i
KATA PENGANTAR
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP), dan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014
tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan memberikan amanah
kepada BPKP untuk melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas
keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP dalam rangka
mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik dan bersih.
Kegiatan pengawasan BPKP dilakukan dalam rangka mendukung tugas-
tugas pemerintahan melalui penyediaan jasa pemberian jaminan (assurance) dan
konsultasi (consulting) kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang
berorientasi pada peningkatan akuntabilitas keuangan negara/daerah, pencapaian
program prioritas nasional dengan menekankan pada pencapaian efektivitas,
efisiensi, dan kehematan serta peningkatan tata kelola pemerintahan. Kegiatan
pengawasan intern meliputi kegiatan audit, evaluasi, reviu, bimbingan teknis, dan
asistensi kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Hasil
pengawasan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga
kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) serta memberikan keyakinan
yang memadai atas kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah dan
penyelenggaraan SPIP pada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
Laporan hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
Semester I Tahun 2016 berisi rangkuman informasi atas hasil pengawasan
sebagai media pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pengawasan intern
akuntabilitas keuangan negara/daerah terhadap satuan kerja
kementerian/lembaga (instansi vertikal) dan unit kerja di lingkungan pemerintah
daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Laporan disajikan dalam empat fokus pengawasan, yaitu pengawalan
pembangunan nasional, peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset
negara/daerah, dan perbaikan sistem tata kelola (governance system).
Akhir kata, semoga laporan hasil pengawasan ini dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi Gubernur dalam pengambilan keputusan
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Memenuhi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peraturan Presiden Nomor 192
Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan pengawasan
dalam rangka mengawal pembangunan nasional, mendorong peningkatan ruang
fiskal, pengamanan aset, dan perbaikan sistem tata kelola (governance system).
Ikhtisar hasil pengawasan dalam semester I tahun 2016 adalah sebagai berikut :
A. Pengawalan Pembangunan Nasional
Keberhasilan pembangunan nasional di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
antara lain ditandai dengan tingkat skor capaian kinerja program. Dalam
bidang kesehatan, skor capaian keberhasilan pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) tahun 2016 di Kabupaten Kulon Progo dan
Kabupaten Gunugkidul masing-masing sebesar 76,20 dan 63,12 atau dalam
kategori “cukup berhasil”. Dalam bidang infrastruktur, skor capaian
pelaksanaan program Peningkatan Penyediaan Sanitasi Air bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (PAMSIMAS) Tahun 2015 pada Kabupaten Bantul
sebesar 54,55 atau dalam kategori “kurang berhasil” dan pada Kabupaten
Kulon Progo sebesar 82,53% atau dalam kategori “cukup berhasil”.
Keberhasilan pembangunan bidang infrastruktur juga dapat dilihat dari tingkat
cakupan pelayanan air minum yang dapat dinikmati oleh masyarakat, baik
yang disediakan oleh PDAM maupun dengan sistem penyediaan air minum
lainnya. Secara keseluruhan, rata-rata cakupan layanan air minum di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan semester I tahun 2016 sebesar
34,01% dari jumlah penduduk. Sedangkan pelayanan yang dilakukan oleh
PDAM adalah sebesar 48,17% dari jumlah penduduk.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan pengawasan
terhadap prioritas pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur,
ketahanan pangan, dan pengentasan kemiskinan.
iv
Pengawasan bidang pendidikan berupa penugasan dari Kantor Staf Presiden
(KSP) telah dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap realisasi atas rencana
aksi program prioritas nasional periode sampai dengan bulan April 2016,
rencana aksi pemberian bantuan siswa miskin melalui KIP di Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan target “penerbitan dasar hukum penyaluran KIP,
pendataan calon penerima KIP dan penyusunan juknis KIP” belum terealisasi,
target “penyusunan juknis PIP” terealisasi 100%, target “penetapan lokasi
penerima PIP” tercapai 50%, dan target “penggunaan UN berbasis komputer
(UNBK) dan indeks integritas UN (IIUN)” terealisasi 100%.
Dalam bidang kesehatan, pengawasan dilakukan dengan audit kinerja
terhadap program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hasil audit menjumpai
permasalahan berupa penerimaan dana kapitasi di rekening FKTP terlambat,
bukti penyerahan berkas pengajuan klaim pelayanan non kapitasi dari
Puskesmas kepada BPJS Kesehatan tidak dibuat, serta hasil verifikasi validasi
peserta PBI JKN oleh Kemensos tidak akurat.
Dalam bidang pengentasan kemiskinan, dapat diketahui bahwa penyaluran
raskin kepada Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat (RTS-PM) di
Kabupaten Sleman terealisasi 100%, pendistribusian Kartu Kesejahteraan
Sosial terealisasi 94,68%, program Simpanan Keluarga Sejahtera bagi
penerima KKS terealisasi 94,68%, penyediaan akses broadband pada UPTD
BLK telah terpasang 100%, penyediaan subsidi beras untuk masyarakat
berpendapatan rendah telah terealisasi 100% dan penyaluran program
Keluarga Harapan (PKH) terealisasi 99,82%.
Pengawasan bidang infrastruktur dasar, diketahui bahwa pencapaian target
fasilitasi dan stimulasi peningkatan kualitas perumahan swadaya pada Kab
Gunungkidul terealisasi 95,82%, Kabupaten Kulon Progo terealisasi 99,43%,
dan Kab Bantul terealisasi 98,73%.
Pengawasan bidang ketahanan pangan, diketahui beberapa permasalahan
yaitu :
v
Pengembalian luasan lahan pada kegiatan bansos konstruksi jaringan
irigasi Kabupaten Kulon Progo karena tumpang tindih dengan kegiatan
Gerakan Peningkatan Penerapan Tanaman Terpadu (GPPTT)
Satu kelompok tani di Kabupaten Sleman belum melaksanakan pekerjaan
bangunan gudang dan lantai jemur pada kegiatan pengembangan seribu
desa mandiri benih
Kabupaten Sleman tidak mendapatkan target pengembangan System of
Rice Intensification (SRI) karena ketidaksanggupan dari Dinas Pertanian
Kabupaten Sleman
Alsintan berupa traktor roda 2 belum dapat didistribusikan ke kelompok tani
penerima karena terkendala peraturan
Atas permasalahan tersebut telah selesai ditindaklanjuti oleh pihak terkait.
B. Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal
Kegiatan pengawasan dalam rangka mendorong peningkatan ruang fiskal
menghasilkan potensi penghematan pengeluaran negara dari kegiatan audit
keuangan atas program/proyek berbantuan luar negeri (loan) sebesar
Rp74.809.852,00.
C. Pengamanan Aset Negara/Daerah
Pegawasan dalam rangka pengamanan aset negara/daerah dilakukan
bersama dengan Aparat Penegak Hukum (APH) yaitu Kepolisian dan
Kejaksaan melalui audit investigatif dan audit penghitungan kerugian
keuangan negara (PKKN). Dari hasil audit diperoleh potensi penyelamatan
keuangan negara sebesar Rp760.302.470,43 yang sebagian besar modus
pelanggaran tindak pidana korupsi (TPK).
Beberapa informasi dapat disampaikan sebagai berikut:
Audit investigatif atas dugaan TPK dalam Program Penataan Sarana
Usaha Pedagang Kaki Lima (PKL) TA 2015 Kabupaten Bantul yang
mengakibatkan terjadinya kerugian negara sebesar Rp43.710.000,00.
Kasus tersebut masih dalam proses penyidikan.
vi
Audit penghitungan kerugian keuangan negara atas empat kasus, dengan
nilai kerugian keuangan negara seluruhnya sebesar Rp716.592.470,43.
Kegiatan pemberian keterangan ahli pada instansi penyidik dan pengadilan
tipikor sebanyak 7 kasus dengan nilai Rp939.852.205,00.
