i
SKRIPSI
OLEH:
ANDI MAKKARAKALANGI
I111 11 265
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK KULIT
BUAH KAKAO HASIL FERMENTASI DALAM MENSUBTITUSI
RUMPUT GAJAH PADA TERNAK KAMBING
ii
SKRIPSI
OLEH :
ANDI MAKKARAKALANGI
I 111 11 265
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK KULIT
BUAH KAKAO HASIL FERMENTASI DALAM MENSUBTITUSI
RUMPUT GAJAH PADA TERNAK KAMBING
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Andi Makkarakalangi
NIM : I111 11 265
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka saya bersedia
membatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, Mei 2016
Andi Makkarakalangi
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat AllahSubhanahu wa
Ta’ala,shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada rasulullahNabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta keluarganya, sahabat, dan
orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kecernaan bahan kering dan bahan
organik Kulit buah kakao hasil fermentasi dalam mensubtitusi rumput gajah pada
ternak kambing”. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin.
Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih yang tulus
kepada kedua orang tua saya Ayahanda Andi Muh.Rustam dan Ibunda Andi
Tenri Pamauri serta saudara/i Dian Novita,Sitti Ramadani,Nyilitimo,Angki tenri
ola, yang selama ini banyak memberikan doa, semangat, kasih sayang, saran dan
dorongan kepada penulis.
Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati
penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada :
1. Ucapan terima kasih disampaikan dengan hormat kepada Dr. Jamila, S,Pt,
M,Si selaku pembimbing utama dan Ir.Anie Asriany, M,Si selaku
pembimbing anggota yang penuh ketulusan dankeikhlasan meluangkan
vi
waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, arahan,serta koreksi dalam
penyusunan skripsi ini.
2. Dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih banyak Kepada
Pembimbing Akademik Dr. Sitti Nurani Sirajuddin, S.Pt., MP yang terus
memberikan arahan, nasihat dan motivasi selama ini.
3. Keluarga Besar “SOLANDEVEN”, kalian merupakan teman, sahabat bahkan
saudara, terima kasih atas indahnya kebersamaan dalam bingkai kampus ini.
4. Buat teman-teman yang selama beberapa tahun ini bersama-sama
Kasman,Arfian Yunanda, Anto,Nurul Ilmi,Ana,Copi,Azmi,Rahma
Ningsi,Nopy Pratiwi,Rifky,Ide,Gumbus,Ikbal.
5. Teruntuk teman penelitian Kasman,Hasrul,Fardil,Darto,Fredy yang selama ini
bersama-sama berjuang untuk mendapatkan sebuah ilmu dan gelar.
6. Terkhusus buat Teman Kelas Kecil NU3C, Teman-Teman KKN PPM DIKTI
2015,Teman PKL,Teman SWEETY selama ini menjadi Sahabat terbaik dan
sekaligus membantu saya dalam penelitian.
Penulis menyadari meskipun dalam penyelesaian tulisan skripsi ini masih
perlu masukan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun agar
penulisan berikutnya senantiasa lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan
banyak terima kasih dan menitip harapan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi
kita semua.
Amin ya robbal alamin.
Makassar, Mei 2016
Andi Makkarakalangi
vii
Kulit buah Kakao, terfermentasi, kecernaan bahan kering dan
bahan organik, kambing.
RINGKASAN
Andi Makkarakalangi (I111 11 265). Pengaruh Kulit Buah Kakao Hasil
Terfermentasi terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada Ternak
Kambing (Dibawah bimbingan Dr.Jamila,S.Pt.,M.Si sebagai Pembimbing Utama
dan Ir.Anie Asriany,M.Si sebagai Pembimbing Anggota)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh KBK hasil
fermentasi mikrobat terhadap kecernaan bahan kering (BK) dan bahan organik
(BO) ternak kambing. Penelitian ini menggunakan 9 ekor kambing yang dibagi
kedalam 3 kelompok berdasarkan berat badan dan diletakkan dalam kandang
metabolisme. Pada penelitian ini digunakan empat ransum perlakuan, yaitu : P1 =
100 % Rumput Gajah (kontrol) P2 = 70% Rumput Gajah + 30% kulit buah kakao
hasil fermentasi P3 = 30% Rumput Gajah + 70% kulit buah kakao hasil
fermentasi. Pada setiap perlakuan ditambahkan konsentrat (dedak, jagung, garam,
urea, dan molases) sebanyak 1% dari berat badan untuk mencukupi kebutuhan
hidup ternak kambing, air minum diberikan secara adlibitum, masing-masing
petak dilengkapi tempat pakan bersekat dan tempat air minum. Pada masa koleksi
konsumsi diambil sebanyak 10% dari ransum untuk analisis bahan kering dan
bahan organik. Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan ransum yang berbeda
memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kecernaan bahan
kering dan bahan organik pada ternak kambing. Disimpulkan bahwa Starter
mikrobat belum mampu meningkatkan kecernaan BK dan Bo KBK pada kambing
Kata Kunci :
viii
ABSTRACT
Andi Makkarakalangi (I11111265). Fermented,dry matter and organic matter
leather cacao fermented elephant grass rind fermented cocoa materials on goat
(under the guidance Dr. Jamila, S.Pt, M,Si as main supervisior and Ir.Anie
Asriany, M.Si as supervisior member )
The aim of study was to determine the effect of CBC fermented microbars the
digestibility of dry matter (DM) and organic matter (BO) goats.this study uses 9
goats were divided into three groups based on body weight and were placed in
metabolic cages. In this study used four ration treatment, that: P1 = 100% grass
elephant (control) P2=70%+30% elephant grass rind fermented cocoa
P3=30%+70% elephant grass rind fermented cocoa. At each treatment was added
concentrates( bran, corn, salt, urea and molasses) as much as 1% of boddy weight
to make ends meet goats,drinking,watter supplied ad libitum,each block was
fetted a sectional feed and drinking water. The time of collection consumption
take as many 10% of the ration dry matter for analysis and organic materials. The
study shows that the use of different ration gives a significant influence (p<0.01)
on dry matter and organic matter in goats.it was concluded that the starter
microbars not been able to increase digistibily BK and BO CBC in Goats.
