Download - KECEPATAN PELARUTAN (IR).docx
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Tujuan Percobaan
1) menentukan kecepatan pelarutan suatu zat
2) menggunakan alat-alat untuk penentuan kecepatan pelarutan suatu zat.
3) menerangkan factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan suatu zat
I.2. Dasar Teori
Suatu produk obat dapat berbeda dari produk pabrik lain dalam halbahan baku,
komposisi/formula, serta fabrikasinya. Perbedaan tersebut dapat menyebabkan perbedaan dalam
pelepasan bahan obat dari sediaan yang akhirnya akan berpengaruh pada efikasi/kemanjuran
produk tersebut. (Abdou, 1989, Blanchard, Swachuck, Brodie, 1979). Pada umumnya produk
obat mengalami absorbsi sistemik melalui suatu rangkaian proses yang meliputi :
1. disintegrasi produk yang diikuti dengan pelepasan obat
2. pelarutan obat dalam media “aqueous”
3. absorbsi melalui membran sel menuju sirkulasi sstemik
Pada ketiga proses di atas ditentukan oleh tahap yang paling lambat di dalam suatu
rangkaian proses kinetic yang sering disebut tahap penentu kecepatan (Rate Limiting Step).
Untuk obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air, laju pelarutan seringkali merupakan
tahap yang paling lambat di dalam, oleh karena itu mengakibatkan terjadinya efek penentu
kecepatan terhadap bioavailabilitas obat. Sebaliknya untuk obat yang mempunyai kelarutan besar
dalm air, laju pelarutannya cepat sedangkan laju lintas atau tembus obat melewati membran
merupakan tahap penentu kecepatannya.
Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses dimana zat padat melarut.
Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. Dalam penentuan
kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan padat terlibat berbagai proses disolusi yang
melibatkan zat murni. Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan
penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses disintegrasi, dan
degradasi sediaan, merupakan sebagaian dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi
obat dari sediaan.
Secara sederhana kecepatan pelarutan didefinisikan sebagai jumlah zat yang terlarut dari
bentuk sediaan padat dalam medium tertentu sebagai fungsi waktu. Dapat juga diartikan sebagai
kecepatan larut bahan obat dari sediaanfarmasi atau granul atau partikel-partikel sebagai hasil
pecahnya bentuk sediaan obat tersebut setelah berhubungan dengan cairan medium. Dalam hal
tablettent bias diartikan sebagai mass transfer , yaitu kecepatan pelepasan obat atau kecepatan
larut bahan obat dari sediaan tablet ke dalam medium penerima. Penelitian tentang disolusi telah
dilakukan oleh Noyes Whitney dan dalam penelitiannya diperoleh persamaan yang mirip hokum
difusi dari Fick :
dc / dt = K.S (Cs-C)
Keterangan:
dc/ct : laju pelarutan obat
Cs : kelarutan zat
C : konsentrasi zat dalam larutan dalam waktu t
K : koefisien partisi munyak/air
S : Luas permukaan zat
Harga konstanta K bergantung kepada harga koefisien difusi dari zat terlarut dan tebal lapisan
difusi.
K = D/h
Keterangan :
D = Koefisien difusi dalam cm2/detik
h = Tebal lapisan difusi dalam cm
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat antara lain :
Temperatur
Dengan semakin meningginya suhu maka akan memperbesar kelarutan suatu zat yang
bersifat endotermik serta akan memperbesar harga koefisien zat tersebut.
D = kT
6 ɳ r
Keterangan :
D = Koefisien difusi
K = Konstanta Boltzman
T = Temperatur
r = Jari-jari molekul
η = Viskosita pelarut
Viskositas
Turunnya viskositas suatu pelarut, juga akan memperbesar kelarutan suatu zat. Naiknya
temperatur juga akan menurunkan viskosita sehingga memperbesar kecepatan pelarutan.
pH
pH sangat mempengaruhi kelarutan zat-zat yang bersifat asam maupun basalemah. Zat
yang bersifat basa lemah akan lebih mudah larut jika berada padasuasana asam sedangkan asam
lemah akan lebih mudah larut jika berada pada suasana basa.
Untuk asam lemah :
dcdt
= K.S.Cs (1+ Kw¿¿
)
kalau ( H+ ) kecil, atau pH besar maka akan meningkatkan kelarutan zat, sehingga kecepatan
pelarutan besar.
Basa lemah :
dcdt
= K.S.Cs (1+¿¿)
kalau ( H+ ) besar, atau pH kecil maka akan meningkatkan kelarutan zat, sehingga kecepatan
pelarutan besar.