D. Peningkatan Sistem Tata Kelola (Governance System)
1. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kinerja.
Hasil audit BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2015
di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, seluruh LKPD atau 100%
memperoleh opini WTP. Hal ini meningkat dibandingkan tahun 2014.
Peningkatan tersebut terjadi setelah LKPD Kabupaten Gunungkidul tahun
2015 memperoleh opini WTP untuk pertama kali.
Kegiatan pengawasan dalam rangka meningkatan kualitas pelaporan
keuangan dan kinerja di antaranya pendampingan dalam penyusunan
maupun riviu LKPD pada beberapa pemerintah daerah, asistensi
pengelolaan keuangan pemerintah daerah menggunakan aplikasi SIMDA,
pendampingan penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah
daerah, dan pendampingan pengelolaan keuangan desa menggunakan
aplikasi Siskudes.
Dalam penerapan akuntansi berbasis akrual, beberapa pemerintah daerah
mengalami kendala berupa pemahaman SKPD terhadap akuntansi
berbasis akrual yang belum sepenuhnya mampu mendukung peran
SKPKD sebagai konsolidator LKPD dan peraturan pelaksanaan yang
belum disesuaikan dengan peraturan terbaru yang lebih tinggi.
2. Penguatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
Hasil assessment/evaluasi atas leveling tata kelola APIP di wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta menunjukkan, dari enam APIP satu APIP berada
pada level 2 penuh dan lima APIP berada pada level 2 dengan catatan.
Pada umumnya APIP menghadapi kendala berupa terbatasnya jumlah dan
kualitas SDM yang memadai di bidang pengawasan, terbatasnya jumlah
vii
anggaran untuk melaksanakan kegiatan pengawasan dan peningkatan
kompetensi SDM, serta perencanaan, pelaksanaan, penyusunan laporan
dan pengendalian mutu kegiatan pengawasan belum dilaksanakan sesuai
standar/pedoman.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan kegiatan
pembinaan peningkatan kapabilitas APIP dengan menyelenggarakan diklat
dan workshop peningkatan kapabilitas APIP, menjadi narasumber pada
kegiatan pelatihan di lingkungan Inspektorat dan evaluasi tata kelolala
APIP.
3. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi.
Tata kelola pemerintahan yang baik tercermin dari kualitas
penyelenggaraan sistem pengendalian internal pemerintah yang dibangun.
Kualitas penyelenggaran SPIP pemerintah daerah diukur menggunakan
tingkat kematangan/maturitas penyelenggaraan SPIP.
Hasil penilaian maturitas SPIP menunjukkan bahwa capaian pada
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nilai 3,39 (terdefinisi),
Pemerintah Kota Yogyakarta dengan nilai 3,33 (terdefinisi), Pemerintah
Kabupaten Sleman dengan nilai 3,28 (terdefinisi), Pemerintah Kabupaten
Bantul dengan nilai 1,72 (rintisan), Pemerintah Kabupaten Kulon Progo
dengan nilai 2,16 (berkembang), dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
dengan nilai 1,44 (rintisan).
Kualitas tata kelola pemerintahan juga tercermin dari nilai Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Hasil penilaian SAKIP
pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 (data tahun
2015 belum kami peroleh) menunjukkan perolehan nilai “sangat baik”
dengan skor/nilai A. Pada Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul
memperoleh nilai “cukup” dengan skor/nilai CC, dan empat Pemerintah
Daerah lainnya memperoleh nilai “baik” dengan skor/nilai B.
viii
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan
kegiatan pembinaan dalam bentuk FGD penyusunan LKjIP tahun 2015 di
beberapa pemerintah daerah.
E. Rencana Tindak Perbaikan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara
Beberapa hal yang diharapkan menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah
sebagai berikut :
1. Mendorong percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
pada seluruh Pemerintah Daerah sampai tingkat SKPD dan unit kerja
instansi vertikal dengan meningkatkan pemahaman atas konsep SPIP
melalui alih pengetahuan, meningkatkan jumlah SDM penggerak SPIP,
membangun komitmen yang ditunjukkan dalam penetapan target maturitas
SPIP di RPJMD, roadmap penyelenggaraan SPIP, penganggaran dan
pemantauan untuk membangun dan mengimplementasikan SPIP
2. Memelihara kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan melakukan revisi/perbaikan peraturan
kepala daerah tentang SAPD dengan mengakomodir peraturan yang lebih
tinggi, menetapkan Standar Operating Procedure (SOP) yang diperlukan,
mendorong SKPD agar secara berkala melakukan rekonsiliasi asset tetap,
memperbanyak pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi para
pengelola keuangan dalam penatausahaan dan pelaporan keuangan
berbasis akrual, dan melakukan penyesuaian aplikasi pengolaan keuangan
yang digunakan dengan peraturan yang diberlakukan.
3. Mendorong peningkatkan kapabilitas Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
mengupayakan pemenuhan kebutuhan jumlah dan kualitas SDM,
kebutuhan anggaran kegiatan pengawasan dan peningkatan kompetensi
SDM, dan peningkatan peran serta fungsi Inspektorat dalam rangka
perbaikan tata kelola pemerintahan.
4. Mendorong peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa melalui
peningkatan kapasitas manajemen pemerintah desa, penggunaan aplikasi
dan pengawasan pengelolaan keuangan desa.
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
BAB I GAMBARAN UMUM PENGAWASAN
A. PERAN BPKP............................................................................................... 1
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGAWASAN BPKP ..................... 2
C. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGAWASAN ............................................. 3
D. DUKUNGAN SUMBER DAYA....................................................................... 3
BAB II URAIAN HASIL PENGAWASAN
A. PENGAWALAN AKUNTABILITAS PEMBANGUNAN NASIONAL................ 5
1. Program Prioritas Pendidikan................................................................... 6
2. Program Prioritas Kesehatan................................................................... 8
3. Program Pengentasan Kemiskinan.......................................................... 9
4. Program Prioritas Infrastruktur................................................................. 10
5. Program Prioritas Ketahanan Pangan...................................................... 12
B. MENDORONG PENINGKATAN RUANG FISKAL......................................... 13
C. PENGAMANAN ASET NEGARA/DAERAH................................................... 13
1. Audit Investigatif....................................................................................... 14
2. Bantuan Penghitungan Kerugian Keuangan Negara................................ 14
3. Pemberian Keterangan Ahli...................................................................... 15
D. PENINGKATAN SISTEM TATA KELOLA (GOVERNANCE SYSTEM).......... 16
1. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kinerja........................... 16
2. Penguatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah................ 20
3. Penguatan Tata Kelola Pemerintah dan Korporasi................................... 22
E. RENCANA TINDAK PERBAIKAN KUALITAS AKUNTABILITAS
KEUANGAN NEGARA.................................................................................. 27
1
GAMBARAN UMUM PENGAWASAN
A. Peran BPKP
Dalam rangka melaksanakan amanah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Peraturan
Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan
Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi
Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat dan
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) mengarahkan kebijakan dan strategi pengawasan BPKP dalam
mendukung terwujudnya sasaran pembangunan nasional, yaitu pembangunan
tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya.
Keberadaan Perwakilan BPKP di daerah dimaksudkan untuk memberikan
kontribusi nyata kepada Pemerintah Daerah dalam upaya mewujudkan visi dan
misinya melalui pelaksanaan kebijakan pengawasan dan pembinaan terhadap
satuan kerja K/L dan Pemerintah Daerah di wilayah tugasnya. Perwakilan BPKP
Daerah Istimewa Yogyakarta berperan melakukan pengawasan intern terhadap
akuntabilitas keuangan dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada satuan
kerja K/L dan satuan kerja Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta menuju terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan bersih
(Good and Clean Governance).
