1
Kebutuhan Perawatan Periodontal Remaja di SMP
Negeri I Sendana dan Mts DDI Totolisi Kecamatan
Sendana Kabupaten Majene
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk mencapai gelar sarjana kedokteran gigi
Oleh : RAHMAT SETIAWAN
J 111 10 142
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
2
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Kebutuhan perawatan periodontal remaja di SMP Negri I Sendana
dan MTs DDI Totolisi Kecamatan Sendana Kabupaten Majene
Oleh : Rahmat Setiawan
Nim : J11110142
Telah Diperiksa dan Disetujui
Pada Tanggal November 2013
Oleh
Pembimbing
drg. Asdar Gani, M.Kes,
NIP 19661229 1997 02 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D
NIP. 19540625 198403 1 001
3
ABSTRAK
Rahmat Setiawan J11110142. Kebutuhan perawatan periodontal remaja di SMP
Negri I Sendana dan MTs DDI Totolisi Kecamatan Sendana Kabupaten Majene.
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam
kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini
sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Perilaku (mencakup pengetahuan, sikap dan
tindakan) tentang menyikat gigi dan pergi ke dokter gigi dapat berpengaruh
terhadap status penyakit periodontal seseorang. Usia merupakan salah satu faktor
resiko penyakit periodontal, yaitu prevalensi penyakit periodontal bervariasi
seiring dengan bertambahnya usia. Hanya beberapa subyek dalam kelompok umur
15-24 tahun (1,2%) yang memiliki status periodontal sehat. Community
Periodontal Index of Treatment Needs merupakan suatu survey akan kebutuhan
perawatan periodontal yang memberi informasi akan prevalensi dan keparahan
dari suatu penyakit periodontal. Sistem kebutuhan perawatan periodontal telah
dimodifikasi menjadi CPITN pada tahun 1978 dan disadur dari epidemiologi
survei oleh WHO dan FDI. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kebutuhan perawatan periodontal remaja di SMP Negri I Sendana dan MTs DDI
Totolisi Kecamatan Sendana Kabupaten Majene. Subyek penelitian diambil dari
anak-anak Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Majene Kecamatan Sendana,
Metode pengambilan sampel adalah totally sampling. Jumlah sampel yang didapat
adalah 64 orang dengan rincian 14 orang laki-laki dan 50 orang perempuan
dengan rentang usia antara 13 sampai 16 tahun. Dan didapatkan hasil pemeriksaan
CPITN untuk skor 0 (periodontal sehat) sebanyak 1 orang (1,6 %), skor 1
(adanya perdarahan setelah probing) sebanyak 18 orang (28,1%), Untuk skor 2
yaitu 17 orang (26,6%) dari 64 orang sampel, Nilai tertinggi terdapat pada skor 3
(39,1%) hal ini menunjukkan bahwa perilaku sangat mempengaruhi kesehatan
periodontal, serta kurangnya kesadaran individu untuk menjaga kebersihan gigi
dan mulut, sehingga menyebabkan keparahan dari jaringan periodontal.
Sedangkan untuk skor 4, diperoleh sebanyak 3 orang (4,7%). Poket sedalam 4
mm menunjukkan adanya periodontitis kronis tahap awal. Maka dapat
disimpulkan bahwa status kesehatan periodontal yang banyak terjadi pada remaja
di SMP Negeri I Sendana dan Mts DDI Totolisi Kabupaten Majene adalah adanya
poket dangkal (39,1%). Perawatan periodontal yang paling dibutuhkan oleh
remaja di Kabupaten Majene saat ini adalah skeling dan peningkatan kebersihan
mulut.
Kata Kunci : Kebutuhan perawatan periodontal, Penyakit periodontal,
remaja
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya lah sehingga skripsi dengan judul “Kebutuhan perawatan
periodontal remaja di SMP Negri I Sendana dan MTs DDI Totolisi Kecamatan
Sendana Kabupaten Majene” ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Kedokteran Gigi.
