PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
2
KATA PENGANTAR
PT. Perkebunan Nusantara II memiliki komitmen untuk menerapkan
prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) disingkat GCG secara konsisten dan berkesinambungan serta
menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai landasan operasional di lingkungan
perusahaan.
Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik,
nilai-nilai etika serta peraturan yang berlaku di perusahaan harus dihindari
oleh seluruh insan PTPN II. Oleh karena itu sebagai wujud komitmen
perusahaan untuk menyediakan system bagi penegakan prinsip-prinsip tata
kelola perusahaan yang baik, maka perusahaan menyusun Standard
Operating Prosedure (SOP) tentang system pelaporan pelanggaran atau
Whistle Blowing System (WBS). Standard Operating Prosedure (SOP) ini
diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada seluruh insan PTPN II
dan pihak eksternal untuk dapat menyampaikan laporan mengenai adanya
dugaan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang
baik.
Semua unit kerja di lingkungan PTPN II agar dalam melaksanakan
pengelolaan tugas-tugasnya/Informasinya mengacu pada Standard
Operating Prosedure (SOP) tentang sistem pelaporan pelanggaran.
Tanjung Morawa, 2017
PT PERKEBUNAN NUSANTARA II
Komisaris
Djafar Badjeber
Komisaris Utama
Direksi
Teten Djaka Triana Direktur Utama
DAFTAR ISI
Hal
BAB I PENDAHULUAN ………………..………………………………………….......... 1
1. Latar Belakang ……………………………………………………………….. 1
2. Manfaat dan Tujuan Whistle Blowing System (WBS) ………. 2
3. Sistematika Pedoman SOP Whistle Blowing System (WBS)... 3
BAB II STRUKTUR PENGELOLAAN WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS). 4
1. Dewan Komisaris ………….………………………………………….. 5
2. Direksi ……………………………..………………………………………. 5
3. Kepala Bagian SPI……………………………………….…………….. 5
4. Unit Pengelola WBS………..………………………………………… 5
5. Komite Pemantau/Komite Audit ………………………………. 6
6. Peranan Manajer Dalam Penerapan WBS ..………………. 6
7. Sumber Daya ……………………………………………………………. 6
BAB III RINCIAN PEDOMAN WHISTLE BLOWING SYSTEM (WBS) .… 7
1. Pelapor dan Bentuk Pelaporan …………………………………. 7
2. Pelanggaran Yang Dapat Dilaporkan dan Waktu Pelaporan .. 8
3. Kebijakan Perlindungan Pelapor ……………………………….. 8
4. Mekanisme Penyampaian Sistem Pelaporan Pelanggaran …. 8
1) Sarana Penyampaian Laporan ………………………………
2) Komunikasi Dengan Pelapor ………………………..………. 3) Pengelolaan WBS (WBS) ………………………………………
4) Pelaporan pelanggaran oleh anggota Dekom & Direksi..
5) Pelanggaran oleh petugas WBS……………………………..
8
9
9
12
12
5. Laporan Unit Pengelola WBS Kepada Direktur Utama .. 12
BAB IV Istilah-istilah …………………….…………………………………………………. Penutup ……………………………………………………………………………….
13-14
14
i
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sesuai PerMen BUMN Nomor: Per-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus
2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance), maka dalam rangka menerapkan GCG secara
konsisten dan berkesinambungan, perusahaan senantiasa dituntut
untuk melaksanakannya secara transparan dan akuntabel serta
memenuhi ketentuan yang berlaku di perusahaan dalam menjalankan
kegiatan usahanya.
Terkait dengan usaha penerapan GCG, maka salah satu cara yang
efektif untuk mencegah dan memerangi praktek yang bertentangan
dengan GCG adalah melalui mekanisme sistem pelaporan pelanggaran
(Whistle Blowing System).
Whistle Blowing System adalah bagian dari system pengendalian
internal dalam mencegah praktek penyimpangan dan kecurangan.
Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi pelapor dalam
melaporkan terjadinya pelanggaran serta mendorong budaya
keterbukaan, kejujuran dan mengurangi budaya diam.
