KORELASI PENGUASAAN KOSAKATA DAN PENGUASAAN TATA
BAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN MENGONSTRUKSI TEKS
EKSPOSISI SISWA KELAS X SMANEGERI 1 SUKAPURA
KAB. PROBOLINGGO KURIKULUM 2013
Chandra Trilesmana
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma
Abstrak: Dalam proses pembelajaran kegiatan membaca dan menulis
secara dinamis merupakan sebuah hubungan. Karena dengan kegiatan
membaca akan diperoleh informasi, pengalaman, dan pengetahuan baru
yang biasa menambah wawasan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia yang bisa bersaing ditingkat Nasional maupun Internasional.
Perkembangan teknologi digital akan mempermudah bagi kita melihat dunia
yang luas ini akan menjadi genggaman ditangan kita, apabila kita mau
belajar dan belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi kemampuan mengonstruksi teks Eksposisi siswa kelas X
IPA dan IPS disekolah SMA Negeri 1 Sukapura-Kab. Probolinggo.Data
tentang penguasaan kosa kata dan tata bahasa Indonesia diperoleh dari tes
pilihan ganda. Tes bersifat Kognitif artinya, seluruh butir soal yang ada
berjalan untuk mengetahui kemampuan membaca siswa. Untuk menguji
kemampuan mengonstruksi paragraf argumentasi, maka peneliti melakukan
tes menulis yang dapat meningkatkan beberapa aspek (1) isi gagasan yang
dikemukakan, (2) organisasi inti, (3) penggunaan tatabahasa dalam menulis,
(4) gaya bahasa; pilihan struktur dan kosa kata, (5) ejaan. Untuk
menganalisis atau tahu tentang apakah ada korelasi antara menulis dan
membaca pemahaman dengan kemampuan menulis eksposisi pada siswa
kelas X IPA dan IPS pada lembaga SMA Negeri 1 Sukapura Kab.
Probolinggo, penulis menggunakan rumus korelasi Product moment dan
SPSS.Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan membaca dan
menulis dari 96 siswa atau responden nilai rata-rata secara klasikal sebesar
74,125, berarti bahwa kemampuan mengonstruksi teks eksposisi siswa kelas
X IPA dan IPS termasuk kategori tinggi, (2) kemampuan mengonstruksi
teks eksposisi menunjukkan dari 96 responden nilai rata-rata secara klasikal
sebesar 78. Dengan kemampuan mengonstruksi teks eksposisi siswa kelas X
IPA dan IPS kategori tinggi. (3) hasil analisis menunjukkan bahwa “r” yang
digunakan perhitungan baik secara manual maupun menggunakan SPSS
16.0 sebesar 0,72 %, sedangkan besarnya “r” yang tercantum dalam
labeldengan taraf signifikasi 0,05 dan 0,01 sebesar 0,361 dan 0,463. Hal ini
bahwa “r” hitung lebih berkorelasi secara positif. Siswa mampu
meningkatkan kemampuan dalam mengonstruksi teks eksposisi dengan cara
; (a) melengkapi koleksi buku di perpustakaan dengan berbagai macam-
macam judul buku sebagai alat perbandingan atau referensi siswa dalam
mengostruksi teks eksposisi, (b) secara periodik diharapkan siswa dapat
melaksanakan kegiatan lomba mengonstruksi teks eksposisi tingkat
SMA/SMK/MA/MAK tingkat Kabupaten dan kota Probolinggo.
Kata-kata kunci : korelasi, kosakata, tata bahasa, mengonstruksi, eksposisi
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu hal
yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Bahasa adalah keterampilan
kecakapan dalam kehidupan yang
berkesinambungan satu sama lain. Bahasa
digunakan dan diterapkan dalam bidang
pendidikan, keagamaan, sosial, dan lain
sebagainya. Keterampilan berbahasa
mencakup menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Keempat keterampilan tersebut
merupakan keterampilan yang tidak dapat
dipisahkan dan berkesinambungan satu sama
lain. Keterampilan menulis merupakan
keterampilan yang sangat penting dalam
kehidupan, tidak hanya penting dalam dunia
pendidikan, tetapi juga penting untuk
lingkungan masyarakat. Keterampilan
menulis ini penting karena keterampilan
menulis sangat dibutuhkan oleh setiap
orang. Keterampilan menulis merupakan
suatu ciri dari orang yang terpelajar atau
bangsa yang terpelajar. Oleh karena itu,
sebagai bangsa yang terpelajar sangat
penting sekali orang Indonesia mempunyai
keterampilan menulis.
Pengetahuan tentang Bahasa Indonesia
yang dimaksud adalah pengetahuan tentang
bahasa Indonesia dan bagaimana
penggunaannya yang efektif. Peserta didik
belajar bagaimana bahasa Indonesia
memungkinkan orang saling berinteraksi
secara efektif; membangun dan membina
hubungan; mengungkapkan dan
mempertukarkan pengetahuan,
keterampilan, sikap, perasaan, dan pendapat.
