KARYA TULIS ILMIAH
STUDI KASUS PADA PASIEN DEWASA PNEUMONIA
DENGAN MASALAH POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA
SAWAHAN MALANG
Oleh :
INDAH CHRISHARTANTI
NIM : 11190036SPWMRPL
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PROGRAM RPL
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA
MALANG
2020
i
KARYA TULIS ILMIAH
STUDI KASUS PADA PASIEN DEWASA PNEUMONIA
DENGAN MASALAH POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA
SAWAHAN MALANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya
Keperawatan (A.Md.Kep) pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti
Waluya Malang
Oleh :
INDAH CHRISHARTANTI
NIM : 11190036SPWMRPL
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PROGRAM RPL
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA
MALANG
2020
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Studi Kasus Pada Pasien
Dewasa Pneumonia dengan Masalah Pola Nafas Tidak Efektif di Rumah Sakit
Panti Waluya Sawahan Malang”. Penulis membuat ini sebagai persyaratan untuk
proses pengambilan data studi kasus pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti
Waluya Malang dengan metode studi kasus. Dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Linda Nurtjahja Wijasa, MARS selaku Direktur Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan Malang yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.
2. Bapak Wibowo, S.Kep, Ns,M.Biomed Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Panti Waluya Malang yang telah memberikan kesempatan untuk
menggunakan fasilitas Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang
dan memberikan bimbingan dan saran untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
3. Sr. Felisitas A Sri S, Misc MAN selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, saran, ide untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Wisoedhanie Widi A., S.K.M., M.Kes selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran, ide untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Kristin Teguh, S. Kep., Ns selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan bimbingan, saran, ide untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
vii
6. Bapak dan Ibu Dosen STIKes Panti Waluya Malang yang telah memberikan
bimbingan kepada saya.
7. Seluruh keluarga besar saya, orang tua, suami dan anak anak yang telah
memberikan dukungan baik secara moril maupun finansial selama penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teman-teman saya yang memberikan dukungan serta memotivasi dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membantu
penulisan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi sempurnanya penelitian ini. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya institusi, lahan
penelitian dan para pembaca pada umumnya.
Malang, 04 Juli 2020
Penulis
viii
ABSTRAK
Chrishartanti, Indah, 2020. Studi Kasus Pada Pasien Dewasa Pneumonia dengan masalah Pola Nafas Tidak Efektif di ruang Yosep Pavilliun Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang. Pembimbing (1)Sr. Felisitas A Sri S, Misc MAN. (2)Wisoedhanie Widi A., S.K.M., M.Kes.
Pneumonia adalah infeksi akut jaringan paru yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur yang timbul secara primer atau sekunder dengan manifestasi adanya sesak nafas, batuk, peningkatan produksi sputum, sehingga penderita pneumonia dapat mengalami pola nafas yang tidak efektif akibat adanya sumbatan sputum pada jalan napas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dewasa yang mengalami Pneumonia dengan masalah pola nafas tidak efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Subyek penelitian ini adalah seorang pasien yang mengalami Pneumonia dengan masalah pola nafas tidak efektif. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 23-25 Juli 2020 melalui pembimbing klinik. Pada pasien tersebut telah dilakukan implementasi selama 3 hari perawatan. Saat dilakukan evaluasi pada hari ke 3 perawatan, didapatkan hasil bahwa pasien masih mengeluh sesak dan masih menggunakan oksigen. Kepatenan jalan nafas dapat membantu untuk mempertahankan pola nafas yang efektif. Diharapkan dengan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien akan membuat pola nafas pasien menjadi normal kembali. Kata Kunci : Pneumonia, Pola Nafas
ix
ABSTRACT
Chrishartanti, Indah, 2020. Case Study In Adult of Pneumonia Patients with
Ineffective Breathing Patterns in the Yosep Pavilliun Room, Panti Waluya Sawahan Hospital, Malang. Scientific papers. College of Health Sciences Panti Waluya Malang. Advisor (1) Sr. Felisitas A Sri S, Misc MAN. (2) Wisoedhanie Widi A., S.K.M., M.Kes.
Pneumonia is an acute infection of lung tissue caused by bacteria, viruses or fungi that occurs primarily or secondary with manifestations of shortness of breath, coughing, increased sputum production, so pneumonia sufferers can experience ineffective breathing patterns due to sputum obstruction in the airway. The purpose of this study was to provide nursing care to adult patients who experience pneumonia with ineffective breathing pattern problems at Panti Waluya Sawahan Hospital Malang. The subject of this study was a patient who had pneumonia with an ineffective breathing pattern problem. When the study was conducted on July 23-25, 2020 through clinical supervisors. In these patients, it has been implemented for 3 days of treatment. When evaluated on the 3rd day of treatment, it was found that the patient was still complaining of tightness and was still using oxygen. Airway compliance can help to maintain an effective breathing pattern. It is hoped that the nursing care given to the patient will make the patient's breathing pattern return to normal.
Keywords: Breath Pattern, Pneumonia
x
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER .................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.4 Tujuan ........................................................................................... 4
1.5 Manfaat ......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
2.1 Konsep Pneumonia ....................................................................... 7
2.1.1 Definisi Pneumonia ............................................................... 6
2.1.2 Klasifikasi Pneumonia ........................................................... 6
2.1.3 Etiologi Pneumonia ............................................................... 6
2.1.4 Manifestasi Klinis Pneumonia ............................................... 10
2.1.5 Pathofisiologi Pneumonia ...................................................... 11
2.1.6 Pathway ................................................................................ 13
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik ....................................................... 14
2.1.8 Komplikasi Pneumonia ......................................................... 14
2.1.9 Penatalaksanaan ................................................................... 15
2.2 Konsep Pola Nafas Tidak Efektif .................................................. 16
xi
2.2.1 Definisi ................................................................................ 16
2.2.2 Etiologi ................................................................................ 16
2.2.3 Manifestasi Klinis ................................................................ 17
2.2.4 Patthofisiologi ...................................................................... 20
2.2.5 Komplikasi ........................................................................... 21
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pneumonia ............................ 23
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ...................................................... 23
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................... 29
2.3.3 Intervensi Keperawatan ........................................................ 29
2.3.4 Implementasi Keperawatan . .................................................. 30
2.3.5 Evaluasi Keperawatan .......................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 32
3.1 Desain Penelitian ......................................................................... 32
3.2 Batasan Ilmiah ............................................................................... 32
3.3 Partisipan ...................................................................................... 32
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 33
3.5 Pengumpulan Data ........................................................................ 33
3.6 Uji Keabsahan Data ...................................................................... 35
3.7 Analisa Data ................................................................................. 35
3.8 Etik Penelitian ............................................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 36
4.1 Hasil .............................................................................................. 36
4.2 Pembahasan ................................................................................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 57
5. 1 Kesimpulan .................................................................................. 57
5. 2 Saran ............................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 60
LAMPIRAN ............................................................................................... 62
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1.6. Pathway Pola Nafas Tidak Efektif pada pasien Pneumonia ..... 13
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif ......................... 30
Tabel 4.1 Identitas Pasien ............................................................................. 36
Tabel 4.2 Status Kesehatan dan Riwayat Kesehatan ..................................... 37
Tabel 4.3 Data Konsep Diri .......................................................................... 38
Tabel 4.4 Hubungan Sosial .......................................................................... 38
Tabel 4.5 Pola Fungsi Kesehatan .................................................................. 39
Tabel 4.6 Pemeriksaan Fisik ........................................................................ 40
Tabel 4.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 42
Tabel 4.8 Pemberian Obat ............................................................................ 43
Tabel 4.9 Analisa Data ................................................................................. 44
Tabel 4.10 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 45
Tabel 4.11 Rencana Keperawatan ................................................................ 45
Tabel 4.12 Implementasi Keperawatan Aplikatif .......................................... 48
Tabel 4.13 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 50
Tabel 4.14 Pembahasan Pengkajian .............................................................. 51
Tabel 4.15 Pembahasan Diagnosa Keperawatan ........................................... 52
Tabel 4.16 Pembahasan Tujuan Intervensi Keperawatan .............................. 53
Tabel 4.17 Pembahasan Kriteria Hasil .......................................................... 53
Tabel 4.18 Pembahasan Intervensi Keperawatan .......................................... 54
Tabel 4.19 Pembahasan Implementasi Keperawatan ..................................... 55
Tabel 4.20 Pembahasan Evaluasi Keperawatan ............................................ 56
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Studi Pendahuluan ........................................................... 64
Lampiran 2 Surat Jawaban Studi Pemdahuluan ............................................ 65
Lampiran 3 Surant Ijin Penelitian ................................................................. 66
Lampiran 4 Surat Jawaban Ijin Penelitian ..................................................... 67
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Pembimbing 1 ............................................. 68
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Pembimbing 2 ............................................. 69
Lampiran 7 Lembar Konsultasi Pembimbing 3 ............................................. 70
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim paru yang
biasanya terjadi pada saluran nafas bawah akut (Nurarif, 2015). Infeksi ini
berupa radang paru-paru yang disertai dengan adanya produksi sputum dan
ditandai dengan gejala batuk disertai sesak nafas. Penyakit ini disebabkan
oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma dan substansi asing,
jamur dan aspirasi (Nurarif, 2015). Faktor lain yang mempengaruhi
timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat
Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru,
anestesia, aspirasi dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna
(Ngastiyah, 2015).
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada orang-orang dewasa di negara berkembang. Pneumonia merupakan
salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Angka kematian akibat
pneumonia sebesar 1,4 juta per tahunnya dan menyumbang angka 7%
penyebab kematian (WHO, 2016). Kematian akibat pneumonia berdasarkan
kelompok umur penduduk, prevalensi pneumonia yang tinggi terjadi pada 2
kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada umur 45-54
tahun dan terus meningkat pada kelompok umur berikutnya. Di Indonesia
prevalensi pneumonia selalu mengalami peningkatan, dimana pada tahun
2
2013 angka kejadiannya sebesar 1,8 persen dan meningkat pada tahun 2018
mencapai angka 2 persen (RISKESDAS, 2018). Provinsi Jawa Timur
3
angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota
Malang yaitu 1,5 persen (RISKESDAS, 2018). Pada tahun 2019 penyakit
pneumonia menempati urutan ke tujuh dari sepuluh penyakit terbanyak yang
ada di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Kasus pneumonia di
rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang mencapai angka 210 kasus atau
7,82 persen dari sepuluh penyakit terbanyak yang ada di Rumah Sakit (Data
Statistik Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang, 2019).
Gambaran klinis pneumonia bervariasi tergantung pada respon sistemik
terhadap infeksi, agen etiologi, tingkat keterlibatan paru dan obstruksi jalan
nafas. Adanya agen etiologi yang masuk ke dalam paru-paru akan
menyebabkan proses infeksi yang pada akhirnya terjadi produksi sputum
yang berlebih. Sehingga, hal ini dapat menyebabkan pola nafas menjadi tidak
efektif pada pasien dengan pneumonia (PPNI, 2017).
