Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
156
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
KELUARGA DAN KETAHANAN PANGAN:
SUATU TINJAUAN KONSEP PERTANIAN DOMESTIK
INTEGRATIF BERWAWASAN LINGKUNGAN
Yusuf Effendi [email protected]
Konsentrasi Pekerjaan Sosial
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta
ABSTRAK
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang pemenuhannya
bergantung pada produksi hasil pertanian. Tuntutan pemenuhan produksi pertanian
berdampak pada penggunaan pupuk kimia secara tidak teratur yang berakibat pada
penurunan produktivitas lahan pertanian. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk
mengenalkan satu konsep pertanian integratif dengan memnfaatkan beragam limbah
rumah tangga sebagai bahan kompos yang digunakan sebagai pupuk untuk menyuburkan
tanah pertanian di pekarangan rumah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan pustaka (library research). Penelitian ini menemukan
bahwasnya lahan pekarangan memiliki potensi yang besar dengan model pemanfaatan
yang mudah untuk diterapkan oleh sebab itu perluasan pengetahuan terkait sistem
pertanian domestik perlu dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pemanfaatan lahan
pekerangan rumah.
Kata Kunci: Keluarga, Ketahanan Pangan, Pertanian Domestik
ABSTRACT
Food is a basic need for every human being whose fulfillment depends on the production
of agricultural products. The demand for fulfillment of agricultural production has an
impact on the irregular use of chemical fertilizers which results in a decrease in the
productivity of agricultural land. Therefore, this study aims to introduce an integrative
agricultural concept by utilizing a variety of household waste as compost which is used
as fertilizer to fertilize agricultural soil in the yard. This study uses a qualitative research
method with a library approach (library research). This study found that homestead land
has great potential with an easy-to-apply utilization model. Therefore, it is necessary to
expand knowledge regarding domestic agricultural systems to increase the effectiveness
of yard use..
Keyword: Family, Food Security, Domestic Agriculture
Naskah diajukan pada tanggal 20 Juli 2020
Naskah revisi diterima pada tanggal 31 Agustus 2020
Naskah diterima pada tanggal 25 September 2020
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
157
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
PENDAHULUAN
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia oleh sebab itu pemenuhan
kebutuhan pangan seyogyanya selalu terjamin.[1] Pangan dalam paradigma humanistik
juga menjadi fondasi dari piramida kebutuhan yang memasukan pangan ke dalam jenis
kebutuhan fisiologis bersamaan dengan beragam kebutuhan dasar lain seperti halnya
sandang dan papan.[2] Oleh sebab itu, sebagai landasan kehidupan manusia kebutuhan
pangan memiliki urgenitas untuk dipenuhi secara optimal.
Pembahasan pangan merujuk pada satu disukursus yang fokus pada beragam
usaha pemenuhan kebutuhan pangan yang akrab disebut sebagai ketahanan pangan.
Ketahanan pangan diartikan sebagai suatu kondisi dimana kebutuhan pangan telah
tercukupi hingga lingkup individu baik dari sisi jumlah ataupun kualitas pangan. [3]
Ketahanan pangan tercapai apabila kebutuhan pangan dapat terpenuhi secara optimal,
terdistribusi dengan harga terjangkau serta aman untuk dikonsumsi masyarakat untuk
menopang aktivitas sehari-hari.[4] Pada era kontemporer ketahanan pangan menjadi isu
strategis terkhusus bagi negara berkembang karena ketahanan pangan memiliki peranan
ganda yaitu sebagai sasaran dan instrumen utama pembangunan suatu bangsa. [5]
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah
dan berpotensi besar ununuk dikembangkan guna memnuhi kebutuhan pangan
masyarakat sehingga tercipta suatu kondisi ketahanan pangan nasional.[6] Ketahanan
pangan di Indonesia secara khusus telah menjadi perhatian khusus dengan adanya
ratifikasi dalam berbagai kebijakan ketahanan pangan seperti UU Nomor 7 Tahun 1996
tentang pangan, Perpres Nomor 83 Tahun 2006 tentang pembentukan dewan ketahanan
pangan dan yang terbaru adalah UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan.[7]
Implementasi kebijakan ketahanan pangan salah satunya diwujudkan dengan
keberadaan lumbung pangan di desa untuk menanggulangi kekurangan bahan pangan di
masa paceklik. Kehadiran lumbung pangan diharapkan tidak hanya berdampak pada sisi
pemenuhankebutuhan pangan namun juga dapat meningkatkan taraf perekonomian
anggota lumbung pangan.[8] Model pemenuhan kebutuhan pangan yang lain adalah
dengan melakukan subtitusi bahan pangan dengan berbagai sumber daya alam yang
melimpah di suatu wilayah.[9]
Ketahanan pangan memiliki tiga dimensi yaitu ketersediaan pangan (food
availability), konsumsi pangan (food consumption) serta keterjangkauan pangan (food
accessibility).[10] Ketiga dimensi tersebut memerlukan suatu pemenuhan yang bersfat
intergatif untuk memastikan keterpenuhan kebutuhan pangan bagi warga di suatu negara
secara umum. Bertolak belakang dengan ketahanan pangan, ketidaktahanan pangan
memiliki dua kategorisasi yaitu kronis dan transitory. Kronis diartikan sebagai kondisi
ketidaktahanan pangan yang sifatnya jangka panjang. Sedangkan ketidaktahanan
transitory memiliki sifat sementara yang disebabkan oleh beragam faktor salah satu
diantaranya adalah bencana alam.[11]
Ketahanan pangan dihadapkan dengan beragam problematika yang berkaitan
dengan pembangunan pertanian seperti perubahan iklim, konversi lahan pertanian,
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
158
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
ketimpangan pertumbuhan penduduk serta eksploitasi lahan yang berakibat pada
degradasi sumber daya lahan yang menurunkan kualitas tanah, lingkungan hingga produk
pertanian.[12] Keberagaman masalah pertanian dihadapkan pada satu problematika dasar
yaitu kurangnya inovasi petani untuk memunculkan suatu sistem pertanian yang ramah
lingkungan. Hal ini disebabkan karena mayoritas lahan pertanian yang dimiliki
merupakan hasil warisan, sehingga selain pewarisan terwujud dalam lahan pertanian juga
turut dalam sistem pengelolaan lahan.[13] Oleh sebab itu sistem pertanian yang ramah
lingkungan hadir sebagai salah satu solusi untuk menghadapi permasalahan ketahanan
pangan.
