i
KESANTUNAN BERBAHASA PADA KOMENTAR PEMBACA BERITA
ONLINE INSTAGRAM INDOZONE.ID “RAENI, ANAK PENGAYUH BECAK
AKAN LANJUT S-3 DI INGGRIS”
Disusun sebagai salah satu menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Diajukan Oleh:
Anis Arum Rachmawati
A310140194
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH SURAKARTA
2018
ii
iii
iv
v
KESANTUNAN BERBAHASA PADA KOMENTAR PEMBACA BERITA
ONLINE INSTAGRAM INDOZONE.ID “RAENI, ANAK PENGAYUH BECAK
AKAN LANJUT S-3 DI INGGRIS”.
Anis Arum Rachmawati
Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki dua tujuan. (1) Memaparkan prinsip kesantunan
berbahasa pada komentar pembaca berita online instagram Indozone.id “Raeni, Anak
Pengayuh Becak Akan Lanjut S-3 di Inggris”. (2) Memaparkan skala kesantunan
berbahasa menurut Lakoff pada komentar pembaca berita online instagram
Indozone.id “Raeni, Anak Pengayuh Becak Akan Lanjut S-3 di Inggris” Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah
komentar pembaca berita online instagram Indozone.id “Raeni, Anak Pengayuh
Becak Akan Lanjut S-3 di Inggris”. Sumber data pada penelitian ini adalah portal
berita indozone.id dalam media sosial instagram. Hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa prinsip kesantunan berbahasa ditemukan ada 8 tuturan maksim kebijaksanaan,
10 tuturan maksim penerimaan, 37 tuturan maksim kemurahan, 10 tuturan maksim
kerendahan hati, 14 tuturan maksim kecocokan, dan 23 tuturan maksim kesimpatian.
Sedangkan skala kesantunan menurutr Lakoff ditemukan ada 11 tuturan skala
formalitas, 3 skala pilihan, dan 20 skala kesekawanan. Prinsip kesantunan berbahasa
yang paling mendominasi adalah tuturan maksim kemurahan. Sedangkan skala
kesantunan berbahasa yang paling dominan adalah skala kesekawanan.
Kata kunci: kesantunan berbahasa, pragmatik, berita online, instagram
ABSTRACT
This research has two objectives. (1) Describing the principle of politeness
in the Indozone.id Instagram news reader online commentary "Raeni, the Pedicab
Pedicure Child Will Continue S-3 in England". (2) Describing the language
politeness scale according to Lakoff in the Indozone.id Instagram news reader online
commentary "Raeni, the Pedicab's Pedicure Children Will Continue S-3 in England"
This research uses qualitative research. The data in this study are the Indozone.id
Instagram news reader comments online "Raeni, Pedicab Children Will Continue S-3
in England". The source of data in this study is the indozone.id news portal on
Instagram social media. The results of the study show that the principle of language
politeness is found there are 8 utterances maxims of wisdom, 10 utterances of
maxims of acceptance, 37 utterances of maxims of mercy, 10 utterances of maxims
of humility, 14 utterances of maximization of compatibility, and 23 utterances of
maximal conclusions. Whereas politeness scale according to Lakoff found there were
11 utterances of the formalities scale, 3 choice scales, and 20 scale of security. The
most dominant principle of language politeness is the utterance of the maxim of
mercy. While dominant language politeness scale is the scale of the prisoners.
Key word: manners of commenting, pragmatics, online news, instagram
1
vi
1. PENDAHULUAN
Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk
menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat tutur merupakan
masyarakat yang timbul karena rapatnya komunikasi dengan tetap menghormati
kemampuan komunikatif penuturnya tanpa mengingat jumlah bahasa atau variabel
bahasa yang digunakan. Kesantunan bahasa merujuk nilai sopan, melibatkan
tuturan yang halus dan indah serta sikap yang memancarkan budi pekerti mulia.
Penutur yang menggunakan strategi kesantunan dalam tuturan mereka akan
menggunakan bahasa yang halus. Kata-kata yang diucapkan tidak mempunyai
maksud sindiran atau ejekan sebaliknya mengandungi unsur kejujuran, serta
menggunakan bahasa yang tidak menyinggung perasaan orang lain yang
mendengarnya.
