Download - Kejadian Anemia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dampak kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat diamati dari
besarnya angka kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka
kesakitan dan kematian janin, serta peningkatan resiko terjadinya berat
badan lahir rendah. Penyebab utama kematian maternal antara lain
adalah perdarahan pasca partum (disamping eklampsia, dan penyakit
infeksi) dan plasenta previa yang semuanya berangkat dari pada anemia
difesiensi (Arisman.2004)
Menurut World Healt Organization (WHO) memperkirakan lebih
dari 500.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin.
(http://who-int/reproductive-health, diakses 28 Maret 2009), sedangkan
angka kejadian anemia menurut who berkisar antara 20% sampal 89%
dengan menetapkan Hb 11 grm% sebagai dasarnya. Angka kehamilan di
Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Hoo Swi Tjiong
menemukan angka anemia kehamilan pada trimester I, 3,8%, trimester II,
13,6 dan pada trimester Ill, 24,8%. Akrib Simanjuntak menemukan
sebesar 40,1% di Bogor.( Manuaba ,1998).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003,
Angka Kematian Ibu mencapai 307 per 100,000 kelahiran hidup. ini
merupakan Angka Kematian Ibu tertinggi di ASEAN. Setiap tahun angka
2
kelahiran mencapai lima juta. Dari angka itu sekitar 20 ribu kehamilan
berakhir dengan kematian akibat komplikasi dan melahirkan.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan propinsi Sulawesi
Selatan, pada tahun 2007 jumlah kasus adalah 220 orang. Dengan
klasifikasi sebagai berikut : anemia ringan 89 orang (40,56%), anemia
sedang 96 orang (43,67%), dan anemia berat 35 orang (15,90%) (Propil
Dinas Kesehatan 2008).
Tingginya kematian ibu yang berhubungan dengan kehamilan dan
persalinan dipengaruhi antara lain : karena perdarahan (45%) eklampsia
atau kejang-kejang, dan tekanan darah tinggi (12 %), infeksi (12%), aborsi
(10%) dan sisanya karena hal-hal medis lain (Manuaba, 2001).
Di Puskesmas Segeri Pangkep pada tahun 2008 data yang
didapatkan dari Medical Record terdapat 307 orang ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya, dan jumlah ibu yang menderita anemia
sebanyak 199 orang meliputi anemia berat sebanyak 23 orang, anemia
sedang sebanyak 62 orang , dan anemia ringan sebanyak 114 orang.
Anemia gizi sebagian besar dapat dicegah melalui promosi dan
pendidikan kesehatan sebelum maupun selama hamil. Cara mengatasi
anemia selama kehamilan telah ditetapkan melalui kebijakan Departemen
Kesehatan dengan melaksanakan program penanggulangan anemia zat
besi (AZB) dengan memberikan tablet besi atau tablet tambah darah Fe
9320 Mg, Fe Sulfat dan 0,5 asam folat untuk semua ibu hamil sebanyak 1
3
tablet setiap hari berturut - turut selama 90 hari pada masa kehamilan
(Modul Pendidikan dan Pelatihan Bidan, 1998)
Dengan melihat pengaruh anemia terhadap ibu hamil, ibu
melahirkan, nifas dan janin yang dikandungnya yang dapat berpengaruh
secara tidak langsung terhadap kuálitas sumber daya manusia
(Widyastuti, 2004).
Oleh karena masalah anemia gizi pada ibu hamil merupakan
masalah penting yang erat hubungannya dengan masalah mortalitas
maternal maka dianggap penting untuk dilakukannya suatu identifikasi
berbagai gambaran melalui suatu penelitian mengenai Gambaran tentang
kejadian Anemia pada ibu hamil yang dibatasi pada masalah umur ibu,
paritas, dan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut ibu di
Puskesmas Segeri Pangkep periode 2008 ?
2. Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut paritas
Puskesmas Segeri Pangkep periode 2008 ?
3. Bagaimana gambaran anemia pada ibu hamil menurut pendidikan
Puskesmas Segeri Pangkep periode 2008 ?
