i
KEPENTINGAN CHINA DALAM MENDUKUNG
PEMBANGUNAN KANAL KRA DI THAILAND SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Wilasinee Ma
11151130000121
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
KEPENTINGAN CHINA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KANAL
KRA DI THAILAND SELATAN
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gealr Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanki yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Wilasinee Ma
NIM : 11151130000121
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
KEPENTINGAN CHINA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KANAL
KRA DI THAILAND SELATAN
Dan telah memenuhi syarat untuk diuji,
iv
v
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang kepentingan China dalam mendukung
Thailand untuk membangun terusan yang terletak di bagian Thailand Selatan yaitu
Kanal Kra. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat apa kepentingan
China dalam mendukung Thailand dalam menggali terusan untuk
menghubungkan Laut Andaman dan Laut China Selatan. Proyek menggali terusan
di Thailand merupakan proyek sejarah Thailand karena sudah muncul pada abad
ke -17 tapi belum dapat dibangun karena kekurangan modal dan kelemahan
teknologi pada masa dahulu. Kini dibahas kembali di bawah kebijakan One Belt,
One Road (OBOR) dan kesediaan China dalam dukungan ini. Teori Kebijakan
Luar Negeri dan Konsep kepentingan nasional, digunakan dalam penelitian ini
untuk mendukung analisis mengenai kepentingan China dalam proyek Kanal Kra.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang
bersifat deskriptif. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber
dari wawancara, libery reserch serta data-data online. China kini sedang
mempromosikan kebijakan jalur sutra baru untuk menghubungkan negara Eurasia.
Thailand yang mempunyai daratan yang sangat sempit di bagian selatan negara
telah membuat China melihat pada kepentingan dalam proyek tersebut. Hal ini
sejalan dengan proyek OBOR yang diperkenalkan China pada abad ke- 21 ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dibalik dukungan ini terdapat kepentingan yang
ingin dicapai oleh China.
Kata Kunci : Kanal Kra, Kepentingan China, One Belt, One Road (OBOR)
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,
Alhamdulillahi rabbilalamin
Selaga puji bagi Allah SWT penulis panjatkan dan segala rahmat penulis
ucapkan karena telah diberi kelancaran dalam penulisan skripsi yang berjudul
Kepentingan China dalam Mendukung Pembangunan Kanal Kra Di Thailand
Selatan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengalami berbagai proses yang
harus dihadapi demi kelancaran penulisan ini. Namun, kelancaran proses ini tak
lepas dari dukungan dan bantuan keluarga dan para sahabat dan para dosen yang
senantiasa menemani hingga penulis mampu melewati berbagai kendala dan
hambatan. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakash
kepada berbagai pihak yang telah membantu, yakni :
1. Kedua orang tua penulis yakni ayahanda Mamasakri Ma dan Rosrin
Inshu yang selalu memberikan dukungan tiada henti secara moril dan
materil. Anggota keluarga penulis yang selalu mendoa dan memberi
penuh dukungan kepada penulis dari awal mulai sehingga akhir
skripsi.
vii
2. Bapak Ahmad Alfajri, M.A, selaku Ketua Program Studi Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan
skripsi,
3. Bapak Teguh Santosa, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga selesai,
4. Dosen-dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta. Terima kasih atas
segala ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan,
5. Teman-teman terhebat penulis, Rahma Aulia Vinanda, Luthfiatul
Insiah, Ilham, Wanmuniroh, Suraida, Sumaiyah, Charifa serta teman
kelas HI A semua, terima kasih atas dukungan semangat dan bantuan
ilmu selama penulis mengerjakan skripsi ini dan juga untuk menjadi
bagian terindah dalam kehidupan perkuliahan penulis.
6. Teman-teman Thailand yang kuliah di Indonesia, terima kasih sudah
menjadi teman seperjuangan dari tahun 2015 hingga sekarang.
Penulis berharap segala dukungan dan bantuan ini mendapat balasan
dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya bersedia menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk masa yang akan dating. Terakhir, semoga
skripsi ini dapat diterima sebagai persyaratan kelulusan dan dapat menjadi
referensi bagi mahasiswa lain.
Jakarta, 23 Desember 2019
Wilasinee Ma
11151130000121
viii
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .......................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................................................ iii
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTARGAMBAR...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah ................................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 6
E. Kerangka Teoritis .................................................................................................... 7
1. Teori Kebijakan Luar Negeri .............................................................................. 8
2. Konsep Kepentingan Nasional .......................................................................... 10
F. Metode Penelitian ................................................................................................. 12
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 13
BAB II UPAYA CHINA MENDUKUNG THAILAND DALAM PROYEK
KANAL KRA ....................................................................................................... 15
A. Kebijakan China pada Proyek Kanal Kra Pra OBOR ........................................... 17
B. Kebijakan China pada Proyek Kanal Kra Pas OBOR ........................................... 20
BAB III GAMBARAN UMUM PROYEK KANAL KRA .................................. 29
A. Latar Belakang Kanal Kra..................................................................................... 29
B. Faktor Kanal Kra Tidak Terealisasikan ................................................................ 35
ix
C. Kepentingan Kanal Kra Sebagai Jalur Perdagangan Dunia .................................. 39
BAB IV MENGAPA CHINA MENDUKUNG PROYEK KANAL KRA DI
THAILAND SELATAN ....................................................................................... 42
A. Kepentingan China dalam Mendukung Pembangunan Kanal Kra ........................ 45
B. Faktor-faktor China Mendukung Proyek Kanal Kra di Thailand Selatan ............. 52
1. Faktor Internal ................................................................................................... 53
2. Faktor Eksternal ................................................................................................ 55
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 59
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... xii
LAMPIRAN ...................................................................................................... xviii
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.B.1. Pertemuan antara Thailand dan China...............................24
Gambar III.A.1. Peta Jalur Kanal Kra………………………………...........29
Gambar III.A.2 Jalur-jalur yang dirancang untuk menggali kan.................32
xi
DAFTAR SINGKATAN
AUG Asia Union Group
BRI Belt and Road Initiative
CTKIID China –Thailand Kra Infrastructure Investment and Development
Company
KMITL King Mongkut’s Institute of Tecnology Ladkrabang
KTT Konferensi Tingkat Tinggi
MOU Memorandum of Understanding
NESDB National Economic and Social Development Board
NSC Office of The National Secutiry Council
OBOR One Belt One Road
SLOC Sea Lines of Communication
TCA Thai Canal Association for Study and Development
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Setelah berakhirnya perang dingin, Negara China berkeinginan untuk
mempertahankan stabilitas domestik dan regional, bersamaan dengan
pengembangan dalam bidang ekonomi, militer, teknologi dan ilmu pengetahuan.
China telah melakukan beberapa perkara untuk mencapai hal berikut, salah
satunya yaitu membuka Negara untuk berdagang dengan Negara asing. Setelah
Mou Zedong memerintah China, dia telah membawa negaranya berkembang sama
ada sama ada dari aspek sosial, politik dan ekonomi.
Pada abad ke-21 ini China merupakan salah satu Negara super power di dunia
ini. Dimana China merupakan sebuah Negara yang memiliki kekuatan politik
yang sangat besar, sehingga kebijakan yang dibuat oleh China akan memberi
pengaruh yang besar kepada beberapa Negara. Untuk menjadi negara yang
berpengaruh di dunia ini, penting bagi China untuk menjadi negara yang kuat
terutamanya dari bidang ekonomi. Melihat pada saat ini, barang yang diproduksi
China terdapat di seluruh penjuru dunia. Dalam meningkatkan ekonomi
negaranya, penting untuk mewujudkan keamanan energi, agar dapat melancarkan
roda ekonomi negaranya
2
Adapun dalam melakukan perdagangan dunia, negara-negara produsen harus
melewati sejumlah jalur sempit tertentu antara suatu tempat untuk mencapai
tujuan akhirnya. Salah satu jalur sempit yang memiliki status paling penting
dalam perdagangan dunia adalah Selat Malaka. Selat Malaka merupakan jalur
terpendek dari Tanduk Afrika dan Teluk Persia ke Asia Timur dan Samudera
Pasifik.1 Bukan hanya negara sekitar Selat Malaka yang sering menggunakan jalur
ini, namun juga pada beberapa Negara di dunia. Berdasarkan hal berikut membuat
jalur sempit ini berpotensi menjadi jalur perdagangan utama dunia. Sehubungan
dengan itu Selat Malaka telah membuktikan posisinya sebagai salah satu jalur
perdagangan penting di dunia dengan jumlah kapal yang melewati selat ini
mencapai sekitar 50,000 kapal pertahunnya.2
China sangat bergantung pada Selat Malaka sebagai laluan tercepat untuk
menggerakan komoditasnya ke seluruh penjuru dunia. Disisi lain Selat Malaka
berperan penting sebagai rute yang mengalirkan minyak dari Timur Tengah dan
Afrika. Dimana China mengkonsumsi sekitar 12% dari total produksi minyak
dunia atau sekitar 12 juta barrel perhari, jumlah ini merupakan jumlah terbanyak
setelah Amerika Serikat yang mengonsumsi sekitar 19 juta barrel per hari. Selat
Malaka merupakan check point minyak terbesar kedua di dunia setelah Selat
Hormuz. Dengan 80 % cadangan minyak berasal dari Timur Tengah dan Afrika,
China merupakan salah satu negara yang paling bergantung pada jalur ini.3
1 Solvay Gerke dan Hans-Dieter Everse, “Selat Melaka : Jalur Sempit Perdagangan
Dunia,” Akademika 81. 2 Gerke dan Everse, “Selat Melaka : Jalur Sempit Perdagangan Dunia”,
3 Bob S. Effendi, Nilai Strategis Laut China Selatan dan Selat Malaka Bagi China,
kompasiana,7Oktober 2017 [Beritaon-line]; tersedia
3
Melihat dari hal tersebut, Selat Malaka sangat padat jalur jalur lalu lintas
karena posisinya sangat stabil menyebabkan banyak pengguna. Selat ini terkenal
dengan jalur yang tersibuk di dunia dengan arus lalu lintas kapal mencapai kurang
lebih 200 kapal per-harinya. Keadaan geografis Selat Malaka yang
menghubungkan Laut Cina Selatan dengan Laut Andaman-Teluk Bengala-
Samudera India, terkadang juga menyebabkan kondisi cuaca berubah ekstrim
sehingga kapal sering mengalami tabrakan dan kandas.4
China yang merupakan pengguna utama jalur ini merasa terancam bagi
keamanan komoditas dan energinya yang melawti rute ini. Mencapai keamanan
energi bagi China merupakan hal yang harus terjaga, supaya tidak akan
menganggu pergerakan ekonominya. China melihat pada Kanal Kra sebagai jalur
alternatif untuk mengurangi ketergantungan yang tinggi pada Selat Malaka.
Melihat pada total kapal yang melewati jalur ini semakin tambah pada setiap
tahun, maka 10 tahun mendatang Selat Malaka sangat mencapai kepadatan yang
tinggi.5
Proyek menggali terusan atau Kanal Kra muncul pada 1677 saat pemerintahan
Raja Somdet Phra Narai Maharat alias Ramathibodi III alias Ramathibodi Si
Sanphet. Kanal Kra terletak di bagian Thailand Selatan yang dirancang menggali
untuk menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dalam
https://www.kompasiana.com/bob911/59d8a39845fc4a25494e28f3/nilai-strategis-lcs-dan-selat-
malaka-bagi-china-dan-peran-strategis-indonesia Diakses pada 19 Desember 2019 13.50 WIB. 4 Agus Yulianto, Selat Malaka Jlur Perdagangan Paling Padat di Dunia, REPUBLIKA, 2
April 2019 [Berta on-line]; tersedia di
https://republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/ppbr6o396/selat-malaka-jalur-perdagangan-
paling-padat-di-dunia Diakses pada 3 september 2019, 20.56 WIB. 5 Wahyu Purwanta, Pengembangan Pusat Keunggulan Maritim- Selat Malaka Menuhu
Masyarakat Berbasis Pengetahuan, (Dewan Riset Nasional : Jakrta 2011): 35
4
menjayakan proyek ini, banyak kuasa asing mengambil posisi sebagai pendukung
utama termasuk China.
Setelah Xi Jinping menjabat sebagai pemimpin China, dia telah
memperkenalkan kebijakan One Belt, One Road (OBOR) atau diganti nama
setelah itu menjadi Belt and Road Initiative (BRI). Strategi ini diperkenalkan
oleh Presiden Xi Jinping yang mana fokus pada visi masa depan China adalah
pada konektivitas dan lebih memprioritaskan kerjasama Asia Tenggara dengan
Eropa melalui Samudera Hindia.6 China berminat untuk mendukung Kanal Kra di
bawah proyek OBOR dengan menyediakan modal dan teknologi karena terlihat
bahwa Kanal Kra sejalan dengan kebijakannya.
Dari pembahasan di atas menyebabkan peneliti tertarik untuk melihat pada
kegigihan China untuk menetap di Thailand sebagai pendukung utama dalam
pembangunan Kanal Kra. Hal ini karena sejak awal muncul ide ini, belum ada
pemerintah Thailand meneruskan proyek ini sehingga selesai. Hal demikian
karena setiap kali menjalankan proyek ini akan ada rintangan seperti pada masa
pemerintahan Thaksin Shinawat yang sudah dijalankan proyek tapi terpaksa
terhenti karena pada masa itu Thailand mengalami krisis finansial.7
Pada penilitian ini ingin melihat pada kegigihan China dalam memberi
tawaran dukungan pada Proyek Kanal Kra, walaupun sudah beberapa kali ditunda
dengan beberapa alasan. Sehingga dibahas kembali oleh China dalam kebijakan
6 Rhea Menon, Thailand’s Kra Canal: China’s Way Around the Malacca Strait, The
Diplomat, 6 April 2018 [ Berita on-line]; tersedia di https://thediplomat.com/2018/04/thailands-
kra-canal-chinas-way-around-the-malacca-strait/ Diakses pada 6 juli 2019, 12.34 WIB. 7 Niyom Wonpanya dan Jaren Jankomol, Mempelajari penggalian kanal Kra Isthmus dari
Teluk Thailand ke Laut Andaman (Bankok :Kantor Akademik, 2009),6
5
OBOR dengan tawaran yang sama yaitu memberi dukungan atas pembangunan
kanal menyambungkan kedualautan sebagai jalur perdagangan baru. Sejak
diumumkan kebijakan OBOR pada 2013, Xi Jinping menunjukan pengaruhnya
terutama di Asia Tenggara. Maka dari penelitian ini ingin melihat pada usaha-
usaha China dan tujuan China pada Proyek Kanal Kra.
B. Pertanyaan Penelitian
Merujuk dari latar belakang dari penelitian ini, permasalahan yang diangkat
adalah Mengapa China Mendukung Pembangunan Kanal Kra di Selatan
Thailand ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui mengapa China tetap
mendorong Thailand dalam menjayakan proyek Kanal Kra. Sedangkan proyek
ini kemungkinan kecil untuk direalisasikan. Proyek menggali terusan di Thaiand
sudah beberapa kali dibahas, tapi tidak ada yang terusakan hingga akhir. China
begitu sangat tinggi usahanya untuk menjayakan proyek ini, melihat dari usaha-
usahanya sendiri.
Penelitian ini diharap dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan hubungan internasional khususnya bagi mahasiswa yang ingin
mengkaji hubungan di Asia Tengga ra, serta pengaruh kekuatan besar yaitu China
dalam hal tersebut.
6
D. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini telah merujuk pada beberapa penelitian
terdahulu sebagai sumber untuk memahami pada topik Proyek Kanal Kra. Setelah
dirujuk beberapa tulisan, belum ada penelitian yang membahas mengenai
Mengapa China Mendukung Pembangunan Kanal Kra di Thailand Selatan.
Adapun penelitian sebelumnya tidak spesifik pada negara China seperti pada
penelitian ini. Rujukan pertama yaitu pada artikel yang berjudul ‘Thailand’s Kra
Isthmus and Elusive Canal since the 1850s’ yang ditulis oleh Stephen Dobbs.8
Dalam tulisan ini Stephen menjelaskan pengaruh dari kuasa asing terutamanya
Inggris dan Perancis di Kanal Kra. Proyek menggali terusan di Thailand sangat
menarik sehingga hadirnya super power pada proyek ini. Hal ini dapat dilihat
kepentingan yang tinggi pada Kanal Kra. Karena Kanal Kra akan menjadi jalur
perdagangan terpenting yang baru di dunia akhirnya akan mengubah jalur
perekonomian terutamanya di Asia Tenggara.
Selain Stephen, juga terdapat penelitian yang dibuat oleh Miss Donthai
Jirawiwat dalam thesisnya yang berjudul ‘Thai Canal: Consideration and Legal
Preparation’ yang dilakukan pada 2016. Pada tulisan ini Donthai menjlaskan
kesediaan negara Thailand untuk membangun Kanal Kra dari dalam semua
dimensi sama ada dari dalam bahkan luar negara.
Dalam tulisan ini juga menjelaskan kepentingan Kanal Kra bagi kawasan
sekitar sehingga akhirnya menyebabkan negara super power tertarik untuk
8Stephen Dobbs, “Thailand’s Kra Isthmus and Elusive Canal Plans since the 1850s,”
TRaNS: Trans –Regional and –National Studies of Southeast Asia 4(Januari 2016): 168.
