Defisit terhadap Aggregat Pendapatan Tahun 2018
Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)
b. Rasio Surplus terhadap Realisasi Dana Transfer (Semester I)Faktor ekses likuiditas pemerintah daerah akibat frontloading pencairan
dana transfer di Sulawesi Tengah tercermin dari evaluasi timing
pencairan dana transfer, terutama pada daerah yang sangat bergantung
pada dana transfer namun mengalami ekses likuiditas.
6,10%
2,56%0,56%
1,96%
-0,30%
0,37% 1,59%
-1,08%
3,67%0,92%
2,96%
-14,50%
1,28%
11,00%
4,77%
Pemprov poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Rasio Surplus/Devisit thp Pendapatan Rata-rata Rasio
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional 2018 49
Grafik 3.6. Rasio Surplus/Defisit Semester I-2018 terhadapRealisasi Dana Transfer (dalam persentase)
Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)
Secara umum timing pencairan Dana Transfer pada tahun 2017 oleh
Kementerian Keuangan kepada pemda di wilayah Sulawesi Tengah telah
tepat karena secara rata-rata rasio menunjukkan angka positif sebesar
18,49 persen. Beberapa daerah kabupaten/kota menunjukan rasio positif
yang cukup tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa pencairan dana
transfer tidak mengganggu ekses likuiditas Pemerintah Daerah dalam
memenuhi kebutuhan belanjanya.
c. Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRBKurun waktu 2014-2018 rasio surplus terhadap PDRB di Sulawesi
Tengah fluktuatif tiap tahunnya. Meskipun terjadi fluktuatif rasio surplus
terhadap PDRB namun persentase rasio relatif rendah hal ini
mencerminkan Pemerintah Daerah di wilayah Sulawesi Tengah telah
melakukan penyerapan anggaran yang optimal dan mampu
memproduksi barang dan jasa dengan cukup baik terlihat dari rendahnya
angka rasio surplus terdadap PDRB.
Grafik 3.7. Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB ADHB dan PDRB ADHKSulawesi Tengah Tahun 2014-2018
Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah, BPS Sulawesi Tengah (data diolah)
22,60%19,73%
15,26%
11,34%
22,57%19,87%
14,79%
8,23%
19,61%17,84% 18,60%
20,90% 21,12%
13,18%18,49%
Pemprov Palu Sigi Donggala Parimo Poso Touna Morowali Morut Tolitoli Buol Banggai Bangkep Banglut
Rasio Surplus/Devisit Sem I thp Dana Transver Rata-rata Rasio
0,17%
0,31%
0,03%
0,32% 0,30%
0,00%
0,10%
0,20%
0,30%
0,40%
2014 2015 2016 2017 2018
BAB IIIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
50 Annual Regional Fiscal Report 2018
d. Rasio SiLPA terhadap Alokasi BelanjaBesarnya SILPA Tahun 2018 mencerminkan proporsi belanja dan
kegiatan yang tidak efektif digunakan oleh pemda. Rata-rata rasio SILPA
terhadap pagu belanja Tahun 2017 sebesar 4,40 persen atau rata-rata
SILPA sebesar Rp62,120 miliar dengan alokasi belanja rata-rata sebesar
Rp1,41 trilun.
Grafik 3.8. Rasio SILPA terhadap Alokasi Belanja Kabupaten/Kotadi Sulawesi Tengah Tahun 2018
Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)
2. Pembiayaan DaerahPembiayaan daerah adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah,
baik berupa penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan Pemerintah Daerah hampir di seluruh Indonesia
pada umumnya sebagian besar berasal dari SiLPA tahun anggaran
sebelumnya. Hanya sebagian kecil saja yang berasal dari pencairan dana
cadangan, penerimaan pinjaman daerah, obligasi daerah, dan penerimaan
kembali pemberian pinjaman.
a. Rasio Pinjaman Daerah terhadap Total PembiayaanRealisasi penerimaan kembali piutang tahun 2018 sebesar Rp67,14 juta
atau 0,02 persen dari pembiayaan tahun 2018 sebesar Rp410,87 miliar.
Pemda yang memcatatkan penerimaan kembali piutang adalah Pemda
Banggai sebesar Rp65 juta atau 1,25 persen dari pembiayaannya yang
sebesar Rp5,18 miliar dan Pemda Tojo Una-Una sebesar Rp2,14 juta
atau 0,01 persen dari pembiayaan daerah yang sebesar Rp39,80 miliar.
10,56%
3,97% 0,51% 1,98%
0,00%
1,18% 1,43%
-1,74%
7,09%4,66% 5,14%
-13,78%
1,48%
15,81%
4,40%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
Pemprov poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Rasio SILPA thp Alokasi Belanja Rata-rata Rasio
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional 2018 51
Untuk melakukan pinjaman atau mencairkan obligasi guna menutup
defisit APBD pada tahun 2018, seluruh Pemerintah Daerah di Sulawesi
Tengah masih belum memerlukan pinjaman dana untuk menutupi defisit
belanja daerah masing-masing.
b. Rasio Keseimbangan PrimerRasio keseimbangan primer digunakan untuk mengetahui tingkat
likuiditas keuangan Pemerintah Daerah dalam membiayai defisit
anggaran. Pemerintah Daerah di Sulawesi Tengah pada Tahun 2018
secara umum menggunakan kebijakan anggaran APBD bersifat
ekspansif artinya pendapatan lebih kecil dari belanja.
Tabel 3.11. Keseimbangan Primer Kabupaten/Kota di Provinsi SulawesiTengah Tahun 2018 (dalam Juta Rupiah)
Pemerintah Daerah Pendapatan Belanja Surplus/Devisit
BelanjaBunga
KeseimbanganPrimer
Pemprov Sulteng 3.863.291 3.627.624 235.667 0 235.667
Kab. Poso 1.272.397 1.239.806 32.591 0 32.591
Kab. Donggala 1.098.747 1.092.589 6.158 0 6.158
Kab. Tolitoli 963.435 944.591 18.844 0 18.844
Kab. Banggai 1.746.860 1.752.121 -5.261 0 -5.261
Kab. Buol 967.033 963.423 3.610 0 3.610
Kab. Morowali 1.073.972 1.056.844 17.128 1.538 15.589
Kab. Banggai Kepulauan 795.518 804.127 -8.609 0 -8.609
Kab. Parigi Moutong 1.458.000 1.404.555 53.445 736 52.710
Kab. Tojo Una-Una 1.002.028 992.845 9.182 0 9.182
Kab. Sigi 1.086.472 1.054.357 32.115 0 32.115
Kab. Banggai Laut 625.126 715.766 -90.640 0 -90.640
Kab. Morowali Utara 968.096 955.729 12.367 0 12.367
Kota Palu 1.294.592 1.152.192 142.401 762 141.639
Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)
Pada Tabel 4.15, dapat dijelaskan secara umum bahwa pemda di
Provinsi Sulawesi Tengah mempunyai likuidasi yang baik hal ini terlihat
keseimbangan primer positif. Pemda yang mempunyai kesimbangan
primer negatif untuk membiayai defisit belanja maka harus menggunakan
SILPA tahun anggaran sebelumnya.
BAB IIIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
52 Annual Regional Fiscal Report 2018
G. ANALISIS LAINNYA TERKAIT APBD TAHUN 2017 DI PROVINSI SULAWESITENGAH1. Analisis Horizontal dan Vertikal
Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka
dalam satu laporan realisasi pemda (kabupaten/kota) satu dengan pemda lain
dalam satu wilayah (provinsi). Selain itu, juga digunakan membandingkan
perubahan keuangan dalam satu pos APBD yang sama dalam satu lingkup
pemda.
a. Analisis HorizontalSecara agregat, PAD di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 mengalami
pertumbuhan 0,78 persen melambat dibandingkan tahun 2017 sebesar
13,77 persen. Pertumbuhan PAD kab/kota di Sulawesi Tengah secara umum
mengalami pertumbuhan namun terdapat pemda yang mengalami
pertumbuhan negatif yaitu Kab. Donggala sebesar 6,50 persen, Kab. Tolitoli
sebesar 64,11 persen dan Kota Palu sebesar 21,95. Terinci perbandingan
PAD antar kabupaten/kota serta pertumbuhannya tersaji pada Grafik 3.10.
Grafik 3.9. Perbandingan Horizontal PAD dan Pertumbuhan Tahun 2017 – 2018
Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)
Menurunnya PAD pada Kota Palu dan Kab. Donggala merupakan dampak
adanya bencana alam yang terjadi akhir September 2018 yang
mengakibatkan melambatnya perekonomian dan naiknya inflasi sehingga
pendapatan daerah mengalami pelambatan penerimaan.
Dalam analisis horisontal yang lain, realisasi belanja modal dari Kabupaten
Morowali kurun waktu 2011-2018 mengalami trendline yang terus meningkat.
Belanja modal pada tahun 2018 sebesar Rp300,37 turun Rp22,33 miliar jika
dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar Rp322,71 miliar. Realisasi belanja
modal tumbuh negatif 6,92 persen poin jika dibandingkan pertumbuhan
tahun 2017 sebesar 15,35 persen.
63,14%
-6,50%
-64,11%
8,86%1,47% 8,77% 5,11%
28,17%18,55%
-21,99%
1,12%10,86%
-21,95%
-80%-60%-40%-20%0%20%40%60%80%
-
50
100
150
200
250
300
350
400
Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Mili
ar R
p
PAD Tahun 2017 PAD Tahun 2018 Pertumbuhan
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional 2018 53
Grafik 3.10. Realisasi Belanja Modal kabupaten Morowali Tahun 2011-2018
Sumber: LRA Kabupaten Morowali, (data diolah)
b. Analisis VertikalAnalisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan antara pos yang
satu dengan pos lainnya terhadap satu komponen APBD yang sama.
1) Rasio Kontribusi PAD Terhadap Total PendapatanKontribusi PAD terhadap Total Pendapatan tahun 2018 rata-rata
sebesar 11,23 persen dari realiasisasi PAD sebesar Rp2,04 triliun
dengan total pendapatan sebesar Rp18,21 triliun. Kontribusi masing-
masing pemerintah daerah tersaji pada Grafik 3.12.
Grafik 3.11. Perbandingan Kontribusi PAD terhadap Total PendapatanKabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2018
Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)
2) Rasio Kontribusi Belanja Modal Terhadap Total BelanjaRata-rata kontribusi belanja modal terhadap total belanja sebesar 18,34
persen dari realiasisasi belanja modal sebesar Rp3,25 triliun dengan
total realisasi belanja sebesar Rp17,76 triliun. Kontribusi belanja modal
terhadap total belanja pada masing-masing kabupaten/kota tersaji pada
Grafik 3.13.
124
174199
112
242280
323300
-
50
100
150
200
250
300
350
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Mili
ar R
p
0,26
0,070,04 0,03 0,04
0,07
0,15
0,02
0,090,06
0,02 0,03 0,04
0,21
0,00
0,10
0,20
0,30
-
1.500
3.000
4.500
Pemprov Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Miliar Rp %Pendapatan PAD Kontribusi PAD thp Pendapatan
BAB IIIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
54 Annual Regional Fiscal Report 2018
Grafik 3.12. Rasio Kontribusi PAD terhadap Total PendapatanKabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2018
Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)
2. Analisis Kapasitas Fiskal DaerahKapasitas Fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-masing
daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum APBD (tidak termasuk
dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain
yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) untuk
membiayai tugas pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai dan
dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin.
Peta Kapasitas Fiskal dapat digunakan untuk pengusulan Pemerintah Daerah
sebagai penerima hibah, penilaian atas usulan pinjaman daerah, penentuan
besaran dana pendamping, jika dipersyaratkan atau hal lain yang diatur secara
khusus dalam peraturan perundang-undangan.
Grafik 3.13. Kapasitas Fiskal Per Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah Tahun 2018
Sumber: LRA Unaudited Pemda se-Sulawesi Tengah (data diolah)
Indeks Kapasitas Fiskal (IKF) daerah dikelompokkan dalam 4 (empat) kategori
Kapasitas Fiskal sebagai berikut; a) IKF-nya (indeks≥ 2) merupakan daerah
12,71%
17,78%
13,18%
18,85% 17,27%
27,53% 28,42%24,58%
13,83%
19,37%17,52%
24,19%27,43%
15,74%
0%
10%
20%
30%
40%
-
1.500
3.000
4.500
Pemprov Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Miliar Rp %
Belanja Modal Total Belanja Kontribusi B. Modal T. Belanja
13.3
41
7.81
7
13.3
50 21.6
65
18.2
70
39.0
54
22.1
61
7.47
8 21.9
92
16.0
76 28.8
63
27.0
24
24.1
510,66
0,39
0,66
1,080,91
1,94
1,10
0,37
1,09
0,80
1,44 1,341,20
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Ribu
an R
p
Kapasitas Fiskal Indeks KF
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional 2018 55
yang termasuk kategori Kapasitas Fiskal sangat tinggi; b) IKF-nya ≥(1≤
indeks<2) merupakan daerah yang termasuk kategori Kapasitas Fiskal tinggi; c)
IKF-nya (0,5<indeks<1) merupakan daerah yang termasuk kategori Kapasitas
Fiskal sedang; d) IKF-nya (indeks<0,5) merupakan daerah yang termasuk
kategori Kapasitas Fiskal rendah.
Tabel 3.12. Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten/Kota se-Sulawesi Tengah Tahun 2018
Kuadran IKapasitas Fiskal Rendah
Kuadran IIIKapasitas Fiskal Tinggi
Kabupaten DonggalaKabupaten Parigi Moutong
Kabupaten BanggaiKabupaten MorowaliKabupaten Banggai KepulauanKabupaten Banggai LautKabupaten Morowali UtaraKabupaten Tojo Una-UnaKota Palu
Kuadran IIKapasitas Fiskal Sedang
Kuadran IVKapasitas Fiskal Sangat Tinggi
Kabupaten PosoKabupaten TolitoliKabupaten BuolKabupaten Sigi
Dari ketiga belas kabupaten/kota se-Sulawesi Tengah, tidak terdapat daerah
yang memiliki kategori kapasitas fiskal sangat tinggi yang ditunjukkan dalam
kuadran IV. Namun terdapat peningkatan kapasitas fiskal rendah menjadi
sedang yaitu Kab. Poso, Kab. Buol, dan Kab. Sigi. Demikian halnya
peningkatan dari kategori sedang meningkat menjadi kuadran tinggi yaitu Kab.
Banggai, Kab. Banggai Kepuauan, Kab. Morowali Utara dan Kab. Tojo Una-
Una.
