T E S I S
KEDUDUKAN HUKUM PENJAGA ASTA TINGGI DAN
HAK PENGUASAAN TERHADAP TANAH CATO
ASTA TINGGI DI KABUPATEN SUMENEP
(Analisa Yuridis Terhadap Posisi Hukum Penjaga Asta Tinggi )
OLEH :ANDI WILHAM, S.H.
NIM.12105062
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUMPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA2007
KEDUDUKAN HUKUM PENJAGA ASTA TINGGI DAN
HAK PENGUASAAN TERHADAP TANAH CATO
ASTA TINGGI DI KABUPATEN SUMENEP
(Analisa Yuridis Terhadap Posisi Hukum Penjaga Asta Tinggi )
TESIS
Untuk memperoleh Gelar Magister
Dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum
Pada Program Pascasarjana Universitas Narotama
OLEH :
ANDI WILHAM, S.H.NIM.12105062
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUMPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA2007
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji segala syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT hanya karena ridho dan takdir-Nya sehingga penyusunan tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Dengan keihklasan hati yang dalam penulis menyampaiakan
terimakasih kepada berbagai pihak atas berbagai bantuan, dukungan, saran
dan kritik yang telah diberikan. Untuk itu perkenankanlah saya
mempersembahkan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak R. Djoko Soemadjijo, S.H. Rektor Universitas Narotama Surabaya.
2. Bapak Prof. DR. Sri Soemantri M, S.H. Direktur Program Pascasarjana
Universitas Narotama Surabaya.
3. DR. Sadjijono, S.H. M.Hum, Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum
pada Program Pascasarjana Universitas Narotama Surabaya.
4. Terutama Bapak DR. Soemali, S.H. M.Hum, dosen pembimbing, yang
dengan tulus meluangkan waktu, tenaga dan fikiran dalam keteladanannya
sebagai guru sejati, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Semoga Allah
yang maha kuasa senantiasa memberikan karunia kesehatan dan
meninggikan derajat beliau untuk tetap berkiprah pada ranah akademisi.
5. Ketua dan para anggota Panitia Peguji Tesis Program Pasacasarjana
Universitas Narotama Surabaya.
6. Seluruh staf dan karyawan Program Pascasarjana khususnya Magister
Ilmu Hukum Universitas Narotama Surabaya atas segala bantuannya yang
telah diberikan kepada penulis selama mengikuti studi hingga selesainya
Tesis ini.
7. Rekan–rekan satu angkatan Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum
Universitas Narotama Surabaya atas kebersamaan dan kekeluargaannya
sehinga tercipta suatu hubungan yang harmonis.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat memberikan
manfaat dan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam bidang ilmu hukum walaupun penulisan tesis ini masih jauh
dari sempurna.
Sumenep, Nopember 2007
Penulis
RINGKASAN
Secara konseptual, terdapat dua sistem hukum yang saling berpijak pada
landasan yang berbeda dalam memberi makna dan pendefenisian tentang hak-hak atas
tanah. Di satu sisi masyarakat hukum adat mengklaim hak-hak atas tanah berdasarkan
konsep ipso facto, di mana keberadaan hak-hak masyarakat tunduk pada sistem hukum
adat, yang tidak tertulis, bersifat komunal, dan memiliki hubungan magis-religius, di
pihak lain pemerintah mengembangkan pemahaman hak-hak atas tanah berdasarkan
konsep ipso jure, yang tunduk pada sistem hukum agraria nasional, yakni Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960, hukum tertulis, cenderung individualis dan mempunyai
hubungan yang bersifat ekonomis.
Benturan konsep pemilikan hak atas tanah antara konsep pemilikan yang
bersumber pada hukum adat yang diwarnai oleh pemikiran yang konkret dengan cara
penggarapan tanah bebas yang menekankan ipso facto segera berhadapan dengan
konsep yang bersumber ipso jure atas milik negara yang bersumber pada domein
verklaring. Pengakuan keberadaan hukum adat, tidak mampu menolong hukum adat
dari kedudukannya yang makin terabaikan menghadapi kekuasaan negara dan
kepentingan swasta yang menginginkan tanah yang luas untuk diusahakan.