7
mengambil peran dalam jalur ini. Hal ini karena jalur ini akan menjadi jalur
pelayaran yang terpenting di dunia. Di mana negara yang menguasai jalur
perdagangan akan mempunyai hak untuk menentukan harga barang. Hal ini akan
membuat negara Thailand akan dikelilingi oleh kuasa kuat terutamanya Amerika
Serikat dan China.9
Dari kedua penelitin yang telah dipaparkan di atas, terdapat perbedaan dengan
penelitian ini. Keduanya lebih memfokuskan pada usaha dan persiapan negara
Thailand dalam menjayakan proyek Kanal Kra. Ada yang membahas masuk
campur kuasa asing dalam proyek ini tapi lebih kepada kuasa barat. Perbedaannya
disini adalah penelitian ini akan menjelaskan usaha China dalam meminta
Thailand untuk membelah daratan untuk menghubung kedua lautan. Peneliti akan
menulis tentang usaha China dari awal memasuki Thailand dan tawaran yang
diberi oleh China kepada Thailand sehingga kepentingan yang ingin dicapai oleh
China.
E. Kerangka Teoritis
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan judul penelitian
yaitu Kepentingan China dalam Mendukung Pembangunan Kanal Kra di
Thailand Selatan adalah konsep Balance of Power, Kepentinagn Nasional, dan
Kebijakan Luar Negeri.
9 Miss Donhatai Jirawiwat. Thai Canal : Considerations and Legal Preparation. Tesis
Program Sekolah Pascasarjana Universitas Thammasat. 2016, hal. 14.
8
1. Teori Kebijakan Luar Negeri
Menurut K.J Holsti, kebijakan luar negeri merupakan ide-ide ataupun
tindakan yang dirancang khusus oleh pembuat keputusan dalam
menghasilkan dan mendorong terjadinya perubahan kebijakan atau tindakan
suatu negara. Bagi Holsti, kebijakan luar negeri adalah kegiatan yang
dilakukan suatu negara dengan maksud tertentu, walaupun beberapa
kebijakan dibuat untuk mengubah kondisi di luar negeri demi meraih
kepentingan nasional. Bagi Holsti, kebijakan luar negeri adalah kegiatan
yang dilakukan suatu negara dengan maksud tertentu, walaupun beberapa
kebijakan dibuat untuk mengubah suatu lingkungan.10
Menurut Rosenau tujuan dari kebijakan luar negeri sebenarnya
merupakan fungsi dari proses dimana tujuan negara disusun. Tujuan
tersebut dipengaruhi oleh sasaran yang dilihat dari waktu yang sudah berlalu
untuk masa yang depan.11
KJ.Holsti membagi tujuan dalam mengeluarkan
kebijakan menjadi dua yaitu tujuan jangka menengah dan tujuan jangkan
panjang. Tujuan menengah adalah meningkatkan pretise negara dalam
sistem itu, indikator ini dinilai berdasarkan industri, teknologi, bantuan dana
dan militer.12
Sedangkan tujuan jangka panjang adalah rencana, impian dan
pandangan mengenai organisasi politik atau teknologi terakhir dalam sistem
10
K.J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, (New Jersey: Prentice
Hall, 1988), 199. 11
James N. Rosenau, International Politics and Foreign Policy: A Reader in Reasearch
and Theory, (New York: The Free Press, 1969), 167. 12
K.J. Holsti, International Politics, 146.
9
internasional, ideologi tersebut merupakan aturan yang mengatur tindakan
negara dalam sistem internasional.13
Di mana Holsti mengatakan ada dua faktor yang mempengaruhi
proses pembuatan kebijakan luar negeri yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.14
Faktor internal meliputi kebutuhan ekonomi, sosial dan
keamanan. Seterusnya terletaknya geografi dan karakteristik topografi suatu
negara memiliki pengaruh yang penting terhadap tingkat keamanan.
Terakhir adalah struktur pemerintah, opini publik, birokrasi, pertimbangan
etik. Hal tersebut memilikiperan penting dalam mengambil kebijakan luar
negeri.
Di mana faktor eksternal meliputi struktur internasional, karakteristik
atau struktur ekonomi internasional, kebijakan atau tindakan aktor lain,
masalah global dan regional yang berasal dari pihak swasta, dan terakhir
adalah hukum internasional dan opini negara.
Beradasarkan pada penjelasan Holsti dapat dilihat bahwa faktor
internal di China adalah keinginan pemerintah untuk melindungi kepentingan
ekonomi negaranya dan juga keamanan kapal-kapal dagang China yang
melayar terutamanya di Asia Tenggara. Hal ini mempengaruhi pemerintah
China untuk mengambil kebijakan luar negeri karena jalur Selat Malaka yang
merupakan laluan utama China tidak memberi keamanan pada komoditas dan
eneri China yang melewati jalur ini.
13
K.J. Holsti, International Politics, 147. 14
K.J. Holsti, International Politics, 270-290.
10
Jika melihat pada faktor eksternal China menurut Holsti, tindakan
yang berasal dari aktor lain dari para perompak, dan juga tindakan dari
negara lain seperti Amerika Serikat yang sering mengirimkan kapal perang
untuk melayar di jalur perdagangan China. Hal ini sangat memberi tekanan
kepada China dan menimbulkan rasa tidak aman sehingga China
memutuskan suatu kebijakan untuk mencapai kepentingan nasional.
2. Konsep Kepentingan Nasional
Dalam mengakaji hubungan internasional, terdapat element yang
bermain dalam studi ini. Seperti aktor, interest dan power. Ketiga hal
tersebut merupakan identitas yang membentuk sebuah negara. Menurut
kaum realis aktor merupakan pemain penting dalam sebuah hubungan antar
negara. Walau bagaimanapun setiap tindakan aktor perlu dilatarbelakangi
sebuah tujuan atau sering disebut dengan kepentingan nasional. Seperti yang
dikatakn oleh Hobbes manusia akan bergerak mengikut apa yang
diinginkan.15
Meski demikian, ada beberapa ahli telah memberi pandangan yang
berbeda berkaitan dengan pengertian kepentingan nasional. Dimana orang
yang mencetus pengertian kepentingan nasional yaitu Hans J Mogenthau
yang memberi arti yaitu suatu tindakan mengejar kekuasaan yang dapat
mengontrol orang lain. Lebih spesifiknya konsep kepentingan nasional
15
David Thomson, Pemikiran Pemikiran Politik (Jakarta : Aksara Persada Indonesia,
1986), 75.
11
adalah kemampuan suatu negara untuk melindungi dan mempertahankan
identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain.16
Selain Hans J Morgenthau, Felix E. Oppenheim mengeartikan konsep
kepentingan nasional sebagai tujuan kesejahteraan yang ingin dicapai oleh
pemerintah dalam peringkat internasional. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa kepentingan nasional suatu negara untuk melindungi otonomi politik
dan integrasi nasionalnya demi keberlangsungan hidup dan dan
kesejahteraan masyarakatnya.17
Begitu pula yang dikatakan oleh Olthon, kepentingan nasional adalah
kesejahteraan ekonomi, militer keamanan dan pertahanan sebagai hasil dari
adanya bentuk kepentingan nasional. Sehingga kepentingan nasional dalam
menjadi tujuan penting bagi suatu negara untuk merumuskan kebijakan luar
negeri dan konsep dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri seperti yang
dipaparkan dalam kamus hubungan internasional.18
Bagi China, mencapai dan memenuhi kepentingan nasional adalah hal
fundamental bagi kelangsungan hidup negara. Kepentingan nasional yang
berusaha untuk dicapai oleh China adalah keamanan dalam perdagangan.
Hal ini karena lebih dari 80% aliran impor minyak China melewati Selat
Melaka. Oleh itu dengan adanya Kanal Kra dapat memotong jarak
16
Rona Pea, “Konsep Kepentingan Nasional dalam Hubungan Internasional”, The writer
is the engineer of human soul 101 (November 2016) 17
Rona Pea, “Konsep Kepentingan Nasional dalam Hubungan Internasional”, The writer
is the engineer of human soul 101 (November 2016) 18
Jack C. Plano &Olthon R, Kamus Hubungan Internasional, (Bandung 1999) : 11.
12
perjalanan, menghematkan waktu dan bahan bakar. 19
Selain dari itu
keberadaan Terusan Kra, dapat mengurangi ketergantungan China pada
Selat Malaka.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat
deskriptif. Menurut Creswell, data yang berasal dari penelitian kualitatif bersifat
deskriptif artinya data dilaporkan dalam kata-kata atau gambar-gambar, bukan
dalam bentuk angka. Creswell juga mengatakan bahwa peneliti dalam penelitian
kualitatif adalah instrumen utama dalam pengumpulan data. Hal ini bererti,
peneliti merupakan alat dalam proses pengumpulan data. Oleh sebab itu, dalam
metode kualitatif kemampuan mengajukan serta menemukan pertanyaan secara
mendalam, sangat dibutuhkan dalam proses pengambilan data.20
Dalam mengkaji penelitian ini menggunakan tipe metode penelitian studi
pustaka (library research), yaitu dengan mengumpul data melalui studi literatur.
Metode ini bertujuan memperoleh pemahaman, mengembangkan teori, dan
menggambarkan realitas yang kompleks.21
Hal ini juga sesuai yang dikatakan oleh
Creswell yaitu tiga langkah yang perlu dilakukan ketika mengumpul data
terutamanya dalam penelitian yang berbentuk kualitatif yakni pertama adalah
penetapan batas-batas penelitian. Kedua adalah pengumpuan informasi melalui
19
Kinder, “Strategic Implications of the Possible Construction of the Thai Canal”, 113. 20
J.W.Creswell, Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches (edisi revisi),
(Jakarta: KIK Press, 2002),151. 21
H. Abdurrahman dan Soejono, Metode penelitian; Suatu Pemikiran dan Penerapan
(Rineka Cipta, 2005), 28-29
13
pengamatan, wawancara, dokumen serta bahan-bahan visual. Yang terakhir adalah
melakukan penetapan aturan untuk mencatat data dan informasi.22
Di mana pada penelitian ini, telah dilakukan beberapa cara untuk
memperoleh data seperti studi pustaka yaitu memperoleh data dari buku-buku,
skripsi, serta sumber yang berasal dari situs-situs rasmi yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan. Dikarenakan topik yang dibahas ini belum dibangun,
maka data kebanyakan diperoleh dari situs berita internet ataupun kata-kata dari
persidangan dari pihak yang berkuasa seperti pemerintah. Selain mendapat
informasi dari situs internet, informasi juga dapat dari wawancara langsung
dengan pihak yang berkaitan.
Jenis pengumpulan data dilakukan berbagai cara dari berbagai sumber
untuk mendapat informasi yang tepat dan dipercayai. Kamudian dianalisis dari
data-data tersebut melalui teknik analisis data kualitatif. Permasalahan
digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada kemudian dihubungkan antara
fakta yang satu dengan fakta yang lainnya, kemudian dibuat kesimpulan dan
dibahas dalam penelitian ini.
G. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini telah dibagi menjadi lima bab, dengan sistematika yang
disusun sebagai berikut:
22
J.W.Creswell, Research Design,139.
14
Pada Bab pertama, Membahas mengenai Pendahuluan berisikan tentang
pernyataan masalah, pertanyaan masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka,
kerangka teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Pada Bab kedua, akan menjelaskan upaya China dalam bernegosiasi
dengan Thailand dalam proyek Kanal Kra, serta pihak-pihak yang bermain dalam
proyek ini sama dari China dan Thailand sendiri. Bab ini terdiri dari dua sub bab
yang menjelaskan kegigihan China dalam memberi dukungan atas pembangunan
Proyek Kanal Kra pada sebelum dan selepas kebijakan One Belt, One Road
(OBOR) dikeluarkan.
Pada Bab ketiga, akan menjelaskan gambaran umum Proyek Kanl Kra di
Thailand Selatan. Bab ini terdiri dari tiga sub bab yang menjelaskan latar
belakang Proyek Kanal Kra, faktor kegagalan dalam merealisasikan Proyek Kanal
Kra dengan melihat pada tantangan yang dihadapi ketika membangun proyek ini,
serta akan menjelaskan peran Kanal Kra sebagai jalur perdagangan dunia.
Pada Bab keempat, mengenalisa kepentingan nasionl China dalam
mendukung Proyek Kanal Kra di Thailand dengan melihat pada faktor internal
dan eksternal dalam China sehingga mengutuskan kebijakan mendukung Proyek
Kanal Kra di Thailand.
Pada Bab kelima, merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dan
saran terhadap penelitian dukungan China terhadap pembangunan Proyek Kanal
Kra.
15
BAB II
UPAYA CHINA MENDUKUNG THAILAND DALAM PROYEK
KANAL KRA
Dalam menjalankan perdagangan perkapalan, penting bagi para pengusaha
untuk mencari jalan yang paling menguntungkan. Hal ini karena biaya kapal
sangat mahal pada setiap hari bertambah dengan keadaan di Selat Malaka yang
merupakan jalur terpendek dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik sangat
padat lalu lintas dan risiko dalam kecelakaan sangat tinggi. Walau bagaimanapun,
untuk meneruskan perdagangan, kapal tersebut terpaksa meggunakan jalur sempit
Selat Malaka untuk mengirimkan barangnya ke Seluruh penjuru dunia.
Hal ini juga berlaku dengan China yang terkenal dengan negara pengguna
utama di Selat Malaka. China di bawah Presiden Xi Jinping kini mengalami
pertumbuhan ekonomi yang cepat, bertambah dengan kebijakan One Belt, One
Road (OBOR) dikeluarkan oleh presiden tersebut untuk meningkatkan ekonomi
dunia. Xi Jinping memperkenalkan kebijakan ini pada 2013 dengan mengandungi
2 konsep yaitu Silk Road Economic Belt (jalur darat) dan The 21st Maritime Silk
Road (jalur laut) dengan menekankan pada pembangunan infrastruktur untuk
16
menghapuskan hambatan dalam perdagagan.23
Di bawah kebijakan ini China telah membangun beberapa infrastruktur
untuk memperlancarkan perdagangan dunia terutamanya di Asia Tenggara. Di
Asia Tenggara telah diusulkan beberapa proyek pembangunan seperti jalan raya,
jalan kereta, jalur pipa gas dan pembangunan pelabuhan.24
Selain untuk
mengahpuskan hambatan dalam perdagangan penting bagi China untuk
meningkatan keamanan energi terutamanya bahan bakar minyak. Hal ini karena
minyak merupakan penggerak utama roda ekonomi negaranya. Akan tetapi jika
melihat dari keadaan di Selat Malaka saat ini tidak memberi kenyamanan bagi
China dalam menyalurkan minyak dan komoditasnya. Maka China melihat pada
Kanal Kra yang merupakan proyek sejarah Thailand sebagai jalur alternatif
baginya.
Walaupun begitu, sebelum diutuskan kebijakan OBOR China sudah ada
usaha-usaha untuk bernegosiasi dengan pihak Thailand untuk merealisasikan
Proyek Kanal Kra. Meski sudah ada proposal yang diteliti oleh pihak yang
berkaitan, tatapi pemerintah Thailand tidak meneruskan proyek ini sehingga
akhir.25
Hal ini karena untuk membangun megaproyek seperti ini harus
dipertimbangkan berbagai dimensi supaya tidak berlaku masalah di kebelakangan.
23
Syaiful Anam, dan Ristiyani, “Kebijakan Belt and Road Initiative (BRI) Tiongkok
pada Masa Pemerintahan Xi Jinping,” ResearchGate (Desember 2018) 24
Fu-kuo Liu, “The Implications of the Maritime Silk Road Initiative for China’s
Geostrategic advance to South and Souteast Asia,” Prospect Journal 14 25
Konsep 'Gali Kra Isthmus' tiga ratus tahun mimpi Apa yang harus kita tukar, TCIJ, 30
Agustus 2015 [Berita On-line] disedia di https://www.tcijthai.com/news/2015/30/scoop/5760
Diakses pada 8 November 2019, 21.10 WIB.
17
Namun demikian China tidak pernah mengundur dari proyek Kanal Kra, dan
sekarang dibahas dalam kebijakan OBOR China pada abad ke-21 ini.
A. Kebijakan China pada Proyek Kanal Kra Pra OBOR
Proyek Kanal Kra adalah ide yang dicetus sejak abad ke-17 oleh Raja
Somdet Phra Narai Maharat alias Ramathibodi III alias Ramathibodi Si Sanphet
tapi tidak diteruskan hingga selesai karena pada masa tersebut belum ada
teknologi yang dapat membelah daratan untuk dijadikan terusan, serta modal yang
tidak mencukupi.26
Walaupun begitu proyek ini sering diangkat untuk dibahas
beberapa kali sama ada oleh pemerintah Thailand sendiri atau kuasa luar yang
menyatakan kesediaan dalam mendukung proyek ini.
Jika melihat dari awal muncul ide penggalian terusan, terdapat kuasa Eropah
seperti Inggris dan Perancis yang menunjuk minatnya atas proyek ini. Dimana
Inggris dan Perancis beberapa kali datang ke Thailand untuk bernegosiasi dengan
pemimpin Thailand supaya menghidupkan kembali dan diteruskan proyek ini.