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang anemia pada ibu hamil di
Puskesmas Segeri tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya gambaran tentang anemia pada ibu
hamil menurut umur ibu di Puskesmas Segeri tahun 2008.
b. Diperolehnya gambaran tentang anemia ibu hamil
menurut paritas di Puskesmas Segeri tahun 2008.
c. Diperolehnya gambaran tentang anemia pada ibu
hamil menurut pendidikan ibu di Puskesmas Segeri 2008.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Institusi
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi Dinas
Kesehatan dan institusi terkait Iainnya dalam rangka menentukan
kebijakansanaan untuk pencegahan dan penanganan anemia pada
ibu hamil
2. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi informasi dan bahan
bacaan bagi penelitian selanjutnya.
5
3. Manfaat Praktis
Merupakan pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat
meningkatkan pengétahuan dan menambah wawasan tentang
gambaran anemia pada ibu hamil.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Anemia
1. Pengertian anemia
a. Keadaan dimana kadar haemoglobin, hematokrit dan sel darah
merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi
salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang
dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut. Menurut
kemampuan darah untuk mengikat oksigen yang dapat disebabkan
oleh menurunnya sel darah merah, berkurangnya konsentrasi
haemoglobin atau kombinasi keduanya dalam sirkulasi darah
dengan kadar haemoglobin dibawah 11gr% pada trimester I dan III
atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5gr % pada trimester II
(Saifuddin, 2001).
b. Berkurangnya kadar haemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari 12
mgr% dimana Hb adalah komponen di dalam sel darah merah
(eritrosit) yang berfungsi menyalurkan oksigen keseluruh tubuh.
Jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen ( Lis
Sinsin ,2008).
c. Anemia yang secara umum dapat diterima adalah turunnya kadar
haemoglobin kurang dari 12,0gr/l00mI darah pada wanita yang
7
tidak hamil., anemia yang terkait dengan kehamilan adalah anemia
defisiensi besi hampir 95% (Varney , 2000).
2. Patofisiologi anemia dalam kehamilan (Wiknjasastro,2000)
Anemia merupakan gangguan medis yang paling umum ditemui
pada masa hamil, mempengaruhi sekurang-kurangnya 20% wanita
hamil. Hal ini disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-
zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan dalam darah dan
susunan tulang.
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
anemia atau hipervelomia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah
kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi
pengenceran darah . Pertambahan tersebut yaitu plasma 30% sel
darah 18% dan haemoglobin 19%.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian dini secara
fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita :
a. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang
harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat
hidremia viskositas darah rendah, resistensi, perifer berkurang
pula, sehingga tekanan darah tidak naik
b. Kedua pada perdarahan waktu persalinan, banyak unsur zat besi
yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu
tetap kental. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai
8
naik sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya
dalam kehamilan antara 32 dan 34 minggu.
3. Faktor Penyebab Terjadinya Anemia pada Ibu Hamil ( Muchtar R,
1998)
Berdasarkan fakta yang dapat menyebabkan timbulnya anemia
dalam kehamilan diantaranya:
a. Kurang gizi ( Malnutrisi)
b. Kurang zat besi dalam diet
c. Malabsorbsi
d. Kehilangan darah yang banyak dalam persalinan yang lalu.
e. Terjadi pengenceran darah selama kehamilan
4. Macam - macam anemia (Winkjosastro, 2005)
a. Anemia defisiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia
akibat kekurangan zat besi, kekurangan ini dapat disebabkan
karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan karena
gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau
banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan.
b. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena
defisiensi asam folik ( pteroyglutamic acid ), jarang sekali karena
defisisensi vitamin B12.
9
c. Anemia hypoblastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum
tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan
anemia hipoblastik dalam kehamilan.
d. Anemia hemolitik
Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung
Iebih cepat dari pembuatannya, wanita dengan anemia hemolitik
sukar menjadi hamil, apabila ia hamil, maka anemia biasanya
menjadi Iebih berat.
5. Pengaruh anemia terhadap kehamilan, persalinan, nifas dan janin
(Manuaba, 2001)
a. Pengaruh anemia dalam kehamilan
1) Resiko terjadi abortus
2) Persalinan prematurus.
3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim.
