Download - KAYU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pembuatan bangunan yang terbuat dari kayu sudah ada sejak zaman
dahulu kala. Dalam pembuatannya, tentu tiap wilayah memiliki cara dan
pengetahuan yang berbeda dalam perencanaan strukturnya. Di wilayah
Indonesia, perencanaan struktur kayu dapat dengan mudah kita amati dari
bentuknya yang tradisional hingga modern sudah ada di Indonesia. Bangunan
kayu tradisional bisa kita amati pada rumah-rumah adat di Indonesia utamanya
berupa rumah panggung. Perencanaan bangunan ini tidak lepas dari akulturasi
masyarakat sekitar mengenai adanya bahaya makhluk-makhluk buas pada zaman
dulu sehingga dibuatlah rumah berbentuk panggung. Sama dengan Negara-
negara lainnya, perencanaan struktur bangunan kayu tidak lepas terbentuk dari
akulturasi masyarakat sekitar. Di Negara-negara bagian Eropa, perencanaan
struktur bangunan kayu lebih ditujukan untuk menghangatkan badan dari suhu
dingin di luar.
Salah satu Negara Eropa yang bisa kita pelajari dengan mudah adalah
Negara Belanda. Seperti kita ketahui, Negara Belanda telah berada di Indonesia
pada masa kolonial. Keberdaan Belanda di Indonesia meninggalkan ilmu dan
pengetahuan mengenai akulturasi Negara Belanda dalam perencanaan struktur
bangunan kayu yang mereka buat di Indonesia. Dari tinjauan di atas, maka saya
ingin membahas mengenai akulturasi dalam perencanaan struktur bangunan
kayu Belanda.
1.2. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, saya merumuskan dan membatasi
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah perkembangan struktur kayu di Indonesia dan di
Belanda?
2. Bagaimana sejarah perkembangan peraturan perencanaan struktur kayu
untuk bangunan di Indonesia dan di Belanda?
3. Bagaiman akulturasi dalam perencanaan bangunan kayu di Indonesia dan di
Belanda?
1.3. TUJUAN
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penulisan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sejarah perkembangan struktur kayu di Indonesia dan di
Belanda.
2. Mengetahui sejarah perkembangan peraturan perencanaan struktu kayu
untuk bangunan di Indonesia dan di Belanda.
3. Mengetahui akulturasi dalam perencanaan bangunan kayu di Indonesia da di
Belanda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. SEJARAH PERKEMBANGAN STRUKTUR KAYU INDONESIA
Sejarah perkembangan struktur kayu di suatu wilayah erat hubungannya
dengan akulturasi yang terjadi di daerah tersebut. Perilaku masyarakat dan
budaya yang terjadi menumbuhkan pengetahuan akan perencanaan sturktur
bangunan kayu yang disesuaikan dengan kegunaan dan fungsi nya. Selain itu,
ketersediaan kayu sebagai sumber utama bangunan kayu juga mempengaruhi
akan perencanaan struktur kayu.
Di wilayah Indonesia, perkembangan struktur kayu di mulai sejak zaman
dahulu kala. Kayu yang merupakan sumber daya alam yang besar di Indonesia
telah di manfaatkan dalam pembuatan berbagai jenis bangunan. Keberadaan
perencanaan pembangunan struktur kayu yang sudah sejak lama dapat dengan
mudah kita ketahui. Hal yang dapat dengan mudah kita amati adalah keberdaaan
rumah-rumah adat. Rumah-rumah adat di Indonesia sebagian besar komponen
struktur nya terbuat dari kayu. Seperti kita ketahui, rumah-rumah adat di setiap
daerah berbeda satu sama lainnya. Hal ini di akibatkan akulturasi suatu daerah
berpengaruh pada perencanaan struktur kayu di daerah tersebut. Salah satu
teknik perencanaan bangunan kayu yang terkenal di Indonesia adalah rumah
panggung. Pembuatan rumah panggung, awalnya disebabkan oleh kekhawatiran
masyarakat akan hewan buas yang mengancam masyarakat. Mensiasati hal ini
dan seiring perkembangan akulturasi, masyarakat zaman dahulu membuat rumah
panggung. Rumah panggung merupakan rumah yang berbentuk seperti
panggung, dengan lantai dasar yang berada cukup tinggi dari permukaan tanah.
