Download - Ken 02052015 surabaya-its
DEWAN ENERGI NASIONAL
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DAN
TARGET BAURAN ENERGI
Syamsir Abduh
ITS-SURABAYA, 2 MEI 2015
PERAN DAN STRUKTUR ORGANISASI DEWAN ENERGI NASIONAL
OUTLINES
KONDISI ENERGI INDONESIA
TANTANGAN KE DEPAN
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
PERAN LITBANG DALAM KEN
DEWAN ENERGI NASIONAL
4
DEWAN ENERGI NASIONAL
D
E
N
MERANCANG DAN MERUMUSKAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL*
MENETAPKAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL (RUEN)* *
MENETAPKAN LANGKAH-LANGKAH PENANGGULANGAN KONDISI KRISIS DAN DARURAT ENERGI
MENGAWASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN BIDANG ENERGI YANG
BERSIFAT LINTAS SEKTOR
TERWUJUDNYA KEMANDIRIAN DAN KETAHANAN
ENERGI GUNA MENDUKUNG PEMBANGUNAN NASIONAL
BERKELANJUTAN
TUJUAN KEN
*) KEN disetujui DPR 28 Januari 2014, ditetapkan Presiden RI melalui PP 79/2014 tanggal 17 Oktober 2014**) RUEN disusun oleh Pemerintah
TUGAS DEN (Pasal 12 Ayat (2) UU No. 30/2007)
Pasal 1 angka 26 UU No. 30/2007“Dewan Energi Nasional adalah suatu lembaga bersifat nasional, mandiri,
dan tetap, yang bertanggung jawab atas kebijakan energi nasional”
DEWAN ENERGI NASIONAL
5
PIMPINAN Ketua : Presiden
Wakil Ketua : Wakil PresidenKetua Harian : Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
ANGGOTA
STRUKTUR ORGANISASI DEWAN ENERGI NASIONAL(Pasal 12 Ayat (4) dan (5) UU No. 30/2007)
Unsur Pemerintah Unsur Pemangku Kepentingan
1. Menteri Keuangan
2. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas
3. Menteri Perhubungan
4. Menteri Perindustrian
5. Menteri Pertanian
6. Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
7. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
1. Dr. Ir. Tumiran, M.Eng (Akademisi)
2. Prof.Ir.Rinaldy Dalimi, M.Sc.,Ph.D. (Akademisi)
3. Dr.Ir. Andang Bachtiar, M.Sc. (Teknologi )
4. Ir. Achdiat Atmawinata (Industri)
5. Ir. Abadi Poernomo, Dipl.Geoth.En.Tech. (Industri)
6. Dr. A.Sonny Keraf (Lingkungan Hidup)
7. Prof. Dr.Ir. Syamsir Abduh (Konsumen)
8. Ir. Dwi Hary Soeryadi, M.MT (Konsumen)
DEWAN ENERGI NASIONAL
7
SUMBER DAYA ENERGI FOSIL SEMAKIN TERBATAS
NO ENERGI FOSILSUMBER
DAYA(SD)
CADANGAN(CD)
RASIO SD/CD(%)
PRODUKSI(PROD)
RATIO CD/PROD(TAHUN)*)
1 2 3 4 5 = 4/3 6 7 = 4/6
1 Minyak (Miliar barrel) 56.6 7.73 **) 14 0.329 23
2 Gas (TSCF) 334.5 152.9 46 3.07 50
3 Batubara (miliar ton) 161.3 ***) 28.17 17 0.353 80
4 Coal Bed Methane (TSCF) 453 - - - -
5 Shale Gas (TSCF) 574 - - - -
*) asumsi tidak ada penemuan cadangan baru **) Itermasuk blok cepu ***) termasuk 41 miliar Ton underground resources
DEWAN ENERGI NASIONAL
8
POTENSI ENERGI TERBARUKAN YANG BESAR, NAMUN RENDAH PEMANFAATANNYA (1)
NO ENERGI BARU DAN TERBARUKAN SUMBER DAYA (SD) KAPASITAS TERPASANG (KT) RASIO KT/SD(%)
1 Hidro 75.670 MW 6.654,29 MW 8,79
2 Panas Bumi 29.038 MW 1.226 MW 4,22
3 Mini/Micro Hidro 769,69 MW 228,983 MW 29,75
4 Biomassa 49.810 MW 1.618,40 MW 3,25
5 Matahari 4,80 kWh/m2/day 22,45 MW -
6 Angin 3 – 6 m/s 1,87 MW -
7 Gelombang Laut 49 GW - -
8 Uranium 3.000 MW (e.q. 24,112 ton) for 11 years*) 30 MW 1,00
