YOGYAKARTA, 5 OKT 2016
KEBIJAKAN DAN STRATEGIPENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN2015-2019
Rumah semakin tidak terjangkaua. 11,8 juta rumah tangga tidak memiliki rumah sama sekali b. 3,1 juta rumah tangga memiliki rumah lebih dari satuc. Peningkatan kebutuhan hunian sewa di perkotaan namun supply bagi rumah
terjangkau masih terbatas. d. Rumah tangga cenderung menunda memiliki rumah atau sebagian terpaksa menempati
hunian tidak layak (sewa/milik)
Rusunawa Kumuh Permukiman Kumuh Rumah Tidak Layak Huni Rusunawa Terbengkalai
TIDAK ADA PERMUKIMAN TANPA ADANYA PERUMAHAN
Persoalan bidang perumahan dan permukiman sudah sering dibicarakan, namun belum ada upaya sistematis menyelesaikannya.
Home Ownership Rate sebesar 78,7%, sisanya
non-milik (sewa/kontrak/numpang)
3,1 juta rumah tangga memiliki rumah lebih dari
satu.
11,8 juta rumah tangga tidak memiliki rumah sama
sekali.
Tingginya presentase masyarakat dengan status pekerjaan informal menjadi salah satu faktor pendorong tingginya pembangunan rumah secara swadaya
Pekerja Formal, 41%
Pekerja InFormal, 59%
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2014, BPS
Membangun Sendiri
Masyarakat sebagai pelaku utama penyediaan
perumahan di Indonesia
Sumber: Statistik Perumahan dan Permukiman 2013, BPS
Masih banyak masyarakat yang belum memiliki
rumah sendiri
Jumlah Pekerja Informal berbanding lurus dengan besarnya pembangunan
rumah swadaya
FAKTA YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
Perumahan Swadaya dibangun sesuai penguasaan lahan dan kemampuan masyarakat
Semakin tumbuh tak terkendali Permukiman
padat, infrastruktur (jalan, drainase, air minum, dll) tidak terintegrasi, rawan kebakaran
KECENDERUNGAN KE DEPAN
Pertumbuhan penduduk
Pembangunan rumah
Tanpa atau kurang pembinaan dan pengawasan
sekarang masa depan
205.182
1.007.745
320.672
437.948
159.904
376.268 89.213
228.959
50.615
174.471
1.250.754
2.492.792
1.030.470
210.963
1.106.145
499.143
238.370
173.324
114.854
100.603
154.608
265.091
262.406
120.289
108.526
245.545
58.989
50.463
31.217
56.731
29.540
42.395
147.476
TANTANGAN 1: PETA SEBARAN RUMAH TANGGA YANG BELUM MEMILIKI RUMAH SENDIRI
Sumber: BPS, 2013
Total ≥ 200.000 RT
Keterangan:
Total < 200.000 RT
13,70
11,22
11,16
8,31
8,03
11,569,37
7,20
4,12
7,20
6,48
10,01
4,10
3,23
5,2310,48
4,77
14,27
41,44
10,59
12,08
6,65
4,37
11,87
12,96
7,51
10,93
14,90
18,64
17,36
13,43
12,06
46,76
TANTANGAN 2: PETA SEBARAN RT YANG MENEMPATI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (%)
RTLH ≥ 10%
Keterangan:
RTLH < 10% Sumber: BPS, 2013
1.324,3
288,96
527,38
259.52
569,6
1.901,6125,8
438,3
343,4
424,07
1.204,5
3287,6
3.946
348,5
1.579405,4
177,6
603,6
118,7
146,02
84,16
1553,7
762,29
240,9
1.455,3
619,57
85,16
28,93
171,8
21,74
95,21
101,7
TANTANGAN 3: PETA SEBARAN LUAS PERMUKIMAN KUMUH (Ha)
Luas ≥ 200 Ha
Keterangan:
Luas < 200 HaSumber: BPS, 2013
151,6172,05
TARGET NASIONAL
Amanat Kondisi Saat Ini1
Pasal 28(h) Ayat 1-UU Dasar 1945“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan”RPJPN-UU 17 Tahun 2007Kota tanpa permukiman kumuh tahun 2025 melalui penyediaan hunian dan sarana prasarana yang layak, kebijakan yang berkelanjutan, dan enabling environment yang memadai. SDGs Target 11-1Memastikan akses seluruh masyarakat terhadap rumah dan pelayanan dasar yang aman, layak huni, dan terjangkau serta peningkatan kualitas seluruh permukiman kumuh di tahun 2030.