Pertanian yang ramah lingkungan pada dasarnya merupakan sistem pertanian
yang menghidarkan penggunaan bahan kimia untuk mempromosikan kesehatan
lingkungan pertanian. Sistem pertanian ini juga fokus pada usaha untuk memgembalikan
kesuburan tanah pada lahan yang kurang sehat.[14] Salah satu bentuk implementasi
pertanian ramah lingkungan adalah dengan mengganti penggunaan pestisida kimia yang
memiliki korelasi yang erat dengan penurunan produktivitas pertanian dan kerusakan
lingkungan dengan pestisida alami.[15]
Ketahanan pangan memiliki keterikatan erat dengan pertanian. Hal ini
dikarenakan apabila produksi pangan tersedia dalam jumlah dan ragam yang memadai
serta ditunjang dengan distribusi hasil pertanian dan daya beli masyarakat yang baik maka
berdampak positif pada pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat.[16] Oleh sebab itu
permasalahan gizi yang muncul merupakan cerminan dari kurang terpenuhinya
ketahanan gizi akibat dari ketahanan pangan yang tidak tercukupi dnegan baik.[17]
Menanggapi problematika ini beragam kebijakan dan metode telah diuji untuk
memaksimalkan produksi pertanian salah satunya dengan produksi pertanian dalam
lingkup domestik (keluarga).
Konsep pertanian domestik didasarkan pada tujuan untuk mewujudkan ketahanan
pangan keluarga yang mengandung beragam aspek seperti ketersediaan bahan makanan
yang cukup serta pemenuhan gizi anggota keluarga untuk menopang kehidupan yang
aktif dan sehat. [18] Konsep pertanian domestik berlandaskan pada optimalisasi
pekarangan rumah untuk menghasilkan bahan pangan bagi keluarga. Pemanfaatan lahan
pekarangan rumah dapat dilakukan di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Dalam ranah
pertanian domestik pekarangan rumah tidak hanya berfungsi untuk menyediakan ruang
hijau ataupun menambah keindahan rumah namun juga dapat memberi nilai tambah bagi
anggota keluarga.[19]
Perencanaan pemanfaatan lahan pekarangan apabila dikerjakan dengan baik
memiliki potensi untuk meningkatkan penghasilan keluarga.[20] Hal ini didasarkan pada
sistem pertanian domestik yang mengacu pada budidaya beragam tanaman holtikultura
seperti halnya aneka tanaman dan buah-buahan yang selain dapat dikonsumsi sendiri juga
laku untuk dijual di pasaran.[21] Pemanfaatan lahan pekarangan dihadapkan pada satu
problematika dasar yaitu masih kurangnya perhatian petani untuk memanfaatkan lahan
pertanian. Hal ini dikarenakan petani lebih memilih fokus untuk meningkatkan
produktivitas lahan pertanian (sawah/ladang).[22]
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
159
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
Merujuk pada beragam data, temuan serta problematika tersebut peneliti akan
memfokuskan kajian pada konsep pertanian domestik integratif yang berwawasan
lingkungan untuk memunculkan suatu solusi akan dua isu utama yaitu ketahanan pangan
dan pelestarian lingkungan. Penelitian ini akan menkerucutkan pembahasan pada
pemanfaatan limbah (organik dan non organik) di pekarangan rumah untuk kebutuhan
optimalisasi lahan terbatas dengan sifat integratif.
METODE PENELITIAN
Metode merupakan suatu langkah sistematis untuk mencapai suatu tujuan.[23]
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang memiliki
kecenderungan fokuas fokus pada konteks penelitian untuk kemudian disusun suatu
predikat untuk menunjukkan kualitas atau ukuran dari suatu obyek penelitian.[24] Metode
penelitian kualitatif memiliki perhatian khusus pada pembentukan teori yang bersifat
substansif dengan berdasarkan pada konsep yang dicitrakan oleh beragam temuan di
lapangan.[25]
Penelitian ini menggunakan pendekatan kepustakaan yang berdasarkan pada
serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan data pustaka.[26] Kegiatan penelitian
dilakukan dengan mencari dan mendapatkan beragam data dengan memanfaatkan
fasilitas kepustakaan. [27] Data penelitian dalam pendekatan kepustakaan bersumber dari
dokumen, artikel, jurnal dan beragam sumber pustaka lain.[28] Data pustaka yang
tersedia dikumpulkan, dibaca, diolah dan kemudian dijadikan sebagai data penelitian.
