Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Konflik
Palestina Pasca Agresi Israel Di Jalur Gaza (2008)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
(S.Sos)
Oleh :
Muhammad Imam Noviar
108083000032
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Konflik Palestina Pasca Agresi Israel
Di Jalur Gaza (2008)
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah
saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
saya atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Juli 2015
Muhammad Imam Noviar
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan Ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa :
Nama : Muhammad Imam Noviar
NIM : 108083000032
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah selesai penulisan skripsi dengan judul :
Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Konflik Palestina Pasca Agresi Israel
Di Jalur Gaza (2008)
Telah memenuhi syarat untuk diuji.
Jakarta, 2 Juli 2015
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Badrus Sholeh, MA
NIP. 19710211 199903 1 002 M. Adian Firnas, M. Si
iii
iv
ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisa tentang upaya Indonesia dalam memberikan bantuan-
bantuan ke Palestina melalui berbagai respon dalam konflik Palestina-Israel yang
terjadi di Gaza pada tahun 2008. Agresi Israel di jalur Gaza merupakan agresi
yang terjadi selama 22 hari lamanya pada waktu itu, agresi tersebut merupakan
bentuk dari serangkaian konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel. Selain
itu, Israel juga menginginkan penguasaan sumber daya alam yang ada di Gaza
berupa minyak mentah. Agresi tersebut mendapat kecaman dalam dunia
Internasional, salah satunya Indonesia. Untuk mencapai kepentingan
nasionalnya, indonesia memberikan kebijakan luar negerinya berupa respon
sosial dan kemanusiaan pasca agresi Israel di jalur Gaza. Indonesia mengirimkan
beberapa relawan untuk membantu korban agresi israel dengan mengirimkan tim
medis. Selain tim medis, obat obatan juga diberikan Indonesia untuk para korban
agresi Israel dalam jumlah yang banyak, Indonesia juga mendirikan sebuah
rumah sakit Indonesia di Gaza. Dalam kerangka kerja sama regional, Indonesia
menginisiasi New Asian African Strategic Partnership (NAASP) for Palestinian
Development. Inisiatif kerja sama ini lebih terfokus untuk membantu Palestina
melalui program-program peningkatan kapasitas pembangunan, yang bertujuan
untuk melatih warga Palestina dalam meningkatkan kapasitasnya dalam bidang
keuangan mikro, pertanian, infrastruktur, kearsipan, project cycle, keramik,
diplomatik, keprotokolan, kepemerintahan, dan usaha kecil dan menengah.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui Direktorat Kerja Sama
Teknik bekerjasama dengan berbagai kementerian, lembaga dan institusi, telah
melaksanakan berbagai program kapasitas pembangunan untuk membantu
peningkatan SDM Palestina seperti pelatihan microfinance, pelatihan teknologi
informasi di bidang UKM, dan good governance agar pembangunan sumber daya
di palestina dapat tumbuh kembali.
Keyword: Indonesia Foreign Policy, NAASP, Dewan Keamanan
PBB, GNB, PLO, Red Cross, Mer-C.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Palestina Pasca Agresi Israel
Di Jalur Gaza”.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini juga dikerjakan dengan tekun dan penuh
keseriusan, dan dibantu pula oleh dosen pembimbing untuk mengkoreksi skripsi
ini. Untuk itu penulis berterima kasih kepada berbagai pihak yang membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada :
1. Yang tercinta orang tua penulis, Ayahanda Mawardi dan Ibunda
Fatmawati, yang selalu mendoakan dan mendukung kerja keras penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas dukungan dan doa
kalian sehinga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Bpk. M. Adian Firnas, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis,
yang telah memberikan arahan, saran, dan ilmunya yang sangat membantu
hingga penulisan skripsi ini selesai dengan baik.
3. Ketua Jurusan Program Studi ilmu Hubungan Internasional UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, bapak Badrus Sholeh, MA, Dosen Pembimbing
Akademik Penulis, Bpk Agus Nilmada, M. Si, dan semua dosen
vi
pengajar studi ilmu Hubungan Internasional yang telah memberikan
ilmunya yang bermanfaat.
4. Teman-teman seperjuangan penulis: Fachri Tri Utama, Ari Suprianto,
Vicky Fabiansyah, Ananda Afnan Raihan, Aditya Pradipta, Rizki
Mauliadi, Bintang Agassi, Roy Arisman, Wahyu Tri Nugroho, Sahabat
seperjuangan HI Kingdom dan HI angkatan 2008, KMPLHK Ranita,
Metri Apriyana, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan
satu persatu. Terima kasih atas persahabatan ini dan motivasi yang
diberikan kepada penulis.
Terimakasih banyak, semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan
yang ada. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia akademis sebagai
tambahan ilmu pengetahuan dalam bidang studi Ilmu Hubungan Internasional.
Jakarta, 2 Juli 2015
Muhammad Imam Noviar
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME……………………… …........ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI................................. ............ ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.......................................... iii
ABSTRAKSI................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR................................................................................ v
DAFTAR ISI................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................. 5
D. Tinjauan Pustaka.................................................................... 6
E. Landasan Teori....................................................................... 7
F. Hipotesa................................................................................. 13
G. Metode Penelitian.................................................................. 14
H. Sistematika Penulisan............................................................ 14
BAB II GAMBARAN UMUM HUBUNGAN BILATERAL
INDONESIA-PALESTINA………………………………..……………. 17
A. Sejarah Singkat..................................................................... 17
1. Sejarah Politik Luar Negeri Indonesia-Palestina……... 18
2. Sejarah Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia-
Palestina...................................................................... 20
B. Dinamika Kerjasama Indonesia-Palestina Sebelum Tahun
2008........................................................................................ 22
1. Periode Soekarno…………………………………….... 22
2. Periode Soeharto............................................................. 25
3. Periode B.J Habibie......................................................... 29
4. Periode Abdurrahman Wahid.......................................... 30
5. Periode Megawati............................................................ 33
BAB III KONFLIK PALESTINA-ISRAEL DI JALUR GAZA.......... 35
A. Sejarah Singkat Palestina dan Israel..................................... 35
1. Palestina......................................................................... 35
2. Israel............................................................................... 37
B. Latar Belakang Agresi Israel di Gaza (2008)........................ 43
C. Dinamika Agresi Israel di Gaza............................................ 47
viii
BAB IV RESPON INDONESIA TERHADAP PALESTINA PASCA
AGRESI ISRAEL KE JALUR GAZA (2008)......................................... 50
A. Respon Indonesia Sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan
Keamanan PBB dan GNB.................................................... 50
B. Respon Sosial dan Kemanusiaan Indonesia Untuk
Palestina…………………………………………………… 57
BAB V KESIMPULAN............................................................................. 67
ix
DAFTAR SINGKATAN
AAPSO : Afro-Asian People Solidarity Organization.
AIPAC : American Israel Public affairs Committe.
CEAPAD : Conference on Cooperation among East Asian Countries for
Palestinian Development.
Dit.KST : Direktorat Kerja Sama Tehnik.
DK PBB : Dewan Keamanan PBB.
GANEFO : Game of the New Emerging Force.
GNB : Gerakan Non Blok.
HAM : Hak Asasi Manusia.
HAMAS : Harokat al-Muqawamah al-Islamiyyah.
IMF : International Monetary Fund.
IOC : International Olympic Committe.
IPU : Inter Parliamentary Union.
JIM : Jakarta Informal Meeting.
KAA : Konferensi Asia Afrika.
KISPA : Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina.
LBB : Liga Bangsa Bangsa.
MER-C : Medical Emergency Rescue Committe.
MU PBB : Majelis Umum PBB.
NAASP : New Asian African Strategic Partnership.
OISRAA : Organisasi Setia kawanan Rakyat Asia Afrika.
OKI : Organisasi Konferensi Islam / Organisasi Kerja sama Islam.
PBB : Perserikatan Bangsa Bangsa.
PD : Perang Dunia.
PLO : Palestina Liberation Organization.
x
PMI : Palang Merah Indonesia.
RSI : Rumah Sakit Indonesia.
SBY : Susilo Bambang Yudhoyono.
TNI : Tentara Republik Indonesia.
UKM : Unit Kegiatan Masyarakat.
UNEF : United Nations Emergency Force.
UUD : Undang Undang Dasar.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak lahirnya negara Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia
berpegang teguh pada prinsip sistem politik luar negeri yang bebas dan aktif
dalam melakukan interaksi atau hubungan dengan negara-negara lain. Politik
bebas dan aktif yaitu politik luar negeri yang dianut Indonesia dengan tidak
bergabung atau terpengaruh dengan alasan politik dan mengecam, akan tetapi
aktif mewujudkan perdamaian dunia, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945,
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dalam prakteknya, salah satu bentuk hubungan Indonesia dengan negara
lain adalah hubungan bilateral Indonesia dengan negara-negara di kawasan Timur
Tengah1, seperti hubungan bilateral Indonesia dengan Mesir yang pada tahun
1947 terkait kesepakatan pembuatan perjanjian persahabatan diantara kedua
negara tersebut. Hingga hubungan bilateral Indonesia dengan Palestina yang
sampai saat ini masih marak untuk diperbincangkan.
Palestina adalah bangsa yang sampai saat ini berusaha untuk mendapatkan
kedaulatan diranah dunia Internasional. Konflik politik yang terjadi telah
menjadikan Palestina hingga saat ini belum dapat mewujudkan sebuah negara
yang merdeka dan berdaulat. Ditambah dengan adanya konflik internal antara
Hamas dan fatah menyebabkan wilayah Palestina terpecah menjadi dua wilayah
1 Sunario, Politik Luar Negeri Indonesia yang Bebas, Penerbit Endang, Jakarta, Hal. 192.
2
kekuasaan, yaitu wilayah Tepi Barat (West Bank) yang dikuasa oleh partai Fatah
dan wilayah Jalur Gaza (Gaza Strip) yang dikuasai oleh partai Hamas2.
Konflik Palestina-Israel kembali terjadi di Jalur Gaza, konflik antara
Hamas dengan Israel pada tanggal 27 desember 2008. Ini merupakan titik puncak
dari gencatan senjata yang telah terjadi selama 6 bulan sebelumnya, setelah Israel
memutus suplay gas dan listrik bagi warga Palestina dijalur Gaza. Dalam agresi
kali ini, Israel melakukan agresinya berupa serangan udara atau Operation Cast
Lead3 sebagai balasan dari serangan roket Hamas. Dari agresi yang berlangsung
selama 22 hari (gencatan sepihak oleh Israel pada 17 Januari 2009 yang menandai
akhir konflik) lebih dari 6.000 warga Palestina menjadi korban4.
Indonesia yang berprinsip bahwa penjajahan tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan menentang setiap penjajahan, salah satunya
negara Israel. Selain itu, Indonesia yang merupakan negara dunia ketiga
berpenduduk mayoritas muslim memiliki kesamaan pandangan dalam agama
dengan Palestina yaitu islam, dan menjaga tempat yang dianggap suci dan
bersejarah yaitu Masjidil Aqsa5. Hubungan yang cukup baik antara Indonesia
dengan Palestina mendorong Indonesia untuk melakukan langkah inisiatif guna
2 www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/we.html
3 Operation Cast Lead disebut juga dengan perang gaza. Konflik bersenjata yang terjadi di
Palestina, tepatnya di jalur Gaza. Secondary source, book Studies on the Israeli Aggression on
Gaza Strip: Cast Lead Operation / Al-Furqan Battle by Abdul-Hameed al-Kayyali Published in:
2009, www.alzaytouna.net/en/publications/books/151173-studies-on-the-israeli-aggression-on-
gaza-strip-cast-lead-operation-al-furqan-battle. 4 Habiebiecenter.or.id/news/Di.Balik.Agresi.Israel.ke.Gaza.
5 Masjidil Aqsa adalah salah satu tempat suci agama Islam yang menjadi bagian dari
kompleks bangunan suci di Kota Lama Yerusalem. Dikenal oleh umat Islam dengan sebutan Al-
Haram Asy-Syarif atau "tanah suci yang mulia". Tempat ini, oleh umat Yahudi dan Kristen dikenal
pula dengan sebutan Bait Suci, suatu tempat paling suci dalam agama Yahudi. Barton, George
(1901-1906). “Temple of Solomon”. Jewish Encyclopedia. Diakses 29 juni 2008.
3
berperan dalam membantu penanganan korban agresi dan proses pencapaian
perdamaian antara Palestina dengan Israel.
Berbagai upaya telah dilakukan, seperti pengiriman bantuan obat-obatan
dan tim dokter Indonesia untuk merawat korban agresi Israel, hingga upaya
diplomasi Indonesia di Organisasi Internasional PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) untuk membantu dan membela warga Palestina seperti dengan mendesak
PBB agar membuat suatu pernyataan yang mengecam agresi Israel dan membuat
resolusi terkait agresi Israel tersebut.
Berdasarkan sejarah, hubungan bilateral antara Indonesia dengan Palestina
sudah lama terjalin, yaitu sejak masa peralihan Indonesia menuju kemerdekaan
hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia. Palestina merupakan bangsa pertama
di kawasan Timur-Tengah yang menyiarkan kemerdekaan Indonesia di Radio
Internasional melalui Mufti Palestina yang bernama Amin AlHusaini. Berkat jasa
dari Amin inilah, kemerdekaan Indonesia mendapatkan gemanya pada masyarakat
Internasional.
Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Palestina semakin baik
setelah didirikannya sebuah kantor Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia
pada 13 September 1993. Dalam agresi Israel ke Jalur Gaza pada tanggal 27
Desember 2008, Indonesia dapat lebih berperan secara aktif lagi untuk membantu
penyelesaian konflik di Jalur Gaza, akan tetapi peran Amerika dalam agresi
tersebut menjadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pemerintah
presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
4
Hal ini dikarenakan dengan kuatnya lobi Yahudi melalui salah satu
Organisasi lobi Yahudi yang bernama AIPAC6 (American Israel Public Affairs
Committe). Hal tersebut telah disampaikan pada masa kampanya calon Presiden
Amerika pada tanggal 4 Juni 2008, Barrack Obama mengatakan bahwa:
“mereka yang mengancam Israel berarti mengancam kita. Israel selalu
saja menghadapi ancaman ini pertama kali, dan saya akan membawa
komitmen keamanan Israel ke Gedung Putih. Awalnya adalah memastikan
kualitas militer Israel. Saya akan memastikan Israel dapat
mempertahankan diri dari ancaman yang datang dari Gaza hingga
Teheran. Kerjasama pertahanan antara Israel dan Amerika adalah modal
kesuksesan dan harus diperdalam.Sebagai Presiden, saya akan
menyediakan US $30 Miliar untuk mengawal Israel pada dekade
berikutnya, penanaman modal bagi keamanan Israel tidak terikat oleh
bangsa lain.”
Pernyataan tersebut perlu dipertimbangkan karena pada kenyataannya,
Indonesia mempunyai keterikatan hubungan dengan Amerika, seperti keterikatan
ekonomi berupa peminjaman modal melalui IMF guna penanganan krisis di
Tanah Air yang lambat laun sekarang merupakan bentuk ketergantungan
Indonesia terhadap Amerika.
Agresi Israel ke Jalur Gaza juga menyebabkan berbagai reaksi di Tanah
Air, seperti aksi yang dilakukan oleh massa Hizbut Tahrir di Jakarta yang
menuntut agar pemerintahan SBY tidak hanya mengecam tindakan agresi Israel
yang sangat brutal, tetapi membantu warga Palestina di Jalur Gaza dengan
mengirimkan pasukan-pasukan TNI sebagai pasukan perdamaian di Gaza. Selain
6 Sebuah kelompok lobi di Amerika Serikat yang bertujuan melobi Kongres Amerika
Serikat dan badan eksekutif pemerintahan dengan tujuan menghasilkan kebijakan yang
meningkatkan hubungan dekat antara Amerika Serikat dan Israel. AIPAC dibentuk pada masa
pemerintahan Eisenhower, dan sejak saat itu membantu meningkatkan bantuan dan dukungan
Amerika Serikat kepada Israel. AIPAC telah sering disebut-sebut dalam berbagai survei sebagai
salah satu kelompok lobi paling berpengaruh dalam politik Amerika Serikat.
http://www.aipac.org/.
