Download - KAKA SILMY KAAFAH-FDK.pdf
REPRESENTASI PESAN DAKWAH ISLAM DAN NILAI-NILAI
JURNALISME PROFETIK TENTANG OBAT-OBATAN HARAM PADA
PROGRAM BERITA LIPUTAN UTAMA DI HIDAYATULLAH TELEVISI
(Studi Kasus Berita Obat-obatan Haram Pada Berita Liputan Utama di
Hidayatullah Televisi)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Kaka Silmy Kaafah
NIM :1110051100087
KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan meperoleh gelar strata 1 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 Oktober 2014
Kaka Silmy Kaafah
i
ABSTRAK
Kaka Silmy Kaafah
Representasi Pesan Dakwah Islam dan Nilai-nilai Jurnalisme Profetik
Tentang Obat-obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama di
Hidayatullah Televisi (Studi Kasus Berita Obat-obatan Haram Pada Berita
Liputan Utama di Hidayatullah Televisi)
Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) pada
awal tahun 2014 mengungkapkan fakta bahwa dari 30.000 produk obat yang yang
beredar di Indonesia hanya 22 produk obat saja yang telah disertifikasi halal.
Dengan sedikitnya obat-obatan yang beredar di Indonesia maka Menteri
Kesehatan Nafsiyah Mboi membolehkan penggunaan obat-obatan haram dalam
keadaan darurat. Untuk memberikan rasa aman kepada konsumen obat dan
memberikan pengetahuan yang mendalam tentang pentingnya sertifikasi halal
obat, maka Hidayatullah TV sebagai media Islam yang mempunyai tujuan untuk
kebaikan umat menayangkan berita tentang obat-obatan haram
Berdasar latar belakang masalah di atas, maka muncul pertanyaan pada
penelitian, yaitu: Bagaimana pesan dakwah Islam direpresentasikan dalam berita
obat-obatan halal haram di Liputan Utama Hidayatullah TV? Lalu mengapa nilai-
nilai jurnalisme profetik digunakan dalam berita tersebut?
Penelitian ini adalah penelitian analisis isi (content analysis) adalah teknik
penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan
sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan
komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap
komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa
verbal maupun non verbal. Sejauh itu, makna komunikasi menjadi amat dominan
dalam setiap peristiwa komunikasi. Kemudian membacanya melalui teks berita,
lalu mendeskripsikan kasus-kasus dari konteksnya sesuai dengan jurnalisme
profetik.
Secara keseluruhan representasi yang diwacanakan oleh Menteri
Kesehatan Nafsiyah Mboi tidak sesuai dengan nilai-nilai syariat Islam, karena
Menkes yang menilai obat haram boleh dikonsumsi karena keadaan darurat,
dibantahkan oleh pernyataan Ketua MUI, Ma’ruf Amin yang menyatakan bahwa
pernyataan Menkes menyesatkan. Ketua LPPOM MUI, Lukmanul Hakim menilai
sertifikasi obat halal terhambat karena bersifat sukarela.
Pernyataan Menkes tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai jurnalisme
profetik yaitu shidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Namun, pernyataan dari
Ketua MUI, Ma’ruf Amin sesuai dengan nilai-nilai jurnalisme profetik karena
MUI menilai pernyataan Menkes melalui dalil yang sesuai dengan ajaran Islam.
Pernyataan dari Ketua PB IDI, Zaenal abidin, Ketua LPPOM MUI, Lukmanul
Hakim, Prof. Jurnalis Udin serta pedagang dan konsumen dinilai sesuai dengan
nilai-nilai jurnalisme profetik yaitu shidiq, amanah dan fathanah.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan semesta alam yang tak pernah henti
melimpahkan karunia, ridho, dan nikmatNya kepada para makhluk yang hidup
dan mati atas kehendakNya. Tak lupa shalawat teriring salam semoga tercurah
kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw., beserta keluarga dan para
sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi umat Muslim di
seluruh dunia.
Setelah berhasil menyelesaikan penelitian ini selama beberapa bulan,
peneliti bermaksud untuk mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang
selama ini memberi bantuan, dukungan dan motivasi untuk penyelesaian skripsi
ini. Mereka adalah:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, M.Ag.
serta Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D.
pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Jumroni, M.Si.
Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dr. H. Sunandar Ibnu
Nur, M.Ag.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M.Si. beserta Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A.
3. Dosen Pembimbing Ibu Fita Faturrokhmah SS, M.Si., yang selalu
memberikan kesempatan, ilmu dan waktu yang berharga disela-sela
iii
kesibukan agar skripsi ini menjadi skripsi yang bermanfaat bagi orang
banyak.
4. Orangtua tercinta Ibunda Linda Ulana, Ayahanda Mustafa Kamal dan Uwa
Deden , yang selalu mendukung, memberikan ceramah-ceramah setiap hari
agar skripsi segera rampung, dan selalu memberikan kekuatan dan bimbingan
agar anakmu suskses dunia dan akhirat. Semoga Allah senantiasa
memberikan kesehatan dan umur panjang.
5. Kepada Umi yang selalu menemani disaat suka dan duka yang selalu
memberikan dukungan dan masukan agar lulus kuliah secepatnya. Semoga
Allah senantiasa memberikan kesehatan dan umur panjang.
6. Untuk adikku tersayang, Siti Hawa (alm) dan Sajili (alm), semoga kalian
selalu bahagia di Surga.
7. Terima kasih kepada Redaksi Hidayatullah TV, Surya Fachrizal Ginting.
Terima kasih karena telah memudahkan dalam penelitian skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan Konsentrasi Jurnalistik 2010, yang selalu
menemani selama empat tahun setengah kita bersama, terutama untuk JCO,
Mega, Devi, Ocha, Sita, Ririn, Fitri, Kenwal, Muta, Andi, Medan, Aji, Rani,
Tata, Meylisa, Erna, Voni, Isye, Oji, Damar, Widia, Ufi, Nandri, Ciput,
Fakhri dan Ali.
9. Teman-teman seperjuanganku naik kereta setiap hari Iwan, Balqis, Fini,
DINDA, Nurul, Rina, dan Sita. Kereta selalu mengajarkan kita arti sebuah
kesabaran dalam menunggu.
iv
10. Teman-teman KKN Super di Rajeg, Fanny, Karina, Diana, Ilut, Agis, Ufi,
Heru, Denny, Ali, Arfian, Okty, Legra, Egis, Redho, Ari, dan Azom.
11. Keluarga besarku dan ponakanku tersayang, Uwa Rina, Anis, Engguy,
A’doni, Fuad, Ibu, Abah, Dafi, Nofal, Lutfan, Gio, Resma, Icha, Abi, Iza,
Rina, Ilma dll.
12. Sahabat yang selalu mendukung saat suka maupun duka Eva dan Nina.
13. Teman-teman SMAN 7 TANGSEL, Mala, Randy, Febry, Elis, Haryadi,
Daus, Tuti, Gilang, dll.
14. Teman-teman seperjuangan ANTARA, Dwiyan, Umay, Andy, Khalil, Gina,
Dea, dan Della.
Jakarta, 03 Oktober 2014
Peneliti
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 7
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian ............................................................ 8
2. Pendekatan Penelitian ........................................................... 9
3. Jenis Peneitian ...................................................................... 9
4. Metode Penelitian ................................................................. 10
5. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 11
6. Subjek dan Objek Penelitian ................................................. 11
7. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 11
8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ................................... 12
vi
9. Instrumen dan Alat Bantu ..................................................... 13
10. Teknik Analisis Data ............................................................ 13
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 14
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Teori Representasi Stuart Hall ..................................................... 17
B. Pesan Dakwah ............................................................................. 22
C. Dakwah ....................................................................................... 26
D. Jurnalisme Profetik ..................................................................... 28
E. Jurnalistik Televisi ...................................................................... 33
F. Berita .......................................................................................... 35
G. Televisi Streaming ...................................................................... 37
H. Konsep Obat Halal dan Haram Dalam Islam ............................... 38
BAB III PROFIL HIDAYATULLAH TV
A. Sejarah Singkat Hidayatullah TV ................................................ 44
B. Visi dan Misi Hidayatullah TV .................................................... 46
C. Struktur Redaksi Hidayatullah TV ............................................... 46
BAB IV ANALISIS DATA DAN PENEMUAN
A. Representasi Pesan-Pesan Dakwah Islam .................................... 49
1. Representasi Stuart Hall ..................................................... 49
2. Pesan-Pesan Dakwah Islam ................................................ 67
vii
B. Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Pada Berita Obat-obatan Haram ..
................................................................................................... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 81
B. Saran ........................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 85
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Representasi Stuart Hall .......................................................... 50
2. Tabel 2 Representasi Pesan Obat Halal dan Haram .............................. 53
3. Tabel 3 Sub Kategori Pesan Dakwah ........................................................ 67
4. Tabel 5 Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Pada Pesan Obat-obatan Halal dan
Haram .................................................................................................. 72
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian Dari Hidayatullah TV
Lampiran 3 Transkip Wawancara Peneliti Dengan Redaksi
Hidayatullah TV
Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara
Lampiran 5 Naskah Berita Obat-obatan Haram di Hidayatullah
TV
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Obat-obatan yang beredar di Indonesia, belum sepenuhnya
mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jumlah
produk yang tersertifikasi halal di Indonesia masih di bawah angka 1%. Dari
tiga puluh ribu obat, hanya 22 produk obat yang telah lulus uji halal, menurut
Lukmanul Hakim, Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan
Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), rendahnya angka
tersebut karena sertifikasi halal belum diwajibkan oleh pemerintah.1
Masyarakat perlu mengetahui obat-obatan seperti apa yang halal untuk
dikonsumsi. Hidayatullah TV mengangkat berita tentang obat-obatan haram
ke dalam program berita, yang bernama Liputan Utama. Berita tersebut
berjudul, Terkepung Obat-obatan Haram, edisi 17 maret 2014. Sertifikasi obat
halal haram masih menjadi perbincangan oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi, karena belum adanya peraturan
pemerintah yang tegas mengenai aturan peredaran obat-obatan haram.
Konsumsi pangan dan obat-obatan yang bersertifikasi halal perlu
dilakukan karena berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tahun 2005
oleh Jurnal LPPOM MUI menunjukkan bahwa 77% responden sangat peduli
terhadap kehalalan makanan yang akan dikonsumsi bahkan untuk produk
1 Surya Fachrizal Ginting, “Terkepung Obat-obatan Haram,” artikel diakses pada 22
April 2014 dari m.hidayatullah.com/video/terkepung-obat-obatan-haram-2.html
2
impor kepeduliannya mencapai 90%. Kasus sertifikasi halal terjadi pada akhir
tahun 2000 pada kasus Ajinomoto. Setelah memperoleh sertifikat halal pada
tanggal 30 September 1998, pihak manajemen Ajinomoto secara sepihak
kemudian mengubah proses produksi dengan menggunakan bacto soytone
sebagai kasalisator dalam menumbuhkan bakteri yang “dicurigai” berasal dari
pankreas babi. Akibatnya, MUI membatalkan sertifikat halal yang telah
dikeluarkan sebelumnya dan menyatakan haram terhadap produk Ajinomoto
tersebut. Keadaan ini bertambah heboh dengan adanya campur tangan
Presiden Gus Dur yang memberikan fatwa halal terhadap produk tersebut,
setelah bertemu dengan menteri kehakiman Jepang di Istana Negara. Hal ini
terjadi karena ada perbedaan makna sertifikasi halal antara pemerintah dan
MUI yang mengacu pada sertifikasi halal yang bersifat sukarela. 2
Dalam berita tersebut peneliti melihat adanya pesan-pesan dakwah dan
nilai-nilai jurnalisme profetik yang mengemban misi „amar makruf nahi
munkar yaitu mengajak kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang
makruf, dan mencegah dari yang munkar. Jurnalisme profetik merupakan
bentuk jurnalisme yang tidak hanya melaporkan berita dan masalah secara
lengkap, jelas, jujur, serta aktual tetapi juga memberikan prediksi serta
petunjuk ke arah perubahan, transformasi, berdasarkan cita-cita etik dan
profetik islam. Ia menjadi jurnalisme yang secara sadar dan bertanggungjawab
memuat kandungan nilai-nilai dan cita islam.3
Hidayatullah TV adalah televisi streaming Islam yang dapat di akses
2 Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia (Jakarta: GP Press, 2013), h. 5-6.
3 Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 35.
3
melalui situs www.hidayatullah.com. Dengan semakin maraknya penggunaan
teknologi internet. Televisi streaming menjadi suatu teknologi televisi
berbasis video yang memudahkan pengakses internet untuk mendapatkan
informasi yang akurat. Teknologi multimedia melalui internet semakin
berkembang secara online. Perkembangan encoding dan decoding untuk
gambar maupun suara juga semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
kecepatan komputer.
Media streaming yaitu sebuah teknologi yang memungkinkan
distribusi data audio, video dan multimedia secara real-time melalui internet.
Media streaming merupakan media digital (berupa video, suara dan data) agar
bisa diterima terus menerus (stream).4 Teknologi streaming dimanfaatkan oleh
stasiun televisi untuk mengalirkan siaran televisi dari master control room-
online melalui internet.5
Televisi streaming bernafaskan Islam semakin berkembang di
Indonesia, ada 13 televisi streaming Islam yang berjalan di jalur dakwah dan
aktif di media internet yaitu Ahsan Tv, Rodja TV, A-Channel, Pencerahan
TV, Laatahzan TV, Lantabur TV, Yufid TV, Salwa TV, TV Insan, Sunnah
TV, TV Wesal, MQTV, dan Hidayatullah TV (H-TV). Televisi tersebut
merupakan televisi yang dapat diakses secara online, yang berisi tentang
kajian dakwah, berita, talkshow dan ceramah serta tadabbur Al-Quran.
Peneliti meneliti salah satu media televisi streaming Islam yaitu Hidayatullah
TV karena terdapat program berita “Liputan Utama” yaitu suatu program
4 Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012), h. 199. 5 Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, h. 199.
4
berita yang dikemas secara menarik dan Islami yang memberitakan seputar
permasalahan aktual dan dikemas berdasarkan nilai-nilai Islam.
Televisi memiliki pengaruh yang besar untuk mempengaruhi
pemikiran publik. Televisi streaming memungkinkan pengguna untuk memilih
konten atau acara televisi yang mereka ingin lihat dari sebuah arsip dari
konten atau dari direktori saluran. Dua bentuk dari menonton televisi internet
streaming konten langsung ke media player atau hanya mendownload media
ke komputer pengguna. Layanan menyaksikan program televisi berbasis web
bertujuan memanfaatkan teknologi video streaming untuk menyaksikan siaran
televisi dimana pun tanpa harus menggunakan pesawat televisi. Siaran khusus
televisi streaming ini tidak ada siaran terrestrial dan satelit komunikasinya
hanya di internet saja dan gratis. Siarannya pun terbatas pada format program
informasi, citizen journalism, dan informasi data tertulis yang menampilkan
berita-berita penting dan data-data lainnya.6
Dalam tayangan televisi streaming Islam, salah satunya Hidayatullah
TV, peneliti meneliti tentang nilai-nilai jurnalisme profetik yang terkandung
dalam proses penayangan suatu berita di televisi. Televisi memiliki pengaruh
yang besar bagi pemikiran khalayak. Sehingga jurnalisme profetik penting
untuk diteliti karena jurnalisme profetik merupakan suatu bentuk jurnalisme
yang tidak hanya melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur,
serta aktual tetapi juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan,
transformasi, berdasarkan cita-cita etik dan profetik islam. Ia menjadi
jurnalisme yang secara sadar dan bertanggung jawab memuat kandungan nilai-
6 Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012), h. 206.
5
nilai dan cita-cita Islam.7
Tanggung jawab profetik Islam yaitu mengupayakan agar ajaran Islam
tetap dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Jurnalis muslim
tidak boleh tinggal diam jika melihat ada kemungkaran dalam dunia yang
digelutinya, misalnya menyaksikan pencitraan negatif tentang islam atau ada
rekayasa yang memojokkan Islam dan umatnya di media massa. Sebagai juru
dakwah yang menebarkan kebenaran ilahi, jurnalis muslim laksana
“penyambung lidah” para nabi dan ulama. Karena itu, ia pun dituntut memiliki
sifat-sifat kenabian seperti Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.
Misi komunikasi profetik adalah membebaskan manusia sejauh
mungkin dari praktik komunikasi yang menimbulkan prasangka, kebohongan
publik, penyebaran fitnah, kebohongan yang dusta. Komunikasi profetik tidak
menoleransi segala perilaku yang dinilai mempraktikan kebohongan.8
Jurnalisme profetik menekankan pada jurnalisme kenabian yang
diajarkan oleh Rasulullah yang sesuai dengan nilai-nilai kenabian dan ajaran
Islam. Televisi streaming Islam dapat dengan mudah ditemukan pada
penelusuran (searching) terlebih dahulu di web. Televisi streaming
memudahkan masyarakat untuk mengetahui berita secara cepat dan praktis.
Peneliti mengangkat televisi streaming Islam yaitu Hidayatullah TV.
Hidayatullah TV atau H-TV adalah salah satu media publikasi yang
dimiliki oleh Kelompok Media Hidayatullah (KMH). H-TV memproduksi
konten-konten berita dan non berita dalam bentuk audio visual atau dikenal
7Asep Syamsul M.Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi, Misi Dakwah Bil Qalam (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 35. 8Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 153.
6
dengan sebutan video. Selama masa perintisan, H-TV akan tayang melalui
saluran internet di situs www.hidayatullah.com/. Di antara program-program
yang telah disiapkan oleh H-TV adalah Liputan Utama, Mutiara Hikmah,
Serial Dai, Features dan liputan keumatan lain. Liputan Utama adalah sebuah
paket berita mendalam atau in-depth news yang mengangkat tema-tema
penting namun memiliki nilai berita yang tidak cepat basi. Tayangan Liputan
Utama akan diperbarui setiap Senin pekan pertama dan ketiga.9
H-TV merupakan suatu televisi streaming yang bernafaskan
jurnalisme Islam yang dalam penulisan skripsi ini berkaitan pula dengan
jurnalisme profetik. Perkembangan teknologi komunikasi dengan munculnya
televisi streaming Islam memudahkan masyarakat untuk mengakses berita
yang akurat dan praktis. Dengan mengusung program berita „Liputan Utama‟
Hidayatullah TV mengangkat suatu berita secara mendalam. Penelitian ini
menarik karena meneliti bagaimana kandungan nilai-nilai jurnalisme profetik
yang terdapat dalam proses kerja media di Hidayatullah TV dan meneliti
pesan-pesan dakwah islam secara akidah, syariah dan akhlak yang
direpresentasikan secara bahasa oleh Hidayatullah TV.
Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul skripsi, “Representasi
Pesan-pesan Dakwah Islam dan Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Tentang Obat-
obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama di Hidayatullah Televisi
(Studi Kasus Berita Obat-obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama
di Hidayatullah Televisi).”
