Download - Karya Tulis Ilmiah Yuliana
-
HUBUNGAN DIMENSI MUTU PELAYANAN ANTENATAL
CARE DENGAN KEPUASAN IBU HAMIL DI
PUSKESMAS WARA KOTA PALOPO
TAHUN 2015
OLEH :
YULIANA
B.14.06.126
PROGRAM STUDI DIPLOMA EMPAT (D.IV) KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) MEGA BUANA
PALOPO
2015
-
ii
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN DIMENSI MUTU PELAYANAN ANTENATAL
CARE DENGAN KEPUASAN IBU HAMIL DI
PUSKESMAS WARA KOTA PALOPO
TAHUN 2015
OLEH :
YULIANA
B.14.06.126
PROGRAM STUDI DIPLOMA EMPAT (D.IV) KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) MEGA BUANA
PALOPO
2015
-
iii
iii
HUBUNGAN DIMENSI MUTU PELAYANAN ANTENATAL
CARE DENGAN KEPUASAN IBU HAMIL DI
PUSKESMAS WARA KOTA PALOPO
TAHUN 2015
OLEH :
YULIANA
B.14.06.126
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST)
PROGRAM STUDI DIPLOMA EMPAT (D.IV) KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) MEGA BUANA
PALOPO
2015
-
iv
ii
-
v
v
iii
-
vi
ABSTRAK
Yuliana, Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Antenatal Care dengan
Kepuasan Ibu Hamil di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2015
(Dibimbing oleh Pembimbing I Nilawati Uly dan Pembimbing II Nurdiana)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dimensi mutu pelayanan
antenatal care dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas Wara Kota Palopo tahun
2015.
Desain penelitian menggunakan survei analitik dengan desain belah lintang
(cross sectional), sampel penelitian sebanyak 61 ibu hamil yang ditetapkan
dengan total sampling. Pengumpulan data melalui data primer (kuesioner) dan
data sekunder. Data diolah dengan menggunakan Statistik Program for Social
Sience (SPSS) versi 17.0 dan dianalisa secara univariat dan bivariat dengan uji
statitik chi square (X2) serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
analisis tabulasi silang.
Hasil analisis bivariat didapatkan ada hubungan antara dimensi mutu
tangibles dengan kepuasan ibu hamil (p value : 0.004), ada hubungan antara
dimensi mutu reliability dengan kepuasan ibu hamil (p value : 0,002), ada
hubungan antara dimensi mutu responsiveness dengan kepuasan ibu hamil (p
value : 0,006), ada hubungan antara dimensi mutu assurance dengan kepuasan
ibu hamil (p value : 0,000), ada hubungan antara dimensi mutu empathy dengan
kepuasan ibu hamil (p value : 0,002).
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan signifikan antara
dimensi mutu tangibles, reliability, responsiveness, assurance, empathy dengan
kepuasan ibu hamil, sehingga penting bagi puskesmas khususnya bidan dalam
melakukan antenatal care senantiasa meningkatkan mutu pelayanannya dengan
mengaplikasikan semua dimensi mutu secara konsisten.
Kata Kunci : Dimensi mutu, Kepuasan.
-
vii
vii
ABSTRACT
Yuliana, The Correlations between Quality Service DimensionAntenatal Care
with satisfaction of pregnant mothers at Public Health Centre Wara Palopo
in 2015. (Supervised by Nilawaty Uly as the first supervisor and Nurdiana as
the second supervisor).
The research is purposed to know the correlations between Quality Service
Dimension Antenatal Care with satisfaction of pregnant mothers at Public Health
Centre Wara Palopo in 2015.
The research design was using analytical survey with Cross Sectional Study
Approach.The total samples of this research were 61 pregnant mothers. The
collecting data through primery (questionare) and secondary data.The data have
been processed by using Statistic Program For Social Science (SPSS) verse 17.0
and analyzed by using univariat and Bivariat with chi-square (x2) statistics test
and presented in frequency distribution table and cross tabulation analysis.
The results of the research were there were significant correlations between
the quality service dimension antenatal care with satisfication of pregnantmothers
(tangibles p value :0.004, reliability p value :0.002, responsiveness p value :
0.006, assurance p value : 0.000 and empathy p value : 0.002).
With the result that, it is important to Public Health Centre specially
midwifein doing antenatal care that can increase service quality with applying all
the quality dimension consistenly.
Key words: Quality Dimension, Satisfication.
-
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta
salawat dan salam bagi Nabiyullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul Hubungan Dimensi Mutu
Pelayanan Antenatal Care dengan Kepuasan Ibu Hamil Di Puskesmas Wara Kota
Palopo Tahun 2015.
Penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak
terlepas dari bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
kepada : Ibu Dr. Nilawati Uly, S.Si.,Apt.,M.Kes selaku pembimbing pertama atas
motivasi dan bimbingannya selama penyusunan karya tulis ilmiah ini. Ibu
Nurdiana, S.ST.,SKM.,M.Kes selaku pembimbing kedua atas masukan dan
bimbingannya khususnya teknis penulisan. Ibu Hj. Waode Aliah, SKM.,M.Kes
selaku penguji atas saran dan perbaikan dalam karya tulis ilmiah ini. Tidak lupa
pula penulis menghaturkan terimakasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Rahim Munir, S.P.,M.M selaku Pembina Yayasan Pendidikan Mega
Buana Palopo.
2. Ibu Dr. Nilawati Uly, S.Si.,Apt.,M.Kes selaku Ketua STIKES Mega Buana
Palopo, yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di
Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Mega Buana Palopo.
3. Bapak I Wayan Djuliarsa, SKM.,M.Kes selaku Pembantu Ketua Bidang
Akademik STIKES Mega Buana Palopo.
4. Ibu Evawati Uly, S.Farm.,Apt selaku Pembantu Ketua Bidang Keuangan
STIKES Mega Buana Palopo.
5. Bapak Imran Nur, S.IP.,M.Si selaku Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan
STIKES Mega Buana Palopo.
6. Ibu Wahyuni Arif, S.ST.,M.Kes selaku Ketua Prodi D.IV Kebidanan STIKES
Mega Buana Palopo.
-
ix
ix
7. Kepala Puskesmas Wara kota Palopo beserta staf khususnya bidan yang telah
memfasilitasi selama penelitian dilaksanakan.
8. Staf dan dosen Program Studi D.IV Kebidanan STIKES Mega Buana Palopo.
9. Kepala Puskesmas Wara Utara Kota, Kota Palopo beserta staf atas segala
dukungan dan kebijakan selama mengikuti pendidikan.
Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada kedua orang tuaku,
suamiku Ns. Hairuddin Safaat, S.Kep. M.Kep, anak-anakku Nazhilah Nadafhatul
Islamy, Nuralifiyah Maghfirah Islamy, Najwa Aliqha Islamy atas doa, motivasi
dan pergertiannya selama mengikuti pendidikan serta rekan-rekan mahasiswa
Prodi D IV Kebidanan STIKES Mega Buana Palopo angkatan 2014.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah penelitian ini masih memiliki
banyak kelemahan, olehnya itu diharapkan saran yang konstruktif khususnya dari
pembimbing dalam rangka perbaikannya.