Peserta didik mampu berkomunikasi secara
efektif melalui teks yang koheren, kalimat
yang tertata dengan baik, termasuk tata
ejaan, tanda baca pada tingkat kata, kalimat,
dan teks yang lebih luas.
Keempat keterampilan berbahasa
tersebut saling berkaitan satu dengan yang
lain. Keterampilan menyimak harus dikuasai
karena dengan kegiatan menyimak,
seseorang dapat mengenal bunyi-bunyi yang
membedakan arti, memeroleh kosakata, dan
mengetahui gramatikal. Keterampilan
berbicara juga dikuasai seseorang melalui
kegiatan menyimak yang telah mengenal
bunyi-bunyi serta kosakata dan tata bahasa.
Keterampilan membaca harus dimiliki oleh
setiap orang, karena melalui membaca
seseorang memeroleh kosakata baru yang
membantu memperkaya perbendaharaan
kata sehingga lebih terampil. Melatih
keterampilan bahasa berarti melatih pula
keterampilan berpikir dan mengekspresikan
perasaan. Salah satu aspek keterampilan
bahasa yang dianggap masih rendah dan
membutuhkan pemikiran yang luas yaitu
aspek keterampilan menulis.
Berdasarkan hasil angket tersebut
dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa
menganggap bahwa menulis adalah
keterampilan bahasa yang cukup rumit
karena menulis bukanlah sekedar menyalin
kata-kata atau kalima, melainkan juga
mengembangkan dan menuangkan perasaan
dan pikiran dalam suatu struktur tulisan
yang teratur, sehingga mereka kurang
tertarik untuk menulis, disiplin yang tinggi,
rajin membaca, dan rajin melatih menulis
maka kegiatan menulis dirasa mudah untuk
dijalani. Dari hasil pengamatan dan
penelitian di SMAN 1 Sukapura, sebagian
besar siswa sangat malas apabila disuruh
untuk melakukan kegiatan menulis.
Bagi mereka menulis merupakan
kegiatan yang membosankan terlebih
apabila itu, dilakukan ketika pelajaran akhir,
mereka sangat sulit berkonsentrasi untuk
menulis. Selain itu alasan capek dan lelah
semakin memperparah keinginan siswa
untuk menulis. Hal-hal seperti itulah yang
biasanya menjadi kendala dalam
pembelajaran menulis disekolah.
Salah satu aspek keterampilan menulis
yang nasih cukup sulit dirasakan oleh siswa
yaitu menulis teks eksposisi. Pada
Kurukulum 2013 terdapat materi menulis
teks eksposisi yan struktur penulisannya
terdiri dari pernyataan pendapat (tesis) ,
argumentasi, dan penegasan ulang pendapat.
Teks eksposisi adalah teks yang digunakan
untuk mengajukan pendapat. Pendapat itu
akan diterima apabila argumentasi yang
diberikan sangat kuat untuk mendukung
pendapat tersebut. Eksposisi juga bisa
dikatakan argumentasi disisi lain. Selain itu
teks eksposisi merupakan wadah untuk
mengemukakan pendapat dan sebagai teks
ilmiah. Teks eksposisi dalam kurikulum
2013 dapat diartikan sebagai teks yang
mengusulkan pendapat pribadi mengenai
suatu permasalahan, baik permasalahan
sosial, politik, hukum, ekonomi dan budaya.
Hal itu didukung pula ketika peneliti
melaksanakan pretest atau tes kemampuan
awal siswa menulis teks eksposisi dengan
tidak menggunakan struktur dan kaidah teks
yang baik dan benar. Dalam dunia
pendidikan itu sendiri teks eksposisi sering
dijadikan soal dalam beberapa ujian sekolah
dengan kata kunci pengertian teks eksposisi,
struktur teks eksposisi, dan tentunya contoh
teks eksposisi itu sendiri. Dalam
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari
teks eksposisi sering digunakan untuk
memaparkan atau memberikan penjelasan
tentang sesuatu kejadian secara terperinci
dari sudut pandang orang yang bercerita
tersebut.
Menurut Suyadi (2014), dapat
dikatakan bahwa penguasaan kosakata dan
motivasi membaca mempunyai hubungan
terhadap kemampuan mengonstruksi teks
eksposisi baik secara sendiri (parsial)
maupun secara bersama-sama (simultan).
Jika dilihat dari besar kecilnya nilai
sumbangan variabel bebas kepada variabel
terikat yaitu pada nilai Standard Coefficient,
tampak bahwa nilai penguasaan kosakata
lebih besar dari nilai motivasi membaca.
Dengan demikian variabel penguasaan
kosakata adalah faktor yang lebih dominan
berhubungan dengan kemampuan
mengonstruksi teks eksposisi daripada faktor
motivasi membaca.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini
termasuk penelitian ex-post facto.Penelitian
ex-post facto merupakan penelitian dimana
variabel-variabel bebas telah terjadi ketika
peneliti mulai dengan pengamatan variabel
terikat dalam suatu penelitian. Pada
penelitian ini, keterikatan antara variabel
bebas dengan variabel bebas, maupun antara
variabel bebas dengan variabel terikat, sudah
terjadi secara alami, dan peneliti dengan
setting tersebut ingin melacak kembali jika
memungkinkan apa yang menjadi faktor
penyebabnya (Sukardi, 2011: 165).