Pada akhirnya hukum agraria nasional itu harus memposisikan hukum adat
yang bersifat act locally, commit nationally, and think globally. Jadi harus ada
pembaruan terhadap pemaknaan hukum adat, sebagai hukum yang dinamis, yakni
perubahan yang menyangkut perilaku (behavior) masyarakat hukum adat, knowledge
(pemaknaan) terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam hukum adat (substansi hukum
dan kultur hukum) serta penerapan kaedah hukum adat dalam masyarakat (aspek
sosiologis-empirik).
Dalam pengertian secara umum Asta Tinggi merupakan tempat pemakaman
atau pesarean, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tempat peristirahatan terakhir
bagi raja-raja yang pernah berkuasa di wilayah Sumenep. Secara geografis Asta Tinggi
terletak pada dataran tinggi, Lokasi ini persisnya terletak di Desa Kebunagung
Kecamatan Kota Sumenep Kabupaten Sumenep Propinsi Jawa Timur, pada jarak 2
pal/Km dari Istana atau Keraton Sumenep yang pada saat ini digunakan sebagai
Pendopo oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep.
Proses pengangkatan penjaga Asta Tinggi pada awalnya atas rekomendasai dari
lorah yang menyatakan bahwa penggantinya adalah betul-betul keturunan penjaga
Asta Tinggi pada kelompoknya, kemudian diteruskan Kepala Asta Tinggi. Pada
gilirannya Kepala Asta Tinggi yang mengusulkan ke Raja / Bupati. Dari mekanisme
tersebut, Penjaga Asta Tinggi memiliki SK (Surat Keputusan) yang dikeluarkan oleh
Bupati. Hingga saat ini penjaga Asta Tinggi yang telah memiliki SK sebanyak 104
orang dengan luas tanah 500 Ha.
ABSTRACT
National agrarian law have to give possibility will reach of earth function, space
and water, as such above and have to as according to importance of Indonesia
people and also fulfill also its need according to request of epoch in all problem
of agraria. That National agrarian law has to realize incarnation from [at]
Believing in One God, Humanism. National, Nationality and Social Justice, as
principality of kerokhanian State and nation aspiration, [is] such as those which
contained in Opening of Constitution 1945.
Conceptually, there are two law systems which [are] treading owning each
other [at] different base in giving and meaning of pendefenisian about rights of
land; ground. [In] one customary law society side claim rights of land; ground
pursuant to concept of ipso facto, where existence of society rights at one's
feet of customary law system, unwritten, having the character of is communal,
and have [relation/link] of magis-religius, governmental to at others develop the
understanding of rights of land; ground pursuant to concept of ipso jute, which
at one's feet of national agrarian law system, namely [Code/Law] Number 5
Year 1960, law written, tend to individualist and have [relation/link] having the
character of is economic.
Collision conception ownership of land right [among/between] ownership
concept which coming from customary law colored by idea which [is] concrete
by free land; ground till which emphasize facto ipso immediately deal with
concept stemming jure ipso of public ownerships which coming from verklaring
domein. Confession of existence of customary law, unable to help customary
law from domiciling [him/ it] which more and more uncared face power of state
and importance of private sector wishing wide [of] land; ground to be
labouredly.
Rights customary law society customary right for land assumed there [is] still if:
There are a group of one who still feel tied by its customary law tatanan
as citizen with suatau federation of certain law, which confess and apply
rules of the federation in its everyday life ;
There are certain customary right for land; ground which become
environment [all] citizen federation of the law and its place take its
everyday necessaries of life, and ;
There are customary law tatanan concerning management,
penguasaan and usage of customary right for land; ground going into
effect and adhered by [all] citizen federation of law.
In the end that national agrarian law have to position customary law having the
character of locally act, nationally commit, globally think and. Become renewal
there must be to pemaknaan of customary law, as dynamic law, namely
change which concerning behavior (customary law society behavior),
knowledge (pemaknaan) to values which implied in customary law (substances
punish and law culture) and also applying of customary law knead in society
(aspect of sosiologis-empirik).