Palopo, 3 Agustus 2015
Penulis
Yuliana
-
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 7
B. Konsep dan Teori ........................................................................... 13
C. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 41
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif...................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 46
A. Desain Penelitian ........................................................................... 46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 46
C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 46
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 47
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 48
-
xi
xi
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 52
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 81
A. Kesimpulan ........................................................................................ 81
B. Saran .................................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Responden Mutu Pelayanan Antenatal Care
Berdasarkan Dimensi Tangibles di Puskesmas Wara Kota
Palopo Tahun 2015 ................................................................ 52
Tabel 4.2 Distribusi Mutu Pelayanan Antenatal Care Berdasarkan
Dimensi Reliability di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun
2015 ....................................................................................... 53
Tabel 4.3 Distribusi Mutu Pelayanan Antenatal Care Berdasarkan
Dimensi Responsiveness di Puskesmas Wara Kota Palopo
Tahun 2015 ............................................................................ 53
Tabel 4.4 Distribusi Mutu Pelayanan Antenatal Care Berdasarkan
Dimensi Assurance di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun
2015 ....................................................................................... 54
Tabel 4.5 Distribusi Mutu Pelayanan Antenatal Care Berdasarkan
Dimensi Empathy di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun
2015 ....................................................................................... 54
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan di Puskesmas
Wara Kota Palopo Tahun 2015 .............................................. 55
Tabel 4.7 Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Antenatal Care
Berdasarkan Wujud Fisik (Tangibles) dengan Kepuasan Ibu
Hamil di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2015 ............ 55
Tabel 4.8 Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Antenatal Care
Berdasarkan Keandalan (reliability) dengan Kepuasan Ibu
Hamil di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2015 ............ 56
Tabel 4.9 Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Berdasarkan Daya
Tanggap (Responsiveness) dengan Kepuasan Ibu Hamil di
Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2015 ............................ 57
-
xiii
xiii
Tabel 4.10 Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Antenatal Care
Berdasarkan Jaminan (Assurance) dengan Kepuasan Ibu
Hamil di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2015 ............. 58
Tabel 4.11 Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Antenatal Care
Berdasarkan Empati (Emphaty) dengan Kepuasan Ibu Hamil
di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2015 ..................... 59
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Bagan Struktur organisasi puskesmas Wara Kota Palopo .................... 10
Gambar 2.2 Kerangka konsep Penelitian ............................................................... 42
-
xv
xv
DAFTAR SINGKATAN
AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
ASI : Air Susu Ibu
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
BPS : Badan Pusat Statistik
BTA : Basil Tahan Asam
CPD : Chepalo Pelvic Disproportion
DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
DJJ : Denyut Jantung Janin
Hb : Haemoglobin
HIV : Human Imuno Deficiency Virus
IK : Indeks Kepuasan
IMD : Insisasi Menyusu Dini
ISO : International Organization for Standardization
K1 : Kunjungan Pertama
K4 : Kunjungan Keempat
KB : Keluarga Berencana
KEK : Kurang Energi Kronis
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi
KMS : Kartu Menuju Sehat
KPI : Key Performance Indicator
LiLA : Lingkar Lengan Atas
MDGs : Milleneum Development Goals
MHN : Maternal Neonatal Health
P2M : Pemberantasan Penyakit Menular
-
xvi
PAP : Pintu Atas Panggul
PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
POSKESKEL : Pos Kesehatan Keluarga
PP : Perceived Performance
PUSKESMAS : Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat
PUSTU : Puskesmas Pembantu
RSU : Rumah Sakit Umum
SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia
SDM : Sumber Daya Manusia
SPM : Standar Pelayanan Minimal
SPSS : Statistical Product and Service Solution
TT : Tetanus Toxoid
UGD : Unit Gawat Darurat
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah
-
xvii
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Informed Concern
Lampiran 2 Lembar Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Master Tabel Penelitian
Lampiran 5 Hasil Olah Data Statistik dengan SPSS
Lampiran 6 Surat Pengantar Penelitian
Lampiran 7 Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesbang Pol kota Palopo
Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 9 Riwayat Hidup Peneliti
-
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antenatal care (ANC) merupakan pelaksanaan perawatan yang
diberikan pada ibu selama kehamilan dan salah satu dari empat pilar safe
motherhood disamping keluarga berencana, persalinan bersih dan aman dan
pelayanan obstetri esensial. Sejak tahun 1990 program ini diluncurkan
pemerintah dengan menganggap bahwa setiap kehamilan mengandung risiko,
walaupun kondisi kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan dalam
keadaan baik. Antenatal care merupakan salah satu kegiatan program
kesehatan ibu dan anak (KIA) yang bertujuan untuk menurunkan angka
kematian ibu (Kemenkes RI, 2014).
Meskipun program ini telah lama diluncurkan akan tetapi hasil yang
dicapai belum sesuai dengan target yang ditetapkan. Berdasarkan hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 untuk Angka
Kematian Ibu (AKI) hasilnya sangat mengejutkan, kematian ibu melonjak
sangat signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau
mengembalikan pada kondisi tahun 1997. Hal ini berarti kesehatan ibu justru
mengalami kemunduran selama 15 tahun. Sedangkan angka kematian bayi
(AKB) yaitu 34/1000 kelahiran hidup. Milleneum Development Goals
(MDGs) memproyeksikan target penekanan AKI menjadi 102/100.000
kelahiran hidup dan AKB menjadi 23/1000 kelahiran hidup, akan sulit
-
xix
xix
terwujud kecuali akan dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat
laju penurunan (Kemenkes RI, 2014).
Kematian ibu yang masih sangat tinggi menunjukkan kualitas
pelayanan kesehatan maternal yang masih rendah termasuk Antenatal care
pada ibu hamil. Padahal melalui ANC determinan kematian ibu dapat dicegah
apabila resiko tinggi atau komplikasi kehamilan dan persalinan dapat dideteksi
dini dan ditangani secara adekuat. Dalam memantau program pelayanan
kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator K1 dan K4
(Depkes RI, 2012).
Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran
ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan
cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang
dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan
kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan (Depkes RI, 2012).
Secara nasional cakupan K1 pada tahun 2013 adalah 95,22%
mengalami penurunan 1.62 % jika dibandingkan tahun 2012 sebesar 96.84 %,
demikian halnya dengan cakupan K4 juga mengalami penurunan 3.33 %dari
tahun 2012 sebesar 90.18 % menjadi 86.85 % pada tahun 2013. Khusus untuk
provinsi Sulawesi Selatan cakupan K1 pada tahun 2013 sebesar 95.26 % dan
-
xx
cakupan K4 sebesar 91.64 %. Hal ini menunjukkan capaian tersebut masih
kurang dari target nasional yang ingin dicapai pada tahun 2014 yaitu cakupan
K1 100% dan K4 95% (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Palopo
pada periode 2012-2014, cakupan K1 tahun 2012 sebanyak 3.011 (99.11%)
mengalami peningkatan sebesar 3.36 % menjadi 3.149 (102.47 %), pada
tahun 2013 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 1.11 %
menjadi 3.048 (101.6 %). Cakupan K4 tahun 2012 sebanyak 2.747(90.42%)
meningkat sebesar 2.39 % menjadi 2.652 (92.81 %) pada tahun 2013 dan
meningkat sebesar 0.44 % menjadi 2.804 (93.25) % pada tahun 2014 (Dinas
Kesehatan Kota Palopo, 2014).
Berdasarkan data laporan kinerja program KIA puskesmas Wara Kota
Palopo periode 2012-2014 menunjukkan pada tahun 2012 cakupan K1
sebanyak 492 (89.13 %) meningkat sebesar 12.3 % menjadi 566 (101.43 %)
pada tahun 2013 dan mengalami penurunan pada tahun 2014 sebesar 7.89 %
menjadi 522 (93.54 %). Cakupan K4 pada tahun 2012 sebesar 455 (82.42 %)
meningkat sebanyak 7.18 % menjadi 500 (89.60 %) pada tahun 2013 dan
mengalami penurunan sebesar 3.23 % menjadi 482 (86.37 %) pada tahun 2014
(Puskesmas Wara Kota Palopo, 2014).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan melakukan wawancara
terhadap lima ibu hamil yang melakukan antenatal care di Puskesmas Wara
Kota Palopo diperoleh informasi sebanyak 4 orang yang menyatakan
pelayanan yang diterimanya masih kurang memuaskan dan 1 orang yang
-
xxi
xxi
menyatakan sudah puas. Secara spesifik keluhan yang disampaikan antara lain
kurangnya informasi tentang prosedur pelayanan, jadwal pelayanan yang tidak
tepat dan lama waktu tunggu dan bidan tergesa-gesa dalam memberi
pelayanan ANC.
Upaya menerapkan safe motherhood memerlukan pelayanan ANC yang
berkualitas dan sesuai dengan standar ANC. Inti dari konsep mutu pelayanan
adalah seberapa jauh layanan kesehatan yang diberikan memenuhi dimensi
mutu tersebut. Pengukuran dimensi mutu pelayanan kesehatan banyak
mengacu pada konsep servis kualitas atau servqual dari Parasuraman (2001)
dalam Nursalam (2014) yang terdiri dari dimensi tangibles (bukti langsung),
reliability (keandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan),
dan empathy (empati). Pengukuran mutu pelayanan ANC dengan
menggunakan servqual telah banyak digunakan salah satunya adalah
penelitian Farid, dkk (2012) di Puskesmas Tanjung kabupaten Sampang yang
menemukan dimensi mutu yang paling rendah adalah responsiveness (60.7 %)
kemudian dimensi empaty (57,3 %), dimensi assurance (51.7 %), dimensi
tangible dan realibility masing-masing (43.8 %).
Bidan sebagai tenaga profesional diharapkan mampu menjalankan
peran dan tanggungjawabnya baik sebagai pendidik, peneliti, pengelola dan
pelaksana dalam memberikan pelayanan antenatal care sesuai dengan
standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard mencerminkan norma,
pengetahuan dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh pemerintah dan
profesi (Kusmiyati, dkk, 2009).
-
xxii
Merujuk pada data dan hasil wawancara menunjukkan bahwa cakupan
K1 dan K4 di puskesmas Wara Kota Palopo disamping belum memenuhi
standar (K1 :100% dan K4 : 95 %), juga capaiannya mengalami fluktuasi
setiap tahunnya, kondisi ini menunjukkan pelayanan ANC yang diberikan oleh
bidan perlu ditingkatkan sehingga memberikan kepuasan kepada ibu hamil.