Selesainya skripsi ini tidak semata-mata karena hasil kerja dari penulis
sendiri melainkan adanya perhatian, dorongan, bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan
hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
drg. Asdar Gani, M.Kes., selaku pembimbing, terima kasih atas pengorbanan
waktu, tenaga, pikiran, bimbingan serta arahan selama penyusunan skripsi ini.
Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak atas jasa-
jasanya yang tidak dapat dilupakan oleh penulis, yaitu :
1. Prof. drg. Mansjur Nasir, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Hasanuddin.
2. Prof.Dr.drg.Burhanuddin Dg.pasiga, selaku pembimbing akademik yang
telah membimbing dan sebagai konsultan dalam bidang akademik sehingga
penulis berhasil menyelesaikan kuliah dengan baik.
3. Seluruh staf dosen FKG UNHAS, karyawan dan karyawati bagian
akademik, bagian perpustakaan, khususnya bagian prostodonsi yang telah
membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5
4. Teman-teman ATRISI 2010 khususnya Kamil, Ebenk, Arya terima kasih
atas kebersamaannya selama ini. Teman seperjuangan bagian periodontologi
dalam penulisan skripsi ini terima kasih atas bantuan dan semangatnya, serta
semua teman-teman seperjuangan penulis selama berkuliah di FKG
UNHAS terima kasih atas canda tawa serta kegilaan yang selalu membuat
penulis merasa bahagia dan tersenyum.
5. Seluruh kakak senior yang telah banyak membantu, khususnya ka’Iril dan
ka’Adnan, terima kasih atas bantuan serta bimbingan yang telah diberikan
selama penulisan skripsi ini.
6. Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
7. Penghargaan dan terima kasih secara khusus dan istimewa kepada
Ayahanda H.Bachrum dan Ibunda Hj.Artati atas semua doa, bimbingan,
dukungan dan kasih sayang yang tidak terhingga sejak penulis kecil hingga
saat ini. Saudara-saudaraku Rini dan Yaya, yang telah memberi semangat
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Saudari Nindya dwi utami putri yang setia menemani, terima kasih atas
bantuan, dukungan serta motivasi yang diberikan selama penulisan skripsi
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis memohon maaf atas
kesalahan dan kekurangan skripsi ini. Kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan demi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan
datang.
6
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Makassar, November 2013
Penulis
7
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan ........................................................................................... i
Abstrak …………………………....................................................................... ii
Kata pengantar................................................................................................... iii
Daftar isi .............................................................................................................. vi
Daftar tabel ......................................................................................................... ix
Daftar Gambar ................................................................................................... x
Daftar Lampiran ................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit periodontal............................................................................ 6
2.1.1 Gingivitis ............................................................................. 7
2.1.1.1 Macam-macam gingivitis................................................. 7
2.1.2 Periodontitis ....................................................................... 8
2.1.2.1 Periodontitis kronis .......................................................... 9
2.2 Etiologi penyakit periodontal ............................................................ 10
2.3 CPITN ............................................................................................... 11
2.3.1 Gambaran umum CPITN ................................................... 11
2.3.2 Keterbatasan CPITN .......................................................... 15
BAB III KERANGKA KONSEP..................................................................... 18
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian ................................................................................. 19
4.2 Rancangan penelitian ....................................................................... 19
4.3 Lokasi penelitian .............................................................................. 19
4.4 Waktu penelitian .............................................................................. 19
8
4.5 Populasi dan sampling .................................................................... 19
4.6 Kriteria sampel ................................................................................. 19
4.7 Variabel penelitian ........................................................................... 19
4.8 Definisi operasional ......................................................................... 19
4.9 Alat dan bahan ................................................................................. 20
4.10 Alur penelitian ............................................................................... 21
4.11 Analisis data .................................................................................. 21
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................ 22
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................ 26
BAB VII PENUTUP ........................................................................................ 29
A. Simpulan ........................................................................................... 29
B. Saran ................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 30
Lampiran
- Lembar penelitian CPITN
- Hasil uji statistik
9
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 5.1 Jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin ........................... 22
TABEL 5.2 Jumlah sampel berdasarkan umur ........................................ 22
TABEL 5.3 Status jaringan periodontal remaja di Kabupaten Majene
diukur dengan CPITN skor tertinggi .................................. 23
TABEL 5.4 Status jaringan periodontal remaja di Kabupaten Majene
diukur dengan CPITN skor tertinggi berdasarkan jenis
kelamin ................................................................................ 23
TABEL 5.5 Status kebutuhan perawatan periodontal remaja
di Kabupaten Majene ........................................................... 24
10
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 Gingivitis 6
GAMBAR 2 Periodontitis 6
GAMBAR 3 Periodontitis kronis 14
GAMBAR 4 Pemberian skor status periodontal 15
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas
dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan
ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Perilaku (mencakup pengetahuan, sikap
dan tindakan) tentang menyikat gigi dan pergi ke dokter gigi dapat berpengaruh
terhadap status penyakit periodontal seseorang (Silalahi, 2010).
Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan
rongga mulut. Plak atau debris dipermukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator
kebersihan mulut. Plak adalah lapisan tipis, tidak berwarna, mengandung bakteri
yang melekat pada permukaan gigi. Plak selain penyebab utama terjadinya karies
gigi juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal (Damanik dan
Sinaga, 2002).
Seperti telah diketahui penyebab utama dari penyakit periodontal adalah
plak bakteri. Plak marginal sebagai bagian dari plak supragingiva yang berkontak
langsung dengan marginal gingiva berperan penting terjadinya gingivitis. plak
supragingiva serta plak subgingiva yang berdekatan dengan permukaan gigi
menyebabkan pembentukan kalkulus dan juga karies akar. Sedangkan plak
subgingiva yang berdekatan dengan permukaan jaringan lunak penting dalam
merusak jaringan tersebut sehingga terjadi periodontitis (Carranza, 2002).
Usia merupakan salah satu faktor resiko penyakit periodontal, yaitu
prevalensi penyakit periodontal bervariasi seiring dengan bertambahnya usia.
12
Dalam penelitian ini, hanya beberapa subyek dalam kelompok umur 15-24 tahun
(1,2%) yang memiliki status periodontal sehat. Gingivitis ditemukan pada seluruh
kelompok umur, yang sangat signifikan dengan observasi yang dilakukan oleh
Murray yang melaporkan tingginya prevalensi gingivitis pada kelompok umur
antara 15 dan 65 tahun di daerah berkadar fluorida tinggi. Periodontitis adalah
salah satu penyakit multifaktorial yang berhubungan dengan usia. Meskipun
periodontitis ditemukan pada seluruh kelompok umur, peningkatan periodontitis
seiring dengan bertambahnya usia sampai 55 tahun (Vandana dan Sessha, 2007).
Gingivitis atau inflamasi gingiva merupakan penyakit periodontal yang
paling sering dijumpai baik pada usia muda maupun dewasa. Gingivitis
merupakan jenis penyakit periodontal yang paling sering ditemukan terutama di
negara-negara berkembang dan bersifat kronis. Prevalensi gingivitis di Indonesia
berdasarkan indek kalkulus mencapai 45,8 % di daerah rural, dan 38,4 % di
daerah urban, serta meningkat sesuai bertambahnya umur. Gingivitis merupakan
tahapan pertama dalam perkembangan penyakit periodontal yang terjadi sebagai
respon terhadap bakteri plak, dan apabila berlanjut maka akan menyebabkan
periodontitis (Zubardiah dkk, 2011).
Periodontitis adalah penyakit peradangan jaringan pendukung gigi
disebabkan mikroorganisme, sehingga menyebabkan kerusakan progresif dari
ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan terbentuknya poket, resesi atau
keduanya. Tahap awal dari peradangan jaringan pendukung gigi adalah
peradangan gingiva (gingivitis) dan berlanjut menjadi periodontitis kronis
(Saptorini, 2011).