[29]
Langkah penelitian yang dilakukan yaitu pertama dengan mengumpulkan dan
menganalisa data penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kajian pertanian ramah
lingkungan dan ketahanan pangan berbasiskan keluarga (domestik). Kedua dengan
memadukan beragam konsep serta temuan yang berkaitan dengan konteks pembahasan
dalam penelitian. Langkah terkahir adalah dengan mengkritisi serta mnegkolaborasikan
temuan sehingga dapat memunculkan satu konsep integrasi utuh berkaitan dengan topik
pembahasa
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pemanfaatan Limbah Organik Rumah Tangga
Sampah merupakan permasalahan khusus di Indonesia. Sebagai contoh pada
sektor limbah organik produksi limbah cenderung mengalami peningkatan. Diperkirakan
setiap orang di Indonesia menghasilkan setengah kilogram limbah organik perhari.[30]
Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi sampah pada sektor rumah tangga antara
lain pola hidup, jumlah anggota keluarga, pendapatan dan pengeluaran konsumsi rumah
tangga yang berdampak pada pengingkatan produksi sampah.[31] Salah satu faktor yang
memicu pertambahan produksi limbah organik di Indonesia yang paling kentara adalah
pertambahan penduduk. Hal ini dikarenakan seiring dengan pertambahan jumlah
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
160
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
penduduk berbanding lurus dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan yang
menghasilkan sisa limbah dari kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup.[32]
Beragam metode telah dilakukan untuk mengolah limbah menjadi sesuatu yang
memiliki kegunaan. Contohnya seperti pembuatan biogas dengan memanfaatkan bakteri
anaerob untuk membantu proses pengolahan limbah organik menjadi biogas.[33] Metode
lain adalah dengan pembuatan beragam kompos (cair/padat) dengan mengolah limbah
organik menjadi pupuk kompos yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Beragam
kegunaan yang bersumber dari pengelolaan limbah organik dihadapkan pada satu
problematika yaitu belum banyak masyarakat yang mengetahui cara pengolahan limbah
organik di lingkup domestik menjadi sesuatu yang memiliki nilai kegunaan.[34]
Limbah organik apabila diolah dengan cara yang tepat meski menggunakan
metode yang sederhana mampu menghasilkan pupuk organik yang dapat dimanfaatkan
dalam bidang pertanian.[35] Pupuk organik mengandung beragam zat hara makro seperti
N,P,K yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.[36] Dengan beragam kandungan zat
hara, pupuk organik mampu mengurangi pencemaran, meningkatkan produktivitas
pertanian serta meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.[37]
Klasifikasi limbah organik pada cakupan domestik yang dapat digunakan sebagai
bahan baku pupuk organik antara lain seperti sisa makanan, buah-buahan busuk serta
dedaunan yang apabila tidak diolah dengan baik dapat menimbulkan beragam dampak
lingkungan seperti halnya bau tidak sedap, penyumbatan saluran air dan menjadi sarang
penyakit.[38] Salah satu metode pengelolaan limbah organik yang cukup sederhana
adalah pembuatan kompos. Berikut beberapa cara pembuatan kompos organik dengan
memanfaatkan limbah domestik.
Pembuatan Starter/EM4
Bahan pembuatan pupuk organik memerlukan starter/EM4 sebagai katalisator
perkembangan bakteri yang menjadi peran utama dalam proses pembuatan pupuk
organik. Berikut langkah-langkah pembuatan starter/EM4:[39]
Pertama, siapkan limbah organik seperti sisa sayuran, buah-buahan atau kulit
buah. Kedua, campur dan cacah semua bahan untuk mempermudah dapat menggunakan
blender. Ketiga, campurkan limbah yang telah dicacah dengan air dan gula pasir
kemudian aduklah secara merata. Keempat, simpan cairan yang telah dicampur tadi di
botol air mineral, kemudian tutup dnegan rapat tunggu selama tujuh hari. Kelima, setelah
tujuh hari saring air yang berwarna kecoklatan dengan bahan baku limbah yang nantinya
dapat digunakan lagi menjadi bahan kompos. Cairan starter/EM4 sudah siap digunakan
dan dapat dipakai hingga jangka waktu 6 bulan.
Pembuatan Pupuk Organik Cair
Limbah organik juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk
organik cair yang dapat dibuat dengan cara yang sederhana. Alat dan bahan yang
diperlukan juga mudah dijumpai pada lingkup domestik. Berikut langkah-langkah
pembuatan pupuk organik cair dengan bahan baku limbah rumah tangga:[40]
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
161
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
Pertama, siapkan limbah organik yang akan diolah serta pisahkan antara limbah
orgnaik sayuran dan buah-buahan. Kedua, cincang limbah tersebut untuk memudahkan
proses pengolahan. Ketiga, masukkan limbah ke dalam botol air mineral 1 liter,
kemudian fermentasikan selama 7-14 hari. Keempat, Setiap hari goyang-goyangkan
botol selama 5 menit untuk mempercepat proses fermentasi. Larutan dapat digunakan
apabila telah tercium wangi tape, sebelum larutan digunakan lakukan penyaringan dan
simpan larutan dengan baik untuk menjaga kualitas pupuk organik cair.
Pupuk organik cair memiliki kelebihan dari sisi produksi dan penyimpanan.
Proses pembuatan pupuk organik cair juga hanya menggunakan limbah rumah tangga
dengan memanfaatkan alat-alat dapur untuk mempermudah proses produksi. Dari sisi
penyimpanan pupuk organik cair hanya perlu diletakan dalam sebuah botol bekas air
mineral pada tempat yang teduh dan tidak terlalu lembab. Selain karena dua keunggulan
tersebut, pupuk organik cair juga dapat digunakan sebagai nutrisi tanaman pada sistem
hidroponik. Pupuk organik cair mampu memberikan nutrisi pada tanaman hidroponik
selayaknya nutrisi AB yang jamak digunakan dalam budidaya hidroponik.