5
itu, di Bandung, aksi aktivis Islam juga menuntut agar pemerintahan SBY segera
memutus hubungan diplomatik dengan Amerika jika Presiden Obama masih
berstandar ganda dalam menangani konflik Palestina Israel.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya tekanan dari
dalam negeri agar pemerintah segera bersikap dan mengambil kebijakan terkait
agresi Israel, serta pentingnya menjaga hubungan pemerintahan Indonesia dengan
Amerika adalah dua hal yang menjadi acuan dalam pengambilan keputusan
pemerintah. Disatu sisi pemerintah harus merealisasikan tuntutan masyarakat agar
stabilitas nasional tetap terjaga dan citra pemerintah tidak dinilai lamban dalam
penanganan suatu masalah, di sisi lain pemerintah harus mengambil kebijakan
yang tidak bertentangan dengan Amerika, sehingga tidak mempengaruhi
hubungan bilateral Indonesia dengan Amerika7.
B. Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang Masalah di atas maka dapat ditarik sebuah rumusan
masalah yaitu, “Bagaimana respon Indonesia terhadap konflik Palestina pasca
agresi Israel ke Jalur Gaza pada Tahun 2008?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan luar
negeri Indonesia dalam membantu Palestina pasca agresi Israel pada tahun 2008.
Manfaat penulisan ini adalah untuk menambah wawasan tentang isu Timur tengah
khususnya di Palestina, terutama yang terkait adalah kebijakan luar Indonesia
7 http://www.kemlu.go.id/Pages/Default.aspx.
6
terhadap Palestina. Secara akademis, manfaat yang didapatkan dalam penelitian
ini adalah membantu program studi Hubungan Internasional, khususnya di FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memberikan informasi dan data yang
terkait dengan kerja sama atau kebijakan luar negeri Indonesia dalam isu
Palestina-Israel.
D. Tinjauan pustaka
Dalam sebuah thesis (Reaksi Masyarakat Muslim Indonesia terhadap
Agresi Militer Israel ke Gaza, Studi kasus MUI dan DPP PKS) yang membahas
tentang serangan Israel ke jalur Gaza pada tahun 20088, menjelaskan beberapa
faktor kedekatan Palestina dan Indonesia, tetapi dalam thesis tersebut tidak
menyebutkan peran politik luar negeri Indonesi, thesis tersebut lebih terfokus
membahas tentang bagaimana reaksi masyarakat muslim di Indonesia dalam
agresi Israel pada tahun 2008.
Dalam sebuah skripsi yang di tulis oleh Narendra Wisnu Karisma,
mahasiswa Fakultas FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret9
membahas beberapa dokumentasi gambar ketika agresi Israel pada tahun 2008,
bagaimana pesan-pesan yang terdapat dalam foto-foto obyek, makna, dan
penilaian mengenai analisis simiotik jurnalistik dalam dokumentasi tersebut.
Dari beberapa tulisan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
berbeda dengan beberapa tulisan tersebut. Hal ini karena penelitian ini
memfokuskan pada kebijakan luar negeri yang diambil oleh Indonesia dalam
8 http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t10494.pdf.
9 http://eprints.uns.ac.id/10859/1/Unlock-a.pdf.
7
agresi Israel ke jalur Gaza. Selain itu penelitian hanya membatasi sejak 2008
sampai dengan 2009, karena ketegangan antara kedua negara semakin meningkat
dan juga pemberitaan media massa terhadap isu Palestina-Israel juga meningkat.
E. Landasan Teori
Dalam studi ilmu-ilmu sosial terutama ilmu hubungan internasional, teori
menjadi sebuah alat analisa utama yang memberitahu kita mengapa sesuatu terjadi
dan kapan sesuatu bisa terjadi. Teori juga dapat didefinisikan sebagai suatu
pandangan atau persepsi tentang apa yang terjadi, sehingga berteori dapat
diartikan pekerjaan yang menjelaskan atau mendeskripsikan apa yang terjadi dan
mungkin juga meramalkan kemungkinan berulangnya kejadian itu di masa
depan10
.
Untuk menjawab permasalahan tersebut di atas, maka penulis akan
menggunakan teori sebagai berikut :
1. Kebijakan Luar Negeri
Menurut Jack C. Plano, politik luar negeri diartikan sebagai:
”A strategy or plan course of action developed by decision makers of a
state vis a visother state or international entities, aimed at achieving
specific goals defined in termsof national interest11
.”
Lebih spesifik lagi, politik luar negeri diartikan sebagai iringan
kebijaksanaan disertai rentetan tindakan yang rumit tetapi dinamis, yang ditempuh
10
Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi, LP3ES,
Jakarta, 1990, Hal.185. 11
Jack C. Plano and Roy Olto, The International Relation Dictionary, Halt Richart and
Winstone Inc, USA 196.
8
oleh suatu negara dalam hubungannya dengan negara-negara lain atau
kegiatannya dalam Organisasi-organisasi Internasional maupun Regional12
.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, politik luar negeri bertujuan
untuk memenuhi kepentingan nasional. Kepentingan nasional dapat
menggambarkan aspirasi suatu negara secara operasional. Dalam aplikasinya
berupa tindakan atau kebijaksanaan yang aktual dan rencana-rencana yang dituju
oleh suatu negara. Selain itu, politik luar negeri juga mengandung tindakan yang
merupakan bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk mendukung atau
mengubah perilaku negara lain. Hal ini merupakan tanda dimulainya proses
politik internasional.
Dalam kaitannya dengan Agresi Israel ke Jalur Gaza pada tanggal 27
Desember 2008, Indonesia melalui pemerintah mengecam dan mengutuk tindakan
genosida yang dilakukan oleh Israel. Sedangkan dari agresi tersebut, kepentingan
Indonesia lewat politik luar negeri yang bersifat bebas dan aktif adalah secara
konsisten membela dan mendukung perjuangan warga Palestina demi
terwujudnya perdamaian di tanah Palestina dan berdirinya negara Palestina yang
berdaulat.
Oleh sebab itulah, segala daya dan upaya dilakukan pemerintahan
Indonesia untuk mencapai kepentingan tersebut, baik melalui usaha-usaha
diplomasi pada Organisasi Internasional seperti PBB sampai dukungan dalam
bentuk bantuan kemanusiaan.
12
Supri Yusuf, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta 1989.
9
2. National Interest
National Interest atau kepentingan nasional merupakan istilah esensial
yang wajib dan perlu dikaji dalam fenomena-fenomena hubungan internasional
oleh kalangan studi hubungan internasional. Kepentingan nasional digunakan
untuk menggambarkan dan mendukung kebijakan-kebijakan tertentu13
.
Kepentingan nasional juga sering disebut sebagai konsepsi umum yang
merupakan unsur vital bagi negara karena tujuan mendasar serta faktor yang
paling yang menentukan bagi para pembuat keputusan atau kebijakan dalam
merumuskan politik luar negeri adalah inti dari kepentingan nasional.
Kepentingan nasional juga dapat diartikan sebagai kepentingan negara
untuk melindungi territorial dan kedaulatan negaranya. Jika menggunakan
pendekatan realisme akan kepentingan nasional dapat diartikan sebagai
kepentingan negara sebagai unitary aktor yang menekankan pada peningkatan
national power (kekuasaan nasional) untuk mempertahankan keamanan nasional
dan survival dari negara tersebut14
.
National interest merupakan dasar dalam pembentukan kebijakan luar
negeri. Konsep National interest digunakan sebagai dasar guna menjelaskan
perilaku negara dalam politik internasionalnya15
. Pemerintah memproyeksikan
kepentingan nasionalnya melalui kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri
13
Griffiths, M. & O’Callagan,T. 2002.International Relations: The key Concept.
Rouledge, hal. 203. 14
Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Graha Ilmu:
Yogyakarta, hal. 67-68. 15
Ibid.
10
berisi cara tertentu untuk membantu negara-negara mencapai kepentingan
nasionalnya.
Sebagai contoh kebijakan Indonesia dalam mendukung Palestina. Untuk
pertama kalinya Indonesia ikut ambil bagian dalam misi Pasukan Pemelihara
Perdamaian PBB (UNEF) untuk Timur Tengah dengan mengirimkan Pasukan
Garuda 1. Partisipasi dalam UNEF merupakan sumbangan bangsa Indonesia
sebagai solidaritas dengan negara-negara Timur Tengah. Sebaliknya, Timur
Tengah juga memberikan dukungan besar mereka kepada perjuangan Indonesia
untuk merebut kembali Irian Barat16
.
3. Diplomasi
Menurut S.L. Roy:
“Diplomasi adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara melalui
negosiasi dengan cara-cara damai apabila mungkin dalam hubungan
dengan negara lain, jika cara damai gagal, cara ancaman untuk kekuatan
nyata diperbolehkan17
.”
Secara definisi, dalam kamus The Oxford English Dictionary, Diplomasi
diartikan Sebagai manajemen hubungan internasional melalui negosiasi yang
mana hubungan ini diselaraskan dan diatur oleh duta besar dan para wakil bisnis
atau seni para diplomat18
.
16
Abdulgani, Ruslan, Hubungan Internasional dengan Mesir dan Timur Tengah
Sepanjang Sejarah, Jakarta, 1974, hal. 40. 17
Diplomacy, 1984. 18
S.L. Roy, Diplomacy (edisi Indonesia), Yogyakarta, 1990. Hal 2.
11
Menurut KM Panikkar dalam bukunya yang berjudul The Principle and
Practice of Diplomacy menyatakan:
“Diplomasi, dalam hubungannya dengan politik internasional, adalah seni
mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan
negara lain19
.”
Adapun diantara tipe Diplomasi yang dapat diterapkan Indonesia terkait
konflik yang terjadi di Jalur Gaza adalah Diplomasi Konperensi20
.
Diplomasi Konprensi pertama kali muncul pada awal abad dua puluh,
Yaitu pada perang dunia pertama. Pada awalnya, tujuan awal kemunculan
Diplomasi Konperensi ini adalah pembentukan sebuah Konfrensi untuk
membicarakan masalah-masalah mendesak tentang strategi dan politik demi
keberhasilan perang, seperti membicarakan tentang pelaksanaan perang gabungan,
pembelian material perang dan sebagainya.
Sejalan dengan waktu, diplomasi konferensi berkembang menjadi
lembaga-lembaga yang lebih dari sekedar mekanisme koordinasi masa perang.
Pasca PD I, Diplomasi Konferensi ini berwujud LBB (yang sekarang berubah
menjadi PBB), dimana parawakilan negara-negara membicarakan kepentingan
yang saling menguntungkan atau bahkan saling bertentangan, dan berusaha
19
Ibid. 20
Diplomasi konferensi, dimana dalam pola ini lebih menekankan komunikasi secara
lisan atau dengan face-to-face. Isu yang dibahas dalam pola diplomasi ini juga memiliki cakupan
dan birokrasi yang lebih luas sehingga negara-negara tidak hanya terpaku pada satu masalah saja
dan juga penyelesaian masalahnya lebih bervariasi. Dalam sebuah konferensi, hanya
memfokuskan pada satu isu spesifik saja sehingga pada pola ini, fokus para peserta konferensi
tidak teralihkan ke dalam kasus-kasus lainnya serta pemberian waktu dalam pencapaian
penyelesaian masalah agar konferensi tidak berlangsung dalam waktu yang lama. Djelantik,
Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
12
memecahkan melalui perundingan. Sebagaimana Sir Thomas Hovet Jr
mengatakan:
“yang mendasar bagi jenis diplomasi ini adalah keyakinan akan
pentingnya pendapat umum dunia, dengan memfokuskan pendapat umum
suatu keadaan, diperkirakan perhatian umum itu akan mampu
mendinginkan situasi dan mencegah rentetan peristiwa yang bisa
mengarah kepada konflik21
.”
Lewat jalan diplomasi, Indonesia berupaya untuk membantu dan
mewujudkan perdamaian di Jalur Gaza. Hal ini terbukti dari keikut sertaan
Indonesia dalam Annapolis Conference22
, sebuah konfrensi yang bertujuan untuk
menyelesaikan konflik Palestina-Israel, pada akhir Desember 2008 lalu. Indonesia
juga diundang pada Konferensi Paris guna memberikan dukungan ekonomi bagi
Palestina. Dan atas inisiatif sendiri, Indonesia mengadakan Asian-African
Conference on Capacity Building for Palestine23
. Tidak hanya itu, ketika Resolusi
Dewan Keamanan PBB No 1860 mengenai Situasi di Jalur Gaza telah ditetapkan,
Indonesia sepenuhnya mendukung Resolusi tersebut, yang disinyalir sebagai jalan
utama untuk mendatangkan perdamaian di Jalur Gaza.
Salah satu diplomasi yang dilakukan Indonesia adalah keikut sertaan
Indonesia dalam forum Konferensi Rekonstruksi Gaza yang digelar di Sharm el-
21
Ibid. 22
Konferensi perdamaian Timur Tengah yang diselenggarakan pada tanggal 27
November 2007, di Amerika, Annapolis, Maryland, Amerika Serikat. Konferensi ini bertujuan
untuk menghidupkan kembali proses perdamaian Palestina-Israel. Konferensi ini berakhir dengan
dikeluarkannya pernyataan bersama dari semua pihak. Setelah Konferensi Annapolis, negosiasi
dilanjutkan. U.S state Department, 20 November 2007, Announcement of Annapoli Conference at
the way back machine, (archived November 22,2007), web.archive.org/web/20071122125447. 23
Disebut juga dengan NAASP, yaitu hasil dari KTT Asia-Afrika di Jakarta.
Berkomitmen dalam menjalin kemitraan strategis baru antara Asia dan Afrika, berdiri pada tiga
pilar, yaitu solidaritas politik, kerja sama ekonomi, dan hubungan sosial budaya, di mana
pemerintah, regional atau organisasi sub-regional, serta orang-orang dari negara-negara Asia dan
Afrika berinteraksi.
13
Sheikh Mesir pada tanggal 2-3 Maret 2009. Dalam Konferensi tersebut membahas
tentang rencana rekonstruksi di gaza diantaranya berupa pembersihan Gaza dari
puing puing bangunan, mengidentifikasi dan menjinakkan bom yang tidak
meledak, pembangunan kembali sanitasi air bersih dan mendesak Israel untuk
membuka semua blokade terhadap Gaza tanpa syarat.
F. Hipotesa
Dari pembahasan diatas dapat ditarik hipotesa bahwa kebijakan luar negeri
Indonesia terhadap Palestina pasca agresi Israel ke Jalur gaza pada 27 Desember
2008 adalah lebih memilih langkah diplomasi yaitu dengan meningkatkan
hubungan yang bersifat sosial dan kemanusiaan.
Hubungan yang bersifat sosial dan kemanusiaan antara Indonesia dengan
Palestina itu terwujud dari sikap Indonesia melakukan seruan moral dan
mengecam agresi yang dilakukan oleh Israel, mengirimkan bantuan dalam bentuk
obat-obatan, alat-alat medis, sarana dan prasarana medis, serta kendaraan medis.
Disamping dua hal tersebut, Indonesia juga mengirimkan para
diplomatnya di berbagai konfrensi internasional untuk ikut andil dalam
penyelesaian dan perdamaian di Palestina, diantaranya keikut sertaan Indonesia
dalam perumusan resolusi DK PBB terkait situasi di Jalur Gaza, keikut sertaan
Indonesia dalam sidang IPU yang diselenggarakan di jenewa serta keikut sertaan
Indonesia dalam konfrensi rekonstruksi Gaza yang diselenggarakan di Mesir pada
tanggal 2 maret 2009.
14
G. Metode Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis memutuskan untuk
menggunakan metodologi penelitian kualitatif, yang mana metode penelitian
tersebut menggunakan cara mencari atau pengumpulan data dari berbagai literatur
seperti buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal ilmiah, majalah-majalah, media cetak,
media elektronik, dan literatur lainnya yang memiliki fungsi dan keterbatasan24
sehingga penulis dapat menganalisis dan membahas mengenai kebijakan
Indonesia dalam merespon palestina pasca agresi Israel di jalur Gaza pada tahun
2008.
H. Sitematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
E. Landasan Teori
1. Kebijakan Luar Negeri
2. National Interest
3. Diplomasi
F. Hipotesa
G. Metode Penelitian
24
John W. Creswell, Research Design : Qulitative, Quantitative and mixed methods
approaches. Sage publication, 2002.
