i
KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) HASIL
INDUKSI MUTASI DENGAN SODIUM AZIDA PADA TANAH SALIN
SKRIPSI
Oleh:
NURUL FAJRIYAH
PROGRAM STUDI S1 AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
ii
KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) HASIL
INDUKSI MUTASI DENGAN SODIUM AZIDA PADA TANAH SALIN
Oleh
NURUL FAJRIYAH
NIM : 23030113140036
Salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi S1 Agroekoteknologi
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
PROGRAM STUDI S1 AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA AKHIR
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Nurul Fajriyah
NIM : 23030113140036
Program Studi : S1-Agroekoteknologi
Dengan ini menyatakan sebagai berikut :
1. Skripsi yang berjudul : Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max (L.)
Merrill) Hasil Induksi Mutasi dengan Sodium Azida pada Tanah Salin
dan penelitian yang terkait merupakan karya penulis sendiri.
2. Setiap ide atau kutipan dari karya orang lain berupa publikasi atau bentuk
lainnya dalam karya ilmiah ini, telah diakui sesuai dengan standar prosedur
disiplin ilmu.
3. Penulis juga mengakui bahwa karya akhir ini dapat dihasilkan berkat
bimbingan dan dukungan penuh dari pembimbing yaitu :
Ir. Karno, M. Appl, Sc., Ph.D dan Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc.
Apabila dikemudian hari dalam skripsi ini ditentukan hal-hal yang menunjukkan
telah dilakukannya kecurangan akademik maka penulis bersedia gelar akademik
saya yang telah saya dapatkan ditarik sesuai dengan ketentuan Program Studi S1-
Agroekoteknologi Fakultas Peternakan dan Pertanian Unversitas Diponegoro.
Semarang, Januari 2018
Penulis
Nurul Fajriyah
Mengetahui,
Pembimbing Utama
Ir. Karno, M.Appl, Sc., Ph.D.
NIP. 19630706 198902 1 002
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc.
NIP. 19650104 199001 2 001
iv
Judul Skripsi : KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine
max (L.) Merrill) HASIL INDUKSI MUTASI
DENGAN SODIUM AZIDA PADA TANAH
SALIN
Nama Mahasiswa : NURUL FAJRIYAH
Nomor Induk Mahasiswa : 23030113140036
Program Studi/Departemen : S1-AGROEKOTEKNOLOGI/PERTANIAN
Fakultas : PETERNAKAN DAN PERTANIAN
Telah disidangkan dihadapkan Tim Penguji dan
dinyatakan lulus pada tanggal ........................
Pembimbing Utama
Ir. Karno, M.Appl, Sc., Ph.D.
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc.
Ketua Panitia Ujian Akhir Program
Dr. Ir. Budi Adi Kristanto, M.S.
Ketua Program Studi
Ir. Karno, M.Appl, Sc., Ph.D.
Dekan
Fakultas Peternakan dan Pertanian
Prof. Ir. Mukh Arifin, M.Sc., Ph.D.
Ketua Departemen Pertanian
Ir. Didik Wisnu Widjajanto, M. ScRes., Ph.D.
v
RINGKASAN
NURUL FAJRIYAH. 23030113140046. 2018. Karakter Agronomi Kedelai
(Glycine max (L.) Merrill) Hasil Induksi Mutasi dengan Sodium Azida Pada Tanah
Salin (Character of Agronomic Soybean (Glycine max (L.) Merrill) Induction of
Mutation with Sodium Azide on Saline Soil). (Pembimbing : KARNO dan
FLORENTINA KUSMIYATI).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi nilai LD50
tanaman kedelai dengan mutagen sodium azida dan untuk mengkaji keragaman
tanaman kedelai tahan salin varietas Dering berdasarkan karakter agronomi.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2017 sampai Juni 2017, bertempat
di Greenhouse dan Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
Bahan yang digunakan antara lain benih kedelai varietas Dering I, Sodium
Azide (SA), Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), Hidrogen klorida (HCl), tanah
salin dan aquades. Alat yang digunakan antara lain handsprayer, hot plate stirrer,
shaker, tray, spatula, pH meter EC meter, botol kaca, timbangan analitik, gelas
beker, labu ukur, pipet, erlenmeyer, pot dan alat tulis. Rancangan percobaan yang
digunakan di greenhouse adalah Rancangan Acak Lengkap. Penelitian yang
dilakukan terdiri dari 2 tahap yaitu perkecambahan dan pindah tanam ke polybag.
Perkecambahan kedelai varietas Dering 1 menggunakan tray berdasarkan 11
perlakuan dosis mutagen yaitu 0; 0,05; 0,1; 0,2; 0,4; 0,8; 1,6; 3,2; 6,4; 12,8; dan
25,6 mM. Benih kedelai ditanam menggunakan tray sampai menjelang pindah
tanam pada 3 tingkat salinitas tanah yaitu 0; 2; dan 5 dS/m. Parameter yang diamati
adalah karakter agronomi, meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong
total, bobot polong total, jumlah biji, bobot biji per tanaman. Data hasil pengamatan
daya berkecambah selama 7 hari setelah tanam pada tiap taraf dosis mutagen
sodium azida dihitung menggunakan aplikasi Curve Expert 1.4 untuk penentuan
nilai LD50. Data karakter agronomi seperti tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
polong, berat polong, jumlah biji, dan berat biji kedelai dianalisis secara individu
pada setiap masing – masing tanaman.
Simpulan dari hasil penelitian adalah nilai LD50 kedelai varietas Dering 1
yaitu 0,664 mM. Karakter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, berat
polong, jumlah biji, berat biji per tanaman yang dihasilkan pada generasi M1
memiliki keragaman pada setiap tanaman. Hasil skoring berdasarkan karakter
agronomi terdapat 5 tanaman dengan kriteria agak tahan, 10 tanaman dengan
kriteria tahan dan 3 tanaman dengan kriteria sangat tahan pada kondisi salinitas 2
dS/m.
vi
KATA PENGANTAR
Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu dari tiga komoditas
utama selain padi dan jagung. Usaha peningkatan produksi kedelai saat ini
menghadapi kendala berupa penurunan areal tanam dan penyusutan lahan subur
akibat alih fungsi lahan ke sektor nonpertanian. Tanah salin merupakan salah satu
lahan yang belum banyak dimanfaatkan secara luas untuk kegiatan budidaya
tanaman. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kedelai yaitu
dengan pemuliaan tanaman untuk meningkatkan keragaman genetik. Mutasi
merupakan kegiatan pemuliaan yang bermanfaat untuk memperluas keragaman
genetik suatu tanaman dan dengan seleksi terarah diperoleh mutan yang diharapkan.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah,
dan keberkahan-Nya sehingga penelitian maupun penulisan skripsi dapat berjalan
dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penelitan dan penyusunan skripsi:
1. Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian Prof. Dr. Ir. Mukh Arifin, M.Sc.,
Ketua Departemen Pertanian Ir. Didik Wisnu Widjajanto, M.Sc.Res., Ph.D., dan
Ketua Program Studi S-1 Agroekotenologi Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro Ir. Karno M.Appl, Sc., Ph.D atas bimbingannya dan
kesempatan untuk melakukan penelitian sehingga penulis dapat menulis skripsi
guna memperoleh gelar Sarjana.
2. Ir. Karno, M. Appl, Sc, Ph.D. dan Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc. selaku
dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi arahan selama proses
penyusunan proposal seminar sampai penulisan skripsi.
vii
3. Dr. Ir. Widyati Slamet, M.P. dan Dr. Ir. Budi Adi Kristanto, M.S. selaku Panitia
Ujian Akhir Program S-1 Agroekoteknologi
4. Ir. Karno, M. Appl, Sc, Ph.D. selaku dosen wali, yang telah memberikan ilmu,
motivasi dan arahan selama masa studi.
5. Para Dosen Agroekoteknologi Prof. Dr. Ir. Sumarsono, M.Sc., Prof. Syaiful
Anwar, M.Si., Prof. Dr. Ir. Dwi Retno Lukiwati, M.S., Dr. Ir. Adriani Darmawati
Sudarman, M.Sc., Dr. Ir. Endang Dwi Purbayanti, M.S., Dr. Ir. Eny Fuskhah,
M.Si., Dr. Ir. Yafizham, M.S., Ir. Susilo Budiyanto, M.Si., Ir. Sutarno, M.S., dan
Bagus Herwibawa, S.P., M.P yang telah memberikan arahan dan motivasi
kepada penulis selama masa studi.
6. Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc. dan Bagus Herwibawa, S.P., M.P yang telah
memfasilitasi dan membimbing penelitian, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian.
7. Pak Akhmad Baroha yang telah membantu di laboratorium. Pak Mamor dan Pak
Iskandar yang telah membantu dalam persiapan penelitian.
8. Kedua orang tua (Bapak Yulfit dan Ibu Azemi), Kak Rina, Bang Heru, Uni Depi,
Bang Arip, Nani, Ojan dan keluarga besar penulis serta CISIS (Yeni, Ambar
‘Aisyah, Fira, Lidia, Ncek, Indri, Reni, Yosi) yang selalu mendoakan, memberi
semangat dan mendukung segala hal kepada penulis.
9. Sobat Rantau (Rita, Ria, Nur, Neli, Disna), temen-temen, kakak-kakak, dan
adik-adik wisma FPP, Liqo Muslimah Tangguh (Ila, Mustag, Ria, Khansa, Rena,
Bu Iis) yang selalu membantu, mendo’akan, dan memberi semangat kepada
penulis.
viii
10. Biba, Ika, Frendi, Ian, Awang, Pram, Aris, Maja, Nyoman, Khilmi, Dwi yang
telah membantu penulis selama penelitian
11. Tim KKN Desa Banget (Abi, Dimas, Firman, Ika, Indri, Lidia, Khusnul, Tia,
Veni), Asisten Pemuliaan Tanaman 2017, teman-teman Agroekoteknologi
2013 yang telah memberi pengalaman selama kuliah, dan adik-adik
Agroekoteknologi 2014 dan 2015 yang telah memberi semangat kepada
penulis.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu bagi
semua pihak.
Semarang, Januari 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
RINGKASAN .............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR ILUSTRASI ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.3. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4
2.1. Kedelai ............................................................................................... 4
2.2. Salinitas ............................................................................................. 6
2.3. Mutasi ................................................................................................. 8
2.4. Sodium Azida (NaN3) ........................................................................ 9
2.5. Dosis Letal Median ............................................................................ 10
BAB III. MATERI DAN METODE ............................................................ 12
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................................ 12
3.2. Materi Penelitian ................................................................................ 12
3.3. Metode Penelitian............................................................................... 12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 17
4.1. Lethal Dose 50 (LD50) ........................................................................ 17
4.2. Tinggi Tanaman Kedelai .................................................................... 22
4.3. Jumlah Daun Tanaman Kedelai ........................................................ 27
4.4. Jumlah Polong Kedelai ...................................................................... 30
4.5. Berat Polong Kedelai ......................................................................... 32
4.6. Jumlah Biji Kedelai ............................................................................ 34
4.7. Berat Biji Kedelai ............................................................................... 36
x
4.8. Skoring Berdasarkan Karakter Agronomi Pada Tanah Salin 2 dS/m 38
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 41
5.1. Simpulan ............................................................................................... 41
5.2. Saran ...................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 42
LAMPIRAN ................................................................................................. 46
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 89
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Klasifikasi Tanah Salin ................................................................... 6
2. Kriteria Tanaman ............................................................................ 16
3. Persentase Tanaman Hidup Kedelai Varietas Dering 1 pada 1 MST 18
4. Persamaan Regresi dari Persentase Hidup dan Dosis Mutagen ...... 20
5. Jumlah Tanaman Hidup .................................................................. 21
6. Data Tinggi Tanaman Kedelai 8 MST ............................................ 23
7. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Tinggi
Tanaman pada Tanah Salin 2 dS/m ................................................. 27
8. Data Jumlah Daun Tanaman Kedelai 8 MST ................................. 27
9. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Jumlah
Daun padaTanah Salin 2 dS/m ....................................................... 29
10. Data Jumlah Polong Tanaman Kedelai Generasi M1 ................... 30
11. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Jumlah
Polong padaTanah Salin 2 dS/m ................................................... 31
12. Data Berat Polong Tanaman Kedelai Generasi M1 ...................... 32
13. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Berat Polong
pada Tanah Salin 2 dS/m .............................................................. 33
14. Data Jumlah Biji Tanaman Kedelai Generasi M1......................... 34
15. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Jumlah Biji
pada Tanah Salin 2 dS/m .............................................................. 36
16. Data Berat Biji Tanaman Kedelai Generasi M1 ........................... 37
17. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Berat Biji
pada Tanah Salin 2 dS/m .............................................................. 38
xii
18. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Karakter Agronomi
pada Tanah Salin 2 dS/m ............................................................... 39
xiii
DAFTAR ILUSTRASI
Nomor Halaman
1. Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) ................................. 5
2. Kecambah Abnormal ...................................................................... 17
3. Kurva Rational Function LD50........................................................ 19
4. Tanaman Kedelai di Tanah Salin 5 dS/m ........................................ 22
5. Tinggi Tanaman Kedelai di Tanah Non-Salin ................................ 24
6. Tinggi Tanaman Kedelai di Tanah Salin 2 dS/m ............................ 25
7. Jumlah Biji Kedelai Generasi M1 di Tanah Non-Salin .................. 35
8. Jumlah Biji Kedelai Generasi M1 di Tanah Salin 2 dS/m .............. 35
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Deskripsi Kedelai Varietas Dering 1............................................... 46
2. Perhitungan Sodium Azida (NaN3) ................................................. 48
3. Data Jumlah Benih Kedelai varietas Dering 1 yang Berkecambah
Selama 7 Hari Setelah Tanam.......................................................... 50
4. Jumlah Tanaman Setelah Pindah Tanam ........................................ 51
5. Data Pengamatan Tanaman Kedelai pada Tanah Non-salin .......... 52
6. Data Pengamatan Tanaman Kedelai pada Tanah Salin 2 dS/m ...... 57
7. Skoring Tinggi Tanaman Kedelai Generasi M1 ............................. 60
8. Skoring Jumlah Daun Tanaman Kedelai Generasi M1 ................... 63
9. Skoring Jumlah Polong Kedelai Generasi M1 ................................ 67
10. Skoring Berat Polong Kedelai Generasi M1 ................................. 71
11. Skoring Jumlah Biji Kedelai Generasi M1 ................................... 75
12. Skoring Jumlah Biji Kedelai Generasi M1 ................................... 79
13. Hasil Skoring Karakter Agronomi pada Tanah Non-Salin ........... 883
14. Hasil Skoring Karakter Agronomi pada Tanah Salin 2 dS/m ....... 86
15. Dokumentasi Kegiatan .................................................................. 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu dari tiga komoditas
utama selain padi dan jagung. Kedelai adalah tanaman pangan yang sangat penting,
memiliki sumber protein nabati yang digunakan sebagai konsumsi utama dalam
bentuk tempe, tahu, kecap, dan pengganti susu. Tanaman kedelai banyak di
budidayakan di Indonesia awalnya terpusat di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Bali. Badan Pusat Statistik (2015)
mencatat produksi kedelai tahun 2014 sebanyak 953,96 ribu ton, meningkat 173,96
ribu ton (22,30%) dibanding tahun 2013, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
kedelai dalam negeri. Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2015)
menyatakan, target swasembada tahun 2017 untuk memenuhi kebutuhan kedelai
nasional sebesar 2,2 jt ton/tahun. Kebutuhan akan kedelai masih tinggi sehingga
komoditas kedelai masih membutuhkan penyediaan impor dari luar negeri.
Kebutuhan akan komoditas pangan ini penting untuk mendapatkan perhatian demi
meningkatkan produksi secara bertahap. Usaha peningkatan produksi kedelai saat
ini menghadapi kendala berupa penurunan areal tanam dan penyusutan lahan subur
akibat alih fungsi lahan ke sektor nonpertanian. Ketergantungan pada kedelai impor
sebenarnya dapat diatasi dengan upaya pemanfaatan lahan salin.
Pemanfaatan lahan pertanian di dekat pantai yang memiliki kandungan garam
yang tinggi masih minim digunakan. Masih banyak tanah di Indonesia yang belum
2
dimanfaatkan akibat keterbatasan teknik budidaya, terutama tanah salin. Tanah
salin merupakan suatu kondisi tanah yang memiliki kandungan garam yang terlarut
dalam tanah. Tanah salin merupakan salah satu lahan yang belum banyak
dimanfaatkan secara luas untuk kegiatan budidaya tanaman. Salinitas telah menjadi
salah satu masalah utama dalam pengelolaan lahan pertanian dan ini akan menjadi
masalah serius dibidang pertanian sehubungan dengan perubahan iklim dunia. Hal
ini disebabkan adanya efek toksik dan peningkatan tekanan osmotik akar yang
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman. Selain perluasan areal tanam,
salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kedelai yaitu dengan
pemuliaan tanaman untuk meningkatkan keragaman genetik.
Keunggulan suatu benih atau bibit tanaman pada dasarnya ditentukan oleh
faktor genetik (gen) tanaman itu sendiri. Namun demikian ekspresi genetik tanaman
pada suatu lahan pertanian juga di pengaruhi oleh fakor non-genetik (Iingkungan)
dan adanya interaksi diantara keduanya. Penanaman genetik unggul pada kondisi
lingkungan yang optimal dipastikan dapat meningkatkan produk pertanian secara
nyata. Pemuliaan tanaman bertujuan untuk memperbaiki varietas tanaman yang
sudah ada sehingga menjadi Iebih unggul dalam fokus salinitas. Peningkatan
keragaman genetik tanaman dapat digunakan dalam seleksi untuk mendapatkan
genotipe dengan sifat yang diinginkan.
Mutasi merupakan kegiatan pemuliaan yang bermanfaat untuk memperluas
keragaman genetik suatu tanaman dan dengan seleksi terarah diperoleh mutan yang
diharapkan. Mutasi terdiri dari mutasi alami dan buatan. Mutasi buatan (induksi)
dapat dilakukan menggunakan mutagen fisik maupun mutagen kimia. Induksi
3
mutasi dengan bahan kimia dapat dilakukan menggunakan ethyl methanesulfonate
(EMS), nitrosometil urea (NMU), nitrosoguanidin (NTG), dan Sodium azide (SA).
Induksi mutasi dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen
tertentu terhadap organ reproduksi tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari,
akar rhizome dan kultur jaringan.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi LD50 tanaman
kedelai dengan mutagen sodium azida dan untuk mengkaji keragaman tanaman
kedelai varietas Dering 1 pada kondisi tanah salin berdasarkan karakter agronomi.
1.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini bahwa terdapat perbedaan keragaan karakter
agronomi tanaman kedelai pada tanah salin yang di induksi dengan mutagen sodium
azida, dibandingkan kontrol.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kedelai (Glycine max (L.) Merill.)
Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja
dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang
dapat diterima dalam istilah ilmiah yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi
tanaman kedelai sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill.
Tanaman kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah tropis.