9 Surya Fachrizal Ginting, “Ahlan Wa Sahlan Hidayatullah TV”, artikel diakses pada
22 April 2014 dari m.hidayatullah.com/video/ahlan-wa-sahlan-hidayatullah-tv.html
7
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus, maka peneliti membatasi tayangan
berita Liputan Utama di Hidayatullah TV yaitu pada edisi Senin, 17 Maret
2014. Dengan tayangan yang berjudul, “Terkepung Obat-obatan Haram”
Peneliti mengambil edisi tersebut karena judul beritanya
membahas tentang sertifikasi obat-obatan halal haram yang masih menjadi
perbincangan dan belum adanya ketentuan hukum yang tegas mengenai
hal tersebut, Hidayatullah TV menginformasikan kepada khalayak bahwa
pentingnya sertifikasi obat halal haram. Peneliti akan menelaah lebih
dalam tentang nilai-nilai pesan dakwah dan nilai-nilai jurnalisme profetik
yang terdapat dalam berita, „Terkepung Obat-obatan Haram‟.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, agar penelitian
ini menjadi terarah, maka rumusan masalahnya adalah:
a. Bagaimana pesan-pesan dakwah Islam direpresentasikan dalam berita
obat-obatan halal dan haram di Liputan Utama Hidayatullah TV?
b. Mengapa nilai-nilai jurnalisme profetik digunakan dalam berita
tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendeskripsikan pesan-pesan dakwah Islam secara akidah,
8
syariah dan akhlak yang direpresentasikan secara bahasa.
b. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai jurnalisme profetik apa saja yang
digunakan pada berita obat-obatan haram.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Secara akademis, peneliti mengharapkan penelitian tentang
Jurnalisme profektif pada televisi streaming Islam ini akan
memberikan kontribusi terhadap disiplin ilmu jurnalistik, memberikan
kontribusi dalam bidang dakwah sehingga dapat menambah referensi
pustaka tentang jurnalisme profetik.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para praktisi
komunikasi jurnalistik, terlebih mahasiswa yang belajar ilmu
jurnalistik di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang positif bagi Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan oleh peneliti adalah paradigma
kontruktivis. Paradigma kontruktivis menekankan bahwa realitas
9
merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif,
berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai oleh pelaku sosial.
Pemahaman suatu realitas, atau temuan suatu penelitian merupakan
produk interaksi peneliti dengan yang diteliti. Nilai etika dan pilihan moral
merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian. Tujuan penelitian
adalah untuk rekontruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dan
objek penelitian.10
Penelitian menggunakan paradigma kontruktivis karena
ingin melihat realitas yang sesungguhnya dalam berita obat-obatan haram
yang dikontruksi oleh Hidayatullah TV.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif, yang bertujuan membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
atau objek tertentu. Peneliti sudah mempunyai konsep (biasanya satu
konsep) dan kerangka konseptual. Riset ini untuk menggambarkan realitas
yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel.11
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi
kualitatif. Analisis isi muncul dari ketertarikan peneliti atas data yang
ditampilkan di media massa. Secara umum, analisis isi berupaya
mengungkap berbagai informasi di balik data yang disajikan media atau
10
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik: Konsep dan Pendekatan (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media,2007), h. 126. 11
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Prenada Media
Group, 2012), h. 69.
10
teks. Analisis isi dapat didefinisikan sebagai teknik mengumpulkan dan
menganalisis isi dari suatu teks. “isi” dalam hal ini dapat berupa kata, arti
(makna), gambar, simbol, ide, tema atau beberapa pesan yang dapat
dikomunikasikannya.12
Analisis isi (Content Analysis) adalah teknik
penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru
(replicable), dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Analisis isi
berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam
komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal
komunikasinya itu, naik berupa verbal maupun non verbal. Sejauh itu,
makna komunikasi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa
komunikasi.13
4. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi
(pengamatan berperan serta). Metode penelitian ini menekankan pada
suatu proses yang bertujuan menyarankan konsep-konsep atau
membangun teori berdasarkan realitas nyata manusia. Pengamatan
berperan serta terutama cocok untuk penelitian deskriptif. Menurut Bruyn,
metode pengamatan berperan serta adalah prosedur riset yang dapat
memberikan basis yang memadai untuk menangkap makna, yakni makna
mengenai eksistensi manusia dilihat dari sudut pandang orang dalam.14
12
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2011), h. 86. 13
Herlinda S, “Analisis dan Pengumpulan Data Kualitatif,” eprints.unsri.ac.id, 2010, h.
77. 14
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h. 167-171.
11
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di Hidayatullah TV dan
jangka waktu penelitiannya dari bulan Mei 2014 sampai September.
6. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam skripsi ini adalah berita tentang kasus obat-obatan
haram dalam berita Liputan Utama di Hidayatullah TV dan objek
penelitian yang diteliti yaitu berita yang berjudul, “Terkepung Obat-obatan
Haram”, yang mewawancarai tujuh narasumber yaitu, Menteri Kesehatan,
Nafsiyah Mboi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ma‟ruf Amin,
Konsumen, Lie, Pedagang, Evaldi, Prof.Jurnalis Udin, Ketua Lembaga
Produk Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI, Lukmanul
Hakim dan Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zaenal
Abidin.
7. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data dalam studi kasus, peneliti terdapat
tiga sumber bukti yang dapat dijadikan fokus penelitian yaitu wawancara
mendalam, observasi dan dokumentasi. Wawancara ditunjukkan kepada
pemimpin redaksi, editor, serta penulis berita di Hidayatullah TV untuk
mendapatkan data yang akurat.
a. Wawancara Mendalam
Peneliti menggunakan teknik Indepth Interview. Yaitu peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam, kemudian dijawab
oleh informan dengan terbuka. Wawancara ini ditujukan kepada
12
redaksi Hidayatullah TV, Surya Fachrizal Ginting. Pertanyaan yang
dibuat juga dapat berubah sesuai kebutuhan dan kondisi yang
bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai rubrik yang
diteliti. Wawancara mendalam sering juga disebut dengan wawancara
tidak terstruktur.15
b. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta
pencatatan secara sistematis. Observasi ialah studi yang disengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan
jalan pengamatan dan pencatatan.16
Media yang di observasi oleh
peneliti adalah Hidayatullah TV.
c. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan dan mempelajari data melalui literature
dan sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan masalah
yang dibahas dan mendukung penelitian.
8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam skripsi ini
menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan
15
Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), h.180-181. 16
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.143.
13
konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai
pandangan. Peneliti dapat me-rechek temuannya dengan jalan
membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk
itu, maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan, pertama, mengajukan
berbagai macam variasi pertanyaan. Kedua, mengeceknya dengan berbagai
sumber data. Ketiga, memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan
kepercayaan data dapat dilakukan.17
9. Instrumen dan Alat Bantu
Instrumen penelitian dalam riset kualitatif adalah peneliti itu
sendiri. Artinya periset terjun langsung melaksanakan riset, periset
mengkreasi sendiri instrumen, baik interview maupun observasi, sehingga
kehadiran peneliti adalah syarat mutlak.18
Alat bantu yang digunakan untuk menunjang peneliti adalah
rekaman wawancara dan transkip wawancara. Peneliti merekam aspek-
aspek yang berkenaan dengan penelitian ini, seperti gambaran-gambaran
yang dapat dijadikan informasi atau data untuk penelitian ini. Rekaman
yang digunakan oleh peneliti yaitu video liputan utama di Hidayatullah TV
tentang obat-obatan haram.
10. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam konteks analisis isi yaitu dengan
17
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), h. 332. 18
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi ( Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012), h. 134.
14
menemukan pesan-pesan yang digunakan dalam berita. Lalu
mengklarifikasi pesan-pesan yang akan digunakan dalam komunikasi
representasi pesan dakwah dalam berita obat-obatan haram lalu
menggunakan kriteria-kriteria tertentu serta membuat prediksi dari
representasi pesan dakwah Islam yang disampaikan.19
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini peneliti telah mengadakan tinjauan
pustaka untuk pemetaan literature dan pemetaan penelitian. Penelitian yang
telah dilakukan misalnya pertama, skripsi yang berjudul,“Dakwah Melalui
Media Televisi (Analisis Program Cahaya di TPI), yang disusun oleh Iwan,
mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), FIDIKOM, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.20
Persamaan skripsi peneliti dengan skripsi
tersebut, terletak pada tema bahasannya yaitu berdakwah melalui televisi
namun perbedaan dalam skripsi tersebut Iwan menggunakan analisis program
sedangkan penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus.
Lalu kedua, skripsi yang berjudul, “Program Dakwah Islam Di Televisi
Komunitas Palmerah”, yang disusun oleh Ahmad Tamamy, mahasiswa
jurusan KPI, FIDIKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.21 Persamaan
skripsinya dengan peneliti yaitu sama-sama berdakwah dengan televisi namun
19
Herlinda S, “Analisis dan Pengumpulan Data Kualitatif,” eprints.unsri.ac.id, 2010,
h.80. 20
Iwan, “Dakwah Melalui Televisi: Analisis Program Cahaya di TPI.” (Skripsi S1
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2005). 21
Ahmad Tamamy, “Program Dakwah Islam di Televisi Komunitas Palmerah”, (Skripsi
S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011).
15
perbedaannya skripsi peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus
kualitatif. Ketiga, penelitian skripsi yang berjudul, “ Hak Atas Kehalalan
Produk Makanan, Minuman, Obat-obatan, dan Kosmetik Bagi Umat Islam di
Indonesia”, yang disusun oleh Nur Fahmi, mahasiswa jurusan studi Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia22 yang digunakan sebagai
rujukan dari tinjauan pustaka yang diteliti oleh peneliti. Persamaan skripsi ini
dengan skripsi peneliti terletak pada pembahasannya yaitu tentang hak halal.
Perbedaan penelitian peneliti dengan Nur Fahni, peneliti meneliti fokus
kepada obat-obatan saja sedangkan Nur Fahmi membahas secara menyeluruh
dari produk makanan, minuman dan obat-obatan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-
masing bab mempunyai sub-sub bab dengan penyusunan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini peneliti membahas tentang latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori dan Kerangka Konseptual
Dalam bab ini peneliti membahas teori representasi media Stuart Hall,
pesan dakwah, ilmu dakwah, jurnalisme profetik, jurnalistik televisi, berita,
dan televise streaming.
22
Nur Fahmi, “Hak Atas Kehalalan Produk Makanan, Minuman, Obat-obatan dan
Kosmetik Bagi Umat Islam di Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia,
2011).
16
Bab III Profil Hidayatullah TV
Dalam bab ini diuraikan sejarah singkat Hidayatullah TV, visi dan misi
Hidayatullah TV dan struktur redaksi Hidayatullah.
Bab IV Analisa Data dan Penemuan
Bab ini berisi temuan data penelitian yaitu nilai pesan dakwah Islam
dan nilai jurnalisme profetik.
Bab V Penutup
Bab ini meliputi kesimpulan, saran, daftar pustaka dan lampiran-
lampiran.
17
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Teori Representasi Media Stuart Hall
Istilah representasi menunjuk pada bagaimana seseorang, satu
kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.
Representasi itu penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok,
atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua, bagaimana
representasi tersebut ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan
bantuan foto macam apa seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut
ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak.1
Representasi dilakukan oleh sebuah media tertentu guna memunculkan
dan membuat gambaran pada media tersebut. Representasi tidak akan ada jika
representasi tersebut tidak dibuat sesuai dengan misi media itu sendiri dan
memenuhi media itu sendiri. Jadi, reprsentasi melalui proses bagaimana
gagasan ditampilkan oleh suatu media.
Menurut Stuart Hall, media melakukan representasi kelompok lain
melalui proses yang kompleks, melalui proses pendefinisian dan penandaan,
sehingga ketika ada kelompok yang buruk dalam pemberitaan, itu
direpresentasikan sebagai sesuatu yang wajar, terlihat alamiah, memang
demikian kenyataannya. Hall berpendapat, media memainkan peranan
penting. Media tidaklah secara sederhana dipandang refleksi dari konsensus,
1 Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT.
LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 113.
18
tetapi media mereproduksi dan memapankan definisi dari situasi yang
mendukung dan melegitimasi suatu struktur, mendukung suatu tindakan dan
mendelegitimasi tindakan lain.2
Menurut Hall, pandangan realitas yang didominasi oleh kelompok
sosial di masyarakat memberikan pengaruh pada pembentukkan ideologi
melalui mana representasi dari realitas dunia tersebut tampak sebagai natural
atau alami. Dalam proses pembentukkan realitas tersebut, ada dua titik
perhatian Stuart Hall. Pertama,bahasa. Bahasa, sebagaimana dipahami oleh
kalangan strukturalis, merupakan sistem penandaan. Realitas dapat ditandakan
secara berbeda pada peristiwa yang sama. Makna yang berbeda dapat
dilekatkan pada peristiwa yang sama. Makna timbul dari proses pertarungan
sosial, di mana masing-masing pihak atau kelompok saling mengajukan klaim
kebenarannya sendiri. Wacana di sini dipahami sebagai arena pertarungan
sosial, dan semuanya diartikulasikan lewat bahasa. Bahasa dan wacana disini
dianggap sebagai arena pertarungan sosial, dan bentuk pendefinisian realitas.
Jadi, kenapa A harus ditafsirkan seperti ini dan bukan seperti itu, dikarenakan
lewat pertarungan sosial dalam memperebutkan dan memperjuangkan makna,
pada akhirnya penafsiran atau pemaknaan tertentu yang menang dan lebih
diterima.3
Bahasa yang ditampilkan oleh media melalui proses pertarungan
sosial dan dalam skripsi ini proses pertarungan sosial tersebut ditandai dengan
2 Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT.
LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 27-28. 3 Eriyanto, ANALISIS WACANA: PengantarAnalisisTeks Media, (Yogyakarta:PT. LKiS
Printing Cemerlang, 2011), h.29-30.
19
wacana dan pernyataan yang dikemukakan oleh Narasumber terkait dengan
permasalalah obat-obatan haram, melalui beberapa narasumber yang
membantah pernyataan Menteri Kesehatan, Nafsiyah Mboi mengenai
bolehnya obat-obatan haram dikonsumsi karena darurat.
Objek dari berbagai praktik ini adalah makna dan pesan dalam bentuk
komunikasi atau bahasa mana pun melalui pengoperasian kode dalam rantai
sintagmatik diskursus. Maka berbagai aparatus, relasi, dan praktik produksi itu
muncul, pada momen tertentu dalam bentuk wahana simbolik yang tercipta
dalam aturan bahasa.4
Hall dalam studi tentang kajian media menggunakan isi media sebagai
pemicu, untuk memulai sebuah kerangka kerja yang mengungkap lebih
banyak lagi apa yang secara umum didefinisikan sebagai peran „ideologis‟
media. Pendekatan yang terakhir ini mendefinisikan media sebagai kekuatan
cultural dan ideologis yang besar, yang berada dan dengan cara bagaimana
pembentukkan dan transformasi ideologi populer dalam diri para audiens
ditangani.5
Kedua, politik penandaan, yakni bagaimana praktik sosial dalam
membentuk makna, mengontrol, dan menentukkan makna. Titik perhatian
Hall di sini adalah peran media dalam menandatangani peristiwa atau realitas
dalam pandangan tertentu, dan menunjukkan bagaimana kekuasaan ideologi di
sini berperan. Ideologi menjadi bidang di mana pertarungan dari kelompok
4 Stuart Hall, Dorothy Hobson, Andrew Lowe dan Paul Willis, Budaya, Media, Bahasa
(Yogyakarta :Jalasutra, 2011), h. 214. 5 Stuart Hall, Dorothy Hobson, Andrew Lowe dan Paul Willis, Budaya, Media, Bahasa,
h. 214.
20
yang ada dalam masyarakat. Akan tetapi, posisi demikian juga menunjukkan
bahwa ideologi melekat pada produksi sosial, produksi media dan sistem
budaya. Setiap budaya memberikan bentuk episode pemikiran tertentu dan
menyediakan anggota dari komunitas tersebut sebuah pemikiran atau gagasan
tertentu sehingga mereka tinggal menerima (taken for granted) dalam
pengetahuan mereka. Efek dari ideologi dalam media itu adalah menampilkan
pesan dan realitas hasil kontruksi tersebut tampak seperti nyata, natural, dan
benar. Pengertian tentang realitas itu tergantung pada bagaimana sesuatu
tersebut ditandakan dan dimaknai.6 Menurut Althusser ideologi adalah citraan,
representasi, kategori yang melaluinya manusia menjalani dengan cara
imajiner relasi nyatanya dengan kondisi eksistensinya. Althusser
mendefinisikan ideologi sebagai sebuah reprsentasi tentang relasi imajiner
individu-individu dengan kondisi real keberadaan mereka. Karakter, imajiner,
relasi ini mengacu pada karakter ideologi yang menyebabkan suatu kondisi
tidak terpersepsi tanpa terdistorsi. Efek ideologis ini tidak dianggap berasal
dari kesadaran palsu atau kehendak untuk menipu oleh kelas dominan,
melainkan penyamaran yang tak terelakkan atas pelbagai realitas sosial.7
Dalam representasi Stuart Hall terdapat pembahasan tentang budaya,
kajian tentang budaya didasarkan secara teoritis pada pengetahuan yang akurat
tentang subjek yang bersangkutan.8 Teks-teks merupakan jenis respons
berbeda terhadap interpretasi pertanda histori yang menentukkan. Teks-teks
6.Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta :PT.
LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 31. 7 Stuart Hall, dkk., Budaya Media Bahasa (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h.33.
8 Stuart Hall, dkk., Budaya Media Bahasa, h. 4.
21
tersebut memuat pemikiran yang memiliki disiplin agar bisa relevan dengan
atau mungkin mempengaruhi zaman atas teks-teks sendiri. Teks-teks itu jauh
dari netral atau ilmiah: teks-teks itu sendiri merupakan intervensi budaya.9
Levi Straus dan Barthes menggunakan model linguistik struktural sebagai
paradigma untuk studi budaya ilmiah. Bahasa yang merupakan media untuk
menghasilkan makna adalah sistem yang teratur atau yang terstruktur dan
sekaligus sarana ekspresi. Bahasa bisa secara ketat dan sistematis dikaji
namun bukan dalam kerangka sejumlah determinasi sederhana. Sebaliknya,
bahasa harus di analisis sebagai struktur kemungkinan yang beragam, susunan
unsur dalam rangkaian pertandaan, bukan sebagai praktik mengekspresikan
dunia, (yakni mereflesikannya dalam kata-kata). Budaya tidak lagi semata-
mata merefleksikan praktik lain dalam ide. Budaya pada dirinya sendiri adalah
praktik-praktik, melakukan pertandaan, dan memiliki produk sendiri yang
jelas kata-katanya yaitu makna.10
Representasi terdapat elemen-elemen yang ditandai secara teknis, yaitu
dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik dan
sebagainya. Sedangkan dalam telelvisi seperti kamera, tata cahaya, editing,
musik dan sebagaiknya. Elemen-elemen tersebut ditransmisikan ke dalam
kode representasional yang memasukkan di antaranya bagaimana objek di
gambarkan: karakter, narasi, setting, dialog dan sebagainya. Representasi
sekaligus misrepresentasi tersebut adalah peristiwa kebahasaan.