Pembuatan Pupuk Organik Padat
Pengelolaan limbah organik menjadi pupuk organik padat cukup familiar di
Indonesia yang lekat dengan istilah pupuk kompos. Pembuatan pupuk organik padat juga
sederhana karena pada umumnya alat dan bahan tersedia di sekitar rumah. Berikut
langkah-langkah pembuatan pupuk organik padat dengan memanfaatkan beragam limbah
rumah tangga:[41]
Pertama, siapkan beragam bahan seperti sisa sayuran, buah-buahan, sisa
makanan (nasi, roti), arang sekam, EM4 dan gula pasir. Kedua, sampah organik dicacah
terlebih dahulu untuk mempercepat proses pengomposan. Ketiga, masukkan bahan
kompos yang telah dicincang ke dalam tong pengomposan kemudian tambahkan arnag
sekam. Keempat, aduk seluruh bahan yang ada di dalam tong pengomposan dan tutup
rapat. Terakhir, aduk adonan yang ada di dalam tong setiap hari untuk menjaga suhu
adonan tetap berada pada kisaran suhu 40-500 selama proses fementasi berlangsung.
Pengelolaan limbah organik di ranah domestik memiliki potensi besar untuk
dikembangkan. Hal ini dikarenakan alat serta metode yang digunakan mudah untuk
dijumpai di sekeliling rumah. Kemudahan aksesibiltas pembuatan pupuk dari limbah
organik ini ditunjang dengan bahan baku yang hanya berasal dari sisa limbah perumahan
sehingga bersifat ekonomis. Oleh sebab itu selain karena faktor kemudahan dan manfaat
jangka panjang pada lahan pertanian pengolahan pupuk organik skala domestik
berpotensi mampu meningkatkan produktivitas lahan pekarangan untuk kemudian dapat
menghasilkan profit tambahan bagi keluarga.
Optimalisasi Lahan Pekarangan
Buah dan sayur merupakan dua dari beragam unsur makanan sehat yang
diperlukan tubuh. Namun konsumsi buah dan sayur di Indonesia pada tahun 2016 masih
setengah dari ambang yang direkomendasikan. Sebagian besar masyarakat Indonesia
hanya mengkonsumsi buah dan sayur sebanyak 173/g/kapita/hari yang jauh lebih kecil
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
162
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
dari angka kecukupan gizi sebesar 400/g/kapita/hari.[42] Problematika kecukupan gizi
dapat ditanggulangi salah satunya melalui optimalisasi lahan pekarangan rumah.
Lahan pekarangan rumah memiliki potensi untuk membantu mencukupi
kebutuhan gizi keluarga, mengurangi pengeluaran keluarga khususnya untuk bahan
pangan serta meningkatkan pendapatan keluarga.[43] Pekarangan secara umum memiliki
beragam fungsi yaitu untuk menghasilkan bahan makanan tambahan, sayur dan buah-
buahan, unggas, rempah-rempah, bahan kerajinan dan uang tunai.[44] Optimalisasi lahan
pekarangan memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena umumnya masyarakat
yang tinggal di daerah pedesaan maupun perkotaan memiliki tanah pekarangan.[45]
Optimaliasi lahan pekarangan pada realitanya masih minim untuk dilakukan yang
merupakan akibat dari minimnya pengatahuan dan keterbatasan pengetahuan akan
teknologi pangan.[46] Salah satu contoh teknologi pangan modern tertuang dalam konsep
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang mengacu pada sebuah konsep lingkungan
yang secara kolektif melakukan pendayagunaan pekarangan secara intensif untuk
dijadikan sebagai sumber pangan yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan
beragam faktor seperti potensi wilayah dan kebutuhan gizi masyarakat setempat.[47]
Pemanfaatan pekarangan rumah selain untuk tanaman pangan juga dapat
digunakan sebagai tempat budidaya tanaman obat yang berfungsi untuk meningkatkan
taraf kesehatan masyarakat. Dengan penanaman obat di pekarangan rumah keluarga dapat
memperoleh, meramu dan menanam obat secara mandiri. Oleh sebab itu selain fokus pada
penanaman tanaman pangan sektor budidaya tanaman obat juga perlu digalakan untuk
meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.[48] Adapun
pemanfaatan lahan pekarangan secara singkat dapat dilakukan dengan langkah
berikut:[49]
Pertama, penyiapan media tanam. Media tanam dapat dibuat dari beragam benda
mulai dari polybag, pot, hingga barang bekas seperti tempat nasi, ember bekas cat dan
botol bekas. Media tanam dapat menggunakan tanah maupun air sebagai tempat tumbuh
tanaman. Untuk media tanah menggunakan campuran dengan perbandingan komposisi
tanah, sekam dan pupuk kendang/kompos 1:1:1. Kedua, pemindahan bibit. Bibit yang
dipindahkan adalah bibit yang telah selesai disemai dan juga sudah siap untuk
dikembangkan dalam media tanam. Proses pemindahan dilakukan secara hati-hati dengan
mengusahakan akar tidak rusak, tertekuk serta sebisa mungkin lurus masuk ke dalam
media tanam dan diusahakan pemindahan dilakukan pada waktu pagi atau sore hari untuk
menghindari stress pada tanaman.
Ketiga, pemeliharaan dan perawatan. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan
memberi pupuk kompos secara teratur, melakukan penyiraman air, khusus untuk tanaman
berkayu dilakukan pemotongan daun dan tunas untuk merangsang produktivitas buah.