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan peran
pengawasan dan pembinaan pada :
1. Satuan Kerja pada Pemerintah Daerah
2. Satuan Kerja Kementerian/Lembaga
3. Perguruan Tinggi Negeri
4. BUMN/BUMD.
1
2
B. Arah Kebijakan dan Strategi Pengawasan BPKP
Arah kebijakan dan strategi pengawasan BPKP diarahkan untuk mendukung
terwujudnya sasaran pembangunan nasional, yaitu pembangunan tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya.
Sebagai unit kerja BPKP, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
melaksanakan kegiatan pengawasan dan pembinaan berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan oleh BPKP Pusat. Penetapan kebijakan pengawasan dan
pembinaan didasarkan pada ruang lingkup peran BPKP sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mencakup :
1. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan
tertentu yang meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan
kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain berdasarkan
penugasan dari Presiden.
2. Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis
penyelenggaraan SPIP, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan
dan konsultasi, serta peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan
intern pemerintah (APIP).
Selain itu, untuk dapat memberikan kontribusi pada penyelenggaraan tugas
Pemerintah, penyusunan kebijakan pengawasan dan pembinaan, BPKP juga
memperhatikan amanah yang diberikan kepada BPKP melalui berbagai
peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan.
3. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem
Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan
Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.
3
4. Instruksi Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 –
2025.
5. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan
Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara.
6. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2015.
Kebijakan dan strategi pengawasan BPKP diarahkan untuk mendukung
terwujudnya sasaran pembangunan nasional, yaitu pembangunan tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Kegiatan
pengawasan BPKP juga diarahkan untuk mencapai terwujudnya pengawasan
intern pemerintah, penguatan pengawasan terhadap kinerja pembangunan
nasional, kebijakan dalam penerapan pengawasan intern yang independen,
profesional dan sinergis, serta kebijakan penerapan sistem manajemen kinerja
pembangunan nasional yang efisien dan efektif.
C. Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
Pelaksanaan kegiatan dikelompokkan ke dalam empat fokus pengawasan, yaitu
Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional, Peningkatan
Kontribusi Ruang Fiskal, Pengamanan Aset Negara, dan Peningkatan
Governance System.
Kegiatan pengawasan dalam semester I tahun 2016 sebanyak 265 penugasan
pengawasan (PP) atau 106 % dari target tahun 2016 sebanyak 249 PP.
D. Dukungan Sumber Daya
Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta didukung oleh sumber daya manusia
sebanyak 176 orang, dengan jumlah pegawai dengan komposisi: jabatan
fungsional auditor (JFA) sebanyak 102 orang (58%), pegawai struktural
sebanyak 5 orang (3%), dan non JFA dan non struktural (termasuk THL 32
orang) sebanyak 69 orang (39%). Rincian pegawai BPKP berdasarkan jabatan
terlihat pada grafik berikut.
4
Grafik Komposisi Pegawai BPKP Berdasarkan Jabatan
Selain dukungan sumber daya manusia, dalam pelaksanaan tugas pengawasan
Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta juga didukung dengan dana yang cukup
memadai. Sampai dengan akhir semester I 2016 jumlah penyerapan dana
sebesar Rp1.366.797.769,00 atau 39,87% dari anggaran sebesar
Rp3.428.176.000,00. Rincian anggaran dan realisasi dana dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Anggaran Pengawasan
Tahun 2016
No Dimensi Pengawasan
Anggaran Realisasi s.d. smst I 2016
Jumlah % Jumlah % 1 Pengawalan
Pembangunan Nasional
1.362.936.000
39,76
476.787.719
34,98
2 Peningkatan Ruang Fiskal
218.178.000
6,36
32.926.791
15,09
3 Pengamanan Aset Negara
316.133.000
9,22
84.270.664
26,66
4 Perbaikan Governance
1.530.929.000
44,66
772.812.595
50,48
Jumlah 3.428.176.000
100 1.366.797.769
39,87
3%
58%
39%
Pegawai Struktural
Pegawai Auditor
Pegawai Non Struktural dan Non JFA
5
URAIAN HASIL PENGAWASAN
Dalam rangka meningkatkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan serta untuk lebih mengefektifkan fungsi pengawasan intern di lingkungan
pemerintah, BPKP sebagai auditor intern pemerintah telah melakukan kegiatan
pengawasan yang bersifat assurance dan consulting kepada para pemangku
kepentingan (stakeholders).
Hasil pengawasan disajikan dalam empat dimensi pengawasan, yaitu pengawalan
pembangunan nasional, peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset negara/daerah, dan
perbaikan sistem tata kelola (governance system).
A. Pengawalan Pembangunan Nasional
Kualitas pembangunan nasional dapat dilihat dari tingkat skor capaian kinerja
program berdasarkan hasil audit/evaluasi. Skor tahun 2015 berada pada range
predikat “kurang berhasil” sampai dengan “cukup berhasil”, sebagaimana terlihat
pada table 2.1.
Tabel 2.1
Capaian Kinerja Program Prioritas Pembangunan
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015
No Bidang Nama Program Lokasi Capaian
Kinerja
Predikat
1 Kesehatan Program Jaminan
Kesehatan Nasional
(JKN)
Kab Kulon Progo 76,20 Cukup
Berhasil
Kab Gunungkidul 63,12
2 Infrastruktur Program Peningkatan
Penyediaan Sanitasi
Air bagi Masyarakat
Berpenghasilan
Rendah (PAMSIMAS)
Tahun 2015
Kab. Bantul 54,55 Kurang
Berhasil
Kab Kulon Progo 82,53 Cukup
Berhasil
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengawasan terhadap
beberapa program pembangunan nasional dengan tujuan untuk mendukung
pencapaian program prioritas pemerintah melalui identifikasi permasalahan dan
2
6
kendala yang timbul serta memberikan saran perbaikan untuk tercapainya tujuan
program pembangunan nasional. Pengawasan didasarkan pada penilaian atas
efektivitas, efisiensi, dan keekonomisan (3E) pelaksanaan program/kegiatan melalui
audit kinerja dan audit keuangan.
Dalam semester I 2016, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah
melakukan pengawasan terhadap prioritas pembangunan bidang pendidikan,
kesehatan, infrastruktur, ketahanan pangan, dan pengentasan kemiskinan
sebagaimana tampak pada tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2
Rekapitulasi Kegiatan Pengawasan Pengawalan Pembangunan Nasional
Semester I 2016
No Prioritas
Pembangunan
Kegiatan
Pengawasan
Jumlah
Kegiatan
Lokasi Kegiatan
Pengawasan
1 Pendidikan Monev Program dan
Prioritas Nasional
6 Kab Sleman, UGM, UNY,
D.I.Yogyakarta
Verifikasi Tunggakan
TPG
1 Kab Gunungkidul
2 Kesehatan Audit Kinerja JKN 2 Kab Gunungkidul, Kulon
Progo
3 Infrastruktur Monev Program dan
Prioritas Nasional
1 Dinas PU DIY
Evaluasi atas
cakupan pelayanan
dan kinerja PDAM
1 5 Kabupaten/kota DIY
4 Ketahanan
Pangan
Monev Program
dan Prioritas
Nasional
4 Kab Kulon Progo, D.I
Yogyakarta
5 Pengentasan
Kemiskinan
Monev Program
dan Prioritas
Nasional
6 Kab Sleman, Bantul,
Kulon Progo,
Gunungkidul dan D.I
Yogyakarta
Jumlah 10
Masing-masing kegiatan pengawasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Program Prioritas Pendidikan
a. Verifikasi Tunggakan TPG PNS dan Non PNS pada Kemenag
7
Pemberian Tunjangan Profesi Guru diberikan sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia yang mengatur tentang Pedoman
Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru.
