Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya dengan
Masalah Kesehatan Respirasi di Kelurahan Petamburan, tahun 2012
Theresia Sri Rezeki Sembiring, Elisna Syahruddin
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan
Salemba Raya 6, Jakarta, 10430, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Masalah kesehatan respirasi merupakan masalah kesehatan yang penting karena prevalensinya cukup tinggi di
Indonesia. Menurut WHO, beberapa masalah kesehatan respirasi yang prevalensinya cukup tinggi di Indonesia
adalah pneumonia, tuberkulosis, asma dan PPOK. Dalam penelitian ini, masalah kesehatan respirasi dikaitkan
dengan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan
terhadap pelayanan kesehatan dan masalah kesehatan respirasi. Penelitian menggunakan desain cross sectional
dan dengan pengambilan data di Kelurahan Petamburan sejak 21 Januari 2012 – 26 Januari 2012 dengan
melibatkan 109 keluarga yang dipilih dengan metode consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan
metode wawancara menggunakan kuesioner yang telah divalidasi sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan
prevalensi masalah kesehatan respirasi di lingkungan kumuh adalah 5,06%. Kepuasan terhadap pelayanan
kesehatan tidak berhubungan dengan masalah kesehatan respirasi baik untuk kepuasan terhadap hubungan
dokter-pasien (p=0,451), fasilitas pelayanan kesehatan (p=0,237) maupun sistem administrasi (p=0,219).
Satisfaction toward Health Service and Its Association with Respiratory Disease in
Petamburan, year 2012
Abstract
Respiratory disease is an important health problem due to its high prevalence in Indonesia. According to WHO,
several respiratory diseases of which prevalence are high in Indonesia are pneumonia, tuberculosis, asthma, and
COPD. The goal of this research is to find out the association between respiratory disease and the satisfaction
toward health-service. This research uses the cross sectional design. It was held in Petamburan from May 2011 –
January 2013 by involving 109 respondents, chosen by consecutive sampling method. The data was collected by
interviewing all respondents with a quesioner that has been validated. The result shows the prevalence of
respiratory diseases in rural area is 5,06%. There’s no association between satisfaction toward health-service and
the existence of respiratory disease in rural area either satisfaction toward the relationship between doctor-patient
(p=0,451), toward health-care facilities (p=0,237), or administration system (p=0,219).
Keywords: Health Service; Respiratory; Rural Area; Satisfaction.
Pendahuluan
Pentingnya membahas masalah kesehatan respirasi dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh
kondisi masalah kesehatan respirasi di Indonesia seperti pneumonia, tuberkulosis, asma dan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Keempat masalah kesehatan respirasi ini
menimbulkan masalah mortalitas yang cukup tinggi di Indonesia. Pneumonia di Indonesia
Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013
memiliki angka kematian sebanyak 151 kematian pada anak berusia di bawah lima tahun
yang kemudian menjadikan pneumonia sebagai penyebab kematian ketiga terbanyak pada
anak berusia di bawah lima tahun. Tidak hanya pneumonia, tuberkulosis juga menjadi
masalah kesehatan respirasi yang terus disoroti di Indonesia akibat jumlah kasusnya yang
cukup tinggi yaitu sekitar 289 kasus per 100.000 penduduk. Tidak hanya jumlah kasusnya
yang tinggi, jumlah kematian akibat tuberkulosis juga tinggi yaitu sebanyak 27 kematian per
100.000 penduduk. Pentingnya masalah kesehatan respirasi juga didukung oleh masalah
kesehatan respirasi seperti asma dan PPOK dengan angka kematian masing-masing adalah 8,2
dan 53 kematian per 100.000 penduduk.1, 2, 3