Paradigma penelitian erat kaitannya dengan
variabel penelitian. Sehingga validitas
penelitian bisa mencerminkan kemampuan
siswa dalam menulis teks eksposisi. Demi
tercapainya tujuan pembelajaran menulis
maka peneliti mengedepankan siswa untuk
lebih aktif dengan lebih mudah menyusun
teks eksposisi dengan menyatukan berbagai
ide dan gagasan didalam sebuah kelompok.
Selain itu, model pembelaran ini serupa
dengan tahapan kegiatan berbasis kurikulum
2013. Dalam penelitian ini dibahas tiga
variabel yang terdiri dari dua variabel bebas
yaitu penguasaan kosakata (X1), tata bahasa
Indonesia (X2), dan satu variabel terikatyaitu
kemampuan menulis eksposisi
(Y).Selanjutnya paradigma penelitian ini
digambarkan sebagai berikut.
Ada tiga variabel dalam penelitian ini
yang terdiri atas 2 variabel bebas (X) dan
satu variabel terikat (Y). Variabel bebas
tersebut adalah penguasaan kosakata (X1),
penguasaan tata bahasa Indonesia (X2),
sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan
menulis eksposisi (Y). Variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat),
sedangkan variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas (Sugiyono, 2009:61).Penelitian ini
dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 1
Sukapura. Waktu penelitian dilaksanakan
pada bulan Agustus 2017 sampai dengan
bulan Januari 2018. Keterampilan
mengonstruksi teks eksposisi ini tidak akan
datang secara otomatis melainkan harus
melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur.
Menulis juga merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang sangat penting
dimiliki oleh pelajar. Menulis adalah
kegiatan produktif dan ekspresif. Produktif
karena menulis adalah pencurahan pikiran
yang menjadi sebuah produk yang bisa
dinikmati orang lain. Ekspresif berarti
tulisan harus dapat memberikan gambaran
maksud, gagasan atau ungkapan penulisnya
sehingga mengundang orang lain untuk
tertarik membacanya. Jadi, menulis selain
berupa pencurahan pikiran penulisnya juga
harus dapat menarik minat pembacanya
untuk menikmati tulisan. Dalam penelitian
ini, teknik sampel yang dipakai adalah
teknik stratifiedrandom sampling. Kelas
dipilih berdasarkan nilai rata-rata ujian
tengah semester 2017-2018, kelas dibagi
menjadi tiga strata yakni kategori tinggi,
sedang, dan rendah. Jumlah sampel
ditentukan dengan menggunakan
Nomogram Henry King tetapi tidak murni,
dari populasi 96 siswa dengan taraf
kesalahan 5% maka sampel yang dibutuhkan
adalah 12 siswa. Namun, untuk menjaga
keseimbangan sampel penelitian yang
dipakai maka diambil sampel sebanyak 18
siswa. Ada dua cara pengumpulan data
dalam penelitian ini. Pertama tes dipakai
untuk mengumpulkan data penguasaan
kosakata siswa dan tata bahasa Indonesia.
Yang kedua yaitu tes mengonstruksi teks
eksposisi digunakan untuk mengumpulkan
data kemampuan mengonstruksi teks
eksposisi siswa.
Instrumen dalam penelitian ini berupa
tes subjektif dan mengonstruksi teks
eksposisi. Instrumen yang berupa tes
subjektif digunakan untuk mengungkap
penguasaan kosakata dan tata bahasa siswa,
sedangkan tes menulis digunakan untuk
mengetahui kemampuan mengonstruksi teks
eksposisi siswa. Hal ini sesuai dengan
proses pembelajaran dalam kurikulum 2013
edisi revisi 2017, walaupun dalam
pembelajarannya berbasis teks namun tetap
menumbuhkan sikap siswa yang aktif,
kreatif dan kritis melalui kegiatan 5M
tersebut. Tahap-tahap pembuatan instrumen
tes obejktif dalam penelitian adalah: (1)
menentukan indikator-indikator berdasarkan
kajian teori; (2) menuliskan butir-butir
pertanyaan berdasarkan indikator-indikator
variabel penelitian; (3) mengonsultasikan
instrumen yang telah disusun kepada para
ahli atau dimintai saran atau perbaikan; (4)
menguji cobakan instrumen kepada subjek
penelitian; dan (5) menganalisis hasil uji
coba instrumen.
Penelitian ini dilakukan melalui
berbagai macam metode penelitian yang
dijadikan sebagai alat untuk memonitor
perkembangan kemampuan siswa dalam
pembelajaran mengonstruksi teks eksposisi.