3. Analisis Kesehatan Pengelolaaan Keuangan DaerahAnalisis kesehatan pengelolaan keuangan daerah adalah analisis yang
dilakukan untuk menilai kesehatan fiskal setiap kabupaten/kota yang berada
dalam suatu provinsi. Penilaian dilakukan dengan menggunakan 9 (sembilan)
indikator kesehatan pengelolaan keuangan daerah, yaitu: 1) Rasio Pendapatan
Asli Daerah (PAD); 2) Rasio Efektivitas PAD; 3) Rasio pertumbuhan PAD; 4)
Rasio Belanja Modal; 5) Rasio Belanja Pegawai; 6) Penyerapan Anggaran; 7)
Rasio Ruang Fiskal; 8) Rasio pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan;
9) Rasio SiLPA.
BAB IIIPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
56 Annual Regional Fiscal Report 2018
Tabel 3.13. Level Kesehatan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten/Kotase-Sulawesi Tengah Tahun 2018
Level Kesehatan Pengelolaan Keuangan Pemda ScoreLevel 5 (Sangat Bagus) - -Level 4 (Bagus) Kab. Buol 74Level 3 (Cukup) Kab. Poso 62
Level 2 (Kurang)
Pemprov Sulawesi Tengah 55Kab. Donggola 47Kab. Banggai 43Morowali 47Kab. Banggai Kepulauan 51Kab. Parigi Moutong 51Kab. Tojo Una-Una 54Kab. Banggai Laut 54Kab. Morowali Utara 50Kota Palu 51
Level 1 (Sangat Kurang) Kab. Tolitoli 39Kab. Sigi 39
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
Kajian Fiskal Regional 2018 57
BAB IVPERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN(APBN DAN APBD)
A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIANLaporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang
disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian dalam periode tertentu.
Pada tingkat wilayah, Kanwil Ditjen Perbendaharaan menyusun LKPK Tingkat
Wilayah yang mengonsolidasikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tingkat
Wilayah dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian di wilayah
kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan.
Tabel 4.1. Laporan Realisasi Anggaran KonsolidasianTingkat Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 (dalam Juta Rupiah)
URAIAN2018 2017
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
Pendapatan Negara 3.727.108 18.243.894 21.971.001 281,18% 5.763.890
Pendapatan Perpajakan 3.228.234 1.167.323 4.395.557 9,05% 4.030.641
Pendapatan Bukan Pajak 498.874 974.022 1.472.896 -9,47% 1.626.932
Hibah 0 73.205 73.205 -30,17% 104.837
Transfer 0 16.029.344 16.029.344 1082963,76% 1.480
Belanja Negara 22.927.173 19.093.563 26.456.912 9,40% 24.184.067
Belanja Pemerintah 7.363.349 15.118.580 22.481.929 -0,80% 22.662.922
Transfer 15.563.824 3.974.983 3.974.983 161,32% 1.521.145
Surplus/Defisit -19.200.065 -849.670 -4.485.911 -75,65% -18.420.177
D. Pembiayaan 0 410.869 410.869 26,12% 325.771
Penerimaan Pembiayaan Daerah 0 528.226 528.226 -10,15% 587.922
Pengeluaran Pembiayaan Daerah 0 117.357 117.357 -55,23% 262.150Sisa Lebih (Kurang) PembiayaanAnggaran -19.200.065 -438.801 -4.075.042 -77,48% -18.094.406
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)Catatan: *) Seluruh Pengeluaran Transfer pemerintah pusat dieliminasi dengan PenerimaanTransfer Pemerintah Daerah.
B. PENDAPATAN KONSOLIDASIANPendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau
Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh
pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu
periode pelaporan yang sama, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun
resiprokal (berelasi).
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
58 Annual Regional Fiscal Report 2018
1. Analisis Proporsi dan PerbandinganPendapatan pemerintah konsolidasian terdiri dari penerimaan perpajakan,
PNBP, hibah dan transfer dana bantuan ke desa.
Total pendapatan konsolidasian Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
tahun 2018 adalah sebesar Rp21,97 triliun. Pendapatan tersebut 16,96 persen
merupakan pendapatan Pemerintah Pusat dan 83,04 persen merupakan
pendapatan Pemerintah Daerah. Pendapatan Pemerintah Pusat tersebut
selanjutnya akan didistribusikan kepada Pemerintah Daerah berupa dana
transfer maupun belanja Pemerintah Pusat di daerah berupa belanja
Dekon/TP/UB.
Grafik 4.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi SulawesiTengah Tahun 2018 dan Tahun 2017
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Pada Tahun 2018 pendapatan konsolidasian didominasi pendapatan transfer
konsolidasian sebesar 100 persen atau Rp16,03 triliun. Pendapatan perpajakan
konsolidasian sebesar Rp4,39 triliun dimana 73,44 persen merupakan
penerimaan perpajakan Pemerintah Pusat dan sisanya sebesar 28,86 persen
merupakan penerimaan perpajakan Pemerintah Daerah. Sedangkan
perbandingan PNBP konsolidasian terhadap total pendapatan konsolidasian
sebesar 6,70 persen atau sebesar Rp1,67 triliun. PNBP Pemerintah Pusat
menyumbangkan 33,87 persen dari total PNBP Konsolidasian sedangkan
PNBP Pemerintah Daerah menyumbang 66,13 persen. Pendapatan Hibah
konsolidasian sebesar Rp73,21 miliar atau 0,33 persen dari total pendapatan
konsolidasian. Sedangkan Penerimaan Transfer sebesar Rp16,03 triliun atau
87,86% dari total pendapatan konsolidasian.
Tahun 2018 Tahun 2017Pendapatan Transfer 16.029.343.607.516 1.480.000.000
Pendapatan Hibah 73.204.933.266 104.836.709.607
Pendapatan Bukan Pajak 1.472.895.543.176 1.626.932.440.968
Pendapatan Perpajakan 4.395.557.108.423 4.030.640.566.546
20,01% 69,93%
6,70%28,23
0,33% 1,82
72,96%
0,03
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
Mili
ar R
p
Pendapatan Perpajakan Pendapatan Bukan Pajak Pendapatan Hibah Pendapatan Transfer
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
Kajian Fiskal Regional 2018 59
Grafik 4.2. Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadapPenerimaan Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
2. Analisis PerubahanPada tahun 2018 penerimaan perpajakan konsolidasian mencapai Rp4,39
triliun mengalami kenaikan sebesar Rp364,92 miliar atau 9,05 persen dari
tahun sebelumnya. Penerimaan perpajakan ini terdiri dari penerimaan
perpajakan dalam negeri sebesar Rp4,067 triliun dan penerimaan
perpajakan internasional Rp326,51 miliar. Sebesar 71,31 persen dari
penerimaan perpajakan dalam negeri tersebut merupakan penerimaan
Pemerintah Pusat dan sisanya sebesar 28,69 persen merupakan
penerimaan Pemerintah Daerah. Sedangkan Penerimaan perpajakan
internasional seluruhnya merupakan penerimaan Pemerintah Pusat.
Grafik 4.3. Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat dan Daerahterhadap Penerimaan Perpajakan Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2018
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
3. Rasio Pajak (Tax Ratio)a. Rasio Pajak Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah
Perkembangan rasio pajak terhadap PDRB di wilayah Provinsi Sulawesi
Tengah Tahun 2018 sebesar 2,92 persen lebih rendah dibanding rasio
pajak nasional sebesar 11,5 persen.
3,7T16,96%
3,2T73,44% 498M
33,87%
18,2 T83,04%
1,1 T26,56% 974 M
66,13% 73 M100%
16 T100%
PendapatanNegara
PendapatanPerpajakan
PNBP Hibah Transfer
Pempus Pemda
2,9 T (71,31%)
326 N (100%)
1,1 T(28,69%)
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan Internasional
Mili
ar R
p
Pempus Pemda
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
60 Annual Regional Fiscal Report 2018
“Dari sisi rasio pajak (tax ratio) mengalami perbaikan cukup signifikan hanya
dalam waktu 1 tahun dari 10,7% menjadi 11,5% dari PDB. Ini berarti seluruh
reformasi perpajakan yang dilakukan pemerintah sudah makin menunjukkan
hasil,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, (Siregar,Boyke P.
https://www.wartaekonomi.co.id/read210050/penerimaan-naik-rasio-pajak-
018-di-level-115.html diakses tanggal 20/2/2019)
Tabel 4.2. Rasio Pajak terhadap PDRB Provinsi Sulawesi TengahUraian Tahun 2018 Tahun 2017
Penerimaan Perpajakan Konsolidasi 4.395.557.108.423 4.030.640.566.546
PDRB Provinsi Suawesi Tengah 150.636.000.000.000 133.951.000.000.000
Rasio Pajak 2,92% 3,01%
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Rasio pajak di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah tersebut sedikit turun
apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 3,01
persen. Penurunan rasio pajak ini menunjukkan bahwa walaupun
penerimaan pajak secara nominal mengalami kenaikan, namun
kenaikan tersebut lebih rendah dari kenaikan potensi perpajakan yang
dapat diterima oleh Pemerintah. Dengan kondisi tersebut, Pemerintah
hendaknya lebih mengoptimalkan usaha intensifikasi penerimaan
perpajakan sehingga dapat meningkatkan penerimaan perpajakan.
a) Rasio pajak per Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi TengahGrafik 4.4. Pajak Perkapita Konsolidasian per Kabupaten/Kota
di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 (dalam persentase)
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Rasio pajak Kota Palu menunjukkan angka paling tinggi yaitu
sebesar 1,71 persen. Hal ini antara lain perekonomian di provinsi
Sulawesi Tengah terpusat di Kota Palu selain itu pencatatan
penerimaan perpajakan masih menggunakan tempat/daerah
keberadaan Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
1,09%
0,02%
0,45%
0,74%
0,00%
0,45%
0,00% 0,01% 0,01% 0,01% 0,00% 0,01%
1,71%
0,35%
Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Pajak Per Kapita Rata-rata Sulteng
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
Kajian Fiskal Regional 2018 61
b) Rasio pajak per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi SulawesiTengahPajak perkapita adalah perbandingan antara jumlah penerimaan
pajak yang dihasilkan suatu daerah dengan jumlah penduduknya.
Pajak perkapita menunjukkan kontribusi setiap penduduk pada
pendapatan perpajakan suatu daerah.Grafik 4.5. Pajak Perkapita Konsolidasian per Kabupaten/Kota
di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Secara spasial kabupaten/kota di Sulawesi Tengah, Kota Palu
merupakan daerah dengan pajak perkapita tertinggi yaitu sebesar
Rp6,67 juta per kapita hal ini berarti setiap penduduk di Kota Palu
berkontribusi terhadap penerimaan perpajakan sebesar Rp6,67 juta.
Tingginya rasio pajak perkapita di Kota Palu disebabkan Kota Palu
sebagai ibukota provinsi dimana sebagian kegiatan perekonomian
Sulawesi Tengah terpusat di Kota Palu sehingga menimbulkan efek
basis pajak. Ketimpangan kontribusi pajak perkapita yang cukup
besar juga bisa disebabkan dari keberadaan kantor bayar pajak
yang berada di beberapa kabuputen/kota yang menyebabkan
NPWP berada di lokasi KPP setempat.
4. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasipendapatan konsolidasian.Pada Tahun 2018 PDRB Provinsi Sulawesi Tengah terealisasi sebesar
Rp150,63 triliun dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,30 persen.
Sedangkan pada periode yang sama, pendapatan yang diterima
pemerintah pusat dan pemerintah daerah terealisasi sebesar Rp5,86 triliun
atau naik sebesar 3,73 persen. Dengan adanya selisih angka pertumbuhan
ekonomi dan kenaikan pendapatan tersebut, menunjukkan masih adanya
potensi penerimaan sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang belum
6.557
94
2.881 3.005
43
5.724
48 31 75 42 51 116
6.676
2.255
-
2.000
4.000
6.000
8.000
-
2.000
4.000
6.000
8.000
Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Pajak Per Kapita Rata-rata Sulteng
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
62 Annual Regional Fiscal Report 2018
dioptimalkan oleh Pemerintah Daerah. Namun secara umum pertumbuhan
ekonomi yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah berpengaruh positif
terhadap kenaikan pendapatan konsolidasian.Tabel 4.3. Realisasi Pendapatan Konsolidaian Pempus dan Pemda di Wilayah
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2017 dan 2018
Uraian2018 2017
Realisasi Kenaikan Realisasi KenaikanPendapatan Perpajakan 4.395.557.108.423 9,05% 4.030.640.566.546 4,31%Pendapatan Bukan Pajak 1.472.895.543.176 -9,47% 1.626.932.440.968 23,33%Total 5.868.452.651.599 3,73% 5.657.573.007.513 9,15%PDRB/Pertumbuhan Ekonomi 150,63 T 6,30% 133,95 T 7,10%
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
C. BELANJA KONSOLIDASIANBelanja Pemerintahan Umum (General Government Spending) atau Belanja
Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah suatu wilayah dalam satu periode
pelaporan yang sama, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal
(berelasi).
1. Analisis Proporsi dan PerbandinganGrafik 4.6. Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasianpada Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Pada Tahun 2018 secara keseluruhan, di Provinsi Sulawesi Tengah total
belanja pemerintah pusat lebih besar dari total belanja pemerintah daerah.
Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp26,47 triliun, 72,17
persen bersumber dari anggaran pemerintah daerah dan sisanya sebesar
27,83 persen dari anggaran pemerintah pusat. Realisasi Belanja Pegawai
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
BelanjaPegawai
BelanjaBarang
BelanjaModal
BelanjaPembyBungaUtang
BelanjaSubsidi
BelanjaHibah
BelanjaBantuan
Sosial
BelanjaTak
Derduga
Transfer
Mlil
iar R
p
Belanja Pusat dan Daerah Belanja Konsolidasian
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
Kajian Fiskal Regional 2018 63
konsolidasian mencapai Rp9,47 triliun, 23,58 persen bersumber dari
pemerintah pusat dan 76,42 persen dari anggaran pemerintah daerah. Belanja
barang konsolidasian mencapai Rp7,01 triliun dengan komposisi 44,55 persen
dari pemerintah pusat dan 55,45 persen dari pemerintah daerah. Belanja Modal
konsolidasian mencapai Rp5,26 triliun dengan komposisi 38,13 persen berasal
dari APBN dan 61,87 persen dari APBD.
Proporsi belanja APBN dan belanja APBD terhadap belanja konsolidasian
tersebut, apabila dikaitkan dengan kontribusi pemerintah pada pertumbuhan
ekonomi di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah khususnya dari sisi pengeluaran
pemerintah, menunjukkan bahwa kontribusi Pemerintah Daerah lebih besar dari
Pemerintah Pusat.
2. Analisis PerubahanRealisasi belanja konsolidasian tahun 2018 (y-on-y) sebesar Rp26,47
mengalami kenaikan sebesar Rp2,27 atau 9,40 persen jika dibandingkan tahun
2017 sebesar Rp24,18 triliun.