Tanaman kedelai di Indonesia dapat tumbuh di daerah dataran rendah hingga daerah
dengan ketinggian 1.200 m dpl. Suhu optimal bagi pertumbuhan tanaman kedelai
yaitu antara 25oC – 30oC. Curah hujan berkisar antara 150 mm – 200 mm/bulan,
dan kelembapan rata-rata (RH) 65% (Fachruddin, 2000). Tanaman kedelai
memerlukan intensitas cahaya penuh, dapat tumbuh dengan baik di daerah yang
terkena sinar matahari selama 12 jam dalam sehari (Pitojo, 2003).
5
Kedelai varietas Dering 1 pertama kali dilepas pada tahun 2012. Varietas ini
merupakan kedelai yang unggul adaptif lahan sawah yang toleran kekeringan
selama fase reproduktif hingga kandungan air 30% dari air tersedia (Suhartina,
2013). Dering 1 memiliki tipe pertumbuhan determinate, yaitu pertumbuhan batang
yang terhenti setelah tanaman berbunga. Varietas ini juga memiliki karakteristik
dengan bentuk daun oval, tinggi tanaman hingga 57 cm, bunga berwarna ungu
dengan umur berbunga 35 hari setelah tanam, biji berbentuk oval, dan umur masak
81 hari setelah tanam (Ilustrasi 1). Varietas Dering 1 dalam kondisi relatif
kekeringan mampu memberi hasil rata-rata 1,95 ton per hektar dengan potensi hasil
2,83 ton per hektar, dan bobot biji 10,7 gram per 100 biji, tahan hama penggerek
polong dan penyakit karat daun (Lampiran 1).
Ilustrasi 1. Tanaman Kedelai
Kedelai merupakan bahan pangan yang sangat popular di kalangan
masyarakat, hampir setiap hari banyak orang yang mengonsumsi makanan olahan
dari kedelai seperti tempe, tahu, susu. Kedelai memiliki kadar protein yang tinggi
6
sebesar 37% dan kadar lemak sebesar 16% (Tatipata, 2008). Berdasarkan Badan
Pusat Statistik (2015) menyatakan bahwa produksi kedelai tahun 2014 sebanyak
953,96 ribu ton biji kering, meningkat 173,96 ribu ton (22,30%) dibanding tahun
2013, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri, sehingga
Indonesia masih mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan kedelai.
2.2. Salinitas
Salinitas merupakan faktor pembatas produksi tanaman pangan karena dapat
menyebabkan penurunan hasil tanaman. Salinitas dapat diartikan sebagai adanya
garam terlarut dalam konsentrasi yang berlebihan dalam tanah. Satuan pengukuran
salinitas adalah konduktivitas elektrik yang dilambangkan dengan dS/m atau
mmhos/cm pada suhu 25oC (Sunarto, 2004). Pengukuran daya hantar listrik tidak
dapat menentukan jenis garam, tetapi hanya mengetahui daya hantar listrik yang
menunjukkan tingkat salinitas larutan (Kristiono dkk., 2013). Klasifikasi tanah salin
dibagi menjadi 3 kelas : Salin, Sodik, dan Salin-Sodik (Tabel. 1). Pengelolaan lahan
pada setiap kelas tanah tentunya berbeda-beda. Pengelolaan tanah salin yang baik
akan menentukan resapan nutrisi tanaman saat pertumbuhan.
Tabel 1. Klasifikasi Tanah Salin*
Klasifikasi EC (dS/m) pH Tanah SAR Kondisi Fisik
Tanah
Salin >4.0 <8.5 <13 Normal
Sodik (Alkali) <4.0 >8.5 ≥13 Rusak
Salin – Sodik >4.0 <8.5 ≤13 Normal
*Menurut Lamond dan Withney (1992); EC= Electrical Conductivity; SAR= Sodium Adsorption
Ratio.
7
Lahan salin menyebabkan rendahnya ketersediaan N, P, Mn, Cu, Zn, dan Fe
dalam tanah, tekanan osmotik tinggi, lemahnya pergerakan air dan udara, serta
rendahnya aktivitas mikroba tanah (Djufry dkk., 2011). Bila tekanan osmotik di
rhizosfer melebihi tekanan osmotik dalam sel akar, maka akan menghambat
penyerapan air dan hara sehingga tanaman akan layu dan mati karena kekurangan
air (Kristiono dkk., 2013). Secara umum, salinitas memberikan pengaruh negatif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan dan hasil
tanaman budidaya umumnya mengalami penurunan pada EC tanah 4 dS/m atau
lebih, bahkan tanaman yang sensitif dapat terpengaruh pada EC 3 dS/m
(McWiliams, 2003).
Kadar salinitas tanaman padi dengan tekanan osmotik 6 dS/m menyebabkan
penurunan hasil produksi sebanyak 25%, hasil yang sama juga terjadi pada tanaman
gandum dengan tekanan osmotik 8 dS/m (Sunarto, 2004). Taufiq (2014)
menyatakan bahwa pada tingkat salinitas 2,32 – 3,86 dS/m bobot biji kedelai
varietas gema mengalami penurunan sebesar 47%. Penanaman kedelai pada tanah
salin akan menurunkan perkecambahan dan pertumbuhan kecambah, serta bobot
basah kecambah. Menurut Amirjani (2010) bobot basah kecambah turun 32, 54 dan
76% pada salinitas berturut-turut 50, 100, dan 200 mM NaCl.
Peningkatan salinitas pada tanaman kedelai menurunkan tinggi tanaman, total
biomasa, dan hasil daun cepat mengalami kerontokan dini (senescense) (Kristiono
dkk., 2013). Salinitas pada kedelai dapat meningkatkan tingkat kematian tanaman,
nekrosis pada daun, dan akumulasi klorida dalam daun dan batang, serta
berkurangnya warna hijau pada daun (Krisnawati dan Adie, 2009). Salinitas juga
8
menyebabkan terhambatnya aktivitas mikroorganisme dalam proses dekomposisi
dan mineralisasi sehingga tidak mencukupi ketersediaan unsur hara.
2.3. Mutasi
Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi
secara tiba-tiba dan acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme
hidup yang bersifat terwariskan (heritable). Mutasi dapat terjadi secara spontan di
alam (spontaneous mutation) dan dapat juga terjadi melalui induksi (induced
mutation). Secara mendasar tidak terdapat perbedaan antara mutasi yang terjadi
secara alami dan mutasi hasil induksi. Keduanya dapat menimbulkan variasi
genetik untuk dijadikan dasar seleksi tanaman, baik seleksi secara alami (evolusi)
maupun seleksi secara buatan (pemuliaan) (Suranto, 2013). Mutasi gen terjadi
akibat perubahan dalam gen dan gen yang berubah karena mutasi disebut mutan.
Mutasi gen pada tanaman umumnya dapat diinduksi dengan menggunakan
mutagen fisik atau mutagen kimia. Mutagen kimia yang sering digunakan antara
lain kolkisin untuk penggandaan kromosom dan asam nitroso (HNO2), hydroxyl-
amine (NH2OH), methylmethane sulphonate (MMS), ethylmethane sulphonate
(EMS), dietil sulfat (DES), metil metan silfonat (MMS), nitrosomethyl urea
(NMU), sodium azide (NaN3) untuk menginduksi mutasi acak pada basa-basa
DNA (Purwati dkk., 2008).
Keberhasilan induksi mutasi pada tiap-tiap jenis tanaman tergantung pada
jenis mutagen, konsentrasi mutagen, lama perlakuan dan organ tanaman yang
diperlakukan (Potdukhe, 2004). Beberapa hal yang menentukan keberhasilan
9
mutasi yaitu karakter atau sifat yang ingin diperbaiki harus sudah ditetapkan
terlebih dahulu, metode screening atau seleksi harus tepat kondisi materi yang akan
dimutasikan seperti daya kecambah dan dosis harus diketahui sebelum menginduksi
mutasi, serta waktu aplikasi mutagen yang tepat (Acquaah, 2007).
Hasil penelitian Yunita (2009) mutan somaklon pada padi umur 14 hari pada
media kultur yang bersifat toleran terhadap NaCl menunjukkan kandungan prolin
yang lebih tinggi, kandungan K, Mg, dan Ca pada daun yang cenderung tetap.
Firdausya (2012) menyatakan bahwa induksi mutasi melalui perendaman dalam
EMS 0,77% menghasilkan banyak variasi pada tanaman krisan terutama pada
bentuk bunga, dibandingkan dengan induksi melalui iradiasi sinar gamma. Mutasi
memberi pengaruh terhadap morfologi dan pertumbuhan tanaman. Penyebab
menurunnya jumlah daun, panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman dan jumlah
cabang yaitu terjadi kerusakan seluler pada meristem tanaman yang merupakan
lokasi sintesis auksin (Widiastuti dkk., 2010).
2.4. Sodium Azida (NaN3)
Sodium azida (NaN3) merupakan salah satu mutagen kimia yang kuat untuk
induksi mutasi tanaman. Mutasi yang disebabkan oleh sodium azida ialah substitusi
pasangan basa, terutama GC-AT yang mengakibatkan perubahan asam amino
(Olsen dkk., 1993). Sodium azida merupakan senyawa ionik dan termasuk
kelompok N3− sentrosimetrik (Khan dkk., 2009). Induksi mutasi dengan sodium
azida yang dilakukan pada tanaman Eruca sativa menunjukkan variasi dalam tinggi
tanaman, luas daun, berat segar dan kering serta kandungan klorofil (Al-Qurainy,
10
2009). Perendaman biji tomat dengan sodium azida menyebabkan turunnya tinggi
tanaman dan jumlah cabang serta memperpanjang waktu yang diperlukan untuk
mencapai 50% tanaman berbunga (Adamu dan Aliyu, 2007). Perendaman biji
kacang tanah dengan 0.39% sodium azida menghasilkan tanaman dengan biji yang
mengandung oleat yang lebih tinggi (Wang dkk., 2011).
Perendaman benih padi hitam dengan dosis sodium azida 2,5 mM dapat
menurunkan pertumbuhan vegetatif seperti penurunan tinggi tanaman, jumlah daun
perumpun, dan jumlah anakan perumpun (Yumiati, 2016). Perlakuan sodium azida
menyebabkan terjadinya peningkatan tinggi tanaman karena peningkatan
mendadak dalam status metabolisme bibit dan peningkatan aktivitas promotor
pertumbuhan (Alka dan Khan, 2011). Setiap pemberian zat kimia yang
mempengaruhi proses biokimia, misalnya mempengaruhi tingkat auksin, akan
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan pola diferensiasi (Dhakshanamoorthy
dkk., 2010).
2.5. Dosis Letal Median
Dosis letal median atau LD50 adalah dosis yang menyebabkan 50% kematian
dari populasi tanaman yang diberi mutagen. Nilai LD50 merupakan salah satu
parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas suatu jaringan
tanaman (Aisyah dkk., 2009). Dosis LD50 yang rendah memberikan kemampuan
tanaman untuk bertahan hidup tinggi, namun frekuensi mutasinya rendah. Kisaran
dosis tinggi, kemampuan tanaman untuk bertahan hidup rendah namun frekuensi
mutasinya tinggi.
11
Keberhasilan dari kegiatan mutasi dipengaruhi oleh dosis letal median dari
tanaman yang diinduksi. Dosis letal median merupakan dosis yang dapat mereduksi
pertumbuhan tanaman dan bahkan dapat menyebabkan kematian sebesar 50%
individu yang diinduksi mutagen (Mandasari, 2015). Penentuan dosis induksi yang
tepat merupakan salah satu faktor utama yang mendukung keberhasilan mutasi.
Pemberian dosis mutagen tertentu dapat menghasilkan keragaman varian atau
mutan yang tinggi pada kegiatan mutasi (Karyanti dkk., 2015). Pemberian dosis
mutagen yang sesuai untuk induksi keragaman dapat diketahui melalui pengukuran
nilai LD50. Mutasi yang diinginkan umumnya pada dosis sekitar LD50 atau lebih
tepatnya berada sedikit dibawah LD50 (Zuyasna dkk., 2016)
Penentuan konsentrasi atau dosis mutagen yang akan diinduksikan pada
tanaman sangat penting untuk menghindari kegagalan dalam kegiatan mutasi.
Faktor kunci dalam melakukan induksi mutasi adalah penentuan dosis atau
konsentrasi bahan mutagen yang akan digunakan, yang merupakan banyaknya
mutagen yang diabsorbsi oleh jaringan tanaman (Indrayanti dkk., 2011). Perlakuan
mutagen dengan dosis yang tepat dapat mendorong pembelahan sel tanaman. Dosis
mutagen yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kematian pada sel tanaman
(Qosim, 2012).
12
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai Juni 2017 di
Greenhouse Fakultas Peternakan dan Pertanian. Pembuatan larutan mutagen
dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.2. Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian adalah kedelai varietas Dering I,
Sodium Azida (SA), Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), Hidrogen klorida (HCl),
tanah salin dan aquades. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah hand
sprayer, hot plate stirrer, shaker, tray, spatula, pH meter, EC meter, botol kaca,
timbangan analitik, gelas beker, labu ukur, pipet, erlenmeyer, polybag, gembor, dan
alat tulis.
3.3. Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan di greenhouse adalah Rancangan Acak
Lengkap. Penelitian yang dilakukan terdiri dari 2 tahap yaitu perkecambahan dan
pindah tanam ke polybag. Perkecambahan kedelai varietas Dering 1 menggunakan
tray berdasarkan 11 perlakuan dosis mutagen yaitu 0; 0,05; 0,1; 0,2; 0,4; 0,8; 1,6;
3,2; 6,4; 12,8; dan 25,6 mM. Benih kedelai ditanam menggunakan tray sampai
13
menjelang pindah tanam pada 3 tingkat salinitas tanah yaitu 0; 2; dan 5 dS/m.
3.3.1. Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan Larutan Stok. Pembuatan larutan mutagen kimia Sodium azida
(SA) yaitu stok kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) ditimbang sebanyak 13,609 g.
Larutan stok yang telah ditimbang, kemudian dilarutkan ke dalam 1 liter akuades.
Larutan yang telah tercampur diaduk menggunakan stirer, kemudian dicek pH
menggunakan pH meter. Tahap berikutnya, stok mutagen sodium azida ditimbang
menggunakan timbangan analitik sesuai perhitungan volume/massa berdasarkan
dosis perlakuan (Lampiran 2). Masing-masing dosis mutagen yang telah ditimbang,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan 200 ml buffer fosfat
hingga homogen, kemudian cek pH awal larutan. Larutan mutagen yang telah
dilarutkan dengan buffer fosfat ditambahkan lagi dengan larutan HCl 0,1 N
menggunakan stirer hingga mencapai pH 3 dan volume 250 ml. Penambahan HCl
0,1 N adalah untuk menurunkan pH larutan hingga mencapai pH 3.
Perendaman Benih. Sebelum benih direndam dengan larutan mutagen
sodium azida, benih direndam terlebih dahulu dengan air mengalir selama 5 jam
dengan suhu 28oC. Benih kedelai varietas Dering direndam sebanyak 100 biji untuk
masing-masing dosis mutagen SA yaitu 0; 0,05; 0,1; 0,2; 0,4; 0,8; 1,6; 3,2; 6,4; 12,8;
dan 25,6 mM. Benih direndam pada larutan mutagen selama 2 jam dengan suhu
25oC. Benih yang telah direndam, kemudian ditiriskan dan dibilas menggunakan
air mengalir selama 1,5 jam, kemudian benih ditiriskan kembali.
Penyemaian Benih. Benih generasi M1 dikecambahkan dalam bak
perkecambahan dengan tray. Perlakuan dosis mutagen dengan benih kedelai
14
varietas Dering membentuk 11 populasi yaitu populasi 1 (Dering 0 mM), populasi
2 (Dering0,05 mM), populasi 3 (Dering 0,1 mM), populasi 4 (Dering 0,2 mM),
populasi 5 (Dering 0,4 mM), populasi 6 (Dering 0,8 mM), populasi 7 (Dering 1,6
mM), populasi 8 (Dering 3,2 mM), populasi 9 (Dering 6,4 mM), populasi 10
(Dering 12,8 mM), populasi 11 (Dering 25,6 mM).
Benih ditanam menggunakan tray yang berisi tanah. Penyemaian benih
sebanyak 100 lubang dalam 1 dosis, kemudian menutup benih dengan tanah. Benih
dirawat dan dilakukan penyemprotan dengan air dua kali sehari. Benih yang sudah
dikecambahkan selama 14 hari, kemudian diseleksi dengan cara melihat kecambah
yang hidup, abnormal, dan yang mati dari masing-masing dosis mutagen.
Pindah Tanam. Bibit kedelai yang hidup pada fase perkecambahan,
kemudian di pindah tanam ke dalam polybag yang berisi 3 tingkat salinitas tanah
yaitu 0; 2; dan 5 dS/m. Tanah 0 dS/m atau tanah non-salin didapatkan dari tanah
tembalang. Tanah salin 2 dan 5 dS/m didapatkan dari tanah dekat tambak garam
yang berada di Rembang, Jawa Tengah. Setiap jumlah bibit yang hidup pada
masing-masing dosis mutagen kemudian ditanam pada 3 tingkat salinitas tanah
(Lampiran 4).
3.3.3. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati meliputi karakter untuk menentukan LD50 dan
karakter agronomi seperti tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, berat
polong (g), jumlah biji, dan berat biji (g) :
1. Karakter untuk menentukan LD50 yaitu menghitung persentase daya
berkecambah yang diamati setiap hari selama 7 HST (hari setelah tanam).
15
2. Tinggi tanaman.
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ke titik tumbuh pada
minggu ke-8 menggunakan mistar.
3. Jumlah daun
Menghitung seluruh jumlah daun tanaman kedelai pada minggu ke-8
setelah tanam.
4. Jumlah polong
Polong dipanen dan dihitung jumlah polong setiap tanaman pada minggu
ke-8. Pemanenan dilakukan pada saat daun telah menguning dan rontok
serta polong keras dan berubah warna menjadi kecokelatan.
5. Berat polong
Berat polong dihitung setelah proses pemanenan menggunakan
timbangan analitik.
6. Jumlah biji
Menghitung jumlah biji hasil panen pada setiap tanaman
7. Berat biji
Menimbang berat biji setiap tanaman yang telah dihitung menggunakan
timbangan analitik.
3.3.4. Analisis Data
Data hasil pengamatan daya berkecambah pada tiap taraf dosis mutagen
sodium azida dihitung menggunakan aplikasi Curve Expert 1.4 untuk penentuan
nilai LD50. Data karakter agronomi seperti tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
polong, berat polong, jumlah biji, dan berat biji kedelai dianalisis secara individu
16
pada setiap masing – masing tanaman dengan cara menghitung persentase
kehilangan menurut Soepandi (1990), dengan rumus :
% kehilangan =(a – b)
a× 100%
Keterangan :
a = rata-rata pengukuran parameter pada dosis 0 mM pada tanah non-salin
b = hasil pengukuran parameter/tanaman pada dosis mutagen
Menurut Soepandi (1990), terdapat beberapa kriteria tanaman sesuai
persentase kehilangan pada setiap individu tanaman, diantaranya skor 0 (sangat
rentan) sampai dengan skor 6 (sangat tahan), dan tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Tanaman
% kehilangan Skoring Kriteria
>50% 0 Sangat rentan
35 – 49,99% 1 Rentan
15 – 34,99% 2 Moderat
5 – 14% 4 Agak tahan
0 – 4,99% 5 Tahan
<0% 6 Sangat tahan
Sumber : Soepandi (1990)
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Lethal Dose 50 (LD50)
Dosis letal median atau Lethal dose 50 adalah dosis yang menunjukkan
kematian tanaman sebanyak 50%. Berdasarkan hasil persentase tanaman kedelai
yang hidup selama 1 MST (minggu setelah tanam) (Tabel 3) menunjukkan bahwa
semakin tinggi pemberian dosis sodium azida (SA), maka persentase daya tumbuh
kedelai semakin menurun setiap harinya.
