1
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP EVALUASI FUNGSI PERLUASAN JALAN ARIF RAHMAN HAKIM KOTA JAMBI
(Studi Kasus di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S.1)
dalam keilmuan Pemerintahan
Oleh: ABDUL MAJID.A NIM: SP.120215
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI 2019
2
3
4
5
6
7
8
9
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI / TUGAS AKHIR……………. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Batasan Masalah ....................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................ 6
E. Kerangka Teori ......................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 12
BAB II : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................... 17
B. Jenis dan sumber Data .............................................................. 17
C. Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 19
D. Teknis Analisis Data................................................................. 20
E. Sistematika Penulisan ............................................................... 21
11
F. Jadwal Penelitian ...................................................................... 23
BAB III: GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Jambi .................................................. 24
B. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi ..... 42
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Kebijakan Pemerintah Kota Jambi dalam mengevaluasi Jalan
Arif Rahman hakim. .................................................................. 52
B. Kendala – kendala Pemerintah Kota Jambi dalam
mengevaluasi Jalan Arif Rahman Hakim .................................. 59
C. Langkah – langkah yang diambil oleh Pemerintah Kota Jambi
dalam mengevaluasi dan solusinya ........................................... 63
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 64
B. Saran ........................................................................................... 65
DAPTAR PUSTAKA
LAMPIRAN –LAMPIRAN
CURUCULUM VITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam masa pertumbuhan kota di Indonesia, maka setiap tahun
penduduknya semakin meningkat. Seiring dengan fakta tersebut, maka
pengguna jalan tentunya juga semakin banyak. Oleh karena itu perlu ada
evaluasi dan pungsi terhadap perluasan jalan kota Jambi.
Dua tahun terakhir, semenjak tahun 2015 hingga 2016, penduduk kota
Jambi dalam menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum,
terjadi peningkatan. Sedangkan kapasitas jalan yang ada sudah tidak dapat
menampung lagi. Kemacetan dan kesesakan jalan di kota Jambi, khususnya di
Jalan Arif Rahman Hakim (selanjutnya di singkat ARH) apalagi di waktu-
waktu seperti di waktu berangkat kerja (pagi) serta di waktu sepulang dari
kerja (sore),sangat padat di lalui oleh pengguna jalan.
Kemacetan yang terjadi akan semakin sesak lagi bila diwaktu anak-
anak sekolah pulang dari sekolahnya. Karena di sepanjang jalan ARH,
terdapat banyak lembaga pendidikan, dari kampus hingga Taman Kanak-
kanak, belum lagi ditambah dengan perkantoran, restoran dan lain sebagainya.
Pada dasarnya jalan diharapkan mampu menampung arus lalu lintas
dan bagi pengguna sarana transportasi jalan menginginkan suatu kondisi
aman, nyaman dan efisien, sehingga sebelum terjadi kemacetan khususnya
antrian/tundaan pada jalan Arif Rahman Hakim ini diberikan pelebaran jalan
sebagai upaya penanggulangannya.
2
Menurut Soedjito kemacetan yang terjadi merupakan salah satu
penyebab kapasitas jalan yang sudah tidak dapat tertampung di badan jalan
pembentuk simpang empat tersebut. Simpang sebagai pertemuan empat ruas
jalan yang sebidang dan menjadi titik rawan terhadap kemacetan,
kesemrawutan dan dapat terjadi kecelakaan. 1
Kesibukan kendaraan pada pagi, siang dan sore hari semakin padat, hal
ini terlihat saatnya orang pergi dan pulang dari tempat kerja dan sekolah serta
sebagian dari kegiatan sektor perekonomian seperti perdagangan. Selanjutnya
pada tahun 2015 perlu dievaluasi kembali untuk badan jalan yang menyusun
simpang ARH tersebut, karena jelas akan mengalami kemacetan cukup padat,
sehingga fungsi kinerja jalan dapat ditingkatkan dengan model manajemen
rekayasa lalu lintas.
Transportasi sebagai alat aktivitas yang dilakukan oleh orang sehari-
harinya untuk memenuhi kebutuhan seperti bekerja, belajar, belanja dan
rekreasi serta yang lain, membuat waktu sama menggunakan pada ruas jalan
yang sama, sehingga membuat turunnya kecepatan perjalanan bahkan dapat
menimbulkan kemacetan. Dengan kecepatan perjalanan menjadi di bawah24/
Jam.Tantangan di bidang jasa konstruksi pada perekonomian sekarang
semakin banyak, untuk itu perlu mencari inovasi dan kreativitas dalam
menyelesaikan Kapasitas lalu lintas. Volume lalu lintas maksimum yang
dapat didukung pada luas jalan pada keadaan Kapasitas lalu lintas merupakan
1Soedjito P. 1994, Pelebaran Jalan PadaPerempatan Pingit Sebagai Upaya
Penanggulangan Kemacetan, Makalah Seminar Jurusan Teknik Sipil STTNAS, Jogjakarta
3
volume lalu lintas maksimum yang dapat didukung pada ruas jalan pada
keadaan.
Penggunaan jalan di Kota Jambi semakin hari semakin banyak, maka
dari pada itu perlu ada evaluasi terhadap jalan ARH Telanaipura Kota Jambi
oleh pihak pemerintah kota Jambi, dalam Hal ini dinas Pekerjaan Umum Kota
Jambi. Menurut Soeharto I, (1995) mengkaji kelayakan suatu usulan proyek
bertujuan mempelajari usulan tersebut dari segala segi profesional agar
nantinya setelah diterima dan dilaksanakan betul-betul dapat mencapai hasil
sesuai dengan yang direncanakan, jangan sampai terjadi setelah proyek selesai
dibangun dan dioperasikan ternyata hasilnya jauh dari harapan.
MKJI ( 1997 ) Kinerja jalan Arus lalu lintas bervariasi dari jam kejam
berikutnya dalam satu hari, maka sangat cocok jika volume lalu lintas dalam 1
jam dipergunakan untuk perencanaan. Volume dalam 1 jam yang dipakai
untuk perencanaan dinamakan Volume Jam Perencanaan VJP. 2 Volume1 jam
yang dapat dipergunakan untuk VJP haruslah sedemikian rupa sehingga
Volume tersebut tidak boleh terlalu sering terdapat pada distribusi arus lalu
lintas setiap jam untuk periode satu tahun.3
Apabila terdapat volume lalu lintas per jam yang melebihi volume jam
perencanaan, maka kelebihan tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang
terlalu besar. Volume tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang sangat besar,
sehingga akan mengakibatkan jalansemakin sempituntuk jalan ARH
Telanaipura Kota Jambi.
2Analisis Data Pelebaran jalan Undang- Undang Tahun 2002 hal 60 3Penelititianalfatojogjakrta tahun2007 tentangKebijakan perluasan jalan
4
Pada saat ini jalan ARH bisa dikatakan perlu evaluasi serta pengkajian
oleh pihak pemerintah kota Jambi dalam hal ini dinas pekerjaan Umum PU
untuk membuat atau mengkaji ulang terhadap jalan ARH Telanaipura Kota
Jambi agar efisiensi dalam pengguna jalan dapat maksimal bagi penggunanya
JalanArif Rahman Hakim ini sendiri pada saat ini sangat sempit sehingga
tingkat kemacetan dan kecelakaan lalu lintas sangat tinggi serta bagi pengguna
serta pada saat jam kerja, sekolah pagi dan jam pulang kerja dan sekolahsore
sangatlah padat kerna jalan merupakan salah satu penumjag ekonomi maka
dalam hal ini perlu ada perluasan serta pelebaran terhadap jalan Arif Rahman
Hakim ini.
Penulis telah mencoba menelusuri kebijakan serta peran dari
pemerintah kotaJambi ini. Ada beberapa kejanggalan yang di temukan, antara
lain ukuran jalanyang tidak merata, serta pembebasanlahan yang tidak mau
oleh masyarakat setempat sehingga menyebabkan jalan tidak merata dan
menimbulkan kemacetan di jalan rahman hakim ini sendiri dan di sertai parkir
liar, maka jalan ini susah untuk di lalui apa lagi saat jam penting misalnya sore
dan pagi4
Berdasarkan gambaran diatas makan penulis tertarikuntuk melakukan
penelitiandikarenakan jalan Arif Rahman Hakim Kota Jambi perlu ada
evaluasi serta fungsi yang maksimalbagi pengguna jalan untuk menghindari
terhadap kecelakaan lalulintas dan kemacetan pada pagi dan sore Hari lebih
lanjut dan dibuat dalam karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul :
4Pegamatan dan hasil Wawan cara di Lapagan
5
Kebijakan Pemerintah Terhadap Evaluasi Fungsi Perluasan Jalan Arif
Rahman Hakim Kota Jambi (Studi Kasus Dinas PU Provinsi Jambi).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian-penelitian
sebelumnya, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kebijakan Pemerintah Provinsi Jambi terhadap evaluasi jalan
Arif Rahman Hakim Kota Jambi?
2. Apasaja kendala yang ditemukan Pemerintah Provinsi Jambi dalam
mengevaluasi jalan Arif Rahman Hakim Kota Jambi?
3. Bagaimana Pemerintah Provinsi Jambi melakukan evaluasi dan
mencarikan solusi kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan Arif Rahman
Hakim Kota Jambi?
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika
penulisan karya ilmiah sehingga membawa hasil yang diharapkan, maka
penulis merasa perlu untuk membatasi permasalahan yang akan dibahas,
sehingga tidak keluar dari topik pembahasan dan tidak merasa ambigu yaitu
mengenai kebijakan Pemerintah terhadap evaluasi dan fungsi jalan rahman
Hakim tahun dari tahun 2015 sampai 2016 dalam realisasinya terhadap
evaluasi dan fungsi oleh pemerintah Provinsi Jambi. Kajian ini hanya meneliti
tentang evaluasi dan fungsi Jalan Arif Rahman Hakim, Telanaipura Kota
Jambi.
6
D. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Provinsi Jambi terhadap
evaluasi jalan Arif Rahman Hakim Kota Jambi.
b. Untuk mengetahui kendala yang ditemukan pemerintah Provinsi Jambi
dalam mengevaluasi jalan Arif Rahman Hakim Kota Jambi.
c. Untuk Mengetahui Pemerintah Provinsi Jambi melakukan evaluasi dan
mencarikan solusi kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan Arif
Rahman Hakim Kota Jambi.
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Dengan adanya penelitian tersebut, diharapkan menambah
wawasan,pengalaman, pemahaman dan kemampuan intelektual tentang
kebijakan pemerintah terhadap Evaluasi dan Fungsi Terhadap Jalan Arif
Rahman Hakim.
b. Praktis
Dengan adanya penelitian tersebut bisa menjadi bahan acuan atau
evaluasi, bagi kinerja Pemerintah kota Jambi terhadap kebijakan
pemerintah Provinsi Jambi kedepannya.
Bahwa penelitian ini persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata
Satu (S1) pada jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari’ah UIN
Sultan ThahaSaifuddin jambi.
7
E. Kerangka Teori
1. Kebijakan
Dalam kehidupan masyarakat yang di wilayah hukum suatu negara
sering terjadi berbagai masalah, negara penuh tanggung jawab ada
kehidupan rakyat harus mampu menyelesaikan permasalahan
permasalahan tersebut. Kebijakan publik yang dibuat dan dikeluarkan oleh
negara diharapkan dapat menjadi solusi akan permasalahan permasalahan
tersebut. Kebijakan publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan
untuk tujuan mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan
tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Untuk memahami lebih jauh bagaimana kebijakan publik
sebagai solusi permasalahannya yang ada pada masyarakatnya kita harus
memahami dulu apa dan seperti apa kebijakan publik berikut adalah
definisi kebijakan publik menurut para ahli arti kebijakan publik sebagai
berikut:
Thomas R. Dye 1981 kebijakan publik adalah apa yang tidak
dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah. Pengertian yang
diberikan Thomas R. Dye ini memiliki ruang lingkup yang sangat luas.