Seperti pelayanan kesehatan pada umumnya, mutu pelayanan ANC merujuk
pada kinerja pelayanan menurut standar untuk memberikan kepuasan kepada
ibu hamil, sehingga termotivasi untuk melakukan ANC secara teratur.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal
care dengan kepuasan ibu hamil di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar bekalang masalah yang telah diuraikan maka
rumusan masalah penelitian ini adalah : apakah ada hubungan dimensi mutu
pelayanan antenatal care dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas Wara Kota
Palopo tahun 2015 ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal
care dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas Wara Kota Palopo tahun
2015.
-
xxiii
xxiii
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care
berdasarkan wujud fisik (tangibles) dengan kepuasan ibu hamil di
puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2015.
b. Untuk mengetahui hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care
berdasarkan kehandalan (reliability) dengan kepuasan ibu hamil di
puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2015.
c. Untuk mengetahui hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care
berdasarkan daya tanggap (responsiveness) dengan kepuasan ibu hamil
di puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2015.
d. Untuk mengetahui hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care
berdasarkan jaminan (assurance) dengan kepuasan ibu hamil di
puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2015.
e. Untuk mengetahui hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care
berdasarkan empati (emphaty) dengan kepuasan ibu hamil di
puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi
pengembangan ilmu asuhan kebidanan dan referensi terkait pengembangan
mutu pembelajaran untuk meningkatkan perilaku menerapkan mutu
pelayanan antenatal care bagi peserta didik.
-
xxiv
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi media pembelajaran dan
memberikan motivasi bagi bidan dan peneliti dalam upaya meningkatkan
kepuasan ibu hamil melalui implementasi dimensi mutu pelayanan
antenatal care.
3. Manfaat Bagi Institusi
Diharapkan memberikan konstribusi dalam rangka pengambilan
kebijakan khususnya di puskesmas Wara Kota Palopo untuk mencapai
target pelayanan antenatal care melalui peningkatan kepuasan ibu hamil.
-
xxv
xxv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Puskesmas Wara Kota Palopo merupakan salah satu dari 12
puskesmas di Kota Palopo yang terletak di pusat kota Palopo di kelurahan
Tompotikka kecamatan Wara. Luas wilayah kerja Puskesmas ini 10.21
km2 yang mencakup 5 kelurahan yaitu kelurahan Tompotikka, kelurahan
Dangerakko, kelurahan Boting, kelurahan Lagaligo dan kelurahan
Pajalesang.
Sebagai puskesmas yang berada di pusat kota Palopo dan lokasi
RSU Sawerigading yang cukup jauh menjadikan puskesmas Wara menjadi
alternatif bagi masyarakat dengan jumlah kunjungan pasien cukup tinggi
yaitu 100-150 orang perhari.
2. Profil Puskesmas Wara Kota Palopo
Puskesmas Wara berdiri sejak tahan 1980 dan merupakan puskesmas
pertama di kota Palopo. Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat pada tahun 2005 menyelenggarakan pelayanan rawat
inap bersalin dan pada tahun 2008 menjadi puskesmas PONED. Mutu
pelayanan juga terus ditingkatkan sehingga pada tahun 2012 telah
menerapkan ISO 9001-2008 serta mendapat penghargaan sebagai
puskesmas terbaik pada tahun 2014 oleh BPJS kota Palopo.
-
xxvi
Puskesmas Wara telah melakukan kerjasama dengan BPJS kesehatan
melalui program Prolanis yang bertujuan memantau perkembangan
penyakit kronik (diabetes) dan program IVA untuk program deteksi dini
kanker serviks pada wanita.
a. Visi puskesmas Wara
Visi yang ditetapkan adalah mewujudkan kota Palopo yang
sehat dan mandiri dengan pelayanan kesehatan prima dan
pemberdayaan masyarakat .
b. Misi puskesmas Wara
1) Mengoptimalkan kinerja semua sumber daya yang dimiliki dengan
berorientasi pada kebutuhan masyarakat demi meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Menyeleggarakan upaya kesehatan meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara berkesinambungan.
3) Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan secara profesional
dan bertanggungjawab sesuai standar mutu.
4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengedepankan
kepuasan masyarakat dan kesejahteraan SDM puskesmas.
5) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
-
xxvii
xxvii
c. Struktur Organisasi
Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Wara Kota Palopo
(Sumber : Profil Puskesmas Wara Kota Palopo, 2014)
d. Kependudukan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kota Palopo tahun
2012 jumlah pendudukan kecamatan Wara adalah 27.143 jiwa,
terdiri dari penduduk laki-laki 13.171 jiwa dan perempuan 13.972 jiwa
dari 6.464 kepala keluarga.
Perencanaan
Kepala Puskesmas Wara
Tenrigau Nursim, SKM
WMM
Pengendali
dokumen Kepala tata
usaha
Kepegawaian SP2TP Perlengkapan
Koor.
Pemberdayaan
masyarakat Promkes
Penanggulangan
kemitraan
Pembinaan
Kelurahan Siaga
Koor. Pelayanan
kesehatan
Indiividu/masyarakat
Gizi
Kesehatan
Lingkungan
KIA/KB
P2M
Poli
Umum
Poi Gigi
UGD
Loket
Laboratorium
Farmasi/obat
Pustu
Dangerakko Pustu
Tompotikka
Pustu
Lagaligo
Pustu
Boting
Pustu
Pajalesang
-
xxviii
e. Jenis pelayanan dan program puskesmas
Puskesmas Wara memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa :
1) Pelayanan kesehatan individu
Merupakan pelayanan yang diberikan kepada pasien yang
datang berobat di puskesmas maupun ke puskesmas pembantu
(Pustu) / Poskeskel, terdiri dari :
a) Pelayanan loket/ pendaftaran
b) Pelayanan poli umum
c) Pelayanan poli gigi
d) Pelayanan UGD 24 jam
e) Pelayanan laboratorium
f) Pelayanan apotik
g) Pelayanan KIA/KB
h) Pelayanan imunisasi
i) Pelayanan P2M
2) Pemberdayaan masyarakat
Merupakan program pelayanan puskesmas berupa
pelayanan penyuluhan kesehatan, pemantauan derajat kesehatan,
pemantauan sanitasi lingkungan, dan pelaksanaan pemberatasan
penyakit. Adapun program kerja puskesmas Wara sebagai berikut :
a) Program kesehatan lingkungan
b) Program surveilans
-
xxix
xxix
c) Program KIA/KB
d) Program imunisasi
e) Program P2M
f) Program promosi kesehatan
g) Program gizi
h) Program lansia
i) Program perkesmas
j) Program kesehatan jiwa
k) Program kesehatan kerja
l) Program UKS
m) Program mata dan indera
3) Sarana kesehatan
Untuk mendukung pelaksanaan program kesehatan
puskesmas Wara didukung oleh 5 pustu/poskeskel, mobil
puskesmas keliling 1 unit dan motor operasional pemegang
program 16 unit.
f. Sumber Daya Manusia
Pencapaian visi, misi dan program kerja Puskesmas Wara
didukung oleh tenaga kesehatan sebanyak 115 orang sebagai
berikut :
1) Tenaga medis
a) Dokter umum : 4 orang
b) Dokter gigi : 2 orang
-
xxx
2) Tenaga keperawatan
a) Perawat : 40 orang
b) Perawat gigi : 2 orang
c) Bidan : 48 orang
3) Tenaga kesehatan masyarakat : 8 orang
4) Laboran : 2 orang
5) Pengelola obat : 3 orang
6) Perekam medik : 1 orang
7) Pengelola gizi : 1 orang
8) Tenaga non kesehatan : 4 orang
B. Konsep dan Teori
1. Konsep Antenatal Care (ANC)
a. Pengertian
Menurut Depkes RI (2012) Antenatal Care (ANC) adalah
pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Pelayanan asuhan antenatal pada
pemeriksaan kehamilan dapat diberikan oleh tenaga kesehatan
profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi, dengan
demikian pelayanan antenatal dilaksanakan oleh tenaga profesional
yaitu dokter, bidan dan perawat (Pantikawati, 2010).
Menurut MNH (Maternal Neonatal Health) antenatal care
merupakan prosedur rutin yang dilakukan oleh petugas kesehatan
-
xxxi
xxxi
(dokter/bidan/perawat) dalam membina hubungan dalam proses
pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan persalinannya (Kusmiyati,
dkk, 2009).
b. Tujuan Antenatal Care (ANC)
Menurut Mufdlilah (2009) tujuan ANC adalah:
1) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan
bayi dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan
proses kelahiran bayi.
