Download - Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia
KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH MANUSIA
1. Kebutuhan Cairan Tubuh
a. Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir 90% dari total
berat badan.
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-
paru dan gastrointestinal
1) Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan
cairan dan elektrolit.
2) Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas.
3) Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water
loss ± 400ml/hari.
4) Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernan yang berperan dalam mengeluarkan
cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam keadaan normal, cairan yang
hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang
dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone (ADH), sistem
aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
a) ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.
b) Aldesteron
Hormon ini diekresi oleh kelenjar adrenal ddi tubulus ginjal dan berfungsi pada absorbsi
natrium
c) Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfungsi merespons
radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan gerakan
gastrointestinal.
d) Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yng menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
b. Cara Perpindahan Cairan
1) Difusi
Difusi merupakan tercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas atau zat padat secara
bebas atau acak.
2) Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air) melalui membrane
semipermeabel, biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan
dengan konsentrasi lebih pekat, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
3) Transpor aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transport aktif. Transport
aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis yang memerlukan aktivitas
metabolic dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus
membrane sel.
c. Faktor yang Berpengaruh dalam Pengaturan Cairan
Proses pengaturan cairan di pengaruhi oleh dua faktor yakni :
a) Tekanan cairan, proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan
b) Membran semipermiabel, merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak
tergabung.
d. Jenis Cairan
1) Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrien
dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, itrogen dan vitamin untuk
metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori
perliter.
Cairan nutrien terdiri atas :
Karbohidrat dan air
Asam amino
Lemak
2) Blood volume expanders
Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah
sesudah kehilangan darah atau plasma.
e. Gangguan/masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
a) Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan.
Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
1) Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada
elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air.
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya :
a. Dehidrasi berat
Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L
Serum natrium 159-166 mEq/L
Hipotensi
Turgor kulit buruk
Oliguria
Nadi dan pernapasan meningkat
Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB
Serum natrium 152-158 mEq/L
Mata cekung
c. Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehiangan cairan sampai 5% BB atau 1,5 – 2 L.
b) Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu, hipervolume
(peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial).
2. Kebutuhan Elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrient,
dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan ion.
a. Komposisi elektrolit
Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut :
Natrium : 135 – 145 m Eq/L
Kalium : 3,5 - 5,3 m Eq/L
Klorida : 100 – 106 m Eq/L
Bikarbonat arteri : 22 - 26 m Eq/L
Bikarbonat vena : 24 - 30 m Eq/L
Kalsium : 4 – 5 m Eq/L
Magnesium : 1,5 - 2,5 m Eq/L
Fosfat : 2,5 - 4,5 mg/100ml
b. Jenis Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap.
Cairan saline terdir dari cairan isotonic, hipotonik, dan hipertonik.
Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan.
c. Pengaturan Elektrolit
1) Pengaturan keseimbanga natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfngsi dalam pengaturan osmolaritas dan
volume cairan tubuh.
2) Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur
keseimbangan elektrolit.
Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan
ekstrasel).
Sistem pengaturannya melalui tiga langkah:
- Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan
produksi aldosteron.
- Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkanmelalui
ginjal.
- Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.
- Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang
4) Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
5) Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada
cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu
mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah.
6) Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
7) Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat
diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
d. Gangguan /Masalah Kebutuhan Elektrolit
1) Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah
yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual,
muntah dan diare.
2) Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai
dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.
3) Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia
ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare
berkepanjangan.
4) Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan
ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia
dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
5) Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia
ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.
6) Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini
terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D
secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot,
batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
7) Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia
ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar
magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
8) Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai
dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
9) Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa dapat diukur
dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35 - 7,45.
keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada
seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal).
Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat,
dan larutan buffer protein.
Jenis Asam Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis dapat di
sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain natrium
(sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat
mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh
dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain
system pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa
yang sangat kompleks.
1. Asidosis respiratorik, merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena
kegagalan system pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh.
2. Asidosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi
penumpukan asam.
3. Alkalosis respiratorik, merupakan suatu keadaan kehilangan CO2, dari paru-paru
yang dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH lebih
dari 7,45.
4. Alkalosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau
penambahan cairan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat
plasma lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih dari 7,45.
d. Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor=faktor :
1) Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ, sehingga dapat
memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2) Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup
banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
3) Diet. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan makanan
yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi penggerakan cairan dari interstisial ke
interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
4) Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui proses
peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme
sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium
dan air.
5) Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaikinya
sel membutuhkan proses pemenuhan cairan yang cukup.
e. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/Gangguan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Cairan dan elektrolit
a) Pemberian cairan melalui infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena
yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
Persiapan Bahan dan Alat :
Standar infuse
Perangkat infuse
Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
Pengalas
Tourniquet/pembendung
Kapas alkohol 70%
Plester
Gunting
Kasa steril
Betadine
Sarungtangan
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Hubungakan cairan dan perangkat infuse dengan menusukkan ke dalam botol infuse
(cairan).