13
Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan
rongga mulut. Hal tersebut dapat dilihat dari ada tidaknya deposit-deposit organik,
seperti pelikel, materi alba, sisa makanan, kalkulus, dan plak gigi (Damanik dkk,
2002). Pengendalian plak adalah upaya membuang dan mencegah penumpukan
plak pada permukaan gigi. Upaya tersebut dapat dilakukan secara mekanis yaitu
penyikatan gigi dan penggunaan benang gigi. Saat ini kontrol plak dilengkapi
dengan penambahan jenis bahan aktif yang mengandung bahan dasar alami
ataupun bahan sintetik sebagai bahan anti mikroba. Bahan anti mikroba tersebut
tersedia dalam bentuk larutan kumur atau obat kumur dan pasta gigi (Handajani,
2009).
Epidemiologi penyakit periodontal menunjukkan bahwa prevalensi dan
keparahan penyakit periodontal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, faktor lokal
rongga mulut dan faktor sistemik. Perilaku tentunya juga dapat mempengaruhi status
kesehatan seseorang. Perilaku dapat mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan.
Perilaku menyikat gigi yang baik tentu dapat mengendalikan salah satu faktor dalam
proses terjadinya karies dan penyakit periodontal yaitu plak (Silalahi, 2010).
Penilaian klinis terhadap tanda penyakit periodontal adalah sangat penting
untuk menegakkan diagnosa penyakit periodontal. Dalam suatu penelitian
epidemiologi, teknik-teknik metodologi harus berdasarkan patogenesis penyakit
dan penyebarannya. Untuk mengetahui karakteristik status periodontal dilakukan
penelitian-penelitian epidemiologi dengan mengukur tempat-tempat tertentu di
kedua rahang dengan berbagai kondisi klinis pada setiap individu. Community
Periodontal Index of Treatment Needs merupakan suatu survey akan kebutuhan
perawatan periodontal yang memberi informasi akan prevalensi dan keparahan
14
dari suatu penyakit periodontal. Sistem kebutuhan perawatan periodontal telah
dimodifikasi menjadi CPITN pada tahun 1978 dan disadur dari epidemiologi
survei oleh WHO dan FDI. Modifikasi ini termasuk merekomendasikan
penggunaan probe WHO, menggunakan gigi molar dan gigi insisivus pertama
kanan sebagai indeks gigi, dan tambahan kategori dengan poket lebih dari 6 mm
yang membutuhkan perawatan komplek seperti bedah atau root planning dengan
anastesi (Chriestedy dkk, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana
kondisi jaringan periodontal dan kebutuhan perawatan periodontal pada remaja
Kabupaten Majene. Rumusan masalah ditekankan pada rencana perawatan
periodontal yang dibutuhkan oleh remaja di SMP Negeri I Sendana dan Mts DDI
Totolisi Kabupaten Majene saat ini, berdasarkan data CPITN.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui status penyakit periodontal pada remaja di SMP Negeri I
Sendana dan Mts DDI Totolisi Kabupaten Majene.
2. Mengetahui kebutuhan perawatan periodontal remaja di SMP Negeri I
Sendana dan Mts DDI Totolisi Kabupaten Majene pada tahun 2013.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah mengenai
kebutuhan perawatan periodontal remaja di SMP Negeri I Sendana dan
15
Mts DDI Totolisi Kabupaten Majene tahun 2013.
2. Mengurangi penyakit periodontal yang terjadi di masyarakat , khususnya
pada remaja Kabupaten Majene.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit periodontal
Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan ke dua utama yang
masih merupakan masalah di masyarakat. Penyakit yang menyerang gingiva dan
jaringan pendukung gigi ini merupakan penyakit infeksi yang serius dan apabila
tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat mengakibatkan kehilangan gigi.