Walaupun begitu, dengan berat hati pemimpin Thailand karenna kehadiran dua
kuasa tersebut maka pemerintah memilih untuk tidak mengizinkan sesiapa untuk
berinvestasi dalam proyek ini.27
Setelah era kolonial juga terdapat kuasa asing yang berminat dalam
berinvestasi dalam proyek ini. China merupakan salah satu dari beberapa negara
26
Tim Peneliti Universitas Hat-Yai, “The Impact and Feasibility of the Thai Canal
Project (kor kot gra)”, 2016 27
Niyom Wonpanya dan Jaren Jankomol, Mempelajari penggalian kanal Kra Isthmus dari
Teluk Thailand ke Laut Andaman (Bankok :Kantor Akademik, 2009), 5
18
Asia yang tertarik untuk mendanai Proyek Kanal Kra.28
Melihat dari hal tersebut,
China mulai mengenal dan tertarik atas proyek ini pada 2002 ketika Kamnarn
Chalopathum, Parlimen Thailand telah mengunjungi Balai Kota Beijing, China
dan memberikan pidato pada pertemuan Parlimen Asia untuk Asosiasi
Perdamaian yang dihadiri oleh 42 negara. Pada pidato tersebut Kamnarn
menyatakan bahwa menggali terusan di Selatan Thailand dapat meningkatkan
perdamaian di kawasan tersebut.29
Kemudian setelah pidato Kanal Kra diberikan di Beijing, pada 2004
Kelompok ibu kota China mulai mengusulkan rencana dan kampanye untuk
merealisasikan Proyek Kanal Kra dan pada tahun ini juga merupakan tahun yang
sama China berinvestasi di Negara Asia Tenggara yang lain seperti Laos. Ketika
itu China bekerjasama dengan mantan Kelompok Anggota Dewan yang dipimpin
oleh Mr. Kamnarn Chaloptham telah melakukan penelitian Kemungkinan Proyek
Kanal Kra. Pada masa itu proyek diberi perhatian yang penting oleh pemimpin
pada masa itu, akhirnya usaha China bersama kelompok Anggota Dewan
dipersetujui oleh Komite Senat untuk meneruskan proyek ini.30
Walaupun proyek ini sudah diadakan penelitian bersama kuasa luar yaitu
China tapi proyek terpaksa dihenti bersama kejatuhan Partai Thai Rak Thai pada
28
Scheme has PM’s support, says Chavalit”, Bangkok Post, 28 August 2002. 29
Garis waktu konsep penggalian Kra Isthmus, 2220-2015, TCIJ, 30 Agustus 2015 [Berita
on-line]; tersedia di https://www.tcijthai.com/news/2015/08/watch/5761 Diakses pada 19
Desember 2019, 14.50 WIB. 30
Sutinwan Bowon, Proyek Kanal Thailand, Orang Tua Yuan Mao Diundang untuk
Menggali Tanah Thailand, naewna, 30 Agustus 2018 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.naewna.com/politic/columnist/36828 Diakses pada 8 November 2019, 22.54
19
2006.31
Namun kelompok kapitalis China tidak menyerah dengan mudah
mendorong untuk menghidupkan kembali Proyek Kanal Kra. Di mana setelah itu
Jenderal Thawatchai Samutsakorn, mantan Jenderal memimpin seorang
perwakilan dari perusahaan China untuk menjalankan gerakan kebangkitan
Proyek Kanal Kra. Kemudian Proyek Kanal Kra telah dikenal secara luas dengan
terdapat gerakan-gerakan baru yang pro dengan proyek ini terutamanya bagi
kelompok yang berkuasa seperti kepala daerah.32
Berdasar gerakan-gerakan tersebut sehinga membawa kepada berdirinya
Asosiasi Kanal Thailand (Kra) dan terdapat beberapa kelompok bertindak jauh
membentuk partai politik. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk mendorong
pemerintah menerima Program Studi ini dan membentuk Sekretaris Asosiasi
Kanal Thailand di wilayah tersebut yaitu di selatan yang terletaknya kanal. Hal ini
karena studi kemungkinan dalam proyek ini sudah dilakukan oleh perusahaan
china dan telah nyatakan bahwa mereka akan selesaikan proyek ini dalam 5 tahun.
Kemudian menyatakan kesediaan dalam berinvestasi dalam usaha patungan atau
pinjaman berbunga rendah.33
Melihat dari kebjakan China di kawasn ini pada 2009 China telah
mengeluarkan kebijakan yang dikenal dengan String of Pearl dan Kanal
menunjukan potensi sebagai fitur tentang apa yang kemudian digambarkan
31
Ian Storey, “Thailand’s Perennial Kra Canal Project: Pros, Cons and Potential Game
Changers” ISSUE 76, September 2019 32
Sutinwan Bowon, Proyek Kanal Thailand, Orang Tua Yuan Mao Diundang untuk
Menggali Tanah Thailand, naewna, 30 Agustus 2018 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.naewna.com/politic/columnist/36828 Diakses pada 8 November 2019, 22.54 33
Sutinwan Bowon, Proyek Kanal Thailand, Orang Tua Yuan Mao Diundang untuk
Menggali Tanah Thailand, naewna, 30 Agustus 2018 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.naewna.com/politic/columnist/36828 Diakses pada 8 November 2019, 22.54
20
sebagai strategi String of Pearl, yang sekarang telah berubah menjadi Jalur Sutera
Maritim.34
Ketika China memperkenalkan kebijakan Jalur Sutera Baru atau
OBOR usaha China di Kanal Kra tidak pernah menghilang, melihat pada beberapa
kebijakan China di Asia Pasifik selalu terdapat topic ini di bawahnya.
B. Kebijakan China pada Proyek Kanal Kra Pas OBOR
Melihat dari informasi sebelumnya dapat dilihat bahwa usaha China dalam
bernegosiasi dengan Thailand untuk sama-sama merealisasikan Proyek Kanal Kra
sudah ada sebelum terbentuknya kebijakan OBOR. China telah mencoba dengan
beberapa kali dalam bernegosiasi dengan Thailand sama ada dari pihak non-
pemerintah atau perusahaan di bawah pemerintah. Melihat dari hal ini pemerintah
China tidak secara langsung bernegosiasi dengan pemerintah Thailand. Dimana
dalam perbicaraan pada topik ini lebih dilakukan oleh wakil dari kedua pihak. Hal
ini bukan bererti tidak ada, karena pada waktu pemerintahan Thaksin Shinawat
beliau pernah mengadakan perbicaraan langsung dengan perusahaan China.35
Walaupun begitu pada masa pemerintahan Junta Militer oleh Thaksin sejak
2001 hingga 2016, proyek ini menggagal kembali karena Krisis Moneter yang
menimpa Thailand dan beberapa Negara Asia yang lain pada akhir 1990-an.
Namun begitu isu pembangunan Kanal Kra kembali dibahas pada abad ke-21
sebagai alternative meningkatkan perekonomian Thailand. Hal ini ditambah
dengan ada tudingan bahwa China mendukung proyek ini dengan menyiapkan
34
Dezan Shira dan Associates, Kra Canal Project Revisited As Part Of China’s Maritime
Silk Road, ASEAN Briefing, 11 September 2017 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.aseanbriefing.com/news/2017/09/11/kra-canal-project-revisited-part-chinas-maritime-
silk-road.html Diakses pada 21 Oktober 2019, 22.59 WIB. 35
Niyom Wornpanya dan Jaren Jankamol, Mempelajari Penggalian Kra Isthmus dari
Teluk Thailand ke Laut Andama, ( Sekatariat Dewan Perwakilan Rakyat , Bankok :2009): 7
21
anggaran cukup fantastis, mencapai US$28 miliar untuk membangun terusan
sepanjang 135 km, yang akan menghubungkan Laut China Selatan dan Laut
Andaman.36
Isu ini dipertegaskan melalui pernyataan Presiden China Xi Jinping pada 3
Oktober 2013. Presiden China telah mencanangkan visi Jalur Sutra Maritim abad
ke-21 di hadapan parlemen Indonesia. Inti dari visi tersebut adalah pembangunan
prasarana transportasi laut dari China melintasi Asia Tenggara ke Asia Selatan,
Timur Tengah, Eropa dan Afrika yang disponsori China.37
Melihat dari hal ini
pembangunan Kanal Kra sejalan dengan kebijakan yang diperkenalkan oleh Xi
Jinping pada abad ini.
Sejak kudeta di Thailand pada 2014, proposal Kanal Kra telah dilanjutkan.
Pendukung proyek sekarang mengkonfirmasi bahwa situasi yang memfasilitasi
kanal lebih bermanfaat karena tiga alasan. Pertama, kerajaan memiliki Raja baru
yang ingin mempertahankan warisannya. Kedua, China ingin berinvestasi dalam
proyek infrastruktur regional seperti Kanal Kra yang merupakan bagian dari
proyek One Belt, One Road (OBOR), dan ketiga, pemerintah Thailand telah
mengumumkan strategi pembangunan nasional selama dua dekade yang
menekankan pentingnya inisiatif konektivitas global.38
36
Insan Harapan Harapan, “Dampak Pembangunan Terusan Kra di Thailand Terhadap
Ekonomi Indonesia,” Jurnal Wacana Politik 4 ( Maret 2019): 83. 37
Insan Harapan Harapan, “Dampak Pembangunan Terusan Kra di Thailand Terhadap
Ekonomi Indonesia,83 38
Ian Storey, “Thailand’s Perennial Kra Canal Project: Pros, Cons and Potential Game
Changers,” Iseas Yusof Ishak Institute 76, (24 September 2019): 5.
22
Melihat pada dukungan yang ditawarkan oleh China ke Thailand tidak
pernah menghilang walaupun sudah beberapa kali ditunda oleh Thailand.
Sehingga pada 2014, berdirinya Kelompok Studi Thailand-China dengan
pertemuan antara kedua pihak. Di mana pihak Thailand terdiri dari Kepala
Tentera Udara Natthaphot Thawilawang dan Mayor Sorachat Suwanphrom,
beserta Ketua KKS Group Company Limited, Panakit Kunsap. Sementara bagi
pihak China Whi Pin sebagai Ketua Chong Charich Way Holding Company
Limited. Dalam pertemuan ini telah menyatakan bahwa modal dalam membangun
proyek setidaknya sekitar 7-8 miliar baht.39
Setelah didirikan kelompok studi ini, Kanal Kra kembali diberi perhatian
setelah beberapa kali ditunda dengan tidak ada waktu yang pasti dalam
membangunnya. Kanal Kra diberi perhatian karena negara yang melakukan
perdagangan kapal merasa penting baginya untuk memcari jalan alternatif yang
lebih baik dan menguntungkan. Kemudian tidak lama dari pembentukan
kelompok studi tersebut, ada khabar bahwa 3 perusahaan penting China
berpegang tangan mendukung Proyek menggali terusan menyeberang Tanah
Genting Kra ini yaitu Guangxi LiuGong Machinery, Perusahaan XCMG dan
Perusahaan Sany Heavy Industry.40
Setelah China mulai serius dalam hal ini maka sering muncul pertemuan-
pertemuan yang dilakukan bersama Thailand. Mr Phokin Pholkun, presiden
39
Sutinwan Bowon, Proyek Kanal Thailand, Orang Tua Yuan Mao Diundang untuk
Menggali Tanah Thailand, naewna, 30 Agustus 2018 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.naewna.com/politic/columnist/36828 Diakses pada 8 November 2019, 22.54 40
Sutinwan Bowon, Proyek Kanal Thailand, Orang Tua Yuan Mao Diundang untuk
Menggali Tanah Thailand, naewna, 30 Agustus 2018 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.naewna.com/politic/columnist/36828 Diakses pada 8 November 2019, 22.54
23
Asosiasi Ekonomi Budaya Thailand-Cina, menyatakan bahwa asosiasi tersebut
telah mengadakan kerjasama dengan Universitas Perdagangan dan Ekonomi
Internasional Beijing untuk meningkatkan penelitian mengenai proyek ini. Hal ini
dinyatakan dengan kehadiran pihak China di Thailand untuk bersama-sama
mencari tahu baik buruk dalam menggali terusan ini, serta masalah yang harus
dipertimbangkan. Hal ini karena untuk membangun terusana membelah daratan
yang memisahkan negara menjadi dua bahagian tidak merupakan hal yang
mudah.41
Melihat dari beberapa studi yang telah diadakan oleh Thailand dan China,
belum ada keterlibatan dari kedua pemimpi secara rasmi. Hal ini juga sama
dengan MOU yang ditandatangani oleh China dan Thailand pada 2015 yang
tujuannya adalah merealisasikan Proyek Kanal Kra. pada 2015, situs berita online
“The Diplomat” yang merupakan salah satu situs web berita internasional
terpercaya melaporkan bahwa Thailand dan China telah menandatangani nota
kesepahaman (MOU) mengenai proyek penggalian Kanal Kra di Guangzhou,
China.42
Hal ini dibukti dengan gambar pertemuan Mantan Perdana Menteri
Chavalit Yongchaiyudh di media sosial.
41
Sutinwan Bowon, Proyek Kanal Thailand, Orang Tua Yuan Mao Diundang untuk
Menggali Tanah Thailand, naewna, 30 Agustus 2018 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.naewna.com/politic/columnist/36828 Diakses pada 8 November 2019, 22.54 42
Rhea Menon, Thailand’s Kra Canal: China’s Way Around the Malacca Strait, The
Diplomat, 6 April 2018 [Berita on-line]; tersedia di https://thediplomat.com/2018/04/thailands-kra-
canal-chinas-way-around-the-malacca-strait/ Diakses pada 6 November 2019 pukul 21.11 WIB
24
Gambar II.B.1. Pertemuan antara Thailand-China
Sumber: China, Thai governments deny plan to build Kra Canal, Sea Trade Maritime News, 2015
Perjanjian tersebut ditandatangi oleh pihak non-pemerintah dari kedua
pihak, dimana pihak Thailand merupakan Asia Union Group (AUG) yang
dipimpin oleh mantan perdana menteri Chavalit Yongchaiyut dan China –
Thailand Kra Infrastructure Investment and Development Company (CTKIID)
yang berbasis di China. Namun berita ini ditolak oleh masing-masing pemerintah
Thailand dan China, begitu pula mantan perdana menteri Chavalit Yongchaiyut
yang menolak keterlibatannya dengan AUG.43
Walaupun begitu menurut ilmuan
Thailand menyatakan bahwa China sangat terkenal dalam mengguna pihak swasta
sebagai wakil dari pemerintah untuk mencapai kepentingan nasional.44
43
Lee Hong Liang, Thailand, China sign agreement to construct a new strategic Kra
Canal, Seatrade Maritime News, 19 Mei 2015 [Berita on-line]; tersedia di https://www.seatrade-
maritime.com/asia/thailand-china-sign-agreement-construct-new-strategic-kra-canal/ di akses pada
21 November 2019, 01.28 WIB. 44
Hubungan Thailand-Cina, Thaibizchina, [Berita on-line]; tersedia di
https://thaibizchina.com/figure-publication/thai-chinese/ Diakses pada 9 Desember 2019, 12.27
WIB.
25
Meskipun demikian pemerintah Thailand Prayuth Chan-O-Cham tidak
memberikan pernyataan mengenai akan dibangunnya Kanal Kra disaat yang
bersamaan juga tidak manepikan atau menolak dukungan China dalam proyek ini.
Tidak adanya penyataan dari pihak Thaliand sendiri sedikit banyak dipengaruhi
oleh isu domestik Thailand sendiri yang mengklaim bahwa masih terdapat
masalah domesitik di area tersebut yang harus diprioritaskan. Selain itu faktor
lainnya yang menjadi pertimbangan bagi pihak Thailand adalah bagaimana
dengan digalinya Terusan, akan membagi Thailand menjadi dua bagian, yaitu
bagian utara yang merupakan mayoritas masyarakat yang menganut agama budha
dan selatan yang mayoritasnya adalah warga muslim, sehingga berpotensi
menimbulkan dan memperkeruh isu nasionalisme masyarakatnya sendiri.45
Area rencana pembangunan kanal yang terletak di Thailand Selatan dan
berdekatan dengan Patani yang rawan akan eksistensi gerakan sparatis yang tidak
jarang melakukan tindak pemberontakan terhadap pemerintah pusat di Bangkok,
menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pemerintah Thailand karena sejak awal dua
bagian wilayah ini sudah berbeda dari segi agama, budaya dan bahasa. Jika
penggalian terusan dilakukan tanpa pertimbangan yang matang dan tanpa adanya
persiapan mengenai langkah yang dapat memitigasi isu separatis ini, potensi
terpisahnya dua bagian wilayah ini akan semakin membesar, dan memungkinkan
wilayah selatan untuk membangun negara sendiri dengan keuntungan besar yang
diperolehnya dari pembangunan terusan Kra tersebut.
45
Dezan Shira dan Associates, Kra Canal Project Revisited As Part Of China’s Maritime
Silk Road, ASEAN Briefing, 11 September 2017 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.aseanbriefing.com/news/2017/09/11/kra-canal-project-revisited-part-chinas-maritime-
silk-road.html Diakses pada 21 Oktober 2019, 22.59 WIB.