Tujuan utama ini untuk perbaikan dan
peningkatan apresiasi siswa dalam
pembelajaran mengonstruksi teks eksposisi
serta memberikan alernatif penggunaan
metode pembelajaran untuk guru dalam
meningkatkan hasil proses belajar mengajar,
terutama pembelajaran mengonstruksi teks
eksposisi. Pendidikan karakter adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi manusia insane kamil.
Kompetensi sikap religius dan sosial
merupakan bagian dari pendidikan karakter
yang akan ditanamkan pada diri siswa.
Menurut Kemendikbud dalam Rachman
(2014:22) pendidikan karakter adalah
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai
karakter bangsa pada diri peserta didik,
sehingga mereka memiliki nilai dan karakter
sebagai karakter diri, menerapkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sebagai anggota
masyarakat dan warga negara yang dapat
menjadi cerminan diri dalam
mengembangkan karakter anak didik dalam
pergaulan sehari-hari, baik itu disekolah
maupun dilingkungan masyarakat.
Walaupun dalam pembelajarannya berbasis
teks namun tetap menumbuhkan sikap siswa
yang aktif, kreatif dan kritis melalui
kegiatan 5M tersebut. Instrumen penguasaan
kosakata berikut merupakan pengembangan
dari pengajaran kosakata yang disampaikan
oleh Tarigan dalam buku Pengajaran
Kosakata (2011).Selanjutnya, aspek-aspek
yang diuraikan adalah (1) sinonim (2)
antonim (3) istilah (4) arti dalam
konteks.Skor penilaian pada ubahan ini
didasarkan pada jawaban, apabila jawaban
betul skor 1, apabila salah maka 0.Instrumen
kemampuan menulis eksposisi tersebut
merupakan pengembangan dari penilaian
tes kemampuan menulis dengan
pembobotan tiap komponen yang
dimodifikasi oleh Hartfield, dkk (dalam
Nurgiyantoro, 2012: 440-441). Tes
kemampuan menulis dilakukan dengan
menggunakan bentuk tes subjektif
dikarenakan kemampuan menulis sarat
dengan unsur-unsur penggunaan bahasa
yang amat tergantung pada kesukaan dan
kreatifitas penulisnya.
Sebelum data dianalis, perlu dilakukan
uji coba instrumen. Uji coba instrumen
dilakukan untuk mengetahui apakah alat
ukur yang telah disusun benar-benar
merupakan instrumen yang baik dan
memadai untuk menjaring data. Baik
buruknya instrumen akan berpengaruh
terhadap benar tidaknya data yang diperoleh,
hal tersebut sangat menentukan kualitas
penelitian. Instrumen yang baik harus
memenuhi dua persyaratan penting yaitu
valid dan reliabel (Arikunto, 2010:
211).Refleksi dilakukan setelah proses
pembelajaran berlangsung yaitu dengan cara
kolaborasi.
Materi yang mereka diskusikan adalah
materi teks eksposisi.
Kemudian siswa bersama-sama dengan guru
mempelajari materi pembelajaran dengan
mengamati contoh teks eksposisi pada
media berita yang dibagikan. Siswa
mencermati penjelasan guru mengenai teks
eksposisi yang meliputi pengertian, struktur,
dan kaidah penulisan. Siswa yang sudah
benar-benar paham dapat membantu teman
sekelompoknya yang masih mengalami
kesulitan. Setelah semua siswa paham
dengan materi pembelajaran, guru
memberikan pertanyaan secara acak.
Petanyaan itu meliputi materi-materi yang
telah dipelajari. Siswa yang bisa menjawab
pertanyaan dengan tepat, diberi penguatan
dan penghargaan oleh guru. Validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrument (Arikunto, 2010: 211). Untuk
mengetahui kualitas butir soal dilakukan
pengujian dengan program iteman setelah
terlebih dahulu soal diujicobakan pada
sejumlah siswa. Kualitas soal tersebut
meliputi tingkat kesulitan butir, tingkat daya
beda butir, dan analisis distraktor.
Indeks kesukaran berkisar antara 0,0 –
1,0. Bila indeks kesukaran 0,0 berarti tes
tersebut sangat sulit, tetapi jika indeks
kesukaran 1,0 berarti soal tersebut sangat
mudah. Menurut Nurgiyantoro (2009: 359),
sebuah butir soal dinyatakan baik atau layak
jika memenuhi persyaratan masuk ke dalam
interval tertentu. Indeks Tingkat Kesukaran
(ITK) yang dapat diterima dalam penelitian
ini adalah berkisar antara 0,20 – 0,80. ITK
0,20 – 0,40 adalah butir soal yang
berpredikat sulit, 0,40 – 0,60 berpredikat
sedang, dan 0,60 – 0,80 berpredikat
mudah.Indeks daya beda suatu butir soal
yang baik menurut Oller (dalam
Nurgiyantoro, 1995: 141) harus mencapai
0,25 atau bahkan 0,35. Butir soal yang
indeks daya bedanya kurang dari 0,25
dianggap tidak layak dan perlu direvisi atau
diganti. Dalam penelitian ini, indeks daya
beda dikatakan baik apabila indeksnya
mencapai 0,25 atau lebih. Tes pilihan ganda
dalam penelitian ini menggunakan lima
alternatif jawaban, yaitu A, B, C, D, dan E.