Selain perawatan pada tanaman proses pemeliharaan juga dilakukan dengan melakukan
penyiangan dan pembersihan terhadap beragam hama yang berpotensi menganggu
pertumbuhan tanaman. Perawatan yang diberikan menyesuaikan dengan jenis dan kondisi
tanaman oleh sebab itu pengetahuan akan beragam seluk beluk budidaya tanaman
menjadi urgenitas khusus. Keempat, pemanenan. Proses pemanenan dapat dilakukan
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
163
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
apabila tanaman sudah siap ataupun buah yang dihasilkan telah memasuki masa siap
panen. Pada beberapa sayuran yang sifatnya sekali panen seperti bayam dan kangkung
perlu untuk dilakukan pembibitan mandiri dengan mengambil biji dari tanaman yang
sudah matang. Oleh sebab itu pada tanaman jenis ini untuk memperkecil ongkos produksi
perlu membuat bibit secara mandiri dengan menyisakan beberapa tanaman yang nantinya
dijadikan sebagai indukan.
Pemilihan jenis tumbuhan yang akan ditanam di pekarangan rumah dilakukan
dengan memperhatikan beragam faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Oleh
sebab itu untuk tanaman di sisi rumah sebaiknya diisi dengan jenis tanaman berakar kecil
seperti sayur-sayuran dan obat-obatan, hal ini dikarenakan apabila tanaman berakar besar
ditanam disisi rumah akan merusak pondasi dan membuat rumah menjadi lembab. Untuk
tanaman di belakang rumah diisi dengan tanaman yang berakar besar namun pohon tidak
terlalu tinggi seperti pohon buah-buahan. Terkahir untuk tanaman yang berfungsi sebagai
pagar dipilih jenis tanaman yang cepat tumbuh, memiliki banyak cabnag dan lebat seperti
beluntas, puring dan kemangi.[50]
Optimalisasi lahan pertanian pada realitanya memiliki dampak yang signifikan
pada ketahanan pangan seperti yang terjadi di Kabupaten Pacitan pada kisaran tahun
2011. Pemanfaatan lahan pekarangan berhasil meningkatkan konsumsi energi dan protein
ditandai dengan meningkatnya skor PPH (Pola Pangan Harapan) sebesar 11.90-20.46 %.
Selain itu pemanfaatan pekarangan juga turut meningkatkan penghasilan rumah tangga
sebesar 6,81 %. Program tersebut turut memicu tumbuhnya ekonomi produktif dengan
berbasiskan pada pemanfaatan lahan pekarangan seperti usaha pembibitan dan
pengolahan hasil pertanian.[51]
Penanaman beragam komoditas pertanian di pekarangan rumah yang dikelola
dengan baik berpotensi memberi sumbangan pendapatan bagi keluarga sebesar 7-45 %.
Pekarangan rumah turut membantu memenuhi kebutuhan pangan keluarga dikala terjadi
gagal panen dengan merujuk pada hasil penelitian Landon-Lane dibawah naungan FAO
pada tahun 2004 diketemukan bahwa hasil pertanian di pekarangan rumah yang dikelola
dengan baik mempu menyumbang 25 % pendapatan untuk petani miskin.[20] Oleh sebab
itu optimalisasi lahan pekarangan tidak hanya berfungsi sebagai tambahan penghasilan
namun dapat menjadi sumber pendapatan massif bagi keluarga.
Budidaya Tanaman secara Integratif di Lahan Pekarangan
Budidaya tanaman dengan konsep integratif memiliki paradigma sirkular yang
menitikberatkan pada proses penanaman yang menghasilkan emisi limbah yang minim.
Fokus lain dari model budidaya integratif adalah untuk mempromosikan dan
mengembalikan kesuburan lahan guna mendapat hasil budidaya yang optimal. Produk
pertanian yang dihasilkan dengan sistem integratif juga memiliki nilai yang tinggi baik
dari segi ekonomis maupun kesehatan karena proses penanaman dan perawatan yang
diberikan tanpa menggunakan bahan kimiawi.
Tahapan pertama dari sistem pertanian integratif adalah melakukan pemisahan
limbah rumah tangga antara limbah organik dan anorganik. Limbah organik domestik
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
164
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
seperti sisa bahan makanan difungsikan sebagai bahan dasar pembuatan starter, kompos
dan pengsuir hama. Limbah organik yang dibuat menjadi kompos dan starter dapat
berasal dari beragam sisa bahan makanan. Sedangkan, khusus untuk pengusir hama
terbuat dari sisa bahan makanan yang bersifat pahit atau pedas seperti cabai, daun papaya
dan tembakau.
Limbah anorganik dalam pertanian integratif dapat difungsikan sebagai media
tanam dengan menggunakan beragam model sistem penanaman. Sebagai contoh, limbah
pipa peralon dapat diubah menjadi media tanam dengan sistem vertikultur. Limbah ember
dapat dialihfungsikan sebagai media tanam dengan sistem hidroponik terkoleksi dangan
menambahkan budidaya ikan di bawah tanaman. Sedangkan, untuk limbah botol dan
gelas plastik bekas dapat diubah menjadi bergaam media tanam dengan menggunakan
sistem hidroponik.
Tahapan kedua adalah pemilihan dan penanaman jenis tumbuhan yang sesuai
dengan kontur daerah. Pemilihan dilakukan dengan memperhatikan posisi lahan yang
tersedia. Sebagai contoh untuk rumah yang memiliki pekarangan yang luas maka model
penanaman dapat dilakukan dengan memilih pohon buah-buahan di belakang rumah, di
bagian pagar ditanami dengan jenis tanaman yang lebat sedangkan di samping rumah diisi
dengan tanaman yang memiliki akar kecil seperti beragam model sayur-sayuran.