Keywords:
Leather cacao, fermented, dry matter and organic matter, goats.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
RINGKASAN ................................................................................................ vii
ABSTRACT ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3
Pemeliharaan Ternak Kambing .............................................................. 3
Gambran Umum Kulit Buah Kakao ....................................................... 4
Pemanfaatan Jamur Pelapuk Putih (White rot fungi) .............................. 5
Kecernaan Bahan Kering ........................................................................ 6
Kecernaan Bahan Organik ...................................................................... 8
METODE PENELITIAN ............................................................................... 9
Waktu dan Tempat ................................................................................. 9
Alat dan Bahan ........................................................................................ 9
Prosedur Penelitian ................................................................................. 9
Parameter yang Diukur ........................................................................... 12
Analisis Data ........................................................................................... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 12
Kecernaan Bahan Kering Ternak Kambing ............................................ 12
x
Kecernaan Bahan Organik Ternak Kambing .......................................... 15
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18
LAMPIRAN ................................................................................................... 22
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
xi
DAFTAR TABEL
No Halaman
Teks
1. Kecernaan Bahan Kering Ternak Kambing ................................................. 13
2. Kecernaan Bahan Organik Ternak Kambing ............................................... 16
xii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
Teks
1. Ternak Kambing ..................................................................................... 3
2. Kulit Buah Kakao .................................................................................... 5
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
Teks
1. Data Hasil Analisis Laboratorium........................................................... 22
2. Hasil Analisis Statistik dan Uji Duncan Kecernaan Bahan Kerning
Ternak Kambing ...................................................................................... 23
3. Hasil Analisis Statistik dan Uji Duncan Kecernaan Bahan Organik
Ternak Kambing ...................................................................................... 23
4. Dokumentasi...... ..................................................................................... 25
1
PENDAHULUAN
Sulawesi Selatan memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan bervariatif
sehingga limbah yang dihasilkan banyak dan beragam. Luas lahan pertanian
Sulawesi Selatan berkisar 399.173 Ha (BLP, 2014). Salah satu tanaman pertanian
yang banyak dibudidayakan dan menghasilkan limbah yang banyak adalah
tanaman kakao.
Kulit buah kakao (KBK) merupakan salah satu limbah hasil perkebunan
yang dapat dijadikan bahan pakan alternatif untuk ternak ruminansia (Nelson dan
Supardjo, 2011). Kulit buah kakao mempunyai komposisi gizi setara dengan
komposisi gizi rumput sehingga biomasa KBK sangat potensial sebagai pakan
alternatif untuk menggantikan rumput (Puastuti & Yulistiani 2011).
Salah satu kendala dalam pemanfaatan kulit buah kakao sebagai pakan
adalah karena kandungan lignin yang tinggi dan protein kasar yang rendah.
Kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan pengolahan terhadap kulit
kakao, upaya pengolahan yang dapat dilakukan secara biologis yaitu dengan
fermentasi.
Kulit buah kakao dapat difermentasi menggunakan jamur. Jamur pelapuk
merupakan jamur yang memiliki kemampuan mendegradasi lignin. Menurut
Hatakka (2001), jamur pelapuk putih mendegradasi lignin lebih cepat dan
ekstensif dibandingkan mikroorganisme lain. Menurunnya kandungnan lignin
pada kulit buah kakao hasil fermentasi diharapkan dapat meningkatkan daya cerna
bahan kering dan bahan organik ransum kambing.