Apabila masalah pola nafas tidak efektif pada pasien pneumonia tidak segera
ditangani, maka dapat mengakibatkan terjadinya hipoksemia dan hipoksia
pada pasien.(Bararah, T dan Jauhar, M, 2013). Selain itu dampak dari adanya
pola nafas tidak efektif adalah adanya dipsneu, penggunaan alat bantu
pernafasan terutama saat ekspirasi sehingga nampak penderita bernafas
pendek oleh karena saluran nafas menjadi sempit. Sehingga aliran oksigen
yang masuk ke dalam saluran pernafasan juga akan berkurang.(Wilkinson,
2016).
Fenomena yang penulis temukan pada saat Praktik Klinik di Rumah Sakit
Panti Waluya Sawahan Malang pada bulan Desember 2019 sampai Januari
4
2020, terdapat satu pasien yang menjalani perawatan dengan pneumonia.
Pada pasien ini didapatkan bahwa pasien mengalami sesak nafas dengan RR
30 x/mnt, tampak sianosis, badan lemas, saturasi O2 yang menurun yaitu
87%, adanya batuk yang disertai dengan produksi sputum dan adanya suara
nafas tambahan yaitu ronki.
Sebagai perawat pertolongan kesehatan yang dapat diberikan pada pasien
pneumonia dengan pola nafas tidak efektif adalah memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dengan pendekatan preventif, kuratif, rehabilitatif
dan kolaboratif. Upaya preventif yang bisa dilakukan seperti menjaga pola
hidup sehat dan bersih serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga
tentang tanda gejala dan faktor resiko dari penyakit pneumonia. Upaya kuratif
yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan obat sesuai dengan dosis
yang telah ditetapkan oleh dokter. Upaya rehabilitatif adalah dengan
memberikan latihan batuk yang efektif dan melakukan fisioterapi dada jika
diperlukan. Selain itu upaya kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya juga
diperlukan guna mempercepat proses penyembuhan bagi penderita
pneumonia.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
studi kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa
Pneumonia dengan masalah Pola Nafas Tidak Efektif di Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan Malang”
5
1.2. Batasan Masalah
Masalah dalam studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada
pasien dewasa pneumonia dengan masalah pola nafas tidak efektif di Rumah
Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.
1.3. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Studi Kasus pada pasien dewasa pneumonia dengan masalah
pola nafas tidak efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang ?
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan umum
Tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dewasa pneumonia dengan masalah pola nafas
tidak efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.
1.4.2. Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien pneumonia dengan pola
nafas tidak efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien pneumonia dengan pola
nafas tidak efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien pneumonia dengan pola
nafas tidak efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien pneumonia dengan pola
nafas tidak efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
5. Melakukan evaluasi pada pasien pneumonia dengan pola nafas tidak
efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
6
1.5. Manfaat
1.5.1. Manfaat Teoritis
Bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan di bidang perawatan
pada pasien pneumonia dewasa dengan bebagai masalah atau perubahan
salah satunya dengan masalah pola nafas tidak efektif. Sebagai bahan
rujukan penelitian tentang pemberian asuhan keperawatan yaitu Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dewasa Pneumonia Dengan Masalah Pola Nafas
Tidak Efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.
1.5.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat membantu perawat dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada Pasien Pneumonia dengan masalah Pola Nafas Tidak
Efektif
2. Bagi Rumah Sakit
Dapat meningkatkan mutu perawatan pelayanan pada kasus pneumonia
dan bisa memperhatikan kondisi dan kebutuhan pasien pneumonia
dengan masalah pola nafas tidak efektif
3. Bagi Institusi Pendidikan
Bisa berguna sebagai sumber informasi atau kepustakaan untuk
meningkatkan kualitas pengalaman dalam belajar
4. Bagi Klien dan Keluarga
Untuk menambah pengetahuan bagaimana pasien dan keluarga pasien
sehingga mampu melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah pola
nafas tidak efektif
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan tentang teori “Pneumonia pada pasien
dewasa dengan masalah pola nafas tidak efektif”. Pada bab ini juga akan disajikan
materi sebagai berikut : Konsep Penyakit Pneumonia, Konsep Pola Nafas Tidak
Efektif, Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Dewasa Pneumonia Dengan
Masalah Pola Nafas Tidak Efektif.
2.1. Konsep Pneumonia
2.1.1. Definisi Pneumonia
Pneumonia merupakan suatu peradangan pada paru paru yang tidak saja
mengenai jaringan paru tetapi juga dapat juga mengenai bronchioli
(Nugroho, 2011). Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan
oleh bermacam macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda
asing (Ngastiyah, 2015). Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut
parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran nafas bawah akut
(INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk disertai sesak nafas yang
disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, dan
substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologi (Nurarif, 2015)
2.1.2. Klasifikasi
Menurut Departemen Kesehatan RI, pneumonia diklasifikasikan sebagai
berikut:
8
a. Pneumonia berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bawah ke
dalam pada waktu menarik nafas.
b. Pneumonia ringan
Bila disertai dengan adanya peningkatan frekuensi pola nafas
c. Bukan pneumonia (penyakit paru lain)
Tidak ditemukan adanya perubahan frekuensi pola nafas dan tidak ada
tarikan dinding dada pada saat bernafas (Depkes RI, 2010).
Sedangkan menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi
berdasarkan anatomi dan etiologis :
a. Pembagian anatomis
1) Pneumonia lobularis, melihat seluruh atau sebagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai
pneumonial bilateral atau ganda.
2) Pneumonia bronciolus (Bronchopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronchiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang berada di dekatnya,
disebut juga pneumonia bronchiolus.
3) Pneumonia interstitial (Bronchiolitis) proses inflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronchial serta
interlobular.
b. Pembagian etiologi
Bacteria: Pneumococcus, streptococcus hemolytikus, streptococcusaureus,
haemophillus influenzae, mycobacterium tuberculosis.
9
Virus : Virus influenza, adenovirus
Jamur: Hitoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans,
blastornyces dermatitides
Aspirasi Makanan, Kerosene (minyak tanah, bensin), Cairan amnion,
benda asing)
Menurut Panduan Persatuan Dokter Paru Indonesia (2015), Pneumonia
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
1. Pneumonia komuniti (Community Aquired Pneumonia)
2. Pneumonia nosokomial (Hospital Aquired Pneumonia/Nosokomial
Pneumonia)
3. Pneumonia aspirasi
4. Pneumonia pada penderita Immunocompromised dimana ini penting
untuk memudahkan dalam penatalaksanaan.
b. Berdasarkan penyebab
1. Pneumonia bacterial/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa
bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka,
misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada
penderita pasca infeksi influenza.
2. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia
3. Pneumonia virus
10
4. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Prediksi
terutama pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah
(immunocompromised).
c. Berdasarkan prediksi infeksi
1. Pneumonia lobaris.
Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan orang tua.
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan
sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi
benda asing atau proses keganasan.
2. Bronchopneumonia
Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang
tua, jarang dihubungkan dengan obtruksi bronchus.
3. Pneumonia interstitial
Pneumonia yang disebabkan karena pembentukan jaringan parut pada
paru-paru karena paparan oleh agen pencetus dalam jangka waktu
yang lama. Bagian yang terserang adalah interstitium yaitu jaringan
yang membentuk renda yang mengisi paru-paru kiri dan kanan (PDPI,
2015).
2.1.3. Etiologi
Menurut Nurarif (2015), etiologi pneumonia terdiri dari:
Bacteria: pneumococcus, streptococcus hemolytikus, streptococcusaureus,
haemophillus influenzae, mycobacterium tuberculosis.
11
Virus: virus influenza, adenovirus
Jamur: hitoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans,
blastornyces dermatitides
Aspirasi: makanan, kerosene (minyak tanah,bensin), cairan amnion, benda
asing)
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi dan pengobatan dengan
antubiotik yang tidak sempurna (Ngastiyah, 2015).
2.1.4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pneumonia bervariasi tergantung pada respon sistemik
terhadap infeksi, agen etiologi, tingkat keterlibatan paru dan obstruksi jalan
nafas. Tanda dan gejalanya antara lain: takipneu, demam, dan batuk disertai
penggunaan otot bantu nafas dan suara nafas abnormal (Terry & Sharon,
2013).
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba kedalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi
inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari
reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah, serta nyeri
pleuritis. Selanjutnya adanya cairan yang keluar masuk alveoli sehingga
terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi
klinis dispnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga, menyebabkan adanya
partial oklusi yang akan membuat darah paru menjadi padat (konsolidasi).
Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi
12
dan penurunan rasio ventiladi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan
kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia. Berdasarkan
penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu: nyeri (akut), hipertermia,
defisit nutrisi, bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pola tidur, pola
nafas tidak efektif dan intoleransi aktifitas (Mutaqin A, 2014).
2.1.5. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi
karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus, saat saluran nafas
bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan
obstruksi jalan nafas (Terry & Sharon, 2013). Sebagian besar pneumonia
didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit
di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi
paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu
partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan
dengan makrofag alveoler dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan
humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu
mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius
terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen
mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke
alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak
mematikan sel dan bakterial debris. Sistem limpatik dapat mencapai bakteri
sampai darah atau pleura viceral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi.
Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi
13
terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left
shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia.
Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan
hiperkapnia (Nugroho T, 2011).
14
2.1.6. Pathway
(Sumber: Nurarif, 2015)
Normal (sistem pertahanan tubuh)
terganggu Organisme
Saluran nafas bagian bawah pneumokokus
Eksudat masuk ke alveoli
Alveoli
Sel darah merah leukosit, pneumokokus mengisi alveoli
Leukosit + fibrin mengalami konsolidasi
Leukositosis
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
15
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mutaqin (2014), Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
pada orang dengan masalah pneumonia adalah :
Sinar X: Mengidentifikasikan distribusi struktural
(misalnyanya: lobar, bronchial), dapat juga
menyatakan abses.
Pemeriksaan gram/ kultur,
sputum dan darah:
untuk dapat mengidentifikasi semua organisme
yang ada.
Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
Pemeriksaan fingsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis
keadaaan.
Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
Bronchoskopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat
benda asing.
2.1.8. Komplikasi
Menurut Mutaqin, Arif (2014), komplikasi yang dapat terjadi adalah
a. Pleuritis: Peradangan pada selaput pembungkusau paru-paru atau pleura
b. Atelektasis: Keadaan dimana paru-paru tidak dapat mengembang dengan
sempurna akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
c. Empiema: Adanya pus pada rongga pleura
d. Abses paru: Penyakit yang menyerang organ paru-paru karena infeksi
bakteri yang menyebabkan jaringan paru-paru menjadi bernanah
16
e. Edema pulmonary: Suatu keadaan dimana cairan merembes keluar dari
pembuluh darah kecil paru ke dalam kantong udara dan daerah
disekitarnya
f. Infeksi super perikarditis: Peradangan yang terjadi pada selaput
pembungkus jantung (perikardium)
g. Meningitis: Infeksi yang menyerang selaput otak
h. Arthritis: Suatu penyakit dimana persendian mengalami peradangan
(biasanya terjadi pada kaki dan tangan)
2.1.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2014) antara lain:
a. Manajemen Umum
1. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan.
2. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg
3. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia, pasien
harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk
memaksimalkan kemampuan ventilator.
