Download - karsinoma mammae
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama: Ny.S
Umur: 46 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Suku: Jawa
Alamat: Simo Mulya RT 4 / RW 6, Kebak, Kebakramat, Karanganyar
MRS: 24 April 2015 pukul 09.00 dari poli bedah
Agama: Islam
Pekerjaan: Karyawan Swasta
No. RMK: 00335492
II. ANAMNESA (AUTOANAMNESA)
A. Keluhan Utama
Benjolan pada payudara kiri
B. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSUD Karanganyar dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara kiri sudah 2 tahun yang lalu, sejak tahun 2013. Benjolan konsistnsinya keras, bisa digerakan (mobile), tidak nyeri tekan dan berwarna merah dari kulit sekitarnya. Retraksi papila mamae (+). Pasien menyatakan bahwa nyeri pinggang kanan dirasakan sudah 1 minggu yang lalu. Terkadang benjolan terasa nyeri, terutama bila pasien kelelahan. Payudara kanan dan kiri ukurannya sama, namun pada payudara kiri terdapat benjolan.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Penyakit Serupa: disangkal
Riwayat Alergi: disangkal
Riwayat Mondok: disangkal
Riwayat Penyakit asma: disangkal
Riwayat Hipertensi: diakui
Riwayat DM: disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat Penyakit serupa: diakui
Riwayat DM: disangkal
Riwayat Hipertensi: disangkal
Riwayat Alergi: disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum: baik
Kesadaran : compos mentis (E4,V5,M6)
Vital Sign
Tekanan darah : 130/80mmHg
Nadi : 80x / menit
Napas: 18x / menit
Suhu: 36,5c
Kepala:Normocephal
Mata :
Konjungtiva: Tidak Anemis
Sclera: Tidak Ikterik
Pupil: Bulat isokor
Reflex pupil: (+/+) normal
Leher :
Trakea: lurus ditengah
KGB: tidak membesar
Thorax :
Inspeksi:
Payudara kanan dan kiri ukuran hampir sama, nampak kelainan UKK pada payudara kiri dimana warna putih pada benjolan payudara.
Bentuk dada datar simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi:
Fremitus vocal simetris dikedua lapang paru
Fremitus taktil simetris dikedua lapang paru
Nyeri tekan (-) diseluruh lapang paru
Terdapat massa yang kenyal, padat, permukaan halus, dan mobile pada payudara kiri dengan ukuran 2x3x1,5 cm
Perkusi:
Sonor diseluruh lapang paru
Nyeri ketok (-) diseluruh lapang paru
Auskultasi :
Jantung : BJ I,II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen:
Inspeksi :
permukaan perut rata , tidak terdapat kelainan pada kulit, massa (-), bekas luka operasi (-)
Auskultasi :
Supel (+) terdengar tiap 3 detik sekali
Palpasi :
Nyeri tekan diseluruh lapang perut (-), defans musculer (-), massa (-)
Perkusi :
Timpani pada daerah epigastrium
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Extremitas :
Atas
Akral : hangat
Sianosis : -
Perfusi : baik
Udema: -/-
Bawah :
Akral : hangat
Sianosis : -
Perfusi : baik
Udema: -/-
Status Lokalis
ThoraxLokasi: Payudara sinistra
A. Inspeksi : terlihat payudara kanan berukuran hampir sama dengan payudara kiri, UKK (+), bekas luka operasi (-), kulit jeruk (-), ulkus (+), puting retraksi (+), nodul disekitar KGB axilla (-).
B. Palpasi : teraba massa dengan ukuran 2x3x1,5 cm, dengan konsistensi kenyal padat, bernodul-nodul (-), nyeri tekan (+), mobile, terpisah dari dasarnya, PKGB axilla (-), nipple discharge (-).
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
Angka
Satuan
Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin
14,4
gr/dl
12.00-16.00
Eritrosit
5,20 (H)
X 10^6 ul
4,00 5,00
Hematokrit
49,3
%
37.00 47.00
MPV
8,7
Fl
6,5-12
PDW
16,2
9.0-17.0
Leukosit
11,75 (H)
103ul
5 10
Trombosit
305 (H)
103ul
150 300
INDEX
MCV
84,5
fL
82 92
MCH
27,7
Pg
27 -31
MCHC
32,8
g/dl
32 36
HITUNG JENIS
Limfosit %
14 (L)
%
25 40
Monosit %
4,5
%
3 9
Gran%
80,5 (H)
%
50-70
GDS
98
mg/dl
70 150
Pemeriksaan Rontsen Thorax dalam batas normal
V. RESUME
Pasien datang ke RSUD Karanganyar dengan keluhan benjolan pada payudara sebelah kiri. Keluhan dirasakan 2 tahun yang lalu. Benjolan dirasakan membesar, benjolan teraba kenyal padat, timbul nyeri apabila pasien kelelahan. Nyeri tekan (+). Riwayat keluarga (-), riwayat pengobatan alternatif (+), keluhan lain disangkal. Pemeriksaan LAB (leukosit meningkat), RO thorax dbn.