22% 50%30% 36%
29juta 13,5juta9juta 11jutamasyarakat
perkotaan tinggal di permukiman
kumuh tanpa/dengan layanan dasar
minimal
masyarakat miskin tinggal di permukiman
kumuh dengan sub-standard housing, akses
buruk terhadap pelayanan dasar, rentan kesehatan dan bencana,
dll.
atau atauatau
masyarakat permukiman kumuh
tinggal di permukiman
dengan akses air minum yang buruk
atau
masyarakat permukiman kumuh
tinggal di permukiman dengan akses sanitasi dan
drainase yang buruk
TARGET
RPJMN 2015-2019
4,4juta 1,5juta 38.431 Ha
Penyediaan Hunian
Layak (Sewa/Mili
k)
Penanganan Rumah
Tidak Layak Huni
Pengentasan Kawasan
Kumuh untuk mencapai Kota Tanpa
Kumuh
1) Slum profiling by NCEP Urban-World Bank, carried out nationally, 2015
RULE OF THUMB
1
2
3
MBR sulit menyediakan huniannya tanpa bantuan pemerintah
Tanpa fasilitasi pemerintah, MBR akan bangun rumah seadanya
Penyediaan perumahan masyarakat menengah ke atas diserahkan kepada mekanisme pasar (diurus oleh masing-masing rumah tangga), namun tetap diperlukan regulasi untuk mengatur dan mengendalikannya.
Pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan masyarakat berpenghasilan rendah.
Rumah adalah aset terbesar rumah tangga. Membutuhkan
pembiayaan besar dengan tenor lama (cicilan/menabung)
Preferensi perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat melalui Incremental Housing.
Siapa yang menyediakan infrastruktur dasar permukiman?
DIMANA PEMERINTAH DAPAT BERPERAN?
PRICE
Inputs Production Demand
a. Lahan b. Instrumen Pembiayaanc. Infrastukturd. Tenaga Kerjae. Materials
a. Pengembang (Developer)
b. Pembangun (Builder)c. Pemilik Tanah
(Landlord)d. Pemilik Rumah
(Homeowner)
a. Penyewa (Renters)b. Pemilik rumah
(homeowners)
PRICE
Bisa di sisi Input
Bisa di sisi Produksi
Bisa di sisi Demand
Apakah pemerintah dapat berjalan sendiri untuk memenuhi peran-peran di atas?
MENGAPA PERLU KOLABORASI? (1)
Perbedaan rumah (private good) dengan Infrastruktur (public good)
Dibangun pemerintah Dibangun sendiri masyarakat Dibangun pengembang, lalu dibeli
masyarakat Difasilitasi pemerintah vs tidak
difasilitasi pemerintah
URUSAN PERUMAHAN SANGAT COMPLEX DAN COMPLICATEDPembangunan perumahan merupakan urusan yang sulit (complicated) dan juga rumit(complex). Tidak bisa diselesaikan hanya dengan membagi urusan dan tidak ada lembaga yang bisa menanganinya sendirian.
Seringkali terlambat menyadari dinamika
kebutuhan masyarakat
Mengapa Perlu Kolaborasi? (2)
Birokrasi fokus dengan urusannya Sendiri• Birokrasi berbasis kinerja menyebabkan fokus pada urusan dan kewenangannya masing-masing
• Namun seringkali fokus pada pencapaian output tapi lupa pada tujuan dan outcome
• Banyak outcome dicapai dengan gabungan dari berbagai output yang dilakukan berbagai pihak
• Akibatnya uang habis dibelanjakan, fisik terbangun, namun tujuan belum tercapai. Why?
“Bukan hanya banyaknya aturan, kuatnya kelembagaan dan besarnya anggaran yang
dibutuhkan”tapi
Perlunya Perubahan Paradigma
KOLABORASI DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH
PENANGANAN (UPGRADING) ATAU PENGENTASAN (ALLEVIATION) ?
SLUM UPGRADING(PENANGANAN)
SLUM ALLEVIATION(PENGENTASAN)
MENUJU
Hanya fokus kepada infrastruktur dasar, belum
komprehensif dan berorientasi pencegahan .
Fokus penanganan dan pencegahan, mencakup
seluruh aspek terkait pembangunan perumahan
dan permukiman.
