5
TINJAUAN PUSTAKA
Usia lanjut
Usia Lanjut adalah masa penutup dari kehidupan manusia. Usia 60 tahun
biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut
(Wirakusumah 2004). Papalia dan Old (1988), mendefinisikan usia lanjut sebagai
individu yang berusia di atas 65 tahun dan membedakannya menjadi kelompok
young-old (65-80) dan old-old (di atas 80 tahun). Durnin & Lean (1992) membagi
lansia menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (≥75 tahun).
Departemen Kesehatan (1991) membuat pengelompokan usia lanjut
menjadi:
1. Kelompok umur pertengahan ialah kelompok usia dalam masa virilitas,
yaitu masa persiapan usia lanjut, yang menampakkan keperkasaan fisik
dan kematangan jiwa (45-54 tahun).
2. Kelompok usia lanjut dini ialah kelompok dalam masa prasenium, yaitu
kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun).
3. Kelompok usia lanjut ialah kelompok dalam masa senium (65 tahun ke
atas).
Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi, yaitu kelompok yang berusia lebih dari
70 tahun, atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti
menderita penyakit berat, atau cacat.
Proses penuaan
Proses penuaan merupakan proses yang berlangsung secara terus
menerus secara alamiah. Proses ini dimulai sejak proses pembuahan dan umum
dialami oleh semua mahkluk hidup serta berlangsung berbeda-beda pada setiap
orang. Proses kelahiran, pertumbuhan, dewasa dan manula adalah bagian dari
proses penuaan yang normal dan penuaan ini berakhir saat mahkluk hidup ini
mati (Cooper et al. 1963).
Turner et al. (1991) menyatakan bahwa proses penuaan terbagi menjadi
penuaan eksternal dan internal. Poses penuaan eksternal merupakan proses
penuaan yang gejalanya dapat dilihat. Perubahan-perubahannya dapat diamati
dari kulit, rambut, gigi, dan postur tubuh. Penuaan internal adalah penuaan yang
gejalanya tidak dapat dilihat, yaitu perubahan degeneratif yang terjadi di dalam
tubuh. perubahan tersebut terjadi pada sistem saraf, kardiovaskular, pernapasan,
6
pencernaan, urinari, dan sistem imun. Penuaan dapat disebabkan karena faktor
umur juga dapat terjadi karena faktor psikososial seperti stress, sosial ekonomi,
lingkungan, makanan (gizi) dan kesehatan.
Penampakan kulit pada lansia akan terlihat berkerut yang disebabkan
oleh hilangnya jaringan lemak subkutan dan elastisitas kulit. Berkurangnya
jaringan lemak dalam tubuh akan menyebabkan usia lanjut kehilangan panas
tubuh. Sel kulit normal pada lansia berusia sekitar 70 tahun rata-rata hanya dapat
bertahan hidup selama 46 hari dan proses penggantian sel-sel baru berlangsung
lebih lambat. Hal ini berdampak pada jumlah sel kulit yang semakin berkurang
dan hasilnya sensitivitas kulit melemah.
Seiring dengan bertambahnya usia, rambut perlahan-lahan akan berubah
menjadi putih dan kehilangan kemilaunya. Rambut akan menjadi tipis dan
beruban. Perubahan hormonal juga dapat memicu kerontokan rambut. Pada usia
65 tahun, sekitar 50% usia lanjut juga akan kehilangan giginya. Hal ini
menyebabkan usia lanjut sulit mengunyah makanan yang mengakibatkan
hilangnya nafsu makan. Pengurangan massa tulang dan tubuh berdampak pada
berkurangnya tinggi badan. proses ini dimulai sejak usia remaja. Berkurangnya
kolagen pada tulang punggung menyebabkan tulang punggung menjadi
bengkok. Hal inilah yang menjadikan usia lanjut terlihat lebih pendek. Faktor-
faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap individu berbeda
prosesnya (Oswari 1997).
Menopause
Sutanto & Sutanto (2005) mendefinisikan menopause proses alami dari
penuaan, yaitu ketika wanita tidak lagi haid selama 1 tahun. Penyebab
terhentinya haid karena ovarium tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan
progesteron. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary mendefinisikan
menopause sebagai periode berhentinya haid secara alamiah yang biasanya
terjadi antara usia 45 dan 50 tahun (Kasdu 2004). Menopause adalah
perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh hormon dari otak
dan sel telur.
Wanita selama hidupnya mengalami tiga kejadian penting, yaitu
Menarche yang terjadi saat wanita mengeluarkan haid pertama. Biasanya terjadi
pada umur 11-13 tahun, yaitu saat wanita mengalami gangguan haid. Ketika
umur 40-45 tahun biasanya haid tidak datang lagi secara teratur, mungkin dalam
7
sebulan mendapat haid sampai 2 kali atau haid baru datang setelah beberpa
bulan. Hal ini disebabkan produksi telur sudah hampir habis (Oswari 1997).
Menopause terjadi karena produksi sel telur habis sama sekali dan
biasanya terjadi pada usia 45-50 tahun. Diagnosa dibuat setelah terdapat
amenorrea (tidak haid) sekurang-kurangnya 1 tahun. Shimp & Smith (2000)
mendefinisikan menopause sebagai akhir periode menstruasi, tetapi seorang
wanita tidak diperhitungkan postmenopause sampai wanita tersebut telah 1
tahun mengalami amenorrhea. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus yang
lebih panjang dengan perdarahan yang berkurang. Umumnya batas terendah
terjadinya menopause adalah umur 44 tahun. Operasi atau radiasi dapat
menyebabkan menopause yang umumnya menimbulkan keluhan lebih banyak
dibanding menopause secara alami.
Masa premenopause, menopause, dan postmenopause dikenal sebagai
masa klimakterium. Klimakterium dimulai sejak 6 tahun sebelum menopause dan
berakhir 6-7 tahun sesudah menopause. Keluhan-keluhan yang biasa dialami
pada masa ini antara lain mudah tersinggung, depresi, kelelahan, kurang
bersemangat, sulit tidur, hot flush, berkeringat, rasa dingin, dan sakit kepala.