VI.DIAGNOSIS KERJA
Tumor mammae sinistra suspect karsinoma mammae sinistra
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Fibroadenoma mammae
2. Kistosarkoma phyloides
VIII.PENATALAKSANAAN
Kemoterapi
Bedah konservatif mastektomi
1. injeksi norages 3x1gr
2. Injeksi Cefoperazon 2x1gr
3. Ranitidin injeksi 2x1gr
Massa dibopsi cek PA untuk menentukan tumor jinak/ganas
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam.
Quo ad functionam : dubia ad malam
IX. FOLLOW UP
Keterangan
28-04-2015
29-04-2015
30-04-2015
S
Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan di payudara kiri, nyeri (+), keluhan lain disangkal
Pasien mengeluh benjolan dipayudara kiri, nyeri pada penekanan, keluhan lain disangkal
Pasien mengeluh benjolan dipayudara kiri, nyeri pada penekanan, keluhan lain disangkal
O
VS :
T : 130/70, N : 88x, S : 37c, RR : 18x KU : baik, KS :CM K/L : CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-),
Thorax : Paru : SDV (+/+), Jantung : BJ I/II murni reguler, bising (-), Abdomen : dbn, Ext : akral hangat, dbn
Status lokalis : benjolan mobile pada payudara kanan
VS :
T : 110/70, N : 86x, S : 36,2c, RR : 16x KU : baik, KS :CM K/L : CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-),
Thorax : Paru : SDV (+/+), Jantung : BJ I/II murni reguler, bising (-), Abdomen : dbn, Ext : akral hangat, dbn
Status lokalis : benjolan mobile pada payudara kanan
VS :
T : 120/80, N : 80x, S : 36,8c, RR : 16x KU : baik, KS :CM K/L : CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-),
Thorax : Paru : SDV (+/+), Jantung : BJ I/II murni reguler, bising (-), Abdomen : dbn, Ext : akral hangat, dbn
Status lokalis : terpasang elastic brand pada payudara kanan.
A
Cancer mammae sinistra
Cancer mammae sinistra
Cancer mammae sinistra
P
Norages injeksi 3x1, ranitidin injeksi 2x1
Inf RL 20 tpm, inj, ranitidin injeksi 2x1 pronalges supp 3x100mg
Inf RL 20 tpm, inj ciprofloxacin 2x1gr, pronalges supp 3x100mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA &PEMBAHASAN
A. anatomi & fisiologi payudara
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu yang terbentang dari aksila sampai ke regio ingunal. Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran payudara unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi keruh. Keadaan yang disebut mastitis neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya sistem duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir, kadar hormon ini menurun, dan ini merangsang hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah yang menimbulkan perubahan pada payudara.
Anatomi kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papila mamma, yang disebut duktus laktiferus. Di antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara. Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a. Perforantes anterior dan a. Mamaria interna, a. Torakalis lateralis yang bercabang dari a. Aksilaris dan beberapa a. Interkostalis. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n. Interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni n. Intercostobrakialis dan n. Kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut. Saraf n. Pektoralis yang mengurus m. Pektoralis mayor dan minor, n. Torakodorsalis yang mengurus m. Latissimus dorsi, dan n. Torakalis longus yang mengurus m. Serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila. Penyaliran limfe dari payudara 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10-90) buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang v. Aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di fosa supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m. Rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura, dan payudara kontralateral.
Gambar 1. Potongan sagital mammae
Fisiologi
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial.
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon, antara lain:
a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Begitu haid dimulai, semuanya berkurang.
c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
B. pemeriksaan fisik payudara
Anamnesis penderita kelainan payudara harus meliputi riwayat kehamilan dan ginekologi. Untuk inspeksi, pasien dapat diminta duduk tegak/berbaring atau kedua-duanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, retraksi, adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan. Dengan lengan terangkat lurus ke atas, kelainan terlihat lebih jelas. Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal tipis di punggung sehingga payudara itu terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan telapak jari tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara. Yang diperhatikan pada hakikatnya sama dengan penilaian tumor di tempat lain. Pada sikap duduk, benjolan yang tak teraba ketika penderita berbaring kadang lebih mudah ditemukan. Perabaan aksilapun agaknya lebih mudah pada posisi duduk. Dengan memijat halus puting susu dapat diketahui adanya pengeluaran cairan, darah, atau nanah. Cairan yang keluar dari kedua puting selalu harus dibandingkan. Pengeluaran cairan dari puting payudara di luar masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai kelainan, seperti karsinoma, papiloma di salah satu duktus dan kelainan yang disertai ektasia duktus.