4. Hidrasi: pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk
mempertahanakan hidrasi dan mencairkan sekresi
b. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada : mungkin diperlukan jika
masalah sekunder seperti emfisema terjadi.
17
c. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia perlu diberikan terapi secepatnya
maka biasanya diberikan oantibiotik golongan Penicillin G untuk infeksi
pneumonia virus, Eritromicin, Tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk
infeksi pneumonia.
2.2. Konsep Pola Nafas Tidak Efektif
2.2.1. Definisi Pola Nafas Tidak Efektif
Pola nafas tidak efektif adalah suatu keadaan ketidakmampuan proses
pernafasan inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
yang adekuat (PPNI, 2017). Pola nafas tidak efektif adalah keadaan ketika
seorang individu mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial
yang berhubungan dengan perubahan pola pernafasan (Carpenito, Lynda
Juall, 2013).
2.2.2. Etiologi
Beberapa macam penyebab yang dapat menimbulkan munculnya masalah
keperawatan pola nafas tidak efektif antara lain (PPNI, 2017): depresi pusat
pernafasan, hambatan upaya nafas (misalnya: nyeri pada saat bernafas,
kelemahan otot pernafasan), deformitas dinding dada, deformitas tulang
dada, gangguan neuromuskular, gangguan neurologis (misalnya: cedera
kepala, elektroensefalogram EEG, gangguan kejang), imaturitas neurologis,
penurunan energi, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru,
sindrom hipoventilasi, kerusakan inervasi diafragma (kerusakan syaraf C5
18
keatas), cedera pada medula spinalis, efek agen farmakologis, dan
kecemasan.
2.2.3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang tampak pada pola nafas tidak efektif secara mayor
adalah (PPNI, 2017): penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekpsirasi yang
memanjang, dan pola napas abnormal. Pola napas abnormal adalah keadaan
dimana terjadinya perubahan frekuensi napas, perubahan dalamnya
inspirasi, perubahan irama nafas, rasio antara durasi inspirasi dan durasi
ekspirasi (Djojodibroto, 2014). Sedangkan yang menjadi data minor pada
pola nafas tidak efektif yaitu pernafasan pursed-lip, pernafasan cuping
hidung, diameter thorak anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit
menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi dan pinspirasi menurun
dan ekskursi dada berubah. Adanya suara nafas yang tidak normal juga
menjadi salah satu tanda dan gejala dari pola nafas tidak efektif.
Suara nafas normal ditandai dengan:
a. Suara nafas vesikuler memiliki nada yang rendah, terdengar lebih
panjang pada fase inspirasi daripada ekspirasi dan kedua fase
bersambung. Suara nafas vesikuler pada kedua paru normal akan
meningkat pada anak, orang kurus dan pada latihan jasmani, apabila
salah satu meningkat berarti ada kelainan pada salah satu paru. Suara
vesikuler melemah kemungkinan ditemukan adanya cairan, udara,
jaringan padat pada rongga pleura dan kondisi patologi paru.
b. Suara nafas bronkial memiliki nada tinggi dengan fase ekspirasi lebih
lama dari inspirasi dan terputus.
19
Sedangkan kombinasi suara nada tinggi dengan inspirasi dan ekspirasi
yang jelas dan tidak ada silent gap dinamakan bronkovesikuler
Suara nafas abnormal antara lain:
a. Stridor
Suara yang terdengar kontinyu (tidak terputus putus), bernada tinggi
yang terjadi baik pada waktu inspirasi maupun pada waktu ekspirasi,
akan terdengar tanpa menggunakan alat statoskop, biasanya bunyi
ditemukan pada saluran nafas atas (laring) atau trakea, disebabkan
adanya penyempitan pada saluran nafas tersebut. Pada orang dewasa,
kondisi ni mengarahkan pada dugaan adanya oedema laring, tumor
laring, kelumpuhan pita suara, stenosis laring yang umumnya disebabkan
oleh tindakan trakheostomi atau dapat pula akibat endotrakeal.
b. Crackles
Bunyi yang berlainan, non kontinyu akibat penundaan pembukaan
kembali jalan nafas yang menutup. Terdengar pada saat inspirasi.
Terbagi menjadi dua yaitu:
1. Crackles halus
Terdengar sewaktu akhir inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah
patah. Penyebabnya adalah udara yang melewati daerah yang sangat
lembab di alveoli atau bronchiolus (penutupan jalan nafas kecil),
seperti suara rambut yang digesekkan.
2. Crackles kasar
Terdengar pada saat melakukan ekspirasi. Karakter suara basah,
lemah, kasar, suara gesekan terpotong. Penyebabnya adalah adanya
20
cairan atau sekresi pada jalan nafas. Bisa jadi akan berubah disaat
pasien batuk.
c. Wheezing (mengi)
Bunyi seperti bersiul, kontinyu yang durasinya lebih lama daripada
crackles. Terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih
jelas pada saat melakukan ekspirasi. Penyebabnya adalah udara melewati
jalan nafas yang menyempit atau tersumbat sebagian. Bisa dihilangkan
dengan cara batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus
yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang
menyempit (seperti pada asma dan bronkitis kronik). Wheezing dapat
terjadi karena perubahan temperatur, alergi, latihan jasmani dan iritasi
pada bronkus.
d. Ronchi
Merupakan bunyi gaduh yang dalam (ngorok). Terdengar sewaktu
ekspirasi. Penyebabnya adanya gerakan udara melewati jalan nafas yang
menyempit akibat terjadi obstruksi nafas akibat sekresi, tumor atau
oedem. Ronchi dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Ronchi kering
Sebuah bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama disaat
ekspirasi disertai adanya sekret pada bronkus. Ada yang high pitch
(menciut) misalnya pada asma dan low pitch akibat sekret yang
meningkat pada bronkus yang besar yang dapat pula terdengar pada
saat inspiarasi.
2. Ronchi basah
21
Bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada saat inspirasi
seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh sekret di
dalam alveoli dan bronkiolus. Ronchi basah dapat halus, sedang dan
kasar. Ronchi halus dan sedang dapat disebabkan cairan di alveoli
contohnya pada kasus pneumonia dan oedema paru, sedangkan ronchi
kasar contohnya pada bronkiektasis. Perbedaan ronchi dan wheezing
adalah wheezing berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih kecil
salurannya, terdengar bersuara tinggi dan bersiul, biasanya terdengar
jelas pada pasien asma. Ronchi berasal dari bronki dan bronkiolus
yang lebih besar terdengar jelas pada orang yang ngorok.
e. Pleural friction rub
Suara yang timbul akibat terjadinya peradangan pada pleura sehingga
permukaan pleura menjadi kasar. Karakter suara kasar, berciut, disertai
keluhan nyeri pleura. Terdengar pada akhir inspirasi dan permulaan
ekspirasi. Tidak dapat dihilangkan dengan dibatukkan. Terdengar jelas
pada permukaan anteriorlateral bawah thoraks. Terdengar seperti bunyi
gesekan jari tangan dengan kuat dekat telinga. Bunyi ini dapat
menghilang pada waktu nafas ditahan. Sering didapatkan pada
pneumonia, infark paru dan tuberkulosis.
f. Gargling
Suara seperti berkumur, keadaan ini terjadi akibat obstruksi yang
disebabkan oleh cairan.
22
2.2.4. Patofisiologi
Adanya agen pencetus yang menyebabkan munculnya sekret yang
mengakibatkan obstruksi pada tracheobroncheal, adanya penurunan dan
ekspansi paru serta proses inflamasi maka akan menyebabkan adanya
kesulitan pada saat bernafas yang ditandai dengan perubahan kedalaman dan
atau kecepatan pernafasan, gangguan perkembangan pada rongga dada,
bunyi nafas yang tidak normal dan adanya batuk dengan atau tanpa adanya
sputum.
2.2.5. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pola nafas tidak efektif antara
lain (Bararah &Jauhar, 2013):
a. Hipoksemia
Keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah
arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah normal (normal
PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Keadaan ini didebabkan oleh karena
gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt) atau berada pada tepat
yang kurang oksigen. Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan melakukan
kompensasi dengan cara meningkatkan pernafasan, meningkatkan stroke
volume, vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan nadi. Tanda dan
gejala hipoksemia adalah sesak nafas, frekuensi napas dapat mencapai 35
kali permenit, nadi cepat dan dangkal serta sianosis.
b. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi
23
oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada
tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4 sampai 6 menit ventilasi
berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia antara lain: Menurunnya
hemoglobin, Berkurangnya kensentrasi oksigen, Ketidakmampuan
jaringan mengikat oksigen, Menurunnya perfusi jaringan seperti pada
syok, dan Kerusakan atau gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia diantaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam,
sianosis, sesak nafas serta jari rabuh (clubbing finger).
c. Gagal napas
Keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen
karena penderita kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat
sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan oksigen.
Gagal napas ditandai oleh adanya peningkatan karbondioksida dan
penurunan oksigen dalam darah secara signifikan. Gagal nafas
disebabkan oleh gangguan sistem syaraf pusat yang mengontrol
pernafasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat, gangguan
metabolisme, kelemahan otot pernafasan dan obstruksi jalan napas.
d. Perubahan pola nafas
Pada keadaan normal frekuensi pernafasan pada orang dewasa adalah 16-
20 x/mnt. Pernafasan normal disebut dengan eupneu, perubahan pola
napas dapar berupa antara lain:
1. Dipsneu yaitu kesulitan bernafas
2. Apneu yaitu tidak bernafas atau berhenti bernafas
24
3. Takipneu yaitu pernafasan yang lebih cepat daripada pernafasan
normal
4. Bradipneu yaitu pernafasan lebih lambat daripada normal
5. Kussmaul yaitu pernafasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi
sama, sehingga pernafasan menjadi lambat dan dalam
6. Cheyne-stokes yaitu pernafasan cepat dan dalam kemudian berangsur
angsur dangkal dan diikuti periode apneu yang berulang secara teratur.
7. Biot yaitu pernafasan dalam dan dangkal disertai masa apneu dengan
periode yang tidak teratur.
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara
subyektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode
anamnesa dan data obyektif (data hasil pengukuran atau observasi).
Menurut Nurarif (2015), pengkajian yang harus dilakukan adalah :
a. Identitas: nama, usia, jenis kelamin
b. Riwayat sakit dan kesehatan
1. Keluhan utama
Klien mengeluh batuk dan sesak nafas.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi betuk produktif dengan mukus purulen kekuning
kuningan, kehijau hijauan, kecoklat coklatan atau kemerahan dan
sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami
25
demam tinggi dan menggigil (keadaan mungkin terjadi secara tiba-tiba
dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak nafas,
peningkatan frekuensi pernafasan dan nyeri kepala
3. Riwayat penyakit dahulu
Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC
Paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
4. Riwayat penyakit keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab pneumonia seperti Ca Paru, asma,
TBC Paru dan lain sebagainya.
5. Riwayat alergi
Dikaji apakah klien memiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan,
udara dan debu.
c. Demografi
Apakah di daerah tempat tinggal klien terdapat sumber polusi
d. Pola Pengkajian Gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.
2. Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan
rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikrorganisme.