Kelima alternatif itu hanya ada satu jawaban
yang benar. Jadi, empat alternative jawaban
yang lain merupakan jebakan (distraktor).
Suatu distraktor berfungsi baik apabila
dipilih paling sedikit 2% pengikut tes.
Dengan demikian, dapat diketahui efektifitas
masing-masing distraktor.Selain itu, untuk
mengetahui distraktor tersebut dipilih
kelompok pandai atau kelompok bodoh.Jika
distraktor tersebut terbanyak dipilih oleh
kelompok bodoh, distraktor tersebut tidak
dapat berfungsi dengan baik, tetapi jika
dipilih terbanyak oleh kelompok pandai,
berarti distraktor tersebut belum dapat
berfungsi secara efektif.
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan
siswa adalah menulis teks eksposisi secara
berkelompok. Sebelumnya guru
membagikan media berita yang terdapat
dalam surat kabar. Semua siswa dalam
kelompok harus ikut andil dalam tugas
kelompok ini sesuai model investigasi
kelompok. Setelah tugas selesai dibuat, guru
mengintruksikan tiap-tiap kelompok
menukarkan hasil pekerjaannya untuk
dikoreksi. Hasil pekerjaan kelompok yang
paling baik dipresentasikan di depan kelas
untuk dicermati dan dievaluasi bersama-
sama.
Reliabilitas instrumen menunjuk pada
pengertian bahwa suatu instrumen dapat
dipercaya sebagai alat pengumpul data
apabila instrumen tersebut dapat mengukur
secara konsisten terhadap sesuatu yang
diukur. Dalam penelitian ini reliabilitas
dihitung dengan rumus Alpha Cronbach.
Koefisien Alpha Cronbach secara otomatis
keluar pada saat analisis Iteman. Untuk
instrumen yang berupa alat tes atau angket
yang dibuat oleh guru untuk keperluan
pengajaran, indeks reliabilitas untuk jenis-
jenis reliabilitas tersebut dinyatakan reliabel
paling tidak mencapai 0,60. Untuk tes-tes
standar atau yang distandarkan harga indeks
reliabilitas itu paling tidak mencapai 0,85
atau bahkan 0,90 (Nurgiyantoro, 2009: 354).
Dalam uji reliabilitas ini, data diperoleh
melalui beberapa cara, yaitu (1) tes untuk
mengetahui pengetahuan dan keterampilan
mengonstruksi teks eksposisi dengan
menemukan hal-hal penting yang
terkandung di dalamnya; (2) observasi untuk
mengetahui keaktifan siswa selama
pembelajaran mengonstruksi teks eksposisi
melalui model investigasi kelompok dengan
media berita dalam surat kabar; (3) catatan
harian dan jurnal, mencatat deskripsi kesan
dan pesan siswa selama mengikuti
pembelajaran mengonstruksi teks eksposisi
melalui model investigasi kelompok dengan
media berita dalam surat kabar; (4)
wawancara, diakukan di luar pembelajaran
untuk mengetahui pendapat siswa yang
ditujukan pada perwakilan siswa yang
memperoleh nilai baik, cukup, dan kurang;
(5) dokumentasi foto, digunakan sebagai
laporan yang berupa gambar aktivitas siswa
selama mengikuti pembelajaran dan
dokumentasi hasil dari diskusi siswa secara
berkelompok. Semua data tersebut
dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara
lengkap. Hasil observasi ini digunakan
sebagai bahan refleksi dan jika diperlukan
digunakan sebagai dasar perbaikan pada
pembelajaran berikutnya.Alat tes atau
angket yang dibuat oleh guru untuk
keperluan pengajaran, indeks reliabilitas
untuk jenis-jenis reliabilitas tersebut
dinyatakan reliabel, apabila dinyatakan final.
Uji normalitas dimaksudkan untuk
menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual
mempunyai distribusi normal (Janie, 2012:
25).Teknik uji normalitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik
Kolmogorov-Smirnov (1-Sample K-S).
Suatu data dapat dikatakan normal apabila
nilai signifikansi pada uji normalitas lebih
besar dari 0,05.Semua aspek yang dinilai
dalam keterampilan menulis teks eksposisi
dibahas secara lebih terperinci pada
pertemuan pertama ini. Untuk pendalaman
materi, guru kembali menugaskan siswa
untuk membuat teks eksposisi namun secara
berkelompok. Pada pertemuan ini media
berita yang dibagikan adalah tentang politik.
Setelah teks selesai dibuat, guru meminta
siswa menukarkan pekerjaan mereka antar
kelompok untuk dikoreksi dan dievaluasi
secara bersama-sama.