Grafik 4.7. Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2018 Tahun 2017
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Komposisi realisasi belanja konsolidasian tahun 2018, porsi belanja pegawai
konsolidasian mengalami kenaikan 10,10 persen. Sedangkan belanja barang
dan belanja modal konsolidasian mengalami menurunan 0,88 persen dan 14,45
persen. Menurunnya komposisi belanja modal tidak sejalan dengan kebijakan
pemerintah dalam hal peningkatan kualitas pelaksanaan anggran yang antara
lain dengan meningkatkan porsi anggaran belanja modal terhadap total belanja
pemerintah.
35,59%
26,49%
19,90%
0,01%
0,00%2,69%
0,22%
0,08%
15,02%
35,36%
29,23%
25,45%
0,02%
0,01%
3,31% 0,27%0,05% 6,29% Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
PembayaranBunga UtangSubsidi
Hibah
Bantuan Sosial
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
64 Annual Regional Fiscal Report 2018
3. Analisis Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Total BelanjaKonsolidasian.Rasio belanja operasi terhadap total belanja konsolidasian mengindikasikan
porsi belanja pemerintah untuk mendukung operasional pemerintahan. Pada
tahun 2018 rasio belanja operasi terhadap total belanja konsolidasian di
Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 38,30 persen. Sedangkan tahun 2017
sebesar 39,25 persen. Rasio belanja operasional menurun namun dari nilai
nominal mengalami kenaikan hal ini menunjukkan bahwa alokasi anggaran
pemerintah untuk kegiatan operasi semakin meningkat.Tabel 4.4. Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Provinsi Sulawesi Tengah
Uraian2018 2017
Konsolidasi Rasio Konsolidasi Rasio
Belanja Operasional 16.424.261.655.409 38,30% 15.622.457.114.966 39,25%
Total Belanja dan Transfer 42.881.174.041.650 39.806.523.878.209
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
4. Rasio Belanja Konsolidasian Terhadap Jumlah PendudukRasio belanja konsolidasian terhadap jumlah penduduk (belanja konsolidasian
perkapita) menunjukkan seberapa besar belanja Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang digunakan untuk menyejahterakan per penduduk di
suatu daerah. Semakin besar nilainya, semakin besar besar belanja yang
dikeluarkan untuk menyejahterakan satu orang penduduk wilayah tersebut
sehingga semakin besar kemungkinan tercapainya. Sebaliknya, semakin kecil
angka rasionya semakin kecil dana yang disediakan pemda untuk
menyejahterakan penduduknya.
Grafik 4.8. Belanja Pemerintah Konsolidasian Provinsi Sulawesi TengahTahun 2018 dan 2017 (dalam Ribuan Rupiah/Kapita)
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
BelanjaPegawai
BelanjaBarang
BelanjaModal
PembyBungaUtang
Subsidi Hibah BantuanSosial
BelanjaLain-lain
Transferke Daerah
Ribu
Rp
Belanja Per Kapita 2018 Belanja Per Kapita 2017
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
Kajian Fiskal Regional 2018 65
Rasio total belanja konsolidasian terhadap jumlah penduduk Provinsi Sulawesi
Tengah tahun 2018 adalah Rp8,79 juta per kapita. Hal ini berarti dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan penduduknya, selama tahun 2018 pemerintah
telah membelanjakan sebesar Rp8,79 juta untuk setiap jiwa penduduknya,
meningkat dibanding dengan tahun 2017 yang terealisasi sebesar Rp8,15 juta
per jiwa.
Grafik 4.9. Perkembangan Belanja Pemerintah Konsolidasian Per JiwaKabupaten/Kota pada Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 dan 2017
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Secara umum pada tahun 2018 rasio belanja pemerintah per jiwa pada
kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami kenaikan
dibanding tahun 2017. Pada tahun 2018 angka rasio tertinggi pada Kabupaten
Morowali mencapai Rp18,41 juta per jiwa. Sedangkan terendah pada
Kabupaten Parigi Moutong sebesar Rp6,07 juta per jiwa. Apabila dibandingkan
antar regional, terdapat kesenjangan/perbedaan rasio yang cukup tinggi. Hal ini
antara lain karena adanya kesenjangan jumlah belanja pemerintah dan
kesenjangan jumlah penduduk antara kabupaten/kota. Kabupaten Morowali
dengan penduduk relatif sedikit (117.330 jiwa) dengan belanja pemerintah
relatif rendah (Rp1,057 triliun) dan Kabupaten Parigi Moutong yang memiliki
penduduk reltif banyak (482.790 jiwa) meskipun mempunyai jumlah belanja
pemerintah yang lebih besar (Rp2,270 triliun).
5. Rasio Belanja Pendidikan Konsolidasian Terhadap Jumlah PendudukRasio belanja pendidikan konsolidasian terhadap jumlah penduduk (belanja
pendidikan konsolidasian perkapita) tahun 2018 sebesar Rp1,41 juta/kapita
meningkat jika dibandingkan rasio tahun 2017 sebesar Rp1,079 juta/kapita.
10,62
7,998,94
10,17
12,61
18,41
14,17
6,07
13,36
9,34
17,85
15,16 14,84
10,34
7,63
9,6110,77
12,26
17,11
13,82
5,96
12,97
9,20
16,31
14,3213,36
-
5
10
15
20
Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Kota Palu
Juta
Rp
Tahun 2018 Tahun 2017
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
66 Annual Regional Fiscal Report 2018
Dengan semakin besarnya belanja pendidikan yang dikeluarkan di Provinsi
Sulawesi Tengah maka komitmen pemda untuk meningkatkan pendidikan satu
penduduk di wilayah tersebut semakin besar kemungkinan tercapainya.
Grafik 4.10. Rasio Belanja Pendidikan Konsolidasian Per Jiwa Kabupaten/Kota padaProvinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 dan 2017 (dalam Juta Rupiah/Kapita)
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
6. Arah dan Sensitivitas dari Kebijakan Fiskal Pemerintah DaerahPada dasarnya yang ingin diketahui adalah arah dan sensitivitas dari kebijakan
fiskal pemerintah daerah yang tercermin dari belanja APBD. Untuk itu analisis
dilakukan dengan memperbandingkan belanja APBN dan APBD dengan
beberapa indikator sebagai berikut:
a. Perbandingan dengan Belanja APBN1) Non belanja pegawai, Untuk mengetahui proporsi sumber dana (non
belanja pegawai) yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, maka dapat
diperbandingkan dana APBN yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah dengan belanja non pegawai pada APBD dengan formula:
Rasio dana kelolaan belanja non pegawai = Belanja APBN (DK+TP+UB)Belanja non pegawai APBD
0,03% = 2.284.097.4007.901.923.938.733
2) Belanja modal, indikator ini dimaksudkan untuk membandingkan belanja
modal yang bersumber dari APBN dan APBD yang merupakan motor
pertumbuhan regional, dengan formula:
Rasio Belanja Modal APBN-APBD = Belanja Modal APBN (KP/KD/DK/TP/UB)Belanja Modal APBD
61,64% = 2.007.673.125.0023.257.243.055.271
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Ribu Rp/KapitaRasio 2018 Rasio 2017
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
Kajian Fiskal Regional 2018 67
b. Perbandingan dengan populasiIndikator ini cenderung berfungsi sebagai perbandingan spasial antar
wilayah, untuk mendapatkan proporsi antara kebijakan fiskal yang tercermin
dari anggaran dengan indikator demografis (populasi). Sehingga dapat
diperoleh gambaran yang lebih fair besaran anggaran pada suatu wilayah.
Formulanya adalah sebagai berikut:
Rasio belanja terhadap populasi =Total Belanja APBN + APBDJumlah populasi
Rp7.467.988/jiwa =22.481.929.301.4833.010.440
c. Perbandingan total belanja dengan belanja tertentuBelanja modal infrastruktur, rasio ini untuk mengetahui tingkat fokus
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
alokasi belanja modal infrastruktur, yang tercermin dari proporsi alokasi
belanja modal dari belanja pada APBD maka digunakan formula.
Rasio Belanja Modal APBN-APBD = Belanja Modal APBDBelanja APBD
21,54% = 3.257.243.055.27115.118.579.950.152
d. Perbandingan dengan sektor ekonomi unggulanIndikator ini cenderung berfungsi sebagai perbandingan secara indikatif
antara fokus anggaran pemerintah dengan kontribusi sektor-sektor ekonomi
unggulan kepada pertumbuhan .Rasio belanja sektoral
terhadap kontribusisektor kepada PDRB
=(Belanja Sektor Pertanian / Total Belanja APBN + APBD(Kontribusi Sektor Pertanian / Total PDRB)
13,91% = 867.367.383.634/22.481.929.301.48241,76 T / 150,64 T
7. Analisis Anggaran Belanja SektoralPada bagian ini dapat disajikan analisis belanja yang bersumber dari APBN dan
APBD, yang mencerminkan kebijakan fiskal pemerintah. Disamping itu, juga
dapat disajikan rasio-rasio yang bertujuan mendapatkan perbandingan (secara
indikatif) dampak/sensitivitas dari pertumbuhan belanja pemerintah daerah
pada tiap bidang kepada pertumbuhan beberapa indikator sosial-ekonomi
terkait.
Indikator yang digunakan pada dasarnya untuk mendapatkan gambaran
mengenai fokus/prioritas bidang Pemerintah Daerah pada bidang-bidang
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
68 Annual Regional Fiscal Report 2018
tertentu. Melalui perbandingan rasio antar wilayah (provinsi/ kabupaten/kota)
dapat diketahui perbedaan prioritas bidang diantara wilayah tersebut.
a. Bidang pelayanan publik dan birokrasi
Rasio alokasi belanja pelayananpublik = Pagu belanja pelayanan publik APBN+APBD
Pagu belanja APBN+APBD
27,66 % = 7.661.520.188.00027.700.216.105.266
b. Bidang infrastrukturRasio belanja pemeliharaan jalan = Pagu belanja pemeliharaan jalan APBN+APBD
Panjang jalan
Rp1.488.644.441 = 2.377.104.349.0001.644 Km
Rasio pertumbuhan jalan = Pertb.bel peningkatan jalan APBN+APBDPertumbuhan panjang jalan
0 Km = -13,82%0,00%
c. Belanja bidang kesehatanRasio belanja kesehatan = Pagu belanja kesehatan APBN+APBD
Pagu belanja APBN+APBD
10,33% = 2.861.159.794.54127.700.216.105.266
Pertumbuhan fasilitas kesehatan = Pertumbuhan jumlah fasilitas kesehatanPertumbuhan belanja kesehatan APBN+APBD
131,09% = 2,53%1,93%
Pertumbuhan jumlah tenagamedis = Pertumbuhan Jumlah Tenaga Medis
Pertumbuhan belanja kesehatan APBN+APBD
144,56% = 2,79%1,93%
Pertumbuhan angka kematianbayi = Pertumbuhan angka kematian bayi
Pertumbuhan belanja kesehatan APBN+APBD
76,68% = -1,48%1,93%
d. Belanja bidang pendidikanRasio belanja pendidikan = Pagu belanja pendidikan APBN+APBD
Pagu belanja APBN+APBD
20,13% = 5.575.827.983.53727.700.216.105.266
Pertumbuhan partisipasi sekolah = Pertumbuhan partisipasi sekolahPertumbuhan belanja pendidikan APBN+APBD
30,23% = 2,11%6,98%
Pertumbuhan jumlah guru = Pertumbuhan jumlah guruPertumbuhan belanja pendidikan APBN+APBD
7,88% = 0,55%6,98%
Pertumbuhan jumlah sekolah = Pertumbuhan jumlah sekolahPertumbuhan belanja pendidikan APBN+APBD
1,29% = 0,09%6,98%
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
Kajian Fiskal Regional 2018 69
Pertumbuhan jumlah buta huruf = Penurunan jumlah buta hurufPertumbuhan belanja pendidikan APBN+APBD
0,11% =3,79%35,69%
e. Belanja bidang kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan
Rasio belanja kesejahteraan = Pagu belanja kesejahteraan APBN+APBDPagu belanja APBN+APBD
5,41% = 1.497.230.415.13827.700.216.105.266
Pertumbuhan HDI = Pertumbuhan HDIPertumbuhan belanja kesejahteraan APBN+APBD
3,35% = 0.95%28,33%
Pertumbuhan penduduk miskin = Pertumbuhan penduduk miskinPertumbuhan belanja kesejahteraan APBN+APBD
-8,15% = -2.31%28,33%
Pertumbuhan angka kelahiran =Pertumbuhan angka kelahiranPertumbuhan belanja Keluarga BerencanaAPBN+APBD
2,18% = 1,94%88,89%
f. Bidang pertanianRasio belanja pertanian = Pagu belanja pertanian APBN+APBD
Pagu belanja APBN+APBD
5,24% = 1.150.320.501.44527.700.216.105.266
Pertumbuhan Nilai Tukar Petani(NTP) =
Pertumbuhan NTPPertumbuhan pagu belanjapertanian APBN+APBD
-9,71% = -0,30%3,09%
Pertumbuhan produksipertanian = Pertumbuhan produksi
Pertumbuhan pagu belanja pertanian APBN+APBD
139,81% = 4,46%3,09%
8. Perbandingan dengan sektor ekonomi unggulanIndikator ini cenderung berfungsi sebagai perbandingan secara indikatif antara
fokus anggaran pemerintah dengan kontribusi sektor-sektor ekonomi unggulan
kepada pertumbuhan.Rasio belanja sektoral terhadapkontribusi sektor kepada PDRB = Belanja Sektor Pertanian/ Total Belanja APBN + APBD
(Kontribusi Sektor Pertanian / Total PDRB)
17,74% = 4,92%27,73%
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
70 Annual Regional Fiscal Report 2018
9. Analisis kebijakan alokasi anggaranKebijakan fiskal yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah yang
ditunjukkan dalam alokasi anggaran (alokasi APBN dan APBD) dengan rasio
rata-rata belanja pegawai terhadap total anggaran belanja sebesar 36,87
persen. Dengan tingginya alokasi belanja pegawai maka makin sempit ruang
mengelola belanja lainnya terutama belanja sektor produktif atau belanja
infrastrutur. Rasio porsi belanja pegawai terhadap total belanja per
kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah terinci pada Grafik 4.11.
Grafik 4.11. Rasio Spasial Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Kabupaten/Kotadi Sulawesi Tengah Tahun 2018
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
D. SURPLUS/DEFISIT1. Komposisi Surplus/Defisit Konsolidasian dan Rasio
Pada tahun 2018 Surplus/Defisit Pemerintah Konsolidasian di Provinsi Sulawesi
Tengah mencapai minus Rp3,12 triliun. Sebagian besar (114,43 persen) defisit
tersebut dari Pemerintah Pusat di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah dan
surplus sebesar 14,43 persen dari Gabungan Pemerintah Daerah Sulawesi
Tengah. Pemerintah Pusat di wilayah Sulawesi Tengah menyumbang minus
Rp3,37 triliun dan gabungan Pemda Sulawesi Tengah menyumbang surplus
sebesar Rp0,46 triliun. Sedangkan rasio surplus/defisit konsolidasian Provinsi
Sulawesi Tengah terhadap PDRB mencapai 2,11 persen terdiri dari gabungan
pemda Sulawesi Tengah sebesar 0,30 persen dan Pemerintah Pusat sebesar
2,41 persen.