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) merupakan salah satu upaya deteksi dini tumor payudara dan suatu usaha untuk menemukan adanya tumor yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, dan belum menimbulkan kerusakan yang berarti sehingga masih dapat disembuhkan. Deteksi dini biasanya dilakukan pada orang-orang yang kelihatannya sehat, asimptomatik, atau pada orang yang beresiko tinggi menderita tumor. Wanita usia 20 tahun ke atas sebaiknya melakukan SADARI sebulan sekali, yaitu 7-10 hari setelah menstruasi. Pada saat itu, pengaruh hormon ovarium telah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi. Untuk wanita yang telah menopause, SADARI sebaiknya dilakukan setiap tanggal 1 setiap bulan agar lebih mudah diingat.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
a. Melihat payudara
b. Memijat payudara
c. Meraba payudara
C. sel tumor
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada besarnya penyimpangan dalam bentuk fungsi, autonominya dalam pertumbuhan, dan kemampuan mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis. Sel tumor bentuknya bermacam-macam dengan warna yang beraneka karena tingginya kadar asam nukleat dalam inti dan tidak meratanya distribusi kromatin inti. Inti sel relatif besar dengan rasio inti/sitoplasma yang lebih rendah. Insidens mitosis lebih tinggi dan terdapat mitosis abnormal. Susunan sel tidak teratur, sel tumor bersifat tumbuh terus tanpa batas sehingga tumor makin lama makin besar dan mendesak jaringan sekitarnya. Pada neoplasma ganas, selnya tumbuh sambil menyusup dan merembes ke jaringan sekitar.
Pembengkakan
Neoplasma (tumor)Nonneoplasma
Maligna (kanker)BenignaKista RadangHipertrofi
D. tumor payudara dan penjelasannya
Tumor payudara lesi terpenting pada payudara perempuan. Walaupun mungkin berasal dari jaringan ikat atau struktur epitel, tumor struktur epitel yang sering menyebabkan neoplasma payudara. Sedikit akan dijelaskan mengenai fibroadenoma, tumor filoides, papiloma, dan karsinoma papilaris, serta karsinoma payudara.
Fibroadenomatumor jinak tersering pada payudara perempuan. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Fibroadenoma biasanya terjadi pada perempuan muda, insidensi puncak usia 30an. Morfologi fibroadenoma : nodus disekret, tunggal, mudah digerakkan, dan bergaris tengah 1-10cm ataupun lebih, secara makroskopis tumor teraba padat, dengan warna seragam coklat-putih pada irisan dengan bercak-bercak kuning-merah muda yang mencerminkan daerah kelenjar. Secara histologis tampak stroma fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis epitel dengan ukuran dan bentuk beragam. Rongga mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang regular dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi rongga duktus terbuka, bundar sampai oval dan cukup teratur (fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagai celah atau struktur iregular mirip bintang (fibroadenoma intrakanalikularis). Lesi mungkin membesar pada akhir daur haid dan selama hamil. Pasca menopause, lesi mungkin mengecil dan mengalami kalsifikasi. Pemeriksaan sitogenetik memperlihatkan bahwa sel stroma bersifat monoklonal sehingga mencerminkan elemen neoplastik dari tumor ini. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui, mungkin sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang mempengaruhi sel epitel. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.
Tumor filoidesjarang ditemukan dibanding fibroadenoma, diperkirakan berasal dari stroma intralobulus, jarang dari fibroadenoma yang sudah ada. Tumor ini mungkin kecil (garis tengah 3-4cm) tetapi sebagian besar tumbuh hingga berukuran besar, mungkin masif sehingga payudara membesar. Sebagian mengalami lobulasi dan menjadi kistik, karena pada potongan memperlihatkan celah mirip daun, maka disebut tumor filoides. Dahulu tumor ini memiliki nama sistosarkoma filoides, suatu nama yang tidak menguntungkan karena tumor ini bersifat jinak meskipun sebagian menjadi ganas. Perubahan yang paling merugikan adalah peningkatan selularitas stroma disertai anaplasia dan aktivitas mitotik yang tinggi, disertai oleh peningkatan pesat ukuran, biasanya denga invasi jaringan payudara di sekitarnya oleh stroma maligna. Sebagian besar tumor ini tetap lokalisata dan disembuhkan dengan eksisi, lesi maligna mungkin kambuh tetapi lesi ini juga cenderung terlokalisasikan. Hanya yang paling ganas, sekitar 15% kasus, menyebar ke tempat jauh.