26
Meskipun demikian pada 2017, “Bangkok Post” memberitakan bahwa telah
dilakukan penandatanganan perjanjian mengenai studi kelayakan pembangunan
Kanal Kra oleh perwakilan otoritas dari King Mongkut’s Institute of Technology
Ladkrabang (KMITL) dan Thai Canal Association for Study and Development
(TCA). Penandatanganan ini diikuti oleh penyelenggaraan sebuah konferensi
internasional yang bertemakan “Technology for Sustainable Paths to Thailand’s
Future,” including “THAI CANAL: Comprehensive Study of Alternative Logistic
Systems for the Maritime Silk Road”.46
Konferensi ini membahas mengenai kemungkinan dibangunnya Terusan
Kra, hasil dari konferensi ini disebut-sebu t akan disusun sebagai sebuah proposal
dan akan diteruskan kepada pemerintah Thailand untuk menjadi bahan
pertimbangan pembangunan proyek Kanal Kra tersebut. Di tahun yang sama,
pembangunan Kanal Kra disebut-sebut mejadi sebuah proyek Joint Venture antara
pemerintah Thailand dan China, Indo-Pacific Defense Forum menyatakan dalam
sebuah artikelnya, bahwa dalam proposal pembangunan kanal ini China menamai
kanal dengan nama “Thai Canal” yang dilihat sebagai bagian dari cetakan jalur
sutra maritimnya.47
Pada 23 Maret 2018, Sebuah Forum Kontrol yang diselenggarakan oleh
Universitas Rangsit, Thailand. Dengan tema “Stake Holder in Kra Canal Klong
Thai,” forum ini dilangsungkan untuk membahas isu-isu yang menjadi
penghambat terselenggaranya pembangunan Kanal Kra, yang mana diantaranya
46
Insan Harahap, “Dampak Pembangunan Terusan Kra di Thailand Terhadap Ekonomi
Indonesia,” ResearchGate: Jurnal Wacana Politik 4 (Maret 2019), 1. 47
Thailand could sacrificeits sovereignty for questionable gains from Chinese–built
waterway, FORUM, 28 Januari 2019 [Jurnal on-line]; tersedia di
https://ipdefenseforum.com/canal-conundrum/ Diakses pada 11 November 2019, 17.58 WIB.
27
yang paling utama adalah keamanan nasional Thailand dan dampak yang
ditimbulkannya terhadap arus turisme di Thailand.48
Hal ini karena penggalian
terusan yang akan memakan area yang cukup luas, akan berpotensi merusak
banyak tempat wisata.
Terlepas dari itu, forum ini bertujuan untuk mendorong pemerintah untuk
menyusun komite nasional yang bertugas untuk menyelenggarakan studi yang
dapat diterapkan terhadap segala aspek yang tercakup dalam proyek “New
Entryway to Maritime Silk Road”.49
Namun masing-masing pemerintah baik
China maupun Thailand menolak mengakui adanya perkembangan tertentu dalam
tindak lanjut pembangunan Kanal ini sebagai bagian dari OBOR.50
Walaupun
banyak situs bertita rasmi yang mengatakan bahwa tindakan China pada abad ke-
21 ini lebih kelihatan serius dengan masukan Kra dalam pembahasan kebijakan
OBOR.
Pada Februari 2018 Juru bicara pemerintah Thailand Lt. Gen Sansern
Kaewkamnerd kembali menyampaikan kepada media bahwa ide ini tidak menjadi
prioritas bagi pemerintah Thailand, namun pemerintah Thailand terus melakukan
peninjauan, dan mempelajari pro-kontra, implikasinya terhadap keamanan
nasional, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk pembangunannya. Selanjutnya
pada bulan Oktober di tahun yang sama dilaporkan bahwa perdana menteri Prayut
48
Jintana Panyaarvudh, Mixed reactions to Kra Canal project, The Nation Thailand, 24
Maret 2018 [Berita on-line]; tersedia di https://www.nationthailand.com/national/30341668
Diakses pada 2 November 2019 Pukul 11.54 WIB. 49
Government Expresses Interest in Continuing The Kra Canal Project, Thailand
Property, 16 Mei 2019 [Berita on-line]; tersedia di https://www.thailand-
property.net/government-interest-kra-canal-project/ Diakses pada 3 November 2019,17.50 WIB. 50
https://www.thailand-property.net/government-interest-kra-canal-project/ Diakses pada
10 November 2019, 20.35 WIB.
28
telah meminta National Economic and Social Development Board (NESDB) dan
Office of The National Secutiry Council (NSC) untuk mengusut proposal yang
telah diajukan.51
Langkah yang diambil oleh Perdana Menteri Prayut menuai kontroversi bagi
beberapa negara yang diprediksi akan merima dampak dari keberlangsungan
proyek ini seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, dan India yang harus
memperketat keamanannya, melihat bagaimana China akan memiliki pengaruh
yang besar dalam hal ini. China sendiri pada sebuah kesempatan pertemuan
bilateral dengan perdana menteri Thailand pada 26 April di Beijing, ditengah-
tengah penyelenggaraan Forum kedua One Belt, One Road (OBOR) pada 2019
menegaskan bahwa OBOR dan konektifitas yang terselenggara dengan penuh di
Thailand merupakanOBOR yang juga mengikut sertakan Kanal Kra sebagai salah
satu proyeknya.
51
Ian Storey, “Thailand’s Perennial Kra Canal Project: Pros, Cons and Potential Game
Changers,” Iseas Yusof Ishak Institute 76 (24 September 2019), 5.
29
BAB III
GAMBARAN UMUM PROYEK KANAL KRA
A. Latar Belakang Kanal Kra
Kanal Kra atau Genting Kra terletak di Semenanjung Malaya di Thailand
Selatan. Dimana bagian ini merupakan wilayah terkecil di Thailand yang lebarnya
sekitar 50 kilometer dari Barat ke Timur. Di barat tanah genting terdapat Laut
Andaman, dan di timur terdapat Teluk Thailand.52
Di bawah adalah gambar tanah
Genting Kra.
Gambar III.1.A. Peta jalur Kanal Kra
Sumber: Geogetsiboukis, Thailand’s move on Kra Canal Alarms India,Engage with Plymounth
University, 2018
52
Barai, Kor Kot Kra, Thairath, 6 Juli 2014 [ Berita on-line] tersedia di
https://www.thairath.co.th/content/434283 Diakses pada 20 April 2017, 16.20 WIB.
30
Muncul ide penggalian Terusan Kra pada kali pertama pada masa
pemerintahan Raja Somdet Phra Narai Maharat alis Ramathibodi III alias
Ramathibodi Si Sanphet dengan alasan utama adalah untuk memendekan
perjalanan. Ketika itu banyak pedagang asing yang datang ke Ayutthaya
(Thailand skarang) untuk melakukan perdagangan termasuk pedagang dari Eropa
yang merupakan pedagang utama pada masa itu.53
Pada waktu tersebut Ayutthaya
merupakan kerajaan yang kaya dalam melakukan perdagangan dengan pedagang
Eropa. Sehingga para pedagang ingin mencari kemudahan dalam perdagangan,
akhirnya muncul ide untuk menggali Terusan oleh pemerintah Thailand pada
masa itu.
Di mana ide ini beberapa kali diberi perhatian oleh kuasa luar seperti
Perancis dan Inggris dengan kehadiran negara tersebut bersama tawaran bantuan
kepada pemimpin Thailand. Kedua kuasa ini menghadiri Thailand dengan alasan
yang berbeda, dimana Perancis ingin mendorong proyek kanal untuk
kepentingannya dalam menguasai jalur perdagangan dunia.54
Hal ini bertolak
belakang dengan Inggris yang tidak ingin proyek ini dibangun karena takut
pelabuhannya di Singapura terganggu. Setelah perang dunia kedua berakhir, pada
1946 Thailand terpaksa menandatangani perjanjian dengan tidak menggali
53
Wichitwong Na Pompeth, “Hubungan Prancis-Ayutthaya Untuk catatan asing yang
mencerminkan politik - ekonomi – masyarakat,” Silpa- Mag (November 2019). 54
Meghan Rouillard and Asuka Saito, “Building the Kra Canal and Southeast Asian
Development,” EIR Infrastructure,( 11 oktober 2013):17.
31
Terusan Kra jika tidak dapat persetujuan dari Inggris, kemudian Thailand terlepas
dari perjanjian pada 1954.55
Sehingga pada tahun 1970, Kementerian Dalam Negeri meminta Perusahaan
Tippetts-Abbett-McCarthy-Stratton (TAMS) untuk mempelajari kelayakan dalam
menggali Kanal Kra dan melaporkan hasil penelitian. Pada 1973, ditemukan
bahwa jalur kanal yang paling tepat dan besar kemungkinan untuk digali adalah
pada rute yang terlatak antara Satun-Songkla. Akan tetapi setelah dievaluasi atas
kelayakan organisasi dan instansi terkait menemukan bahwa proyek ini tidak
layak untuk dibangun karena harus mengguna modal yang tinggi.56
Pada tahun 2001, dibentukan beberapa badan khusus untuk mempelajari
kelayakan proyek Kanal Kra sehingga terdapat beberapa jalur yang
diperhitungkan tingkat kerusakan lingkungan paling rendah dan tinggi kemudahan
dalam menggali. Seperti Asosiasi Ekonomi dan Kebudayaan Thailand-China dan
Sektor Swasta China telah belajar dan mengkaji di kawasan yang Tanah Genting
Kra sehingga terdapat beberapa jalur yang bisa digali terusan menghubungkan
kedua lautan. Diantaranya yaitu jalur 2A, 5A, 7A dan 9A. Setelah
dipertimbangkan baik buruk jalur-jalur tersebut, maka yang dipilih adalah jalur
9A yang akan melewati 5 wilayah yaitu Ranot, Songkhla - Khuan Khanun,
Phatthalung - Nakhon Si Thammarat - Kantang. Trang - Ao Noi, Krabi.57
55
Niyom Wonpanya dan Jaren Jankomol, Mempelajari penggalian kanal Kra Isthmus
dari Teluk Thailand ke Laut Andaman (Bankok :Kantor Akademik, 2009), 5. 56
Tim Peneliti Universitas Hat-Yai, “The Impact and Feasibility of the Thai Canal
Project (kor kot gra)”, 2016. 57
Barai, Kor Kot Kra, Thairath, 6 Juli 2014 [ Berita on-line] tersedia di
https://www.thairath.co.th/content/434283 Diakses pada 20 April 2017, 16.20 WIB.
32
Gambar III.2. A. Jalur-jalur yang dirancang untuk menggali
Sumber: Kra Canal advocates continue bid, Bankok Post,2018
Proyek menggali terusan di bagian Thailand Selatan telah terus menerus
dipresentasikan hingga saat ini. Dimana setiap kali diangkat topik ini tidak ada
yang meneruskan hingga selesai karena Thailand sendiri terdapat masalah
domestic yang harus dipertimbangkan, maka proyek ini perlu disimpan dan tidak
ada pembahsan terkait hal tersebut lagi. Sehingga pada 2001, Mr Kamnan
Chalopatham, seorang anggota Dewan Parlimen, mengusulkan proyek untuk
menggali Kanal Kra untuk dipertimbangkan kembali dengan persetujuan dari
Anggota Dewan Parlimen yang lain supaya membentuk badan komite untuk
mempelajari kemungkinan atas proyek ini. Sehingga pada 17 Mei 2001
diperintahkan oleh Letnan Kolonel Dr. Thaksin Shinawatra, sebagai perdana
menteri, untuk membentuk Komisi Internasional untuk Mempelajari Kelayakan
33
Menggali Kanal Kra di bawah pengawasan Jenderal Chavalit Yongchaiyut, Wakil
Perdana Menteri.58
Setelah dirasmikan persetujuan pemimpin pada masa tersebut untuk
meneruskan proyek ini pada 2001, terdapat Perusahaan asing yaitu Phuket Pass
Project,Ltd. (Hongkong) telah memberi dukungan modal sekitar $ 50 juta untuk
studi lengkap tentang kemungkinan menggali Kanal Kra.59
Atas dukungan
pendanaan ini akan membuat proyek impian menggali Kanal Kra yang
menghubungkan Laut Andaman dan Laut China Selatan untuk memudahkan
navigasi dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik mendekati kenyataan.
Jalur 9A sangat sesaui untuk zaman modern ini. Ditambah dengan studi
serius para senator selama tahun 2001-2004 berkaitan dengan kemungkinan
proyek Kra Isthmus sehingga dirangkum sebagai Kanal Thailand. Kemudian pada
2005 senat memberikan suara yang bulat bahwa pemerintah perlu melantik komite
dalam mengenalisis dengan mendalam berkaitan kemungkinan Kanal Kra. Akan
tetapi tidak ada pemerintah yang membahas dan ditinggal selama 12 tahun.
Sehingga pada tahun 2015 ada sektor swasta yang dipimpin oleh Jenderal
Pongthep Thetprathip, Sekretaris Assosiasi Swasta dan Jenderal Prem
Tinsulanonda, yang kemudian terdaftar sebagai Asosiasi Kanal Thailand Untuk
Penelitian dan Pengembangan. Mereka melakukan survei Kanal Thailand di jalur
58
Niyom Wornpanya dan Jaren Jankamol, Mempelajari Penggalian Kra Isthmus dari
Teluk Thailand ke Laut Andama, ( Sekatariat Dewan Perwakilan Rakyat , Bankok :2009): 7 59
Amardeep Athwal, China-India Relations: Contemporary Dynamics, ( Routledge ,
New York : 2008) : 44
34
9A, dengan menetapkan aturan dasar bahwa harus menghindari sumber komunitas
yang penting, Situs Seni dan Kawasan Budaya konservasi.60
Ciri khas jalur 9A adalah tidak melewati area yang penting. Sebagian besar
wilayah di kedua sisi kanal datar mampu berkembang menjadi kawasan ekonomi
khusus di sepanjang garis. Yang penting baik daratan maupun laut berada dalam
kedaulatan Thailand. Dimana Negara lain tidak dapat mengklaim manfaat apa
pun. Selain itu jalur ini juga memiliki dampak lingkungan paling sedikit pada
darat maupun di laut. Jika mempertimbangkan koordinat 9A Kanal Thailand di
peta dunia ditemukan bahwa kanal ini berada di pusat dunia.
Dikarenakan masalah rekayasa, modal dan masalah keamanan
menyebabkan Kanal Thailand hanya sebagai konsep sahaja. Sehingga pada 2016
ada insinyur dari China terjun ke lapangan untuk menyelidiki kemungkinan dalam
membangun terusan untuk menghubung Samudera Hindia dan Laut China
Selatan. Hal ini juga bertepatan dengan proyek One Belt One Road yang
diperkenalkan oleh Xi Jinping yang mengumumkan dalam kebijakan Jalur Sutera
Laut ( Maritime Silk Road). Yang menyebabkan proyek raksasa Kanal Thailand
sering disebut pada tahun-tahun berikutnya.61
Walaupun begitu baru-baru ini pada 2018, Jenderal Sansern
Kaewkamneram, juru bicara Kantor Perdana Menteri, menyatakan bahwa Perdana
Menteri Jenderal Prayut Chan-ocha menegaskan bahwa pembangunan Kanal Kra
60
Tassachai Inwiset, “Mengapa Kanal Thailand 9A,” Naewna, (4 oktober 2018) [Berita
on-line]; tersedia di https://www.naewna.com/likesara/368167 Diakses pada 2 september 2019 61
Godfree Roberts, “Thailand’s Kra Canal and the Belt and Road Initiative,” (15
November 2018) , www.thailandretirementhelpers.com/thailands-kra-canal-and-the-belt-and-road-
initiative/ Diakses pada 2 september 2019
35
bukanlah kebijakan Perdana Menteri dan pemerintah saat ini. Menekankan bahwa
dalam pembangunan Proyek Kanal Kra harus menjalani studi yang mendalam
tentang kelebihan dan kekurangan dalam semua aspek, seperti stabilitas dan
anggaran yang membutuhkan dalam pembangunan megaproyek ini. Dimana
daerah tersebut masih memiliki masalah separatis yang harus diselesaikan.62
Walau bagaimanapun dalam membangun proyek raksasa ini bukan hal yang
mudah bagi negara Thailand. Banyak hal yang harus dipertimbangkan seperti
masalah keamanan, domestik dan modal negara dalam membangun proyek
tersebut. Selain dari itu Thailand juga ada proyek yang lain yang lebih lihat
kemungkinan daripada menggali terusan yaitu proyek Estern Economic Coridoor
(EEC) yang merupakan proyek pembangunan ekonomi di kawasan timur
Thailand. Proyek ini terlihat lebih banyak dibicara oleh pemerintah Thailand pada
saat ini.
B. Faktor Kanal Kra Tidak Terealisasikan
Proyek menggali terusan di bagian Thailand Selatan sudah muncul pada
abad ke-17 tapi kini belum terealisasikan. Walaupun sudah banyak usaha yang
dilakukan di berbagai pihak karena tidak dapat dipungkiri bahwa manfaat yang
akan didapat sangat besar terutamanya bagi Thailand sendiri. Namun terdapat
62
Thitinan Phongsutthirak menunjuk pada risiko diplomatik Thailand yang rapuh,
Prachathai, 28 Maret 2018 [Jurnal on-line]; tersedia di
https://prachatai.com/journal/2018/03/76114 Diakses pada 6 November 2019, 11.23 WIB
36
faktor yang menyebabkan proyek ini tidak dapat diteruskan sehingga selesai.
Dimana terdapat beberapa faktor disebalik ketidak suksesan Proyek Kanal Kra.63
1. Faktor Politik dan Keamanan
Proyek menggali terusan di Thailand sudah ada sejak Era kolonial,
dimana pada masa itu Inggris dan Perancis coba gunakan cara-cara
dilomatik yang proaktif untuk meminta hak menggali Kanal Kra. Hal ini
menimbulkan rasa berat hati bagi pemimpin Thailand pada masa itu. Karena
keputusan ini akan memberi pengaruh yang besar terhadap Negara dan hal
ini juga akan berdampak pada hubungan antara Thailand dengan kedua
Negara tersebut. Maka hal ini menyebabakan pemimpin Thailand di
beberapa dekade tidak mengambil keputusan yang pasti atas proyek ini.64
Kemudian setelah Thailand mengganti dari monarki absolut menjadi
Demokrasi, dengan ada Pridi Banomyong sebagai Menteri Dalam Negeri
telah mencetus kembali proyek Kanal Kra dengan menawarkan penggunaan
modal dalam negeri tetapi politik Thailand pada masa tersebut tidak
seimbang maka tidak ada pihak yang serius dalam hal ini. Pada masa yang
sama Thailand juga terpaksa menandatangani perjanjian tidak menggali
kanal tanpa persetujuan dari pihak Inggris. Walaupun, setelah itu beberapa
tahun Thailand terlepas dari perjanjian tersebut yang ada Amerika disebalik
hal ini.