2) Mendeteksi secara dini adanya faktor resiko kehamilan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
3) Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan
menghadapi komplikasi.
4) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui sukses, menjalankan
puerperium normal dan merawat anak secara fisik, mental dan
sosial.
c. Kunjungan ibu hamil pada pemeriksaan kehamilan
Kunjungan pertama ibu hamil adalah kontak pertama antara ibu
hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan bukan berarti
ibu hamil selalu datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga
sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di
rumahnya atau di Posyandu (Depkes RI, 2012).
-
xxxii
Menurut Kemenkes RI (2014) pelayanan kesehatan ibu hamil
diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-
kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu
minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu),
minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu),
dan minimal 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24minggu -
lahir). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini
faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah
jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama
kali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di
satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan Cakupan
K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang
dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan
akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan
ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan
(Kemenkes RI, 2014).
-
xxxiii
xxxiii
d. Standar pelayanan Antenatal Care (Depkes, RI, 2012)
Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan oleh
petugas profesional yaitu dokter umum, bidan dan perawat bidan untuk
selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan ANC
terpadu meliputi :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan
pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9
kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan
untuk menapis adanya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan
ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk
terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).
2) Ukur lingkar lengan atas (LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama
untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK).
Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)
dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan
dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
-
xxxiv
3) Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan
antenatal care dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi
(tekanan darah 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia
(hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria).
4) Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan
antenatal care dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin
sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak
sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita
pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
5) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal care. DJJ lambat
kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit
menunjukkan adanya gawat janin.
6) Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester
II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin.
-
xxxv
xxxv
Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau
kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak,
panggul sempit atau ada masalah lain.
7) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil
harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil
diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada
ibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat ini.
8) Beri tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus
mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
diberikan sejak kontak pertama.
9) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
a) Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya
untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga
untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-
waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil
dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali
pada trimester ketiga.
-
xxxvi
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil
tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya
karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin dalam kandungan.
c) Pemeriksaan protein dalam urine
Pemeriksaan protein dalam urine pada ibu hamil
dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya
proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu
indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.
d) Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus
harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya
minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester
kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir
trimester ketiga).
e) Pemeriksaan darah malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan
pemeriksaan darah malaria dalam rangka skrining pada kontak
pertama. Ibu hamil di daerah non endemis malaria dilakukan
pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.
-
xxxvii
xxxvii
f) Pemeriksaan tes sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko
tinggi dan ibu hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaaan Sifilis
sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
g) Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko
tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV.
Ibu hamil setelah menjalani konseling kemudian diberi
kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
menjalani tes HIV.
h) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang
dicurigai menderita tuberkulosis sebagai pencegahan agar
infeksi tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin.
Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
10) Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada
ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan
tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan.
-
xxxviii
11) Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Efektif
a) Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan
menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama
kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja
berat.
b) Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan
badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum
makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun,
menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta
melakukan olahraga ringan.
c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari
keluarga terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga
atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan
bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini
penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan
nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
-
xxxix
xxxix
d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda
bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya
perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan
berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda
bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan
ketenaga kesehatan.
e) Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan
makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena
hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat
kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet
tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada
kehamilannya.
f) Gejala penyakit menular dan tidak menular
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala
penyakit menular (misalnya penyakit IMS, tuberkulosis) dan
penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena dapat
mempengaruhi kesehatan ibu dan janinnya.
g) Penawaran konseling dan testing HIV (risiko tinggi)
Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan
-
xl
penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya,
dan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIV
positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu
ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV
negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif
selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.
h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI
kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI
mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk
kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia
6 bulan.
i) KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan edukasi tentang pentingnya ikut KB
setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu
punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan
keluarga.
j) Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus
neonatorum.
-
xli
xli
k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan
(Brainbooster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan
dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi
auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster)
secara bersamaan pada periode kehamilan
e. Sarana dan Prasarana
Pada pelayanan KIA perlu diperhatikan struktur fisik dan
perlengkapan dalam ruang KIA. Struktur fisik ruang pelayanan KIA
dengan luas kamar minimal 12 m2, lantai ubin/keramik dan dinding
dengan cat terang, kebersihan, pencahayaan outlet listrik dan tempat
cuci tangan. Perlengkapan yang dibutuhkan diruang KIA antara lain
tensimeter, timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, stetoskop,
stetoskop janin, alat pemeriksaan Hb, alat pemeriksaan protein, pita
sentimeter, pita ukur Lingkar Lengan Atas (LILA), KMS ibu
hamil/buku KIA, Registrasi kohort ibu, tablet besi (Fe), obat cacing,
obat malaria, vaksin TT dan kapsul yodiol (Depkes RI, 2012).
2. Konsep Ibu Hamil
a. Pengertian
Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Hamil adalah
mengandung janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh
spermatozoa, sedangkan ibu hamil adalah wanita yang mengandung
-
xlii
janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa
(Pantikawati, 2010).
b. Hak-Hak Ibu Hamil
Sebagaimana hak pasien pada umumnya ibu hamil mempunyai
hak-hak yang sama dengan hak pasien yaitu :
1) Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya.
2) Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, harapannya terhadap
sistem pelayanan kesehatan dalam lingkungan yang dapat
dipercaya.
3) Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan
terhadapnya.
4) Mendapatkan pelayanan secara individual, dihormati privasinya
dalam pelaksanaan prosedur.
5) Menerima layanan senyaman mungkin
6) Menyatakan pananganan dan pilihannya mengenai pelayanan yang
diterimanya (Pantikawati, 2010).
c. Perubahan perubahan pada ibu hamil
1) Trimester pertama
Terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron dalam
tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidaknyamanan
secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah, keletihan, dan
pembesaran pada payudara.
-
xliii
xliii
2) Trimester kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah
terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman
akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum
terlalu besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban. Ibu
sudah menerima kehamilannya dan dapat dimulai menggunakan
energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini
pula ibu dapat merasakan gerakan janinnya dan ibu mulai
merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan
dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasakan terlepas dari rasa
kecemasan dan tidak nyaman seperti yang dirasakannnya pada
trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
3) Trimester ketiga
Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya beban
berat yang anda bawa yaitu bayi dalam kandungan. Pernapasan,
pada kehamilan 33 - 36 minggu banyak ibu hamil yang susah
bernafas, ini karena tekanan bayi yang berada dibawah diafragma
menekan paru ibu, tapi setelah kepala bayi yang sudah turun ke
rongga panggul ini biasanya pada 2 3 minggu sebelum persalinan
maka akan merasa lega dan bernafas lebih mudah. Sering buang air
kecil, pembesaran rahim, dan penurunan bayi ke PAP membuat
tekanan pada kandung kemih ibu. Kontraksi perut, brackton hicks
kontraksi palsu berupa rasa sakit yang ringan, tidak teratur dan
-
xliv
kadang hilang bila duduk atau istirahat. Cairan vagina, peningkatan
cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya
jernih, pada awal kehamilan biasanya agak kental dan pada
persalinan lebih cair (Kusmiyati, dkk, 2009).
d. Tanda tanda bahaya pada ibu hamil
Menurut Kusmiyati, dkk, (2009) ada 7 tanda bahaya kehamilan,
yaitu :
1) Perdarahan pervaginam
2) Sakit kepala yang hebat
3) Penglihatan kabur
4) Bengkak diwajah dan jari jari tangan
5) Keluar cairan pervaginam
6) Nyeri abdomen yang hebat
7) Gerakan janin tidak terasa
Selama pemeriksaan antenatal care, ibu mungkin akan
memberitahukan jika ia mengalami tanda-tanda bahaya tersebut atau
dapat terdeteksi oleh bidan. Penting bagi bidan untuk melakukan
pemeriksaan tanda-tanda bahaya tersebut setiap kunjungan. Jika bidan
menemukan suatu tanda bahaya ini, maka tindakan selanjutnya adalah
melaksanakan semua kemungkinan untuk membuat suatu diagnosis
dan membuat rencana penatalaksanaan yang sesuai.
-
xlv
xlv
3. Konsep Mutu Pelayanan Kesehatan
a. Pengertian
Mutu pelayanan adalah sifat dari penampilan kinerja yang
merupakan keunggulan suatu jasa yang dilaksanakan secara
berkesinambungan (Supranto, 2011). Menurut standar ISO 8402, mutu
diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang
atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang ditentukan atau tersirat (Nurmawati, 2013).
Pelayanan kebidanan merupakan tugas yang menjadi
tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan
kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak
dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
Menurut Depkes RI (2012) mutu pelayanan kesehatan adalah
kinerja yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada pasien
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta dipihak lain
tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik.