Misrepresentasi adalah ketidakbenaran penggambaran, kesalahan sebagaimana
9 Stuart Hall, Budaya Media Bahasa, h.6.
10 Stuart Hall, dkk., Budaya Media Bahasa (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 28.
22
mestinya atau adanya tetapi digambarkan secara buruk. Oleh karena itu, yang
perlu dikritisi disini adalah pemakaian bahasa yang ditampilkan oleh media.
Proses ini berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas
yang dibaca oleh khalayak. Terdapat dua proses yang dilakukan media dalam
memaknai realitas. Pertama, memilih fakta. Proses ini tidak mungkin melihat
peristiwa tanpa persepektif. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan
dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan
itu diungkapkan dengan kata, kalimat, dan proposisi apa, dengan bantuan
aksentuasi foto dan gambar apa dan sebagainya.11
B. Pesan Dakwah
Pesan ialah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.
Dan pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan non verbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan dan maksud sumber tadi. Pesan itu sendiri
memiliki tiga komponen yaitu makna simbol yang digunakan untuk
menyampaikan makna dan bentuk atau organisasi pesan. Pesan yang
dimaksud adalah komunikasi dakwah yang disampaikan oleh mad‟u.12
Pesan dalam komunikasi dakwah memiliki tujuan untuk menyampaikan
materi dakwah yang disampaikan oleh mad‟u menggunakan lambang yang
beragam yang digunakan pula dalam komunikasi dakwah yaitu melalui
bahasa, gambar, visual dan sebagainya.
Pesan komunikasi yang disampaikan kepada mad‟u dengan
11
Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta :PT.
LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 115-116. 12
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 97.
23
menggabungkan kolaborasi lambang, seperti pesan komunikasi melalui
retorika, surat kabar, film dan televisi.13
Syarat pertama yang perlu
diperhatikan dalam merencanakan dan menyusun pesan, yaitu menentukkan
tema dan materi (maddah), dakwah yang sesuai dengan kondisi dan situasi
khalayak. Pesan dakwah yang dapat menimbulkan perhatian adalah pesan
dakwah yang “mudah diperoleh” (availability) dan karena itu harus
“menyolok perbedaannya” (contrast) dengan pesan-pesan yang lain.14
Isi pesan dakwah yang bersumber dari Al-Quran dan hadis. Pesan
dakwah diklasifikasikan menjadi tiga unit sub kategori masalah pokok yaitu
pesan akidah, pesan syariah dan pesan akhlak.
1. Pesan Akidah
Akidah adalah bentuk masdar dari kata “aqada, ya‟qidu
„aqdam‟aqidatan” yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan
kokoh. Sedang secara teknis akidah berarti iman, kepercayaan dan
keyakinan. Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga
yang dimaksud akidah adalah kepercayaan yang menghujam atau simpul
dari dalam hati.15 Akidah ialah suatu yang dianut oleh manusia dan
diyakininya, apakah berwujud agama atau lainnya.16
Pesan akidah identik dengan iman. Secara etimologi, iman berarti
pembenaran (tashdiq). Orang yang beriman adalah orang yang benar
13
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, h. 98. 14
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 249. 15
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), h.
259. 16
Zainal Arifin Djamaris, Islam Aqidah dan Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 1996), h. 19.
24
dalam memegang dan melaksanakan amanat, sehingga hatinya merasa
aman. Iman adalah pengamalan („amal) dalam anggota tubuh. Amal
merupakan buah atau bukti keimanan seseorang. Pengamalan ajaran iman
harus utuh (tauhid) dan memasuki semua dimensi kehidupan.17
Rukun iman dalam Islam ada enam yaitu iman kepada Allah Swt.,
iman kepada Malaikat-nya, iman kepada Kitab-kitabnya, iman kepada
Rasul-rasulnya, iman kepada hari Akhir, iman kepada Qadha-Qadhar.
2. Pesan Syariah
Secara etimologi, Syariah berarti jalan yang lurus (thariqah
mustaqimah) yang diisyaratkan dalam QS. Al-Jatsiyah ayat 18. Atau jalan
yang dilalui air untuk diminum, atau juga tangga atau tempat naik yang
bertingkat-tingkat.18 Syariah ialah apa-apa yang disyariatkan atau
dimestikan oleh agama atau lainnya itu bagi seseorang untuk dilaksanakan,
berupa peraturan-peraturan dan hukum-hukum sebagai manifestasi atau
konsekuensi dari akidah tesebut. 19
Pesan syariah ada dua yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah merupakan
bagian integral dari syariah, apapun ibadah yang dilakukan oleh manusia
harus bersumber dari Syariah Allah. Dalam ibadah, terdapat dua klasifikasi
yaitu, ibadah khusus (khas) dan umum („amm). Ibadah dalam arti khusus
adalah ibadah yang berkaitan dengan arkan al-Islam, seperti syahadat,
shalat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah dalam arti umum adalah
17
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Kencana, 2005), h.
261. 18
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, h. 277. 19
Zainal Arifin Djamaris, Islam Aqidah dan Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 1996), h. 19.
25
segala aktivitas yang titik tolaknya ikhlas yang ditunjukkan untuk
mencapai ridho Allah berupa amal shaleh. 20
Muamalah adalah peraturan yang mengatur hubungan antara sesama
manusia dalam konteks ini adalah hukum Islam. Hukum Islam berarti
keseluruhan titah dan kitab Allah yang mengatur kehidupan setiap muslim
dalam segala aspeknya. Syariah islam berprinsip “musyawarah” yang
berimplikasi pada adanya prinsip penentuan suatu hukum berdasarkan
pada seluruh totalitas masyarakat tanpa terkecuali tanpa adanya
diskriminasi aliran atau mazhab tertentu, namun jika musyawarah itu
belum mencapai kemufakatan maka jalan keluarnya adalah kembali pada
Hukum Allah dan Rasulnya (QS. an-Nisa‟: 59). Syariah Islam berprinsip
pada pegangan hukum (tahkim) yang termuat dalam Al-Quran dan al-
Hadits, sehingga semua kasus dalam masyarakat baik berkaitan dengan
tindak pidana maupun perdata semua diselesaikan menurut ketentuan
hukum.21
3. Pesan Akhlak
Secara etimologis akhlak berasal dari kata khuluq dan jamaknya
akhlak yang berarti budi pekerti, etika, moral. Secara etimologis, akhlak
berarti character, disposition, dan moral constitutuion. Akhlak merupakan
usaha untuk mengevaluasi kepribadian, atau evaluasi sifat-sifat umum
yang terdapat pada perilaku pribadi dari sudut baik buruk, kuat lemah dan
20
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Kencana, 2005),
h.279. 21
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, h. 286.
26
mulia rendah.22
Akhlak dibedakan menjadi tiga kategori yaitu akhlak kepada Allah,
akhlak kepada manusia yaitu berupa toleransi antar agama, saling tolong
menolong, menghormati dalam perbedaan, dan akhlak kepada terhadap
hewan dan tumbuhan dengan cara melestarikannya, menjaga, serta
memanfaatkannya untuk kepentingan ibadah. 23
C. Dakwah
Dakwah adalah berserah diri kepada perintah Allah dan menaati-Nya.
Dakwah adalah pengamalan ajaran al-Qur‟an dan as-Sunnah. Dakwah adalah
tatanan sempurna bagi kehidupan manusia. Makna dakwah menurut bahasa
yaitu Nida (panggilan), yaitu seseorang memanggil ketika ia menyerunya, aku
memanggil seseorang ketika aku bersuara dan meminta datang, kedua
mendorong kepada sesuatu dan mendukungnya, ketiga mengajak kepada
sesuatu yang ingin diadakan atau dihindarkan, benar atau salah. Keempat,
upaya melalui perkataan atau perbuatan untuk memengaruhi orang lain agar
mengikuti satu madzhab atau agama. Kelima, memohon dan meminta.24
Menurut istilah, dakwah adalah seputar upaya lewat ucapan dan
perbuatan untuk Islam, menerapkan manhajnya, meyakini aqidahnya dan
melaksanakan syariatny.25 Dakwah yaitu menyerukan kepada tauhid
22
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Kencana, 2005), h.
262. 23
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.
102. 24
Dr. Taufik al-Wa‟iy, Dakwah ke Jalan Allah (Jakarta :RobbaniPers, 2010), h. 10-11. 25
Dr. Taufik al-Wa‟iy, Dakwah ke Jalan Allah (Jakarta: Robbani Pers, 2010,) h.12.
27
(mengakui keesaan Allah) dan menyatakan dua kalimat syahadat, menerapkan
manhaj Allah di muka bumi dalam bentuk ucapan dan perbuatan, sebagaimana
yang ada dalam Al-Qur‟an dan as-Sunnah agar semua manusia beragama dan
tunduk kepada Allah. Ini juga berarti mengajak non muslim kepada Islam,
mengajak kaum muslimin mengamalkan Islam, beramal untuk menegakkan
syariat dan manhajnya di mukabumi.Itulah amar ma‟ruf nahi munkar, agar
umat manusia merasakan kebahagiaan hari ini dan akhirat nanti.26
Dakwah terbagi menjadi tiga macam, yaitu dakwah kepada seluruh
umat manusia, dakwah kepada sesame kaum muslimin dan dakwah diantara
kaum muslimin. Dakwah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dakwah
melalui perkataan yang melalui media televise streaming Islam. Perkataan
berperan penting dalam berdakwah kepada Allah SubhanahuwaTa‟ala, baik
perkataan itu diucapkan, ditulis maupun dibacakan. Tabligh dengan perkataan
adalah alat dakwah yang informatif. Perkataan merupakan sarana pencerahan,
pendidikan, arahan, dan evaluasi yang menyeluruh menembus batas teritorial,
batas emosional sampai batas ukhuwah secara umum. Tabligh dengan
perkataan memuat beberapa hal antara lain nilai-nilai universal dan humanis,
idealis dan realisti serta komprehensif. 27
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang
da‟i (komunikator) kepada mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar
hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah
harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan
26
Dr. Taufik al-Wa‟iy, Dakwah ke Jalan Allah, h.17. 27
Dr. Taufik al-Wa‟iy, Dakwah ke Jalan Allah, h. 348.
28
penghargaan yang mulia atas diri manusia.28
Metode dakwah meliputi tiga
cakupan yaitu Metode bi al-Hikmah, metode Al-Mau‟idza Al-Hasanag dan
metode Al-mujadalah.
Pertama, metode bi al-Hikmah sebagai metode dakwah, al-Hikmah
diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih
dan menarik perhatian. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-
Nasafi, arti hikmah, yaitu : Dakwah bil hikmah adalah dakwah dengan
menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan
kebenaran dan menghilangkan keraguan. 29
Kedua, metode dakwah Al-
ma‟uidza Al-hasanah yang diartikan sebagai ungkapan yang mengandung
unsur-unsur, bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira,
peringatan, pesan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam
kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.30
Ketiga, metode
Al-mujadalah yang merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan
menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti
yang kuat.31
D. Jurnalisme Profetik
Jurnalisme profetik yaitu suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya
melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur, serta aktual tetapi
28
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),
h. 243. 29
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h.246. 30
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h..252. 31
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 255.
29
juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan, transformasi,
berdasarkan cita-cita etik dan profetik islam. Ia menjadi jurnalisme yang
secara sadar dan bertanggungjawab memuat kandungan nilai-nilai dan cita
islam.32
Jurnalisme profetik mencerminkan sifat-sifat kenabian yaitu shidiq,
amanah, tabligh dan fathanah. Dalam menerapkan nilai-nilai jurnalisme
profetik, suatu media harus mengaplikasikan nilai-nilai jurnalisme profetik ke
dalam setiap berita yang ditulisnya agar setiap berita yang ditulis membawa
kebaikan bagi umat dan setiap kata dan tulisannya dapat di
pertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. sebagaimana tujuan dari
jurnalisme profetik yaitu amar ma‟ruf nahi munkar.
Tanggung jawab profetik Islam mengupayakan agar ajaran islam tetap
dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Jurnalis muslim tidak
boleh tinggal diam jika melihat ada kemunkaran dalam dunia yang
digelutinya, misalnya menyaksikan pencitraan negatif tentang Islam atau ada
rekayasa yang memojokkan Islam dan umatnya di media massa. Sebagai juru
dakwah yang menebarkan kebenaran ilahi, jurnalis muslim laksana
“penyambung lidah” para nabi dan ulama. Karena itu, ia pun dituntut memiliki
sifat-sifat kenabian seperti Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.
Shidiq artinya benar, yakni menginformasikan yang benar saja dan
membela serta menegakkan kebenaran itu. Standar kebenarannya tentu saja
kesesuaian dengan ajaran islam (Al-Quran dan As-Sunnah). Amanah artinya
32
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 35.
30
terpercaya, dapat dipercaya, karenanya tidak boleh berdusta, memanipulasi
atau mendistorsi fakta dan sebagainya. Tablighartinya menyampaikan, yakni
menginformasikan kebenaran, bukan malah memutarbalikkan kebenaran.
Fathonah artinya cerdas dan berwawasan luas. Jurnalis muslim dituntut
mampu menganalisis dan membaca situasi termasuk membaca apa yang
diperlukkan umat.33
Istilah profetik mengacu pada peristiwa Isra‟ mi‟raj Muhammad saw.
Peran kenabian Muhammad saw yang tidak tergoda oleh manisnya
perjumpaan dengan Allah swt saat Isra‟ Mi‟raj, dibuktikan dengan kembalinya
Rasulullah saw tengah-tengah komunitas manusia untuk menyerukan
kebenaran dan transformasi transenden. Dengan kata lain, pengalaman religius
itu menjadi dasar keterlibatannya dalam sejarah kemanusiaan. Sunah nabi
berbeda keterlibatannya dalam sejarah kemanusiaan. Sunah nabi berbeda
dengan jalan seorang mistikus yang puas dengan pencapaiannya sendiri.
Sunag nabi yang demikian itulah yang disebut sebagai etika profetik menurut
Kuntowijoyo. 34
Profetik merupakan kesadaran sosiologis para nabi dalam sejarah
untuk mengangkat derajat kemanusiaan (memanusiakan manusia),
membebaskan manusia dan membawa manusia beriman kepada Tuhan.
Singkatnya, ilmu profetik adalah ilmu yang meniru tanggung jawab sosial para
nabi. Dengan menyebut ilmu-ilmu profetik (seperti halnya komunikasi
33
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 38. 34
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 129.
31
profetik), kita hanya mendapatkan substansinya bukan bentuk. Ilmu profetik
menemukan bentuknya dalam wujud ilmu integralistik yang menyatukan
wahyu Tuhan dan akal pikiran manusia.
Ilmu sosial profetik hadir untuk menempatkan nalar, akal, rasio dan
pengalaman (empiris) sebagai alat untuk menafsirkan wahyu Tuhan atas
realitas. Ilmu sosial profetik akan menghadapkan Al-Quran pada realitas sosial
atau sebaliknya, wahyu akan ditempatkan sebagai sumber bagi terbentuknya
konstruksi sosial. Pilar ilmu sosial profetik ada tiga, yaitu humanisasi (amar
ma’ruf), liberasi (nahi munkar), dan transendensi (tu’minu billah).35
Pengalaman komunikasi Rasulullah s.a.w. ditempatkan pada konteks
masa lalu untuk diserap nilainya pada konteks saat ini. Harapan agar
komunikasi profetik mampu muncul sebagai konsep alternatif yang
memberikan pencerahan dan kemerdekaan yang selama ini justru
memperbudak manusia. Manusia menjadi jajahan baru teknologi komunikasi
modern. Di antara konsepsi pemahaman komunikasi profetik masa lalu dan
harapan masa depan dari konteks gempuran komunikasi saat ini, ada sikap,
motivasi, dan suasana hati. Inilah yang kemudian membangun kesadaran
bersama menjadi persepsi kolektif kita, sehingga kita satu persepsi dalam
memahami pengertian komunikasi profetik.36
Solusi kenabian (prophetic religious policies) dapat diterapkan dalam
berbagai permasalahan multikultural dan multireligi yang rumit dan kompleks
35
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 130. 36
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, h. 137.
32
dengan memodifikasi dan mengimprovisasinya disesuaikan dengan situasi,
kondisi dan konteks zamannya. Pengaruh media cetak dan elektronik, sebagai
contoh, telah mengubah kehidupan kita lebih pelik dari masa kenabian dulu.
Konsep mengenai komunikasi persuasif atau profetik tercantum juga dalam
Al-Quran,37
yaitu sebagai berikut:
"Dan hendaklah ada di antara kamu sekelompok umat yang menyeru
kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar. Merekalah orang-orang yang Berjaya." (QS. Ali
Imran: 104)
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan
beriman kepada Allah".(QS. Ali Imran: 110)
Misi komunikasi profetik adalah membebaskan manusia sejauh
mungkin dari praktik komunikasi yang menimbulkan syak wasangka,
kebohongan publik, penyebaran fitnah, kebohongan yang dusta. Komunikasi
profetik tidak menoleransi segala perilaku yang dinilai mempraktikan
kebohongan.
Dalam cita-cita masyarakat profetik, segala kabar bohong yang tersaji
di media harus diberi apresiasi kognisi yang interaktif. Khalayak atau
37
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, h.14.
33
komunikan dalam masyarakat profetik tidak diposisikan sebagai objek yang
hanya menerima saja seluruh sajian televisi, atau penerima (receiver) seperti
istilah yang dinyatakan Shannon dan Weaver, tetapi diposisikan sebagai
subjek dalam kegiatan komunikasi.38
E. Jurnalistik Televisi
Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962. Saat itu
masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau.
Meskipun hanya siaran televisi hitam putih, tapi siaran pertama televisi di
Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Booming televisi
dimulai pada tahun 1992 ketika RCTI mulai mengudara dengan bantuan
decorder.39
Televisi didasarkan pada teknologi elektronik. Dalam teknologi
yang masih analog, kamera peka cahaya memindai sebuah adegan dengan
pergeseran amat cepat melintasi beberapa ratus garis horizontal. Hasilnya
adalah lintasan cahaya yang ditransmisikan ke penerima, dan penerima ini
mengubahnya kembali menjadi gambar aslinya dengan memanfaatkan
elektron yang dikirimkan garis horizontal di layar kaca. Sekarang terjadi
pergeseran dari teknologi ke digital.40
Jurnalisme televisi bersandar pada informasi visual dalam
mengilustrasikan lapisannya. Termasuk wawancara kamera dengan orang-
38
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 135. 39
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media: Bandung, 2006), h.15. 40
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 228.
34
orang sengaja dilibatkan dan berkaitan dengan objek yang diwawancarai.
Grafis juga bisa digunakan dengan mendukungnya.41
Televisi lebih mengutamakan kecepatan dan berita yang disampaikan
kepada pemirsa dengan berlomba-lomba menampilkan berita secara langsung.
Televisi bekerja lebih untuk menampilkan gambar yang menarik dan fakta
yang akurat kepada khalayak. Fokus utama berita televisi biasanya kurang
mengutamakan isi. Mereka lebih menekankan kualitas televisi sebuah berita,
seperti (tayangan) videonya, tata suara, pemilihan waktu tayang dan
bagaimana semua hal tersebut cocok untuk disiarkan.42
Televisi mempengaruhi pemikiran khalayak yang melihatnya baik
dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang. Televisi memberikan
pengaruh bagi pikiran khalayak. Para jurnalis televisi hanya mengambil berita
yang memiliki pengaruh yang paling kuat dan disaat itulan mereka
membuatnya menjadi berita terbaik yang dapat mereka kerjakan.43
Jurnalis televisi menginformasikan fakta, peristiwa dan fenomena.