4. Isi cairan ke dalam perangkat infuse dengan menekan bagian ruang tetesan hingga
ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar
udaranya.
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
10. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath.
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus.
12. Buka tetesan.
13. Lakukan desinfeksi dengan betadineŒ dan tutup dengan kasa steril.
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester.
15. Catat respons yang terjadi.
16. Cuci tangan
Cara menghitung tetesan infus :
1) Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml)
Tetesan /menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3
Atau
tetesan/menit = ∑ Keb.cairan x faktor tetesan
Lama infuse (jam) x 60 menit
Keterangan :
Faktor tetsan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus (10 tetes / menit,
15 tetes / menit dan 20 tetes /menit)
2) Anak : Tetesan per menit (mikro) = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infus (jam)
b) Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan
seperangkat alat transfusi pada pasien yang membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.
Persiapan Alat dan Bahan :
1) Standar infus
2) Perangkat transfusi
3) NaCl 0,9%
4) Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5) Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
6) Pengalas
7) Tourniquet/pembendung
8) Kapas alcohol 70%
9) Plester
10)Gunting
11)Kasa steril
12)BetadineŒ
13)Sarung tangan
INTAKE DAN OUT PUT
1. Intake Cairan
Selama aktivitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500 ml per
hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan
sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.
Tabel 2.1 kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan
No. Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)
1. 3 hari 3 250 – 300
2. 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3. 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4. 6 tahun 20 1800 – 2000
5. 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6. 14 tahun 45 2200 – 2700
7. 18 tahun 54 2200 – 2700
Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan
yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh gastrointestinal.
2. Output Cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius merupakan
proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500
ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat
meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme diffusi. Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 ml per
hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari
anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Hal hal yang perlu di perhatikan:
Rata-rata cairan per hari
1. Air minum : 1500-2500 ml
2. Air dari makanan :750 ml
3. Air dari hasil oksidasi atau metabolisme :200 ml
Rata- rata haluaran cairan per hari
1) Urin : 1400 -1500 ml
2) Iwl
a) Paru : 350 -400 ml
b) Kulit : 350 400 ml
3) Keringat : 100 ml
4) Feses : 100 -200 ml
I W L
1. Dewasa : 15 cc/kg BB/hari.
2. Anak : (30-usia{tahun}cc/kgBB/hari
1. Cairan Tubuh dan Kehilangan Darah
Terdapat cairan sedikitnya setengah dari berat badan pada orang dewasa yang sehat. Volume
total cairan (dalam liter) sebanding dengan 60% berat badan (dalam kilogram) pada pria, dan
50% pada wanita. Jumlah cairan dan perkiraan volume darah berdasarkan berat badan
ditunjukkan pada tabel 1.1
Tabel 1. Cairan Tubuh dan Volume Darah
Cairan Pria Wanita
Total cairan tubuh 600 mL/kg 500 mL/kg
Whole blood 66 mL/kg 60 mL/kg
Plasma 40 mL/kg 36 mL/kg
Eritrosit 26 mL/kg 24 mL/kg
Respons Kompensasi
Hilangnya darah memicu respons kompensasi tertentu yang membantu untuk
mempertahankan volume darah dan perfusi jaringan. Respons yang paling awal meliputi
perpindahan cairan interstisial ke dalam kapiler. Pengisian transkapiler ini dapat
menggantikan sekitar 15% dari volume darah, namun hal ini menyebabkan terjadinya
kekurangan cairan interstisial.
Kehilangan darah yang akut juga memicu aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron oleh
ginjal, untuk mempertahankan kadar natrium. Natrium yang dipertahankan berdistribusi
dalam cairan ekstraseluler. Karena cairan interstisial menyusun sekitar 2/3 cairan ekstraseluler,
natrium yang dipertahankan akan membantu menggantikan kekurangan cairan interstisial
yang diakibatkan oleh pengisian transkapiler. Kemampuan natrium untuk menggantikan
kekurangan cairan interstisial, bukan volume darah interstisial, merupakan alasan bahwa
cairan kristaloid yang mengandung natrium klorida (cairan salin) lebih disukai sebagai cairan
resusitasi untuk perdarahan akut.
Dalam beberapa jam setelah onset perdarahan, sumsum tulang mulai meningkatkan
produksi sel darah merah. Respons ini terbentuk secara perlahan-lahan, dan penggantian
sepenuhnya eritrosit yang hilang dapat dicapai dalam 2 bulan.
Respons kompensasi ini dapat mempertahankan volume darah yang adekuat pada
kasus perdarahan sedang (misalnya kehilangan < 15% volume darah). Saat darah yang hilang
melebihi 15% volume darah, umumnya diperlukan penggantian volume darah.
