Download - kasus ujian
LAPORAN KASUS UJIAN
ODS KATARAK SENILIS IMATUR DENGAN MYOPIA TINGGI
Disusun oleh:
Arum Diannitasari
01.210.6093
PEMBIMBING
dr. Djoko Heru Santoso, Sp. M
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Teajah-Demak
Tanggal Pemeriksaan : 8 Agustus 2014
II. ANAMNESIS
Anamnesis secara : Autoanamnesis dan Alloanamnesis
Keluhan Utama :
Penglihatan kedua mata kabur
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poliklinik mata pada tanggal 8 Agustus 2014 dengan keluhan
penglihatan pada kedua mata kabur seperti tertutup kabut namun hanya sebagian.
Pandangan kabur tersebut tetap terjadi walaupun pasien sudah menggunakan
kacamatanya. Pandangan kabur terjadi sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu, dirasakan
pada kedua mata, terjadi perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat.
Keluhan pada mata kiri dirasakan pasien lebih berat dibandingkan dengan mata
kanannya. Pasien memiliki riwayat rabun jauh, dari kecil pasien telah menggunakan
kacamata. Pasien mengaku tidak ada riwayat kemasukan debu atau benda asing ke
dalam mata atau riwayat trauma pada mata yang sakit. Pasien tidak mengeluh
matanya kemeng, gatal, maupun mata lengket.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat Stroke (+) 2 tahun yang lalu
2
- Riwayat Hipertensi (+)
- Riwayat diabetes melitus (-)
- Menggunakan kacamata sejak usia ± 12 tahun. OD lensa sferis -14 OS lensa sferis
-13,5
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa.
- Riwayat keluarga memakai kacamata (+)
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat diabetes melitus (-)
Riwayat so s ial ekonomi :
Biaya pengobatan ditanggung BPJS. Kesan ekonomi cukup.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. VITAL SIGN
Tekanan darah : 170/110 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Suhu : 36,50C
Pernafasan : 20 x / menit
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : Cukup
3
B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar:
OD OS
Keterangan:
1. Lensa keruh sebagian
2. Arkus senilis
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
1/60 Visus 1/60
Tidak maju Uji Pinhole Tidak maju
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Bulbus okuli
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-), nyeri
tekan(-),
blefarospasme (-), lagoftalmus (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Palpebra
Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-),
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-)
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
Konjungtiva
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
Putih Sklera Putih
Bulat, edema (-),
keratik presipitat(-),
infiltrat (-), sikatriks (-)
Kornea
Bulat, edema (-),
keratik presipitat(-),
infiltrat(-), sikatriks (-)
4
12 2
1
Arkus senilis (+) Arkus senilis (+)
Jernih, cukup,
hipopion (-),
hifema (-),
Camera Oculi
Anterior
(COA)
Jernih, cukup,
hipopion (-),
hifema (-),
Kripta(N), warna coklat,(+),
edema(-), synekia (-)
Iris Kripta(N), warna coklat,(+),
edema(-), synekia (-),
bulat, diameter : ± 3mm, letak
sentral,
refleks pupil langsung (+),
refleks pupil tak langsung (+)
Pupil
bulat, diameter ± 3 mm,
letak sentral,
refleks pupil langsung (+), refleks
pupil tak langsung (+)
Keruh sebagian, Shadow test (+) Lensa Keruh sebagian, Shadow test (+)
Jernih Vitreus Jernih
Papil NII bulat, batas tegas,
ablatio (-),
eksudat (-), perdarahan (-),
Miopik kresen (+)
Fundus tigroid (+)
CDR 0,5
A : V = 2:3
Retina
Papil NII bulat, batas tegas,
ablatio (-),
eksudat (-), perdarahan (-),
Miopik kresen (+)
Fundus tigroid (+)
CDR 0,5
A : V = 2:3
(+)Proyeksi Sinar
(+)
(+) Persepsi Warna (+)
(+) suram Fundus Refleks (+) suram
Normal TIO digital Normal
Epifora (-), lakrimasi (-) Sistem
Lakrimasi
Epifora (-), lakrimasi (-)
5
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
OD OS
IV. RESUME
Subjektif:
Pasien datang ke poliklinik mata pada tanggal 8 Agustus 2014 dengan keluhan
penglihatan pada kedua mata kabur seperti tertutup kabut namun hanya sebagian.
Pandangan kabur tersebut tetap terjadi walaupun pasien sudah menggunakan
kacamatanya. Pandangan kabur terjadi sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu, dirasakan
pada kedua mata, terjadi perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat.
Keluhan pada mata kiri dirasakan pasien lebih berat dibandingkan dengan mata
kanannya. Pasien memiliki riwayat rabun jauh, dari kecil pasien telah menggunakan
kacamata.