Kondisi masyarakat sekarang semakin memprihatinkan dalam hal
kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi. Baik dalam berkomunikasi langsung
maupun tak langsung. Banyak masyarakat yang menggunakan kata-kata tidak
santun dalam menyampaikan pedapat atau komentar mereka terutama dalam
media sosial seperti facebook, instagram,dan twitter tetapi bukan berarti semua
pengguna sosial media menggunakan bahasa yang tidak santun, tidak jarang pula
pengguna media sosial yang bertutur dengan santun.
Kesantunan merupakan suatu norma yang sangat penting di dalam
masyarakat. Terlebih pada jaman sekarang, kesantunan pada anak muda sudah
jarang ditemukan. Melalui kesantunan berbahasa orang dapat menilai sifat dalam
diri seseorang atau dapat melihat karakteristik dalam diri seseorang tersebut.
Kesantunan berbahasa tidak hanya dilihat dari tutur bicara seseorang tetapi dapat
dilihat pula dari perilaku atau tindakan seseorang. Dalam berbahasa banyak yang
harus diingat seperti halnya pemilihan kata yang tepat dan harus memperhatikan
struktur kalimat yang digunakan. Selain itu hal yang perlu diperhatikan yaitu
lawan tutur dalam berbicara, sehingga seseorang tersebut dapat menjaga kata-kata
yang digunakannya dan dapat memilih struktur kalimat yang tepat dan sopan.
Budiarta dan I Gusti Ngurah Adi Rajistha (2018) melakukan penelitian
dengan judul Politeness in “Adit dan Sopo Jarwo” Animation. Persamaan
2
vii
penelitian yang dilakukan oleh Budiarta dan I Gusti Ngurah Adi Rajistha (2018)
dengan penelitian ini terdapat pada analisis kajiannya, yaitu sama-sama
menganalisis tentang kesantunan. Perbedaan kedua penelitian ini terletak pada
objek kajiannya.
Ariputra, dkk (2018) melakukan penelitian dengan judul Language
Politeness Principle in Indonesia Lawyers Club Talkshow on Tv One. Persamaan
penelitian yang dilakukan oleh Ariputra, dkk (2018) dengan penelitian ini terdapat
pada analisis kajiannya, yaitu sama-sama menganalisis tentang kesantunan
berbahasa. Perbedaan kedua penelitian ini terdapat pada objek kajiannya.
Wahidah, dkk (2017) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Kesantunan Berbahasa Menurut Leech pada Tuturan Berbahasa Arab Guru
Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putra Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017
(Kajian Pragmatik)”. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Wahidah,
Hendriana Wijaya (2017) dengan penelitian ini terdapat pada analisis kajiannya,
yaitu sama-sama menganalisis kesantunan berbahasa. Perbedaan kedua penelitian
ini terletak pada objek kajiannya.
Astuti, dkk (2017) melakukan penelitian dengan judul “Kesantunan
Berbahasa dalam Surat Kabar Linggau Pos”. Persamaan penelitian yang dilakukan
oleh Astuti, Tri Wahyudi (2017) dengan penelitian ini terdapat pada analisis
kajiannya, yaitu sama-sama menganalisis kesantunan berbahasa. Perbedaan kedua
penelitian ini terletak pada objek kajiannya.
Saleh, dkk (2016) melakukan penelitian dengan judul “Wujud
Kesantunan Berbahasa Mahasiswa dalam Wacana Akademik”. Persamaan
penelitian Saleh, dkk (2016) dengan penelitian ini terdapat pada analisis
kajiannya, yaitu sama-sama menganalisis tentang kesantunan berbahasa.
Perbedaan kedua penelitian ini terdapat pada objek kajiannya.
Kuntarto (2016) melakukan penelitian dengan judul “Kesantunan
Berbahasa Ditinjau dari Prespektif Kecerdasan Majemuk”. Persamaan penelitian
yang dilakukan oleh Kuntarto (2016) dengan penelitian ini terdapat pada analisis
kajiannya, yaitu sama-sama menganalisis kesantunan berbahasa. Perbedaan kedua
penelitian ini terletak pada objek kajiannya.
3
viii
Herniti, dkk (2016) melakukan penelitian dengan judul “Kesantunan
Berbahasa dalam Dakwah Multikultural”. Persamaan penelitian yang dilakukan
oleh Herniti, Arif Budiman, Aning Ayu Kusumawati (2016) dengan penelitian ini
terdapat pada analisis kajiannya, yaitu sama-sama menganalisis kesantunan
berbahasa. Perbedaan kedua penelitian ini terletak pada objek kajiannya.
