“Ya Allah, cukupkanlah diriku dengan rizki-Mu yang halal dari
rizki-Mu yang haram dan cukupkanlah diriku dengan
keutamaan-Mu dari selain-Mu.”
(HR. At-Tirmidzi dalam Kitabud Da’awat, dari ‘Ali bin Abi Thalib. Lihat ShahihulJami’ no. 2622, karya Asy-Syaikh Al-Albani)
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Allah telah menghalalkan perniagaan dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabb-nya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang senantiasa berbuat kekafiran / ingkar, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan salat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya." (Qs. al-Baqarah: 275-280).
Definisi Riba’Dalam bahasa arab riba bermakna:
Tambahan boleh jadi tambahan pada suatu benda atau pun tambahan pada kompensasi dari benda tersebut.
Dalam syariat, riba bermakna:
Tambahan atau penundaan tertentu yang dilarang oleh syariat.
MACAM – MACAM RIBA
RIBA
FadhlTambahan atas komiditi/benda
ribawi
NasiahTambahan yang
dilarang oleh syariat atas penundaan
penyerahan barang
Tambahan atas utang piutang
Benda Ribawi
Emas
Perak
Gandum Syair
Gandum Burr
Kurma
Garam
Dianalogikan Uang juga termasuk
Dianalogkan dengan empat benda ini semua yang bisa
dimakan dan diperjualbelikan
dengan cara ditakar atau ditimbang.
Syarat Pertukaran Benda Ribawi
Benda Sejenis
• Takaran Sama
• Tunai
Beda namun satu Kelompok •Tunai
Beda kelompok •Bebas
Kurma-kurmaBeras-beras
Gandum – GaramEmas - Rupiah
Beras - Rupiah
Bagaimana dengan...?
Riba Jahilliyah...?
Tukar Tambah Emas...?
Angsuran Emas...?
Hadiah atas utang...?
TAHAPAN PELARANGAN RIBA
QS. AR-RUUM: 39 (TAHAP 1 : Wacana)
“DAN, SESUATU RIBA (TAMBAHAN) YANG KAMU BERIKAN AGAR DIA
MENAMBAH PADA HARTA MANUSIA, MAKA RIBA ITU TIDAK MENAMBAH PADA
SISI ALLAH. DAN APA YANG KAMU BERIKAN BERUPA ZAKAT YANG KAMU
MAKSUDKAN UNTUK MENCAPAI KERIDOAN ALLAH, MAKA (YANG BERBUAT
DEMIKIAN) ITULAH ORANG-ORANG YANG MELIPATGANDAKAN (PAHALANYA)”
QS. AN-NISAA: 160-161 (TAHAP 2: Dampak Riba)
“MAKA DISEBABKAN KEZALIMAN ORANG-ORANG YAHUDI, KAMI HARAMKAN
ATAS MEREKA (MEMAKAN MAKANAN) YANG BAIK-BAIK (YANG DAHULUNYA)
DIHALALKAN BAGI MEREKA, DAN KARENA MEREKA BANYAK MENGHALANGI
(MANUSIA) DARI JALAN ALLAH, DAN DISEBABKAN MEREKA MEMAKAN RIBA,
PADAHAL SESUNGGUHNYA MEREKA TELAH DILARANG DARINYA, DAN
KARENA MEREKA MEMAKAN HARTA ORANG DENGAN JALAN BATIL. KAMI
TELAH MENYEDIAKAN UNTUK ORANG-ORANG YANG KAFIR DI ANTARA
MEREKA ITU SIKSA YANG PEDIH”
QS. ALI IMRAN: 130 (TAHAP 3: Larangan Riba Berlipat Ganda)
“HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN, JANGANLAH KAMU MEMAKAN RIBA
DENGAN BERLIPAT GANDA DAN BERTAQWALAH KAU KEPADA ALLAH
SUPAYA KAMU MENDAPAT KEBERUNTUNGAN”
QS. AL-BAQARAH: 278-279 (TAHAP TERAKHIR: Larangan
semua Riba)“HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN, BERTAKWALAH KEPADA ALLAH DAN
TINGGALKAN SISA RIBA (YANG BELUM DIPUNGUT) JIKA KAMU ORANG-
ORANG YANG BERIMAN. MAKA JIKA KAMU TIDAK MENGERJAKAN
(MENINGGALKAN SISA RIBA) MAKA KETAHUILAH BAHWA ALLAH DAN
RASULNYA AKAN MEMERANGIMU. DAN JIKA KAMU BERTOBAT (DARI
PENGAMBILAN RIBA) MAKA BAGIMU POKOK HARTAMU; KAMU TIDAK
MENGANIAYA DAN TIDAK PULA DIANIAYA”
TAHAPAN PELARANGAN RIBA
Dalil Larangan Riba’“… Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu samadengan riba. Padahal Allah telah Menghalalkan jual beli danMengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhan-NYA lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulumenjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah.............. (QS2:275)
“Riba itu mempunyai 73 pintu (tingkatan), yang paling rendah(dosanya) sama dengan seorang yang melakukan zina denganibunya.” (Ibnu Mas’ud)
Jabir berkata : ”bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yangmenerima riba, orang yang membayarnya, dan orang yangmencatatnya dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda,“mereka itu semua sama.” (HR Muslim).