Kualitas pribadi jurnalis televisi ditentukan pada setiap bentuk penyiaran.
Bagaimana ia mempengaruhi pemirsa dengan tayangan yang memiliki
keistimewaan personalitas. Salah satu aspek jurnalisme televisi ialah
menampilkan persoalan, kejadian dan fenomena melalui kemasan tayangan
suara dan gambar.
41
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), h. 82. 42
Septiawan Santara K., Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005), h. 120. 43
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h.124.
35
F. Berita
Berita merupakan sebuah laporan tentang suatu peristiwa,
kecenderungan,opini, situasi, kondisi yang sangat cepat disampaikan melalui
media yang mengandung hal yang menarik dan penting bagi masyarakat.44
Berita adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat yang
aktual, menarik, berguna dan dipublikasikan melalui media massa periodik
yaitu surat kabar, majalah, radio dan televisi. Berita televisi bukan hanya
sekadar melaporkan fakta tulisan atau narasi, tetapi juga gambar (visual), baik
gambar diam, seperti foto, gambar peta, grafis, maupun film berita yakni
rekaman peristiwa yang menjadi topik berita dan mampu memikat pemirsa.
Bagi berita televisi, gambar adalah primadona atau paling utama daripada
narasi. Kalau gambar berita yang disiarkan mampu bercerita banyak, maka
narasi hanya sebagai penunjang saja. Berita televisi tanpa gambar tidak
ubahnya dengan berita radio. Jadi, dapat disimpulkan, berita televisi adalah
laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat manusia atau kedua-duanya
yang disertai gambar (visual), aktual, menarik, berguna dan disiarkan melalui
media massa televisi secara periodik.45
Dalam menulis berita, struktur penulisan berita mengikuti pola yang
disebut piramida terbalik. Dalam menulis berita setiap jurnalis harus
memikirkan bagaimana sebuah informasi yang termuat dalam who, what,
where, why, whendanhow atau biasa disebut dalam rumus 5W+1H dapat
44
Suhaemi M.si dan Rulli Nasrullah M.si., Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 28. 45
Drs. Arifin S. Harahap, M.si, Teknik Memburu dan Menulis Berita TV (Jakarta: PT
Indeks, 2007), h. 4.
36
dimuat di paragraf-paragraf terdepan. Sedangkan paragraf selanjutnya sampai
akhir berita tulisan yang dimuat adalah penjelasan singkat dari salah satu atau
beberapa poin dalam rumus 5W+ 1H.46
Berita televisi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Berita fakta peristiwa, berita fakta peristiwa adalah laporan tentang segala
sesuatu peristiwa sebagaimana adanya, misalnya, kebakaran, bencana alam
dan kecelakaan.
2. Berita fakta pendapat, adalah laporan tentang pernyataan atau pendapat
manusia mengenai segala sesuatu yang tengah aktual, misalnya pendapat
pakar mengenai implikasi kenaikan BBM.
3. Berita fakta peristiwa dan fakta pendapat, adalah laporan tentang segala
sesuatu peristiwa yang terjadi dan pendapat manusia yang berkompeten
mengenai fakta berita tersebut. Misalnya ratusan ribu TKI dari negeri jiran
kembali ke tanah air.47
Kriteria berita televisi harus aktual, menarik dan berguna bagi sebagian
besar khalayak. Nilai berita juga sangat ditentukan faktor kedekatan
(proximity), kepopuleran seseorang (prominent), konflik (conflict) dan nilai
kemanusiaan (human interest).48
Berita televisi harus menarik berisi gambar,
naskah berita serta sumber yang diwawancarai. Berita televisi harus menarik
dari segi gambar, audio dan bahasa.
46
Suhaemi M.si dan Rulli Nasrullah M.si., Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 28. 47
Drs. Arifin S. Harahap, M.si, Teknik Memburu dan Menulis Berita TV, (Jakarta: PT
Indeks, 2007), h. 5. 48
Drs. Arifin S. Harahap, M.si, Teknik Memburu dan Menulis Berita TV, h.10.
37
G. Televisi Streaming
Streaming adalah proses pengiriman data kontinu alias terus menerus
yang dilakukan secara broadcast melalui internet untuk ditampilkan oleh
aplikasi streaming pada personal komputer (klien). Paket-paket data yang
dikirimkan telah di kompresi untuk memudahkan pengirimannya melalui
internet. Stream berasal dari bahasa Inggris yang artinya sungai. Proses
streaming bisa diibaratkan seperti aliran air di sungai yang tak pernah terputus
kecuali jika sumber mata airnya mengering. Seperti aliran di sungai, aliran
data streaming dilakukan tanpa ada interupsi dan dilakukan secara kontinyu
hingga datanya habis, artinya telah selesai dikirim dan ditampilkan dalam
personal komputer si pengguna. Streaming secara langsung akan menjalankan
file video atau audio yang terletak pada server dapat langsung dijalankan pada
komputer klien sesaat setelah ada permintaan dari user. 49
Media streaming yaitu sebuah teknologi yang memungkinkan
distribusi data audio, video dan multimedia secara real time melalui internet.
Media streaming merupakan pengiriman media digital (berupa video, suara
dan data) agar bisa diterima secara terus menerus (stream). Data tersebut
dikirim dari sebuah server aplikasi dan diterima serta ditampilkan secara real
time oleh aplikasi pada komputer klien. 50
Sekarang teknologi streaming dimanfaatkan oleh stasiun televisi yang
untuk mengalirkan siaran televisi dari master control room online melalui
internet. Saat ini telah tersedia web yang mendukung video streaming, maka
49
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012), h. 198. 50
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, h. 199.
38
penonton atau pemirsa televisi bisa menonton televisi di web. Komputer
pengguna yang telah dilengkapi software Adobe Flash Player akan bisa
melihat siaran televisi (stasiun televisi yang mengunggah siarannya pada
server streaming) secara langsung pada media browser yang dibuka melalui
web, tanpa harus melakukan proses unduh data (ke situs yang dituju) karena
memakan waktu lama.51
Website online TV (khusus televisi internet) yaitu siaran khusus
televisi internet ini tidak ada siaran terrestrial dan satelit komunikasinya hanya
di internet saja dan gratis. Siarannya pun terbatas pada format program
informasi, citizen journalism, dan informasi data tertulis yang menampilkan
berita-berita penting dan data-data lainnya.52
H. Konsep Obat Halal dan Haram Dalam Islam
Obat yang beredar harus terhindar dari bahan-bahan yag diharamkan
dalam Islam, seperti babi, alkohol, bangkai, darah, rambut manusia, dan ari-ari.
Pentingnya mengetahui obat yang halal dan haram agar masyarakat dapat
membedakan obat mana saja yang aman dan halal dikonsumsi dan obat yang
haram untuk dikonsumsi. Berikut penjelasan obat halal dan obat haram bagi
umat muslim, yaitu :
1. Obat Haram
Obat adalah produk farmasi yang terdiri dari bahan aktif obat dan
bahan farmaeutik (bahan pembantu eksipien). Sumber bahan aktif obat
51
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, h.202. 52
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012), h. 206.
39
dan bahan farmaeutik bermacam-macam, bisa berasal dari tumbuhan,
hewan mikroba, bahan sintetik kimia bahkan dari virus yang dilemahkan
atau bahan yang berasal dari manusia. Titik kritis bahan aktif obat berasal
dari hewan, ada yang berasal dari hewan yang halal dan melalui
penyembelihan yang halal, namun sering menggunakan bahan media yang
berasal dari hewan babi. Belum lagi penggunaan bahan pasca fermentasi
seperti karbon aktif yang bisa berasal dari tulang hewan. 53
Bahan obat yang berasal dari babi diharamkan karena daging babi
itu salah satu sebab timbulnya cacing pita yang sangat berbahaya.54 Salah
satu prinsip yang telah diakui oleh Islam ialah apabila Islam telah
mengharamkan sesuatu, maka wasilah dan cara apapun yang dapat
membawa kepada perbuatan haram, hukumnya adalah haram.55
Bahan aktif obat lain yang digunakan dalam obat adalah bahan
aktif yang berasal dari manusia, seperti keratin rambut manusia untuk
pembentukan sistein, maupun placenta manusia untuk obat-obatan seperti
obat luka bakar dan yang lainnya. Beberapa metode kedokteran bahkan
menggunakan ari-ari atau placenta ini untu obat leukimia kanker, kelainan
darah, stroke, liver hingga diabetes dan jantung. 56 Bahan aktif atau bahan
farmaseutik obat yang berasal dari bagian tubuh manusia seperti sistein
53
Jurnal Halal, “Bahan Haram Dalam Obat”, artikel diakses pada 17 September 2014
dari http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/detil_page/11/375/30/ 54
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam
Islam,(Jakarta:PT.Binailmu, 1993), h.58. 55
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam
Islam,(Jakarta:PT.binailmu, 1993), h.35. 56
Jurnal Halal, “Bahan Haram Dalam Obat”, artikel diakses pada 17 September 2014
dari http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/detil_page/11/375/30/
40
yang berasal dari rambut manusia dan albumin yang berasap dari darah
manusia jelas hukumnya haram. Bahan aktif yang berasal dari bahan kimia
sintetik bisa menjadi haram hukumnya manakala bercampur dengan bahan
yang haram. 57
Bahan yang memiliki titik kritis dalam obat yakni bahan
pengemulsi, bahan pewarna, bahan perisa, bahan pengisi tablet, bahan
pengkilap, bahan pemanis, bahan pelarut dan bahan enkapsulasi. Bahan
tersebut memiliki titik kritis kehalalannya sebab bisa saja berasal dari
bahan haram dan najis, seperti babi, alkohol, organ manusia maupun bahan
hewani lain yang tidak jelas asal usulnya.58
Arak (alkohol) dalam pandangan Islam adalah penyakit bukan
obat. Rasulullah s.a.w. pernah menjawab kepada orang yang bertanya
tentang hukum arak, lantas Nabi menjawab : Dilarang!, maka jawab Nabi
selanjutnya :
“Arak itu bukan obat, tapi penyakit” (Riwayat Muslim, Ahmad,
Abu Daud dan Termizi)
Dan sabdanya pula :
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat, dan
menjadikan untuk kamu bahwa tiap penyakit ada obatnya, oleh karena itu
berobatlah, tetapi jangan berobat dengan yang haram. (Riwayat Abu
Daud).59
57
Dr. Sopa, M.Ag., Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: GP Press,
2013), h. 111. 58
Jurnal Halal, “Bahan Haram Dalam Obat.” 59
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam (Jakarta:
41
2. Obat Halal
Obat adalah semua zat baik zat kimia sintetik maupun bahan alami
yang dalam dosis layak mampu mempengaruhi organ-organ tubuh agar
berfungsi normal. Pengaruh terhadap organ-organ tersebut terjadi dalam
tahap diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, kesehatan
maupun kontrasepsi. Komponen bahan yang dipergunakan untuk
pembuatan obat terdiri atas bahan aktif obat atau zat berkhasiat dan
bahan farmaseutik. Yang dimaksud bahan aktif obat adalah zat utama
yang mempunyai efek mengobati atau mencegah suatu penyakit seperti
antipretik atau obat turun panas, anti infeksi, anti histamin dan lain
sebagainya, sedangkan bahan farmaseutik adalah bahan tambahan yang
bukan obat yang bersama obat dibuat menjadi produk farmasi.60
Obat halal adalah obat yang sesuai dengan syariatIslam yang
terhindar dari bahan-bahan aktif obat yang haram seperti babi, alkohol,
tulang babi, rambut manusia dan plasenta manusia. Namun, hingga kini
sekitar 90 persen lebih bahan baku obat yang beredar di Indonesia
merupakan produk impor dari negara-negara yang sebagian besar belum
mempertimbangkan aspek halal. Hingga saat ini dari sekitar 27 ribu item
obat, jamu dan suplemen yang diproduksi oleh sekitar 206 perusahaaan
di Indonesia yang telah bersertifikat halal jumlahnya masih sangat
sedikit. Perusahaan dengan obat-obatan yang telah tersertifikasi halal ada
PT.Binailmu, 1993), h.98.
60 Dr. Sopa, M.Ag., Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: GP Press,
2013), h. 110.
42
5 (lima) perusahaan dengan item produk sebanyak 22 produk. 61
Salah satu kebaikan Islam dan kemudahannya yang dibawakan
untuk kepentingan umat manusia, ialah “Islam tidak mengharamkan
sesuatu kecuali di situ memberikan suatu ganti (way out), yang lebih
baik guna mengatasi kebutuhannya itu.62
Kehalalan obat ditentukkan oleh asal hewan tersebut. Apabila
berasaldari hewan yang haram maka hukumnya menjadi haram.
Sebaliknya, apabila berasal dari hewan yang halal maka tatacara
penyembelihan yang menentukkan kehalalannya. Untuk obat dalam
bentuk kapsul kehalalannya ditentukkan oleh cangkang kapsul yang
digunakan. Sebab, cangkang tersebut dapat terbuat dari gelatin dan
griserol. Gelatin dapat berasal dari tulang atau kulit babi , sapi, ikan
sedangkan griserol merupakan hasil hidroilisis lemak atau minyak. Pada
kenyataannya banyak impor dilakukan terhadap kapsul dari negara-
negara Barat dalam bentuk kapsul lunak. Kapsul jenis ini banyak dibuat
dari gelatin babi karena hasilnya lebih bagus dan lebih murah. 63
Untuk obat dalam dengan bentuk sediaan obat berupa dragee dan
kaplet sering ditambahkan bahan lain seperti pemanis dan pewarna.
Pemanis yang biasa digunakan adalah gula, sorbitol, dan pemanis sintetik
seperti sacharin, dan siklamat. Pewarna digunakan dalam pembuatan obat
61
Farid Mahmud SH., “BPJS Beroperasi, Qua Vadis Obat”, artikel diakses pada 17
September 2014 dari www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/11/1863 62
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam,
(Jakarta:PT.Binailmu, 1993), h. 33. 63
Dr. Sopa, M.Ag., Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia (Jakarta: GP Press,
2013), h. 112.
43
dengan tujuan di samping agar berpenampilan lebih menarik juga agar
dapat dibedakan dengan obat yang lain sehingga tidak menimbulkan
kesalahan dalam mengonsumsi obat. Maka, kehalalannya ditentukkan
oleh bahan tambahan tersebut. 64
64
Dr. Sopa, M.Ag., Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia, h.112.
44
BAB III
PROFIL HIDAYATULLAH TV
A. Sejarah Singkat Hidayatullah TV
Televisi streaming adalah sebuah teknologi yang memungkinkan
distribusi data audio, video dan multimedia secara real time melalui internet,
agar bias diterima secara terus menerus. Streaming adalah proses pengiriman
data kontinu alias terus menerus yang dilakukan secara broadcast melalui
internet untuk ditampilkan oleh aplikasi streaming pada personal komputer
(klien).1
Televisi streaming Islam kian berkembang di Indonesia, ditandai
dengan munculnya 13 macam televise streaming yang bernafaskan Islami,
namun sebagian besar berisi tentang konten dakwah sedangkan Hidayatullah
TV mengangkat program berita yang berjudul, Liputan Utama.
Hidayatullah TV atau H-TV adalah salah satu media publikasi yang
dimiliki oleh Kelompok Media Hidayatullah (KMH). H-TV memproduksi
konten-konten berita dan non-berita dalam bentuk audio-visual, atau dikenal
dengan sebutan video. Kelompok Media Hidayatullah (KMH), Jum’at, 14
Maret 2014 secara resmi meluncurkan kanal informasi Hidayatullah TV atau
disingkat H-TV.2
1 Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012), h. 199. 2 Surya Fachrizal Ginting, “Ahlan Wa Sahlan Hidayatullah TV”, artikel diakses
pada 22 April 2014 dari m.hidayatullah.com/video/ahlan-wa-sahlan-hidayatullah-
tv.html
45
Selama masa perintisan ini, H-TV akan tayang melalui saluran internet
di www.hidayatullah.com. Sajian berita di H-TV belum melakukan siaran
secara penuh seperti layaknya stasiun televise terrestrial dan televise satelit.
Sajian H-TV baru bias dinikmati dengan mengklik video-video yang tersaji
pada laman tv.hidayatullah.com atau http://www.hidayatullah.tv. Pola sajian
ini dikenal dengan istilah video on demand atau memutar tayangan sesuai
permintaan pemirsa.3
Ada beberapa program yang terdapat di Hidayatullah TV, yaitu
Liputan Utama, Mutiara Hikmah, Serial Dai, Features dan liputan keumatan
yang lain. Liputan Utama adalah sebuah paket berita mendalam atau in-depth
news yang mengangkat tema-tema penting namun memiliki nilai berita yang
tidak cepat basi. Tayangan Liputan Utama diperbarui setiap Senin Pekan
Pertama dan Ketiga. Mutiara Hikmah adalah video ceramah singkat dan padat
yang berdurasi tidak lebih dari 5 menit. Tema-tema yang diangkat seputar
adab, motivasi, dan peringatan akan negeri akhirat. Program ini akan
diperbarui setiap hari Selasa pecan kedua dan keempat. Sajian H-TV juga
akan dilengkapi dengan sejumlah fitur interaktif yang berkaitan dengan tema
seperti tema seperti infografis serta berita dan artikel terkait. 4
H-TV lahir karena masih banyaknya televisi streaming Islam namun
kontennya berupa dakwah, belum adanya televisi streaming Islam yang
memuat dakwah dan program berita sebagai liputan utama, sehingga
3Surya Fachrizal Ginting, “Ahlan Wa Sahlan Hidayatullah TV”, artikel diakses
pada 22 April 2014 dari m.hidayatullah.com/video/ahlan-wa-sahlan-hidayatullah-tv.html 4Ginting, “Ahlan Wa Sahlan Hidayatullah TV”.
46
muncullah Hidayatullah TV. Saat ini, H-TV masih bernaung di situs
Hidayatullah.com, karena masih dirintis untuk berdiri sendiri sehingga masih
ditempakan di kolom video di situs Hidayatullah.com.5
B. Visi dan Misi Hidayatullah TV
Hidayatullah adalah organisasi massa berbasis kader yang dibangun
atas manhaj sistematika Nuzulnya Wahyu, yaitu pemurnian akidah tauhid al-
Alaq ayat 1-5), khiththah hidup bersama al-Qur’an (al-Qalam ayat 1-7),
tarbiyahruhiyyah (al-Muzzammil ayat 1-7), gerakan dakwah (al-Muddatstsir
ayat 1-7) dan membangun lingkungan Islami (al-Fatihah ayat 1-7).
Visi Hidayatullah adalah membangun peradaban Islam. Sedangkan
misi Hidayatullah ada empat, yaitu :
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya insani.
2. Mengintensifkan pelayanan umat melalui aktivitas sosial, pendidikan, dan
dakwah.
3. Mewujudkan kemandirian ekonomi.
4. Mendorong penegakkan Islam pada tingkat individu, keluarga,
masyarakat.