Kegiatan verifikasi atas Tunjangan Profesi Guru PNS dan Non PNS pada
Kementerian Agama dilaksanakan untuk :
1) Memastikan bahwa tunggakan tunjangan profesi guru telah diperhitungkan
sesuai dengan peraturan yang berlaku sebagai dasar pembayaran
tunjangan profesi guru;
2) Mengidentifikasi kendala/permasalahan yang terjadi dalam penyelesaian
tunggakan TP Guru.
Jumlah tunggakan TPG periode 2013 s.d 2015 per 31 Desember 2015 pada
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunungkidul setelah dikurangi
pembayaran pada Tahun 2016 sebesar Rp18.000.000,00 untuk satu guru Non
PNS. Dan tidak terdapat koreksi atas tunggakan TPG PNS dan Non PNS
tersebut.
b. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Proritas Nasional
Monitoring dan evaluasi program dan kegiatan prioritas nasional merupakan
penugasan dari Kantor Staf Presiden (KSP). Monitoring di bidang pendidikan
tahun 2016 dilakukan terhadap realisasi atas rencana aksi periode sampai
dengan bulan Desember Tahun 2015 dan periode sampai dengan bulan April
Tahun 2016 dengan rincian sebagai berikut :
No Lokasi Kegiatan Rencana aksi Target Realisasi
Periode s.d. Desember 2015
1 Dinas Pendidikan
Kab Sleman
Pemberian bantuan
siswa miskin melalui
KIP
65.018 siswa 65.018
siswa
2 Kantor Kemenag
Kab Sleman
Pemberian bantuan
siswa miskin melalui
KIP
1.688 siswa
madrasah
1.688 siswa
madrasah
650 santri
ponpes
340 santri
ponpes
3 UGM Penyaluran Biaya
Hidup
5.184 Mhs 5.184 Mhs
8
No Lokasi Kegiatan Rencana aksi Target Realisasi
Biaya
Penyelenggaraan
pendidikan
5.184 Mhs 4.784 Mhs
4 UNY Penyaluran Biaya
Hidup
4.927 Mhs 4.913 Mhs
Biaya
Penyelenggaraan
pendidikan
4.927 Mhs 4.919 Mhs
Periode s.d. April 2016
1 Dinas Pendidikan
DIY
Pemberian bantuan
siswa miskin melalui
KIP
Terbitnya
dasar hukum
penyaluran
melalui KIP,
pendataan
calon
penerima
KIP,
sosialisasi
KIP dan
tersusunnya
juknis KIP
Belum
terealisasi
Penggunaan UN
berbasis komputer
(UNBK) dan
mengeluarkan indeks
integritas UN (IIUN)
181 sekolah 181 sekolah
2 Kanwil Kemenag
DIY
Pemberian bantuan
siswa miskin melalui
KIP
Tersusunnya
Juknis PIP
100%
Penetapan
lokasi
penerima PIP
50%
2. Program Prioritas Kesehatan
Pengawasan dilakukan dengan melaksanakan audit kinerja Program Jaminan
Kesehatan Nasional. Tujuan audit kinerja JKN untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, memberikan rekomendasi
atas kelemahan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pelayanan
9
kesehatan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan keandalan
laporan kegiatan dari pelaksanaan program JKN.
Sasaran audit JKN adalah:
a. Menilai keberhasilan pelaksanaan Program JKN yang dijabarkan dalam tiga
indikator utama yaitu: Ketepatan Perencanaan, Kualitas Pelayanan Kesehatan,
dan Keandalan Pelaporan;
b. Mengindentifikasi hambatan pelaksanaan program di daerah;
c. Mengindentifikasi adanya kerugian negara yang diakibatkan oleh pelaksanaan
program yang tidak sesuai ketentuan.
Dari hasil audit program JKN, dijumpai permasalahan sebagai berikut :
a. Penerimaan dana kapitasi di rekening FKTP terlambat;
b. Bukti penyerahan berkas pengajuan klaim pelayanan non kapitasi dari
Puskesmas kepada BPJS Kesehatan tidak dibuat;
c. Hasil verifikasi validasi peserta PBI JKN oleh Kemensos tidak akurat.
3. Program Pengentasan Kemiskinan
Pengawasan atas program pengentasan kemiskinan dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Tersalurkannya raskin kepada 60.485 Rumah Tangga Sasaran-Penerima
Manfaat (RTS-PM) yang mencakup 86 desa dan 17 kecamatan di Kabupaten
Sleman dengan jumlah 12.701.850 kg dan sampai dengan B12 Tahun 2015
telah terealisasi 100%;
b. Target terdistribusinya Kartu Kesejahteraan Sosial sebanyak 60.861 RTS,
sedangkan sampai dengan B12 Tahun 2015 terealisasi sebesar 57.625 RTS
atau 94,68% dari target;
c. Program simpanan Keluarga Sejahtera bagi penerima KKS sebesar
Rp36.516.600.000,00 sampai dengan B12 Tahun 2015 terealisasi
Rp34.575.000.000,00 atau 94,68%;
d. Penyediaan akses broadband pada UPTD BLK Kab Kulon Progo, Bantul,
Gunungkidul dan Sleman telang terpasang 100%;
e. Untuk B04 Tahun 2016 penyediaan subsidi beras untuk masyarakat
berpendapatan rendah dengan jumlah sasaran 288.391 RTS telah terealisasi
100%. Sedangkan target pelaksanaan penyaluran program Keluarga Harapan
10
(PKH) terealisasi 28.150 RTSM atau 99,82% dari target sebesar 28.200
RTSM.
4. Program Prioritas Infrastruktur
Pengawasan program dan kegiatan prioritas nasional bidang infrastruktur
merupakan penugasan dari Kantor Staf Presiden (KSP) sampai dengan bulan
Desember Tahun 2015 berupa monitoring atas fasilitasi dan stimulasi peningkatan
kualitas perumahan swadaya.
Pencapaian target untuk fasilitasi dan stimulasi peningkatan kualitas perumahan
swadaya pada Kab Gunungkidul sebanyak 502 unit telah terealisasi sebanyak 481
unit atau 95,82% sedangkan pada Kab Kulon Progo sebanyak 880 unit terealisasi
sebanyak 875 unit atau 99,43%, dan Kab Bantul sebanyak 944 unit terealisasi 932
unit atau 98,73%
Pencapain target belum 100% karena antara lain :
a. Mengundurkan diri setelah SK penetapan penerima bantuan terbit;
b. Penerima bantuan telah selesai meningkatkan kualitas rumahnya pada saat
SK penerima bantuan terbit;
c. Adanya kesalahan administrasi pencatatan nama penerima bantuan;
d. Status hak milik tanah lokasi yang akan ditingkatkan kualitasnya merupakan
tanah kas desa dan bukan atas hak milik penerima bantuan.
Atas permasalahan tersebut telah direkomendasikan kepada Kepala Dinas PU
DIY agar memerintahkan Tim Teknis Kabupaten dan Koordinator Kabupaten serta
Fasilitator untuk memantau pencapaian target penyelesaian pembangunan rumah
sebanyak 33 unit.