Ketika seseorang memasuki masa menopause, terjadi ketidaknyamanan fisik
seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh.
Rasa kaku ini terkadang disertai rasa panas atau dingin, pening, kelelahan,
resah, kesal, cepat marah, dan berdebar-debar (Wirakusumah 2004). Setelah
menopause, wanita akan mengalami masa Senile. Pada masa ini tercapai
keseimbangan hormonal yang baru sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif
maupun psikis.
Menurut Wirakusumah (2004), menopause dibagi dalam beberapa
tahapan yaitu sebagai berikut :
1. Pra-menopause
Keseluruhan waktu ketika siklus menstruasi berjalan normal sampai mulai
mengalami perubahan-perubahan yang menandakan mendekatnya masa
menopause. Istilah ini juga mengacu pada fase di mana mulai terjadi
perubahan kadar hormon yang menyebabkan perubahan dalam siklus dan
karakteristik menstruasi.
2. Perimenopause
Perimenopause merupakan masa transisi menuju menopause meliputi
beberapa tahun sebelum menstruasi mulai benar-benar berhenti. Pada masa
8
ini, sudah mulai terasa gejala-gejala seperti pendarahan yang tidak teratur,
hot flush, dan lain sebagainya. Pada sebagian orang menstruasi bisa terjadi
lebih banyak dan pada sebagian lain justru menjadi lebih sedikit. Pada masa
ini produksi estrogen mulai berkurang dan fungsi ovarium juga mulai
menurun dan akhirnya berhenti.
3. Menopause
Menstruasi paling akhir sampai sudah tidak mendapatkan menstruasi lagi
selama satu tahun. Memasuki masa menopause seringkali ditandai dengan
menstruasi yang berkurang secara bertahap dan estrogen yang diproduksi
semakin sedikit. Namun ada juga wanita yang memasuki masa menopause
secara tiba-tiba dimana siklus menstruasi langsung berhenti.
4. Post-menopause
Pasca menopause diperkirakan terjadi dalam waktu 3 sampai 5 tahun
setelah menstruasi terakhir. Olah karena itu, masa post-menopause berbeda-
beda pada masing-masing individu.
Fisiologis Menopause
Sejak lahir bayi wanita memiliki sekitar 770.000 sel telur yang belum
berkembang. Pada fase pubertas, yaitu usia 8-12 tahun, mulai timbul aktivitas
ringan dari fungsi endokrin reproduksi. Pada usia 12-13 tahun umumnya seorang
wanita akan mendapatkan menarche (haid pertama kalinya) yang dikenal
sebagai masa pubertas. Pada saat itu organ reproduksi wanita mulai berfungsi
optimal secara bertahap. Ovarium mulai mengeluarkan sel-sel telur yang siap
untuk dibuahi yang disebut dengan fase reproduksi atau periode fertil yang
berlangsung hingga usia sekitar 45 tahun. Periode fertil ketika telur dibuahi, akan
terjadi kehamilan.
Fase terakhir setelah masa reproduksi berakhir disebut klimakterium,
yaitu masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke
periode non-produktif. Periode ini berlangsung antara 5-10 tahun atau 5 tahun
sebelum menopause dan 5 tahun setelah menopause (Kasdu 2004).
Masa klimakterium terdiri atas tiga tahap, yaitu premenopause,
perimenopause, dan postmenopause. Premenopause adalah masa sebelum
berlangsungnya perimenopause. Tahap ini terjadi sejak fungsi reproduksi mulai
menurun sampai timbul keluhan atau tanda-tanda menopause. Perimenopause
merupakan periode dengan keluhan memuncak. Terjadi sekitar 1-2 tahun
9
sebelum dan 1-2 tahun sesudah menopause. Postmenopause adalah masa
setelah perimenopause sampai senilis. Secara umum, fase klimakterium disebut
sebagai menopause (Kasdu 2004; Gebbie 2005).
Sindrom Menopause
Gejala awal yang terjadi pada masa menopause adalah menstruasi yang
tidak teratur yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan progesteron.
Selain itu, penurunan kadar estrogen berpengaruh pada jaringan kolagen yang
berfungsi sebagai jaringan penunjang tubuh. hilangnya kolagen menyebabkan
kulit menjadi kering dan keriput, rambut rontok, gigi mudah goyang dan gusi
berdarah, sariawan, serta timbul rasa sakit dan nyeri pada persendian (Kasdu
2004). Gejala sindrom menopause yang lain adalah:
Hot Flush
Hot flush terjadi karena fluktuasi kadar hormon. Perubahan kadar
estrogen diduga menyebabkan pembuluh darah membesar secara mendadak
sehingga terjadi arus dan hilang secara cepat sehingga tubuh merasakan panas.
Selain itu dapat disebabkan oleh perubahan fungsi hipotalamus yang mengatur
suhu tubuh kita. Gejala hot flush antara lain:
- Rasa menggelitik pada jari-jari kaki dan tangan yang merayap ke
kepala.
- Berkeringat begitu saja, tidak diiringi dengan wajah yang memerah.
- Suhu tubuh meningkat secara tiba-tiba dan menyebabkan tubuh
kemerahan dan keringat mengucur di seluruh tubuh.
- Ada kalanya diikuti dengan kedinginan dan berkeringat pada waktu
malam.
Kenaikan Berat Badan
Kenaikan berat badan yang terjadi selama menopause diduga karena
adanya perubahan sistem endokrin pada masa menopause, yaitu kelenjar
hipotalamus dan pituitari harus menyesuaikan diri dengan indung telur yang
sudah lamban mengeluarkan estrogen. Perubahan kadar hormonal ini akan
mengganggu pusat lapar-kenyang di otak.