Penumpukan bakteri plak pada permukaan gigi merupakan penyebab utama
penyakit periodontal. Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yang bila tidak
terawat bisa berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan
pendukung periodontal berupa kerusakan fiber, ligamen periodontal dan tulang
alveolar (AAP, 2002).
Penyakit periodontal meliputi gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah
kondisi inflamasi yang reversible dari papila dan tepi gingiva. Periodontitis adalah
penyakit peradangan jaringan pendukung gigi disebabkan mikroorganisme,
sehingga menyebabkan kerusakan progresif dari ligamen periodontal dan tulang
alveolar dengan terbentuknya poket, resesi atau keduanya. Tahap awal dari
peradangan jaringan pendukung gigi adalah peradangan gingiva (gingivitis) dan
berlanjut menjadi periodontitis kronis. Periodontitis terjadi karena lepasnya/
hilangnya ikatan serabut periodontal dan gangguan terhadap perlekatan pada
sementum dan juga resorpsi terhadap tulang alveolar. Periodontitis selalu diawali
oleh adanya gingivitis, tetapi gingivitis belum tentu berlanjut menjadi
periodontitis (Saptorini, 2011).
17
2.1.1 Gingivitis
Gingivitis atau inflamasi gingiva merupakan penyakit periodontal yang
paling sering dijumpai baik pada usia muda maupun dewasa. Gingivitis
merupakan tahapan pertama dalam perkembangan penyakit periodontal yang
terjadi sebagai respon terhadap bakteri plak, dan apabila berlanjut akan
menyebabkan terbentuknya poket periodontal. Gingivitis secara klinis dapat
terlihat dalam 1 minggu setelah plak terakumulasi. Pada umumnya setelah 10-20
hari dari pertumbuhan plak akan terjadi gingivitis yang ditandai dengan warna
merah pada gingiva, adanya pembengkakan pada gingiva, serta adanya tendensi
terhadap perdarahan saat dilakukan probing (Adiningrat dkk, 2008).
Gambar 1. Gingivitis Sumber : Carranza et al. Glickman’s Clinical Periodontology. 10th ed. (2008)
2.1.1.1 Macam-macam gingivitis :
1. Gingivitis marginalis
Gingivitis yang paling sering kronis dan tanpa sakit, tapi episode akut, dan
sakit dapat menutupi keadaan kronis tersebut. Keparahannya seringkali dinilai
berdasarkan perubahan-perubahan dalam warna, kontur, konsistensi, adanya
perdarahan. Gingivitis kronis menunjukkan tepi gingiva membengkak merah
18
dengan interdental menggelembung mempunyai sedikit warna merah ungu.
Stippling hilang ketika jaringan-jaringan tepi membesar. Keadaan tersebut
mempersulit pasien untuk mengontrolnya, karena perdarahan dan rasa sakit akan
timbul oleh tindakan yang paling ringan sekalipun (Haake dkk, 2002).
2. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis
ANUG ditandai oleh demam, limfadenopati, malaise, gusi merah padam,
sakit mulut yang hebat, hipersalivasi, dan bau mulut yang khas. Papilla interdental
terdorong ke luar, berulcerasi dan tertutup dengan pseudomembran yang keabu-
abuan (Kinane, 2001).
3. Pregnancy Gingivitis
Biasa terjadi pada trimester dua dan tiga masa kehamilan, meningkat pada
bulan kedelapan dan menurun setelah bulan kesembilan. Keadaan ini ditandai
dengan gingiva yang membengkak, merah dan mudah berdarah. Keadaan ini
sering terjadi pada regio molar, terbanyak pada regio anterior dan interproximal
(Kinane, 2001).
4. Gingivitis scorbutic
Terjadi karena defisiensi vitamin c, oral hygiene jelek, peradangan terjadi
menyeluruh dari interdental papill sampai dengan attached gingival, warna merah
terang atau merah menyala atau hiperplasi dan mudah berdarah (Kinane, 2001).