Ukuran partikel
Bila partikel zat terlarut kecil maka luas permukaan efektif besar sehingga menaikan
kecepatan pelarutan, hal ini terjadi karena jika ukuran partikel tersebut kecil maka partikel
tersebut hanya memerlukan tempat yang kecil sehingga luas permukaan yang tersisa efektif akan
lebih besar dibandingkan dengan partikel yang memiliki ukuran partikel yang relatif lebih besar.
Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh adanya polimorfis, karena bentuk kristal yang
berbeda akan mempunyai kelarutan yang berbeda pula. Kelarutan bentuk kristal yang meta stabil
lebih besar dibandingkan bentuk stabil, sehingga kecepatan pelarutannya besar.
Sifat permukaan zat
Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat hidrofob. Dengan
adannya surfaktan di dalam pelarut akan menurunkan tegangan permukaan antara partikel zat
dengan pelarut, sehingga zat mudah terbasahi dan kecepatan pelarutan bertambah.
Pengadukan
Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi tebal lapisan difusi ( h ). Bila
pengadukannya cepat maka tebal lapisan difusi berkurang sehingga menaikan kecepatan
pelarutan, sebaliknya apabila pengadukan lambat maka tebal lapisan difusi akan tetap atau akan
memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengurangi ketebalan pada lapisan difusi.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas kecepatan pelarutan suatu zat aktif dari bentuk
sediaannya dipengaruhi pula oleh faktor formulasi dan teknik pembuatan sediaan tersebut
penentuan kecepatan pelarutan suatu zat dapat dilakukan dengan metode :
a) Metode suspense
Pada metode ini bubuk zat padat ditambahkan pada pelarut tanpa pengontrolan yang
eksak terhadap luas permukaan partikelnya. Sample diambil pada waktu-waktu tertentu dan
jumlah zat yang larut ditentukan dengan cara yang sesuai.
b) Metode permukaan konstan
Zat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya, sehingga variable perbedaan
luas permukaan efektif dapat dihilangkan. Biasanya zat dibuat tablet terlebih dahulu kemudian
sampel ditentukan seperti pada metode suspensi.
Dalam bidang farmasi, penentuan kecepatan pelarutan suatu zat perlu dilakukan karena
kecepatan pelarutan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi absorpsi obat. Penentuan
kecepatan suatu zat aktif dapat dilakukan pada beberapa tahap pembuatan sediaan obat yaitu :
1. Tahap pre formulasi
Pada tahap ini penentuan kecepatan disolusi dilakukan terhadap bahan baku obat dengan
tujuan untuk memilih sumber bahan baku dan memperoleh informasi tentang bahan baku
tersebut
2. Tahap formulasi
Pada tahap ini penentuan kecepatan disolusi dilakukan untuk memilih formula sediaan yang
terbaik
3. Tahap produksi
Pada tahap ini kecepatan disolusi dilakukan untuk mengendalikan kualitas sediaan obat
yang diproduksi Dalam percobaan penentuan kecepatan pelarutan digunakan alat Disolution
tester alat ini biasanya digunakan untuk penentuan waktu hancur tablet tetapi dapat juga
digunakan untuk penentuan kecepatan pelarutan.
Pada Farmakope Indonesia IV dijelaskan bahwa asam salisilat merupakan serbuk hablur halus
putih, biasanya berbentuk jarum halus, rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis
warna putih dan tidak berbau. Asam salisilat sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah
larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih dan agak sukar larut dalam
kloroform. Penetapan kadar asam salisilat dapat dilakukan dengan titrasi asam basa dengan
menggunakan natrium hidroksida dan indikator fenolftalein. Pada penetapan kadar asam salisilat,
reaksi yang terjadi:
Asam Salisilat + NaOH —> Natrium Salisilat + H2O
BAB II
METODEOLOGI KERJA
II.1. Alat dan Bahan
1. Erlenmeyer
2. Bejana 900 ml
3. Motor penggerak
4. Buret
5. Termometer
6. Bunsen
7. Kaki tiga
8. Corong
9. Pipet
10. Stopwatch
11. Asam salisilat 2 gr
12. Air
13. Fenolftalein
14. NaOH 0,05 N dan 0,1 N
II.2. Metode Kerja
Pengaruh temperatur terhadap kecepatan pelarutan zat
1) Diisi bejana dengan 900 ml air
2) Dipasang termostat pada temperatur 37oC
3) Setelah temperatur air dalam bejana sudah mencapai 37oC dimasukan 2 gr asam
salisilat dan dijalankan motor penggerak pada kecepatan 20 RPM
4) Diambil sebanyak 20 ml air dalam bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 20 menit
setelah pengocokan. Ganti dengan 20 ml air setiap selesai pengambilan sampel
5) Ditentukan kadar asam salisilat yang larut dalam masing-masing sampel dengan cara
titrasi asam basa dengan menggunakan NaOH 0,05 N dan indicator fenolftalein
6) Dilakukan percobaan yang sama untuk temperatur 40oC dan 45oC
7) Dibuat tabel dari hasil yang diperoleh
8) Dibuat grafik antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan waktu untuk
masing-masing temperatur ( dalam satu grafik )
Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan pelarutan zat
1) Diisi bejana dengan 900 ml air
2) Dipasang termostat pada temperatur 30oC
3) Setelah temperatur air dalam bejana sudah mencapai 30oC dimasukan 2 gr asam
salisilat dan dijalankan motor penggerak pada kecepatan 40 RPM
4) Diambil sebanyak 20 ml air dalam bejana setiap selang waktu 1, 5, 10, 20 menit
setelah pengocokan. Ganti dengan 20 ml air setiap selesai pengambilan sampel
5) Ditentukan kadar asam salisilat yang larut dalam masing-masing sampel dengan cara