26,90
46,4743,16 44,11
39,72
32,94 33,2136,50 35,94
38,6841,16
29,7032,07
35,58
0
10
20
30
40
50
60
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
Pemprov Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Mili
ar R
p
Belanja Pegawai Pusat+Daerah Total Belanja APBN+APBD Rasio
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
Kajian Fiskal Regional 2018 71
Tabel 4.5. Rasio Surplus/Defisit Konsolidaian terhadap PDRBpada Provinsi Sulawesi Tengah
UraianSurplus/Defisit Rasio
terhadapPDRBRealisasi Komposisi
Gabungan Pemda di Sulawesi Tengah 458.632.128.209 -14,43% 0,30%
Pemerintah Pusat di Wilayah Sulteng (3.636.241.663.734) 114,43% 2,41%
Konsolidasian (3.177.609.535.525) 100,00% 2,11%Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Prov. Sulteng, BPS Prov. Sulteng (data diolah)
2. Perbandingan Rasio Surplus/Defisit antar Kabupaten/KotaSecara keseluruhan apabila dirinci pada masing-masing kabupaten/kota,
keseimbangan umum atau surplus/defisit berada pada posisi minus (defisit).
Defisit konsolidasian tertinggi terjadi di Kota Palu sebesar Rp1,88 triliun dan
terendah di Kabupaten Morowali Utara sebesar minus Rp34,41 miliar.
Sedangkan rasio defisit terhadap PDRB terbesar terjadi di Kota Palu sebesar
2,11 persen dan terendah di Kabupaten Morowali Utara sebesar 0,02 persen.
Grafik 4.12 Rasio Surplus/Defisit Konsolidaian per Kabupaten/Kotapada Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Prov. Sulteng, BPS Prov. Sulteng (data diolah)
Surplus/Defisit Konsolidasian Tahun 2018 untuk Provinsi Sulawesi Tengah
adalah sebesar minus Rp3,18 triliun. Nilai defisit tersebut sebagian besar
berasal dari APBN sebesar Rp3,64 triliun dan sisanya dari APBD. Hal ini
karena APBN berperan sebagai fungsi distribusi. Penerimaan perpajakan
bagian Pemerintah Pusat dicatat dalam APBN tidak dirinci per daerah.
Selanjutnya seluruh penerimaan tersebut didistribusi ke seluruh Pemerintah
Daerah dalam bentuk belanja tranfer ke dearah.
(2.000)
(1.500)
(1.000)
(500)
-
500
1.000
Pemprov Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
Miliar Rp Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Konsolidasian
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
72 Annual Regional Fiscal Report 2018
Grafik 4.13. Rasio Surplus/Defisit Konsolidasi per Kabupaten/Kotapada Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Prov. Sulteng (data diolah)
E. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIKREGIONAL BRUTO (PDRB)PDRB adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan
oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan
kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender). Nilai
PDRB suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan
pengeluaran yaitu:
Y = C + I + G + (X-M)
Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional, C = Konsumsi Rumah Tangga, I = Investasi, G =
Belanja Pemerintah, X = Ekspor, dan M = Impor
Salah satu analisis data GFS adalah analisis kontribusi pemerintah pada PDRB.
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data pada Laporan Statistik
Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah. Data yang digunakan untuk analisis
tersebut dapat diambil dari Laporan Operasional (Statement of Government
Operations). Laporan Operasional adalah ringkasan transaksi yang berasal dari
interaksi yang disepakati bersama antara unit institusi pada suatu periode
akuntansi yang mengakibatkan perubahan posisi keuangan. Berikut adalah
ringkasan Laporan Operasional sebagai salah satu komponen Laporan Statistik
Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun
Pelaporan 2018.
38,97%
19,63%
8,27%3,29% 5,24% 5,18% 4,90% 3,51%
5,89% 4,10% 2,81% 4,07%1,08%
59,19%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Pemprov Poso Donggala Tolitoli Banggai Buol Morowali Bangkep Parimo Touna Sigi Banglut Morut Palu
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
Kajian Fiskal Regional 2018 73
Tabel 4.6. Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat WilayahProvinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018
Akun Statistik Keuangan Pemerintah Jumlah
Transaksi yang mempengaruhi kekayaan netoPendapatan: 44.888.174.171.089a. Pajak 4.393.282.027.951b. Kontribusi sosial 0c. Hibah 16.105.148.505.782d. Pendapatan lain 24.399.743.637.355Beban:a. Kompensasi pegawai 9.485.705.772.505b. Penggunaan barang dan jasa 6.359.503.941.912c. Konsumsi aset tetap 0d. Bunga 0e. Subsidi 0f. Hibah 18.912.973.879.328g. Manfaat sosial 57.909.360.591h. Beban Lainnya 599.463.884.054Keseimbangan operasi bruto/neto 9.478.983.113.214Transaksi Aset Non Keuangan Neto 5.264.916.180.273a. Aset tetap 1.972.716.536.210b. Persediaan 0c. Barang berharga 0d. Aset nonproduksi 3.292.199.644.063Net Lending/Borrowing 4.214.066.932.941Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban 4.214.066.932.941a. Akuisisi Neto Aset Keuangan 4.186.333.951.249- Domestik 4.186.333.951.249- Luar Negeri 0b. Keterjadian Kewajiban -27.732.981.692- Domestik -27.732.981.692- Luar Negeri 0
Sumber: GFS Preleminary 2018 Kanwil DJPb Provinsi Sulteng (data diolah)
Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018 berdasarkan PDRB ADHB
sebesar Rp150,64 triliun dan berdasarkan PDRB ADHK 2010 sebesar Rp103,62
triliun. Dari perhitungan Statistik Keuangan Pemerintah Tingkat Wilayah Provinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2018, nilai belanja pemerintah (G) dicerminkan/diproxikan
dari nilai pengeluaran konsumsi pemerintah yang berasal dari kompensasi
pegawai ditambah penggunaan barang dan jasa, konsumsi aset tetap, dan
pembelian barang/jasa untuk transfer langsung ke rumah tangga (umumnya
manfaat sosial dalam bentuk barang/jasa), dikurangi penjualan barang dan jasa.
Kontribusi belanja pemerintah (c-to-c) sebesar Rp15,90 triliun atau 10,56 persen
dari PDRB ADHK sebesar Rp150,67 triliun mengalami kontraksi dibandingkan
kontribusi pada tahun 2017 sebesar 13,43 persen dari PDRB ADHK sebesar
Rp133,95 triliun.
BAB IVPerkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
74 Annual Regional Fiscal Report 2018
Sedangkan nilai investasi pemerintah dicerminkan/diproxikan dari nilai
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang merupakan nilai akuisisi aset tetap
dikurangi penghentian aset tetap. Kontribusi investasi pemerintah (c-to-c) sebesar
Rp1,97 triliun atau 1,31 persen juga mengalami kontraksi sebesar 1,39 persen jika
dibandingkan kontribusi tahun 2017 sebesar 2,70 persen.
Kontribusi pemerintah terhadap PDRB dari sisi belanja pemerintah lebih besar dari
investasi pemerintah hal ini mengindikasikan bahwa belanja pemerintah memiliki
efek yang jangka waktunya lebih pendek dalam perekonomian dibandingkan
dengan investasi terutama terkait dengan pengadaan aset tetap. Dalam kondisi
perekonomian yang melambat, kontribusi Pemerintah dari belanja Pemerintah
lebih dibutuhkan untuk dapat segera memperbaiki kondisi perekonomian. Namun,
dalam kondisi perekonomian yang relatif baik, kontribusi Pemerintah dari investasi
dirasa lebih baik untuk lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masa
yang akan datang.
BAB VKeunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 75
BAB V KEUNGGULAN DAN POTENSIEKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL
A. KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI REGIONALDalam bagian sebelumnya telah dipaparkan mengenai alokasi dan
perkembangan pelaksanaan anggaran pusat dan telah dilakukan analisis
keterkaitan anggaran dan beberapa indikator ekonomi di Sulawesi Tengah. Pada
bab ini akan disajikan analisa potensi khusus wilayah Sulawesi Tengah, PAD
wilayah Sulawesi Tengah, dan PDRB Sulawesi Tengah yang dikaitkan dengan
Indikator Pembangunan Manusia (IPM) di Sulawesi Tengah.
Secara potensial geografis Sulawesi Tengah dinilai memiliki potensi untuk
menjadi provinsi yang besar di Indonesia, hal ini tampak salah satunya dengan
dijadikannya provinsi Sulawesi Tengah sebagai salah satu Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) sebagaimana ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 2014. Kondisi ini tentu sangat memberikan efek positif yang akan
mendorong semangat untuk mengeksplore berbagai kekayaan yang ada di
wilayah Sulawesi Tengah, mengingat Sulawesi Tengah memiliki beberapa
sektor di bidang perekonomian, yang pada saat ini terus dikelola
pembangunannya. Bila dikaitkan dengan agenda nawa cita sektor-sektor
Pembangunan unggulan ini selaras dengan agenda nawa cita yang keenam dan
ketujuh, yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional, serta mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
1. PertanianSektor pertanian merupakan sektor utama yang berperan penting pada
perekonomian nasional, baik dalam hal penyerapan tenaga kerja, sumber
pertumbuhan ekonomi, dan penyumbang devisa. Di samping itu, sektor
pertanian juga menggerakkan sektor lain dalam perekonomian nasional.
Sejalan dengan kondisi tersebut, sebagaimana wilayah yang terletak di
sebuah negara agraris, sektor pertanian menjadi salah satu sektor unggulan
utama di Provinsi Sulawesi Tengah. Kemajuan sektor pertanian ditandai
dengan meningkatnya indeks nilai tukar petani di Sulawesi Tengah, yang ini
akan berdampak positif terhadap penyediaan pangan bagi masyarakatnya.
BAB VKeunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
76 Annual Regional Fiscal Report 2018
Sebagai provinsi yang memiliki keunggulan di sektor pertanian, Sulawesi
Tengah selalu berusaha meningkatkan produksi pertaniannya.
Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama Desember 2018
sebesar 95,72 persen, naik 0,02 persen dibandingkan NTP November 2018
dan menurun 0,28 persen poin dibandingkan periode yang sama tahun 2017
sebesar 96,01 persen . Hal ini disebabkan kenaikan NTP pada seluruh
subsektor kecuali subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami
penurunan. Indeks NTP Prov. Sulteng yang berada dibawah 100 hal ini
menunjukkan tingkat kemampuan atau daya beli petani di Sulawesi Tengah
secara riil dapat dikatakan relatif kurang kuat. Adapun tren sektor NTP
Provinsi Sulawesi Tengah selama tahun 2017 – 2018 tersaji pada Grafik 5.1.
Grafik 5.1. NTP Tahun 2017 - 2018 dan Pertumbuhan NTP Sulawesi TengahTahun 2018
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tengah (data diolah)
Selama bulan Desember 2018 harga penjualan komoditas hasil pertanian di
tingkat produsen, biaya produksi, dan konsumsi rumah tangga terhadap
barang/jasa di wilayah perdesaan mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen
dibandingkan bulan November 2018 sebesar 95,70 persen. Kenaikan NTP
disebabkan karena indeks harga diterima petani (It) mengalami kenaikan
sebesar 0,75 persen sementara indeks harga yang dibayarkan petani (ib)
juga naik sebesar 0,75 persen (Grafik 5.2).
97,03
96,28
95,3694,79
93,96 93,84
93,02
94,22 94,4395,13
96,4296,0195,92
96,28
97,00
97,98
99,1998,49
97,76
96,92 97,03
95,9995,70 95,72
-0,09%
0,37%0,75%
1,01%1,23%
-0,70% -0,74% -0,86%
0,11%
-1,07%
-0,30%0,02%
-2,00%
-1,00%
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
90
92
94
96
98
100
102
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
2017 2018 Pertumbuhan 2018
BAB VKeunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 77
Grafik 5.2. NTP Menurut Sektor dan PerkembangannyaNovember – Desember 2018
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah (data diolah)
Naiknya indeks harga diterima petani pada bulan Desember 2018
dibandingkan bulan November 2018 diakibatkan naiknya indeks harga
diterima petani pada subsektor tanaman pangan sebesar 2,84 persen dan
hortikultura sebesar 1,39 persen serta perikanan sebesar 1,35 persen.
Sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) baik untuk konsumsi
rumah tangga dan memproduksi hasil pertanian juga mengalami kenaikan
sebesar 0,75 persen dibandingkan November 2018 yang dipengaruhi
kenaikan indeks harga yang dibayar petani pada semua subsektor dengan
kenaikan tertinggi pada subsektor Holtikultura yang mencapai 0,93 persen.
Boks III Perkembangan Sektor Pertanian dan Perkebunan Sangat Dominan
Perkembangan Sektor Pertanian dan perkebunan sangat dominan, sehingga dalam mengatasidampak bencana yang krisis ekonomi dibutuhkan peningkatan nilai produksi dari sektor pertanianunggulan yang dimiliki Propinsi Sulawesi Tengah.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mencatat berdasarkan statistik tahun 2016 memiliki sekitardelapan komoditas unggulan daerah pada sektor perkebunan. Delapan komoditas unggulan yaknikakao, kelapa dalam, cengkeh, kopi, pala, kelapa sawit, karet dan lada yang dipandang mendukungpengembangan seltor perkebunan di Sulteng,
Sulteng memiliki wilayah daratan seluas 61.849 kilometer persegi dan perairan seluas 193.923kilometer persegi, terdiri dari 12 kabupaten dan 1 kota dengan jumlah penduduk sebanyak 2.785.488jiwa. Dari luas daratan, tercatat untuk penggunaan lahan sawah irigasi dan tadah hujan seluas168,250 hektare dan untuk penggunaan lahan perkebunan seluas 681.685 hektar.