Whistle Blowing System dikelola oleh unit pengelola WBS. Peraturan
dan penerapan WBS dapat disosialisasikan dan dievaluasi secara
berkelanjutan kepada seluruh unsur perusahaan PTPN II dan secara
berkala akan dilaksanakan penyempurnaan sistem ini dalam rangka
perbaikan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan.
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
2
2. Beberapa manfaat dan tujuan Whistle Blowing System
a. Tersedianya cara penyampaian informasi penting dan kritis bagi
perusahaan kepada pihak yang harus segera menanganinya secara
aman.
b. Timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran dengan
semakin meningkatnya kesediaan untuk melaporkan terjadinya
pelanggaran karena kepercayaan terhadap sistem pelaporan yang
efektif.
c. Tersedianya mekanisme deteksi dini atas kemungkinan terjadinya
masalah akibat suatu pelanggaran.
d. Tersedianya kesempatan untuk menangani masalah pelangggaran
secara internal sebelum meluas menjadi masalah pelanggaran yang
bersifat publik.
Tujuan WBS
Mempermudah manajemen untuk menangani laporan-laporan
pelanggaran secara efektif sekaligus untuk mengurangi kerugian
financial dan non financial serta hal-hal yang dapat merusak citra
perusahaan melalui deteksi dini.
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
3
3. Sistematika Pedoman SOP Whistle Blowing System (WBS)
Pedoman SOP ini disusun dalam 4 (empat) bab dengan sistematika
sebagai berikut:
a. Bab pertama, berisi latar belakang, manfaat dan tujuan WBS serta
sistematika pedoman WBS.
b. Bab kedua, berisi struktur pengeloaan WBS yang terdiri dari Dewan
Komisaris, Direksi, dan unit pengelola WBS yang meliputi sub unit
perlindungan pelapor/sub unit administrasi dan sub unit investigasi
serta komite pemantau WBS/komite audit dan sumber daya.
c. Bab ketiga, berisi tentang pelapor dan bentuk pelaporan,
pelanggaran yang dapat dilaporkan dan waktu pelaporan,
kebijakan perlindungan pelapor, peranan manajer dalam
penerapan WBS, mekanisme penyampaian sistem pelaporan
pelanggaran yang meliputi sarana penyampaian laporan,
komunikasi dengan pelapor dan pengelola WBS, pelaporan
pelanggaran oleh Dewan Komisaris, anggota Direksi dan oleh
petugas WBS serta laporan unit pengelola WBS kepada Direktur
Utama.
d. Bab keempat, berisi istilah-istilah dan lampiran.
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
4
BAB II
Struktur Pengelolaan Whistle Blowing System (WBS)
RUPS
DEWAN
KOMISARIS
DIREKSI
KEPALA SPI
UNIT PENGELOLA WBS
Kasubbag
Pengawasan Analisa Admi Keu/ Umum /
Sisdur / WhistleBlower
KOMITE PEMANTAU
WBS/KOMITE AUDIT
SUB UNIT PERLINDUNGAN PELAPOR
/SUB UNIT ADMI
Staf Sub Bagian Pengawasan & Analisa
Bidang Keuangan, Admi/
Umum & Sisdur
SUB UNITINVESTIGASI
Staf Sub Bagian Pengawasan & Analisa
Bidang Keuangan, Admi/
Umum & Sisdur
Kasubbag Pengawasan & Analisa
Bidang
Tanaman/Produksi
Kasubbag Pengawasan & Analisa
Bidang Teknik/Pengolahan
KARYAWAN
UNIT KERJA
/MANAJER
UNIT KERJA
/MANAJER
UNIT KERJA
/MANAJER
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
5
1. Dewan Komisaris
Melakukan pengawasan atas efektivitas pelaksanaan WBS di PTP
Nusantara II. Monitoring terhadap pelaksanaan WBS dapat
diserahkan kepada komite pemantau WBS/ komite audit.