4) Mudah terjadi infeksi
5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb<6gr%)
6) Merigancam jiwa dengan kehidupan ibu.
b. Pengaruh anemia dalam persalinan
1) Gangguan kekuatan his yang mengakibatkan terjadinya partus
lama
10
2) Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan atonia uteri
atau inertia dalam semua kala persalinan dan terjadinya
perdarahan post partum.
3) Dalam persalinan dapat mengakibatkan kematian ibu.
c. Pengaruh anemia dalam nifas.
1) Pedarahan post partum karena atonia uteri dan involusio uteri
2) Memudahkan infeksi puerperium
3) Pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang
d. Pengaruh anemia terhadap janin:
1) Bayi berat lahir rendah
2) Cacat bawaan
3) Intelegensia rendah oleh karena kekurangan oksigen dan nutrisi
yang menghambat pertumbuhan janin.
4) Morbiditas dan mortalitas perinatal tinggi jika kadar Hb < 6 gr%.
6. Diagnosa anemia
Diagnosa anemia dalam kehamilan dapat ditegakkan dengan :
a. Anamnese
Pada anamnese sering didapatkan keluhan cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang – kunang, nafsu makan berkurang dan
keluhan muntah - muntah Iebih hebat pada kehamian muda (I.G.B.
Manuaba ,1998).
11
b. Pemeriksaan fisik
Keluhan Iemah ,kulit pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih
dalam batas normal, pucat pada membran mukosa dan kunjungtiva
oleh karena kurangnya sel darah merah pada pembuluh darah
kapiler dan pucat pada kuku dan jari tangan (Saifuddin ,2001)
c. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan kadar Hb dan darah tepi. Pemeriksaan minimal 2 kali
selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester Ill. Dengan
melihat hasil anamnese dan pemeriksaan fisik maka diagnosa
dapat dipastikan dengan pemeriksaan kadar Hb dengan
menggunakan alat sahli ( Safiuddin ,2001).
Batasan anemia yang digunakan WHO pada tahun 1991 sebagai
berikut :
1) Normal ≥ 12 gram %
2) Anemia ringan ≤11 gram %
3) Anemia sedang ≥ 10 gram %
4) Anemia berar ≤ 10 gram %
Departemen Kesehatan tahun 1998 sebagai berikut
1) Normal ≥ 10,5 gram %
2) Anemia ringan 9 -10,4 gram %
3) Anemia sedang 7,6 - 8,9 gram %
4) Anemia berat <7,5 gram %
12
Hasil pemeriksaan haemoglobin dengan alat sahli (IManuaba, 1998)
1) Normal ≥ 11 gram %
2) Anemia ringan 9 -10,9 gram %
3) Anemia sedang 7 - 8,9 gram %
4) Anemia berat <7,5 gram %
7. Pencegahan anemia dan penanganan anemia
a. Pencegahan anemia
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil
melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui
data dasar kesehatan umum ibu tersebut, dalam pemeriksan
kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium termasuk
pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit
( Manuaba, 1998)
Di daerah dengan frekwensi anemia kehamilan yang tinggi
sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfa ferosus atau glukosnas
ferosus 1 tablet sehari, wanita dinasehati pula untuk makan lebih
banyak protein, mineral dan vitamin.
Dengan pertimbangan bahwa sebagian ibu hamil mengalami
anemia, pemerintah telah menyediakan preparat besi (tablet besi /
Fe) untuk dibagikan kepada masyarakat sampai ke posyandu,
maka dilakukan pemberian suplemen langsung zat besi yang
mengandung 200 mg sulfa feosus 0,25 mg asam folat yang diikat
13
dengan lactosa, diberikan setiap hari sejak kehamilan 20 minggu
dan diharapkan ibu hamil mengkonsumsi minimal 90 tablet dan
dilanjutkan 30 tablet selama masa nifas (Manuaba, 1998)
b. Penanganan anemia (Winkjosastro,2000)
1) Anemia ringan
Pada kehamilan dengan kadar Hb < 11 gr% masih
dianggap ringan sehingga perlu diberikan kombinasi 60 mg dan
400 mg asam folat peroral sekali sehäri.
2) Anemia sedang
Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi ferosus
600 - 1000 mg/han seperti sulfat ferosus atau glokonat ferosus
3) Anemia berat
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg ( 20 ml) Intravena atau 2 x 10 ml
intramuskuler - transfusi darah kehamilan lanjut dapat diberikan
walaupun sangat jarang diberikan karena transfusi darah dapat
berisiko bagi ibu dan janin.
B. Tinjauan Umum Tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Terjadinya Anemia Pada Ibu hamil.
1. Umur Ibu
Kebanyakan wanita mengalami anemia pada usia remaja
karena pada kehamilan remaja banyak masalah yang timbul baik
14
dalam masalah sosial masyarakat maupun dalam bidang obstetric,
selain remaja (< 20 tahun), wanita yang berisiko tinggi mengalami
anemia adalah wanita yang berumur di atas 35 tahun.
Pada wanita hamil usia terlalu muda < 20 tahun, secara fisik
alat reproduksinya belum siap untuk menerima hasil konsepsi dan
secara psikiogis belum cukup dewasa dan matang untuk menjadi
seorang ibu, sedangkan wanita hamil pada usia lanjut yaitu > 35
tahun, proses faal tubuhnya sudah mengalami kemunduran berupa
elastisitas otot-otot panggul di sekitar organ-organ reproduksi lainnya,
keseimbangan hormonnya mulai terganggu sehingga kemungkinan
terjadi berbagai resiko kehamilan (Wiknjosastro,2000).
Wanita usia di bawah 18 tahun mempunyai kekurangan dimana
ia memiliki resiko yang sama tingginya dengan kehamilan di usia 35
tahun ke atas, seperti bayi lahir dengan berat badan lahir rendah atau
gangguan kesehatan lainnya, umumnya hal ini terjadi karena mereka
kurang memperhatikan asupan gizi selama hamil, khususnya yang
mengandung zat besi, kalsium dan Vit. A sedangkan pada wanita usia
di atas 35 tahun ke atas kesuburan sudah mulai menurun, juga
kehamilan maupun persalinan pada usia ini memiliki resiko yang lebih
besar pada kesehatan ibu dan bayinya dan juga meningkatkan resiko
menderita komplikasi seperti preekiamsia, tekanan darah tinggi,
diabetes, kelahiran dini, pertumbuhan janin terganggu, ibu hamil pada
15
usia ini juga lebih mudah lelah, mereka juga memiliki resiko keguguran
lebih besar. (Retno, 2001).
2. Paritas
Paritas adalah frekuensi kehamilan dan persalinan yang pernah
dialami oleh ibu dengan umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan
berat badan janin mencapai 1000 gram, termasuk kehamilan
sekarang, paritas 1 - 2 merupakan paritas yang paling aman ditinjau
dari sudut kesehatan, sedangkan ≥ 3 merupakan paritas yang berisiko
tinggi untuk terjadinya anemia ( Prawirohaijo,2002).
Setiap kehamilan yang disusul dengan persalinan akan
menyebabkan kelainan - kelainan pada uterus, dalam hal ini
kehamilan yang berulang ulang menimbulkan kerusakan pada
pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke
janin dimana jumlah nutrisi akan semakin berkurang dibanding
kehamilan sebelumnya (Wikjosastro,2003).
Kehamilan yang berulang ( paritas tinggi ) akan membuat
uterus menjadi renggang, sehingga dapat menyebabkan kelainan letak
janin dan plasenta yang akhirnya akan berpengaruh buruk pada
proses persalinan. Hal - hal tersebut dapat menimbulkan komplikasi
yang dapat menjadi penyulit dalam persalinan dan menjadi indikasi
dilakukannya operasi caesar. Paritas 2 - 3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kesehatan dan kematian maternal, tetapi ini
16
akan berkurang tingkat keamanannya apabila persalinan sebelumnya
telah melalui bedah caesar sehingga masih perlu untuk tetap
memperhatikan kondisi kesehatan ibu selama kehamilan dan saat
persalinan ( Prawirohardjo,2003).
3. Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku
seorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan dan cara
mendidik orang yang berpendidikan umumnya mudah mengerti
tentang hal yang baru dan mudah mengikuti serta dapat merubah
kebiasaan yang tidak baik dalam bentuk sikap, sehingga ibu yang
berpendidikan lebih memperhatikan keadaan kehamilannya
( Notoadmojo,2003).
17
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang diteliti
Anemia dalam kehamilan merupakan hal yang fisiologis pada ibu
hamil, namun apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik akan
menimbulkan pengaruh yang kurang baik pada ibu hamil selama
kehamilan dan persalinan maupun nifas. Dalam hal ini anemia terbagi
menjadi anemia ringan, anemia sedang, dan anemia berat, namun pada
setiap kehamilan diharapkan akan berakhir baik tanpa menimbulkan
kelainan pada ibu maupun janin yang dilahirkan.
Berdasarkan tinjauan pustaka telah dijelaskan tinjauan umum
tentang anemia dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia
pada ibu hamil, adapun variabel yang ingin diteliti adalah pendidikan,
umur, dan paritas.
Untuk memperjelas pemahaman, maka akan diuraikan secara
singkat dan sederhana variabel penelitian, dimana variabel penelitian ini
terbagi dua antara lain :
1. Variabel dependen ( anemia ibu hamil)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah
haemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal (< 11 gr%)
18
2. Variabel Independen (umur, paritas dan pendidikan)
a. Umur
Ibu yang hamil pada usia terlalu muda (< 20 tahun), pertumbuhan
alat reproduksinya belum optimal (dinding rahim belum sempurna)
sehingga pertumbuhan janin akan terganggu. Disamping itu ibu
muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilanya
termasuk kontrol kehamilan dan akan berdampak pada
meningkatnya berbagai resiko kehamilan. Sedangkan bagi ibu
hamil di usia tua (> 35 tahun) proses faal dalam tubuh mengalami
kemunduran termasuk fungsi alat reproduksinya mengalami
kemunduran, keseimbangan hormone mulai terganggu sehingga
kemungkinan terjadi berbagai resiko kehamilan.
b. Paritas
Paritas adalah suatu penggambaran berapa jumlah anak yang
dihasilkan dan telah dilahirkan oleh seorang ibu. Biasanya ibu
dengan paritas lebih dari 3 kali memiliki kemungkinan lebih besar
untuk terjadinya anemia
c. Pendidikan
Ibu yang berpendidikan umumnya mudah mengerti tentang hal
yang baru dan mudah mengikuti serta dapat merubah kebiasaan
yang tidak baik dalam bentuk sikap, sehingga ibu yang
19
berpendidikan lebih memperhatikan keadaan kehamilannya. Ibu
yng berpendidikan minimal SMU lebih memiliki kemungkinan
berisiko rendah untuk mengalami anemia sedangkan tingkat
pendidikan SMP adalah resiko tinggi untuk terjadinya anemia
(http//www.bpk.penabur.or.id/kps-jakarta/berita/pendidik 2.htm,
diakses tanggal,18 agustus 2007)
B. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Variabel Dependent: Variabel Independent: Variabel yang Diteliti: Variabel yang tidak Diteliti
Umur Ibu
Paritas
Pendidikan
Sosial Ekonomi
Penyakit Ibu
Anemia pada Ibu Hamil
20
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Anemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamil yang dimaksud adalah kadar Hb ibu hamil dari
hasil pengukuran kadar Hb dalam darah ibu yang dinyatakan dalam gr
% pada trimester III yang tercatat pada rekam medik.
Kriteria Objektif
a. Anemia : Jika kadar Hb < 11 gr%
b. Normal : Jika kadar Hb ≥ 11 gr%
2. umur ibu
Umur ibu hamil pada penelitian adalah satuan yang mana dihitung
berdasarkan umur ibu pada tahun yang berjalan, saat kehamilan
berlangsung.
Kriteria obyektif
a. Berisiko : Jika umur ibu waktu hamil < 20 atau > 35 tahun
b. tidak berisiko : Jika umur ibu waktu hamil 20 - 35 tahun
3. paritas
21
Paritas adalah suatu penggambaran berapa jumlah anak yang telah
dilahirkan oleh seorang ibu. biasanya ibu dengan paritas lebih dari 3
kali memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami anemia.
Kriteria Objektif
a. Berisiko : Jika paritas < 2 dan > 3
b. Tidak berisiko : Jika paritas 2 - 3
4. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah
ditempuh oleh ibu berdasarkan hasil pencatatan yang tertera dalam
buku register ( rekam medik rumah sakit bersalin pertiwi)
Kriteria objektif
a. Risiko Tinggi : Bila tingkat pendidikan ≤ SMP
b. Risiko rendah : Bila tingkat pendidikan ≥ SMA
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan
metode deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh “gambaran tentang
anemia pada ibu hamil di Puskesmas Segeri Periode Januari – Dsember
2008”
B. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diIaksanakan selama 14 hari terhitung
mulai bulan Maret –April 2009
C. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk pelaksanaan penelitian adalah
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep
D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi.
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan
diteliti, populasi pada penelitian inii adalah semua ibu hamil yang
23
datang berkunjung ( memeriksakan kehamilannya ) di Puskesmas
Segeri Periode Januari – Desember 2008 dengan populasi sebanyak
307 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut, sampel dalam penelitian ini adalah
Semua ibu hamil yang mengalami anemia di Puskesmas Segeri
Periode Januari – Desember 2008 yaitu sebanyak 198 orang
3. Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel secara total sampling yaitu semua
ibu hamil yang mengalami anemia di Puskesmas Segeri Periode
Januari – Desember 2008.
E. Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder
tentang ibu hamil yang mengalami anemia yang diperoleh dan catatan
rekam medik di Puskesmas Segeri 2008.
F. Pengolahan Dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan secara sederhana yaitu data diperoleh
dan diolah secara manual dengan menggunakan kalkulator, kemudian
dianalisa secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.
24
G. Analisa Data:
Data yang dianalissa dengan menggunakan presentase
berdasarkan rumus:
Keterangan:
P : Persentase yang dicari
f : Frekuensi yang diteliti
N : Jumlah sampel
25
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2009 di
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep. Sumber data dari penelitian ini
diperoleh dari kartu status ibu hamil yang tercatat pada bagian rekam
medik di Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep. Hasil penelitian tersebut
disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sebagal berikut :
1. Distribusi Populasi
Tabel 1Distribusi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
di Puskesmas Segeri Tahun 2008
Ibu Hamil Frekuensi (f) Persentase (%)Anemia
Tidak Anemia
198
109
64,50
35,50
JUMLAH 307 100Sumber Data Sekunder
26
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa ibu hamil yang terbanyak
mengalami anemia adalah sebanyak 198 orang (64,50%) sedangkan
ibu hamil yang tidak anemia adalah sebanyak 109 orang (35,50%)
2. Distribusi Sampel
a. Umur Ibu
Tabel .2Distribusi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Menurut Umur Ibu
di Puskesmas Segeri Tahun 2008
Umur Ibu Frekuensi (f) Persentase (%)Resiko Tinggi (<20 dan >35 Tahun)
Resiko Rendah (20 – 30 Tahun)
37
161
18,69
81,31
JUMLAH 198 100Sumber : Data sekunder
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa umur ibu yang terbanyak
mengalami anemia adalah resiko tinggi < 20 - >35 Tahun sebanyak 37
responden (18,69%) sedangkan umur resiko rendah 20 - 35 tahun
mengalami nemia adalah sebanyak 161 responden (81,31%).
b. Paritas
Tabel .3Distribusi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Menurut Paritas
Di Puskesmas Segeri Tahun 2008
27
Paritas Ibu Frekuensi (f) Persentase (%)Berisiko < 2 dan > 3
Tidak Berisiko 2 - 3
71
127
35,86
64,14
JUMLAH 198 100Sumber : Data sekunder
Tabel 3 menunjukkan bahwa paritas yang berisiko mengalami
anemia adalah berisiko ( paritas <2 dan >3 ) sebanyak 71 responden
(35,86%) dan paritas yang tidak berisko (Paritas 2 -3) mengalami
anemia adalah sebanyak 127 responden (64,14%).
c. Pendidikan
Tabel .4Distribusi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Menurut Pendidikan
di Puskesmas Segeri Tahun 2008
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)Resiko Tinggi ≤ SMP
Resiko Rendah ≥ SMA
147
51
74,24
25,76
JUMLAH 198 100Sumber : Data sekunder
Tabel .4 menunjukkan bahwa pendidikan ibu yang terbanyak
mengalami anemia adalah pendidikan resiko tinggi ≤ SMP sebanyak
147 responden (74,24%) sedangkan yang pendidikan tinggi
mengalami anemia adalah sebanyak 51 responden (25,76%).