Mengapa Riba Haram....?"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Allah telah menghalalkan perniagaan dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabb-nya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang senantiasa berbuat kekafiran / ingkar, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan salat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya." (Qs. al-Baqarah: 275-280).
Mengapa Riba Dilarang
Dihinakan dihadapan seluruh makhluk
Tidak termasuk dalam perniagaan yang dihalalkan ->HARAM
Bagi yang “ngotot/ngeyel” ancaman kekal di neraka
Alloh menghapus dan memusnahkan riba
Pelaku di sifati sebagai “orang yang senantiasa berbuatkukufuran/ingkar dan selalu berbuat dosa”
Perintah untuk meninggalkannya dan sebagaiwujud keimanan
Allah mengumandangkan peperangan bagi yang engganmeninggalkan riba
Perbuatan zhalim dan aniaya terhadap saudara
Lawan sedekahmenyebabkan kikir dan keras hati
Bekerja di Bank Konvensional..?Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan [dalam Kitabut Da'wah, Juz I] :
“Tidak boleh bekerja di bank-bank yang bertransaksi dengan riba karena hal itu berarti membantu mereka di dalam melakukan dosa dan pelanggaran. Sementara Allah telah berfirman “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” [Al-Ma'idah : 2]
Dan terdapat pula hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara shahih bahwasanya “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallammelaknat pemakan riba, pemberi makan dengannya, penulisnya dan kedua saksinya. Beliau mengatakan “Mereka itu sama saja” [Hadits Riwayat Muslim, Kitab Al-Musaqah 1598].”
Bekerja di Bank Konvensional..?Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan [dalam Fatawa Syaikh Ibn Utsaimin, Juz II]:
“Bekerja di sana diharamkan karena dua alasan.”
Pertama : Membantu melakukan ribaBila demikian, maka ia termasuk ke dalam laknat yang telah diarahkan kepada individunya langsung sebagaimana telah terdapat hadits yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau : “melaknat pemakan riba, pemberi makan dengannya, penulisnya dan kedua saksinya. Beliau mengatakan, “Mereka itu sama saja”.
Kedua : Bila tidak membantu, berarti setuju dengan perbuatan itu dan mengakuinya.Oleh karena itu, tidak boleh hukumnya bekerja di bank-bank yang bertransaksi dengan riba. Sedangkan menyimpan uang disana karena suatu kebutuhan, maka tidak apa-apa bila kita belum mendapatkan tempat yang aman selain bank-bank seperti itu. Hal itu tidak apa-apa dengan satu syarat, yaitu seseorang tidak mengambil riba darinya sebab mengambilnya adalah haram hukumnya.
Bekerja di Bank Syariah
Hukumnya tergantung di dalam bank syariah
tersebut apakah benar-benar syari’at atau tidak,
jika tidak ada praktek riba dengan segala macam jenisnya
maka halal hukumnya bekerja di Bank Syari’ah tersebut.