*) Kalan – Kalimantan Barat
DEWAN ENERGI NASIONAL
11
TANTANGAN PENGEMBANGAN ENERGI
Terwujudnya Ketahanan
Energi Guna Mendukung
Pembangunan Nasional
Berkelanjutan
Kebijakan Energi Nasional
kebutuhan energi tinggi
Jaminan pasokan energi rendah
Cadangan energi fosil menurun
Energi fosil masih sebagai komoditi ekspor
Pengelolaan belum efisien, upaya konservasi dan kelestarian LH rendah
Pemanfaatan EBT belum optimal
Kapasitas litbang, industri & infrastruktur belum optimal
Akses masyarakat terhadap energi rendah
Harga belum sesuai keekonomian
Cadangan penyangga belum tersedia
Kondisi Energi
Kondisi geopolitik dunia dan isu lingkungan global
Ketahanan Energi adalah suatu kondisi terjaminnya ketersediaan energi, akses masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dalam jangka panjang dan tidak terpengaruh oleh gejolak regional maupun internasional
DEWAN ENERGI NASIONAL
13
ARAH KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL(Pasal 3, PP 79/2014)
Kebijakan Utama:
1. Ketersediaan Energi
2. Prioritas Pengembangan Energi
3. Pemanfaatan Sumber Daya Energi Nasional
4. Cadangan Energi Nasional
Kebijakan Pendukung:
5. Konservasi dan Diversifikasi
6. Lingkungan dan Keselamatan
7. Harga, Subsidi, dan Insentif
8. Infrastruktur dan Industri Energi
9. Penelitian dan Pengembangan Energi
10. Kelembagaan dan Pendanaan
DEWAN ENERGI NASIONAL
14
TUJUAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL(Pasal 5 & 6, PP 79/2014)
Tujuan kebijakan energi nasional : mewujudkan kemandirian energi dan ketahanan energi guna mendukung pembangunan nasional berkelanjutan, melalui:
a. Perubahan paradigma dalam pengelolaan energi;
b. Kemandirian pengelolaan energi;
c. Menjamin ketersediaan energi di dalam negeri;
d. Optimalisasi pengelolaan sumber daya energi;
e. Efisiensi pemanfaatan energi;
f. Meningkatkan akses energi;
g. Mengembangkan kemampuan dan kemandirian teknologi dan industri energi;
h. Penciptaan lapangan kerja;
i. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
DEWAN ENERGI NASIONAL
1515
NILAI TAMBAH INDUSTRI GAS ALAMEKSPOR 700 MMSCFD $8.00 /MMBtu $1.85 miliar
$14.00 /MMBtu $3.23 miliar
350 MMSCFD $400 /ton3.61 juta ton
INDUSTRI Ekspor Ammonia$743 juta
700 MMSCFD 1.65 juta ton$450 /ton
700MMSCFD 350 MMSCFD $400
3.61 juta ton 2.18 juta ton
$600600,000 ton
$2,000900,000 ton
$80090,000 ton
$80090,000 ton
*) Harga jual gas rata-rata 2001-2010 TOTAL $5.36 miliar
AN
Acrylonitrilemiliar
$1.44 miliar
$0.87 miliar
Methanol
Ammonia Urea
Gas alam
$72 juta
$72 jutaAsam Formiat
H2O2
$360 juta
$1.80
rp/wgp/09082011
DEWAN ENERGI NASIONAL
17Sumber: - Diolah dari DMRA - Pada harga crude oil $62/bbl
88%
12%Crude
Oil
BBM
Naphtha
REFINERY
4 juta barel/hari
$86,4 miliar
Total Industri $103,2 miliar
Industri Antara
270 Perusahaan97.000 tenaga kerja
Industri Hilir61.349 Perusahaan3,8 juta tenaga kerja
Industri Hulu
12 Perusahaan9.000 tenaga
PERUSAHAAN DAN TENAGA KERJA INDUSTRI BERBASIS MINYAK BUMI
DEWAN ENERGI NASIONAL
18
SASARAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
a. terwujudnya paradigma baru bahwa energi sebagai modal pembangunan
b. tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025 yang diselaraskan dengan target pertumbuhan ekonomi
c. tercapainya penurunan intensitas energi final sebesar 1 (satu) persen per tahun pada tahun 2025
d. tercapainya rasio elektrifikasi sebesar 85% pada tahun 2015 dan mendekati sebesar 100% pada tahun 2020
e. tercapainya rasio penggunaan gas rumah tangga pada tahun 2015 sebesar 85%
f. terpenuhinya sasaran penyediaan dan pemanfaatan energig. tercapainya bauran energi primer yang optimal
18
DEWAN ENERGI NASIONAL
19
TARGET BAURAN ENERGI SAMPAI DENGAN 2050(Pasal 8 & 9, PP 79/2014)
23%
25%30%
22%5%
46%
31%
18% 31%
20%
25%
24%
2013Total 194
MTOE
2025Total 400
MTOE
2050Total 1000
MTOE
Energi Baru dan Terbarukan
Minyak Bumi
Gas Bumi
Batubara
Pembangkit:51 GWKonsumsi Energi: 0.8 TOE/kapKonsumsi Listrik: 776 KWh/kap
Pembangkit:115 GWKonsumsi Energi: 1.4 TOE/kapKonsumsi Listrik: 2500 KWh/kap
Pembangkit:430 GWKonsumsi Energi: 3.2 TOE/kapKonsumsi Listrik: 7000 KWh/kap
DEWAN ENERGI NASIONAL
20
KEDUDUKAN KEN-RUEN DAN RUED
PASAL 12 UU No. 30/2007 Tentang Energi
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL (KEN)
RUENDisusun oleh Pemerintah dan
ditetapkan oleh DEN
RUKN(Rencana Umum
Ketenagalistrikan Nasional)
RUED Provinsi
RUPTL(Rencana Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik)
RUED Kabupaten
/Kota
DEWAN ENERGI NASIONAL
21
PERAN LITBANG DALAM KEN
Pasal 25(1) Kegiatan penelitian dan pengembangan, dan penerapan
teknologi Energi diarahkan untuk mendukung Industri Energi Nasional.
(2) Dana kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan teknologi Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi sampai kepada tahap komersial.
(3) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mendorong terciptanya iklim pemanfaatan dan keberpihakan terhadap hasil penelitian, pengembangan dan penerapan teknologi Energi nasional.
(4) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melakukan penguatan bidang penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi paling sedikit melalui: penyiapan dan peningkatan SDM dalam penguasaan dan penerapan teknologi
21
DEWAN ENERGI NASIONAL
22
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RISET TEKNOLOGI ENERGI
• Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengembangkan SDM di berbagai perguruan tinggi agar mengkoordinir dan membantu mengarahkan penelitian yang akan mendukung pengusaan teknologi dibidang energi.
• Dewan Riset Nasional agar melakukan inisiatif dalam mengkoordinir dan menjembatani antara peneliti dan industri nasional untuk bersinegi dan bekerjasama.
• Kementerian ESDM didorong untuk memanfaatkan hasil penelitian terkait dengan EBT yang telah dihasilkan oleh para peneliti maupun oleh lembaga penelitian nasional guna mempercepat pemanfaatan EBT.
• Dewan Energi Nasional akan memfasilitasi pertemuan antara industri-industri energi dan para peneliti untuk membuat roadmap bersama yang dapat mensinergikan antara industri dan para peneliti, sehinggga hasil-hasil penelitian dapat diaplikasikan dan diproduksi secara komersial