Nurjamily (2015) melakukan penelitian dengan judul “Kesantunan
Berbahasa Indonesia dalam Lingkungan Keluarga (Kajian Sosiopragmatik)”.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nurjamily (2015) dengan penelitian ini
terdapat pada analisis kajiannya, yaitu sama-sama menganalisis tentang
kesantunan berbahasa. Perbedaan kedua penelitian ini terdapat pada objek
kajiannya.
Syahrul (2014) melakukan penelitian dengan judul Language Politeness
and Character Education in Indonesian Language Learning Based on Curriculum
2013. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Syahrul (2014) dengan penelitian
ini terdapat pada analisis kajiannya, yaitu sama-sama menganalisis tentang
kesantunan berbahasa. Perbedaan kedua penelitian ini terdapat pada objek
kajiannya.
Rahardini, dkk (2014) melakukan penelitian dengan judul “Kesantunan
Berbahasa dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa Jawa di SMP N 1 Banyumas”.
Persamaan penelitian Rahardini, dkk (2014) dengan penelitian ini terdapat pada
analisis kajiannya, yaitu sama-sama menganalisis tentang kesantunan berbahasa.
Perbedaan kedua penelitian ini terdapat pada objek kajiannya.
Alviah (2014) melakukan penelitian dengan judul “Kesantunan
Berbahasa dalam Tuturan Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam”. Persamaan
penelitian yang dilakukan oleh Alviah (2014) dengan penelitian ini terdapat pada
analisis kajiannya, yaitu sama-sama menganalisis kesantunan berbahasa.
Perbedaan kedua penelitian ini terletak pada objek kajiannya.
Gunawan (2013) melakukan penelitian dengan judul “Wujud Kesantunan
Berbahasa Mahasiswa Terhadap Dosen di STAIN Kendari: Kajian
Sosiopragmatik”. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2013)
dengan penelitian ini terdapat pada analisis kajiannya, yaitu sama-sama
4
ix
menganalisis kesantunan berbahasa. Perbedaan kedua penelitian ini terletak pada
objek kajiannya.
Yuni (2013) melakukan penelitian dengan judul “Kesantunan Berbahasa
dalam Mata Najwa (Tinjauan Pragmatik)”. Persamaan penelitian yang dilakukan
oleh Yuni (2013) dengan penelitian ini terdapat pada analisis kajiannya, yaitu
sama-sama menganalisis kesantunan berbahasa. Perbedaan kedua penelitian ini
terletak pada objek kajiannya.
Wardhono (2013) melakukan penelitian dengan judul An Analysis on
Politeness in Sms of the Students to the Lecturers of English Department Unirow
Tuban. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Wardhono (2013) dengan
penelitian ini terdapat pada analisis kajiannya, yaitu sama-sama menganalisis
kesantunan berbahasa. Perbedaan kedua penelitian ini terletak pada objek
kajiannya.
Park (2008) melakukan penelitian dengan judul Linguistic Politeness and
Face-Work in Computer-Mediated Communication, Part 1: ATheoretical
Framework. Persamaan penelitian Park (2008) dengan penelitian ini terdapat pada
analisis kajiannya, yaitu sama-sama menganalisis kesantunan berbahasa.
Perbedaan kedua penelitian ini terletak pada objek kajiannya.
2. METODE PENELITIAN
Metode adalah cara yang haru dilakukan peneliti untuk mengkaji data-data
menjadi objek penelitian. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, sebab
data yang dianalisis berupa kata-kata, yaitu teks atau wacana pada berita dalam
media sosial instagram. Menurut Mahsun (2005:233), penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata bertujuan untuk
memahami fenomena sosial termasuk fenomena kebahasaan.
Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitiannya. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu pustaka, simak dan catat. Teknik pustaka
yakni mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Sumber-
sumber tertulis yang digunakan dipilih sesuai dengan masalah dan tujuan. Teknik
simak dan catat berarti peneliti dalam upaya mendapatkan data dilakukan dengan
5
x
menyadap penggunaan bahasa seseorang yang menjadi informan (Mahsun, 2005:
90). Hasil penyimakan itu lalu dicatat sebagai sumber data. Sedangkan teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pragmatik.