Objektif:
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
1/60 Visus 1/60
Tidak maju Uji Pinhole Tidak maju
Keruh sebagian
Shadow test (+)
Lensa Keruh sebagian
Shadow test (+)
Arkus senilis (+) Kornea Arkus senilis (+)
(+) suram Fundus Refleks (+) suram
Miopik kresen (+)
Fundus tigroid (+) Retina
Miopik kresen (+)
Fundus tigroid (+)
6
CDR 0,5 CDR 0,5
V. DIAGNOSA BANDING
1. ODS Katarak Senilis Immatur dengan Myopia Tinggi
2. ODS Katarak Senilis Matur dengan Myopia Tinggi
3. ODS Retinopati Hipertensi
4. ODS Ablasio Retina
VI. DIAGNOSA KERJA
ODS Katarak Senilis Immatur dengan Myopia Tinggi
VII.DASAR DIAGNOSIS
- Pada anamnesis
Mata kiri kabur ± 2 bulan ini perlahan walaupun sudah menggunakan
kacamata
Riwayat rabun jauh
- Pada pemeriksaan
Visus OD 1/60 OS 1/60
Uji Pinhole tidak maju
Lensa ODS terlihat keruh sebagian
Shadow Test ODS ( + )
Fundus Reflex ODS ( + )
Miopik kresen, fundus tigroid, CDR 0,5
- Pemeriksaan Penunjang (USG)
Kekeruhan Lensa
Myopia Tinggi
VII. TERAPI
a. Non Bedah :
- Timol 0,25%, 1 dd gtt I ODS
- Catarlent ED 3 dd gtt I ODS
- Vitamin A 1dd I
7
b. Bedah :
- tindakan operatif ( EKEK + IOL )
VIII. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD) OKULI SINISTRA(OS)
Quo Ad Visam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo Ad Sanam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo Ad Kosmetikam : Ad bonam Ad bonam
Quo Ad Vitam : Ad bonam Ad bonam
IX. USUL DAN SARAN
Usul :
- Lakukan operasi EKEK + IOL
- Persiapan sistemik (TD, pemeriksaan laboratorium, EKG, foto thorax,
penyakit penyerta seperti infeksi/gigi berlubang dan penyakit saluran napas
seperti batuk)
- Persiapan lokal (menurunkan TIO, pemberian antibiotik profilaksis, anel tes,
irigasi mata)
Saran:
- Konsumsi obat secara teratur
- Segera rencanakan waktu untuk operasi
- Lindungi mata dari debu ataupun benda asing
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK
A. LENSA MATA
Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus
cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak dalam
bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral hingga membentuk
nukleus lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal, dan dewasa.
Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai
korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut kapsula
anterior, sedang yang dibelakangnya disebut kapsula posteior. Nukleus lensa memiliki
konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer
kapsul lensa terdapat zonula zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya
pada badan siliar
Secara fisiologik lensa memiliki sifat tertentu, yaitu :
Kenyal dan lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
Jernih dan transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
Terletak pada tempatnya
9
Proses Melihat:
Sinar masuk ke mata lalu menuju kornea dan dibiaskan lensa lalu menuju corpus
vitreum lalu ke macula kemudian menuju papil N.II lalu N.opticus kemudian ke
nucleus geniculatum lateral kemudian ke Chiasma Opticum dan akhirnya menuju ke
korteks cerebri area 18.
B. KATARAK
i. Definisi
Setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (
penambahan cairan ) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua nya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun
dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
ii. Etiologi
- Usia tua
- Kongenital
- Penyakit mata ( Glaukoma, Ablasi, Uveitis, Retinitis Pigmentosa )
- Obat ( Kortikosteroid, ergot, Antikolinesterase topical )
- Penyakit sistemik ( DM, galaktosemi, Distrofi miotonik )
iii. Patofisiologi
Patogenesis katarak belum sepenuhnya di mengerti. Walaupun
demikian pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat
protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya.
Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa
menjadi kuning atau coklat.Kemudian juga terdapat berbagai teori lainnya,
yaitu Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple (zonula) yg
10
memanjang dari badan silier kesekitar daerah lensa) membuat hilangnya
tranparansi lensa, Perubahan kimia dalam protein lensa membuat terjadinya
koagulasi sehingga mengabutkan pandangan, Pada usia lanjut terjadi
penurunan enzim sehingga membuat degenerasi pada lensa
iv. Klasifikasi
• Klasifikasi berdasar usia
– Katarak kongenital , katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1
tahun
– Katarak juvenil , katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
– Katarak senil , katarak setelah usia 50 tahun
1. Katarak Kongenital
Merupakan katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah bayi lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Untuk
mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan
riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trismester
pertama dan pemakaian obat-obat selama kehamilan. Bila katarak
disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi
akibat galaktosemia.
