Download - Kepemimpinan menurut teori sifat.docx
KEPEMIMPINAN MENURUT TEORI SIFAT
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa, keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki oleh pemimpin itu, sifat- sifat
tersebut dapat berupa sifat fisik, dan dapat pula sifat psikologis. Akhirnya melahirkan teori
kepemimpinan yang disebut “teori kepemimpinan “ atau “traits theory of leadership”.
Mengenai sifat itu sendiri ada berbagai macam pendapat. Sehingga lahir tokoh
pendukung aliran tersebut dengan berbagai pendapat atau teori yang berbeda-beda pula.
Berbagai macam pendapat yang berbeda-beda itu diantaranya ialah :
1. Ordway tead
Ada sepuluh macam sifat atau perangai yang harus dimiliki seorang pemimpin:
a. Energi jasmani dan rohani (physical and nervous energy)
b. Kepastian akan maksud dan arah tujuan (a sense of purpose and direction)
c. Antusiasme atau perhatian yang besar (anthusiasm)
d. Ramah tamah, penuh rasa persahabatan dan ketulusan hati (friendlieness and
effectiveness)
e. Integritas atau pribadi yang bulat (integrity)
f. Kecakapan teknis (technical mastery)
g. Mudah mengambil keputusan (decisioness)
h. Cerdas (intelligence)
i. Kecakapan mengajar (teaching skill)
j. Kesetian (faith)
2. John D. Millet
Ada empat sifat yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin:
a. Kemampuan melihat organisasi sebagai satu keseluruhan (the ability to see an
enterprise as a whole)
b. Kemampuan mengambil keputusan (the ability to make decisions)
c. Kemampuan melimpahkan atau mendelagasikan wewenang (the abilityto delegate
authority)
d. Kemampuan menanamkan kesetiaan (the abilityto command loyality)
3. Keith Davis
Mengemukan empat macam kelebihan sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh pemimpin:
a. Inteligensia (intelligence) pada umumnya para pemimmpin memiliki kecerdasan yang
relatif lebih tinggi dari pada bawahan.
b. Kemampuan dan keluasan pandangan social (social maturityand breadth)
c. Mempunyai motivasi dan keinginan berprestasi yang dating dari dalam (inner
motivation and achievement desires)
d. Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia (human relation attitudes)
4. Chester I. Barnard
Ada dua sifat utama yang perlu dimiliki oleh pemimpin:
a. Sifat-sifat pribadi yang meliputi: fisik, kecakapan (skill), teknologi (technology), daya
tanggap (perception), pengetahuan (knowledge), daya ingat (memory), imajinasi
(imagination)
b. Sifat-sifat pribadi yang mempunyai watak yang lebih subjektif :
- Keyakinan (determination)
- Ketekunan (persistence)
- Daya tahan (endurance)
- Keberanian (courage)
5. Ralph Stogdill
Lima kelompok dalm komponen pokok:
a. Capacity, yang meliputi: kecedasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, keaslian,
dan kemampuan menilai.
b. Achievement, yang meliputi: gelar kesarjanaan, pengetahuan, keberhasilan dalam olah
raga
c. Responsibility, yang meliputi: berdikari, inisiatif, ketekunan, kerja sama, keinginan
untuk unggul.
d. Participation, yang meliputi: aktif, kemampuan bergaul, kerja sama, mudah
menyesuaikan diri, humor.
e. Status, yang meliputi: kedudukan social ekonomi, ketenaran.