titrasi asam basa dengan menggunakan NaOH 0,05N dan indicator fenolftalein
6) Dilakukan percobaan yang sama untuk kecepatan pengadukan 50 RPM dan 60 RPM.
7) Dibuat tabel dari hasil yang diperoleh.
8) Dibuat grafik antara konsentrasi asam salisilat yang diperoleh dengan waktu untuk
masing-masing kecepatan pengadukan ( dalam satu grafik )
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. Hasil Pengamatan
A. Pengaruh Temperatur
Waktu
(menit)
30oC 40oC 45oC
V1 V2 Vt V1 V2 Vt V1 V2 Vt
1 0,4 1,3 0,85 O,2 0,2 0,2 0,4 0,4 0,4
5 3,5 3,7 3,6 0,3 0,3 0,3 0,7 0,7 0,7
10 3 2,7 2,85 0,9 0,7 0,8 1,1 1,1 1,1
15 2,6 2,5 2,55 1 1 1 1,2 1,3 1,25
20 2 2,5 2,25 1,3 1,3 1,3 1,5 1,5 1,5
Keterangan : V= volume titrasi NaOH (ml)
B. Pengaruh Pengadukan
Waktu
(menit)
20 RPM 30 RPM 40 RPM
V1 V2 Vt V1 V2 Vt V1 V2 Vt
1 0,2 0,3 0,25 0,3 0,3 0,3 0,2 0,3 0,25
5 0,5 0,6 0,55 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
10 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,8 0,8 0,8
15 0,9 0,9 0,9 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1,2 1,3 1,25 1,1 1,1 1,1
Keterangan : V= volume titrasi NaOH (ml)
III.1. Perhitungan
Pengenceran NaOH 0,1 N dalam 100 ml air
N = m
MRx
1000v m =
0,1 x 40 x1001000 = 0,4 gram
Jadi NaOH yang dilarutkan adalah 0,4 gram dalam 100 ml air
A. Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat
Diketahui : MR Asam Salisillat = 138
Konsentrasi NaOH = 0,1 N
VAsam Salisillat = 20 ml
RUMUS : V1 x N1 = V2 x N2
V1 = Volume NaOH
N1 = Konsentrasi NaOH
V1 = Volume Asam Salisillat
N1 = Konsentrasi Asam Salisillat
Pada temperatur 300 C dan kecepatan 20 RPM
Menit 1
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,85 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,00425 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,00425 x138 x900
1000 = 0,52 gram
Menit 5
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
3,6 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,018 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,018 x138 x900
1000 = 2,2356 gram
Menit 10
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
2,85 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,01425 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,01425 x138 x900
1000 = 1,77 gram
Menit 15
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
2,55 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,01275 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,01275 x138 x900
1000 = 1,58 gram
Menit 20
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
2,25 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,01125 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,01125 x138 x 900
1000 = 1,4 gram
Pada temperatur 400 C dan kecepatan 20 RPM
Menit 1
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,2 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,001 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,001 x 138 x900
1000 = 0,1242 gram
Menit 5
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,3 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,0015 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,015 x138 x900
1000 = 0,1863 gram
Menit 10
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,8 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,004 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,004 x138 x 900
1000 = 0,496 gram
Menit 15
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
1 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,005 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,005 x138 x900
1000 = 0,621 gram
Menit 20
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
1,3 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,0065 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,01125 x138 x 900
1000 = 0,8 gram
Pada temperatur 450 C dan kecepatan 20 RPM
Menit 1
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,4 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,002 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,002 x 138 x900
1000 = 0,2484 gram
Menit 5
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,7 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,0035 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,0035 x138 x900
1000 = 0,434 gram
Menit 10
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
1,1 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,0055 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,0055 x138 x900
1000 = 0,683 gram
Menit 15
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
1,25 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,006 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000 m =
0,006 x138 x 9001000
= 0,77gram
Menit 20
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
1,5 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,0075 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,0075 x138 x900
1000 = 0,93 gram
B. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kecepatan Pelarutan Zat
Diketahui : MR Asam Salisillat = 138
Konsentrasi NaOH = 0,1 N
VAsam Salisillat = 20 ml
RUMUS : V1 x N1 = V2 x N2
V1 = Volume NaOH
N1 = Konsentrasi NaOH
V1 = Volume Asam Salisillat
N1 = Konsentrasi Asam Salisillat
Pada temperatur 300 C dan kecepatan 20 RPM
Menit 1
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,25 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,00125 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,00125 x138 x900
