Download - Konsep Asuhan Keperawatan Jadi (Pak Hadi)
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Tumor intracranial diantaranya lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang
tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak menyebabkan gangguan
neurologis progresif. Gangguan neurologis pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh dua factor, yaitu gangguan fokal karena tumor da kenaikan tekanan
intracranial.
1. PENGKAJIAN
Anamnesis pada tumor intracranial meliputi keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riawayat penyakit keluarga, dan pengkajian psiko-
sosio-spiritual.
a. Keluhan utama
Hal yang sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan kesehatan biasanya
berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial dan adanya gangguan fokal ,
seperti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya keluhan nyeri kepala, mual, muntah, kejang dan penurunan tingkat
kesadaran dengan pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau perubahan pada
tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan didalam intracranial. Keluhan
perubahan prilaku juga umum terjadi. Seseuai dengan perkembangan, dapat terjadi
latergis, tidak responsive, dan koma.
c. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya riwayat nyeri kepala pada masa sebelumnya. Pengkajian riwayat ini
dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
d. Riwayat penyakat keluarga
Kaji adanya hubungan keluhan tumor intrakranial pada generasi terdahulu
e. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien tumor intrakranial meliputi beberapa deminsi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status
emosi, kognitif, dan prilaku klien. Pengkajian mekanis koping yang digunakan klien
juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,
perubahan peran klien, serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada
klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optomal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (ganguan citra tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri
didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
keoperatif. Pola penangan stres, klien biasa mengalami kesulitan untuk memecahkan
masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Pola tata nilai
dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibdah spiritual karena tingkah laku
yang tidak stabil, dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
Pemeriksaan Fisik.
B1 (Breathing)
Inspeksi: Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula
oblongata didapatkan adanya kegagalan pernafasan.
Pada klien tanpa konpresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi
pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan rektil premitus seimbang
kanan dan kiri. Auskultsi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata
didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata
pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak
adanya peningkatan heart rate.
B3 (Brain)
Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisis neurologis, bergantung pada
gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial. Pengkajian B3 (Brain)
merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada
sistim lainnya. Trias klasik tumor otak adalah nyeri kepala, muntah, dan
pappiledema.
Pengkajian tingkat kesadaran. Kualiatas kesedaran klien merupakan parameter
yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap lingkungan adalah
indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem
digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intrakranial biasanya
berkisar pada tingkat latergi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami
koma, penilain GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan
avaluasi untuk pemantaun pemberian asuhan.
Pengkajian Fungsi Serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi
intelektual, dan lubos frontal.
Status Mental. Observasi penaampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,
ekspirasi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intrakranial
tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.
Fungsi Intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung
dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami ‘brain damage’ yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan mental,
hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan dalam
keperbadian. Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung, atau priode
ketika tingkah laku klien menjadi aneh.
Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi
argumentasi yang sulit dari perubahan dalam memberi penilaian tentang
benar dan salah. Hemiparesis disebabkan oleh tekanan pada area dan lintasan
motorik di dekat tumor. Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi
Jackson dan kelemhan motorik yang jelas. Tumor yang menyerang ujung
bahwa korteks prasentralis menyebabkan kelemahan pada wajah, lidah, dan
ibu jari, sedangkan tumor pada lobulus parasentralis menyebabkan kelemahan
pada kaki dan ekstrimitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang
tidak mantap, sering menyerupai ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri
atau yang dominan terkena,akan terlihat adanya afasia dan apraksia .
Kerusakan fungsi kognitif dan afek psikologis didapatkan jika
kerusakan telah terjadi pada lobus dan afek psikologis didapatkan jika
kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat
ditunjukkan dala lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman,
lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan klien ini menghadapi masalah
frustasi dalam program rehabilitas mereka.
Psikologi lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh emosi yang lebih,
bermusuhan, frustrasi, dendam, dan kurang kerjasama.
Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial 1-
XII.
Saraf I. Pada klien tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi saraf
ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari
lintasan visual.
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan
pada saraf optikus. Jika terlihat pada pemeriksaan funduskopi, tanda ini
mengisyaratkan peningkatan intrakranial. Sering kali sulit untuk
menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak karena pada beberapa
individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun tekanan intrakranial
amat tinggi. Menyertai papiledema dapat terjadi gangguan penglihatan,
termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks (saat ketika
penglihatan berkurang).
Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf
VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma.
Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf
trigeminus, tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang
menekan saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot
wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
Saraf VIII. Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus
temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkin
diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang
berbatasan.
Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan
membuka mulut.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidonastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simestris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indra
pengecapan normal.
