Download - Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
1/25
KASUS PANJANG
DRY EYE SYNDROME
oleh :
Ahmad Feza F. 0510710005
Focoriyena Mendrofa 0510710061
Faizah Syuhadah bt. K 0510714003
Pembimbing :
dr. Nanda Wahyu Anandita, Sp. M
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG
2010
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
2/25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dry eye syndrome yang juga di kenal sebagai keratokonjungtivitis sicca
adalah kondisi umum yang dikeluhkan oleh kebanyakan pasien yang berobat pada
dokter mata. Keadaan mata kering ini merupakan gangguan akibat kurangnya
produksi air mata atau penguapan air mata yang berlebihan. 1
Adanya gangguan pada salah satu komponen lapisan air mata akan
mengakibatkan terjadinya dry eye syndrome , yang menimbulkan keluhan mata
terasa tidak nyaman. Dry eye biasanya bersifat kronis dengan keluhan yang samar-
samar dan biasanya agak sulit menemukan tanda-tanda klinisnya terutama pada
awal perjalanan penyakitnya. 5 Diagnosis dry eye ditentukan berdasarkan atas
keluhan penderita, pemeriksaan klinis dan beberapa pemeriksaan penunjang,
misalnya: Schirmer test, tear break up time dan pemeriksaan rose bengal . Meskipun
pada awalnya hanya menimbulkan keluhan yang samar-samar, bila keadaan
tersebut berlangsung terus maka dapat menyebabkan kelainan yang bersifat
ireversibel. 6,8
Tingginya faktor resiko terjadinya iritasi dan infeksi pada mata menjadi dasar
pemikiran banyaknya prevalensi dry eye syndrome di negara berkembang. Dry eye
syndrome ini dapat menyebabkan komplikasi yang membahayakan penglihatan jika
tidak segera diberikan terapi. Hal inilah yang menarik minat penulis untuk
mengangkat dry eye syndrome sebagai topik laporan kasus. Dengan lebih
memahami penyebab, gejala dan tanda klinis yang ada, diharapkan kasus seperti
ini bisa dideteksi secara dini sehingga bisa mendapatkan pengobatan secara cepat
dan tepat dalam upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi. 1,2
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
3/25
1.2 Rumusan Masalah
Dari paparan di atas, rumusan masalah yang digali adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penyebab, tanda dan gejala klinis dry eye syndrome ?
2. Bagaimana menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan dry eye syndrome ?
3. Bagaimana komplikasi dan prognosa dry eye syndrome ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :
1. Untuk mengetahui penyebab, tanda dan gejala klinis dry eye syndrome .
2. Untuk mengetahui kriteria diagnosa dan penatalaksanaan dry eye syndrome .
3. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosa dry eye syndrome.
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
4/25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lapisan air mata
L apisan air mata yang melapisi permukaan kornea dan konjungtiva tersusun
dari tiga lapisan yaitu lipid, akuos dan musin. Ketiga lapisan ini melindungi epitel
kornea dan konjngtiva yang selalu terpapar.
Epitel konjungtiva terdiri dari 2-5 lapis epitel kolumnar berlapis dengan
diantaranya terdapat sel-sel berbentuk bulat atau oval yang merupakan penghasil
mucus yaitu sel goblet. Jumlahnya kepadatan sel goblet ini sekitar 30-70sel/0,1
mm2 luas permukaan mukosa. Makin ke superficial sel-sel epitel cenderung
bebentuk lebih pipih, dan mempunyai mikrovili dan mikroplika. Demikian juga
permukaan epitel kornea terdiri dari 5-6 lapis epitel yang merupakan kelanjutan dari
epitel konjungtiva bulbi. Sel-sel epitel kornea satu sama lainnya dihubungkan secara
hemidesmosom dan zonula okluden yang merupakan hubungan antar sel yang
sangat rapat sehingga hanya partikel tertentu berukuran kecil yang dapat
menembusnya. Mikrovili dan mikroplika menyebabkan permukaan epitel konjungtiva
dan kornea tidak rata, adanya struktur ini membantu melekatkan lapisan mucus
sehingga terbentuk permukaan yang hidrofilik, dengan demikian lapisan akuos
dapat tersebar merata pada permukaan depan bola mata.