Ilustrasi 2. Kecambah Abnormal
Keterangan : A. Dosis 0,8 mM. (B). Dosis1,6 mM. (C). Dosis 3,2 mM. (D). Dosis 6,4 mM.
Berdasarkan persentase daya berkecambah terhadap perendaman benih
kedelai menggunakan mutagen sodium azida menunjukkan bahwa perendaman
B A
C D
18
benih dengan dosis 0 mM memiliki daya berkecambah yang rendah dibanding dosis
0,05 dan 0,8 mM (Tabel 3). Daya berkecambah tertinggi terdapat pada dosis 0,8
mM yaitu 55%. Hal ini disebabkan karena dosis 0 mM (tanpa sodium azida) yang
hanya dilakukan perendaman dengan buffer fosfat pH 3, sehingga banyak jumlah
tanaman yang mati dan terserang jamur karena lamanya perendaman.
Tabel 3. Persentase Tanaman Hidup Kedelai Varietas Dering 1 pada 1 MST
Dosis mutagen
(mM) Jumlah benih
Jumlah benih yang
berkecambah
Daya berkecambah
(%)
0 100 48 48
0,05 100 51 51
0,1 100 18 18
0,2 100 37 37
0,4 100 36 36
0,8 100 55 55
1,6 100 34 34
3,2 100 28 28
6,4 100 10 10
12,8 100 0 0
25,6 100 0 0
Benih kedelai yang diberi perlakuan sodium azida, pada dosis 12,8 dan 25,6
mM tidak terdapat benih yang hidup dan berkecambah, sehingga daya berkecambah
0%. Hal ini diduga akibat pengaruh dosis yang semakin tinggi, sehingga
mengganggu perkecambahan benih dan pertumbuhan kedelai. Potdukhe (2004)
menyatakan bahwa keberhasilan induksi mutasi pada tiap jenis tanaman tergantung
pada jenis, konsentrasi atau dosis, lama perlakuan, umur, dan organ yang
diperlakukan mutagen. Pengahambatan pertumbuhan perkecambahan benih
tergantung pada dosis mutagen. Semakin tinggi dosis yang digunakan, maka
19
persentase daya berkecambah tanaman semakin rendah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sari dkk. (2012) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi
mutagen, maka pertumbuhan tanaman akan semakin terganggu dikarenakan
gangguan fisiologis yang semakin meningkat seiring bertambahnya dosis mutagen.
Menurut Olsen dkk. (1993) mutasi yang disebabkan oleh sodium azida ialah
substitusi pasangan basa, terutama GC-AT yang mengakibatkan perubahan asam
amino.
Persamaan hasil curve-fit analysis 1.4 menghasilkan persamaan matematika
Y= a+bx
1+cx+dx2 sehingga diperoleh estimasi LD50 sebesar 0,664 mM (Tabel 4).
Kurva Rational Function LD50 tersaji pada Ilustrasi 3.
Ilustrasi 3. Kurva Rational Function LD50
LD50 kedelai varietas Dering 1 pada penelitian ini yaitu sebesar 0,664 mM.
Hal ini menunjukkan bahwa dosis mutagen yang tepat untuk mendapatkan
S = 13.58190208
r = 0.69695592
Dosis Mutagen
Perse
nta
se H
idu
p
0.0 1.2 2.3 3.5 4.7 5.9 7.05.50
14.50
23.50
32.50
41.50
50.50
59.50
20
kematian benih pada taraf 50% adalah dibawah 0,664 mM. Pada dosis tersebut atau
dibawah dosis 0,664 mM kemungkinan terjadinya mutasi terbanyak. Hal ini sesuai
dengan pendapat Aisyah (2006) yang menyatakan bahwa umumnya mutasi yang
diinginkan terletak pada kisaran LD50 atau lebih tepatnya pada dosis sedikit di
bawah LD50.
Tabel 4. Persamaan Regresi dari Persentase Hidup dan Dosis Mutagen
Model Fungsi Persamaan Persamaan
parameter R LD50
Rational
Function y =
a+bx
1+cx+dx2
a = 38,269
b = 3,923
c = -0,157
d = 0,144
0,6969 0,664
Nilai LD50 diperoleh berdasarkan respon kematian tanaman terhadap dosis
mutagen sodium azida. Zuyasna dkk. (2016) menyatakan bahwa mutasi yang
diinginkan umumnya berada pada dosis sekitar LD50 atau lebih tepatnya berada
sedikit dibawah LD50. Penentuan LD50 harus tepat karena akan berpengaruh
terhadap keberhasilan peningkatan hasil mutasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Aisyah dkk. (2009) bahwa nilai LD50 merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas suatu jaringan.
Jumlah bibit yang hidup dari masing-masing dosis mutagen, kemudian
dipindah tanam pada 3 tingkat salinitas tanah. Kondisi tanah non-salin atau 0 dS/m
terdapat 108 tanaman, tanah salin 2 dS/m terdapat 104 tanaman, dan 5 dS/m
terdapat 104 tanaman. Berdasarkan hasil penelitian, tanaman kedelai varietas dering
1 pada generasi M1 dapat bertahan hidup hingga panen yaitu pada tanah non-salin
sebanyak 90 tanaman, tanah salin 2 dS/m sebanyak 46 tanaman, dan tidak mampu
21
bertahan hidup pada salinitas 5 dS/m. Jumlah tanaman yang hidup tertera pada
Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Tanaman Hidup
Dosis
Mutagen
(mM)
Jumlah bibit
yang hidup
Saat pindah tanam Hingga panen
0
dS/m
2
dS/m
5
dS/m
0
dS/m
2
dS/m
5
dS/m
0 48 16 16 16 13 6 0
0,05 51 17 17 17 15 8 0
0,1 18 6 6 6 4 3 0
0,2 37 13 12 12 10 6 0
0,4 36 12 12 12 7 5 0
0,8 55 19 18 18 17 9 0
1,6 34 12 11 11 12 5 0
3,2 27 9 9 9 9 4 0
6,4 10 4 3 3 3 0 0
Jumlah 316 108 104 104 90 46 0
Berdasarkan hasil penelitian, tanaman yang diberi perlakuan mutagen pada
kondisi tanah salin 5 dS/m tidak mampu bertahan hidup atau tumbuh. Hal ini
disebabkan karena tingkatan salinitas yang tinggi. Tanaman kedelai yang diberi
perlakuan mutagen ataupun yang tidak diberi perlakuan mutagen hanya dapat
bertahan hidup hingga umur 5 hari setelah pindah tanam, pada hari ke-5 tersebut
tanaman mulai mengalami cekaman hingga tanaman seperti terbakar, layu, warna
daun lebih gelap dan kemudian mati (Ilustrasi 4). Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi salinitas 5 dS/m menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
kedelai terhambat. Djufry dkk. (2011) menyatakan bahwa lahan salin menyebabkan
rendahnya ketersediaan unsur hara dalam tanah, terjadi tekanan osmotik tinggi,
lemahnya pergerakan air dan udara, serta rendahnya aktivitas mikroba tanah.
Menurut Kristiono dkk. (2013) bila tekanan osmotik di rhizosfer melebihi tekanan
22
osmotik dalam sel akar, maka akan menghambat penyerapan air dan hara sehingga
tanaman akan layu dan mati karena kekurangan air. Krisnawati dan Adie (2009)
menyatakan bahwa salinitas pada kedelai dapat meningkatkan tingkat kematian
tanaman, nekrosis pada daun, dan akumulasi klorida dalam daun dan batang, serta
berkurangnya warna hijau pada daun.
Ilustrasi 4. Tanaman kedelai di tanah salin 5 dS/m
4.2. Tinggi Tanaman Kedelai
Data pengamatan parameter tinggi tanaman kedelai generasi M1 pada tanah
non-salin dan tanah salin 2 dS/m tertera pada Tabel 6 dan Lampiran 5 dan 6.
Berdasarkan data pengamatan tinggi tanaman pada tanah non-salin memiliki
tinggi yang berbeda-beda antar dosis mutagen. Tinggi tanaman pada dosis mutagen
0,05; 0,2; dan 0,8 mM memiliki hasil rerata yang lebih tinggi yaitu 43,65; 40,85;
dan 43,15 cm dibanding dosis 0 mM yaitu 40,32 cm (Tabel 6). Tinggi tanaman pada
dosis 6,4 mM lebih rendah dibanding dosis mutagen lain yaitu 32,50 cm (Ilustrasi
5).
23
Tabel 6. Data Tinggi Tanaman Kedelai 8 Minggu Setelah Tanam (MST)
Dosis mutagen (mM) Tanah Non-Salin Tanah Salin 2 dS/m
----cm----
0 40,32 ± 10,870 (n=13) 44,0 ± 6,868 (n= 6)
0,05 43,65 ± 11,246 (n=15) 36,4 ± 3,206 (n= 8)
0,1 33,63 ± 9,222 (n= 4) 31,8 ± 13,418 (n= 3)
0,2 40,85 ± 11,773 (n=10) 37,4 ± 5,350 (n= 6)
0,4 32,14 ± 2,735 (n= 7) 33,8 ± 5,591 (n= 5)
0,8 43,15 ± 14,782 (n=17) 51,5 ± 5,085 (n= 9)
1,6 33,33 ± 10,174 (n=12) 31,1 ± 3,105 (n= 5)
3,2 37,94 ± 13,714 (n= 9) 22,3 ± 5,019 (n= 4)
6,4 32,50 ± 1,780 (n= 3) 0 Keterangan : ± = nilai standar deviasi, n = banyaknya tanaman
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keragaman atau variasi dari setiap dosis
mutagen yang berbeda-beda. Menurut Al-Qurainy (2009) perlakuan sodium azida
pada konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 mM terhadap tanaman Eruca sativa memiliki
tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Alka dan Khan (2011)
menyatakan bahwa perlakuan sodium azida menyebabkan terjadinya peningkatan
tinggi tanaman dikarenakan peningkatan status metabolisme bibit dan peningkatan
aktivitas promotor pertumbuhan. Menurut hasil penelitian Adamu dan Aliyu (2007)
bahwa pada tanaman tomat yang diberi perlakuan perendaman biji dengan sodium
azida menyebabkan turunnya tinggi tanaman dan jumlah cabang serta
memperpanjang waktu yang diperlukan untuk mencapai 50% tanaman berbunga.
24
(a) (b) (c) (d)
(e) (f) (g) (h) (i)
Ilustrasi 5. Gambar Tinggi Tanaman Kedelai di Tanah Non-salin. (a). Dosis 0mM.
(b). Dosis 0,05 mM. (c). Dosis 0,1 mM. (d). Dosis 0,2 mM. (e). Dosis
0,4 mM. (f). Dosis 0,8 mM. (g). Dosis 1,6 mM. (h). Dosis 3,2 mM. (i).
Dosis 6,4 mM.
Berdasarkan pengamatan tinggi tanaman pada tanah salin 2 dS/m, diperoleh
data yang berbeda-beda antar dosis mutagen (Lampiran 6). Tinggi tanaman pada
dosis mutagen 0,8 mM memiliki hasil rerata yang lebih tinggi yaitu 51,5 cm
dibandingkan dengan dosis 0 mM yaitu 44 cm (Tabel 6). Hal ini menunjukkan
bahwa dosis 0,8 mM di tanah salin 2 dS/m dapat meningkatkan tinggi tanaman
dibanding dengan dosis 0 mM. Tinggi tanaman dosis 3,2 mM lebih rendah yaitu
25
22,3 cm dibanding dosis 0 mM (Ilustrasi 6). Kristiono dkk. (2013) menyatakan
bahwa peningkatan salinitas pada tanaman kedelai menurunkan tinggi tanaman,
total biomasa dan hasil, daun cepat mengalami kerontokan dini (senescence).
(a) (b) (c) (d)
(e) (f) (g) (h)
Ilustrasi 6. Gambar Tinggi Tanaman Kedelai di Tanah Salin 2 dS/m. (a). Dosis
0mM. (b). Dosis 0,05 mM. (c). Dosis 0,1 mM. (d). Dosis 0,2 mM. (e).
Dosis 0,4 mM. (f). Dosis 0,8 mM. (g). Dosis 1,6 mM. (h). Dosis 3,2
mM.
Penurunan tinggi tanaman dapat disebabkan karena adanya kerusakan selular
pada meristem. Menurut Widiastuti dkk. (2010) penyebab menurunnya jumlah
daun, panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman dan jumlah cabang yaitu terjadi
kerusakan seluler pada meristem tanaman yang merupakan lokasi sintesis auksin.
26
Hasil penelitian Yumiati (2016) bahwa tanaman padi hitam pada dosis sodium azida
2,5 mM dapat menurunkan pertumbuhan vegetatif seperti penurunan tinggi
tanaman, jumlah daun perumpun, dan jumlah anakan perumpun.
Berdasarkan hasil penelitian, tanaman kedelai pada dosis mutagen sodium
azida 6,4 mM dengan kondisi salinitas 2 dS/m terdapat 3 tanaman, dan semua
tanaman itu tidak mampu hidup hingga panen tetapi mampu tumbuh hingga 14 hari
setelah pindah tanam. Tanaman mampu hidup pada kondisi non-salin, namun
setelah pindah pada kondisi salinitas 2 dS/m tanaman hanya mampu bertahan 14
hari. Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis mutagen 6,4 mM pada tanaman
kedelai tidak mampu tumbuh pada kondisi salin. Sari dkk. (2012) menyatakan
bahwa perlakuan sodium azida cenderung menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman. Menurut Krisnawati dan Adie (2009) bahwa salinitas pada
kedelai dapat meningkatkan tingkat kematian tanaman, nekrosis pada daun, dan
akumulasi klorida dalam daun dan batang, serta berkurangnya warna hijau pada
daun.
Berdasarkan hasil skoring pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa terdapat 40
tanaman yang diberi perlakuan mutagen pada tanah salin 2 dS/m. Hasil skoring
tersebut terdiri dari 2 tanaman dengan kriteria sangat rentan, 3 tanaman dengan
kriteria rentan, 9 tanaman dengan kriteria moderat, 8 tanaman dengan kriteria agak
tahan, 4 tanaman dengan kriteria tahan, dan 14 tanaman dengan kriteria sangat
tahan. Data skoring berdasarkan parameter tinggi tanaman pada generasi M1
menunjukkan bahwa dosis sodium azida 0,8 mM memberikan hasil yang sangat
tahan terbanyak yaitu 9 tanaman dibanding dosis 0 mM.
27
Tabel 7. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Tinggi
Tanaman pada Tanah Salin 2 dS/m
Dosis mutagen
(mM)
Skor
0 1 2 4 5 6
0,05 0 0 1 5 1 2
0,1 1 0 1 0 0 1
0,2 0 0 0 2 1 2
0,4 0 1 2 0 2 0
0,8 0 0 0 0 0 9
1,6 0 0 4 1 0 0
3,2 1 2 1 0 0 0
Jumlah 2 3 9 8 4 14 Keterangan : 0= sangat rentan 4= agak tahan
1= rentan 5= sangat tahan
2= moderat 6= sangat tahan
4.3. Jumlah Daun Tanaman Kedelai
Data pengamatan parameter jumlah daun tanaman kedelai generasi M1 pada
tanah non-salin dan tanah salin 2 dS/m tertera pada Tabel 8 dan Lampiran 5 dan 6.
Tabel 8. Data Jumlah Daun Tanaman Kedelai 8 MST
Dosis mutagen (mM) Tanah Non-Salin Tanah Salin 2 dS/m
----helai----
0 6,3 ± 2,890 (n=13) 7,0 ± 4,679 (n= 6)
0,05 6,3 ± 2,797 (n=15) 3,4 ± 1,111 (n= 8)
0,1 4,8 ± 1,090 (n= 4) 9,7 ± 0,471 (n= 3)
0,2 7,7 ± 3,848 (n=10) 4,8 ± 2,000 (n= 6)
0,4 6,7 ± 0,881 (n= 7) 5,6 ± 2,332 (n= 5)
0,8 5,9 ± 2,928 (n=17) 4,3 ± 0,943 (n= 9)
1,6 7,1 ± 1,706 (n=12) 4,4 ± 1,497 (n= 5)
3,2 5,7 ± 3,162 (n= 9) 3,8 ± 1,299 (n= 4)
6,4 5,5 ± 0,943 (n= 3) 0 Keterangan : ± = nilai standar deviasi, n = banyaknya tanaman
Berdasarkan data pengamatan jumlah daun pada tanah non-salin,
menunjukkan bahwa pengaruh dosis mutagen sodium azida terhadap jumlah daun
memberikan hasil yang berbeda-beda. Jumlah daun terbanyak terdapat pada dosis
28
0,2; 0,4; dan 1,6 mM yaitu 7,7; 6,7; dan 7,1 helai dibanding dosis 0 mM yaitu 6,3
helai, sedangkan jumlah daun terendah pada dosis 0,1 mM yaitu 4,8 helai (Tabel 8).
Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis 0,2; 0,4; dan 1,6 mM dapat meningkatkan
jumlah daun tanaman kedelai. Hasil penelitian Saraswati dkk. (2012) menunjukkan
bahwa perlakuan sodium azida pada konsentrasi 2 mM dan 5 mM menghasilkan
tanaman cabai rawit dengan jumlah daun lebih banyak dibandingkan dengan
kontrol dan konsentrasi lainnya. Widiastuti dkk. (2010) menyatakan bahwa
penyebab menurunnya tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan
jumlah cabang yaitu terjadi kerusakan seluler pada meristem tanaman yang
merupakan lokasi sintesis auksin.
Berdasarkan data pengamatan jumlah daun pada tanah salin 2 dS/m
menghasilkan jumlah yang rendah dibanding tanah non-salin. Jumlah daun
terbanyak pada tanah salin 2 dS/m terdapat pada dosis 0,1 mM yaitu 9,7 helai
dibanding dosis 0 mM yaitu 7,0 helai (Tabel 8). Jumlah daun pada perlakuan
mutagen di tanah salin 2 dS/m mengalami kerontokan. Hal ini disebabkan karena
unsur garam yang terdapat dalam tanah salin, sehingga mengakibatkan daun rontok.