2. Perdarahan Progresif
Perdarahan Kelas I (kehilangan 0-15%)
1. Bila tidak ada komplikasi, hanya terlihat takikardia minimal.
2. Biasanya tidak ada perubahan dalam TD, tekanan nadi, atau frekuensi napas.
3. Keterlambatan pengisian kembali kapiler lebih dari 3 detik sebanding dengan
kehilangan volume 10%.
Perdarahan kelas II (kehilangan 15-30%)
1. Gejala klinik mencakup takikardia ( >100 detak permenit), takipnea, penurunan
tekanan nadi, kulit dingin dan lembab, pengisian kapiler terlambat dan sedikit cemas.
2. Penurunan tekanan nadi adalah hasil dari peningkatan kadar katekolamin yang
menyebabkan peningkatan tahanan pembuluh darah tepi yang disusul dengan
peningkatan TD diastolik.
Perdarahan Kelas III (kehilangan 30-40%)
1. Pada titik ini, biasanya pasien sudah takipnea dan takikardia mencolok, TO sistolik
turun, oliguria, perubahan status mental bermakna, misal bingung atau gaduh gelisah.
2. Pada pasien tanpa cedera lain atau tanpa kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah
terkecil dari kehilangan darah yang selalu menyebabkan penurunan TD sistolik.
3. Sebagian besar dari pasien ini membutuhkan transfusi darah, namun keputusan
memberikan darah harus didasarkan atas respons awal terhadap pemberian cairan.
Perdarahan Kelas IV (kehilangan >40%)
1. Gejala-gejala mencakup: takikardia dan penurunan TD sistolik mencolok, tekanan
nadi mengecil (atau tekanan diastofik tidak terukur), jumlah urin sedikit atau tidak
ada, status mental depresi (atau kehilangan kesadaran), kulit dingin dan pucat.
2. Jumlah perdarahan ini mengancam jiwa.
3. Pada pasien trauma, perdarahan biasanya dianggap sebagai penyebab syok.
Walaupun demikian, ini harus dibedakan dari sebab-sebab syok lainnya, antara
lain:tamponade jantung ( bunyi jantung halus, vena leher distensi), tension
pneumothorax (deviasi trakea, bunyi napas berkurang pada satu sisi), dan trauma
medulla spinalis (kulit hangat, takikardia tidak sebesar yang diduga, defisit
neurologis).
3.Terapi cairan peripoperatif
Terapi cairan perioperatif termasuk penggantian deficit cairan, kehilangan cairan normal dan
kehilangan cairan lewat luka operasi termasuk kehilangan darah.
4.Kebutuhan Pemeliharaan Normal
Pada waktu intake oral tidak ada, deficit cairan dan elektrolit dapat terjadi dengan cepat
karena adanya pembentukan urin yang terus berlangsung,sekresi gastrointestinal, keringat
dan insensible losses dari kulit dan paru. Kebutuhan pemeliharaan normal dapat diestimasi
dari tabel berikut:
Tabel Estimasi Kebutuhan Cairan Pemeliharaan
Berat Kebutuhan
10 kg pertama 4 ml/kg/jam
10-20 kg kedua 2 ml/kg/jam
Masing-masing kg > 20 kg 1 ml/kg/jam
Contoh: berapa kebutuhan cairan pemeliharaan untuk anak 25 kg? Jawab: 40+20+5=65
ml/jam
Preexisting Deficit
Pasien yang akan dioperasi setelah semalam puasa tanpa intake cairan akan
menyebabkan defisit cairan sebanding dengan lamanya puasa. Defisit ini dapat diperkirakan
dengan mengalikan normal maintenance dengan lamanya puasa. Untuk 70 kg, puasa 8 jam,
perhitingannya (40+20+50)ml/jam x 8 jam atau 880 ml. Pada kenyataannya, defisit ini dapat
kurang sebagai hasil dari konservasi ginjal. Kehilangan cairan abnormal sering dihubungkan
dengan defisit preoperatif. Sering terdapat hubungan antara perdarahan preoperatif, muntah,
diuresis dan diare.