Menurut Husna (2015: 46-47) Analisis pragmatik adalah analisis bahasa
berdasarkan pada sudut pandang pragmatik. Pendekatan analisis pragmatik
didefinisikan sebagai kajian tentang cara para penutur dapat memakai dan
memahami tuturan sesuai dengan konteks situasi yang tepat.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Prinsip kesantunan berbahasa pada komentar pembaca berita online
instagram Indozone.id “Raeni, Anak Pengayuh Becak Akan Lanjut S-3 di
Inggris”
Penelitian ini menggunakan portal berita indozone.id dalam media
sosial intagram sebagai sumber data. Dalam hasil penelitian, peneliti akan
melakukan dan menyajikan pembahasan prinsip kesantunan berbahasa yang
dilakukan pembaca dalam memberikan komentar pada berita online
instagram Indozone.id “Raeni, Anak Pengayuh Becak Akan Lanjut S-3 di
Inggris“. Dalam melakukan analisis data peneliti menemukan enam prinsip
kesantunan berbahasa, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan,
maksim kemurahan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan, dan
maksim kesimpatian.
3.1.1 Maksim Kebijaksanan
Maksim kebijaksanaan pada prinsip kesantunan adalah penutur
hendaknya berpengang prinsip untuk mengurangi keuntungan pada
dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak. Maksim ini
diungkapkan dengan tuturan imposif dan komisif. Berikut data yang
termasuk maksim kebijaksanaan.
(1) Tiap hari musti baca yg kek bgini biar ndak malas bljar
Data (1) termasuk tuturan maksim kebijaksanaan. Penutur
dalam tuturan ini memberikan keuntungan kepada mitra tutur. Penutur
menginginkan portal berita Indozone.id lebih banyak memuat berita
yang dapat memotivasi dan menginspirasi banyak orang, sehingga akan
6
xi
lebih banyak pembaca yang tertarik dengan berita yang dimuat
Indozone.id.
3.1.2 Maksim Penerimaan
Maksim penerimaan pada prinsip kesantunan adalah penutur
hendaknya berpengang prinsip untuk mengurangi keuntungan pada
dirinya sendiri dan memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri. Maksim
ini diungkapkan dengan tuturan imposif dan komisif. Berikut data yang
termasuk maksim penerimaan.
(1) Selamat Raeni, punya orang tua hebat, kacang jangan lupa kulitnya,
jadilah anak solehah yg dpt mengantar org tua bahagia dunia
akhirat..aamiin.
Data (1) termasuk tuturan maksim penerimaan. Penutur dalam
tuturan ini berusaha mengurangi keuntungan pada dirinya sendiri dan
memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri. Penutur menginginkan mitra
tutur untuk tidak melupakan kedua orang tuanya dan mendoakan
supaya mitra tutur menjadi anak yang membahagiakan kedua orang
tuanya.
3.1.3 Maksim Kemurahan
Maksim kemurahan pada prinsip kesantunan adalah penutur
memaksimalkan rasa hormat kepada lawan tutur dan mengurangi rasa
tidak hormat kepada lawan tutur. Maksim ini diutarakan dengan kalimat
ekspresif dan kalimat asertif. Berikut data yang termasuk maksim
kemurahan.
(1) Mantap pinter bgt itu mah
Data (1) termasuk tuturan maksim kemurahan. Penutur dalam
tuturan ini berusaha memaksimalkan memaksimalkan rasa hormat
kepada lawan tutur dan mengurangi rasa tidak hormat kepada lawan
tutur. Penutur memberikan rasa hormat dengan memuji kemampuan
lawan tutur.
7
xii
3.1.4 Maksim Kerendahan Hati
Maksim kerendahan hati diharapkan mampu membuat penutur
mampu bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap
dirinya sendiri. Seseorang dikatakan sombong apabila di dalam
kegiatan bertutur selalu memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri.
Berikut data yang termasuk maksim kerendahan hati.
(1) Keren gue yang masih muda mah jadi ibu rumah tangga aja dah
Data (1) termasuk tuturan maksim kerendahan hati. Penutur
dalam tuturan ini berusaha meminimalkan rasa hormat bagi dirinya
sendiri dan memaksimalkan ketidakhormatan pada dirinya sendiri.
Penutur tidak bersikap sombong meskipun sama-sama masih muda, ia
lebih memilih untuk menjadi ibu rumah tangga.
3.1.5 Maksim Kecocokan
Maksim kecocokan ini diharapkan penutur mampu membina
kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila
terdapat kecocokan atau kemufakatan antara diri penutur dengan mitra
tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka dapat
dikatakan bersikap santun. Berikut data yang termasuk maksim
kecocokan.