C. Struktur Redaksi Hidayatullah
Hidayatullah TV masih tergabung dalam Kelompok Media
Hidayatullah (KMH), Hidayatullah.com sehingga struktur redaksinya sama
dengan Hidayatullah.com. Struktur redaksi Hidayatullah Online :
5Wawancara Pribadi dengan Surya Fachrizal Ginting, Jakarta, 29 April 2014.
47
Pemimpin Utama Hamim Thohari
Pimpinan Redaksi Mahladi Murni
Redaktur Pelaksana Ahmad Cholis
Hidayatullah TV Versi Online
Redaksi Surya Fachriza
Reporter Fachriza Ginting
Niesky
Kameramen Reza Ginting
Lintang Satria
Niesky
Videografi Boma
Video Edit Bondan Suharto
Administrasi Mamik
Marketing Hidayat Nugraha
Promosi Adhi
Program berita Utama di Hidayatullah TV tayang setiap Senin pecan
pertama dan ketiga, system penayangannya menggunakan video on demand,
yaitu siaran yang bias dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan
keinginan pemirsa sehingga pemirsa bias melihat tayangannya tanpa diatur
oleh jangka waktu tertentu.
48
BAB IV
ANALISA DATA DAN PENEMUAN
Kasus yang diangkat oleh penulis adalah kasus tentang Terkepung Obat-
obatan Haram yang disiarkan melalui televisi streaming di Hidayatullah TV (H-
TV). H-TV menampilkan berita tersebut di program Liputan Utama. Berita
Terkepung obat-obatan haram menekankan bahwa banyaknya obat-obatan yang
beredar di Indonesia masih kurang yang sudah disertifikasi kehalalannya. Obat-
obatan yang beredar di Indonesia, belum sepenuhnya mendapatkan sertifikasi
halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jumlah produk yang tersertifikasi halal
di Indonesia masih di bawah angka 1%. Dari 30.000 produk obat, hanya 22
produk obat yang telah lulus uji halal, menurut Lukmanul Hakim, Direktur
Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama
Indonesia (LPPOM MUI), rendahnya angka tersebut karena sertifikasi halal
belum diwajibkan oleh pemerintah.1
H-TV memberitakannya melalui televisi streaming yang tayang melalui
saluran internet di www.hidayatullah.com dengan teknik video on demand atau
memutar tayangan sesuai permintaan pemirsa.2 H-TV merupakan televisi
streaming Islam yang mengangkat tema berita seputar dunia keIslaman salah
satunya berita tentang “Terkepung Obat-obatan Haram” yang tayang pada Senin,
17 Maret 2014.
1Surya FachrizalGinting, “TerkepungObat-obatan Haram,” artikeldiaksespada 22 April
2014 darim.hidayatullah.com/video/terkepung-obat-obatan-haram-2.html 2Ginting, “AhlanWaSahlanHidayatullah TV”.
49
Oleh sebab itu, peneliti memilih program Liputan Utama dengan berita
„Terkepung Obat-obatan Haram‟ sebagai bahan yang akan dianalisis melalui
pesan-pesan dakwah yang direpresentasi melalui bahasa dan nilai-nilai jurnalime
profetik dan menggunakan metode penelitian studi kasus kualitatif. Objek yang
dapat diangkat sebagai kasus dalam penelitian studi kasus adalah kejadian atau
peristiwa (event), situasi, proses, program, dan kegiatan, dalam hal ini peneliti
akan menginterpretasi data dan generalisasi kasus tentang obat-obatan haram dan
halal yang belum di sertifikasi kehalalannya yang terkandung dalam berita
“Terkepung Obat-obatan Haram” di H-TV dan meneliti nilai-nilai jurnalisme
profetik di dalam berita tersebut, seperti yang akan dijelaskan berikut ini:
A. Representasi Pesan-pesan Dakwah Islam
Dalam bab ini peneliti akan mengolah data lalu mendeskripsikan data
dan mengklasifikasinya ke dalam kategori-kategori yang berbeda untuk
memperoleh validitas dan reliabilitas tentang pesan dakwah dan representasi
dalam berita tentang obat-obatan haram di program berita Liputan Utama di
H-TV. Peneliti akan mendeskripsikan pesan-pesan dakwah yang terdapat
dalam berita tersebut.
1. Representasi Stuart Hall
Dalam berita “Terkepung Obat-obatan Haram” di Liputan Utama H-
TV, mencerminkan bahwa H-TV adalah media Islam yang ingin memberikan
gambaran dan nilai-nilai keislaman dibalik berita-berita yang disajikan. H-TV
mengawali berita dengan wawancara dengan Menteri Kesehatan Nafsiyah
Mboi yang mengemukakan bahwa penggunaan obat-obatan haram boleh
50
dikonsumsi jika keadaaan darurat. Wacana dari Menkes, menuai beragam
permasalahan karena obat-obatan yang mengandung bahan-bahan haram
mencakup babi, rambut manusia, alkohol, dan tulang babi yang pada dasarnya
diharamkan oleh Islam. H-TV merepresentasikan berita tersebut melalui
tayangan gambar babi dan obat yang ditampilkan di segmen 2 program
Liputan Utama di H-TV. Latar belakang H-TV mengangkat tema “Terkepung
Obat-obata Haram” karena maraknya obat-obatan yang beredar banyak yang
mengandung bahan-bahan haram.
Menurut Hall, pandangan realitas yang didominasi oleh kelompok
sosial di masyarakat memberikan pengaruh pada pembentukkan ideologi
melalui mana representasi dari realitas dunia tersebut tampak sebagai natural
atau alami. Ada tiga pokok bahasan dari Stuart Hall yaitu:
Tabel 1
Representasi Stuart Hall
No. Kategori Deskripsi
1. Ideologi Ideologi dimaksudkan untuk mengatur
masalah tindakan dan praktik individu
atau anggota suatu kelompok.
2. Budaya Secara formal budaya didefinisikan
sebagai tatanan pengetahuan,
pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap,
makna dan diwariskan dari generasi ke
generasi melalui usaha individu dan
kelompok.
51
3. Bahasa Bahasa, sebagaimana dipahami oleh
kalangan strukturalis, merupakan
sistem penandaan. Realitas dapat
ditandakan secara berbeda pada
peristiwa yang sama. Makna timbul
dari proses pertarungan sosial, dimana
masing-masing pihak atau kelompok
saling mengajukan klaim
kebenarannya sendiri.
a. Ideologi
Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak
dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka dan
memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi di dalam
kelompok.3
Ideologi yang disampaikan oleh H-TV adalah ideologi Islam.
Ideologi Islam adalah sistem politik yang berdasar akidah Islam.
Diungkapkan oleh Surya Fachrizal Ginting, redaksi Hidayatullah TV yaitu:
“Sebagai seorang muslim dan sebagai media Islam, prinsip utama
adalah kita yakin bahwa apa yang kita sampaikan ini semua kalau untuk
tulisan setiap huruf, setiap titik yang kita tulis kelak akan
dipertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. entah itu akan di
pertanggungjawabkan di ahli kubur arau di akhirat.”
Pernyataan tersebut sesuai dengan nilai-nilai ideologi Islam. Islam
dilahirkan dari proses berfikir yang menghasilkan keyakinan yang tegh
3 Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:PT. LKiS
Printing Cemerlang, 2011), h. 13.
52
terhadap keberadaan (wujud) Allah sebagai Sang Pencipta dan Pengatur
Kehidupan, alam semesta dan seluruh isinya. Syariat Islam tersebut
bersumber pada Al-Quran dan Al Hadist. Penganut ideologi Islam percaya
jika sebelum kehidupan adalah berasal dari Allah Swt., saat kehidupan
bertujuan untuk mendapatkan ridha-Nya, dan setelah meninggal kembali
kepada-Nya dengan pertanggungjawaban.4
b. Budaya
Budaya adalah suatu konsep membangkitkan minat. Budaya dalam
representasi Stuart Hall didasarkan secara teoritis pada pengetauan yang
akurat tentang subjek bersangkutan. Dalam penelitian skripsi ini subjeknya
adalah Hidayatullah TV yang memberitakan setiap berita yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam dan objeknya adalah kasus obat-obatan haram. Hidayatullah
TV sebagai media Islam menyampaikan berita yang berdasarkan nilai-nilai
ajaran Islam. Masyarakat muslim wajib mengonsumsi pangan dan obat-
obatan yang berbahan dasar halal karena itu sudah menjadi kewajiban dan
budaya bagi masyarakat muslim. Pernyataan Menkes tentang
membolehkannya penggunaan obat-obatan haram jika dalam keadaan darurat,
meresahkan umat muslim karena bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam.
H-TV merepresentasikan budaya muslim dalam pernyataan Ketua MUI,
Ma‟ruf Amin yang mengatakan bahwa mengonsumsi obat-obatan halal
adalah kewajiban dalam Islam sehingga Pemerintah wajib menyediakannya.
4 Risna Febriani, “Ideologi Islam,” artikel diakses pada 4 Oktober 2014 dari
blog.ub.ac.id/risnafebriyani/2012/06/07/ideologi-Islam
53
c. Bahasa Sebagai Arena Pertarungan Sosial
Wacana di sini dipahami sebagai arena pertarungan sosial, dan
semuanya diartikulasikan lewat bahasa. Bahasa dan wacana disini dianggap
sebagai arena pertarungan sosial, dan bentuk pendefinisian realitas.5 Dalam
penelitian tentang bahasa terdapat daftar wawancara Hidayatullah TV dengan
beberapa narasumber terkait dengan kasus sertifikasi halal pada obat-obatan.
Tabel 2
Representasi Pesan Obat Halal dan Haram
No. Wawancara Narasumber Pernyataan
1. Menteri Kesehatan, Nafsiyah
Mboi
Obat banyak mengandung
zat-zat yang tidak halal
Sertifikasi halal untuk
produk farmasi tidak perlu
dilakukan
Zat-zat yang tidak halal dalam obat
dimaknai dengan penggunaan
bahan-bahan obat yang haram yaitu
babi dan alkohol.
Pernyataan Ntersebut memicu
kontroversi, karena sebagai umat
muslim wajib mengkonsumsi obat-
obatan yang halal dan wajib
hukumnya namun Menkes menilai,
obat-obatan tidak perlu di sertifikasi,
bertentangan dengan ajaran Islam
yang mengharuskan setiap muslim
harus mengkonsumsi makanan,
minuman dan obat-obatan yang
halal.
5Eriyanto,ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:PT. LKiS
Printing Cemerlang, 2011), h.29-30.
54
Untuk sementara kami
mengusulkan supaya obat
dan vaksin di ini dulu deh
di pisahkan dulu,
dibedakan dulu dari
makanan dan minuman.
Mayoritas bahan baku
obat berasal dari Luar
negeri sehingga kehalalan
akan sulit.
Karena kondisi darurat
obat-obatan berbahan
Vaksin digunakan untuk tubuh
sehingga cairan vaksin masuk ke
dalam tubuh, sama halnya dengan
produk pangan dalam proses
penggunaannya di dalam tubuh.
Menurut Ketua MUI Dr. KH. Ma‟ruf
Amin, dalam Islam, hukum
mengonsumsi obat dan vaksin
sebenarnya sama dengan hukum
mengonsumsi produk pangan, yakni
harus yang halal. Hal tersebut antara
lain didasarkan pada hadits Nabi
Saw., yang diriwayatkan oleh Abu
Daud dari Abu Darda yang berbunyi
: “Allah telah menurunkan penyakit
dan obat serta menjadikan obat bagi
setiap penyakit. Maka berobatlah
dan janganlah berobat dengan benda
yang haram.”6
Pendaftaran sertifikasi halal obat
tidaklah sulit, karena perusahaan
asing yang akan mensertifikasi
kehalalan produk obatnya, jika
berdasarkan fakta bahwa obat-
obatan tersebut bahannya halal dapat
didaftarkan ke LPPOM MUI.
Kondisi darurat halal obat-obatan
tidak bisa dinyatakan darurat saja
6 FM, “BPJS Beroperasi, Quo Vadis Obat Halal,” artikel di akses pada 4 Oktober 2014
dari http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil page/8/1859
55
haram boleh saja
digunakan.
Obat kalo disertifikasinya
halal gimana dan
sebagainya, sedangkan
pasien membutuhkan
gimana.
tanpa landasan dasar yang kuat. Obat
yang dapat dikatakan darurat jika
bila obat tersebut tidak dikonsumsi
akan menimbulkan kematian, cacat
fisik dan cacat mental. Tidak bisa
semua obat dikatakan haram, karena
obat-obatan haram wajib
disertifikasi halal seperti yang
tercantum dalam Undang-undang
Jaminan Produk Halal (UU JPH).
Namun sertifikasi halal juga perlu
dilakukan untuk melindungi hak
pangan konsumen yang perlu
mengonsumsi pangan yang halal.
Dalam UU NO.88 TAHUN 1999
tentang perlindungan konsumen,
pasal 4 (a) disebutkan bahwa
mengkonsumsi termasuk konsumen
muslim berhak untuk mendapatkan
barang yang nyaman di konsumsi
olehnya, nyaman bagi konsumen
muslim adalah bahwa barang
tersebut tidak bertentangan dengan
kaidah agama/ halal.7
2. Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI), Ma‟ruf Amin
Menkes telah membuat
Pernyataan Menkes yang
7 Wiku Adi Sasmito, “Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM Dalam Labeling
Obat dan Makanan,” Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 4 Oktober 2014, h.
7.
56
pernyataan yang
menyesatkan.
Mengkonsumsi obat-obatan
halal adalah kewajiban
dalam Islam sehingga
pemerintah juga wajib
menyediakannya.
menyesatkan tentang kasus darurat
obat haram boleh dikonsumsi tidak
berdasar atas dalil yang kuat. Obat-
obatan dapat disertifikasi halal
dengan mendaftarkannya di LPPOM
MUI. Umat muslim wajib
mengonsumsi obat-obatan yang
halal.
Pemerintah wajib menyediakan
obat-obatan halal bukan justru
mengatakan bahwa semua obat
haram boleh dikatakan darurat.
Umat Islam wajib hukumnya
mengkonsumsi obat-obatan yang
halal.
3. Konsumen, Lie
Percaya ga percaya banget
jadi kita harus lebih teliti
ya.
Saya lihat brosurnya dulu,
dibuka dulu dalamnya
Konsumen tidak mengetahui tentang
maraknya obat-obatan haram yang
beredar di Indonesia bahwa dari
30.000 obat hanya 22 produk obat
saja yang sudah disertifikasi halal.
Ini merupakan cara konsumen untuk
mengetahui status halal haram obat,
kandungan obat dan efek samping
obat yang akan dikonsumsi.
4. Pedagang obat, Evaldi
Kami gak pernah
mengetahui yang seperti itu.
Pedagang tidak mengetahui status
kehalalan obat yang akan dijual
kepada konsumen.sehingga perlu
diberikan penyuluhan tentang kasus
halal dan haram obat.
57
5. Guru Besar, Fakultas
Kedokteran, Universitas
Indonesia, Prof. Jurnalis Udin
99% dokter di Indonesia
tidak tahu akan banyaknya
bahan-bahan haram yang
ada pada obat-obatan.
Prof. Jurnalis Udin mengungkapkan
bahwa hanya sedikit dokter yang
mengetahui tentang obat-obatan
halal dan haram. Sebagian besar
dokter tidak mengetahui kejelasan
status halal dan haram obat.
6. Ketua Pengurus Besar Ikatan
Dokter Indonesia (IDI), Zaenal
Abidin,
Dokter membutuhkan
kejelasan status halal haram
obat agar bisa memberikan
pilihan kepada pasien.
Sertifikasi kehalalan obat belum
sepenuhnya ditanggapi oleh
pemerintah sehingga banyaknya
obat-obatan yang beredar membuat
dokter yang mempunyai tingkatan
yang lebih tinggi dari pasien perlu
mengetahui tentang obat-obatan apa
saja yang telah tersertifikasi halal.
7. Direktur LPPOM MUI,
Lukmanul Hakim,
Tidak sampai satu persen
ternyata obat yang
diregistrasi di badan POM,
akibat apa?, akibat dari sifat
sertifikasi kita yang
sukarela.
Sertifikasi halal dalam no.69/1999
pasal 11 ayat 1 yang menyebutkan
bahwa sertifikasi halal „bersifat
sukarela. Sehingga produsen obat
hanya sedikit yang mendaftarkan
produk kehalalan obatnya di
LPPOM MUI.
58
Obat-obatan yang ditayangkan Hidayatullah TV berbentuk tablet dan
kapsul. Untuk obat dalam bentuk sediaan obat berupa dragee dan kaplet sering
ditambahkan bahan lain seperti pemanis dan pewarna. Pemanis yang biasa
digunakan adalah gula, sorbitol dan pemanis sintetik seperti sacharin, dan
siklamat. Pewarna digunakan dalam pembuatan obat dengan tujuan di samping
agar berpenampilan lebih menarik juga agar dapat dibedakan dengan obat yang
lain sehingga menimbulkan kesalahan dalam mengonsumsi obat. Maka
kehalalannya ditentukkan oleh bahan tambahan tersebut. Untuk obat dalam bentuk
kapsul kehalalannya ditentukkan oleh cangkang kapsul yang digunakan. Sebab,
cangkang tersebut dapat terbuat dari gelatin dan gliserol. Gelatin dapat berasal
dari tulang atau kulit babi, sapi, dan ikan sedangkan gliserol merupakan hasil
hidroilis lemak atu minyak. Kapsul jenis ini banyak dibuat dari gelatin babi
karena hasilnya lebih bagus dan murah.8 Obat yang haram mengandung alkohol
yaitu yang beredar luas di pasaran serta kerap kali digunakan oleh masyarakat
seperti Woodsy, Viks Formula 44, OBH Combi, Benadryl, Alphadryl,
Expectorant, Alerin, Caladryl, Eksedryl, Indaryl dan Bisolvon.9
Dalam hal ini, permasalahan dalam tayangan H-TV di program Liputan
Utama tentang obat-obatan haram yaitu berawal dari pernyataan yang dikeluarkan
Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi dalam rekaman video H-TV edisi 17 Maret
2014 di segmen satu,
“Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nafsiyah Mboi, mengakui
obat-obatan yang beredar di Indonesia banyak yang mengandung zat-zat
8 Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia ( Jakarta: GP Press 2013), h. 112.
9 Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia, h. 113.
59
yang tidak halal. Karena itu, Menkes menilai sertifikasi halal untuk
produk-produk farmasi termasuk obat tidak perlu dilakukan.
(Wawancara Menkes, Nafsiyah Mboi) untuk sementara waktu kami
mengusulkan supaya obat dan vaksin di ini dulu deh dipisahkan dulu,
dibedakan dulu dari makanan dan minuman, itu saja yang kita usulkan
sekarang.
Menkes menambahkan mayoritas bahan baku obat berasal dari luar
negeri sehingga audit kehalalan akan sulit dilaksanakan karena kondisi
darurat Menkes menilai obat-obatan berbahan haram tersebut boleh saja
digunakan.”
Dalam naskah berita tersebut menjelaskan bahwa Menkes menilai bahwa
obat-obatan haram yang beredar di indonesia boleh di konsumsi jika dalam
keadaan darurat. Darurat dalam obat terdapat klasifikasinya tersendiri, yaitu obat
yang dapat dikatakan darurat jika tanpa mengonsumsi obat tersebut dapat
menyebabkan kematian, cacat mental atau membahayakan tubuh. Menteri
Kesehatan Nafsiyah Mboi, memaparkan bahwa obat-obatan dapat dikatakan
darurat karena dalam proses sertifikasi halal dari MUI terlalu rumit dan
memakan waktu yang lama. Namun, menurut Lukmanul Hakin, Direktur
LPPOM MUI menuturkan, biaya sertifikasi ditentukkan berdasarkan beberapa
kriteria, antara lain golongan perusahaan (besar, menengah kecil), jumlah
produk, jumlah bahan, tingkat kekritisan bahan terhadap kehalalan produk dan
kemampuan sistem jaminan halal perusahaan dalam menjaga keberlangsungan
kehalalan produk sertifikasi halal berlaku. Pembiayaan sertifikasi halal menganut
pembiayaan per jenis produk, sehingga beban biaya sertifikasi halal setiap
60
kemasan produk bisa jadi dibawah 1%. Besarannya dari Rp 500 ribu sampai Rp
2 juta per jenis produk.10 H-TV merepresentasikannya melalui pernyataan.
“Menkes menambahkan mayoritas bahan baku obat berasal dari luar
negeri sehingga audit kehalalan akan sulit dilaksanakan karena kondisi
darurat, Menkes menilai obat-obatan berbahan haram tersebut boleh saja
digunakan.”
Hal ini kemudian menjadi permasalahan yang dikupas secara mendalam
oleh H-TV yang berawal dari pernyataan Nafsiyah Mboi lalu dibahas di Liputan
Hidayatullah TV.
MUI bertujuan untuk menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan
Islam yang dinamis dan efektif sehingga mampu mengarahkan dan mendorong
umat Islam untuk melaksanakan akidah islamiyah, ibadah, dan muamalah
duniawi yang sesuai dengan tuntunan Islam akhlak karimah untuk mewujudkan
masyarakat yang aman, damai, adl dan makmur rohaniah dan jasmaniah yang
diridai Allah Swt. bahasa dalam representasi Stuart Hall dipahami sebagai arena
pertarungan sosial, pernyataan Menkes dengan MUI yang berbeda menyebabkan
perang mana dan perbedaan pendapat yang berimbas kepada pandangan
masyrakat yang meragukan pernyataan dari Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi.
Dalam Undang Undang no.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 4
(a) disebutkan bahwa setiap konsumen termasuk konsumen muslim berhak
untuknya mendapatkan barang yang nyaman di konsumsi olehnya, nyaman bagi
konsumen muslim adalah bahwa barang tersebut tidak bertentangan dengan
10
Nurbawa, “Sertifikasi Halal Mahal? Ternyata Murah,” artikel diakses pada 6 Oktober
2014 dari http://www.halalmui.org/newMUI/indexphp/main/detil page/8/1982
61
kaidah agama yang halal. Setiap muslim wajib mengetahui kaidah halal dan
haram dalam obat sehingga perlu untuk memilih sertifikasi obat yang halal untuk
dikonsumsi.11
Representasi dimaknai dengan fakta yang di ungkapkan oleh Guru Besar
Universitas Yarsi, Profesor Jurnalis Udin mengungkapkan bahwa 99% dokter di
Indonesia tidak tahu akan banyaknya bahan-bahan haram yang ada pada obat.
Titik kritis bahan-bahan haram obat terletak pada zat-zat kimia sintetik, serta
komponen bahan yang digunakan dalam pembuatan obat teridri atas bahan aktif
obat dan bahan famaseutik.12
Produk obat-obatan halal yang dikeluarkan MUI
per November-Desember 2013 yaitu Lumbricum, Verum, Menveo
meningococcal group A, C, W135, Y Conjugate Vaccine, Fresh Care, Fresh
Care Green Tea, Fresh Care Lavender, Fresh Care Fruity, Fresh Care Strong,
Fresh Care Sandalwood, Fresh Care Minyak angin Aromatherapy Sport Fresh
Care minyak angin, Aromatherapy Aquamarine, Fresh Care Rose, Fresh Care
Teen Buble Gum, Fresh Care Teen Happy Cherry, Fresh Care Teen Passion
Fruit, MENVAC ACYW135 VACC, NE.13
Proses sertifikasi halal obat melalui LPPOM MUI, yaitu dengan
menganalisa komponen-komponen obat, menganalisa kandungan-kandungan
bahan dalam obat sehingga dapat dikategorikan obat yang mengandung bahan
haram. Proses yang rumit dan membutuhkan waktu yang lama sehingga Menteri
11
Wiku Adi Sasmito, “Analisis Kebijakan Nasiona MUI dan BPOM Dalam Labeling
Obat dan Makanan,” Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 4 Oktober 2014. 12
Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia ( Jakarta: GP Press 2013), h. 110. 13
Majelis Ulama Indonesia, “Daftar Belanja Produk Halal,” artikel diakses pada 6
Oktober 2014 dari www.halalmui.org/images/stories/pdf/LSH/produkhalal.pdf
62
Kesehatan, Nafisyah Mboi mengeluarkan pernyataan tersebut agar tidak
menyulitkan pasien dalam memilih-milih obat yang haram dan halal. Namun,
MUI menolak pernyataan dari Menteri Kesehatan, karena menurut Ketua MUI,
Ma’ruf Amin obat-obatan halal wajib dikonsumsi oleh masyarakat muslim.
Keadaan darurat yang dimaksud dalam obat-obatan haram dalam Islam yaitu
ketika tidak ada alternatif obat yang lain dan tidak ada jalan keluar lain selain
mengonsumsi obat-obatan. Dalam kasus obat-obatan haram di Hidayatullah TV
yang direpresentasikan oleh Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi, secara jelas
mengungkapkan bahwa semua obat-obatan haram boleh dikonsumsi karena
darurat. Namun, sebenernya ada cara untuk mensertifikasi halal yaitu dengan
melaporkan obat yang belum disertifikasi halal ke LPPOM MUI.
Menurut data, dari rekaman video H-TV, obat yang telah disertifikasi halal
masih kurang dari 1 persen dari 99 persen. Dari 30.000 produk obat yang
beredar di Indonesia hanya 22 produk saja yang telah tersertifikasi halal.
Penggunaan obat-obatan yang telah disertifikasi halal diperlukan oleh umat
muslim, dalam hal ini H-TV dalam rekaman video “Terkepung Obat-obatan
Haram”, merepresentasikan obat-obatan yang beredar dengan gambar babi di
tayangan tersebut. Berikut petikan naskah berita tersebut:
“Status halal haram produk obat di indonesia memang sulit
diketahui/jangankan masyarakat awam, dokter pun sangat sedikit yang
mengetahui tentang hal ini. Pada tahun 2008, Guru besar Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi Prof. Jurnalis Udin mengungkapkan 99
persen dokter di Indonesia tidak tahu akan banyaknya bahan-bahan
haram yang ada pada obat-obatan/karena dokter cuman tahu tentang
63
bahan aktif obat, khasiat obat, indikasi dan kontra indikasi obat, efek
samping, dosis dan kemasan obat saja. Ikatan Dokter Indonesia atau IDI
juga mengetahui hal tersebut, Ketua Pengurs Besar IDI, Zainal Abidin
mengatakan dokter membutuhkan kejelasan status halal haram obat agar
bisa memberikan pilihan kepada pasien.”
H-TV merepresentasikan berita tersebut melalui pernyataan yang
dikemukakan oleh Ketua IDI, Zaenal Abidin mengungkapkan bahwa sebagian
besar dokter belum mengetahui spesifikasi obat halal dan haram dan mengenai
pentingnya kejelasan status halal dan haram obat agar masyarakat menjadi
aman dalam mengonsumsi obat-obatan. Obat-obatan yang halal dapat di
sertifikasi kehalalannya, namun peran pemerintah dalam membangun
kesadaran masyarakat agar masyarakat menjadi sadar akan obat-obatan haram
dan halal belum sepenuhnya dilakukan, sehingga respon masyarakat menjadi
mendaruratkan obat haram yang hendak dikonsumsi akibat pernyataan dari
Menteri Kesehatan. Ketua IDI, Zaenal Abidin menilai, pemerintah perlu
melakukan sertifikasi halal obat terhadap produsen-produsen obat karena
semua elemen masyarakat, terutama pasien dan dokter wajib mengetahui obat
yang halal dan haram agar dapat memberikan alternatif pilihan obat kepada
pasien. Surya Fachrizal Ginting selaku redaksi dari H-TV mengungkapkan
bahwa H-TV berpihak kepada umat sehingga H-TV merepresentasikan bahasa
sebagai bahan arena pertarungan sosial agar masyarakat menjadi semakin
paham pentingnya memilih dan membedakan obat-obatan yang beredar di
pasaran Indonesia, baik yang halal maupun yang haram. Berikut wawancara
peneliti dengan Surya Fachrizal Ginting :
64
“kalau dalam hal ini kita disini, berpihak jelas berpihak, yang kita
pihak disini adalah umat islam dan karena pada saat ini, pada saat berita
itu diturunkan yang bersuara merepresentasikan kepentingan umat islam
disitu ya LPPOM MUI yang mengatakan bahwa ada hak-hak kita yang
diabaikan dan ada hak-hak kita yang dilanggar bahwa setiap muslim itu
berhak mendapatkan produk halal atau barang konsumsi yang halal ,
yang belum dipenuhi dan itu harus dipenuhi oleh pemerintah tadi, dan
kita baru berpihaknya, mungkin kalo disini kalo dibilang berpihak ya
dalam hal ini keberpihakan kepentingan umat, kita berpihak pada
kepentingan umat islam yang direpresentasikan disini oleh MUI yang
melontarkan bahwa fakta ini ada dan orang belum banyak yang
melakukan apa-apa untuk itu.”
Pemerintah dalam menangani sertifikasi halal tidak memiliki aturan yang
jelas mengenai wajibnya produsen obat-obatan mendaftarkan status kejelasan
obat halal dan haramnya di LPPOM MUI. Dalam Peraturan Pemerintah
no.69/1999 pasal 11 ayat 1 dinyatakan bahwa pencatuman tulisan halal pada
dasarnya “bersifat sukarela”. Ketentuan ini sejalan dengan ketentuan
sebelumnya yaitu penjelasan pasal 10 ayat 1 yang menyatakan bahwa
pencantuman keterangn halal atau tulisan “halal” pada label pangan merupakan
“kewajiban” apabila pihak yang memproduksi dan atau memasukkan pangan
ke dalam wilayah indonesa menyatakan (mengklaim) bahwa produknya halal
bagi umat Islam.14
Namun pada tanggal 25 September 2014, rapat paripurna
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan UU Jaminan Produk Halal
(UU JPH). Pemerintah memiliki waktu lima tahun untuk menerbitkan delapan
peraturan pemerintah, dua peraturan menteri dan peraturan pendukung lainnya.
Ditargetkan pada 2019, UU JPH bisa diterapkan dan sertifikat halal bersifat
14
Dr. Sopa, M.Ag., Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: GP Press,
2013), h. 27.
65
wajib. Sanksi akan diberikan bagi perusahaan yang sudah memenuhi kriteria
namun mengulur-ngulur sertifikasi halal. Begitu pula dengan produsen yang
memalsukan kehalalan produknya dan perusahaan yang tidak konsisten
menjaga kehalalan produknya setelah disertifikasi.15
Selain melalui ideologi, budaya dan bahasa, representasi Stuart Hall juga
menggunakan kajian isi media dalam menganalisis beritanya. Menurut Stuart
Hall,media memainkan peranan penting. Media tidaklah secara sederhana
dipandang refleksi dari konsensus, tetapi media mereproduksi dan
memapankan definisi dari situasi yang mendukung dan melegitimasi suatu
struktur, mendukung suatu tindakan dan mendelegitimasi tindakan lain.16
Dalam berita “Terkepung Obat-obatan Haram” di Liputan Utama H-TV,
mencerminkan bahwa H-TV adalah media Islam yang ingin memberikan
makna-makna dan nilai-nilai keislaman dibalik berita-berita yang disajikan. H-
TV mengawali berita dengan wawancara dengan Menteri Kesehatan Nafsiyah
Mboi yang mengemukakan bahwa penggunaan obat-obatan haram boleh
dikonsumsi jika keadaaan darurat. Wacana dari Menkes, menuai beragam
permasalahan karena obat-obatan yang mengandung bahan-bahan haram
mencakup babi, raambut manusia, alkohol, dan tulang babi yang pada dasarnya
diharamkan oleh Islam. H-TV merepresentasikan berita tersebut melalui
tayangan gambar babi dan obat yang ditampilkan di segmen 2 program Liputan
15
Fitria Rahmadianti, “Inilah Rangkuman Hasil Pengesahan UU Jaminan Produk
Halal,” artikel diakses pada 6 Oktober 2014 dari
http://food.detik.com/read/2014/09/26/185037/270271/16/901/inilah-rangkuman-hasil-
pengesahan-UU-jaminan-produk-halal 16
Eriyanto, ANALISIS WACANA: PengantarAnalisisTeks Media,
(Yogyakarta:PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 27-28.
66
Utama di H-TV. Latar belakang H-TV mengangkat tema “Terkepung Obat-
obata Haram” karena maraknya obat-obatan yang beredar banyak yang
mengandung bahan-bahan haram.
H-TV adalah media Islam yang menyuarakan suara-suara kaum
muslimin. Dalam membuat berita terutama di program berita Liputan Utama,
isi media H-TV memberitakan berita seputar dunia keIslaman dan berita yang
mendukung kebaikan umat muslim. H-TV merepresentaskan berita yang
mendukung kebaikan umat muslim, berikut wawancara peneliti dengan Surya
Facrizal Ginting, redaksi dari H-TV, yaitu sebagai berikut:
“Secara garis besar, liputan-liputan utama dari hidayatullah tv
menyampaikan berita-berita yang sifatnya, curentaffair, berita-berita yang
currentaffair , yang ga berbatas cuman masalah fiqih tapi luas dan semua
itu bisa dibahas disitu dan kita liputan utama itu ,ya harapannya karena
kita membuat suatu berita bukan membuat berita yang model yang stok ya,
bukan berita yang sport news atau berita yang hard news yang tiap hari
diliput harus muncul hari itu juga atau saat itu diliput ditampilkan besok
uda basi,ngga gitu, jadi kita bikin sifatnya produk jurnalistik yang berita ,
berita-berita berkedalaman yang manfaatnya untuk jangka waktu yang
lama , jadi bisa dibilang membuat berita-berita dokumenter ya semacam
berita-berita dokumenter.”
Representasi yang dikemukakan oleh Menteri Kesehatan menuai
berbagai kecaman dari berbagai pihak. Karena, jika obat-obatan halal dan
haram bisa diteliti kandungan dan komponen obat-obatnya halal atau haram
berarti masih ada alternatif dan solusi untuk sertifikasi halal dan haram.
Sertifikasi halal obat dilakukan oleh MUI, diteliti oleh LPPOM MUI yang
nantinya hasilnya dikeluarkan melaui fatwa MUI.
67
2. Pesan-pesan Dakwah Islam
Pesan dakwah merupakan cara berkomunikasi da‟i kepada mad‟u. Isi
pesan dakwah yang akan diteliti oleh peneliti yaitu pesan dakwah dalam
berita televisi streaming, “Terkepung Obat-obatan Haram”. Peneliti akan
menguraikan dan mengolah data dalam berita tentang obat-obatan haram
sesuai dengan kategori yang telah ditentukan yaitu akidah, syariah dan
akhlak. Pesan-pesan dakwah dibedakan menjadi tiga kategori permasalahan
pokok yaitu:
Tabel 3
Sub Kategori Pesan Dakwah
No. Kategori Sub Kategori
1. Aqidah a. Iman Kepada Allah
b. Iman Kepada Malaikat
c. Iman Kepada Kitab-kitab
d. Iman Kepada Rasul
e. Iman Kepada Hari Kiamat
f. Iman Kepada Qadha dan
Qadar
2. Syariah a. Ibadah
b. Muamalah
3. Akhlak a. Akhlak Kepada Allah
b. Akhlak Kepada Manusia
c. Akhlak Kepada Lingkungan
68
1. Pesan Akidah
Dalam berita obat-obatan halal haram, akidah diartikan sebagai suatu
kepercayaan, keyakinan dan akidah dapat disebut juga sebagai iman. H-TV
adalah media Islam yang menyampaikan berita secara jujur dan sesuai dengan
fakta. Dalam wawancara peneliti dengan narasumber Surya Fachrizal Ginting
terdapat pesan-pesan akidah yang terdapat dalam wawancara berikut:
“sebagai seorang muslim dan sebagai media Islam, prinsip utama adalah
kita yakin bahwa apa yang kita sampaikan ini semua kalau untuk tulisan
setiap huruf, setiap titik yang kita tulis kelak akan dipertanggung
jawabkan di hadapan Allah Swt. Entah itu akan dipertanggung jawabkan
di ahli kubur atau di akhirat dan kita harus, harus kita pahami bahwa kita
menulis berita bukan sekedar cuman untuk mendapatkan gelar atau untuk
mendapatkan jenjang karir atau untuk mendapatkan hadiah-hadiah
penghargaan, kewartawanan dan sebagainya. Kita hanya yakin bahwa
tugas ini yang kita buat oleh seorang wartawan yakinlah, kelak akan di
mintai pertanggung jawaban, supaya kita gak macem-macem, membuat
berita yang naudzubillah, membuat suatu berita bohong, yang penuh
dengan karangan.”
Pesan dakwah akidah terbagi menjadi beberapa sub kategori yaitu
berdasarkan enam rukun iman yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada Rasul,
Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitabnya, Iman kepada Hari kiamat dan
Iman kepada Qadha dan Qadhar. Pesan dakwah iman kepada Allah Swt.
terkandung dalam kutipan wawacara Surya Fachrizal Ginting,
“Setiap titik yang kita tulis kelak akan dipertanggung jawabkan di
hadapan Allah Swt.”
Hal ini menunjukkan bahwa setiap berita yang akan ditulis oleh
wartawan muslim agar lebih berhati-hati dan berlandaskan pada fakta yang
konkrit, tidak bohong dan tidak merugikan berbagai pihak atau salah satu
69
pihak karena setiap tulisan dan huruf yang ditulis oleh wartawan, jika kita
beriman kepada Allah Swt., maka akan di pertanggung jawabkan lagi di
hadapan Allah setiap kata yang ditulis.
Pesan dakwah yaitu iman kepada hari kiamat ditunjukkan melalui
kutipan wawancara,
“Entah itu akan dipertanggung jawabkan di ahli kubur atau di akhirat
dan kita harus, harus kita pahami bahwa kita menulis berita itu bukan
cuman sekedar untuk mendapatkan jenjang karir atau untuk mendapatkan
hadiah-hadiah penghargaan, kewartawanan dan sebagainya. Kita hanya
yakin bahwa tugas ini yang kita buat oleh seorang wartawan yakinlah,
kelak akan dimintai pertanggung jawaban.”
Pertanggung jawaban yang dimaksud dalam kutipan tersebut adalah
pertanggung jawaban berita yang disampaikan oleh wartawan pada hari
kiamat, di ahli kubur maupun di akhirat.
2. Pesan Syariah
Pesan dakwah kategori pesan syariah adalah suatu peraturan atau
hukum yang berdasarkan syariat Islam yang perlu dipatuhi segala
ketentuaannya. Sub kategori syariah adalah ibadah dan muamalah. Pesan
ibadah dalam syariah terdapat pada wawancara narasumber dengan Surya
Fachrizal Ginting,
“kalo dibilang berpihak ya dalam hal ini keberpihakan kepentingan
umat, kita berpihak kepada kepentingan umat Islam yang
direpresentasikan disini oleh MUI yang melontarkan bahwa fakta ini ada
dan orang belum banyak melakukan apa-apa untuk itu.”
Pesan ibadah dalam hal ini, adalah ibadah sosial yaitu kegiatan
interaktif antara seseorang individu dengan pihak lain yang dibarengi dengan
kesadaran diri sebagai hamba Allah Swt. Ibadah dalam konteks wawancara
70
tersebut adalah ibadah yang bertujuan untuk kemaslahatan umat yang
ditunjukkan untuk mencapai ridho Allah berupa amal saleh. Hukum Islam
sejalan dengan kemaslahatan umat (muthabiq li mashalih al-ummah)
mengingatkan adanya hukum tidak hanya untuk kepentingan hukum sendiri
melainkan untuk mengatur kehidupan manusia agar tercipta kemaslahatan
yang universal, bahkan kadang kemaslahatan umat dapat dijadikan tolak ukur
suatu hukum.17
Muamalah yaitu peraturan yang mengatur hubungan antara sesama
manusia,dalam konteks ini yang akan dibahas mengenai hukum Islam. Islam
mengharamkan obat-obatan yang belum disertifikasi kehalalannya karena
cenderung menggunakan zat-zat haram yang dilarang oleh hukum Islam yaitu
zat-zat haram yang mengandung babi dan campuran alkohol, namun Menteri
Kesehatan Nafsiyah Mboi mengungkapkan pernyataan dalam video
“Terkepung Obat-obatan Haram”, bahwa obat-obatan yang belum
disertifikasi halal sulit dalam prosedur sertifikasi halal sehingga obat-obatan
yang belum tersertifikasi halal, boleh hukumnya digunakan dalam keadaaan
darurat. Hukum Islam menganut hukum kausalitas (sababiyah) yakni adanya
sesuatu disebabkan sesuatu pula. Maraknya obat-obatan haram yang beredar
di Indonesia dikarenakan sulitnya sertifikasi kehalalan obat dan Peraturan
Pemerintah No.69/1999 pasal 11 ayat 1 dinyatakan bahwa pencantuman pada
17
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana,
2005), h. 291.
71
tulisan halal, “bersifat sukarela”.18 Sehingga produsen obat hanya kurang dari
1% yang mendaftarkan sertifikasi halal.
3. Pesan Akhlak
Akhlak berarti budi pekerti, etika dan moral. Akhlak terbagi menjadi
tiga kategori yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak
kepada hewan dan tumbuhan. Akhlak kepada Allah ditunjukkan dengan
mempertanggung jawabkan segala perbuatan di hadapan Allah, seperti yang
dikemukakan oleh Surya Fachrizal Ginting. Akhlak kepada manusia
tergambar pada narasi berita obat-obatan haram, yaitu:
“Ketua MUI, Ma‟ruf Amin mengatakan mengkonsumsi obat-
obatan halal adalah kewajiban dalam Islam sehingga pemerintah wajib
menyediakannya.”
Akhlak kepada manusia dengan cara bertoleransi, adil, saling tolong
menolong, dan saling menghargai.
B. Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Pada Berita Obat-obatan Haram
H-TV dalam menayangkan beritanya dan menjalankan kinerja
jurnalistik berpedoman kepada nilai-nilai jurnalisme profetik. Jurnalisme
profetik yaitu suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya melaporkan berita dan
masalah secara lengkap, jelas, jujur, serta aktual tetapi juga memberikan
prediksi serta petunjuk ke arah perubahan, transformasi, berdasarkan cita-cita
etik dan profetik islam. Ia menjadi jurnalisme yang secara sadar dan
18
Dr. Sopa, M.Ag., Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: GP
Press, 2013), h. 27.
72
bertanggungjawab memuat kandungan nilai-nilai dan cita islam.19
Berikut
akan dipaparkan nilai-nilai jurnalisme profetik yang terkandung dalam
wawancara narasumber, yaitu :
Tabel 5
Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Pada Pesan Obat-obatan Halal dan Haram
No. Narasumber Shidiq Amanah Tabligh Fathanah
1. Menteri
Kesehatan,
Nafsiyah
Mboi, obat
haram boleh
digunakan
dalam keadaan
darurat
Tidak
berdasar
pada fakta
Tidak
berdasar
pada dalil
yang kuat
Informasi
diragukan
Tidak
memberikan
solusi
dalam
situasi yang
sedang
terjadi
2. Ketua MUI,
Ma‟ruf Amin,
MUI
menyesatkan
Berdasar
pada fakta
Berdasar
fakta yang
dapat
dipercaya
Fakta yang
disampaikan
berdasarkan
kewajiban
dalam Islam
Pernyataan
sesuai
dengan
solusi yang
dibutuhkan
umat
muslim
19
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil
Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdaakarya, 2003), h. 35.
73
3. Konsumen,
Lie
Informasi
sesuai fakta
Sumber
yang jelas
yaitu obat-
obatan
- Konsumen
tidak
mengetahui
obat yang
haram dan
halal yang
dijual di
pasaran
4. Pedagang,
Evaldi
Informasi
yang
kurang
jelas
mengenai
status obat
halal dan
haram
Informasi
sesuai
dengan
brosur obat
saja
- Pedagang
butuh status
kejelasan
obat halal
dan haram
5. Guru Besar
Universitas
Yarsi, Prof.
Jurnalis Udin
Informasi
berdasar
keadaan di
lapangan
Informasi
berdasar
data
Sesuai
dengan
kebenaran
Dikaitkan
dengan
konteks
pentingnya
obat-obatan
halal dan
haram
74
6. Ketua PB IDI,
Zaenal Abidin
Informasi
sesuai fakta
Informasi
sesuai
dengan
pernyataan
Prof.
Jurnalis
Udin
Dokter
butuh
kejelasan
status obat
halal dan
haram
Pernyataan
sesuai
dengan apa
yang
dibutuhkan
dokter
7. Ketua LPPOM
MUI,
Lukmanul
Hakim
Pernyataan
sesuai
dengan
fakta
Pernyataan
dibantu
dengan PP
no.69/1999
pasal 11
ayat 1
Berdasar
kebenaran
di lapangan
Pernyataan
sesuai
dengan
yang
dibutuhkan
oleh umat
muslim,
yaitu
sertifikasi
halal obat
Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi, menyampaikan informasi yang
diragukan karena tidak berdasar pada dalil yang kuat. Setiap obat-obatan perlu
di sertifikasi halal karena hak konsumen untuk mendapatkan produk-produk
obat yang halal namun Menkes cenderung menghalalkan obat yang haram
karena alasan darurat. Darurat ketika tidak alternatif obat yang lain namun jika
75
masih ada solusi atas obat yang haram berarti belum dikatakan darurat.
Pernyataan Menkes belum sesuai dengan nilai jurnalisme profetik shidiq,
amanah, tabligh dan fathanah.
Ketua MUI, Ma‟ruf Amin tidak menyetujui pernyataan dari Menkes
karena dinilai menyesatkan. Menurut, MUI warga muslim wajib mengonsumsi
obat yang halal karena sesuai dengan kewajiban Islam. Sertifikasi halal perlu
dilakukan agar umat muslim dapat mengonsumsi obat yang halal dan haram
bukan mengkategorikan obat yang haram ke halal karena alasan darurat.
Pedagang dan konsumen membutuhkan fakta dan status yang jelas
mengenai obat yang halal dan haram agar konsumen memiliki pilihan status
yang jelas. Prof. Jurnalis Udin mengungkapkan 99% dokter tidak mengetahui
kejelasan status obat yang halal dan haram sehingga perlu dilakukan sertifikasi
halal.
H-TV adalah media Islam sehingga implementasi kerja jurnalistiknya
berdasarkan sifat-sifat nabi, yaitu Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.
Berikut petikan wawancara peneliti dengan Surya Fachrizal Ginting, redaksi
dari H-TV:
“yang jelas kita berusaha sebagai wartawan dari media Islam dan kita
sebagai wartawan muslim, pertama dalam membuat berita ya jujur,
kejujuran dan kita menyampaikan kepada pembaca atau audiens dari
pembaca kita ya , kita menyajikan berita-berita yang faktual, tidak bohong
dan kita berusaha memberikan yan pertama, faktual dan selain faktual kita
juga memberikan kepada mereka informasi yang membuat mereka menjadi
paham dan bukan cuman sekedar tahu tapi juga paham tentang suatu realitas
dan harapannya ya dengan pengetahuan mereka bisa menjadi ilmu yang
bermanfaat bagi hidup di dunia dan di akhirat. “
76
a. Shiddiq
Shidiq artinya benar, yakni menginformasikan yang benar saja dan
membela serta menegakkan kebenaran itu. Standar kebenarannya tentu saja
kesesuaian dengan ajaran islam (Al-Quran dan As-Sunnah).Seperti pada
kutipan wawancara peneliti dengan Surya Fachrizal Ginting selaku redaksi dari
H-TV :
“kita pertama memberitahukan kepada masyarakat bahwa halal haram itu
bukan cuman sekedar masalah makanan tapi juga masalah obat-obatan
gitu dan ternyata obat-obatan yang realitanya banyak obat-obatan yang
beredar sekarang ini belum tersertifikasi halal. Mayoritasdariobat-
obatanmemangberpotensiberpeluangbesarmengandungzat haram danitu
yang ingin saya sampaikan kepada umat bahwa banyak obat-obatan yang
kita pakai sekarang, yang dipakai atau yang beredar di warung itu banyak
mengandung bahan-bahan yang berpeluang besar mengandung unsur
haram.”
H-TV dalam memberikan pernyataan tersebut juga berdasarkan fakta
yang benar dan terpercaya yaitu dengan menampilkan petikan wawancara
dengan Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika
Majelis Ulama Indonesia Lukmanul Hakim dalam segmen dua video H-TV.
“Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, obat-obatan dan kosmetika
Majelis Ulama Indonesia atau LPPOM MUI Lukmanul Hakim,
mengatakan jumlah obat yang tersertifikasi halal masih dibawah satu
persen katanya tiga puluh ribu produk obat yang diproduksi hanya dua
puluh dua produk obat saja yang telag lulus uji halal, kata Lukman,
rendahnya angka tersebut karena sertifikasi halal belum diwajibkan oleh
pemerintah.”
Hal ini menunjukkan H-TV dalam penayangannya mengandung nilai-nilai
jurnalisme profetik yaitu shiddiq karena beritanya sesuai benar dan berdasarkan
77
fakta, seperti yang dikemukakan oleh Lukmanul Hakim dan berdasar pada fakta
yang ada di lapangan.
b. Amanah
Amanah artinya terpercaya, dapat dipercaya, karenanya tidak boleh
berdusta, memanipulasi atau mendistorsi fakta dan sebagainya. Dalam
memberitakan tentang obat-obatan haam H-TV mewawancarai lima narasumber
yaitu Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia (LPPOM-MUI), Lukmanul Hakim, Anggota Dewan Syariah
Nasional, Muhaimin Iqbal, Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI),
Zaenal Abidin, Menteri Kesehatan, Nafsiyah Mboi dan Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Ma‟ruf Amin. Sehingga beritanya mempunyai nilai yang
jurnalisme profertik yang dapat dipercaya.
c. Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan, yakni menginformasikan kebenaran,
bukan malah memutarbalikkan kebenaran. Pernyataan Menteri Kesehatan
Nafsiyah Mboi tentang bolehnya penggunaan obat-obatan haram karena darurat
di patahkan oleh pernyataan ketua MUI Ma‟ruf Amin yang mewajibkan
masyaakat muslim mengkonsumsi obat-obatan halal.
Menkes yang mengemukakan pernyataan seperti itu, meresahkan
masyarakat muslim, karena dengan sedikitnya obat-obatan haram yang beredar
di Indonesia, Menkes seharusnya memperbanyak obat yang disertifikasi halal.
Ketua MUI, Ma‟ruf Amin memberikan pernyataan sebagai berikut:
78
“(Wawancara dengan Ketua MUI Ma‟ruf Amin) jadi jangan sampai
tidak perlu ada sertifikat halal/kalau ada pernyataan seperti itu dari menkes
itu menyesatkan namanya.”
MUI menilai pernyataan Menkes yang menyesatkan akan berdampak
terhadap kurangnya sertifikasi halal obat sehingga pemerintah wajib
memberikan fasilitas yang memadai agar sertifikasi halal tidak dipersulit dan
menjadi kewajiban. H-TV menjelaskan persoalan tentang obat-obatan haram
berdasarkan fakta dan tidak memutarbalikkan fakta namun memperkuat fakta
yang lain dengan pernyataan dari berbagai narasumber yang diwawancarai oleh
H-TV. Selain ketua MUI, Direktur LPPOM MUI , Lukmanul Hakim juga
memberikan pernyataan di segmen dua berita “Terkepung Obat-obatan
Haram”, sebagai berikut:
“Kalau dilihat dari yang beredar, memang tidak sampai satu persen
yang mengejutkan ternyata obat yang diregistrasi di badan POM, akibat
apa? Akibat dari sifat sertifikasi kita yang sukarela, kemudian dan juga
akibat pemahaman –pemahaman terhadap yang tidak tepat penggunaan
obat-obatan yang dikategorikan sebagai darurat yang sebenarnya tidak
tepat seperti itu kan. Hampir semua ada di tiga jenis olahan ya, pangan
obat dan kosmetika. Titik kritisnya hampir sama gitu kan kalau di produk
bahan baku alami maksudnya tentu disitu, kalau di hewani, hewannya apa?
Penyembelihannya seperti apa? Kalau bahan bakunya sekarang mikro
biologi prodak selain kemudian apa namanya? bahan bakunya alami,
medianya seperti apa? Bagaimana mendapatkan media itu? apakah media
pertumbuhan bakterinya itu adalah media yang dari babi atau produk yang
bersentuhan dengan babi? Nah seperti itu semua ada di tiga jenis itu
pangan, obat dan kosmetika?”
79
Pernyataan dari Lukmanul Hakim, Direktur LPPOM MUI menjelaskan
karena sertifikasi halal yang bersifat sukarela sehingga sertifikasi halal kurang
diperhatikan oleh produsen obat. Hal ini juga tertulis pada Peraturan
Pemerintah No.69/1999 pasal 11 ayat 1 yang menyatakan bahwa pencantuman
tulisan halal pada dasarnya “bersifat sukarela” ketentuan ini sejalan dengan
ketentuan sebelumnya yaitu penjelasan pasal 10 ayat 1 yang menyatakan
bahwa pencantuman keterangan halal atau tulisan “halal” pada label pangan
merupakan “kewajiban” apabila pihak yang memproduksi dan atau
memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia menyatakan (mengklaim)
bahwa produknya halal bagi umat Islam.20 Namun, pada tanggal 25 September
2014, rapat paripurna DPR memutuskan untuk membuat Undang Undang
Jaminan Produk Halal (UU JPH) yang mewajibkan sertifikasi halal obat bagi
semua produsen.
d. Fathonah
Fathonah artinya cerdas dan berwawasan luas. H-TV dalam
memberitakan suatu masalah mengambil kasus yang sedang hangat dan
bermanfaat untuk kebaikan umat seperti kasus tentang obat-obatan haram yang
semakin marak di pasaran. Berikut wawancara peneliti dengan Surya Fachrizal
Ginting, redaksi dari H-TV :
“kita ambil pokok bahasan itu karena dia bisa banyak
kepentingannya untuk umat Islam dan info soal halal haram khususnya
obat, termasuk obat, kosmetika itu kan bisa dipakai kapan aja, jadi kita
paket itu. Isunya gak cepet basi dan waktu itu memang ada, kalau
20
Dr. Sopa, M. Ag., Sertifikasi Halal dan Majelis Ulama Indonesia, (GP Press:
Jakarta, 2013), h. 5.
80
dalam pemberitaan itu ada yang namanya istilahnya „peg‟ atau bisa
dibilang cantolan ataupun latar belakang. Alasan kita ngambil tema itu
karena itu bertepatan awal tahun LPPOM MUI membuat suatu
gebrakan kepada masyarakat bahwa banyak obat-obatan yang belum
tersertifikasi halal.”
H-TV mengambil kasus tentang obat-obatan haram karena bertepatan
dengan pernyataan LPPOM MUI tentang maraknya obat-obatan halal yang
beredar di Indonesia. Sehingga sesuai dengan sifat kenabian yaitu fathonah
yaitu cerdas dan berwawasan luas karena H-TV mengambil berita yang
bermanfaat bagi umat Islam.
Berdasarkan tabel 2 yang menjelaskan tentang representasi pesan obat
halal dan haram, wacana yang di ungkap oleh Menteri Kesehatan, Nafsiyah
Mboi adalah zat-zat yang tidak halal banyak, karena banyaknya obat yang
beredar di Indonesia menyebabkan tidak perlu dilakukannya sertifikasi halal
melalui LPPOM MUI. Menteri Kesehatan membedakan vaksin dan makanan
padahal vaksin merupakan produk pangan yang dimasukkan ke dalam tubuh.
Lalu wacana obat banyak berasal dari luar negeri, Menkes menilai obat yang
berasal dari sulit untuk dilakukan sertifikasi halal padahal diantara banyaknya
obat bisa di random secara sistematik obat mana yang mau di uji. Wacana
Menkes yang membolehkan obat-obatan haram boleh di konsumsi dalam
keadaan darurat. Namun, wacana obat yang darurat sampai kapan akan terus
berlanjut karena konsumen obat membutuhkan status kejelasan halal dan
haram obat. Direktur LPPOM MUI menyatakan bahwa obat yang disertifikasi
bersifat sukarela sesuai dengan PP no.69/1999 pasal 11 ayat 1. Namun, pada
81
tanggal 25 September 2014, rapat paripurna DPR menghasilkan Undang
Undang Jaminan Produk Halal (UU JPH) yang mewajibkan sertifikasi halal
bagi semua obat yang beredar di Indonesia.
Pada tabel 5 yang membahas tentang nilai-nilai jurnalisme profetik
pada pesan obat-obatan halal dan haram, Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi
tidak mencerminkan nilai-nilai jurnalisme profetik dalam pernyataannya, yaitu
shidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Ketua MUI, Ma‟ruf Amin memaparkan
bahwa pernyataan MUI tentang keadaan darurat obat haram itu menyesatkan.
Pernyataan MUI berdasarkan pada fakta dalil Al-quran, sesuai dengan nilai-
nilai syariat Islam dan sesuai dengan nilai-nilai jurnalisme profetik yaitu
shidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Prof. Jurnalis Udin mengungkapkan
fakta yang dapat dipercaya bahwa 99 % dokter tidak mengetahui tentang status
kejelasan halal dan haram obat, hal ini di ungkapkan pula oleh fakta dari Ketua
PB IDI, Zaenal Abidin yang mengungkapkan bahwa dokter membutuhkan
status kejelasan halal dan haram obat agar bisa memberikan pilihan kepada
pasien. Ketua LPPOM MUI, memaparkan fakta bahwa sertifikasi halal itu
bersifat sukarela sesuai dengan PP no.69/1999 pasal 11 ayat 1.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis data tabel yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya tentang representasi pesan obat halal dan haram, menjelaskan
bahwa Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi memberikan pernyataan tentang
bolehnya obat haram dikonsumsi karena keadaan darurat tidak berdasar pada
dalil yang jelas. Darurat obat jika tidak ada alternatif pilihan obat yang lain
dan jika tidak dikonsumsi akan mengakibatkan kematian dan cacat fisik
maupun mental. Namun obat yang beredar di Indonesia ada 30.000 produk
obat dan hanya 22 produk saja yang sudah disertifikasi halal. Menkes menilai
sulitnya sertifikasi halal menyebabkan keterlambatan penanganan pasien jika
obat disertifikasi terlebih dahulu namun konsumen wajib untuk mengonsumsi
obat-obatan yang halal dan merupakan kewajiban bagi umat Islam untuk
mengonsumsi obat-obatan yang halal. Ketua MUI, Ma’ruf Amin menilai
pernyataan Menkes itu salah yang direpresentasikan melalui wacana bahwa
Menkes menyesatkan. Pedagang dan konsumen memerlukan sertifikasi halal
obat agar konsumen dan pedagang dapat memilih obat apa saja yang dapat di
konsumsi dan dijamin kehalalannya. Namun, yang mencengangkan adalah
99% dokter tidak mengetahui obat-obatan yang tersertifikasi halal sehingga
dokter membutuhkan status halal dan haram obat. Ketua LPPOM MUI,
menjelaskan bahwa sertifikasi halal yang bersifat sukarela membuat obat
yang haram masih banyak yang beredar di pasaran. Namun pada tanggal 25
83
September 2014, rapat paripurna DPR membuat rancangan Undang Undang
Jaminan Produk Halal (UU JPH) yang mewajibkan sertifikasi halal bagi
semua produk obat.
Nilai-nilai jurnalisme profetik tidak terkandung dalam pernyataan
Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi, Menkes tidak mencerminkan nilai shidiq,
amanah, fathanah dan tabligh dalam pernyataan bahwa obat haram boleh di
konsumsi karena keadaan darurat. Ketua MUI Ma’ruf Amin menilai, Menkes
tidak memberikan pernyataan sesuai dengan alasan dan dalil yang tepat
sehingga diragukan kebenarannya. Ma’ruf memberikan pernyataan
berdasarkan fakta dan data serta bersumber dari Al-quran sehingga sesuai
dengan nilai jurnalisme profetik yaitu shidiq, amanah dan fathanah. Secara
keseluruhan narasumber kecuali Menteri Kesehatan, Nafsiyah Mboi
merepresentasikan nilai-nilai jurnalisme profetik yaitu shidiq, amanah,
tabligh dan fathanah.
B. Saran
1. Hidayatullah TV sebagai media islam yang menayangkan berita melalui
televisi streaming, diharapkan dapat menyajikan berita yang lebih
berimbang, memberikan ruang yang cukup untuk berbagai pihak dan
mengutamakan fakta dan keakuratan dalam membuat suatu berita yang
bermanfaat bagi kebaikan seluruh umat.
2. Hidayatullah sebagai televisi streaming Islam agar tayangan Liputan
Utama di tambahkan jumlah hari penayangannya dari 2 kali seminggu
menjadi tayang setiap hari.
84
3. Masyarakat harus kritis dalam memilih obat yang akan dikonsumsi apakah
mengandung bahan yang halal dan haram agar sertifikasi halal lebih
diperhatikan oleh pemerintah bila ada laporan dari masyarakat.
85
DAFTAR PUSTAKA
Adi Sasmito, Wiku. “Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM Dalam
Labeling Obat dan Makanan.” Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, 4 Oktober 2014, h.7.
Al-Wa’iy, Dr. Taufik. Dakwah ke Jalan Allah. Jakarta: Robbani Pers, 2010.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2006
Djamaris, Zainal Arifin. Islam Aqidah dan Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 1996.
Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta, PT.
LKiS Printing Cemerlang, 2011.
Fachruddin, Andi. Dasar-dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012.
Fahmi, Nur. “Hak Atas Kehalalan Produk Makanan, Minuman, Obat-obatan dan
Kosmetik Bagi Umat Islam di Indonesia”. Skripsi S1 Fakultas Hukum,
Universitas Indonesia, 2011.
Febriani, Risna. “Ideologi Islam”. Artikel diakses pada 4 Oktober 2014 dari
blog.ub.ac.id/risnafebryani/2012/06/07/ideologi-Islam
FM, “BPJS Beroperasi, Quo Vadis Obat Halal.” Artikel diakses pada 4 Oktober
2014 dari http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil page/8/1859
Ginting, Surya Fachrizal. “Terkepung Obat-obatan Haram.” Artikel diakses pada
22 April 2014 dari m.hidayatullah.com/video/terkepung-obat-obatan-
haram-2.html
Ginting, Surya Fachrizal. “Ahlan Wa Sahlan Hidayatullah TV.” Artikel diakses
pada 22 April 2014 dari m.hidayatullah.com/video/ahlan-wa-sahlan-
hidayatullah-tv.html
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Halal, Jurnal. “Bahan Haram Dalam Obat.” Artikel diakses pada 17 September
2014 dari
http:/www.halalmui.org/newMUI/index.php./detil_page/11/375/30
86
Hall, Stuart. Dkk. Budaya, Media, Bahasa. Yogyakarta : Jalasutra, 2011.
Harahap M.si, Arifin. Teknik Memburu dan Menulis Berita TV. Jakarta: PT
Indeks, 2007.
Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Iwan. “Dakwah Melalui Media Televisi: Analisis Program Cahaya di TPI”.
Skripsi SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media
Group: Jakarta, 2012.
Mahmud, Farid,. “BPJS Beroperasi, Qua Vadis Obat Halal.” Artikel di akses pada
17 September 2014,
www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/11/1863
Majelis Ulama Indonesia, “Daftar Belanja Produk Halal.” Artikel diakses pada 6
Oktober 2014 dari
www.halalmui.org/images/stories/pdf/LSH/produkhalal.pdf
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
Muhaimin. Dkk. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana, 2005.
Mulyana, Deddy.. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
M.Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Dakwah: Visi, Misi Dakwah Bil Qalam.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.
Nurbowo. “Sertifikasi Halal Mahal? Ternyata Murah.” Artikel diakses pada 6
Oktober 2014 dari http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil
page/ 8/1982
Qhardawi, Yusuf Muhammad Syekh. Halal dan Haram Dalam Islam. Jakarta: PT.
Binailmu, 1993.
Rahmadianti, Fitria. “Inilah Rangkuman Hasil Pengesahan UU Jaminan Produk
Halal.” Artikel diakses pada 6 Oktober 2014 dari
http://food.detik.com/read/2014/09/26/185037/270271/16/901/inilah-
rangkuman-hasil-pengesahan-UU-jaminan-produk-halal
87
S Herlinda. “Analisis Data dan Pengumpulan Data Kualitatif.” eprints.unsri.ac.id,
2010. h. 77-80.
Santana K, Septiawan, Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2005.
Sihabudin, Ahmad. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Syahputra, Iswandi. Komunikasi Profetik: Konsep dan Pendekatan. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007.
Sopa, Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia. Jakarta: GP Press, 2013.
Suhaemi M.si dan Nasrullah, Rulli M.si. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2008.
Tamamy, Ahmad. “Program Dakwah Islam di Televisi Komunitas Palmerah”.
Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Jakarta: Kalam Indonesia, 2005.
Vivian, Jhon. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
DOKUMENTASI WAWANCARA
Dokumentasi Wawancara dengan Redaksi Hidayatullah TV, Surya Fachrizal
Ginting.
NASKAH BERITA
Program Berita : LIPUTAN UTAMA
Judul Berita : “Terkepung Obat-obatan Haram”
Media : Hidayatullah TV
SEGMEN 1
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA/NAFISYAH
MBOI/MENGAKUI OBAT-OBATAN YANG BEREDAR DI INDONESIA
BANYAK MENGANDUNG ZAT-ZAT YANG TIDAK HALAL/KARENA
ITU/MENKES MENILAI SERTIFIKASI HALAL UNTUK PRODUK-PRODUK
FARMASI TERMASUK OBAT TIDAK PERLU DILAKUKAN//
(WAWANCARA DENGAN MENTERI KESEHATAN/NAFSIYAH MBOI)
UNTUK SEMENTARA KAMI MENGUSULKAN SUPAYA OBAT DAN
VAKSIN DI INI DULU DEH DIPISAHKAN DULU/DIBEDAKAN DULU
DARI MAKANAN DAN MINUMAN/ITU SAJA YANG KITA USULKAN
DULU SEKARANG//
MENKES MENAMBAHKAN MAYORITAS BAHAN BAKU OBAT
BERASAL DARI LUAR NEGERI SEHINGGA KEHALALAN AKAN SULIT
DILAKSANAKAN/KARENA KONDISI DARURAT MENKES MENILAI
OBAT-OBATAN BERBAHAN HARAM TERSEBUT BOLEH SAJA
DIGUNAKAN//
(WAWANCARA DENGAN MENTERI KESEHATAN/NAFSIYAH MBOI)
OBAT-OBATAN DAN YAH/SEBAB KALAU SEKARANG MISALNYA ITU
MELALUI PEMERIKSAAN GIMANA/SERTIFIKASINYA GIMANA DAN
SEBAGAINYA/SEDANGKAN PASIEN MEMBUTUHKAN GIMANA//
MAJELIS ULAMA INDONESIA ATAU MUI MENILAI MENKES TELAH
MEMBUAT PERTANYAAN YANG MENYESATKAN//
(WAWANCARA DENGAN KETUA MUI MA’RUF AMIN) JADI JANGAN
SAMPAI TIDAK PERLU ADA SERTIFIKAT HALAL/KALAU ADA
PERNYATAAN SEPERTI ITU DARI MENKES ITU MENYESATKAN
NAMANYA//
KETUA MUI, MA’RUF AMIN MENGATAKAN MENGKONSUMSI OBAT-
OBATAN HALAL ADALAH KEWAJIBAN DALAM ISLAM SEHINGGA
PEMERINTAH JUGA WAJIB MENYEDIAKANNYA//BERAPA BANYAK
OBAT YANG TERCEMAR ZAT HARAM?//JENIS OBAT SAJA YANG
POTENSIAL MENGANDUNG ZAT-ZAT HARAM?//APA SAJA SYARAT
YANG MENJADIKAN OBAT BERBAHAN HARAM BOLEH DIKONSUMSI
KARENA DARURAT?//LALU SIAPA PIHAK YANG BERHAK
MENYATAKAN OBAT BERBAHAN HARAM BOLEH DIKONSUMSI
KARENA DARURAT?//LALU SIAPA PIHAK YANG BERHAK
MENYATAKAN OBAT BERBAHAN HARAM BOLEH DIPAKAI KARENA
DARURAT?//SIMAK TERUS LIPUTAN UTAMA HIDAYATULLAH TV
KALI INI//
SEGMEN 2
(PERTANYAAN DI LAYAR TELEVISI/APAKAH ANDA YAKIN OBAT
YANG BEREDAR DI INDONESIA DIJAMIN HALAL?//)
(WAWANCARA PENGUNJUNG TOKO OBAT PASAR
PRAMUKA/LIE)PERCAYA GA PERCAYA BANGET/JADI KITA HARUS
LEBIH TELITI YA/JADI YA YANG SAYA BILANG TADI HARUS
TELITI/KAN KITA GA TAU MANA YANG HALAL/MANA YANG
HARAM/MAKANYA SAYA LIAT BROSURNYA DULU/DIBUKA DULU
DALAMNYA//
(PERTANYAAN DI LAYAR TELEVISI/ANDA TAHU STATUS HALAL
HARAM OBAT-OBATAN YANG BEREDAR DI INDONESIA?//)
(WAWANCARA EVALDI/SEKERTARIS HIMPUNAN PEDAGANG
FARMASI PASAR PRAMUKA) BAGI KAMI GA PERNAH MENGETAHU
YANG SEPERTI ITU/ ITU URUSANNYA DENGAN DEPKES DAN
MEREKALAH YANG MEMBERIKAN IZINNYA BAGAIMANA MEREKA
SERTIFIKASINYA ITU URUSAN MEREKA DAN KAMI HANYA
PEDAGANG/MENJUAL/DAN MEMBELI//
(WAWANCARA PEDAGANG OBAT HERBAL/FITRI)KURANG TAU SIH
KALO KAYA GITU/IYA SOALNYA KAN RATA-RATA KALAU DI OBAT
ITU TULISANNYA LATIN JADI KITA KURANG BEGITU NGERTI//
STATUS HALAL HARAM PRODUK OBAT DI INDONESIA MEMANG
SULIT DIKETAHUI/JANGANKAN MASYARAKAT AWAM/PARA
DOKTER PUN SANGAT SEDIKIT YANG MENGETAHUI TENTANG HAL
INI/PADA TAHUN 2008/GURU BESAR FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI PROF.JURNALIS UDIN MENGUNGKAPKAN
SEMBILAN PULUH SEMBILAN PERSEN DOKTER DI INDONESIA TIDAK
TAHU AKAN BANYAKNYA BAHAN-BAHAN HARAM YANG ADA PADA
OBAT-OBATAN/KARENA DOKTER CUMAN TAHU TENTANG BAHAN
AKTIF OBAT/KHASIAT OBAT/INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
OBAT/EFEK SAMPING/DOSIS DAN KEMASAN OBAT SAJA//IKATAN
DOKTER INDONESIA ATAU IDI JUGA MENGETAHUI HAL
TERSEBUT/KETUA PENGURUS BESAR IDI/ZAINAL ABIDIN
MENGATAKAN DOKTER MEMBUTUHKAN KEJELASAN STATUS
HALAL HARAN OBAT AGAR BISA MEMBERIKAN PILIHAN KEPADA
PASIEN//
(WAWANCARA KETUA UMUM PB IDI/ZAENAL ABIDIN) MEMANG
TIDAK MENGETAHUI JADI KITA PERLU INFORMASI TENTANG
PRODUSEN OBAT ITU/KAMI HANYA MENGGUNAKAN SEPERTI JUGA
MUNGKIN TINGKATANNYA LEBIH SEDIKIT SAJA DIBANDINGKAN
MASYARAKAT PASIEN/KALO DOKTER SAJA TIDAK MENGETAHUI
GIMANA MEMBERITAHUKAN KEPADA PASIENNYA ITU MENURUT
SAYA APA YANG DISAMPAIKAN PAK DR/JURNALIS ITU BETUL DAN
KAMI DOKTER JUGA MEMBUTUHKAN TAPI MEMBERIKAN
PENJELASAN/MEMBERIKAN ALTERNATIF BAGI PASIEN//
DIREKTUR LEMBAGA PENGKAJIAN PANGAN/OBAT-OBATAN DAN
KOSMETIKA MAJELIS ULAMA INDONESIA ATAU LPPOM MUI
LUKMANUL HAKIM MENGATAKAN JUMLAH OBAT YANG
TERSERTIFIKASI HALAL MASIH DIBAWAH SATU PERSEN KATANYA
TIGA PULUH RIBU PRODUK OBAT YANG DIPRODUKSI HANYA DUA
PULUH DUA PRODUK OBAT SAJA YANG TELAG LULUS UJI
HALAL/KATA LUKMAN/RENDAHNYA ANGKA TERSEBUT KARENA
SERTIFIKASI HALAL BELUM DIWAJIBKAN OLEH PEMERINTAH//
(WAWANCARA DIREKTUR LPPOM MUI/LUKMANUL HAKIM)KALAU
DILIHAT DARI YANG BEREDAR/MEMANG TIDAK SAMPAI SATU
PERSEN YANG MENGEJUTKAN TERNYATA OBAT YANG
DIREGISTRASI DI BADAN POM//AKIBAT APA?// AKIBAT DARI SIFAT
SERTIFIKASI KITA YANG SUKARELA/KEMUDIA DAN JUGA AKIBAT
PEMAHAMAN –PEMAHAMAN TERHADAP YANG TIDAK TEPAT
PENGGUNAAN OBAT-BATAN YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI
DARURAT YANG SEBENARNYA TIDAK TEPAT SEPERTI ITU
KAN/HAMPIR SEMUA ADA DI TIGA JENIS OLAHAN YA/PANGAN
/OBAT DAN KOSMETIKA/TITIK KRITISNYA HAMPIR SAMA GITU KAN
KALAU DI PRODUK BAHAN BAKU ALAMI MAKSUDNYA TENTU
DISITU/KALAU DI HEWANI/HEWANNYA APA/PENYEMBELIHANNYA
SEPERTI APA/KALAU BAHAN BAKUNYA SEKARANG MIKRO BIOLOGI
PRODAK SELAIN KEMUDIAN APA NAMANYA/BAHAN BAKUNYA
ALAMI/MEDIANYA SEPERTI APA?// BAGAIMANA MENDAPATKAN
MEDIA ITU?// APAKAH MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERINYA ITU
ADALAH MEDIA YANG DARI BBI ATAU PRODUK YANG
BERSENTUHAN DENGAN BABI/NAH SEPERTI ITU SEMUA ADA DI
TIGA JENIS ITU/PANGAN/OBAT DAN KOSMETIKA//
SEMUA JENIS OBAT BERPELUANG BESAR TERCAMPUR ZAT
HARAMNYA/BAIK ITU KAPSUL/PIL TABLET/VAKSIN/SERUM/BAHKAN
VITAMIN/DARI YANG DIJUAL DI APOTIK/HINGGA KE WARUNG
PINGGIR JALAN//
(WAWANCARA DIREKTUR LPPOM MUI, LUKMANUL
HAKIM)SAMA/OBAT YANG GENERIK ATAUPUN OBAT PATEN ITU
MEMILIKI PELUANG YANG SAMA/KARENA APA/KARENA BAHAN
BAKU ITU DIIMPOR SEMBILAN PULUH PERSEN DARI LUAR NEGERI
DAN METODE CARA MENDAPATKAN BAHAN BAKU ADALAH
DENGAN SINTETIKA KIMIA/BISA JADI APA AMANYA/SINTESIS DARI
ALAMI/MISALNYA MIKRO BIOLOGI/SEPERTI ITU// MESKI BAHAN
BAKU OBAT BEGITU KOMPLEKS DA BERASAL DARI DI LUAR
NEGERI/LPPOM MUI MENGAKU SIAP MENGAUDIT SETIAP JENIS OBAT
YANG BEREDAR//
(WAWANCARA DIREKTUR LPPOM MUI, LUKMANUL HAKIM)
IYA/KITA SIAP PENGETAHUAN APA NAMANYA SAINS DAN
TEKNOLOGI UNTUK DUA TIGA KELOMPOK ITU JUGA SUDAH SIAP//