Keempat jenis masalah kesehatan respirasi ini menunjukkan rendahnya derajat kesehatan di
Indonesia yang dapat disebabkan oleh keterbatasan akses layanan kesehatan. Di Indonesia,
berbagai kebijakan di bidang kesehatan diusahakan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Salah satunya adalah dengan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin (mis:
Jamkesmas, JPK Gakin dan Jamsostek). Jaminan kesehatan bertujuan untuk mendistribusikan
pelayanan kesehatan secara merata pada masyarakat dari berbagai golongan termasuk
masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh. Kemudahan akses layanan kesehatan sangat
diperlukan oleh masyarakat lingkungan kumuh karena dua alasan, yaitu (1) kondisi sosial-
ekonomi yang rendah dan (2) faktor lingkungan yang meningkatkan kerentanan terhadap
berbagai masalah kesehatan respirasi. Akses pelayanan kesehatan diharapkan dapat
memenuhi kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sehingga meningkatkan
kesadaran masyarat untuk datang ke dokter. Peningkatan kesadaran untuk datang ke dokter
akan meningkatkan jumlah masalah kesehatan respirasi yang berhasil dideteksi dini sehingga
penanganan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan prevalensi masalah kesehatan respirasi
dapat menurun.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan terhadap pelayanan
kesehatan dan masalah kesehatan respirasi. Tujuan umum dari hal tersebut adalah untuk
mengevaluasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sementara tujuan khususnya
adalah mengetahui kepuasan terhadap pelayanan kesehatan pada masyarakat di lingkungan
kumuh dan prevalensi masalah kesehatan respirasi di lingkungan kumuh.
Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013
Desain cross sectional dipakai pada penelitian ini. Pengambilan data dilakukan sejak 21
Januari 2012 – 26 Januari 2012 dengan populasi target adalah masyarakat lingkungan kumuh
Kota Jakarta. Lingkungan kumuh dipilih sebagai populasi target karena faktor risiko sosial-
ekonomi dan lingkungannya terbukti berhubungan dengan masalah kesehatan respirasi.
Pengambilan data dilakukan di Kelurahan Petamburan, Jakarta Pusat dengan melibatkan 109
keluarga yang dipilih dengan teknik consecutive sampling.
Kelurahan Petamburan terdiri atas 10 RW dan 103 RT. RW yang terpilih dalam penelitian ini
adalah RW 03 karena kondisi lingkungannya yang sesuai dengan karakteristik lingkungan
kumuh dalam penelitian. Dari RW 03, RT yang terlibat dalam penelitian adalah RT 01, 03,
04, 05, 06, 07, 08, dan 09. Dari masing-masing RT, diambil sekitar 10 – 15 keluarga sebagai
sampel. Sebelum melibatkan sebuah keluarga dalam penelitian, dipastikan terlebih dahulu
responden memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi. Kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah penduduk tetap Kelurahan Petamburan, dapat membaca, dapat
menulis, dan dapat berbicara. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ketidaksetujuan
untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Data dari masing-masing keluarga diambil dengan kuesioner yang telah divalidasi. Kuesioner
digunakan untuk mengumpulkan (1) data mengenai pengetahuan dan kepemilikan jaminan
kesehatan; (2) data mengenai kepuasan terhadap pelayanan kesehatan; (3) jumlah anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah; dan (4) data mengenai masalah kesehatanrespirasi
selama setahun terakhir dari Januari 2011 – Januari 2012.
Pada kuesioner yang digunakan, pertanyaan mengenai kepuasan terhadap pelayanan
kesehatan dinilai dengan 3 indikator, yaitu: (1) kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien;
(2) kepuasan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan; dan (3) kepuasan terhadap sistem
administrasi di tempat pelayanan kesehatan.
Kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien dinilai dengan 11 pertanyaan dengan skor
minimal 11 dan skor maksimal 44. Kepuasan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dinilai
dengan 10 pertanyaan dengan skor minimal 10 dan skor maksimal 40. Kepuasan terhadap
sistem administrasi di tempat pelayanan kesehatan dinilai dengan 7 pertanyaan dengan skor
minimal 7 dan skor maksimal 28. Masing-masing indikator dihubungkan dengan keberadaan
masalah kesehatan respirasi dalam keluarga dengan uji hipotesis Fischer’s Exact dan chi
Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013
square. Uji Fischer’s Exact digunakan untuk indikator kepuasan terhadap hubungan dokter-
pasien dan kepuasan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan sementara uji chi square
digunakan untuk indikator kepuasan terhadap sistem administrasi. Uji hipotesis dilakukan
dengan menggunakan SPSS version 11.5 for Windows Operating System.
Hasil Penelitian
Dari data yang diperoleh, prevalensi masalah kesehatan respirasi adalah 5,06% dengan jenis
masalah kesehatan respirasi terdiri atas tuberkulosis, asma, PPOK dan ISPA. Responden
didominasi oleh perempuan (90,8%), kelompok usia 25 – 65 tahun (87,2%), dan pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga (70,6%). Secara lebih lengkap, karakteristik responden dapat dilihat
di tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Responden
Variabel Kategori n %
Jenis kelamin Laki-laki 10 9,2
Perempuan 99 90,8
Usia 18 – 25 tahun 8 7,3
25 – 65 tahun 95 87,2
> 65 tahun 6 5,5
Pekerjaan Pelajar 1 0,9
Pegawai swasta 5 4,6
Wiraswasta 19 17,4
Buruh/petani/pekerja
rumah tangga
5 4,6
Ibu rumah tangga 77 70,6
Lain-lain 2 1,8
Bagian pertama dalam kuesioner adalah pertanyaan mengenai pengetahuan dan kepemilikan
jaminan kesehatan. Pengetahuan dalam penelitian ini hanya dibagi menjadi dua kategori yaitu
tahu dan tidak tahu. Pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesmas lebih rendah daripada
pengetahuan mengenai JPK Gakin dan Jamsostek. Dari 109 responden, hanya ada 26,6% di
antaranya yang mengetahui Jamkesmas. Kepemilikan Jamkesmas juga masih terbatas yaitu
hanya dua dari 109 responden yang memiliki Jamkesmas.
Pengetahuan mengenai JPK Gakin lebih baik daripada pengetahuan mengenai Jamkesmas.
Dari 109 responden, 50,5% di antaranya sudah mengetahui JPK Gakin meskipun kepemilikan
JPK Gakin sendiri juga masih rendah. Dari 55 responden yang telah mengetahui JPK Gakin,
hanya 3 responden di antaranya yang memiliki JPK Gakin.
Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013
Pengetahuan dan kepemilikan Jamsostek adalah yang paling tinggi. Sebanyak 53,2,%
responden telah mengetahui adanya Jamsostek dengan jumlah kepemilikan Jamsostek
adalah 19 responden. Data mengenai pengetahuan dan kepemilikan jaminan kesehatan
disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2. Pengetahuan dan Kepemilikan Jaminan Kesehatan
Variabel Kategori N %
Pengetahuan tentang Jamkesmas Tahu 29 26,6
Tidak tahu 80 73,4
Kepemilikan Jamkesmas Punya 2 1,8
Tidak punya 107 98,2
Pengetahuan tentang JPK Gakin Tahu 55 50,5
Tidak tahu 54 49,5
Kepemilikan JPK Gakin Punya 3 2,8
Tidak punya 106 97,2
Pengetahuan tentang Jamsostek Tahu 58 53,2
Tidak tahu 51 46,8
Kepemilikan Jamsostek Punya 19 17,4
Tidak punya 90 82,6
Pada ketiga jenis jaminan (Jamkesmas/JPK Gakin/Jamsostek), alasan terbanyak penyebab
ketidakpemilikan jaminan adalah alasan tidak mengetahui adanya jaminan kesehatan. Hal
yang penting diperhatikan adalah alasan ketidakpemilikan jaminan kesehatan meskipun
responden telah mengetahui adanya kepemilikan jaminan kesehatan. Untuk Jamkesmas,
alasan terbanyak ketidakpemilikan meskipun responden telah mengetahui adanya Jamkesmas
adalah responden tidak memahami prosedur administrasi untuk mengurus kepemilikan
Jamkesmas (10,3% responden).
Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013
Gambar 1. Distribusi Alasan Ketidakpemilikan Jamkesmas
Pada JPK Gakin, alasan ketidakpemilikan terbanyak meskipun responden telah mengetahui
adanya JPK Gakin adalah alasan tidak memenuhi kriteria berkaitan dengan prosedur
verifikasi oleh petugas berwenang sebelum sebuah keluarga miskin diizinkan memperoleh
JPK Gakin. Hal ini menjadi alasan 19,8% responden yang menyatakan meskipun keluarganya
miskin, keluarga tersebut tetap tidak dapat memperoleh JPK Gakin karena dianggap belum
memenuhi semua kriteria keluarga miskin yang telah ditentukan.
Gambar 2. Distribusi Alasan Ketidakpemilikan JPK Gakin
74,8%
10,3%
6,5%
5,6% 2,8%
TIDAK TAHU SOAL JAMKESMAS
TIDAK MEMAHAMI PROSEDURJAMKESMAS
TIDAK MEMENUHI KRITERIA
MERASA BELUM PERLU
TIDAK SEMPAT
50,9%
18,9%
19,8%
10,4%
TIDAK TAHU SOAL GAKIN
TIDAK MEMAHAMI PROSEDUR GAKIN
TIDAK MEMENUHI KRITERIA
MERASA BELUM PERLU
Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013
Gambar 3. Distribusi Alasan Ketidakpemilikan Jamsostek
Pada Jamsostek, alasan terbanyak ketidakpemilikan Jamsostek meskipun responden telah
mengetahui adanya Jamsostek adalah tidak memenuhi kriteria. Tidak memenuhi kriteria
dalam hal ini memiliki definisi berbeda dengan tidak memenuhi kriteria pada kepemilikan
JPK Gakin. Pada bagian ini, tidak memenuhi kriteria didefinisikan sebagai responden yang
tidak memiliki Jamsostek karena responden tidak bekerja pada sektor yang menyediakan
Jamsostek untuk pekerjanya.
Hasil penelitian mengenai kepuasan terhadap pelayanan kesehatan diperoleh hasil berbeda
pada masing-masing indikator. Untuk indikator kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien,
89,9% responden merasa puas. Untuk indikator terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, 81,7%
pasien merasa puas. Kepuasan terhadap sistem administrasi adalah yang paling rendah di
antara ketiga indikator. Hanya 22,9% responden merasa puas terhadap sistem administrasi
yang berlangsung di masing-masing tempat pelayanan kesehatan.
Data terakhir yang dianalisis pada penelitian ini adalah hubungan antara kepuasan terhadap
pelayanan kesehatan dan masalah kesehatan respirasi seperti dapat dilihat di tabel 3. Ketiga
indikator terbukti tidak memiliki hubungan dengan masalah kesehatan respirasi.
6,5%
55,4%
37,0%
1,1%
PENSIUN
TIDAK TAHU SOAL JAMSOSTEK
TIDAK MEMENUHI KRITERIA
BELUM SEMPAT
Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013
Pembahasan
Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan: pada penelitian ini, diperoleh 89,9% responden
merasa puas dengan hubungan dokter-pasien, 81,7% responden merasa puas dengan fasilitas
pelayanan kesehatan, dan 22,9% pasien merasa puas terhadap sistem administrasi di tempat
pelayanan kesehatan.