Dalam upaya pembangunan pertanian Sulteng tahun 2016-2021 dihadapkan pada sejumlahperubahan strategis, baik di tingkat lokal, regional maupun internasional yang menuntut produk-produk pertanian yang dihasilkan harus bisa bersaing di pasar lokal, regional dan global.Dengan berlimpahnya sumber daya alam di Sulteng, dapat dijadikan keunggulan dalam bersaingmelalui pengelolaan perkebunan oleh SDM terdidik dengan penerapan teknologi, manajemen
1,52
2,84
0,810,27
1,390,93
-1,22 -0,98
0,790,38
0,960,45 0,47
1,35
0,70
0,02
0,75 0,75
-0,01
0,70 0,75
-3,00
-1,00
1,00
3,00
0,00
50,00
100,00
150,00
NTP
P It Ib
NTP
H It Ib
NTP
R It Ib
NTP
T It Ib
NTN
P It Ib
NTP It Ib
NTP It Ib
Tanamanpangan
Hortikultura Tanaman PerkRakyat
Peternakan Perikanan NTP Gab NTP Gabtanpa Perik
Des 17 Nov 18 Des 18 Perubahan Nov - Des 18
BAB VKeunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
78 Annual Regional Fiscal Report 2018
kelompok tani dan kemitraan sehingga ekspor komoditas bukan hanya bahan mentah, tapi berupahasil olahan serta perbaikan infrastruktur pertanian. Dengan telah ditetapkannya pagu indikatif tahunanggaran 2019 sebesar Rp 1,1 Triliun, dengan fokus penggunaan untuk menginisiasi pembangunankomoditas perkebunan yang menjadi prioritas nasional.
(Antaranews Sulteng) Jumat, 6 Juli 2018
2. Kelautan dan PerikananSulawesi Tengah merupakan wilayah yang memiliki potensi kelautan dan
perikanan yang cukup besar, karena menjadi satu-satunya provinsi yang
memiliki tiga wilayah pengelolaan perikanan (WPP) sekaligus yang tidak
dimiliki oleh provinsi-provinsi lainnya di Kepulauan Sulawesi, perairan-
perairan itu adalah Teluk Tomini, Teluk Tolo dan Selat Makassar/Laut
Sulawesi. Bahkan jika dipandang dari keberadaan tiga wilayah perairan
tersebut maka seharusnya Provinsi Sulawesi Tengah adalah termasuk
daerah yang mengandalkan sumberdaya hasil perikanan sebagai aset
pendapatan daerah. Selain itu, investasi pemerintah di sektor kelautan
perikanan dalam 10 tahun terakhir cukup signifikan mencapai Rp200 miliar
untuk pembangunan pelabuhan dan sarana, prasarana serta fasilitas untuk
nelayan, belum termasuk pembangunan kapal-kapal penangkap ikan
bertonase 30 GT.Luas total perairan Sulawesi Tengah mencapai 193.923,75
km² .Panjang garis pantai Sulawesi Tengah sekitar 4.013 km dengan jumlah
pulau sebanyak 1.142 buah memiliki potensi ekonomi yang sangat besar.
Potensi unggulan dapat dikembangkan dari berbagai jenis ikan laut
ekonomis seperti ikan pelagis besar (tuna, cakalang dan tongkol), ikan
pelagis kecil (layang, selar, teri, tembang dan kembung) dan non ikan seperti
udang windu, rajungan, jenis udang lain, tiram, cumi-cumi, sotong dan
teripang.
Potensi ini terbagi ke dalam 3 (tiga) zona sebagai gudang ikan yang
melimpah, yaitu (1) Selat Makasar dan Laut Sulawesi yang memiliki potensi
ikan sebesar 929.700 ton, (2) Teluk Tomini dengan potensi sebesar 595.620
ton, dan (3) Teluk Tolo dengan potensi sebesar 68.456 ton.
Provinsi Sulteng memiliki potensi perairan darat yang terdiri dari (1) tambak
seluas 42.095,15 Ha dengan kondisi pemanfaatan sebesar 11,3% dan
potensi budidaya air tawar seluas 134.183,3 Ha dengan pemanfaatan
sebesar 5,8% yang terdiri dari danau seluas 48.458 Ha, rawa seluas 12.275
Ha dan sungai 10.195 Ha.
BAB VKeunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 79
Sulawesi Tengah sebagai provinsi yang memiliki keunggulan di sektor
kelautan dan perikanan selalu berusaha meningkatkan produksi potensi
kelautan dan perikanannya. Adapun tren produksi sektor kelautan dan
perikanan Provinsi Sulawesi Tengah selama tahun 2015 - 2018 dapat dilihat
pada Grafik 5.3.
Grafik 5.3. Perkembangan Hasil Kelautan dan Perikanandi Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015- 2018
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah (data diolah)*Data sementara
Meskipun ada tren penurunan dari tahun 2017 namun ada peningkatan
untuk perikanan budidaya dari tahun 2017 sebesar 1,06 juta ton menjadi
1,23 juta ton pada tahun 2018. Sementara ada penurunan untuk perikanan
tangkap dari tahun 2017 sebesar 174,96 ribu ton menjadi 173,62 ton pada
tahun 2018. Untuk perbandingan perkembangan dari tahun 2017 dan 2018
secara terinci dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Perkembangan Perikanan di Sulawesi Tengah (ton)dari Tahun 2017 ke 2018
Jenis2017 2018*
Tw I Tw II Tw III Tw IV Jumlah Tw I Tw II Tw III Tw IV Jumlah
PerikananBudidaya
190.629 264.763 285.944 317.715 1.059.050 220.804 306.672 331.206 368.006 1.226.688
PerikananTangkap
40.563 45.536 35.786 53.080 174.964 40.193 45.057 35.422 52.949 173.621
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah (data diolah)*) data sementara
Produksi kelautan dan perikanan tangkap pada tahun 2018 menurut data
sementara mengalami penurunan produksi sebesar 1,34 ribu ton atau 0,77
persen dibandingkan produksi tahun 2017 sebesar 174,96 ribu ton.
Sementara Produksi perikanan budidaya mengalami kenaikan produksi
sebesar 167,64 ribu ton atau 15,83 persen dibandingkan tahun 2017
sebesar 1,06 juta ton.
1.396,70 1.339,01
1.059,051.226,69
175,03 212,33 174,96 173,62
-
500
1.000
1.500
2015 2016 2017 2018*
Ribu
Ton
Perikanan Budidaya Perikanan Tangkap
BAB VKeunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
80 Annual Regional Fiscal Report 2018
3. PeternakanSektor peternakan merupakan komoditi yang telah lama dikembangkan oleh
masyarakat Indonesia, demikian pula masyarakat Sulawesi Tengah. Daerah
Sulawesi Tengah memiliki areal padang rumput dan semak belukar yang
sangat cocok sebagai areal peternakan. Meskipun di Sulteng hewan ternak
seperti, sapi, kambing, ayam buras dan itik umumnya masih dikelola oleh
peternakan rakyat secara kecil-kecilan (dalam skala kecil). Potensi
peternakan dapat dijadikan komoditas unggulan. Provinsi Sulteng sebagai
provinsi yang memiliki keunggulan di sektor peternakan selalu berusaha
meningkatkan produksi komoditi ternaknya. Adapun tren sektor peternakan
Provinsi Sulteng sebagai berikut:
a. Populasi TernakSelama tahun 2018 tercatat pupulasi ternak di Sulawesi Tengah
berjumlah 22,03 juta ekor yang terdiri dari ternak besar, ternak kecil dan
unggas. Secara umum populasi ternak mengalami kenaikan populasi
sebanyak 1,79 juta ekor dibandingkan tahun 2017 sebanyak 20,24 juta
ekor atau mengalami pertumbuhan sebesar 8,83 persen.
Kenaikan jumlah populasi ternak besar/kecil, terbesar dari sapi potong
sebesar 35,35 ribu ekor dibandingkan tahun 2017 sebanyak 353,49 ribu
ekor atau tumbuh 10,00 persen. Kenaikan populasi dan pertumbuhan ini
sejalan dengan program pemerintah daerah provinsi Sulawesi Tengah
yang mencanangkan program “Sulteng Sejuta Sapi (S3) yang
ditargetkan sampai dengan Tahun 2021 dan Upaya Khusus Sapi
Indukan Wajib Bunting 2017 (UPSUS SIWAB)” hal tersebut sejalan
dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 48/2016 tentang Upaya
Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.
Program tersebut dilaksanakan dalam upaya mewujudkan ketahanan
pangan hewani asal ternak, membuka lapangan kerja, serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju Sulawesi Tengah yang
maju, mandiri dan berdaya saing.
BAB VKeunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 81
Tabel 5.2. Tren Populasi Ternak dan Unggas di Provinsi Sulawesi Tengah
No Jenis Ternak
Populasi
2016 2017 Pertb(%) 2018*
2017-2018*)kenaikanpopulasi (%)
1 Sapi Potong 320,537 353,486 9.32% 388,832 35,346 10.00%2 Sapi Perah 10 10 0.00% 10 0.00%3 Kerbau 3,842 3,878 0.93% 3,940 62 1.60%4 Kambing 402,124 445,337 9.70% 482,306 36,969 8.30%5 Domba 6,735 7,351 8.38% 8,253 902 12.27%6 Babi 200,524 230,356 12.95% 263,463 33,107 14.37%7 Kuda 1,911 1,662 -14.98% 1,495 (167) -10.05%8 Ayam Buras 3,326,433 4,477,451 25.71% 5,660,161 1,182,710 26.41%9 Ayam Ras Petelur 1,266,673 2,081,518 39.15% 2,250,618 169,100 8.12%
10 Ayam RasPedaging
9,669,730 11,770,748 17.85% 11,958,750 188,002 1.60%
11 Itik 610,927 749,509 18.49% 872,715 123,206 16.44%12 Kelinci 1,373 1,754 21.72% 2,105 351 20.01%13 Puyuh 26,550 36,365 26.99% 44,158 7,793 21.43%14 Merpati 20,648 36,933 44.09% 40,585 3,652 9.89%15 Itik Manila 26,676 42,960 37.91% 48,332 5,372 12.50%
Jumlah 15,884,693 20,239,318 21.52% 22,025,723 1,786,405 8.83%
Sumber: Dinas Peternakan Sulawesi Tengah (diolah)
b. Jumlah Ternak Yang DipotongSecara keseluruhan jumlah ternak dan unggas yang dipotong pada
tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 2,04 juta ekor atau 10,32
persen dibanding tahun 2017 sebanyak 19,75 juta ekor. Untuk ternak
besar/kecil rata-rata mengalami kenaikan kecuali jenis ternak domba
yang mengalami penurunan sebanyak -263 ekor atau menurun -32,23
persen dibanding tahun 2017 sebanyak 816 ekor. Pemotongan ternak
unggas mengalami kenaikan sebesar 2,04 juta ternak atau tumbuh
10,38 persen dibanding tahun tahun 2017 sebesar 19,63 juta ekor.
Secara terinci jumlah ternak yang dipotong di RPH dan diluar RPH yang
dilaporkan tersajikan pada Tabel 5.4Tabel 5.3. Jumlah Ternak yang Dipotong di RPH dan Diluar RPH yang Dilaporkan
di Provinsi Sulawesi Tengah
No Jenis Ternak
Potong
2016 2017 Pertb(%) 2018*
2017-2018*)kenaikan/penurunan (%)
1 Sapi Potong 32,152 28,041 -12.79% 28,504 463 1.65%2 Sapi Perah 0 0 0.00% 0 0 0.00%3 Kerbau 205 68 -66.83% 68 0 0.00%4 Kambing 124,808 59,088 -52.66% 59,991 903 1.53%5 Domba 1,698 816 -51.94% 553 -263 -32.23%6 Babi 80,034 36,218 -54.75% 36,826 608 1.68%7 Kuda 125 108 -13.60% 108 0 0.00%8 Ayam Buras 4,657,006 6,268,431 34.60% 7,924,225 1,655,794 26.41%9 Ayam Petelur 760,004 1,248,911 64.33% 1,350,370 101,459 8.12%
10 Ayam Pedaging 9,469,567 11,527,094 21.73% 11,711,203 184,109 1.60%11 Itik 366,556 449,705 22.68% 523,629 73,924 16.44%12 Kelinci 1,030 0 100.00% 0 0 0.00%13 Puyuh 53,100 72,730 36.97% 88,316 15,586 21.43%14 Merpati 25,810 36,933 43.10% 40,585 3,652 9.89%15 Itik Manila 16,006 25,776 61.04% 28,999 3,223 12.50%
Jumlah 15,588,100 19,753,919 26.72% 21,793,377 2,039,458 10.32%Sumber : Dinas Peternakan Sulawesi Tengah (diolah)
BAB VKeunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
82 Annual Regional Fiscal Report 2018
c. Produksi PeternakanProduksi hasil peternakan di Sulawesi Tengah adalah daging dan telor
meski terdapat sapi perah namun belum menghasilkan susu. Produksi
daging selama tahun 2018 sebanyak 31.298,45 ton baik dari ternak
besar/kecil maupun unggas, naik 2.549,43 ton atau tumbuh 8,87 persen
dibanding produksi daging tahun 2017 sebanyak 28.749,02 ton.
Produksi telor dari ternak unggas selama tahun 2018 sebesar 26.551,61
ton mengalami kenaikan sebanyak 2.872,38 ton atau tumbuh sebesar
12,13 persen dibanding tahun 2017 sebanyak 23.679,24 ton.
Jika dilihat lebih mendalam, jumlah produksi antara daging ternak
besar/kecil mengalami kenaikan jumlah produksi sebesar 128,42 ton
naik sebanyak 1,57 persen dari tahun 2017 sebesar 8.183,54 ton, hanya
terdapat penurunan pada produksi daging dari ternak domba sebesar -
5,12 ton atau tumbuh negatif 32,23 persen dibandingkan tahun 2017
sebanyak 15,88 ton. Produksi daging domba terus menurun dari tahun
2016, tahun 2017 dan tahun 2018. Untuk ternak unggas produksi daging
selama tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 2.421,01 ton atau
tumbuh 11,77 persen dibanding produksi daging tahun 2017 sebanyak
20.565,48 ton. Selama tahun 2018 hasil produksi telur naik 2.872,38 ton
atau tumbuh 12,13 persen dibanding tahun 2017 sebesart 23.679,24
ton. Secara rinci produksi daging dan telur tahun 2016 – 2018 untuk
setiap hasil ternak tersaji pada Tabel 5.4.Tabel 5.4 Produksi Peternakan di Sulawesi Tengah Tahun 2016 – 2018
No Jenis Ternak
Daging (ton) Telur (ton)
2016 2017 2018*2017-2018
2016 2017 2018*2017-2018
kenaikan/penurunan (%)
kenaikan/penuruna
n(%)
1 Sapi Potong 5.207 4.542 4.617 75 1,65 0 0 0 0 0
2 Sapi Perah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Kerbau 44 15 15 0 0 0 0 0 0 0
4 Kambing 2.861 1.121 1.138 17 1,53 0 0 0 0 0
5 Domba 33 16 11 -5 - 32,23 0 0 0 0 0
6 Babi 5.452 2.467 2.509 41 1,68 0 0 0 0 0
7 Kuda 26 23 23 0 0 0 0 0 0 0
8 Ayam Buras 5.736 7.721 9.760 2.039 26,41 2.154 2.899 3.665 766 26,41
9 Ayam Petelur 945 1.552 1.679 126 8,12 9.538 15.674 16.947 1.273 8,12
10 Ayam Pedaging 8.854 10.778 10.950 172 1,60 0 0 0 0 0
11 Itik 383 470 547 77 16,44 3.918 4.807 5.598 790 16,44
12 Kelinci 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Puyuh 6 8 10 2 21,42 46 63 77 14 21,43
14 Merpati 6 8 9 1 9,88 0 0 0 0 0
15 Itik Manila 18 28 32 4 12,50 146 236 265 29 12,50
Jumlah 29.572 28.749 31.298 2.549 8,87 15.803 23.679 26.552 2.872 12,13
Sumber : Dinas Peternakan Sulawesi Tengah (diolah)
BAB VKeunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 83
Boks IV Pemprov Sulawesi Tengah Perluas Pengembangan Sapi Donggala
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah selama tiga tahun ke depan memperluas pengembangan ternaksapi lokal jenis Donggala untuk memenuhi kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Perluasan itudalam rangka mewujudkan program sejuta ekor sapi pada 2021. Saat ini, sapi Donggala barudikembangkan di tiga daerah yakni Donggala, Sigi dan Kota Palu. Dengan melihat potensi padawilayah di Sulawesi Tengah, dalam tiga tahun ini Pemprov Sulteng akan menambah dua kabupatenlagi yakni Kabupaten Morowali Utara dan Kabupaten Poso, sehingga total ada lima wilayah.