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan
terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Pemeriksaan leukokoria
dilakukan dengan melebarkan pupil. Pada katarak kongenital total
penyulit yang terjadi adalah makula lutea tidak cukup mendapat
rangsangan. Makula tidak akan berkembang sempuna walaupun
dilakukan ekstraksi katarak maka visusnya tidak akan mencapai 5/5.
Hal ini disebut ambilopia sensoris. Katarak kngenital dapat
menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi.
Operasi katarak kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak.
Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia
2 bulan atau lebih dini bila telah dapat dilakukan pembiusan.
2. Katark Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang
mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3
bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
11
kongenital. Katarak juvemil biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun metabolik
3. Katarak Senil
Patofisiologi
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum
diketahui secara pasti. Terdapat beberapa teori konsep penuaan
menurut Ilyas (2005) sebagai berikut:
Teori putaran biologik (“A biologic clock”).
Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali →
mati.
Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat
imunologik yang mengakibatkan kerusakan sel.
Teori mutasi spontan.
Teori ”A free radical”
o Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate
reaktif kuat.
o Free radicaldengan molekul normal mengakibatkan
degenerasi.
o Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan
Vit.E
Teori “A-cross-link”
o Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang
asam nukleat dan molekul protein sehingga menggagu
fungsi
o Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:
1. Kapsul
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopia
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel-makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah
besar dan berat)
12
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan
merubah protein nukelus lensa, sedang warna
coklat protein lensa nucleus mengandung histidin
dan triptofan disbanding normal
d. Korteks tidak berwarna karena
i. Kadar asam askrbat tinggi dan menghalangi
fotooksidasi
ii. Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat
muda
Stadium
Insipien Imatur Matur HipermaturKekeruhan Ringan Sebagian Seluruh MasifCairan Lensa Normal Bertambah Normal BerkurangIris Normal Terdorong Normal TremulansBilik mata depan Normal Dangkal Normal DalamSudut bilik mata Normal Sempit Normal TerbukaShadow test Negatif Positif Negatif PseudoposPenyulit - Glaukoma - Uveitis+glaukoma
1. Stadium insipien.
Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan
terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari
roda),terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih jernih.
Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan.
Ciri2 :
- Visus masih cukup baik
- Bertanbah kabur bila bertambah usia
- Fundus reflek masih positif
- Kekeruhan ditepi lensa.
2. Stadium intumesen:
13
Kekeruhan lensa disertai dengan pembengkakkan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa
menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal dibanding keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan
memberikan penyulit berupa glaukoma. Katarak intumessen biasanya terjadi
pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya akan bertambah, yang memeberikan miopisasi.
3. Stadium immatur.
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama terdapat
di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada
kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang
dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik
yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada
pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan
cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris
pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+)
Ciri2 :
- Visus bertambah kabur terutama sore menjelang malam
- Kekeruhan belum merata, bisa dinukleus atau di kapsul posterior
- Fundus reflek mulai suram
- Bisa terjadi komplikasi glaucoma
4. Stadium matur .
Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar
yangmelalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada
14
bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow
test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih
lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat
shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan
pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja.
Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur, dengankoreksi, visus tetap
buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi1/300 atau satu
per tak hingga, hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belumkeruh
seluruhnya. Keadaan ini disebut vera matur.
Ciri2 :
- Kekeruhan lensa merata
- Visus 1/300 – 1/∞
- Fundus reflek (-)
5. Stadium hipermatur.
Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga nukleus
lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada daerah yang
keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah,
dengan warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada
stadium ini juga terjadikerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeabel,
sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di
bawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.
Ciri2 :
• Kekeruhan lensa merata
• Daerah kortek mulai mencair
• Nukleus mengendap kebawah
• Bisa terjadi glaucoma
Pemeriksaan
1. Visus dasar dan visus koreksi terbaik
Pada katarak, visus dapat menurun yang tidak akan
diperbaiki dengan pemakaian kacamata.
2. Reflex pupil
15
Pada katarak matur, reflex pupil negative karena cahaya
sama sekali tidak dapat masuk ke dalam mata
3. Tekanan intra ocular
Memeriksa adanya komplikasi glaucoma pada penderita
katarak
4. Pemeriksaan fundus, fundus reflex
Memeriksa adanya kekeruhan pada media penglihatan
5. Uji Proyeksi sinar dan Persepsi Warna
Untuk memeriksa fungsi retina dan makula. Uji proyeksi
sinar untuk memeriksa fungsi perifer retina. Uji persepsi
warna dengan menggunakan warna hijau dan merah untuk
memeriksa fungsi retina bagian pusat. Uji ini bisa melihat
fungsi dari retina karena terdapat sel batang dan sel
kerucut.
Komplikasi
I. Lens induced glaucoma
Katarak dapat berubah menjadi glaukoma dalam 3
cara:
1. Phacomorphic glaucoma
Keadaan dimana lensa yang membengkak karena
absorbsi cairan.Sudut yang tertutup menghalangi
jalur trabekular dan TIO meningkat. Ini
merupakan jenis glaukoma sudut tertutup
sekunder.