Hubungan dokter-pasien merupakan aspek penting pada pelayanan kesehatan. Pada penelitian
lain, hubungan dokter-pasien menempati posisi kedua dari enam indikator yang dianggap
penting dalam pelayanan kesehatan.4
Kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien yang cukup
tinggi pada penelitian ini paralel dengan penelitian lain yang membandingkan kepuasan
antara pasien JPK Gakin dan pasien non-JPK Gakin. Meskipun di antara keduanya terdapat
perbedaan bermakna dalam hal tingkat kepuasan, baik pasien JPK Gakin maupun pasien non-
JPK Gakin sama-sama merasa puas terhadap hubungan dokter-pasien.5
Fasilitas pelayanan kesehatan juga termasuk salah satu komponen yang dianggap penting
dalam pelayanan kesehatan. Pada penelitian lain, fasilitas pelayanan kesehatan menempati
posisi keempat dari enam indikator yang dianggap penting dalam pelayanan kesehatan.4 Pada
penelitian yang membandingkan pasien JPK Gakin dan pasien non-JPK Gakin, diperoleh
kedua kelompok pasien sama-sama merasa puas dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia. Hasil tersebut paralel dengan penelitian ini dimana pasien dengan jaminan maupun
pasien nonjaminan merasa puas terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.5
Kepuasan terhadap sistem administrasi pada penelitian ini dinilai dengan hal yang berbeda
dengan penelitian lain. Pada penelitian ini, sistem administrasi dinilai dengan kejelasan
informasi mengenai (1) kemudahan mendaftar; (2) kejelasan informasi mengenai cakupan
biaya administrasi; (3) kejelasan informasi mengenai jenis jaminan kesehatan yang dapat
dipakai, cara menggunakan, dan besar keringanan yang diperoleh dengan jaminan sementara
pada penelitian lain sistem administrasi lebih fokus melihat keterjangkauan biaya (mis: biaya
berobat dan biaya rawat inap).4 Perbedaan indikator yang digunakan untuk menilai kepuasan
terhadap sistem administrasi mungkin dapat menjadi penyebab perbedaan hasil yang
diperoleh dimana pada penelitian ini, diperoleh hanya 22,9% responden merasa puas
sementara pada penelitian lain, sebagian besar pasien merasa puas.
Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013
Kepemilikan Jaminan Kesehatan: Kepemilikan Jamkesmas adalah yang paling sedikit dari
ketiga jenis jaminan yang diteliti. Hasil ini didukung oleh laporan mengenai pemanfaatan dan
pertanggungjawaban dana Jamkesmas yang mencatat Provinsi DKI Jakarta dengan dana
pemakaian Jamkesmas paling rendah.6 Hal ini mengindikasikan kepemilikan Jamkesmas yang
rendah di Jakarta. Rendahnya kepemilikan Jamkesmas mungkin dapat disebabkan oleh
tersedianya JPK Gakin bagi penduduk tidak mampu di Jakarta sehingga pemerintah pusat
lebih fokus untuk mendistribusikan Jamkesmas ke penduduk tidak mampu di provinsi lain.
Kepemilikan JPK Gakin juga masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah kesulitan
verifikasi syarat keluarga miskin. Untuk bisa memperoleh JPK Gakin, sebuah keluarga miskin
harus memenuhi sejumlah persyaratan. Pada praktiknya, syarat-syarat tersebut sulit
diverifikasi sehingga mungkin berdampak pada terbatasnya distribusi JPK Gakin pada
keluarga-keluarga miskin termasuk di Kelurahan Petamburan.7
Kepemilikan Jamsostek adalah yang paling tinggi di Kelurahan Petamburan. Hasil ini paralel
dengan data dari PT Jamsostek mengenai peningkatan jumlah penerima Jamsostek dari tahun
2008 – 2011. Hal ini didukung oleh kemudahan proses administrasi karena kepemilikan
Jamsostek umumnya diurus oleh perusahaan tempat bekerja bukan secara pribadi.8
Prevalensi masalah kesehatan respirasi: pada penelitian ini, diperoleh masalah kesehatan
respirasi adalah 5,06% dengan jenis masalah kesehatan respirasi terdiri atas tuberkulosis
(2,17%), asma (1,81%), PPOK (0,9%), dan ISPA (0,18%). Prevalensi tuberkulosis yang
diproleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada data WHO tahun 2012 yaitu sekitar 0,289%.
Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik daerah yang diteliti. Data WHO
mencakup seluruh daerah di Indonesia sementara data pada penelitian ini hanya mencakup
Kelurahan Petamburan yang merupakan lingkungan kumuh.
Pada sebuah penelitian case control di Cina, diperoleh lingkungan kumuh merupakan faktor
risiko terjadinya tuberkulosis karena sebagian besar masyarakat lingkungan kumuh
merupakan masyarakat golongan sosial-ekonomi bawah dengan keterbatasan pendapatan dan
aset rumah tangga. Keterbatasan aset rumah tangga terbukti berhubungan dengan tuberkulosis
karena keterbatasan aset rumah tangga menggambarkan keterbatasan pendapatan yang
berdampak pada kemampuan suatu keluarga untuk pergi berobat ketika sakit.9
Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013
Prevalensi asma pada penelitian ini juga lebih tinggi daripada data WHO tahun 2012.10
Tingginya jumlah kejadian asma di Kelurahan Petamburan disebabkan oleh terbatasnya
kemampuan masyarakat mengakses layanan kesehatan karena keterbatasan kemampuan
finansial yang berdampak pada kemampuan memperoleh obat asma. Selain itu, tingginya
jumlah kasus asma dapat disebabkan rendahnya tingkat pendidikan pada masyarakat
lingkungan kumuh. Rendahnya tingkat pendidikan berhubungan dengan perilaku hidup tidak
sehat seperti merokok, kurangnya konsumsi sayur dan buah serta obesitas yang berhubungan
dengan asma.11
Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dan hubungannya dengan masalah kesehatan
respirasi: kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien tidak berhubungan dengan masalah
kesehatan respirasi pada penelitian ini. Pada penelitian lain, diperoleh hubungan dokter-pasien
mempengaruhi masalah kesehatan respirasi karena ketika seorang pasien merasa puas dengan
hubungan dokter-pasien yang terjalin, pasien tersebut cenderung datang kembali ke dokter
tersebut untuk kembali memeriksakan kesehatannya sehingga akan meningkatkan case
detection rate (CDR) dan berpengaruh jumlah masalah kesehatan.14
Hasil berbeda pada
penelitian ini mungkin dapat disebabkan oleh keterbatasan jumlah dokter di Kelurahan
Petamburan. Keterbatasan jumlah dokter menyebabkan masyarakat tidak begitu
mempertimbangkan kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien. Saat sakit, penduduk akan
tetap datang ke dokter dan memeriksakan diri tanpa mempertimbangkan kepuasan yang
didapatkan sehingga kepuasan terhadap pelayanan kesehatan tidak berhubungan dengan
masalah kesehatan respirasi.
Kepuasan terhadap fasilitas kesehatan juga tidak berhubungan dengan masalah kesehatan
respirasi pada penelitian ini. Hasil ini mungkin berbeda dengan hasil penelitian lain karena
karakteristik responden di Kelurahan Petamburan yang sebagian besar penduduknya adalah
golongan ekonomi menengah ke bawah. Penelitian lain menunjukkan fasilitas pelayanan
kesehatan memang mempengaruhi kepuasan sehingga akan berdampak pada keinginan pasien
untuk kembali memeriksakan kesehatannya, CDR, hingga akhirnya juga akan mempengaruhi
jumlah masalah kesehatan respirasi. Pada penelitian ini, ditemukan keduanya tidak
berhubungan. Hal ini dapat terjadi karena aspek fasilitas pelayanan kesehatan hanya
menduduki posisi keempat dari enam indikator yang ada sehingga tidak berpengaruh secara
signifikan pada kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dan masalah kesehatan respirasi.4
Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013
Kepuasan terhadap sistem administrasi tidak berhubungan dengan masalah kesehatan
respirasi pada penelitian ini. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan indikator yang
digunakan untuk menilai kepuasan terhadap sistem administrasi. Pada penelitian-penelitian
lain, kepuasan terhadap sistem administrasi dinilai dengan keterjangkauan biaya (mis: biaya
obat dan biaya rawat jalan) sementara dalam penelitian ini, sistem administrasi dinilai dengan
(1) kemudahan mendaftar; (2) kejelasan informasi mengenai cakupan biaya administrasi; (3)
kejelasan informasi mengenai jenis jaminan kesehatan yang dapat dipakai, cara
menggunakan, dan besar keringanan yang diperoleh dengan jaminan.