(1) Ini contoh anak yg berbakti sm orang tua,,sudah buat bangga orang
tua dan dia tidak malu dgn pekerjakan bapaknya,,
Data (1) termasuk tuturan maksim kecocokan. Penutur dalam
tuturan ini memaksimalkan kecocokan di antara mereka dan
meminimalkan ketidakcocokan. Penutur sangat bangga dan setuju
dengan tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur.
3.1.6 Maksim Kesimpatian
Maksim kesimpatian mengharuskan penutur memberikan rasa
simpati kepada lawan tutur dan mengurangi rasa antipati kepada lawan
tutur. Maksim ini diungkapkan dengan tututan asertif dan ekspresif.
Berikut data yang termasuk maksim kesimpatian.
(1) MasyaAllah bangga sekali denganmu mbak
8
xiii
Data (1) termasuk tuturan maksim kesimpatian. Penutur dalam
tuturan ini memberikan rasa simpati kepada lawan tutur dan
mengurangi rasa antipati kepada lawan tutur. Penutur sangat bangga
dengan kesuksesan yang telah dicapai oleh lawan tutur.
3.2 Skala Kesantunan Berbahasa Menurut Lakoff pada komentar pembaca
berita online instagram Indozone.id “Raeni, Anak Pengayuh Becak Akan
Lanjut S-3 di Inggris”.
3.2.1 Skala Formalitas
Skala formalitas dinyatakan agar para peserta tutur dapat merasa
nyaman dan tidak bosan dalam kegiatan bertutur. Skala ini dapat
terwujud apabila penutur tidak memaksa atau tidak bersikap angkuh
terhadap mitra tutur. Tuturan yang memaksa dan angkuh adalah tuturan
yang tidak atau kurang sopan.
(1) Semoga bsa jd contoh yg baik dan memotivasi buat semua anak,
baik yg mau kuliah atau udh kuliah, terutama yg orang tuanya
kaya, kuliah mahal tapi masih aja bolos kuliah buat main.
Data (1) termasuk data skala formalitas. Tuturan tersebut
dianggap santun karena penutur tidak memaksa dan tidak bersikap
angkuh terhadap mitra tutur. Penutur tidak memaksakan Raeni untuk
dijadikan contoh oleh semua anak, tetapi ia berharap anak-anak kuliah
zaman sekarang bisa menjadikan kisah Raeni sebagai contoh yang baik.
3.2.2 Skala Pilihan
Skala Pilihan menunjukkan bahwa agar penutur dan mitra tutur
dapat saling merasa nyaman dan tidak bosan dalam bertutur. Skala ini
dapat terwujud apabila penutur tidak memaksa dan memberikan pilihan
kepada mitra tutur.
(1) Mantab, pas balik jadi guru besar aja mba atau jadi mentri
Data (1) termasuk data skala pilihan. Skala pilihan dapat
terjuwud jika penutur tidak memaksa dan memberikan pilihan kepada
9
xiv
mitra tutur. Penutur tidak memaksa dan memberikan pilihan kepada
mitra tutur mengenai pekerjaan yang harus dipilihnya setelah ia lulus
S-3 di Inggris.
3.2.3 Skala Kesekawanan
Skala kesekawanan menunjukkan bahwa agar dapat bertutur
santun, orang haruslah bersikap ramah, akrab, dan selalu
mempertahankan persahabatan. Skala ini dapat terwujud apabila
penutur menganggap mitra tutur sama atau tidak memandang
kedudukan. penutur hendaknya membuat mitra tutur merasa senang.
(1) Pinter banget mah dia
Data (1) termasuk data skala kesekawanan. Tuturan tersebut
dianggap santun karena penutur membuat mitra tutur merasa senang.
Penutur memuji kepintaran yang dimiliki oleh mitra tutur.
4. PENUTUP
Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai kesantunan
berbahasa pada komentar pembaca berita online instagram Indozone.id “Raeni,
Anak Pengayuh Becak Akan Lanjut S-3 di Inggris” dapat ditarik dua simpulan.