6. Empu Prapanca
Buah tangan Empu Prapanca adalah sifat-sifat kepemimpinan yang baik Shri Mahapatih
Gajah Mada yang disebut Panca Dasa (Lima Belas). Kelima belas dari sifat-sifat
pemimpin yang baik itu adalah
a. Wijnana – sikap bijaksana
b. Mantra Wira – Sebagai pembela Negara sejati
c. Wicaksanang Naya – Bijaksana – kemampuan menganalisa dan mengambil
keputusan
d. Matanggwan – Mendapat kepercayaan dari bawahan
e. SatyaBakti Haprabhu – loyal pada atasan
f. Wakjnana – Pandai berpidato dan berdiplomasi
g. Sajjawopasama – Tidak sombong, rendah hati, manusiawi
h. Dhirottsaha – Bersifat rajin , kreatif
i. Tan lalana – bersifat gembira, periang
j. Disyactta – jujur, terbuka
k. Tan satrisna – Tidak egois
l. Masihi Samastha Bhuwana – Bersifat penyayang, cinta alam
m. Ginong Pratidina – tekun menegakkan kebenaran
n. Sumantri – Sebagai abdi Negara yang baik
o. Anayakan Musuh – mampu membinasaka lawan
7. Ruslan Abdulgani
Seorang pemimpin harus punya kelebihan-kelebihan yang dipimpin. Dengan adanya
kelebihan-kelebihan tersebut, kewibawaan seseorang akan selalu dapat dipertahankan,
sehingga ketaatan daripada bawahan juga dapat terpelihara. Kelebihan-kelebihan tersebut
ada empat meliputi :
a. Moral dan akhlaq
b. Jiwa dan semangat
c. Ketajaman intelek dan persepsi
d. Ketekunan dan keuletan jasmaniah
Beberapa kelemahan
Dalam perkembangan teori sifat ini mengalami tantangan dan reaksi dari berbagai pihak,
di dalam prakteknya memang sulit untuk dipraktekkan :
1. Di antara para pendukung-pendukungnya sendiri tidak ada kesepakatan mengenai sifat-
sifat pemimpin tersebut. Sehingga timbul berbagai pendapat.
2. Teori sifat terlalu bersifat deskriptif, tidak memberikan analisa bagaimana sifat-sifat itu
kaitannya dengan keberhasilan seorang pemimpin.
3. Tidak selalu ada relevansi antara sifat-sifat yang dianggapunggul tersebut dengan
efektivitas kepemimpinan
4. Terlalu sulit untuk menentukan dan mengukur masing-masing sifat, yang selalu berbeda-
beda satu daripada yang lain.
5. Situasi dan kondisi tertentudi mana kepemimpinan dilaksanakan, memerlukan sifat-sifat
tertentu pula.
Kesimpulan
Apabila direnungkan dengan baik, nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung di dalam
berbagai rumusan mengenai sifat, ciri atau perangai pemimpin, teori sifat sangat diperlukan oleh
kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan atau panutan. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Dalam kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan, setiap pemimipin dalam
organisasi, ditampilkan sebagai tokoh panutan, atau tokoh yang selalu diteladani.
2. Sebagai tokoh panutan, yaitu tokoh yang diikuti dan perbuatannya harus selalu
memberikan contoh-contoh positif terhadap bawahan.
3. Contoh-contoh positif tersebut tidak lain adalah sifat-sifat, perangai yang perlu dimiliki
pemimpin yang dapat dirasakan dan dilihat oleh bawahan.
4. Agar sifat-sifat tersebut dapat dianut oleh bawahan, maka sifat yang diunggulkan yang
mampu memberikan dorongan dan inspirasi pada bawahan.
5. Sifat-sifat yang unggul tersebut pada hakekatny merupakan kepribadian pemimpinyang
di dalamnya mempunya arti luas.
6. Denga berbagai unggulan yang dimiliki oleh pemimpin, kewibawaan seorang pemimpin
akan selalu dapat dipertahankan, sehingga ketaatan daripada bawahan juga tetap dapat
dipelihara.
7. Kepemimpinan yang menganut prinsip “keteladana” akan berhasil melaksanakan tugas-
tugas kepemimpinannya apabila prinsip-prinsip teori sifat dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya
KEPEMIMPINAN MENURUT TEORI PERILAKU
Latar belakang
Pada awal tahun 50’an penyelidikan ciri-ciri kepemimpinan tidak berhasil, sehingga para
ahli mulai mempelajari tingkah laku kepemimpinan. Gagasan penyelidikan kepemimpinan sudah
dimulai sebelum tahun 1945 mengadakan pencatatan-pencatatan berbagai dimensi, akhirnya
diperoleh gambaran mengenai kelakuan pemimpin. Ada dua dimensi kepemimpinan yaitu:
konsiderasi dan struktur inisiasi. Penyelidikan tersebut dilakukan pada tahun 1957 oleh para
tokoh seperti: Fleishmen,Holpin dan Winer, Hemphiil dan Coons.
