Download - Konsep Dan Teori Belajar
KONSEP DAN TEORI BELAJAR
BEHAVIORISTIK DAN KOGNITIF
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Disusun oleh:
Agnia Lastika Fauziyah (1505306)
Fika Netania (1504658)
Syifa Luthfianingsih (1503839)
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., berkat rahmat
dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep
dan Teori Belajar Behavioristik dan Kognitif”. Makalah ini dususun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik
berupa bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu penulis merasa bangga
untuk mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan ketidaksempurnaan dalam
makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, Oktober 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
LANDASAN TEORETIS........................................................................................3
A. Teori Belajar Behavioristik.......................................................................3
1. Pengertian Belajar berdasarkan Teori Behavioristik.............................3
2. Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik......................................................3
3. Tokoh-Tokoh dalam Teori Belajar Behavioristik..................................4
B. Teori Belajar Kognitif...............................................................................6
1. Pengertian Teori Belajar Kognitif.........................................................6
2. Tokoh-tokoh dalam Perkembangan Kognitif........................................6
BAB III..................................................................................................................10
PEMBAHASAN DAN HASIL DISKUSI.............................................................10
A. Analisis Mengenai Teori Belajar Behavioristik dan Kognitif.................10
1. Analisis tentang Teori Belajar Behavioristik.......................................10
2. Pandangan Dewasa Ini terhadap Teori Belajar Kognitif Piaget..........12
B. Diskusi.....................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................15
iii
A. Simpulan..................................................................................................15
B. Implikasi..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dua masalah utama yang sering diperdebatkan mengenai psikologi
perkembangan. Yang pertama berhubungan dengan sejauh mana
perkembangan dapat dipengaruhi oleh pengalaman, dan yang kedua
berhubungan dengan pertanyaan apakah perkembangan berlangsung secara
bertahap.
Setiap pakar psikologi memiliki teori masing-masing. Mereka sepakat
bahwa setiap tahap perkembangan dapat diidentifikasi dan dijelaskan. Namun,
kesepakatan tersebut tidak berlanjut hingga ke detail nya. Masing-masing
berpusat pada satu aspek perkembangan yang berbeda (misalnya kognitif,
behavioral, sosioemosi, atau moral).
Hal ini menunjukkan keseragaman berfikir dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, akan lebih baik jika kita bisa mengetahui lebih
banyak tentang teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli psikologi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan permasalahan yang
akan dibahas sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar behavioristik dan teori belajar
kognitif?
2. Bagaimana implikasi teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif
terhadap pendidikan?
2
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. Pengertian teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif.
2. Implikasi teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif terhadap
pendidikan.
3
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Teori Belajar Behavioristik
1. Pengertian Belajar berdasarkan Teori Behavioristik
Menurut teori belajar behavioristik, belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Teori
ini merupakan teori perkembangan perilaku yang dapat diukur dan diamati
yang dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Segala
rangsangan timbul dari apa yang dijelaskan oleh guru dan segala respons
adalah sesuatu yang timbul dari siswa setelah mendapat rangsangan, tetapi
behavioristik lebih menekankan bahwa suatu respons dari pelajar harus
dapat diukur dan diamati. Respon adalah reaksi yang muncul dari peserta
didik yang dapat berupa pikiran, perasaan, atau tindakan. Tetapi, hal utama
dari teori belajar behavioristik adalah rangsangan maupun respons benar-
benar harus dapat diamati dan diukur. Sedangkan perasaan dan pikiran,
sifatnya abstrak dan tidak dapat diukur. Meskipun diakui adanya
perubahan mental dalam seseorang selama proses belajar, tetapi tetap saja
faktor tersebut tidak sesuai karena tidak dapat diukur dan diamati.
2. Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik
Ada beberapa ciri dari teori belajar ini, yaitu:
a. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil.
b. Bersifat mekanistis
c. Menekankan peran lingkungan
d. Mementingkan pembentukan respon
e. Menekankan pentingnya latihan, hasilnya merupakan tingkah laku
yang dapat diukur.
Behavioristik merupakan aliran psikologi yang lebih
mementingkan hal yang bersifat materialistik dan cenderung mengabaikan
4
aspek-aspek mental layaknya kecerdasan, minat, bakat, dan perasaan
individu terhadap kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dimaklumi karena
penelitian dari teori behavioristik umumnya menggunakan binatang seperti
kucing, burung merpati, tikus, dan anjing sebagai objek penelitiannya.
Selanjutnya respon oleh binatang ini diasumsikan juga akan terjadi pada
manusia dalam kondisi pembelajaran yang analog.
Para ahli behavioristik berpendapat bahwa belajar merupakan
akibat adanya interaksi stimulus dengan respon. Yang terpenting dari teori
ini adalah adanya input yang berupa stimulus dari pengajar, dan adanya
output yang berupa respon dari peserta didik.