Di wilayah Sulaesi Tengah, sapi lokal tetap menjadi primadona untuk memenuhi kebutuhan dagingmasyarakat. Pengembangan pada wilayah yang telah menjadi pusat pengembangan sapi lokal, sudahmemiliki lahan dan juga ketersediaan pakan cukup luas dan memadai. Juga, tentunya kondisi daerahmemang cocok bagi pengembangan ternak sapi lokal. Sulteng sampai saat ini rutin mengirim ternaksapi potong ke Kaltim, yang sebagian besar sapi lokal. Sebagai daerah yang penghasil ternak, menurutdia, tentu harus dijaga populasinya dengan meningkatkan program perkawinan alami dan melaluisistem perkawinan inseminasi buatan (IB). Pemprov Sulteng terus berupaya meningkatkan populasiternak sapi guna mewujudkan program sejuta ekor sapi dan mendukung swasembada dagingnasional.
Sulawesi Tengah sejak beberapa tahun lalu sudah mampu memenuhi sendiri kebutuhan daging untukkonsumsi masyarakat dari hasil peternakan perorangan/maupun kelompok tani peternak yangtersebar di 13 kabupaten dan kota. Kabupaten Banggai merupakan penghasil ternak sapi terbesar diSulteng dan menyusul Kabupaten Donggala, Poso, Sigi, Morowali, Parigi Moutong, Tolitoli, Buol, danKota Palu. Data Dinas Peternakan Sulteng menyebutkan konsumsi daging sapi masyarakat Sultengsetiap bulan sekitar 250.000 ton.Sumber : antaranews.com, 25 Juli 2018
B. TANTANGAN FISKAL REGIONALDalam penyampaian kerangka asumsi makro 2018 kepada DPR RI, Menteri
Keuangan Sri Mulyani telah menyampaikan bahwa dalam pengelolaan fiskal,
masih terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi. Tercatat, terdapat 4
tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah saat ini. Pertama, perlunya
memperkuat ruang fiskal untuk menjaga ketahanan ekonomi dengan menopang
belanja produktif dan prioritas. Kedua, perlunya memperkuat kualitas belanja untuk
menstimulasi perekonomian sekaligus mewujudkan kesejahteraan. Ketiga adalah
perlunya meningkatkan efektivitas bantuan sosial dan subsidi serta transfer ke
daerah untuk mengakselerasi pengurangan angka kemiskinan dan kesenjangan.
Dan keempat bahwa pemerintah juga perlu menjaga keberlanjutan fiskal dan
memperkuat fondasi kebijakan ekonomi.
Keempat tantangan tersebut tentunya menjadi hal yang semakin berat terutama
untuk wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yang mengalami bencana alam pada
bulan September 2018. Kalau dilihat dari kacamata potensi ekonomi regional,
dimana pertanian menjadi salah satu sektor unggulan dalam perekonomian
BAB VKeunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
84 Annual Regional Fiscal Report 2018
Sulawesi Tengah terkena dampak kerusakan yang cukup besar, tentu saja hal ini
akan sangat mempengaruhi perekonomian secara umum. Data yang diperoleh
dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura menunjukkan bahwa bencana telah
merusakkan ribuan hektar lahan pertanian warga sebagaimana tabel 5.5Tabel 5.5 Dampak Kerusakan Akibat Bencana Terhadap Lahan Sawah dan Irigasi
di Wilayah Sigi dan Donggala
Kabupaten/KotaData Kerusakan )*
Lahan Pertanian (Ha) Jaringan Irigasi (M)Kabupaten Sigi 1,678 13,377Kabupaten Donggala 4,660 950
Jumlah 6,338 14,327Sumber : Dinas Tanaman Pangan Dan Holtikultura)*Data Sementara
Data tersebut masih bersifat sementara, karena belum termasuk wilayah kota Palu
dan Parigi Moutoung yang juga terdampak bencana. Menurut Kepala Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, berdasarkan data Kementerian pertanian
estimasi total kerusakan lahan sawah yang rusak mencapai 9.718 hektar.
Rusaknya lahan pertanian yang begitu besar tersebut akan sangat mengganggu
kondisi perekonomian daerah, karena bukan itu saja, dari sisi produksi hasil
pertanian dan perkebunan sudah pasti akan terhenti untuk beberapa waktu,
kemudian pengurangan stok bahan makanan yang tersedia akan berpotensi
menaikkan harga-harga, Nilai Tukar Petani akan berkurang, termasuk efek sosial
yang akan muncul karena bertambahnya angka pengangguran yang disebabkan
oleh banyaknya lahan petani yang mati, dan seterusnya. Dan itu bisa jadi akan
berlangsung dalam waktu yang tidak singkat, mengingat kerusakan juga terjadi
kepada banyak bangunan infrastruktur dan jaringan-jaringan irigasinya, tentunya
akan diperlukan dana yang tidak sedikit untuk pembangunan kembali kerusakan-
kerusakan tersebut dari berbagai sumber pendanaan yang ada. Semakin tampak
bahwa provinsi Sulawesi Tengah akan semakin besar mendapatkan tantangan
pengelolaan fiskalnya. Sektor-sektor produktif yang dapat dijadikan penopang
perekonomian banyak yang terdampak bencana sehingga mengakibatkan
menurunnya produksi dan terhambatnya distribusi pasokan barang kebutuhan
masyarakat, termasuk rusaknya Kawasan Ekonomi Khusus yang digadang-
gadang bisa dijadikan sebagai pemicu tumbuhnya perekonomian di kawasan
Sulawesi Tengah.
Kondisi ini sangat berpotensi akan menjadikan perekonomian Sulawesi Tengah
pada triwulan I 2019 diperkirakan akan mengalami perlambatan dibandingkan
BAB VKeunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional 2018 85
triwulan IV 2018. Perlambatan ekonomi pada periode ini masih merupakan
dampak lanjutan dari bencana yang terjadi. Pengelola kebijakan fiskal harus
segera mampu untuk menetapkan regulasi perdagangan yang jelas, mengingat
berbagai produksi regional akan menurun untuk sementara dengan segala
keterbatasannya, sehingga sangat memerlukan perlindungan untuk bisa bangkit
kembali, aturan perdagangan antar daerah sebaiknya memberikan prioritas yang
mengharuskan pemenuhan kebutuhan domestik terlebih dahulu dibanding
perdagangan antar daerah agar tidak terjadi gejolak harga. Termasuk prioritas
pembelanjaan pos-pos APBD agar benar-benar bisa dimanfaatkan secara
maksimal untuk prioritas membangkitkan kembali perekonomian warga,
menstimulasi perekonomian sekaligus mewujudkan kesejahteraan. Tantangan
berikutnya yang tidak kalah penting adalah mengembalikan kondisi sosial warga
pasca bencana, saat ini hampir semua masyarakat yang wilayahnya terdampak
bencana sangat memerlukan bantuan. Keterbatasan sumber-sumber bantuan
sosial harus benar-benar bisa dikelola dengan seksama, karena kalau tidak akan
banyak menimbulkan polemik dan konflik horisontal di masyarakat. Banyaknya
kasus penjarahan pasca terjadinya bencana seharusnya juga menjadi perhatian
khusus untuk dikelola dan dicegah dalam menetapkan kebijakan fiskal, karena
dampak perekonomiannya akan sangat besar, hilangnya kepercayaan para
investor akan berdampak besar pada sepinya geliat perekonomian di Sulawesi
Tengah. Kemudian secara bertahab melakukan perbaikan infrastruktur utama dan
pendukung di daerah Kawasan Ekonomi Khusus dan sekitarnya yang saat ini
mengalami banyak kerusakan. Meskipun memerlukan dana dan sumber daya
yang cukup besar, namun prioritas pembangunan kembali kawasan ini akan
memberikan dampak positif pada percepatan pertumbuhan ekonomi. Pelabuhan
Pantoloan merupakan salah satu titik penting untuk dilakukan perbaikan
infrastruktur karena merupakan pintu masuk aktivitas di Kota Palu dan salah satu
simpul utama keluar masuknya barang di Kawasan Ekonomi Khusus.
Perluasan dari prioritas ini adalah melakukan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM), karena para pengusaha mikro ini termasuk pihak yang
sangat terpukul dengan bencana. Multiplier effect yang ditimbulkan dari geliat
penerapan Kawasan Eknonomi Khusus adalah tercukupinya kebutuhan akan
pangan, sandang, tempat tinggal dan kebutuhan lainnya yang dapat di konversi
menjadi investasi yang menguntungkan oleh para pelaku UMKM di Palu dan
sekitarnya sehingga secara riil dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
BAB VKeunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
86 Annual Regional Fiscal Report 2018
Dengan tata pengelolaan yang tepat dan terencana program-program tersebut
akan saling bisa dikaitkan, setiap pemangku kepentingan duduk bersama saling
bersinergi untuk mencapai tujuan bersama, sehingga afektifitas pelaksanaannya
bisa terwujud. Termasuk pemanfaatan dana transfer daerah yang bersumber dari
APBN, harus ada prioritas khusus untuk mengatasi kondisi yang serba
kekurangan, bila memungkinkan dengan mengadakan beberapa penyesuaian
penggunaannya yang tidak sama dengan kondisi normal. Tata cara dan
pengawasan yang tepat seharusnya mampu mengatur penggunaan dan
distribusinya. Ini adalah tantangan-tantangan fiskal yang harus mampu dijawab
daerah untuk bisa memberikan fondasi perekonomian yang kuat bagi masyarakat,
dan terus berkelanjutan, menghantarkan Sulawesi Tengah Bangkit dari
keterpurukan akibat bencana alam.
BAB VIAnalisis Tematik
Kajian Fiskal Regional 2018 87
BAB VI ANALISIS TEMATIK
TANTANGAN DESA DALAM UPAYA MENDORONG PEMULIHAN DANPERTUMBUHAN EKONOMI PASCA BENCANA DI SULAWESI TENGAH
Berdasarkan hasil pendataan yang telah dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik pada
periode tahun 2018, Provinsi Sulawesi Tengah memiliki 2.020 wilayah administrasi
pemerintahan setingkat desa yang terdiri dari 1.842 desa, 175 kelurahan, dan 3 Unit
Permukiman Transmigrasi (UPT)/ Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT). Jumlah
kecamatan sebanyak 175 dan kabupaten/kota sebanyak 13. Tentunya ini menjadi
potensi yang sangat besar sebagai penopang pertumbuhan ekonomi daerah Sulawesi
Tengah, sebagaimana program pemerintah yang memulai pembangunan dari daerah
pinggiran. Karena desa memiliki keunikan yang berbeda-beda, sesuai dengan kekayaan
alam dan budaya yang berkembang di wilayah itu, disamping wilayah pengelolaan
pemerintahannya yang tidak terlalu luas membuat segala pengelolaan baik administrasi
pemerintahan dan pembangunannya menjadi lebih sederhana.
Namun semenjak terjadinya bencana alam gempa bumi, tsunami dan liquifaksi pada
akhir bulan September 2018 yang melanda sebagian besar wilayah Palu, Sigi,
Donggala, dan sekitarnya, berbagai potensi itu seakan ikut terkubur. Sebagian besar
desa di wilayah tersebut terkena dampak bencana, sehingga kerusakan yang dialami di
berbagai wilayah menimpa hampir di semua lini, baik sosial ekonominya maupun
berbagai fasilitas dan infrastruktur yang telah dimiliki. Sebagai contoh wilayah yang
terkena dampak besar bencana ini adalah kabupaten Sigi, sejumlah 130 desa dari total
174 desa di wilayah ini mengalami kerusakan yang cukup parah. Dampak kerusakan
yang ditimbulkan sangat besar mempengaruhi perekonomian warga. Akibatnya desa-
desa yang selama ini diharapkan menjadi penopang-penopang pembangunan yang
potensial harus kembali memulai dari nol untuk mengembalikan perekonomiannya.
Sebagaimana data yang disampaikan oleh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), total kerusakan dan kerugian yang
terdata telah mencapai angka sebesar Rp18,48 triliun dengan rincian sebagaimana
Tabel 6.1
BAB VIAnalisis Tematik
88 Annual Regional Fiscal Report 2018
Tabel 6.1 Data Kerugian Akibat Bencana Alam di Sulawesi Tengah
No Kabupaten/kota Total kerugian
1 Palu Rp8,3 triliun
2 Sigi Rp6,9 triliun
3 Donggala Rp2,7 triliun
4 Parigi Moutong Rp640 Miliar
Total Rp18,48 triliun
Sumber: Keterangan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),Okenews.Minggu (28/10/2018).
Rincian dari total Rp18,48 triliun tersebut terdiri dari angka kerusakan sebesar
Rp15,58 triliun dan angka kerugiannya sebesar Rp2,89 triliun. Pengertian kerusakan
adalah nilai kerusakan stock fisik aset, sedangkan kerugian adalah arus ekonomi yang
terganggu akibat bencana, yaitu pendapatan yang hilang dan atau biaya yang
bertambah akibat bencana pada 5 sektor yaitu permukiman, infrastruktur, ekonomi,
sosial dan lintas sektor. Di sisi lain, dengan melihat peran dan posisinya dalam rantai
perekonomian, desa bisa menjadi tumpuan pemulihan kondisi perekonomian, karena
desa merupakan ujung tombak pemerintahan dalam menyentuh warga masyarakatnya.