Konsiderasi dan dan struktur inisiasi (Teori dua dimensi)
Berdasarkan hasil penelitian dari Universitas Ohio dan Michigan perilaku perbuatan seorang
pemimpin cenderung kearah konsiderasi dan struktur inisiasi. Dari kedua hal tersebut dilukiskan
sebagai berikut:
S. RENDAH
K. TINGGI
S. TINGGI
K. TNGGI
S. RENDAH
K. RENDAH
S. TINGGI
K. RENDAH
RENDAH STRUKTUR INISIASI TINGGI
S = Struktur inisiasi. K = Konsiderasi
Keduanya mempunyai ciri-ciri sendiri
a. Konsiderasi: Perilaku kepemimpinan cenderung kearah kepentingan bawahan. Hubungan
dengan bawahan antara lain: ramah tamah, mendukung dan membela bawahan, mau
berkosultasi dan mendengarkan serta menerima usul bawahan,memikirkan kesejahteraan
dan memperlakukan bawahan setingkat dirinya.
b. Struktur inisiasi: Perilaku kepemimpinan yang cenderung mementingkan tujuan
organisasi dari pada bawahan. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut: Memberikan kritik
pelaksanaan pekerjaan yang jelek, menekankan pentingnya batas waktu pelaksanaan
tugas kepada bawahan, selalau memberitahukan apa-apa yang dikerjakan bawahan, selalu
memberikan petunjuk dan memberi standard tertentu atas pekerjaan bawahan.
Dari keterangan tersebut diatas serang pemimpin bisa mempunyai nilai tinggi pada K
atau nilai rendah pada S, dan juga ada yang ideal keduanya bisa tinggi. Dari perilaku
kepemimpinan tidak bisa lepas dari gaya dan fungsi kepemimpinan.
Ada 2 fungsi pokok kepemimpinan
a. Yang berkaitan dengan tugas (task related)
b. Pemeliharaan kelompok (group meintenance)
Adapun gaya mempunyai 2 sifat:
a. Berinteraksi pada tugas yang ditandai dengan adanya beberapa hal antara lain: Pemimpin
memberikan petunjuk pada bawahan, meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas
harus dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan, lebih menekankan pada pelaksanaan
tugas dari pada pembinaan dan pengembangan bawahan.
b. Berorientasi pada bawahan yang ditandai dengan gejala-gejala sbb:
Pemimpin memberikan motivasi dari pada pengwasan terhadap bawahan, melibatkan
bawahan dalam mengambil keputusan, lebih bersikap kekeluargaan, percaya, hubungan
kerja sama dan saling menghormati diantara sesama anggota kelompok.
Dari gaya tersebut muncullah para penulis terkenal diantaranya: Robert Tannenbaum,
Warren.H.Schmidt, Blake, Mouton dan Likert. Nereka berusaha untuk mengambil kesimpulan
mana gaya kepemimpinan yang paling efektif untuk kepentingan organisasi.
Beberapa model tentang kepemimpinan:
1. Model leadership Continuum.
Yang merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt, sejauh
mana hubungan antara pimpinan dengan bawahannya dalam pengambilan keputusan.
Menurut teori Kontinum ada 7 tingkatan:
a. Telling: Seorang pemimpin dalam membuat dan menyampaikan keputusan terhadap
bawahannya.
b. Sending: seorang pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
c. Selling: Seorang pemimpin menjual dan menawarkan keputusan kepada bawahannya.
d. Consulting: Seorang pemimpin memberikan masalah dan pemecahannya terhadap
bawahannya.
e. Joining: Seorang pemimpin memberikan ijin bawahan dan berfungsi dalam batas-batas
yang ditentukan.
f. Pemimpin bisa menentukan batasan-batsan dan meminta untuk membuat keputusan.
g. Pemimpin memberikan keputusan tentatif dan keputusan masih dapat diubah.