Selain itu, kajiannya yang hanya terfokus pada negara sebagai poko
kebijakan.5
Easton (1969) Mendefinisikan kebijakan publik sebagai
pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang
5Thomas R. Dye 1981 Kebijakan publik
8
keberadaannya mengikat. Dalam pengertian ini hanya pemerintah yang
dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan
tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang
merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat6
Anderson (1975) kebijakan publik adalah kebijakan kebijakan
yang dibangun oleh badan-badan dan Pejabat-Pejabat pemerintah, di mana
implikasi dari kebijakan tersebut adalah: 7
1) kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai
tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.
2) kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.
3) kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan
untuk dilakukan.
4) kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti
merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah
tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan
pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu kebijakan pemerintah
setidaknya dalam arti yang positifdidasarkan pada peraturan
perundangan yang bersifat mengikat
Dye (1978) mendefenisikan kebijakan publik sebagai, yaitu
sebagai sesuatu atau apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan
atau tidak dilakukan. Dye juga memaknai kebijakan publik sebagai sesuatu
6 .Easton (1969) Mendefinisikan kebijakan publik sebagai pengalokasian 7 Anderson (1975) kebijakan publik
9
upaya untuk mengetahui apa sesungguhnya yang dilakukan oleh
pemerintah, mengapa mereka melakukannya, dan apa yang menyebab
mereka melakukannya secara berbeda-beda. Dia juga mengatakan bahwa
apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu tindakan, maka
tindakan tersebut harus memiliki tujuan. Kebijakan publik tersebut harus
meliputi semua tindakan pemerintah,8 bukan hanya merupakan keinginan
atau penjabat pemerintah saja.
Di samping itu, sesuatu yang tidak dilakukannya oleh pemerintah
pun masih kebijakan publik. Hal ini disebabkan karena sesuatu yang tidak
dilakukan oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh yang sama besar
dengan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah. David Easton
mendefenisikan maksudnya, publicpolicy tidak hanya merupakan apa yang
dilakukan oleh pemerintah, akan tetapi juga apa yang tidak dikerjakan oleh
pemerintah karena keduanya sama-sama membutuhkan alasan-
alasanyangharusdipertanggungjawapkan.
ChiefUdoji 1981 mendefinisikan kebijaksanaan publik sebagai,
ialah suatu tindakan bersaksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu
yang diarahkan pada suatu masalah atau sekelompok masalah tertentu
yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar warga
masyarakat. Jones (1977)memandang kebijakan publik sebagai suatu
kelanjutan kegiatan pemerintah di masa lalu dengan hanya mengubah
8Dye (1978) mendefinisikan kebijakan publik dalam penelitiannya
10
hanya sedikit demisedikit,9ChiefUdoji 1981 mendefinisikan kebijaksanaan
publik, apa yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan oleh
pemerintah termasuk kebijakan publik. Merujuk kepada defenisi di atas,
kebijakan publik tampil sebagai sasaran atau tujuan prokram-prokram. 10
Edward lebih lanjut menjelaskan bahwa kebijakan publik itu dapat
diterapkan secara jelas dalam peraturan perundang-undangan dalam
bentuk pidato-pidato penjabat teras pemerintah ataupun berupa program-
program dan tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah.
Chandler dan Plano 1988 Kebijakan publik ialah pemanfaatan
yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk
memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Selanjutnya
dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi
yang dilakukan secara terus-menerus oleh pemerintah demi kepentingan
kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat
hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.
2. Evaluasi
Adalah suatu proses dalam menyediakan informasi untuk mengetahui
sejauh mana kegiatan tersebut telah dicapai. Evaluasi mengukur suatu
pekerjaan atau hal-hal yang kita lakukan, evaluasi sangat berguna atau
bermanfaat karna kita dapat mengetahui tingkatan pekerjaan kita dan juga
sebagai penilaian terhadap apa yang kita kerjakan atau lakukan. Pengertian
9ChiefUdoji 1981 mendefinisikan kebijaksanaan publik 10 Edward lebih lanjut menjelaskan bahwa kebijakan publik
11
Evaluasiyang lain adalah suatu proses sistematis dalam menentukan atau
membuat keputusan terhadap sejauh mana program tercapai.
Pengertian evaluasi menurut para ahli seperti Wrigstone, dkk
1956mengatakan bahwa evaluasi adalah penaksiran terhadap pertumbuhan
dan kemajuan ke arah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan.
Sedangkan dalam perusahaan, pengertian evaluasi adalah proses
pengukuran11 akan efektifitas strategi dalam upaya mencapai tujuan bagi
perusahaan. Contohnya evaluasi proyek. Hal-hal yang dievaluasi dalam
proyek adalah tujuan dan pembangunan proyek, apakah sudah tercapai
atau tidak, apakah sesuai dengan rencana atau tidak, jika tidak, apa yang
membuatnya tidak tercapai, apa yang harus dilakukan agar sesuai. hasil
yang ditimbulkan dari evaluasi adalah bersifat kualitatif. adapun
pengertian evaluasi juga dikemukakan oleh Sudijono 1996 yang
mengatakan bahwa pengertian evaluasi adalah penafsiran atau interpretasi
bersumber pada data kuantitatif, sedangkan data kuantitatif berasal dari
hasil pengukuran.
3. Fungsi
Merupakan unit penyusunan dari semuamakhluk hidup yang ada di
bumi ini. Sebagai dari makhluk hidup terdiri atas sel tunggal dan sebagian
lainya terdiri dari banyak tipe sel. Atau jika dalam bahasa ilmiah nya,
makhluk hidup dengan sel tunggal disebut sebagai organisme uniseluler
dan makhluk hidup dengan banyak sel disebut sebagai organisme
11Wrigstone, dkk 1956
12
multiseluler. Sel pada makhluk hidup dengan12 banyak tidak bisa bertahan
hidup jika berdiri sendiri. Sel yang sama kemudian menjadi sebuah
jaringan, lalu membangun sebuah organ dan kemudian membangun
sebuah sistem organ yang membentuk tubuh dari organisme tersebut
4. Tinjauan Pustaka
Penelitian ataupun studi yang menjelaskan tentangEvaluasi, Pungsi
Perluasan Jalanmemang sudah banyak ditemukan sejumlahpenelitian
terdahulu dalam penelitian ini antara lain:
Penelitian megenai Kebijakan pemerintah Terhadap Evaluasi, Pungsi
Perluasan Jalan ArifRahman Hakim.Dalam rangka mendukung
perencanaan kota pengembangan jalan merupakansalah satu prioritas
utama di samping perencanaan yang lain yaitu arahan
penggunaan/peruntukkan lahan, arah pengembangan kota dan rencana
kawasantertentu seperti industri (UU No. 24/1992), oleh karena itu
pengembangan jalanperkotaan tersebut perlu diselaraskan dengan rencana
tata ruang kota. Untuk maksud tersebut upaya yang dapat dilakukan antara
lain adalah penataan sistem jaringan jalan, penataan fungsi dan pelayanan
jalan, penetapan persyaratan teknis masing-masing jalan.
Ruang lingkup pengembangan dan perencanaan jalan kota meliputi
seluruh prasarana jalan dan jembatan umum yang dapat dilalui oleh
kendaraan yang terdapat di seluruh wilayah administratif tetapi dalam
RUTRK yang tercantum hanyalah jalan-jalan utama seperti jalan arteri.
12Pegertian fungsi dalam pandanaganmakluk sosial
13
Penanganan jalan kota diarahkan agar tercipta kondisi pelayanan lalu lintas
yang tertib, teratur, aman dan memberi kenyamanan bagipenggunaan jasa
prasarana dan sarana jalan tersebut.
Kusumantoro (1994)menyatakan bahwa untuk menghindari masalah
penyediaan sarana dan prasaranatransportasi di Jerman dilakukan dengan
meningkatkan kapasitas jalan melaluimanajemen lalu lintas serta
memanfaatkan angkutan umum massal. Angkutan massalberupa modal
yang mampu memberikan kapasitas yang besar bagi penggunaan angkutan
umum.
Jaringan transportasi dapat dipergunakan untuk mengendalikan
pertumbuhan dan menentukan arah pembangunan dan mengatur
konsentrasi kegiatan danbangunan fisik pada tempat sehingga tidak
melebihi kapasitas utilitas yang ada (Branch, 1995).
Beberapa tolak ukur dalam pembagian sub ruas jalan yakni: (1) faktor
fisik jalan terdiri dari lebar tiap jalur jalan, jumlah jalur jalan pada suatu
ruas jalan, kebebasan jalan terhadap pengaruh gangguan tepi jalan (lateral
clearance), kelandaian jalan dan lebar bahu jalan dan (2) faktor lalu lintas
meliputi komposisi kendaraan dan variasi volume lalu lintas. Kondisi
fasilitas jalan akan menyebabkan tingkat kepadatan lalu lintas yakni
jumlah kendaraan rata-rata dalam ruang. Satuan kepadatan adalah
kendaraan rata-rata per kilometer per jam. Seperti halnya dengan volume
lalu lintas, kepadatan lalu lintas dapat dikaitkan dengan penyediaan jalur
jalan.
14
Pemakaian lain dari nilai kepadatan lalu lintas adalah untuk
mengatakanpentingnya ruas jalan tersebut dalam mengalirkan lalu lintas.
Selanjutnya menurutBranch (1995) bahwa jalur jalan dan utilitas kota
merupakan pola pembentukpenggunaan lahan di kota. Sejak awal
pertumbuhan komunitas berbagai kegiatanusaha memilih lokasi di
sepanjang jalur-jalur lalu lintas primer.
Hubungan antarapengaturan tata guna tanah dengan sistem
transportasinya (aksesibilitas)menunjukkan tingkat kemudahan interaksi
satu sama lain yang dicapai melalui sistemtransportasi. Tata guna tanah
yang berbeda akan mempunyai aksesibilitas yangberbeda pula karena
aktivitas tata guna lahan terdistribusi dalam ruang yang tidakmerata dalam
hal kuantitas dan kualitas. Beberapa hal yang dapat dilakukansehubungan
dengan peningkatan kapasitas transportasi adalah: (1) pembangunanjalan
baru baik lokal, kolektor maupun arteri sesuai dengan program Bina
Margaseperti jalan bebas hambatan, jalan lingkar (outer ring road),
pembangunan jalanpenghubung baru (arteri) yang menghubungkan 2 zona
yang sangat padat,(2) peningkatan kapasitas prasarana jaringan jalan
seperti pelebaran dan perbaikangeometrik persimpangan, pembuatan
persimpangan tidak sebidang untuk mengurangi conflictpoint,
pembangunan jalan-jalan terobosan baru untuk melengkapi sistem jaringan
jalan yang sudah ada (missinglink) dan pembenahan sistem hirarki jalan
dan pembuatan penyeberangan jalan untuk pejalan kaki (Tamin, 1993).
15
Untuk menumbuhkan perekonomian di negara berkembang salah satu
faktor yang paling penting adalah meningkatkan aksesibilitas masyarakat
di dalam wilayah melalui jaringan transportasi. Dengan aksesibilitas
transportasi di dalam wilayah atau kota maka kelompok masyarakat di
dalam wilayah atau kota tersebut akan mudah dan cepat melakukan
aktivitasnya (Taafe, 1986).
Salah satu dampak pengembangan sub pusat kegiatan perkotaan
dengan strategi peningkatan aksesibilitas jalan raya seringkali
mengabaikan perkotaan dengan strategi peningkatan aksesibilitas jalan
raya seringkali mengabaikan aspek jarak. Penempatan sub pusat kegiatan
yang terlalu jauh dengan pusat utama dengan mengabaikan faktor
pertumbuhan kegiatan yang sangat pesat, pada akhirnya justru
menjadikan kawasan kota menjadi membesar tanpa diimbangi oleh adanya
pengembangan prasarana transportasi yang memadai.