Parasuraman dalam Nursalam (2014) mengemukakan bahwa
mutu pelayanan adalah seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan
harapan pelanggan atas pelayanan yang mereka terima atau peroleh.
Apabila jasa yang diterima sesuai dengan yang diharapkan, maka
kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang
-
xlvi
diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa
dipersepsikan ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah
dari pada yang diharapkan, maka kualitas jasa dianggap buruk.
Mengacu pada beberapa pengertian maka dapat disimpulkan
bahwa mutu pelayanan antenatal care adalah tingkat kesempurnaan
pelayanan atau kesesuaian standar pelayanan ANC dengan pelayanan
yang diterima ibu hamil selama melakukan pemeriksaan.
b. Dimensi Mutu Pelayanan
Untuk dapat menentukan kebijakan pelayanan yang tepat,
khususnya dalam pelayanan kepada pasien, diperlukan kajian tentang
dimensi kualitas pelayanan kepada pasien. Peneliti menggunakan
metode servqual dari Parasuraman dalam pengukuran dimensi mutu
pelayanan antenatal care.
Adapun dimensi-dimensi mutu pelayanan tersebut yaitu:
tangibles atau bukti fisik, reliability atau keandalan responsiveness
atau ketanggapan, assurance atau jaminan/ kepastian, empathy atau
kepedulian (Supranto, 2011).
1) Tangibles (bukti langsung)
Merupakan hal-hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung
oleh ibu hamil yang meliputi fasilitas fisik, peralatan, dan
penampilan bidan. Sehingga dalam pelayanan antenatal care, bukti
langsung dapat dijabarkan melalui : kebersihan, kerapian, dan
kenyamanan ruang pemeriksaan, penataaan ruang, kelengkapan,
-
xlvii
xlvii
kesiapan dan kebersihan peralatan perawatan yang digunakan; dan
kerapian serta kebersihan penampilan bidan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi
tangibles atau wujud fisik pelayanan merupakan dimensi yang
berhubungan dengan kepuasan ibu hamil. Farid, dkk (2012)
menemukan dimensi mutu tangibles dalam pelayanan antenatal
care berhubungan signifikan dengan kepuasan ibu hamil di
puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang Madura (p=0.001), Arif
dan Siti (2012) menyimpulkan bahwa dimensi tangibles
berhubungan signifikan dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas
Sukasari kabupaten Purawakarta (p=0.000). Demikian halnya
dengan penelitian yang dilakukan Sutopo, dkk (2014) juga
menemukan dimensi tangibles berhubungan signifikan dengan
kepuasan ibu hamil di puskesmas Bangetayu Kota Semarang
(p=0.000).
2) Reliability (keandalan)
Keandalan dalam pelayanan antenatal care merupakan
kemampuan untuk memberikan pelayanan yang tepat dan dapat
dipercaya, dimana dapat dipercaya dalam hal ini didefinisikan
sebagai pelayanan antenatal care yang konsisten. Oleh karena itu,
penjabaran keandalan dalam pelayanan antenatal care adalah :
menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan, melakukan
pemeriksaan dengan teliti dan lengkap sesuai standar, menjelaskan
-
xlviii
semua hasil pemeriksaan, menjelaskan dengan baik dan lengkap
sebelum meminta persetujuan melakukan tindakan dan pemberian
terapi dan terampil dalam melakukan tindakan.
Keandalan dalam pelayanan antenatal care merupakan
dimensi yang berhubungan dengan kepuasan ibu hamil, hal ini
dibuktikan oleh penelitian Farid, dkk (2012) menemukan dimensi
mutu reliability berhubungan signifikan dengan kepuasan ibu hamil
di puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang Madura (p=0.001),
Arif dan Siti (2012) menyimpulkan bahwa dimensi reliability
berhubungan signifikan dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas
Sukasari kabupaten Purawakarta (p=0.004). Demikian halnya
dengan penelitian yang dilakukan Sutopo, dkk (2014) juga
menemukan dimensi reliability berhubungan signifikan dengan
kepuasan ibu hamil di puskesmas Bangetayu Kota Semarang
(p=0.000).
3) Responsiveness (daya tanggap)
Bidan yang tanggap adalah yang bersedia atau mau
membantu ibu hamil dan memberikan pelayanan yang
cepat/tanggap. Ketanggapan juga didasarkan pada persepsi ibu
hamil sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik ruangan
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu
ketanggapan dalam pelayanan antenatal care dapat dijabarkan
sebagai berikut : kecepatan dan ketepatan petugas pendaftaran dan
-
xlix
xlix
administrasi dalam memberikan pelayanan, bidan cepat tanggap
menanggapi keluhan yang ibu rasakan selama kehamilan,
memberikan pelayanan sesuai urutan pendaftaran, memberikan
nasehat dan pemecahan masalah keluhan yang ibu rasakan sesuai
dengan keluhan, memberitahu langsung ibu hasil temuan dari
pemeriksaan kehamilan, menjelaskan jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan dan prosedur pelayanan.
Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa dimensi
responsiveness bidan dalam memberikan pelayanan antenatal care
berhubungan dengan kepuasan ibu hamil. Farid, dkk (2012)
menemukan dimensi mutu responsiveness berhubungan signifikan
dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas Tanjung Kabupaten
Sampang Madura (p=0.001). Demikian halnya dengan penelitian
Arif dan Siti (2012) menyimpulkan bahwa dimensi responsiveness
berhubungan signifikan dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas
Sukasari kabupaten Purawakarta (p=0.016). Hasil penelitian yang
sama dilakukan Sutopo, dkk (2014) juga menemukan dimensi
responsiveness berhubungan signifikan dengan kepuasan ibu hamil
di puskesmas Bangetayu Kota Semarang (p=0.000).
4) Assurance (jaminan kepastian)
Jaminan kepastian dimaksudkan bagaimana bidan dapat
menjamin pelayanan antenatal care yang diberikan kepada ibu
hamil berkualitas sehingga ibu hamil menjadi yakin akan pelayanan
-
l
antenatal care yang diterimanya. Jaminan kepastian dalam
pelayanan antenatal care ditentukan oleh komponen : kompetensi
yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan bidan dalam
memberikan pelayanan antenatal care, keramahan yang juga
diartikan kesopanan bidan sebagai aspek dari sikap, dan keamanan
yaitu jaminan pelayanan yang menyeluruh sampai tuntas sehingga
tidak menimbulkan dampak yang negatif pada ibu hamil dan
menjamin pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil adalah
tindakan yang aman dan sesuai standar.
Jaminan kepastian dalam pelayanan antenatal care
merupakan dimensi yang menentukan kepuasan ibu hamil. Hal ini
dibuktikan oleh Farid, dkk (2012) menemukan dimensi mutu
assurance berhubungan signifikan dengan kepuasan ibu hamil di
puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang Madura (p=0.001), Arif
dan Siti (2012) menyimpulkan bahwa dimensi assurance
berhubungan signifikan dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas
Sukasari kabupaten Purawakarta (p=0.000). Sutopo, dkk (2014)
juga menemukan dimensi assurance berhubungan signifikan
dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas Bangetayu Kota
Semarang (p=0.000).
5) Emphaty (empati)
Empati lebih merupakan perhatian dari bidan yang diberikan
kepada pasien secara individual. Sehingga dalam pelayanan
-
li
li
antenatal care, dimensi empati dapat diaplikasikan melalui cara
berikut, yaitu : memberikan perhatian yang sama kepada ibu hamil,
mendengarkan dengan aktif setiap keluhan yang disampaikan,
menunjukkan sikap yang baik dan menghargai setiap ibu hamil,
dan sikap bidan yang sopan selama melakukan pemeriksaan.
Emphaty (empati) dari bidan selama memberikan pelayanan
antenatal care merupakan dimensi yang sangat diperlukan oleh ibu
hamil selama melakukan pemeriksaan sehingga memberikan
kepuasan pada ibu hamil. Beberapa peneliti sebelumnya
menyimpulkan bahwa dimensi empati memiliki hubungan dengan
kepuasan ibu hamil. Farid, dkk (2012) menemukan dimensi mutu
emphaty berhubungan signifikan dengan kepuasan ibu hamil di
puskesmas Tanjung Kabupaten Sampang Madura (p=0.001), Arif
dan Siti (2012) menyimpulkan bahwa dimensi emphaty
berhubungan signifikan dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas
Sukasari kabupaten Purawakarta (p=0.013). Demikian halnya
dengan penelitian yang dilakukan Sutopo, dkk (2014) juga
menemukan dimensi emphaty berhubungan signifikan dengan
kepuasan ibu hamil di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang
(p=0.000).
Menurut Donabedian sebagaimana dikutip Nursalam (2014),
pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
menggunakan tiga variabel :
-
lii
1) Input (struktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan
untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana,
obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi,
informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan
struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam
perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan
kesehatan.