26
3. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindahan cairan evaporasi karena demam.
4. Pola istirahat/tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena
adanya sesak nafas.
5. Pola aktfitas dan latihan
Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan
fisik
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: tampak lemas, sesak nafas
2. Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit, bisa somnolen
3. Tanda-tanda vital :
a) TD: biasanya normal
b) Nadi: takikardi
c) RR: takipneu, dispneu, nafas dangkal
d) Suhu: hipertermi
4. Kepala
Kulit kepala
Tujuan
Inspeksi
Palpasi
mengetahui turgor kulit dan apakah ada lesi atau
bekas luka.
Dilihat apakah ada oedema
raba dan tentukan apakah ada lesi, hangat atau
dingin, turgor kulit elastis atau tidak
27
Rambut
Tujuan
Inspeksi
Palpasi
mengetahui tekstur, warna, rontok atau tidak dan
bersih atau kotor
pertumbuhan rambut merata atau tidak, tebal atau
tipis
mudah rontok atau tidak, kasar atau halus
5. Kuku
Tujuan
Inspeksi
Palpasi
mengetahui warna, keadaan kuku serta kapiler
refill
apakah ada sianosis, kemerahan karena
peningkatan vesibilitas Hb, bentuk jari
apakah ada nyeri tekan, kaji CRT normal < 2 dtk
6. Wajah
Tujuan
Inspeksi
Palpasi
mengetahui bentuk dan fungsi, lesi atau kelainan
pada wajah
simetris atau tidak, apakah ada kelumpuhan
apakah ada bekas luka, kaji respon nyeri
7. Mata
Tujuan
Inspeksi
mengetahui bentuk serta fungsi mata, baik
penglihatan maupun otot mata, apakah ada
kelainan pada mata
reflek berkedip baik atau tidak, warna konjungtiva
dan sclera apakah ada ikterik atau anemis,
keadaan pupil miosis atau midriasis
28
Palpasi apakah ada nyeri tekan atau tidak
8. Hidung
Tujuan
Inspeksi
Palpasi
mengetahui bentuk, dan apakah ada inflamasi atau
tidak, apakah ada sinusitis atau tidak
simetris atau tidak, ada sekret atau tidak, apakah
ada pernafasan cuping hidung atau tidak
apakah ada nyeri tekan atau tidak
9. Telinga
Tujuan
Inspeksi
Palpasi
mengetahui keadaan telinga, apakah ada
gangguan pendengaran atau tidak
simetris atau tidak, apakah telinga kotor atau
tidak, bentuk daun telinga normal atau tidak
ada nyeri tekan atau tidak
10. Mulut dan Faring
Tujuan
Inspeksi
Palpasi
mengetahui kelainan dan bentuk mulut serta
kebersihan mulut
apakah kelainan pada bibir, keadaan mukosa
mulut apakah lembab atau kering, apakah
simetris, warna dan pembengkakan apakah ada,
kaji juga pada gigi, apakah ada gigi yang
berlubang, bagaimana kebersihan gigi, apakah ada
pembesaran tonsil
apakah ada nyeri tekan, oedem atau massa
29
11. Leher
Tujuan
Inspeksi
Palpasi
menentukan bentuk serta organ yang berada di
sekitar leher
apakah ada pembesaran kelenjar thyroid
apakah teraba adanya pembesaran kelenjar limfe
atau thyroid
12. Dada
Tujuan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
mengetahui simetris atau tidak, irama dan
frekuensi nafas, ada tidaknya nyeri tekan dan
mendengarkan bunyi paru
amati bentuk dada dan pergerakan dada, amati
adanya retraksi intercostal, amati pergerakan paru,
kaji letak ictus cordis
ada atau tidak nyeri tekan
menentukan batas normal suara ketukan paru,
bunyi sonor pada seluruh lapang paru, jika ada
efusi pleura maka akan didapati bunyi redup
hingga pekak, jika disertai pneumothorak akan
disertai bunyi hipersonor
untuk mengetahui ada tidaknya suara tambahan
nafas seperti ronchi atau wheezing
13. Abdomen
Tujuan
mengetahui gerakan peristaltik usus dan ada
tidaknya nyeri tekan
30
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
amati bentuk perut, warna kulit, apakah ada asites
atau tidak
ada tidaknya nyeri tekan
dengarkan bising usus
14. Muskuloskeletal
Tujuan
Inspeksi
Palpasi
mengetahui kekuatan otot
apakah ada kelainan pada ekstrimitas atas atau
bawah, apakah ada kelemahan otot
apakah ada nyeri tekan pada ekstrimitas atas atau
bawah
2.3.2. Diagnosis Keperawatan
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan terkait masalah pneumonia
adalah : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
(kelemahan otot pernafasan, nyeri saat bernafas) yang ditandai dengan
dispneu, penggunaan otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung.
2.3.3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan
dimana pada tahao ini perawat menentukan suatu rencana yang akan
diberikan pada pasien sesuai dengan masalah yang dialami pasien setelah
pengkajian dan perumusan diagnosis. Menurut SIKI (Tim Pokja SIKI PPNI,
2018) intervensi keperawatan yang ditetapkan pada pada pasien pneumonia
adalah:
31
Tabel 2.1 Intervensi Asuhan Keperawatan Pasien Pneumonia dengan
masalah Pola Nafas Tidak Efektif, Manajemen Jalan Nafas (SIKI, I.01011)
dan Pemantauan Respirasi (SIKI, I.01014)
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (kelemahan otot pernafasan, nyeri saat bernafas)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam pola nafas membaik dengan kriteria hasil : Pola Nafas a. Dispneu menurun b. Penggunaan otot bantu nafas
menurun pernafasan cuping hidung menurun
c. Frekuensi nafas membaik d. Kedalaman nafas membaik Tingkat Keletihan a. Mengi menurun b. Gelisah menurun c. Frekuensi nafas menurun d. Pola nafas membaik
Intervensi: Manajemen jalan nafas, pemantauan respirasi a. Manajemen jalan nafas :
1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2. Monitor bunyi nafas tambahan (wheezing, ronkhi, mengi)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, bau)
4. Posisikan semi fowler/fowler
5. Berikan minum hangat
6. Lakukan fisioterapi dada, jka perlu
7. Berikan oksigen jika perlu
8. Anjurkan asupan cairan 2000 l/hari, jika tidak ada kontraindikasi
9. Ajarkan teknik batuk efektif
10. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspectoran, mukolitik jika perlu
b. Pemantauan respirasi : 1. Monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan upaya nafas
2. Monitor pola nafas (seperti bradipneu, takipneu, hiperventilasi, kussmaul, cheyne –
stokes, biot, ataksik) 3. Monitor kemampuan
batuk efektif 4. Monitor adanya
produksi sputum 5. Auskultasi bunyi
nafas 6. Monitor saturasi
32
oksigen 7. Monitir hasil X- ray
thoraks 8. Atur interval
pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
9. Dokumentasikan hasil pemantauan
10. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
11. Informasikan hasil pemantauan,jika perlu.
2.3.4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan yang
merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat
kepada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada
rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.
2.3.5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah
masalah keperawatan telah teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi
yaitu :
a. Dispneu menurun
b. Penggunaan otot bantu nafas menurun pernafasan cuping hidung
menurun
c. Frekuensi nafas membaik
d. Kedalaman nafas membaik
33
e. Mengi menurun
f. Gelisah menurun
g. Frekuensi nafas menurun
h. Pola nafas membaik
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus yang bertujuan untuk
mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Pasien Dewasa Pneumonia
dengan masalah Pola Nafas Tidak Efektif di Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang.
3.2. Batasan Istilah
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Pneumonia dengan masalah Pola
Nafas Tidak Efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang ini
dilakukan pada pasien dewasa usia antara 21 sampai dengan 60 tahun dengan
batas waktu lama perawatan selama 3 hari. Batasan pasien pneumonia dengan
masalah pola nafas tidak efektif adalah sebagai berikut:
1. Pola nafas abnormal dengan perubahan frekuensi nafas lebih dari
20x/mnt.
2. Penggunaan otot bantu pernafasan pada pasien saat respirasi
3. Adanya fase ekspirasi yang memanjang
4. Adanya pernafasan cuping hidung
3.3. Partisipan
Dalam studi kasus ini yang menjadi partisipan peneliti adalah satu pasien
dewasa 60 tahun yang mengalami pneumonia dengan masalah pola nafas
tidak efektif di ruang rawat inap Yosep Pavilliun Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang yang mendapatkan perawatan selama 3 hari.
35
3.4. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap Yosep Pavilliun Rumah Sakit
Panti Waluya Sawahan Malang. Penelitian ini berlangsung selama 3 hari
perawatan mulai tanggal 23 Juli 2020 sampai tanggal 27 Juli 2020.
3.5. Pengumpulan Data
Dalam mencari data pada Pasien dewasa dengan Pneumonia dengan masalah
Pola Nafas Tidak Efektif, Penulis menggunakan teknik pengumpulan data,
dengan data yang diperoleh dari pembimbing klinik, sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua
pihak dan beberapa pihak yaitu penulis dengan pembimbing ruangan.
Wawancara yang dilakukan adalah dengan pembimbing ruangan di Rumah
Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Sumber data yang didapat adalah
dari pembimbing ruangan yang bertugas di ruangan tersebut.
2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan metode inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi dan observasi tanda tanda vital melalui
pembimbing ruangan.
3. Studi Dokumen
Studi Dokumen akan dilakukan dengan mengumpulkan data yang diambil
dari catatan rekam medis pasien. Studi dokumen yang digunakan untuk
melengkapi hasil studi kasus didapatkan dari pasien dewasa Pneumonia
36
yang mengalami masalah Pola Nafas Tidak Efektif di Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan Malang.
3.6. Uji keabsahan Data
Disamping integritas penulis, uji keabsahan data dilakukan dengan cara
berikut ini:
1. Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan
2. Sumber informasi tambahan menggunakan observasi dari pasien, perawat
dan keluarga yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3.7. Analisis Data
1. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari hasil WOD (Wawancara, Obervasi dan Dokumen).
Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam
bentuk transkrip.
2. Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan
dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data
subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan
diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.
3. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan gambar, bagan maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari pasien dijamin dengan jalan identitas pasien
dibuat inisial.
37
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan,kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
hasil-hasil penelitian yang terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku
kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data
yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,
tindakan dan evaluasi.
3.8. Etik Penelitian
Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari:
a. Informed Consent (persetujuan menjadi pasien)
Lembar persetujuan penelitian akan diberikan kepada klien responden,
tujuan adalah subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta
dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika obyek menolak untuk
diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati haknya.
b. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama responden
namun lembar tersebut diberikan kode.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi Pasien dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu yang dilaporkan hasil peneliti.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang hasil dan pembahasan dari “Studi
Kasus Pada Pasien Dewasa Pneumonia Dengan Masalah Pola Nafas Tidak Efektif
di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang”.
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran dan Lokasi Pengambilan Data
Penelitian ini dilaksanakan di ruang St Yosep Paviliun Rumah Sakit Panti
Waluya Malang. Ruang St Yosep Paviliun adalah ruang rawat inap dewasa
kelas VVIP B yang terdiri dari 9 kamar dengan total 9 tempat tidur.