2. Direksi
Direksi berwenang untuk :
a. Membentuk dan menetapkan unit pengelola WBS.
b. Memutuskan untuk menghentikan serta melanjutkan
pelaporan pelanggaran.
c. Menugaskan tim investigasi untuk melakukan investigasi
d. Memberikan sanksi kepada terlapor atau meneruskan kepada
pihak berwajib.
3. Kepala SPI
a. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan WBS yang
dilaksanakan oleh unit pengelola (UP) WBS yang berada di
bawah SPI.
b. Memantau dan mengarahkan tim investigasi yang berada
dibawah SPI dalam melaksanakan investigasi atas instruksi
Direktur Utama.
c. Mengevaluasi efektivitas dan perbaikan program WBS yang
berada dibawah SPI.
4. Unit Pengelola WBS.
a. Menyelenggarakan dan mengelola jalur komunikasi bagi
pelapor untuk melaporkan indikasi awal, melakukan klarifikasi
awal serta melakukan investigasi jika terbukti, atas instruksi
Direktur Utama.
b. Menyimpan dan mengamankan seluruh dokumen yang bersifat
penting dan rahasia.
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
6
c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan program perlindungan
pelapor terutama aspek kerahasiaan dan jaminan keamanan
pelapor.
5. Komite Pemantau/Komite Audit
a. Memantau dan mengevaluasi efektivitas pelaksanaan WBS
atas kewenangan yang diberikan Dewan Komisaris.
b. Menangani keluhan jika pelapor mendapat ancaman atau
tekanan dari terlapor.
6. Peranan manajer dalam penerapan WBS.
a. Manajer mempunyai kewajiban pengawasan terhadap
karyawan-karyawan dibawahnya serta kewajiban dalam
penegakan kepatuhan dan etika perusahaan dilingkup
kerjanya.
b. Modus yang dapat digunakan adalah mendorong agar setiap
karyawan berkonsultasi dengan atasannya bila melihat adanya
pelanggaran.
c. Apabila atasan langsung karyawan ternyata terlibat dalam
kecurangan maka karyawan melakukan konsultasi dengan
atasan dari atasan yang terlibat.
d. Jika tidak berhasil maka digunakan saluran yang disediakan
oleh sistem pelaporan pelanggaran (WBS).
7. Sumber Daya
a. Jumlah personil yang cukup dan memiliki kwalitas sebagai
petugas perlindungan pelapor/administrasi WBS dan petugas
investigasi.
b. Media Komunikasi (telepon, email, kotak pos) untuk keperluan
pelaporan pelangggaran, baik saluran internal maupun
eksternal
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
7
BAB III
RINCIAN PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM (WBS)
1. Pelapor dan Bentuk laporan
Seluruh insan PTP Nusantara II memiliki kewajiban moral untuk
melaporkan terjadinya pelanggaran jika mengetahuinya.
Penyampaian adanya pelanggaran juga untuk mencegah dampak
yang tidak diinginkan menyebar luas, seperti kebiasaan
penerimaan atau pemberian gratifikasi.
A. Pelapor
a) Kalangan internal perusahaan meliputi Dewan Komisaris,
Direksi dan seluruh karyawan.
b) Kalangan eksternal perusahaan meliputi pelanggan,
pemasok, masyarakat, kreditur dan stakeholder lainnya.
B. Bentuk Laporan
a) Pelaporan pelanggaran secara tertulis dan beridentitas.
- Dilengkapi fotocopi identitas pelapor
- Bukti pendukung berupa dokumen yang memuat
indikasi awal yang memberi petunjuk tentang transaksi
yang dilakukan.
b) Pelaporan pelanggaran secara tertulis tetapi tanpa
identitas (Anonim).
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
8
- Dilengkapi bukti pendukung yang memuat indikasi
awal yang memberi petunjuk tentang transaksi yang
dilakukan.
2. Pelanggaran yang dapat dilaporkan dan waktu pelaporan.
a. Korupsi, kecurangan, ketidakjujuran.
b. Perbuatan melanggar hukum: pencurian, penggunaan
kekerasan terhadap karyawan atau pimpinan dan pemerasan.
c. Perbuatan yang merugikan perusahaan baik secara financial
maupun non financial.
d. Pelanggaran SOP, terutama pengadaan barang dan jasa.