2.1.2 Periodontitis
Periodontitis adalah penyakit multifaktorial yang menyebabkan infeksi
dan peradangan jaringan pendukung gigi, biasanya menyebabkan hilangnya tulang
dan ligamen periodontal dan bisanya merupakan penyebab kehilangan gigi pada
orang dewasa dan edentulousness. Periodontitis merupakan suatu infeksi
19
campuran dari mikroorganisme seperti Porphyromonas gingivalis, Prevotella
intermedia, Bacteroides forsythus, Actinobacillus actinomytemcomitans, dan
mikroorganisme Gram-positif, misalnya Peptostreptococcus micros dan
Streptococcus intermedius (Carranza, 2008).
Gambar 2. Periodontitis Sumber : http://www.clinicaoliva.com/wp-content/2010/05/2010-1024x576.jpg
2.1.2.1 Periodontitis kronis
Dahulu periodontitis kronis dikenal sebagai adult periodontitis atau slowly
progressive periodontitis. Periodontitis kronis terjadi sebagai akibat dari perluasan
inflamasi dari gingiva ke jaringan periodontal yang lebih dalam (Carranza, 2008).
Gambar 3. Periodontitis kronis
Sumber : Sumber : Color Atlas of oral disease
20
2.2 Etiologi penyakit periodontal
Awal periodontitis pada seorang individu diduga karena adanya gen polimorf
yang menyebabkan perubahan pada aktivitas sitokin, substansi yang mengatur
aktivitas sistem imun dalam mempertahankan suatu sel. Perubahan ini
menyebabkan destruksi pada tulang dan jaringan ikat, yang biasanya terjadi sangat
lambat, dan sebagian besar asimptomatik, sehingga efeknya pada gigi berupa
hilangnya perlekatan dengan tulang terjadi pada usia sekitar 30-50 tahun. Elemen
genetik tersebut yang bisa menjelaskan mengapa periodontitis kronis seringkali
mengenai anggota keluarga yang sama (Ireland, 2006).
Sebagian besar penyakit periodontal inflamatif disebabkan oleh infeksi
bakteri. Walaupun faktor-faktor lain dapat juga memengaruhi jaringan
periodontal, penyebab utama penyakit periodontal adalah mikroorganisme yang
berkumpul di permukaan gigi (plak bakteri dan produk-produk yang
dihasilkannya) dan membentuk koloni. Beberapa kelainan sistemik dapat
berpengaruh buruk terhadap jaringan periodontal, tetapi faktor sistemik semata
tanpa adanya plak bakteri tidak dapat menjadi pemicu terjadinya periodontitis.
Lagi pula, ada beberapa faktor lokal yang bersama dengan plak bakteri
menyebabkan penyakit kronis jaringan periodontal. Dua faktor yang mungkin
menjadi pemicu terjadinya penyakit periodontal tanpa adanya plak bakteri adalah
malignansi dan trauma oklusi primer. Etiologi penyakit periodontal sangat
kompleks. Para ahli mengemukakan bahwa etiologi penyakit periodontal dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu faktor lokal dan faktor sistemik :
21
3 Faktor lokal adalah faktor yang berpengaruh langsung pada jaringan
periodonsium, dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor iritasi lokal dan
fungsi lokal. Yang dimaksud dengan faktor lokal adalah plak bakteri
sebagai penyebab utama. Sedangkan faktor-faktor lainnya antara lain
adalah bentuk gigi yang kurang baik dan letak gigi yang tidak teratur,
maloklusi, malfungsi gigi, restorasi yang menggantung dan bruksisme.
4 Faktor sistemik sebagai penyebab penyakit periodontal antara lain adalah
pengaruh hormonal pada masa pubertas, kehamilan, menopause, defisiensi
vitamin, diabetes mellitus dan lain-lain.
Kenyataan yang menunjukkan adanya hubungan yang erat antara faktor lokal dan
faktor sistemik, yaitu adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat
mengakibatkan meningkatnya karies gigi dan memperberat gingivitis maupun
penyakit periodontal (Novertasari, 2006).