B. Pembahasan
Setelah melakukan penelitian tentang kejadian anemia pada ibu
hamil di Puskesmas Segeri Pangkep periode Januari - Desember 2008
28
menunjukkan bahwa dari 307 orang yang memeriksakan kehamilannya
diketahui yang anemia sebanyak 199 orang (64,50%) dan yang tidak
anemia sebanyak 109 orang (35,50%).
Berdasarkan hasil telaah teoritis di dalam bab pustaka tentang
landasan teori yang menjadi dasar penyusunan kerangka konsep dan
penelitian ini yakni bahwa kejadian anemia berhubungan dengan
beberapa faktor resiko antara lain umur ibu, paritas dan pendidikan.
1. Umur Ibu
Umur ibu adalah usia saat kehamilan sekarang yang diukur
dalam tahun berdasarkan hasil pencatatan yang tertera dalam buku
register dan apabila lebih bulan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu
yang terbanyak mengalami anemia adalah resiko tinggi < 20 - >35
Tahun sebanyak 37 responden (18,69%) sedangkan umur resiko
rendah 20 - 35 tahun mengalami nemia adalah sebanyak 161
responden (81,31%). Yang secara teoritisnya dianggap risiko rendah.
Usia 20 - 30 tahun adalah periode yang paling aman untuk hamil dan
melahirkan. Umur ibu yang terlalu muda (<20 tahun) dan tenlalu tua
(>35 tahun) mempunyai resiko yang lebih besar untuk mengalami
anemia.
Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa
kebanyakan wanita mengalami anemia pada usia remaja karena pada
29
kehamilan remaja banyak masalah yang timbul baik dalam masalah
sosial masyarakat maupun dalam bidang obstetric, selain remaja ( <
20 Tahun ) wanita yang berisiko tinggi mengalami anemia adalah
wanita yang berumur (> 35 tahun)
Sedangkan pada ibu yang hamil pada usia terialu tua
mengalami kemampuan adaptasi yang menurun terhadap perubahan
hormonal
2. Paritas
Paritas adalah frekuensi kehamilan dan persalinan yang pernah
dialami oleh ibu dengan umur kehamilan lebih dan 28 minggu dengan
berat badan janin mencapai 1000 gram, termasuk kehamilan
sekarang, panitas ≥ 3 merupakan paritas yang berisiko tinggi untuk
terjadinya anemia.
Berdasasrkan hasil penelitian menunjukkan bahwa paritas ibu
yang berisiko tinggi mengalami anemia adalah berisko ( paritas <2 dan
>3 ) sebanyak 71 responden (35,86%) dan paritas yang tidak berisko
(Paritas 2 -3) mengalami anemia adalah sebanyak 127 responden
(64,14%)
Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa paritas 2 -
3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dan sudut kesehatan,
sehingga digolongkan sebagai resiko rendah. Sedangkan paritas > 3
merupakan paritas yang berisiko tinggi untuk terjadinya anemia,
30
karena semakin sering ibu hamil akan mudah terjadi defisiensi zat besi
atau semakin tinggi jumlah paritas semakin tinggi pula resiko anemia.
3. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh ibu. Tingkat pendidikan
penduduk terutama pada wanita dewasa yang masih rendah biasanya
mempunyai pengaruh besar terhadap pelayanan ke bidan, dimana
pendidikan dikatakan tinggi apabila seseorang sampai pada tingkat
SMA dan seterusnya dengan kata lain, pendidikan SMA termasuk
resiko rendah dan tingkat pendidikan ≤ SMP adalah resiko tinggi untuk
terjadinya anemia.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan
ibu yang terbanyak mengalami anemia adalah pendidikan resiko tinggi
≤ SMP sebanyak 147 responden (74,24%) sedangkan yang
pendidikan tinggi mengalami anemia adalah sebanyak 51 responden
(25,76%).
Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa
pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, dimanana
semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pengetahuan,
sehingga ibu tahu kapan harus memeriksakan kehamilannya.
31
Orang yang berpendidikan umumnya mudah mengerti tentang
hal yang baru dan mudah mengikuti serta dapat merubah kebiasaan
yang tidak baik dalam bentuk sikap, sehingga ibu yang berpendidikan
lebihi memperhatikan keadaan kehamilannya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran kejadian anemia di
Puskesmas Segeri periode Januari Desember 2008 yang datanya telah
diolah dan dianalisis maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Ibu hamil yang menderita anemia ditemukan terbanyak pada umur ibu
resiko rendah 20 – 35 tahun sebanyak 161 responden (81,31%)
2. Ibu hamil yang menderita anemia ditemukan terbanyak pada paritas
tidak berisiko 2 - 3 sebanyak 127 responden (64,14%).
3. Ibu hamil yang menderita anemia ditemukan terbanyak pada yang
berpendidikan Resiko Tinggi ≤ SMP yaitu sebanyak 147 responden
(74,24%).
B. Saran
1. Diharapkan kepada petugas khususnya bidan dapat memberikan
pelayanan antenatal kepada ibu hamil dan memberikan penyuluhan
kepada mereka utamanya yang berpendidikan rendah, agar
32
melakukan pemeriksaan secara teratur sejak hamil sampai
melahirkan.
2. Disarankan kepada pasangan suami istri khususnya istri agar
waspada terhadap kehamilan di bawah umur 20 tahun atau di atas
usia 30 tahun.
3. Ibu hendaknya membiasakan diri untuk mengkonsumsi makanan yang
yang tinggi kandungan zat gizinya guna memenuhi kebutuhan ibu dan
janin yang dikandungnya dan mengkonsumsi tablet sulfa ferrosus
yang diberikan secara teratur
4. Perlunya penyuluhan yang lebih intensif tentang faktor resiko kejadian
anemia dalam hubungannya dengan jumlah paritas, umur ibu dan
tingkat pendidikan khususnya pada pemeriksaan antenatal sebagai
usaha preventif.
33
DAFTAR PUSTAKA
Arisman MB, 2004. Gizi Daur Kehidupan Penerbit Buku Kedokteran EGG, Jakarta
http // www/ bpk Penabur or.id / KPS — Jkt/ berita 9806 / Pendidikan 2. htm, diakses tangal 18 April 2009
Http : whi - Int/ reproductive - helath / diaksese, 18-03 - 2009
Manuaba, LB.G. 1999. Ilmu Kebidanan penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGG
Manuaba, l.B.G. 1998: Ilmu Kebidanan, Penvakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk pendidikan Bidan , Pnenerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Manuaba, l.B.G. 2001. Kapita selekta Pelaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Keluarga Berencana . Jakarta : EGG
Notoatmojo.S. 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan . Rineka Cipta Jakarta
Saifuddin , Abdula Bari, dkk. 2001, Buku Acuan Pelayanan Bina Pustaka. Sarwono Prawirahardjo. Jakarta
Sinsin Lis, 2008 .Masa Kehamilan dan Persalinan. Penerbit PT Elec Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta
Varney,S, 2000. Buku Saku Bidan. Penerbit buku kedokteran E.G.C.Jakarta
34
Wiknjosastro Hanifa, 2000, llmu Kebidanan Edisi 3, yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirahardjo. Jakarta
Wiknjosastro Hanifa, 2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3, Yayasana Bina Pustaka sarwono Prawirahardjo. Jakarta
Dini Kasdu, Meiliasari Mila, Purwaningsih R, 2001 info lenkap kehamilan dan persalinan Penerbit 3 G. Publisher Jakarta
Prawirohardjo, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal - Yayasan Bina Pustaka Jakarta
Winkjosastro Hanifa, 2003. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Prawirahardjo, 2003, Buku Acuan Nasional Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
Profil Dinkes Sulawesi Selatan. 2009 Data tentang Kejadian Anemia Pada Ibu hamil.
Mochtar, R. 1998 Sinopsis obstetri. obstetri fisiologi. obstetric patologi jilid 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.