Hal ini sesuai dengan Kristono dkk. (2013) bahwa peningkatan salinitas pada
tanaman kedelai menurunkan tinggi tanaman, total biomasa dan hasil, daun cepat
mengalami kerontokan dini (senescence). Dogar (2012) menyatakan bahwa natrium
(Na) merupakan unsur non esensial tetapi sangat dibutuhkan, sedangkan khlor (Cl)
adalah hara mikro penting, kedua ion tersebut akan terakumulasi terutama pada
daun yang bersifat toksik pada konsentrasi berlebih. Jumlah daun semakin menurun
juga disebabkan karena seiring dengan peningkatan dosis sodium azida yang
29
digunakan. Sari dkk. (2012) menyatakan bahwa perlakuan sodium azida cenderung
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman seperti penurunan tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, panjang dan lebar daun pada beberapa
konsentrasi sodium azida.
Berdasarkan hasil skoring pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa terdapat 40
tanaman yang diberi perlakuan mutagen pada tanah salin 2 dS/m. Hasil skoring
tersebut terdiri dari 12 tanaman dengan kriteria sangat rentan, 7 tanaman dengan
kriteria rentan, 10 tanaman dengan kriteria moderat, 3 tanaman dengan kriteria
tahan, dan 8 tanaman dengan kriteria sangat tahan. Tidak adanya kriteria agak tahan
terhadap data skoring berdasarkan parameter jumlah daun pada generasi M1.
Tanaman pada dosis 0,05 mM memiliki kriteria sangat rentan terbanyak yaitu 4
tanaman dibanding dosis mutagen lain.
Tabel 9. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Jumlah Daun
pada Tanah Salin 2 dS/m
Dosis mutagen
(mM)
Skor
0 1 2 4 5 6
0,05 4 3 1 0 0 0
0,1 0 0 0 0 0 3
0,2 1 0 3 0 1 1
0,4 1 0 0 0 1 3
0,8 2 3 3 0 1 0
1,6 2 1 1 0 0 1
3,2 2 0 2 0 0 0
Jumlah 12 7 10 0 3 8 Keterangan : 0= sangat rentan 4= agak tahan
1= rentan 5= tahan
2= moderat 6= sangat tahan
30
4.4. Jumlah Polong Kedelai
Data pengamatan parameter jumlah polong per tanaman kedelai generasi M1
pada tanah non-salin dan tanah salin 2 dS/m tertera pada Tabel 10 dan Lampiran 5
dan 6.
Tabel 10. Data Jumlah Polong Tanaman Kedelai Generasi M1
Dosis mutagen (mM) Tanah Non Salin Tanah Salin 2 dS/m
----buah----
0 5,2 ± 3,085 (n=13) 8,3 ± 5,343 (n= 6)
0,05 5,9 ± 3,201 (n=15) 2,8 ± 1,199 (n= 8)
0,1 8,5 ± 0,500 (n= 4) 8,0 ± 0,000 (n= 3)
0,2 7,9 ± 3,754 (n=10) 6,3 ± 2,427 (n= 6)
0,4 5,0 ± 2,390 (n= 7) 8,0 ± 3,162 (n= 5)
0,8 7,9 ± 3,411 (n=17) 3,3 ± 2,108 (n= 9)
1,6 7,8 ± 5,063 (n=12) 4,6 ± 2,939 (n= 5)
3,2 7,6 ± 4,924 (n= 9) 5,0 ± 2,449 (n= 4)
6,4 5,7 ± 1,247 (n= 3) 0 Keterangan : ± = nilai standar deviasi. n = banyaknya tanaman
Berdasarkan data pengamatan jumlah polong pada tanah non-salin,
menunjukkan bahwa pengaruh dosis mutagen sodium azida terhadap jumlah polong
memberikan hasil yang berbeda-beda. Jumlah polong pada dosis 0,05; 0,1; 0,2; 0,8;
1,6; dan 3,2 mM memiliki hasil rerata tertinggi yaitu 5,9; 8,5; 7,9; 7,9; 7,8; dan 7,6
buah dibanding dosis 0 mM yaitu 5,2 buah (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa
pada dosis tersebut dapat meningkatkan jumlah polong kedelai pada kondisi tanah
non-salin. Hasil penelitian Rohmah (2014) menunjukkan bahwa sodium azida
dengan dosis 2 mM menghasilkan rata-rata jumlah polong total dan isi kedelai
paling tinggi dibandingkan dengan kontrol dan dosis 1 mM.
Kondisi tanah salin 2 dS/m memberikan hasil jumlah polong yang berbeda-
beda pada masing-masing perlakuan dosis mutagen. Jumlah polong pada dosis 0
31
mM lebih tinggi dibanding dosis mutagen yang lain yaitu 8,3 buah (Tabel 10). Hal
ini menunjukkan bahwa dosis mutagen sodium azida memberikan pengaruh
terhadap jumlah polong pada tanah salin 2 dS/m, sehingga menurunkan jumlah
polong. Jumlah polong pada kondisi salin juga memberikan hasil yang rendah
dibanding kondisi non salin. Hal ini disebabkan karena adanya garam yang terlarut
pada tanah salin, sehingga menurunkan hasil panen. Yuniati (2004) menyatakan
bahwa pada kondisi salin, pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat
karena akumulasi berlebihan Na dan Cl dalam sitoplasma, menyebabkan perubahan
metabolisme di dalam sel dan menghambat aktivitas enzim.
Berdasarkan hasil skoring pada Tabel 11, menunjukkan bahwa terdapat 40
tanaman yang diberi perlakuan mutagen pada tanah salin 2 dS/m. Hasil skoring
tersebut terdiri dari 10 tanaman dengan kriteria sangat rentan, 6 tanaman dengan
kriteria rentan, 4 tanaman dengan kriteria moderat, 5 tanaman dengan kriteria tahan,
dan 14 tanaman dengan kriteria sangat tahan. Tidak adanya kriteria agak tahan pada
hasil skoring berdasarkan parameter jumlah polong pada generasi M1.
Tabel 11. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Jumlah
Polong Pada Tanah Salin 2 dS/m
Dosis mutagen
(mM)
Skor
0 1 2 4 5 6
0,05 4 2 1 0 1 0
0,1 0 0 0 0 0 3
0,2 0 1 0 0 2 3
0,4 0 0 1 0 0 4
0,8 4 1 2 0 1 1
1,6 2 0 0 0 0 2
3,2 0 2 0 0 1 1
Jumlah 10 6 4 0 5 14 Keterangan : 0= sangat rentan 4= agak tahan
1= rentan 5= tahan
2= moderat 6= sangat tahan
32
4.5. Berat Polong Kedelai
Data pengamatan parameter berat polong per tanaman kedelai generasi M1
pada tanah non-salin dan tanah salin 2 dS/m tertera pada Tabel 12 dan Lampiran 5
dan 6.
Tabel 12. Data Berat Polong Tanaman Kedelai Generasi M1
Dosis mutagen (mM) Tanah Non Salin Tanah Salin 2 dS/m
----g----
0 1,3 ± 0,857 (n=13) 2,3 ± 1,510 (n= 6)
0,05 1,5 ± 0,905 (n=15) 0,5 ± 0,277 (n= 8)
0,1 2,2 ± 0,629 (n= 4) 1,2 ± 0,062 (n= 3)
0,2 2,0 ± 1,271 (n=10) 1,4 ± 0,430 (n= 6)
0,4 1,3 ± 0,774 (n= 7) 1,9 ± 0,569 (n= 5)
0,8 2,2 ± 1,230 (n=17) 0,9 ± 0,819 (n= 9)
1,6 2,3 ± 1,658 (n=12) 1,4 ± 1,188 (n= 5)
3,2 2,6 ± 3,100 (n= 9) 1,2 ± 0,858 (n= 4)
6,4 1,1 ± 0,585 (n= 3) 0 Keterangan : ± = nilai standar deviasi, n = banyaknya tanaman
Berdasarkan data pengamatan berat polong yang diperoleh pada kondisi tanah
non-salin. Berat polong pada dosis 0,05; 0,1; 0,2; 0,8; 1,6; dan 3,2 mM memiliki
hasil rerata tertinggi yaitu 1,5; 2,2; 2,0; 2,2; 2,3; dan 2,6 g dibanding dosis 0 mM
yaitu 1,3 g (Tabel 12). Berat polong pada dosis 6,4 mM memiliki hasil rerata
terendah dibanding dosis mutagen yang lain yaitu 1,1 g. Hasil rerata menunjukkan
bahwa semakin tinggi dosis mutagen, maka akan meningkatkan berat polong,
namun ini tidak terjadi pada dosis 6,4 mM. Hasil penelitian Rohmah (2014) bahwa
rata-rata berat polong panen dan kering tertinggi pada dosis SA 2 mM. Berat polong
pada dosis 0,4 mM memiliki hasil rerata yang tidak berbeda jauh dengan 0 mM.
Berdasarkan Tabel 12, hasil rerata berat polong pada kondisi tanah salin 2
dS/m menunjukkan bahwa tanaman pada perlakuan dosis 0 mM memiliki hasil
33
yang lebih tinggi dibanding dosis mutagen yang lain yaitu 2,3 g. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian mutagen sodium azida belum dapat meningkatkan
berat polong kedelai pada tanah salin 2 dS/m.
Berdasarkan hasil skoring pada Tabel 13, menunjukkan bahwa terdapat 40
tanaman yang diberi perlakuan mutagen pada tanah salin 2 dS/m. Hasil skoring
tersebut terdiri dari 14 tanaman dengan kriteria sangat rentan, 4 tanaman dengan
kriteria rentan, 4 tanaman dengan kriteria moderat, 4 tanaman dengan kriteria agak
tahan, 1 tanaman dengan kriteria tahan, dan 13 tanaman dengan kriteria sangat
tahan. Semua hasil skoring berdasarkan parameter berat polong pada generasi M1
menunjukkan bahwa dosis 0,05 mM memiliki kriteria sangat rentan lebih banyak
yaitu 7 tanaman dibanding dengan dosis mutagen lain, dan terdapat 1 tanaman yang
memiliki kriteria tahan yaitu dosis 0,1 mM pada tanaman ke 2 (Lampiran 10).
Tabel 13. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Berat
Polong pada Tanah Salin 2 dS/m
Dosis mutagen
(mM)
Skor
0 1 2 4 5 6
0,05 7 0 1 0 0 0
0,1 0 0 0 2 1 0
0,2 0 1 0 2 0 3
0,4 0 0 1 0 0 4
0,8 4 1 1 0 0 3
1,6 2 1 0 0 0 2
3,2 1 1 1 0 0 1
Jumlah 14 4 4 4 1 13 Keterangan : 0= sangat rentan 4= agak tahan
1= rentan 5= tahan
2= moderat 6= sangat tahan
34
4.6. Jumlah Biji Kedelai
Data pengamatan parameter jumlah biji kedelai per tanaman generasi M1
pada tanah non-salin dan tanah salin 2 dS/m tertera pada Tabel 14 dan Lampiran 5
dan 6.
Tabel 14. Data Jumlah Biji Tanaman Kedelai Generasi M1
Dosis mutagen (mM) Tanah Non Salin Tanah Salin 2 dS/m
----buah----
0 8,8 ± 5,503 (n=13) 15,7 ±10,061 (n= 6)
0,05 9,8 ± 4,819 (n=15) 3,4 ± 1,111 (n= 8)
0,1 15,8 ± 0,829 (n= 4) 11,0 ± 0,816 (n= 3)
0,2 12,3 ± 5,866 (n=10) 8,7 ± 5,821 (n= 6)
0,4 8,4 ± 3,923 (n= 7) 14,0 ± 4,940 (n= 5)
0,8 13,9 ± 6,282 (n=17) 6,1 ± 4,202 (n= 9)
1,6 14,8 ±10,207 (n=12) 7,8 ± 5,600 (n= 5)
3,2 13,8 ± 9,175 (n= 9) 7,5 ± 6,225 (n= 4)
6,4 8,0 ± 4,320 (n= 3) 0 Keterangan : ± = nilai standar deviasi, n= banyaknya tanaman
Berdasarkan hasil panen terhadap jumlah biji kedelai pada masing-masing
dosis mutagen pada kondisi tanah non-salin. Tanaman yang tidak diberi perlakuan
mutagen atau dosis 0 mM memiliki hasil rerata jumlah biji yang lebih rendah
dibanding dosis mutagen lain yaitu 8,8 buah, sedangkan dosis 6,4 mM memiliki
hasil rerata jumlah biji terendah yaitu 8,0 buah (Tabel 14). Hal ini menunjukkan
bahwa dosis mutagen yang digunakan dapat meningkatkan hasil panen terutama
pada jumlah biji kedelai di tanah non-salin. Menurut Rohmah (2014) dosis sodium
azida 2 mM memiliki rata-rata jumlah biji dan berat biji kedelai tertinggi dibanding
dosis 0 dan 1 mM.
35
Ilustrasi 7. Jumlah Biji Kedelai Generasi M1 di Tanah Non-Salin
Berdasarkan hasil panen terhadap jumlah biji kedelai pada masing-masing
dosis mutagen yang ada di tanah salin 2 dS/m, menunjukkan bahwa hasil rerata
jumlah biji pada perlakuan yang diberi mutagen memiliki jumlah biji yang rendah
dibandingkan dengan dosis 0 mM. Hasil rerata jumlah biji tertinggi terdapat pada
dosis 0 mM yaitu 15,7 buah dan terendah pada dosis 0,05 mM yaitu 3,4 buah (Tabel
14). Hal ini menunjukkan bahwa dosis mutagen yang digunakan tidak mampu
menghasilkan benih yang banyak dibanding dosis 0 mM (tanpa perlakuan
mutagen). Hasil penelitian Adamu dan Aliyu (2007) bahwa pada tanaman tomat
dengan dosis 0 mM menghasilkan jumlah buah per tanaman tertinggi dibanding
dosis 1, 2, dan 4 mM. Salinitas 2 dS/m memberi pengaruh terhadap hasil biji
kedelai. Menurut Katireji dkk. (2003) dalam Pathan dkk. (2007) menyatakan bahwa
pada salinitas tanah 0,8 dS/m tidak menyebabkan penurunan hasil biji kedelai.
Ilustrasi 8. Jumlah Biji Kedelai Generasi M1 di Tanah Salin 2 dS/m
Berdaarkan hasil skoring pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa terdapat 40
tanaman yang diberi perlakuan mutagen pada tanah salin 2 dS/m. Hasil skoring
36
tersebut diperoleh 17 tanaman yang menunjukkan kriteria sangat rentan, 2 tanaman
dengan kriteria rentan, 2 tanaman dengan kriteria moderat, 4 tanaman dengan
kriteria agak tahan, 4 tanaman dengan kriteria tahan, dan 14 tanaman dengan
kriteria sangat tahan. Semua hasil skoring berdasarkan parameter jumlah biji pada
generasi M1 menunjukkan bahwa tidak terdapat tanaman yang memiliki kriteria
tahan. Hasil skoring pada dosis 0,05 mM terdapat kriteria sangat rentan terbanyak
yaitu 7 tanaman, dibanding dengan dosis mutagen lain, dan pada dosis ini tidak
terdapat jumlah biji yang memiliki kriteria tahan.
Tabel 15. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Jumlah Biji
pada Tanah Salin 2 dS/m
Dosis mutagen
(mM)
Skor
0 1 2 4 5 6
0,05 7 1 0 0 0 0
0,1 0 0 0 0 0 3
0,2 1 1 1 1 0 2
0,4 0 0 0 1 0 4
0,8 4 0 1 2 0 2
1,6 3 0 0 0 0 2
3,2 2 0 0 0 0 1
Jumlah 17 2 2 4 0 14 Keterangan : 0= sangat rentan, 1= rentan, 2= moderat, 4= agak tahan, 5= tahan, 6= sangat tahan
4.7. Berat Biji Kedelai
Data pengamatan parameter berat biji kedelai per tanaman generasi M1 pada
tanah non-salin dan tanah salin 2 dS/m tertera pada Tabel 16 dan Lampiran 5 dan
6.
37
Tabel 16. Data Berat Biji Kedelai Generasi M1
Dosis mutagen (mM) Tanah Non Salin Tanah Salin 2 dS/m
----g----
0 0,8 ± 0,517 (n=13) 1,3 ± 0,905 (n= 6)
0,05 0,9 ± 0,459 (n=15) 0,2 ± 0,121 (n= 8)
0,1 1,4 ± 0,421 (n= 4) 0,7 ± 0,018 (n= 3)
0,2 1,0 ± 0,598 (n=10) 0,7 ± 0,464 (n= 6)
0,4 0,7 ± 0,400 (n= 7) 1,2 ± 0,316 (n= 5)
0,8 1,4 ± 0,786 (n=17) 0,7 ± 0,604 (n= 9)
1,6 1,3 ± 1,024 (n=12) 0,6 ± 0,391 (n= 5)
3,2 1,1 ± 0,993 (n= 9) 0,7 ± 0,548 (n= 4)
6,4 0,6 ± 0,383 (n= 3) 0 Keterangan : ± = nilai standar deviasi, n = banyaknya tanaman
Berdasarkan hasil panen terhadap berat biji kedelai per tanaman generasu M1
pada masing-masing dosis mutagen di tanah non-salin, menunjukkan bahwa dosis
mutagen yang digunakan mampu meningkatkan berat biji dibanding dosis 0 mM
atau kontrol. Hal ini tidak terjadi pada dosis 0,4 dan 6,4 mM yang memiliki hasil
rerata berat biji yang rendah yaitu 0,7 dan 0,6 g, sedangkan berat biji tertinggi
terdapat pada dosis 0,1 dan 0,8 mM yang memiliki hasil rerata sama yaitu 1,4 g
(Tabel 16). Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis 0,1 dan 0,8 mM dapat
meningkatkan berat biji kedelai.
Berdasarkan hasil rerata berat biji kedelai hasil M1 pada tanah salin 2 dS/m,
menunjukkan bahwa dosis 0 mM memiliki berat biji tertinggi dibandingkan
perlakuan yang diberi mutagen yaitu 1,3 g (Tabel 16). Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian mutagen sodium azida tidak dapat meningkatkan berat biji kedelai pada
salin 2 dS/m. Menurut Taufiq (2014) pada tingkat salinitas 2,32 – 3,86 dS/m bobot
biji kedelai varietas gema mengalami penurunan sebesar 47%.
Berdasarkan hasil skoring pada Tabel 17, terdapat 40 tanaman yang diberi
38
perlakuan mutagen pada tanah salin 2 dS/m. Hasil skoring tersebut terdiri dari 16
tanaman dengan kriteria sangat rentan, 4 tanaman dengan kriteria rentan, 7 tanaman
dengan kriteria moderat, 2 tanaman dengan kriteria tahan, dan 11 tanaman dengan
kriteria sangat tahan.
Tidak adanya kriteria agak tahan terhadap hasil skoring berdasarkan
parameter berat biji pada generasi M1 dan terdapat 2 tanaman dengan kriteria tahan
yaitu dosis 0,2 mM tanaman ke-4 dan 1,6 mM tanaman ke 3 (Lampiran 12). Hal ini
menunjukkan bahwa pada dosis 0,2 mM dan 1,6 mM dapat menghasilkan berat biji
pada tanah salin 2 dS/m yang lebih tinggi dibanding dosis 0 mM.