Penelitian terhadap pasien dilakukan oleh peneliti melalui perantara
pembimbing klinik pada tanggal 23 Juli–27 Juli 2020 di kamar 8, dengan
fasilitas masing– masing kamar yang terdiri dari tempat tidur side rail
dilengkapi dengan bel, tempat tidur jaga, TV, kamar mandi dalam ruangan,
ruang tamu, kulkas, wastafel, oksigen sentral, paket mandi dan paket meja.
39
4.1.2 Karateristik Partisipan
Data karakteristik pasien diperoleh dari pembimbing klinik
Tabel 4.1 Identitas Pasien
Identitas Pasien Nama Umur Jenis kelamin Suku bangsa Status perkawinan Agama Alamat Pendidikan Pekerjaan Diagnosa Medis Tanggal masuk Tanggal pengkajian No Rekam Medis
Tn. S 60 tahun Laki - laki Jawa Kawin Kristen Jl. Welirang D3 Pegawai swasta Pneumonia 23 Juli 2020 /17.39 23 Juli 2020/19.00 078561
4.1.3 Data Asuhan Keperawatan
Data status kesehatan pasien diperoleh dari pembimbing klinik
1. Pengkajian
a) Status Kesehatan dan Riwayat Kesehatan
Tabel 4.2 Status Kesehatan dan Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Pasien Keluhan umum Pasien mengatakan merasa sesak Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengatakan bahwa pada tanggal 23 Juli 2020 pukul
17.00 pasien merasa sesak nafas dan batuk. Pasien juga mengatakan kadang terasa sesak pada saat melakukan aktifitas dan pada saat berpindah tempat. Pukul 17.39 pasien berobat ke IGD RS Panti Waluya . Pasien mengatakan kalau 2 hari yang lalu yaitu pada tanggal 21 Juli 2020 pasien merasakan demam. Di IGD kemudian dilakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik, klien mengeluh sesak, GCS E:4 V:5 M:6 dan dilakukan pengukuran TTV: TD: 155/99 mmHg, S: 37,5°C, N: 102x/menit, RR: 28 x/menit, dilakukan pemeriksaan laboratorium dan foto thorak , pasien mendapat terapi cairan Asering 500ml 20 tpm, serta injeksi IV Ceftriaxone 1 gr, inj IV Dexamethasone 4 mg, N-ace 1 tablet, pasien juga diberikan oksigen nasal 2 lpm Pada pukul 19.00 pasien di pindahkan ke ruang rawat inap YP kamar 8
Riwayat Penyakit Dahulu Pasien pernah mengalami sakit prostat, pasien juga mempunyai riwayat sakit jantung dan hipertensi
Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga Riwayat Alergi Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi
40
Genogram Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Meninggal : Garis Perkawinan : Garis Keturunan : Tinggal Serumah : Pasien
b) Data Psikologis
1. Konsep Diri
Data konsep diri pasien diperoleh dari pembimbing klinik
Tabel 4.3 Data Konsep Diri Konsep Diri Pasien 1. Gambaran Diri Pasien mengatakan bahwa dia menyukai apa yang ada pada
dirinya secara keseluruhan 2. Harga Diri Pasien mengatakan bahwa tidak merasa malu dengan penyakit
yang diderita saat ini 3. Identitas Diri Pasien mampu mengenali dirinya sendiri dengan mampu
menyebutkan nama, usia, jenis dan alamat secara lengkap 4. Peran Diri Pasien mengatakan bahwa dia berperan sebagai kepala rumah
tangga dan bekerja sebagai karyawan swasta 5. Ideal Diri Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah
x
41
2. Hubungan Sosial
Hubungan sosial pasien diperoleh dari pembimbing klinik
Tabel 4.4 Hubungan Sosial
Konsep Diri Pasien
1. Hubungan Sosial Pasien memiliki hubungan sosial yang baik dengan keluarga terbukti dari anggota keluarga yang selalu menemani dan merawat pasien, selain itu interaksi pasien dengan anggota keluarga yang lain baik karena pasien dan anggota keluarga sering berinteraksi satu sama lain serta banyak saudara pasien yang datang untuk menjenguknya. Hubungan sosial dengan perawat juga baik terbukti dari pasien yang kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan selama dirawat di Rumah Sakit.
2. Spiritual Pasien beragama Kristen, pasien menjalankan ibadahnya dengan baik. Pada saat sakit pasien tidak bisa menjalankan ibadahnya seperti biasanya dan hanya berdoa ditempat tidur.
3. Kecemasan Pasien mengatakan pasrah dengan keadaannya dan merasa cemas karena tidak bisa mencari nafkah seperti biasanya
c) Pola Fungsi Kesehatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari pembimbing klinik
Tabel 4.5 Pola Fungsi Kesehatan
Pola
Pasien
Di rumah Di RS
Pola Nutrisi Pasien mengatakan pasien makan 3x dalam sehari. Jenis makanan yang klien konsumsi nasi, lauk pauk, sayur lodeh dan bening, buah (kadang – kadang). Pasien mengatakan pasien menyukai makanan atau masakan bening/sayur bening Pasien mengatakan pasien dalam sehari minum 2 botol air mineral (3 L) dan minum kopi minimal 1x sehari.
Makanan : tidak terkaji Minuman: pada saat pengkajian pasien menghabiskan setengah gelas air putih
Pola Eliminasi - Pasien BAK 3 - 4 x/hari, Konsistensi cair, Bau khas urine, Warna urine kuning pekat.
- Pasien BAB 1x sehari. Konsistensi padat, Bau khas feses, Warna kuning kecoklatan
Pada saat pengkajian pasien belum BAK dan BAB
42
Pola Istirahat/
Tidur
Pasien tidak tidur siang jika sedang bekerja.
Pasien mengatakan dalam sehari tidur malam selama 6-7 jam dan tidak teratur tergantung jadwal kerjanya.
Pada saat pengkajian pasien masih belum tidur
Pola Personal Hygiene
Pasien mengatakan mandi 2 x sehari, menggosok gigi setiap mandi, keramas setiap kali mandi, menggunting kuku 1 minggu sekali.
Pasien hanya mencuci muka saat akan berangkat ke RS
Pola Aktivitas Pasien berperan sebagai kepala keluarga. Kegiatan sehari-hari banyak diisi dengan bekerja, yaitu sebagai karyawan swasta sebuah instansi, pasien di rumah jarang membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
Pasien tampak bedrest dan tidak boleh turun dari tempat tidur serta beraktivitas dibantu keluarga dan perawat.
ADL dipenuhi secara
Pasien mandiri Pada saat pengkajian pasien tampak dibantu minum oleh keluarganaya
d) Pemeriksaan Fisik
Data pemeriksaan fisik didapatkan dari pembimbing klinik
Tabel 4.6 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah Lemah Kesadaran : Composmentis GCS E:4 V:5 M:6 Tanda - tanda vital : Pemeriksaan Fisik (head to toe) Kulit dan Kuku Kepala
Mata
TD : 155/99 mmHg N : 102 x/menit RR : 28 x/menit (reguler,spontan) S : 37,5 °C Sat O2 : 95%
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak icterus dan tidak cyanosis Palpasi : Kulit teraba kering, akral teraba hangat, turgor kulit kembali <2 detik, CRT kembali <2 detik. Inspeksi : Bentuk kepala normochepal, tidak tampak lessi, warna rambut hitam dan ada beberapa uban, persebaran warna rambut dan pertumbuhan rambut merata, kulit kepala tampak berminyak dan terdapat ketombe, tidak tampak massa. Palpasi :
- Kepala terasa nyeri, saat di palpasi tidak teraba massa, tidak terdapat krepitasi tulang.
Inspeksi :
- Alis terletak simetris persebaran pertumbuhan dan warna alis merata, mata tampak cekung dan tampak kantong mata, mata terletak simetris, mata tampak berwarna kemerahan, pupil miosis reflek cahaya +/+, warna konjungtiva merah muda
43
Hidung Mulut Telinga Leher Thorak
Palpasi : - Bola mata teraba kenyal dan melenting pada saat dilakukan palpasi
pasien tidak mengeluh adanya nyeri tekan, pasien dapat menggerakan bola mata ke 8 arah penjuru, pasien menggunakan kacamata untuk membaca.
Inspeksi : Lubang hidung terletak simetris, lubang hidung tampak ada sedikit kotoran, tampak bulu-bulu halus didalam lubang hidung, tidak tampak massa pada bagian dalam hidung, septumnasi tepat berada di tengah, tidak ada epistaksis (pendarahan pada hidung/mimisan) dan tampak adanya pernafasan cuping hidung. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada seluruh daerah sinus (edmodialis, frontalis, dan maksilaris). Inspeksi : Mukosa bibir tampak kering, warna bibir tampak kecoklatan, gigi utuh tampak kekuningan, tidak tampak perdarahan pada gusi dan bibir, lidah tampak bersih, uvula tepat berada di tengah berwarna merah muda, tidak tampak pembesaran tonsil (T1). Inspeksi : Daun telinga simetris, tidak tampak massa maupun lessi, tidak tampak perdarahan pada lubang telinga, telinga bersih Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada tragus, fungsi pendengaran pasien baik, terbukti pasien dapat mengulangi kata yg diucapkan pada saat tes berbisik Inspeksi : Tidak tampak pembesaran vena jugularis, tidak tampak massa maupun lessi Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan massa pada saat dilakukan perabaan. Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada simetris, persebaran warna kulit merata, iktus kordis < 1 cm, tampak adanya tarikan dinding dada pada saat bernafas Palpasi : Saat dilakukan pemeriksaan taktil fremitus teraba getaran suara yang sama diseluruh lapang paru, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan Perkusi : Pada area jantung (ICS 3-5 sinistra) terdengar pekak dan suara lapang paru resonan. Auskultasi Terdengar bunyi nafas tambahan wheezing Wheezing Ronchi
- -
+ - + -
+ - + -
44
Abdomen Muskuloskeletal
Jantung : BJ I : bunyi jantung I terdengar (lup) tunggal Bj II : bunyi jantung II terdengar (dup) tunggal Bj III : tidak terdengar bunyi jantung tambahan (normal) Inspeksi : Tidak tampak asites, tidak ada lesi Auskultasi : Bising usus 12 x/menit Perkusi : Terdengar hipertimpani pada hipokondria kanan. Palpasi : Saat dilakukan palpasi tidak ada nyeri tekan pada daerah epigastrik Inspeksi : - Ekstermitas Atas : tidak tampak massa ataupun lessi, simetris
tangan kanan dan kiri, nadi teraba cepat, pada tangan kiri tampak terpasang cairan infus Asering 20tetes/menit.