15
BAB II GAMBARAN UMUM HUBUNGAN BILATERAL
INDONESIA-PALESTINA
A. Sejarah Singkat
1. Sejarah Politik Luar Negeri Indonesia-Palestina
2. Sejarah Kebijakan Luar Negeri Indonesia-Palestina
B. Dinamika Kerjasama Indonesia-Palestina Sebelum Tahun 2008
1. Periode Soekarno
2. Periode Soeharto
3. Periode B.J Habibi
4. Periode Abdurrahman Wahid
5. Periode Megawati
BAB III KONFLIK PALESTINA-ISRAEL DI JALUR GAZA
A. Sejarah Singkat Palestina dan Israel
1. Palestina
2. Israel
B. Latar Belakang Agresi Israel Di Gaza (2008)
C. Dinamika Agresi Israel
16
BAB IV RESPON INDONESIA TERHADAP PALESTINA PASCA
AGRESI ISRAEL KE JALUR GAZA (2008)
A. Respon Indonesia Sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan
PBB dan GNB
B. Respon Sosial dan Kemanusian Indonesia Untuk Palestina
BAB V KESIMPULAN
17
BAB II
GAMBARAN UMUM HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-
PALESTINA
A. Sejarah Singkat
Negara adalah aktor yang rasional1, sebagai aktor yang rasional maka
sebuah negara yang berdaulat tentu saja menginginkan adanya hubungan dengan
negara lain yang diharapkan memberi keuntungan kepada negaranya. Artinya,
politik luar negeri suatu negara ingin mencapai kepentingan nasional atau national
interest yang mengharuskan mereka untuk memanfaatkan segala sumber daya
dalam negeri untuk mencapai tujuan nasional yang berasal dan berada di pihak
eksternal.
Berdasarkan UUD 1945, telah ditetapkan bahwa politik luar negeri yang
dianut Indonesia adalah politik luar negeri bebas aktif. Bebas berarti tidak terikat
oleh suatu ideologi atau politik negara asing atau blok-blok negara tertentu.
Sedangkan aktif artinya dengan sumbangan nyata giat mengembangkan
kebebasan, persahabatan, dan kerjasama internasional dengan menghormati
kedaulatan negara-negara lain.
Selain politik luar negeri ada pula kebijakan luar negeri. Perbedaanya
adalah jika politik luar negeri lebih menekankan pada aksi atau tindakan atau
kebijakan suatu negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam rangka
1 Pustaka.unpad.ac.id/wp/perspektif-perspektif-politik-luar-negeri.pdf.
18
memperjuangkan atau mempertahankan kepentingan nasionalnya. Sedangkan
kebijakan luar negeri merupakan implementasi dari sebuah corak politik luar
negeri suatu negara tertentu. Perbedaanya keduanya sangat jelas, politik luar
negeri cenderung teoretikal berlawanan dengan kebijakan luar negeri yang
cenderung praktikal2.
Indonesia sebagai negara yang berdaulat memiliki kerjasama dengan
negara-negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Adanya kerjasama
tersebut bisa terjadi karena disetiap negara memiliki sumber daya alam yang
berbeda-beda, dan setiap negara membutuhkan bantuan satu sama lain. Begitu pun
dengan Palestina yang sudah sejak lama menjalin hubungan bilateral dengan
Indonesi, hal ini disebutkan juga karena antara Indonesia dan Palestina mayoritas
penduduknya menganut muslim dan memiliki persamaan nasib yaitu dijajah oleh
bangsa lain. Hal inilah yang membuat kedua negara tersebut melakukan hubungan
bilateral.
1. Sejarah Politik Luar Negeri Indonesia-Palestina
Sejak proklamasi Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif.
Bebas artinya Indonesia tidak memihak kepada salah satu blok dan menempuh
cara sendiri dalam menangani masalah-masalah internasional. Sedangkan aktif
artinya Indonesia berusaha sekuat tenaga untuk ikut memelihara perdamaian dunia
dan berpartisipasi meredakan ketegangan internasional. Politik ini dipilih dalam
rangka menjamin kerjasama dan hubungan baik dengan bangsa lain di dunia.
2 Yanyan Mochamad Yani, Politik Luar Negeri http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/06/politik_luar_negeri.pdf, diakses 30 nov 2014. www.academia.edu.
19
Politik yang dicetuskan Mohammad Hatta ini mulai dilakukan dari awal
berdirinya Indonesia hingga saat ini meskipun dalam pelaksanannya tidak sesuai
karena adanya pengaruh dengan perubahan politik di dunia.
Indonesia secara de facto diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai negara yang berdaulat,
Indonesia membutuhkan perjuangan dan pengakuan dari bangsa-bangsa lain.
Palestina merupakan salah satu negara yang membantu Indonesia demi
mewujudkan kemerdekaan Indonesia dari belenggu penjajahan imperium
Belanda, Portugis dan Jepang. Dari sanalah Indonesia berterima kasih kepada
negara-negara Timur Tengah khususnya Palestina untuk mengakui Indonesia
sebagai negara yang berdaulat.
Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-
Husaini3 seorang mufti besar Palestina, secara terbuka mengenai kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 6 September 1944 melalui radio Berlin berbahasa Arab
menyiarkan “ucapan selamat”. Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari
berturut-turut disebarluaskan, bahkan harian Al-Ahram4 yang terkenal juga
menyiarkan.
Sejak Palestina mengakui kedaulatan Indonesia, diitulah mulai terjalinnya
hubungan bilateral antara Indonesia dan Palestina. Hingga saat ini, ketika
3 Mohammad Amin al-Husayni, seorang anggota klan al-Husayni Yerusalem,
adalah nasionalis Arab-Palestina dan pemimpin Islam di daerah Mandat Britania atas Palestina.
Dari 1921 hingga 1948, dia adalah Mufti Besar Yerusalem, dan memainkan peran penting dalam
menentang Zionisme dan negara untuk tempat tinggal orangYahudi di Palestina. 4 Surat kabar kedua yang paling tua didirikan, setelah Al-Waqi'a Al-Masriya (1828).
Harian ini diterbitkan di Kairo, Mesir, dan memiliki dua versi bahasa asing, yaitu bahasa
Inggris Al-Ahram Weekly (sejak 1991) dan bahasa Prancis Al-Ahram Hebdo.
20
Palestina belum memiliki kedaulatan dan masih dijajah oleh Israel, Indonesia
sering memberikan bantuan. Baik bantuan berupa materil maupun non materiil.
Hal tersebut dilakukan berdasarkan pembukaan UUD 1945 yang berbunyi:
“Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Dengan ini jelas sudah bahwa penjajahan yang terjadi di Palestina hingga
saat ini harus segera diselesaikan, untuk itu Indonesia berusaha membantu
kemerdekaan Palestina dan menjalin hubungan bilateral dengan Palestina.
2. Sejarah Kebijakan Luar Negeri Indonesia-Palestina
Dalam mencapai kepentingan nasional, Indonesia menjalankan kebijakan
luar negeri bebas aktif. Kebijakan luar negeri Indonesia salah satunya dipengaruhi
oleh kondisi di dalam negeri. Mayoritas penduduk yang didasari oleh agama akan
mendukung terhadap kebijakan pemerintah Indonesia dalam penyelesaian konflik
Palestina-Israel. Namun, kesamaan identitas agama, tidak dapat dijadikan
landasan pembuatan kebijakan. Kebijakan Luar Negeri Indonesia berdasarkan
amanat konstitusi. Maka, Indonesia menjalankan politik luar negeri bebas aktif.
Dukungan Indonesia terhadap Palestina sebagai negara yang berdaulat sebagai
bagian upaya untuk mewujudkan perdamaian dunia5.
Pada tanggal 5 November 1956, PBB membentuk pasukan untuk
memelihara keamanan dan mengawasi penghentian tindakan permusuhan di
5 https://www.academia.edu/4964281/Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Upay
Mendukung Palestina Sebagai Negara yang Berdaulat Tema Komunikasi Internasional Indonesia
Dalam Kancah Global
21
Timur Tengah. Dalam kesempatan itu, Indonesia untuk pertama kalinya ikut
ambil bagian dalam misi Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB (UNEF)6 untuk
Timur Tengah dengan mengirimkan Pasukan Garuda I. Partisipasi tersebut
merupakan sumbangan bangsa Indonesia sebagai solidaritas dengan negara-negara
Timur Tengah khususnya. Sebaliknya, negara-negara Timur Tengah juga
memberikan dukungannya kepada perjuangan Indonesia untuk merebut kembali
Irian Barat.
Indonesia juga mendukung Resolusi Majelis Umum (MU) Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) No. 194 tentang isu Palestina. Resolusi ini dikeluarkan
pada 11 Desember 1948 yang berbunyi:
“Majelis Umum menegaskan bahwa harus diizinkan secepat mungkin bagi
pengungsi yang ingin kembali kerumah mereka dan hidup damai dengan
tetangganya, dan demikian juga harus mendapat ganti rugi dari harta benda
sesuai dengan hukum internasional dan standar keadilan bagi mereka yang
tidak ingin kembali lagi7.”
Oleh karena itu Indonesia sangat setuju atas dikeluarkannya resolusi
Majelis Umum PBB yang memberikan hak-haknya atas rakyat Palestina untuk
memiliki negara yang merdeka dan berdaulat. Begitu juga dengan Palestina,
resolusi tersebut sangat bearti bagi orang-orang Palestina yang meninggalkan
kampung halamannya pada saat itu karena situasi dan keadaan yang sangat
darurat.
6 Merupakan pasukan pemgamanan dari PBB, biasanya diterjunkan ke daerah-daerah
yang berkonflik. Resolution 1001 (ES-1), 5 November 1956. 7 Rahmat, Musthafa, Abd, Jejak-jejak Juang Palestina, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta, 2002. Cetakan Pertama, hlm 274
22
B. Dinamika Kerjasama Indonesia – Palestina Sebelum Tahun 2008
1. Periode Soekarno
Perjuangan Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina dari penjajahan
Israel telah dilakukan sejak periode Presiden Soekarno. Sejak awal, Indonesia
tidak mau mengakui Israel yang diproklamasikan oleh David Ben-Gurion8 pada
14 Mei 1948. Menurut Presiden Soekarno, tiap bangsa punya hak menentukan
nasibnya sendiri tanpa melalui pengaturan dan campur tangan negara lain. Selain
itu, dikarenakan Israel merebut tanah rakyat Palestina.
Sejak saat itu pemerintah Indonesia tidak membuka hubungan diplomatik
dengan Israel. Bahkan ucapan selamat dan pengakuan kemerdekaan Indonesia
yang dikirimkan Presiden Israel Chaim Weizmann dan Perdana Menteri Ben
Gurion tidak pernah ditanggapi serius pemerintah Indonesia. Mohammad Hatta
hanya mengucapkan terima kasih, namun tidak menawarkan timbal balik dalam
hal pengakuan diplomatik9.
Pada saat Konferensi Asia-Afrika10
(KAA) tahun 1953, Indonesia dan
Pakistan menolak keras diikut sertakannya Israel dalam konferensi tersebut.
Dikarenakan akan menyinggung perasaan bangsa Arab, yang pada saat itu masih
berjuang memerdekaan diri. Sementara Israel adalah bagian dari imperialis yang
8 Perdana menteri Israel yang pertama, selain itu ia juga seorang pemimpin Zionis besar
dan Kepala Eksekutif Organisasi Zionis Dunia pada tahun 1946. Brenner, Michael; Frisch, Shelley
(April 2003). Zionism: A Brief History. Markus Wiener Publishers. p. 184. 9 http://historia.id/modern/sukarno-dan-palestina.
10 Sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja
memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri
Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia
pada saat itu.
23
hendak di hilangkan Soekarno. Dalam pidato pembukannya di KAA pada 1955
yang juga dihadiri pejuang Palestina Yasser Arafat, Soekarno menyatakan:
“Bahwa kolonialisme belum mati, hanya berubah bentuknya. Neo-
kolonialisme itu ada diberbagai penjuru bumi, seperti Vietnam, Palestina,
Aljazair, dan seterusnya11
.”
Maka dari itu, dalam buku Ali Sastroamidjojo yang berjudul “Tonggak-
Tonggak di Perjalananku,” presiden Soekarno mengajak agar bangsa-bangsa Asia
dan Afrika didalam Konferensi ini membentuk satu front anti-kolonialisme12
dengan membangun dan memupuk solidaritas Asia-Afrika. Seiring dengan waktu,
presiden Soekarno semakin tegas mendukung perjuangan kemerdekaan rakyat
Palestina. Perlawanan terhadap Israel kembali dilakukan oleh Soekarno ketika
Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games IV pada 1962. Pemerintah Indonesia
tidak memberikan visa kepada kontingen Israel. Dikarenakan Indonesia tidak
mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel, tetapi alasan politik anti
imperialisme Soekarno mendasari kebijakan tersebut13
.
Akibatnya, Komite Olimpiade Internasional (IOC) menskors keanggotaan
Indonesia dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Bahkan, Soekarno justru
memerintahkan Komite Olimpiade Indonesia keluar dari IOC pada Februari 1963.
Soekarno terus melawan dengan sikap dan aksi yang nyata, Soekarno membentuk
11
Ibid 12
Anti-imperialisme dan Front Nasional. Seri Kursus Rakyat No. 2. Depagitprop, CC
PKI, Jakarta, 1962. 13
Ibid
24
GANEFO14
pada tahun 1963, yang menjadi pertanda kebesaran bangsa Indonesia
dan pertanda ketidak tergantungan pada kekuatan-kekuatan dunia yang ada15
.
Semasa pemerintahan Soekarno, Indonesia aktif mendukung perjuangan
kemerdekaan Palestina. Tidak hanya ditingkat pemerintahan, rakyat Indonesia
juga aktif mendukung kemerdekaan Palestina dan bangsa-bangsa lain seperti
Aljazair dan Afrika Selatan. Melalui OISRAA (Organisasi Indonesia untuk
Setiakawanan Rakyat Asia-Afrika) yang berdiri pada 1960 dan tergabung dalam
AAPSO (Organisasi Solidaritas Rakyat Asia-Afrika).
Hingga saat Presiden Soekarno lengser dan digantikan oleh Jenderal
Soeharto pada tahun 1966, Soekarno tetap pada pendiriannya dalam hal
perjuangan rakyat Palestina melwaan Israel. Dalam pidatonya pada hari ulang
tahun Republik Indonesia ke-21, Soekarno menyatakan:
“Kita harus bangga bahwa kita adalah satu bangsa yang konsekuen terus,
bukan saja berjiwa kemerdekaan, bukan saja berjiwa anti imperialisme,
tetapi juga konsekuen terus berjuang menentang inperialisme. Itu pulalah
sebabnya kita tidak mau mengakui Israel!16
.”
Indonesia juga mendukung Resolusi Majelis Umum (MU) Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) No. 194 tentang isu Palestina. Resolusi ini dikeluarkan
pada tanggal 11 Desember 1948 yang berbunyi:
14
Games of the New Emerging Force adalah ajang olahraga tandingan Olimpiade yang
didirikan oleh presiden Soekarno, pada 10 November 1963. Sebelumnya, dalam pelaksanaan
Asian Games 1962 yang diadakan di Jakarta. Indonesia melarang Israel dan Taiwan mengikuti
kegiatan tersebut, dikarenakan simpati yang besar terhadap Republik Rakyat Cina dan negara-
negara Arab, Ewa T. Parker, “Ganefo I: Sports and Politics in Djakarta,” Asian Survey, 5:4
(1965), p.181. 15
http://historia.id/modern/sukarno-dan-palestina 16
Ibid
25
“Majelis Umum menegaskan bahwa harus diizinkan secepat mungkin bagi
pengungsi yang ingin kembali ke rumah mereka dan hidup damai dengan
tetangganya, dan demikian juga harus mendapat ganti rugi dari harta benda
yang ditinggalkan, dan mendapat ganti rugi dari kerugian atau kerusakan
harta benda sesuai dengan hukum Internasional dan standar keadilan bagi
yang tidak ingin kembali lagi.”
Oleh karena itu, Indonesia sangat setuju atas dikeluarkannya resolusi
Majelis Umum PBB yang memberikan hak-haknya atas rakyat Palestina.
2. Periode Soeharto
Pergantian pemerintahan dari orde lama ke orde baru di bawah presiden
Soeharto pada tahun 1965, memperburuk hubungan Indonesia dengan negara-
negara Timur Tengah, dikarenakan respon dan sikap Indonesia dalam masalah
konflik Arab-Israel. Ketika masalah terusan Suez17
pada tahun 1956, Indonesia
denga tegas memihak negara-negara Arab, tetapi dalam perang Arab-Israel 1967
Indonesia memperlihatkan sikap kurang tegas. Hal ini menimbulkan kecurigaan
negara-negara Arab selama 12 tahun kepada Indonesia, dikarenakan posisi
Indonesia sejak perang 1967 lebih banyak menguntungkan Israel daripada negara-
negara Arab18
.