L apisan paling superficial dari lapisan air mata adalah lapisan lipid yang
mempunyai ketebalan 0,1m. lapisan ini dihasilkan oleh kelenjar meibom palpebra
superior dan inferior, terdiri dari unsur-unsur hidrokarbon, sterol ester, triasil gliserol,
sterol bebas dan asam lemak bebas, mempunyai fungsi melicinkan pergerakan
palpebra dan sebagai barier untuk mencegah penguapan sehingga lapisan ini
memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas lapisan air mata.
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
5/25
L apisan akuos merupakan 90% dari lapisan air mata terletak ditengah,
mempunyai ketebalan 6-7 m dan dihasilkan oleh glandula lakrimalis utama dan
asesoris yaitu kelenjar Krauss dan Wolfring. Pada lapisan akuos ini selain terdapat
air sebagai penyusun utama juga didapatkan elektrolit, glukosa, oksigen dan protein
berupa: albumin, globulin dan lisozym. Adapun globulin yang terkandung terutama
immunoglobulin A sebanyak 20-30 ml/100 ml. Sedangkan elektrolit pada lapisan air
mata adalah: natrium, potassium, chloride, bikarbonat, kalsium, magnesium dan
zinc. Lapisan air mata mempunyai pH rata-rata 7,35 dengan variasi antara 5,2-8,35
dan osmolaritas 3026,3 mOsm/l.
Gambar 1. Lapisan air mata
L apisan paling profunda adalah lapisan musin yang mempunyai ketebalan
0,002-0,005 m. lapisan ini dihasilkan oleh sel-sel goblet. L apisan musin
mengandung komponen utama mucus glikoprotein yang merupakan karbohidrat
yang melekat pada gugus protein. Selain dihasilkan oleh sel-sel goblet, musin juga
diproduksi oleh epitel permukaan konjungtiva dan kornea yag disebut N-linked
mucin, sedangkan musin yang dihasilkan oleh sel goblet disebut dengan O-linked
mucin. Lapisan musin akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan bola mata
sehingga lapisan akuos dapat tersebar merata diseluruh permukaan kornea dan
konjungtiva. Sehingga lapisan ini memegang peranan penting dalam kemampuan
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
6/25
membasahi (wettability) permukaan bola mata dan pemeliharaan stabilitas lapisan
air mata. 7,3
2.2 Dinamika lapisan air mata
Sembilan puluh persen dari lapisan air mata dibentuk oleh lapisan akuos
yang dihasilkan oleh glandula lakrimalis mayor dan asesorius. Grandula lakrimalis
mayor merupakan kelenjar yang multilobus yang tiap lobus terdiri dari banyak
tubulus. Tiap tubulus terdapat sel sel acini yang mengsekresikan elektrolit, air dan
protein untuk membentuk cairan primer seperti plasma dan bersifat isotonis yang
merupakan bentuk pertama dari cairan air mata atau lapisan akuos. Bentuk pertama
ini akan melalui proses lagi sehingga terbentuk air mata yang sesungguhnya yang
siap diekskresikan. 7
V olume air mata pada segmen antarior umumnya sekitar 6 -7 L yang
terbagi 3 bagian yaitu :