Selain itu, terkait penyediaan infrastruktur pelayanan cakupan air minum, secara
keseluruhan, rata-rata cakupan layanan air minum oleh PDAM sampai dengan
semester I tahun 2016 sebesar 34,01% dari jumlah penduduk di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Sedangkan cakupan pelayanan teknis yang dilakukan oleh PDAM
adalah sebesar 48,17% dari jumlah penduduk dengan rincian sebagaimana dapat
dilihat padaTabel 2.3 di bawah ini:
11
Tabel 2.3
Rekapitulasi Cakupan Pelayanan dan Kuantitas Air per KK/bulan
s.d. Semester I Tahun 2016
No PDAM
CakupanPelayanan (%) Kuantitas air (m3/
pelanggan/ bln)
Kontinuitas air (jam/hari) Cakupan
Administratif Cakupan Teknis
1 Kota Yogyakarta 44,29 44,29 18,21 23,99
2 Kabupaten Sleman 15,14 15,54 15,22 24,00
3 Kabupaten Gunungkidul 48,14 61,60 15,33 19,56
4 Kabupaten Bantul 23,10 52,72 13,61 22,40
5 Kabupaten Kulon
Progo
39,40 66,72 13,89 23,37
Rata-Rata 34,01 48,17 15,25 22,66
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Sebagai salah satu badan usaha milik daerah yang berperan dalam
pembangunan infrastruktur air minum, PDAM telah menunjukkan kinerja yang baik
sebagaimana dapat dilihat dari hasil evaluasi kinerja oleh Perwakilan BPKP DIY
seperti terlihat pada Tabel 2.4 di bawah ini.
Tabel 2.4
Rekapitulasi Nilai Kinerja dan Tingkat Kesehatan PDAM
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2013 - 2015
No PDAM
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Nilai Kinerja
Tingkat kesehat-
an
Nilai Kinerja
Tingkat kesehat-
an
Nilai Kinerja
Tingkat kesehat-
an 1 Kota
Yogyakarta 60,12 3,145 60,12 3,145 63,22 3,350
2 Kabupaten Sleman
59,27 3,175 59,27 3,175 61,62 3,035
3 Kabupaten Gunungkidul
61,15 2,945 61,15 2,945 65,83 3,080
4 Kabupaten Bantul
60,24 2,990 60,24 2,990 62,74 3,240
5 Kabupaten Kulon Progo
64,75 3,480 64,75 3,480 63,80 3,380
Rata-rata 61,106 3,147 61,11 3,147 63,44 3,22 Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
12
5. Program Prioritas Ketahanan Pangan
Tujuan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan program akselerasi
swasembada pangan pada Dinas Pertanian DI Yogyakarta adalah untuk
memperoleh gambaran pelaksanaan program akselerasi swasembada pangan
Tahun 2015 sebagai dukungan atas pelaksanaan program akselerasi
swasembada pangan nasional.
Adapun sasaran kegiata program akselerasi swasembada pangan yaitu :
a. Pengadaan alat dan mesin pertanian;
b. Pembangunan/rehabilitasi rice milling unit (RMU);
c. Pengadaan benih;
d. Pengadaan pupuk;
e. Pembangunan/rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (JIT);
f. Pengembangan optimasi lahan.
Permasalahan terkait dengan monev program akselerasi swasembada pangan
antara lain:
a. Untuk kegiatan bansos konstruksi jaringan irigasi, pada Kabupaten Kulon
Progo terdapat pengembalian luasan lahan sebesar 243 ha karena tumpang
tindih dengan kegiatan pelaksanaan Gerakan Peningkatan Penerapan
Tanaman Terpadu (GPPTT);
b. Untuk pengembangan seribu desa mandiri benih, pada kelompok tani Setyo
Manunggal Kabupaten Sleman belum melaksanakan pekerjaan bangunan
gudang dan lantai jemur karena adanya pemindahan lokasi lahan dari
sebelumnya merupakan lahan milik pribadi anggota kelompok beralih ke lokasi
yang merupakan kas desa;
c. Kabupaten Sleman tidak mendapatkan target pengembangan System of Rice
Intensification (SRI) karena ketidaksanggupan dari Dinas Pertanian Kabupaten
Sleman, mengingat metode pelaksanaan yang berbeda dengan kebiasaan
masyarakat di daerah tersebut (menggunakan metode Tajarwo);
d. Terdapat Alsintan berupa traktor roda 2 belum dapat didistribusi ke kelompok
tani penerima (CPCL) karena terkendala dengan UU Nomor 23 tentang
Pemerintah Daerah, khususnya terkait penyaluran dana bansos yang berasal
13
dari APBD tentang Pemerintah Daerah, khususnya terkait penyaluran dana
bansos yang berasal dari APBD.
Seluruh permasalahan tersebut, telah selesai ditindaklanjuti.
B. Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal
Pemerintah perlu memiliki ruang fiskal yang cukup untuk membiayai program-
program pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Selaku
auditor intern pemerintah, BPKP berkomitmen untuk mendorong peningkatan ruang
fiskal dalam anggaran pemerintah. Peningkatan ruang fiskal bisa dilakukan melalui
dua sisi sekaligus yaitu dengan meningkatkan penerimaan negara/daerah dan
melakukan efisiensi pengeluaran negara/daerah.
Kegiatan pengawasan BPKP dalam rangka peningkatan ruang fiskal bertujuan untuk
meningkatkan penerimaan negara dan menjaga pengeluaran keuangan negara
dalam batas kewajaran dan dilakukan secara efisien. Dalam semester I 2016
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengawasan dalam
rangka peningkatan ruang fiskal melalui kegiatan audit keuangan.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan audit keuangan
atas program/proyek berbantuan luar negeri (loan) sebanyak 9 kegiatan/proyek.
Pelaksanaan audit keuangan mencakup audit terhadap kewajaran penyajian laporan
keuangan program, penilaian terhadap efektivitas internal control, kinerja program,
serta ketaatan terhadap ketentuan program. Kegiatan audit menghasilkan potensi
penghematan pengeluaran negara sebesar Rp74.809.852,00.
C. Pengamanan Aset Negara/Daerah
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta berperan aktif dalam upaya
pengamanan aset melalui kegiatan keinvestigasian, pendampingan pencegahan
fraud pada proses pengadaan barang dan jasa, dan koordinasi dengan aparat
penegak hukum (APH), serta pembinaan pengelolaan aset.
Pengawasan atas pengamanan aset negara dilakukan bersama dengan Aparat
Penegak Hukum (APH) yaitu Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK dan Non APH dengan
tujuan memberikan kontribusi dalam upaya penyelamatan keuangan negara melalui
14
audit investigatif dan audit penghitungan kerugian keuangan negara (PKKN). Dari
hasil audit diperoleh potensi penyelamatan keuangan negara sebesar
Rp760.302.470,43 yang sebagian besar modus pelanggaran tindak pidana korupsi
(TPK) terjadi pada kegiatan pengelolaan sewa aset dan kegiatan penggunaan dana
padat karya serta penggunaan dana hibah daerah.
Penyelamatan aset negara/daerah dilakukan melalui penerapan strategi represif atas
permintaan penyidik, meliputi audit investigatif atas kasus/penyimpangan yang
berindikasi tindak pidana korupsi, bantuan penghitungan kerugian keuangan negara,
dan pemberian keterangan ahli di persidangan sebagaimana disajikan pada Tabel 2.6
berikut.
Tabel 2.6
Kegiatan Penerapan Strategi Represif terhadap KKN
Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Semester I 2016
No Kegiatan Pemda/
BUMD
Satker
K/L
Nilai kerugian
(Rp)
1. Audit Investigatif 1 - 43.710.000
2. Bantuan Perhitungan Kerugian
Keuangan Negara
3 1 716.592.473
3. Pemberian Keterangan Ahli 4 3 939.853.205
Jumlah 8 4 1.700.154.678
Masing-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Audit Investigatif
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan audit investigatif atas
dugaan TPK dalam Program Penataan Sarana Usaha Pedagang Kaki Lima (PKL)
TA 2015 pada Kabupaten Bantul yang mengakibatkan terjadinya kerugian negara
sebesar Rp43.710.000,00. Kasus tersebut masih dalam proses penyidikan.