Model teori Kontinum oleh R. Tannenbaum dan W.H. Schmidt dilukiskan dengan gambar.ORIENTASI
KEPADA PEMIMPIN
ORIENTASIKEPADA BAWAHAN
DAERAH
OTORITAS ATASAN
DAERAH
KEBEBASAN BAWAHAN
Pemimpin membuat dan Pemimpin menyampaikan Pemimpin memberi problem Pemimpin mengijinkan
memgumumkan ide dan mengundang perta dan minta saran pemecahan bawahan berfungsi dalam
keputusan (telling) nyaan (consulting batas yang ditentukan
pemimpin (joining)
Pemimpin menjual Pemimpin memberi keputusan Pemimpin membatasi persoalan
keputusa (selling) tentatif, boleh berubah minta kelompok membuat keputusan
Keterangan grafik:
1. Makin bergeser kekanan, makin meluas kebebasan bawahan, dan sebaliknya semakin
sempit otoritas pemimpin yang bisa disebut pemimpin yang bergaya demokratis.
2. Makin bergeser kekiri, makin meluas otoritas pemimpin atau dapat disebut pemimpin
yang bergaya otoriter.
GRAFIK KEPEMIMPINAN.
Disebut pula homogorial grid,teori ini dikembangkan oleh Robert R. Blake dan Jane S. Mouton.
Berdasarkan pada grafik tersebut perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui 2 dimensi:
1.Perhatiannya terhadap hasil/tugas (T)
2. Perhatiannya terhadap bawahan/hubungan kerja (H)
Menurut penilaiannya ada 5 macam tipe pemimpin:
1. Tipe (1-1) yang disebut Impoverished Leadership
2. Tipe (5-5) disebut Middle of The Road
3. Tipe (1-9) disebut Country Club Leadership
4. Tipe (9-1) disebut Task Leadership
5. Tipe (9-9) disebut Team Leadership
Dari masing-masing tipe diatas mempunyai ciri-ciri tersendiri.
1. Impoverished Leadership.
- Pemimpin menghindarkan segala bentuk tanggung jawab.
- Perhatian pemimpin terhadap hubungan kerja bawaha maupun terhadap pekerjaan sangat
kurang.
2. Middle of The Road.
- Pemimpin cukup memperhatikan dan mempertahankan moral bawahan.
- Hubungan antara pemimpin dan bawahan dalam suasana kebapakan.
3. Country Club Leadership.
- Pemimpin lebih menekankan pada kepentingan bawahan, akibatnya hasilkurang diperhatikan.
4. Task Leadership.
- Pemimpin sangat mementingkan tugas dan hasil, sehingga bawahan dianggap tidak penting.
- Pemimpin seperti ini bisa dikatakan otoriter.
5. Team Leadership.
- Pemimpin sangat menaruh perhatian terhadap hasil/hubungan kerja yang dapat mendorong
timbulnya kebutuhan bawahan untuk berpikir dan berproduksi, tipe pemimpin seperti ini dapat
memberikan keuntungan besar bagi organisasi tersebut, karena adanya peningkatan hasil
bertambah baiknya hubungan antara kelompok, kemanfaatan kegiatan kelompok lebih aktif,
pertentangan/suasana kurang sehat antar bawahan sangat kurang,meningkatkan saling pengertian
antar individu dan meningkatkan kreativitas individu.
Contoh grafik kepemimpinan :
Misalnya : nilai T= 6, nilai H = 8, apabila kita masukkan ke dalam grafik kepemimpinan, grafik
akan menunjukkan gambar sebagai berikut:
Grafik kepemimpinan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
(1.9) (9.9)
(5.5)
(1.1) (9.1)
Sistem kepimimpinan menurut Likert.