2
Rumusan Masalah
Kulit buah kakao (KBK) adalah limbah pertanian yang jumlahnya cukup
melimpah. Limbah kulit buah kakao memiliki peranan yang cukup penting dan
cukup berpotensi dalam penyediaan bahan pakan untuk ternak. Pada musim
kemarau kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai pakan, namun kandungan
lignin yang tinggi dan protein yang rendah merupakan kendala utama
pemanfaatan bahan ini sebagai pakan. Dari hasil penelitan secara invitro
kecernaan bahan kering dan bahan organik kulit buah kakao meningkat dengan
teknologi fermentasi menggunakan mikrobat. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui kecernaan bahan kering dan bahan organik hasil
fermentasi menggunakan inokulan mikroba pada ternak kambing.
Hipotesis
Diduga bahwa kulit buah kakao hasil fermentasi mikrobat akan
meningkatkan daya cerna bahan kering dan bahan organik pada ternak kambing.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh KBK hasil
fermentasi mikrobat terhadap kecernaan bahan kering (BK) dan bahan organik
(BO) ternak kambing.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada
masyarakat petani peternak tentang pengolahan kulit kakao dengan cara
fermentasi terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik untuk ternak
kambing.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeliharaan Ternak Kambing
Secara umum sistem pemeliharaan kambing di Indonesia adalah ekstensif,
dimana kambing dilepas pada siang untuk mencari pakan hijauan dan
dikandangkan pada malam hari. Padahal untuk mendapatkan produktivitas yang
baik salah satunya adalah dengan kecukupan pakan yang diberikan baik kualitas
maupun kuantitas. Pemberian pakan konsentrat pada kambing telah terbukti dapat
meningkatkan pertumbuhan kambing (Sarwono, 2009).
Gambar 1. Ternak Kambing
Devendra dan Sevilla (2002), menyatakan bahwa beberapa keunggulan
kambing adalah mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru terutama daerah
tropis, kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang efisien dalam
mengkonversi rumput menjadi daging, tahan terhadap penyakit, dan reproduksi
baik. Namun potensi ini belum optimal karena pertumbuhan kambing relative
lambat. Tentunya ini menjadi masalah sekaligus tantangan untuk meningkatkan
produktivitas kambing terutama pertumbuhannya.
4
Salah satu sumber daya yang memiliki peran strategis dalam produksi
kambing adalah pakan. Pakan merupakan komponen utama di dalam ekonomi
usaha, karena diperki rakan dapat menyumbang biaya 50–60% dari total biaya
produksi (Devendra dan Sevilla, 2002). Pakan merupakan faktor terbesar yang
mempengaruhi produktivitas ternak. Kondisi pakan (kualitas dan kuantitas) yang
tidak mencukupi kebutuhan, menyebabkan produktivitas ternak menjadi rendah,
antara lain ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang lambat dan bobot badan
rendah.Salah satu cara untuk menyediakan ransum bergizi seimbang yang dapat
meningkatkan produktivitas ternak adalah dengan memanfaatkan bahan pakan
sumber konstentrat yang dicampurdengan sumber serat kasar (hijauan) sesuai
dengan proporsinya di dalam ransum atau biasa disebut pakan komplit (complete
feed).
Gambaran Umum Kulit Buah Kakao
Pemanfaatan Kulit Buah Kakao sebagai pakan dapat menggantikan rumput
atau diberikan bersama-sama dengan rumput. Respon pemberian pakan KBK pada
berbagai ternak dilaporkan bervariasi yang dipengaruhi oleh besarnya proporsi
dalam ransum, bentuk pemberian, metode pengolahan dan jenis ternak. Ternak
yang diberi pakan KBK masih memerlukan pakan tambahan untuk mencukupi
kebutuhan produksi (Puastuti dan susana, 2014).
5
Gambar 2. Kulit buah kakao
Pemberian ransum mengandung Kulit Buah Kakao fermentasi dalam
bentuk tepung tidak berbeda tingkat konsumsinya karena tidak ada pengaruh
terhadap palatabilitasnya (Murni et al. 2012), sebagaimana pernyataan Devendra
& Leng (2011) bahwa jumlah konsumsi ransum tergantung pada palatabilitas,
karakteristik fisik dan defisiensi asam amino esensial kritis serta protein kasar.
Hasil pengolahan Kulit Buah Kakao dengan starter mikroba melalui fermentasi
menghasilkan kualitas nutrien yang lebih baik terutama kadar proteinnya sehingga
lebih mampu menghasilkan performans yang lebih baik pula (Suparjo et al. 2011;
Murni et al. 2012).
Pemanfaatan Jamur Pelapuk Putih (white rot fungi)
Jamur pelapuk dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: jamur pelapuk putih
(white-rot fungi), jamur pelapuk coklat (brown-rotfungi), dan jamur pelapuk lunak
(soft-rot fungi). Jamur pelapuk putih (JPP) dan jamur pelapuk coklat (JPC)
termasuk di dalam kelompok basidiomycetes, sedangkan jamur pelapuk lunak
(JPL) termasuk di dalam kelompok ascomycetes, dan aktivitasnya seringkali
terkait dengan tinggi rendahnya kelembaban kayu. JPC lebih mendegradasi
Kulit
Biji
6
poliskarida di dalam biomassa lignoselulosa dan hanya sedikit melarutkan lignin.