Pengkajian Sistem Motorik. Keseimbangan dan koordinasi, lesi serebelum
mengakibatkan gangguan pergerakan. Gangguan ini bervariasi, bergantung pada
ukuran dan lokasi spesifik tumor dalam serebelum. Gangguan yang paling sering
dijumpai yang kurang mencolok tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan
tumor serebelum adalah hipotonia (tidak adanya resistensi normal terhadap
regangan atau perpindahan anggota tubuh dari sikap aslinya) dan
hiperekstensibilitas sendi. Gangguan dalam koordinasi berpakaian merupakan ciri
khas pada klien dengan tumor pada lobus temporalis.
Pengkajian Refleks. Gerakan involunter: pada lesi tertentu yang
memberikan tekanan pada area fokal kortikal tertentu, biasanya menyebabkan
kejang umum, terutama pada tumor lobus oksipital.
Pengkajian Sistem Sensorik. Mungkin nyeri kepala merupakan gejala umum
yang paling sering dijumpai pada klien tumor otak. Nyeri dapat digambarkan
bersifat dalam, terus-menerus, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling
hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya
meningkatkan tekanan intrakranial, seperti membungkuk, batuk, atau mengejan
pada waktu buang air besar. Nyeri kepala sedikit berkurang jika diberi aspirin dan
kompres dingin pada tempat yang sakit. Nyeri kepala yang dihubungkan dengan
tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur peka-nyeri dalam
rongga intrakranial.
Lokasi nyeri kepala cukup bernilai oleh karena sepertiga dari nyeri kepala ini
terjadi pada tempat tumor sedangkan dua pertiga lainnya terjadi di dekat atau di
atas motor.
Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama pada tumor fosa posterior.
Kira-kira sepertiga lesi supratentorial menyebabkan nyeri kepala frontal. Jika
keluhan nyeri kepala yang terjadi menyeluruh maka nilai lokasinya kecil dan pada
umumnya menunjukkan pergeseran ekstensif kandungan intrakranial yang
meningkatkan tekanan intrakranial.
Tumor pada lobus parietalis korteks sensorik parietalis mengakibatkan hilangnya
fungsi sensorik kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, diskriminasi dua-titik,
grafestesia, kesan posisi, dan stereognosis.
B4 (Bladder)
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah
pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah
pada medula oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak dan
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial disertai pergeseran batang
otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat berupa muntah proyektil.
B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori, dan
mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktifitas dan istirahat.
Pemeriksaan Diagnostik
Setiap kasus yang dicurigai menderita lesi intrakranial harus menjalani evaluasi
medis lengkap dengan perhatian khusus pada pemeriksaan neurologis.
Penyelidikan diagnostik spesifik dilakukan setelah pemeriksaan neurologis dan
dimulai dari tindakan non-invasif yang menimbulkan risiko paling kecil sampai
tindakan yang mempergunakan teknik invasif dan yang lebih berbahaya.
Radiogram Tengkorak
Memberikan iinformasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan, dan
klasifikasi; posisi kelenjar pineal yang mengapur; dan posisi seta tursika.
Elektroensefalogram
Memberikan informasi mengenai perubahan kepekaan neuron. Pergeseran kandungan
intraserebral dapat dilihat pada ekoensefalogram. Pencitraan radioaktif
memperlihatkan area akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak maupun
oklusio vaskular, infeksi, dan trauma mengakibatkan kerusakan barier darah otak
yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan rambut, dan
perubahan struktur dan fungsi tubuh.
2. Antisipasi berkabung berhubungan dengan penerimaan kemungkinan
kematian pasien.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi dan terapi
radiasi.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan sakit kepala yang hebat dan efek
samping pengobatan.
5. Resiko tinggi volume cairan menurun berhubungan dengan efek samping
kemoterapi dan terapi radiasi
3. PERENCANAAN
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
Gangguan
body image
berhubungan
dengan
kehilangan
rambut, dan
perubahan
struktur dan
fungsi tubuh.
Pasien mengekspresikan
gambaran diri yang positif
dengan Kriteria:
1. pasien menerima
perubahan pada body
imagenya.
2. Kaji reaksi pasien
terhadap perubahan
tubuhnya.
3. Observasi interaksi
social pasien.
4. Pertahankan
hubungan terapeutik
dengan pasien.
5. Anjurkan pasien
untuk
berkomunikasi
terbuka dengan
petugas kesehatan
atau orang penting
lainnya.
6. Bantu pasien
menemukan koping
yang efektif tentang
body image.
1. Menentukan reaksi
pasien terhadap
perubahan body
imagenya
2. Withdrawl social
bisaa terjadi
karena penolakan.
3. Memfasilitasi
suatu hubungan
terapeutik yang
terbuka
4. Ekspresi ketakutan
secara terbuka
dapat mengurangi
kecemasan
5. Membantu pasien
menemukan
strategi koping
yang dapat
mengurangi
kecemasan dan
ketakutan
Antisipasi
berkabung
Pasien dan keluarga
mampu ekspresikan rasa
1. Kaji reaksi pasien
dan keluarga
1. Menentukan
proses berkabung
berhubungan
dengan
penerimaan
kemungkinan
kematian
pasien.
berkabungnya dengan
Kriteria :
1. Perasaan pasien dan
keluarga tentang rasa
berkabungnya
diekspresikan dengan
tepat.
terhadap diagnosis.