3. Tokoh-Tokoh dalam Teori Belajar Behavioristik
3.1. Edward Lee Thorndike (Connectionism S-R Bond)
Thorndike berpendapat bahwa belajar merupakan proses interaksi
antara stimulus dan respon. Thorndike melakukan percobaan dengan
mempelajari kucing dalam kotak. Kucing tersebut kelaparan dan
membaui ikan yang ada di luar kotak. Lalu dia berusaha mencari cara
untuk keluar mendapatkan ikan dan dia tidak sengaja membuka palang
pintu lalu mendapatkan ikan tersebut. Percobaan yang seterusnya,
kucing itu mencakar-cakar dan menggigit palang sampai akhirnya ia
berhasil membuka pintu.
Hukum Efek Thorndike menyatakan bahwa perilaku yang diikuti
dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti
hasil negatif akan diperlemah. Artinya belajar akan lebih bersemangat
apabila mengetahui akan mendapat hasil yang lebih baik.
Hukum Kesiapan (Law of Readiness) maknanya berimplementasi
bahwa belajar akan lebih berhasil apabila individu memiliki kesiapan
untuk melakukannya.
Hukum Latihan (Law of Exercise) menyatakan bahwa hubungan
stimulus dan respon akan semakin bertambah erat jika sering dilatih
5
dan akan semakin berkurang bila jarang dilatih. Dengan demikian,
belajar akan berhasil apabila dilakukan berulang ulang.
3.2. Ivan Petrovic Pavlop (Classical Conditioning)
Teori ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori
koneksionisme. Teori ini dilakukan dengan objek eksperimen seekor
anjing. Sebelum pengkondisian, ketika anjing melihat atau mencium
bau makanan, anjing akan mengeluarkan air liur. Apabila hanya
dibunyikan bel saja, anjing tidak akan berliur. Tetapi setelah
pengkondisian, begitu mendengar bel dan mencium bau makanan,
otomatis air liur anjing akan keluar. Lalu ketika dibunyikan bel saja
tanpa mencium bau makanan, anjing akan mengeluarkan air liur.
Kesimpulan pada percobaan ini menghasilkan teori bahwa belajar
adalah suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku
atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan mandi atau makan pada jam
tertentu, kebiasaan belajar, dan lain lain dapat terbentuk karena
pengkondisian.
3.3. B. F. Skinner (Operant Conditioning)
Teori ini berlandaskan penguatan (reinforcement) sama seperti
teori pengondisian klasik dari Pavlov. Bedanya, pada teori Pavlov
yang diberi kondisi adalah stimulusnya (S), maka pada teori ini yang
diberi kondisi ialah responnya (R).
Misalnya ketika seorang anak telah belajar dengan giat lalu dia
mendapat hasil yang memuaskan dalam ulangannya. Lalu gurunya
memberikannya penghargaan (sebagai penguatan terhadap respon)
kepada anak tesebut dengan nilai yang tinggi, pujian, atau hadiah
dengan harapan anak itu akan belajar lebih giat lagi.
Skinner dianggap sebagai pengembang teori behavioristik karena
ia mampu menjelaskan teori secara sederhana dan lebih komprehensif.
Objek penelitiannya berupa seekor tikus dan burung merpati.
6
3.4. Clark Hull
Menurut Hull, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama
untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu,
kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis penting dan
berada di posisi utama dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga
rangsangan (stimulus) dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan
dengan kebutuhan biologis.
B. Teori Belajar Kognitif
1. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian
dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi
tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-
aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks.
2. Tokoh-tokoh dalam Perkembangan Kognitif
2.1. Jean Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetika, yang didasarkan atas mekanisme biologis, yaitu
perkembangan sistem saraf. Dengan bertambahnya umur, maka
susunan saraf seseorang akan semakin kompleks dan memungkinkan
kemampuannya akan semakin meningkat.
Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini
dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi
7
sebelumnya, Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya
kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah
pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut
penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu /pribadi
serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar
individu.
Piaget menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah aktivitas anak
bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya.
Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak
berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat,
tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan
sosialnya berada di antara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi
anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam
mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran
ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki
pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah
pandangannya menjadi objektif.
Proses belajar menurut Piaget sebenarnya terdiri dari tiga tahapan,
yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses
memahami pengalaman baru berdasar skema yang telah ada.