Dan sampai saat ini program-program nasional yang sudah diluncurkan dalam rangka
membangun yang dimulai dari pinggiran / kawasan desa telah sangat mendukung
potensi yang dimiliki desa, ada program Dana Desa, Kredit Program, dan pembiayaan
Ultra Mikro (UMi), sehingga wacana bahwa desa bisa dijadikan sebagai titik-titik
pemulihan ekonomi dalam upaya mendorong pemulihan dan pertumbuhan ekonomi
pasca bencana di Sulawesi Tengah sangat mungkin untuk diwujudkan, apalagi bila bisa
disinergikan dengan penyaluran DAK Fisik untuk perbaikan infrastrukturnya pada tahap-
tahap berikutnya.
1. Pogram Dana Desa Untuk Mendorong Pemulihan dan Pertumbuhan EkonomiPasca GempaSalah satu program prioritas pemerintah (Nawa Cita), cita ketiga yaitu membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka
negara kesatuan. Sejak hadirnya UU No 6 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Desa memiliki porsi dan
peluang peranan yang semakin besar sebagai subjek pembangunan, bukan hanya
sekedar sebagai objek pembangunan. Selama kurun waktu pelaksanaan, program
unggulan nasional ini bisa dilaksanakan dengan baik terutama di wilayah Sulawesi
Tengah, tercatat untuk tahun 2018 ini realisasinya sudah mencapai 100% di wilayah
Sulawesi Tengah. Hal ini dapat terlihat dari tabel pencapaian penyaluran Dana Desa
BAB VIAnalisis Tematik
Kajian Fiskal Regional 2018 89
untuk wilayah desa yang terdampak maupun yang tidak terdampak bencana
sebagai berikut:Tabel 6.2 Penyaluran Dana Desa untuk Desa terdampak dan Tidak Terdampak
Bencana Per 31 Desember 2018
No. Pemda JumlahDesa
Pagu(JutaRp)
Penyaluran RKUN ke RKUD (Juta Rp) PersentasePenyaluran
Tahap I Tahap II Tahap III
Wilayah terdampak bencana
1 Kab. Sigi 176 127.246 25.449 50.899 50.899 100%
2 Kab. Donggala 158 123.461 24.692 49.384 49.384 100%
3 Kab. Parigi Moutong 278 207.264 41.453 82.906 82.906 100%Wilayah sekitar tidak terdampak bencana
4 Kab Poso 142 110.954 22.191 44.381 44.381 100%
5 Kab. Tolitoli 103 76.404 15.281 30.562 30.562 100%
6 Kab. Banggai 291 203.474 40.695 81.390 81.390 100%
7 Kab. Buol 108 79.719 15.944 31.887 31.887 100%
8 Kab. Morowali 126 90.213 18.043 36.085 36.085 100%
9 Kab. BanggaiKepulauan 141 99.214 19.843 39.685 39.685 100%
10 Kab. Tojo Una-Una 134 103.575 20.715 41.430 41.430 100%
11 Kab. Bangai Laut 63 47.193 9.439 18.877 18.877 100%
12 Kab. Morowali Utara 122 95.404 19.081 38.162 38.162 100%
Jumlah 1.842 1.364.121 272.824 545.648 545.648 100%
Sumber: OMSPAN (diolah)
Dari hasil monitoring dan evaluasi di desa-desa wilayah Sulawesi Tengah terhadap
pelaksanaan program Dana Desa, terutama pasca terjadinya bencana, Dana Desa
telah memberikan sumbangsih bantuan yang sangat bisa dirasakan manfaatnya,
meskipun tentu tidak luput dari beberapa permasalahan yang menyertainya. Terkait
dengan adanya bencana, banyak bangunan infrastruktur, jalan, maupun fasilitas
pengembangan sumber daya masyarakat yang telah dibiayai dengan program Dana
Desa ini ikut rusak atau hilang. Sebagai contoh yang ada di desa Limboru,
kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala. Desa yang mengelola Dana
Desa sebesar Rp722.263.000,00 ini telah memanfaatkan seluruh Dana Desa untuk
membangun berbagai sarana dan infrastruktur untuk kemajuan masyarakatnya,
membangun saluran-saluran irigasi, pengerasan jalan yang menghubungkan
daerah kantong-kantong produksi penduduk dan menuju beberapa kawasan wisata
di wilayah desa tersebut. Untuk pemberdayaan masyarakat, Dana Desa juga sudah
dimanfaatkan untuk membiayai pelatihan-pelatihan ketrampilan dalam mendukung
sektor pariwisata. Namun semenjak terjadinya bencana, banyak kerusakan dan
kehilangan yang tentunya memunculkan banyak kendala. Kantong-kantong
produksi terhenti, sarana dan infrastruktur banyak yang rusak, tindak lanjut dari
BAB VIAnalisis Tematik
90 Annual Regional Fiscal Report 2018
berbagai pembinaan perekonomian warga juga tidak bisa dilanjutkan karena alat-
alat hilang/rusak, lapak pedagang warga banyak yang roboh, serta trauma
masyarakat akan bencana tsunami yang menghantui para penduduk menyebabkan
terpuruknya sektor wisata di wilayah pantai. Bencana alam juga telah meruntuhkan
bangunan bendungan sungai yang berfungsi menaikkan air untuk disalurkan ke
lahan pertanian warga. Saluran irigasi yang juga sudah pernah dibangun dengan
Dana Desa pun menjadi terbengkalai karena air dari sungai tidak bisa naik ke
saluran irigasi warga, sehingga pengairan ke lahan-lahan pertanian warga menjadi
terhenti. Akibatnya sekita 50 hektar lahan tanah warga desa tersebut terbengkalai,
menjadi lahan tidur dan tidak bisa lagi ditanami. Kejadian di desa Limboru ini juga
terjadi di banyak desa lain di wilayah terdampak bencana, hampir semua sarana
dan infrastruktur yang menjadi tumpuan masyarakat tidak lagi berfungsi dengan
baik, demikian pula lahan-lahan pertanian masyarakat yang terbengkalai. Data
sementara yang didapatkan dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura
menunjukkan bahwa total kerusakan lahan pertanian akibat bencana mencapai 6,34
ribu hektar. Tentunya ini sangat memukul kondisi perekonomian secara umum.
Untuk mengembalikan kondisi perekonomian, sebagaimana seruan “Palu kuat, Palu
bangkit” semua pihak dan lapisan masyarakat harus segera bangkit dari
keterpurukan akibat bencana, Dana Desa telah dirasakan sangat membantu
masyarakat dalam mengatasi kondisi ini. Peruntukan Dana Desa yang terfokus
pada prioritas pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, baik
untuk pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrastruktur atau sarana
dan prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk ketahanan pangan dan
pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan, sosial dan kebudayaan, pengembangan usaha ekonomi masyarakat,
sangat selaras dengan program pemulihan kondisi masyarakat pasca terjadinya
bencana. Fleksibilitas pemanfaatan Dana Desa bisa dilihat dari mekanisme
penggunaannya yang tidak kaku, sasaran pemanfaatan Dana Desa cukup bisa
dirumuskan dalam musyawarah desa, untuk dimasukkan dalam APB Desa, yang
jika masyarakat menginginkan penggunaan di luar yang sudah dianggarkan
dikarenakan adanya kondisi tertentu/bencana, dapat dilakukan pergeseran,
tentunya setelah mendapatkan persetujuan Bupati (Peraturan Menteri Keuangan
No 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan,
Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa).
BAB VIAnalisis Tematik
Kajian Fiskal Regional 2018 91
Beberapa pengalokasian darurat ini bisa kita dapatkan sebagaimana contoh di desa
Kalukubula, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi. Pasca terjadinya bencana
gempa dan liquifaksi, dilakukan pergeseran anggaran atas perintah Bupati, untuk
memprioritaskan penggunaannya dalam hal penanggulangan bencana. Walaupun
belum mencukupi secara keseluruhan, sisa Dana Desa telah di alihkan untuk
pembelian mesin pompa air alkon, ini sangat membantu warga mengatasi pengairan
lahan pertanian yang terancam menjadi lumpuh total bila tidak segera mendapatkan
solusi, walaupun sifatnya sementara, karena bendungan yang mengalirkan ke
saluran irigasi rusak, pergeseran juga dilakukan untuk prioritas pembuatan drainase
dalam rangka mengurangi dampak aliran banjir lumpur dan liquifaksi yang mengenai
wilayah Jono Oge, serta penambahan pembangunan MCK di lingkungan warga. Hal
ini juga dilaksanakan di beberapa desa lain seperti desa Sidondo IV, Kecamatan
Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi. Pasca terjadinya bencana, desa ini juga melakukan
pergeseran anggaran yang diprioritaskan untuk pembelian 20 buah mesin air alkon,
mesin ini bisa dimanfaatkan oleh 10 kelompok tani di desa tersebut dalam
mengatasi sebagian pengairan pertanian yang menjadi lumpuh karena bendungan
yang rusak. Meskipun solusi sementara ini sebenarnya masih jauh dari cukup,
karena satu kelompok tani yang terdiri dari 20-30 keluarga hanya mendapatkan 2
mesin pompa yang harus dipakai secara bergantian, namun hal ini sudah sangat
membantu mengingat mayoritas warga desa ini menggantungkan
perekonomiannya dari sektor pertanian. Bila bisa dikelola dengan maksimal, potensi
pemanfaatan Dana Desa untuk program-program pemberdayaan masyarakat juga
akan sangat membantu proses percepatan pemulihan perekonomian warga.
Beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa program Dana Desa ini akan cukup
efektif dalam membantu percepatan pemulihan daerah-daerah terdampak bencana,
karena sifatnya yang menyentuh langsung ke masyarakat dengan program-program
yang bisa diarahkan untuk kegiatan-kegiatan prioritas disesuaikan dengan kondisi
masing-masing wilayah yang tentunya memiliki spesifikasi yang tidak sama.
2. Kredit Program KUR dan UMi yang Menyentuh Warga Desa.Sejalan dengan program-program kerakyatan yang lain, Kredit Program ini secara
langsung membidik kelompok masyarakat bawah sebagai pelaku ekonomi yang
berada di masyarakat. Tak bisa dipungkiri, bahwa kekuatan dari kelompok ini
sangat menentukan kekuatan perekonomian pada suatu daerah, bahkan secara
nasional, jadi keberadaannya sangat penting dan sudah semestinya jika harus
BAB VIAnalisis Tematik
92 Annual Regional Fiscal Report 2018
mendapatkan prioritas khusus dalam pengelolaannya. Posisinya yang langsung
menyentuh masyarakat bawah menjadikan kelompok ini bisa dikatakan sebagai
salah satu akar variabel untuk mendorong pemulihan perekonomian. Dengan
terbitnya PMK Nomor 253/PMK.05/2016 tentang Pedoman Penggunaan Sistem
Informasi Kredit Program, kemudian Permenko RI Nomor 8 Tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Selaku
Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat
menunjukkan keseriusan program ini. Pemerintah menyediakan sumber
pembiayaan berupa pemberian kredit bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan
Koperasi (UMKMK) melalui KUR. KUR sendiri adalah layanan kredit atau
pembiayaan yang diberikan oleh pemerintah melalui perbankan kepada UMKMK
atau koperasi yang feasible tapi belum bankable. Feasible sendiri maksudnya
adalah usaha tersebut memiliki kelayakan, potensi, prospek bisnis yang baik, dan
mempunyai kemampuan untuk mengembalikan pinjaman. Sedangkan bankable
adalah usaha tersebut telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh perbankan.
Program ini sudah terlaksana di wilayah Sulawesi Tengah dengan realisasi
sebagaimana tersaji pada Tabel 6.3.Tabel 6.3 Realisasi Penyaluran KUR Provinsi Sulawesi Tengah
Untuk Wilayah Terdampak Dan Tidak Terdampak Bencana Alam Tahun 2018
No Kabupaten/Kota Jumlah Akad Jumlah DebiturWilayah terdampak bencana1 Kota Palu 271.522.071.000 5.2392 Kab. Sigi 67.688.225.000 2.1493 Kab.Donggala 103.183.142.000 3.1514 Kab. Parigi Mutong 228.779.800.000 8.908
JUMLAH 671.173.238.000 19,447Wilayah tidak terdampak bencana5 Kab.Poso 117.702.435.000 4.0326 Kab. Toli-toli 110.948.300.000 3.4497 Kab.Buol 60.259.500.000 2.7278 Kab.Morowali 96.956.000.000 3.5359 Kab.Banggai Kepulauan 109.793.650.000 3.705
10 Kab.Banggai 112.099.495.000 3.13711 Kab. Tojo Unauna 35.633.800.000 1.54812 Kab. Banggai Laut 2.840.000.000 18
TOTAL 1.317.406.418.000 41.598
Sumber : SIKP Kemenkeu data sampai dengan 31 Desember 2018 (diolah)
Dari tabel di atas terlihat bahwa total penerima kredit yang telah terealisasi di
wilayah Sulawesi Tengah yang terdampak gempa adalah sebanyak 19.447 debitur
dengan total angka akad kredit sebesar Rp671,173,238,000,00. Angka-angka itu
bisa dijadikan sebagai salah satu parameter yang menunjukkan tingkat kuantitas
BAB VIAnalisis Tematik
Kajian Fiskal Regional 2018 93
dan juga kualitas sumber-sumber ekonomi kerakyatan yang tumbuh pada
masyarakat daerah tersebut, meskipun dengan catatan bahwa sebagian besar
angka tersebut muncul sebelum terjadinya bencana. Namun data tersebut bisa
dijadikan sebagai data awal bahwa masyarakat daerah Palu, Sigi, Donggala dan
Parigi Moutoung memiliki potensi yang bisa didorong dan dibantu pemerintah.
Pemerintah daerah harus semakin memberikan perhatian khusus kepada para
penerima kredit ini sebagai sumber-sumber ekonomi yang harus dikelola dengan
baik, mendapatkan perhatian, pembinaan, pendampingan. Potensi mereka harus
semakin dipupuk dan dikembangkan mengingat saat ini mereka tengah ditimpa
bencana. Terkait potensi mereka, para pengusaha mikro ini bisa dikatakan memiliki
nilai lebih dibanding yang lain, mereka musti didorong untuk bisa bangkit kembali
memulihkan usaha-usahanya agar segera bisa keluar dari kesulitan dan tentunya
memberikan nilai manfaat kepada masyarakat di sekitarnya.
Program pemberdayaan masyarakat yang merupakan salah satu prioritas dari
pemanfaatan Dana Desa bisa disinergikan dalam hal ini, terutama untuk
meningkatkan kualitas para pelaku usaha yang perlu mendapatkan pendampingan,
terkhusus lagi untuk mereka yang telah memanfaatkan Kredit Program. Dari mereka
masyarakat akan bisa dibangkitkan usaha-usahanya, memutar roda perekonomian
dan menciptakan lapangan kerja. Bahkan menumbuhkan atau menularkan usaha-
usahanya kepada masyarakat lain untuk memunculkan pengusaha baru yang akan
siap dibantu dengan kucuran kredit program berikutnya.