Bertambahnya usia akan menyebabkan aktivitas tubuh menjadi
berkurang. Hal ini mengakibatkan gerak tubuh menjadi berkurang dan terjadi
penumpukan lemak. Berdasarkan penelitian yang dikutip oleh Kasdu (2004)
10
ditemukan bahwa setiap 10 tahun berat badan akan bertambah atau melebar
kesamping. Sebanyak 29% wanita pada masa menopause mengalami kenaikan
berat badan dan 20% diantaranya memperlihatkan kenaikan yang mencolok. Hal
ini diduga karena menurunnya kadar estrogen dan gangguan metabolisme lemak
(Kasdu 2004).
Kulit Kering dan Keriput
Masalah kulit mulai muncul sejak usia 35 tahun. Kulit menjadi tipis,
kurang kenyal, dan daya lenturnya berkurang. Selain itu, akan timbul bintik dan
noda cokelat. Kondisi ini berhubungan dengan pigmen melanin yang
mempengaruhi warna kulit dan sekaligus melindungi kulit dari bahaya sinar
matahari. Dengan bertambahnya usia, melanin akan semakin bertumpuk di area
tertentu pada kulit. Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika
mensturasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama
pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan (Hurlock 1994).
Sembelit
Seluruh proses metabolisme mulai menurun dengan bertambahnya usia.
Tubuh berusaha beradaptasi dengan ambang kadar estrogen yang baru. Kondisi
inilah yang sering menimbulkan sembelit. Selain itu, sembelit juga dipengaruhi
oleh penambahan kalsium untuk kepentingan mengurangi osteoporosis dan pada
pola makan yang minim asupan serat (Wirakusumah 2004).
Osteoporosis dan Sakit Punggung
Puncak pertumbuhan tulang terjadi pada usia sekitar 35 tahun. Setelah itu
akan stabil dan mengalami penurunan. Kadar estrogen dan progesteron yang
menurun juga mempengaruhi aktivitas osteoblas sebagai pembentuk tulang.
Estrogen membantu penyerapan kalsium ke dalam tulang sehingga wanita yang
mengalami menopause memiliki resiko lebih tinggi terkena osteoporosis.
Kehilangan massa tulang merupakan hal yang fenomenal yang dimulai
sekitar usia 40 tahun dan meningkat pada wanita postmenopause. Kehilangan
massa tulang rata-rata 2% setiap tahun. Pada tahun-tahun awal setelah
menopause, kehilangan massa tulang berlangsung sangat cepat dan resiko
jangka panjang terjadinya patah tulang meningkat (Kasdu 2004).
Secara kumulatif, wanita akan kehilangan 40%-50% kehilangan massa
tulang selama hidupnya, sedangkan laki-laki hanya kehilangan 20%-30%.
11
Dengan demikian, wanita lebih beresiko menderita osteoporosis dan patah tulang
(kasdu 2004). Penelitian Marga (2007) ditemukan bahwa, pada usia lanjut 75-78
tahun sering ditemukan osteoporosis, dan pada golongan ini wanita lebih banyak
dibanding laki-laki.
Atrofi vagina
Penurunan hormon estrogen menyebabkan jaringan lapisan vagina
menjadi tipis dan sekresi atau lendir pada vagina mulai menurun sehingga saat
berhubungan seks akan timbul rasa nyeri. Atrofi vagina terjadi karena sekresi
vagina menjadi berkurang setelah menopause. Selain itu, dinding vagina menjadi
tipis dan elastisitasnya berkurang dan menjadi lebih pendek serta lebih rendah,
akibatnya menjadi tidak nyaman dan nyeri selama aktivitas seksual.
Penyempitan vagina terjadi 3-6 bulan setelah menopause dan gejalanya
dirasakan dalam 5 tahun menopause (Shimp & Smith 2000; Kasdu 2004).
Insomnia
Pada wanita menopause, kadar serotonin (salah satu neurotransmitter)
menurun sebagai akibat jumlah estrogen yang minim. Serotonin berperan dalam
mempengaruhi suasana hati seseorang dan aktivitas tidur. Sehingga bila kadar
serotonin menurun akan mudah depresi dan sulit tidur. Konsumsi makanan tinggi
karbohidrat dapat membantu mengatasi masalah sulit tidur. Hal tersebut karena
makanan tinggi karbohidrat tertentu banyak mengandung protein, terutama asam
amino triptofan yang berfungsi meningkatkan serotonin otak. Makanan tinggi
karbohidrat juga menimbulkan panas sebagai hasil dari proses pencernaan dan
metabolisme yang dapat membuat orang mengantuk.
Gangguan psikis dan emosi
Masa menopause sering diiringi oleh rasa gelisah, cemas, mudah
tersinggung, dan tegang. Selain itu, sering timbul perasaan tertekan, sedih,
malas, emosi yang meluap, mudah marah, merasa tak berdaya, dan mudah
menangis. Penurunan kadar hormon juga menyebabkan meningkatnya rasa
cemas yang tak beralasan karena reseptor estrogen yang terdapat pada bagian
otak yang disebut amigdala berespon terhadap penurunan hormon estrogen.
Selain itu, hormon estrogen berfungsi mengatur memori, daya persepsi, dan
suasana hati.
12
Keluhan lain yang umum terjadi selama menopause adalah sakit kepala,
bengkak, dan infeksi saluran kemih. Kondisi tersebut bersifat individual dan tidak
semua wanita menopause mengalaminya. Beberapa keluhan psikologis yang
merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
1. Ingatan menurun
Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun
sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat.
2. Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering di hubungkan dengan adanya kekhawatiran
dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah di khawatirkan.
3. Mudah tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah
tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak
mengganggu ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka
wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung
dalam dirinya.
4. Stress
Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas,
termasuk para usia lanjut menopause. Ditingkat psikologis, respon orang
terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan
suasana hati dan emosi.
5. Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan
kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk
memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan
karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi
masa tuanya.