63
Akan menggali Kanal Thailand atau tidak? Ini masa depan Tetapi NCPO tidak
seharusnya, Columnis, 10 Maret 2016 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.matichon.co.th/columnists/news_65549 Diakses pada 14 Desember 2019, 16.53
WIB. 64
Asistant Professor Dr. Korkaew Jankingthong et al., “The Impact amd Feasibility of the
Canal Project (kor kot gra),” ( Kingland Company, Hatyai : 2016) : 34
37
Selain dari itu, intervensi pihak ketiga dalam proyek ini juga
merupakan hal utama Kanal Kra tidak terealisasikan. Hal ini bisa di bagi
menjadi 2 aspek :-
a) Intervensi karena alasan agama oleh beberapa negara Muslim yang
terkenal dengan kelompok Terorisme dengan memberikan dukungan
dalam hal kekuatan finansial dan senjata untuk gerakan separatis yang
berada di selatan Thailand.
b) Intervensi dengan alasan ekonomi oleh pihak yang diperkira akan hilang
haknya dalam menguasai jalur perdagangan dunia yaitu di Selat Malaka.
Maka ada politisi Thailand bertindak sebagai kontraproaktif dengan
mengangkat alasan keaman. Di mana pihak tersebut telah menyebarkan
berita bahwa menggali terusan di bagian selatan akan memisah Thailand
menjadi dua bagian dan hal ini melemahkan Negara jika diserang. Hal
dapat dilihat ketika Mr. Chow Chao Kwan Yuen atas nama Perusahaan
Laemthong Pattana Menyerahkan proposal lengkap dan dipersetujui oleh
Pemerintah Thanom Kittikachorn. Tetapi proposal tersebut dibatal oleh
Dewan Keamanan pada 1964 karena pada saat itu ada masalah perbatasan
di Selatan Thailand.65
Dimana pada era demokrasi ini berbagai sector swasta sama ada di dalam
dan luar Negara mencoba untuk menghidup dan meneruskan proyek ini supaya
proyek yang sudah lama ada di bumi Thailand menjadi kenyataan. Hal ini Karena
65
Teetotal, Ingin Kanal Kra menghubungkan Andaman dan Teluk Thailand, 16 Agustus
2007 [Berita on-line]; tersedia di https://board.thaivi.org/viewtopic.php?t=27418 Diakses pada 21
Juli 2019, 23.41 WIB.
38
Kanal Kra akan menjadi rute perdagangan baru dunia yang akan membantu
kemacetan yang tinggi di jalur sempit Selat Malaka. Hal ini juga diberi perhatian
oleh pihak seperti China yang melihat pada kepentingan Kanal Kra. Akhirnya
diberi tawaran dukungan modal oleh pemerintah Thailand Prayuth Chan-O-Cha.
Tetapi perdana mentri tersebut hanya mendiam saja dengan tidak menerima dan
menolak dan sempat mengatakan belum sampai masa untuk dibangun karena
terdapat perkara lain yang lebih penting.
2. Faktor Geografis
Dalam mengutuskan jalur yang sesuai untuk menggali terusan
menghubungkan laut Andaman dan Teluk Thailand merupakan hal yang
sulit. Hal ini karena di bagian tersempit yaitu panjangnya sekitar 90 km
yang berada di wilayah Ranong, terdapat banyak bukit dan penduduk yang
tinggal di kawasan itu. Maka telah diadakan studi mengenai jalur-jalur yang
dianggap paling sesuai, sehingga terdapat beberapa jalur dan pada setiap
jalur ada yang setuju dan tidak setuju.
Selain dari geografis yang susah untuk ditentukan, cara untuk
menggali terusan ini juga merupakan topic yang dipertikaian. Di mana
dalam menggunakan bom nuclear untuk menggali Kanal Kra paling tidak
sesuai, karena bisa menggunakan dinamit. Hal ini karena disekitar kawasan
tersebut terdapat banyak tempat wisata alam maka untuk menggali terusan
menghubung kedua lautan harus memerlukan alat yang tidak banyak efek di
kawasan itu.
39
3. Faktor modal dalam menggali kanal
Perkirakan biaya konstruksi dari Proyek Kanal Kra akan menilai biaya
utama proyek seperti biaya menggali kanal serta pembangunan jembatan
dengan memiliki tiga jembatan dan dua terowongan. Untuk biaya menggali
kanal menurut perkiraan jumlah total tanah yang akan digali sekitar 4.000
juta meter kubik. Modal rata-rata 150 baht per meter untuk proyek ini bisa
menghabiskan sekitar 600.000 juta baht. Melihat pada hal ini untuk
menggali terusan kra memerlukan modal yang cukup besar karena bukan
hanya menggali terusan tapi termasuk jembatan-jembatan, pelabuhan serta
fasilitas yang lain supaya hal ini akan tertarik kapal-kapal dagang untuk
melewati jalur ini.
C. Kepentingan Kanal Kra Sebagai Jalur Perdagangan Dunia
Saat ini, kapal-kapal pelayaran internasional dari Samudera Hindia ke
Samudera Pasifik atau sebaliknya menggunakan 3 rute pengiriman utama yaitu
rute melalui Selat Malaka, rute melalui Selat Sunda dan rute melalui Selat
Lombok. Dari rute tersebut terdapat kapal yang melewati sekitar 1.200-1.400
kapal per hari dan sekitar 600 kapal berhenti di Pelabuhan Singapura. Hal ini
menyebabkan pelabuhan ini sangat padat sehingga berlaku kecelakaan rata-rata 2-
3 kali dalam sebulan. Di sisi lain, rute ini juga mempunyai tahap kedalaman hanya
20 meter menyebabkan rute ini tidak dapat menerima kapal yang besar.66
66
Niyom Wonpanya dan Jaren Jankomol, Mempelajari penggalian kanal Kra Isthmus dari
Teluk Thailand ke Laut Andaman (Bankok :Kantor Akademik, 2009), 5 Tim Peneliti Universitas
Hat-Yai, “The Impact and Feasibility of the Thai Canal Project (kor kot gra)”
40
Selain Selat Malaka yang merupakan jalur terpendek dari Laut Andaman
dan Teluk Thailand, juga terdapat Selat Sunda, yang terletak di antara pulau-pulau
Indonesia di Jawa dan Sumatra, dan Selat Lombok, yang menghubungkan
Samudera Pasifik ke Samudera Hindia dan di selat ini juga sering dihadiri kapal
yang berukuran besar karena jalur yang lebih lebar dan dalam berbanding Selat
Malaka. Akan tetapi dalam mengguna jalur inikapal akan memakan waktu
perjalanan sekitar 6-7 hari.67
Berdasarkan hal berikut, jika Thailand telah berhasil membangun Proyek
Kanal Kra itu akan menciptakan rute pengiriman dunia baru, kapal-kapal dari
negara-negara Eropa dan dari Timur Tengah akan berlayar langsung ke pantai
Andaman, melintasi Kanal Kra di Teluk Thailand menuju China, Jepang, Taiwan,
Korea, dan negara yang lain di Timur tanpa harus berlayar ke tiga jalur tersebut
yaitu Selat Malaka, Selat Sunda dan Selat Lombok. Dengan mengguna Kanal Kra
dapat memotong waktu perjalanan sekitar 48 jam waktu pengapalan berbanding
mengguna Selat Malaka yang dianggap rute terpendek pada saat ini.68
Bagi kapal kontainer dengan mengangkut barang yang berharga biaya
asuransi akan lebih tinggi. Dapat dilihat dari kapal Paramax mengangkut
kontainer dengan berat 8.000 TEU, jika memperkirakan setiap kontainer nilainya
sekitar $ 50,000. Jika biaya asuransi 0,5 persen per hari dari nilai barang di kapal,
termasuk lambung kapal, itu sekitar $ 3 milliar perhari. Di mana jika mengunakan
67
Noorul Shaiful Fitri Abdul Rahman, Nurul Haqimin Mohd Salleh, Ahmad Fayas
Ahmad Najib dan Venus Y. H. Lun, “A descriptive method for analysing the KraCanal decision on
maritime businesspatterns in Malaysia,” Journal of Shipping and Trade (2016) 1:13, hal 4 68
Fransiskus Danang Radityo, Gabriella Rara, Indah Amelia dan Rifal Efraim,
“Geopolitik Tiongkok di Kawasan Asia Tenggara: Jalur Perdagangan (OBOR), Jurnal Asia
Pacific Studies 3 ( Januari-Juni 2019) : 90.
41
kapal tua dalam mengangkut barang akan meningkatkan biaya asuransi.69
Dari
data tersebut, dapat dilihat bahwa biaya kapal sangat mahal pada setiap hari, maka
penting bagi mereka untuk mengurangi biaya, terutamanya biaya bahan bakar.
Walaupun hanya dapat menghemat satu jam per perjalanan sangat berarti.
Karena berbagai alasan, kapal-kapal pengiriman dari negara-negara di
seluruh dunia, terutama yang melintasi antara Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik akan menggunakan jalur di Kanal Kra karena lebih hemat waktu, biaya
dan aman. Untuk berlayar bagi pemilik perusahaan pelayaran secara realitanya
ingin mengurangi biaya sebanyak mungkin. Seperti China yang merupakan
Negara pengguna utama di jalur sempit Selat Malaka karena kini berkembang
dengan pesat. Untuk mengtransfer barang ekspor dan impor perlu baginya untuk
melewati jalur sempit perdagangan. Sepuluh persen dari minyak China melewati
Selat Malaka, Kanal Kra mungkin mengurangi biaya pengiriman dan
ketergantungan pada selat, dan juga meminimalkan ancaman blokade selat.70
69
Niyom Wonpanya dan Jaren Jankomol, Mempelajari penggalian kanal Kra Isthmus dari
Teluk Thailand ke Laut Andaman (Bankok :Kantor Akademik, 2009), 5
Tim Peneliti Universitas Hat-Yai, “The Impact and Feasibility of the Thai Canal Project (kor kot
gra)”, 2016. 70
Noorul Shaiful Fitri Abdul Rahman, Nurul Haqimin Mohd Salleh1, Ahmad Fayas
Ahmad Najib1 and Venus Y. H. Lun, "A descriptive method for analysing the Kra Canal decision
on maritime business patterns in Malaysia,” Journal of Shipping and Trade 1 (oktober 2016) 4-5.
42
BAB IV
MENGAPA CHINA MENDUKUNG PROYEK KANAL KRA DI
THAILAND SELATAN
Dunia internasional tidak akan pernah lepas dari apa yang kita pahami
dengan kepentingan nasional, dimana setiap Negara sama halnya dengan manusia,
memiliki kepentingan dan tujuannya masing-masing yang didasarkan pada
kebutuhan dan kepentingan warga negaranya. Untuk mendapatkan dan mencapai
kepentingan tersebut sebuah strategi yang tersusun dalam bentuk kebijakan-
kebijakan yang mengatur tata cara berinteraksi suatu Negara dengan Negara-
negara lainnya harus diupayakan sedapat mungkin agar dapat mengakomodasi
kepentingan tersebut.71
Era globalisasi menyaksikan bagaimana China tumbuh sebagai salah satu
negara super power baru di dunia internasional, sebagai sebuah mesin ekonomi
terbesar di dunia. Salah satu buktinya adalah besarnya porsi produk domestik
bruto (PDB) China terhadap jumlah PDB seluruh dunia.72
Dimana pada saat ini
China dihadapkan pada tantangan baru industrinya mengalami Overcapacity,
ketidakmampuannya untuk mengakomodasi pertumbuhan ekonominya. China
71
KJ. Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis ( Bina Cipta :Bandung
1987): 32 72
China Berhasil Kuasai Ekonomi Dunia dalam Waktu Singkat, OKEZONE, 17
Desember 2018 [Berita on-line]; tersedia di
https://economy.okezone.com/read/2018/12/17/20/1992351/china-berhasil-kuasai-ekonomi-dunia-
dalam-waktu-singkat Diakses pada 11 Februari 2020, 22.37 WIB.
43
mulai membangun lingkaran kerjasama baru untuk mengatasi hal ini.73
Lebih dari itu dalam studi hubungan internasional One Belt, OneRoad
(OBOR) yang merupakan strategi baru bagi China dalam mengatur hubungannya
dengan Negara-negara lain dibawah presiden Xi Jinping, dapat pula dilihat
sebagai sebuah upaya Balancing China terhadap dominasi Amerika Serikat (AS)
di Asia Tenggara berkat pendekatan-pendekatan presiden AS sebelumnya, Barack
Obama yang berusaha mengisolasi China dari kerjasama-kerjasama yang
dibangunnya di Asia. Setelah pergantian Presiden, AS mulai sedikit menarik diri
dari Asia Tenggara, dan ini dilihat sebagai kesempatan oleh China untuk
membentuk sebuah lingkaran aliansi baru dengan OBOR-nya.
Dalam bab ini akan menjelaskan, bagaimana penggalian Kanal Kra di
Thailand Selatan sebagai bagian dari kebijakan China untuk mengurangi
ketergantungan China pada Selat Malaka. China menyadari bahwa negaranya
sangat tergantung pada jalur ini sebagai laluan utama jalur perdagangannya. Selat
Malaka merupakan rute laut terpendek antara kawasan Timur Tengah sebagai
daerah penghasil minyak dan Negara-negara pengguna minyak di kawasan Asia
Timur dan Asia Tenggara.74
Oleh sebab itu menyebabkan laluan ini menjadi padat
lalu lintas, maka hal inilah yang mendorong China untuk mencari lintasan jalur
perdagangan baru.
73
Christopher K. Johnson, President Xi Jinping’s “Belt and Road” Initiative, (
Washington : Center for Strategis & International Studies, March 2016) : 18. 74
Ayusia Sabhita Kusuma, “ Rivalitas Strategi Maritim China dan India di Selat Malaka,”
INSIGNA 1 (November 2014) , 69
44
Walaupun begitu, dalam kenyataannya bahwa setiap kelakuan manusia akan
didasari kepentingan masing-masing. Hal ini juga dengan China, yang ingin
mengambil peran dalam megaproyek menggali kanal menghubungkan kedua Laut
China Selatan dan Laut Andaman. Seperti yang dapat dilihat pada proyek lain
yang mana China merupan investasi utam dalam proyek High-Speed Rail (HSR)
di Thailand. Dimana terdapat kepentingan China di balik proyek ini seperti yang
disampaikan oleh oleh Let.kol Vichaphop Thanomyam, M.Tr. Opsla dalam
wawancara dengan penulis bahwa :
China telah berpegang tangan dengan pemerintah Thailand untuk membangun
Proyek Kereta Laju yang mana proyek ini merupakan proyek OBOR dan dananya
akan dikung oleh kebijakan OBOR. Proyek ini sudah mulai berjalan dan dapat
dikatan sudah mencapai 30%. Pada proyek ini China bukan hanya menjadi
investor utama dalam membangun proyek ini, akan tetapi sekitar 3 km tanah
disamping kanan kiri jalur kereta yang mana China dapat melakukan apa saja di
tanah tersebut. Maka hal ini juga merupakan salah faktor dimana proyek ini
berjalan dengan lama atau dapat dikatakan berhenti menjalan begitu saja. Maka
jika China menawarkan dukungan dalam proyek menggali terusan di selatan
Thailand, proyek sangat sensitif bagi negara kita, maka kita atau bagi mereka
yang berpengaruh, penting baginya untuk mencari tahu kepentingan China di
balik dukungan ini (Wawancara 2019)75
Oleh itu dalam bab ini akan dijelaskan kenapa China ingin mendukung
pembanguanan Kanal Kra, dengan tidak pernah menyerah walaupun sudah
beberapa kali ditunda atau diabaikan begitu saja atas dukungannya oleh pemimpin
Thailand. Walupun begitu, dengan melihat pada kegigihan China dalam
mengambil posisi dalam proyek ini, negara tersebut sendiri juga terdapat faktor
yang menyebabkan China tidak pernah mengalah dalam mengambil posisi dalam
hal ini. Dimana hal tersebut akan dijelaskan dalam bab ini.
75
Wawancara dengan Let.kol Vichaphop Thanomyam, M.Tr. Opsla pada tanggal 14
November 2019
45
A. Kepentingan China dalam Mendukung Pembangunan Kanal Kra
Kepentingan nasional merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
negara yang dirangkum dalam sebuah kebijakan yang terdapat kepentingan
nasional di dalamnya. Hal ini terkait dengan eksistensi negara dan bagaimana
negara dapat melangsungkan kehidupannya agar mencakup general-welfare.76
Di
sisi lain kepentingan nasional dibuat untuk kebaikan suatu negara. Suatu sikap
atau kebijakan yang dianggap bisa dikatakan sebagai national interest.77
Hal ini
dapat dilihat yaitu pada kepentingan China di Proyek Kanal Kra, Thailand ketika
ditemukan bahwa Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan dunia tidak
lagi eksis seperti dulu karena keadaan yang padat lalu lintas yang menyebabkan
tingkat kecelakaan yang tinggi.
Kepentingan nasional menurut Mogenthau adalah kemampuan minimum
negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur
dari ganguan negara lain.78
Bagi sebuah negara untuk mempertahankan statusnya
di dunia ini adalah penting baginya untuk menjaga identitas negara dari ganguan
negara lain. Maka oleh itu penting bagi China untuk menjaga keamanan energinya
terutama minyak yang merupakan penggerak utama roda ekonomi negaranya.