Pertama, prinsip kesantunan berbahasa terdiri atas enam maksim, yaitu maksim
kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan, maksim kerendahan
hati, maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian. Hasil analisis data dalam
penelitian ini ditemukan ada 8 tuturan maksim kebijaksanaan, 10 tuturan maksim
penerimaan, 37 tuturan maksim kemurahan, 10 tuturan maksim kerendahan hati,
14 tuturan maksim kecocokan, dan 23 tuturan maksim kesimpatian. Tuturan yang
paling mendominasi berdasarkan prinsip kesantunan berbahasa yaitu tuituran
maksim kemurahan. Kedua, skala kesantunan berbahasa menurut Lakoff terdiri
atas tiga, yaitu skala formalitas, skala pilihan, dan skala kesekawanan. Hasil
analisis data dalam penelitian ini ditemukan ada 11 tuturan skala formalitas, 3
tuturan skala pilihan, dan 20 tuturan skala kesekawanan. Tuturan yang paling
mendominasi berdasarkan skala kesantunan berbahasa yaitu skala kesekawanan.
10
xv
DAFTAR PUSTAKA
Alviah, Iin. 2014. “Kesantunan Berbahasa dalam Tuturan Novel Para Priyayi Karya
Umar Kayam”. Jurnal Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Vol 3, No 2.
Ariputra, Aditya Mahendra, Muhammad Rohmadi, Sumarwati. 2018. Language
Politeness Principle in Indonesia Lawyers Club Talkshow on Tv One. Jurnal
Bahasa dan Sastra, Vol. 12, No. 1.
Astuti, Tri, Tri Wahyudi. 2017. “Kesantunan Berbahasa dalam Surat Kabar Linggau
Pos”. Jurnal Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran (KIBASP) Vol 1, No 1.
Budiartha, I Wayan, I Gusti Ngurah Adi Rajistha. 2018. “Politeness in “Adit dan
Sopo Jarwo” Animation”. Jurnal Lingua Cultura, Vol 12, No 1.
Gunawan, Fahmi. 2013. “Wujud Kesantunan Berbahasa Mahasiswa Terhadap
Dosen di Stain Kendari: Kajian Sosiopragmatik”. Journal Arbitrer, Vol. 1
No. 1.
Herniti, Ening, Arif Budiman, Aning Ayu Kusumawati. 2016. “Kesantunan
Berbahasa dalam Dakwah Multikultural”. Jurnal Adabiyyāt, Vol XV, No 1.
Husna, Siti Minatul. 2015. “praanggapan dan perikutan dalam wacana iklan di
katalog kecantikan oriflame edisi januari 2014”. Skripsi. Fakultas Bahasa dan
Seni. Universitas Negeri Semarang.
Kuntarto, Eko. 2016. “Kesantunan Berbahasa Ditinjau dari Prespektif Kecerdasan
Majemuk”. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 16, No 2.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, Dan
Tekniknya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Nurjamily, Wa Ode. 2015. “Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam Lingkungan
Keluarga (Kajian Sosiopragmatik)”. Jurnal Humanika Vol 3, No 15.
Park, Jung Ran. 2008. berjudul Linguistic Politeness and Face-Work in Computer-
Mediated Communication, Part 1: ATheoretical Framework. Journal Ofthe
American Society For Information Science Andtechnology, Vol 59, No 13.
Rahardini, Astiana Ajeng, Suwarna. 2014. “Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi
Pembelajaran Bahasa Jawa di SMP N 1 Banyumas”. Jurnal LingTera Vol 1,
No 2.
Saleh, Muhammad, Baharman. 2016. “Wujud Kesantunan Berbahasa Mahasiswa
dalam Wacana Akademik”. Jurnal Pendidikan INSANI Vol 19, No 1.
11
xvi
Syahrul R. 2014. Language Politeness and Character Education in Indonesian
Language Learning Based on Curriculum 2013. Jurnal Proceeding of the
Third International Seminar on Languages and Arts Vol 17, No 18.
Wahidah, Yeni Lailatul, Hendriana Wijaya. 2017. “ Analisis Kesantunan Berbahasa
Menurut Leech Pada Tuturan Berbahasa Arab Guru Pondok Pesantren Ibnul
Qoyyim Putra Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 (Kajian Pragmatik)”.
Jurnal Al Bayan Vol 9, No 1.
Wardhono, Agus. 2013. “An Analysis on Politeness in Sms of the Students to the
Lecturers of English Department Unirow Tuban”. Jurnal Didaktika, Vol 19,
No 2.
Yuni, Qonita Fitra. 2013. “Kesantunan Berbahasa dalam Mata Najwa (Tinjauan
Pragmatik)”. Jurnal NOSI Vol 1, No. 7.
12