JPP adalah mikroba yang paling efisien dalam mendegradasi lignin menjadi CO2.
Ligninolitik berhubungan dengan produksi enzim ekstraseluler pendegradasi
lignin yang dihasilkan oleh JPP (Hammel, 1996).
Enzim ligninase dari organisme mampu memproduksi enzim dan
mempunyai peluang yang sangat besar untuk diaplikasikan di industri-industri,
seperti misalnya untuk degradasi polutan, biokonversi lignin, biobleaching dan
biopulping dari potongan-potongan kayu (wood chip), desulfurisasi minyak bumi
dan batu bara, serta deligninasi limbah pertanian (Dosoretz et al., 1993).
Jamur white rot menguraikan lignin melalui proses oksidasi menggunakan
enzim phenol oksidase menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat
diserap oleh mikroorganisme. Selulosa dan hemiselulosa juga merupakan
penyusun jaringan tumbuhan yang tersusun dari gula yang berbeda. Selulosa
adalah polimer linier yang tersusun dari D-glukosa yang diikaat oleh β-1,4
glycosida membentuk celobiosa. Senyawa ini didegradasi oleh enzim mikroba
menjadi oligosakarida kemudian menjadi glukosa (Sanchez, 2009).
Kecernaan Bahan Kering
Kecernaan adalah selisih antara zat makanan yang dikonsumsi dengan
yang dieksresikan dalam feses dan dianggap terserap dalam saluran cerna. Jadi
kecernaan merupakan pencerminan dari jumlah nutrisi dalam bahan pakan yang
dapat dimanfaatkan oleh ternak. Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan
memberi arti sebesar besar bahan pakan itu mengandung zat-zat makanan dalam
bentuk yang dapat dicerna dalam saluran pencernaan (Ismail, 2011).
7
Sutardi (1979), menyatakan kecernaan bahan kering di pengaruhi oleh
kandungan protein pakan, karena setiap sumber protein memiliki kelarutan dan
ketahanaan degradasi yang berbeda-beda.kecernaan bahan organik merupakan
factor penting yang dapat menentukan nilai pakan. Setiap jenis ternak ruminansia
memiliki mikroba rumen dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam
mendegradasi ransum, sehingga mengakibatkan perbedaan kecernaan.
Kecernaan pakan dapat di definisikan dengan cara menghitung bagian zat
makanan yang tidak dikeluarkan melalui feses dengan asumsi zat makanan
tersebut dapat di serap oleh ternak. Kecernaan pakan biasanya di nyatakan dalam
persen berdasarkan bahan kering. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan
antara lain komposisi bahan pakan,perbandingan komposisi antara bahan pakan
satu dengan bahan pakan lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam
pakan, ternak dan taraf pemberian pakan ( Mc Donald dkk, 2002).
Zat-zat makanan yang dapat dipergunakan oleh ternak dari suatu bahan
makanan merupakan fungsi dari konsumsi bahan kering. Daya cerna suatu bahan
makanan merupakan salah satu factor yang sangat penting karena hal tersebut
berpengaruh langsung terhadap jumlah energy bahan makanan yang dapat
dimanfaatkan oleh ternak (Dixon dan Egan, 1988).
8
Kecernaan Bahan Organik
Bahan organik merupakan bahan kering dikurangi abu, komponen bahan
kering bila difermentasi di dalam rumen akan menghasilkan asam lemak terbang
yang merupakan sumber energi bagi ternak. Nilai kecernaan bahan organik
(KBO) didapatkan melalui selisih kandungan bahan organik (BO) awal sebelum
inkubasi dan setelah inkubasi, proporsional terhadap kandungan BO sebelum
inkubasi tersebut (Blummel dkk, 1997).
Kecernaan bahan organik dalam saluran pencernaan ternak meliputi
kecernaan zat-zat makanan berupa komponen bahan organik seperti karbohidrat,
potein, lemak, dan vitamin. Bahan–bahan organik yang terdapat dalam pakan 27
tersedia dalam bentuk tidak larut, oleh karena itu diperlukan adanya proses
pemecahan zat-zat tersebut menjadi zat-zat yang mudah larut. Faktor yang
mempengaruhi kecernaan bahan organik adalah kandungan serat kasar dan
mineral dari bahan pakan (Ismail, 2011). Sutardi (1979) menyatakan bahwa bahan
organik berkaitan erat dengan bahan kering karena bahan organik merupakan
bagian dari bahan kering.
Arora (1989) menyatakan bahwa di dalam rumen protein akan dihidrolisa
menjadi oligopeptida oleh enzim proteolitik yang dihasilkan mikroba dan
oligopeptida ini dihidrolisa menjadi asam-asam amino. Mikroba akan merombak
asam-asam amino menjadi ammonia yang akan dimanfaatkan oleh kandungan
mikroba rumen untuk perkembangannya.