Selat Malaka adalah jalur utama bagi China dalam menyalurkan minyaknya dari
Timur Tengah dan Afrika.79
76
John Baylis and Steve Smith, The Globalization of World Politics : An Introduction to
International Relations, ( A mazon.co.uk: Books,2001), 210. 77
John Baylis and Steve Smith, The Globalization of World Politics,211 78
Jackson and Sorensen, Pengantar Studi Hubungan International (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar 2005), 133. 79
Suci Rahmadani, Heri Kusmanto dan Warjio, “Strategi Cina menghadapi “Malacca
Dilemma” 143
46
Selain sebagai jalur penting dalam menyalur minyak China, Selat Malaka
juga merupakan jalur perdagangan utama China untuk mengedar komoditasnya ke
seluruh penjuru dunia. Hal ini karena Selat Malaka merupakan jalur laut
terpendek dari Samudera Hindian ke Samudera Pasifik jika dibandingkan dengan
Selat Lombok atau Selat Sunda.80
Walupun begitu saat ini Selat Malaka mencapai
tingkat lalu lintas sangat tinggi menyebabkan sebuah negara yang lmelewati jalur
ini akan merasa tidak aman, terutamanya terhadap enegi minyaknya. China yang
merupakan pengguna utama sering melihat pada jalur alternatif untuk
menyelesaikan masalah ini.
Untuk mencapai hal berikut, China terus berupaya mencari alternatif lain
setelah menyadari ketergantungannya yang tinggi pada Selat Malaka. Di Selatan
Thailand terdapat bagian yang tersempit yang terletak di Tanah Genting Kra. Di
mana di samping kanan dan kiri wilayah ini terdapat Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik. China melihat ini sebagai jalur alternatif selain Selat Malaka
yang sangat padat lalu lintas dan Selat Lombok dan Selat Sunda yang jaraknya
sangat jauh.81
Hal ini dapat dilihat dari penjelasan sebelumnya yang menunjukan
kegigihan China dalam bernegosiasi dengan pemerintah Thailand untuk
menghidupkan kembali Proyek menggali terusan untuk menyambungkan kedua
lautan tersebut.
80
Solvay Gerke dan Hans-Dieter Everse, “Selat Melaka : Jalur Sempit Perdagangan
Dunia,” Akademika 81. 81
Ayusia Sabhita Kusuma, “ Rivalitas Strategi Maritim China dan India di Selat Malaka,”
INSIGNA 1 (November 2014) , 69
47
Proyek menggali terusan di Thailand Selatan sudah dikemukan sejak abad
ke-17 tapi terdapat masalah domestik pada masa itu yang menyebabkan proyek ini
tidak realisasikan.82
Kini dibangkitkan kembali oleh China setelah melihat pada
kepentingan yang tinggi pada proyek ini. Hal ini juga bersamaan dengan
kebijakan OBOR yang diperkenalkan oleh Xi Jinping setelah menjabat sebagai
pemimpin China. Kebijakan OBOR dicetuskan adalah untuk menghapuskan
hambatan dalam perdagangan dengan pembangunan infrastruktur.
Maka dari sini China mendukung pembangunan Kanal Kra di bawah proyek
yang diusulkan pada abad ini. China sedang membangun ekonomi dunia dengan
membangun infrastruktur untuk kemudahan perdagangan seperti jalur kereta api,
pipa, dan pelabuhan. Pembangunan tersebut diusulkan di bawah kebijakan OBOR.
Melihat pada pembangunan Kanal Kra di Thailand Selatan adalah sejalan dengan
gagasan OBOR.83
Oleh itu, China berencana untuk mendukung Thailand dalam
menggali terusan untuk menghubung dua lautan. Selama ini Thailand dihadapkan
dengan berbagai masalah dalam menjayakan proyek ini sehingga harus ditutupkan
pembahasan setiap kali diangkat oleh pihak yang pro akan proyek ini.
Hal ini juga sama dengan China, yang mengangkat topik ini untuk dibahas
kembali. Melihat rencana China untuk mendukung terselenggaranya
pembangunan terusan Kra dalam sudut pandang studi Hubungan Internasional, hal
ini sangat relevan dengan argumen yang dikemukakan oleh salah satu Big Theory
82
Niyom Wonpanya dan Jaren Jankomol, Mempelajari penggalian kanal Kra Isthmus dari
Teluk Thailand ke Laut Andaman (Bankok :Kantor Akademik, 2009),6 83
Dezan Shira, Kra Canal Project Revisited As Part of China’s Maritime Silk Road,
ASEANBRIEFING, 11 September 2017 [Bertita on-line]: tersedia di
https://www.aseanbriefing.com/news/2017/09/11/kra-canal-project-revisited-part-chinas-maritime-
silk-road.html Diakses pada 13 November 2019, 23.28 WIB.
48
dalam studi hubungan internasional yakni realisme. Realisme berargumen bahwa
suatu Negara akan bertindak berdasarkan kepentingannya masing-masing.
Tentunya dalam sudut pandang ini, dalam dukungan China kepada Thailand
terkait penggalian Kanal Kra terdapat kepentingan yang ingin dicapai oleh China.
Kepentingan nasional merupakan hal dasar yang dimiliki, diinginkan, dan
dipertimbangkan oleh suatu Negara ketika menentukan dan mengambil sebuah
kebijakan. Seperti yang telah dikatakan oleh Morgenthau, bahwa kepentingan
nasional merupakan kondisi permanen yang memberikan para pembuat kebijakan
petunjuk rasional dalam menjalankan tugasnya.84
China berencana mengambil langkah untuk memberikan bantuan kepada
Thailand terkait pembangunan terusan Kra atau Kanal Kra. Hal ini karena China
ingin membuka akses perdagangan baru. Perdagangan laur negeri China sebagian
besar melalui Laut China Selatan, Selat Malaka sangat rentan bagi perdagangan
karena berbagai masalah yang dihadapi salah satunya yaitu tingkat perompakan
yang tinggi. Selain itu, perdagangan melalui laut memakan waktu yang cukup
panjang, sehingga Maka dari itu, China melakukan berbagai kerjasama untuk
membuka akses perdagangan baru dan Kanal Kra adalah salah satu bagi
pilihannya.85
84
Syaiful Anam dan Ristiyanti, “Kebijakan Belt and Road Initiative (BRI) Tiongkok pada
Masa Pemerintahan Xi Jinping,” 85
Fransiskus Danang Radityo, Gabriella Rara, Indah Amelia dan Rifal Efraim,
“Geopolitik China di Kawasan Asia Tenggara: Jalur Perdagangan (OBOR)”, Jurnal Asia Pacific
Studies 3 (June 2019)
49
Pembangunan Kanal Kra sejalan dengan strategi besar China yang bertujuan
untuk mempromosikan perdagangan, pengembangan, kerja sama regional, dan
integrasi antar banyak negara. Dengan pembangunan kanal ini, diharapkan minat
ekonomi China dapat meningkat, begitu juga dengan pengaruh diplomatik
sehingga dapat meningkatkan kekuatan angkatan laut China di berbagai kawasan
di dunia. Untuk mencapai kepentigannya tersebut, China berusaha mendorong
terusan ini menjadi kenyataan, dimana pembangunan terusan ini akan di biayai
oleh Bank Infrastruktur dan Investasi Asia (AIIB). Selain itu, China juga
mempersiapkan modal dan teknologi yang memadai untuk mendukung
kelangsungan proyek besar ini.86
Jika melihat dari pembangunan di dunia ini, tidak dapat dipungkiri bahwa
sebagian besar dari monumen-monumen di dunia juga dibangun oleh warga China
seperti Tembok Besar Cina. Dari hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat
China ini memiliki kepercayaan diri dan kemampuan dalam membangun
infrastruktur besar. Pembangunan Kanal Kra yang akan didanai secara signifikan
oleh China akan dapat memperkuat kekuatan dan pengaruh China bukan hanya di
Thailand, tetapi juga di kawasan Asia Tenggara. Hal ini bererti China ingin
menjadi pengaruh besar di kawasan ini menggantikan kekuatan lama yaitu
Amerika Serikat yang kini menarik diri dari Asia Tenggara.
Hal ini dapat dilihat dari semenjak Donald Trump terpilih sebagai Presiden
Amerika Serikat (AS) pada Januari 2017, ia telah melakukan perubahan kebijakan
86
Syaiful Anam, Ristiyani, “Kebijakan Belt and Road Initiative (BRI) Tiongkok pada
Masa Pemerintahan Xi Jinping,”
50
signifikan terhadap Asia Tenggara, salah satunya penarikan AS dari Kemitraan
Trans-Pasifik (TPP).87
Hal ini membuat China menunjuk rasa minat dalam
menjadi dukungan pada proyek menggali terusan di Thailand Selatan ini. Untuk
menggali kanal ini, salah satu faktornya yaitu kegagalan Selat Malaka sebagai
jalur perdagangan dunia.
Kepentingan besar China di Kanal Kra adalah untuk mengurangi
ketergantungannya yang tinggi terhadap Selat Malaka atau dikenal dengan
“Malacca Dilema”. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa saat ini 80%
minyak China diangkut dari Timur Tengah dan Afrika melewati Selat Malaka. Di
jalur sempit ini keberadaan maritim China di selat ini dapat ditentang kapan saja
oleh pihak yang memiliki pengaruh lebih besar, terutama ketika terjadi konflik.
Untuk menghadapi keadaan tersebut tentunya, Beijing dapat dengan mudah
memperkuat dan mengerahkan angkatan lautnya secara besar-besaran untuk
melindungi keamanan jalur perdagangannya. Akan tetapi strategi tidak akan
mudah diterapkan, mengingat penerapannya berpotensi memberi ancaman pada
negara-negara sekitar lain yang sudah ada perselisihan teritorial di Laut Cina
Selatan sebelumnya, dan memicu reaksi yang tidak diingankan dan tidak
menguntungkan bagi China.88
87
Teguh Firmansyah, Kebijakan Trump Dinilai Positif untuk Asia Tenggara,
REPUBLIKA, 28 Juli 2018 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.republika.co.id/berita/internasional/asia/18/07/28/pcjbc1377-kebijakan-trump-dinilai-
positif-untuk-asia-tenggara Diakses pada 11 Februari 2020, 23.53 WIB. 88
Thailand could sacrificeits sovereignty for questionable gains from Chinese–built
waterway, FORUM, 28 Januari 2019 [Jurnal on-line]; tersedia di
https://ipdefenseforum.com/canal-conundrum/ Diakses pada 11 November 2019, 17.58 WIB.
51
Jika hal tersebut terjadi, maka tidak menutup kemungkinan akan membuat
negara bersangkutan akan cari negara kuat untuk melindunginya, dan membentuk
aliansi aliansi baru untuk melawan China, sehingga mempersulit aktivitas
perdagangan China sendiri. Hal ini sangat berlawanan dengan kepentingan China
yang ingin memperluas pengaruhnya untuk menyeimbangi kekuatan Amerika
Serikat di Asia Tenggara. Sebagai alternatif lain yang disiapkan China jika tidak
bisa mengerahkan angkatan militernya, China juga sempat mengadakan
pembicaraan dengan Malaysia untuk membangun pelabuhan laut di Pulau Carey,
Malaka dan Kuatan pada tahun 2017 yang juga sejalan dengan OBOR.89
Walau
bagaimanapun, hal ini tidak dapat melepaskan China dari Dilema Malaka yang
dialaminya.
Dengan demikian sangat jelas kepentingan China terhadap Kanal Kra,
terutama setelah Xi Jinping memperkenalkan OBOR dan menawarkan dukungan
dalam membanguan Kanal Kra kepada Thailand. Melalui pembangunan Kanal
Kra yang akan didanai oleh China, China akan berpotensi memiliki pengaruh
yang besar atas terusan ini. Melalui proyek ini pula China diperkirakan dapat
membangun kerja sama multilateral dengan negara sekitar dan membangun
kekuatan maritim bersama untuk menangani perompakan dan terrorisme yang
sangat marak di Selat Malaka.
China yang memiliki ketergantungan tak terbatas terhadap Selat Malaka
menyadari adanya batasan untuk terjalinnya multilateralisme yang diharapkan
89
Lam Peng Er, “Thailand’s Kra Canal Proposal and China’s Maritime Silk Road:
Between Fantasy and Reality,” Asian Affairs 4, 4.
52
oleh China, begitu juga dengan saling ketergantungan ekonomi, mengingat
perselisihan wilayah Laut China Selatan yang sulit dipecahkan, dan kompetisi
geopolitik antara Washington dan Beijing. Oleh karena itu, Kanal Kra adalah
pilihan logis untuk China dalam menghindari Dilema Malaka ini.
Walaupun begitu, dalam menjayakan proyek ini bukan merupakan hal yang
mudah, kalau tidak proyek ini sudah lama direalisasikan karena idenya sudah
muncul berabad. Jika melihat dari sejarah pembentukan proyek ini terlihat bahwa
China bukan satu-satunya negara yang ingin menjadi dukungan utama, hal ini
karena menjadi penguasa bagi jalur perdagangan dunia adalah impian yang
diinginkan oleh semua negara. Melihat dari usaha China untuk merealisasikan
proyek ini, akan terdapat faktor yang menyebabkan China tidak mengundurkan
diri dari proyek walaupun sudah beberapa kali ditunda oleh pemimpin Thailand.
B. Faktor-faktor China Mendukung Proyek Kanal Kra di Thailand
Selatan
Kebijakan laur negeri merupakan instrumen dari kepentingan nasional suatu
negara. Banyak kepentinagn nasional China di Thailand pada Proyek Kanal Kra
diuapayakan untuk memenuhi kepentinagan negaranya. Untuk mengetahui faktor
yang mendorong China mendukung Proyek Kanal Kra di Thailand Selatan, bagian
ini akan membahas faktor yang melatar belakangi dari faktor internal dan
eksternal. Faktor internal dan faktor eksternal akan dibahas secara rinci pada
bagian berikut:
53
1. Faktor Internal
Kebijakan luar negeri China pasca wafatnya Mou Zedong banyak
dipengaruhi oleh faktor internal. Salah satu faktor pendorong
dikeluarkannya kebijakan mendukung pembangunan Kanal Kra adalah
situasi jalur perdagangan yang dapat membahayakan ekonomi China.
Ketidak amanan jalur perdagangan telah mengakibatkan telah
mengakibatkan perekonomian China terganggu. Untuk mengatasi hal ini,
China harus menemukan jalur alternatif yang baru untuk mengatasi masalah
yang dihadapi China di Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan
utama dunia, terutamanya China.90
Hal ini merupakan dasar utama yang mendorong pihak China, sama
ada dari pihak pemerintah atau non- pemerintah menerjunkan diri untuk
menjadi dukungan utama dalam merealisasikan Proyek Kanal Kra. Sebagai
negara yang berkembang dari segi ekonomi, penting bagi China untuk
menjaga keamanan jalur perdagangan dan jalur yang penting bagi China
yaitu Selat Malaka. Akan tetapi Selat Malaka sangat sempit dengan lebar
titik tersempitnya hanya sekitar 1.5 mil nautika (2.8 km) dan 0.6 nautika
(1.1 km).91
Hal ini menunjukan bahwa untuk melewati jalur ini tidak terima
bagi kapal truk yang besar.
90
Indrian Kartini, “Kebijakan Jalur Sutra Cina dan Implikasinya bagi Amerika Serikat,” Jurnal
Kajian Wilayah 6 (Oktober 2015), 137 91
Solvay Gerke dan Hans-Dieter Evers. “ Selat Melaka : Jalur Sempit Perdagangan
Dunia.” Akademika 81 (Juni 2011): 10-11.
54
Untuk meningkatkan kemanan energi, China telah berinvestasi di
Kanal Kra sejak sebelum mengutuskan kebijakan OBOR. Dengan kehadiran
pihak China terutamanya dari non-pemerintah di Thailand untuk berpegang
tangan dengan negara pemiliki proyek untuk menjayakan proyek ini. Jika
melihat dari sejarah pembangunan Kanal Kra, dapat diketahui bahwa
kegigihan dalam mendukung proyek ini sangat tinggi walaupun setiap kali
menyerah proposal yang diteliti, tidak pernah menjayakan proyek ini.
Walaupun begitu, Proyek Kanal Kra bukan sama sekali tidak
diberiperhatian oleh pemerintah Thailand. Hal ini karena proyek ini
sudahpun berjalan tapi setiap kali berjalan akan dihadapi masalah yang
menyebabkan proyek ini terpaksa terhenti.92
Namun berkembangan saat ini, China mulai khawatir akan
ketergantungan yang tinggi pada Selat Malaka, yang menyebabkan China
mulai mencari jalur alternatif lain. Mengingat China merupakan negara
pengguna utama Selat Malaka dalam menyalurkan komoditasnya ke seluruh
penjuru dunia. Pada masa yang sama 80 % cadangan minyak berasal dari
Timur Tengah dan Afrika, China merupakan salah satu negara yang paling
bergantung pada jalur ini.93
Oleh karena itu Proyek Kanal Kra akan menjadi
jalur alternatif bagi China untuk tidak terlalu bergantung pada Selat Malaka.
Hal ini juga memungkinkan China meningkatkan suplai untuk impor energi
dari negara-negara Asia Tengah dan mengurangi waktu perjalanan.
92
Niyom Wonpanya dan Jaren Jankomol, Mempelajari penggalian kanal Kra Isthmus dari
Teluk Thailand ke Laut Andaman (Bankok :Kantor Akademik, 2009), 15 93
https://www.thailandretirementhelpers.com/thailands-kra-canal-and-the-belt-and-
roadinitiative/ Di akses pada 5 Oktober 2019 Pukul 17.12 WIB.