Papiloma intraduktusmerupakan pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu duktus, sebagian besar bersifat soliter ditemukan di dalam sinus atau duktus laktiferosa utama. Lesi ini menimbulkan gejala klinis berupa : keluarnya discharge serosa/berdarah dari puting payudara, adanya tumor subareola kecil dengan garis tengah beberapa milimeter atau yang jarang retraksi puting payudara. Morfologi papiloma intraduktus : tunggal, garis tengah kurang dari 1 cm, terdiri atas pertumbuhan yang halus, bercabang-cabang di dalam kista atau duktus yang melebar. Secara histologis, tumor terdiri atas papila-papila, masing-masing memiliki aksis jaringan ikat yang dibungkus oleh sel epitel silindris atau kuboid yang sering terdiri atas dua lapis, dengan lapisan epitel luar terletak di atas lapisan mioepitel. Pada beberapa kasus, terbentuk banyak papiloma di beberapa duktus atau papilomatosis intraduktus. Lesi kadang-kadang menjadi ganas, sedangkan papiloma soliter hampir selalu tetap jinak. Demikian juga, karsinoma papilaris perlu disingkirkan, tumor ini tidak memiliki komponen mioepitel dan memperlihatkan atipia sel yang parah dengan gambaran mitotik abnormal.
Karsinoma payudaragambaran umum bagi semua kanker invasif yaitu mencakup kecenderungan untuk melekat ke otot pektoralis atau fasia dalam dinding dada sehingga terjadi fiksasi lesi, serta melekat ke kulit di atasnya yang menyebabkan retraksi dan cekungan kulit atau puting payudara. Keterlibatan jalur limfatik dapat menyebabkan limfedema lokal. Pada kasus ini, kulit mengalami penebalan di sekitar folikel rambut, suatu keadaan yang dikenal sebagai peau dorange (kulit jeruk). Adapun faktor risiko karsinoma payudara : usia (makin lanjut risiko makin tinggi), keluarga (ibu,saudara kandung, khususnya pramenopause dan/bilateral), patologi (displasia atau kelainan fibrokistik tertentu pernah karsinoma mamma sisi lain), kehamilan pertama pada usia lanjut.
E. rangkuman gejala dan tanda penyakit payudara
Gejala dan tanda
Keterangan
Nyeri
1. berubah dengan daur haid (penyebab fisiologis seperti pada tegangan pramenstruasi atau penyakit fibrokistik)
2. tidak tergantung daur hidup (tumor jinak, tumor ganas, atau infeksi)
Benjolan di payudara
1. yang keras (permukaan licin pada fibroadenom/kista, permukaan kasar berbenjol atau melekat pada kanker atau inflamasi non infektif)
2. kenyal (kelainan fibrokistik)
3. lunak (lipoma)
Perubahan kulit
1. bercawak (sangat mencurigakan karsinoma)
2. benjolan kelihatan (kista, karsinoma, fibroadenoma besar)
3. kulit jeruk (di atas benjolan merupakan tanda khas kanker)
4. kemerahan (infeksi jika panas)
5. tukak (kanker lama terutama pada orang tua)
Kelainan puting/areola
1. retraksi (fibrosis karena kanker)
2. inversi baru (retraksi fibrosis karena kanker, kadang fibrosis karena pelebaran duktus)
3. eksema (unilateral : penyakit paget tanda khas kanker)
Keluarnya cairan
1. seperti susu (kehamilan atau laktasi)
2. jernih (normal)
3. hijau (perimenopause, pelebaran duktus, kelainan fibrokistik)
4. hemoragik (karsinoma, papiloma intraduktus)
F. terapi
Sebelum merencanakan terapi karsinoma mamma, diagnosis klinis dan histopatologik serta tingkat penyebarannya harus dipastikan dahulu. Diagnosis klinis harus sama dengan diagnosis histopatologik. Bila keduanya berbeda, harus ditentukan yang mana keliru. Atas dasar diagnosis tersebut, termasuk tingkat penyebaran penyakit, disusunlah rancangan terapi dengan mempertimbangkan manfaat dan mudarat setiap tindakan yang akan diambil. Bila bertujuan kuratif, tindakan radikal yang berkonsekuensi mutilasi harus dikerjakan demi kesembuhan, akan tetapi, bila tindakannya paliatif, alasan non kuratif menentukan terapi yang dipilih.