2. Bantuan Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan audit dalam rangka
penghitungan kerugian keuangan negara atas 4 (empat) kasus untuk menyatakan
15
pendapat mengenai nilai kerugian Negara yang timbul dari kasus penyimpangan
guna mendukung tindakan ligitasi atas permintaan APH.
Tabel 2.7
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
No. Instansi Jumlah
kasus
Nilai kerugian (Rp)
1. Provinsi 1 53.200.000,00
2. Kabupaten/Kota 2 203.157.770,43
3. K/L 1 460.234.700,00
Jumlah 4 716.592.470,43
Hasil audit dalam rangka PKKN atas dugaan TPK tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
a. Penyimpangan pengelolaan sewa aset milik ST MMTC Yogyakarta tahun 2007-
2010 yang menimbulkan kerugian negara sebesar Rp460.234.700,00.
b. Penyelewengan dana hibah Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
Anggaran 2013 oleh ketua kelompok ternak sapi Subur Makmur Dusun Kepek I,
Desa Kepek, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul yang
menimbulkan kerugian negara sebesar Rp53.200.000,00.
c. Penyimpangan dana padat karya infrastruktur Desa Banjarejo, Kecamatan
Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2015 yang menimbulkan
kerugian negara sebesar Rp126.754.141,00.
d. Penyimpangan pembangunan barak pengungsian/shelter Tirtomartani,
Kalasan, Sleman Tahun Anggaran 2012 yang menimbulkan kerugian negara
sebesar Rp76.403.629,43.
3. Pemberian Keterangan Ahli
Dalam semester I 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan
kegiatan pemberian keterangan ahli pada instansi penyidik kepolisan dan
kejaksaan serta Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Yogyakarta sebanyak 7 (tujuh)
kali dengan rincian sebagaimana tampak pada Tabel 2.8 berikut:
16
Tabel 2.8
Pemberian Keterangan Ahli
No. Pengadilan/ Penyidik Jumlah
Kasus
Nilai Kerugian
(Rp)
1. Pengadilan Tipikor Yogyakarta 3 250.889.975,00
2. Penyidik Polda Yogyakarta 2 511.165.000,00
3. Penyidik Polres Kota Yogyakarta 1 142.576.400,00
4. Penyidik Polres Bantul 1 35.224.830,00
Jumlah 7 939.852.205,00
D. Peningkatan Sistem Tata Kelola (Governance System)
Peningkatan sistem tata kelola pemerintah baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah serta BUMN/BUMD dilakukan dalam rangka membantu
memperbaiki tata kelola organisasi, pengelolaan risiko, dan sistem pengendalian
intern pemerintah.
1. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kinerja
a. Perbaikan Opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Hasil audit BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2015 di
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, seluruh LKPD atau 100% memperoleh
opini WTP. Hal ini meningkat dibandingkan tahun 2014. Peningkatan tersebut
terjadi setelah LKPD Kabupaten Gunungkidul tahun 2015 memperoleh opini
WTP untuk pertama kali. Perkembangan opini BPK atas LKPD Tahun 2013-
2015 dapat dilihat pada Tabel 2.9 di bawah ini.
Tabel 2.9
Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2013 – 2015
No Pemerintah Kabupaten/Kota Opini LKPD
2013 2014 2015
1. Daerah Istimewa Yogyakarta WTP WTP WTP
2. Kota Yogyakarta WTP WTP WTP
3. Kabupaten Bantul WTP WTP WTP
4. Kabupaten Sleman WTP WTP WTP
17
No Pemerintah Kabupaten/Kota Opini LKPD
2013 2014 2015
5. Kabupaten Kulon Progo WTP WTP WTP
6. Kabupaten Gunungkidul WDP WDP WTP
Sumber : Website BPK RI
Untuk mempertahankan opini WTP, perlu melakukan langkah langkah sebagai
berikut:
1) Melakukan revisi/perbaikan peraturan kepala daerah tentang SAPD
dengan mengakomodir PSAP nomor 13 tentang Akuntansi hibah dan
bulletin teknis SAP 14 tentang Akuntansi Kas.
2) Menetapkan SOP pelaksanaan kegiatan penghapusan asset tetap
sebagian dan SOP atribusi biaya perolehan asset tetap.
3) Mendorong SKPD secara berkala melakukan rekonsiliasi asset tetap
antara bendahara pengeluaran dengan penyimpan barang persediaan.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan beberapa
kegiatan dalam rangka meningkatan kualitas pelaporan keuangan dan kinerja
yaitu :
1) Pendampingan penyusunan LKPD Tahun 2015 pada Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo dan Pemerintah Kabupaten Bantul.
2) Narasumber pada berbagai diklat Peningkatan Tata Kelola Keuangan
Daerah.
3) Narasumber reviu atas LKPD pada Pemerintah Kota Yogyakarta,
Pemerintah Kabupaten Sleman, dan Pemerintah Kabupaten Bantul.
b. Asistensi Pengelolaan Keuangan dengan aplikasi SIMDA pada Pemda
Aplikasi SIMDA digunakan untuk mengelola keuangan Pemda secara
komprehensif pada sistem keuangan dan aset daerah. Kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka pengelolaan keuangan dengan menggunakan
aplikasi SIMDA adalah sebagai berikut :
1) Pendampingan implementasi SIMDA BMD pada Pemerintah Kabupaten
Bantul.
18
2) Pendampingan trouble shooting aplikasi SIMDA keuangan pada
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo.
3) Narasumber bimtek pemetaan rekening dengan aplikasi SIMDA keuangan
berbasis akrual bagi seluruh pengguna aplikasi.
c. Evaluasi Penyerapan APBD tahun 2015
Hasil evaluasi atas penyerapan APBD tahun 2015 pada Pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Bantul dan Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo dalah sebagi berikut :
No Nama Pemda
Prosentase Penyerapan Anggaran (%)
Total Belanja
Barang
Belanja
Modal
Belanja
Hibah
Belanja
Bantuan
Sosial
1. Pemerintah D I
Yogyakarta
90,54 87,73 85,68 96,47 77,44
2. Pemkab Bantul 88,71 86,14 95,52 97,92 94,90
3. Pemkab Kulon Progo 91,93 90,96 95,08 87,17 84,39
Selain efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan, penyebab rendahnya
penyerapan anggaran belanja terjadi pada tatanan kebijakan, sistem, dan
teknis, sebagai berikut:
1) Kesalahan dalam penggunaan nomenklatur nama program/keguatan.
2) Target volume pekerjaan yang direncanakan dalam pagu DPA lebih besar
daripada yang dibutuhkan.
3) Pedoman/juknis/juklak pengelolaan dana bantuan dari pusat (APBN)
terlambat diterima.
4) Adanya tender ulang untuk suatu kegiatan.
5) Terjadi force majeur yang menghambat penyelesaian pekerjaan.
6) Adanya moratorium penyaluran dana hibah dan bantuan sosial.
7) Kelemahan perencanaan lainnya seperti beberapa tujuan transmigrasi yang
dibatalkan karena daerah tujuan belum siap.
19
d. Pendampingan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual
Dalam pendampingan penerapan akuntansi berbasis akrual pada Pemda
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, dijumpai
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Pemahaman SKPD terhadap akuntansi berbasis akrual yang belum
sepenuhnya mampu mendukung peran SKPKD sebagai konsolidator
LKPD.
2) Peraturan pelaksanaan yang belum disesuaikan dengan peraturan yang
lebih tinggi yang mendasari seperti PSAP dan bulletin teknis KSAP.
Agar implementasi akuntansi berbasis akrual pada pemerintah daerah dapat
terlaksana dengan baik, kami telah merekomendasikan agar dilakukan hal-hal
sebagai berikut.
1) Melakukan pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi para pengelola
keuangan dalam penatausahaan dan pelaporan keuangan berbasis akrual.
2) Melakukan revisi/perbaikan peraturan kepala daerah tentang SAPD dengan
mengakomodir peraturan yang lebih tinggi.
3) Melakukan penyesuaian aplikasi pengolaan keuangan yang digunakan
dengan peraturan yang diberlakukan.
e. Pendampingan Pengelolaan Keuangan Desa
BPKP berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri telah
mengembangkan aplikasi SIMDA Desa bagi pengelolaan keuangan desa, dan
melakukan bimbingan dan konsultasi kepada aparat di Kabupatendan Desa
(piloting) di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam semester I tahun 2016 dilakukan kerjasama antara Pemerintah DIY
dan Perwakilan BPKP DIY dalam pengawalan pengelolaan keuangan desa
dengan Siskeudes bagi aparat kecamatan di empat kabupaten.
BPKP DIY juga melaksanakan Diklat Siskeudes bagi Pemda di wilayah kerja
Perwakilan DIY dibiayai program STAR Bank Dunia yang diikuti oleh Bagian
20
Pemerintah Desa, Bagian Tata Pemerintahan, DPPKAD, Inspektorat,
Bapermasdes, Bappeda dan Bagian Hukum.
2. Penguatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang mampu berperan secara
efektif akan mendorong terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih. Agar
berperan efektif, APIP sekurang-kurangnya harus mampu:
a. memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan
efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi
pemerintah
b. memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah
c. memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan
fungsi instansi pemerintah.
APIP memiliki kemampuan berbeda-beda sesuai dengan kapabilitas masing-
masing yang diukur menggunakan pendekatan Internal Audit Capability Model
(IACM). Pendekatan tersebut mengelompokkan kapabilitas APIP dalam lima level
yaitu level 1 (initial), level 2 (infrastructure), level 3 (integrated), level 4 (managed),
dan level 5 (optimazing) berdasarkan tingkat pemenuhan masing-masing APIP
terhadap seluruh parameter yang menunjukkan kemampuan dalam melaksanakan
peran dan layanan, mengelola sumber daya manusia yang dimiliki, melaksanakan
praktik pengawasan secara profesional, merencanakan dan melaporkan kinerja
secara akuntabel, mengembangkan budaya dan hubungan kerja yang harmonis
baik internal maupun eksternal organisasi, serta menjaga struktur tata kelola
organisasi.
Hasil assessment/evaluasi atas leveling tata kelola APIP di wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta sampai dengan semester I 2016 menunjukkan, dari enam
APIP satu APIP berada pada level 2 penuh dan lima APIP berada pada level 2
dengan catatan perbaikan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.10 di bawah.
21
Tabel 2.10 Hasil Assessment/Evaluasi Leveling APIP di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
s.d. Semester I 2016
No Inspektorat Leveling APIP Tahun
Assessment
1. Inspektorat Daerah Istimewa
Yogyakarta
2 (infrastructure)
dengan catatan
2015
2. Inspektorat Kota Yogyakarta Level 2 (infrastructure)
dengan catatan
2015
3. Inspektorat Kabupaten Bantul Level 2 (infrastructure) penuh 2015
4. Inspektorat Kabupaten Sleman Level 2 (infrastructure)
dengan catatan
2014
5. Inspektorat Kabupaten Kulon
Progo
Level 2 (infrastructure)
dengan catatan
2015
6. Inspektorat Kabupaten
Gunungkidul
Level 2 (infrastructure)
dengan catatan
2016
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Secara umum, permasalahan yang dihadapi Inspektorat yang berada pada level 2
dengan catatan perbaikan adalah :
a. Kebutuhan jumlah dan kualitas SDM Inspektorat belum sepenuhnya dapat
terpenuhi
b. Kebutuhan jumlah anggaran untuk kegiatan pengawasan dan kegiatan
peningkatan kompetensi SDM Inspektorat belum sepenuhnya dapat terpenuhi
c. Perencanaan kegiatan pengawasan tahunan (PKPT) belum disusun secara
memadai
d. Perencanaan, pelaksanaan, penyusunan laporan dan pengendalian mutu
kegiatan pengawasan belum dilaksanakan secara memadai
e. Pelaksanaan kegiatan pengawasan belum sepenuhnya sesuai dengan
pedoman/standar yang berlaku
f. Inspektorat belum memiliki dan melaksanakan program peningkatan
penjaminan kualitas kegiatan pengawasan
Dalam rangka mendorong peningkatan kapabilitas APIP, Perwakilan BPKP
Daerah Istimewa Yogyakarta dalam semester I 2016 telah melaksanakan kegiatan
berupa:
22
a. Narasumber workshop audit kinerja pada Inspektorat Kabupaten Sleman
b. Narasumber rapat peningkatan kapabilitas APIP pada Inspektorat Daerah
Istimewa Yogyakarta
c. Narasumber kegiatan pembuatan aplikasi PKPT berbasis risiko pada
Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta
d. Menyelenggarakan Diklat Peningkatan Kapabilitas APIP bagi Pimpinan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah di wilayah kerja Perwakilan BPKP Daerah
Istimewa Yogyakarta
e. Menyelenggarakan workshop penilaian mandiri peningkatan kapabilitas APIP di
wilayah kerja Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
f. Evaluasi/validasi tata kelola APIP pada Inspektorat Kabupaten Gunungkidul
dan Kabupaten Sleman.
3. Penguatan Tata Kelola Pemerintah dan Korporasi
a. Peningkatan Kematangan/maturitas Penyelenggaraan SPIP
Kualitas penyelenggaran SPIP pemerintah daerah diukur menggunakan tingkat
kematangan penyelenggaraan SPIP yang penilaiannya berdasarkan
keberadaan sistem pengendalian intern yang telah dibangun oleh instansi
pemerintah, dengan simpulan enam tingkat maturitas yaitu :
1) Tingkat 1 (belum ada), artinya K/L/Pemda sama sekali belum memiliki
kebijakan dan prosedur yang diperlukan untuk melaksanakan praktek-
praktek pengendalian intern.
2) Tingkat 2 (rintisan), artinya telah ada praktik pengendalian intern, namun
pendekatan risiko dan pengendalian yang diperlukan masih bersifat ad-hoc
dan tidak terorganisasi dengan baik, tanpa komunikasi dan pemantauan
sehingga kelemahan tidak diidentifikasi.
3) Tingkat 3 (berkembang), artinya K/L/Pemda telah melaksanakan praktik
pengendalian intern, namun tidak terdokumentasi dengan baik dan
pelaksanaannya sangat tergantung pada individu dan belum melibatkan
semua unit organisasi. Efektivitas pengendalian belum dievaluasi sehingga
banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani secara memadai.
23
4) Tingkat 4 (terdefinisi), artinya K/L/Pemda telah melaksanakan praktik
pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun evaluasi
atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai.
5) Tingkat 5 (terkelola dan terukur), artinya K/L/P telah menerapkan
pengendalian internal yang efektif, masing-masing personel pelaksana
kegiatan yang selalu mengendalikan kegiatan pada pencapaian tujuan
kegiatan itu sendiri maupun tujuan K/L/Pemda. Evaluasi formal dan
terdokumentasi.
6) Tingkat 6 (optimum), artinya K/L/Pemda telah menerapkan pengendalian
intern yang berkelanjutan, terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan yang
didukung oleh pemantauan otomatis menggunakan aplikasi komputer.