Gambaran diri
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan
bentuk, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh. Gambaran diri merupakan
sesuatu yang dinamis sebab terus-menurus berubah dengan persepsi
pengalaman yang baru, yang merupakan sasaran atau pelindung penting dari
perasaan-perasaan seseorang, kecemasan dan nilai-nilai (Stuart 2007).
13
Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan
penuaan memiliki efek penampakan yang lebih besar terhadap tubuh
dibandingkan aspek lainnya dari konsep diri. Perubahan ini bergantung pada
kematangan fisik. perubahan hormonal yang terjadi pada masa remaja dan akhir
tahun kehidupan juga mempengaruhi gambaran diri (seperti menopause).
Penuaan mencakup penurunana ketajaman penglihatan, pendengaran, dan
mobilitas, yang dapat mempengaruhi gambaran diri (Kozier et al. dalam Marga
2007).
Kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik. Penyebab kecemasan dapat dipahami melalui
berbagai teori psikoanalisis dimana Sigmund Freud mengidentifikasi kecemasan
sebagai konflik emosional dua kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili
golongan insting dan impuls primitif sedangkan superego mencerminkan hati
nurani dan dikendalikan oleh norma budaya (Stuart 2007).
Kajian biologis menyebutkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepine, obat-obat yang meningkatkan neoregulator inhibisi asam
gama aminobutirat (GABA) yang berperan penting dalam metabolisme biologis
yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan
riwayat kecemasan keluarga memiliki efek nyata predisposisi kecemasan.
Kecemasan mungkin disertai oleh gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kemampuan individu untuk mengatasi stressor (Stuart 2001).
Pengetahuan Gizi dan Menopause
Menurut Notoatmojo (1993) dalam Marga (2007), tingkat pengetahuan
mencakup 6 tingkatan, yaitu (1) Tahu atau dapat mengingat materi yang
sebelumnya; (2) Memahami, yaitu kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan dengan benar objek yang diketahui; (3) Aplikasi yaitu
menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya; (4)
Analisis yaitu kemampuan menjabarkan materi kedalam komponen-komponen;
(5) Sintesis yaitu kemampuan menghubungkan bagian-bagian menjadi satu
kesatuan yang baru; (6) Evaluasi yaitu kemampuan melakukan penilaian
terhadap suatu objek.
14
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Brieger (1992) mengemukakan
bahwa pengetahuan umumnya datang dari pengalaman yang dapat diperoleh
dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, keluarga, teman, buku,
surat kabar dan majalah. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan adalah proses untuk mengetahui sesuatu yang dilakukan
oleh manusia berdasarkan pengalaman, perasaan, pola pikirnya terhadap objek
tertentu.
Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat
gizi, serta interaksi antar zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Secara
medis istilah menopause berarti berhentinya masa menstruasi (Reitz 1993).
Terhentinya haid menyebabkan perubahan pada tubuh dan akan muncul
beberapa gangguan. Pengetahuan gizi dan menopause adalah pengetahuan
menopause yang kemudian dikaitkan gizi dengan tentang bagaimana
menopause dan penanganannya. Pengetahuan gizi yang baik dapat
menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah atau buruk.
Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal.
Pengetahuan gizi tentang menopause yang baik dapat menghindarkan terjadinya
sindrom menopause yang berlebihan dan dapat meningkatkan kualitas hidup
wanita di usia lanjut.
Karakteristik Fisik
Berat Badan
Berat badan adalah jumlah keseluruhan unsur tubuh dan merupakan
ukuran kasar simpanan jumlah energi tubuh. Oleh karena itu, perubahan berat
badan biasanya selaras dengan keseimbangan tenaga dan protein (WHO 1995).
Menurut Dey et al. (1999), berat badan menurun secara perlahan dengan
peningkatan usia dan pola perubahan ini berbeda menurut jenis kelamin. Data
pengukuran berat badan diperlukan untuk penentuan indeks antropometri seperti
Indeks Massa Tubuh (IMT), berat badan terhadap tinggi badan, dan untuk
menilai perubahan berat badan dalam tempo waktu tertentu.
Tinggi badan
Tinggi badan usia lanjut sulit diukur karena kebanyakan dari mereka
sudah tidak dapat berdiri tegak. Secara umum telah dapat diterima bahwa
15
seseorang akan kehilangan tinggi badan kurang lebih 1 cm setiap dekade
setelah berumur 20 tahun disebabkan oleh penyempitan ruang inverterbrae disk
(Lipschitz 1994). Chumlea et al. (1988) menemukan bahwa lansia kulit putih yang
berumur 60-80 tahun akan kehilangan kurang lebih 0.5 cm setiap tahun.
Penemuan yang sama turut dinyatakan oleh Dey et al. (1999) yang mendapati
tinggi badan merosot masing-masing 4 cm dan 4.9 cm pada laki-laki dan wanita
yang berusia antara 70-95 tahun.
Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang
sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan.
Penilaian status gizi dapat memberikan gambaran tentang baik atau tidaknya
status gizi orang tersebut (Gibson 2005). Status gizi adalah ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari
keadaan gizi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa et al. 2001). Penilaian
status gizi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui konsumsi
makanan, antropometri, biokimia, dan klinis. Menurut Riyadi (2001), penilaian
status gizi dapat dilakukan secara tunggal dengan satu indikator atau dapat
menggunakan beberapa indikator gabungan agar didapat hasil yang lebih efektif.
WHO (2000) menyatakan bahwa wanita cenderung mengalami
peningkatan penyimpanan lemak. Kekurangan dan kelebihan gizi pada orang
dewasa adalah masalah penting karena akan menimbulkan resiko penyakit
tertentu. Pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara
berkesinambungan salah satunya adalah dengan mempertahankan berat badan
normal. Menurut Manual Of Medical Nutritional Therapy (2011), penentuan status
gizi seseorang juga dapat dilakukan dengan menggunakan persentase berat
badan aktual terhadap berat badan ideal.