1. Mengisi ruang forniks inferior sebanyak 3 -4 L
2. Melalui proses berkedip sebanyak 1 L akan membentuk lapisan air mata
yang mempunyai ketebalan 6 10 m
3. Sisanya sebanyak 2 3 L akan membentuk tear meniscus.
Proses berkedip sangat efisien dalam menyebarkan air mata dari tear
meniscus keseluruh permukaan bola mata, selain itu juga membantu
menciptakan lapisan lipid. 7 beberapa saat selah kedipan akan terbentuk dry
spot pada permukaan kornea. Dry spot terbentuk karena masuknya lipid ke
lapisan mukus sehingga menyebabkan lapisan akuos mengalami retraksi
akibat terjadinya daerah hidrofobik. L apisan air mata dapat mengalami
penipisan karena adanya retraksi cairan ke forniks konjuctiva dan proses
penguapan. Selain itu lapisan akuous mengalami pergerakan atau mengalir
dari kantus lateral sampai pungtum lakrimalis, oleh karena itu lapisan air
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
7/25
mata merupakan lapisan yang tidak stabil dan selalu harus diperbaharui,
sedangkan lapisan lipid dan musin tidak ikut mengalami pergerakan. 2,8
Demikain lapisan akuos mengalami proses yaitu diproduksi oleh grandula
lakrimalis, disebarkan merata oleh proses mengedip, mengalami penipisan karena
penguapan dan drainage melalui saluran lakrimalis, dengan bantuan proses
mengedip. 14 Dengan alat flluorofotometri pada keadaan normal rata rata produksi
air mata 1 2 L / menit. 4
Selain memelihara epitel konjungtiva dan korena agar tetap lembab lapisan
air mata juga mempunyai fungsi: membentuk permukaan refraksi yang baik,
melicinkan pergerakan palpebra, sebagai antibakterial karena adanya enzim
enzim lisosim dan lisin yang terkandung didalamnyadan sebagai pemasok
oksigen 1,2,3,4
Disebutkan bahwa fungsi air mata dapat dibagi menjadi dua yaitu tear
surfacing dan tear wet ability . Tear surfacing adalah kemampuan air mata untuk
dapat menyebar merata diatas permukaan konjuctiva dan kornea, sedangkan tear
wet ability adalah kemampuan air mata untuk dapat membasahi permukaan bola
mata. 12
Dari sebuah penelitian mengatakan bahwa penderita defisiensi akuos
mempunyai permukaan kornea ireguler yang menyebabkan gangguan fungsi visual.
Wanita menopause lenih sering menderita dry eye, namun belum diketahui secara
jelas bagaimana mekanisme estrogen dapat mempengaruhi produksi air mata.
Gangguan pada lapisan akuos dapat dideteksi dengan pemeriksaan Schirmer. 2
2.3 Abnormalitas Lapisan Air Mata
Walaupun sebenarnya sulit untuk menentukan secara klinis kelainan yang
terjadi akibat defisiensi masing masing komponen pembentukan lapisan air mata,
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
8/25
abnormalitas lapisan air mata dapat dikelompokan menjadi 3 sesuai dengan defek
penyusunnya, antara lain : 17
1. Defisiensi lipid
Merupakan abnormalitas lapisan air mata karena adanya defek pada lipid,
atau terjadi perubahan kompisisi lipid. Adapaun penyebanya antara lain :
blefaritis kronik, acne rocacea. 12,13 Gangguan komponen lipid dapat diketahui
melalui pemeriksaan tear break up time yang memendek, waktupenguapan
yang cepat, dan osmolaritas yang tinggi. Nilai break up time yang memendek
menunjukan tidak stabilnya lapisan air mata. 6
2. Defisiensi akuos
Keadaan ini disebabkan adanya defek pada grandula lakrimalis atau adanya
kelainan sistemik yang menyebabkan menurunnya sekresi grandula lakrimalis.