Pencegahan dan Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan (UU 1/2011)
Bagian Penjelasan Pasal 59 ayat 2e: Yang dimaksud dengan “pencegahan tumbuhnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh” adalah upaya penetapan fungsi sesuai dengan tata ruang. Pasal 95 Ayat 2: Pencegahan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan melalui:a. Pengawasan dan Pengendalian;b. Pemberdayaan Masyarakat.
Pasal 95 Ayat 3:Pengawasan dan Pengendalian dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis, dan kelaikan fungsi melalui pemeriksanaan secara berkala sesuai dengan peraturan perundangan.
Pasal 95 Ayat 4:Pemberdayaan masyarakat dilakukan terhadap pemangku kepentingan bidang PKP melalui pendampingan dan pelayanan informasi.
PENCEGAHAN PENINGKATAN KUALITAS
Pasal 97 Ayat 1Peningkatan kualitas terhadap perumahan dan permukiman kumuh didahului dengan penetapan lokasi dengan pola-pola penanganan: a. Pemugaran;b. Peremajaan;c. Permukiman Kembali. UU 1/2011 juga menekankan bahwa penanganan perumahan dan permukiman merupakan satu kesatuan, dimulai dari penyediaan infrastruktur, bangunan, penyediaan lahan, pembiayaan perumahan, hingga peningkatan kondisi sosial-ekonomi.
Kolaborasi Penanganan Permukiman KumuhRu
ma
h
&
In
fr
as
tr
uk
tu
r
Da
sa
r
Sosial dan Ekonomi
Pe
mb
ia
ya
an
P
er
um
ah
an
M
BR
La
ha
n
Kualitas Bangunan HunianAksesibilitas
LingkunganDrainase LingkunganPelayanan Air Minum/BakuPengelolaan Air LimbahPengelolaan
PersampahanPenanggulangan Kebakaran
4 dari 7 indikator terkait dengan air minum dan sanitasi
Menjamin secure tenure masyarakat (hak pemanfaatan/milik), kesesuaian dengan peruntukan
Akses MBR terhadap pembiayaan perumahan
Kota Tanpa Kumuh hanya dapat terwujud jika ada sistem yang dapat memastikan seluruh komponen pengentasan (lahan, pembiayaan, infrastruktur dasar, dan penghidupan
berkelanjutan) dapat tersedia/terwujud.
Perubahan perilaku sosial dan ekonomi masyarakat
TIDAK DAPAT BERJALAN SENDIRI, BUTUH KOLABORASI BERBAGAI SEKTOR
Terkait dengan perumahan layak
PRINSIP DASAR PENGENTASAN PERMUKIMAN KUMUH
Pemerintah Daerah sebagai
NakhodaPemda sebagai perencana dan
sebagai koordinator pelaksana di
daerahPemerintah Pusat berperan sebagai pendamping dan
enabler.
Partisipasi MasyarakatTerlibat dalam
semua tahapan
Terintegrasi dengan Sistem
KotaKeterpaduan
rencana penanganan kumuh
dengan rencana pembangunan kota
Kolaborasi dan KomprehensifMenyelesaikan
berbagai persoalan kumuh dari berbagai
sektor, baik fisik maupun non-fisik melalui kolaborasi antar stakeholders.
Menjamin Keamanan Bermukim
Fokus pada secure tenure bukan kepemilikan
PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI NAKHODA
Pemda sebagai Nakhod
a
Mainstreaming aspek PKP ke dalam agenda RPJMD
Menerapkan demand responsive approach
Adanya alokasi pendanaan terhadap pembangunan PKPAdanya kapasitas kelembagaan yang memadai.
Adanya rencana pembangunan PKP yang strategis dan komprehensif
Dalam memenuhi perannya sebagai Nakhoda, minimal karakteristik tersebut harus dimiliki oleh pemda.
Pemerintah pusat akan berperan dalam pendampingan, bimbingan teknis, dan memberikan dukungan regulasi/kebijakan.
Bagaimana Pokja PKP Dapat Berperan?
Bidang Perumahan bersifat Multiaktor, Multi Sektoral
Catatan: Pokja sebagai Think Thank Kebijakan di daerah, wadah koordinasi dan kolaborasi, bukan mengambil alih tugas SKPD atau K/L atau hanya sebagai pelaksana kegiatan, oleh karena itu untuk bidang PKP diusulkan hanya ada 1 Pokja untuk semua.