Akomodasi adalah proses mengubah skema yang ada berdasarkan
informasi baru atau pengalaman baru. Ekulibrasi, adalah proses
memulihkan keseimbangan antara pemahaman sekarang dan
pemahaman baru. (Slavin, 2011)
Teori kognitif Piaget menyatakan bahwa kecerdasan atau
kemampuan kognitif anak mengalami kemajuan melalui empat tahap
yang jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh kemunculan
kemampuan dan cara mengolah informasi yang baru. (Slavin, 2011)
Tahap Perkiraan Usia Pencapaian Utama
Sensorimotor Saat lahir hingga 2 tahun Pembentukan konsep “keajekan
8
objek” dan kemajuan bertahap dari
perilaku refleks ke perilaku yang
diarahkan oleh tujuan
Praoperasi 2 hingga 7 tahun Perkembangan kemampuan
menggunakan simbol untuk
melambangkan objek di dunia ini.
Pemikiran masih terus bersifat
egosentris dan terpusat.
Operasi
konkret
7 hingga 11 tahun Perbaikan kemampuan berpikir logis.
Kemampuan baru meliputi
penggunaan perngoperasian yang
dapat dibalik. Pemikiran tidak
terpusat, dan pemecahan masalah
kurang dibatasi oleh egosentrisme.
Pemikiran abstrak tidak mungkin.
Operasi
formal
11 tahun hingga dewasa Pemikiran abstrak dan semata-mata
simbolik dimungkinkan. Masalah
dapat dipecahkan melalui penggunaan
eksperimentasi sistematik.
2.2. Vygotsky
Lev Semionovich Vygotsky adalah psikologi Rusia dan hidup
sezaman dengan Piaget. Teori Vygotsky didasarkan pada dua gagasan
utama. Pertama, dia berpendapat bahwa perkembangan intelektual
dapat dipahami dengan dasar konteks historis dan budaya yang dialami
anak-anak. Kedua, dia meyakini bahwa perkembangan bergantung
pada sistem tanda yang ada pada diri masing-masing saat mereka
tumbuh; simbol-simbol yang diciptakan budaya untuk membantu
orang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah. Sama
seperti pendapat Piaget, Vygotsky juga percaya bahwa perolehan
sistem tanda ini terjadi berdasarkan tahapan-tahapan yang sama untuk
semua anak. (Slavin, 2011)
9
Dalam padangan Vygotsky, pembelajaran mendahului
perkembangan. Perkembangan melibatkan pengaturan diri (self-
regulation) yang merupakan suatu proses menghayati tanda-tanda
sehingga mampu berpikir dan memcahkan masalah tanpa bantuan
orang lain.
Tahapan pertama adalah mempelajari bahwa tindakan dan suara
mempunyai makna. Tahap kedua melibatkan praktik. Tahap terakhir
adalah melibatkan penggunaan tanda untuk berpikir dan memecahkan
masalah.
Teori-teori Vygotsky mendukung penggunaan strategi
pembelajaran kooperatif yang memungkinkan anak-anak untuk bekerja
sama satu sama lain (Slavin, Hurley & Chamberlain, 2003). Selain itu,
pembelajaran kooperatif memungkinkan mereka untuk saling
memahami tentang proses penalaran satu sama lain.
Teori ini mempunyai dua implikasi utama. Pertama, menyusun
rencana pembelajaran kooperatif di antara kelompok-kelompok siswa
yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda. Kedua, pendekatan
dengan cara menekankan pentangggaan. Artinya, siswa dibantu untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari sesuai dengan batas
kemampuannya.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Mengenai Teori Belajar Behavioristik dan Kognitif
1. Analisis tentang Teori Belajar Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi
stimulus untuk merangsang belajar dalam berperilaku. Pendidik yang
masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan
kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil
yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-
bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang
komplek. (Paul, 1997).
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para
pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinner lah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik.
Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran
berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak
pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor
penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang
menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik
memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan
pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif
(negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir
dan berimajinasi.
11
Menurut Guthrie, hukuman memegang peranan penting dalam
proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak
sependapat dengan Guthrie, yaitu:
a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat
sementara;
b. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi
bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
c. Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain
(meskipun salah) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain,
hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang
kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat
negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya
terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon
yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat
negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi
semakin kuat.
Misalnya, seorang pembelajar perlu dihukum karena melakukan
kesalahan. Jika ia masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus
ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan dikurangi (bukan
malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk
memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif.
Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive
reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun
bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif
adalah mengurangi agar memperkuat respons.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau
hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat
diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak
12
mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam
hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya
variasi tingkat emosi pembelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman
penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa
dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang
relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga
dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan
behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat
diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau
perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk
berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan
teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu
membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
2. Pandangan Dewasa Ini terhadap Teori Belajar Kognitif Piaget
Salah satu prinsip penting Piaget adalah bahwa perkembangan
mendahului pembelajaran (Slavin, 2011). Tetapi beberap riset yang telah
dilakukan oleh para ilmuan modern justru menunjukkan bahwa anak-anak
ternyata lebih kompeten dibandingkan dengan apa yang dipikirkan oleh
Piaget, terlebih saat pengetahuan praktis mereka ikut dinilai.