Penggantian Cairan Intraoperatif
Terapi cairan intraoperatif meliputi kebutuhan cairan dasar dan penggantian deficit cairan
preoperative seperti halnya kehilangan cairan intraoperative ( darah, redistribusi dari cairan,
dan penguapan). Pemilihan jenis cairan intravena tergantung dari prosedur pembedahan dan
perkiraan kehilangan darah. Pada kasus kehilangan darah minimal dan adanya pergeseran
cairan, maka maintenance solution dapat digunakan. Untuk semua prosedur yang lain Ringer
Lactate biasa digunakan untuk pemeliharaan cairan. Idealnya, kehilangan darah harus
digantikan dengan cairan kristaloid atau koloid untuk memelihara volume cairan
intravascular ( normovolemia) sampai bahaya anemia berberat lebih (dibanding) resiko
transfusi. Pada kehilangan darah dapat diganti dengan transfuse sel darah merah. Transfusi
dapat diberikan pada Hb 7-8 g/dL (hematocrit 21-24%). Hb < 7 g/dL cardiac output
meningkat untuk menjaga agar transport Oksigen tetap normal. Hb 10 g/dL biasanya pada
pasien orang tua dan penyakit yang berhubungan dengan jantung dan paru-paru. Batas lebih
tinggi mungkin digunakan jika diperkirakan ada kehilangan darah yang terus menerus. Dalam
prakteknya, banyak dokter memberi Ringer Laktat kira-kira 3-4 kali dari banyaknya darah
yang hilang, dan cairan koloid dengan perbandingan 1:1 sampai dicapai Hb yang diharapkan.
Pada keadaan ini kehilangan darah dapat diganti dengan Packed red blood cell. Banyaknya transfusi dapat ditentukan dari hematocrit preoperatif dan dengan perkiraan volume darah. Pasien dengan hematocrit normal biasanya ditransfusi hanya setelah kehilangan darah >10-20% dari volume darah mereka. Sebenarnya tergantung daripada kondisi pasien] dan prosedur dari pembedahan . Perlu diketahui jumlah darah yang hilang untuk penurunan hematocrit sampai 30%, dapat dihitung sebagai berikut:
Estimasi volume darah
Tabel Perkiraan Volume Darah Rata-Rata (Average Blood Volumes)
AGE BLOOD VOLUME
NEONATUSPREMATURE 95 ML/KGFULL-TERM 85 ML/KG
INFANTS 80 ML/KG
ADULTSMEN 75ML/KGWOMAN 65 ML/KG
Estimasi volume sel darah merah (RBCV) hematocrit preoperative
(RBCV preop).
Estimasi RBCV pada hematocrit 30% ( RBCV30%), untuk menjaga
volume darah normal .
Memperkirakan volume sel darah merah yang hilang ketika
hematocrit 30% adalah RBCV lost = RBCV preop - RBCV 30%.
Perkiraan jumlah darah yang hilang = RBCV lost X 3
Contoh
Seorang perempuan 85 kg mempunyai suatu hematocrit preoperatif 35%.
Berapa banyak jumah darah yang hilang untuk menurunkan
hematocritnya sampai 30%?
Volume Darah yang diperkirakan= 65 mL/kg x 85 kg= 5525 ml. RBCV35%= 5525 x 35%= 1934 mL. RBCV30%= 5525 x 30%= 1658 mL Kehilangan sel darah merah pada 30%= 1934- 1658= 276 mL. Perkiraan jumlah darah yang hilang = 3 x 276 mL= 828 mL.
Oleh karena itu, transfusi harus dipertimbangkan hanya jika pasien
kehilangan darah melebihi 800 ml. Transfusi tidak direkomendasikan
sampai terjadi penurunan hematocrit hingga 24% (hemoglobin< 8.0 g/dL),
tetapi ini diperlukan untuk menghitung banyaknya darah yang hilang,
contohnya pada penyakit jantung dimana diberikan transfusi jika
kehilangan darah 800 mL.
Tabel Redistribusi dan evaporasi kehilangn cairan saat pembedahan
DERAJAT DARI TRAUMA JARINGAN PENAMBAHAN
CAIRAN
MINIMAL (contoh hernioraphy) 0 – 2
ML/KG
SEDANG ( contoh cholecystectomy) 2 – 4
ML/KG
BERAT (contohreseksi usus) 4 – 8
ML/KG
Petunjuk lain yang biasa digunakan sebagai berikut:
(1) satu unit sel darah merah sel akan meningkatkan hemoglobin 1 g/dL
dan hematocrit 2-3% (pada orang dewasa); dan
(2) 10mL/kg transfusi sel darah merah akan meningkatkan hemoglobin
3g/dL dan hematocrit 10%.
Menggantikan Hilangnya Cairan Redistribusi dan Evaporasi
Sebab kehilangan cairan ini dihubungkan dengan ukuran luka dan tingkat
manipulasi dan pembedahan, dapat digolongkan menurut derajat trauma
jaringan. Kehilangan cairan tambahan ini dapat digantikan menurut tabel
di atas, berdasar pada apakah trauma jaringan adalah minimal, moderat,
atau berat. Ini hanyalah petunjuk, dan kebutuhan yang sebenarnya
bervariasi pada masing-masing pasien.
Referensi: Morgan, G. Edward. 2005. Clinical Anesthesiology, 4th Edition.
Mc Graw-Hill Companies, Inc. United State.