Hasil ajaran Likert merupakan penyempurnaan
Leadership Kontinuum. Berdasarkan hasil penelitiannya bersama teman-temannya ada 4 macam
gaya kepemimpinan yang disebut sistem I.II.III dan IV, karakter dari ke 4 tersebut dilukiskan
sebagai beriku
Sistem I Otoriter
(Exolosive atau Authoritative)
Sistem II Otoriter yang bijaksana
(Benevolent Authoritative)
Sistem III Konsultatif
(Consultative)
Sistem IV Partisipatif
(Partisipative Management)
Dari grafik diatas Likert menyimpulkan bahwa sistem I-II merupakan organisasi yang tidak
produktif, sedangkan sistem ke IV merupakan produktivitas yang paling tinggi.
Perilaku kepemimpinan menurut 3 dimensi ( The 3 D Theory ).
W. J. Reddin serang guru besar Universitas New Brunswick Canada merupakan penemu teory
ini. Ia mengemukakan 3 pola dasar yang dapat dipakai untuk menentukan perilaku
kepemimpinan yaitu :
1. Berorientasi pada tugas (Task oriented)
2. Berorientasi pada hubungan kerja sama ( Relationship oriented
3.Berorientasi pada hasil (Effectiness oriented)
Ke 3 pola dasar tersebut dikembangkan menjadi 8 macam gaya kepemimpinan.
1. Deserter 5. Autocrat
2. Bureaucrat 6. Benevolent autocrat
3.Missionary 7. Compromiser
4. Developer 8. Executive
Dari ke 8 gaya tersebut dilihat dari segi efektivitas, masing-masing mempunyai watak yang
berbeda.
Kurang efektif
Deserter Missionary Autocrat Compromiser
- Tidak ada rasa
keterlibatan.
- Moral rendah
- Sukar diramalkan
-Sikap menggam
pangkan.
- Penolong.
- lemah
- keras.
- keras kepala,
- Bandel.
-Tidak berpendirian.
- Tak ada keputusan
Lebih Efektif
Bureaucfat DEVELOPE
R
Renevolent
Autocrat
Executif
-Patuh peraturan
-Manusia organisasi
-Lugu/tanpa tedeng
aling-aling.
-Kreatif .
-Memberi pe-
limpahan we-
wenang de-
ngan baik.
-Menaruh
-lancar dan
tertib
-Ahli mengor-
ganisasikan.
- Besar rasa ke-
- Bermutu tnggi
-Mmeberi motivasi dengan baik.
- Berpandangan luas
keperca-
yaan
terlibatan diri.
KEPEMIMPINAN MENURUT TEORI KONTINGENSI
1. KEPEMIMPINAN MODEL FIEDLER.
Dalam teori Fiedler ada 2 hal yang dijadikan sasaran yaitu:
- Mengadakan identifikasi faktor-faktor yang sangat penting di dalam situasi.
- Memperkirakan gaya/perilaku kepemimpinan yang paling efektif di dalam situasi tersebut.
Menurut Fieldler di dalam situasi kerja ada 3 elemen penting yang akan menetukan gaya/
perilaku kepemimpinan.
a. Hubungan antara pimpinan yang bawahan, Yaitu bagaimana kualitas yang terjadi antara atasan
dan bawahan.
Sikap bawahan terhadap watak dan kecakapan atasan.
b. Struktur tugas, didalamstuasi kerja apakah tugas-tugas sudah disusun ke dalam pola yang jelas
atau sebaliknya.
c. Kewibawaan kedudukan seorang pemimpin,bagaimana kewibawaan formal pemimpin
dilaksanakan terhadap bawahan.
Dari ke 3 variabel diatas oleh Fiedler dirumuskan menjadi 8 kombinasi yang sangat berpengaruh
terhadap kepemimpinan yang dilukiskan seperti grafik dibawah
Penampilan kepemimpinan yang
paling baik yang berorientasi ke-
pada hubungan kerja.
Penampilan kepemimpinan yang
paling baik yang berorientasi ke-
pada tugas.