Sikap Indonesia waktu itu didasari oleh realisme dan pragmatisme. Hal
tersebut kemungkinan besar merupakan faktor penyebab kecurigaan negara-
negara Arab tersebut. Kepentingan nasional Indonesia tertinggi pada masa itu
17
Konflik yang terjadi di terusan Suez merupakan serangan militer Inggris,
Perancis dan Israel terhadap Mesir yang dimulai pada tanggal 29 Oktober 1956. Serangan ini
dilancarkan karena pada tanggal 26 Juli 1956, Mesir menasionalisasikan Terusan Suez setelah
tawaran Inggris dan Amerika Serikat untuk mendanai pembangunan Bendungan Aswan dicabut.
"Suez crisis" The Concise Oxford Dictionary of Politics. Ed. Iain McLean and Alistair McMillan.
Oxford University Press, 2003. 18
Soetomo, Rusnandi, Hubungan Antara Indonesia dan Timur tengah; Analisa vlll,
no. 3, CSIS, 1979. Hlm 250.
26
adalah pembangunan nasional yang difokuskan pada bidang ekonomi guna
memperoleh ketahanan nasional yang optimal19
. Yang pada akhirnya, Indonesia
dihadapkan pada dilema antara kepentingan nasional yang harus diprioritaskan
dan meningkatkan hubungan diplomasi lebih erat dengan negara-negara Timur
Tengah.
Indonesia menyadari pentingnya kebijakan politik luar negeri untuk
menjalankan pembangunan yang memerlukan kondisi stabil, aman dan damai,
bukan hanya didalam negeri Indonesia bahkan ke wilayah-wilayah yang lebih
jauh lagi diantaranya dengan Timur Tengah. Oleh karena itu, pada Oktober 1977
Presiden Soeharto berkunjung ke beberapa negara Arab di timur Tengah antara
lain Mesir, Arab Saudi, Kuwait, Suriah, Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab
untuk menjalin hubungan yang lebih erat baik dalam bidang ekonomi, politik dan
lain sebagainya20
.
Pada tanggal 30 November 1987, presiden Soeharto membuat pernyataan
terhadap Organisasi Pembebasan Palestina dengan tegas mendukung sepenuhnya
rakyat Palestina dalam perjuangan mereka mempertahankan hak-hak mereka yang
tidak bisa dihilangkan. Presiden Soeharto menyatakan:
“Sebagai suatu bangsa, yang bangga akan warisan perjuangan melawan
pendudukan kolonial demi kemerdekaan nasional, kita bangsa Indonesia selalu
memandang perjuangan Palestina sebagai perkara suci, seperti perjuangan kita
sebagai bagian dari gerakan global yang tidak dapat diingkari melawan kuatan
kolonial dan dominasi asing21
.”
19
Soetomo, Rusmadi, Op-Cit, halaman 250. 20
Sihbudi, Riza,, Menyandera Timur Tengah, hlm 337. 21
Indonesian News and Views (Washington DC), Vol. 8, No. 3. Hlm 4-5.
27
Ia juga menyatakan konflik di Timur Tengah hanya dapat diselesaikan jika
rakyat Palestina diberi kemerdekaan atas negaranya dan Israel meninggalkan
tanpa syarat seluruh wilayah yang diduduki termasuk Jerusalem.
Setidaknya ada 3 pola hubungan yang terjadi antara Orde Baru dan Islam
yang berkuasa selama 32 tahun pada masa presiden Soeharto. Pertama, pada 70-
an hubungan Islam dan orde baru bersifat konfrontatif, rivalitas atau antagonis.
Pada waktu itu, hubungan islam dan negara tampak renggang, bertolak belakang
dan bermusuhan, bahkan bertentangan. Periode ini ditandai kuatnya negara secara
ideologi politik menguasai wacana pemikiran sosial politik dikalangan
masyarakat. Orde Baru memberlakukan islam sebatas memajukan kesalehan
pribadi dan menentang politisasi agama22
.
Kedua, hubungan Islam dan Orde Baru bersifat reaktif kritis atau
resiplokal, yaitu suatu hubungan saling pengertian, timbal balik, serta pemahaman
diantara kedua belah pihak. Pada periode ini, Orde Baru mulai memandang islam
merupakan denominasi politik yang tidak bisa dikesampingkan. Dan ini
berdampak membaiknya hubungan Indonesia-Timur Tengah.
Ketiga, bersifat akomodatif atau integritas simbiosis. Pola hubungan ini
saling mengerti antara satu sama lain ditandai dengan responsipnya pemerintah
terhadap kelompok islam. Kebijakan Indonesia atas Israel sejak kemerdekaan
sampai masa Soeharto pada dasarnya tidak pernah berubah, tetap tidak mengakui
22
Thaha, Idris, Demokrasi Religius: Pemikiran Politik Nurholish Madjid dan M.
Amien Rais, Jakarta: Penerbit Teraju, 2005. hlm 168-190.
28
negara Israel dan karena itu tidak ada hubungan diplomatik dan tidak ada kantor
perwakilan diantara kedua belah pihak23
.
Pada tahun 1987, Presiden Soeharto menerima kunjungan pimpinan
PLO24
, Yasser Arafat. Dalam pertemuan ini, Yasser Arafat meminta dukungan
Indonesia terhadap pendirian negara Palestina, dan Indonesiapun mendukungnya.
Maka pada tahun 1989 hubungan diplomatik Indonesia dengan Palestina sudah
mulai akrab, ditandai dengan berdirinya Kedutaan Besar Palestina di Jakarta.
Setelah Kedutaan Palestina dibuka, Menteri Luar Negeri Ali Alatas Alatas
sangat gigih memperjuangkan Palestina untuk merdeka. Ali Alatas sangat tegas
menolak hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel. Bahkan Ali Alatas
menyatakan:
“Indonesia tidak akan pernah mengakui Israel sebagai negara selama Israel
tidak menyelesaikan permasalahannya dengan negara-negara di Timur
Tengah25
.”
23
Prayitno, Adi, Politik Akomodasi Islam: Percikan, Pemikiran Politik Bahtiar
Effendi, , hlm 65-66. 24
Sebuah organisasi yang didirikan pada tahun 1964 dengan tujuan pembebasan
Palestina. Hal ini diakui sebagai wakil sah satu-satunya rakyat Palestina oleh lebih dari 100 negara
yang memegang hubungan diplomatik. Madiha Rashid al Madfai, Jordan, the United States and
the Middle East Peace Process, 1974–1991, Cambridge Middle East Library, Cambridge
University Press (1993).ISBN 0-521-41523-3. p. 21:"On 28 October 1974. 25
https://www.academia.edu/4964281/Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Upaya
Mendukung Palestina Sebagai Negara yang Berdaulat Tema Komunikasi Internasional Indonesia
Dalam Kancah Global
29
3. Periode B.J Habibie
Prof. Dr. Ing. Dr. Sc.h.c. Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Presiden
ketiga Indonesia (1998-1999) setelah lengsernya Soeharto dari Jabatannya. Pada
masa B.J Habibie dinilai Mehdawi tidak ada tindakan yang berarti dalam
peningkatan hubungan Indonesia dan Palestina26
. Diawal masa pemerintahannya,
presiden Habibie menghadapi persoalan legitimasi yang cukup serius. Akan
tetapi, Habibie berusaha mendapatkan dukungan Internasional dengan berbagai
cara.
Upaya yang dilakukan pada masa presiden Habibie adalah,menghasilkan
dua Undang-Undang yang berkaitan dengan perlindungan atas Hak Asasi
Manusia. Selain itu, pemerintahan Habibie pun berhasil mendorong ratifikasi
empat konvensi internasional dalam masalah hak-hak pekerja. Pembentukan
Komnas perempuan juga dilakukan pada masa pemerintahan Habibie yang
pendek tersebut. Dengan catatan positif atas beberapa kebijakan dalam bidang
HAM yang menjadi perhatian masyarakat internasional ini, presiden Habibie
berhasil memperoleh legitimasi yang lebih besar dari masyarakat Internasional
untuk mengkompensasi minimnya legitimasi dari kalangan domestik.
26
https://www.academia.edu/4964281/Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Upaya
Mendukung Palestina Sebagai Negara yang Berdaulat Tema Komunikasi Internasional Indonesia
Dalam Kancah Global
30
4. Periode Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid sebagai tokoh yang sangat peduli akan persoalan
Palestina-Israel. Persoal Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi pertimbangan-
pertimbangan dalam menjalankan berbagai tindak kepeduliannya. Ketika menjadi
presiden, Abdurrahman Wahid mengambil langkah untuk perdamaian Palestina-
Israel. Sehingga presiden Abdurrahman Wahid memiliki gagasan untuk membuka
hubungan diplomatik dengan Israel demi menjadi penengah konflik kekerasan
Palestina-Israel yang berkepanjangan27
.
Menurut presiden Abdurrahman Wahid, untuk mencapai perdamaian
antara Palestina-Israel yaitu dengan menegakkan keadilan dan memberikan hak-
hak Palestina kemudian baru membicarakan soal perdamaian. Hal tersebut cukup
dibuktikan dengan penegakkan keadilan terkait pemberian apa yang menjadi hak
Palestina merupakan syarat mutlak bagi terwujudnya perdamaian antara Palestina-
Israel. Dalam kutipan presiden Abdurrahman Wahid, menyatakan:
“Meminta kepada pihak Palestina Hamas maupun Fatah dan Israel
kembali ke meja perundingan. Jika tidak, jumlah rakyat tidak berdosa yang
menjadi korban perang akan semakin banyak. Keduanya harus berunding
dan bernegoisasi. Jika tidak, rakyat Palestina akan habis karena mesin
perang Israel itu jauh diatas mesin perang Palsetina. Saya ngeblok rakyat
Palestina, karena itu saya tidak tega melihat mereka jadi korban perang.
Kasihan mereka28
.”
Salah satu bentuk nyata presiden Abdurrahman Wahid adalah
keterlibatannya dalam pembentukan komisi tiga agama (Islam, Kristen, Yahudi)
27
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jahid19445cef82full.pdf 28
Pernyataan Gus Dur dalam Duta, Sabtu, 10 Januari 2009 dalam M. Rofiq Madji. 2012.
Jurus Dewa Mabuk Ala Gus Dur. Jombang: Pustaka Tebuireng Hal. 45.
31
demi mengupayakan percepatan perdamaian Palestina-Israel29
. Kesepakatan
tersebut dicapai pada pertemuan informal di Bordeaux, Paris. Abdurrahman
Wahid merupakan satu dari beberapa tokoh yang dipercaya mewakili dunia islam
bersama Choiri Jambek dari Jordania dan seorang Imam Masjid Legend Park
London, Syekh Sulaiman. Pertemuan tersebut dianggap sebagai suatu babak baru
dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel.
Tugas utama komisi 3 agama adalah memberi berbagai masukan terkait
percepatan pencapaian perdamaian. Komisi 3 agama juga bertugas merumuskan
segala materi yang akan menjadi bahasan mereka, termasuk pula perundingan
dengan Hamas, yang hingga saat ini masih berperang dengan tentara Israel30
.
Menurut presiden Abdurrahman Wahid, pihak konservatif Israel adalah
penyebab kekerasan dalam konflik Palestina-Israel. Segala tindak kekerasan yang
dilakukan kaum konservatif Israel tidak akan pernah bisa menyelesaikan konflik.
Penyelesaian permasalahan melalui kekerasan hanya akan mengarahkan pada
kehancuran. Dan yang paling penting adalah serangan-serangan tersebut
merupakan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia, terutama bagi rakyat
Palestina yang menjadi korban kekerasan dan prinsip-prinsip perdamaian di
kawasan Timur Tengah. Bahwa tindakan Palestina dan Israel merupakan tindakan
yang tidak dilandasi oleh rasa keadilan31
.
29
M. Rofiq Madji, 2012. Jurus Dewa Mabuk Ala Gus Dur. Jombang: Pustaka Tebuireng
Hal. 73-74. 30 http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jahid19445cef82full.pdf 31
Ibid
32
Disisi lain, dalam menyikapi hubungan diplomatik Indonesia-Israel yang
tidak pernah ada, presiden Abdurrahman Wahid memilih berpihak kepada Israel.
Bahwa pertentangan Arab-Israel serta prasangkaan tentang permusuhan Islam-
Yahudi tidak seharusnya menghalangi Indonesia untuk membuka hubungan
diplomatik dengan Israel. Karena menurutnya, dengan yang atheis (RRC, Uni
Soviet, dan Kuba) saja Indonesia mengadakan hubungan diplomatik32
. Dalam
salah satu pernyataanya, “Beberapa waktu lalu saya katakan kepada ribuan warga
Yahudi Amerika Serikat di Los Angeles, jika pemerintah Israel ingin diakui
sebagai negara yang berdaulat, mestinya Israel juga harus mengakui Palestina
sebagai negara yang merdeka33
.”
Abdurrahman Wahid sangat peduli dengan konflik Palestina-Israel yang
tidak kunjung usai, termasuk pula kepeduliannya terhadap pembebasan bangsa
Palestina. Mengingat semakin membaiknya hubungan Israel dengan beberapa
negara di kawasan Timur Tengah saat itu, meski hubungan tidak resmi dalam
hubungan diplomatik, seperti pembukaan atas perdagangan atau pengiriman
mahasiswa-mahasiswa untuk belajar di Israel telah dijalankan. Apabila Indonesia
tetap diam menutup hubungan diploatik, maka akan sama artinya dengan merusak
komitmen bangsa Indonesia dalam melaksanakan kebijakan luar negerinya
dengan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial34
.
32
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jahid19445cef82full.pdf 33
M. Rofiq Madji, 2012. Jurus Dewa Mabuk Ala Gus Dur. Jombang: Pustaka Tebuireng
Hal. 89. 34
Ibid, hal. 90.
33
Terlebih lagi posisi Indonesia sebagai salah satu pemrakarsa Gerakan Non
Blok yang seharusnya memberi panutan kepada anggota lain bahwa pembukaan
hubungan diplomatik dengan Israel adalah semata-mata demi kepentingan
ekonomi dan politik GNB secara umum, disamping kepentingan nasional
Indonesia yang seharusnya diutamakan diatas segalanya35
.
5. Periode Megawati Soekarno Putri
Megawati dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada tanggal 23
Juli 2001. Pada awal pemerintahannya, suasana politik dan keamanan menjadi
kondusif. Walaupun ekonomi Indonesia mengalami perbaikan, seperti nilai tukar
rupiah yang agak stabil, tetapi Indonesia pada masa pemerintahannya tetap saja
tidak menunjukkan perubahan yang berarti dalam bidang-bidang lainnya.
Pada masa Megawati Soekarno Putri menurut Mehdawi tidak ada tindakan
yang berarti dalam peningkatan hubungan Indonesia dan Palestina36
. Belajar dari
pemerintahan presiden yang sebelumnya, Megawati lebih memperhatikan keadaan
dalam negeri, seperti mengunjungi wilayah-wilayah konflik di Tanah Air seperti
Aceh, Maluku, Irian Jaya, Kalimantan Selatan atau Timor Barat.
Dengan mengunjungi wilayah-wilayah tersebut, anggaran presiden ke luar
negeri dapat dihemat dan dialokasikan untuk membantu dan mengurangi
penderitaan rakyat di daerah-daerah itu, tanpa harus mengabaikan pelaksanaan
35
Ibid 36
https://www.academia.edu/4964281/Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Upaya
Mendukung Palestina Sebagai Negara yang Berdaulat Tema Komunikasi Internasional Indonesia
Dalam Kancah Global.
34
politik luar negeri sebagai salah satu aspek penting penyelenggaraan pemerintah
yang pelaksanaannya di bawah koordinasi Menteri Luar Negeri. Dan yang lebih
penting, untuk membuktikan kepada rakyat bahwa pemerintahan Megawati
memiliki sense of urgency dan sense of crisis yang belum berhasil dibangun
pemerintahan sebelumnya37
.
Dari pembahasan diatas, dapat kita pahami bahwa tidak semua
kepemimpinan memiliki kesamaan paradigma. Setiap pemimpin memiliki
kebijakan politiknya masing-masing, tetapi dengan perbedaan paradigma tersebut
tidak seutuhnya memutuskan hubungan diplomatik antara negara-negara lain,
salah satunya hubungan diplomatik Indonesia-palestina, sehingga hubungan
diplomatik tersebut tetap terjalin hingga saat ini.
37
http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id, diakses pada 20 okt 2009.