Penyangga rumah ini adalah kumpulan kayu yang ditata dan meletakannya
sejajar arah serat sehingga memiliki daya dukung yang kuat. Dari akulturasi ini,
masyarakat menjadi tahu bahwa kayu memiliki daya dukung yang jauh lebih
kuat jika pembebanan dilakuakn di permukaan yang sejajar arah serat ketimbang
permukaan yang berlawanan arah serat.
Seiring perkembangan zaman dan kemudahan mendapatkan kayu, kayu
mulai sering di gunakan untuk pembuatan rumah tinggal di Indonesia. Dengan
disertai dengan pengalaman mengenai pengenalan jenis-jenis kayu dan kekuatan
kayu masyarakat menjadi mudah dalam merencanakan bangunan kayu. Zaman
silih berganti, pendidikan dalam perencanaan kayu semakin berkembang di
tambah lagi masuknya Belanda pada masa kolonial memberikan pengaruh pada
perencanaan kayu di Indonesia. Belanda meninggalkan teknik perencanaan kayu
tradisional khas mereka lewat bangunan-bangunan kayu kuno yang terletak di
kawasan kota lama Indonesia.
Sebagai salah satu negara besar penghasil kayu, Indonesia material kayu.
memiliki kirakira 4000 jenis kayu4. Masyarakat Indonesia banyak menggunakan
material kayu dalam berbagai macam sektor kebutuhan, termasuk juga
diantaranya sektor bangunan dan konstruksi. Di Indonesia penggunaan kayu
untuk keperluan konstruksi, dilihat dari segi ekonomi, sangatlah menguntungkan
karena jumlah dan jenisnya yang sangat beragam5. Selain itu, kayu adalah
merupakan material yang berasal dari alam, jadi dapat digunakan tanpa melewati
pengolahan sekalipun seperti perannya sebagai kayu bakar. Oleh karena
kelebihan-kelebihan yang dimiliki kayu, dapat kita perhatikan bahwa material
utama bangunan-bangunan tradisional di Indonesia sebagian besar menggunakan
material kayu.
2.2. SEJARAH PERKEMBANGAN STRUKTUR KAYU BELANDA
Perkembangan struktur kayu di Belanda erat hubungannya dengan
akulturasi masyarakatnya. Selama berabad-abad, bangunan tempat tinggal di
Belanda terbuat dari kayu dengan atap berupa tumpukan jerami. Letak geogrefis
yang terletak di bawah lautan membuat masyarakat belanda memanfaatkan kayu
untuk bangunan-bangunan seperti kincir air. Pemanfaatan kayu juga untuk
bangunan-bangunan umum kecuali gereja dan balai kota. Pembuatan bangunan
itu lebih mengaplikasikan batu dalam pembuatannya. Hal lainnya, Belanda
memanfaatkan kayu untuk membantu pengolahan tepung gandum. Hingga pada
akhirnya masyarakat Belanda membuat kincir angin untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Pembuatan kincir angin diyakini banyak ahli merupakan bangunan yang
unik dan membantu dalam perkembangan struktur kayu. Bangunan kincir angin
pada umumnya tersusun lebih dari 2 lantai dan tebuat dari kayu untuk bangunan
kuno. Bangunan kincir angin menerapkan banyak ilmu fisika dan pesawat
sederhana didalamanya. Seiring perkembangan zaman, pembuatan angunan
dengan kayu semakin maju. hal ini ditunjukan dengan penggunaan kayu sebagai
atap bangunan rumah tinggal mereka.