Penyebabnya dapat kongenital mapu didapat ( acquired). Kelainan
kongenitalmisalnya : alakrima, hipoplasi grandula lakrimal, sindroma Riley
day, dan sindroma cri du chat. Sedangakan kelainan yang didapat yang dapat
menyebakan turunnya sekresi grnadula lakrimalis adalah :
a. Meningkatnya usia
b. Kelaianan sistemik yang dapat menyebabkan hipofungsi grandula
lakrimalis seperti rheumathoid arthiritis dan lupus eritematosus sistemik
c. Disfungsi endikrin : penyakit Hashimoto, menopause
d. Trauma terhadap grandula lakrimalis
Ada hubungan yang erat antara epitel permukaan kornea dengan lapisanair
mata, dimana adanya perubahan morfologi pada epitel kornea akan
mempengaruhi stabilitas lapisan air mata. Penelitian dengan menggunakan
mikroskop elektron menunjukan bahwa struktur mikrovili yang normal
berhubungan dengan lapisan mukus yang normal. Hal ini mungkin disebabkan
karena adanya struktur mikrovili/ mikropika yang menghasikan tegangan
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
9/25
permukaan yang rendah pada perbatasan epitel dan lapisan air mata. Secara
klinis sering terlihat lapisan air mata akan menipis dan mengalami retraksi
pada daerah apitel yang ireguler. 16 demikian juga adanya defek pada epitel
konjuctiva dan kornea seperti dellen, keratopati epitel pungtata, distropiepitel
kornea, edema kornea, pterigium akan mengakibatkan gangguan pemerataan
lapisan air mata. 8
2.4 Dry Eye syndrom
2.4.1 Definisi
Dry eye syndrome atau keratokonjungtivitis sicca adalah suatu keadaan
keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. Keratokonjungtivitis
merupakan suatu kondisi komplek yang ditandai adanya inflamasi pada
permukaan mata dan kelenjar lakrimalis.
2.4.2 Etiologi Dry eye syndrome
A. Kondisi ditandai hipofungsi kelenjar lakrimal
1. Congenital
a. Dysautonomia familier (sindrom Riley-Day)
b. Aplasia kelenjar lakrimal (alakrimal kongenital)
c. Aplasia nervus trigeminus
d. Dysplasia ektodermal
2. Didapat
a. Penyakit sistemik
1. Sindrom sjogren
2. Sklerosis sistemik progresif
3. Sarkoidosis
4. L eukemia, limfoma
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
10/25
5. Amiloidosis
6. Hemokromatosis
b. Infeksi
1. Trakoma
2. Parotitis epidemica
c. Cedera
1. Pengangkatan kelenjar lakrimal
2. Iradiasi
3. L uka bakar kimiawi
d. Medikasi
1. Antihistamin
2. Antimuskarinik: atropine, skopolamin
3. Anastesi umum: halothane, nitrous oxide
4. Beta-adrenergik bloker: timolol prastolol
e. Neurogenik-neuroparalitik (facial nerve palsy)
B. Kondisi ditandai defisiensi musin:
1. Avitaminosis A
2. Sindrom steven-johnson
3. Pemfigoid okuler
4. Konjungtivitis menahun mis trakoma
5. L uka bakar kimiawi
6. Medikasi
7. Obat tradisional (kermes)
C. Kondisi ditandai defisiensi lipid:
1. Parut tepian palpebra
2. Bleparitis
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
11/25
D. Penyebaran defektif film air mata disebabkan:
1. Kelainan palpebra
a. Defek, koloboma
b. Ektropion dan entropion
c. Keratinisasi tepian palpebra
d. Berkedip berkurang atau tidak ada
1. Gangguan neurologic
2. Hipertiroid
3. Lensa kontak
4. Obat
5. Keratitis herpes simplek
6. Lepra
e. L agopthalmus
1. Lagopthalmus noctura
2. Hipertiroid
3. Lepra
2. Kelainan konjungtiva
a. Pterygium
b. Symblepharon
3. Proptosis
2.4.3 Patogenesis Dry Eye Syndrome
Kelenjar air mata berfungsi untuk menghasilkan air mata yang berfungsi
untuk membasahi kornea dan konjungtiva, mempunyai daya bacterioside (anti
mikroba), dan secara mekanis membilas/ membersihkan permukaan bagian depan
mata. Adanya penyakit atau kelainan fungsi akan menyebabkan terjadinya sindroma
mata kering. Penurunan sekresi air mata dan fungsi mekanis akan merangsang
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
12/25
reaksi inflamasi pada permukaan mata dan beberapa penelitian menunjukkan
bahwa reaksi inflamasi ini memegang peranan penting dalam pathogenesis
terjadinya sindroma mata kering.