2.3 Kebutuhan perawatan periodontal komunitas (Community Periodontal
Index of Treatment Needs-CPITN)
2.3.1 Gambaran umum CPITN
Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) adalah sebuah
indeks yang dikembangkan oleh WHO untuk evaluasi penyakit periodontal dalam
survei penduduk. Dapat di gunakan untuk melihat kondisi jaringan periodontal
pada suatu kelompok atau subpopulasi dari sejumlah penelitian. Indeks tersebut
dapat memberikan sejumlah informasi mengenai prevalensi dan keparahan
penyakit, tapi kegunaan utamanya adalah mengukur kebutuhan akan perawatan
penyakit periodontal dan juga merekomendasikan jenis perawatan yang
22
dibutuhkan untuk mencegah penyakit periodontal. Penilaian klinis terhadap tanda
penyakit periodontal adalah sangat penting untuk menegakkan diagnosa penyakit
periodontal. Dalam suatu penelitian epidemiologi, teknik-teknik metodologi harus
berdasarkan patogenesis penyakit dan penyebarannya. Untuk mengetahui
karakteristik status periodontal dilakukan penelitian-penelitian epidemiologi
dengan mengukur tempat-tempat tertentu di kedua rahang dengan berbagai
kondisi klinis pada setiap individu (Chriestedy dkk, 2010).
CPITN adalah indeks periodontal yang dikembangkan oleh IDF dan WHO untuk
mengevaluasi status periodontal dan kebutuhan terhadap perawatan untuk mencegah
penyakit periodontal. Terdapat enam kriteria yang dinilai terhadap setiap individu.
Kedalaman poket diukur pada enam bagian pada gigi (mesial, garis median,distal
pada kedua vestibulum dan lingual /palatal). Bila gigi yang sehat/ fungsional kurang
dari dua, maka sekstan diklasifikasikan sebagai edentoulous. Setiap sekstan dengan
gigi yang menunjukkan keadaan paling jelek, dinilai dengan indeks tertinggi (Sanei
dan Nasrabadi, 2005).
Pemeriksaan CPITN menggunakan probe periodontal WHO yang didesain
secara khusus yakni ujungnya bulat diameter 0,5 mm, terdapat kode warna hitam
yang sesuai dengan kedalaman 3,5-5,5 mm. Pengukuran dibagi menjadi 6 sektan
(4 gigi posterior dan 2 gigi anterior), pada gigi molar ketiga tidak dilakukan
perhitungan kecuali kalau fungsi giginya tersebut menggantikan molar kedua.
Setiap gigi pada masing-masing sektan diukur kedalaman sulkusnya, kemudian
dicatat skor yang tertinggi.
Gigi yang diperiksa adalah :
23
Kriteria skoring CPITN:
0 = Periodonsium sehat
1 = Terdapat perdarahan setelah probing
2 =Terdapat kalkulus supra atau subgingiva atau timbunan plak di sekeliling
margin gingiva, tidak terdapat poket dengan kedalaman lebih dari 3 mm
(kode warna pada probe semuanya tampak)
3 = Terdapat poket dengan kedalaman 4 atau 5 mm (jika probe diinsersikan pada
poket, daerah warna probe tampak sebagian)
4 = Terdapat poket lebih dari 6 mm (jika probe diinserikan pada poket, daerah
warna probe seluruhnya masuk kedalam poket dan tidak tampak kode warna)
* = Terdapat keterlibatan daerah furkasi atau loss attachment dengan kedalam
poket lebih dari 7 mm Pengumpulan data dilakukan dengan kartu status yang
berisi karakteristik sosiodemografi dan pengukuran penyakit periodontal
dengan menggunakan CPITN. Analisis data dilakukan dengan cara tabulasi
dan persentasi (Maduakor dkk, 2000).