35
BAB III
KONFLIK PALESTINA-ISRAEL DI JALUR GAZA
A. Sejarah Singkat Palestina dan Israel
1. Palestina
Konflik palestina dan Israel dilatar belakangi oleh klaim kedua bangsa
tersebut atas wilayah yang sama, yaitu tanah Palestina. Seperti yang dikemukakan
oleh Kriesberg (1998):
“a conflict exists when two or more persons or groups manifest they belief
that they have incompatible goals1.” (bahwa suatu konflik akan muncul ketika
dua atau lebih orang atau kelompok memiliki keinginan atau tujuan yang
saling bertentangan), maka kedua belah pihak pun saling bertentangan untuk
merebutkan wilayah ini.
Palestina berasal dari bangsa philistines, yaitu masyarakat asli Yunani, yang
menetap disekitaran pantai Palestina bersamaan ketika Yahudi menguasai bukit-bukit
dibagian dalam wilayah tersebut2. Sedangkan kata Israel berasal bangsa Yahudi, yang
menyebut diri mereka Bnei Israel (the people or tribe of Israel), yang mana yang
mempercayai bahwa tanah tersebut telah diberikan kepada mereka oleh Tuhan (eretz
Israel/Land of Israel).
1 Louis Kriesberg, mediation and the transformation of the Israeli-palestinian conflict, journal
of peace research, 38:3 (May, 2001), h. 374. 2 Charles D. Smith, Palestine and the Arab-Israeli Conflict, United states of America:
Bedford/st. Martin’s, 2001, h. 1-2.
36
Tahun 800-an SM kerajaan Israel berkuasa atas tanah Palestina, dikarenakan
bangsa asing datang dan menjajah Palestina, bangsa Yahudi diusir dan terpaksa
mengungsi ke wilayah lain seperti Eropa dan Mesopotamia (sekarang lebih di kenal
Irak). Pada tahun 700-an SM, kerajaan tersebut telah berhasil ditaklukkan oleh
kerajaan-kerajaan lain secara berturut-turut yakni assyria3, Babylon
4, dan Romawi
sebagai bagian dari rencana perluasan pengaruh kerajaan.
Setelah berhasil dikuasai Romawi, penaklukan terhadap Palestina mulai
dilakukan atas dasar penyebaran agama. Agama yang pertama kali masuk ke
Palestina adalah agama Islam, yang dibawa oleh pasukan gurun5, dan kemudian
agama Kristen dibawa oleh Crusader6. Tidak lama setelah Crusader berkuasa,
Palestina diambil alih oleh Ottoman7, Ottomanlah yang paling lama menguasai
Palestina yakni selama hampir 750 tahun dari tahun 1187 hingga 1918. Dan selama
dibawah kekuasaan Ottoman bangsa yang paling dominan pada saat itu adalah bangsa
Arab yang mayoritas memeluk agama Islam.
3 Assyria adalah kerajaan besar mesopotamia, berhasil menguasai tanah pelestina pada tahun
722 SM. 4 Kerajaan Babylon adalah kerajaan yang mewarisi kerajaan setelah Assyria, yang menguasai
Palestina hingga tahun 63 SM ketika Romawi berhasil mengalahkan kerajaan ini dan kemudian
menguasai Palestina. 5 Menganggap Yarussalem, yang merupakan wilayah daerah Palestina, adalah tanah sakral
karena disanalah Nabi terakhir umat Islam berada setelah melakukan perjalanan isra’ dan mi’raj. 6 Sama halnya dengan pasukan gurun yang menganggap tanah tersebut begitu sacral,
Crusader menganggap Yarussalem adalah rumah Tuhan yang harus dikuasai untuk melindunginya dari
pihak pihak lain yang tidak mengakui Tuhan mereka. 7 Kerajaan yang berasal dari Turki, penaklukan Ottoman terhadap Palestina pada saat itu
dilakukan oleh rajanya yang bernama Saladin.
37
2. Israel
Penduduk Israel atas tanah Palestina tidak terlepas dari peran kaum Yahudi.
Kaum Yahudi merupakan satu dari tiga agama samawi8, merupakan satu bangsa yang
tersebar di seantiaro dunia selama berabad-abad. Sejarah panjang bangsa Yahudi
memproyeksikan citra Yudaisme atau Zionisme, yaitu suatu keyakinan dan praktek
keagamaan yang memungkinkan integrasi sosial bangsa Yahudi.
Kaum Yahudi yang bepergian dibeberapa negara kususnya di benua Eropa,
tetap memelihara integrasi sosial bangsa yahudi. Yudaisme diduga kuat mengambil
peran penting dalam kelangsungan proses tersebut, melalui konformitas atau
penyamaan penampilan orang Yahudi terhadap agamanya dan pelestarian
komunalisme9. Sejarah, Bahasa, tradisi dan kebiasaan telah memelihara konsep
kemasyarakatan Yahudi yang bersifat integralistik10
.
Dengan dilandasi konsep kemasyarakatan Yahudi, kalangan terpelajar dari
bangsa tersebut menegaskan makna moralitas kekuasaan dengan pengertian
kesadaran nasionalitas bangsa Yahudi. Bagi mereka bangsa Yahudi harus memiliki
8 Dalam ilmu perbandingan agama, agama Abrahamik yang sering pula disebut
sebagai agama samawi atau agama Ibrahimiyyah adalah agama yang muncul dari suatu
tradisi Semit kuno bersama dan yang ditelusuri oleh para pemeluknya kepada Abraham atau Ibrahim.
Preston Hunter, Major Religions of the World Ranked by Number of Adherents. 9 Komunalisme biasanya mengacu pada sistem yang mengintegrasikan kepemilikan komunal
dan federasi komunitas independen yang sangat lokal. Murray Bookchin, mendefinisikan komunalisme
sebagai teori pemerintahan atau sistem pemerintahan dimana komune independen berpartisipasi dalam
federasi, serta prinsip-prinsip dan praktek kepemilikan komunal. Random House Unabridged
Dictionary, Second Edition,1998, New York. 10
Najamuddin Muhammad, Sejarah Konflik dan Peperangan Kaum Yahudi, Cetakan
pertama, Jogjakarta, 2014. Hal. 13.
38
tanah wilayah dan tempat pemerintahan yang berfungsi menyelenggarakan
kekuasaan. Tidak ada pilihan lain, bangsa Yahudi harus memiliki negara sendiri agar
bisa sederajat dengan bangsa-bangsa di dunia.
Namun kesadaran nasionalitas yang terwujud dalam gerakan nasionalis zionis
bukan merupakan kekuatan inti kolonial. Nasionalitas Yahudi modern terwujud
gerakaan kebangsaan yang bertujuan menegakkan kekuasaan Yahudi di tanah
Palestina, mengikuti ajaran agama Yahudi. Jadi, yudaisme menjadi ideologi gerakan
nasionalis Yahudi yang secara resmi menamakan diri sebagai gerakan Zionisme.
Motivasi kembali ke tanah Bani Israel, yang menjadi seruan keagamaan
Yahudi merupakan sumber kekuatan gerakan Nasionalis Yahudi. Para pendukung
gerakan Nasionalis berpendapat bahwa penguasaan tanah Palestina merupakan proses
normalisasi bangsa Yahudi, sebagai suatu bangsa yang memiliki tanah wilayah.
Normalisasi Bangsa Yahudi tampaknya hanya bisa dicapai melalui penegasan
keyakinan keagamaan karena persyaratan keabsahan yang legal untuk menguasai
wilayah sulit terpenuhi.
Nasionalisme Yahudi telah terpisah dengan tanah Palestina yang menjadi
basis suatu nasioalitas berabad-abad lamanya. Nasionalisme ini sangat aneh, karena
terlahir atau tumbuh di negeri perantauan. Cukup jelas sudah bahwa Nasionalisme
Yahudi tidak berjenis pembebasan wilayah dari kekuasaan bangsa asing, melainkan
39
pengakuan kesejarahan atau pembagian wilayah oleh bangsa Yahudi, oleh karena itu
Bangsa Arab tidak dapat mendukung Nasionalisme Yahudi11
.
Gerakan Zionis dengan tujuan membentuk kembali bangsa Yahudi di tanah
Palestina pertama kali menjadi wacana umum pada tahun 1886 melalui ungkapan
ideoligis Nathan Birnbaum, Zionisme. Pengertian Zionisme kemudian menunjuk
penegasan hubungan Yahudi dengan Palestina sebagai tanah leluhur.
Kesadaran nasionalis bangsa Yahudi terutama di kalangan cerdik cendikia,
mengalami transformasi menjadi kekuatan riil berupa organisasi-organisai zionis,
sesudah organisasi-organisasi melakukan serangkaian kongres dunia mulai kongres di
Bazel, Swiss, pada tahun 1897 beragendakan politik pembentukan negara Yahudi
semakin bulat. Kongres Bazel, Swiss yang diikuti oleh 204 delegasi Yahudi dari 16
negara telah menyusun program perwujudan agenda politik awal12
.
Theodore Herzl, ketua organisasi zionis dunia dalam kongres ini telah
menegaskan urgensi pembentukan negara Yahudi bagi seluruh aktualisasi bangsa
Yahudi karena kesulitan menegakkan keyakinan keagamaan diluar wilyahnya sendiri.
Sebelum kongres itu, Herzl aktif menyerukan pembentukan negara Yahudi di
Rumania dan Uni Soviet. Semula, Herzl cenderung mendorong gerakan asimilasi
11
M. Hamdan Basyar dkk, problematika minoritas muslim di Israel (Jakarta: Pusat Penelitian
Politik LIPI, 2002), h. 17-21. 12
Herzl, Theodor. A Jewish state: an attempt at a modern solution of the Jewish
question (1896).
40
Zionis dengan Eropa. Namun, Herzl kemudian membuang pemikirannya itu karena
tidak realistis.
Sebagai gantinya, pembentukan negara Yahudi merupakan pilihan terbaik
karena terbebas dari prasangka rasial dan keagamaan di Eropa. Hal ini bearti bahwa
pembentukan negara Yahudi bisa mendorong perlawanan bangsa Yahudi terhadap
tindakan persekusi yang mengganas dalam Perang Dunia II. Perlawanan Yahudi
berlangsung melalui milisinya yang menjadi bagian tentara Inggris berperang
melawan German. Gagasan pembentukan negara Yahudi bahkan bisa mendorong
proses rikonsiliasi terjadi mengikuti peran negara Yahudi dalam gugus eksistensi
Internasional yang menjamin bangsa Yahudi bermartabat sama dengan bangsa lain13
.
Untuk segera mewujudkan cita citanya, Herzl mengunjungi kesultanan
Ottoman guna meminta sebuah daerah otonomi yang nantinya digunakan sebagai
tempat bermukimnya bangsa Yahudi. Sebagai bahan pertimbangan, Herzl akan
memberikan beberapa bantuan yang di perlukan kesultanan Ottoman ketika itu.
Namun, Sultan Abdul Hamid (1876-1909) dengan tegar menentang dan menolak
semua keinginan Herzl tersebut14
.
Kekuataan riil kesadaran nasionalitas bangsa Yahudi tercermin pada
pembentukan komunitas Yahudi di Palestina. Para pemukiman tinggal di daerah
13
Basyar, problematika minoritas, h. 21-21. 14
Muhsin M. Shaleh, Palestina; Sejarah, Perkembangan,dan konspirasi (Jakarta: Gema
Insani Press, 2002), h. 37-39.
41
pertanian membentuk kibbutz15
. Kibbutz membentuk kerjasama produksi dan
distribusi kebutuhan konsumsi di kalangan warganya. Peningkatan jumlah
pemukiman telah mendorong pembentukan yishuv16
, suatu komunitas pemukiman
dengan menyelenggarakan system sosial, ekonomi, dan politik.
Yishuv memiliki institusi-institusi pendidikan, politik, dan militer.
Penyelenggaraan yishuv merupakan perwujudan konsep komunalisme, sebagai
kelanjutan sistem ekonomi Yahudi-Eropa. Integrasi sosial Yahudi yang terbina dalam
system otonomi yang memiliki solidaritas etnik yang kuat. Ikatan primordial seperti
ini membuat komunitas Yahudi menjadi bersifat organik, dimana kepentingan
perorangan tenggelam dalam kepentingan kelompok.
Bangsa Palestina sejak awal telah menggalang aksi untuk menghadang
gerakan zionis, konflik berdarah pertama terjadi antara petani Palestina dan
pendatang Yahudi pada tahun 188617
. Para petani telah membuat petisi kepada
kesultanan Ottoman sebagaimana juga dengan media surat kabar yang gencar
mengekpos bahaya zionis al-karmal dan Filistin.
Bermodal pemaknaan baru Zionisme, organisasi zionis berusaha mendapatkan
dukungan pemerintah Inggris dengan menggerakkan keterlibatan Yahudi dalam
15
Tempat-tempat pemukiman kolektif di Israel dengan sistem kepemilikan bersama dan
dengan struktur-struktur dasar demokratis. Avrahami, E, Kibbutz. An Evolving Community, Yad
Tabenkin, 1992. 16
Istilah yang mengacu pada pertumbuhan warga Yahudi di Palestina, sebelum pembentukan
negara Israel. Walter Laqueur, A History of Zionism, p153. 17
Walter Laqueur, A History of Zionism.
42
Perang Dunia I dengan mendukung pasukan sekutu. Setrategi Zionis ini berhasil
menggerakkan perhatian pemerintah Inggris lebih besar membantu pembentukan
negara Yahudi. Dukungan Inggris bermula dengan kemunculan pandangan Lord
Arthur Balfour, menteri Luar Negeri Inggris, yang memihak pembentukan negara
Yahudi di Palestina. Pandangan ini tertuang dalam surat Balfour kepada Lord
Rothschild, yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour18
, bertanggal 2 November 1917.
Dengan maksud menjaga netralitas pemerintah Inggris, pandangan Balfour
menyebutkan penghormatan terhadap hak sipil dan agama masyarakat non-Yahudi
yang ada di Palestina.
Dukungan Inggris sangat penting bagi bangsa Yahudi untuk mendirikan
negara Israel, karena Inggris sudah menguasai tanah Palestina sejak 191719
. Dalam
konferensi Perdamaian Paris 1919, Chaim Weizman, pengganti Theodore Herlz,
menegaskan penerimaan dukungan Deklarasi Balfour dengan segera bereaksi positif
memobilisasi para migran. Pertumbuhan penduduk Yahudi di Palestina yang besar
memungkinkan pembentukan pemerintahan dan negara Yahudi. Hal ini sesuai visi
negara Yahudi herlz tentang tanah Palestian yang mayoritas berpenduduk Yahudi
yang disampaikannya pada tahun 1897, ketika Kongres pertama Organisasi Zionis
Dunia berlangsung. Kenyataannya menunjukkan bahwa sampai menjelang
18
Surat pernyataan yang disetujui pada rapat Kabinet Inggris pada 31 Oktober 1917, bahwa
pemerintah Inggris mendukung rencana-rencana Zionis buat tanah air bagi Yahudi di Palestina, dengan
syarat bahwa tak ada hal-hal yang boleh dilakukan yang mungkin merugikan hak-hak dari komunitas-
komunitas yang ada di sana. http://www.zionism-israel.com/Balfour-Declaration-1917. 19
https://www.islampos.com/palestina-sebelum-kedatangan-zionis-yahudi-121844.
43
pembentukan negara Israel, penduduk Yahudi hanya berjumlah setengah dari jumlah
penduduk Arab. Rencana pembentukan negara Yahudi bagi bangsa Yahudi tampak
telah mengakibatkan penghancuran secara sistematis penduduk Arab melalui
pembantaian dan pengusiran.
B. Latar Belakang Agresi Israel di Gaza (2008)
Kemenangan Hamas20
dalam Pemilu 2006 mengejutkan banyak pihak,
terutama Israel dan jaringan Yahudi Internasional. Pemilu yang dihasilkan dari sistem
demokrasi ini ternyata mendapat apresiasi negative sehingga banyak pihak banyak
menolak hasil Pemilu tersebut, bahkan tidak diakui oleh fiksi lain di Palestina21
, yaitu
Fatah22
. Sebelumnya, Hamas mendapat peringatan keras, apabila Hamas
memenangkan Pemilu maka Uni Eropa dan pemerintah Amerika Serikat tidak akan
bekerja sama dengan Palestina. Sebaliknya, dengan sikap keras terhadap Israel dan
Amerika, Hamas pun menentang keras Perjanjian Oslo23
, itulah yang menyebabkan
bangsa Yahudi melakukan tekanan terus menerus terhadap Hamas.