1000 = 0,15 gram
Menit 5
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
55 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,00275 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,00275 x138 x900
1000 = 0,34 gram
Menit 10
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,7 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,0035 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,0035 x138 x900
1000 = 0,43 gram
Menit 15
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,9 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,0045 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,0045 x138 x900
1000 = 0,55 gram
Menit 20
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
1 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,005 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,005 x138 x900
1000 = 0,621 gram
Pada temperatur 300 C dan kecepatan 30 RPM
Menit 1
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,3 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,0015 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,0015 x138 x900
1000 = 0,18 gram
Menit 5
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,5 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,0025 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,0025 x138 x900
1000 = 0,31 gram
Menit 10
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,7 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,0035 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,0035 x138 x900
1000 = 0,43 gram
Menit 15
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
1 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,005 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000 m =
0,005 x138 x9001000
= 0,621 gram
Menit 20
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
1,25 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,006 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,006 x138 x 900
1000 = 0,77 gram
Pada temperatur 300 C dan kecepatan 40 RPM
Menit 1
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,25 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,00125 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,00125 x138 x900
1000 = 0,15 gram
Menit 5
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,5 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,0025 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,0025 x138 x900
1000 = 0,31 gram
Menit 10
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
0,8 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,0004 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,004 x138 x 900
1000 = 0,5 gram
Menit 15
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
1 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,005 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,005 x138 x900
1000 = 0,621 gram
Menit 20
KonsentrasiAsam Salisillat
V1 x N1 = V2 x N2
1,1 x 0,1 = 20 x N2
N2 = 0,0055 N
Massa Asam Salisillat terlarut
m = N x MR xV
1000
m = 0,0055 x138 x900
1000 = 0,68 gram
III.3. Grafik
Grafik Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Pelarutan
Grafik pada suhu 30oC
0 5 10 15 20 250
0.0020.0040.0060.008
0.010.0120.0140.0160.018
0.02
f(x) = 0.000155545927209705 x + 0.010513431542461R² = 0.0546389313779691
t (menit)N
Grafik pada suhu 40oC
0 5 10 15 20 250
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.007
f(x) = 0.000302859618717504 x + 0.000510831889081456R² = 0.975570845546247
t (menit)
N
Grafik pada suhu 45oC
0 5 10 15 20 250
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.008
f(x) = 0.000279896013864818 x + 0.00204506065857886R² = 0.966913502442099
t (menit)
N
Grafik Pengaruh Pengadukan Terhadap Kecepatan Pelarutan
Grafik pada RPM 20
0 5 10 15 20 250
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
f(x) = 0.00019107452339688 x + 0.00145103986135182R² = 0.954831329382711
t (menit)
N
Grafik pada RPM 30
0 5 10 15 20 250
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.007
f(x) = 0.000239601386481802 x + 0.00125606585788562R² = 0.996237343792757
t (menit)
N
Grafik pada RPM 40
0 5 10 15 20 250
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006f(x) = 0.00022790294627383 x + 0.00132538994800693R² = 0.962867066185017
t (menit)
N
III.2. Pembahasan
Dari percobaan tentang kecepatan pelarutan hal yang sangat berpengaruh terhadap
Kecepatan pelarutan yaitu temperatur/suhu, pengadukan, pH pelarut, ukuran partikel,
polimorfis dan sifat permukaan zat. Percobaan ini dilaksanakan menggunakan prosedur
titraassi sebagai indikator dari banyaknya volume untuk menghitung konsentrasi asam
salisilat tersebut. Larutan pentitrasi yang digunakan adalah NaOH 0,1 N, untuk
mendapatkan NaOH 0,1 N dilakukan pengenceran terlebih dahulu dengan memasukan
0,4 gram NaOH ke dalam 100 ml air. Ketika titrasi dilakukan titik ekuivalen akan terlihat
atau diketahui dengan adanya perubahan warna pada larutan Asam Salisillat yang diambil
dari bejana desolusi dari bening ,enjadi merah muda, tentunya dengan meneteskan
indikator pp terlebih dahulu pada larutan yang akan di titrasi. Asam salisilat yang
dimasukan kedalam tabung disolusi adalah 2 gram, kita akan mengetahui kelarutan yang
terjadi pada asam salisilat dengan pengaruh faktor temperatur dan pengadukan.