Tabel 1 Kriteria status gizi berdasarkan persentase berat badan aktual terhadap berat badan ideal
Persentase Berat Badan Ideal (%) Kriteria
≥200 Obesitas II ≥150 Obesitas I ≥120 Overweight 80-90 Gizi kurang I 70-79 Gizi kurang II ≤69 Gizi kurang III
Penilaian status gizi secara antropometri dapat menggunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT), pengukuran lingkar lengan atas (LLA), pengukuran lingkar
16
betis, dan pengukuran lingkar pinggang. Masing-masing metode memiliki
kategori yang menggolongkan apakah seseorang memiliki gizi yang baik atau
tidak.
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Status gizi seseorang dapat dihitung dengan mengukur bobot tubuh
dalam satuan kg dan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Groff & Gopper
2000) atau disebut juga Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT)
adalah salah satu penentu status gizi seseorang. Hasil studi baru-baru ini
menunjukkan bahwa banyak populasi Asia memiliki proporsi lemak tubuh yang
lebih tinggi dibanding ras Kaukasoid pada usia, jenis kelamin, dan IMT yang
sama. WHO telah merevisi cut off point IMT pada tahun 2005 dengan
menekankan pada resiko kesehatan yang dapat ditimbulkan.
Tabel 2 Kriteria IMT menurut WHO (2005) IMT (kg/m
2) Status Resiko Kesehatan
<14.9 Sangat kurus Resiko penyakit Defisiensi gizi 15.0-18.4 Kurus
18.5-22.9 Normal Resiko rendah 23.0-27.5 Gemuk Resiko sedang 27.6-40.0 Obesitas I
Resiko tinggi >40.0 Obesitas II
Lingkar Lengan Atas (LLA)
Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah ukuran lemak subkutan dan otot
lengan. Perubahan LLA menunjukkan pengumpulan atau penghilangan otot
ataupun lemak subkutan (Lee & Nieman 1996; Kuczmarski & Kuczmarski 1998;
Jeejeebhoy 2000). Menurut James et al. (1994), ukuran LLA lebih sensitif
terhadapa atrofi jaringan daripada berat badan. Ukuran LLA juga mempunyai
nilai intrinsik yang dapat dinyatakan sebagai simpanan energi dan protein
jaringan perifer (Kuczmarski 1989). Penurunan nilai LLA menunjukkan
kehilangan berat badan termasuk jaringan adiposa dan berat badan tanpa lemak
(Manadhar et al. 1997). LLA diukur dari pertengahan antara ujung bahu
(acromium) dengan ujung siku (olecranon). Pengukuran LLA sensitif untuk
mengukur gizi kurang. Kriteria penilaian penyusutan perifer dengan
menggunakan LLA berdasarkan nilai rujukan Ferro-Luzzi dan James (1996).
Tabel 3 Kriteria penyusutan otot menggunakan LLA Kriteria Penyusutan Otot Laki-laki Wanita
Undernourised <23.0 cm <22.0 cm Severe wasting <20.0 cm <19.0 cm Extreem wasting <17.0 cm <16.0 cm
17
Lingkar Betis
Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan cara mengukur lingkar
betis. Penentuan lingkar betis yang menunjukkan tidak adanya kemerosotan otot
untuk laki-laki adalah lebih dari 30.0 cm dan wanita lebih dari 27.5 cm (Sakinah
et al. 2004 dalam Shahar 2007). Batas aman untuk menghindari malnutrisi
adalah lingkar betis lebih dari 31.0 cm (Guigoz et al. 1996).
Lingkar Pinggang
Lingkar pinggang adalah pengukuran yang dilakukan dengan menilai
pengumpulan lemak pada bagian intraabdomen berbanding rasio pinggang-
pinggul (Pouliot et al. 1994). Pengukuran lingkar pinggang merupakan
pengukuran yang mudah dan sederhana untuk mengetahui indeks massa lemak
intra-abdominal dengan total lemak tubuh. Lemak berlebih pada bagian abdomen
merupakan penunjuk faktor resiko dan komplikasi penyakit terkait obesitas
(Shahar et al. 2007).
Penumpukan massa lemak yang besar pada abdomen disebut obesitas
abdominal. Nilai lingkar pinggang yang tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan
resiko diabetes melitus tipe II, dislipidemia, hipertensi dan penyakit
kardiovaskular. Resiko sindrom metabolik akan meningkat jika lingkar pinggang
lebih dari sama dengan 102 cm untuk pria dan lebih dari sama dengan 80 cm
untuk wanita (Scott et al. 2004).
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik sangat menentukan berat badan. Aktivitas dan kemampuan
fisik mempengaruhi kejadian kematian dan kesakitan yang terkait dengan berat
badan dan obesitas. Aktivitas fisik dipengaruhi oleh kondisi fisik dan fisiologis.
Wanita usia lanjut perlu melakukan aktivitas fisik yang seimbang guna menjaga
tubuh tetap sehat. Perubahan kebutuhan zat gizi pada usia lanjut mempengaruhi
aktivitas fisik yang dapat dilakukan. Pada usia lanjut, aktivitas fisik cenderung
menurun karena terjadi juga penurunan fungsi biologis. Menurut Harris (2000),
pada proses penuaan, tubuh akan mencapai kematangan fisiologis. Pada masa
itu, proses katabolisme atau perubahan degeneratif pada tubuh manusia akan
lebih besar daripada proses regeneratif anabolis. Hal tersebut akan berakibat
pada kehilangan banyak sel yang berdampak pada penurunan fungsi organ-
organ tubuh.
18
Perubahan terbesar yang terjadi pada usia lanjut adalah kehilangan
massa tubuhnya, termasuk tulang, otot, dan massa organ tubuh, sedangkan
massa lemak meningkat (Doewes 1996). Peningkatan massa lemak dapat
memicu resiko penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit
degeneratif lainnya. penurunan aktivitas fisik pada usia lanjut harus diimbangi
dengan penurunan asupan kalori. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya
obesitas. Jika asupan kalori tidak diimbangi dengan penggunaan kalori maka
akan dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit degeneratif (Wirakusumah
2001).