55
Pemerintah China juga berinvesatsi di Kanal Kra untuk memotong
jalur melalui Thailand Selatan untuk menghemat 48 jam waktu pengapalan
melewati jalur transit antara Asia dan Eropa, yang juga digunakan sebagai
rute untuk menghindari Selat Malaka.94
Dengan keberadaan Kanal tersebut,
Laut China Selatan dan Laut Andaman akan terhubung. Jarak yang akan
ditempuh untuk berlayar akan berkurang sebesar lebih dari 1.200 kilometer.
Hal ini akan berpengaruh pada waktu tempuh berlayar. Waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh perjalanan tersebut adalah berkurang sebesar
tiga sampai dengan empat hari.95
Melalui jalur alternatif ini, China tidak hanya berupaya menghindari
selat yang sangat padat dan mengurangi ketergantungan pada Selat Malaka,
namun juga meningkatkan pengaruh China di Asia Tenggara untuk
menjamin keamanan komoditas dan energi China yang melewati jalur
sempit ini mencapai tahap keamanan yang tinggi.
2. Faktor Eksternal
Dalam tulisan ini, tindakan Amerika Serikat merupakan factor
dominan yang mempenaruhi kebijakan China. Faktor Amerika Serikat
dipandang lebih signifikan bila disbanding dengan Negara-negara lain yang
berada di kawasan Asia Timur maupun Negara-negara di kawasan Asia
94
Indriana Kartini, “Kebijakan Jalur Sutra Cina dan Implikasinya bagi Amerika Serikat,”
Jurnal Kajian Wilayah 6 , Oktober 2015 95
Novyana Evalinda, Dampak Pembangunan Kanal Kra Thailand terhadap Sektor
Logistik Indonesia dan Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung, Supply Chain Indonesia,
[Berita on-line]; tersedia di https://supplychainindonesia.com/new/dampak-pembangunan-kanal-
kra-thailand-terhadap-industri-logistik-indonesia/ Diakses pada 8 Juli 2019, 23.57 WIB.
56
Tenggara. Bagi China tindakan AS yang menarik diri dari Asia Tenggara
setelah mengganti presiden merupakan hal yang baik.
Hal ini karena pada waktu pemerintahan Barack Obama, Amerika
Serikat telah menerapkan kebijakan “pivot to Asia-Pacific” di Asia pada
2011, yang juga dikenal dengan kebijakan “rebalancing toward Asia”.96
Di
bawah kebijakan AS tersebut mencakup keamanan dan ekonomi, dengan
mengatur kembali 60% kekuatan udara dan laut AS ke Asia. Dalam
bernegosiasi AS bersama negara kawasan, AS telah mengepung China
untuk tidak masuk campur dalam kebijakan ini. Dari kebijakan ini membuat
China merasa terancam karena ada batasan dalam memperluaskan
pengaruhnya terutama di kawasan Asia Tenggara.97
Di bawah kebijakan tersebut, AS juga menguasi jalur perdagangan
dunia yaitu jalur sempit Selat Malaka pada masa yang sama juga merupakan
jalur perdagangan utama China. Meski AS memperluaskan pengaruhnya di
Asia, hal ini tidak menghentikan upaya China untuk memperluaskan
pengaruhnya terutama dalam bidang ekonomi. Maka China telah
mengeluarkan beberapa kebijakan untuk meningkatkan pengaruh di dunia
terutamanya di Asia Pasifik, seperti Kebijakan One Belt, One Road
(OBOR). Di bawah kebijakan ini, China menekankan pada pembangunan
96
Indrian Kartini, “Kebijakan Jalur Sutra Cina dan Implikasinya bagi Amerika Serikat,”
Jurnal Kajian Wilayah 6 ,( Oktober 2015 ): 140 97
Syaful Anam dan Ristiyani, “Kebijakan Belt and Road Initiative (BRI) Tiongkok pada
Masa Pemerintahan Xi Jinping,”
57
infrastruktur seperti jalan raya, jalur kereta, jalur pipa gas serta
pembangunan pelabuhan.
Melihat pada era ini negara di dunia sangat memberi perhatian pada
perdagangan maritim. Hal ini karena pada jalur laut, pedagang lebih
menguntungkan dengan mengangkut barang yang berjumlah besar dan
waktu perjalannya lebih singkat. Walupun begitu, untuk melewati jalur
sempit sebagai jalan pintas, kapal harus membayar beberapa biaya dalam
jumlah yang sangat besar. Hal ini menyebabkan China melihat pada Proyek
Kanal Kra di Thailand sebagai jalur alternatif yang lebih aman dan lebih
menghemat bahan bakar serta waktu perjalan. Beserta mendukungnya di
bawah kebijakan OBOR.
Kehadiran China di Thailand juga sebagai tanda keseimbangan AS di
Asia Tenggara. Hal ini karena tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran
China pada proyek menggali kanal di Thailand akan datang bersama
pangkalan militer. Hal ini dapat dibukti ketika China menjalankan kebijakan
String of Pearls yang mana China akan membantu pembangunan pelabuhan
di negara partner di sepanjang Sea Lines of Communication (SLOC) yang
membentang dari Laut China Selatan hingga Samudera Hindia. Di bawah
kebijakan tersebut China telah menempatkan pos militernya di area
58
pembangunan pelabuhan tersebut. Di mana jalur ini merupakan jalur
pengiriman utama impor dan ekspor minyak China.98
Melihat daripada hal tersebut, tindakan AS memberi pengaruh yang
besar pada kebijakan luar negeri China. Terutamanya di bawah
pemerintahan Xi Jinping ini China telah membangkitkan diri terutamanya
dari segi ekonomi. Di bawah kebiajkan OBOR China telah berpegang
tangan dengan beberapa negara untuk menjayakan proyek ini bersama.
Walaupun Kanal Kra tidak dibahas secara rasmi di bawah kebijakan OBOR,
tetapi China dengan perlahan-lahan mendukung proyek ini melewati pihak
non-pemerintah dari negaranya. Jika proyek menggali terusan
menyambungkan Laut China Selatan dan Teluk Thailand menjadi
kenyataan, hal ini akan membawa pada perubahan yang besar terutamanya
di Asia Pasifik.
98
Suci Rahmadani, Heri Kusmanto dan Warjio, “Strategi Cina menghadapi “Malacca
Dilemma” dalam Rangka Pengamanan Jalur Energy Cina di Selat Malaka,” Jurnal Pendidikan
Ilmu-ilmu Sosial 11 (2019): 141-148.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skripsi ini telah membahas kepentingan China dalam membangun Terusan
Kra di Thailand Selatan. Kanal Kra merupakan proyek menggali terusan di bagian
selatan Thailand untuk menghubungkan Laut Andaman dan Laut China Selatan.
Proyek ini merupakan proyek sejarah negara Thailand karena muncul pada abad
ke -17 sehingga sekarang belum berjaya dibangun karena kekurangan modal dan
kelemahan teknologi yang menyebabkan proyek ini tidak berjaya dibangun.
Selain dari masalah modal dan teknologi juga terdapat faktor lain seperti dibantah
oleh pihak yang akan menerima dampak dari proyek ini. Negara utama yang akan
menerima dampak dari pembangunan ini adalah Singapura dan Malaysia.
Dari awal Selat Malaka merupakan jalur perdagangan utama karena
merupakan jalur terpendek dari Laut Andaman dan Laut China Selatan. Para kapal
dagang akan menggunakan jalur ini sebagai laluan perdagangan berbanding
menggunakan jalur di Selat Lombok atau Selat Sunda. Hal ini menyebabkan
sekarang Selat Malaka sangat padat lalu lintas karena minyak yang diekspor oleh
negara bagian Timur Tengah akan menggunakan jalur ini untuk menuju ke negara
60
pengguna di Asia Timur dan Asia Tenggara. Maka kapal yang dilewat di jalur ini
merupakankapal yang berukuran besar.
China termasuk negara utama yang menggunasan Selat Malaka dalam
perdagangan maritim. Minyak China dari Timur Tengah dan Afrika 80%
melewati jalur ini. Akan tetapi Selat Malaka kini dihadapi dengan situasi yang
padat lalu lintas menyebabkan China ingin mencari jalur perdagangan baru untuk
mengurangi ketergantungannya tinggi pada selat tersebut. Kini China di hadapi
dengan apa yang disebut Malacca Dilema. Ketergantungan yang tinggi ini
membuat China merasa tidak aman karena perdagangan maritim China akan
diserang pada kapan sahaja terutama pada situasi konflik. Di mana China mudah
diblokade pada kapan saja dan hal ini akan menganggu keamanan energy China.
Oleh sebab itu China melihat pada Kanal Kra yang merupakan jalur
alternatif bagi China untuk mengurangi ketergantungan yang tinggi pada Selat
Malaka. Jika melihat pada keadaan Selat Malaka kini, bisa dikatakan 10 tahun
mendatang selat ini sudah tidak bisa dilewati oleh teruk-truk besar karena laluan
yang bertambah padat. Kanal Kra dipandang oleh China akan membantu China
untuk lepas dari Malacca Dilema. China telah membahas proyek ini di bawah
Proyek One Belt, One Road (OBOR). Bertepatan dengan proyek yang
diperkenalkan oleh Xi Jinping pada 2013, Kanal Kra akan didanai oleh proyek
OBOR ini.
Walau bagaimanapun, untuk membangun proyek yang besar seperti ini
harus dipertimbangkan berbagai faktor sama ada internal atau eksternal. Negara
61
Thailand yang rawan dengan sparatis yang ada di selatan negara menyebabkan hal
ini merupakan sebab utama yang dikhawatir olehpemerintah Thailand. Selain dari
keadaan domestik yang harus dipertimbangkan, hubungan internasional terutama
di kawasan Asia Tenggara yang perlu diambil perhatian oleh para pembuat
kebijakan. China merupakan pemain utama dalam kurun ini melihat dengan
kebijakan OBOR yang diperkenalkan di seluruh penjuru dunia. Hal ini tidak dapat
dipungkiri bahwa negara yang ikut bergabung dalam proyek ini juga banyak.
Melihat dari hal ini China berusaha untuk menjadi pengaruh dunia yang
baru terutamanya di Asia Tenggara. Melalui pembangunan Kanal Kra dapat
memperluaskan pengaruh China di kawasan tersebut. Di saat Amerika Serikat
(AS) yang merupakan pengaruh lama mulai menarik diri dari negara ASEAN
setelah menggati presiden. China menggunakan peluang ini untuk mendekati dan
meluaskan pengaruhnya. Melihat dari hal ini China ingin menstabilkan kuasa AS
dengan menjadikan Kanal Kra sebagai pangkalan tentera baru.
xii
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Bagian Buku
Amardeep Athwal, China-India Relations: Contemporary Dynamics, ( Routledge
.New York : 2008) : 44
C, Plano Jack dan Olthon R. Kamus Hubungan Internasional. Bandung 1999.
Christopher, K. Johnson, President Xi Jinping’s “Belt and Road” Initiative :
Washington : Center for Strategis & International Studies, 2016.
Creswell, J.W. Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches (edisi
revisi). Jakarta: KIK Press, 2002.
Jackson, Robert dan George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan International,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009.
Holsti, K.J. International Politics: A Framework for Analysis. New Jersey:
Prentice Hall, 1988.
Jankingthong, Korkaew. The Impact amd Feasibility of the Canal Project (kor kot
gra). Kingland Company, Hatyai : 2016.
Moleng, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdokarya 2000.
Tantayakun Sirilak. The Roles of Think Tanks in China’s Policy Making Process :
A Case Study of Belt and Road Initiative. Bangkok : the seventh Thai-
Chinese Strategic Researce, 2018.
Thomson, David. Pemikiran Pemikiran Politik. Jakarta : Aksara Persada
Indonesia, 1986.
T. V. Paul. James J. Wirtz and Michel Fortmann, Balance of Power : Theory and
Practice in the 21 st Century. California: Stanford University Press, 2004.
Wonpanya, Wonpanya dan Jaren Jankomol. Mempelajari penggalian kanal Kra
Isthmus dari Teluk Thailand ke Laut Andaman. Bankok :Kantor Akademik.
2009.
xiii
Skripsi dan Tesis
Donhatai Jirawiwat, Thai Canal : Considerations and Legal Preparation.
Bankok: Tesis Program Sekolah Pascasarjana Universitas Thammasat.
2016.
Thongsin Amothep, The Kra Canal and Thai Security. California: Tesis Program
Sekolah Pascarsarjana Naval, Monterey. California. 2002.
Artikel
Anam, Syaiful dan Ristiyani. “Kebijakan Belt and Road Initiative (BRI) Tiongkok
pada Masa Pemerintahan Xi Jinping.” ResearchGate (Desember 2018)
Azinar Ahmad, Tsabit. “Urgensi dan Relevansi Pembelajaran Sejarah Maritim
Untuk Wilayah Pedalaman,” Historical Studies Journal 27 (2017) : 115
Cai, Peter Cai. “Understanding China’s Belt and Road Initiative.” Lowy Institute (
maret 2017): 3-5.
Danang, Radityo Fransiskus. Gabriella Rara. Indah Amelia dan Rifal Efraim.
“Geopolitik Tiongkok di Kawasan Asia Tenggara: Jalur Perdagangan
(OBOR), Jurnal Asia Pacific Studies 3 ( Januari-Juni 2019) : 90.
Dobbs, Stephen. “Thailand’s Kra Isthmus and Elusive Canal Plans since the
1850s”. TRaNS: Trans –Regional and –National Studies of Southeast Asia 4
(Januari 2016): 166-168
Er, Lam Peng. “Thailand’s Kra Canal Proposal and China’s Maritime Silk Road:
Between Fantasy and Reality,” Asian Affairs (Februari 2018): 4.
Eskenazi, Michal. “The Making of Foreign Policy: On Paradigms and Grand
Strategies.” Mitvim – The Israeli Institute for Regional Foreign Policies
(August 2015): 2.
Gerke, Solvay dan Hans-Dieter Evers. “ Selat Melaka : Jalur Sempit Perdagangan
Dunia.” Akademika 81 (Juni 2011): 10-11.
Harahap, Insan. “Dampak Pembangunan Terusan Kra di Thailand Terhadap
Ekonomi Indonesia,” ResearchGate 4 (Maret 2019), 1.
Jusoh, Sufian. “The Impact of BRI on Trade and Investment in ASEAN.” China’s
BRI and Southeast Asia (Oktober 2018).
Kinder, Ivica. “Strategic Implications of the Possible Construction of the Thai
Canal.” Croatian International Relations Review (Desember 2007): 113-
114.
xiv
Kit, Clarence Ngui Yew Kit. “Kra Canal (1824-1910): The Elusive Dream,”
Akademika 82 (Mei 2012): 71
Kurniawan, Yandry. “One Belt One Road (OBOR): Agenda Keamanan Liberal
Tiongkok.” Politica7 (November 2016) : 234-235.
Gounaris, Panayotis. “International Trade and The Maritime Shipping
Revolution,” The Student Economic Review 31
Gerke, Salvay dan Hans-Dieter Everse, “Selat Melaka : Jalur Sempit Perdagangan
Dunia,” Akademika 81
Mulyadi, Yadi. “Kemaritiman, Jalur Rempah dan Warisan Budaya Bahari
Nusantara,” ReserchGate (November 2016)
Na, Pompeth Wichitwong. “Hubungan Prancis-Ayutthaya Untuk catatan asing
yang mencerminkan politik - ekonomi – masyarakat,” Silpa- Mag
(November 2019).
Liu, Fu-kuo “The Implications of the Maritime Silk Road Initiative for China’s
Geostrategic advance to South and Souteast Asia,” Prospect Journal 14
Pea, Rona. “Konsep Kepentingan Nasional dalam Hubungan Internasional.” The
writer is the engineer of human soul 101 (November 2016)
Rahman, Abdul. Noorul Shaiful Fitri. Nurul Haqimin Mohd Salleh, Ahmad Fayas
Ahmad Najib dan Venus Y. H. Lun. “A descriptive method for analysing
the KraCanal decision on maritime businesspatterns in Malaysia.” Journal
of Shipping and Trade (2016) 1:13, hal 4
Rahmadani, Suci. Heri Kusmanto dan Warjio. “Strategi Cina menghadapi
Malacca Dilemma dalam Rangka Pengamanan Jalur Energy Cina di Selat
Malaka.” Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial 11 (2019): 141-148.
R.B. Cathacart, “ Kra Canal (Thailand) excavation by nuclear-powered dredges,”
Int.j.Global Environmental Issues 8 (2008) : 250.
Rouillard, Meghan and Asuka Saito. “Building the Kra Canal and Southeast Asian
Development.” Infrastructure (Oktober 2013): 17.
Ruslan, Mudzakir. “Mengenal Terusan Kra Jangka Pembunuh Ekonomi Maritim
Indonesia.” (Maret 2017)
Noorul Shaiful Fitri Abdul Rahman. Nurul Haqimin Mohd Salleh, Ahmad Fayas
Ahmad Najib dan Venus Y. H. Lun. “A descriptive method for analysing
the KraCanal decision on maritime businesspatterns in Malaysia.” Journal
of Shipping and Trade (2016).
Shopard, Waso. “Beijing To The World : Don’t call The Belt And Road Initiative
OBOR.” Forbes, (Agus 2018)
xv
Storey, Ian. “Thailand’s Perennial Kra Canal Project: Pros, Cons and Potential
Game Changers.” Iseas Yusof Ishak Institute 76, (24 September 2019), 5.