2. Phacolytic glaucoma
Pada stadium hipermatur, protein lensa mencair
ke COA dan dimakan oleh makrofag. Makrofag
yang membengkak akan menyumbat jalur
trabekular dan mengakibatkan peninggian TIO.
Jenis ini merupakan glaukoma sudut terbuka
sekunder.
3. Phacotoxic Glaucoma
16
Lensa hipermatur dapat mengalami pencairan
dan dapat meningkatkan TIO karena menutup
pupil atau sudut bilik depan.
II. Lens Induced Uveitis
Protein lensa merupakan suatu antigen yang tidak
terekspos oleh mekanisme imunitas tubuh selama
perkembangannya. Saat terjadi pencairan ke bilik depan,
protein lensa akan dikenali sebagai benda asing dan
mengakibatkan terjadinya reaksi imun. Reaksi imun ini
akan mengakibatkan uveitis anterior yang ditandai
dengan adanya kongesti siliar, sel, dan fler pada humor
aqueous.
III. Subluksasi atau Dislokasi Lensa
Pada stadium hipermatur, zonula zinn pada lensa dapat
melemah dan rusak. Hal ini menyebabkan subluksasi
lensa, dimana sebagian zonula zinn tetap utuh dan
terdapat bagian sisa lensa, atau dislokasi, dimana seluruh
bagian zonula zinn telah rusak dan tidak ada sisa lensa.
Pengobatan
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan
dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian
rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila
katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma dan uveitis.
1.Ekstraksi katarak ekstra kapsular ( EKEK ) :
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana
dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek
kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa
dapat keluar melalui robekan tersebut.Penanaman lensa
intraokular merupakan bagian dari prosedur ini.Insisi dibuat
pada limbus atau kornea perifer, bagian superior atau temporal.
Dibuat sebuah saluran pada kapsul anterior, dan nukleus serta
17
korteks lensanya diangkat. Kemudian lensa intraokular
ditempatkan pada “kantung kapsular” yang sudah kosong,
disangga oleh kapsul posterior yang utuh. Penyulit yang dapat
timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi katarak
sekunder.
2.Ekstraksi katarak intra kapsukar ( EKIK ) :
Pembedahan dengan mengekuarkan seluruh lensa
bersama kapsul.Dapat dilakukan pada zonula zinn yang telah
rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada EKIK tidak
akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan
pembedahan yang sangat lama populer. EKIK tidak boleh
dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari
40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini adalah
astigmat, glaukoma, uveitis, endoftalmitis dan perdarahan.
3.Fakoemulsifikasi
Merupakan suatu teknik yang lebih canggih dibanding
jenis ECCE lainnya.Pasa teknik ini, nukleus lensa dipecah-
pecah (intraokular) dengan menggunakan frekuensi tinggi
(40.000 MHz) kemudian dihisap keluar dari mata melalui suatu
insisi yang dibuat sangat kecil (3.2 mm). Kemudian sejenis IOL
yang terlipat dimasukkan ke bilik mata posterior melalui insisi
yang sama.Keuntungan dari operasi ini adalah dapatdigunakan
pada pasien yang visusnya masih baik karena insisi yang dibuat
sangat kecil tidak menimbulkan perubahan kurvatura kornea
yang besar, penyembuhannya juga jauh lebih cepat dibanding
teknik ECCE yang lain.Maka bila fasilitas tersedia, teknik ini
merupakan suatu pilihan utama dari operasi katarak.
18
ICCE ECCE
Kapsula posterior dan Zonula
Zinn
Diangkat Utuh
Insisi Lebih besar (10 mm) Lebih kecil
Iridektomi perifer Dilakukan Tidak dilakukan
Waktu operasi Lebih lama Lebih cepat
Lokasi IOL Anterior chamber Posterior chamber
Keahlian Teknik lebih mudah Teknik lebih sulit
Biaya Lebih murah Lebih mahal
Komplikasi yang muncul Prolaps vitreus,
cystoid macular
edema,
endophtalmitis,
aphakic glaucoma
Katarak sekunder
Komplikasi yang dapat
dihilangkan
Katarak sekunder Komplikasi pada ICCE
Indikasi Dislokasi lensa,
subluksasi lensa,
Chronic lens induced
uveitis, Intra-lenticular
Dapat untuk semua jenis
katarak kecuali dengan
kontra indikasi
19
foreign bodies
Kontraindikasi Pasien muda (< 35
tahun) yang vitreus
dan lensa nya masih
memiliki penempelan
yang kuat
Dislokasi lensa, subluksasi
lensa
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, H.S. 2012.Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3.Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
2. Wiitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R,Vaughan &
Asbury’s General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill,2013
20