9
Menurut Crowder dan Cheda (1982), kurangnya unsur nitrogen dalam
pakan akan menghambat aktivitas mikroba rumen dan menyebabkan menurunnya
kecernaan pakan. Selain itu seperti halnya pada kecernaan bahan kering (BK)
meningkatnya kandungan karbohidrat non struktural dalam ransum juga akan
meningkatkan kecernaan bahan organik (BO).
10
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2015 – Januari 2016.
terdiri dari dua tahap. Tahap I pemeliharaan ternak bertempat di kandang
laboratorium uji pakan terpadu dan dilanjutkan dengan Tahap II yaitu analisis van
soest yang terdiri dari kecernaan bahan kering dan bahan organik yang bertempat
di laboratorium kimia pakan Universitas Hasanuddin Makassar.
Alat dan Bahan
Peralatan yang akan digunakan adalah ember, timbangan, copper, baskom,
timbangan analitik, kandang, tenda, timbah tempat minum dan parang dan alat
yang gunakan dalam analisis kecernaan bahan kering dan bahan organik.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kambing, kulit buah
kakao hasil fermentasi starter mikroba, rumput gajah, molasses, air, konsentrat
dan bahan yang di gunakan dalam analisis kecernaan bahan kering dan bahan
organik.
Prosedur Penelitian
Pemeliharaan ternak di lakukan dengan dua periode, adapun periode yang
di lakukan yaitu periode I masa adaptasi dengan maksud membiasakan ternak
terhadap ransum yang akan diteliti dan menghilangkan sisa – sisa dari waktu
sebelumnya. Periode II masa koleksi, masing-masing tahap berlangsung selama
15 hari.
11
Pakan basah yang digunakan adalah rumput gajah (Pennsitum purpureum)
dan kulit buah kakao hasil fermentasi. Penelitian ini menggunakan 9 ekor
kambing yang dibagi kedalam 3 kelompok berdasarkan berat badan dan
diletakkan dalam kandang metabolisme. Berat rata-rata kambing pada masing-
masing kelompok adalah: Kelompok I = 17 ± 0,03, kelompok II = 15 ± 0,55,
kelompok III = 13 ± 0,75. Pada setiap perlakuan ditambahkan konsentrat(dedak,
jagung, garam, urea, dan molases) sebanyak 1% dari berat badan untuk
mencukupi kebutuhan hidup ternak kambing, air minum diberikan secara
adlibitum, masing-masing petak dilengkapi tempat pakan bersekat dan tempat air
minum. Pada masa koleksi konsumsi diambil sebanyak 10% dari ransum untuk
analisis bahan kering. Pada penelitian ini digunakan empat ransum perlakuan,
yaitu :
P1 = 100 % Rumput Gajah (kontrol)
P2 = 70% Rumput Gajah + 30% kulit buah kakao hasil fermentasi
P3 = 30% Rumput Gajah + 70% kulit buah kakao hasil fermentasi
Pakan diberikan sesuai kemampuannya mengkonsumsi bahan kering
ransum di daerah tropis (Siregar, 1994), dengan rumus (g/hari) 89-104,9W0,75.
Pemberian dilakukan pada jam 07.30 dan pada sore hari diberikan pada jam
17.30. Untuk analisis kandungan bahan kering sampel feses dan pakan yang
diperoleh pada periode sampel diovenkan pada suhu 650C selama ± 48 jam.
Selanjutnya digiling halus. Untuk analisis kandungan bahan organik sampel feses
dan pakan yang diperoleh pada periode sampel ditanur dengan suhu 5000C selama
± 2 jam.
12
Parameter yang Diukur
Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah kecernaan bahan kering dan
bahan organik ternak kambing menurut AOAC (2010). Adapun rumus
matematika dari kecernaan bahan kering dan bahan organik antara lain :
Kecernaan BK = BK yang dikonsumsi − BK feses
BK yang dikonsumsi× 100 %
Kecernaan BO = BO yang dikonsumsi − BK feses
BO yang dikonsumsi× 100%
Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan analisis sidik ragam menurut
Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan program SPSS dengan 3
perlakuan dan 3 kali ulangan. Jika hasil yang diperoleh berpengaruh nyata atau
sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Model matematikanya adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
Yij: Nilai parameter taraf ke-I dan ulangan ke-j
µ : Nilai tengah umum
αi : Pengaruh perlakuanpenggunaan ransum yang berbeda
pada taraf ke-i
εij : Pengaruh galat dari satuan ulangan ke-j yang memperoleh
perlakuan ke-i
i : 1, 2 dan 3
j : 1, 2 dan 3
Yij = µ + αi + εij
13
Rata-rata superskrip yang berbeda pada kolom yang berbeda menunjukkan perbedaan
yang sangat nyata (P<0,01). Perlakuan: P1: 100% Rumput Gajah, P2: 70% Rumput
Gajah + 30% kulit buah kakao hasil fermentasi, P3: 30% Rumput Gajah + 70% kulit
buah kakao hasil fermentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecernaan Bahan Kering Ternak Kambing
Bahan kering merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang
berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Nilai kecernaan bahan kering
(KBK) didapatkan melalui selisih kandungan bahan kering (BK) awal sebelum
inkubasi dan setelah inkubasi, proporsional terhadap kandungan BK sebelum
inkubasi tersebut (Blummel dkk, 1997). Hasil pengamatan kecernaan bahan
kering dengan penggunaan ransum yang berbeda pada ternak kambing dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kecernaan bahan kering ternak kambing
Ransum Perlakuan Kecernaan Bahan Kering (KBK)
P1 82,806a
P2 77,396a
P3 61,316b
Ket :
Hasil analisis ragam meunjukkan bahwa penggunaan ransum yang berbeda
memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kecernaan bahan
kering ternak kambing. Berdasarkan hasil uji duncan P1 dan P2 berbeda sangat
nyata dengan P3. (Lampiran 1). Rendahnya kecernaan bahan kering pada
perlakuan P2 dan P3 disebabkan oleh kandungan lignin dan silikat yang terdapat
pada kulit buah kakao yang mungkin tidak didegradasi secara sempurna pada saat
proses fermentasi.