2) Proses, ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan
dengan konsumen (pasien/masyarakat) yaitu anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan medik penunjang, resep obat,
penyuluhan kesehatan dan rujukan pasien. Proses ini
merupakan variabel penilaian mutu yang penting.
3) Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan
perubahan yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat),
termasuk tingkat kepuasan, tingkat kematian, tingkat kesakitan
dan tingkat kecacatan dari konsumen tersebut. Donabedian
memberikan penjelasan bahwa outcome secara tidak
langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai
pelayanan kesehatan. Dalam menilai apakah hasilnya
bermutu atau tidak, diukur dengan dengan standar hasil
(yang diharapkan) dari pelayanan medis yang telah
dikerjakan.
-
liii
liii
c. Alat Ukur Mutu Pelayanan Kesehatan
Tidak ada suatu standar pengukuran mutu pelayanan yang bersifat
universal sebagai ukuran umum tentang mutu pelayanan. Ketiadaan ini
membuat para pakar mengembangkan berbagai metode untuk
mengukur mutu pelayanan. Jika mutu pelayanan kesehatan dilihat dari
penilaian penerima layanan kesehatan terhadap hasil kinerja dari
pemberi layanan kesehatan maka menurut Dharma (2012), ada empat
langkah dalam melakukan pengukuran kualitas pelayanan, yaitu :
1) Langkah pertama adalah mendefenisikan konsep mutu untuk
mengukur kualitas itu sendiri. Pemberi layanan mendefenisikan
konsep kualitas berdasarkan pada faktor reliabilitas, kepercayaan
dan recovery.
2) Langkah kedua, membuat para pengguna jasa pelayanan agar mau
merinci faktor-faktor tadi menjadi variabel. Variabel sebaiknya
dirumuskan semaksimal mungkin berdasarkan pernyataan
konsumen itu sendiri.
3) Langkah ketiga adalah membuat skala ukur penilaian untuk setiap
variabel.
4) Langkah keempat adalah mengarahkan konsumen untuk menilai
pelayananan saat ini. Hasil penilaian akan memberikan informasi
untuk menyusun sasaran-sasaran kualitas yang dirasakan pada
variabel dan faktor kualitas berdasarkan konsumen.
-
liv
Model pengukuran kualitas layanan yang populer dan hingga
kini banyak dijadikan acuan dalam riset manajemen dan
pemasaran jasa adalah model servqual yang dikembangkan oleh
Parasuraman (Supranto, 2011). Menurut model ini terdapat hubungan
yang erat antara mutu pelayanan dengan kepuasan konsumen. Asumsi
dasar dari metode ini adalah mutu pelayanan dapat diukur dengan
membandingkan antara pelayanan yang diharapkan dengan kinerja
pelayanan. Kinerja itu sendiri direfleksikan dengan apa yang diterima
dan dirasakan konsumen.
Menurut Supranto (2011) model servqual memiliki kemampuan
diagnostik yang tinggi dan merupakan alat ukur yang sangat efektif
untuk survei mutu pelayanan dari sudut pandang konsumen karena
mencakup dimensi-dimensi dari mutu pelayanan kesehatan. Dengan
demikian pengukuran mutu servqual dapat digunakan sebagai alat ukur
dalam konteks layanan antenatal care.
4. Konsep Kepuasan Pasien
a. Pengertian
Menurut Irwan (2003) dalam Nursalam (2014) kepuasan adalah
persepsi terhadap produk jasa yang telah memenuhi harapannya.
Sedangkan menurut Oliver dalam Supranto (2011) kepuasan adalah
tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja / hasil yang
dirasakan dengan harapannya.
-
lv
lv
Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan ibu
hamil terhadap mutu pelayanan antenatal care apabila pelayanan yang
diberikan telah sesuai atau melebihi harapannya. Sebaliknya
ketidakpuasan ibu hamil terjadi apabila pelayanan yang diberikan oleh
bidan selama pemeriksaan antenatal care tidak sesuai dengan
harapannya.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
Persepsi pasien terhadap mutu pelayanan dipengaruhi oleh
harapan terhadap pelayanan yang diinginkan. Harapan ini dibentuk
oleh apa yang pasien dengar dari pasien lain atau mulut ke mulut,
kebutuhan pasien, pengalaman masa lalu dan pengaruh komunikasi
eksternal. Pelayanan yang diterima dan harapan yang ada
mempengaruhi pasien terhadap kepuasannya (Nursalam, 2014).
c. Alat untuk Mengukur Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien merupakan suatu hal yang bersifat subyektif,
sulit diukur, dapat berubah-ubah, serta banyak sekali faktor yang
berpengaruh. Subyektivitasnya dapat berkurang atau menjadi obyektif,
jika cukup banyak orang yang sama pendapatnya terhadap sesuatu hal.
Sehingga, untuk mengkaji kepuasan ibu hamil dipergunakan suatu
instrument penelitian yang cukup valid disertai dengan metode
penelitian yang baik.
Menurut Kotler dalam Supranto (2011) bahwa alat yang dapat
digunakan untuk melacak dan mengukur kepuasan konsumen adalah:
-
lvi
1) Sistem keluhan dan saran
Sistem organisasi yang berpusat pada pelanggan
mempermudah para konsumen atau pasien memasukan saran dan
keluhan. Contoh dengan menyediakan nomor telepon bebas pulsa,
situs web, e-mail untuk arah komunikasi dua arah yang tepat.
2) Survei kepuasan konsumen atau pasien melalui kuesioner
Sejumlah penelitian menunjukan bahwa walaupun para
pelanggan atau pasien kecewa pada satu dari empat pengguna
layanan, kurang dari 5 % yang akan mengadukan keluhan.
Kebanyakan pasien akan berpindah kelayanan kesehatan yang lebih
berkualitas. Sebuah jasa pelayanan yang tanggap mengukur
kepuasan pelanggan atau pasien akan secara langsung dengan
melakukan survey melalui kuesioner, guna mengukur kepuasan
pasien setelah mendapatkan layanan kesehatan, mengukur minat
menggunakan kembali layanan jika membutuhkan dan mengukur
kesediaan merekomendasikan ke orang lain.
d. Klasifikasi Kepuasan Pasien
Pengukuran tingkat kepuasan pasien menggunakan skala likert
(rentang nilai 1-4) yang dapat diklasifikasikan dalam beberapa
tingkatan, sebagai berikut: sangat tidak memuaskan (1), kurang
memuaskan (2), memuaskan (3), sangat memuaskan (4). Pasien akan
merasa sangat tidak puas apabila hasil pelayanan yang diberikan oleh
jauh dibawah harapan pasien, jika hasil pelayanan yang diberikan
-
lvii
lvii
belum memenuhi harapan pasien maka pasien akan merasa tidak puas
terhadap pelayanan yang diterima pasien. Pelayanan akan cukup
memuaskan jika pelayanan yang diberikan sudah memenuhi sebagian
harapan pasien. Pelayanan akan memuaskan apabila pelayanan yang
diberikan sudah memenuhi harapan rata-rata pasien, sedangkan pasien
akan merasa sangat puas apabila pelayanan yang diberikan melebihi
apa yang diharapkan pasien (Supranto, 2011).
Layanan kesehatan yang bermutu, tidak dapat melepaskan diri dari
kenyataan akan pentingnya menjaga kepuasan pasien, termasuk dalam
menangani keluhan yang disampaikan oleh pasien. Kepuasan adalah
sebuah suasana batin yang seharusnya direbut oleh layanan kesehatan
untuk memenangkan persaingan dalam konteks pelayanan kepada
masyarakat (Nursalam, 2014).
Kepuasan sering dikaitkan dengan mutu. Mutu berarti kepuasan
pelanggan, baik internal maupun eksternal. Kepuasan tidak hanya bagi
pelanggan ataupun pasien akan tetapi akan dirasakan oleh petugas
kesehatan. Jika kepuasan petugas kesehatan terpenuhi, diharapkan
akan dapat memberikan pelayanan yang memuaskan pasien ataupun
pelanggan. Dalam bidang kesehatan mutu adalah terpenuhinya
keinginan seseorang yang paling membutuhkan pelayanan kesehatan
yang memuaskan pelanggan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
pelanggan, serta diberikan sesuai dan etika profesi (Nursalam, 2014).
-
lviii
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Rumah Sakit mengacu pada KPI atau key performance
indicator menetapkan indikator kepuasan pasien yang berbeda
berdasarkan jenis pelayanan dengan rentang 70 % - 90 %.