Bangunan kayu memiliki tradisi panjang di Belanda. Pada Tahun 1650
terjadi kebakaran pada rentetan bangunan kayu. Karena hal ini, Belanda mulai
membatasi penggunaan kayu sebagai bahan bangunan karena sifat kayu yang
mudah terbakar. Hingga pada Tahun 1901, pemerintah Belanda mengeluarkan
hukum resmi pertama untuk peraturan bangunan kayu, bahwa pembangunan
permanen dengan struktur kayu telah dilarang. Terdapat pengecualian untuk
bangunan sekitar kota-kota berbenteng yang telah disimpan untuk pertahanan
mereka saat itu. Hal ini adalah alasan bahwa kota masih sepenuhnya berdinding
non kayu di Naarden bagian timur kota Amsterdam pada zaman itu. Dalam 200
Tahun kemudian, Belanda tidak punya tradisi ke masa kini, rumah-rumah kayu
harus di impor dari luar negri. Sebgaian besar bangunan kayu mereka adalah
hasil ekspor Negara luar. Sekitar 30 tahun kemudian baru Belanda
mengeluarkan peraturan mengenai pembangunan bangunan dengan material
tradisional yaitu kayu.
2.3. SEJARAH PERKEMBANGAN PERATURAN PERENCANAAN
STRUKTUR KAYU UNTUK BANGUNAN INDONESIA
Keruntuhan banguan kayu pada umumnya akibat sambungan atau
hubungan yang tidak memenuhi standar dan sistem strukturnya tidak tahan
gempa. Peraturan Kayu di Indonesia sangat ketinggalan jaman, sejak tahun
1961 Peraturan Kayu Indonesia (PKKI 1961) 52 tahun tidak mengalami
perubahan. Beberapa draft peraturan kayu tahun 1980, dan 2002 pernah dibuat
sampai dengan terbitnya SNI 7973:2013 Spesifikasi desain untuk konstruksi
kayu. Saat ini peraturan-peraturan di luar negeri menggunakan metode disain
baik Load and Resistance Factor Design (LRFD) maupun Alowable Stress
Design (ASD), Breyer 2008. PKKI 1961 menggunakan cara ASD lama. Pada
SNI 7973:2013 yang mengadopsi NDS 2012, memuat baik LRFD/DFBK dan
ASD/DTI dan keduanya dapat digunakan dalam desain.
Penelitian di negara-negara seperti Kanada, Australia, New Zealand
Amerika Serikat dan banyak Negara di Eropa menghasilkan teknologi yang
berkembang dengan pesat. Forest Product Laboratory di Amerika telah 100
tahun lebih melakukan penelitian kayu, Woodhandbook, 2010. Jenis kayu di luar
negeri pada negara-negara tersebut di atas pada umumnya adalah softwood atu
kayu berdaun jarum, sedangkan di daerah tropis atau Indonesia adalah hardwood
atau kayu berdaun lebar. Peraturan Kayu Indonesia yang baru SNI 7973:2013
sebagian besar mengacu kepada peraturan luar negeri. Sifat-sifat kayu tropis
yang umumnya hardwood dapat berbeda dengan softwood sehingga peraturan
dari luar negeri tidak dapat diadopsi begitu saja. Penelitian mengenai sifat-sifat
kayu tropis pada cara-cara atau teori yang ada dalam SNI 7973:2013 sebagian
telah dilakukan. Penyesuaian telah dilakukan pada kuat acuan untuk kayu
berdaun lebar pada SNI 7973:2013. Peralatan dan dana yang besar dukungan
dari industri dan pemerintah di luar negeri menyebabkan perkembangan
teknologi yang cepat dalam penelitian untuk menyiapkan teknologi tepat guna
dalam upaya pemenuhan kebutuhan perumahan dan juga pengurangan risiko
bencana khususnya akibat gempa. Bangunan bertingkat rendah dengan elemen-
elemen struktur kayu rekayasa prafabrikasi telah menjadi solusi utama untuk
bangunan perumahan.
Gambar. Contoh Kayu Rekayasa
Akhir-akhir ini penggunaan kayu laminasi silang (Cross Laminated
Timber/ CLT) sebagai dinding geser maupun lantai untuk bangunan tinggi
banyak digunakan. CLT menggunakan perekat untuk merangkaikan lapisan-
lapisan papan atau balok kayu menjadi suatu panel berukuran besar. Perekat di
Indonesia masih termasuk mahal harganya, sehingga penggunaan paku untuk
merekatkan atau melaminasi papan-papan menjadi satu kesatuan lebih murah
dan mudah dilakukan. Dinding geser papan kayu silang laminasi-paku
merupakan salah satu pengembangan dibandingkan CLT yang menggunakan
perekat.
Sistim struktur bangunan pada umumnya menggunakan rangka sebagai
sistim pendukung lantai. Rangka umumunya terdiri dari elemen-elemen balok
dan kolom, baik dengan kayu solid maupun glulam, Pada daerah gempa yang
membutuhkan kekakuan dan kekuatan dalam arah horizontal, elemen dinding
geser pada umumnya digunakan. Pada struktur bangunan kayu elemen-elemen
tersebut juga umum digunakan. Perkembangan sistim struktur pada bangunan
kayu karena kebutuhan akan bangunan bertingkat maupun kecepatan
konstruksinya mulai bergeser dari sistim rangka kearah sistim panel. Sistim
lantai, dan dinding pendukung lantai saat ini menggunakan panel CLT (cross
laminated timber). Demikian pula dengan atap penutup bangunan juga
menggunakan sistim panel yang sangat berbeda dengan atap rangka batang
konvensional.
Elemen dinding geser pada awal mulanya lebih banyak menggunakan
rangka kayu dengan lapisan penutup dari gipsum atau plywood. Perkembangan
terakhir adalah digunakannya papan kayu silang laminasi (Cross Laminated
Timber / CLT). CLT ini dapat direkayasa sehingga mempunyai kekuatan dan
kekakuan yang mencukupi untuk digunakan pada dinding geser bangunan
bertingkat rendah, sedang maupun tinggi. Bangunan bertingkat dari kayu
tersebut pada umumnya mempergunakan dinding geser sebagai penahan beban
gravitasi selain penahan beban lateral angin atau gempa.
Perencanaan struktur kayu harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan
dan kestabilan disamping efisien dari segi ekonomis. SNI 7973:2013
Spesifikasi disain untuk konstruksi kayu telah mengatur tatacara disain struktur
kayu tersebut. LRFD dan ASD yang digunakan dalam NDS 2012 menjadi salah
satu acuan untuk SNI 7973:2013. Pertimbangan dan penyesuaian dilakukan
untuk jenis kayu, iklim dan kondisi lingkungan di Indonesia. Penelitian-
penelitian juga masih perlu dilakukan untuk mengisi kekurangan-kekurangan
yang ada di dalam peraturan tersebut. Kuat acuan kayu telah disesuaikan
dengan jenis kayu dan kelembaban di Indonesia. Secara umum perhitungan
mekanika tidak mengalami perubahan, tetapi banyak faktor-faktor koreksi yang
berlaku baik untuk DTI maupun DFBK yang digunakan dalam disain, danakan
dijelaskan di bawah ini. Faktor ketahanan, faktor waktu dan factor konversi
format digunakan hanya untuk DFBK. Untuk nilai kuat acuan, walaupun ada
dual concept dalam SNI 7973:2013, hanya satu nilai acuan (DTI) yang dimuat
dan dapat dipakai juga pada DFBK dengan faktor konversi format, studi lebih
lanjut masih diperlukan untuk nilai acuan tersebut.
2.4. SEJARAH PERKEMBANGAN PERATURAN PERENCANAAN
STRUKTUR KAYU UNTUK BANGUNAN BELANDA
Dalam Perkembangan peraturan struktur kayu, Negara-negara Eropa
termasuk Belanda tidak mengeluarkan peraturan spesifik menenai itu. Peraturan
perencanaan struktur kayu terbentuk akibat perbedaan code yang berbeda antar
Negara. Untuk mengatasi adanya perbedaan kode nasional dan standar teknis
spesifikasi maka, negara-negara anggota Uni Eropa telah menyusun dan
mengembangkan selama 30 tahun terakhir suatu peraturan bernama eurocode.
Sehingga tercipta keselarasan aturan teknis struktural dan geoteknik untuk
teknik sipil yang bekerja pada perbedaan bahan konstruksi seperti beton, baja,
batu, kayu, aluminium dan bahan geoteknik (tanah dan batu). Eurocode adalah
seperangkat aturan teknis yang diselaraskan dan dikembangkan oleh Komite
Eropa untuk standarisasi desain struktur konstruksi di Uni Eropa. Filosofi dasar
eurocode yaitu sebagai altenatif dikarenakan perbedaan aturan di negara-negara
anggota Uni Eropa, selain itu eurocode dimaksudkan sebagai pedoman acuan
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Sarana untuk membuktikan kepatuhan melalui persyaratan kekuatan
mekanik dan stabilitas serta keamanan dalam kasus kebakaran yang
ditetapkan oleh hukum Uni Eropa.
2. Dasar untuk rekayasa konstruksi dan spesifikasi kontrak.
3. Kerangka untuk menciptakan spesifikasi teknis yang diselaraskan untuk
produk bangunan.
Eurocode diterbitkan sebagai Standar Eropa yang terpisah, masing-masing
memiliki sejumlah bagian. Pada tahun 2002, sepuluh bagian eurocode telah
dikembangkan dan diterbitkan:
• EN 1990: Dasar desain struktural
• EN 1991: (Eurocode 1) Tindakan pada struktur
• EN 1992: (Eurocode 2) Desain struktur beton
• EN 1993: (Eurocode 3) Desain struktur baja
• EN 1994: (Eurocode 4) Desain dari baja komposit dan struktur beton
• EN 1995: (Eurocode 5) Desain struktur kayu
• EN 1996: (Eurocode 6) Desain struktur batu
• EN 1997: (Eurocode 7) Desain geoteknik
• EN 1998: (Eurocode 8) Desain struktur untuk resistensi gempa
• EN 1999: (Eurocode 9) Desain struktur aluminium
Eurocode merupakan standarisasi yang wajib digunakan bagi para pekerja
teknik
sipil Eropa dan kemungkinan akan menjadi standar de-facto untuk sektor
swasta baik di Eropa dan di seluruh dunia.
Jadi untuk peraturan perencanaan struktur kayu di Belanda
menggunakan Eurocode 5 tahun 1995 yang diterbitkan sebagai standar Eropa
yang diselaraskan dan dikembangkan oleh Komite Eropa untuk standarisasi
desain struktur konstruksi di Uni Eropa.
BAB III
CONTOH DAN PEMBAHASAN
3.1. CONTOH BANGUNAN STRUKTUR KAYU
1. Bangunan kayu tahan gempa Rumah Bilik Ciater, Jawa Barat
Bangunan ini menggunakan pondasi umpak, pondasi ini terbuat dari
kayu. Pondasi ini terbuat dari beton dengan tinggi kira – kira 50 cm. Di atas
pondasi ini ada balok pengikat yang menghubungkan pondasi satu dengan
pondasi lainya. Agar pondasi ini menjadi satu kesatuan dan saling mengikat
ketika terjadi gaya horisontal. Lantai pada bangunan ini menggunakan lantai
kayu, konstruksi lantai kayu yang sederhana adalah papan – papan yang
langsung dipasang dan dipaku diatas sloof atau balok loteng. Ukuran papan yang
digunakan adalah tebal minimal 20 mm, lebar 90-140 mm.
Gambar. Rumah Bilik Ciater
(Sumber : Griya asri tema : laras griyarumah bilik cantik september 1997. Hal 90-95 )
Dinding bangunan ini menggunakan anyaman bambu yang dianyam
kepang. Tampak dari gambar di atas, agar anyaman dinding bambu ini dapat
berdiri kuat dan tidak mudah jatuh saat mendapat gaya horisontal berupa angina
atau gempa, maka dinding anyaman bambu ini diikatkan pada kayu – kayu kecil
yang berfungsi untuk mengikat dinding bambu ini. Kayu – kayu yang digunakan
untuk mengikat dinding ini dipasang secara horisontal dan vertikal. Jarak antara
kayu – kayu untuk pengikat dinding ini adalah 100 cm. Dinding anyaman
bamboo ini diikat dari dalam, agar terlihat rapi untuk bagian dalam ruangan.
Tidak ada kayu – kayu kecil yang melintang secara vertikal dan horisontal
dibagian dalam ruangan.
Bangunan ini tidak menggunakan plafon, struktur pada atap sengaja di
expose dan untuk penerangan pada siang hari, karena atap bangunan ini dapat
tembus cahaya, sehingga cahaya pada siang hari dapat masuk. Dengan demikian
aktifitas di lantai atas tidak terganggu.
Gambar. Dinding bambu anyam kepang
(Sumber : Griya asri tema : laras griyarumah bilik cantik september 1997. Hal 90-95 )
Tiang penyangga untuk lantai dua diberi siku – siku atau kuda – kuda
agar
tidak terjadi momen. Agar tiang penyangga ini kuat, maka diberi balok pengikat
antara tiang yang satu dengan tiang yang lain.
Gambar. Atap
(Sumber : Griya asri tema : laras griyarumah bilik cantik september 1997. Hal 90-95 )
Gambar. Sambungan pada tiang lantai dua
(Sumber : Griya asri tema : laras griyarumah bilik cantik september 1997. Hal 90-95 )
Gambar (a) potongan, gambar (b) perspektif sambungan
1. Tiang menerus sampai ke atap
2. Balok pengikat tiang dengan tiang lainnya
3. Balok penyangga lantai dua
4. Balok penyangga lantai dua
5. Kayu siku – siku atau kuda – kuda
Pada gambar detail sambungan dapat dilihat teknik sambungan pada
bangunan ini. No.1 adalah tiang lantai satu yang menerus hingga lantai kedua
dan ke atap. Kolom no.2 adalah kolom pengikat tiang. Tiang – tiang ini
berjarak antara 4 m, sehingga butuh kolom pengikat agat tiang ini tetep
berdiri sempurna. Kolom no.3 adalah kolom penyangga untuk lantai dua.
Papan – papan untuk lantai dua ini nantinya akan direkatkan atau di paku
pada kolom no.3 dan kolom no.4. kolom no.4 adalah kolom penyangga untuk
lantai dua yang letaknya memanjang. Sedangkan kolom no.3 adalah kolom
penyangga lantai dua yang letaknya melebar. dan untuk no.5 adalah kuda-
kuda yang berfungsi untuk menahan tiang agar tiang dan kolom penyangga
lantai dua semakin kuat. Sehingga bangunan ini dapat menahan saat terjadi
getaran gempa.
Gambar. Detail sambungan pada tiang lantai dua
(Sumber : Griya asri tema : laras griyarumah bilik cantik september 1997. Hal 90-95 )
2. Phill Merril Enviromental Centre
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa bangunan ini menggunakan
struktur sederhana yaitu struktur panggung, sistem struktur yang digunakan
bangunan kantor ini adalah sistem struktur portal atau rangka. Bangunan
kantor ini mengunakan pondasi beton denagn ukuran kira – kira 30 cm x 30
cm. Bangunan ini menggunakan pondasi beton karena di area ini merupakan
area yang lembab sehingga tidak cocok menggunakan pondasi kayu karena
dikhawatirkan kayu dapat mudah lapuk karena dia area lembab. Karena kayu
di area lembab penyusutannya lebih cepat. Jarak antara kolom dengan kolom
lainnya adalah 400 cm. Bangunan ini hampir sama dengan sistem rumah
panggung. Tetapi dibagian bawah dari bangunn ini digunakan sebagai ruang
parkir bukan sebagai kolong.
Bangunan ini menggunakan dinding kayu dengan sistem pemasangan
dinding sirap pada bagian belakang bangunan. Pada bagian depan bangunan
ini didominasi dengan kayu – kayu atau papan horisontal. Kayu ini berukuran
kecil
dan dipasang melintang atau horisontal melewati balok – balok struktur. Kayu
- kayu horisontal ini berfungsi sebagai pengikat balok – balok struktur utama.
Pada sambungan balok dan kolom pada bangunan ini menggunakan pelat besi
atau baja. Yang berfungsi menopang balok – balok struktur, baja ini dipasang
menembus kolom dan menahan balok agar tidak terjadi momen saat terjadi
Gambar. Phill Merril Enviromental Centre
(Sumber : Architectural Record (record interiors/southAmerica/computers in architecture) the magazine of the AIA, :wordl trade
centre 1973-2001, edisi 10)
goncangan gempa. Bangunan ini menggunakan sambungan baut simplex dan
plat baja.
Dari gambar potongan di atas dapat dilihat bahwa bangunan ini
menggunakan atap lesenar dengan konstruksi rangka batang. Yaitu konstruksi
rangka yang terletak pada sebuah bidang dan saling dihubungkan dengan
sendi pada ujungnya, sehingga membentuk suatu bagian bangunan yang
terdiri dari segitiga – segitiga. Untuk konstruksi rangka batang sederhana
kemiringan atap
tidak ditentukan. Dapat ditentukan dengan sesuka hati pemiliknya atau
pembangunnya.
Bangunan ini menggunakan struktur portal, dengan menggunakan atap
lesenar. Dengan atap lesenar ini bagian atap terdiri dari segitiga – segitiga
kecil yang memperkuat struktur bangunan. Sehingga bangunan ini jika
mendapat gaya horisontal berupa angin atau goncangan gempa bumi, tidak
akan mudah merobohkan bangunan karena struktur ini terdiri dari kumpulan
segitiga – segitiga pada bagian atapnya, sehingga gaya horisontal ini akan
ditahan oleh bentuk segitiga ini.
Gambar. Detail sambungan pada tiang lantai dua
(Sumber : Architectural Record (record interiors/southAmerica/computers in architecture) the magazine of the AIA, :wordl trade
centre 1973-2001, edisi 10)
3.2. PEMBAHASAN
Perkembangan perencanaan struktur kayu sudah semakin maju. Di
Indonesia, perkebangan struktur kayu dikategorikan sudah maju. Dapat dilihat
pada contoh kasus bahwa Indonesia mampu mendesain rumah tahan gempa.
Rumah tahan gempa ini pada prinsipnya merupakan kehebatan pada pondasinya.
Model pondasi pada contoh kasus 1, model pondasi ini dengan mengikat seumua
batang pancang kayu setinggi 50 cm. Sehingga saat adanya gempa bumi,
pondasi akan bergerak secara bersama-sama. Pergerakan yang seragam inilah
yang membuat bangunan tahan terhadap settlement. Kemudian untuk model
bangunan. Sesuai dengan budaya dan akulturasi Indonesia, bangunan ini berupa
panggung. Permodelan ini hamper sama dengan rumah-rumah adat jawa yang
berupa rumah panggung. Banyak orang bilang, struktur ini sangatlah ajaib.
Bangunan yang sebegitu besar, mampu ditahan oleh kayu-kayu yang ditata dan
dipasang searah serat. Sedangkan untuk contoh kasus 2, bangunan ini didesain
dengan permodelan struktur berupa segitiga yang mengarah ke luar bangunan.
Tujuan dari permodelan ini adalah untuk memecah beban horizontal berupa
angin. Selain itu model dari bangunan ini hampi sama dengan kasus 1.
Bangunan di desain dengan model panggung. Namun yang membedakannya
adalah penggunaan cor beton untuk bagian bawah kayu, karena ditakutkan kayu
akan cepat rusak jika berada pada situasi yang lembab. Kemudian untuk bentuk
bangunan Phill Mery Enviromentals Centre ini terdapa keseimbangan tiap sisi
bangunan. Keseimbangan ini ditujukan agar mampu bertahan pada saat keadaan
gempa.
Perkembangan struktur kayu di Indonesia mendapat pengaruh dari
akulturasi masyarakatnya. sebagian besar masih menggunakan sistem panggung
pada perencanaan strukturnya. Hal ini sulit untuk lepas dari kebiasaan
perencanaan di Indonesia karena memang diakui kekuatan kayu yang sejajar
arah serat pada tiap cagak rumah panggung begitu kuat. Disamping itu akulturasi
masyarakat Indonesia yang kental, membuat seni dari adat tiap-tiap daerah sulit
untuk ditiggalkan. Seperti adanya ukiran batang pada desain kayu dan kusen
rumah mereka.
Perkembangan struktur kayu di Belanda juga mendapat pengaruh dari
masyarakatnya. Disamping itu pengalaman dan kemajuan pengetahuan mereka
tentang kayu membuat mereka lebih maju daripada kita. Penggunaan kuda-kuda
kayu contohnya, beberapa dari kita belajar melalui bangunan-bangunan kayu
kuno di kotalama. Kemudian, pengaruh akulturasi mereka anyak membuat kincir
angin untuk membantu pekerjaan mereka. Pembuatan kincir angin itu
memberikan kontribusi dalam pembuatan struktur kayu di dunia saat ini seperti
pembuatan generator.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Perkembangan struktur kayu di tiap wilayah tidak lepas dari akulturasi
masyarakat sekitar. Permodelan struktur dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Di
Indonesia struktur kayu tradisional banyak berupa rumah-rumah panggung.
Sedangkan di Belanda struktur kayu mereka gunakan dalam pembuatan kincir
angin tradisional. Indonesia menggunakan standard an peraturan SNI sedangkan
Belanda menggunakan Eurocode dalam perencanaaan struktur bangunan kayu.
4.2. SARAN
Tiap daerah memiliki keunikan dan cara yang berbeda dalam
merencanakan struktur bangunan kayu. Sebagai seorang yang bergerak di bidang
konstruksi, alangkah baiknya jika mau mempelajari dan membandingkan
perencaan struktur kayu yang berbeda-beda tersebut serta mengaplikasikannya
dalam kegiatan konstruksi. Selain itu perlu adanya riset mengenai permodelan
struktur kayu di berbagai daerah sebagai wawasan tambah di bidang ilmu
konstruksi
DAFTAR PUSTAKA
Beusekom, van. Building in wood in the Netherland. ICOMOS -
Netherlands/Foundation National Contact Monuments
Mujiana. 2010. Skripsi. Memahami Konstruksi kayu Pada Bangunan 2 Lantai Tahan
Gempa.Departemen Arsitektur FT UI. Jakata
Tjondro, J A. 2014. Perkembangan dan Prospek Rekayasa Struktur Kayu di Indonesia.
Saputri. Sartika, Yuni. 2012. Thesis. Studi Perbandingan Perancangan Pondasi Dangkal Dengan Menggunakan Eurocode 7 Terhadap NAVFA. Jurusan Teknik FT UKM. Bandung