Kondisi I II III IV V VI VII VIII
Hubungan atasan
bawahan
Baik baik baik baik Tidak
baik
Tidak
baik
Tidak
baik
Tidak
baik
Struktur tugas Ber
pola
Ber
pola
Tidak
berpola
Tidak
berpola
Ber
pola
Ber
pola
Tidak
berpola
Tidak
berpola
Kewibawaan kedudukan
pemimpin
Kuat lemah kuat lemah kuat lemah kuat lemah
Dari grafik diatasmenunjukkan bahwa angka Romawi I berarti hubungan antara atasan dan
bawahan adalahbaik struktur tugas dalam organisasi itu tersusun dalam pola-pola kewibawaan
kedudukan pemimpin kuat.
2. TEORI KEPEMIMPINAN MENURUT SITUASI.
Berdasarkan teori ini gaya kepemimpinan yang paling efektif adalah kepemimpinan yang
disesuaikan dengan tingkat kedewasaan bawahan.
TIPE KEPEMIMPINAN:
Yang dimaksud tipe kepemimpinan tidak lain adalah pola perilaku yang ditampilkan oleh
seseorang pemimpin, pada saat pemimpin itu mencoba untuk mempengaruhi orang lain
sepanjang diamati oleh orang lain.
Secara klasik ada 2 tipe kepemimpinan:
1. Tipe otokratis, mendasarkan diri pada kekuatan/kekuasaan dan wewenang.
2.Tipe demokratis, biasanya dikaitkan dengan partisipasi bawahan dalam pemecahan dan
pengambilan keputusan.
PENGARUH SITUASI TERHADAP PEMIMPIN.
Dalam kepemimpinan situasional penting bagi setiap pemimpin untuk mengadakan diagnosa
tentang situasi, sehingga seorang pemimpin yang baik mampu:
- Mengubah perilakunya sesuai dengan situasinya.
- Mampu memperlakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan dan motif yang berbeda-beda.
Ada pemimpin yang selalu mengarahkan, memberi petunjuk pada bawahan dan ada pula
yang cenderung memberikan dukungan. Berbagai kecenderungan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut;
Tinggi dukungan dan rendah
pengarahan P - 3
Tinggi pengarahan dan tinggi dukungan.
P.2
Rendah dukungan dan rendah penga
rahan. P - 4
Tinggi pengarahan dan rendah dukung-
an. P - I
Dari gambar tersebut menggambarkan bahwa gaya kepemimpinan (P1,2,3,dan4) merupakan
kombinasi dari 3 dimensi yaitu :
1. Banyaknya pengarahan yang diberikan oleh pemimpin.
2. Banyaknya dukungan yang diberikan oleh pemimpin.
3. Banyaknya keterlibatan pengikut dalam pengambilan keputusan.
Tingkah laku kepemimpinan sebagai bentuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Tipe kepemimpinan seseorang tidak hanya ditentukan dari pihak kepemimpinan itu sendiri,
melainkan juga harus ditetapkan dari pihak bawahan atau yang dipimpin. Hal tersbut dapat
diidentifikasikan ke dalam gambar sebagai berikut :
PARTISIPATIF
P.3
KONSULTATIF
P.2
DELEGATIF
P.4
DIREKTIF
P.1
Rendah – Perilaku Direktif – tinggi
Dari gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tipe direktif:
Tipe ini ditandai adanya komunikasi satu arah. Pimpinan membatasi peranan bawahan dan
menunjukkan kepada bawahan, apa, kapan, dimana dan bagaimana sesuatu tugas harus
dilaksanakan. Keputusan dan pemecahan masalah seakan menjadi tanggung jawab pemimpin.
2. Tipe konsultatif:
Pemimpin seperti ini masih memberikan arahan yang cukup besar serta menetapkan keputusan.
3. Tipe partisipatif:
Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan. Komunikasi dua arah semakin meningkat, pemimpin makin mendengarkan secara
intensif terhadap bawahannya.
4. Tipe delegatif:
Pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan, dan selanjutnya
mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada bawhan. Selanjutnya hak bawahan
untuk menentukan langkah bagaimana keputusan dilaksanakan. Tidak ada tipe kepemimpinan
yang paling baik.