Sedangkan formula Sugiyono (2008) dalam Saragih (2010)
menetapkan indeks kepuasan dengan formula :
IK = PP
Keterangan :
IK : Indeks kepuasan
PP : Perceived Performance
IK/PP = ( Ex maks Ex min ) x 100 IK maks
Dimana :
Ex maks = Skor maksimal
Ex min = Skor minimal
Dalam penelitian ini standar mutu pelayanan antenatal care
perdimensi dan kepuasan ibu hamil mengacu pada formula Sugiyono,
dimana jumlah pertanyaan perdimensi mutu dan tingkat kepuasan
sebanyak 8 aitem dengan skala Likert (1-4) sehingga skor maksimal
adalah 32 dan skor minimal adalah 8.
IK/PP = ( 32 8 ) x 100 32
IK/PP = 24 x 100
32
-
lix
lix
IK/PP = 75 %
Sehingga indeks mutu pelayanan dan kepuasan pasien dalam
penelitian menggunakan batasan 75 %.
C. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
`````````````` : Variabel independen
: Variabel dependen
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
a. Tangibles (wujud fisik)
Tangibles adalah penilaian ibu hamil tentang mutu pelayanan ANC
berdasarkan penampilan fisik dengan indikator kebersihan dan
kenyamanan ruang pemeriksaan, penataaan ruang, kelengkapan alat,
Tangibles
Responsiveness
Assurance
Empathy
Kepuasan ibu
hamil
Reliability
-
lx
kesiapan dan kebersihan peralatan yang digunakan dan penampilan bidan,
dengan kriteria objektif :
1) Baik, jika skor : 75 %
2) Kurang, jika skor : < 75%
b. Reliability (keandalan)
Reliability adalah penilaian ibu hamil tentang mutu pelayanan ANC
berdasarkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan bidan yang dapat
diandalkan, dengan indikator menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan,
melakukan pemeriksaan dengan teliti dan prosedural, menjelaskan semua
hasil pemeriksaan, menjelaskan dengan baik dan lengkap sebelum
meminta persetujuan melakukan tindakan dan pemberian terapi dan
terampil dalam melakukan tindakan, dengan kriteria objektif :
1) Baik, jika skor : 75 %
2) Kurang, jika skor : < 75%
c. Responsiveness (daya tanggap)
Responsiveness adalah penilaian ibu hamil tentang mutu pelayanan
ANC berdasarkan kecepatan bidan memberikan pelayanan pada ibu
hamil, dengan indikator kecepatan dan ketepatan petugas pendaftaran dan
administrasi dalam memberikan pelayanan, bidan cepat tanggap
menanggapi keluhan yang ibu rasakan selama kehamilan, memberikan
pelayanan sesuai urutan pendaftaran, memberikan nasehat dan pemecahan
masalah keluhan yang ibu rasakan sesuai dengan keluhan, menjelaskan
-
lxi
lxi
jenis pemeriksaan yang akan dilakukan dan prosedur pelayanan, dengan
kriteria objektif :
1) Baik, jika skor : 75 %
2) Kurang, jika skor : < 75%
d. Assurance (jaminan)
Assurance adalah penilaian ibu hamil tentang mutu pelayanan ANC
berdasarkan kemampuan bidan menjamin pelayanan yang diberikan
adalah tindakan yang aman, dengan indikator pengetahuan dan
keterampilan bidan dalam memberikan pelayanan antenatal care, jaminan
pelayanan yang menyeluruh sampai tuntas sehingga tidak menimbulkan
dampak yang negatif pada ibu hamil dan menjamin pelayanan yang
diberikan kepada ibu hamil adalah tindakan yang aman dan sesuai standar,
dengan kriteria objektif:
1) Baik, jika skor : 75 %
2) Kurang, jika skor : < 75%
e. Emphaty (empati)
Emphaty adalah penilaian ibu hamil tentang mutu pelayanan ANC
berdasarkan kemampuan bidan memberikan perhatian penuh kepada
setiap ibu hamil dan membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi,
dengan indikator memberikan perhatian yang sama kepada ibu hamil,
mendengarkan dengan aktif setiap keluhan yang disampaikan,
menunjukkan sikap yang baik dan menghargai setiap ibu hamil, dan sikap
-
lxii
bidan yang sopan selama melakukan pemeriksaan, dengan kriteria
objektif:
1) Baik, jika skor : 75 %
2) Kurang, jika skor : < 75%
f. Kepuasan
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa ibu hamil yang
muncul setelah mendapatkan pelayanan ANC di puskesmas Wara Kota
Palopo dengan kriteria objektif :
1) Puas, jika skor : 75 %
2) Tidak puas, jika skor : < 75%
-
lxiii
lxiii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain belah lintang
(cross sectional) yaitu penelitian yang melakukan pengukuran variabel bebas
dan variabel terikat hanya satu kali saja tanpa melakukan intervensi (Saryono,
2011).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Lokasi penelitian ini di Puskesmas Wara Kota Palopo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Agustus
2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan antenatal care di puskesmas Wara Kota Palopo,
berdasarkan registrasi pada bulan April 2015 dengan jumlah kunjungan
ibu hamil sebanyak 61 orang.
-
lxiv
2. Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 61 responden.
3. Tekhnik pengambilan sampel
Pengambilan sampel ditetapkan dengan cara total sampling dengan
mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel penelitian.
D. Hipotesis penelitian
1. Hipotesis alternatif (Ha) :
a. Ada hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care berdasarkan
wujud fisik (tangibles) dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas Wara
Kota Palopo.
b. Ada hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care berdasarkan
keandalan (reliability) dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas Wara
Kota Palopo.
c. Ada hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care berdasarkan
daya tanggap (responsiveness) dengan kepuasan ibu hamil di
puskesmas Wara Kota Palopo.
d. Ada hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care berdasarkan
jaminan (assurance) dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas Wara
Kota Palopo.
e. Ada hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care berdasarkan
empati (emphaty) dengan kepuasan ibu hamil di puskesmas Wara Kota
Palopo.
-
lxv
lxv
2. Hipotesis Nol (Ho) :
a. Tidak ada hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care
berdasarkan wujud fisik (tangibles) dengan kepuasan ibu hamil di
puskesmas Wara Kota Palopo.
b. Tidak ada hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care
berdasarkan kehandalan (reliability) dengan kepuasan ibu hamil di
puskesmas Wara Kota Palopo.
c. Tidak ada hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care
berdasarkan daya tanggap (responsiveness) dengan kepuasan ibu hamil
di puskesmas Wara Kota Palopo.
d. Tidak ada hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care
berdasarkan jaminan (assurance) dengan kepuasan ibu hamil di
puskesmas Wara Kota Palopo.
e. Tidak ada hubungan dimensi mutu pelayanan antenatal care
berdasarkan empati (emphaty) dengan kepuasan ibu hamil di
puskesmas Wara Kota Palopo.
E. Metode Pengumpulan data
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara dengn bantuan kuesioner
yang alternatif jawabannya telah disiapkan yang digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai variabel penelitian. Kuesioner dibagikan
-
lxvi
kepada responden sebanyak 61 ibu hamil dan diolah dengan program
SPSS for 17.0. Instrumen penelitian terdiri dari :
a. Kuesioner A digunakan untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan.
Instrumen mutu pelayanan terdiri dari 40 pernyataan menggunakan
kuesioner dari Farid, dkk (2012) yang disusun berpedoman pada
penyusunan indikator mutu pelayanan dari Parasuraman et al.
Indikator dari variabel dimensi tangibles terdiri dari 8 pernyataan,
dimensi reliability sebanyak 8 pernyataan, dimensi responsiveness
sebanyak 8 pernyataan, dimensi assurance sebanyak 8 pernyataan dan
dimensi empaty sebanyak 8 pernyataan. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala Likert dengan 4 tingkatan yaitu : (SS) sangat
setuju (skor 4), (S) setuju skor 3, (KS) kurang setuju skor (2) dan
(STS) sangat tidak setuju dengan skor 1.
b. Kuesioner B digunakan untuk mengukur kepuasan ibu hamil
sebanyak 8 item pernyataan dengan skala pengukuran yang
digunakan adalah skala Likert dengan 4 tingkatan yaitu : (SP) sangat
puas skor 4, (P) puas skor 3, (KP) kurang puas skor (2) dan (STS)
sangat tidak puas dengan skor 1.
2. Data sekunder
Data ini diperoleh dari hasil penelusuran dokumen pencatatan dan
pelaporan dari Dinas Kesehatan Kota Palopo tentang cakupan K1 dan K4
pada periode 2012-2014 dan data dari puskesmas Wara Kota Palopo
tentang profil puskesmas termasuk data data cakupan K1 dan K4 pada
-
lxvii
lxvii
periode 2012-2014 dan studi kepustakaan serta jurnal penelitian yang
menjadi referensi dalam penulisan penelitian ini.