Pada percobaan pengaruh temperatur terhadap kecepata pelarutan zat, menurut
teori semakin tinggi temperatur makan kecepatan pelarutanpun akan semakin besar,
begitu juga sebaliknya. Dan semakin lama waktu pengadukan pada suhu dan kecepatan
pengadukan yang konstan, makan kecepatan kelarutan akan semakin besar pula.
Percobaan pertama, yaitu larutan pada temperatur 300 dengan kecepatan 20 RPM data-data
titraasi yang dilakukan menemui kegagalan titrasi karena beberapa faktor, diantaranya terdaapat
butiran-butiran asam salisillat yang menempel dan ikut pada larutan yang akan di titrasi sehingga
memengaruhi volume NaOH yang seharusnya semakin lama waktu akan semakin meningkat,
namun pada data terlihat tidak sesuai dengan teori yang seharusnya.
Pada suhu 400 dan 450 dengan kecepatan 20 RPM, terlihat data yang sesuai dengan teori yang
seharusnya, ini karena praktikan sudah tau dan dapat meminimalisir apa-apa saja yang akan
mengganggu proses titrasi, sehingga volume NaOH yang di dapat sesuai dengan teori yang telah
ada.
Sedangkan pada percobaan pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan
pelarutan dapat di ambil acuan yaitu apabila kecepatan pengadukan tersebut cepat dan
konstan/tetap maka akan cepat pula proses pelarutannya begitu juga sebaiknya, Keduanya
memerlukan ketelitian dalam bekerja sehingga di dapatkan hasil yang baik.
Percobaan yang dilakukan pada kecepatan 20 RPM, 30 RPM, dan 40 RPM tidak terlalu
mengalami hambatan dan gangguan, sehingga data yang diperoleh pun sesuai yang diharapkan.
Perhitungan yang dilakukan untuk percobaan ini yaitu mencari konsentrasi dari asam
salisillat, ini daapat dilakukan ketika titrasi sudah dilakukan atau volume NaOH sudah di
dapatkan. Oleh karena itu, jika volume NaOH atau titrasi yang dilakukan tidak sesuai dengan
teorinya makan ini akan memengaruhi perhitungan pada konsentrasi asam salisillat. Perhitungan
tersebut menggunakan rumus :
V1 x N1 = V2 x N2
Diketahui : V1 = Volume NaOH
N1 = Konsentrasi NaOH
V1 = Volume Asam Salisillat
N1 = Konsentrasi Asam Salisillat
Ketika konsentrasi asam salilillat sudah diketahui, maka kita dapat menghitung massa asam
salisillat yang terlarut di dalamnya. Yaitu dengan menggunakan rumus :
m = N x MR xV
1000
Pembuatan grafik akan memudahkan untuk melihat data naik turunnya konsentrasi pada asam
salisillat, karena semakin besar konsentrasi asam salisilat, maka massa asam salisilat dalam
larutan tersebut akan semakin banyak/besar.
BAB IV
KESIMPULAN
Kecepatan pelarutan adalah ukuran yang menyatakan banyaknya suatu zat terlarut
dalam pelarut tertentu tiap satuan waktu.Kecepatan pelarutan dipengaruhi oleh
temperature, viskositas, pH pelarut, pengadukan, ukuran partikel, polimorfis dan sifat
permukaan zat. Semakin tinggi tempetatur, semakin cepat proses kelarutan, begitupun
sebaliknya. Semakin cepat proses pengadukan, semakin cepat proses kelarutan,
begotupun sebaliknya. Hasil perhitungan dipengaruhi ketelitian titrasi .
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Martin, A.N., J. Swarbrick, A. Cammarata. 2006. Physical Pharmacy, 5th ed. Philadelphia : Lea
& Febiger.
Muztabadihardja.,dkk.2013.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Laboratorium Farmasi
Universitas Pakuan – Bogor.