Pada tahap penutup, kegiatan yang
dilakukan mencakup (1) siswa bersama guru
menyimpulkan hasil kegiatan belajar; (2)
guru dan siswa melakukan refleksi tentang
kesulitan dalam pembelajaran menulis teks
eksposisi; (3) siswa mengisi lembar
observasi secara individu sesuai perintah
guru; dan (4) tindak lanjut, siswa diberi
tugas untuk banyak membaca referensi
tentang menulis teks eksposisi. Pada
pertemuan kedua, setelah memberi apersepsi
dan mengondisikan siswa dalam bentuk
kelompok untuk brdiskusi mengenai materi
pertemuan sebelumnya, guru membagikan
wacana berita yang terdapat dalam surat
kabar kepada masing-masing kelompok.
Setelah semua mendapat media tersebut,
guru meminta siswa untuk membuat teks
eksposisi secara individu berdasarkan
wacana berita tersebut dengan
memerhatikan aspek yang dinilai. Pada
kegiatan menulis teks eksposisi ini, guru
lebih menekankan pada kualitas hasil
menulis teks eksposisi.
Uji linieritas dimaksudkan untuk
mengetahui apakah hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikatnya
berbentuk linier atau tidak. Untuk menguji
hubungan linier antara variabel penguasaan
kosakata (X1) dengan variabel kemampuan
menulis eksposisi (Y) dan variabel
penguasaan tata bahasa Indonesia (X2)
dengan variabel kemampuan menulis
eksposisi (Y) dilakukan melalui uji koefisien
F.Untuk mengetahui apakah hubungan
tersebut benar-benar linier atau tidak, perlu
diuji linieritas regresinya. Dengan
mempergunakan hipotesis nol (Ho), jika nilai
F yang ditemukan lebih kecil daripada P
0,05, garis regresi data skor yang
bersangkutan dinyatakan linier. Sebaliknya,
jika nilai F itu lebih besar daripada P 0,05,
garis regresi itu berarti tidak linier.
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri atas dua macam,
yaitu statistik deskripsi dan inferensial
dengan menggunakan regresi ganda.Statistik
deskripsi untuk melihat keadaan penguasaan
kosakata, tata bahasa, dan kemampuan
menulis eksposisi. Statistik deskripsi
digunakan terdiri atas tendensi sentral yang
meliputi mean, median, modus, dan standar
deviasi. Untuk menguji hipotesis, dilakukan
dengan uji regresi ganda. Uji regresi ganda
memerlukan uji prasyarat, seperti uji
normalitas, linieritas, dan multikorelasional
atau interkorelasi. Pengujian hipotesis
dilakukan setelah pengujian persyaratan
analisis terpenuhi. Untuk meguji hipotesis
pertama dan kedua digunakan korelasi
product moment, dan hipotesis ketiga
digunakan analisis regresi linier ganda.A
nalisis ini digunakan untuk mencari
hubungan variabel bebas dengan variabel
terikat serta untuk mencari sumbangan
variabel secara bersama-sama terhadap
variabel terikat.
Rumus Hipotesis hubungan X1, X2 dengan
Y sebagai berikut :
1. Ho : rx1y = 0
Ha : rx1y ≠ 0
2. Ho : rx2y = 0
Ha : rx2y ≠0
Persamaan hipotesis statistik di atas dapat
dibaca sebagai berikut.
Ho : tidak ada pengaruh penguasaan
kosakata terhadap kemampuan
mengonstruksi teks eksposisi.
Ha : ada pengaruh penguasaan kosakata
terhadap kemampuan mengonstruksi teks
eksposisi.
Keterampilan menulis teks eksposisi
yang dimaksud pada penelitian ini adalah
suatu keterampilan menyalurkan tulisan
yang berisi paparan atau penjelasan secara
mendalam dan terperinci mengenai
informasi. Ciri khas dari jenis teks ini adalah
penyampaian informasi yang ingin
disampaikan kepada pembaca. Penyampaian
informasi ini disajikan dalam berbagai cara
atau metode, seperti metode analisis
(analisis umum, analisis bagian, analisis
fungsi, analisis proses, dan analisis
kausal).Pengambilan data nontes dilakukan
untuk melihat lifeskill siswa yang
berkembang selama mengikuti pembelajaran
dan responnya terhadap pembelajaran
tersebut setelah melalui proses pembelajaran
menulis teks eksposisi. Data nontes berupa
hasil observasi, jurnal, catatan harian,
wawancara, dan dokumentasi foto. Dalam
pelaksanaan observasi, peneliti dibantu oleh
teman serta melibatkan guru bahasa dan
sastra Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel bebas yang pertama (X1)
dalam penelitian ini adalah penguasaan
kosakata. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian adalah soal pilihan ganda
berjumlah 40 soal dengan skor
benar2,5danskor salah 0. Skor tertinggi yang
mungkin dicapai oleh siswa adalah 100, dan
skor terendah yang mungkin dicapai oleh
siswa adalah 0. Skor tertinggi yang
diperoleh dari data adalah 97,50, dan skor
yang terendah adalah 72,50. Berdasarkan
data tersebut diperoleh juga rata-rata (M)
sebesar 86,12, median (Md) sebesar 85,21,
dan modus (Mo) sebesar 87,50 dan standar
deviasi sebesar 5,11.