Para ahli berpendapat, tipe yang terbaik adalah tipe yang dapat mengitegrasikan secara
maksimall antara produktivitas dan keputusan. Pertumbuhan dan pembangunan manusia dalam
semua situasi, tetapi dari hasil penelitian bahwa tidak ada tipe kepemimpinan yang paling baik,
yang penting adalah keberhasilan seorang pemimpin apabila ia dapat menyesuaikan tipe
kepemimpinannya harus dapat diubah-ubah sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Seorang pemimpin harus memperhatikan situasi akan sangat tergantung dari apa yang disebut
dengan Tingkat Kedewasaan yang ditunjukkan oleh bawahan, bahwa tugas-tugas tertentu, fungsi
dan tujuan pemimpin yang hendak dicapai.
Seorang pemimpin dapat dikatakan mempunyai kedewasaan apabila:
1. Secara umum orang-orang yang mempunyai tujuan dan termasuk mempunyai kemampuan
untuk menyusun tujuan tersebut.
2. Orang yang mempunyai rasa tanggung jawab dalam arti orang yang memiliki kemauan dan
kemampuan, tetapi kemudian timbu lkombinasi antara kemauan dan kemampuan ke dalam 4
macam variabel:
a. tidak mau dan tidak mampu : Tingkat kedewasaan yang paling rendah.
b. mau tetapi tidak mampu.
c. tidak mau tetapi mampu.
d. mau dan mampu : Tingkat kedewasaan yang paling tinggi.
3. Orang-orang yang mempunyai pendidikan dan pengalaman.
4. Apabila dikaitkan dengan relevansinya dengan tujuan, dengan demikian tingkat kedewasaan
yang dimaksud adalah:
a. Kemampuan dan kemampuan teknis belum melaksanakan tugas.
b. Rasa percaya diri dan kerja diri terhadap dirinya sendiri.
Jadi bawahan dikatakan mempunyai tingkat kedewasaan tinggi relevansinya dengan tugasnya,
apabila mereka memiliki kemauan dan kemampuan ,juga memiliki rasa pada diri sendiri serta
harga diri.
Dengan demikian kerangka kepemimpinan situasional hubungan antara pemimpin dengan
bawahan dapat digambarkan dengan grafik. Gambar ini sangat bermanfaat untuk menentukan
gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi, dimana tingkat kedewasaan seseorang /bawahan
sesuai dengan tugas tertentu, terjadi proses kerja sama antara pemimpin dengan bawahan dalam
mencapai tugas organisasi. Gambar tersebut juga menunjukkan dua hal pokok yaitu gaya
pemimpin yang efektif dan tingkat kedewasaan bawahan.
Dalam gaya kepemimpinan yang efektif terdapat 4 perilaku dasar kepemimpinan yang terdiri:
P.1 Tinggi tugas hubungan-Tipe instruksi (telling)
P.2 Tinggi tugas dan tinggi hubungan-Tipe konsultasi (selling)
P.3 Tinggi hubungan rendah tugas-Tipe partisipasi ( participating)
P.4 Rendah hubungan dan rendah tugas-Tipe delegasi (delegating)
Berikut ini adalah gambar kepemimpinan situasional.
KEPEMIMPINAN SITUASIONALGAYA PEMIMPIN YANG EFEKTIF
TINGGI
HUBUNGAN
DAN
RENDAH
TUGAS
P.3 P.2
TINGGI
TUGAS
TINGGI
HUBUNGAN
P.4
RENDAH
HUBUNGAN
DAN
RENDAH
0TINGGI
TUGAS
DAN
RENDAH
P.1
AH
–
PRI
LAK
U
ME
ND
UK
UN
G
–
(TI
NG
GI)
HU
GAYA
KEP
EMIM
PIN
AN
TUGAS HUBUNGAN
(RENDAH PERILAKU MENGARAHKAN RENDAH)
(TUGAS)
TINGGI SEDANG RENDAH
K.4 K.3 K.2 K.1
TINGKAT KEDEWASAAN
TELA
H BE
RKEM
BAN
G
SEDA
NG
BE
RKEM
BAN
G