Demikian pula dengan pengusaha Ultra Mikro, program kredit Ultra Mikro (Umi)
untuk pengusaha yang belum bankable dengan maksimal kredit 10 juta ini akan
sangat tepat bila disalurkan prioritas kepada daerah-daerah dengan penduduk yang
berpotensi untuk memulai bangkit dengan kemampuan usaha mikro yang dimiliki,
mengingat kondisi minimalis yang saat ini hampir merata dialami masyarakat korban
bencana. Sosialisasi akan pentingnya Kredit Program dan kemudahan Kredit Usaha
Rakyat ini untuk pengusaha menengah kebawah sangat dibutuhkan oleh
masyarakat dunia usaha pada kondisi sekarang. Dibutuhkan pemantik-pemantik
untuk masyarakat yang saat ini sedang memulai kembali dari nol. Bantuan
pemerintah baik yang berupa bimbingan, pendampingan, maupun kredit program
dengan kemudahan proses serta bunga yang ringan untuk permodalan akan sangat
membantu kebangkitan kembali daerah terdampak bencana di Sulawesi Tengah,
yang implementasinya bisa disinergikan dengan program Dana Desa.
BAB VIAnalisis Tematik
94 Annual Regional Fiscal Report 2018
3. Prioritas Pembangunan Infrastruktur dengan DAK Fisik dan Dana Desa untukDesa Terdampak Bencana
Inilah motifasi yang bisa dijadikan alasan bahwa pemanfaatan program ini akan
sangat memungkinkan untuk mendorong pemulihan perekonomian, terutama dari
wilayah pedesaan dan daerah terdampak bencana. Sebagaimana hasil monitoring
beberapa daerah/desa terdampak bencana, sebagian besar lahan pertanian warga
tidak bisa lagi ditanami karena saluran irigasinya rusak, atau bendungannya yang
rusak. Untuk saluran irigasi mungkin masih bisa diperbaiki dengan Dana Desa
mengingat kebutuhan dananya yang tidak terlalu besar. Namun untuk
memperbaiki/membuat bendungan yang rusak sangat dimungkinkan opsi tersebut
tidak dapat dipilih, karena tidak akan tercukupi bila hanya mengandalkan Dana Desa
semata. Hasil pantauan di salah satu desa yang rusak bendungannya, desa
Limboru, kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala, sekitar 50 hektar lebih
lahan pertanian mereka menjadi lahan tidur. Namun untuk membangun kembali
bendungan tersebut diperlukan dana yang cukup besar, dengan perkiraan
mencapai Rp700.000.000. Tentu jumlah tersebut tidak cukup bila hanya
memanfaatan dana desa. Semestinya hal tersebut bisa diatasi dengan
memanfaatkan kucuran DAK Fisik ke wilayah tersebut, setelah melalui kajian dan
diusulkan secara prosedural oleh aparat yang berkompeten. Kerusakan bendungan
irigasi ini juga dialami oleh banyak desa-desa lain yang terdampak bencana.
Sampai dengan saat ini, program tersebut sudah berjalan dengan realisasi
penyaluran yang cukup baik sebagaimana Tabel 6.4.
"Melalui program Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik, Pemerintah juga mendorongpergerakan ekonomi daerah dengan peningkatan prosentase kemantapan jalanprovinsi, jalan kabupaten/kota dan mendukung irigasi pertanian," kata PresidenJokowi pada Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka HUT ke-72 ProklamasiKemerdekaan RI, di depan Sidang Bersama DPD dan DPR RI, di GedungMPR/DPR, Jakarta, Rabu (16/8/2017).
BAB VIAnalisis Tematik
Kajian Fiskal Regional 2018 95
Tabel 6.4 Realisasi Penyaluran DAK Fisik Provinsi Sulawesi Tengahuntuk Wilayah Terdampak Dan Tidak Terdampak Bencana Tahun 2018
No. Wilayah PemdaPagu Kab /
Kota(Juta Rp)
Realisasi(Juta Rp)
PersentasePenyaluran
Sisa Pagu(Juta Rp)
Wilayah Terdampak Bencana
1 Prov.Sulteng 210.971 201.770 95,60% 9.2012 Kota Palu 86.240 82.982 96,20% 3.2593 Kab. Sigi 156.849 149.620 95,40% 7.2294 Kab. Donggala 101.154 97.532 96,40% 3.6225 Kab. Parigi Moutong 165.089 164.428 99,60% 661
Sub Total 720.302 696.331 96,67% 23.970Wilayah Tidak Terdampak Bencana
6 Kab. Poso 170.268 170.070 99,90% 1987 Kab. Tolitoli 103.951 98.366 94,60% 5.5858 Kab. Banggai 119.104 118.206 99,20% 8989 Kab. Buol 140.002 137.595 98,30% 2.408
10 Kab. Morowali 154.514 147.031 95,20% 7.48211 Kab. Banggai Kepulauan 117.592 102.969 87,60% 14.62312 Kab. Tojo Una-Una 108.476 104.948 96,70% 3.52813 Kab. Banggai Laut 73.309 53.047 72,40% 20.26214 Kab. Morowali Utara 151.130 149.949 99,20% 1.182
Sub Total 1.138.347 1.082.181 95,07% 56.166Jumlah Total 1.858.649 1.778.513 95,69% 80.136
Sumber: OMSPAN Kemenkeu (data diolah)
Pengelolaan yang baik pengelolaan DAK Fisik melalui masing-masing bidang
seperti bidang Pemukiman dan Perumahan, bidang Pertanian, bidang Jalan atau
bidang Irigasi yang disinergikan dengan pengelolaan Dana Desa, serta
penyaluran Kredit Program yang tepat sasaran, akan menjamin bangkitnya
perekonomian yang bermula dari wilayah pedesaan. Bila setiap desa telah
mampu memperbaiki kemampuan ekonominya maka optimisme kebangkitan
Sulawesi Tengah akan semakin terwujud nyata.
BAB VIIPenutup
96 Annual Regional Fiscal Report 2018
BAB VII PENUTUP
A. KESIMPULAN1. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2018 (c-to-c) sebesar 6,30
persen melambat jika dibandingkan tahun 2017 sebesar 7,10 persen. Namun
meskipun melambat, tetap masih di atas pertumbuhan ekonomi secara nasional
yang sebesar 5,17 persen (c-to-c).
2. Tingkat kesejahteraan masyarakat diukur berdasarkan IPM tahun 2017 sebesar
68,11 naik 0,64 poin dibanding tahun 2016 sebesar 67,47. Hal ini sejalan
dengan menurunnya tingkat kemiskinan tahun 2018 sebesar 13,69
dibandingkan tahun 2017 sebesar 14,22 persen serta menurunnya
ketimpangan pengeluaran, artinya terjadi pemerataan pengeluaran di Sulawesi
Tengah.
3. Inflasi sampai akhir tahun 2018 mencapai 6,46 persen (c-to-c) naik cukup tinggi
jika dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 4,33 persen dan jauh diatas
inflasi nasional yang sebesar 3,13 persen. Hal ini akibat dari terjadinya bencana
alam berupa gempa bumi, tsunami dan likuifaksi pada akhir September 2018.
4. Realisasi Pendapatan Negara tahun 2018 sebesar Rp3,72 triliun naik sebesar
Rp371,94 miliar atau 11,09 persen dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp3,35
triliun. Sementara untuk realisasi belanja tahun 2018 sebesar Rp22,93 triliun,
mencapai 97,01 persen dari pagu belanja negara sebesar 23,63 triliun.
5. Cash flow atas pendapatan dan belanja Pemerintah Pusat di Sulawesi Tengah
tahun 2018 menunjukkan defisit sebesar Rp19,20 triliun. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa pendapatan yang diakui oleh Pemerintah Pusat di
Sulawesi Tengah belum sepenuhnya mampu membiayai
belanja/pengeluarannya sehingga masih menerima subsidi silang dari daerah
lain di Indonesia.
6. BLU di wilayah Sulawesi Tengah telah mempunyai kemandirian yang cukup
tinggi, dengan skor rasio mencapai mencapai 2,5 yang merupakan skor
tertinggi dalam mengukur tingkat kemandirian BLU dengan rasio pendapatan
operasional terhadap biaya operasional diatas 65 persen.
BAB VIIPenutup
Kajian Fiskal Regional 2018 97
7. Penyaluran KUR di Provinsi Sulawesi Tengah selama tahun 2018 (c-to-c)
sebesar Rp1,31 triliun tumbuh sebesar 11,92 persen jika dibandingkan
penyaluran pada tahun 2017 sebesar Rp1,17 triliun. Dari penerima KUR tahun
2018 (y-on-y) sebanyak 41.607 debitur juga mengalami pertumbuhan sebesar
4,10 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 sebanyak
39.967 debitur.
8. Secara aggregat, penetapan APBD di Sulawesi Tengah mengambil kebijakan
defisit dengan rata-rata sebesar minus 3,92 persen namun dalam realisasinya
mengalami surplus sebesar 4,77 persen
9. Total pendapatan konsolidasian Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
tahun 2018 adalah sebesar Rp21,97 triliun. Pendapatan Pemerintah Pusat
tersebut selanjutnya akan didistribusikan kepada Pemerintah Daerah berupa
dana transfer maupun belanja Pemerintah Pusat di daerah berupa belanja
Dekon/TP/UB.
10. Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp26,47 triliun dimana
72,17 persen bersumber dari anggaran Pemerintah Daerah dan sisanya
sebesar 27,83 persen dari anggaran Pemerintah Pusat.
11. Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2018 menurut lapangan usaha
masih didominasi oleh lapangan usaha utama yaitu pertanian, kehutanan dan
perikanan yang mencapai 27,73 persen dari PDRB.
12. Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2018 memperoleh alokasi anggaran
Dana Desa sebesar Rp1,364 triliun yang dialokasikan kepada 12 kabupaten
yang tersebar pada 1.842 desa dengan penyaluran mencapai mencapai 100
persen.
B. REKOMENDASI1. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2018 (c-to-c) sebesar 6,30
persen melambat jika dibandingkan tahun 2017 sebesar 7,10 persen. Meskipun
jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara nasional masih lebih
baik, namun seyogyanya Pemerintah Daerah segera melakukan evaluasi atas
penyebab penurunan tersebut serta melakukan langkah-langkah nyata guna
dapat menaikkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah dengan
mengoptimalkan sumber daya yang ada.
BAB VIIPenutup
98 Annual Regional Fiscal Report 2018
2. Cash flow atas pendapatan dan belanja Pemerintah Pusat di Sulawesi Tengah
tahun 2018 menunjukkan defisit sebesar Rp19,20 triliun. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa pendapatan yang diakui oleh Pemerintah Pusat di
Sulawesi Tengah belum sepenuhnya mampu membiayai
belanja/pengeluarannya sehingga masih menerima subsidi silang dari daerah
lain di Indonesia. Pemerintah Pusat diharapkan lebih mengintensifkan baik
penerimaan perpajakan maupun PNBP guna meningkatkan kas masuk
sehingga gap arus kas masuk dan arus kas keluar tidak terlalu besar. Untuk
sektor perpajakan dapat dilaksanakan dengan menggali potensi perpajakan
yang belum tersentuh sedangkan untuk pendapatan PNBP dengan
mengevaluasi kembali tarif pengenaan PNBP.
3. Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2018 menurut lapangan usaha
masih didominasi oleh lapangan usaha utama di sektor pertanian, kehutanan
dan perikanan yang mencapai 27,73 persen dari PDRB. Bila dilihat dari potensi
potensi kelautan dan perikanan Sulawesi Tengah yang cukup besar, karena
menjadi satu-satunya provinsi yang memiliki tiga wilayah pengelolaan perikanan
(WPP) dan tidak dimiliki oleh provinsi lainnya di Sulawesi yaitu Teluk Tomini,
Teluk Tolo dan Selat Makassar/Laut Sulawesi, maka masih sangat besar
peluang untuk menggali lagi dan mengoptimalkan potensi kelautan ini. Karena
pada kenyataannya justru terjadi tren penurunan dari hasil perikanan tangkap
bila dilihat dari tahun 2016 sampai tahun 2018. Peran Pemerintah Daerah harus
bisa lebih intensif dalam membina dan mendampingi masyarakat untuk
menggali potensi kelautan ini lebih optimal.
4. Terkait dampak bencana yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang
cukup besar, pemerintah baik Pusat maupun Daerah harus menjalin sinergi dan
koordinasi yang semakin baik. Untuk wilayah terdampak bencana pemanfaatan
dana transfer daerah DAK Fisik dan Dana Desa maupun program-program
Pemerintah terkait ekonomi kerakyatan seperti KUR maupun UMi agar bisa
maksimal diprioritaskan untuk mengatasi pemulihan ekonomi masyarakat
terdampak bencana.
Daftar Pustaka
Kajian Fiskal Regional 2019 99
AKADAFTAR PUSTAKA
BPS Prov. Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengah Dalam Angka 2014, BPS ProvinsiSulawesi Tengah : Palu.
BPS Prov. Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengah Dalam Angka 2015, BPS ProvinsiSulawesi Tengah : Palu.
BPS Prov. Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Tengah Dalam Angka 2016, BPS ProvinsiSulawesi Tengah : Palu.
BPS Prov. Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Tengah Dalam Angka 2017, BPS ProvinsiSulawesi Tengah : Palu.
BPS Prov. Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Tengah Dalam Angka 2018, BPS ProvinsiSulawesi Tengah : Palu.
BPS Prov. Sulawesi Tengah , Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sulawesi Tengah2017, BPS Provinsi Sulawesi Tengah : Palu
BPS Prov. Sulawesi Tengah , Statistik Pemotongan Ternak Provinsi Sulawesi Tengah2017, BPS Provinsi Sulawesi Tengah: Palu
BLUD di Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah : Neraca Unaudited dan LRA UnauditedTahun 2018
BLU di Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah : Neraca Unaudited dan LRA UnauditedTahun 2018
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, UPSUS PAJALA, BABE dan SERGAP ProvinsiSulawesi Tengah Tahun 2019, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura SulawesiTengah : Palu
Aplikasi Monev Ditjen Perbendaharaan : www.pa.perbendaharaan.go.id
Aplikasi OMSPAN Ditjen Perbendaharaan : www.spanint.kemenkeu.go.id
Website Provinsi Sulawesi Tengah : www.sultengprov.go.id
Website Bank Indonesia : www.bi.go.id
Website BPS Provinsi Sulawesi Tengah : www.sulteng.bps.go.id
Website Statistik Indonesia : www.bps.go.id