Tim Peneliti Universitas Hat-Yai. “The Impact and Feasibility of the Thai Canal
Project (kor kot gra)”. 2016
Wibawati, Samti Wira. Marina Ika Sari dan Yuli Ari Sulistyani. “Potensi dan
Tantangan One Belt One Road (OBOR) bagi Kepentingan Nasional
Indonesia di Bidang Maritim.” Kajian Wilayah 9 (Desember 2018): 111.
Zhexin, Zhang. “The Belt and Road Initiative.” China Quarterly of International
Strategic Studies 4 (Oktober 2018): 330.
Web site
Agus Yulianto, Selat Malaka Jlur Perdagangan Paling Padat di Dunia,
REPUBLIKA, 2 April 2019 [Berta on-line]; tersedia di
https://republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/ppbr6o396/selat-malaka-
jalur-perdagangan-paling-padat-di-dunia Diakses pada 3 september 2019,
20.56 WIB.
Akan menggali Kanal Thailand atau tidak? Ini masa depan Tetapi NCPO tidak
seharusnya, Columnis, 10 Maret 2016 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.matichon.co.th/columnists/news_65549 Diakses pada 14
Desember 2019, 16.53 WIB.
Barai, Kor Kot Kra, Thairath, 6 Juli 2014 [ Berita on-line] tersedia di
https://www.thairath.co.th/content/434283 Diakses pada 20 April 2017,
16.20 WIB.
Bob S. Effendi, Nilai Strategis Laut China Selatan dan Selat Malaka Bagi China,
kompasiana, 7 Oktober 2017 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.kompasiana.com/bob911/59d8a39845fc4a25494e28f3/nilai-
strategis-lcs-dan-selat-malaka-bagi-china-dan-peran-strategis-indonesia
Diakses pada 19 Desember 2019 13.50 WIB.
Bowon, Suntinwan. Proyek Kanal Thailand, Orang Tua Yuan Mao Diundang
untuk Menggali Tanah Thailand, naewna, 30 Agustus 2018 [Berita on-
line]; tersedia di https://www.naewna.com/politic/columnist/36828 Diakses
pada 8 November 2019, 22.54
xvi
Dezan Shira dan Associates, Kra Canal Project Revisited As Part Of China’s
Maritime Silk Road, ASEAN Briefing, 11 September 2017 [Berita on-line];
tersedia di https://www.aseanbriefing.com/news/2017/09/11/kra-canal-
project-revisited-part-chinas-maritime-silk-road.html Diakses pada 21
Oktober 2019, 22.59 WIB.
Konsep 'Gali Kra Isthmus' tiga ratus tahun mimpi Apa yang harus kita tukar,
TCIJ, 30 Agustus 2015 [Berita On-line] disedia di
https://www.tcijthai.com/news/2015/30/scoop/5760 Diakses pada 8
November 2019, 21.10 WIB.
Garis waktu konsep penggalian Kra Isthmus, 2220-2015, TCIJ, 30 Agustus 2015
[Berita on-line]; tersedia di
https://www.tcijthai.com/news/2015/08/watch/5761 Diakses pada 19
Desember 2019, 14.50 WIB.
Government Expresses Interest in Continuing The Kra Canal Project, Thailand
Property, 16 Mei 2019 [Berita on-line]; tersedia di https://www.thailand-
property.net/government-interest-kra-canal-project/ Diakses pada 3
November 2019,17.50 WIB.
Godfree Roberts, “Thailand’s Kra Canal and the Belt and Road Initiative,” (15
November 2018) , www.thailandretirementhelpers.com/thailands-kra-canal-
and-the-belt-and-road-initiative/ Diakses pada 2 september 2019
Lee Hong Liang, Thailand, China sign agreement to construct a new strategic Kra
Canal, Seatrade Maritime News, 19 Mei 2015 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.seatrade-maritime.com/asia/thailand-china-sign-agreement-
construct-new-strategic-kra-canal/ di akses pada 21 November 2019, 01.28
WIB.
Hubungan Thailand-Cina, Thaibizchina, [Berita on-line]; tersedia di
https://thaibizchina.com/figure-publication/thai-chinese/ Diakses pada 9
Desember 2019, 12.27 WIB.
Jintana Panyaarvudh, Mixed reactions to Kra Canal project, The Nation Thailand,
24 Maret 2018 [Berita on-line]; tersedia di
https://www.nationthailand.com/national/30341668 Diakses pada 2
November 2019 Pukul 11.54 WIB.
Tassachai Inwiset, “Mengapa Kanal Thailand 9A,” Naewna, (4 oktober 2018)
[Berita on-line]; tersedia di https://www.naewna.com/likesara/368167
Diakses pada 2 september 2019
Teetotal, Ingin Kanal Kra menghubungkan Andaman dan Teluk Thailand, 16
Agustus 2007 [Berita on-line]; tersedia di
xvii
https://board.thaivi.org/viewtopic.php?t=27418 Diakses pada 21 Juli 2019,
23.41 WIB.
Thailand could sacrificeits sovereignty for questionable gains from Chinese–built
waterway, FORUM, 28 Januari 2019 [Berita on-line]; tersedia di
https://ipdefenseforum.com/canal-conundrum/ Diakses pada 11 November
2019, 17.58 WIB.
Thitinan Phongsutthirak menunjuk pada risiko diplomatik Thailand yang rapuh,
Prachathai, 28 Maret 2018 [Jurnal on-line]; tersedia di
https://prachatai.com/journal/2018/03/76114 Diakses pada 6 November
2019, 11.23 WIB
Rhea Menon, Thailand’s Kra Canal: China’s Way Around the Malacca Strait, The
Diplomat, 6 April 2018 [Berita on-line]; tersedia di
https://thediplomat.com/2018/04/thailands-kra-canal-chinas-way-around-
the-malacca-strait/ Diakses pada 6 juli 2019, 12.34 WIB.
xviii
LAMPIRAN 1
TRANSKRIP WAWANCARA
Materi : Proyek Kanal Kra
Narasumber : Let.kol Vichaphop Thanomyam, M.Tr. Opsla
Jabatan : Tentera Laut Thailand
Tempat : Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut, Jakarta Selatan
Tanggal : 14 November 2019
p Apakah perkembangan Proyek Kanal Kra dari awal mucul hingga
sekarang?
N Seperti yang sudah diketahui bahwa proyek ini sudah lama muncul sejak
King Narai yaitu sudah 300 tahun yang lalu tetapi masih belum berjaya
dibangun. Hal ini karena Thailand mempunyai masalah yang harus
dipertimbangkan dan masalah tersebut berbeda pada setiap kurun waktu,
dimana pada masa dahulu kita kekurangan modal dan teknologi yang
rendah menyebabkan kita tidak bisa membangun. Akan tetapi pada era
sekarang dikarenakan masalah keamanan yang harus dipertimbangkan
dimana di Selatan Thailand itu rawan dengan gerakan separis maka hal ini
sangat menjadi alasan utama bagi pemimpin sekarang yang tidak ingin
menggali terusan karena galiterusan akan membagi daratan. Tetapi setelah
China memperkenalkan OBOR proyek ini diberi perhatian lagi oleh
Thailand dan internasional, di mana China menyatakan bahwa akan
membantu Thailand dari segi modal dan teknologi. Walau bagaimanapun,
keturunan China sendiri juga banyak yang tinggal di Thailand dan mereka
juga banyak berinvestasi di Thailand maka tidak aneh jika mereka ingin
membangun terusan untuk meningkatkan perekonomiannya.
P Seberapa banyak pihak yang pro dan kontra dengan proyek ini ? Apa alasan
bagi pihak yang pro dan alasan bagi pihak yang kontra ?
xix
N Pihak yang pro tidak lepas dari pihak yang akan keuntungan dari proyek
Kanal Kra seperti pihak-pihak yang mungkin didorong oleh China di
beakang di mana mereka tersebut akan dibayar atau diberi balasan dari
China jika mereka tersebut berjaya membujuk pemimpin Thailand untuk
mengambil keputusan untuk menggali terusan. Di mana pihak yang tidak
setuju dengan proyek ini juga tidak lepas dengan pihak yang akan dirugi
setelah proyek ini dibangun, di mana terdapat pihak yang melawan dengan
membangunkan berita buruk jika proyek ini sudah dibangun. Mungkin juga
mereka tersebut akan dapat manfaat dari pihak seperti Malaysia atau
Singapura, karena mereka merupakan negara yang akan mendapat efek
yang tinggi setelah proyek ini dibangun kapal dagang akan lebih
menggunakan Kanal Kra berbanding Selat Malaka maka hal ini akan
menimbulkan kerugian yang tinggi bagi negara tersebut. Maka mereka
akan membangunkan berita palsu tentang kanal ini akan membagi Thailand
menjadi dua bagian dan seperti melepas Selatan Thailand untuk berdiri
negara sendiri, hal ini agar pihak pemimpin Thailand merasa khawatir dan
tidak berkeputusan untuk membangun.
P Adakah proyek ini benar akan memberi manfaat kepada Thailand jika
Kanal Kra berjaya dibangun ?
N Proyek ini jelas akan memberi keuntungan karena Thailand akan menjadi
pusat perdagangan baru mengganti jalur lama yang kini sangat padat, maka
perlu bagi Thailand untuk cepat mengambil keputusan untuk membangun,
sudah lepas dari rasa takut dan mempunyai keyakinan diri karena Thailand
sudah lama tidak mengadakan proyek raksasa. Alasan Thailand tidak maju
sampai sekarang karena negara kita tidak memikirkan proyek besar.
Sedangkan jika dilihat dari peta dunia, Thailand terletak di pusat dunia, di
mana kedudukan yang sangat strategis Kanal Kra akan membantu Thailand
terlepas dari kemiskinan dan akan membawa kepada perkembangan
ekonomi negara.
xx
P Adakah proyek Eastern Economic Coridoor (EEC) akan mengganti
Proyek Kanal Kra ?
N Tidak, karena EEC sudah mulai berjalan di mana sudah dibangun daerah
ekonomi khusus yaitu di bagian timur Thailand. Hal ini jika ada kanal akan
menyebabkan kapal akan menggunakan jalur ini untuk melewati dari
Samudera Hindia ke Samudera Pasifik atau di sebaliknya. Dari sini akan
membuat para pedagang asing akan mudah sampai ke daerah EEC tersebut
atau bisa dikatakan bahwa Kanal Kra akan mendorong EEC dalam
meningkatkan ekonomi negara.
P Apakah kemungkinan proyek Kanal Kra akan dibangun pada era
sekarang?
N Jika dilihat dari usaha yang telah dilakukan terutamanya oleh pihak swasta
seperti orgaisasi yang dibentuk oleh mantan-mantan jenderal telah berusaha
untuk mengkaji kemungkinan pembangunan Terusan Kra dan akan dilanjut
oleh pemerintah untuk melihat baik buruknya proyek ini. Selain itu juga
terdapat organisasi yang bekerjasama dengan China telah melakukan
survey di kawasan kanal dan telah membuat proposal berkaitan proek ini
untuk meyerah kepada Perdana mentri Prayuth untuk dipertimbangkan.
Dari sini terlihat bahwa proyek ini masih diberi perhatian oleh banyak
pihak walaupun sudah merupakan proyek lama. Thailand sendiri juga ingin
dijadikan proyek ini menjadi kenyataan.
P Seberapa banyak peran China dalam membangun Kanal Kra pada periode
2013-2019?
xxi
N Sekarang China telah mengeluaarkan uang dengan mendorong Universitas negaranya untuk berpegangtangan dengan universitas Thailand untuk
belajar kemungkinan dalam membangun Kanal Kra. Pada awalnya China
juga pernah memberi perhatian pada proyek Land Bridge yang merupakan
proyek membangun jalan kereta dan jalan raya. Apa bila dikaji oleh team
China dia melihat bahwa Kanal Kra lebih akan menjawab persoalan
daripda Proyek Land Bridge tersebut. Walau bagaimanapun kebijakan
China di Kanal Kra belum cukup jelas karena yang dilakukan saat ini hanya
pertemuan-pertemuan yang diadakan dan hanya tawaran kepada pemimpin
Thailand untuk mengambil proyek Kanal Kra untuk diduskusi kembali
karena hal ini sangat membantu jalur perdagangan lama yang dipercaya
sudah tidak bisa digunakan pada masa 10 mendatang.
p Apakah kerjasam yang sudah dilakukan oleh Thailand dan China berkaitan
dengan proyek Kanal Kra ?
N Jika dari pihak pemerintah sendiri belum ada yang dirasmikan perjanjian
berkaitan dengan Proyek Kanal Kra tapi seperti yang sudah dikatakan
bahwa China dan Thailand merupakan Negara sahabat tidak ada masalah
pada sebelumnya dan mereka juga sering mengadakan pertemuan terutama
pertemuan secara bilateral karena China lebih suka mengadakan pertemuan
bilateral. Perdana mentri Prayuth sendiri juga tidak mau berbicara berkaitan
dengan proyek ini karena masih ada banyak masalah yang harus dibahas
dan lebih penting terutama masalah keamanan. Perdana menri juga sempat
mengatakan bahwa masalah keamanan dari pihak sparatis di Selatan
Thailand itu perlu diperhitungkan.
P Apakah respond pemimpin Thailand terhadap tawaran China atas bantuan
dalam membangun Kanal Kra?
xxii
N Sekarang pernada mentri Prayuth belum mengeluarkan kata-kata apa
berkaitan dengan proyek ini dan juga tidak menolak bantuan China atas
proyek ini. Hanya mengatakan bahwa ingin memfokus pada masalah
domestic dahulu. Sebelum membangunkan proyek yang besar seperti ini
harus menyelesaikan masalah utang Negara terlebih dahulu, kalau tidak hal
ini akan bertambah hutang Negara. Menurut beliau bukan ingin
mengatakan proyek ini tidak penting tapi terdapat proyek dan masalah lain
lebih penting. Dia juga tidak menutup diri jika China atau Negara besar lain
ingin mendorong proyek Kanal Kra.
P Apa alasan China dalam dukungan atas proyek Kanal Kra ?
N Alasa China cukup jelas ingin memperluaskan pasarnya ke seluruh dunia
terutamanya di kawasan Asia Tenggara. Selain itu China juga ingin
menemukan jalur baru yang bisa membawanya menuju ke laut selain Selat
Malaka yang dipengaruhi oleh Amerika Serikat. Sementara itu
pembangunan Kanal Kra juga bisa membuat proyek jalur sutra yang
dibangun oleh China itu menjadi sempurna karena Kanal Kra sejalan
dengan proyek mereka. Selain itu China juga ingin menjadikan Negara
yang mempunyai perekonomian yang tinggi maka membangun terusan
yang lebih mempunyai jarak yang lebih singkat aka n menguntungkan dia.
Pada proyek kereta cepat yang ingin dibangun oleh China di Thailand, di
samping jalur kereta kanan dan kiri itu akan diambil alih oleh China. Di
mana China boleh melakukan apa saja di samping jalur kereta tersebut. Jika
dikaitkan dengan proyek Kanal Kra ini mungkin China juga ingin begitu,
yaitu ingin dapat sesuatu disebalik dorongan. Maka mungkin sebab ini
yang menyebabkan perdana mentri Prayuth belum setuju dan membenarkan
China untuk membangun Kanal Kra.
P Adakah Kanal Kra termasuk dalam proyek OBOR ? Kenapa China tidak
mengundang Thailand hadir dalam pertemuan KTT OBOR pada 2017 ?
xxiii
Jika dilihat dari jalur awal yang digaris oleh China pada jalur sutra baru,
Thailand tidak dilewati oleh jalur ini sama ada jalur darat dan alur laut.
Tapi negara kita punya proyek yang dinama EEC hal ini bisa melakukan
oerdagangan dengan kapal yang berniaga di jalur sutra baru ini. Walau
bagaimanapun, pada 2015 ada bertita yang mengatakan bahwa Thailand
dan Chinan telah melakukan perjanjian (MOU) tentang Kanal Kra akan
didukung di bawah OBOR. Tapi hal ini juga tidak diumumkan secara
resmi, pemerintah Thailand juga mengatakan bahwa jika China ingin
membantu Thailand menggalikan terusan, harus selesaikan proyek rereta
cepat di Thailand dahulu. Di mana proyek tersebut berjalan sangat lama
dan tidak tahu kapan akan selesai. Sebenarnya Thailand dan China
mempunyai hubungan yang rapat terlihat dengan jumlah orang China
begitu tinggi di Thailand dan kebanyakannya juga adalah pengusaha. Pada
KTT OBOR 2017 Pemmpin China tidak megundang pemimpin Thialnd
untuk menghadiri dalam pertemuan tersebut tapi hanya mengundang pihak
mentri. Hal ini menunjukan China dan Thailand adalh sahabat baik. Selain
itu Sebenarnya China lebih suka untuk negosiasi secara bilateral. Oleh itu
bisa dikatakan bahwa alasan China tidak mengundang pemimpin Thailand
untuk menghadiri pertemuan di tingkat tinggi OBOR karena China hanya
ingin mengadakan pertemuan dengan Thailand sahaja. Selain itu, berkaitan
dengan pembangunan Terusan Kra tidak sesuai dibahas dalam pertemuan
besar seperti itu karena hal ini merupakn hal sensitif yang akan
mengganggu perekonomian negara tetangga seperti Singapura dan
Malaysia. Walaupun begitu saya percaya bahwa dengan pembangunan
Terusan Kra bukan merupakan pesaing bagi Selat Malaka tapi akan
mengurangi masalah yang dihadapi oleh selat tersebut. Karena mungkin 10
tahun ke depan Selat Malaka sudah tidak bisa dilewat karena keadaan yang
sangat padat lalu lintas.