Menurut hasil penelitian, Instrumen
adalah alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitian agar lebih mudah dan hasilnya
lebih maksimal. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini berupa Instrumen tes
dan non tes. Instrumen tes berbentuk tes
tertulis, sedangkan instrumen nontes
berbentuk lembar observasi, jurnal, catatan
harian, wawancara, dan dokumentasi foto.
Instrumen-instrumen tersebut digunakan
untuk mengambil data yang diperlukan
dalam penelitian.
Histogram data penguasaan kosakata
di atas, menunjukkan bahwa kelompok yang
mempunyai frekuensi terbanyak pada
interval 84,0-88,50 dengan jumlah frekuensi
absolut 29 atau 36,20%. Kelompok dengan
frekuensi terendah terdapat pada nilai
terendah dan tertinggi dengan interval
75,00-79,50 dan 93,00-97,50 dengan
masing-masing sebanyak 6 siswa atau
7,50%. Pengelompokan siswa ke dalam tiga
kategori untuk variabel penguasaan kosakata
didasarkan pada rata-rata hitung dan
simpangan baku hasil pengujian
(Nurgiyantoro, 2012: 265). Berdasarkan
acuan norma di atas, rata-rata hitung
variabel penguasaan kosakata adalah 86,12
dan simpangan bakunya adalah 5,11. Dari
perhitungan di atas dapat dikategorikan
dalam tiga (3) kelas sebagai berikut:
Tinggi = M+1SDkeatas
Sedang =di atas M-
1SDsampaidengandi bawah M + 1SD
Rendah = M – 1SD ke bawah
Berdasarkan perhitungan tersebut
dapat dibuat _able distribusi kecenderungan
sebagai berikut.
Berdasarkandata di atas, diketahui
bahwa siswa yang memiliki tingkat
penguasaan kosakata dengan kategori tinggi
sebanyak 24 siswa (30%), sedangkan siswa
yang memiliki tingkat penguasaan kosakata
dengan kategori sedang sebanyak 50 siswa
(62, 5%) dan kategori rendah sebanyak 6
siswa (7,50%). Dengan demikian, dapat
ditarik kesimpulan bahwa penguasaan
kosakata siswa berada pada kategori sedang
pada interval 81,012-91,208.Variabel bebas
yang kedua (X2) dalam penelitian ini adalah
penguasaan tata bahasa Indonesia.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah soal pilihan ganda berjumlah 40
soal dengan skor benar 2,5 dan skor salah 0.
Skor tertinggi yang mungkin dicapai oleh
siswa adalah 100, dan skor terendah yang
mungkin dicapai oleh siswa adalah 0. Skor
tertinggi yang diperoleh dari data adalah
85,00, dan skor terendah yang diperoleh dari
data adalah 50,00. Berdasarkan data tersebut
diperoleh juga rata-rata (M) sebesar 62,81,
median (Md) sebesar 62,50, dan modus
(Mo) sebesar 65,00 dan standar deviasi
sebesar 6,97.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data
Penguasaan Tata Bahasa
Keterampilan menulis merupakan
salah satu keterampilan berbahasa yang
paling tinggi tingkatannya. Menulis adalah
suatu proses penuangan ideatau gagasan
dalam bentuk paparan bahasa tulis berupa
rangkaian simbol-simbol bahasa
(huruf).Menulis tidak serta merta didapat
dengan alami, adabeberapa tahapan
seseorang dalam latihan menulis. Histogram
data penguasaan tata bahasa Indonesia di
atas,menunjukkan bahwa kelompok yang
mempunyai frekuensi terbanyak pada
interval 57-64 dengan jumlah frekuensi
absolut 30 atau37,50%. Interval 78-85
menjadi kelompok dengan frekuensi
terendah sebanyak 2 siswa atau 2,50%.