Referensi yang Sama
Tujuan yang Sama
Institusi-Institusi yang terlibat memahami perannya
Target yang Jelas & Dapat
Dimonitor Bersama
Indikator kinerja yang selaras,
baik output dan outcome
Kebijakan yang Sama
Kolaborasi Pemda dan Pusat
Tugas Pokja PKP adalah memastikan agar bidang perumahan& permukiman memiliki
Pendekatan Business as Usual tidak bisa terus digunakan
Dibutuhkan wadah koordinasi berupa Pokja Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) untuk mendukung kolaborasi
Keterkaitan Agenda
RPJMN
RPJMD Kab/Kota
RPJMD Provinsi
SDG’s Goal 11
Program/Kegiatan
FLPP
Program Sejuta Rumah
DAK Perumahan
Program Air Minum dan
SanitasiKOTAKU
PAMSIMAS/SANIMAS
LSM
Prog PemKab/
Kota
ProgProv.
Pokja
Pokja Membantu Menjamin Keterpaduan
1. Agenda Sejuta Rumah2. Agenda Kota Tanpa Kumuh3. Agenda Universal Akses Air Minum dan Sanitasi
Dana Desa
MEMBANGUN PLATFORM BERSAMA
Strategi Pengentasa
n Permukiman
Kumuh
Pokja PKP
Kab/Kota
Pemerintah
Daerah
Visi misi, mandat, tupoksi, political support, dukungan pendanaan.
APBN APBD
SWADAYA
CSR
PHLN
BANK
DLL
Strategi Pengentasan Permukiman Kumuh harus disusun atas dasar:1. Dari,oleh, dan untuk kota
ybs. 2. Berdasarkan strategi
pembangunan kota3. Skala kota dengan kejelasan
prioritas penanganan4. Demand responsive
approach (top-down meets bottom-up)
5. Multi sektor, multi stakeholder
6. Tidak bersifat ke-project-anStrategi Pengentasan Permukiman Kumuh berisikan:1. Kegiatan2. Tahapan/Waktu3. Lokasi4. Besaran5. Sumber DanaDari rencana kegiatan pembangunan berbagai sektor (sosial, ekonomi, dan infrastruktur fisik) yang dibutuhkan dalam penanganan perumahan dan permukiman.
Lahan
Inf..DasarSosial &Ekonomi
Rumah
BSPS, Rusunawa
dllNSUP/KOTAKU
2
Pokja PKP
Provinsi
Koor
dinas
i
SKEMA PROGRAM NASIONAL PENGENTASAN PERMUKIMAN KUMUH DAN PERAN POKJA PKP
Target RPJMN dan Strategi Pengentasan Permukiman Kumuh
Slum Alleviation National Guideline
Slum Alleviation Strategy and Policy
Slum Alleviation National Program
Pokja PKP Nasional
Slum Alleviation Program at Kab/Kota – Provincial Coordination
Pokja PKP Provinsi
Perencanaan strategis penanganan kumuh/target setting
Citywide Multiactor./Multisector Level Kab/Kota Bottom up + Top Down (demand responsive) Rencana Investasi dan Sumber Pendanaan.
Pokja PKP Kab/Kota
Fungsi Pokja PKP Nasional: Kebijakan, strategi, program Kerangka Koordinasi,
pengendalian, dan pemantapan pelaksanaan
Arah pencapaian target RPJMN dan SDGs
Pengembangan dan Pengawasan pelaksanan terkait sumberdana DN dan LN
Kerangka monev. Fungsi Pokja PKP Provinsi: Koordinasi program Advokasi pemerintah kab/kota Advokasi dan supervisi perencanaan
dan implementasi Fasillitasi pelaksanaan program Sinkronidasi program dan kegiatan.
Fungsi Pokja PKP Kab/Kota Koordinasi program Advokasi SKPD dan stakeholders
kab/kota Advisori: memberi input strategis
dalam perencanaan dan penganggaran kab/kota, khususnya dalam pengentasan kumuh.
APBD
APBN
APBD Prov
Masyarakat
Pemda: Perencana dan Pelaksana program
pengentasan umuh secara komprehensif di tingkat
kab/kota
Nasional
Provinsi
Kab/Kota
TERIMA KASIHDirektorat Perkotaan, Perumahan, dan PermukimanGedung Baru Lantai 3, Kementerian PPN/Bappenas
Jalan Taman Suropati No.2, Jakarta Pusat 10310