Tabel 17. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Berat Biji
pada Tanah Salin 2 dS/m
Dosis mutagen
(mM)
Skor
0 1 2 4 5 6
0,05 7 1 0 0 0 0
0,1 0 0 3 0 0 0
0,2 2 0 1 0 1 2
0,4 0 0 1 0 0 4
0,8 4 1 1 0 0 3
1,6 1 2 0 0 1 1
3,2 2 0 1 0 0 1
Jumlah 16 4 7 0 2 11 Keterangan : 0= sangat rentan 4= agak tahan
1= rentan 5= tahan
2= moderat 6= sangat tahan
4.8. Hasil Skoring Berdasarkan Karakter Agronomi pada Tanah Salin 2 dS/m
Berdasarkan data pengamatan karakter agronomi meliputi parameter tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah polong, berat polong, jumlah biji, dan berat biji,
diperoleh hasil skoring dari masing-masing tanaman yang diberi perlakuan mutagen
sodium azida pada kondisi tanah salin 2 dS/m. Jumlah tanaman hasil skoring tertera
39
pada Tabel 18 dan Lampiran 14.
Tabel 18. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Karakter Agronomi
pada Tanah Salin 2 dS/m
Dosis mutagen
(mM)
Skor
0 1 2 4 5 6
0,05 1 5 2 0 0 1
0,1 0 0 0 2 1 0
0,2 0 0 3 1 1 1
0,4 0 0 1 0 3 1
0,8 0 4 1 2 2 0
1,6 2 1 0 0 2 0
3,2 2 0 1 0 1 0
Jumlah 5 10 8 5 10 3 Keterangan : 0= sangat rentan 4= agak tahan
1= rentan 5= tahan
2= moderat 6= sangat tahan
Hasil skoring dari 40 tanaman pada tanah salin 2 dS/m menunjukkan bahwa
terdapat 5 tanaman dengan kriteria sangan rentan, 10 tanaman dengan kriteria
rentan, 8 tanaman dengan kriteria moderat, 5 tanaman dengan kriteria agak tahan,
10 tanaman dengan kriteria tahan, dan 3 tanaman dengan kriteria sangat tahan
(Tabel 18). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keragaman atau variasi pada
individu tanaman dari setiap dosis mutagen yang berbeda-beda.
Hasil skoring berdasarkan parameter karakter agronomi yang memiliki nilai
4 – 6 merupakan tanaman agak tahan, tahan dan sangat tahan pada kondisi salinitas
2 dS/m, akan dilanjutkan pada generasi M2. Adanya mutasi atau terjadinya tanaman
yang mutan dapat diketahui pada generasi M2 dan seterusnya. Srivastava dkk.
(2011) dalam Kumar dan Dwivedi (2013) menyatakan bahwa strategi utama
pemuliaan mutasi adalah untuk meningkatkan varietas tanaman yang disesuaikan
dengan baik, dengan mengubah satu atau dua ciri utama yang membatasi
40
produktivitas atau meningkatkan kualitas tanaman.
Semakin tinggi dosis mutagen, maka akan semakin banyak terjadi mutasi dan
banyak keragaman. Hasil penelitian Adamu dan Aliyu (2007), bahwa konsentrasi 4
mM natrium azida sangat efektif dalam menginduksi mutasi berkaitan dengan
persentase perkecambahan, panjang akar, tinggi bibit, kelangsungan hidup bibit,
jumlah cabang per tanaman, dan hasil per tanaman pada tomat.
41
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Simpulan dari hasil penelitian adalah nilai LD50 kedelai varietas Dering 1
yaitu 0,664 mM. Karakter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, berat
polong, jumlah biji, berat biji per tanaman yang dihasilkan pada generasi M1
memiliki keragaman pada setiap tanaman. Hasil skoring berdasarkan karakter
agronomi terdapat 5 tanaman dengan kriteria agak tahan, 10 tanaman dengan
kriteria tahan dan 3 tanaman dengan kriteria sangat tahan pada kondisi salinitas 2
dS/m.
5.2. Saran
Saran untuk penelitian mutasi kedelai selanjutnya, sebaiknya menggunakan
dosis mutagen sodium azida untuk pada kisaran LD50 yaitu 0,664 mM. Benih yang
dihasilkan dari generasi M1 yang masuk kriteria agak tahan, tahan, dan sangat tahan
sebaiknya ditanam kembali untuk melihat keragaman genetik kedelai varietas
Dering 1 pada generasi selanjutnya.
42
DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G. 2007. Principles of Plant Genentics and Breeding. Blackwell
Publishing. USA, UK, Australia. Halaman 569.
Aisyah, S.I. 2006. Induksi Mutagen Fisik pada Anyelir (Dianthus caryophillus
Linn.) dan Pengujian Stabilitas Mutannya yang Diperbanyak Secara
Vegetatif. [Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[tidak dipublikasikan].
Aisyah, S.I., H. Aswidinnoor, dan A. Saefuddin. 2009. Induksi mutasi pada stek
pucuk anyelir (Dianthus caryophyllus Linn.) melalui iradiasi sinar gamma. J.
Agronomi Indonesia. 37 (1): 62-70.
Adamu, A. K. and H. Aliyu. 2007. Morphological effects of sodium azide on tomato
(Lycopersicon esculentum Mill.). J. Science World. 1 (2):9-12.
Alka, S. and K. Khan. 2011 Induced Variation in Quantitative Traits Due to
Chemical Mutagen (Hydrazine Hydrate) Treatment in Lentil (Lens culinaris
Medik). Aligarh Muslim University.
Al-Qurainy, F. 2009. Effects of sodium azide on growth and yield traits of Eruca
sativa (L.). J. Science World App. 7 (1):220-226.
Amirjani, M.R. 2010. Effect of salinity stress on growth mineral composition,
proline content, antioxidant enzymes of soybean. Am. J. of Plant Physiol 5
(1):350-360.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Kedelai Menurut Provinsi (ton). Badan Pusat
Statistik, Jakarta.
Dhakshanamoorthy, D., R. Selvaraj. and A. Chidambaram. 2010. Physical and
chemical mutagenesis in Jatropha curcas L. to induce variability in seed
germination, growth and yield traits. J. Biology. Plant Biology. 55 (2):13-125.
Djufry, F., Sudarsono, dan M. S. Lestari. 2011. Tingkat toleransi beberapa galur
harapan padi pada kondisi salinitas di lahan rawa pasang surut. J. Agrivigor
10 (2): 196 – 207.
Dogar U.F., N. Naila, A. Maira, A. Iqra, I. Maryam, H. Khalid, N. Khalid, H.S. Ejaz,
and H.B Khizar. 2012. Noxious effect of NaCl salinity on plants. Botany Res.
Intern 5 (1): 20-23.
43
Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Yogyakarta.
Firdausya, A.F. 2012. Analisis Pertumbuhan, Morfologi, dan Kualitas Tanaman
Hias Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) Hasil Induksi Mutasi.
[Skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.[tidak
dipublikasikan].
Indrayanti, R., N. A. Mattjik, A. Setiawan, dan Sudarsono. 2011. Radiosesitivitas
pisang cv. Ampyang dan potensi penggunaan iradiasi gamma untuk induksi
varian. J. Agronomi Indonesia. 39 (2) : 112 – 118.
Karyanti, A. Purwito, dan A. Husni. 2015. Radiosensitivitas dan seleksi mutan
putatif jeruk keprok Garut (Citrus reticulata L.) berdasarkan penanda
morfologi. J. Agronomi Indonesia. 43 (2) : 126 – 132.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Strategi Pencapaian
Swasembada Kedelai 2017. Kementerian Pertanian Republik Indonesia,
Bogor.
Khan, S., F. Al-Qurainy. and F. Anwar. 2009. Sodium azide a chemical mutagen for
enhancement of agronomic traits of crop plants. Environ. We Int. J. Science.
Tech. 4 (1):1-2.
Krisnawati, A., dan M.M. Adie. 2009. Kendali genetik dan karakter penentuan
toleransi kedelai terhadap salinitas. Iptek Tanaman Pangan. 4 (2): 222-235.
Kristiono, A., R.D. purwaningrahayu, dan A. Taufiq. 2013. Respon tanaman
kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau terhadap cekaman salinitas. Buletin
Palwija. 26 (1):45 – 60.
Kumar, G and Dwivedi, K. 2013. Sodium azide induced complementary effect
chromosomal stickiness in Brassica campestris L. Jordan J. of Biological
Sciences. 6 (2): 85-90.
Lamond, R.E and D.A Withney. 1992. Manajement of Saline and Sodic Soils.
Cooperative Extention Service. Kansas State University 4-6.
Mandasari, A. A., S. P. A. Wahyuningsih, dan W. Darmanto. 2015. Uji toksisitas
akut polisakarida krestin dari ekstrak Coriolus versicolor dengan parameter
kerusakan hepatosit, enzim SGPT dan SGOT pada mencit. J. Sain Veteriner.
33 (1) : 69 – 74.
McWilliams, D. 2003. Soil Salinity and Sodicity Limits Efficient Plant Growth and
44
Water Use. New Mexico State University through USDA Cooperative state
research. Electronic distribution.
Olsen, O., X. Wang. and D.V. Wettstein. 1993. Sodium azide mutagenesis:
preferential generation of at-gc transitions in the barley antl8 gene. Proc. Natl.
Acad. Sci. 90 (1):8043-8047.
Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.
Potdukhe, N.R. 2004. Effect of physical and chemical mutagens in M1 generation
in red gram (Cajanus cajan) Nat. J. Pl.Improve. 6 (2): 108-111.
Purwati, R. D., Sudjindro, E. Kartini, dan Sudarsono. 2008. Keragaman genetika
varian yang diinduksi dengan Ethylmethane Sulphonate (EMS). J. Littri 14
(1): 16-24.
Qosim, W. A., N. Istifadah, I. Djatnika, dan Yunitasari. 2012. Pengaruh mutagen
etil metan sulfonat terhadap kapasitas regenerasi tunas hibrida Phalaenopsis
in vitro. J. Hortikultura. 22 (4) : 360 – 365.
Rohmah, A.N. 2014. Respon Pertumbuhan, Hasil dan Kandungan Karbohidrat
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Akibat Mutasi dengan Menggunakan
Sodium Azide (SA). [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Jember.
Jember. [tidak dipublikasikan]
Saraswati, I.G.A.E., M. Pharmawati, dan I.K. Junitha. 2012. Karakter morfologi
tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang dipengaruhi sodium azida
pada fase generatif generasi M1. J. Biologi 16 (1): 23-26.
Sari, N.K.Y., M. Pharmawati, dan I.K. Junitha. 2012. Pengaruh mutagen kimia
sodium azida terhadap morfologi tanaman cabai besar (Capsicum annum L.).
J. Metamorfosa. 1 (1): 25-28.
Soepandi, D. 1990. Studies On Plant Responses To Salt Stress. [Disertasi].
Okayama University. Japan.
Srivastava, P., S. Marker, P. Pandey, and Z.D.K. Tiwari. 2011. Mutagenic effect of
sodium azida on the growth and yield characteristics in wheat (Triticum
aestivum L. em. Thell). Asian J. Plant Sciences. 10 (3): 190-201
Suhartina. 2013. Dering 1, Varietas Kedelai Toleran Kekeringan Pada Fase
Reproduktif. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
(BALITKABI). Malang, Jawa Timur.
45
Sunarto. 2004. The tolerance of soybean on saline soil. Buletin Agronomi. 29 (1):27
– 30.
Suranto, H. 2013. Peran Iptek Nuklir dalam Pemuliaan Tanaman untuk Mendukung
Industri Pertanian. Prosidlng Pertemuan dan Presentasi llmiah Penelitian
Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 8
Juli 2003. 308-316.
Tatipata, Aurellia. 2008. Pengaruh kadar air awal , kemasan dan lama simpan
terhadap protein membran dalam mitokondria benih kedelai. J. Agronomi
Indonesia 16 (36): 8–16.
Taufiq, A. 2014. Toleransi Kacang Tanah, Kacang Hijau, dan Kedelai Terhadap
Salinitas. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang, Jawa
Timur
Wang, C.T., Y. Y. Tang, X. Z. Wang, S. W. Zhang, G. J. Li, J. C. Zhang,· and S. L.
Yu. 2011. Sodium azide mutagenesis resulted in a peanut plant with elevated
oleate content electronic J. Biotech. 14 (2).
Widiastuti, A., Sobir, dan M. R. Suhartono. 2010. Analisis keragaman manggis
(Garcinia mangostana) diiradiasi dengan sinar gamma berdasarkan
karakteristik morfologi dan anatomi. Nusantara Bioscience. 2 (1) : 23 – 33.
Yumiati, I. 2016. Pertumbuhan Vegetatif dan Determinasi Kandungan Hormon
Pada Padi Hitam (Oryza sativa L. ‘Cempo Ireng’) Hasil Perlakuan Sodium
Azida (NaN3). [Skripsi]. Fakultas Biologi. Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta. [tidak dipublikasikan].
Yunita, R. 2009. Pemanfaatn veriasi somaklonal dan seleksi in vitro dalam
perakitan tanaman toleran cekaman abiotik. J. Litbang Pertanian 28(4): 142-
148.
Zuyasna., Effendi., Chairunnas., dan Arwin. 2016. Efektivitas polietilen glikol
seabagai bahan penyeleki kedelai kipas merah bireunyang diradiasi sinar
gamma untuk toleransi terhadap cekaman kekeringan. J. Floratek. 11 (1) : 66
- 74.
46
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Kedelai Varietas Dering I
DERING 1
Dilepas Tahun : 25 September 2012
SK Mentan : 3259/Kpts/SR.120/9/2012
Nomor galur asal : DV/2984-330
Asal : Silang tunggal var unggul Davros x MLG 2984
Umur berbunga : ±35 hari setelah tanam
Umur masak : ±81 hari setelah tanam
Tinggi tanaman : ±57 cm
Tipe pertumbuhan : Determinit
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Bentuk daun : Oval
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna kulit polong : Coklat tua
Bentuk biji : Oval
Warna kulit biji : Kuning
Warna hilum biji : Coklat tua
Warna kotiledon : Putih
Kecerahan kulit biji : Tidak mengkilap
Kerebahan : Tahan rebah
Percabangan : 2–6
Jumlah polong/tanaman : ±38
Bobot 100 butir : 10,7 gram
Kandungan protein : ±34,2% bk
Kandungan lemak : ±17,1% bk