Waktu Pelaporan.
Pelaporan pelanggaran dilakukan sesegera mungkin dan dalam
waktu tidak lebih dari tiga bulan.
3. Kebijakan Perlindungan Pelapor
Perusahaan berkomitmen untuk melindungi pelapor pelanggaran
yang beritikad baik. Kebijakan ini adalah untuk mendorong
terjadinya pelaporan pelanggaran dan menjamin kerahasiaan dan
keamana pelapor dan keluarganya.
4. Mekanisme penyampaian sistem pelaporan pelanggaran.
1) Sarana penyampaian laporan
Sarana bagi pelapor yang akan menyampaikan pelaporan
pelanggaran yaitu:
a. Surat : Surat resmi ditujukan kepada up WBS, baik diantar
langsung maupun melalui pos perusahaan/kotak pos.
b. Email : [email protected].
c. No. Telp. : Kantor SPI No. 0617942372
d. No. HP : 0812 6982 3315
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
9
2) Komunikasi dengan pelapor
a. Komunikasi pelapor dilakukan dengan petugas
perlindungan pelapor/sub unit administrasi yang
menerima laporan pelanggaran.
b. Bila pelapor adalah karyawan perusahaan, maka
perusahaan memberikan informasi perkembangan
penanganan hasil pelaporan pelangggaran tersebut.
Sepanjang laporan yang disampaikan mengandung
kebenaran dan didasarkan data yang valid. Pemberian
informasi ini dilakukan dengan mengingat azas kerahasiaan
antara pelapor dengan perusahaan
c. Pelapor yang berasal dari eksternal perusahaan, kebijakan
komunikasi dengan pelapor dapat diberikan kepadanya
sepanjang ia bersedia menandatangani kesepakatan
tertulis tentang kerahasiaan informasi.
3) Pengelolaan WBS
a. Pengelolaan WBS dilaksanakan oleh SPI PTPN II, yaitu di
bawah Kepala Sub Bagian Whistle Blower yang merangkap
Sub Bagian Admi keuangan/ umum/ sisdur dan
bertanggungjawab kepada Kepala Bagian SPI dan kepada
Direktur Utama secara berjenjang.
b. Unit pengelola WBS membawahi 2 (dua) sub unit yaitu:
Sub unit perlindungan pelapor/sub unit administrasi
Sub unit investigasi
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
10
c. Pengelolaan WBS oleh unit pengelola.
Sub unit perlindungan pelapor/sub unit administrasi.
Sub unit ini menerima pelaporan pelanggaran dari
whistle blower yang beridentitas.
Whistle blower menyampaikan pelaporan
pelanggaran melalui media komunikasi yaitu:
telepon, email, kotak pos atau surat resmi yang
diantar langsung atau melalui pos (dibuat tanda
terima pelaporan pelanggaran).
Laporan yang diterima, dilakukan klarifikasi awal
yang meliputi identitas pelapor dan bukti dokumen
(Dibuat berita acara klarifikasi awal ).
Kemudian dilakukan penyeleksian terhadap
laporan pelanggaran apabila ada indikasi awal
pelanggaran maupun tidak maka laporan
diteruskan ke unit investigasi yang selanjutnya
melalui Kepala SPI laporan tersebut disampaikan
kepada Direktur Utama.
Indikasi awal adalah informasi yang ada didalam
pelaporan meliputi:
Permasalahan.
Siapa yang terlibat.
Bentuk dan besar kerugian.
Kapan dan tempat terjadinya.
Bertanggungjawab atas pelaksanaan program
perlindungan pelapor terutama aspek kerahasiaan
dan jaminan keamanan pelapor.
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
11
Sub unit investigasi
Dengan adanya indikasi awal, maka sub unit
investigasi/unit pengelola WBS menyampaikan
kepada Kepala Bagian SPI bahwa perlu
dilaksanakan investigasi terhadap pengaduan
tersebut.