Populasi yang mempunyai resiko tinggi untuk terkena sindroma mata kering
antara lain:
1. Penyakit inflamasi (vaskuler, alergi, asma)
2. Penyakit autoimun (RA,S L E, colitis)
3. Pada wanita peri dan postmenopause dan pasien dengan HRT
4. Diabetes mellitus
5. Penyakit thyroid
6. Sindroma sjogrens
7. Transplantasi corneal
8. Riwayar keratitis atau scarring kornea
9. Operasi katarak (ekstra atau intrakapsuler dengan insisi luas)
10. L ASIK ( L aser in siti keratomileusis)
11. Pengobatan sistemik (diuretic, antihistamin, psychotropic,obat penurun
kolesterol)
12. Pemakaian lensa kontak
13. Kondisi lingkungan (allergen, asap rokok, angin, iklim panas, bahan kimia)
14. Defisiensi vitamin A
2.4.4 Gejala Klinis
Pasien dengan dry eye syndrome akan mengeluh mata gatal, mata seperti
berpasir, silau dapat penglihatan dapat kabur. Pada mata didapatkan sekresi mucus
yang berlebihan, sensai terbakar, merah, sakit dan kelopak mata sukar digerakkan.
Ciri yang khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniscus
air mata ditepian palpebra inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
13/25
normal dan mungkin menebal, edema dan hiperemik. Epitel kornea terlihat bertitik
halus pada fissure interpalpebra. Sel-sel epitel konjungtiva dan kornea yang rusak
terpulas dengan Bengal rose 1% dan defek pada epitel kornea terpulas dengan
fluorescensi. Pada tahap lanjut keratokonjungtivitis sicca tampak filament-filamen
(satu ujung setiap filament melekat pada epitel kornea dan ujung lainnya bergerak
bebas).
2.4.5 Diagnosis
Berdasarkan pada guideline AAO ( A merican A cademy of Opthalmology ) 2003
prefeerred practice pattern , tujuan dari diagnose, terapi dan managemen pasien
dengan dry eye syndrome adalah untuk menegakkan diagnosa dry eye syndrome ,
untuk membedakan dengan gejala iritasi dan mata merah laannya, mengetahui
penyebab dry eye syndrome , untuk memberikan terapi yang tepat, untuk
meringankan keluhan pasien, mencegah komplikasi termasuk penurunan visus,
infeksi dan kerusakan struktur jaringa, memberikan edukasi pada pasien dan
mebgikutsertakan pasien dalam managemen penyakitnya.
Untuk menegakkan diagnose dry eye syndrome tidaklah mudah karena adanya
inkonsistensi hubungan antara symptom dan clinical sign dan tes diagnostic yang
kurang sensitive dan spesifik. Oleh karena dry eye syndrome adalah kondisi yang
kronis maka observasi dan pemeriksaan berkala sangat diperlukan untuk
menegakkan diagnose dry eye syndrome dengan tepat.
Adapun klasifikasi diagnose untuk dry eye syndrome berdasarkan National Eye
Institute Workshop adalah sebagai berikut:
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
14/25
Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan teliti
memakai cara diagnostic berikut:
1 . Tes Schirmer
Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata.
Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip
Schirmer ke dalam cul-de-sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga
tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basal yang terpapar
diukur 5 menit setelah dimasukkan. Bila dilakukan tanpa anastesi, tes ini
digunakan untuk mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama. Bila panjang
bagian basal kurang dari 10mm maka dianggap abnormal. Tes Schirmer
yang dilakukan dengan anastesi topical (tetrakain 0,5%) digunakan untuk
mengukur fungsi kelenjar lakrimal tambahan (pensekresi basa). Bila panjang
Sindroma iritasi mata, instabilitas tear film, pen akit pada
Dry eye
Defisiensi produksi air mata
Evaporasi yang meningkat
Sjogrens Non- sjogren
Factor lainnya:Lensa kontak,
gerakan mengedip
eksposureBlefaritis ataukelainan fungsi
kelenjat meibom
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
15/25
bagian basal kurang dari 5mm dalam waktu 5 menit maka dianggap
abnormal. Hasil rendah kadang-kadang dijumpai pada orang normal dan tes
normal dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder terhadap
defisiensi musin.
2 . Tear Film Break-up Time
Pengukuran tear film break-up time berguna untuk memperkirakan
kandungan musin dalam cairan air mata. Kekurangan musin mungkin tidak
mempengaruhi tes Schirmer tapi dapat menyebabkan film air mata tidak
stabil sehingga lapisan ini cepat pecah. Bintik kering akan terbentuk
sehingga memaparkan epitel kornea dan konjungtiva. Proses ini akan
menyebabkan kerusakan sel-sel epitel yang dipulas dengan Bengal rose .
Sel epitel yang rusak akan lepas dari kornea dan meninggalkan daerah kecil
yang dapat dipulas bila permukaan kornea dibasahi fluorescein.
Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik
kertas berfluorescein pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien untuk
berkedip. Film air mata kemudian diperiksa dengan bantuan saringan cobalt
pada slitlamp. Waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam
lapis fluorescein kornea adalah tear film break-up time. Keadaan normal
waktunya tidak lebih dari 15 detik tetapi akan berkurang nyata dengan
anastesi local, memanipulasi mata atau dengan menahan palpebra agar
tetap terbuka. Waktu ini akan lebih pendek pada mata dengan defisiensi air
pada air mata dan selalu lebih pendek dari normalnya pada mata dengan
defisiensi musin.
3. Tes Ferning mata
Tes ini digunakan untuk meneliti mucus konjungtiva . Tes Ferning
mata dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca
obyek bersih. Arborisasi ( ferning ) mikroskopik terlihat pada mata normal.
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
16/25
Pada pasien konjungtivitis yang meninggalkan jaringan parut (pemphigoid
mata, sindrom steven Johnson , parut konjungtiva difus) arborisasi mucus
berkurang atau hilang.
4. Sitologi impresi
Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada
permukaan konjungtiva. Pada orang normal populasi sel goblet paling tinggi
di kuadran infra-nasal. Kelainan pada sel goblet dapat ditemukan pada
kasus keratokonjungtivitis sicca, trachoma, pemphigoid mata cicatrix,
sindrom steven Johnson dan avitaminosis A.
5. Pemulasan fluorescein
Tes ini bertujuan untuk mengetahui adanya kerusakan pada epitel
kornea. Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering berfluorescein
adalah indikator yang baik untuk menilai derajat basahnya mata dan
meniscus air mata mudah terlihat.
6. Pemulasan Bengal Rose
Tes ini bertujuan untuk melihat sel mata (sel epitel non-vital) pada
kornea dan konjungtiva. Rose Bengal mewarnai sel dan nucleus dan hanya
sel yang telah mati. Sel mati dengan pewarnaan rose Bengal akan
memberikan warna merah. Pewarnaan positif pada konjungtiva merupakan
hal yang selalu terjadi pada sindroma mata kering ( dry eye syndrome ). Pada
keratokonjungtivitis sicca akan terlihat segitiga berwarna merah dengan
dasar di limbus dan puncak pada kantus internus yang mengisi seluruh
celah kelopak.