Kesimpulan
1. Tidak terdapat hubungan antara kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dengan masalah
kesehatan respirasi
2. Masyarakat lingkungan kumuh merasa puas terhadap hubungan dokter-pasien dan
fasilitas pelayanan kesehatan tetapi tidak puas terhadap sistem administrasi di tempat
pelayanan kesehatan
3. Distribusi kepemilikan Jamkesmas, JPK Gakin, dan Jamsostek di lingkungan kumuh
masih terbatas dan belum merata
4. Prevalensi masalah kesehatan respirasi 5,06%
Kepustakaan
1. World Health Organization. World Health Statistics 2012. Geneva: WHO; 2012.
2. World Health Organization. Indonesian: Health Profile. Geneva: WHO; 2012.
3. Department of Measurement and Health Information of WHO. Age-standardized death
rates per 100.000 by cause. Geneva: WHO; 2011.
4. Lestari WP, Sunarto, Kuntari T. Analisa Faktor Penentu Tingkat Kepuasan Pasien di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. JKKI. 2008; 1: 1 – 8
5. Soedibyo S, Sinaga AL. Tingkat Kepuasan Peserta Gakin di Unit Rawat Jalan
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo. J. Adm. Kebijak. Kesehat. 2006; 4: 132 – 7.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penerima Dana Penyelenggaraan
Jamkesmas Dasar dan Jampersal tahun 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2012.
Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013
7. Kurniawati IT. Gambaran Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Pemegang Kartu JPK
Gakin di Wilayah Puskesmas Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan tahun 2008
[Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia.
8. Jamsostek. Kepesertaan (Tenaga Kerja) PT Jamsostek (Persero) Periode: 2008 – 2012
[serial on the internet]. 2012 [cited 2013 January 10th]; [about one screen]. Available
from: http://www.jamsostek.co.id/content/i.php?mid=5&id=144.
9. Jackson S, Sleigh AC, Wang GJ, Liu XL. Poverty and the Economic Effects of TB in
Rural China. Int J Tuberc Lung Dis. 2006; 10: 1104 – 10.
10. WHO. Country Profiles of Environmental Burden of Disease: Indonesia. Geneva: WHO;
2009.
11. Ungar WJ, Paterson JM, Gomes T, Bikangaga P, Gold M, To T et al. Relationship of
Asthma Management, Socioeconomic Status, and Medication Insurance Characteristics
to Exacerbation Frequency in Children with Asthma. Annals of Alergy, Asthma and
Immunology. 2011; 106; 17 – 23.
12. Bacon SL, Bouchard A, Loucks EB, Lavoie KL. Individual-Level is Associated with
Worse Asthma Morbidity in Patients with Asthma. Respiratory Research. 2009; 10; 125
– 33.
13. Ali MM, Sidi IPS, Zahir H (ed). Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. 1st ed. Jakarta:
Konsil Kedokteran Indonesia; 2006.
14. Hardi J. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Umum dan Pasien Jamkesmas terhadap Mutu
Pelayanan Rawat Inap di RSUD Pasaman Barat tahun 2010 [Thesis]. Padang: Universitas
Andalas.
Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013