Selanjutnya Kepala Bagian SPI memohon izin
kepada Direktur Utama untuk mendapatkan
penugasan melakukan investigasi.
Apabila Direktur Utama memberi instruksi untuk
dilakukan investigasi, maka melalui Kepala Bagian
SPI unit pengelola WBS dalam hal ini sub unit
investigasi melakukan investigasi.
Investigasi dilakukan untuk mencari dan
mengumpulkan bukti-bukti guna memastikan telah
terjadinya pelanggaran (Dibuat berita acara hasil
investigasi atas pelaporan pelanggaran).
Bila terdapat bukti-bukti yang memadai, maka
disampaikan kepada Direktur Utama agar Direktur
Utama menetapkan rekomendasi tindakan
selanjutnya yaitu berupa sanksi sesuai ketentuan
yang berlaku atau diteruskan kepada pihak
penyidik untuk diproses.
Apabila bukti-bukti tidak memadai/mencukupi,
maka proses investigasi dihentikan dan laporan
pengaduan akan ditutup/ tidak dilanjutkan.
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
12
4) Pelaporan pelanggaran oleh anggota Dewan Komisaris & Direksi
a. Dalam hal pelanggaran dilakukan oleh anggota Dewan
Komisaris maka laporan pelanggaran tersebut diserahkan
kepada Direktur Utama. Penanganan lebih lanjut atas
laporan pelanggaran tersebut dilakukan oleh Direksi, dan
bila diperlukan investigasi, disarankan untuk menggunakan
investigator/auditor eksternal yang independen.
b. Dalam hal pelanggaran dilakukan oleh anggota Direksi,
atau orang yang mempunyai hubungan khusus dengan
anggota Direksi, maka laporan pelanggaran disampaikan
kepada Komisaris Utama, penanganan lebih lanjut
diserahkan kepada Dewan Komisaris dan bila diperlukan
investigasi, disarankan untuk menggunakan
investigator/auditor luar yang independen.
5) Pelanggaran oleh petugas WBS
Pelanggaran yang dilakukan oleh anggota petugas Sistem
Pelaporan Pelanggaran, maka laporan pelanggaran tersebut
diserahkan langsung kepada Direktur Utama.
Pelaporan yang diterima oleh Tim WBS dari saksi pelapor segera
ditentukan apakah dapat ditindaklanjuti sesuai informasi yang
valid atau tidak ditindaklanjuti karena informasi yang diterima
tidak mempunya kriteria valid.
5. Laporan Unit Pengelola WBS kepada Direktur Utama
Pengelolaan Whistle Blowing System (WBS) dilaporkan kepada
Direktur Utama setiap 3 (tiga) bulan sekali.
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
13
BAB IV
ISTILAH – ISTILAH DAN LAMPIRAN
Istilah – Istilah
1. Perusahaan adalah PT Perkebunan Nusantara II yang akan
menggunakan panduan dalam SOP ini.
2. Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System/WBS) adalah
bagian dari sistem pengendalian internal perusahaan dalam mencegah
praktek penyimpangan dan kecurangan serta memperkuat penerapan
praktik good governance.
3. Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing) adalah pengungkapan
tindakan pelanggaran atau pengungkapan perbuatan melanggar
hukum, melanggar kode etik dan pedoman perilaku etika (Code of
Conduct).
4. Pelapor Pelanggaran (Whistle Blower) adalah orang yang melaporkan
adanya tindakan pelanggaran. Pelapor bisa dari internal perusahaan
atau dari eksternal perusahaan.
5. Korupsi adalah perbuatan yang dilakukan secara curang atau melawan
hukum, dapat dilakukan oleh Dewan Komisaris, Direksi, Kepala Bagian,
Manajer atau Karyawan Perusahaan yang bertentangan dengan
kepentingan perusahaan atau penyalahgunaan wewenang jabatan
yang diberikan dengan tujuan memperkaya diri sendiri, orang lain atau
korporasi.
6. Terlapor adalah Dewan Komisaris, Direksi, Kepala Bagian, Manajer dan
Karyawan Perusahaan serta mitra kerja yang dilaporkan oleh pelapor
terkait dengan perbuatan yang dapat dilaporkan.
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
14
7. Indikasi awal adalah informasi yang ada didalam pelaporan,
mengandung hal-hal : permasalahan, siapa yang terlibat, bentuk dan
besar kerugian, kapan serta tempat terjadinya.
8. Pengelola WBS adalah unit yang bertanggungjawab untuk
menyelenggarakan dan mengelola jalur komunikasi bagi pelapor untuk
melaporkan indikasi awal, melakukan klarifikasi awal dan melakukan
investigasi atas pelaporan pelanggaran.
9. Investigasi adalah kegiatan untuk menemukan bukti-bukti terkait
dengan pelanggaran yang dilakukan oleh terlapor.
Penutup
Segala kebijakan yang belum di atur dalam SOP ini mengacu pada
ketentuan yang terdapat pada buku Pedoman Sistem Pelaporan
Pelanggaran (Whistle Blowing System) PTPN II serta adanya ketentuan
bahwa SOP ini akan diubah dan susun kembali sebagaimana mestinya,
apabila dalam pelaksanaannya terjadi ketidaksesuaian ataupun kekeliruan.
Lampiran
1. Tanda Terima Pelaporan Pelanggaran
2. Berita Acara Hasil Klarifikasi Awal Atas Pelaporan Pelanggaran
3. Berita Acara Hasil Investigasi Atas Pelaporan Pelanggaran
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
15
TANDA TERIMA PELAPORAN PELANGGARAN
Dengan ini diterangkan bahwa :
Nama Pelapor :
Nomor Kebun/Unit/Lembaga/Organisasi :
Alamat :
Nomor Telepon :
Fax :
E-mail :
Telah menyampaikan laporan pelanggaran tentang
………………. ………………. ……………….
Sarana yang dipergunakan (Chek list √)
a. Telepon
b. E mail
c. Surat dikirim langsung
d. Surat Via Pos
…………………………..
Pelapor
Penerima
Lampiran 2. Berita Acara (BA) hasil klarifikasi awal.
(Unit Admie WBS SPI)
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
16
BERITA ACARA
HASIL KLARIFIKASI AWAL ATAS PELAPORAN PELANGGARAN
NO : BA/ / /
Pada hari ini …., tanggal… Tahun…. Telah dilakukan klarifikasi awal atas
pelaporan yang diterima berdasarkan tanda terima pelaporan pelanggaran
tertanggal …., mengenai……
………………. ………………. ……………….
Hasil klarifikasi awal atas pelaporan pelanggaran
a. Identitas pelapor, ada
Tidak ada/anonim
b. Dokumen
laporan,
Lengkap
Tidak lengkap
Tidak ada
Berdasarkan hasil klarifikasi awal, maka atas pelaporan pelanggaran
tersebut telah/tidak sesuai dengan persyaratan sehingga dapat/tidak dapat
ditindak lanjuti dengan proses investigasi.
Sub Unit Perlindungan
Pelapor/Administrasi
Hormat kami
Kepala Sub Bagian SPI
Lampiran 2. Berita Acara (BA) hasil klarifikasi awal.
PTPN II
Whistle Blowing System (WBS)
Sistem Pelaporan Pelanggaran
17
BERITA ACARA
HASIL INVESTIGASI ATAS PELAPORAN PELANGGARAN
NO : BA/ / /
Pada hari ini …., tanggal… Tahun…. Telah dilakukan klarifikasi awal atas pelaporan yang diterima berdasarkan tanda terima pelaporan pelanggaran
tertanggal …., mengenai……
………………. ………………. ……………….
Berdasarkan PENYAMPAIAN laporan hasil investigasi, maka laporan
pengaduan Nomor……………….. tersebut terbutkti/tidak terbukti,
Kepala Bagian SPI
…………….………
Nama Lengkap
Tim Investigasi :
1. ……………
2. ……………
3. ……………
4. ……………
*) Coret yang tidak perlu
Lampiran 3B.