2. Anjurkan pasien
untuk ekspresi
perasaan secara
terbuka.
3. Antisipasi perasaan
pasien akan
kemarahan dan
ketakutannya.
4. Bantu pasien
mereview
pengalaman masa
lalu
5. Anjurkan pasien
untuk berpartisipasi
dalam ADL
6. Rujuk pasien dan
keluarga kepada
kelompok
pendukung.
dan strategi
koping yang
digunakan.
2. Mengurangi
kecemasan dan
ketakutan.
3. Perasaan bimbang
(tak menentu) bisa
muncul setelah
shock akan
diagnosis
4. Membantu pasien
menemukan
koping mekanisem
5. Mengurangi
perasaan
ketidakberdayaan.
6. Kelompok
penduduk dapat
membantu dalam
hal support
emosional
Kerusakan
integritas
kulit
berhubungan
dengan efek
kemoterapi
Integritas kulit pasien
dipertahankan dengan
Kriteria :
1. kulit tetap intak, tidak
ada kemerahan atau
1. Kaji integritas
kulit tiap 4 jam
2. Pertahankan
kulit bersih dan
kering, gunakan
sabun dan air
1. Merah, kering,
dan luka dapat
terjadi pada
daerah radiasi,
kemoterapi bias
menyebabkan
dan terapi
radiasi.
kerusakan. untuk
memandikan
pasien
3. pasien setiap 2
jam
4. Anjurkan untuk
mempertahankan
intake cairan dan
nutrisi yang
adekuat.
rash,
hiperpigmentasi
dan kehilangan
rambut.
2. Mencegah
kerusakan kulit
3. Meningkatkan
sirkulasi dan
mencegah luka
tekan.
4. Dehidrasi dan
malnutrisi dapat
meningkatkan
resiko
berkembangnya
luka tekan.
Gangguan
rasa nyaman
nyeri
berhubungan
sakit kepala
yang hebat
dan efek
samping
pengobatan.
Pasien bebas nyeri dengan
Kriteria :
1. Melaporkan tidak
ada
ketidaknyamanan,
tidak meringis,
menangis,
2. tanda vital dalam
batas normal,
berpartisipasi
dalam aktivitas
dengan tepat.
1. Kaji lokasi, dan
lamanya nyeri kepala
dan nyeri insisi tiap 2
jam.
2. Atur pmberian
analgesic/narkotik
3. Berikan kenyamanan
pada pasien
1. Perubahan yang
mendadak atau
nyeri hebat dapat
menunjukkan TIK
meningkat dan
harus dilaporkan
ke dokter.
2. Narkotik
memberikan efek
sedative.
3. Menghilangkan
ketidaknyamanan
dan kecemasan.
Resiko tinggi Keseimbangan cairan 1. Kaji turgor kulit, 1. Menentukan status
volume
cairan
menurun
berhubungan
dengan efek
samping
kemoterapi
dan terapi
radiasi.
yang adekuat
dipertahankan dengan
Kriteria :
1. Intake dan output
seimbang,
2. turgor kulit dan
membrane mukosa
lembab,
3. serum elektrolit, Hb,
Hct, dan tanda vital
dalam batas normal
membrane
mukosa, haus,
tekanan darah,
HR, monitor
serum elektrolit,
albumin dan
CBC.
2. Monitor intake
dan output
3. Anjurkan intake
yang adekuat.
Atur pemberian
cairan per IV
sesuai order
4. Atur pemberian
antiemtek sesuai
order.
dehidrasi.
2. Muntah dapat
terjaid pasien
dengan kemoterap
i dan teraradiasi
3. Membantu
mempertahankan
hidrasi yang
adekuat.
4. Mengurangi mual
dan muntah
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar
1.350cc atau sekitar 2% dari berat orang dewasa dan terdiri atas 100 juta sel saraf
atau neuron. Metabolisme otak digunakan kira – kira 18% dari total konsumsi
oksigen oleh tubuh. Berat otak hanya 2,5 % dari berat badan seluruhnya tapi otak
merupakan organ yang paling banyak menerima darah dari jantung yaitu 20% dari
seluruh darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh (Lumantobing, 2001).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik
jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A.
Sylvia, 1995: 1030). Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui, tetapi
sekarang telah diadakan penelitian mengenai herediter, sisa-sisa embrional, radiasi,
virus, substansi-substansi zat karsinogenik, trauma kepala. Penatalaksaan pasien
dengan tumor otak dapat dilakukan pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi.
B. SARAN
1. Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan tumor otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang
mendalam mengenai penyakit tersebut.
2. Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan
serta meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto