Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
Kebijakan Berbasis Bukti UntukMendukung Pembangunan Inklusif
Sudarno Sumarto
Penasihat KebijakanTim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
Peneliti SeniorLembaga Penelitian SMERU
Ikhtisar
2
• Arti Penting Pembangunan Inklusif di Indonesia
• Pengambilan Kebijakan Publik Berbasis Bukti
• Menerjemahkan Bukti Menjadi Kebijakan
• Pembelajaran yang Dapat Diambil
Pertumbuhan Ekonomi Tumbuh Positif Sejak Krisis Asia Disertai Penurunan Kemiskinan dan Ketimpangan
4
23.43
10.86
0.79
5.02
0.33
0.40
-
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Rasio Gini (SkalaKanan)
PertumbuhanEkonomi (SkalaKiri)
Perkapi(USD)
2,071.24 2,143.39 2,191.36 2,259.19 2,335.61 2,420.58 2,524.61 2,628.53 2,758.81 2,886.65 2,980.95 3,125.22 3,274.73 3,426.99 3,570.93 3,703.37 3,834.06
Tingkat Kemiskinan (SkalaKiri)
Perlu Upaya Untuk Melanjutkan Tren Penurunan Tersebut
Kualitas Sumber Daya Manusia Masih Relatif Rendah
5
Perubahan Hasil Tes Matematika PISA AntarNegara, 2013
-00
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
Stunting U-5, Indonesia
200
7
201
0
CountryGNI/Capita
2012Stunting3
Indonesia 4730 36
India 3910 48
China 9040 10
Philippines 4380 32
Vietnam 3620 36
Thailand 9280 12
Sumber: 1 Lancet 2013; 2 Hoddinott et al 2013; 3 UN DATA 2006-2011;
Prevalensi Malnutrisi dan Stunting
Cukup Tinggi
AUS
AUT
BEL
BRA
CAN
CHE
CHL
CZE
DEU
DNKESP
EST
FIN
FRAGBR
GRC
HUN
IDN
IRL
ISLISRITA
JPN
LUXLVA
MEX
NLDNOR
NZL
OAVGOECD
POL
PRT
RUS
SVK
SVNSWE
TUR
USA
350
370
390
410
430
450
470
490
510
530
550
360 380 400 420 440 460 480 500 520 540
Hasil Tes MatematikaTertinggal Jauh
Kemampuan Matematika
Kem
am
pu
an
Bah
asa
Ketimpangan Dijelaskan oleh Pertumbuhan Pengeluaran Kelompok AtasYang Jauh Lebih Tinggi Dibandingkan Dengan Kelompok Miskin
6
Namun Pertumbuhan Pengeluaran Kelompok Miskin Cenderung Terus Membaik
Tingkat Kemiskinan Sulawesi Selatan Relatif Lebih Rendah Dibandingkan Nasional
7
10.12
0
5
10
15
20
25
30
PA
PU
A
PA
PU
A B
AR
AT
NU
SA
TE
NG
GA
RA
TIM
UR
MA
LU
KU
GO
RO
NT
AL
O
AC
EH
BE
NG
KU
LU
NU
SA
TE
NG
GA
RA
BA
RA
T
SU
LA
WE
SI T
EN
GA
H
SU
MA
TE
RA
SE
LA
TA
N
LA
MP
UN
G
DI Y
OG
YA
KA
RT
A
JAW
A T
EN
GA
H
SU
LA
WE
SI T
EN
GG
AR
A
JAW
A T
IMU
R
SU
LA
WE
SI B
AR
AT
SU
LA
WE
SI S
EL
AT
AN
SU
MA
TE
RA
UT
AR
A
JAM
BI
SU
LA
WE
SI U
TA
RA
KA
LIM
AN
TA
N B
AR
AT
JAW
A B
AR
AT
RIA
U
KA
LIM
AN
TA
N U
TA
RA
SU
MA
TE
RA
BA
RA
T
MA
LU
KU
UT
AR
A
KE
P. R
IAU
KA
LIM
AN
TA
N T
IMU
R
BA
NT
EN
KE
P. B
AN
GK
A B
EL
ITU
NG
KA
LIM
AN
TA
N T
EN
GA
H
KA
LIM
AN
TA
N S
EL
AT
AN
BA
LI
DK
I JA
KA
RT
A
Tingkat Kemiskinan (%), 2017
Nasional Provinsi
Namun Demikian, Tingkat Ketimpangan Sulawesi Selatan Tertinggi Nomor 2 di Indonesia
8
0.391
0.25
0.35
0.45
DI Y
OG
YA
KA
RT
A
SU
LA
WE
SI S
EL
AT
AN
JAW
A T
IMU
R
DK
I JA
KA
RT
A
GO
RO
NT
AL
O
SU
LA
WE
SI T
EN
GG
AR
A
PA
PU
A
SU
LA
WE
SI U
TA
RA
JAW
A B
AR
AT
PA
PU
A B
AR
AT
BA
NT
EN
BA
LI
NU
SA
TE
NG
GA
RA
BA
RA
T
SU
MA
TE
RA
SE
LA
TA
N
JAW
A T
EN
GA
H
KE
P. R
IAU
NU
SA
TE
NG
GA
RA
TIM
UR
BE
NG
KU
LU
KA
LIM
AN
TA
N S
EL
AT
AN
SU
LA
WE
SI T
EN
GA
H
SU
LA
WE
SI B
AR
AT
SU
MA
TE
RA
UT
AR
A
JAM
BI
LA
MP
UN
G
KA
LIM
AN
TA
N T
IMU
R
MA
LU
KU
UT
AR
A
AC
EH
KA
LIM
AN
TA
N B
AR
AT
KA
LIM
AN
TA
N T
EN
GA
H
RIA
U
MA
LU
KU
KA
LIM
AN
TA
N U
TA
RA
SU
MA
TE
RA
BA
RA
T
Gini Rasio, 2017
Nasional Provinsi
Tingkat Balita Stunted Sulawesi Selatan Lebih Tinggi dari Rata-rata Nasional
9
26
.3
27
.3
27
.3
27
.5 28
.7
32
.6
33 3
4.8
35
.3
35
.8
36
.7
36
.8
36
.8
37
.2
37
.9
38
.6
38
.9
39
.2
39
.7
40
.1
40
.6
40
.9
41 41
.1
41
.3
41
.5
42
.5
42
.6
42
.6 44
.2
44
.7
45
.2 48
51
.7
Persentase anak BALITA yang mengalami ‘kekerdilan’ menurut Propinsi di Indonesia, 2013
Pertumbuhan Inklusif denganKebijakan Sosial yang Aktif adalah Kunci
A Pertumbuhan Ekonomi
Pengurangan KemiskinanB
Pembangunan ManusiaC
Penurunan KetimpanganD
Penguatan Kontrak SosialE
Perlu Didukung oleh Kebijakan Berbasis Bukti yang Kuat10
Kondisi Ideal
Hasil penelitiantersedia dan
mudah diakses
Penelitiandirancang dan
dilaksanakan agar relevan dengan
kebijakan
Bukti hasilpenelitian
difahami denganbenar
Bukti hasilpenelitian sangat
dihargai
Kebijakan dan pelaksanaannya
selalu didasarkanpada bukti hasil
penelitian
Kesejahteraanmasyarakatmeningkat
SUPPLY: Penelitian yang
relevandilaksanakan dan dikomunikasikan
secara efektif
DEMAND: Bukti hasil
penelitian selaludijadikan dasar
pengambilankebijakan
Komunikasi Penelitian
12
Kesenjangan di Dunia Nyata
Peneliti tidak dapat memahamimengapa pengambil kebijakan
mengabaikan rekomendasi merekawalaupun didasarkan pada bukti yang
kuat
PENELITI PENGAMBIL KEBIJAKAN
Pengambil kebijakan mengeluhkansulitnya mengakses dan memahami hasil
penelitian pada saat diperlukan untukdijadikan dasar pengambilan kebijakan
13
Pembuatan Kebijakan Publikadalah Sebuah Proses Politik
14
Seringkali, keputusan diambil berdasarkan apa yang sedang populer dalamjangka pendek bukan apa yang bisa berjalan dalam jangka menengah dan
panjang
Politik Bukanlah MusuhPembuatan Kebijakan Publik Yang Berdasarkan Fakta
15
Proses Politik
KebijakanPublik
Kerendahan hati
Kesabaran
KecerdasanPolitik
KemampuanBerpikirAnalitis
• Mengabaikan politik adalahmustahil karena kebijakan publikdibuat dalam konteks politik.
• Reformasi kebijakan publikmembutuhkan keterampilan danmodal tambahan di luar hasilpenelitian.
Berjejajaring
Kegigihan
SumberDaya
Proses Umum Pengambilan Kebijakan
Monitoring danEvaluasi
PenetapanAgenda
PengambilanKeputusan
ImplementasiKebijakan
PerumusanKebijakan
16
Mengapa Diperlukan Kebijakan Berbasis Bukti?
17
1Efektivitas
2Efisiensi
3Orientasi Pelayanan Publik
4Akuntabilitas
5Demokrasi
6Kepercayaan
Beberapa Jenis Buktiuntuk Mendukung Pengambilan Kebijakan
Tinjauan Sistematis
Uji Acak Terkendali
Penelitian Kohort
Penelitian Kasus-Kontrol
Laporan Kasus & Rangkaian Kasus
Pendapat Anekdotal & Ahli
Hasil Penelitian Bukanlah Satu-satunya Jenis Bukti
BLUSUKANmerupakan salah satu alternatif cara pembuktian
18
Meningkatkan Pemanfaatan Bukti dalam Pengambilan Kebijakan
20
Penyedia Bukti (Peneliti, Ahli Statistik, dll)
PengambilKebijakan
Dialog
• Bukti yang dapat diandalkan danterpercaya•Memperbaiki “kegunaan” bukti• Penyebarluasan yang efektif•Keterbukaan akses
•Memperoleh dukungan yang memadai•Memiliki insentif untuk
menggunakan bukti
Memadankan Persyaratan Teknis dan Relevansi Kebijakan
•Data/Bukti yang lebih baik•Memenuhi persyaratan teknis•Relevan dengan kebijakan
Menjembatani Perbedaan Gagasan Tentang Bukti
• Mudah dipahami(kontekstual)
• Apa pun yang tampak masukakal
• Relevan dengan kebijakan
• Terikat waktu
• Pesan yang jelas
• ‘Ilmiah’ (bebas konteks)
• Terbukti secara empiris
• Berdasarkan suatu teori
• Tidak terikat waktu
• Kehati-hatian danpembatasan/kualifikasi
Bukti BagiPENGAMBIL KEBIJAKAN
Bukti BagiPENELITI
22
Harmonisasi antaraPemerintah, Universitas dan Lembaga Penelitian
BerbasisBukti
Duplikasi/ Perluasan
Tem
uan
Eva
luas
i
Pel
aksa
naa
nE
valu
asi
OrganisasiMasyarakat Sipil
Pemerintah(Pusat/Daerah)
CSR & LembagaDonor
LembagaPenelitian/Perg
uruan TinggiMonitoring & Evaluasi yang
Sedang Berlangsung
Kerja sama erat pemerintah, peneliti dan pemangku kepentingan lainnya merupakan kunci utamauntuk memperbaiki capaian pembangunan
24
Bagi Pembuat Kebijakan(Pemerintah Pusat dan Daerah)
Kuasai keterampilan analisis dasar
Seleksi bukti yang ada
Kreatif dalam menjawab tantangan praktis (sepertiketerbatasan waktu, tawar menawar yang bersifat politis)
Pertimbangkan skalabilitas program secara cermat
Jangan menganggap bahwa sebuah program bisamenjawab semua masalah (one-size-fits-all mindset)
Kembangkan kapasitas penelitan dalam lembaga
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
Bagi Produsen Pengetahuan(Universitas dan Lembaga Penelitian)
Bangun reputasi dengan selalu menghasilkan riset yang tepercaya
Bersikap rendah hati dan terhormat; cerdas saja tidak cukup
Miliki sensitifitas politis dengan memahami cara
Ajukan pertanyaan yang tepat dan pahami gambaran besarnya
Libatkan pemerintah sedari awal, sejak fase perancangan studijika memungkinan, untuk membantu mengidentifikasikebutuhan analisis dan tantangan implementasi
Berkoordinasi sesering mungkin dengan semua pemangkukepentingan, terutama pembuat kebijakan di level atas
Terus pupuk keinginan untuk terus memberi input bagikebijakan dengan membuat penelitian yang mudah dipahamidan relevan
Manfaatkan pengetahuan/data internal pemerintah
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
Memperbaiki Kinerja Penetapan Sasaran:Fakta Tingginya Kekurangtepatan Sasaran Program (Tahun 2009)
29
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Desil Konsumsi
BLT Raskin Cakupan Jamkesmas Pemanfaatan Jamkesmas
Non-targetTarget
Sumber: Susenas 2009 dan perhitungan oleh staf Bank Dunia
Memperbaiki Kinerja Penetapan Sasaran:Studi untuk Menguji Beberapa Metode Penetapan Sasaran (Tahun 2010)
30
0
5
10
15
20
25
30
35
PMT Komunitas
Pe
rse
n
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pe
rse
nta
seK
elo
mp
ok
Pe
ng
elu
ara
nT
erc
ak
up
PMT KomunitasSumber: JPAL dan Bank Dunia, 2010
PMT Memberikan Hasil Yang Paling Akurat, sementara pendekatan Komunitas lebih baik dalammengidentifikasi mereka yang paling miskin
Memperbaiki Kinerja Penetapan Sasaran:Pembangunan dan Pemanfaatan Basis Data Terpadu tahun 2011
• Pendataan di tahun 2011 denganmengkombinasikan metode PMT dan Konsultasi dengan RT miskin
• Pemutakhiran pada tahun 2015
• Dengan adanya inovasi mekanismekonsultasi publik
• Perluasan informasi karakteristik rumahtangga dan individu yang didata
• Penyempurnaan metode PMT
• Mencakup hampir 26 juta rumahtangga
• Telah dimanfaatkan oleh program nasional dan lebih dari 300 pemerintahdaerah
31
1 Desember 2015Penyerahan BDT
September sd. November 2015.Pemodelan PMT
Juli sd. September 2015
Pengumpulan Data
(PBDT 2015)
Proses Pemuktahiran Database Terpadu
Memperbaiki Kinerja Penetapan Sasaran:Saat Ini Mulai Menunjukkan Hasil yang Diharapkan
32
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pe
rse
nta
se M
anfa
at T
ota
l
Desil Pengeluaran Perkapita
SD 2013 SD 2009
0%
5%
10%
15%
20%
25%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pe
rse
nta
se M
an
faa
t T
ota
l
Desil Pengeluaran Perkapita
SMP 2013 SMP 2009
Sumber: Susenas, 2009 dan 2013
0
10
20
30
40
50
Kuantil 1 Kuantil 2 Kuantil 3 Kuantil 4 Kuantil 5
KPS Raskin 2010
Sumber:: Susenas 2010 (Raskin) dan Desember 2013 (KPS)
KPS dan Raskin
Mempertajam Penentuan Wilayah Prioritas
33
INDEKS KESEJAHTERAAN
WILAYAH
PENGELOMPOKAN WILAYAH
ESTIMASI ANGGARAN
PER KELOMPOK WILAYAH
PENYUSUNAN PRIORITAS
SEKTOR
PENENTUAN PRIORITAS PROGRAM
DAN KEGIATAN PER
WILAYAH
EVALUASI EFEKTIVITAS PROGRAM
DAN KEGIATAN
[1]Menetapkan rangking atau urutan
kesejahteraan untuk mengidentifikasiwilayah berdasarkan kemiskinan
multidimensi
Pemerataan kesempatan (equality of opportunity) di berbagai sektor (pendidikan, kesehatan, dst)
[2]Memilih dan memilah wilayah
(Kab/Kec/Desa) yang menjadi target kedalam Grup Prioritas
sebagai dasar penargetan kantong-kantong kemiskinan
[1] Menentukan alokasi biayaberdasarkan indikatorcapaian dan skala prioritas
[2] Menentukan alokasibantuan yang akandidistribusikan berdasarkanpendekatan geographic targeting.
Meminimalkan kesenjangan dan kemiskinan yang disebabkan oleh perbedaan kualitas dan kuantitas supply side antar wilayah
Meningkatkan efektivitas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan melalui mekanisme pemantauan terpadu.
Indeks Kesejahteraan Wilayah (IKW) merupakan embrio penetapan sasaran berbasis geografis dan diterapkan secara penuh untuk mengalokasikan Dana Desa sejak tahun 2015 hingga saat ini dan
reformulasi dana desa tahun 2018
Pemanfaatan Metode Penetapan Sasaran Berbasis Wilayah: Sebaran Menurut Klasifikasi Wilayah
Kelompok WilayahJumlah
KecamatanJumlah Desa
Kelompok 1 – Sangat Rendah 2 35
Kelompok 2 4 51
Kelompok 3 2 66
Kelompok 4 8 72
Kelompok 5 - Sangat Tinggi 2 56
Kelompok 5 - Sangat Tinggi
Kelompok 4
Kelompok 3
Kelompok 2
Kelompok 1 - Sangat Rendah
Sebaran Desa Dalam KecamatanDengan IKW Tertinggi
Kelompok 5 - Sangat Tinggi
Kelompok 4
Kelompok 3
Kelompok 2
Kelompok 1 - Sangat Rendah
Sebaran IKW Menurut Kecamatan DalamKabupaten
Kelompok 5 - Sangat Tinggi
Kelompok 4
Kelompok 3
Kelompok 2
Kelompok 1 - Sangat Rendah
Sebaran Desa Dalam Kecamatan DenganIKW Terendah
Kelompok 5 - Sangat Tinggi
Kelompok 4
Kelompok 3
Kelompok 2
Kelompok 1 - Sangat Rendah
Yang Dimaksud dengan Kebijakan Berbasis Bukti
35
Kebijakan yang dirumuskanberdasarkan:• Kajian mendalam serta...• Penelitian-penelitian pendukung
dengan…• Menempatkan bukti terbaik
sebagai dasar untuk…• Membantu pengambil keputusan
memperoleh informasi penuhmengenai kebijakan, program, dankegiatan sesuai dengan…
• Kebutuhan kebijakan pembangunandan pelaksanaannya.
Implementasi Kebijakan
DesainKebijakan
Bukti
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Kebijakan
Pengalamandan Keahlian
Penilaian
Nilai-nilai danKonteks
Kebijakan
Pelobi danKelompok Penekan
Sumber Daya
Kebiasaandan Tradisi
Pragmatismedan
Kontingensi
Data/Bukti
36
Penelitian dan Pembuktian
Pembuat Kebijakan
Ideologi & Nilai
Situasi Politik
EstimasiSumber Daya
TekananWaktu
BeragamPilihan yang
penting
Kebiasaan & Tradisi
Pelobi & Kelompok
Berpengaruh
Birokrasi
Keterampilanuntuk
menggunakanbukti
Penelitian adalah proses yang tidak linear. Seringkali, penelitianmerupakan input kecildari banyak faktortambahan yang memengaruhi keputusanpembuat kebijakan.
37
Menuju Kebijakan Berbasis Bukti
38
•Kehidupan politik
•Ketepatan waktu analisis
•Penilaian
•Pengalaman
•Sumber daya
•Sistem lobi (think-tank, pembentuk opini, media, ormas)
Rendah Tinggi
Re
nd
ah
Tin
gg
i
Lingkungan Kebijakan yang Mendukung
•Hasil studi sebelumnya
•Hasil dari evaluasi
•Hasil dari studi kualitatif
•Hasil dari eksperimen dankuasi-eksperimen
•Hasil survei dan data administratif
•Metode konsultatifBerbasis Opini
DipengaruhiData/Bukti
DipengaruhiData/Bukti
Berbasis Data/Bukti
Ku
ali
tas
Te
kn
isd
an
Ke
pe
rca
ya
an