14
Hasil penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dari hasil penelitian
Afrijon (2011), yaitu 60,11% pada pemberian 60% batang pisang + 40% kulit
buah kakao yang difermentasi dengan Aspergillus niger. Perbedaan hasil
kecernaan bahan kering yang diperoleh pada kulit buah kakao berkaitan dengan
degradasi lignin pada substrat yang difermentasi.
Adanya proses lignifikasi dan rendahnya daya cerna ternak terhadappakan
limbah disebabkan oleh tingginya kandungan silikat. Lignifikasi dan silifikasi
tersebut bersama-sama mempengaruhi rendahnya daya cerna. Kandungan lignin,
sellulosa, hemisellulosa mempengaruhi kecernaan makanan dan diketahui bahwa
antara kandungan lignin dan kecernaan bahan kering berhubungan sangat erat
(Jafar and Hasan, 1990).
Soebarinoto (1986) dan Dzowela et al.(1997) menyatakan bahwa tanin dan
lignin berkorelasi negatif dengan KBK. Kandungan zat anti nutrisi yang terdapat
pada bahan pakan akan menurunkan kecernaan pakan. Tanin dan lignin dapat
membentuk ikatan kompleks dengan protein dan karbohidrat sehingga
mengakibatkan aktivitas mikroba rumen dalam mendegradasi bahan kering
menjadi berkurang.
Menurut Sutardi (1980), kandungan lignin menentukan tingkat kecernaan zat
makanan dalam pakan. Haetami dan Junianto (2011) menyatakan bahwa faktor
yang diduga ikut mempengaruhi nilai kecernaan pakan adalah tingkat proporsi
bahan pakan, komposisi kimia, tingkat protein ransum, persentase lemak dan
mineral. Semakin seimbang nilai nutrisi dalam ransum, maka akan meningkatkan
nilai kecernaannya.
15
Rata-rata superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang sangat nyata (P<0,01). Perlakuan: P1: 100% Rumput Gajah, P2: 70% Rumput
Gajah + 30% kulit buah kakao hasil fermentasi, P3: 30% Rumput Gajah + 70% kulit
buah kakao hasil fermentasi.
Kecernaan bahan kering pada ternak ruminansia menunjukkan tingginya zat
nutrisi yang dicerna terutama yang dicerna oleh mikroba rumen. Semakin tinggi
nilai persentase kecernaan bahan pakan tersebut, berarti semakin baik
kualitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan kering, yaitu
jumlah ransum yang dikonsumsi, laju perjalanan makanan di dalam saluran
pencernaan dan jenis kandungan gizi yang terkandung dalam ransum tersebut.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering ransum
adalah tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat
protein ransum, persentase lemak dan mineral (Tilman, dkk, 1991; Anggorodi,
1994).
Kecernaan Bahan Organik Ternak Kambing
Nilai kecernaan bahan organik (KBO) didapatkan melalui selisih
kandungan bahan organik (BO) awal sebelum inkubasi dan setelah inkubasi,
proporsional terhadap kandungan BO sebelum inkubasi tersebut (Blummel dkk,
1997). Hasil pengamatan kecernaan bahan organik dengan penggunaan ransum
yang berbeda pada ternak kambing dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kecernaan bahan kering ternak kambing
Ransum Perlakuan Kecernaan Bahan Organik (KBO)
P1 84.256a
P2 74,553b
P3 59,826c
Ket:
16
Hasil analisis ragam meunjukkan bahwa penggunaan ransum yang berbeda
memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kecernaan bahan
organik ternak kambing. Berdasarkan uji duncan menunjukkan jenis ransum yang
memiliki tingkat kecernaan bahan organik tertinggi secara berurutan yaitu P1, P2
dan P3 (lampiran 2).