20
Harakat al-Muqawah al-Islamiyah, secara harfiah Gerakan Pertahanan Islam adalah
organisasi Palestina Islam Sunni. The Palestinian Hamas: Vision, Violence, and Coexistence, by Shaul
Mishal & Avraham Sela, 2006, p. xxviii. 21
Yeyen Rostiyani, Inside gaza (Jakarta: 2009), h. 103. 22
Harakat at-Tahrir al-Wathani al-Filasthini atau Gerakan Nasional Pembebasan Palestina,
adalah sebuah partai politik di Palestina yang didirikan pada tahun 1958. Partai ini memiliki tujuan
untuk mendirikan negara Palestina di daerah yang sedang menjadi tempat konflik Israel dan Palestina.
"Who are Hamas?”, London: BBC News. January 26, 2006. 23
Perjanjian Oslo adalah perjanjian damai antara Israel yang diwakili oleh Perdana Menteri
Yitzak Rabin dan Pemimpin PLO Yasser Arafat pada masa itu. Isinya antar lain Israel sepakat untuk
menarik pasukannya dari wilayah kependudukan, membagi wilayah Palestina menjadi dua wilayah
administrative (Gaza dan Tepi Barat), dan mengakui PLO sebagai otoritas administrative sementara di
wilayah kependudukan.
44
Faktanya, Hamas ternyata menang. Maka ancaman yang diterimanya bukan
hanya berupa pemutusan hubungan kerja sama, melainkan ancaman embargo
ekonomi, akses kesehatan dan keselamatan bagi Palestina sehingga tidak jarang
warga Gaza kehabisan bahan bakar dan aliran listrik yang terputus24
. Israel menolak
untuk mengembalikan pajak pendapatan warga Palestina. Israel juga menutup semua
saluran dagang warga Palestina. Secara ekstrem, penolakan itu juga dilakukan secara
bersama serangkaian serangan terhadap Palestina. Bangsa Yahudi mulai melakukan
agresinya di setiap sudut kota dalam wilayah Palestina.
Menurut kelompok kemanusiaan yang diakui secara Internasional, The
Palestinian Center Of Human Right25
, dalam rentang waktu 6-12 April 2006, Israel
melakukan 27 kali serangan di sekitar tepi Barat Gaza, peristiwa tersebut menelan 70
korban sipil di pemukiman penduduk. Begitu juga dengan PBB yang menyebutkan
bahwa antara 30 Maret dan 12 April 2006, Israel tercatat telah melakukan serangan
sebanyak 2300 artileri peluru meriam dan 34 misil ke Gaza. Defence for children
International26
melaporkan bahwa 4000 anak Palestina telah ditangkap dalam rentang
24
https://books.google.co.id/books, embargo.ekonomi.di.gaza 25
Sebuah organisasi NGO di palestina yang berisikan para aktivis kemanusiaan dan
sekelompok pengacara Palestina, terbentuk pada tahun 1995. http://www.pchrgaza.org/about/funding. 26
Sebuah organisasi non-pemerintah yang independen dibentuk pada tahun 1979, organisasi
ini terfokus melindungi hak-hak anak, seperti dituangkan dalam konvensi PBB tentang hak-hak anak
(UNCRC). http://www.defenceforchildren.org.
45
tahun 2001-200627
. Hanya saja kekejaman dan serangan brutal Israel tidak diliput
oleh media sebagai sebuah kejahatan kemanusiaan.
Sasaran utama Israel adalah aktivis-aktivis Hamas. Setelah kemenangan pada
Pemilu tersebut, banyak aktivis Hamas yang dinyatakan hilang. Tindakan tersebut
mendapat kecaman Internasional, dan beberapa negara yang mayoritas beragama
Islam. Akan tetapi, kecaman masyarakat dunia itu bukan semata mata berdasarkan
atas agama, melainkan Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan28
.
Tindakan Israel terhadap orang-orang Palestina mengundang perhatian Dunia.
Israel juga menjadikan Hamas sebagai kambing hitam dari semua tindakan brutal
yang terjadi di Gaza. Israel menganggap Hamas tidak mampu menjalin hubungan
kerja sama dan menuduh Hamas telah melakukan serangan terlebih dahulu terhadap
Israel. Faktanya, Hamas hanya berupaya untuk membela diri dan merebut kembali
wilayah yang telah direbut oleh Israel. Bagi Israel, Hamas dianggap sebagai
organisasi yang sangat keras. Karena Israel menduduki wilayah Palestina yang
diklaim sebagai bagian dari wilayah Israel yang sebenarnya wilayah tersebut adalah
wilayah Palestina dan Arab secara de facto. Masjid al-Quds atau masjidil Aqsha telah
lama dikenal sebagai wilayah Palestina. Kemudian, wilayah tersebut secara brutal
diduduki oleh Zionis Yahudi29
.
27
Najamuddin Muhammad, Sejarah dan Peperangan Kaum Yahudi, (Jogjakarta: Januari,
2014), hal. 124. 28
Ibid, h. 125. 29
Ibid, h.126.
46
Selain masalah menangnya Hamas dalam pemilu 2006, fakta terbaru telah
menemukan adanya cadangan gas alam yang begitu besar di sepanjang pantai yang
membentang di Gaza dan Israel30
. Michel Chossudovsky dari Global Research
(lembaga media dan riset independen) dengan tegas menyebutkan:
“invasi militer di jalur Gaza oleh pasukan Israel memiliki kaitan langsung
dengan kontrol dan kepemilikan cadangan gas lepas pantai yang strategis31
.”
Gambar III.I
Sumber: www.voaindonesia.com
Cadangan gas alam lepas pantai Gaza dan Israel di temukan pada tahun 2000.
British Gas32
(BG Group) dan mitranya, Consolidated Contractors International
30
Labib, muhsin dan Irman Abdurrahman, Gelegar Gaza (Denyut Perlawanan Palestina),
cetakan pertama, Jakarta, 2009, hal. 125. 31
http://www.globalresearch.ca/war-and-natural-gas-the-israeli-invasion-and-gaza/11680. 32
Sebuah perusahaan gas dan listrik terbesar di Inggris, www.britishgas.co.uk.
47
Company (CCC)33
, mendapatkan hak eksplorasi minyak dan gas selama 25 tahun.
Kesepakatan itu ditandatangani pada November 1999 dengan pemerintah Otoritas
Palestina34
sehingga pada tahun 2009 masih ada sisa 15 tahun untuk ke depannya.
Seperti yang disampaikan Haaretz35
(2007), hak eksplorasi untuk BG sebesar 60
persen dan CCC memiliki 30 persen. Sedangkan 10 persen dari royalty pengeboran
minyak tersebut, menurut Otoritas Palestina, akan dimasukkan ke dalam Dana
Investasi Otorita Palestina (Palestine Investment Fund atau PIF)36
.
C. Dinamika Agresi Israel di Gaza
Pada tanggal 20 Desember 2008, Gerakan perlawanan Islam Palestina
(Hamas) setelah selesai berunding dengan faksi-faksi Palestina lainnya di Gaza secara
resmi menyatakan berakhirnya gencatan senjata dengan Rezim Zionis Israel. Imam
Taha, seorang pemimpin Hamas pada waktu itu menyatakan:
“musuh selama masa genjatan senjata yang waktunya habis 19 Desember
2008, tidak mematuhi kesepakatan genjatan senjata dan tetap akan menyerang
warga Palestina, menutup jalur jalur penyeberangan dan tetap memblokade
jalur Gaza, dan kini genjatan senjata tidak akan diperpanjang37
.”
Genjatan senjata selama 6 bulan antara para pejuang Palestina dan Israel
dilakukan lewat mediasi Mesir. Ironisnya, pada tanggal 20 Desember 2008 Presiden
33
Sebuah perusahaan di Athena, Yunani.Milik keluarga Sabbagh dan More Koury asal
Lebanon. 34
Otoritas Nasional Palestina adalah sebuah organisasi pemerintahan sementara yang
memerintah sebagian dari tepi Barat dan seluruh jalur Gaza, dibentuk pada tahun 1994 setelah
penandatanganan Perjanjian Oslo antara PLO dan Israel. 35
Sebuah surat kabar tertua di Israel, berdiri pada tahun 1918. 36
Yeyen Rostiyani, Inside Gaza (Jakarta: 2009), h. 109-110. 37
Zahra, Gelegar Gaza ”Denyut Perlawanan Palestina” (Jakarta: 2009), h. 175.
48
Mesir Husni Mubarak pada waktu itu, membuka jalur penyeberangan Rafah38
untuk
memasukkan obat obatan dan bahan pangan yang diperlukan warga Gaza untuk
sesaat. Dengan syarat, para pejuang Palestina di jalur Gaza menghentikan serangan
roket ke Israel.
Serangan Israel di Gaza yang dimulai 27 Desember 2008 hanyalah salah satu
contoh dari langkah Israel mengedepankan operasi militer. Israel beralasan, serangan
tersebut bersifat defensive atau mempertahankan diri dari serangan roket Qassam39
dari Gaza ke wilayahnya. Akan tetapi, klaim tersebut sangat bertentangan dengan
hukum kemanusiaan, yaitu Konvensi Jenewa.
Dari penjelasan diatas, peulis menyimpulkan bahwa Israel telah melakukan
pelanggaran hukum internasional. Pertama, telah terjadi pelanggaran oleh Zionis
Israel terhadap prinsip hukum internasional, yang diderivasikan dari The Hague
Conventions 190740
Pasal 43 dan 55 serta Piagam PBB Pasal 2 Paragraf 4, tentang
larangan menguasai suatu wilayah melalui penggunaan kekuatan. Sejak berdirinya
negara Israel hingga sekarang. Dan perlu diketahui, prinsip integritas territorial
sebagaimana termaktub dalam Piagam PBB, menurut pandangan prinsip hukum
internasional, tidak hanya berlaku bagi sebuah negara tetapi juga bangsa.
38
Merupakan sebuah kota di Palestina yang terletak di jalur Gaza, berbatasan dengan Mesir.
Kota ini disebut “Robihwa” oleh orang mesir kuno, “Rafihu” oleh orang Assyria, “Raphia” oleh orang
Yunani dan Romawi, dan kini “Rafah” pada tahun 2006. 39
Roket Qassam merupakan roket rakitan yang berisi bahan peledak yang dibuat oleh
kelompok Hamas di Palestina.Qassam merupakan roket artileri yang tidak memiliki sistem pemandu,
dan pertama kali digunakan pada Oktober 2001 terhadap pemukiman Yahudi di Jalur Gaza. 40
Konvensi Den Haag 1907
49
Kedua, rezim Zionis Israel terus menerus tidak mau memenuhi atau mematuhi
resolusi-resolusi PBB, yang memerintahkan Israel untuk menerima para pengungsi
Palestina untuk pulang ke tempat asal mereka, meskipun tempat-tempat itu kini
dianggap sebagai bagian dari wilayah Israel. Bangsa Palestina yang secara paksa
diusir dari tempat-tempat asal mereka, memiliki hak mutlak untuk kembali pulang,
dan hak tersebut bukanlah subjek yang bisa dinegosiasikan.
50
BAB IV
RESPON INDONESIA TERHADAP PALESTINA PASCA AGRESI
ISRAEL KE JALUR GAZA (2008)
A. Respon Indonesia Sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan
PBB dan GNB
Kata “bantuan” terkadang dimaknai tidak secara global, tetapi terlalu
sempit. Seolah kata itu hanya milik negara yang mampu, kaya, atau negara maju
semata. Sedangkan penerimanya, pastilah negara miskin, terbelakang atau kurang
pendidikan. Padahal kenyatannya tidaklah demikian. Setiap bangsa pasti memiliki
kelebihan dari bangsa lainnya. Paradigma yang berkembang saat ini adalah saling
peduli dan saling memberi. Tidak lagi bangga menengadahkan tangannya untuk
menerima bantuan dari negara lain.
Bantuan Indonesia tersebar ke negara-negara yang memerlukan tersebar
dari lautan pasifik hingga ke timur tengah. Dari bercocok tanam, mengolah aneka
makanan hingga pengiriman tenaga ahli dari berbagai bidang sangat diapresiasi.
Bahkan banyak negara merasa senang atas bantuan tersebut, itu semua karena
bantuan Indonesia sangat bermanfaat, sekaligus ikut berkontribusi dalam
membangun hubungan antar-negara.
Bagi masyarakat Indonesia, permasalahan di Timur Tengah, khususnya
masalah Palestina selalu mendapat perhatian lebih. Hal ini disebabkan karena
adanya kedekatan agama antara Indonesia dan Palestina. Baik yang beragama
Islam maupun non Islam, keduanya sama-sama bersimpati terhadap perjuangan
51
rakyat Palestina. Maka tidak heran ketika tragedi kemanusian terjadi, rakyat
Indonesia selalu peka dengan berdemontrasi, menyalurkan bantuan kemanusian,
bahkan sebagian ada yang terjun langsung ke Jalur Gaza untuk menjadi relawan
kemanusian1.
Konflik Palestina tetap menjadi perhatian bagi Indonesia. Pada tanggal 15
November 1988, Palestina memproklamasikan kemerdekaannya oleh PLO2
(Palestinian Leberation Organization), langsung diakui oleh Indonesia.
Pengakuan ini terus didukung dengan dibukanya hubungan diplomatik antara
pemerintah Indonesia dengan Palestina yang ditandai dengan dibukanya Dubes
Palestina di Jakarta, dan tidak dibukanya hubungan diplomatik dengan Israel.
Selain itu Indonesia terus berusaha mendukung Palestina dalam berbagai forum
multilateral seperti melalui Sidang Majelis Umum PBB, DK PBB, dan Dewan
HAM PBB3.
Indonesia pada saat itu, sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB priode 2007-2008, terus menekan Dewan Keamanan PBB agar
mengeluarkan keputusan-keputusan terkait masalah Palestina. Baik melalui
presidential statement4 maupun resolusi. Dalam kapasitasnya sebagai anggota
1 Buletin Jendela, Kemana Larinya Bantuan Negara Kita, Edisi No. 1/Juni/2014, hal, 4.
2 PLO mendapatkan status peninjau di Sidang Umum PBB pada 1974 (Resolusi Sidang
Umum no. 3237). Dengan pengakuan terhadap Negara Palestina, PBB mengubah status peninjau
ini sehingga dimiliki oleh Palestina pada 1988 (Resolusi Sidang Umum no. 43/177.), maka PLO
memproklamasikan kemerdekaan Palestina pada tanggal 15 November 1988. Baroud in Page,
2004, hal. 161. 3 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. "Perserikatan Bangsa Bangsa". Diakses
2 June 2012. 4 Pernyataan yang dibuat oleh Dewan Presiden Keamanan atas nama PBB, diadopsi pada
pertemuan formal dan diterbitkan sebagai dokumen yang resmi. Matam Farrall, Jeremy
(2007). United Nations sanctions and the rule of law. Cambridge University Press. p. 21.
52
Dewan HAM PBB5, Indonesia telah mendorong Dewan HAM PBB untuk
diadakannya Special Secion Dewan HAM pada tanggal 9 Januari 2009. Lalu
dilanjutkan tanggal 12 Januari 2009. Sidang Dewan HAM tersebut telah
mengesahkan Rancangan Resolusi yang isinya memutuskan untuk mengirim Tim
Pencari Fakta independen untuk menyelidiki kejahatan perang Israel dalam
serangannya ke Jalur Gaza6 yang hasilnya membuktikan bahwa Israel telah
banyak melakukan kejahatan kemanusiaan7.
Sementara itu, dalam kapasitasnya sebagai anggota Majelis Umum PBB8,
Indonesia melalui Biro Kordinasi GNB di New York telah menjadi salah satu
penggagas utama dilaksanakannya Sidang Majelis Umum PBB pada tanggal 15-
16 Januari 2009 mengenai isu Palestina. Sidang itu melahirkan resolusi No.
A/RES/ES-10/189 yang berisikan seruan kepada masyarakat internasional untuk
membantu krisis kemanusian di Gaza. Di forum OKI10
, Indonesia juga ikut
meratifikasi resolusi-resolusi yang menyerukan perdamaian di Palestina, dan
terbentuknya negara Palestina yang merdeka.