7. Pengujian Kadar L izosim air mata
Cara yang paling umum untuk menguji kadar lisozim air mata adalah
dengan spektrofotometri. Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya
terjadi pada awal perjalanan sindrom sjogren dan pengujian ini berguna
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
17/25
untuk menegakkan diagnosa penyakit ini. Air mata ditampung dalam kertas
schirmer dan diuji kadarnya.
8. Osmolaritas air mata
Beberapa laporan menyebutkan bahwa hiperosmolalitas adalah tes
paling spesifik bagi keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat
ditemukan pada pasien dengan tes schirmer normal dan pemulasan Bengal
rose normal.
9. L actoferrin
L actoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan
hiposekresi kelenjar lakrimal.
2.3.6 Komplikasi
Pada tahap awal perjalanan dry eye syndrome , penglihatan akan sedikit
terganggu. Pada kasus yang lanjut dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea dan
perforasi. Kadang bisa juga terjadi infeksi bakteri sekunder yang dapat berakibat
parut dan neovaskularisasi pada kornea yang dapat menurunkan pengihatan
2.3.7 Terapi
Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun dan
pemulihan total sukar terjadi kecuali pada kasus ringan. Adapun pengobatan untuk
keratokonjungtivitis sicca ini terganting pada penyebabnya:
1. Pemberian air mata tiruan bila yang kurang adalah komponen air.
2. Pemberian lensa kontak apabila komponen mucus yang berkurang
3. Penutupan pungtum lacrima bila terjadi penguapan yang berlebihan.
Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada
punctum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu yang lebih lama
(silicon) untuk menahan secret air mata. Penutupan puncta dan kanalikuli
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
18/25
secara permanen dapat dilakukan dengan terapi thermal (panas), kauter
listrik atau dengan laser.
Pasien dengan mata kering oleh karena sembarang penyebab akan
mempunyai resiko lebih besar untuk terkena infeksi. Blepharitis menahun sering
terjadi dan harus diobati dengan memperhatikan hygiene dan memakai antibiotic
topical.
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
19/25
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 42 tahun
Alamat : Karang Ploso RT 26 RW 09 Malang
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan PT Sampoerna
Register : 10655445
Anamnesa (Autoanamnesa)
Keluhan Utama : Mata kiri merah
Anamnesa :
Pasien mengeluh mata kirinya merah sejak 3 minggu belakangan ini. Mata merah
terjadi tiba-tiba. Pasien juga mengeluh matanya perih, ngeres dan sering berair.
Sekarang mata kanannya juga merah.
Keluhan cekot-cekot (-), gatal (-), silau (-), sakit kepala (-), mual (-), muntah (-).
Riwayat trauma (-)
Riwayat terapi: Pasien belum pernah berobat atas gejala ini
Riwayat penyakit dahulu: Pada tahun 2007 pasien pernah mendapat operasi C L G
pada mata kanan. Riwayat Diabetes Mellitus (-), hipertensi (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU : cukup, compos mentis
T : 130/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
20/25
Madarosis (-) Supracilia Madarosis (-)
Trichiasis (-) Cilia Trichiasis (-)
Orthoforia PBM Orthoforia
GBM
5/15 kor 5/5 V isus 5/5f kor 5/5
Sp (-), ed (-) Palpebra Sp (-), ed (-) CI (-), PCI (-) Konjungtiva CI (-), PCI (-)
Jernih Kornea Jernih
dalam COA dalam
Warna coklat
Rad line (+)
iris shadow (-)
Iris Warna coklat
Rad line (+)
iris shadow (-)
Bulat
RP (+) diameter 3mm
Pupil Bulat
RP (+) diameter 3mm
jernih L ensa jernih
5/5,5 TIO 5/5,5
III MGD III
4mm Tear meniscus 4mm
2mm Schirmmer test 2mm
Working Diagnosis :
ODS Dry Eye
Planning Diagnosis :
-
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
21/25
Planning Terapi :
Eye Fresh ed 6x1 ODS
KIE masase
Planning Monitoring :
Keluhan subyektif
Tanda infeksi sekunder
Foto Pasien
.