Pada usia lanjut perlu melakukan aktivitas fisik secara rutin salah satunya
adalah dengan olahraga. Olahraga ringan yang dapat dilakukan oleh usia lanjut
adalah jalan kaki. Jalan kaki merupakan jenis olahraga sederhana yang minim
cedera. Hardinsyah dan Martianto (1992) menyatakan bahwa aktivitas fisik yang
tinggi dapat meningkatkan kebutuhan terhadap energi tubuh sehingga dapat
membantu mengontrol berat badan.
Kecukupan Gizi
Seseorang yang berusia 70 tahun akan mengalami penurunan
metabolisme basal sebesar 20% dibandingkan dengan mereka yang berusia 30
tahun (Astawan & Wahyuni 1988). Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi VIII (LIPI 2004), angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan untuk lansia
di atas 60 tahun adalah:
Tabel 4 Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan untuk usia lanjut
Zat gizi Angka Kecukupan Gizi
50-64 tahun ≥65 tahun
Energi (kkal) 1750 1600 Protein (g) 50 50 Vitamin A (µg RE) 500 500 Vitamin D (µg) 10 15 Vitamin E (mg) 15 15 Vitamin K (µg) 55 55 Thiamin (mg) 0.9 0.8 Riboflavin (mg) 1.1 1.1 Niasin (mg) 14 14 Sianokobalamin (µg) 2.4 2.4 Asam Folat (µg) 400 400 Vitamin C (mg) 75 75 Kalsium (mg) 800 800 Fosfor (mg) 600 600
Studi mengenai pemilihan makanan pada manusia melibatkan banyak
faktor yang saling berinteraksi mulai dari mekanisme biologis, perilaku makan
19
secara psikologis, sosial, budaya, hingga kesehatan umum (David & Annie
2004).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi
setiap hari bagi hampir semua orang, menurut golongan umur, jenis kelamin,
ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencegah terjadinya defisiensi maupun
kelebihan gizi. Kecukupan gizi seseorang akan lebih besar dibandingkan
kebutuhan gizinya. Dalam perhitungan kecukupan gizi, sudah diperhitungkan
faktor variasi kebutuhan individual kecuali untuk energi setingkat dengan
kebutuhan rata-rata ditambah dengan dua kali simpangan bakunya.
Angka Kecukupan Energi (AKE) pada WNPG VIII bagi orang dewasa
didasarkan pada Oxford Equation yang merupakan hasil meta analisis untuk
estimasi energi basal metabolisme (EBM) berdasarkan berat badan. Komponen
utama yang menentukan kecukupan energi adalah Energi Basal Metabolik (EBM)
atau Basal Metabolic Rate (BMR). Menurut Manual of Medical Nutritional
Therapy (2011), EBM adalah pengeluaran energi seseorang yang diukur pada
saat status post-absorptif (tidak ada konsumsi makanan dalam 12 jam terakhir)
setelah beristirahat selama 30 menit dalam lingkungan dengan temperatur
normal.
Perhitungan EBM Oxford Equation lebih sesuai karena dalam sampelnya
termasuk populasi Asia (China dan Filipina) yang postur tubuhnya mirip orang
Indonesia. Disamping studi yang dilakukan di Malaysia dan Filipina juga
menunjukkan bahwa Schofield Equation yang digunakan FAO/WHO (1985)
overestimate sekitar 10%-15% tergantung usia dan jenis kelamin. Tingkat
kegiatan diadopsi dari review kajian di Filipina (FNRI 2003). Koreksi umur bagi
orang dewasa setelah usia 30 tahun juga dilakukan (FAO/WHO 1985 & IOM
2002). Penurunan kebutuhan energi 5% pada usia 30-64 tahun dan 10% pada
usia >65 tahun. Hasil estimasi AKE bagi wanita dewasa disajikan dalam tabel 5.
Tingkat Kegiatan Fisik (TKF) dalam perhitungan bagi orang dewasa
adalah pada tingkat kegiatan ringan. Faktor tingkat kegiatan fisik, menggunakan
hasil berbagai penelitian Guzman et al. yang direview oleh FNRI (2003), yaitu
1.58 dan 1.45 masing-masing bagi pria dan wanita kegiatan ringan; 1.67 dan
1.55 bagi pria dan wanita kegiatan sedang; dan 1.88 dan 1.75 bagi pria dan
wanita kegiatan berat. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan faktor tingkat
kegiatan FAO/WHO (1985) terutama untuk wanita. AKE pria dan wanita dewasa
menggunakan tingkat kegiatan fisik sedang.
20
Tabel 5 Proses estimasi AKE wanita dewasa berdasarkan EBM yang menggunakan Oxford Equation
Umur BB (kg)
Rumus EBM EBM (kkal)
TKF (ringan)
Koreksi umur
AKE (kkal/hr)
AKE diperhalus
Wanita 19-29 52 13.4B + 517 1214 1.55 1.00 1882 1900 30-49 55 9.59B + 687 1214 1.55 0.95 1788 1800 50-64 55 9.59B + 687 1214 1.55 0.95 1788 1750
65+ 55 9.59B + 608 1135 1.55 0.90 1583 1600
Angka Kecukupan Protein (AKP) wanita dewasa didasarkan pada rata-
rata kebutuhan protein dikalikan berat badan, ditambah sejumlah safe level
(24%) dan dikoreksi dengan faktor koreksi mutu sebesar 1.2. Tambahan 24%
didapat dari review FAO/WHO (1985) yang masih valid menurut IOM (2002),
yaitu berasal dari koefisien variasi 12% (2 x koefisien variasi). Koreksi mutu
protein didasarkan pada kenyataan bahwa pangan hewani hanya berkontribusi
sekitar 4% terhadap total energi, artinya mutu protein makanan penduduk
Indonesia masih rendah, sehingga perlu adanya faktor koreksi mutu yaitu
sebesar 1.2.
Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang
atau kelompok orang dengan tujuan memperoleh sejumlah zat gizi yang
diperlukan tubuh. Supariasa et al. (2002) menjelaskan bahwa dalam penelitian
konsumsi pangan terdapat tiga metode yang digunakan, yaitu metode kualitatif,
metode kuantitatif, serta gabungan keduanya. Metode kualitatif digunakan untuk
mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan pangan,
dan menggali informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitatif digunakan
untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung
asupan zat gizi.
Menurut Riyadi (1996) pola konsumsi pangan dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya yaitu, (1) ketersediaan pangan, jenis, dan jumlah pangan
dalam pola makanan di suatu daerah tertentu. Bila pangan tersedia secara
kontinyu maka akan membentuk kebiasaan makan, (2) pola sosial, budaya, dan
pola kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam memilih pangan. Pilihan
pangan biasanya ditentukan oleh adanya faktor-faktor penerimaan atau
penolakan terhadap pangan oleh seseorang atau sekelompok orang. Pola
konsumsi pangan yang baik hendaknya diartikan dengan membudayakan makan
21
yang memenuhi konsumsi makanan yang bermutu, beragam, bergizi seimbang,
dan sesuai kebutuhan serta aman dan halal.
Metode food recall 24 jam adalah salah satu metode dalam melakukan
penilaian konsumsi pangan dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan makan
dan gambaran tingkat kecukupan bahan pangan dan zat gizi pada tiap kelompok,
rumah tangga, dan individu serta faktor-faktor yang mempengruhi konsumsi
pangan. Prinsip dari metode ini adalah melakukan pencatatan jenis dan jumlah
bahan pangan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Data yang
diperoleh cenderung bersifat kualitatif. Data kuantitatif didapatkan dengan
menanyakan secara lebih rinci jumlah makanan yang dikonsumsi dengan
menggunkan alat ukuran rumah tangga (URT) seperti sendok, gelas, piring, dan
lain-lain (Supariasa et al. 2002).
Isoflavon Kedelai
Isoflavon merupakan suatu struktur kimia yang mirip dengan estrogen
mamalia. Isoflavon secara alami terdapat dalam bahan pangan nabati dan
termasuk ke dalam fitoestrogen. Cincin fenolik pada struktur isoflavon merupakan
elemen struktural utama yang dapat berikatan dengan reseptor estrogen.
Isoflavon banyak dijumpai pada tanaman Leguminoceae tropis. Hal itu karena
tanaman tersebut mempunyai enzim kalkon isomerase yang mampu mengubah
2(R)-naringenin menjadi 2-hidroksidaidzein. Isoflavon ditemukan dalam kedelai
sejumlah 1-3 mg/g kedelai atau 0.025-3 mg/g produk kedelai (Coward et al.
1993).
Gambar 1 Perbandingan struktur metabolit isoflavon equol dan estradiol
menunjukkan kesamaan dalam susunan spasial planar (Setchell & Cassidy 1999)
Isoflavon merupakan golongan flavonoid, memiliki sifat esterogenik yang
mungkin dapat membantu menurunkan resiko beberapa penyakit kronis.
22
Isoflavon kedelai, baik secara sendiri atau bersama-sama dengan protein
kedelai, mampu menurunkan kadar LDL dan kolesterol total dalam darah.
Sebuah review studi klinis menunjukkan bahwa isoflavon kedelai dapat
bermanfaat terhadap osteoporosis wanita menopause (USDA 2008).
Terdapat dua bentuk isoflavon dalam makanan, yaitu Isoflavon ditemukan
terutama dalam bentuk glikosida, seperti genistin, daidzin, dan glisetin yang
kemungkinan juga termalonisasi dan terasetilasi. Kedelai utuh dan produk
kedelai non-fermentasi seperti tahu dan susu kedelai mengandung isoflavon
dalam bentuk glikosida. Bentuk lain dari isoflavon adalah aglikon seperti
genistein, daidzein, dan glisetein yang banyak terdapat dalam makanan kedelai
terfermentasi seperti tempe, oncom, dan tauco. Proses fermentasi dapat
mengubah bentuk glikosida isoflavon menjadi aglikon. Aktivitas antioksidatif
isoflavon aglikon lebih kuat daripada isoflavon glikosidik. Hal itu karena gugus
hidroksi lebih banyak dijumpai pada isoflavon aglikon daripada isoflavon
glikosidik (Coward et al. 1993).
Biotransformasi Isoflavon
Struktur fenolik isoflavon merupakan determinan utama dalam
kemampuannya berikatan dengan reseptor estrogen. Stuktur metabolit isoflavon
berupa equol sangat mirip dengan estrodiol pada estrogen. Kesamaan ini
memungkinkan isoflavon berikatan dengan reseptor estrogen. Fenomena
tersebut dikenal dengan nama aksi steroid, dan merupakan salah satu
pendorong untuk melakukan riset lebih jauh tentang molekul dengan aksi
estrogen selektif (Dodge et al. 1997).
Isoflavon glukoronida diekskresikan secara cepat ke dalam cairan
empedu (Sfakianos et al. 1997) dan urin (Zhang 1997). Gugus hidroksil dari
komponen fenolik dapat ditransformasi oleh sulfotransferase (STs) dengan
kosubstrat fosfoadenosilfosfosulfat (PAPS) (Sipes & Gandolfi 1986).
Perpanjangan relatif transformasi fenolik menjadi glukoronida melawan konjugat
sulfat bergantung pada spesies dan gender. Pria memiliki aktivitas ST yang lebih
besar dibandingkan wanita, oleh karena itu, perpanjangan konjugat sulfat akan
lebih besar pada pria dibanding wanita (Runge-Morris 1997). Tapi, metabolit
utama dari genistein dan daidzein (secara umum merupakan isoflavon utama
pada kedelai dan isoflavon utama pada diet) pada pria dan wanita adalah
glukoronida dari kedua jenis isoflavon tersebut, dan mungkin, dalam bentuk
23
spesifik 7-O-glukoronida. Total isoflavon yang ditemukan baik pada sampel
plasma maupun urin pada manusia 90% terdiri atas glukoronida daidzein dan
genistein (Coward et al. 1993).