Dalam rangka pembinaan SPIP, BPKP telah melakukan kegiatan
pendampingan penerapan SPIP selama Semester I tahun 2016 dengan rincian
sebagaimana terlihat di table 2.11
Tabel 2.11
Kegiatan Pembinaan SPIP
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2016
No. Pemda Level
Maturitas
Jenis Pendampingan
Bimtek Diklat Sosialisasi
1. Daerah Istimewa
Yogyakarta
3,39 1 - -
2. Kota Yogyakarta 3,33 1 - 1
3. Kabupaten Bantul 1,72 - - -
4. Kabupaten Sleman 3,28 1 - -
5. Kabupaten Kulon
Progo
2,16 - - 1
6. Kabupaten
Gunungkidul
1,44 - - 1
24
Secara umum langkah yang perlu dilakukan dalam rangka peningkatan
efektifitas penyelenggaraan SPIP di lingkungan pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta ke depan adalah:
1) Meningkatkan pemahaman atas konsep SPIP melalui alih pengetahuan
2) Meningkatkan jumlah SDM penggerak SPIP
3) Membangun komitmen yang ditunjukkan dalam penetapan target maturitas
SPIP di RPJMD, roadmap penyelenggaraan SPIP, penganggaran dan
pemantauan untuk membangun dan mengimplementasikan SPIP.
b. Perbaikan Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP)
Hasil penilaian oleh Kementerian PAN & RB terhadap SAKIP Pemerintah
Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 menunjukkan
peningkatan cukup signifikan dibandingkan tahun 2013 sebagaimana tampak
pada tabel 2.12.
Tabel 2.12
Perkembangan Skor Hasil Evaluasi SAKIP Pemerintah Daerah
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2013 – 2014
No Pemerintah Daerah 2013 2014
1. Daerah Istimewa Yogyakarta B A
2. Kota Yogyakarta CC B
3. Kab. Bantul B B
4. Kab. Sleman C B
5. Kab. Kulon Progo C B
6. Kab. Gunungkidul CC CC Sumber : - Bagian Organisasi masing-masing Pemda
- Data Tahun 2015 belum tersedia
Dalam rangka perbaikan SAKIP Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
telah melaksanakan kegiatan pembinaan dalam bentuk FGD dalam
penyusunan LKjIP Tahun 2015 di Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Sleman
dan Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta.
c. Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan dan Kapasitas SDM BLUD
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) merupakan bentuk pola pengelolaan
keuangan pada SKPD dan unit pelayanan teknis pada Pemerintah Daerah yang
25
memberikan fleksibilitas kepada BLUD untuk mengelola keuangannya berbeda
dari tatakelola keuangan yang berlaku umum pada pemerintahan agar dapat
lebih meningkatkan pelayanan.
Guna mendorong keberhasilan dalam penerapan pola pengelolaan keuangan
BLUD, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah memberikan
bimbingan teknis peningkatan kualitas pelaporan keuangan BLUD dan
peningkatan kapasitas SDM pengelola keuangan BLUD. Untuk membantu
meningkatkan kualitas laporan keuangan BLUD, selain melakukan reviu atas
laporan keuangan BLUD, BPKP juga telah mengembangkan aplikasi Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) BLUD.
Dalam semester I 2016, kegiatan peningkatan kapasitas SDM dan kualitas
pelaporan keuangan BLUD terlihat dalam Tabel 2.12 berikut:
Tabel 2.12
Kegiatan Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan BLUD
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Semester I 2016
No Kegiatan Jumlah
(Keg)
1. Bimtek/reviu penyusunan Laporan Keuangan BLUD/Manual 3
2. Evaluasi Implementasi aplikasi SIA BLUD 1
3. Workshop/Sosialisasi/Diklat BLUD 3
Jumlah 7
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Sampai dengan semester I 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa
Yogyakarta telah mendampingi 46 Unit Pengelola Teknis Daerah (UPTD) dan
dua Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dalam pengelolaan keuangan dan
penerapan SIA BLUD dengan rincian sebagaimana dapatdilihat pada Tabel
2.13
26
Tabel 2.13 Unit PelaksanaTeknis Daerah – BLUD Yang Didampingi
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
No Kota/Kabupaten SIA BLUD
1. Kota Jogjakarta 18
2. Kabupaten Sleman 28
3. Kabupaten Bantul -
4. Kabupaten KulonProgo 1
5. Kabupaten GunungKidul 1
Jumlah 48
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
d. Peningkatan Pelayanan Masyarakat dengan pola BLUD
Guna meningkatkan layanan kepada masyarakat, Pemerintah Daerah di DIY
menetapkan beberapa SKPD dan unit kerja untuk menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Dengan
pola pengelolaan tersebut, rumah sakit maupun SKPD dapat membelanjakan
anggaran secara lebih fleksibel sehingga dapat memberikan pelayanan yang
lebih baik dan cepat, serta bebas bekerjasama dengan pihak ketiga. Tabel 2.14
di bawah menyajikan perkembangan SKPD yang menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLUD.
Tabel 2.14 Perkembangan Penerapan PPK BLUD
di Wilayah D. I. Yogyakarta s.d. Semester I Tahun 2016
No Pemerintah Daerah RSD
Unit
Kerja
Kesehat
an
SKPD/Unit
Kerja non
Kesehatan
1 Provinsi 1 - -
2 Kota Yogyakarta 1 18 2
3 Kab Bantul 1 27 -
4 Kab Sleman 2 27 -
5 Kab KulonProgo 1 21 -
6 Kab GunungKidul 1 30 -
Sumber :Database Hasil PengawasanPerwakilan BPKP DIY
27
Selama semester I 2016 Perwakilan BPKP DIY telah melakukan beberaoa
kegiatan guna mendukung kelancaran implementasi PPK BLUD yaitu :
1) Workshop BLUD
2) Diklat Pengelolaan Keuangan bagi BLUD
3) Koordinasi Pengawasan dan Sosialisasi SIA BLUD
4) Bimbingan teknis penyusunan rencana bisnis anggaran (RBA)
5) Implementasi sistem informasi akuntansi (SIA) BLUD
Beberapa BLUD masih menghadapi berbagai kendala antara lain :
1) Pemahanan tentang akuntansi masih memerlukan peningkatan karena pada
sebagian BLUD tidak memiliki SDM berlatar belakang pendidikan akuntansi.
2) Dukungan Dinas Kesehatan sebagai pembina teknis belum sepenuhnya
memberikan pembinaan secara optimal.
E. Rencana Tindak Perbaikan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara
Beberapa hal yang diharapkan menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah
sebagai berikut :
1. Mendorong percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada
seluruh Pemerintah Daerah sampai tingkat SKPD dan unit kerja instansi vertikal
dengan meningkatkan pemahaman atas konsep SPIP melalui alih pengetahuan,
meningkatkan jumlah SDM penggerak SPIP, membangun komitmen yang
ditunjukkan dalam penetapan target maturitas SPIP di RPJMD, roadmap
penyelenggaraan SPIP, penganggaran dan pemantauan untuk membangun dan
mengimplementasikan SPIP
2. Memelihara kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dengan melakukan
revisi/perbaikan peraturan kepala daerah tentang SAPD dengan mengakomodir
peraturan yang lebih tinggi, menetapkan Standar Operating Procedure (SOP)
yang diperlukan, mendorong SKPD agar secara berkala melakukan rekonsiliasi
asset tetap, memperbanyak pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi para
pengelola keuangan dalam penatausahaan dan pelaporan keuangan berbasis
akrual, dan melakukan penyesuaian aplikasi pengolaan keuangan yang digunakan
dengan peraturan yang diberlakukan.
28
3. Mendorong peningkatkan kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) dengan mengusahakan pemenuhan kebutuhan jumlah dan kualitas SDM,
kebutuhan anggaran kegiatan pengawasan dan peningkatan kompetensi SDM,
dan peningkatan peran serta fungsi Inspektorat dalam rangka perbaikan tata
kelola pemerintahan.
4. Mendorong peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa melalui
peningkatan kapasitas manajemen pemerintah desa, penggunaan aplikasi dan
pengawasan pengelolaan keuangan desa.