5 Kunto Wibisono (21 Mei 2011). "Indonesia Terpilih Kembali Sebagai Anggota Dewan
HAM PBB". ANTARA News. Diakses 2 June 2012. 6www.eramuslim.com/berita/dunia,islam/krisis-gaza-dewan-ham-pbb-bentuk-tim-
pencari-fakta. 7 Labib, Muhsin dan Irman Abdurrahman, Gelegar Gaza (Denyut Perlawanan Palestina),
Cetakan pertama, jakarta, 2009, hal. 175. 8 Perwakilan Tetap Republik Indonesia untuk Perserikatan Bangsa Bangsa di New
York. "Compilation of Indonesia Statements in UN General Assembly". Diakses 2 June 2012. 9http://palestineun.org/wp-content/uploads/2015/03/018-69-23-peaceful-Settlement-of-
the-QoP.pdf 10
Sebuah organisasi internasional dengan 57 negara anggota. OKI didirikan
di Rabat, Maroko pada 12 Rajab 1389 H atau 25 September 1969. Dalam Pertemuan Pertama para
Pemimpin Dunia Islam yang diselenggarakan sebagai reaksi terhadap terjadinya peristiwa
pembakaran Masjid Al Aqsa pada 21 Agustus 1969 oleh pengikut fanatik Kristen dan Yahudi
di Yerusalem.
53
Politik Luar Negeri Indonesia didasari oleh konsep kepentingan nasional.
Kepentingan nasional menyangkut keutuhan bangsa dan wilayah, kebangsaan
yang bebas, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan
keamanan11
. Menurut para ahli Polugri, dalam hal ini Kementerian Luar Negeri,
Indonesia tidak bisa seutuhnya berperan lebih dalam konflik Timur Tengah,
khususnya Palestina, dikarenakan Indonesia adalah pihak luar.
Konflik Palestina berbeda dengan konflik di Asia Tenggara seperti konflik
Kamboja-Vietnam. Dalam konflik Kamboja-Vietnam, 1988-1989 Indonesia
menjadi inisiator dan tuan rumah Jakarta Informal Meeting12
(JIM) guna
menyelesaikan konflik antar keduanya13
. Alasan lainnya yang menyebabkan
Indonesia tidak bisa seutuhnya berperan lebih dalam konflik Palestina, adalah
karena jarak geografis. Wilayah Indonesia sangat jauh dengan Palestina atau
Timur Tengah, sehingga konflik tersebut tidak begitu mengancam keamanan
Indonesia.
Untuk membantu warga Palestina yang tertindas, upaya Indonesia dengan
mendesak PBB agar membuat suatu pernyataan yang mengecam dan segera
membuat resolusi terkait agresi Israel tersebut, pengiriman bantuan obat-obatan
dan tim dokter Indonesia untuk merawat korban agresi hingga upaya diplomasi
11
Luhulima, C.P.F. dkk. 1988. Asean di Dalam Politik Luar Negeri RI. Jakarta:
Sekretariat Nasional Asean. Hal, 4. 12
Jakarta Informal Meeting (JIM) adalah upaya ASEAN untuk menyelesaikan konflik
yang terjadi di ASEAN. 13
Burdah, Ibnu. 2008. Konflik Timur Tengah: Aktor, Isu, dan Dimensi Politik.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
54
Indonesia di PBB14
. Indonesia dengan negara-negara lainnya juga turut menuntut
Israel disidangkan di mahkamah Internasional. Pemerintah Indonesia perlu
mempertimbangkan banyak hal untuk memnuhi kebijakannya, karena pada
kenyataanya Israel yang mempunyai hubungan erat dengan Amerika Serikat yang
selama ini menjadi mitra baik Indonesia15
.
Indonesia memiliki hubungan erat dengan Amerika, selama ini Indonesia
banyak bergantung dari Amerika terutama dalam sektor ekonomi yang
menyangkut investasi. Pemerintah mengalami kesulitan untuk mengambil
keputusan kebijakannya. Terdapat tekanan dari dalam negeri supaya pemerintah
segera bersikap dan mengambil kebijakan terkait agresi Israel. Namun, disamping
itu juga pentingnya menjaga hubungan pemerintahan Indonesia dengan Amerika
adalah dua hal yang menjadi acuan dalam pengambilan keputusan pemerintah.
Disatu sisi pemerintah harus merealisasikan tuntutan masyarakat agar stabilitas
nasional tetap terjaga dan citra pemerintah tidak dinilai lamban dalam penanganan
suatu masalah, di sisi lain pemerintah harus mengambil kebijakan yang tidak
bertentangan dengan Amerika, sehingga tidak mempengaruhi hubungan bilateral
Indonesia dengan Amerika16
.
Dengan berbagai pertimbangan, pemerintah Indonesia tidak bersikap
terlalu terburu-buru dalam menanggapi kasus ini. Ketika gejolak terus terjadi
14
http://www.voaindonesi.com/healthnewstopics/tips-hidup-sehat/tim-medis-indonesia-
masuk-ke-jalur-gaza. 15
Smith, Anthony L, 2003. “Ä Glass Half Full: Indonesia-US Relations in the Age of
Terror”, dalam Contemporary Southeast Asia, 25 (3): 449-472 16
https://www.academia.edu/4964281/Komunikasi Internasional Indonesia Dalam Upaya
Mendukung Palestina Sebagai Negara yang Berdaulat Tema Komunikasi Internasional Indonesia
Dalam Kancah Global.
55
sampai pada minggu ketiga agresi Israel tepatnya 10 januari 2009, presiden
Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono menghubungi Presiden Prancis Nicolas
Sarkozy, selain menyatakan apresiasi atas peran Prancis sebagai salah satu
anggota DK PBB yang aktif dan riil mencari solusi, SBY juga mengharapkan
Prancis bersama-sama dengan Indonesia berupaya lebih serius mendesak Israel
untuk menghentikan serangannya dan menarik mundur pasukannya dari wilayah
Palestina17
.
Indonesia juga meminta dilaksanakan sidang darurat Majelis Umum PBB
untuk membahas serangan ke Gaza. Indonesia juga menawarkan diri sebagai
monitoring PBB untuk memantau sikap Israel dalam mematuhi resolusi DK PBB.
Pada intinya, Indonesia akan mendesak PBB mengeluarkan resolusi atau
mekanisme baru yang dapat dilaksanakan serta dipatuhi oleh pihak-pihak yang
terlibat konflik di Palestina. Pendekatan yang dilakukan Indonesia lebih bersifat
Humanisme, dengan mengirimkan bantuan senilai lebih dari 22,2 Milyar yang
terwujud dalam bentuk obat-obatan, alat-alat medis, sarana dan prasarana medis,
serta kendaraan medis18
.
Indonesia juga mengirimkan para diplomatnya di berbagai konfrensi
internasional untuk ikut andil dalam penyelesaian dan perdamaian di Palestina,
diantaranya keikut sertaan Indonesia dalam perumusan resolusi DK PBB terkait
situasi di Jalur Gaza, keikut sertaan Indonesia dalam sidang IPU yang
17
http://www.ambafrance-id.org/-Arsip-Berita-Tahun-2009. 18
http://www.voaindonesia.com/healthnewstopics/tips-hidup-sehat/tim-medis-indonesia-
masuk-ke-jalur-gaza.
56
diselenggarakan di jenewa serta keikut sertaan Indonesia dalam konfrensi
rekonstruksi Gaza yang diselenggarakan di Mesir pada tanggal 2 maret 200919
.
Sebagai bentuk dukungan Indonesia dalam membantu perjuangan rakyat
Palestina secara konsisten, pada Sidang Luar Biasa (Extraordinary Session) IPU
yang diselenggarakan pada tanggal 29 – 30 Januari 2009 lalu di Markas Besar
IPU, Jenewa, Swiss, Indonesia mendesak beberapa hal, baik kepada PBB maupun
kepada Israel. Diantaranya :
a. Mendesak Inter-Parliamentary Union (IPU) agar mengirim Komite
Pencari Fakta keJalur Gaza. Tujuannya untuk memantau jalannya resolusi
gencatan senjata, bantuan kemanusiaan, membantu para anggota Parlemen
Palestina.
b. Mendesak supaya Executive Committee secara tekstual maupun
kontekstual membuat pernyataan yang mengutuk serangan militer Israel di
Jalur Gaza yang telah mengakibatkan pelanggaran HAM berat terhadap
rakyat Palestina.
c. Mendesak agar Sekretaris Jenderal PBB menyelidiki kasus-kasus
pelanggaran HAM dan membentuk pengadilan internasional guna
mengadili mereka yang dituduh melakukan pelanggaran HAM dan
kejahatan perang.
d. Mendesak supaya Israel menghentikan blokade ekonomi di Jalur Gaza
selama 18 bulan terakhir dan membuka akses bagi bantuan kemanusiaan
internasional kepada rakyat Palestina di Jalur Gaza.
19
ibid.
57
e. Mendesak agar Israel menanggung kerugian yang dialami oleh rakyat
Palestina serta menghimbau bagi masyarakat internasional untuk
memberikan bantuan guna tercapainya langkah rekonstruksi dan
rehabilitasi di kawasan Jalur Gaza.
f. Mendesak Israel agar membebaskan seluruh anggota Parlemen
Palestina yang telah ditahannya secara semena-mena dan menggaris
bawahi pentingnya melibatkan HAMAS dalam setiap proses perdamaian
dan negosiasi20
.
B. Respon Sosial dan Kemanusiaan Indonesia Untuk Palestina
Sehubungan dengan krisis kemanusiaan dan proses Perdamaian Palestina-
Israel, masyarakat internasional tidak tinggal diam dan bahu membahu untuk
mendukung perjuangan Palestina21
. Serta menyerukan terciptanya proses
perundingan Palestina-Isarel yang damai demi terwujudnya two states solution22
.
Indonesia sendiri termasuk salah satu negara yang berkontribusi bagi
diperolehnya 132 suara atas status non member observer state Palestina pada
Sidang Majelis Umum PBB tahun 2012 dan berharap Palestina dapat menjadi
anggota penuh PBB23
.
20
Abdillah Toha, Indonesia Desak Inter-Parliamentary Union (IPU) kirim Komite
Pencari Fakta ke Jalur Gaza, http://deplu.go.id, 3/01/2009.
21 http://mirajnews.com/id/palestina/reaksi-dunia-terhadap-konflik-di-gaza.
22 Two state solution mengacu pada solusi dari konflik Palestina-Israel, yang menyerukan
"dua negara untuk dua kelompok." Solusi dua-negara membayangkan sebuah negara independen
Palestina di samping negara Israel, dan bagian barat Sungai Yordan. Batas-batas antara kedua
negara masih menimbulkan perdebatan dan negosiasi. 23
“Palestine poised for symbolic but historic victory at UN". Zee News. Diakses 29
November 2012.
58
Dalam kerangka kerja sama antar regional, Indonesia menginisiasi New
Asian African Strategic Partnership24
(NAASP) for Palestinian Development.
Inisiatif kerja sama ini lebih terfokus untuk membantu Palestina melalui program-
program peningkatan kapasitas (capacity building). Adillah Onim, seorang aktifis
kemanusiaan Indonesia untuk Palestina yang tinggal di Gaza, adalah salah satu
saksi atas penderitaan masyarakat Palestina. Onim, yang saat itu sedang
berkunjung ke Indonesia, menceritakan kebrutalan Israel terhadap masyarakat
Gaza. Onim mengatakan:
“Sarana kesehatan disana sangat terbatas. Banyak pasien korban bom
akhirnya meninggal dunia sebelum sempat dibawa ke rumah rumah
sakit”.25
Indonesia berkomitmen melatih 1000 orang Palestina selama 5 tahun
(2008-2013). Indonesia telah berhasil memenuhi komitmen tersebut dan
dilanjutkan untuk 5 tahun ke depan (2014-2019)26
. Hingga Juni 2014, Indonesia
telah melatih lebih kurang 1261 orang Palestina di berbagai bidang. Antara lain
bidang keuangan mikro, pertanian, infrastruktur, kearsipan, project cycle,
keramik, diplomatik, keprotokolan, kepemerintahan, dan usaha kecil dan
menengah27
.
24
The New Asian-African Strategic Partnership (NAASP) didirikan pada April 22-23
2005 oleh negara-negara Asia dan Afrika untuk kerjasama masa depan antara dua benua. "Seniors
official meeting" (PDF). MFA of Indonesia. Retrieved 2012-10-01. 25
Buletin Jendela, Kala Lara Meringis Nurani, Edisi No. 1/Juni/2014, hal, 6. 26
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/616822-palestina-hargai-bantuan-pelatihan-dari-
indonesia. 27
Buletin Jendela, Kala Lara Meringis Nurani, Edisi No. 1/Juni/2014, hal, 7.
59
Indonesia juga mendukung inisiatif dan mekanisme kerja sama yang
digagas negara-negara lainnya. Salah satunya adalah CEAPAD28
(Conference on
Cooperation among East Asian Countries for Palestinian Development). Forum
koordinasi bantuan negara-negara Asia Timur untuk Palestina, yang diadakan di
Jepang untuk yang pertama kalinya pada tahun 2013. Pada 28 Februari – 2 Maret
2014 Indonesia berkesempatan menjadi ruan rumah penyelenggaraan CEAPAD
II. Pertemuan dihadiri oleh sejumlah undangan dari 22 negara dan 5 organisasi
internasional. Pada CEAPAD II, Indonesia menegaskan kembali komitmennya
membantu Palestina, khususnya melalui program capacity building dan
mendorong peran aktif swasta untuk kemandirian ekonomi Palestina29
.
Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui Direktorat Kerja Sama Teknik
(Dit.KST) bekerjasama dengan berbagai kementerian, lembaga dan institusi, telah
melaksanakan berbagai program capacity building untuk membantu peningkatan
SDM Palestina30
. Program-program tersebut antara lain pelatihan microfinance,
pelatihan teknologi informasi di bidang UKM, dan good governance. Dit. KST
juga mengkoordinir bantuan teknis dari kementerian atau lembaga lainnya, seperti
dengan Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertahanan, Kementerian
Perindustrian, Arsip Nasional Indonesia, Kementerian Kesehatan, dan
Kementerian Pertanian31
.
Dit. KST juga menjalin kerja sama triangular dengan Jepang untuk
membantu Palestina. Kerja sama tersebut seperti penyelenggaraan pelatihan di
28
http://www.mofa.go.jp/region/middle_e/palestine/ceapad_20130214. 29
Buletin Jendela, Kala Lara Meringis Nurani, Edisi No. 1/Juni/2014, hal, 7. 30
ibid. 31
ibid.
60
bidang buah-buahan dan sayur-sayuran, dan terbentuknya Komite Indonesia-
Palestina-Jepang. Semua tugas Dit.KST untuk Palestina adalah manifestasi
komitmen Indonesia untuk menentang segala bentuk kesewenangan yang merusak
nilai-nilai kemanusiaan, dengan membangun kerja sama dan kemitraan,
melangkah bersama dalam pembangunan global demi terciptanya kesejahteraan
bagi umat manusia.32
Kebijakan Luar Negeri Indonesia tidak terlepas dari peran Presiden.
Menurut Mehdawi, Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
terdapat tindakan untuk meningkatkan hubungan Indonesia dengan Palestina.
Pada tahun 2008, Menteri Luar Negeri Nur Hassan Wirajuda mengundang para
Menteri Luar Negeri di negara-negara Asia dan Afrika. Hal tersebut untuk
penyelenggaraan NAASP. Dalam NAASP, konferensi membahas mengenai
dukungan Palestina sebagai negara yang merdeka dan berdaulat33
.
Dalam NASSP Capacity Building, Indonesia melakukan perjanjian dengan
Palestina untuk melatih 1000 orang kader warga Palestina. Hal tersebut dimulai
dengan kedatangan pimpinan PLO, Mahmoud Abbas pada Bali Democracy
Forum34
tahun 2008. Hubungan bilateral Indonesia dan Palestina pada saat itu
mencakup ekonomi, capacity building, diplomasi dan politik yang berlangsung
tahun 2008 hingga 201335
.
32
Buletin Jendela, Kala Lara Meringis Nurani, Edisi No. 1/Juni/2014, hal, 8. 33
http://sameaf.mfa.go.th/en/organization/detail.php. 34
Bali Democracy Forum (BDF) yang diprakarsai oleh Indonesia pada tahun 2008,
merupakan forum tahunan antar pemerintah, inklusif dan terbuka pada perkembangan demokrasi
di kawasan Asia Pasifik. Forum ini bertujuan untuk mempromosikan dan mendorong kerja sama
regional dan internasional di bidang perdamaian dan demokrasi melalui dialog-berdasarkan
berbagi pengalaman dan praktik terbaik yang mematuhi prinsip kesetaraan, saling menghormati
dan pengertian. 35
http://bdf.kemlu.go.id.