Isoflavon glisetein menyumbangkan 5%-10% dari total isoflavon dalam
makanan. Berikut adalah kandungan isoflavon dalam beberapa bahan pangan
kedelai.
Tabel 6 Kandungan isoflavon dalam bahan pangan (mg/100g) Isoflavon Tempe Tahu Oncom Taucho Susu Kedelai Kedelai
Daidzein 22.66 15.59 6.6 33.2 4.84 62.07 Genistein 36.15 16.01 3.1 37.6 6.07 80.99 Glisetein 3.82 2.77 - 10.5 0.93 14.99
Total isoflavon 60.61 33.91 9.7 82.3 10.73 154.53
Kedelai dan Produk Turunannya
Kandungan serat larut pada kedelai memberikan kontribusi pada
kesehatan jantung dengan cara menurunkan kadar kolesterol. Kandungan lesitin,
saponin, dan fitosterol dalam kedelai yang juga berperan aktif menurunkan kadar
kolesterol tubuh. selain itu, minyak kedelai mengandung kira-kira 8% asam lemak
esensial omega-3 yang berperan penting dalam mencegah penyakit jantung.
Wanita usia 55 tahun memiliki resiko 10 kali lebih tinggi terserang penyakit
jantung daripada wanita yang belum mengalami menopause. Asupan kedelai dan
produknya dapat membantu mencegah timbulnya penyakit tersebut. Produk
kedelai juga mengandung fitoestrogen alami (isoflavon) yang dapat berperan
sebagai estrogen saat diserap tubuh.
Tempe. Tempe merupakan hasil fermentasi kedelai oleh kapang
Rhizopus sp. Tempe merupakan sumber estrogen alami. Proses fermentasi
mengakibatkan kedelai lebih mudah dicerna dan mengubah isoflavon glikon
menjadi aglikon sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh. Tempe juga
mengandung vitamin B12 yang terbentuk dari aktivitas bakteri Klabsiella
pneumoniaeae (Wirakusumah 2004). Vitamin B12 berperan dalam mengubah
folat menjadi bentuk aktif dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel,
terutama sel saluran cerna, sum-sum tulang, dan jaringan saraf (Almatsier 2002).
Oncom. Oncom merupakan makanan fermentasi tradisional Indonesia
yang telah dikonsumsi dan diproduksi terutama di Jawa Barat. Bahan baku
oncom berasal dari ampas tahu dan dicampur dengan kapang. Pembuatan
oncom mirip dengan pembuatan tempe. Perbedaannya adalah oncom siap
dipasarkan setelah kapang menghasilkan spora, sedangkan tempe siap
24
dipasarkan ketika kapang belum menghasilkan spora (baru tahap hifa). Ada dua
jenis utama oncom, yaitu oncom merah dan oncom hitam. Oncom merah
didegradasi oleh kapang oncom Neurospora sitophila (Sastraatmadja 2002) atau
N. intermedia sedangkan oncom hitam didegradasi oleh kapang tempe Rhizopus
oligosporus dan/atau jenis-jenis Mucor (Sastraatmadja 2002).
Tahu. Menurut Wirakusumah (2004), tahu terbuat dari endapan (whey)
sari kedelai yang dipadatkan. Tekstur tahu yang lembut cocok untuk dikonsumsi
wanita usia lanjut yang sudah mengalami gangguan pada gigi. Banyak jenis tahu
yang beredar dipasaran, contohnya, tahu sutra, tahu cina, tahu takwa, dan
kembang tahu.
Susu Kedelai. Susu kedelai adalah minuman yang terbuat dari ekstrak
kedelai dan dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi. Bagi wanita usia
lanjut sangat baik dikonsumsi sebagai sumber fitoestrogen (Wirakusumah 2004).
Kebiasaan konsumsi kedelai dan produk turunannya pada populasi Asia
terbilang tinggi. Kedelai telah menjadi makanan sehari-hari penduduk Asia.
Sebagian besar negara Asia penduduknya mengonsumsi isoflavon kedelai 25-25
mg/hari. Negara-negara barat cenderung mengonsumsi isoflavon kedelai lebih
rendah, yaitu sekitar 5 mg/hari (Koswara 2006). Kebiasaan makan adalah suatu
istilah yang menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan
makanan dan makan, seperti tata krama makan, frekuensi makan seseorang,
pola makan, kepercayaan tentang maknan (misalnya pantangan makan),
distribusi makanan dalam anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan, dan
cara pemilihan maknan yang hendak dimakan.
Program Lifeskill Wanita Pra dan Usia Lanjut
Program ini merupakan program pemberdayaan wanita usia lanjut.
Program ini diadakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional yang bekerjasama
dengan Yayasan Aspirasi Muslimah Indonesia (YASMINA). Program ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan produktivitas wanita usia
lanjut. Sasaran dan peserta dalam kegiatan adalah ibu-ibu usia lanjut dan/atau
keluarga
Terdapat 6 kegiatan yang dilaksanakan dalam program lifeskill wanita pra
dan usia lanjut, yaitu 1) penyuluhan tentang perawatan dan pengasuhan usia
lanjut; 2) pelatihan daur ulang sampah plastik; 3) pelatihan menyulam pita dan
mayet; 4) pelatihan kelembagaan; 5) pendampingan; dan 6) pemeriksaan
25
kesehatan (klinis) usia lanjut. Kegiatan-kegiatan tersebut menjalin kemitraan
dengan Yayasan Emong Lansia (YEL), Puskesmas Dramaga, Dinas Pendidikan
Kabupaten Bogor, Koperasi Usaha Kecil Menengah (UKM) Trashion, Posdaya
Desa Babakan, serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Kewirausahaan IPB.