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan data
a. Editing. Data diperiksa kelengkapannya, ketepatan dan kejelasan
pengisian kuesioner.
b. Coding. Data yang telah diteliti kelengkapannya diberikan kode secara
manual sebelum diinput ke dalam komputer.
c. Entery. Data yang telah berikan kode diperiksa seluruhnya dimasukkan
ke dalam komputer untuk diolah menggunakan program komputer.
d. Cleaning data Entery. Pemeriksaan kembali semua data yang telah di
input untuk menghindari terjadinya kesalahan data yang dapat
memberikan hasil akhir yang kurang tepat
2. Analisa Data
Analisa data dengan menggunakan analisa statistik univariat dan
bivariat.
a. Analisa univariat
Menganalisis variabel-variabel penelitian secara deskriptif
dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsi variabel
penelitian.
-
lxviii
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara
variable dependen dengan independen. Analisis yang digunakan untuk
menguji hipotesis dengan menentukan hubungan variabel bebas dan
variabel terikat melalui uji statistik chi-square jika memenuhi syarat.
Rumus uji statistik chi-square sebagai berikut (Machfoedz, 2009) :
fh
fhfoX
22 )(
Keterangan :
X2 : Chi-Square
fo : frekuensi observasi
fh : frekuensi harapan
Proses pengujian Chi Square adalah dengan membandingkan
frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan
(eskpektasi). Untuk melihat kemaknaan perhitungan statistik antara
variabel bebas dan variabel terikat digunakan tingkat kepercayaan
95%. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis alternatif yang diajukan
diterima dan Ho ditolak yang berarti antara dua variabel (bebas dan
terikat) yang diteliti mempunyai hubungan yang bermakna.
Sedangkan jika nilai p > 0,05 maka hipotesis alternatif yang diajukan
ditolak dan Ho diterima yang berarti bahwa antara dua variabel
(bebas dan terikat) yang diteliti tidak mempunyai hubungan yang
bermakna (Machfoedz, 2009).
-
lxix
lxix
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Wara Kota
Palopo diperoleh hasil analisis variabel independen dan variabel dependen yang
disajikan dalam distribusi frekuensi dan tabulasi silang dengan mengunakan uji
statistik chi-square ( kemaknaan 0.05 ) diolah dengan program SPSS for 17.0,
sebagai berikut :
A. Analisis Univariat
a. Wujud Fisik (Tangibles)
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dimensi
Wujud Fisik (Tangibles) di Puskesmas Wara
Kota Palopo Tahun 2015
Wujud Fisik (Tangibles) Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 40 65.6
Kurang 21 34.4
Jumlah 61 100
Sumber : Data Primer, 2015
Pada tabel 4.1 diketahui lebih banyak responden yang menyatakan
dimensi wujud fisik pelayanan antenatal care mutunya sudah baik yaitu
40 (65.6 %) dibandingkan yang menyatakan mutunya masih kurang
berjumlah 21 (34.4 %).
-
lxx
b. Kehandalan (Reliability)
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dimensi
Kehandalan (Reliability) di Puskesmas Wara
Kota Palopo Tahun 2015
Kehandalan (Reliability) Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 33 54.1
Kurang 28 45.9
Jumlah 61 100
Sumber : Data Primer, 2015
Pada tabel 4.2 diketahui lebih banyak responden yang menyatakan
dimensi kehandalan bidan dalam memberikan pelayanan antenatal care
mutunya sudah baik yaitu 33 (54.1 %) daripada yang menyatakan mutunya
masih kurang berjumlah 28 (45.9%).
c. Daya tanggap (responsiveness)
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dimensi Daya
Tanggap (responsiveness) di Puskesmas Wara
Kota Palopo Tahun 2015
Daya tanggap (responsiveness) Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 29 47.5
Kurang 32 52.5
Jumlah 61 100
Sumber : Data Primer, 2015
Pada tabel 4.3 diketahui lebih responden yang menyatakan dimensi
daya tanggap bidan dalam memberikan pelayanan antenatal care mutunya
-
lxxi
lxxi
masih kurang yaitu 32 (52.5 %) daripada yang menyatakan mutunya
sudah baik berjumlah 29 (47.5%).
d. Jaminan (assurance)
Tabel 4.4
Distribusi Frekuansi Responden Berdasarkan Dimensi Jaminan
(assurance) di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2015
Jaminan (assurance) Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 36 59.0
Kurang 25 41.0
Jumlah 61 100
Sumber : Data Primer, 2015
Pada tabel 4.4 menunjukkan lebih banyak responden yang
menyatakan dimensi jaminan bidan dalam memberikan pelayanan
antenatal care mutunya sudah baik yaitu 36 (59 %) daripada yang
menyatakan mutunya masih kurang berjumlah 25 atau (41%).
e. Empati (Empathy)
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dimensi Empati
(Empathy) di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2015
Empati (Empathy) Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 24 39.3
Kurang 37 60.7
Jumlah 61 100
Sumber : Data Primer, 2015
Pada tabel 4.5 diketahui lebih banyak responden yang menyatakan
dimensi empati bidan dalam memberikan pelayanan antenatal care
-
lxxii
mutunya masih kurang yaitu 37 (60.7 %) daripada yang menyatakan
mutunya sudah baik sebanyak 24 (39.3 %).
f. Kepuasan Ibu Hamil
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepuasan
di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2015
Kepuasan Frekuensi (f) Persentase (%)
Puas 33 54.1
Tidak puas 28 45.9
Jumlah 61 100
Sumber : Data Primer, 2015
Pada tabel 4.6 diketahui bahwa responden yang melakukan
antenatal care di puskesmas Wara Kota Palopo lebih banyak yang
menyatakan puas sebanyak 33 (54.1 %) dibandingkan yang tidak puas
yaitu 28 (45.9 %) responden.
-
lxxiii
lxxiii
B. Analisa Bivariat
1. Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Antenatal Care Berdasarkan Wujud
Fisik (Tangibles) dengan Kepuasan Ibu Hamil
Tabel 4.7
Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Antenatal Care Berdasarkan
Wujud Fisik (Tangibles) dengan Kepuasan Ibu Hamil di
Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2015
Tangibles
Kepuasan Total
p value
Puas Tidak puas
N
% n % n %
Baik 27 44.3 13 21.3 40 65.6 0.004
Kurang 6 9.8 15 24.6 21 34.4
Jumlah 33 54.1 28 45.9 61 100
Sumber : Data Primer, 2015
Pada tabel 4.7 menunjukkan hasil analisis hubungan antara dimensi
wujud fisik (tangibles) dengan kepuasan ibu hamil didapatkan nilai p
value : 0.004 < 0,05 sehingga hipotesis alternatif yang diajukan diterima
dan Ho ditolak yang berarti ada hubungan signifikan antara dimensi mutu
pelayanan antenatal care berdasarkan wujud fisik (tangibles) dengan
kepuasan ibu hamil di puskesmas Wara Kota Palopo.
-
lxxiv
2. Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Antenatal Care Berdasarkan
Keandalan (Reliability) dengan Kepuasan Ibu Hamil
Tabel 4.8
Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Antenatal Care Berdasarkan
Keandalan (reliability) dengan Kepuasan Ibu Hamil di
Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2015
Reliability
Kepuasan Total
p value
Puas Tidak puas
N
% n % n %
Baik 24 39.3 9 14.8 33 54.1 0.002
Kurang 9 14.8 19 31.1 28 45.9
Jumlah 33 54.1 28 45.9 61 100
Sumber : Data Primer, 2015
Pada tabel 4.8 menunjukkan hasil analisis hubungan antara dimensi
keandalan (reliability) dengan kepuasan ibu hamil diperoleh nilai p value
: 0.002 < 0,05 sehingga hipotesis alternatif yang diajukan diterima dan Ho
ditolak yang berarti ada hubungan signifikan antara dimensi mutu
pelayanan antenatal care berdasarkan keandalan (reliability) dengan
kepuasan ibu hamil di puskesmas Wara Kota Palopo.
-
lxxv
lxxv
3. Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Antenatal Care Berdasarkan Daya
Tanggap (Responsiveness) dengan Kepuasan Ibu Hamil
Tabel 4.9
Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Antenatal Care Berdasarkan
Daya Tanggap (Responsiveness) dengan Kepuasan Ibu Hamil di
Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2015
Responsiveness
Kepuasan Total
p value
Puas Tidak puas
N
% n % n %
Baik 21 34.4 8 13.1 29 47.5 0.006
Kurang 12 19.7 20 32.8 32 52.5
Jumlah 33 54.1 28 45.9 61 100
Sumber : Data Primer, 2015
Pada tabel 4.9 menunjukkan hasil analisis hubungan antara dimensi
daya tanggap (responsiveness) dengan kepuasan ibu hamil diperoleh
nilai p value : 0.006 < 0,05 sehingga hipotesis alternatif yang diaj