Hasil penelitian ini memiliki kecernaan bahan organik yang lebih lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian Afrijon (2011), yaitu 63,71 pada pemberian 60%
batang pisang + 40% kulit buah kakao yang difermentasi dengan Aspergillus
niger.
Perbedaan tingkat kecernaan bahan organik antara ransum perlakuan
disebabkan karena kandungan serat kasar yang terdapat pada rumput gajah. Hal
ini sesuai dengan pendapat Parrakasi (1999), bahwa bahan organik merupakan
bahan kering yang telah dikurangi abu, komponen bahan kering bila difermentasi
di dalam rumen akan menghasilkan asam lemak terbang yang merupakan sumber
energi bagi ternak. Kecernaan bahan organik dalam saluran pencernaan ternak
meliputi kecernaan zat-zat makanan berupa komponen bahan organik seperti
karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Bahan-bahan organik yang terdapat
dalam pakan tersedia dalam bentuk tidak larut, oleh karena itu diperlukan adanya
proses pemecahan zat-zat tersebut menjadi zat-zat yang mudah larut. Faktor yang
mempengaruhi kecernaan bahan organik adalah kandungan serat kasar dan
mineral dari bahan pakan.
Perbedaan yang sangat nyata ini berkaitan dengan kecernaan bahan kering
yaitu apabila perlakuan mempengaruhi kecernaan bahan kering maka perlakuan
tersebut juga akan mempengaruhi kecernaan bahan organik. Menurut Tillman et
17
al (1991) kecernaan bahan kering dapat mempengaruhi kecernaan bahan organik
dimana kecernaan bahan organik menggambarkan ketersediaan nutrien dari pakan
dan menunjukkan nutrien yang dapat dimanfaatkan ternak.
18
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil yang telah diperoleh maka dapat di tarik sebuah
kesimpulan bahwa :
Pengunaan kulit buah kakao hasil fermentasi mampu mensubtitusi rumput
gajah sebanyak 30% dalam ransum, starter mikrobat belum mampu
meningkat kecernaan BK dan BO kulit buah kakao pada pada ternak
kambing
Pada penggunaan ransum ternak kulit buah kakao hasil fermentasi dalam
ransum perlu ditambahkan bahan lain agar kecernaan bahan kering dan
bahan organik dapat meningkat.
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai fermentasi yang
ditambah dengan inokulan pada substrat lain sehingga mampu meningkatkan nilai
kecernaan bahan kering dan bahan organik agar dapat dijadikan pakan organik.
19
DAFTAR PUSTAKA
Afrijon. 2011. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Kulit Buah Kakao
dan batang Pisang dalam Ransum yang Difermentasi dengan Aspergillus
niger pada Kambing Kacang Jantan Secara In – Vitro.Jur.Embrio 4 (1) (1-
5).
Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta
AOAC. 2010. Association of Official Analytical Chemists, Official Methods of
Analysis. 15 ed. Washington. DC., USA.
Arora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia.UGM Press, Yogyakarta.
Blummel, M., H. Steingass and K. Becker. 1997. The Relationship between in
vitro gas production, In Vitro microbial biomassy yield and 15N
incorporated and its implication for the prediction of voluntary feed intake
of roughages. Br. Nutr. 77:911-921.
Crowder, L. V. and H. R. Cheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. First
Published, United State of America, by Longman Inc., New York.
Devendra C, Leng RA. 2011. Feed resources for animals in Asia: issues, strategies
for use, intensification and integration for increased productivity. Asian
Australasian J Anim Sci. 24:303-321.
Devendra, C. and C.C. Sevilla. 2002. Availability and use of feed resources in
crop animal systems in Asia. Agric. System 71: 59 –73.
Dixon, R.M. dan Egan, A.R., 1988. Strategies for optimising use of fibrous crop
residues as animal feeds. In. Ruminant Feeding Systems Utilising Fibrous
Dozoretz, C.G., N. Rothschild, and Y. Hadar. 1993. Over-production of lignin
Peroxidase by Phanerochaetechrysosporium BKM-F1767. Applied and
EnvironmetalMicrobiology, 59 (6) : 1919-1926
Dzowela, B. H., L. Hove, B. V. Maasdorp, and P. L. Mafongonya. 1977. Recent
Work On The Establishment, Production and Utilization Of Multipurpose
Trees As Feed Resources In Zimbabwe. J. Anim Feed Sci & Tech. 655:1-
15.
Haetami, K. dan Junianto. 2011. Efektivitas Penggunaan Suplemen Dalam
Bioproses Bungkil Kelapa Sawit Oleh Kapang dan Pengaruhnya
Terhadap Kecernaan Ikan Nila..Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Padjajaran.
20
Hammel K.E. 1996. Extracellular free radical biochemistryof ligninolytic fungi.
New J Chem 20:195-198.
Hatakka A. 2001. Lignin-modifying enzymes from selected white-rot fungi:
production and role in lignin degradation. FEMS Microbiol. Rev. 13 : 125
135.