Budidaya tanaman di pekarangan yang sempit seperti di daerah perkotaan dapat
memanfaatkan berbagai inovasi media tanam. Salah satu contohnya adalah sistem
hidroponik. Budidaya dengan metode hidroponik dapat memanfaatkan media tanam
seperti botol dan gelas plastik yang ditempatkan di pagar atau tembok rumah yang
mendapatkan asupan sinar matahari yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Metode lain seperti model vertikultur dapat menjadi pilihan dengan memanfatkan lahan
yang minim untuk mendapat hasil yang maksimal. Model terakhir yang dewasa ini cukup
diminati adalah hidroponik terkoleksi dengan memanfaatkan ember dan gelas plastik
untuk menghasilkan sayur dan ikan dalam satu periode masa panen.
Tahapan ketiga adalah pemanenan dan reproduksi bibit tanaman. Pemanenan
dilakukan ketika tumbuhan telah berbuah atau cukup usia untuk diambil hasilnya. Hasil
pemanenan dapat dikonsumsi keluarga atau dapat juga dipasarkan untuk menambah profit
keluarga. Pada beberapa jenis tumbuhan sayur pada tahapan pemanenan seyogyanya
turut dilakukan reproduksi bibit dengan menyisakan beberapa tanaman yang dibiarkan
melewati usia panen untuk dijadikan sebagai indukan dengan mengambil biji yang
berasal dari bunga yang sudah cukup tua. Reproduksi bibit ini ditujukan untuk
menghemat biaya produksi dan menjamin kualitas tanaman yang akan dibudidayakan di
pekarangan rumah.
Tahapan keempat adalah pengumpulan sisa tanaman dan limbah domestik yang
tidak dapat dikonsumsi untuk dijadikan sebagai bahan baku pupuk. Bagian yang dapat
digunakan seperti halnya buah-buahan yang membusuk, dedaunan, kulit atau dahan
pohon dan sisa makanan. Pengolahan limbah dapat disesuaikan dengan karakteristik
limbah yang tersedia sebagai contoh limbah yang pahit atau pedas dapat dimanfaatkan
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
165
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
untuk membuat pestisida organik, limbah yang bersifat padat atau manis dapat
difungsikan untuk membuat pupuk padat dan cair.
Konsep budidaya tanaman integratif di pekarangan rumah memiliki sifat yang
sirkulatif. Hal ini dikarenakan integrasi proses budidaya terjadi secara berulang dengan
tetap mengacu pada asas dasar optimalisasi limbah dan lahan pekarangan. Harapan utama
dari sistem pertanian integratif adalah mengasilkan sirkulasi budidaya tanam yang utuh
di pekarangan rumah. Dengan sosialiasi model budidaya integratif di ranah domestik
yang memadai dapat turut meningkatkan angka kecukupan gizi keluarga serta
mempromosikan taraf kesejahteraan keluarga.
SIMPULAN DAN SARAN
Permasalahan pangan telah menjadi problematika global beriringan dengan
kerusakan lingkungan yang kian hari semakin memburuk. Sistem pertanian yang ramah
lingkungan merupakan jawaban dari beragam problematika tersebut dengan mulai
memasyarakatkan sistem pertanian yang ramah lingkungan di sekitar rumah Hal ini
dikarenakan lahan pekarangan rumah memiliki potensi besar untuk dikembangkan namun
pada realitanya lahan pekarangan masih belum banyak dilirik. Oleh sebab itu perlu
perluasan akses pengetahuan terkhusus pada bidang pertanian integratif berwawasan
lingkungan pada ranah domestik untuk menjaga ketahanan pangan dan memperbaiki
kerusakan alam secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] R. J. R. Sinaga, S. N. Lubis, dan M. B. Darus, “Kajian faktor-faktor sosial
ekonomi masyarakat terhadap ketahanan pangan rumah tangga di Medan,” J.
Agric. Agribus. Socioecon., vol. 2, no. 5, hlm. 15067, 2017.
[2] Waryono Abdul Ghafur, Kesejahteraan Sosial dalam Al-Qur’an Konsep dan
Paradigma. Yogyakarta: Dakwah Press, 2014.
[3] D. E. Jayarni dan S. Sumarmi, “Hubungan Ketahanan Pangan dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi Balita Usia 2–5 Tahun (Studi di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonokusumo Kota Surabaya),” Amerta Nutr., vol. 2, no. 1, hlm. 44–
51, 2018.
[4] H. P. Saliem dan M. Ariani, “Ketahanan pangan, konsep, pengukuran dan
strategi,” 2016.
[5] P. Simatupang, “Analisis kritis terhadap paradigma dan kerangka dasar kebijakan
ketahanan pangan nasional,” dalam Forum Penelitian Agro Ekonomi, 2016, vol.
25, no. 1, hlm. 1–18.
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
166
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
[6] Murtiningsih, “Diversifikasi Tepung Biji Nangka dan Tepung Biji Durian dalam
Pembuatan Cookies Terhadap Kesukaan Konsumen,” J. Kel., vol. Vol 5 No 2
September 2019, Sep 2019.
[7] A. Arlius, T. Sudargo, dan S. Subejo, “Hubungan ketahanan pangan keluarga
dengan status gizi balita (studi di desa palasari dan puskesmas kecamatan legok,
kabupaten tangerang),” J. Ketahanan Nas., vol. 23, no. 3, hlm. 359–375, 2017.