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
22/25
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Ny. S / 42 tahun datang ke poliklinik Ilmu Kesehatan Mata RSSA
pada tanggal 9 Agustus 2010 dengan keluhan utama mata sebelah kiri merah.
Diagnosis dry eye syndrome ditentukan berdasarkan atas keluhan penderita,
pemeriksaan klinis dan beberapa pemeriksaan penunjang. Pasien dengan usia tua
(42 tahun) mempunyai kerentanan untuk menderita dry eye syndrome. Karena
dengan meningkatnya usia akan terjadi proses degenerasi pada seluruh organ-
organ tubuh, termasuk mata. Glandula lakrimalis yang membentuk lapisan akuos juga akan mengalami proses degenerasi sehingga mengakibatkan menurunnya
produksi air mata dimana lapisan akuos merupakan penyusun 90% dari lapisan air
mata. Towsend menyebutkan produksi air mata menurun mulai usia 40 tahun. 5 Dari
literatur lain juga disebutkan bahwa wanita menopause lebih sering menderita dry
eye syndrome, namun belum diketahui secara jelas bagaimana mekanisme
estrogen dapat mempengaruhi produksi air mata. 2
Pekerjaan pasien yang memerlukan daya konsentrasi tinggi dapat
mengakibatkan penggunaan mata yang berlebihan akibat kurangnya intensitas
mata untuk berkedip. Frekuensi berkedip orang normal berkisar antara 12-15
kali/menit. 3 Kurangnya intensitas berkedip dapat memicu peningkatan proses
penguapan dari lapisan air mata. L apisan air mata merupakan lapisan yang tidak
stabil dan selalu harus diperbarui. 2 Sedangkan proses berkedip sangat efisien
dalam menyebarkan air mata dari tear meniscus keseluruh permukaan bola mata,
selain itu juga membantu menciptakan lapisan lipid. 7
Pasien mengeluh mata sebelah kirinya merah secara tiba-tiba sejak 3
minggu lalu, disertai dengan rasa perih, ngeres dan sering berair. Dari literatur yang
ada, disebutkan bahwa dry eye syndrome biasanya bersifat kronis dengan keluhan
yang samar-samar dan biasanya agak sulit menemukan tanda-tanda klinisnya
terutama pada awal perjalanan penyakit. 6 Keluhan-keluhan tersebut secara umum
disebabkan oleh karena adanya abnormalitas dari lapisan air mata, yang pada
akhirnya menyebabkan peningkatan osmolaritas lapisan air mata. Keluhan mata
berair disebabkan oleh adanya reflek sekresi akibat adanya iritasi yang terus
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
23/25
menerus. Selain itu keluhan mata berair dapat juga disebabkan karena
berkurangnya removal mucus akibat aliran akuos yang berkurang. 2
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
dry eye syndrome. Pada pasien ini dilakukan Schirmer test yang menunjukkan hasil2 mm OD dan 2 mm OS. Dimana nilai normal schirmer test adalah >10-35 mm atau
rata-rata 20 mm, dan abnormal bila
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
24/25
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan suatu kasus mengenai ODS dry eye syndrome. Dari
anamnesis berupa keluhan mata merah, perih, dan berair. Yang kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan status oftalmologis dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan hasil yang mendukung suatu diagnosa dry eye syndrome.
Penatalaksanaan dry eye syndrome pada pasien ini adalah dengan memberikan
artificial tears guna menggantikan fungsi lapisan air mata sebagai pelembab atau
pembasah, dengan tujuan mencegah terjadinya kekeringan atau kematian sel.
-
8/8/2019 Kasus Panjang Print Mataaa Feza,Cory,Faizah
25/25
DAFTAR PUSTAKA