Ismail, R. 2011. Kecernaan in vitro. http://rismanismail.wordpress.com (senin,
10Agustus 2015). Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press.
Fakultas Peternakan
Jafar, M.D. and A. Hasan. 1990. Optimum Steaming Condition of OPF
forFeed Utilization Processing and Utilization of Oil Palm by Products
forRuminant Mardi-Tarc Collaborative Study Malaysia.
Nelson dan Suparjo. 2011. Penentuan Lama Fermentasi Kulit Buah Kakao dengan
Phanerochaete chrysosporium : Evaluasi Kualitas secara Kimiawi.
Agrinak.
McDonald, Malcolm. 2002. Marketing Plans: How to Prepare Them. How to
UseThem. 5thedition. Burlington: Elsevier Butterwirt-Heinemann
Murni R, Akmal, Okrisandi Y. 2012. Pemanfaatan kulit buah kakao yang
difermentasi dengan kapang Phanerochaeta chrysosporium sebagai
pengganti hijauan dalam ransum ternak kambing. Agrinak. 2:6-10.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Indonesia
University Pres.Jakarta.
Puastuti W dan Yulistiani D, 2011. Ransum berbasis kulit buah kakao
yangdisuplementasi Zn organik: Respon pertumbuhan padadomba. JITV.
16:269-277.
Puastuti, Wisri dan IWR, Susana. 2014. Potensi dan pemanfaatan kulit buah
kakao sebagai pakan alternative ternak ruminansia. Jurnal wartazoa hlm
151-159
Sanchez C. 2009. Lignocellulosic residues: biodegration and bioconversion by
fungi.Biotechnol. Advan.27:185-194.
Sarwono,B. 2009. Berternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soebarinoto.1986. Evaluasi Beberapa Hijauan Leguminose Pohon Sebagai
Sumber Protein Untuk Ternak.Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor, Bogor. (Tidak Dipublikasikan).
21
Suparjo, Wiryawan KG, Laconi EB, Mangunwidjaja D. 2011.Performans
kambing yang diberi kulit buah kakaoterfermentasi. Media Peternakan.
34:35-41
Sutardi, T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi mikroba
rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak.Prosiding
Seminar Penelitian dan Penunjang Peternakan. LPP Institutn Pertanian
Bogor, Bogor.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak, IPB.
Tilman, A.D, H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S.
Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Yokyakarta.
22
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Hasil Analisis Laboratorium
PERLAKUAN KBK KBO
P1K1 79,32 83,67
P1K2 84,86 84,86
P1K3 84,24 84,24
TOTAL 248,43 252,78
RERATA 82,80 84,25
P2K1 80,56 78,13
P2K2 79,44 76,88
P2K3 72,17 68,69
TOTAL 232,18 223,71
RERATA 77,39 74,55
P3K1 63,27 60,98
P3K2 65,33 63,16
P3K3 55,33 52,54
TOTAL 183,94 176,69
RERATA 61,31 59,82
23
Lampiran 2. Hasil Analisis Statistik dan Uji Duncan Kecernaan Bahan
Kerning Ternak Kambing
Descriptive Statistics
Dependent Variable:KBK
perlakuan Mean Std.
Deviation N
P1 82.8067 3.03541 3
P2 77.3967 4.55173 3
P3 61.3167 5.28593 3
Total 73.8400 10.40072 9
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:KBK
Source
Type III Sum
of Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected
Model 749.655a 2 374.827 19.430 .002
Intercept 49071.110 1 49071.110 2.544E3 .000
perlakuan 749.655 2 374.827 19.430 .002
Error 115.746 6 19.291
Total 49936.511 9
Corrected Total 865.401 8
a. R Squared = ,866 (Adjusted R Squared = ,822)
24
Homogeneous Subsets
KBK
perlakuan N
Subset
1 2
Duncana P3 3 61.3167
P2 3 77.3967
P1 3 82.8067
Sig. 1.000 .182
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 19,291.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
25
Lampiran 3. Hasil Analisis Statistik dan Uji Duncan Kecernaan Bahan
Organik Ternak Kambing
Descriptive Statistics
Dependent Variable:KBO
perlakuan Mean Std.
Deviation N
P1 84.2567 .59518 3
P2 74.5533 5.15050 3
P3 59.8267 4.04525 3
Total 72.8789 11.14869 9
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:KBO
Source
Type III Sum
of Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected
Model 907.854a 2 453.927 31.489 .001
Intercept 47801.992 1 47801.992 3.316E3 .000
perlakuan 907.854 2 453.927 31.489 .001
Error 86.492 6 14.415
Total 48796.338 9
Corrected Total 994.346 8
a. R Squared = ,913 (Adjusted R Squared = ,884)
26
Homogeneous Subsets
KBO
perlakuan N
Subset
1 2 3
Duncana P3 3 59.8267
P2 3 74.5533
P1 3 84.2567
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 14,415.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.