61
Indonesia juga memberi sumbangan untuk pembangunan Bank berbasis
syariah dan pembangunan rumah sakit di Jalur Gaza. Bantuan kemanusiaan untuk
rakyat Palestina di Jalur Gaza merupakan bantuan dari berbagai organisasi dan
masyarakat Indonesia. Kebijakan politik luar negeri dipandang Mehdawi sebagai
pembaharuan kebijakan luar negeri yang bersifat nyata dan tidak pernah terjadi
sebelum kepemimpinan SBY. Selain itu, dukungan dan bantuan dari rakyat
Indonesia mendapatkan apresiasi Mehdawi sebagai tindakan nyata untuk
Palestina.
Dalam rangka mendukung kemitraan strategis NAASP, Kementerian Luar
Negeri Indonesia memberikan sejumlah pelatihan kepada warga Palestina.
Pusdiklat Kementerian Luar Negeri Indonesia telah memberikan pelatihan bagi 10
pejabat menengah Palestina dalam pelatihan diplomatik pada tahun 2008.
Sebanyak 5 orang Duta Besar Palestina juga telah mengikuti pelatihan diplomatik
tingkat senior pada tahun 2009. Sebanyak 5 orang pejabat Palestina telah pula
mengambil bagian dalam pelatihan protokol dan pejabat tinggi Palestina telah
pula mengikuti pelatihan capacity building di Pusdiklat. Selain itu, 5 warga
Palestina mengikuti pelatihan bahasa Indonesia selama 7 bulan untuk kemudian
mengikuti pelatihan diplomatik tingkat junior bulan Maret 2010.36
Tidak hanya dari segi politik, untuk mendorong kemandirian ekonomi
Palestina, Kementerian Luar Negeri Indonesia memberikan pembekalan dalam
bentuk pelatihan, pengembangan Usaha Kecil dan Menengah37
. Menurut
Mehdawi, Presiden SBY sangat efektif dalam melakukan komunikasi dengan
36
http://www.id.emb-japan.go.jp/news12 37
http://www.deplu.go.id/Pages/NewsKemlu.aspx?IDP=198&l=id, diakses pada 25
Januari 2013
62
pemerintah Palestina. Selain itu, SBY memahami konstelasi politik internasional
sehingga kebijakan luar negeri di bawah pemerintahannya menggambarkan
kepemimpinannya yang stabil.
Pada masa pemerintahan presiden SBY periode yang pertama, pada 2006.
SBY mendatangi Mehdawi dan menanyakan bentuk bantuan dari Indonesia yang
dibutuhkan oleh Palestina38
. Menurut Mehdawi, tindakan tersebut cukup berkesan
dan tulus untuk membantu Palestina. Sejak pertemuan tersebut, kebijakan politik
luar negeri Indonesia terhadap Palestina cukup aktif dalam forum internasional
menyuarakan perdamaian dan berdirinya Palestina sebagai negara yang berdaulat.
Dalam kancah internasional, Indonesia aktif terlibat untuk penyelesaian konflik
Israel-Palestina.
Pada tanggal 8 Juni-10 Juni 2009, Indonesia telah menjadi tuan rumah
penyelenggaraan United Nations Asian and Pacific Meeting on the Question of
Palestine dengan tema “Strengthening International Consensus on The Urgency
of Achieving a Two-State Solution”. Pertemuan tersebut dilanjutkan dengan
pertemuan United Nations Forum of Civil Society in Support of the Palestinian
People pada tanggal 10 Mei 200939
. Kedua pertemuan tersebut merupakan
program dari Committee on the Exercise of the Inalienable Rights of the
Palestinian People PBB dalam menjalankan mandatnya menggalang dukungan
masyarakat internasional terhadap penyelesaian damai konflik Israel-Palestina40
.
38
http://sby.kepustakaan-presiden.pnri.go.id/index.php/fokus/2006/06/13/651.html. 39
http://www.un.org/press/en/2009/gapal1131.doc.htm. 40
http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=15&l=id, Diakses 25 Januari
2013.
63
Dukungan Indonesia untuk peningkatan status Palestina sebagai negara
non anggota PBB telah dimulai pada tahun 2011. Pada Pertemuan yang diadakan
di Bali, tanggal 23-27 Maret 2011, Indonesia mengusulkan penggalangan suara
terhadap pengakuan Palestina sebagai anggota PBB. GNB mendukung gagasan
Indonesia melalui Non Alligned Movement-NAM Ministerial Committee41
untuk
penggalangan suara terhadap pengakuan Palestina sebagai anggota PBB. Menteri
Luar Negeri Marty Natalegawa menyatakan Indonesia akan terus memberikan
dukungan untuk berdirinya Palestina sebagai negara berdaulat42
.
Selain upaya dukungan dan bantuan seperti yang sudah dijelaskan,
Indonesia juga mengirimkan para relawan seperti MER-C, KISPA (Komite
Indonesia untuk Solidaritas Palestina), dan PMI. Salah satunya Tim MER-C43
(Medical Emergency Rescue Committee) merespon secara cepat korban-korban
akibat konflik maupun bencana yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri.
Salah satu yang mendapatkan respon dari tim ini adalah masayarakat di Jalur
Gaza, Palestina. Wilayah Gaza merupakan sebuah teritorial yang pernah diagresi
oleh Israel di penghujung tahun 2008 yang telah menewaskan ribuan penduduk
Gaza.
41
NAM Members & Observers". 16th Summit of the Non-Aligned Movement, Tehran,
26–31 August 2012. Retrieved 24 August 2012. 42
www.embassyofindonesia.org/features/pdf/Diplomasi_2011.pdf, diakses 25 Januari
2013. 43
MER-C merupakan lembaga sosial-kemanusiaan yang berperan aktif dalam menangani
secara medis korban akibat konflik dan bencana alam yang didirikan oleh mahasiswa UI
(Universitas Indonesia) pada tahun 1999. Kegiatan pertolongan medis berawal dari konflik yang
melanda Maluku hingga ke wilayah-wilayah konflik di dunia.
64
Kontribusi besar MER-C ke Gaza adalah pembangunan Rumah Sakit
Indonesia (RSI)44
. Kontribusi tersebut menjadi kebanggaan bagi seluruh bangsa
Indonesia, khususnya MER-C yang telah bekerja keras menggalang dana untuk
menyelesaikan rumah sakit tersebut. Kondisi akibat konflik yang terjadi di Gaza
telah memberikan inspirasi bagi tim MER-C untuk mengulurkan bantuan untuk
para korban kemanusiaan.
Gambar IV.I
Sumber: www.voaindonesia.com
Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan
di Palestina. Pertama, bantuan kemanusiaan. Konflik Palestina-Israel yang
berkepanjangan khususnya di Jalur Gaza meningkatkan jumlah kemiskinan dan
kelaparan masyarakat Gaza. Dikarenakan Blokade yang dilakukan oleh Israel dan
penghentian bantuan ke Gaza. Kondisi ini mengetuk hati para relawan seperti dari
44
www.voaindonesia.com/read/2013/09/25/152619/2369206/4/ini-bantuan-nyata-ri-
untuk-palestina.
65
MER-C, KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina), dan PMI (Palang
Merah Indonesia) untuk memberikan bantuan kemanusiaan.
Kedua, perdamaian Hamas-Fatah. Indonesia mempunyai hubungan yang
relatif baik dengan pemimpin Fatah maupun Hamas45
. Untuk itu, Indonesia
mempunyai peran besar untuk mendorong kedua belah pihak untuk mewujudkan
pemerintahan baru di Palestina, pemerintahan baru yang digagas oleh FATAH
dan HAMAS yang difasilitasi oleh pemerintah Qatar di awal Februari 2012.
Ketegangan hubungan antara Hamas dan Fatah mengalami puncak ketika Hamas
memenangkan pemilu parlemen pada tahun 2006.
Ketiga, kemerdekaan Palestina. Indonesia sebagai negara yang
menjunjung tinggi nilai-nilai anti kolonialisme seperti yang tertulis dalam
pembukaan UUD 1945, berusaha agar Palestina bisa diakui sebagai sebuah negara
yang berdaulat. Sebagai langkah awal, pemerintah Indonesia akan membuka
sebuah kedutaan baru di Palestina sebagai bukti konkret dalam mendorong
Palestina sebagai sebuah negara. Selama ini, pemerintah Indonesia menempatkan
Palestina dan Yordania menjadi satu struktur kedutaan dalam Kementrian Luar
Negeri.
Keempat, diplomasi internasional. Indonesia terus berupaya secara intens
untuk mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB. Salah satu dari upaya
tersebut adalah Indonesia telah mengkomunikasikannya dalam pertemun OKI
(Organisasi Kerja Sama Islam) di Palembang di tahun 201246
. Selain itu,
45
Yahya, Harun. 2005. Palestina: Zionisme dan Terorisme Israel. Bandung: Dzikra 46
http://viva.co.id, diakses 11/11/2014.
66
Indonesia juga aktif melobi negara-negara lain agar ikut serta mendukung
keinginan Palestina menjadi salah satu anggota dari 192 negara anggota PBB.
Keinginan Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB disampaikan oleh
Mahmoud Abbas dalam pidatonya di Majelis Umum PBB tahun lalu. Selain itu,
Abbas juga mengirimkan surat resmi ke Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon
agar keinginan Palestina dibahas dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Dalam hal
ini, keinginan Palestina akan terkabul jika disetujui 9 dari 15 anggota Dewan
Keamanan dan tidak mendapatkan veto dari anggota tetap Dewan Keamanan
PBB.
Dari beberapa penjelasan di atas, Indonesia di mata Palestina begitu sangat
penting, karena Indonesia tidak hanya aktif dalam memberikan bantuan
kemanusiaan, tetapi juga aktif dalam mendorong Palestina menjadi sebuah negara
yang independen.
67
BAB V
KESIMPULAN
Indonesia berpegang teguh pada prinsip politik luar negeri yang bebas dan
aktif, yang mengandung kemerdekaan dan kedaulatan negara serta berdasarkan
pada kepentingan rakyat dan bertujuan untuk perdamaian dunia.
Bebas berarti tidak terikat oleh suatu ideologi atau politik negara asing
atau blok-blok negara tertentu. Sedangkan aktif artinya dengan aksi yang nyata
giat mengembangkan kebebasan, persahabatan, dan kerjasama internasional
dengan menghormati kedaulatan negara-negara lain.
Konflik Palestina-Israel kembali terjadi pada tahun 2008, antara Hamas
dan Israel di Gaza. Saat itu pemerintahan Indonesia dipimpin oleh Susilo
Bambang Yudhoyono. Banyak bantuan yang telah diberikan oleh Indonesia saat
itu, upaya-upaya yang dilakukan seperti mencari resolusi perdamaian dalam
forum-forum Internasional, menjalin kerjasama dan komunikasi terhadap PLO
dan OKI, hingga aktif dalam berbagai forum multilateral seperti Majelis Umum
PBB, Dewan Keamanan PBB, dan Dewan HAM PBB. Selain upaya-upaya
tersebut, Indonesia juga melakukan bantuan lainnya berupa bantuan kemanusiaan
dan sosial.
Indonesia juga bekerjasama denga Jepang membentuk komite Indonesia-
Palestina-Jepang. Terbentuk dalam forum Conference on Cooperation among
East Asian Countries for Palestinian Development (CEAPAD), yang bertujuan
untuk meningkatkan SDM Palestina.
68
Selain CEAPAD, Indonesia juga aktif untuk mengajak negara-negara
anggota Asean seperti Bali Democracy Forum dan New Asian African Strategic
Partnership (NAASP) for Palestinian Development. untuk ikut serta dalam
mendukung perdamaian di tanah Palestina.
69
DAFTAR PUSTAKA
Alistair, McMillan. 2003 "Suez crisis" The Concise Oxford Dictionary of Politics.
Ed. Iain McLean and Oxford University Press, 2003.
Abdulgani, Ruslan, Hubungan Internasional dengan Mesir dan Timur Tengah
Sepanjang Sejarah, Jakarta, 1974.
Anti-imperialisme dan Front Nasional. Seri Kursus Rakyat No. 2. Depagitprop,
CC PKI, Jakarta, 1962.
Barton, George (1901-1906). “Temple of Solomon”. Jewish Encyclopedia.
Diakses 29 juni 2008, book Studies on the Israeli Aggression on Gaza
Strip
Brenner, Michael; Frisch, Shelley (April 2003). Zionism: A Brief History. Markus
Wiener Publishers.
Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Ewa T. Parker, “Ganefo I: Sports and Politics in Djakarta,” Asian Survey, 5:4
(1965).
Griffiths, M. & O’Callagan,T. 2002.International Relations: The key Concept.
Rouledge.
Habiebiecenter.or.id/news/Di.Balik.Agresi.Israel.ke.Gaza.
Jack C. Plano and Roy Olto, The International Relation Dictionary, Halt Richart
and Winstone Inc, USA 1996.
70
Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Graha Ilmu:
Yogyakarta.
M. Rofiq Madji, 2012. Jurus Dewa Mabuk Ala Gus Dur. Jombang: Pustaka
Tebuireng.
_____________, 2012. Jurus Dewa Mabuk Ala Gus Dur. Jombang: Pustaka
Tebuireng.
_____________, 2012. Jurus Dewa Mabuk Ala Gus Dur. Jombang: Pustaka
Tebuireng.
Madiha, Rashid al Madfai, Jordan, the United States and the Middle East Peace
Process, 1974–1991, Cambridge Middle East Library, Cambridge
University Press (1993).
Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi,
LP3ES, Jakarta, 1990.
Prayitno, Adi, 2009 “Politik Akomodasi Islam: Percikan, Pemikiran Politik
Bahtiar Effendi.
Rahmat, Musthafa, 2002 Abd, Jejak-jejak Juang Palestina, Penerbit Buku
Kompas, Jakarta, 2002.
Sunario, 1990. Politik Luar Negeri Indonesia yang Bebas, Penerbit Endang,
Jakarta.
Supri Yusuf, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta 1989.
Thaha, Idris, Demokrasi Religius: Pemikiran Politik Nurholish Madjid dan M.
Amien Rais, Jakarta: Penerbit Teraju.
71
Bahan Dari Jurnal Dan Artikel
Ant, Setengah Juta Aktivis Islam Kutuk Israel di Gedung Sate, http://SURYA
Online.com, 20/01/2009.
Cast Lead Operation / Al-Furqan Battle by Abdul-Hameed al-Kayyali Published
in: 2009, www.alzaytouna.net/en/publications/books/151173-studies-
on-the-israeli-aggression-on-gaza-strip-cast-lead-operation-al-furqan-
battle.
Demokrat dan Israel, Majalah Islam Sabili, 12/03/2009.
Diplomacy, 1984.
Soetomo, Rusnandi, Hubungan Antara Indonesia dan Timur tengah; Analisa
vlll, no. 3, CSIS, 1979.
U.S state Department, 20 November 2007, Announcement of Annapoli Conference
at the way back machine, (archived November 22,2007),
web.archive.org/web/20071122125447
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jahid19445cef82full.pdf.
UpayaMendukung Palestina Sebagai Negara yang Berdaulat Tema Komunikasi
Internasional Indonesia Dalam Kancah Global
https://www.academia.edu/4964281/Komunikasi Internasional
Indonesia Dalam Indonesian News and Views (Washington DC), Vol.
8, No. 3.
Resolution 1001 (ES-1), 5 November 1956. Diakses pada 2011
72
S.L. Roy, Diplomacy (edisi Indonesia), Yogyakarta, 1990. Shofwan Al-Banna
Choiruzzad, Indonesia-Palestina,
Bahan Dari Media Elektronik
http://eprints.uns.ac.id/10859/1/Unlock-a.pdf.
http://historia.id/modern/sukarno-dan-palestina
http://historia.id/modern/sukarno-dan-palestina.
http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id, diakses pada 20 okt 2009.
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t10494.pdf.
http://www.aipac.org/.
http://www.kemlu.go.id/Pages/Default.aspx.
http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/tips-hidup-sehat/tim-medis-
indonesia-masuk-ke-jalur-gaza.
https://frenndw.wordpress.com/tag/politik-luar-negeri-republik-indonesia/
https://kinanti0205.wordpress.com/
http://muftialy.wordpress.com, 09/01/2009.
Wagejava.com/en/politik/pemerintah/politik-luar-negeri-bebas-aktif-republik-
indonesia. https://mail-attachment.googleusercontent.com/attachment.
www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/we.html
www.gerbangilmu.com/2014/12/politik-luar-negeri-bebas-aktif.
Yanyan Mochamad Yani, Politik Luar Negeri http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/06/politik_luar_negeri.pdf, diakses 30 nov 2014.
www.academia.edu.