- Ekstermitas Bawah : tidak tampak fraktur, kaki kanan dan kiri simetris, terdapat bulu kaki kanan dan kiri
Palpasi : - Ekstermitas Atas : tangan dan akral teraba hangat, tidak terdapat
krepitasi tulang, klien tidak merasa nyeri pada saat tangan kanan dan kiri saat di palpasi, nadi teraba kuat. Pada tangan kiri terpasang infus Asering
- Ekstermitas Bawah : tidak teraba massa pada kaki kanan atau kiri, klien tidak merasa nyeri pada saat kaki kanan dan kiri di palpasi tidak terdapat krepitasi tulang, kaki teraba hangat
- Kekuatan otot 5 5 5 5
e) Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan data yang diperoleh dari pembimbing klinik
Tabel 4.7 Pemeriksaan Penunjang
Pasien Pemeriksaan
Hasil Normal
Pemeriksaan 23 Juli 2020 Pemeriksaan 23 Juli 2020
HEMATOLOGI Laju Endap Darah IMUNOLOGI Anti SARS-Cov-2 Hasil Foto Thorax : Kedua Sinus/Diafragma Normal Bentuk dan besar Cor memesar ke kiri Pneumonia paru kanan Corakan Bronchovaskuler paru normal
H 36 mm/jam Non Reaktif
< 15
45
f) Terapi Pemberian Obat
Berdasarkan data yang diperoleh dari pembimbing klinik
Tabel 4.8 Pemberian Obat
Nama dan Dosis Pemberian Fungsi Obat Ceftriaxone 1 gr (2x1 fls)
Intra Vena Obat yang di gunakan sebagai antibiotik pada sejumlah infeksi bakteri, yang termasuk golongan sefalosporin golongan tiga.
Vitamin C 200 mg (2x1 amp)
Intra Vena Obat yangmengandung asam askorbat untuk pembentukan kolagen dan perbaikan jaringan
Dexamethasone 4 mg/1 ml (2x1 ampul)
Intra Vena
Obat yang digunakan untuk mengatasi peradangan, reaksi alergi dan penyakit atoimun
Infus Asering 20 tpm Intra vena Cairan yang digunakan untuk mengatasi asidosis yang disebabkan oleh dehidrasi dan kehilangan ion alkali tubuh.
Maxifloxacin 400mg (1x1kapsul)
Oral Obat yang digunakan untuk menghentikan pertumbuhan bakteri
Primadol (3x1tablet) Oral Obat yang mengandung analgetik dan antipiretik dan golongan dopamin reseptor antagonis
Viusid sirup (1x1 sdm)
Oral Suplemen makanan dengan kemampuan antiviral untuk memelihara kesehatan
Chana albumin (3x2 tablet)
Oral Mengandung nutrisi alami berupa protein yang berasal dari ikan gabus yang berfungsi untuk membantu menjaga kesehatan tubuh
N-ace (2x1tablet) Oral Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit pada saluran pernafasan yang ditandai dengan hipersekresi sputum
46
2. Analisa Data
Tabel 4.9 Analisa Data
Tgl Analisa Data Masalah Etiologi 23 Juli 2020
DS : - Pasien mengatakan
merasa sesak - Pasien mengatakan
kalau merasakan sesak pada saat melakukan aktifitas dan pada saat berpindah tempat
DO : - Keadaan umum lemah - Kesadaran
composmentis - GCS E4 V5 M6 - Pasien tampak sesak - Terdapat tarikan pada
dinding dada pada saat bernafas
- Tampak pernafasan cuping hidung
- Nadi teraba cepat - TTV
TD : 155/99 mmHg N : 102 x/menit RR : 28 x/menit (reguler,spontan) S : 37,5 °C Sat : 95%
Hasil pemeriksaan penunjang: Anti SARS-Cov-2 Non Reaktif Hasil Foto Thorax : Kedua Sinus/Diafragma Normal Bentuk dan besar Cor membesar ke kiri Pneumonia paru kanan Corakan Bronchovaskuler paru Normal
Pola nafas tidak efektif
Organisme pneumokokus
Saluran nafas bagian bawah
Eksudat masuk ke alveoli
sel darah merah, leukosit, pneumokokus mengisi alveoli
leukosit + fibrin mengalami
konsolidasi
leukositosis
bersihan jalan nafas tidak efektif
pola nafas tidak efektif
47
3. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.10 Diagnosa Keperawatan
Tanggal Diagnosa Keperawatan 23 Juli 2020 Pola Nafas Tidak Efektif b/d hambatan upaya nafas
(kelemahan otot pernafasan, nyeri saat bernafas) yang ditandai dengan pasien sesak, adanya pernafasan cuping hidung, RR 28 x/mnt.(SDKI, D.0005)
4. Perencanaan Tindakan Keperawatan
Tabel 4.11 Rencana Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Tujuan pendek : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam pola nafas kembali efektif Tujuan panjang : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari maka ventilasi menjadi adekuat
Pola Nafas (SLKI, L.01004) 1. Dipsneu
menurun
2. Penggunaan otot bantu nafas menurun
3. Pernafasan cuping hidung menurun
4. Frekuensi nafas membaik
5. Kedalaman nafas membaik
Tingkat Keletihan (SLKI, L 05046) 1. Mengi menurun 2. Gelisah
menurun 3. Frekuensi nafas
menurun 4. Pola nafas
membaik
Manajemen Jalan Nafas (SIKI, I.01011) Observasi: 1. Monitor pola
nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2. Monitor bunyi
nafas tambahan (mis, gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
3. Monitor
sputum (jumlah, warna, aroma)
Teraupetik: 4. Posisikan semi
fowler atau fowler
5. Berikan minum hangat
1. Mengetahui tanda dan gejala awal pola nafas tidak efektif
2. Mengetahui
adanya sumbatan pada jalan nafas dan perkembangan status kesehatan pasien
3. Mengetahui
produksi sputum yang dihasilkan dan untuk menegakkan diagnosa
4. Memberikan posisi yang nyaman untuk pasien, mengurangi sesak nafas
5. Membantu mengencerkan produksi sputum
48
6. Lakukan
fisioterapi dada, jika perlu
7. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi: 8. Anjurkan
asupan cairan 2000 ml/ hari, jika tidak ada kontra indikasi
9. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi: 10. Kolaborasi
pemberian bronkodilator, ekspsctoran, mukolitik, jika perlu
Pemantauan Respirasi (SIKI, 01014) Observasi : 11. Monitor
frekuensi , irama, kedalaman dan upaya nafas
12. Monitor pola
nafas (seperti bradipneu, takipneu, hiperventilasi, kusmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
13. Monitor
kemampuan
6. Membantu untuk mengeluarkan produksi sputum
7. Memberikan tambahan oksigen dan mengurangi perburukan keadaan
8. Mencukupi
jumlah kebutuhan cairan klien untuk mencegah dehidrasi
9. Memudahkan pasien untuk dapat mengeluarkan sputum
10. Mengencerkan sputum sehingga melancarkan saluran pernafasan
11. Mengetahui
tanda dan gejala awal pola nafas tidak efektif
12. Mengetahui
tanda dan gejala awal pola nafas tidak efektif dan tanda perburukan penyakit
13. Membantu
untuk
49
batuk efektif 14. Monitor adanya
produksi sputum
15. Auskultasi
bunyi nafas 16. Monitor
saturasi oksigen
17. Monitor hasil X Ray thoraks
Terapeutik : 18. Atur interval
pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
19. Dokumentasika
n hasil pemantauan
Edukasi : 20. Jelaskan tujuan
dan hasil pemantauan
21. Informasikan
hasil pemantauan, jika perlu
mengeluarkan produksi sputum
14. Mengetahui produksi sputum yang dihasilkan dan untuk menegakkan diagnosa
15. Untuk
membantu menegakkan diagnosa penyakit dan mengetahui perburukan keadaan pasien
16. Mengetahui
keadaan pasien 17. Untuk
menegakkan diagnosa dan mengetahui perburukan dan perkembangan kondisi pasien
18. Memberikan
rasa nyaman dan kesempatan untuk beristirahat kepada pasien
19. Mengetahui
perkembangan kondisi pasien
20. Agar pasien
dan keluarga dapat kooperatif
21. Agar keluarga
dan pasien tahu tentang perkembangan dari pengobatan yang dilakukan
50
3. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.12 Tabel Implementasi Keperawatan Aplikatif
Diagnosa Keperawatan
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Kamis, 23 Juli 2020 Jumat, 24 Juli 2020 Sabtu, 25 Juli 2020
Pola Nafas Tidak Efektif b/d hambatan jalan nafas (kelemahan otot pernafasan, nyeri saat bernafas)
19.30 19.30 19.30 20.00
1. Melakukan monitoring pola nafas, yaitu : mengukur frekuensi, kedalaman dan usaha nafas pasien
2. Melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
3. Melakukan monitoring sputum pasien, melakukan anamnese kepada pasien tentang jumlah, warna dan bau dari sputum pasien
4. Memberikan posisi semi fowler atau fowler kepada pasien
5. Memberikan minuman yang hangat kepada pasien
09.00 09.00 09.00 09.00 09.20 09.25
1. Mengukur TTV dan saturasi O2 pasien dan mengamati pola nafas pasien
2. Melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
3. Memonitor produksi sputum pasien
4. Memberikan posisi semi fowler atau fowler kepada pasien
5. Memberikan minuman yang hangat kepada pasien
6. Memberikan edukasi tentang fisioterapi dada, jika perlu
08.30 08.35 09.00 09.00 09.00 09.