17 16 11
26 27
47 46
31 36 37
24
A B C D
Gambar 1. Pemberian skor status periodontal. A : gusi berdarah; B : karang gigi; C :
poket 4-5 mm; D : poket diatas 6 mm (Oliver, Brown, 2000)
Prinsip kerja CPITN yaitu :
1. Menggunakan periodontal probe khusus (probe WHO). Probe ini memiliki ujung
berbentuk bola kecil yang berdiameter 0.5 mm. Probe ini berguna untuk mengukur
kedalaman dari poket. Probe WHO memiliki daerah warna hitam untuk
mengetahui kedalaman poket yang ada. Bila poket yang terbentuk kurang dari 3,5
mm maka warna hitam yang terdapat pada probe masih terlihat keseluruhan,
sedangkan bila kedalaman poket mencapat 6 mm atau lebih maka warna hitam
pada probe tidak terlihat lagi (WHO, 2009).
25
2. Penilaian kondisi jaringan periodontal
Skor Status
periodontal
Kode Kebutuhan
perwatan
0 Periodonsium
sehat
0 tidak
membutuhkan
1
secara langsung
atau dengan kaca
mulut terlihat
perdarahan
setelah probing
1
memerlukan
perbaikan oral
hygine
2
sewaktu probing
terasa adanya
kalkulus tetapi
seluruh daerah
hitam (pada
probe)masih
terlihat
2
perbaikan oral
hygiene dan
scalling
3
poket dengan
kedalaman
4-6mm
3
perbaikan oral
hygiene dan
scalling dan
penyerutan akar
dengan anestesi
lokal untuk
aksesibilitas
(Sanei dan Nasrabadi, 2005).
2.3.2 Keterbatasan CPITN
Semua indeks, termasuk CPITN mempunyai keterbatasan dasar sebagai
berikut ( Axelsson,2002) :
26
Kriteria umumnya subyektif dan terdapat variasi yang cukup besar pada
penilaian oleh pemeriksa dalam derajat inflamasi dan kedalaman poket
atau kerusakan perlekatan.
Sistem skor pada dasarnya ditentukan secara acak. Masalah utama dalam
epidemiologi penyakit periodontal dari data CPITN ini yaitu masih belum
adanya standar atau rekomendasi internasional. Perbandingan data status
periodontal pada penelitian yang berbeda sangat sulit. Gingivitis,
pendarahan, nilai klinik perlekatan dan hilangnya perlekatan digunakan
sebagai pilihan, bukan hal yang tetap.
Walaupun skor gingivitis mengukur adanya inflamasi pada saat itu,
pengukuran poket merupakan cerminan dari penyakit di masa lalu ; bila
kita menerima ide bahwa kerusakan poket bersifat episodik, tentunya
kedalaman poket tidak dapat memberikan indikasi dari aktivitas penyakit
pada saat pengukuran. Selain upaya untuk mendefinisikan kriteria klinis
dan laboratoris tentang aktivitas, sejauh ini belum ada pemeriksaan yang
dapat memberikan pedoman yang dapat diandalkan tentang aktivitas; saat
ini satu-satunya pemeriksaan yang dapat diandalkan memerlukan
perbandingan longitudinal.
Keterbatasan CPITN lainnya adalah CPITN di susun berdasarkan konsep
progress penyakit secara linear dan kontinyu. Tetapi karena adanya perubahan
konsep penyakit periodontal akhir-akhir ini, tampaknya kebutuhan untuk
menghilangkan semua poket dan anjuran untuk menghilangkan plak masih
merupakan suatu pertanyaan. Contohnya, masih ada pertanyaan apakah gingivitis
27
itu merupakan suatu penyakit atau sebagai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap plak. Hal ini ditinjau dari tingginya prevalensi gingivitis yang
dilaporkan. Demikian juga telah banyak dilaporkan bahwa kebanyakan gingivitis
bersifat statis dan tidak berkembang menjadi periodontitis seperti yang
diperkirakan semula ( Axelsson,2002).