[8] A. Faqih dan N. Rohayati, “Hubungan Program Lumbung Pangan Padi Dengan
Ketahanan Pangan Keluarga,” Agrijati J. Ilm. Ilmu-Ilmu Pertan., vol. 28, no. 1,
2016.
[9] Yeni Tustiana dan Rina Setyaningsih, “Kesukaan Masyarakat Terhadap
Pembuatan Brownies Bersubtitusi Tepung Kulit Ari Kacang Kedelai,” J. Kel., vol.
Vol 6 No 1 Februari 2020, Feb 2020.
[10] S. Rahmadya, A. L. Lily, dan S. Joko, “Pola konsumsi pangan dan tingkat
ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Kampar Provinsi Riau,” J. Gizi
Klin. Indones., 2019.
[11] A. Sutriningsih dan L. Lasri, “KETAHANAN PANGAN KELUARGA
BERKAITAN DENGAN STATUS GIZI BALITA PASCA ERUPSI GUNUNG
BROMO DI KABUPATEN MALANG,” Care J. Ilm. Ilmu Kesehat., vol. 5, no.
2, hlm. 263–276, 2017.
[12] A. Wihardjaka, “Penerapan Model Pertanian Ramah Lingkungan sebagai Jaminan
Perbaikan Kuantitas dan Kualitas Hasil Tanaman Pangan,” J. Pangan, vol. 27, no.
2, hlm. 155–164, 2018.
[13] H. Herawati, A. V. Hubeis, S. Amanah, dan A. Fatchiya, “Kapasitas Petani Padi
Sawah Irigasi Teknis dalam Menerapkan Prinsip Pertanian Ramah Lingkungan di
Sulawesi Tengah,” 2018.
[14] F. R. Insani, I. Setiawan, dan S. Rasiska, “Determinan Partisipasi dan Peran Petani
Muda dalam Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan di Desa Cisondari,
Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat,” Mimb. Agribisnis J.
Pemikir. Masy. Ilm. Berwawasan Agribisnis, vol. 4, no. 2, hlm. 153–168, 2018.
[15] P. K. Suparyana dkk., “SOSIALISASI AGRO-ENTREPRENEURSHIP BAGI
KELOMPOK TANI MENGANI MENUJU PERTANIAN RAMAH
LINGKUNGAN DI KINTAMANI-BALI,” J. Apl. Dan Inov. Iptek, vol. 1, no. 1,
hlm. 48–54, 2019.
[16] A. M. Safitri, D. R. Pangestuti, dan R. Aruben, “Hubungan Ketahanan Pangan
Keluarga dan Pola Konsumsi dengan Status Gizi Balita Keluarga Petani (Studi di
Desa Jurug Kabupaten Boyolali Tahun 2017),” J. Kesehat. Masy. E-J., vol. 5, no.
3, hlm. 120–128, 2017.
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
167
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
[17] F. A. Adelia, L. Widajanti, dan S. A. Nugraheni, “Hubungan Pengetahuan Gizi
Ibu, Tingkat Konsumsi Gizi, Status Ketahanan Pangan Keluarga dengan Balita
Stunting (Studi pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Duren
Kabupaten Semarang),” J. Kesehat. Masy. E-J., vol. 6, no. 5, hlm. 361–369, 2018.
[18] D. F. Hamzah, “HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA
DENGAN STATUS GIZI KELUARGA BURUH KAYU DI KAMPUNG
KOTALINTANG KECAMATAN KOTA KUALA SIMPANG KABUPATEN
ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH TAHUN 2014,” Jumantik J. Ilm. Penelit.
Kesehat., vol. 1, no. 1, hlm. 134–146, 2017.
[19] S. Dwiratna, A. Widyasanti, dan D. M. Rahmah, “Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Dengan Menerapkan Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari,” Dharmakarya,
vol. 5, no. 1, 2016.
[20] T. B. Purwantini, “Potensi dan prospek pemanfaatan lahan pekarangan untuk
mendukung ketahanan pangan,” dalam Forum Penelitian Agro Ekonomi, 2016,
vol. 30, no. 1, hlm. 13–30.
[21] A. Hamzah dan S. U. Lestari, “Rumah Pangan Lestari Organik sebagai Solusi
Peningkatan Pendapatan Keluarga,” JAPI J. Akses Pengabdi. Indones., vol. 1, no.
1, hlm. 65–72, 2017.
[22] T. Tedjaningsih, S. Suyudi, Y. Sunarya, dan H. Nuryaman, “RUMAH PANGAN
LESTARI BAGI KETAHANAN PANGAN KELUARGA TANI MENDONG,”
J. Pengabdi. Siliwangi, vol. 5, no. 1, 2019.
[23] Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Bandung: Refika Aditama, 2009.
[24] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
[25] Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
[26] Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011.
[27] Abdul Rahman Sholeh, Pendidikan Agama dan Pengembangan untuk Bangsa.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
[28] Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Rijal
Institute, 2007.
[29] Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2008.
[30] E. R. Zain, “Konversi Limbah Rumah Tangga Menjadi Biofuel Secara Simultan
Melalui Rekayasa Reduksi Ukuran Bahan Dan Kombinasi Enzim,” J. Pertan.,
vol. 2, no. 2, hlm. 110–116, 2017.
[31] Rusnani, Sri Harimurti, Sophia, dan Enita, “Menuju Zero Waste Life Styledengan
Mengolah LimbahOrganik danLimbahAnorganik Rumah Tangga.” .