47
Lampiran 1. (lanjutan)
Potensi hasil : 2,8 ton/ha
Rata-rata hasil biji : 2,0 ton/ha
Ketahanan thd hama : Tahan hama penggerek polong (Etiella zincke-Penyakit
nella) dan rentan ulat grayak (Spodoptera litura), tahan
penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi)
Keterangan : Toleran kekeringan selama fase reproduktif
Wilayah adaptasi : Lahan sawah dan lahan kering (tegal)
Pemulia : Suhartina, Purwantoro, N. Nugrahaeni, Suyamto, Arifin,
dan M. Muchlish Adie
Peneliti : A. Taufiq, W. Tengkano, dan Sri Hardaningsih
Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
48
Lampiran 2. Perhitungan Sodium Azida (NaN3)
Mr NaN3 = 65,02 g/mol
Volume = 250 ml = 0,25 L
Dosis 0,05 mM = dosis x Mr NaN3 x volume
= 0,00005 M x 65,02 x 0,25 L
= 0,0008 g
Dosis 0,1 mM = dosis x Mr NaN3 x volume
= 0,0001 M x 65,02 x 0,25 L
= 0,0016 g
Dosis 0,2 mM = dosis x Mr NaN3 x volume
= 0,0002 M x 65,02 x 0,25 L
= 0,0032 g
Dosis 0,4 mM = dosis x Mr NaN3 x volume
= 0,0004 M x 65,02 x 0,25 L
= 0,0065 g
Dosis 0,8 mM = dosis x Mr NaN3 x volume
= 0,0008 M x 65,02 x 0,25 L
= 0,0130 g
Dosis 1,6 mM = dosis x Mr NaN3 x volume
= 0,0016 M x 65,02 x 0,25 L
= 0,0260 g
Dosis 3,2 mM = dosis x Mr NaN3 x volume
= 0,0032 M x 65,02 x 0,25 L
49
Lampiran 2. (lanjutan)
= 0,0520 g
Dosis 6,4 mM = dosis x Mr NaN3 x volume
= 0,0064 M x 65,02 x 0,25 L
= 0,1040 g
Dosis 12,8 mM = dosis x Mr NaN3 x volume
= 0,0128 M x 65,02 x 0,25 L
= 0,2080 g
Dosis 25,6 mM = dosis x Mr NaN3 x volume
= 0,0256 M x 65,02 x 0,25 L
= 0,4161 g
50
Lampiran 3. Data jumlah benih kedelai varietas dering 1 yang berkecambah pada
sebelas dosis mutagen sodium azida (NaN3) selama 7 hari
Dosis Mutagen
(mM)
Pengamatan hari ke-
1 2 3 4 5 6 7
0 0 19 25 29 41 44 48
0,05 0 20 31 45 48 50 51
0,1 0 9 11 12 12 14 18
0,2 0 4 15 21 29 34 37
0,4 0 1 10 19 27 36 36
0,8 0 2 18 44 47 53 55
1,6 0 0 9 17 32 34 34
3,2 0 0 0 4 19 24 27
6,4 0 0 0 0 3 8 10
12,8 0 0 0 0 0 0 0
25,6 0 0 0 0 0 0 0
51
Lampiran 4. Jumlah tanaman setelah pindah tanam
Dosis Mutagen (mM) Jumlah bibit
yang hidup
Jumlah bibit
0 dS/m 2 dS/m 5 dS/m
0 48 16 16 16
0,05 51 17 17 17
0,1 18 6 6 6
0,2 37 13 12 12
0,4 36 12 12 12
0,8 55 19 18 18
1,6 34 12 11 11
3,2 27 9 9 9
6,4 10 4 3 3
Jumlah 316 108 104 104
Jumlah tanaman yang hidup hingga panen
Dosis Mutagen (mM) Jumlah tanaman
0 dS/m 2 dS/m 5 dS/m
0 13 6 0
0,05 15 8 0
0,1 4 3 0
0,2 10 6 0
0,4 7 5 0
0,8 17 9 0
1,6 12 5 0
3,2 9 4 0
6,4 3 0 0
Jumlah 90 46 0
52
Lampiran 5. Data Pengamatan Tanaman Kedelai Generasi M1 Pada Tanah Non-Salin
Dosis Mutagen
(mM)
Tanaman
ke-
Tinggi
Tanaman
(cm)
Jumlah Daun Jumlah
Polong
Berat Polong
(gram) Jumlah Biji
Berat Biji
(gram)
0
1 44,5 4 8 0,620 7 0,372
2 60 11 11 2,516 18 1,455
3 51 11 6 2,774 14 1,631
4 45,5 6 5 0,591 4 0,324
5 46 9 10 2,075 18 1,358
6 57 10 8 2,742 16 1,813
7 33,5 6 5 1,150 11 0,742
8 34,2 4 2 0,643 4 0,444
9 25,5 4 2 0,597 4 0,435
10 30 4 2 0,589 4 0,427
11 39 7 3 1,157 6 0,800
12 26,5 3 2 0,582 4 0,413
13 31,5 3 3 0,794 5 0,553
Jumlah 524, 2 82 67 16,8 115,0 10,8
Rerata 40,32±10,87 6,31±2,89 5,15 ± 3,085 1,29 ± 0,857 8,85 ± 5,503 0,83 ± 0,517
0,05
1 54 11 7 1,378 8 0,487
2 55,7 4 10 3,490 19 1,660
3 56,5 12 13 2,027 16 1,199
4 40 4 6 0,816 8 0,509
53
5 22,6 7 2 0,635 4 0,466
6 60 6 6 1,899 12 1,257
7 45.5 7 6 2,704 13 0,852
8 31,3 5 4 1,135 8 0,791
10 46,5 10 11 3,154 19 2,022
11 40,5 3 3 0,762 6 0,520
12 35 4 4 0,956 8 0,676
13 32,5 3 3 0,692 5 0,487
14 36,5 4 2 0,627 4 0,438
16 42 7 7 1,472 10 0,940
17 58 8 4 1,200 7 0,822
Jumlah 611,1 95 88 22,948 147 13,126
Rerata 43,65±11,246 6,33±2,797 5,87 ± 3,201 1,53 ± 0,905 9,80 ± 4,819 0,88 ± 0,459
0,1
2 24 5 8 1,569 15 0,916
3 48,5 3 9 2,753 15 1,550
4 28,5 6 8 1,603 16 1,078
5 33,5 5 9 2,923 17 1,991
Jumlah 134,5 19 34 8,848 63 5,535
Rerata 33,63±9,222 4,75±1,090 8,50 ± 0,5 2,21±0,629 15,75 ± 0,829 1,38±0,421
0,2
2 40,5 8 4 0,623 7 0,379
3 27,5 6 10 2,063 20 1,305
4 57 15 7 2,173 14 1,383
5 46,5 10 2 0,249 4 0,094
6 55 7 7 1,530 10 0,901
54
7 47 3 10 1,448 10 0,697
8 19,5 4 3 0,709 5 0,443
9 34,5 8 14 3,150 21 1,730
11 31 3 11 3,303 19 1,880
12 50 13 11 4,438 13 1,660
Jumlah 408,5 77 79 19,683 123 10,472
Rerata 40,85±11,773 7,70±3,848 7,90 ± 3,754 1,97 ± 1,271 12,30±5,866 1,05±0,598
0,4
3 28 7 6 1,911 10 1,017
4 30 6 1 0,187 2 0,083
5 34 7 5 1,785 10 1,139
6 30 7 3 0,408 5 0,232
7 34 7 8 2,497 14 1,167
8 36,5 8 4 0,981 6 0,601
9 32,5 5 8 1,132 12 0,671
Jumlah 225 47 35 8,902 59 4,910
Rerata 32,14 ± 2,735 6,71±0,881 5,00 ± 2,390 1,27 ±0,774 8,43 ±3,923 0,70 ±0,4
0,8
1 59 7 3 0,372 7 0,192
2 44 7 8 1,361 11 0,768
3 26,5 5 10 2,760 16 1,546
4 50 9 10 3,375 20 2,079
5 49 8 11 2,711 17 1,649
6 58 8 1 0,253 2 0,175
7 42,5 7 9 2,929 16 1,585
8 55 0 7 1,174 10 0,672
55
9 55,5 3 3 1,040 6 0,775
10 60 9 10 3,662 20 2,462
11 62 11 12 4,635 25 2,884
12 25 2 3 0,907 5 0,531
13 24,6 2 7 1,306 11 0,813
14 49 3 12 3,454 20 2,257
15 14,5 6 9 2,411 16 1,264
16 24,5 5 12 3,100 21 2,066
17 34,5 8 7 2,362 14 1,589
Jumlah 733,6 100 134 37,810 237 23,307
Rerata 43,15±14,782 5,88±2,928 7,88 ± 3,411 2,22 ±1,230 13,94 ±6,282 1,37 ±0,786
1,6
2 34 9 2 0,478 3 0,094
3 26 6 1 0,224 2 0,039
4 33,5 5 13 4,376 26 2,337
5 24 9 2 0,503 5 0,071
6 29,5 4 12 2,957 22 1,855
7 40,5 7 10 3,070 16 2,020
8 31,5 7 13 3,039 24 1,919
9 30 10 15 3,902 30 2,201
10 22,5 6 2 0,441 3 0,289
11 24,5 6 8 2,516 12 1,002
12 60 8 12 5,068 27 3,009
13 44 8 4 0,710 7 0,347
Jumlah 400,0 85 94 27,284 177 15,183
56
Rerata 33,33±10,174 7,08±1,706 7,83 ± 5,063 2,27 ±1,658 14,75±10,207 1,27 ±1,024
3,2
1 43 3 8 1,554 15 1,012
2 40 8 3 0,452 6 0,265
3 17 1 9 2,196 17 1,393
4 34,5 2 4 1,050 8 0,661
5 35 4 2 0,295 4 0,113
6 61 6 7 1,369 10 0,813
7 58 7 4 0,402 6 0,187
8 28,5 10 18 10,066 32 2,807
9 24,5 10 13 5,887 26 2,856
Jumlah 341,5 51 68 23,272 124 10,107
Rerata 37,94±13,714 5,67±3,162 7,56 ± 4,924 2,59 ± 3,100 13,78±9,175 1,12±0,993
6,4
1 34 5 4 0,354 2 0,093
3 33,5 3 7 1,781 12 0,956
4 30 3 6 1,177 10 0,843
Jumlah 97,5 11 17 3,312 24 1,892
Rerata 32,50 ± 1,780 5,50±0,943 5,67 ± 1,247 1,10 ±0,585 8,00 ±4,320 0,63 ±0,383
57
Lampiran 6. Data Pengamatan Tanaman Kedelai Generasi M1 Pada Tanah Salin 2 ds/m
Dosis Mutagen
(mM)
Tanaman
ke-
Tinggi
Tanaman (cm) Jumlah Daun
Jumlah
Polong
Berat Polong
(gram) Jumlah Biji
Berat Biji
(gram)
0
1 39,5 8 10 3,715 19 2,121
2 47 17 19 4,702 35 2,851
3 55,5 6 7 2,053 15 0,885
4 44,5 5 7 1,945 14 1,356
8 44,5 6 5 1,065 8 0,700
11 33 2 2 0,252 3 0,153
Jumlah 264 44 50 13,732 94 8,066
Rerata 44,00 ± 6,868 7,33 ± 4,679 8,33 ± 5,343 2,29 ±1,510 15,67±10,061 1,34±0,905
0,05
1 36,5 5 5 0,612 4 0,283
2 37 4 4 1,062 4 0,443
7 39 3 2 0,404 4 0,264
10 43 4 3 0,420 5 0,219
11 35 3 1 0,105 2 0,056
12 34,5 3 2 0,217 2 0,105
13 31,5 1 2 0,304 2 0,189
17 35 4 3 0,578 4 0,372
Jumlah 291,5 27 22 3,702 27 1,931
Rerata 36,44 ± 3,206 3,38 ± 1,111 2,75 ± 1,199 0,46 ±0,277 3,38 ±1,111 0,24 ±0,121
0,1
1 49,5 10 8 1,143 10 0,637
2 17 9 8 1,288 12 0,678
5 29 10 8 1,175 11 0,672
Jumlah 95,5 29 24 3,606 33 1,987
58
Rerata 31,83 ± 13,418 9,67 ± 0,471 8,00 ± 0 1,20 ±0,062 11,00 ±0,816 0,66 ±0,018
0,2
1 39 8 10 1,967 19 1,306
3 27 6 9 1,498 0 0,000
4 44,5 0 5 1,189 8 0,820
5 37 5 3 1,117 6 0,598
6 40,5 5 5 0,656 7 0,319
7 36,5 5 6 1,733 12 1,217
Jumlah 224,5 29 38 8,161 52 4,26
Rerata 37,42 ± 5,350 4,83 ± 2 6,33 ± 2,427 1,36 ±0,430 8,67 ±5,821 0,71 ±0,464
0,4
1 40 7 10 2,556 19 1,663
3 31 7 7 1,878 14 1,242
4 39,5 1 4 1,008 8 0,691
7 25 7 13 2,523 20 1,190
8 33,5 6 6 1,770 9 1,021
Jumlah 169 28 40 9,735 70 5,807
Rerata 33,80 ± 5,591 5,60 ± 2,332 8,00 ± 3,162 1,95 ±0,569 14,00 ±4,940 1,16 ±0,316
0,8
4 45,5 3 8 2,626 15 1,907
6 60 4 5 1,746 9 1,246
8 48,5 5 1 0,183 2 0,104
10 46 4 2 0,138 2 0,052
11 51 5 4 1,496 8 1,094
13 52 4 1 0,119 1 0,078
14 46 3 3 0,675 6 0,460
17 59 5 2 0,424 4 0,294
18 51,5 6 4 0,997 8 0,690
Jumlah 459,5 39 30 8,402 55 5,925
Rerata 51,06 ± 5,085 4,33 ± 0,943 3,33 ± 2,108 0,93 ±0,819 6,11 ±4,202 0,66 ± 0,604
59
1,6
1 31 7 8 1,930 13 1,234
3 37 5 8 3,419 16 0,800
5 28 4 4 0,637 4 0,452
8 30 3 1 0,128 2 0,075
12 29,5 3 2 0,687 4 0,446
Jumlah 155,5 22 23 6,801 39 3,007
Rerata 31,10 ± 3,105 4,40 ± 1,497 4,60 ± 2,939 1,36 ± 1,188 7,80 ± 5,6 0,60 ± 0,391
3,2
1 30 5 9 2,617 18 1,593
3 22 2 3 0,364 4 0,259
4 21 5 5 1,018 6 0,644
8 16 3 3 0,750 2 0,247
Jumlah 89 15 20 4,750 30 2,743
Rerata 22,25 ± 5,019 3,75 ± 1,299 5,00 ± 2,449 1,19 ± 0,858 7,50 ± 6,225 0,69 ± 0,548
60
Lampiran 7. Skoring tinggi tanaman kedelai generasi M1
Perlakuan
Tinggi Tanaman
Non %
Skor Kriteria
Salin %
Skor Kriteria Salin Kehilangan
2
dS/m Kehilangan
0 mM 40,32 44,00 -9,13 6 Sangat
tahan
0,0
5 m
M
(1) 54,0 -33,93 6 Sangat
tahan
36,5
(1) 9,47 4
Agak
tahan
(2) 55,7 -38,14 6 Sangat
tahan 37 (2) 8,23 4
Agak
tahan
(3) 56,5 -40,13 6 Sangat
tahan 39 (7) 3,27 5 Tahan
(4) 40,0 0,79 5 Tahan 43
(10) -6,65 6
Sangat
tahan
(5) 22,6 43,95 1 Rentan 35
(11) 13,19 4
Agak
tahan
(6) 60,0 -48,81 6 Sangat
tahan
34,5
(12) 14,43 4
Agak
tahan
(7) 45,1 -11,86 6 Sangat
tahan
31,5
(13) 21,88 2 Moderat
(8) 31,3 22,37 2 moderat 35
(17) 13,19 4
Agak
tahan
(10) 46,5 -15,33 6 Sangat
tahan
(11) 40,5 -0,45 6 Sangat
tahan
(12) 35,0 13,19 4 Agak
tahan
(13) 32,5 19,39 2 Moderat
(14) 36,5 9,47 4 Agak
tahan
(16) 42,0 -4,17 6 Sangat
tahan
(17) 58,0 -43,85 6 Sangat
tahan
0,1
mM
(2) 24 40,48 1 Rentan 49,5
(1) -22,77 6
Sangat
tahan
(3) 48,5 -20,29 6 Sangat
tahan 17 (2) 57,84 0
Sangat
rentan
(4) 28,5 29,32 2 Moderat 29 (5) 28,08 2 Moderat
(5) 33,5 16,91 2 moderat
61
(2) 40,5 -0,45 6 Sangat
tahan 39 (1) 3,27 5 Tahan
(3) 27,5 31,80 2 Moderat 27 (3) 33,04 2 Moderat
(4) 57 -41,37 6
Sangat
tahan
44,5
(4) -10,37 6
Sangat
tahan
(5) 46,5 -15,33 6 Sangat
tahan 37 (5) 8,23 4
Agak
tahan
(6) 55 -36,41 6 Sangat
tahan
40,5
(6) -0,45 6
Sangat
tahan
(7) 47 -16,57 6 Sangat
tahan
36,5
(7) 9,47 4
Agak
tahan
(8) 19,5 51,64 0 Sangat
rentan
(9) 34,5 14,43 4 Agak
tahan
(11) 31 23,12 2 moderat
(12) 50 -24,01 6 Sangat
tahan
0,4
mM
(3) 28 30,56 2 Moderat 40 (1) 0,79 5 Tahan
(4) 30 25,60 2 Moderat 31 (3) 23,12 2 Moderat
(5) 34 15,67 2 Moderat 39,5
(4) 2,03 5 Tahan
(6) 30 25,60 2 Moderat 25 (7) 38,00 1 Rentan
(7) 34 15,67 2 Moderat 33,5
(8) 16,91 2 Moderat
(8) 36,5 9,47 4 Agak
tahan
(9) 32,5 19,39 2 Moderat
0,8
mM
(1) 59 -46,33 6 Sangat
tahan
45,5
(4) -12,85 6
Sangat
tahan
(2) 44 -9,13 6 Sangat
tahan 60 (6) -48,81 6
Sangat
tahan
(3) 26,5 34,28 2 Moderat 48,5
(8) -20,29 6
Sangat
tahan
(4) 50 -24,01 6 Sangat
tahan
46
(10) -14,09 6
Sangat
tahan
(5) 49 -21,53 6 Sangat
tahan
51
(11) -26,49 6
Sangat
tahan
(6) 58 -43,85 6 Sangat
tahan
52
(13) -28,97 6
Sangat
tahan
(7) 42,5 -5,41 6 Sangat
tahan
46
(14) -14,09 6
Sangat
tahan
0,2
mM
62
(8) 55 -36,41 6 Sangat
tahan
59
(17) -46,33 6
Sangat
tahan
0,8
mM
(9) 55,5 -37,65 6 Sangat
tahan
51,5
(18) -27,73 6
Sangat
tahan
(10) 60 -48,81 6 Sangat
tahan
(11) 62 -53,77 6 Sangat
tahan
(12) 25 38,00 1 Rentan
(13) 24,6 38,99 1 Rentan
(14) 49 -21,53 6 Sangat
tahan
(15) 14,5 64,04 0 Sangat
rentan
(16) 24,5 39,24 1 Rentan
(17) 34,5 14,43 4 Agak
tahan
1,6
mM
(2) 34 15,67 2 Moderat 31 (1) 23,12 2 Moderat
(3) 26 35,52 1 Rentan 37 (3) 8,23 4 Agak
tahan
(4) 33,5 16,91 2 Moderat 28 (5) 30,56 2 Moderat
(5) 24 40,48 1 Rentan 30 (8) 25,60 2 Moderat
(6) 29,5 26,84 2 Moderat 29,5
(12) 26,84 2 Moderat
(7) 40,5 -0,45 6 Sangat
tahan
(8) 31,5 21,88 2 Moderat
(9) 30 25,60 2 Moderat
(10) 22,5 44,20 1 Rentan
(11) 24,5 39,24 1 Rentan
(12) 60 -48,81 6 Sangat
tahan
(13) 44 -9,13 6 Sangat
tahan
3,2
mM
(1) 43 -6,65 6 Sangat
tahan 30 (1) 25,60 2 Moderat
(2) 40 0,79 5 Tahan 22 (3) 45,44 1 Rentan
(3) 17 57,84 0 Sangat
rentan 21 (4) 47,92 1 Rentan
(4) 34,5 14,43 4 Agak
tahan 16 (8) 60,32 0
Sangat
rentan
(5) 35 13,19 4 Agak
tahan
63
(6) 61 -51,29 6 Sangat
tahan
(7) 58 -43,85 6 Sangat
tahan
(8) 28,5 29,32 2 Moderat
(9) 24,5 39,24 1 rentan
6,4
mM
(1) 34 15,67 2 Moderat
(3) 33,5 16,91 2 Moderat
(4) 30 25,60 2 Moderat Keterangan: () = tanaman ke-n
64
Lampiran 8. Skoring jumlah daun tanaman kedelai generasi M1
Perlakuan
Jumlah Daun
Non
Salin
% Skor Kriteria
Salin
2
dS/m
% Skor Kriteria
Kehilangan Kehilangan
0 mM 6,31 7,33 -16,16 6 Sangat
tahan