Pembedahan. Untuk mendapat diagnosis histology biasanya dilakukan biopsi sehingga tindakan ini dapat dianggap sebagai tindakan pertama pada pembedahan mamma. Dengan sediaan beku, hasil pemeriksaan histopatologik dapat diperoleh dalam waktu 15 menit. Bila pemeriksaan menunjukan tanda tumor jinak, operasi diselesaikan. Akan tetapi, pada hasil yang menunjukan tumor ganas operasi dapat dilanjutkan dengan tindakan bedah kuratif.
Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal, dan bedah konservatif merupakan eksisi tumor luas.
Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas pada payudara dan tidak ada infiltrasi ke dinding dada dan kulit mamma atau infiltrasi dari kelenjar limfa ke struktur sekitarnya. Tumor disebut mampu angkat (operable) jika dengan tindak bedah radikal seluruh tumor dan penyebarannya di kelenjar limfa dapat dikeluarkan.
Bedah radikal menurut Halsted meliputi pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya, m. pektoralis mayor. m. pectoralis minor, dan semua kelenjar ketiak sekaligus. Pembedahan ini merupakan pembedahan baku sejak permulaan abad ke 20 hingga tahun lima puluhan.
Setelah tahun enam puluhan biasanya dilakukan operasi radikal yang dimodifikasi oleh Patey. Pada operasi ini, m pektoralis mayor dan m pektoralis minor dipertahankan jika tumor mamma jelas bebas dari otot tersebut.
Sekarang biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan mempertahankan payudara. Bedah konservatif ini selalu ditambah diseksi kelenjar aksila an raioterapi pada (sisa) payudara tersebut. Tiga tindakan tersebut merupakan satu paket terapi yang harus dilaksanakan serentak. Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di payudara dari jaringan tumor yang tertinggal atau dari sarang tumor lain (karsinoma multisentrik).
Bedah paliatif. Bedah paliatif pada kanker payudara hampir tidak pernah dilakukan.
Radioterapi. Untuk kanker payudara tujuannya digunakan sebagai terapi kuratif dengan mempertahankan mamma dan sebagai terapi tambahan atau terapi paliatif.
Kemoterapi
Merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran sistemik dan sebagai terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan diberikan bila pada pemeriksaan histopatologik pasca bedah mastektomi ditemukan metastasis pada disebuah atau beberapa kelenjar. Tujuannya adalah untuk menghancurkan mikrometastasis yang biasanya terdapat pada kelenjar aksila yang sudah mengandung metastasis. Obat yang digunakan adalah kombinasi siklofosfamid, metotreksat dan 5-fluorourasil (CMF) selama 6 bulan pada perempuan premenopause, sedangkan pada pascamenopause diberikan terapi ajuvan hormonal berupa pil estrogen.
Kemoterapi paliatif dapat diberikan kepada pasien yang telah menderita metastasis sistemik. Obat yang dipakai secara kombinasi antara lain CMF atau vinkristin an adriamisin (VA) atau 5 fluorourasil.
Terapi hormonal
Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila pnyakit menjadi sistemik akibat metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya kurang. Tetapi tidak semua kanker mama peka terhadap terapi hormonal.
G. eksisi benjolan payudara
indikasi jinak misal fibroadenoma
persiapan anastesi umum atau lokal
prosedur fiksasi posisi benjolan di antara telunjuk dan ibu jari sebelum memulai, karena banyak benjolan menghilang saat kulit diinsisi. Jika anda masih mengalami kesulitan, celup jari-jari anda dalam cairan antiseptik kulit (misal savlon) dan ulang lagi. Insisi bisa dibuat melingkar jika dekat ke puting susu, atau secara radial jika letaknya jauh. Cengkeram benjolan dengan sepasang forsep jaringan dan tarik benjolan melalui luka saat jaringan sekitar dipisahkan dengan pisau. Gunakan retraktor Langenbeck untuk memaparkan bagian dalam rongga dan lakukan diatermi pada semua titik pedarahan. Rongga ditutup dengan jahitan serap terputus. Perhatikan jangan terlalu banyak distorsi terhadap simetri payudara. Luka yang besar harus didrainase dengan suction drain. Kulit sebaiknya ditutup dengan jahitan serap subkutis.
DAFTAR PUSTAKA
1. De jong, W. & Sjamsuhidajat R., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC : Jakarta.
2. Foster M.E., 2001. Teknik Bedah Umum. Farmedia : Jakarta, hal 35.
3. Robbins., Kumar., Cotran., 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Vol 2. EGC: Jakarta hal 788-802.
3