1. Mengukur TTV dan saturasi O2 pasien dan mengamati pola nafas pasien
2. Melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
3. Memonitor produksi sputum pasien
4. Memberikan posisi semi fowler atau fowler kepada pasien
5. Menganjurkan pasien untuk minum minuman yang hangat dan untuk mencukupi kebutuhan cairan dengan minum minimal 2000 l kepada pasien
6. Memonitor
51
19.30 19.30 19.30 19.30
6. Memberikan edukasi tentang fisioterapi dada, jika perlu
7. Memberikan oksigen nasal 2 lpm, dan mengukur saturasi oksigen
8. Menganjurkan pasien untuk minum minimal 2 liter dalam 24 jam
9. Mengajarkan cara batuk yang efektif kepada pasien yaitu menganjurkan menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian menganjurkan untuk mengeluarkan dari mulut dengan bibir mecucu (dibulatkan selama 8 detik, menganjurkan untuk mengulangi tarik nafas dalam sebanyak 3 kali dan setelah itu menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ketiga
10. Mengantar pasien untuk foto thoraks
09.30 09 40 11.30
7. Memonitor oksigen yang dipakai pasien dan mengukur saturasi oksigen
8. Menganjurkan pasien untuk minum minimal 2 liter dalam 24 jam
9. Melakukan pemantauan kondisi pasien sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan
10. Mendokumentasikan hasil pemantauan dalam catatan perkembangan pasien
11. Memberikan obat - Primadol 1
tab - Chana 2
kapsul
30 11.30
oksigen yang dipakai oleh pasien, memonitor saturasi oksigen pasien
7. Melakukan pemantauan kondisi pasien sesuai dengan jadwal kontrol pasien
8. Mendokumentasikan hasil pemantauan dalam catatan perkembangan pasien
9. Memberikan obat - Primadol 1
tab - Chana 2
kapsul
52
20.00
11. Mengatur interval pemantauan kondisi pasien
12. Mendokumentasikan hasil pemantauan
13. Menjelaskan tentang pentingnya dilakukan pemantauan tentang kondisi pasien
14. Memberikan
obat - N-ace 1 tablet
4. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.13 Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Hari 1 Jumat, 24 Juli 2020 (pukul 06.00 WIB)
Hari 2 Sabtu, 25 Juli 2020 (pukul 13.00 WIB)
Hari 3 Minggu, 26 Juli 2020 (pukul 13.00 WIB)
Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
Berdasarkan data yang diperoleh dari pembimbing 3 S : - Pasien mengatakan
badan terasa lebih segar dan sesak berkurang
O: - Keadaan umum
cukup - Kesadaran
composmentis - GCS E4 V5 M6 - Pasien masih
tampak sesak - Terpasang O2 nasal
2 lpm - ADL pasien masih
dibantu - Terdapat pernafasan
cuping hidung - Tampak adanya
retraksi dada pada saat bernafas
- Terpasang infus Asering di tangan
Berdasarkan data yang diperoleh dari pembimbing 3 S: - Pasien mengatakan
kalau sesaknya sudah sangat berkurang
O: - Keadaan umum
cukup - Kesadaran
composmentis - GCS E4 V5 M6 - Terdapat
pernafasan cuping hidung
- Terdapat tarikan dinding dada pada saat pasien bernafas
- Terpasang infus Asering di tangan kiri
- Terpasang O2 nasal 2 lpm
- Pasien dalam
Berdasarkan data yang diperoleh dari pembimbing 3 S : - Pasien mengatakan
sudah tidak sesak
O: - Keadaan umum
cukup - Kesadaran
composmentis - GCS E4 V5 M6 - Tampak pernafasan
cuping hidung - Terpasang O2 nasal
2 lpm - Terpasang infus
Asering di tangan kiri
- Pasien masih dibantu dalam melakukan ADL
- Pasien dalam posisi fowler
- Auskultasi
53
kiri - Pasien tampak
dalam posisi semifowler
- Pemeriksaan fisik auskultasi wheezing (+)
- Tanda – tanda vital : TD 158/91 mmHg N 78 x/mnt S 36,6°C RR 28x/mnt SpO2 98%
A : Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Manajemen jalan nafas
- Pemantauan respirasi
posisi semifowler - Auskultasi
wheezing (+) - Tanda–tanda vital :
TD 121/73 mmHg N 76 x/mnt S 36,5°C RR 28 x/mnt SpO2 96%
A : Masalah pola nafas
tidak efektif belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi
- Manajemen jalan nafas
- Pemantauan respirasi
wheezing (+) - Tanda – tanda vital :
TD 100/70 mmHg N 78 x/mnt S 36,2°C RR 24 x/mnt SpO2 96 - 98%
A : Masalah pola nafas
tidak efektif belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi
- Manajemen jalan nafas
- Pemantauan respirasi
54
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Pengkajian
Tabel 4.14 Pembahasan Pengkajian
Fakta : Data yang didapatkan pada pasien ,berusia 60 tahun, terdiagnosa medis Pneumonia. Saat dilakukan pengkajian didapatkan data bahwa pasien mengalami batuk dan sesak nafas dengan frekuensi RR 28 x/mnt, TD 155/99 mmHg, S 37,5°C, N 102 x/mnt, SpO2 95 % dan didapatkan hasil pemeriksaan fisik tampak keadaan umum lemah, pasien tampak sesak, adanya suara tambahan wheezing pada kedua paru paru, mukosa bibir kering. tampak pernafasan cuping hidung dan menggunakan otot bantu pernafasan, pasien menggunakan O2 nasal 2 lpm. Opini : Berdasarkan hasil pengkajian, pasien mempunyai diagnosa pneumonia dapat dibuktikan dengan adanya hasil foto thorax yang menunjukkan hasil pneumonia dengan masalah pola nafas tidak efektif. Pada pasien pengkajian dilakukan melalui perantara pembimbing klinik karena suatu kondisi tertentu. Dengan keluhan utama yaitu pasien mengatakan sesak nafas dan disertai adanya batuk. Dan pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pernafasan cuping hidung , adanya otot bantu pernafasan pada saat respirasi dan pada auskultasi ditemukan adanya wheezing serta frekuensi nafas yang abnormal yaitu 28 x/mnt
Teori : Menurut Mutaqin A, 2014 bahwa pada pasien Pneumonia mengalami peradangan pada paru-paru yang menyebabkan adanya eksudat yang akan masuk pada alveoli yang menyebabkan manifestasi antara lain dipsneu, batus, sianosis, yang akan menyebabkan konsolidasi sehingga menimbulkan masalah nyeri akut, hipertermia, bersihan jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, gangguan tidur dan intoleransi aktifitas serta defisit nutrisi. Pola nafas tidak efektif ditandai dengan adanya dipsneu, penggunaan otot bantu pernafasan, pola nafas yang abnormal dan pernafasan cuping hidung. (PPNI, 2018)
4.2.2 Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.15 Pembahasan Diagnosa Keperawatan
Fakta : Pada pasien ditegakkan diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas yang ditandai dengan pasien sesak, adanya pernafasan cuping hidung, RR 28 x/mnt Opini : Berdasarkan data yang ditemukan, pasien memiliki masalah keperawatan pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan adanya kelemahan otot nafas karena proses infeksi pada paru-paru. Dengan etiologi yaitu pasien mengalami perubahan frekuensi pola nafas yang lebih dari normal yaitu 28 x/mnt, adanya pernafasan cuping hidung pada pasien, SpO2 95%. Sehingga peneliti menetapkan diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas
55
Teori : Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada pasien dengan pneumonia menurut Nurarif, 2011 adalah salah satunya pola nafas tidak efektif yang dikarenakan adanya organisme yang masuk ke dalam sistem pernafsan bagian bawah yang mengakibatkan adanya infeksi pada alveoli sehingga menimbulkan adanya konsolidasi pada alveoli yang menyebabkan bersihan jalan nafas tidak efektif dan mengakibatkan pola nafas tidak efektif. Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, pola nafas tidak efektif adalah inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat yang disebabkan oleh depresi pusat pernafasan, hambatan upaya nafas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan), deformitas dinding dada, deformitas tulang dada, gangguan neuromuskuler, gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram (EEG) positif, cedera kepala, gangguan kejang), imaturitas neurologis, penurunan energi, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru, sindrom hipoventilasi, kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 keatas), cedera pada medula spinalis,efek agen farmakologia, kecemasan. Yang ditandai dengan gejala Mayor : 1. Dipsneu 2. Penggunaan otot bantu pernafasan 3. Fase ekspirasi memanjang 4. Pola nafas abnormal (mis. takipneu, bradipneu, hiperventilasi, kusmaull, cheyne stokes) Gejala dan tanda Minor : 1. Ortopneu 2. Pernafasan pursed – lip 3. Pernafasan cuping hidung 4. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat 5. Ventilasi semenit menurun 6. Kapasitas vital menurun 7. Tekanan ekspirasi menurun 8. Tekanan inspirasi menurun 9. Ekskursi dada berubah
4.2.3 Intervensi Keperawatan
Berdasarkan dari diagnosa yang telah ditegakkan pada pasien, dapat disusun
rencana tindakan keperawatan kepada kedua pasien berdasarkan teori
Tabel 4.16 Pembahasan Tujuan Intervensi Keperawatan
Tujuan Pasien Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam maka pola nafas kembali efektif
Berdasarkan data yang diperoleh dari pembimbing 3 bahwa pada pasien ditetapkan tujuan yaitu pola nafas kembali efektif setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari
Opini : Tujuan yang ditetapkan pada pasien adalah untuk memberikan dan memperbaiki pola nafas yang efektif sehingga memberikan ventilasi yang adekuat terhadap pasien yang dapat memenuhi kebutuhan oksigen bagi seluruh tubuh yang jika tidak ditatalaksana lebih lanjut akan mengakibatkan terjadinya perburukan keadaan dan bahkan kematian. Teori : Tujuan yang telah ditetapkan pada pasien, sesuai dengan teori Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) yang memaparkan bahwa penetapan tujuan rencana keperawatan bagi pasien
56
Pneumonia dengan masalah pola nafas tidak efektif dapat memberikan ventilasi yang adekuat setelah diberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam jangka waktu tertentu. Menurut Mutaqin (2014) penatalaksanaan kasus Pneumonia secara umum adalah humidifikasi (pemberian nebulizer), oksigenasi, fisioterapi dan hidrasi, operasi (diperlukan jika masalah emfisema terjadi) dan terapi obat berupa antibiotik.(Mutaqin, 2014)
Tabel 4.17 Pembahasan Kriteria Hasil
Kriteria Hasil Pada pasien ditetapkan 5 kriteria hasil dan sesuai dengan teori pada tinjauan pustaka yaitu : Pola Nafas : 1. Dipsneu menurun 2. Penggunaan otot bantu nafas menurun 3. Pernafasan cuping hidung menurun 4. Frekuensi nafas membaik 5. Kedalaman nafas membaik Tingkat Keletihan : 1. Mengi menurun 2. Gelisah menurun 3. Frekuensi nafas menurun 4. Pola nafas membaik Opini: Berdasarkan data yang ditemukan, kriteria hasil yang ditetapkan pada pasien bertujuan untuk mengevaluasi apakah pada setiap tindakan atau asuhan keperawatan pada pasien dapat meningkatkan kondisi pasien. Kriteria hasil yang telah ditetapkan pada pasien sudah sesuai dengan teori penulis pada tinjauan pustaka. Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan maka pola nafas pasien menjadi adekuat Teori : Kriteria hasil yang ditetapkan pada pasien sesuai dengan Tim POKJA SLKI DPP PPNI (2018) yang menyatakan bahwa pasien yang mengalami pola nafas tidak efektif harus mencapai kriteria hasil pola nafas sebagai berikut, dipsneu menurun, penggunaan otot bantu nafas menurun, pernafasan cuping hidung menurun, frekuensi nafas membaik, kedalaman nafas membaik.(SLKI, 01004) Selain itu juga ditambahkan kriteria hasil tingkat keletihan sebagai berikut mengi menurun, gelisah menurun, frekuensi nafas menurun dan pola nafas membaik. (SLKI, L 05046)
57
Tabel 4.18 Pembahasan Intervensi Keperawatan
Intervensi Manajemen Jalan Nafas Observasi: 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas) 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis, gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering) 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Teraupetik: 4. Posisikan semi fowler atau fowler 5. Berikan minum hangat 6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu 7. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi: 8. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/ hari, jika tidak ada kontra indikasi 9. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
10. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspsctoran, mukolitik, jika perlu Pemantauan Respirasi 11. Monitor frekuensi , irama, kedalaman dan upaya nafas 12. Monitor pola nafas (seperti bradipneu, takipneu, hiperventilasi, kusmaul, cheyne-
stokes, biot, ataksik) 13. Monitor kemampuan batuk efektif 14. Monitor adanya produksi sputum 15. Auskultasi bunyi nafas 16. Monitor saturasi oksigen 17. Monitor hasil X Ray thoraks Terapeutik :
18. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien 19. Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi :
20. Jelaskan tujuan dan hasil pemantauan 21. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu Opini : Pada pasien dilakukan tindakan keperawatan dan asuhan keperawatan yang sesuai dengan tinjauan pustaka. Peneliti merencanakan 21 intervensi untuk pasien karena setiap intervensi yang akan dilakukan disesuaikan dengan keadaan dan kondisi terkini pasien yang didapat saat pengkajian. Intervensi tersebut bertujuan untuk meningkatkan ventilasi yang adekuat. Teori : Intervensi yang telah ditetapkan bagi pasien telah sesuai dengan teori menurut TIM POKJA SIKI DPP PPNI (2017) yaitu dengan manajemen jalan nafas. Menurut Mutaqin (2014), penatalaksaan yang bisa diberikan kepada pasien Pneumonia meliputi humidifikasi (pemberian nebulizer), oksigenasi, fisioterapi, hidrasi, operasi (diperlukan jika ada masalah sekunder seperti emfisema paru) dan terapi obat yang berupa antibiotik
58
Tabel 4.19 Pembahasan Implementasi Keperawatan
Implementasi Fakta : Implementasi yang dilakukan pada pasien adalah 1. Melakukan monitoring pola nafas, yaitu : mengukur frekuensi, kedalaman dan usaha
nafas pasien 2. Melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi 3. Melakukan monitoring sputum pasien, melakukan anamnese kepada pasien tentang
jumlah, warna dan bau dari sputum pasien 4. Memberikan posisi semi fowler atau fowler kepada pasien 5. Memberikan minuman yang hangat kepada pasien 6. Memberikan edukasi tentang fisioterapi dada, jika perlu 7. Memberikan oksigen nasal 2 lpm, dan mengukur saturasi oksigen 8. Menganjurkan pasien untuk minum minimal 2 liter dalam 24 jam 9. Mengajarkan cara batuk yang efektif kepada pasien yaitu menganjurkan menarik
nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian menganjurkan untuk mengeluarkan dari mulut dengan bibir mecucu (dibulatkan selama 8 detik, menganjurkan untuk mengulangi tarik nafas dalam sebanyak 3 kali dan setelah itu menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ketiga
10. Melakukan kolaborasi pemberian obat
Opini : Pada pasien intervensi yang telah direncakan berjumlah 21, dan dilakukan implementasi melalui perantara dari pembimbing klinik. Menurut pembimbing klinik pasien sangat kooperatif sehingga memudahkan peneliti dalam melaksanakan implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan.