0,0
5 m
M
(1) 11 -74,33 6 Sangat
tahan 5 (1) 20,76 2 Moderat
(2) 4 36,61 1 Rentan 4 (2) 36,61 1 Rentan
(3) 12 -90,17 6 Sangat
tahan 3 (7) 52,46 0
Sangat
rentan
(4) 4 36,61 1 rentan 4 (10) 36,61 1 Rentan
(5) 7 -10,94 6 Sangat
tahan 3 (11) 52,46 0
Sangat
rentan
(6) 6 4,91 5 Tahan 3 (12) 52,46 0 Sangat
rentan
(7) 7 -10,94 6 Sangat
tahan 1 (13) 84,15 0
Sangat
rentan
(8) 5 20,76 2 Moderat 4 (17) 36,61 1 rentan
(10) 10 -58,48 6 Sangat
tahan
(11) 3 52,46 0 Sangat
rentan
(12) 4 36,61 1 Rentan
(13) 3 52,46 0 Sangatn
rentan
(14) 4 36,61 1 Rentan
(16) 7 -10,94 6 Sangat
tahan
(17) 8 -26,78 6 Sangat
tahan
0,1
mM
(2) 5 20,76 2 Moderat 10 (1) -58,48 6 Sangat
tahan
(3) 3 52,46 0 Sangat
rentan 9 (2) -42,63 6
Sangat
tahan
(4) 6 4,91 5 Tahan 10 (5) -58,48 6 Sangat
tahan
(5) 5 20,76 2 moderat
(2) 8 -26,78 6 Sangat
tahan 8 (1) -26,78 6
Sangat
tahan
65
(3) 6 4,91 5 Tahan 6 (3) 4,91 5 Tahan
(4) 15 -137,72 6 Sangat
tahan 0 (4) 100,00 0
Sangat
rentan
(5) 10 -58,48 6 Sangat
tahan 5 (5) 20,76 2 Moderat
(6) 7 -10,94 6
Sangat
tahan 5 (6) 20,76 2 Moderat
(7) 3 52,46 0 Sangat
rentan 5 (7) 20,76 2 Moderat
(8) 4 36,61 1 Rentan
(9) 8 -26,78 6 Rentan
(11) 3 52,46 0 Sangatn
rentan
(12) 13 -106,02 6 Sangat
tahan
0,4
mM
(3) 7 -10,94 6 Sangat
tahan 7 (1) -10,94 6
Sangat
tahan
(4) 6 4,91 5 Tahan 7 (3) -10,94 6 Sangat
tahan
(5) 7 -10,94 6 Sangat
tahan 1 (4) 84,15 0
Sangat
rentan
(6) 7 -10,94 6 Sangat
tahan 7 (7) -10,94 6
Sangat
tahan
(7) 7 -10,94 6 Sangat
tahan 6 (8) 4,91 5 Tahan
(8) 8 -26,78 6 Sangat
tahan
(9) 5 20,76 2 Moderat
0,8
mM
(1) 7 -10,94 6 Sangat
tahan 3 (4) 52,46 0
Sangatn
rentan
(2) 7 -10,94 6 Sangat
tahan 4 (6) 36,61 1 Rentan
(3) 5 20,76 2 Moderat 5 (8) 20,76 2 Moderat
(4) 9 -42,63 6 Sangat
tahan 4 (10) 36,61 1 Rentan
(5) 8 -26,78 6 Sangat
tahan 5 (11) 20,76 2 Moderat
(6) 8 -26,78 6 Sangat
tahan 4 (13) 36,61 1 Rentan
(7) 7 -10,94 6 Sangat
tahan 3 (14) 52,46 0
Sangat
rentan
(8) 2 68,30 0 Sangat
rentan 5 (17) 20,76 2 Moderat
0,2
mM
66
(9) 3 52,46 0 Sangat
rentan 6 (18) 4,91 5 Tahan
(10) 9 -42,63 6 Sangat
tahan
(11) 11 -74,33 6 Sangat
tahan
(12) 2 68,30 0 Sangat
rentan
(13) 2 68,30 0 Sangat
rentan
(14) 3 52,46 0 Sangat
rentan
(15) 6 4,91 5 Tahan
(16) 5 20,76 2 Moderat
(17) 8 -26,78 6 Sangat
tahan
1,6
mM
(2) 9 -42,63 6 Sangat
tahan 7 (1) -10,94 6
Sangat
tahan
(3) 6 4,91 5 Tahan 5 (3) 20,76 2 Moderat
(4) 5 20,76 2 Moderat 4 (5) 36,61 1 Rentan
(5) 9 -42,63 6 Sangat
tahan 3 (8) 52,46 0
Sangat
rentan
(6) 4 36,61 1 Rentan 3 (12) 52,46 0 Sangat
rentan
(7) 7 -10,94 6 Sangat
tahan
(8) 7 -10,94 6 Sangat
tahan
(9) 10 -58,48 6 Sangat
tahan
(10) 6 4,91 5 Tahan
(11) 6 4,91 5 Tahan
(12) 8 -26,78 6 Sangat
tahan
(13) 8 -26,78 6 Sangat
tahan
3,2
mM
(1) 3 52,46 0 Sangat
rentan 5 (1) 20,76 2 Moderat
(2) 8 -26,78 6 Sangat
tahan 2 (3) 68,30 0
Sangat
rentan
(3) 1 84,15 0 Sangat
rentan 5 (4) 20,76 2 Moderat
(4) 2 68,30 0 Sangat 3 (8) 52,46 0 Sangat
67
rentan rentan
(5) 4 36,61 1 Rentan
(6) 6 4,91 5 Tahan
(7) 7 -10,94 6 Sangat
tahan
(8) 10 -58,48 6 Sangat
tahan
(9) 10 -58,48 6 Sangat
tahan
6,4
mM
(1) 5 20,76 2 Moderat
(3) 3 52,46 0 Sangat
rentan
(4) 3 52,46 0 Sangat
renta
Keterangan: () = tanaman ke-n
68
Lampiran 9. Skoring jumlah polong kedelai generasi M1
Perlakuan
Jumlah Polong
Non
Salin
% Skor Kriteria
Salin % Skor Kriteria
Kehilangan 2 dS/m Kehilangan
0 mM 5,15 8,33 -61,75 6 Sangat
tahan
0,0
5 m
M
(1) 7 -35,92 6 Sangat
tahan 5 (1) 2,91 5 Tahan
(2) 10 -94,17 6 Sangat
tahan 4 (2) 22,33 2 Moderat
(3) 13 -152,43 6 Sangat
tahan 2 (7) 61,17 0
Sangat
rentan
(4) 6 -16,50 6 Sangat
tahan 3 (10) 41,75 1 Rentan
(5) 2 61,17 0 Sangat
rentan 1 (11) 80,58 0
Sangat
rentan
(6) 6 -16,50 6 Sangat
tahan 2 (12) 61,17 0
Sangat
rentan
(7) 6 -16,50 6 Sangat
tahan 2 (13) 61,17 0
Sangat
rentan
(8) 4 22,33 2 Moderat 3 (17) 41,75 1 Rentan
(10) 11 -113,59 6 Sangat
tahan
(11) 3 41,75 1 Rentan
(12) 4 22,33 2 Moderat
(13) 3 41,75 1 Rentan
(14) 2 61,17 0 Sangat
rentan
(16) 7 -35,92 6
(17) 4 22,33 2
0,1
mM
(2) 8 -55,34 6 Sangat
tahan 8 (1) -55,34 6
Sangat
tahan
(3) 9 -74,76 6 Sangat
tahan 8 (2) -55,34 6
Sangat
tahan
(4) 8 -55,34 6 Sangat
tahan 8 (5) -55,34 6
Sangat
tahan
(5) 9 -74,76 6 Sangat
tahan
(2) 4 22,33 2 Moderat 10 (1) -94,17 6 Sangat
tahan
69
(3) 10 -94,17 6 Sangat
tahan 9 (3) -74,76 6
Sangat
tahan
(4) 7 -35,92 6 Sangat
tahan 5 (4) 2,91 5 Tahan
(5) 2 61,17 0
Sangat
rentan 3 (5) 41,75 1 Rentan
(6) 7 -35,92 6 Sangat
tahan 5 (6) 2,91 5 Tahan
(7) 10 -94,17 6 Sangat
tahan 6 (7) -16,50 6
Sangat
tahan
(8) 3 41,75 1 Rentan
(9) 14 -171,84 6 Sangat
tahan
(11) 11 -113,59 6 Sangat
tahan
(12) 11 -113,59 6 Sangat
tahan
0,4
mM
(3) 6 -16,50 6 Sangat
tahan 10 (1) -94,17 6
Sangat
tahan
(4) 1 80,58 0 Sangat
rentan 7 (3) -35,92 6
Sangat
tahan
(5) 5 2,91 5 Tahan 4 (4) 22,33 2 Moderat
(6) 3 41,75 1 Rentan 13 (7) -152,43 6 Sangat
tahan
(7) 8 -55,34 6 Sangat
tahan 6 (8) -16,50 6
Sangat
tahan
(8) 4 22,33 2 Moderat
(9) 8 -55,34 6 Sangat
tahan
0,8
mM
(1) 3 41,75 1 Rentan 8 (4) -55,34 6 Sangat
tahan
(2) 8 -55,34 6 Sangat
tahan 5 (6) 2,91 5 Tahan
(3) 10 -94,17 6 Sangat
tahan 1 (8) 80,58 0
Sangat
rentan
(4) 10 -94,17 6 Sangat
tahan 2 (10) 61,17 0
Sangat
rentan
(5) 11 -113,59 6 Sangat
tahan 4 (11) 22,33 2 Moderat
(6) 1 80,58 0 Sangat
rentan 1 (13) 80,58 0
Sangat
rentan
(7) 9 -74,76 6 Sangat
tahan 3 (14) 41,75 1 rentan
0,2
mM
70
(8) 7 -35,92 6 Sangat
tahan 2 (17) 61,17 0
Sangat
rentan
(9) 3 41,75 1 Rentan 4 (18) 22,33 2 Moderat
(10) 10 -94,17 6 Sangat
tahan
(11) 12 -133,01 6 Sangat
tahan
(12) 3 41,75 1 Rentan
(13) 7 -35,92 6 Sangat
tahan
(14) 12 -133,01 6 Sangat
tahan
(15) 9 -74,76 6 Sangat
tahan
(16) 12 -133,01 6 Sangat
tahan
(17) 7 -35,92 6 Sangat
tahan
1,6
mM
(2) 2 61,17 0 Sangat
rentan 8 (1) -55,34 6
Sangat
tahan
(3) 1 80,58 0 Sangat
rentan 8 (3) -55,34 6
Sangat
tahan
(4) 13 -152,43 6 Sangat
tahan 4 (5) 22,33 2 Moderat
(5) 2 61,17 0 Sangat
rentan 1 (8) 80,58 0
Sangat
rentan
(6) 12 -133,01 6 Sangat
tahan 2 (12) 61,17 0
Sangat
rentan
(7) 10 -94,17 6 Sangat
tahan
(8) 13 -152,43 6 Sangat
tahan
(9) 15 -191,26 6 Sangat
tahan
(10) 2 61,17 0 Sangat
rentan
(11) 8 -55,34 6 Sangat
tahan
(12) 12 -133,01 6 Sangat
tahan
(13) 4 22,33 2
(1) 8 -55,34 6 Sangat
tahan 9 (1) -74,76 6
Sangat
tahan
71
(2) 3 41,75 1 Rentan 3 (3) 41,75 1 Rentan
(3) 9 -74,76 6
Sangat
tahan 5 (4) 2,91 5 Tahan
(4) 4 22,33 2 Moderat 3 (8) 41,75 1 Rentan
(5) 2 61,17 0 Sangat
rentan
(6) 7 -35,92 6 Sangat
tahan
(7) 4 22,33 2 Moderat
(8) 18 -249,51 6 Sangat
tahan
(9) 13 -152,43 6 Sangat
tahan
6,4
mM
(1) 4 22,33 2 Moderat
(3) 7 -35,92 6 Sangat
tahan
(4) 6 -16,50 6 Sangat
tahan
Keterangan: () = tanaman ke-n
3,2
mM
72
Lampiran 10. Skoring berat polong kedelai generasi M1
Perlakuan
Berat Polong
Non % Skor Kriteria
Salin
2 dS/m
% Skor Kriteria
Salin Kehilangan Kehilangan
0 mM 1,29 2,29 -77,52 6 Sangat
tahan
0,0
5 m
M
(1) 1,378 -6,84 6 Sangat
tahan
0,612
(1) 52,59 0
Sangat
rentan
(2) 3,490 -170,52 6 Sangat
tahan
1,062
(2) 17,64 2 Moderat
(3) 2,027 -57,12 6 Sangat
tahan
0,404
(7) 68,70 0
Sangat
rentan
(4) 0,816 36,71 1 Rentan 0,420
(10) 67,43 0
Sangat
rentan
(5) 0,635 50,76 0 Sangat
rentan
0,105
(11) 91,84 0
Sangat
rentan
(6) 1,899 -47,20 6 Sangat
tahan
0,217
(12) 83,21 0
Sangat
rentan
(7) 2,704 -109,57 6 Sangat
tahan
0,304
(13) 76,44 0
Sangat
rentan
(8) 1,135 12,00 4 Agak
tahan
0,578
(17) 55,19 0
Sangat
rentan
(10) 3,154 -144,47 6 Sangat
tahan
(11) 0,762 40,93 1 Rentan
(12) 0,956 25,89 2 Moderat
(13) 0,692 46,33 1 Rentan
(14) 0,627 51,37 0 Sangat
rentan
(16) 1,472 -14,13 6 Sangat
tahan
(17) 1,200 6,97 4 Agak
tahan
0,1
mM
(2) 1,569 -21,61 6 Sangat
tahan
1,143
(1) 11,40 4
Agak
tahan
(3) 2,753 -113,38 6 Sangat
tahan
1,288
(2) 0,16 5 Tahan
(4) 1,603 -24,26 6 Sangat
tahan
1,175
(5) 8,91 4
Agak
tahan
(5) 2,923 -126,60 6 Sangat
tahan
73
(2) 0,623 51,71 0
Sangat
rentan
1,967
(1) -52,48 6
Sangat
tahan
(3) 2,063 -59,88 6 Sangat
tahan
1,498
(3) -16,12 6
Sangat
tahan
(4) 2,173 -68,41 6 Sangat
tahan
1,189
(4) 7,81 4
Agak
tahan
(5) 0,249 80,74 0
Sangat
rentan
1,117
(5) 13,41 4
Agak
tahan
(6) 1,530 -18,61 6 Sangat
tahan
0,656
(6) 49,15 1 Rentan
(7) 1,448 -12,21 6 Sangat
tahan
1,733
(7) -34,36 6
Sangat
tahan
(8) 0,709 45,07 1 Rentan
(9) 3,150 -144,20 6 Sangat
tahan
(11) 3,303 -156,04 6 Sangat
tahan
(12) 4,438 -243,99 6 Sangat
tahan
0,4
mM
(3) 1,911 -48,15 6 Sangat
tahan
2,556
(1) -98,14 6
Sangat
tahan
(4) 0,187 85,48 0 Sangat
rentan
1,878
(3) -45,58 6
Sangat
tahan
(5) 1,785 -38,37 6 Sangat
tahan
1,007
(4) 21,87 2 Moderat
(6) 0,408 68,36 0 Sangat
rentan
2,523
(7) -95,54 6
Sangat
tahan
(7) 2,497 -93,56 6 Sangat
tahan
1,770
(8) -37,22 6
Sangat
tahan
(8) 0,981 23,94 2 Moderat
(9) 1,132 12,22 4 Agak
tahan
0,8
mM
(1) 0,372 71,14 0 Sangat
rentan
2,626
(4) -103,54 6
Sangat
tahan
(2) 1,361 -5,51 6 Sangat
tahan
1,746
(6) -35,35 6
Sangat
tahan
(3) 2,760 -113,98 6 Sangat
tahan
0,183
(8) 85,82 0
Sangat
rentan
(4) 3,375 -161,60 6 Sangat
tahan
0,138
(10) 89,34 0
Sangat
rentan
(5) 2,711 -110,15 6 Sangat
tahan
1,496
(11) -15,97 6
Sangat
tahan
(6) 0,253 80,40 0 Sangat
rentan
0,119
(13) 90,81 0
Sangat
rentan
0,2
mM
74
(7) 2,929 -127,02 6 Sangat
tahan
0,675
(14) 47,71 1 Rentan
(8) 1,174 9,03 4 Agak
tahan
0,424
(17) 67,15 0
Sangat
rentan
(9) 1,040 19,40 2 Moderat 0,997
(18) 22,74 2 Moderat
(10) 3,662 -183,85 6 Sangat
tahan
(11) 4,635 -259,29 6 Sangat
tahan
(12) 0,907 29,71 2 Moderat
(13) 1,306 -1,27 6 Sangat
tahan
(14) 3,454 -167,76 6 Sangat
tahan
(15) 2,411 -86,88 6 Sangat
tahan
(16) 3,100 -140,27 6 Sangat
tahan
(17) 2,362 -83,12 6 Sangat
tahan
1,6
mM
(2) 0,478 62,97 0 Sangat
rentan
1,930
(1) -49,61 6
Sangat
tahan
(3) 0,224 82,64 0 Sangat
rentan
3,419
(3) -165,06 6
Sangat
tahan
(4) 4,376 -239,25 6 Sangat
tahan
0,637
(5) 50,62 0
Sangat
rentan
(5) 0,503 61,04 0 Sangat
rentan
0,128
(8) 90,09 0
Sangat
rentan
(6) 2,957 -129,23 6 Sangat
tahan
0,687
(12) 46,73 1 Rentan
(7) 3,070 -137,99 6 Sangat
tahan
(8) 3,039 -135,60 6 Sangat
tahan
(9) 3,902 -202,46 6 Sangat
tahan
(10) 0,441 65,79 0 Sangat
rentan
(11) 2,516 -95,05 6 Sangat
tahan
(12) 5,068 -292,88 6 Sangat
tahan
(13) 0,710 44,97 1 Rentan
0,8
mM
75
3,2
mM
(1) 1,554 -20,47 6
Sangat
tahan
2,617
(1) -102,89 6
Sangat
tahan
(2) 0,452 64,98 0 Sangat
rentan
0,364
(3) 71,77 0
Sangat
rentan
(3) 2,196 -70,26 6 Sangat
tahan
1,018
(4) 21,06 2 Moderat
(4) 1,050 18,60 2 Moderat 0,750
(8) 41,83 1 Rentan
(5) 0,295 77,12 0 Sangat
rentan
(6) 1,369 -6,10 6 Sangat
tahan
(7) 0,402 68,81 0 Sangat
rentan
(8) 10,066 -680,31 6 Sangat
tahan
(9) 5,887 -356,36 6 Sangat
tahan
6,4
mM
(1) 0,354 72,56 0 Sangat
rentan
(3) 1,7806 -38,03 6 Sangat
tahan
(4) 1,177 8,76 4 Agak
tahan
Keterangan: () = tanaman ke-n
76
Lampiran 11. Skoring jumlah biji kedelai generasi M1
Perlakuan
Jumlah Biji
Non
Salin
% Skor Kriteria
Salin % Skor Kriteria
Kehilangan 2 dS/m Kehilangan
0 mM 8,85 15,67 -77,06 6 Sangat
tahan
0,0
5 m
M
(1) 8 9,60 4 Agak
tahan 4 (1) 54,80 0
Sangat
rentan
(2) 19 -114,69 6 Sangat
tahan 4 (2) 54,80 0
Sangat
rentan
(3) 16 -80,79 6 Sangat
tahan 4 (7) 54,80 0
Sangat
rentan
(4) 8 9,60 4 Agak
tahan 5 (10) 43,50 1 Rentan
(5) 4 54,80 0 Sangat
rentan 2 (11) 77,40 0
Sangat
rentan
(6) 12 -35,59 6 Sangat
tahan 2 (12) 77,40 0
Sangat
rentan
(7) 13 -46,89 6 Sangat
tahan 2 (13) 77,40 0
Sangat
rentan
(8) 8 9,60 4 Agak
tahan 4 (17) 54,80 0
Sangat
rentan
(10) 19 -114,69 6 Sangat
tahan
(11) 6 32,20 2 Moderat
(12) 8 9,60 4 Agak
tahan
(13) 5 43,50 1 Rentan
(14) 4 54,80 0 Sangat
rentan
(16) 10 -12,99 6 Sangat
tahan
(17) 7 20,90 2 Moderat
0,1
mM
(2) 15 -69,49 6 Sangat
tahan 10 (1) -12,99 6
Sangat
tahan
(3) 15 -69,49 6 Sangat
tahan 12 (2) -35,59 6
Sangat
tahan
(4) 16 -80,79 6 Sangat
tahan 11 (5) -24,29 6
Sangat
tahan
(5) 17 -92,09 6 Sangat
tahan
77
(2) 7 20,90 2 Moderat 19 (1) -114,69 6
Sangat
tahan
(3) 20 -125,99 6 Sangat
tahan 0 (3) 100,00 0
Sangat
rentan
(4) 14 -58,19 6 Sangat
tahan 8 (4) 9,60 4
Agak
tahan
(5) 4 54,80 0 Sangat
rentan 6 (5) 32,20 1 Rentan
(6) 10 -12,99 6 Sangat
tahan 7 (6) 20,90 2 Moderat
(7) 10 -12,99 6 Sangat
tahan 12 (7) -35,59 6
Sangat
tahan
(8) 5 43,50 1 Rentan
(9) 21 -137,29 6 Sangat
tahan
(11) 19 -114,69 6 Sangat
tahan
(12) 13 -46,89 6 Sangat
tahan
0,4
mM
(3) 10 -12,99 6 Sangat