Karya Piaget yang juga dikritik adalah ini teorinya tentang “tahap”.
Peneliti sekarang banyak meragukan bahwa ada tahap-tahap
perkembangan yang memengaruhi jenis tugas kognisi. Mereka justru
berpendapat bahwa kemampuan anak-anak berkembang dengan cara yang
berbeda pada tugas yang berbeda dan pengalaman mereka juga dapat
memengaruhi kecepatan perkembangan. Sebagai contoh, mahasiswa
kemungkinan besar akan memperlihatkan kemampuannya secara
13
maksimal pada tugas yang berkaitan dengan jurusan mereka tetapi tidak
demikian dengan tugas yang lain.
B. Hasil Diskusi
Pertanyaan 1 (Syifa Putri Yudiana – kelompok 3)
Q: Pada saat pembelajaran Psikologi Pendidikan, mana yang disebut stimulus dan
mana yang disebut respon?
A: Stimulus merupakan segala hal yang diberikan oleh pendidik, sementara
respon adalah umpan balik atau reaksi yang muncul dari peserta didik. Pada mata
kuliah Psikologi Pendidikan, salah satu stimulusnya adalah pemberian tugas
membuat resume untuk setiap pertemuan. Responnya merupakan kesediaan
mahasiswa untuk mengerjakan resume dan mengumpulkannya sebagai salah satu
persiapan belajar sebelum masuk kelas.
Pertanyaan 2 (Indri Fitriani – kelompok 5)
Q: Teori belajar apakah yang berlaku di Indonesia?
A: Secara umum, teori belajar yang diterapkan dalam sistem pendidikan di
Indonesia adalah teori belajar behavioristik. Ini dikarenakan sistem pendidikan
Indonesia lebih mengutamakan perubahan perilaku siswa setelah mereka
mendapatkan pendidikan, baik itu melalui lembaga pendidikan formal, informal,
atau pun nonformal. Hal ini juga didukung dengan munculnya istilah
“pengembangan karaktek”.
Pertanyaan 3 (Azhrian Abdurrahman – kelompok 7)
Q: Bagaimana cara menyeimbangkan teori behavioristik dan kognitif?
A: teori behavioristik merupakan teori yang fokus terhadap hasil belajar (yang
berupa perubahan perilaku) dan tidak terlalu memperhatikan proses belajarnya.
Sementara itu, teori kognitif lebih berfokus pada proses belajar, bukan hasilnya.
14
Dengan demikian, sebagai seorang pendidik, kita diharuskan untuk
memperhatikan kedua hal tersebut: antara proses belajar juga hasil belajarnya.
15
PENUTUP
A. Simpulan
1. Teori belajar behavioristik merupakan teori perkembangan perilaku yang
dapat diukur dan diamati yang dihasilkan oleh respons pelajar terhadap
rangsangan.
2. Tokoh-tokoh teori belajar behavioristik di antaranya yaitu Edward Lee
Thorndike, Ivan Petrovic Pavlop, B. F. Skinner, dan Clark Hull.
3. Teori belajar kognitif menyatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya.
4. Tokoh-tokoh teori belajar kognitif di antaranya yaitu Jean Piaget dan
Vygotsky.
5. Setiap teori belajar memiliki implikasi masing-masing terhadap
pendidikan.
B. Implikasi
Implikasi teori behavioristik terhadap pendidikan:
1. Fokus pada hasil belajar.
2. Tidak menerapkan hukuman, tetapi menerapkan penguatan positif dan
penguatan negatif sebagai stimulus untuk merangsang belajar dalam
berperilaku.
Implikasi teori kognitif terhadap pendidikan:
1. Fokus pada pemikiran siswa, bukan hasilnya.
2. Pengakuan atas peran penting kegiatan pembelajaran melalui interaksi
langsung dengan lingkungan
3. Tidak menekankan praktik yang ditujukan untuk menjadikan siswa
berpikir seperti orang dewasa.
4. Pemahaman atas perbedaan kemajuan perkembangan masing-masing
individu.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyanti & Suyono. (2014). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Remaja
Rosda Karya.
Mulyana. (2015). Teori belajar kognitif. [Online]. Diakses dari
https://sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teori-belajar
behavioristik/teori-belajar-kognitif
Slavin, R.E. (2011). Psikologi pendidikan: teori dan praktik.. Jakarta: PT Indeks.
Wikipedia. (2015). Teori belajar behavioristik. [Online]. Diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik
16