Menurut Fendi (2009), jalan adalah suatu prasarana perhubungan
darat yangdiperuntukkan bagi lalu lintas, berupa kendaraan bermotor
maupun tidak bermotor, orang, barang, dalam bentuk apapun, maupun
meliputi segala bagian jalan terma bangunan pelengkapnya bagi lalu lintas.
Dalam bentuk apapun mempunyai pengertian bahwa jalan tidak terbatas
pada bentuk jalan yang konvensional (pada permukaan tanah) dan di atas
tanah (jalan layang). Bangunan pelengkap ialah bangunan yang tidak dapat
dipisahkan dari jalan antara lain jembatan, pohon, lintas atas, lintas bawah,
16
tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan, dan saluran air jalan,
pagar pengaman daerah milik jalan, dan patok-patok daerah milik jalan.
Adapun tujuan diadakannya jalan adalah untuk memudahkan
pengangkutan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya,
melancarkan jalannya lalu lintas, membuka daerah-daerah yang terisolir,
untuk pertahanan daerah dan untuk meningkatkan perekonomian (Fendi,
2009). Karena itu penetapan prioritas peningkatan ruas jalan perlu
dilakukan sebagai program pengembangan jaringan jalan mutlak dalam
menilai manfaat yang diberikan dari proyek pembangunan jalan tersebut.
Menurut Martius (2003), manfaat langsung pada proyek
pengembanganjaringan jalan antara lain terdapatnya kenaikan hasil
pertanian dan perkebunan karena kenaikan produktivitas tanah sebagai
akibat dari bertambah baiknya sarana dan prasarana transportasi.
Sedangkan manfaat tidak langsung yang diperoleh masyarakat sebagai
akibat lancarnya prasarana dan sartransportasi akan meningkatkan
17
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Denzain dan Lincoln (Moleong,2007:5) penelitian kualitatif yang
merupakan menggunakan lantar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena
yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pentingnya jenis data karena di perolehnya temuannya dilapangan mengenai
kaitan masalah yang akan diangkat dalam judul ini, pendekatan ini dilakukan
denganteknik pengumpulan data yang berdasarkan pada instrument
pengumpulan data. Penelitian ini juga bersifat deskriptif, metode ini adalah
metode yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat, baik oleh penulis
maupun secara kelompok. Ciri ciri metode deskriptif adalah memusatkan diri
pada masa sekarang dan masalah masalah yang actual dan kemudian data yang
dikumpulkan disusun dan dijelaskan dan dinamis.13
B. Jenis dan sumber Data
1. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang di perlukan dalam
penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumbernya atau dari
lokasi objek penelitian atau keseluruhan data hasil penelitian yang
13Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syariah Press, 2014),
hlm 32..
Dikutip oleh Dijam’an Satori dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif, cet.
Ke-
(Bandung: Alfabela, 2013), hlm. 23.
18
diperoleh dilapangan . Adapun sumber data primer adalah peristiwa-
peristiwa atau kejadian- kejadian yang berkaitan dengan Kebijakan
Pemerintah Terhadap Evaluasi Pungsi Perluasan Jalan ArifRahman
Hakim dan berdasarkan dari informan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data sejumlah keterangan yang diperoleh
secara tidak langsung atau melalui sumber perantaraan. Data ini
mengutip dari sumber lain sehingga tidak bersifat autentik, karena
sudah diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya. Data
sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen dari Dinas Pekerjaan
Umum Kota Jambi maupun perpustakaan lainya.
2. Sumber Data
Sumber data adalah dari mana diperoleh sumber data merupakan
bahan pokok yang dapat di olah dan di analisa menjawab permasalahan
yang ada dalam penelitian. Sumber data bersifat umum yang memiliki
informasi tentang objek penelitian, sumber data atau informasi baik jumlah
maupun keragaman yang harus diketahui terlebih dahulu sebagai bahan
atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematik item dalam instrumen
penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek data yang
diperoleh melalui wawancara dengan sumber terkait14.
14Lexy J Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya. 2000.). hlm. 45.
19
C. Instrumen Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk memahami informasi secara detail
dan mendalam dari informasi. Suhubungan dengan fokus masalah yang di
teliti. Melalui wawancara ini di harapkan adanya respondan opini subjek
penelitian yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah terhadap evaluasi
pungsi perluasan jalan oleh pemerintah kota Jambi dalam hal ini dinas PU
kota Jambi, adapun yang penulis wawancara pada penelitianini antara lain:
1. Kepala Dinas PU Provinsi Jambi
2. Tata Marga dinas PU Provinsi Jambi
3. Staf Ahli Dinas PU Provinsi Jambi
4. Tokoh Masyarakat sekitar Jalan Arif Rahman Hakim.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang didapatkan dalam
bentuk tulisan, arsip-arsip, buku harian peraturan perundang-undangan,
catatan-catatan yang berkenaan dengan evaluasi dan pungsi perluasan jalan
(catatan biografi) dan lainnya yang menjadi acuan dalam penelitian yang
lebih lanjut. Biografi yang diambil berbentuk undang-undang, visi dan
misi Dinas PU dan hal-hal lainya yang berkenaan dengan evaluasi dan
perluasan jalan.15
15Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi. (Jambi : syari’ahPress Fakultas Syari’ah 2015
20
D. Teknis Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
kedalam pola kategori dan suatu uraian-uraian dasar sehingga dapat
dipahami dan disampaikan kepada orang lain. Analisis data dalam
penelitian secara teknis penulisan hanya memfokuskan dari pengupulan
data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan yang diperoleh dari
lapangan baik berupa arsip-arsip, dokumen, gambar-gambar dan lainya.
Kemudian diperiksa kembali dan diatur untukdiurutkan. Pentingnya
pengumpulan data dalam proses penelitian ini karena tanpa data lapangan,
proses analisis data dan kesimpulan hasil penelitian tidak dapat
dilaksanakan.
2. Reduksi Data
Reduksi data adalah sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan data yang didapatkan dari catatan-catatan tertulis
dilapangan. Berlangsung terus menerus selama penelitian sampai data
benar-benar terkumpul, antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak
waktu penelitian memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian,
permasalahan penelitian dan pengumpulan data yang terpilih.
3. Penyajian Data
21
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan
antar kategori dan jenisnya yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif. Dengan adanya penyajian data
maka akan memudahkan penelitian selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.
4. Verifikasi Data
Dari data yang diperoleh, penulisan dapat mengambil makna dari
hasil penelitian dan dapat menyimpulkannya. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan mengalami perubahan
apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya, tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat penelitian kembali kelapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini supaya memperjelas pembahasan dalam
penulisan skripsi ini, penyusunan menggunakan sistematik dengan
membagi pembahasan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari : Lantar Belakang, Rumusan
Masalah, Batas Masalah, Tujuan dan kegunaan, Kerangka
Teori dan Tinjauan Pustaka.
22
BAB II : Metode Penelitian terdiri dari : Pendekatan Penelitian, Jenis
data Suber Data , Instreumen Pengumpulan Data, Teknik
Analisa Data, Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian.
BAB III : Gambaran Umum kota jambi dan Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Jambi
BAB IV : Hasil Penelitianyang Terdiri dari : Kebijakan Pemerintah kota
Jambi Dalam Hal ini Dinas Pekerjaan Umum(PU) Kota
JambiSertaEvaluasi, Fungsi Terhadap Perluasan Jalan Arif
Rahman Hakim Kota Jambi
BAB V : Penutup Yang Terdiri Dari : Kesimpulan dan Saran Penulis
23
F. Jadwal Penelitian Sementara
Jadwal penelitian ini meliputi tiga tahapan sebagaimana dapat dilihat pada
tabel di bawah ini
Tabel 1: Jadwal Penelitian Sementara
No Jenis kegiatan Penelitian BULAN
XII II III IV V VI
1 Pengajuan Judul Skripsi √
2 Pengajuan Proposal Skripsi √
3 PengajuanDosen
Pembimbing
√
4 Konsultasi dan Perbaikan
Proposal
√
5 Seminar Proposal dan
PerbaikanHasil Seminar
√
6 PengesahanJuduldanIzinRiset √
7 Pengumpulan dan
Penyusunan Data
√
8 Analisa danPenulisan Draf √
9 Penyempurnaan dan
Penggandaan
√
10 Ujian Skripsi √
24
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Kota Jambi
1. Kondisi Geografi
Kota Jambi merupakan ibukota Provinsi Jambi yang lebih dikenal
dengan sebutan Jambi Kota Beradat. Wilayah Kota Jambi dikelilingi oleh
wilayah Kabupaten Muaro Jambi baik dari arah Utara, Selatan, Barat
maupun di sebelah Timur.
Secara geografi wilayah Kota Jambi terletak di antara : 10303001,67”
Bujur Timur sampai 10304000,22” Bujur Timur 0103002,98” Lintang Selatan
sampai 0104001,07” Lintang Selatan dengan luas wilayah 205,38 Km2 atau
sekitar 0,38 persen dari luas Provinsi Jambi.
Wilayah Kota Jambi secara keseluruhan terdiri atas daratan dengan
luas 20.538 ha atau seluas 205,38 Km2. Topografi wilayah Kota Jambi
terdiri atas wilayah datar dengan kemiringan 0 hingga 2 %, bergelombang
dengan kemiringan 2 hingga 15 % dan curam dengan kemiringan 15 hingga
40 % dengan luas lahan berdasarkan topografi adalah sebagai berikut :
a. Datar (1-2%) = 11.326 ha (55 %)
b. Bergelombang (2-15%) = 8.081 ha (3,1%)
c. Curam (15 – 40%) = 41 ha (0,002%)
Dari sisi iklim, Kota Jambi termasuk beriklim tropis. Musim hujan
jatuh pada bulan Oktober sampai April (dipengaruhi oleh Musim Timur
24
25
Selatan) dan musim kemarau pada bulan April sampai Oktober (dipengaruhi
oleh Musim Barat).
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kota Jambi
26
Keadaan iklim rata-rata Kota Jambi dalam kurun waktu tahun 2008 –
2012 terlihat sangat berfluktuasi. Suhu udara rata-rata terendah berkisar
22,700C dan tertinggi berkisar 32,400C. Kelembaban udara rata-rata terendah
berkisar 83,33 % dan tertinggi berkisar 84,00 %. Curah hujan rata-rata terendah
berkisar 143,50 mm/tahun dan tertinggi berkisar 231, 43 mm/tahun. Sedangkan
kecepatan angin rata-rata terendah berkisar 7,00 knot dan tertinggi berkisar
11,25 knot.
Wilayah Kota Jambi memiliki ketinggian dengan kisaran 10 – 60 m dari
permukaan laut. Berdasarkan kecamatan, sebagian besar wilayah Kecamatan
Pasar Jambi, Pelayangan, dan Danau Teluk berada pada ketinggian 0 – 10
meter dari permukaan laut, sedangkan wilayah Kecamatan Telanaipura, Jambi
Selatan, Jambi Timur dan Kotabaru sebagian besar berada pada ketinggian 10 –
40 meter dari permukaan laut.
Pemanfaatan lahan di Kota Jambi didominasi oleh kebun dengan
persentase sebesar 19,31% dari total luas Kota Jambi. Selain itu, Kota Jambi
juga memiliki hutan yang cukup luas yaitu sebesar 17,19% dari total luas Kota
Jambi. Hal ini mengisyaratkan bahwa Kota Jambi masih memiliki peluang
untuk dikembangkan karena ketersediaan lahan yang cenderung masih luas,
tetapi tentu saja harus ditelusuri kembali lahan-lahan yang potensial untuk
dikembangkan, hutan misalnya, apakah termasuk kategori lindung atau
budidaya. Isu penyediaan RTH sebesar minimal 30% dari total luas daerah
tentunya masih sangat jauh untuk konteks pengembangan Kota Jambi karena
jika dilihat dari guna lahan kebun dan hutan saja sudah mencapai 30%, belum
27
lagi guna lahan lain dengan fungsi RTH yaitu ladang, belukar, sawah, dan
sebagainya. Guna lahan lain yang mendominasi adalah permukiman dengan
persentase sebesar 16,61% dari total luas Kota Jambi. Pola Pemanfaatan lahan
di Kota Jambi secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini.
Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah
yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti
perikanan, pertanian, dan pariwasata, dengan tetap berpedoman pada RTRW
Kota Jambi dan berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah juga, dapat
diidentifikasi bahwa pada sebagian wilayah Kota Jambi berpotensi rawan
bencana alam banjir dan kebakaran.
Tabel 2.1
Pola Pemanfaatan Lahan di Kota Jambi tahun 2018
Pemanfaatan Lahan Luas (ha) Luas (%)
Bangunan 489.65 2.78
Belukar 1.945.77 11.04
Danau 244.52 1.39
Hutan 3.030.90 17.19
Industri 101.00 0.57
Jalan 662.81 3.76
Kebun 3.404.55 19.31
Kilang 0.25 0.00
Kolam 89.35 0.51
Ladang 1.763.61 10.00
Lapangan 92.55 0.52
Makam 33.91 0.19
Mesjid 12.04 0.07
Parit 20.52 0.12
Permukiman 2.927.95 16.61
Sawah 604.34 3.43
Sungai 755.93 4.29
Tanah Kosong 1.450.65 8.23
KOTA JAMBI 17.630,30 100,00
28
Kota Jambi sebagai ibu kota Provinsi dan pusat pemerintahan serta pusat
perdagangan dan jasa mempunyai mobilitas penduduk yang tinggi, terutama
dari daerah tetangga (mobilitas sirkuler). Disamping sarana dan prasarana
transportasi yang sudah relatif lebih baik, maka faktor jarak juga sangat
menentukan.
Tabel 2.2
Jarak Kota Jambi ke beberapa Kota Kabupaten
Dalam Provinsi Jambi
Ibu Kota
Provinsi
Ibu Kota
Kabupaten
Kabupaten Jarak (Km)
Kota Jambi Muara Bulian Batang Hari 60
Kota Jambi Muara Bungo Bungo 252
Kota Jambi Bangko Merangin 255
Kota Jambi Sungai Penuh Kerinci 419
Kota Jambi Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat 131
Kota Jambi Sarolangun Sarolangun 179
Kota Jambi Muara Sabak Tanjung Jabung Timur 129
Kota Jambi Muara Tebo Tebo 206
Kota Jambi Sengeti Muara Jambi 27
2. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk merupakan modal dasar dalam pembangunan
namun jumlah penduduk yang besar jika tidak diikuti dengan peningkatan
kualitasnya justru dapat menjadi beban pembangunan. Oleh karena itu
masalah kependudukan harus mendapat perhatian yang serius, sehingga
dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai modal pembangunan.
Kota Jambi sebagai ibu kota provinsi terdiri dari 8 kecamatan 62
kelurahan dan 1.537 Rukun Tetangga (RT) dengan ditribusi wilayah sebagai
berikut :
29
Tabel 2.3
Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan
Dalam Kota Jambi Tahun 2018
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Kelurahan
1 Katabaru 66,13 10
2 Jambi Selatan 27,79 9
3 Jelutung 7,64 7
4 Pasar Jambi 1,68 4
5 Telanaipura 26,48 11
6 Danau Teluk 15,21 5
7 Pelayangan 12,78 6
8 Jambi Timur 17,82 10
Jumlah 175,53 62
Pada tahun 2018 penduduk Kota Jambi berjumlah 557.215 jiwa dengan
kepadatan 2.713 jiwa per km2. Dilihat sebaran penduduk menurut kecamatan,
ternyata penduduk lebih terkonsentrasi pada Kecamatan Kota Baru dengan
jumlah penduduk 150.720 jiwa atau sekitar 27 % jumlah penduduk Kota
Jambi. Ada kecenderungan bahwa konsentrasi penduduk di perkotaan tidak
berdasarkan aktivitas/pekerjaan, sebagian besar penduduk perkotaan memiliki
tempat tinggal berbeda dengan wilayah aktivitas/pekerjaan, dengan demikian
penyebaran penduduk (Tabel 2.3) lebih menggambarkan tempat tinggal.
Berdasarkan data tahun 2015 – 2018, keadaan penduduk Kota Jambi
cenderung mengalami peningkatan, terutama pada tahun 2018 pertumbuhannya
mencapai 3,14 persen. Hal ini sudah menjadi fenomena daerah perkotaan yang
merupakan tujuan para migran terdidik untuk mencari pekerjaan. Pertumbuhan
penduduk yang tinggi bukan karena kelahiran alamiah, melainkan penduduk
migran yang semakin meningkat.
30
Tabel 2.4.
Jumlah, Penyebaran Penduduk dan Luas Wilayah Menurut
Kecamatan Dalam Kota Jambi Tahun 2018
Kecamatan Penduduk Kepadatan
Penduduk
Per Km2
Penyebaran
Penduduk
(%)
Luas
Wilayah
(Km2)
Katabaru 150.720 1.938 27 77,78
Jambi Selatan 131.977 3.874 23,7 34,07
Jelutung 61.903 7.816 11,1 7,92
Pasar Jambi 12.825 3.190 2,3 4,02
Telanaipura 95.257 3.134 17,1 30,39
Danau Teluk 12.041 767 2,2 15,70
Pelayangan 13.173 862 2,4 15,29
Jambi Timur 79.319 3.925 14,2 20,21
Jumlah 557.215 2.713 100,00 205,38
Tabel 2.5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki cenderung
proporsinya lebih besar dibanding penduduk perempuan, hal ini digambarkan
sex ratio penduduk laki-laki 105 pada tahun 2015 dan selama periode observasi
cenderung fluktuatif hingga mencapai 101 pada tahun 2018. Kondisi ini
menunjukkan bahwa penduduk perempuan meningkat lebih cepat dibanding
laki-laki yang disertai tingkat harapan hidup perempuan jauh lebih lama
dibandingkan penduduk laki-laki.
Dilihat dari sisi kepadatan yang meningkat secara signifikan (2.549 jiwa)
pada tahun 2008 meningkat menjadi 2.713 jiwa pada tahun 2018 atau terjadi
pertambahan penduduk rata-rata sebanyak 33 jiwa/Km2 setiap tahunnya,
sehingga perlu menjadi perhatian pemerintah daerah.
31
Tabel 2.5
Jumlah, Kepadatan Penduduk Kota Jambi
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2012
Penduduk Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
Laki-Laki 267.607 271.693 270.519 275.311 280.121
Perempuan 255.965 261.050 262.362 264.947 277.094
Jumlah 523.572 532.743 532.881 540.258 557.215
Pertumbuhan - 1,76 0,03 1,38 3,14
Kepadatan (Km2) 2.549 2.594 2.595 2.631 2.713
Sex ratio 105 104 103 104 101
Dilihat dari aspek kepadatan penduduk yang cenderung meningkat
hingga mencapai 33 jiwa/Km2 setiap tahunnya, maka diperlukan kebijakan
dalam penataan pemukiman penduduk di masa depan.
Selain itu, agama memegang peran penting dalam pelaksanaan
pembangunan, oleh karena itu pembangunan kehidupan beragama terus
digalakkan di Kota Jambi. Tabel 2.24 menunjukkan komposisi pemeluk agama
di Kota Jambi selama lima tahun terakhir. Jumlah penduduk Kota Jambi
sampai tahun 2018 sebanyak 557.215 jiwa, berdasarkan agama yang dianut,
terdapat jumlah penduduk yang beragama Islam sebanyak 483.422 jiwa (87 %)
dengan jumlah masjid sebanyak 463 buah, langgar 139 buah dan mushollah
sebanyak 70 buah. Sementara penduduk yang beragama Kristen Katolik
sebanyak 20.436 jiwa, Kristen Protestan 22.732, dengan jumlah gereja
sebanyak 14 buah, penduduk yang beragama Budha dan Hindu sebanyak
25.145 jiwa dengan rumah ibadah sebanyak 10 buah serta pemeluk agama
Khonghuchu sebanyak 6.835 jiwa dengan jumlah kelenteng sebanyak 15 buah.
32
Tabel 2.6.
Penduduk Kota Jambi Menurut Kepercayaan 2016-2018
Uraian 2016 2017 2018
Jumlah Penduduk 532.881 540.258 557.215
Pemeluk Agama Islam 469.766 473.165 483.422
Pemeluk Kristen Katolik 20.704 18.699 20.436
Pemeluk Kristen Protestan 38.525 22.970 22.732
Pemeluk Budha dan Hindu 26.256 24.796 25.145
Pemeluk Agama Khonghuchu 4.976 4.246 6.835
Jumlah Jama’ah Haji 730 740 548
3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kota Jambi selama periode 2008-2012
memperlihatkan kecenderungan yang meningkat secara linier. Tabel 2.5
menunjukan bahwa pada tahun 2008 ekonomi tumbuh sebesar 6,14 % dan
cenderung meningkat hingga tumbuh sebesar 7,05 % pada tahun 2018.
Suatu kinerja dalam bidang perekonomian yang cukup baik selama lima
tahun terakhir (2014-2018) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,67 %
pertahun.
Disisi lain masih diperlukan suatu pengujian bahwa apakah
pertumbuhan ekonomi tersebut cukup berkualitas, artinya apakah
pertumbuhan tersebut berhubungan negatif dengan tingkat pengangguran
dan kemiskinan. Bila tidak maka pertumbuhan tersebut tidak membawa
pada perbaikan kesejahteraan masyarakat, tetapi hanya dinikamti oleh
sekelompok penduduk tertentu.
33
Tabel 2.7.
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut
Lapangan Usaha Kota Jambi Atas Dasar HK 2000 (2014-2018)
Lapangan Usaha 2014 2015 2016 2017 2018
Pertanian, Peterkan, Kehut &
Perikanan
2,13 2,02 2,08 2,99 2,71
Pertambangan & Penggalian (0,44) 0,08 1,28 1,37 0,90
Industri Pengolahan 5,84 5,62 5,80 5,74 6,65
Listrik, Gas & Air Bersih 5,89 5,93 6,90 8,24 7,85
Bangunan 8,71 7,31 7,23 7,78 10,35
Perdagangan, Hotel & Restoran 9,04 9,09 9,36 9,62 8,74
Angkutan & Komunikasi 3,92 6,88 6,79 6,45 6,80
Keuangan, Persewaan & Jasa Prsh 12,62 10,00 9,40 10,90 9,26
Jasa-Jasa 3,14 2,86 3,01 3,28 3,39
PDRB Dengan Migas 6,14 6,47 6,66 6,97 7,05
PDRB Tanpa Migas 6,57 6,83 6,97 7,25 7,37
Berdasarkan lapangan usaha terdapat lima sektor perekonomian di
Kota Jambi yang mengalami pertumbuhan positif selama perioide 2014-
2018, yaitu (1) sektor industri pengolahan (2) sektor bangunan (3) sektor
perdagangan, hotel dan restoran (4) sektor angkutan dan komunikasi dan (5)
sektor listrik, gas dan air. Sementara empat sektor lainnya mengalami
pertumbuhan yang cenderung fluktuatif seperti, sektor (1) pertanian (2)
pertambangan dan penggalian (3) Keuangan, Persewaan & Jasa perusahaan
dan (4) sektor jasa-jasa. Suatu hal yang menarik bahwa Kota Jambi sebagai
pusat perdagangan dan jasa, tetapi sektor perdagangan pada akhir tahun
2012 mengalami penurunan dari 9,62 persen pada tahun 2017 menjadi 8,74
persen pada akhir tahun 2018.
34
4. Tata Ruang
Pemerintah harus melaksanakan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Jambi 2013-2033 secara konsisten, warisan kebijakan masa
lalu yang kurang mengoptimalkan pelaksanaan RTRW berdampak pada
kurang tertatanya pembangunan gedung-gedung, perumahan, Pembangunan
rumah toko dan pembangunan lainnya yang sering tidak mematuhi
ketentuan RTRW dan cenderung lebih berpihak pada permintaan
masyarakat atau konsumen sehingga bangunan tanpa IMB cenderung
meningkat dan relatif tanpa sanksi yang berarti dari pemerintah Kota Jambi.
Sejalan dengan keadaan di atas, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Jambi 2013-2033 yang telah direvisi dan mendapat persetujuan DPRD
melalui Perda Nomor 09 tahun 2013 wajib dilaksanakan secara konsisten,
sehingga pemaknaan dan pengaktualisasian perencanaan dalam tatanan
pembangunan kota jambi dapat berjalan sesuai aturan yang berlaku.
Selama 10 tahun terakhir Kota Jambi berkembang cukup pesat,
kondisi ini menuntut penyediaan ruang untuk seluruh aktivittas penduduk.
Untuk itu RTRW Kota Jambi yang telah diperdakan dapat dioptimalkan
penggunaannya, terutama melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada
dalam Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2002 Tentang Bangunan,
sehingga sinkron dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jambi 2013-
2033.
Berdasarkan kondisi yang disampaikan di atas, pemerintah Kota
Jambi kedepan bertekat melaksanakan Rencana Tata Ruang Wilayah
35
(RTRW) Kota Jambi 2013-2033 secara konsisten sesuai aturan yang
berlaku. Untuk itu pasal 15 ayat (1) Perda RTRW Kota Jambi 2013-2033
mengamanatkan Rencana Pembagian Wilayah Kota (BWK) sebagai berikut
1. BWK I terdiri atas Kelurahan Pasar, Orang Rangkayo Hitam, Beringin,
Solak Sipin, Murni, Lebak Bandung, Jelutung, Tambak Sari, Sungai
Asam, Sulanjana, Tanjung Pinang, Rajawali, dan Budiman dengan luas
kurang lebih 877,65 ha, dengan fungsi utama sebagai pusat kegiatan
perdagangan dan jasa skala regional dan nasional.
2. BWK II terdiri atas seluruh Kelurahan di Kecamatan Danau Teluk dan
Kecamatan Pelayangan dengan luas kurang lebih 2.807,13 ha, dengan
fungsi utama sebagai kawasan cagar budaya/wisata, industri/pergudangan
dan lindung;
3. BWK III terdiri atas seluruh Kelurahan di Kecamatan Jambi Timur dan
Kecamatan Jambi Selatan dengan luas kurang lebih 3.425,01 ha, dengan
fungsi utama sebagai kegiatan industri/pergudangan, permukiman dan
bandar udara.
4. BWK IV terdiri atas Kelurahan Kebun Handil, Handil Jaya, Thehok,
Lingkar Selatan, Kenali Asam Atas, Kenali Asam Bawah, serta
Kelurahan Paal V dengan luas kurang lebih 2.680,48 ha, dengan fungsi
utama sebagai pusat pemerintahan Kota Jambi, pertambangan,
perdagangan dan jasa serta permukiman.
5. BWK V terdiri atas Kelurahan Suka Karya, Kelurahan Rawasari,
Kelurahan Mayang Mengurai, Sebagian Kelurahan Kenali Asam Bawah,
36
Kelurahan Bagan Pete, dan Kelurahan Kenali Besar dengan luas kurang
lebih 4.837,41 ha, dengan fungsi utama sebagai kegiatan simpul
transportasi regional, pertambangan, permukiman, pusat pelayanan
kesehatan skala kota dan perdagangan dan jasa.
6. BWK VI terdiri atas Kelurahan Telanaipura, Pematang Sulur, Simpang
IV Sipin, Buluran Kenali, Penyengat Rendah, Sungai Putri, Selamat, dan
Payo Lebar dengan luas kurang lebih 2.924,35 ha, dengan fungsi utama
sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jambi serta perdagangan, jasa dan
pendidikan.
Dalam Skala Regional Kota Jambi mengemban fungsi sebagai (a).
Pusat Pelayanan Wilayah, (b). Pusat Komunikasi dan Transportasi antar
wilayah, (c). Pusat Kegiatan Industri/Perekonomian, (d). Pusat Permukiman
dan (e). Pelabuhan Sungai/Laut.
Sejalan dengan pelayanan skala regional di atas dan dikaitkan dengan
skala pelayanan lokal (internal), Kota Jambi dipersiapkan untuk dapat
mengemban fungsi yaitu: (a). Pusat perdagangan dan Jasa, (b). Pusat
Pemerintahan, (c). Pusat Industri, (d). Pusat Pelayanan Sosial, (e). Pusat
Budaya, (f). Simpul Jasa Transportasi Wilayah dan Antar wilayah dan (g).
Pusat permukiman.
Rencana Sistem Pelayanan Transportasi akan dikembangkan adalah
jaringan jalan raya (dengan fungsi dan peranannya sebagai jalan arteri
primer, arteri sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder, jalan lokal
primer, jalan lokal sekunder, jalan lingkungan, jalan utama dalam kota),
37
sistem terminal (dalam kota, AKDP, AKAP, barang/truk), sistem angkutan
umum, transportasi sungai/penyebarangan dan trasportasi udara.
Prinsip dasar pengembangan Tata Ruang Kota Jambi yang dituangkan
dalam RUTRW sebagai berikut:
a. Pada kawasan tepian Sungai Batanghari (sempadan atau bantaran sungai)
dilakukan pembatasan terhadap pengembangan fisik terbangun, dan
dengan demikian juga pada kawasan-kawasan sekitar danau dan rawa
(retarder).
b. Pengembangan fisik antar bangunan (built up areas) diarahkan pada
lahan-lahan yang masih kosong dan layak (kesesuaian dan kemampuan
lahan), terutama ke bagian selatan Kota Jambi (Kotabaru dan Jambi
Selatan).
c. Intensifikasi pemanfaatan lahan diarahkan pada Kawasan Pusat Kota
dengan fungsi utama sebagai kegiatan bisnis untuk mencirikan Central
Business Distric (CBD).
d. Untuk mendukung dan mengarahkan ekspansi aktivtas ekonomi agar
lebih menyebar, direncanakan pengembangan prasarana dan sarana pada
kawasan-kawasan ekonomi tumbuh cepat.
Permasalahan pembangunan dalam hal tata ruang banyak
berhubungan dengan pemanfaatan ruang yang ada atau tata guna lahan.
Kota Jambi yang termasuk dalam kategori kota sedang dengan 557.215 jiwa
pada tahun 2012, menunjukkan perkembangan yang relatif tinggi dan lebih
38
dominan didorong oleh kegiatan Hinterland dan sangat sedikit didorong
oleh kegiatan foward ke kota-kota besar lainnya.
Kondisi demikian seharusnya fungsi-fungsi yang menjadi perhatian
besar adalah fungsi pelayanan ke daerah belakangnya. Situasi
perkembangan terakhir dalam pelaksanaan pembangunan selama ini, fungsi
pelayanan hinterland ini seolah-olah terabaikan, sehingga pemerintah lebih
menfokuskan kepada pelayanan jasa skala besar seperti kepariwisataan,
perdagangan skala besar (plaza-mall) dengan mengabaikan pasar induk dan
pusat perdagangan hasil-hasil pertanian bebasis potensi lokal.
Dalam kaitannya dengan fungsi internal, selama lima tahun terakhir
Kota Jambi sangat tidak memiliki komitmen yang kuat untuk penyediaan
infrastruktur dan utilitas umum, sehingga masyarakat mengeluhkan kualitas
infrastruktur yang ada seperti jalan yang berlobang, rambu-rambu lalulintas
yang tidak berfungsi, drainase yang buntu, pasar tradisional yang tidak
terawat, terminal yang kurang berfungsi. Hal ini sangat mengganggu
kenyamanan masyarakat sehingga terkesan pembangunan Kota Jambi
stagnan dan Miskin Inovasi.
Pola pelayanan Kota Jambi lebih cenderung dikatakan mengikuti pola
pelayanan konsentrik, dalam pengertian lain adalah pelayanan sangat
terpusat disatu focal point atau pada pusat kota, belum mengikuti hasil
rekomendasi RUTRK, yaitu dalam menunjang fungsi dan peranan Kota
Jambi masa akan datang perlu didukung oleh banyak pusat (multiple nuclei).
39
Pusat-pusat pelayanan kota dengan skala kecil, sudah mulai tumbuh
yang tidak sesuai rencana kota, sehingga pusat-pusat tersebut berdampak
terhadap pembebanan jalan, sementara disisi lain pusat-pusat lingkungan
yang direncanakan tidak atau belum dapat tumbuh sebagaimana yang
diharapkan. Sementara Pola Sirkulasi (jaringan transportasi,drainase,
telepon, listrik, air minum, air limbah dan utilitas umum lainnya) belum
tertata secara optimal termasuk bila dilihat dari tata jenjang pelayanannya
(hierarchy). Demikian juga terminal pembantu untuk setiap
penggal/route/jalur transportasi dalam kota, belum tersedia.
Dalam skala teknis konstruksi, bangunan-bangunan baru telah
membuat atau membentuk ketinggian lahan (timbunan) melebihi
kemampuan pengaliran air secara alami, sehingga aliran (flow) air akan
tergantung untuk daerah yang paling rendah akan terjadi penggenangan.
Danau dan sebagian daerah yang selama ini menjadi areal penampungan air
pada saat musim penghujan (retarder) telah ditimbun menjadi bangunan
yang massive tidak lulus air.
Dalam skala kota, belum tampak struktur daerah terbuka hijau yang
berjenjang, sehingga dalam keterbatasan yang ada areal terbuka hijau
dipersiapkan adalah pulau-pulau jalan, persimpangan jalan, tepi sungai, tepi
danau. Konsekuensi dari kondisi ini adalah tempat dan taman bermain untuk
anak-anak menjadi terbatas, dan demikian juga untuk paru-paru kota.
40
5. Transportasi
Pembangunan prasarana transportasi mempunyai peranan penting
dalam pembangunan ekonomi karena berkaitan dengan mobilitas barang,
jasa dan penduduk. Untuk itu perlu dibangun prasarana dan sarana
transportasi untuk memberikan pelayanan transportasi prima.
Secara umum permasalahan yang selalu dihadapi oleh subsektor
transportasi pada umumnya meliputi aspek kapasitas, kondisi jalan,
kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana fisik; kelembagaan dan
peraturan; sumberdaya manusia, teknologi, pendanaan serta manajemen
operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi.
Salah satu yang terpenting adalah menurunnya kualitas infrastruktur
terutama sarana dan prasarana jalan serta jembatan yang saat ini kondisinya
sangat memprihatinkan. Untuk Kota Jambi sampai tahun 2012 masih
didapati jalan yang rusak dan rusak berat. Hal ini tidak terlepas dari akibat
pembebanan muatan lebih (excessive over loading) terutama yang
disebabkan oleh masih banyak pergudangan yang berlokasi di dalam kota,
sehingga truk dengan tonase tinggi beralasan masuk ke kota yang berakibat
hancurnya jalan sebelum umur teknis jalan tersebut tercapai. Deskripsi lebih
rinci tentang kondisi jalan dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut ini.
41
Tabel 2.8
Panjang Jalan Kota Jambi
Berdasarkan Kondisi Jalan (Km) Tahun 2018
Kondisi Jalan Total
Panjang
Jalan
Baik Rusak
Berat Sedang Ringan Belum
Diaspal
331,54 96,86 11,67 18,44 48,17 506,67
Kondisi jalan di Kota Jambi sampai dengan tahun 2018 relatif kurang
baik, dari total panjang jalan kota 506,67 Km, hanya 65,44% jalan dalam
kondisi yang baik, sisanya sepanjang 34,56% atau 175,14 Km berada pada
kondisi yang rusak dan belum diaspal.
Di lihat dari persentase jalan yang rusak dan rusak berat yang cukup
tinggi dan panjang jalan dengan permukaan tanah yang masih tinggi maka
kedepan pemerintah Kota Jambi harus memperioritaskan perbaikan dan
peningkatan prasarana jalan dan sebaran kondisi jalan baik pada masing-
masing kecamatan harus lebih merata.
Melihat dinamika perkembangan Kota Jambi dan peningkatan
aktifitas perkotaan maka pemerintah Kota Jambi ke depan perlu melakukan
peningkatan kualitas dan penambahan jalan sebagai antsispasi mengurai
kemacetan lalu lintas.
Kota Jambi memiliki tiga Terminal dimana 1 terminal Tipe A dan 2
Terminal Tipe B. Perkembangan angkutan umum juga terus meningkat
seiring dengan perkembangan penduduk dan aktivitas ekonomi sangat
diperlukan pengembangan terminal orang dan terminal barang serta
peningkatan fasilitas terminal yang lebih memadai sesuai dengan standar.
42
Sementara itu untuk mendukung pergerakan barang dan jasa sangat
perlu dibangun dan dikembangkan jalur angkutan sungai serta dermaga dan
pos pengawas untuk memperlancar angkutan sungai, sehingga dapat
mengurangi kepadatan angkutan jalan raya.
Selain itu untuk mendukung upaya mengembangkan sarana dan
prasarana perhubungan yang terpadu dan nyaman pemerintah kota Jambi
juga harus meningkatkan fasilitas keselamatan untuk peningkatan keamanan
lalu lintas.
B. Gambaran Umum Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi
1. Dasar Hukum Pembentukan Dinas PU Provinsi Jambi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemerintah Propinsi Jambi. Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Jambi masih bernama Dinas Pemukiman dan
Prasarana Wilayah (KIMPRASWIL) Provinsi Jambi merupakan Hasil
pengintegrasian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi dan Kantor
Wilayah Departemen Pekerjaan Umum Provinsi Jambi, yang organisasinya
ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 2 Tahun
2001 tentang organisasi dan tata kerja dinas – dinas Provinsi Jambi.
Pembentukan organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Provinsi Jambi ditetapkan berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor
45 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi ,
serta Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi
Jambi. Kedudukan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi
43
Jambi merupakan salah satu di antara beberapa dinas yang ada di Provinsi
Jambi dan merupakan bagian Integral dari Pemerintah Provinsi Jambi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah dalam menjalankan peran strategisnya, khususnya
dalam pembangunan infrastruktur / sarana dan prasarana melalui :
a. Bidang Sumber Daya Air
b. Bidang Bina Marga
c. Bidang Cipta Karya
d. Bidang Perumahan
e. UPTD Balai Peralatan dan Perbekalan
f. UPTD Balai Pengujian
g. Bidang Konstruksi dan Pengendalian
h. Bidang Tata Ruang dan Pertanahan
i. Bagian Sekretariat
2. Visi dan Misi
Visi menurut Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat
12 dan Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 9 tentang
Tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasipelaksanaan
rencana pembangunan daerah serta Permendagri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 adalah
Rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan. Berkenaan dengan dasar aturan tersebut, Sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi Dinas Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat Provinsi
44
Jambi. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi sepenuhnya mendukung visi
misi Gubernur Jambi selama 5 (lima) tahun kedepan yang tertuang dalam
RPJMD Provinsi Jambi 2016-2021 yaitu : “ JAMBI TUNTAS 2021”
(Tertib, Unggul, Nyaman, Tangguh, Adil dan Sejahtera)
Tertib : diartikan sebagai wujud tata kelola pemerintah Provinsi Jambi
yang menerapkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang bersih,
transparan, akuntabel, dan harmonis yang tercermin dari
berkurangnya tingkat korupsi, makin banyaknya keberhasilan
pembangunan diberbagai bidang, birokrasi pemerintahan, yang
profesional dan berkinerja tinggi, adanya jaminan kepastian
hukum,serta terjadi harmonisasi antar tingkatan pemerintahan
dari pusat sampai desa.
Unggul : Menggambarkan kualitas Sumber Daya Manusia Provinsi Jambi
yang berdaya saing dan mampu menjadi modal sosial bagi
perwujudan perekonomian Provinsi Jambi yang berdaya saing.
Nyaman : Keadaan yang menggambarkan kehidupan masyarakat di
Provinsi Jambi yang hidup dalam suasana aman,tenteram,
damai, saling menghargai dan bertoleransi tinggi antar suku,
agama dan ras dilandasi supremasi hukum sehingga dapat
mendorong iklim investasi dan berusaha yang kondusif.
bertahan terhadap guncangan ekonomi global dan mampu
bersaing secara global, berkembangnya ilmu pengetahuan,
45
Teknologi dan inovasi (IPTEKIN) serta pembangunan yang
berwawasan lingkungan.
Adil : Mengartikan perwujudan pembangunan yang adil dan merata,
tanpa diskriminasi, baik antar individu, golongan maupun antar
wilayah, sehingga hasil dari pembangunan dapat dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat.
Sejahtera : Mengandung makna bahwa kondisi semua lapisan masyarakat
secara menyeluruh dapat terpenuhi hak-hak dasarnya, baik
dibidang sosial, ekonomi, politik dan budaya .
Visi dan Misi Gubernur Jambi dalam RPJMD 2016-2021 tersebut
sepenuhnya akan didukung oleh dalam MISI Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Provinsi Jambi selama 5 (lima) tahun kedepan , antara
lain sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana jalan provinsi
b. Meningkatkan tata kelola sumber daya air yang fungsional dan
berkelanjutan untuk mendukung kedaulatan pangan dan ketahanan air.
c. Meningkatkan penyediaan infrastruktur permukiman dan perumahan
rakyat dengan layanan infrastruktur dasar yang layak.
d. Meningkatkan kinerja dan kualitas pekerjaan melalui sumber daya
manusia yang berkompetensi serta berdaya saing.
3. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Jambi no. 45 Tahun 2016
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata
46
Kerja Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Jambi,
dijelaskan bahwa Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi
Jambi memiliki Struktur Organisasi yang terdiri atas Kepala Dinas, Bagian
Sekretariat, Bidang Sumber Daya Air, Bidang Bina Marga, Bidang Cipta
Karya, Bidang Perumahan, Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, Bidang
Konstruksi dan Pengendalian, UPTD Balai Pengujian, UPTD Balai
Peralatan dan Perbekalan, Kelompok Jabatan Fungsional.
Kepala Dinas
Sekretaris
Kepala Bidang
Sumber Daya Air
Kepala Bidang
Bina Marga
Kepala Bidang
Cipta Karya
Kepala Bidang
Perumahan
Kepala Bidang
Konstruksi dan Pengendalian
Kepala Bidang
Tata Ruang dan Pertanahan
UPTD Balai Peralatan dan
Perbekalan
UPTD Balai Pengujian
47
4. Uraian Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Perubahan ketiga atas Peraturan Gubernur Jambi Nomor
30 Tahun 2008 Tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah
Provinsi Jambi . Dimana pada Bab I V Bagian Pertama Pasal 46, Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Jambi memiliki tugas pokok dan fungsinya,
sebagai berikut :
Tugas Pokok : melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah
berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan dibidang
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Dengan Fungsinya:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
Pekerjaan umum
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di Bidang Pekerjaan Umum
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur Propinsi Jambi
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Dimana penyelenggaraan Tupoksinya tersebut OPD Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Propinsi Jambi memiliki struktur organisasi
sebagai media pelaksana (Tim Leader) dalam melaksanakan tugas tersebut,
sebagai berikut :
48
a. Kepala Dinas
Tugas
1) Melaksanakan ketentuan sebagai tugas dan fungsi dari Dinas
Pekerjaan Umum
2) Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan sekretariat,
bidang, UPTD dan kelompok jabatan fungsional
b. Sekretariat
Tugas : Membantu Dinas memimpin dan merencanakan kegiatan di
bidang kesekretariatan serta pelayanan teknis dan administrative
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku guna
mendukung kelancaran tugas Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas.
fungsi :
1) Melaksanakan koordinasi kegiatan dinas.
2) Melaksanakan koordinasi dan menyusun rencana program serta
anggaran dinas.
3) Memberikan dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, kehumasan,
kearsipan dan dokumentasi dinas.
4) Melakukan penataan organisasi dan tata laksana.
5) Melaksanakan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-
undangan serta pelaksanaan advokasi hukum.
49
6) Menyelenggarakan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan
layanan pengadaan barang/jasa
7) Melaksanakan fungsi lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya.
c. Bidang Tata Ruang dan Pertanahan
Tugas : Membantu Dinas dalam rangka melaksanakan rencana kegiatan
perumusan kebijakan penyelenggaraan penataan ruang dan pertanahan
serta pelayanan teknis dan administrative sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku guna mendukung kelancaran tugas
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
d. Bidang Sumber Daya Air (SDA)
Tugas : Membantu Dinas dalam rangka membantu bidang melaksanakan
rencana pengelolaan kegiatan dibidang sumber daya air serta pelayanan
teknis dan administrative sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku guna mendukung kelancaran tugas Dinas Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.
Fungsi :
1) Memberikan pelayanan kebijakan daerah mengenai pengelolaan
sumber daya air meliputi irigasi, rawa, pantai, sungai, danau, waduk
dan bendungan, termasuk penyediaan air baku dan pemanfaatan air
tanah.
2) Menyediakan sistem data dan informasi pengelolaan SDA dan
bangunan pengaman pantai pada wilayah sungai.
50
3) Menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan SDA dan bangunan
pengaman pantai.
4) Mengelola sumber daya air yang meliputi konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada
wilayah sungai.
5) Melaksanakan pengembangan dan penelitian tentang pengelolaan
SDA dan bangunan pengaman pantai.
6) Melakukan pembinaan dan bantuan teknis pengelolaan, konservasi
dan pemeliharaan serta evaluasi dibidang sumber daya air.
7) Melaksanakan fasilitasi kegiatan tim koordinasi pengelola dibidang
sumber daya air
8) Melaksanakan fungsi lain yang diberikan pimpinan sesuai dengan
bidangnya.
d. Bidang Bina Marga
Tugas : Melaksanakan rencana pengelolaan kegiatan di bidang bina
marga serta pelayanan teknis dan administratif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku guna mendukung kelancaran tugas
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
fungsi :
1) Memberikan pelayanan kebijakan daerah mengenai penyelenggaraan
jalan dan jembatan provinsi.
2) Menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung
penyelenggaraan jalan dan jembatan provinsi.
51
3) Merumuskan program dan perencanaan teknis pembangunan dan
preservasi jalan dan jembatan serta penerangan jalan umum.
4) Merencanakan teknik jalan, jembatan, penerangan jalan umum,
peralatan, pengujian.
5) Melakukan pemantauan, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan
perencanaan teknik, pembangunan dan preservasi jalan dan jembatan.
6) Melaksanakan fungsi lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang
tugas dan fungsinya.
e. Bidang Cipta Karya
Tugas : Membantu bidang dalam rangka melaksanakan rencana
pengelolaan kegiatan dibidang cipta karya serta pelayanan teknis dan
adiministratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
guna mendukung kelancaran tugas Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
fungsi :
1) Menyelenggarakan infrastruktur pada permukiman di kawasan
strategis daerah provinsi.
2) Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan dikawasan
strategis daerah provinsi dan penataan bangunan dan lingkungannya.
3) Melakukan pengendalian, pengelolaan dan pengembangan air limbah
domestik pada sistem pengelolaan air limbah yang menjadi
kewenangan provinsi.
52
4) Mengelola dan mengembangkan sistem dranaise yang terhubung
langsung dengan sungai yang menjadi kewenangan provinsi.
5) Membina dan menyusun program tata bangunan dan lingkungan.
6) Mengelola dan mengendalikan sanitasi dan penyehatan lingkungan
permukiman (PLP).
7) Melaksanakan fungsi lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya.
f. Bidang Perumahan Rakyat
Tugas : Melaksanakan rencana pengelolaan kegiatan dibidang perumahan
rakyat serta pelayanan teknis dan administratif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku guna mendukung kelancaran tugas
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
fungsi :
1) Merumuskan program dan kegiatan bidang Perumahan Rakyat.
2) Membina SDM bidang perumahan lintas kab/kota.
3) Menyediakan rehabilitasi rumah korban bencana provinsi.
4) Melaksanakan fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang
terkena relokasi program pemerintah provinsi.
5) Menyelenggarakan PSU Perumahan.
6) Merumuskan kebijakan dan strategi provinsi tentang pendataan,
pembangunan, kelembagaan dan peningkatan kapasitas pelaku
pembangunan perumahan swadaya.
53
7) Melaksanakan fungsi lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya
g. UPTD Balai Pengujian
Tugas : Melaksanakan sebagian teknis operasional dan/atau kegiatan
teknis penunjang yang diberikan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Provinsi Jambi, dalam bidang pelayanan jasa
Pengujian mutu air,mekanisme tanah, geologi dan bahan Bangunan.
fungsi :
1) Penyusunan Program Kerja kegiatan kelaboratoriuman dengan
mengacu pada kebijakan mutu laboratorium.
2) Penyiapan dan pemeliharaan prasarana dan sarana laboratorium
3) Pelayanan jasa pengujian
4) Pengevaluasian dan pelaporan hasil pelaksanaan pengujian
5) Pengkoordinasian kegiatan kaji ulang manajemen laboratorium
6) Pembinaan terhadap pengelolaan peralatan laboratorium.
7) Pembinaan terhadap pengelolaan SDM laboratorium
8) Pelaksanaan kebijaksanaan yang berkaitan dengan jaminan mutu dan
peningkatan profesionalisme laboratorium
9) Pengoordinasian pelaksanaan operasional pengujian.
h. Bidang Bina Konstruksi dan Pengendalian
Tugas : Melaksanakan rencana penyelenggaraan dan pelaksanaan
kebijakan dibidang bina konstruksi dan pengendalian serta pelayanan
teknis dan administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan
54
yang berlaku guna mendukung kelancaran tugas Dinas Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.
fungsi :
1) Menyelenggarakan pelatihan tenaga ahli konstruksi.
2) Menyelenggarakan sistem informasi jasa konstruksi cakupan daerah
provinsi.
3) Pelaksanaan pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan dan
tertib pemanfaatan jasa konstruksi di wilayah provinsi.
4) Membina lembaga pengembangan jasa konstruksi tingkat provinsi dan
asosiasi jasa konstruksi di wilayah provinsi.
5) Pengembangan pasar dan kerjasama konstruksi di wilayah provinsi.
6) Pembinaan teknis, pengendalian mutu pekerjaan dan penelitian
dibidang Pekerjaan Umum dalam wilayah provinsi.
7) Menyelenggarakan bimbingan teknis dan meningkatkan kemampuan
teknis sumber daya manusia.
8) Pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan lingkup dinas.
9) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya.
i. UPTD Balai Peralatan dan Perbekalan
Tugas : Melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau
kegiatan teknis penunjang yang diberikan Dinas PUPR dalam bidang
pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan, pengoperasian, pelayanan jasa,
pengelolaan perbekalan dan logistik alat-alat berat dan alat-alat pendukung
55
serta memberikan pelayanan administrasi kepegawaian, keuangan,
program dan urusan rumah tangga balai.
Fungsi :
1) Penyusunan program kerja balai
2) Pemberian pelayanan administrasi, kepegawaian, keuangan, program
dan urusan rumah tangga balai
3) Pelaksanaan pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan dan
pengoperasian alat-alat berat dan alat-alat pendukung.
4) Pelaksanaan pemberian pelayanan jasa alat-alat berat dan alat-alat
pendukung.
5) Pelaksanaan pengelolaan logistik meliputi penyimpanan, pengamanan
dan pendistribusian untuk penunjang operasional alat-alat berat dan
alat-alat pendukung.
6) Pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang menjadi kewenangan provinsi
terkait dengan penggunaan alat-alat berat dan alat-alat pendukung
dengan cara swakelola.
7) Pelaksanaan pengelolaan perbekalan
8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang
tugasnya.
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kebijakan Pemerintah Provinsi Jambi terhadap evaluasi jalan Arif
Rahman Hakim
Kemacetan lalu lintas merupakan masalah umum yang dihadapi
hampir semua wilayah perkotaan di negara berkembang dengan mobil
sebagai suatu moda yang mendominasi transportasi. Kemacetan muncul
ketika volume lalu lintas melebihi kapasitas jalan atau simpang.
Penambahan kendaraan menyebabkan tundaan, waktu perjalanan menjadi
lebih lama, dan mengakibatkan kenaikan biaya transportasi.
Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai
terjadi. Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya
sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan
total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat
lambat. Lalu-lintas tergantung kepada kapasitas jalan dan banyaknya
lalu-lintas yang ingin bergerak. Jika kapasitas jalan tidak dapat menampung,
lalu-lintas yang ada akan terhambat dan mengalir sesuai dengan kapasitas
jaringan jalan maksimum.
Sebagai Ibu Kota Provinsi Jambi, perekonomian dan pembangunan
berbagai bidang di Kota Jambi telah bertumbuh dengan pesat. Seiring
dengan hal tersebut kebutuhan transportasi juga mengalami peningkatan
yang pesat. Terlihat dari meningkatnya volume lalu lintas baik. sebagai
57
akibat bertambahnya kendaraan maupun meningkatnya frekuensi perjalanan
masyarakat. Peningkatan volume lalu lintas ini ternyata tidak mampu
diimbangi oleh peningkatan kapasitas jalan.
Salah satu titik kemacetan yang terjadi di kota Jambi berada di Jalan Arif
Rahmah Hakim. Melihat kondisi tersebut pemerintah Kota Jambi pada tahun
2014 mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Jambi untuk dilakukan
pelebaran jalan, hal ini dikarenakan Jalan Arif Rahmah Hakim merupakan
jalan provinsi sehingga menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi untuk
melakukan pelebaran jalan tersebut. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Jambi:
“Ruas jalan arif rahman Hakim tersebut merupakan jalan Provinsi
sehingga jalan tersebut akan menjadi kewenangan dari Pemerintah
Provinsi untuk melakukan perbaikan maupun pengembangannya,
sedangkan pemerintah Kota Jambi hanya dapat mengusulkan dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Tingkat Provinsi
untuk dilakukan pelebaran jalan”16
Beliau melanjutkan:
“..memperhatikan usulan tersebut, maka pemerintah provinsi Jambi
melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan
kajian, sejauh mana jalan tersebut layak dan harus menjadi prioritas
dalam perbaikan pada tahun 2015. Dan hasil kajian menunjukan bahwa
16 Wawancara dengan Bapak Ir. Muhammad Fauzi, MT selaku Kepala Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Jambi
58
kemacetan yang terjadi di Jalan Arif Rahman Hakim dalam dilakukan
upaya pengurangan dengan dilakukan pelebaran Jalan..” 17
Pendapat tersebut dibenarkan oleh Bapak Ir. Tetap Sinulingga selaku
Kepala Bidang Bina Marga pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Provinsi Jambi:
“...Jalan Arif Rahmah Hakim itu memang kondisinya sangat macet
sekali, terutama saat jam sibuk, seperti saat jam pergi kerja dan sekolah
serta saat jam pulang kerja dan pulang sekolah, dimana sepanjang jalan
tersebut banyak terdapat sekolah dan perguruan tinggi serta area
perkantoran..”18
Beliau melanjutkan:
“..memperhatikan kondisi tersebut maka pemerintah Kota Jambi
mengusulkan untuk dilakukan pelebaran jalan kepada Pemerintah
Provinsi Jambi, hal ini dikarenakan jalan tersebut merupakan jalan
provinsi, tentunya yang berwewenang melakukan perbaikan adalah
pemerintah provinsi Jambi melalui Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat”19
Selanjutnya dijelaskan:
“..setelah pengkajian tentang kelayakan dan penentuan skala proritas
perbaikan jalan, maka Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas
17 Wawancara dengan Bapak Ir. Muhammad Fauzi, MT selaku Kepala Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Jambi 18 Wawancara dengan Bapak Ir. Tetap Sinulingga selaku Kepala Bidang Bina Marga pada
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Jambi 19 Wawancara dengan Bapak Ir. Tetap Sinulingga selaku Kepala Bidang Bina Marga pada
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Jambi
59
Pekerjaan Umum dan Pemukiman Rakyat menetapkan bahwa perbaikan
Jalan Arif Rahman Hakim dilakukan pada Tahun 2015 melalui Kegiatan
Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Wilayah Perkotaan Provinsi Jambi yang
dilakukan dalam Paket Pekerjaan Peningkatan Jalan Arif Rahman Hakim
– Jalan A. Manaf menjadi dua jalur dengan panjang 1,80 km.”
Penjelasan yang sama juga disampaikan oleh Bapak Bambang Sucipto,
ST selaku Kepala Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan pada Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Jambi:
“...Jalan Arif Rahman Hakim merupakan kewenangan dari Pemerintah
Provinsi, meskipun terdapat dalam Kota dan bukan jalur lintas sumatera
namun merupakan jalan provinsi, tentunya yang memelihara adalah
pemerintah provinsi, dan telah kita lakukan peningkatan jalan, dengan
melakukan pelebaran bahu jalan melalui pengecoran beton..”20
Beliau melanjutkan:
“..pekerjaan tersebut dilakukan terhitung mulai kontrak di buat dan
ditandatangani yakni pada tanggal 23 Februari 2015 dengan No. Kontrak
630/478-DI-U3.3/18.06/II/2015 dan diselesaikan pekerjaan pada Juni
2015” 21
20 Wawancara dengan Bapak Bambang Sucipto, ST selaku Kepala Seksi Pemeliharaan
Jalan dan Jembatan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Jambi 21 Wawancara dengan Bapak Bambang Sucipto, ST selaku Kepala Seksi Pemeliharaan
Jalan dan Jembatan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Jambi
60
B. Kendala yang ditemukan pemerintah Provinsi Jambi dalam mengevaluasi
jalan Arif rahman Hakim
Berdasarkan wawancara dengan berbagai informan diketahui bahwa
Kendala yang ditemukan pemerintah Provinsi Jambi dalam mengevaluasi jalan
Arif rahman Hakim:
1. Kendala Teknis
a. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ir. Tetap Sinulingga selaku
Kepala Bidang Bina Marga pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Provinsi Jambi diketahui bahwa terdapat masalah teknis,
diantaranya adalah proses sosialisasi kepada masyarakat yang cukup
lama, hal ini tidak terlepas dari upaya Pemerintah Provinsi bersama
Pemerintah Kota Jambi dan Dinas Pekerjaan Umum memberikan
pemahaman kepada masyarakat, khususnya yang terimbas dari pelebaran
61
Jalan Arif Rahman Hakim, dimana terdapat banyak sekali pedagang kaki
lima yang sebelumnya berjualan dipinggir jalan tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa Pekerjaan Rehabilitas/Pemeliharaan Jalan
Arif Rahman Hakim sepanjang 1,8 km terhitung kontrak pada tanggal 23
Februari 2015, rapat sosialisasi di Kantor Kecamatan tanggal 13 Maret
2015 dan mulai pelaksanaan pekerjaan tanggal 26 Maret 2015, artinya
awal pekerjaan baru dapat terlaksana setelah proses sosialisasi pada
masyarakat dan mengakibatkan keterlambatan pada awal pelaksanaan
pekerjaan.
b. Banyaknya utilitas dilapangan yang mengganggu proses pelebaran jalan
antara lain pipa air bersih, kabel-kabel, sehingga dalam proses pelebaran
jalan berjalan tidak maksimal dan mesti berkoordinasi dengan banyak
pihak yang terkait, sehingga hal tersebut menggangu jalnnya pekerjaan
pelebaran.
c. Areal pekerjaan secara umum untuk melaksanakan pekerjaan terkait
dengan proses pembebasan lahan sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan
sistem kerjanya tidak bisa continyu tapi secara bertahap dan setempat-
setempat sesuai dengan lokasi yang telah dibebaskan, berkas pembebasan
ang terakhir diterima bulan oktober 2015 sehinga pelaksanaan pekerjaan
terhambat menunggu proses pembebasan lahan.
d. Pelebaran jalan mengakibatkan relokasi pagar-pagar instansi dan sarana
umum, proses relokasi berjalan terhambat karena pembangunan pagar
baru diselesaikan terlebih dahulu baru dapat melanjutkan pekejraan
62
selajutanya, dalam hal ini pekerjaan memerlukan waktu yang lama dan
bertahap mengkaibatkan pula keterlambatan dalam pelaksanaan.
2. Kendala Non Teknis
a. Sepanjang Jalan Arif Rahman Hakim depan kampus IAIN Telanaipura
Jambi akan dilakukan pelebaran oleh Pemerintah. Di sepanjang Jalan itu
terdapat ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL). Jika pelebaran ini selesai,
para PKL tidak diperbolehkan lagi untuk berjualan di sepanjang Jalan itu.
Mereka terancam kehilangan mata pencarian jika tidak ada solusi yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Jambi. Kini, pekerja sedang memasang
drainase di sisi kiri dan kanan Jalan. Irwansyah, Kepala Kantor Satpol PP
Kota Jambi, mengatakan, PKL memang tidak diperbolehkan lagi
berjualan di sepanjang Jalan itu. Sebab, Jalan itu akan dibuat Jalan dua
jalur dan trotoarnya untuk pejalan kaki. “Kita akan lakukan penertiban
dan tidak boleh lagi berjualan di kawasan itu,” katanya. Kata dia,
Pemerintah Kota Jambi telah membuat beberapa titik yang boleh
berjualan bagi PKL. “Kita hanya menjalankan aturan,”22 tegasnya.
Rusminah, PKL di Jalan Arif Rahman Hakim mengaku sangat kecewa
jika PKL tidak diperbolehkan lagi berjualan di sepanjang Jalan Arif
Rahman Hakim itu. “Dari jualan ini lah kami menghidupi keluarga dan
biaya sekolah anak,”23 katanya, dikonfirmasi. Diakuinya, ia berjualan di
Jalan Arif Rahman Hakim itu sejak 2009 lalu. Dia mengaku kecewa dan
22 Wawancara dengan Bapak Irwansyah, Kepala Kantor Satpol PP Kota Jambi 23 Wawancara dengan Ibu Rusminah, PKL di Jalan Arif Rahman Hakim
63
keberatan bila tak diperbolehkan berjualan di sana. Diakuinya, ia hanya
butuh sedikit badan jalan untuk tempat berjualan.
b. Pengerjaan pelebaran Jalan Arif Rahman Hakim, Telanaipura, Kota
Jambi dengan melalukan penebangan pohon, dikritik oleh Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jambi.
Direktur Eksekutif Walhi Jambi, Musri Nauli, mengatakan penebangan
pohon di tengah Kota Jambi membuat kondisi Kota Jambi semakin
panas. Menurut Nauli, pohon memiliki fungsi yang sangat vital dalam
kondisi seperti saat ini. “Pohon yang ada jumlahnya sudah minim, malah
yang ada ditebangi. Jadi semakin panas dan gersang,” 24.
Ditambahkannya, seharusnya pemerintah serius menambah Ruang
Terbuka Hijau (RTH). “Dari kira-kira luas wilayah kota 180 ribu hektar,
minimal sekitar 20 ribu harus diperuntukkan untuk RTH,” jelasnya.
Selain itu, rumah maupun gedung yang ada di kawasan perkotaan juga
harus memiliki taman. Sehingga udara diperkotaan tidak tercemar.
“Fungsi pohon kan untuk membuat udara menjadi lebih bersih. Kalau
ditebang jelas kita menolak” 25
C. Pemerintah Provinsi Jambi melakukan evaluasi dan mencarikan solusi
kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan Arif Rahman Hakim
Upaya pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Provinsi Jambi melakukan pelebaran jalan terhadap Jalan
24 Wawancara dengan Bapak Musri Nauli selaku Direktur Eksekutif Walhi Jambi, , 25 Wawancara dengan Bapak Musri Nauli selaku Direktur Eksekutif Walhi Jambi, ,
64
Arif Rahman Hakim mampu mengurai kemacetan yang terjadi selama
beberapa tahun terakhir, sejak dijadikan dua jalur, maka kemacetan yang
dahulunya menjadi fenomena setiap hari bagi warga Kota Jambi, namun
sekarang sudah tidak lagi.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebijakan Pemerintah Provinsi Jambi terhadap evaluasi jalan Arif Rahman
Hakim Kota Jambi yakni pelebarn jalan, hal ini dikarenakan Jalan Arih
Ramhan Hakim merupakan salah satu ruas jalan dalam Kota Jambi yang
mengalami kemacetan pada saat-saat jam sibuk, sehubungan jalan tersebut
merupakan jalan provinsi maka Pemerintah Kota Jambi mengusulkan
kepada Pemerintah Provinsi untuk dilakukan pelebaran jalan pada bahu
jalan, sehingga pada tahun 2015 Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Jambi telah melakukan
pelebaran jalan sepanjang 1,8 km. Setelah dilakukan kebijakan pelebaran
jalan tersebut terbukti bahwa kemacetan dapat diiuraikan dengan baik.
2. Kendala yang ditemukan Pemerintah Provinsi Jambi dalam mengevaluasi
jalan Arif Rahman Hakim Kota Jambi yakni adanya kendala teknis dan
kendala non teknis. Adapun kendala teknis diantaranya adalah lamanya
proses sosialisasi kepada masyarakat sehingga mengulur waktu pelaksanaan
pekerjaan, banyaknya utilitas dilapangan yang mengganggu proses
pelebaran jalan antara lain pipa air bersih, kabel-kabel, pelebaran jalan
mengakibatkan relokasi pagar-pagar instansi dan sarana umum, proses
relokasi berjalan terhambat karena pembangunan pagar baru diselesaikan
terlebih dahulu baru dapat melanjutkan pekejraan selajutanya.
66
3. Upaya pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Provinsi Jambi melakukan pelebaran jalan terhadap
Jalan Arif Rahman Hakim mampu mengurai kemacetan yang terjadi selama
beberapa tahun terakhir, sejak dijadikan dua jalur, maka kemacetan yang
dahulunya menjadi fenomena setiap hari bagi warga Kota Jambi, namun
sekarang sudah tidak lagi
B. Saran
Diharapkan pemerintah Provinsi Jambi dapat melakukan pelebaran jalan
pada ruas jalan lainnya yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi Jambi
untuk mengurai kemacetan pada beberapa titik di Kota Jambi seperti di
Simpang Tiga Sipin dan beberapa titik kemacetan lainnya.
67
NO Jenis Data Metode SumberData
1 Sejarah Berdirinya Dinas Pekerjaan
Umum Kota Jambi
Wawancara
Dokumentasi
Kepala
Dinas PU
Kota Jambi
2 Visi, Dan Misi, Dinas PU Kota
Jambi
Wawancara
Dokumentasi
Pemeritah
Dinas PU
Kota Jambi
3 Kebijakan Pemerintah Terhadap
Evaluasi, Pungsi Perluasan Jalan
Arif Rahman Hakim
Wawancara
Dokumentasi
Dinas PU
Kota Jambi
Dan Tokoh
Masyarakat
4 Bagai Mana Pandangan Masyarakat
Terhadap Kebijakan Pemerintah
Terhadap Evaluasi, Pungsi,
Perluasan Jalan Arif Rahman
Hakim
Wawancara Masyarakat
kota Jambi
68
Pabduan Obsarvasi Yaitu :
NO Jenis Data Objek Observasi
1 Pengaruh Urbanisasi Setuasi Pola Pikir Pemerintah
Daerah Kota Jambi
2 Keadaan Lingkungan Daerah
Kota Jambi
Kantor Dinas PU Kota Jambi
Panduan Dokumentasi Yaitu:
NO Jenis Data Data Dokumentasi
1 Sejarah Terbentuknya
Dinas Pekerjan Umum
Kota Jambi
Kepala Dinas Pekerjan Umum Kota
Jambi
Dekumen Sejarah
2 Visi Dan Misi
KantorDinas PU Kota
Jambi
Pemerintah Dinas PU Kota Jambi
Dokumen
3 Apasaja Kebijakan Dinas
PU Kota Jambi
Kepala Dinas PU Kota Jambi
4 Apasaja Sarana Dan
Prasarana Kantor Dinas
PU Kota Jambi
Pegawai Dan Staf Di PU Kota Jambi
69
Butir butir Wawancara Yaitu
NO Jenis Data Sumber Data Dan Substansi Data
1 Sejarah Berdirinya Kantor
Dinas PU Kota Jambi
Keala Dinas PU
• Apasaja Yang Menjadi Visi Dan
Misi PU Kota Jambi
• Sejauh Mana Implementasi Visi
Dan Misi PU Kota Jambi
2 Visi Dan Misi Dinas PU
kota Jambi
Kepala Dinas PU Besertapegawai PU
• Apa Saja Kebijakan Dinas PU kota
Jambi
• Sejauh mana evaluasi dan fungsi
dinas PU kota Jambi
3 Apa kendala yang di
Hadapi Dinas PU dalam
evalusi Danfungsi terhadap
jalan Arif Rahman Hakim
di kota jambi
Kepala Dinas PU kota Jambi dan Beberapa
Masyarakat
• Apa saja yang menjadi pokok
maslah dalam melaksakan
Kebijakan ,evaluasi Fungsi
terhadap jalan Arif Rahman Hakim
• Bagai Mana Pandagan Bapak dan
Ibuk terhdadap kebijakan pemeritah
dalam hal ini dinas PU kota jambi
70
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Data Pelebaran jalan Undang- Undang Tahun 2002 hlm 60
Penelititianalfatojogjakrta tahun2007 tentangKebijakan perluasan jalan
Pegamatan dan hasli Wawan cara di Lapangan
Thomas R. Dye 1981 Kebijakan publik
Easton (1969) Mendefinisikan kebijakan publik sebagai pengalokasian
Anderson (1975) kebijakan publik
Dye (1978) mendefinisikan kebijakan publik dalam penelitiannyaChiefUdoji 1981
mendefinisikan kebijaksanaan publik
Edward lebih lanjut menjelaskan bahwa kebijakan publik.
Wrigstone, dkk 1956Pegertian fungsi dalam pandanaganmakluk sosial
CathererinrDawson,MetodelogiPenelitian Praktis.( Yokakarta).
SugionoMetodepenelitianKualitatif.(Bandung)
Burhan Bungin (2003) Analisis Data Kualitatif,Surabaya: PT. Raja Grafindo
Persada.
LexyMoleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif .
Burhanbugin,Analisis Data Kulitatif.
MoleongLexy. J.Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi),
(Jambi: Syariah Press, 2014), hlm 32.
Dikutip oleh Dijam’an Satori dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian
Kualitatif, cet. Ke-43
Lexy J Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya. 2000.).
hlm. 45 (Bandung: Alfabela, 2013).
Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi. (Jambi : syari’ahPress Fakultas Syari’ah
2015
71
CURICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Abdul Majid.A
Tempat & Tgl. Lahir : Tanjng Putus, 23 Februari 1990
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : JL.Arif Rahman Hakim, Kel, Simp. IV Sipin,
rt.23, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi
B. Riwayat Pendidikan
S1 UIN STS Jambi : 2012 - 2019
MAN Tabir : 2006 - 2009
MTS AL-Munawwaroh : 2003 - 2006
SDN 106/VI Pulau Tebakar : 1997 - 2003