Land; Ground Indonesia national law acknowledge customary right for land
rights and that similar from customary law society, as long as practically there
[is] still, as meant in rule Section 3 [Code/Law] Number 5 Year 1960 about
Regulation Of Base Specifics of Agraria ( hereinafter referred to as
Fundamental [Code/Law] [of] Agraria).
Referring to [the] mentioned, hence needed the existence of guidance of which
can used as [by] hold in face of and finish existing problems and execute land
business in general in its [relation/link] with the customary law society
customary right for land rights later on day.
Keunikan and esthetics of High Asta areal have fascination of spiritual equally
High Asta has been assumed to become one of [the] targets of ruhani wisata.
Some the mausoleum [is] top kick Kings [in] region of Sumenep and its
surroundings. Oldest empires come from century to XVII up to last King that is
early century of XX).
In congeniality in general High Asta represent funeral place or of pesarean,
according to Big Dictionary [of] last Indonesian Resort to kings which have in
command [in] region of Sumenep. Geographically High Asta lay in plateau,
This location exactly located in Countryside of Kebunagung District Of Town of
Sumenep Sub-Province of Sumenep Province East Java, [at] distance 2 ratch /
Km of Palace or of Keraton Sumenep which is on [is] in this time used as [by]
Verandah of ancient palace by Local Government Of Sub-Province of
Sumenep.
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI TESIS …………
KATA PENGANTAR …………………………………………………
RINGKASAN …………………………………………………………
ABSTRAKSI ………………………………………………………….
DAFTAR ISI …………………………………………………………..
ii
iii
iv
vi
viii
xi
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah ……………….…………………..
2. Rumusan Masalah ………………….………………..
3. Tujuan Penelitian ………………….………………..
4. Manfaat Penelitian ……………….…………………..
5. Tinjauan Pustaka ……….………………………… .
6. Metode Penelitian ……………................................
7. Sistematika Penulisan ………………..………………....
1
6
7
7
7
9
12
BAB II HAK GARAP PENJAGA ASTA TINGGI TERHADAP TANAH
CATO ASTA TINGGI
1. Politik Hukum Pertanahan Sebelum Berlakunya UUPA …...
A. Hak Milik Atas Tanah Masa Kerajaan di Nusantara …...
B. Hak Atas Tanah Masa V.O.C (1602-1799) …...
C. Hak Atas Tanah Masa Agrarische Wet …...
D. Sejarah Tanah Partikelir. …...
2. Konsep Hukum Agraria Nasional …...
A. Kewenangan Bidang Pertanahan
(1) Pemerintah ……………………………………………....
(2) Pemerintah Daerah Propinsi …………………….…….
14
14
19
22
25
28
39
39
(3) Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota ………….…….
3. Kedudukan Hukum Hak Penguasaan Penjaga
Asta Tinggi Terhadap Tanah Cato Asta Tinggi ……………….
40
40
BAB III KEDUDUKAN HUKUM PENJAGA ASTA TINGGI
1. Tanah Dalam Kekuasaan Negara ……………….…
2. Kedaulatan Rakyat ………………….
A. Pemerintahan dan tindakan pemerintahan ………….
3. Sejarah Asta Tinggi dan Penjaga Asta Tinggi ………….
A. Kerajaan Sumenep dalam Pemerintahan
Raja Panembahan Sumolo ……….…
47
51
55
57
62
IV. PENUTUP
1. Kesimpulan …….……
2. Saran-saran ……….…
69
71
DAFTAR BACAAN
BUKUAslan Noor, Konsep Hak Milik Atas Tanah Bagi Bangsa Indonesia – Ditinjau Dari Ajaran Hak Asasi Manusia, Mandar Maju Bandung, 2006
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia Rajagrafindo Persada Jakarta 1981
Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan daerah Menrut Undang-undang Dasar 1945, Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1994
RB. Ahmad Rifa’ie Agil , Riwayat Singkat Raja-Raja Sumenep dan Peninggalannya,
DR. Abdurachman, Sejarah Madura, Selayang Pandang
INTERNETwww.Hukumonline.comwww.BPN.com
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang – Undang No. 5 Tahun 1960 Pokok – Pokok Agraria
Undang – Undang No. 56 PRP Tahun 1960