tahan 19 (1) -114,69 6
Sangat
tahan
(4) 2 77,40 0 Sangat
rentan 14 (3) -58,19 6
Sangat
tahan
(5) 10 -12,99 6 Sangat
tahan 8 (4) 9,60 4
Agak
tahan
(6) 5 43,50 1 rentan 20 (7) -125,99 6 Sangat
tahan
(7) 14 -58,19 6 Sangat
tahan 9 (8) -1,69 6
Sangat
tahan
(8) 6 32,20 2 Moderat
(9) 12 -35,59 6 Sangat
tahan
0,8
mM
(1) 7 20,90 2 Moderat 15 (4) -69,49 6 Sangat
tahan
(2) 11 -24,29 6 Sangat
tahan 9 (6) -1,69 6
Sangat
tahan
(3) 16 -80,79 6 Sangat
tahan 2 (8) 77,40 0
Sangat
rentan
(4) 20 -125,99 6 Sangat
tahan 2 (10) 77,40 0
Sangat
rentan
(5) 17 -92,09 6 Sangat
tahan 8 (11) 9,60 4
Agak
tahan
(6) 2 77,40 0 Sangat
rentan 1 (13) 88,70 0
Sangat
rentan
78
(7) 16 -80,79 6 Sangat
tahan 6 (14) 32,20 2 Moderat
(8) 10 -12,99 6 Sangat
tahan 4 (17) 54,80 0
Sangat
rentan
(9) 6 32,20 2 Moderat 8 (18) 9,60 4 Agak
tahan
(10) 20 -125,99 6 Sangat
tahan
(11) 25 -182,49 6 Sangat
tahan
(12) 5 43,50 1 Rentan
(13) 11 -24,29 6 Sangat
tahan
(14) 20 -125,99 6 Sangat
tahan
(15) 16 -80,79 6 Sangat
tahan
(16) 21 -137,29 6 Sangat
tahan
(17) 14 -58,19 6 Sangat
tahan
1,6
mM
(2) 3 66,10 0 Sangat
rentan 13 (1) -46,89 6
Sangat
tahan
(3) 2 77,40 0 Sangat
rentan 16 (3) -80,79 6
Sangat
tahan
(4) 26 -193,79 6 Sangat
tahan 4 (5) 54,80 0
Sangat
rentan
(5) 5 43,50 1 Rentan 2 (8) 77,40 0 Sangat
rentan
(6) 22 -148,59 6 Sangat
tahan 4 (12) 54,80 0
Sangat
rentan
(7) 16 -80,79 6 Sangat
tahan
(8) 24 -171,19 6 Sangat
tahan
(9) 30 -238,98 6 Sangat
tahan
(10) 3 66,10 0 Sangat
rentan
(11) 12 -35,59 6 Sangat
tahan
(12) 27 -205,08 6 Sangat
tahan
(13) 7 20,90 2 Moderat
79
3,2
mM
(1) 15 -69,49 6
Sangat
tahan 18 (1) -103,39 6
Sangat
tahan
(2) 6 32,20 2 Moderat 4 (3) 54,80 0 Sangat
rentan
(3) 17 -92,09 6 Sangat
tahan 6 (4) 32,20 2 Moderat
(4) 8 9,60 4 Agak
tahan 2 (5) 77,40 0
Sangat
rentan
(5) 4 54,80 0 Sangat
rentan
(6) 10 -12,99 6 Sangat
tahan
(7) 6 32,20 2 Moderat
(8) 32 -261,58 6 Sangat
tahan
(9) 26 -193,79 6 Sangat
tahan
6,4
mM
(1) 2
77,40 0
Sangat
rentan
(3) 12
-35,59 6
Sangat
tahan
(4) 10
-12,99 6
Sangat
tahan
Keterangan: () = tanaman ke-n
80
Lampiran 12. Skoring berat biji kedelai generasi M1
Perlakuan
Berat Biji
Non % Skor Kriteria
Salin % Skor Kriteria
Salin Kehilangan 2 dS/m Kehilangan
0 mM 0,83 1,34 -61,45 6 Sangat
tahan
0,0
5 m
M
(1) 0,487 41,33 1 Rentan 0,283
(1) 65,90 0
Sangat
rentan
(2) 1,66 -100,00 6 Sangat
tahan
0,443
(2) 46,63 1 Rentan
(3) 1,199 -44,46 6 Sangat
tahan
0,264
(7) 68,19 0
Sangat
rentan
(4) 0,509 38,67 1 Rentan 0,219
(10) 73,61 0
Sangat
rentan
(5) 0,466 43,86 1 Rentan 0,056
(11) 93,25 0
Sangat
rentan
(6) 1,257 -51,45 6 Sangat
tahan
0,105
(12) 87,35 0
Sangat
rentan
(7) 0,852 -2,65 6 Sangat
tahan
0,189
(13) 77,23 0
Sangat
rentan
(8) 0,791 4,70 5 Tahan 0,372
(17) 55,18 0
Sangat
rentan
(10) 2,022 -143,61 6 Sangat
tahan
(11) 0,52 37,35 1 Rentan
(12) 0,676 18,55 2 Moderat
(13) 0,487 41,33 1 Rentan
(14) 0,438 47,23 1 Rentan
(16) 0,94 -13,25 6 Sangat
tahan
(17) 0,822 0,96 5 Tahan
0,1
mM
(2) 0,916 -10,36 6 Sangat
tahan
0,637
(1) 23,25 2 Moderat
(3) 1,55 -86,75 6 Sangat
tahan
0,678
(2) 18,31 2 Moderat
(4) 1,078 -29,88 6 Sangat
tahan
0,672
(5) 19,04 2 moderat
(5) 1,991 -139,88 6 Sangat
tahan
(2) 0,379 54,34 0 Sangat 1,306 -57,35 6 Sangat
81
rentan (1) tahan
(3) 1,305 -57,23 6 Sangat
tahan 0 (3) 100,00 0
Sangat
rentan
(4) 1,383 -66,63 6 Sangat
tahan
0,820
(4) 1,20 5 Tahan
(5) 0,094 88,67 0 Sangat
rentan
0,598
(5) 27,95 2 Moderat
(6) 0,901 -8,55 6 Sangat
tahan
0,319
(6) 61,57 0
Sangat
rentan
(7) 0,697 16,02 2 Moderat 1,217
(7) -46,63 6
Sangat
tahan
(8) 0,443 46,63 1 Rentan
(9) 1,73 -108,43 6 Sangat
tahan
(11) 1,88 -126,51 6 Sangat
tahan
(12) 1,66 -100,00 6 Sangat
tahan
0,4
mM
(3) 1,017 -22,53 6 Sangat
tahan
1,663
(1) -100,36 6
Sangat
tahan
(4) 0,083 90,00 0 Sangat
rentan
1,242
(3) -49,64 6
Sangat
tahan
(5) 1,139 -37,23 6 Sangat
tahan
0,691
(4) 16,75 2 Moderat
(6) 0,232 72,05 0 Sangat
rentan
1,190
(7) -43,37 6
Sangat
tahan
(7) 1,167 -40,60 6 Sangat
tahan
1,021
(8) -23,01 6
Sangat
tahan
(8) 0,601 27,59 2 Moderat
(9) 0,671 19,16 2 Moderat
0,8
mM
(1) 0,192 76,87 0 Sangat
rentan
1,907
(4) -129,76 6
Sangat
tahan
(2) 0,768 7,47 4 Agak
tahan
1,246
(6) -50,12 6
Sangat
tahan
(3) 1,546 -86,27 6 Sangat
tahan
0,104
(8) 87,47 0
Sangat
rentan
(4) 2,079 -150,48 6 Sangat
tahan
0,052
(10) 93,73 0
Sangat
rentan
(5) 1,649 -98,67 6 Sangat
tahan
1,094
(11) -31,81 6
Sangat
tahan
(6) 0,175 78,92 0 Sangat
rentan
0,078
(13) 90,60 0
Sangat
rentan
(7) 1,585 -90,96 6 Sangat 0,460 44,58 1 Rentan
82
tahan (14)
(8) 0,672 19,04 2 Moderat 0,294
(17) 64,58 0
Sangat
rentan
(9) 0,775 6,63 4 Agak
tahan
0,690
(18) 16,87 2 Moderat
(10) 2,462 -196,63 6 Sangat
tahan
(11) 2,884 -247,47 6 Sangat
tahan
(12) 0,531 36,02 1 Rentan
(13) 0,813 2,05 5 Tahan
(14) 2,257 -171,93 6 Sangat
tahan
(15) 1,264 -52,29 6 Sangat
tahan
(16) 2,066 -148,92 6 Sangat
tahan
(17) 1,589 -91,45 6 Sangat
tahan
1,6
mM
(2) 0,094 88,67 0 Sangat
rentan
1,234
(1) -48,67 6
Sangat
tahan
(3) 0,039 95,30 0 Sangat
rentan
0,800
(3) 3,61 5 Tahan
(4) 2,337 -181,57 6 Sangat
tahan
0,452
(5) 45,54 1 Rentan
(5) 0,071 91,45 0 Sangat
rentan
0,075
(8) 90,96 0
Sangat
rentan
(6) 1,855 -123,49 6 Sangat
tahan
0,446
(12) 46,27 1 Rentan
(7) 2,02 -143,37 6 Sangat
tahan
(8) 1,919 -131,20 6 Sangat
tahan
(9) 2,201 -165,18 6 Sangat
tahan
(10) 0,289 65,18 0 Sangat
rentan
(11) 1,002 -20,72 6 Sangat
tahan
(12) 3,009 -262,53 6 Sangat
tahan
(13) 0,347 58,19 0 Sangat
rentan
83
3,2
mM
(1) 1,012 -21,93 6
Sangat
tahan
1,593
(1) -91,93 6
Sangat
tahan
(2) 0,265 68,07 0 Sangat
rentan
0,259
(3) 68,80 0
Sangat
rentan
(3) 1,393 -67,83 6 Sangat
tahan
0,644
(4) 22,41 2 Moderat
(4) 0,661 20,36 2 Moderat 0,247
(8) 70,24 0
Sangat
rentan
(5) 0,113 86,39 0 Sangat
rentan
(6) 0,813 2,05 5 Tahan
(7) 0,187 77,47 0 Sangat
rentan
(8) 2,807 -238,19 6 Sangat
tahan
(9) 2,856 -244,10 6 Sangat
tahan
6,4
mM
(1) 0,093 88,80 0 Sangat
rentan
(3) 0,956 -15,18 6 Sangat
tahan
(4) 0,843 -1,57 6 Sangat
tahan
Keterangan: () = tanaman ke-n
84
Lampiran 13. Hasil skoring karakter agronomi pada tanah non-salin
Perlakuan TT JD JP BP JB BB Rata-rata Kriteria
0,0
5 M
m
(1) 6 6 6 6 4 1 4,8 Tahan
(2) 6 1 6 6 6 6 5,2 Tahan
(3) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
(4) 5 1 6 1 4 1 3,0 Moderat
(5) 1 6 0 0 0 1 1,3 Rentan
(6) 6 5 6 6 6 6 5,8 Sangat
tahan
(7) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
(8) 2 2 2 4 4 5 3,2 Moderat
(10) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
(11) 6 0 1 1 2 1 1,8 Moderat
(12) 4 1 2 2 4 2 2,5 Moderat
(13) 2 0 1 1 1 1 1,0 Rentan
(14) 4 1 0 0 0 1 1,0 Rentan
(16) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
(17) 6 6 2 4 2 5 4,2 Agak tahan
0,1
mM
(2) 1 2 6 6 6 6 4,5 Tahan
(3) 6 0 6 6 6 6 5,0 Tahan
(4) 2 5 6 6 6 6 5,2 Tahan
(5) 2 2 6 6 6 6 4,7 Tahan
(2) 6 6 2 0 2 0 2,7 Moderat
(3) 2 5 6 6 6 6 5,2 Tahan
(4) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
(5) 6 6 0 0 0 0 2,0 Moderat
(6) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
(7) 6 0 6 6 6 2 4,3 Agak tahan
(8) 0 1 1 1 1 1 0,8 Rentan
(9) 4 6 6 6 6 6 5,7 Sangat
tahan
(11) 2 0 6 6 6 6 4,3 Agak tahan
85
(12) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
0,4
mM
(3) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan
(4) 2 5 0 0 0 0 1,2 Rentan
(5) 2 6 5 6 6 6 5,2 Tahan
(6) 2 6 1 0 1 0 1,7 Moderat
0,4
mM
(7) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan
(8) 4 6 2 2 2 2 3,0 Moderat
(9) 2 2 6 4 6 2 3,7 Agak tahan
0,8
mM
(1) 6 6 1 0 2 0 2,5 Moderat
(2) 6 6 6 6 6 4 5,7 Sangat
tahan
(3) 2 2 6 6 6 6 4,7 Tahan
(4) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
(5) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
(6) 6 6 0 0 0 0 2,0 Moderat
(7) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
(8) 6 0 6 4 6 2 4,0 Agak tahan
(9) 6 0 1 2 2 4 2,5 Moderat
(10) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
(11) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
(12) 1 0 1 2 1 1 1,0 Rentan
(13) 1 0 6 6 6 5 4,0 Agak tahan
(14) 6 0 6 6 6 6 5,0 Tahan
(15) 0 5 6 6 6 6 4,8 Tahan
(16) 1 2 6 6 6 6 4,5 Agak tahan
(17) 4 6 6 6 6 6 5,7 Sangat
tahan
1,6
mM
(2) 2 6 0 0 0 0 1,3 Rentan
(3) 1 5 0 0 0 0 1,0 Rentan
(4) 2 2 6 6 6 6 4,7 Tahan
(5) 1 6 0 0 1 0 1,3 Rentan
(6) 2 1 6 6 6 6 4,5 Tahan
(7) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
86
(8) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan
(9) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan
(10) 1 5 0 0 0 0 1,0 Rentan
(11) 1 5 6 6 6 6 5,0 Tahan
(12) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat
tahan
(13) 6 6 2 1 2 0 2,8 Moderat
(1) 6 0 6 6 6 6 5,0 Tahan
(2) 5 6 1 0 2 0 2,3 Moderat
(3) 0 0 6 6 6 6 4,0 Agak tahan
(4) 4 0 2 2 4 2 2,3 Moderat
(5) 4 1 0 0 0 0 0,8 Rentan
(6) 6 5 6 6 6 5 5,7 Sangat
tahan
(7) 6 6 2 0 2 0 2,7 Moderat
(8) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan
(9) 1 6 6 6 6 6 5,2 Tahan
6,4
mM
(1) 2 2 2 0 0 0 1,0 Rentan
(3) 2 0 6 6 6 6 4,3 Agak tahan
(4) 2 0 6 4 6 6 4,0 Agak tahan Keterangan: () = tanaman ke-n, TT= tinggi tanaman, JD= jumlah daun, JP= jumlah polong, BP=
berat polong, JB= jumlah biji, BB= berat biji
87
Lampiran 14. Hasil skoring karakter agronomi pada tanah salin 2 dS/m
Perlakuan TT JD JP BP JB BB Rata-rata Kriteria
0 mM 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat tahan
0,0
5 m
M
(1) 4 2 5 0 0 0 1,8 Moderat
(2) 4 1 2 2 0 1 1,7 Moderat
(7) 5 0 0 0 0 0 0,8 Rentan
(10) 6 1 1 0 1 0 1,5 Rentan
(11) 4 0 0 0 0 0 0,7 Rentan
(12) 4 0 0 0 0 0 0,7 Rentan
(13) 2 0 0 0 0 0 0,3 Sangat rentan
(17) 4 1 1 0 0 0 1,0 Rentan
0,1
mM
(1) 6 6 6 4 6 2 5,0 Tahan
(2) 0 6 6 5 6 2 4,2 Agak tahan
(5) 2 6 6 4 6 2 4,3 Agak tahan
0,2
mM
(1) 5 6 6 6 6 6 5,8 Sangat tahan
(2) 2 5 6 6 0 0 3,2 Moderat
(3) 6 0 5 4 4 5 4,0 Agak tahan
(4) 4 2 1 4 1 2 2,3 Moderat
(5) 6 2 5 1 2 0 2,7 Moderat
(6) 4 2 6 6 6 6 5,0 Tahan
0,4
mM
(1) 5 6 6 6 6 6 5,8 Sangat tahan
(3) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan
(4) 5 0 2 2 4 2 2,5 Moderat
(7) 1 6 6 6 6 6 5,2 Tahan
(8) 2 5 6 6 6 6 5,2 Tahan
0,8
mM
(4) 6 0 6 6 6 6 5,0 Tahan
(6) 6 1 5 6 6 6 5,0 Tahan
(8) 6 2 0 0 0 0 1,3 Rentan
(10) 6 1 0 0 0 0 1,2 Rentan
(11) 6 2 2 6 4 6 4,3 Agak tahan
(13) 6 1 0 0 0 0 1,2 Rentan
(14) 6 0 1 1 2 1 1,8 Moderat
(17) 6 2 0 0 0 0 1,3 Rentan
(18) 6 5 2 2 4 2 3,5 Agak tahan
88
1,6
mM
(1) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan
(3) 4 2 6 6 6 5 4,8 Tahan
(5) 2 1 2 0 0 1 1,0 Rentan
(8) 2 0 0 0 0 0 0,3 Sangat rentan
(12) 2 0 0 1 0 1 0,7 Sangat rentan
3,2
Mm
(1) 2 2 6 6 6 6 4,7 Tahan
(3) 1 0 1 0 0 0 0,3 Sangat rentan
(4) 1 2 5 2 2 2 2,3 Moderat
(8) 0 0 1 1 0 0 0,3 Sangat rentan Keterangan: () = tanaman ke-n, TT= tinggi tanaman, JD= jumlah daun, JP= jumlah polong, BP=
berat polong, JB= jumlah biji, BB= berat biji
89
Lampiran 15. Dokumentasi Kegiatan
Analisis tanah salin Pembuatan larutan mutagen
Perendaman benih ke dalam larutan
mutagen
Tanaman kedelai pada tanah non-salin
Tanaman kedelai pada tanah salin
2 dS/m
Tanaman kedelai pada tanah salin
5 dS/m
90
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Nurul Fajriyah, lahir di
Tangerang pada tanggal 23 Mei 1995. Penulis
merupakan anak ke-8 dari 8 bersaudara. Penulis lahir
dari pasangan suami istri Bapak Yulfit Ahmad dengan
Ibu Azemi. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di
MI. Manba’ul Khair lulus pada tahun 2007, MTs Negeri
13 Jakarta lulus pada tahun 2010, dan SMA Muhammadiyah 18 Jakarta lulus pada
tahun 2013.
Tahun 2013 pula penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Diponegoro
Semarang pada Program Studi S1 Agroekoteknologi, Departemen Pertanian,
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro. Penulis berhasil
mempertahankan Laporan Praktek Kerja Lapang yang berjudul “Perbanyakan In
Vitro Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.) Varietas Cavendish di PT.
Natural Resources Indonesia, Depok, Jawa Barat” pada tanggal 7 Januari 2017.
Penulis aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah Kultur Jaringan Tanaman dan
Pemuliaan Tanaman. Sampai saat ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa
Program Studi S1 Agroekoteknologi Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro, Semarang.