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
168
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
[32] P. Parmadi, D. Hastuti, E. Erfit, R. Nurjanah, dan F. Zeyava, “Pengolahan Limbah
Organik Rumah Tangga di Desa Renah Alai Kabupaten Merangin,” J. Inov.
Teknol. Dan Dharma Bagi Masy., vol. 1, no. 1, hlm. 43–50, 2019.
[33] M. C. Reynaldi, S. Sudarno, dan I. W. Wardhana, “Studi Kelayakan Pemanfaatan
Limbah Organik Dari Rumah Makan Sebagai Produksi Energi Dengan
Menggunakan Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga,” PhD Thesis, Diponegoro
University, 2016.
[34] M. Fikri, “‘PETIK (Pemanfaatan Limbah Kakao)’ Sebagai Bahan Biogas,” J. Ilm.
Maju, vol. 1, no. 1, hlm. 57–59, 2018.
[35] Eliyani, Susylowati, dan AlveraPrihatini Dewi Nazari, “PEMANFAATAN
LIMBAH RUMAH TANGGA SEBAGAIPUPUK ORGANIK CAIR PADA
TANAMAN BAWANG MERAH(Allium cepavar. ascalonicum(L.) Back),” J.
AGRIFOR, vol. Volume XVII Nomor 2, Oktober 2018.
[36] HARNENY PANE, “SOSIALISASI DAN PENYULUHAN PEMBUATAN
PUPUK ORGANIK CAIRDARI LIMBAH ORGANIK PASAR DAN RUMAH
TANGGA DI.” .
[37] Eka Trisnawati, “PELATIHAN PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH
ORGANIK RUMAH TANGGA DENGAN METODE TAKAKURA.”
JURUSAN FARMASI UNIVERSITAS PERADABAN BUMIAYU, 2018.
[38] S. Hamdiani, N. Ismillayli, S. R. Kamali, dan S. Hadi, “Pengolahan mandiri
limbah organik rumah tangga untuk mendukung pertanian organik lahan sempit,”
J. Pijar Mipa, vol. 13, no. 2, hlm. 151–154, 2018.
[39] N. Gesriantuti, E. Elsie, I. Harahap, N. Herlina, dan Y. Badrun,
“PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA DALAM
PEMBUATAN PUPUK BOKASHI DI KELURAHAN TUAH KARYA,
KECAMATAN TAMPAN, PEKANBARU,” J. Pengabdi. UntukMu NegeRI, vol.
1, no. 1, hlm. 72–77, 2017.
[40] A. K. Sari, “PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA
UNTUK PEMBUDIDAYAAN BAWANG MERAH DENGAN TEKNIK
HIDROPONIK,” Inisiasi, vol. 5, no. 1, 2016.
[41] D. Andesta, “PEMANFAATAN LIMBAH SAMPAH RUMAH TANGGA
MENJADI PUPUK ORGANIK DI DESA BANJARMADU,” DedikasiMU J.
Community Serv., vol. 2, no. 2, hlm. 307–315, 2020.
[42] R. Purwasih, “Pemanfaatan lahan pekarangan untuk budi daya sayuran secara
hidroponik di Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung,” Agrokreatif J. Ilm. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 5, no. 3, hlm.
195–201, 2019.
Jurnal KELUARGA Vol 6, No 2, September 2020
p-ISSN: 2442-3351 e-ISSN: 2580-0949
169
http://jurnalustjogja.ac.id/idex.php./keluarga/index
[43] U. Trisnaningsih, S. Wahyuni, dan S. Nur, “Pemanfaatan Lahan Pekarangan
Dengan Tanaman Obat Keluarga,” JPPM J. Pengabdi. Dan Pemberdaya. Masy.,
vol. 3, no. 2, hlm. 259–263, 2019.
[44] I. Khomah dan R. U. Fajarningsih, Potensi Dan Prospek Pemanfaatan Lahan
Pekarangan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga. 2019.
[45] H. A. FARHAN OMARA dan M. S. D. Y. Wikarya, “PERANCANGAN BUKU
PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEMPIT DI PERKOTAAN,”
DEKAVE J. Desain Komun. Vis., vol. 8, no. 4, 2019.
[46] R. Widiastuti, I. M. Harjanti, dan A. P. Siswanto, “UPAYA PEMANFAATAN
LAHAN PEKARANGAN AGAR BERNILAI EKONOMI,” J. Pengabdi. Vokasi,
vol. 1, no. 1, hlm. 1–4, 2019.
[47] A. H. Sulaiman, “Strategi Penguatan Modal Sosial Perempuan Tani dalam
Pemanfaatan Lahan Pekarangan Terbatas di Kabupaten Bogor,” J. Penyul., vol.
15, no. 2, hlm. 239–253, 2019.
[48] A. D. Oktaviani, N. N. P. Ulayyah, dan D. Sukma, “Pemanfaatan Lahan
Pekarangan untuk Memenuhi Kebutuhan Keluarga di Desa Cintalaksana,
Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang,” J. Pus. Inov. Masy. PIM, vol. 2,
no. 4, hlm. 535–539, 2020.
[49] S. E. D. Jatmika, Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk meningkatkan gizi
keluarga. KMedia, 2019.
[50] E. Solihin, “Pemanfaatan Pekarangan Rumah Untuk Budidaya Sayuran Sebagai
Penyedia Gizi Sehat Keluarga,” J. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 2, no. 8, hlm. 590–
593, 2018.
[51] S. Suharyon dan V. Darwis, “Manfaat Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari
Terhadap Ketahanan Pangan Keluarga di Kabupaten Sarolangun,” 2017.