Teori : Hal diatas sesuai dengan teori menurut Setiadi (2012) Implementasi keperawatan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Adapun pedoman implementasi keperawatan menurut Dermawan (2012), yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan kosisten dengan rencana dan dilakukan setelah memvalidasi rencana keperawatan, keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi, serta selama tahap implementasi perawat, terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien. Semua implementasi didokumentasikan kedalam format yang telah ditetapkan institusi. Menurut Debora (2017), implementasi merupakan tahap perencanaan yang dibuat dan diaplikasikan pada pasien. Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda, dengan urutan yang telah dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang digunakan pada pasien akan berbeda disesuaikan dengan kondisi pasien saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh pasien.
59
Tabel 4.21 Pembahasan Evaluasi Keperawatan
Fakta : Berdasarkan data yang di peroleh dari pembimbing klinik, masalah pola nafas tidak efektif pada pasien masih belum teratasi dan pada hari perawatan ke 3 didapatkan data sebagai berikut : 1. Keadaan umum cukup 2. Kesadaran composmentis 3. GCS E4 V5 M6 4. Terpasang O2 nasal 2 lpm 5. Terpasang infus Asering di tangan kiri 6. Pasien masih dibantu dalam melakukan ADL 7. Pasien dalam posisi fowler 8. Auskultasi wheezing (+) 9. Tanda – tanda vital :
TD 100/70 mmHg N 78 x/mnt S 36,2°C RR 24 x/mnt SpO2 96 – 98%
Opini : Pada pasien yang dirawat, setelah 3 hari dilakukan asuhan keperawatan, masalah pola nafas tidak efektif pada pasien masih belum teratasi. Hal ini disebabkan karena ventilasi masih belum adekuat. Namun karena tindakan farmakologis yang telah diberikan serta tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh peneliti, seperti memberikan Oksigen dan melatih untuk batuk efektif dan memberikan posisi semi fowler dapat membantu untuk meringankan rasa sesak yang diderita oleh pasien. Setelah dilakukan tindakan tersebut, pasien mengatakan bahwa sesak nafas yang dialaminya masih ada tetapi sudah berkurang. Teori Menurut Manurung (2011) evaluasi keperawatan merupakan kegiatan yang perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk mengukur tingkat efektivitas dan keberhasilan rencana keperawatan serta bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, direvisi atau bahkan dihentikan. Hal ini sesuai teori menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) bahwa hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah; dipsneu menurun, penggunaan otot bantu nafas menurun, pernafasan cuping hidung menurun, frekuensi nafas membaik, kedalaman nafas membaik
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran penelitian tentang ”Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dewasa Pneumonia dengan masalah Pola Nafas Tidak
Efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang”.
5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien dewasa Pneumonia dengan masalah pola
nafas tidak efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang dapat
dilaksanakan pada pasien selama 3 hari, berdasarkan data yang diperoleh
dari pembimbing 3, setelah dilakukan pengkajian sampai dengan evaluasi,
pada pasien didapatkan pola nafas masih belum adekuat. Pada pasien dapat
mencapai 9 kriteria hasil yang sudah ditetapkan sesuai teori dan 1 kriteria
yang belum dicapai yaitu frekuensi nafas membaik sehingga masalah
keperawatan pada pasien adalah masalah pola nafas tidak efektif belum
teratasi.
5.1.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada pasien untuk mendapatkan data guna
menetapkan masalah keperawatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari
pembing 3, hasil pengkajian didapatkan pada pasien dengan Pneumonia
didapatkan bahwa pasien mengalami dipsnue, penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan cuping hidung, pola nafas abnormal. Berdasarkan
teori dan fakta pada klien Pneumonia tersebut mengalami pola nafas tidak
efektif.
61
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari pembimbing 3, pada pasien dapat
ditetapkan diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upaya nafas yang ditandai dengan pasien sesak, adanya
pernafasan cuping hidung, RR 28 x/mnt
5.1.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan pada pasien
disusunlah rencana keperawatan yang berjumlah 21 yang sesuai teori pada
tinjauan pustaka.
5.1.4 Implementasi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif peneliti dapat
melakukan semua tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada
pasien yang dilakukan melalui perantara pembimbing 3 berjumlah 20
implementasi mandiri.
5.1.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien, mengacu
pada 9 kriteria hasil yang sudah ditetapkan. Pada pasien hanya memenuhi 8
kriteria hasil, sedangkan ada 1 kriteria hasil yang masih belum terpenuhi
yaitu frekuensi nafas membaik.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Lahan Penelitian
Melalui hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat dijadikan sebagai
salah satu bahan referensi oleh tenaga perawat di Rumah Sakit Panti
62
Waluya Sawahan Malang dalam peningkatan pelayanan dan perawatan
yang diberikan pada pasien, serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan
menjadi lebih baik dengan begitu pasien merasa lebih puas dan mutu
Rumah Sakit Panti Waluya Malang menjadi lebih baik.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat digunakan
sebagai salah satu sumber materi asuhan keperawatan pada pasien dewasa
dengan Pneumonia dengan masalah pola nafas tidak efektif, memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa, bukan hanya sebagai sebuah bacaan
terlebih sebagai pengetahuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
baik, rencana tindak lanjut, serta menumbuhkan inovasi baru bagi pasien
terlebih pasien Pneumonia dengan masalah pola nafas tidak efektif,
dengan memberikan asuhan keperawatan mandiri yang berupa melakukan
monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas), melakukan
monitor bunyi nafas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering), melakukan monitor sputum (jumlah, warna, bau), memberikan
posisi fowler atau semi fowler, memberikan minum hangat, melakukan
fisioterapi dada, memberikan oksigen dan melakukan kolaborasi untuk
pemberian obat obatan.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian studi
kasus dengan topik yang sama, diharapkan lebih mampu membina
hubungan saling percaya dengan pasien, agar dalam asuhan keperawatan
lebih optimal serta diharapakan mampu melanjutkan atau mengembangkan
63
penelitian studi kasus “Asuhan Keperawatan Pasien Dewasa Pneumonia
dengan masalah Pola Nafas Tidak Efektif” dengan metode pengaplikasian
intervensi yang lebih terbaru dan efisien pada pasien Pneumonia yang
menderita pola nafas tidak efektif dan diharapkan hasil dari penelitian
tercapai dengan baik dalam waktu penelitian 3 hari
64
DAFTAR PUSTAKA
Bararah, T dan Jauhar, M 2013, Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional, Jakarta : Prestasi Pustakaraya
Black, J. M, & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan medikal bedah: manajemen
klinis untuk hasil yang diharapkan. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner, and Suddart (2014). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall, 2013, Diagnosis Keperawatan, Aplikasi pada Praktek
Klinik (Terjemahan), edisi 6 Jakarta
Data Statistik Rumah sakit Panti Waluya Sawahan Malang, tentang 10 penyakit
terbanyak tahun 2019, RSPW Malang
Debora , Odera (2017) Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik, Jakarta,
Salemba Medika
Departemen Kesehatan RI, 2011, Pneumonia penyebab kematian, dari
www.depkes.go.id
Dermawan, D (2012) Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka
Kerja, Yogyakarta, Gosyen Publishing
Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2017 Profil Kesehatan Indonesia
Djojodibroto, Darmanto, 2014, Respirology, Jakarta, EGC
Judith M Wilkinson, 2016, Diagnosis Keperawatan ed 10, Jakarta Amanah
Budaya (EGC)
Manurung, S (2011), Keperawatan Profeional, Jakarta, Trans Info
65
Muttaqin, Arif, 2014, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan, Jakarta, Salemba Medika
Ngastiyah 2015, Perawatan Anak Sakit ed 2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran
(EGC)
Nugroho T, 2011, Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit
Dalam, Jogjakarta, Nuha Medika
Nurarif AH & Kusuma AH 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan
BerdasarkanDiagnosa Medis, Jogjakarta : Penerbit Mediaction
PDPI, 2014. Pneumonia Komuniti, pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia, Edisi 2 Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
PPNI Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator
Diagnostik Edisi 1, cetakan 2, Jakarta
PPNI Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Kiteria Hasil
Keperawatan edisi 1, cetakan 2, Jakarta
PPNI Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan
Keperawatan edisi 1, cetakan 2, Jakarta
Riskesdas, 2018, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan. Diunduh dari http://www.docstoc.com/docs/19707850
/Laporan-Hasil-Riset Kesehatan
Sektya Yudha, 2018 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi,
Yogyakarta: CV Budi Utama
Setiadi, (2012), Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan,
Yogyakarta,Graha Ilmu
Terry & Sharon, 2013, Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik ed 3, Jakarta
Penerbit Buku Kedokteran (EGC)
66
World Health Organization, 2017 pneumonia di dunia,Jakarta: EGC
67
LAMPIRAN
Lampiran 1 Studi Pendahuluan
68
Lampiran 2 Surat Jawaban Studi Pendahuluan
69
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian
70
Lampiran 4 Surat Jawaban Ijin Penelitian
71
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Pembimbing 1
72
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Pembimbing 2
73
74
Lampiran 7 Lembar Konsultasi Pembimbing 3