Pengelompokan siswa ke dalam tiga
kategori untuk _able_le penguasaan
kosakata didasarkan pada rata-rata hitung
dan simpangan baku hasil pengujian
(Nurgiyantoro, 2012: 265). Berdasarkan
acuan norma di atas, rata-rata hitung
_able_le penguasaan tata bahasa Indonesia
adalah 62,81, dan simpangan bakunya
adalah 6,97. Dari perhitungan di atas dapat
dikategorikan dalam 3 kelas sebagai berikut:
Tinggi = M + 1SD ke atas
Sedang = di atas M – 1SD sampai
dengan di bawah M + 1SD
Rendah = M – 1SD ke bawah
Berdasarkan data di atas, diketahui
bahwa siswa yang memilikitingkat
penguasaan tata bahasa Indonesia dengan
kategori tinggi sebanyak 8 siswa (10%),
siswa yang memiliki tingkat penguasaan tata
bahasa Indonesia dengan kategori sedang
sebanyak 64 siswa (72,5%), dan siswa yang
memiliki tingkat penguasaan tata bahasa
Indonesia dengan kategori rendah sebanyak
14 siswa (17,5%). Dengan demikian, dapat
ditarik kesimpulan bahwa penguasaan tata
bahasa Indonesia siswa berada pada kategori
sedang pada interval 55,84-69,78. Variabel
terikat (Y) dalam penelitian ini adalah
kemampuan menulis eksposisi.Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes mengarang dengan tema tertentu. Skor
tertinggi yang mungkin dicapai oleh siswa
adalah 100, dan skor terendah yang mungkin
dicapai oleh siswa adalah 40. Skor tertinggi
yang diperoleh dari data adalah 80,00, dan
skor terendah yang diperoleh dari data
adalah 66,00. Berdasarkan data tersebut juga
diperoleh rata-rata (M) sebesar 71,64,
median (Md) sebesar 73,17, dan modus
(Mo) sebesar 73,00 dan standar deviasi
sebesar 3,59. Ini merupakan data untuk
menguji validasi dan standarisasi menulis
eksposisi, gunanya untuk meningkatkan
kemampuan siswa dan keterampilan siswa
dalam menguji keahlian dalam bidang
mengonstruksi teks eksposisi. Maka seorang
guru akan mengetahui sampai kemampuan
anak didiknya tentang pengetahuan
mengonstruksi teks eksposisi.
Pada bagian teks eksposisi diatas tadi
kamu sudah mempelajari teks eksposisi
yaitu teks yang digunakan untuk
menyampaikan suatu pendapat disertai
dengan argumen yang mendukung. Dalam
kegiatan mengonstruksi teks eksposisi,
terutama mengungkapkan perasaan atau
pikiran secara tertulis, seorang pemakai
bahasa memiliki lebih banyak kesempatan
untuk mempersiapkan dan mengatur diri,
baik dalam hal apa yang akan diungkapkan
maupun bagaimana cara
mengungkapkannya (Iskandarwassid dan
Dadang Sunendar, 2011: 249).
Pengelompokan siswa ke dalam tiga
kategori untuk variabel penguasaan kosakata
didasarkan pada rata-rata hitung dan
simpangan baku hasil pengujian
(Nurgiyantoro, 2012: 265). Berdasarkan
acuan norma di atas, rata-rata hitung
variabel kemampuan mengonstruksi teks
eksposisi adalah 71,63 dan simpangan
bakunya adalah 3,59. Dari perhitungan di
atas dapat dikategorikan dalam 3 kelas
sebagai berikut:
Tinggi = M + 1SD ke atas
Sedang = di atas M – 1SD sampai
dengan di bawah M + 1SD
Rendah = M – 1SD ke bawah
Berdasarkan perhitungan tersebut
dapat dibuat table distribusi kecenderungan
sebagai berikut.
Tabel 4. 9 Distribusi Kecenderungan Data
Kemampuan Mengonstruksi teks Eksposisi
Berdasarkan data di atas, diketahui
bahwa siswa yang memiliki tingkat
kemampuan mengonstruksi teks eksposisi
dengan kategori tinggi sebanyak 10 siswa
(12,50 %), siswa yang memiliki tingkat
kemampuan mengonstruksi teks eksposisi
dengan kategori sedang sebanyak 47 siswa
(58,75%), dan siswa yang memiliki tingkat
kemampuan mengonstruksi teks eksposisi
dengan kategori rendah sebanyak 23 siswa
(28,75%). Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kemampuan
mengonstruksi teks eksposisi siswa berada
pada kategori sedang pada interval 68,04-
75,22.
Uji normalitas dimaksudkan untuk
menguji apakah dalam model korelasi
berganda, variabel pengganggu atau residual
mempunyai distribusi normal.Teknik uji
normalitas yang digunakan dalam
penelitianini adalah teknik Kolmogorov –
Smirnov (1-Sample K-S). Suatu data dapat
dikatakan normal apabila nilai signifikansi
pada uji normalitas lebih besar dari 0,05.
Berdasarkan perhitungan uji normalitas 1-
Sample K-S menggunakan program SPSS
versi 16.0, diketahui bahwa data-data
tersebut memiliki nilai signifikansi
penguasaan tata bahasa 0,123, penguasaan
kosakata 0,329 dan menulis teks eksposisi
sebesar 0,123. Hal tersebut membuktikan
bahwa residual data terdistribusi normal,
karena nilai signifikansi lebih besar dari
0,05.
Uji linieritas dimaksudkan untuk
mengetahui apakah hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat
bersifat linier atau tidak. Untuk menguji
hubungan linier antara variabel penguasaan
kosakata (X1) denganvariabel kemampuan
menulis eksposisi (Y) dan variabel
penguasaan tata bahasa Indonesia (X2)
dengan variabel kemampuan menulis
eksposisi (Y)dilakukan melalui uji koefisien
F.Untuk mengetahui apakah hubungan
tersebut benar-benar linier atau tidak, perlu
diuji linieritas regresinya. Dengan
menggunakan hipotesis nol (Ho), jika nilai F
yang ditemukan lebih kecil daripada P 0,05,
garis regresidata skor yang bersangkutan
dinyatakan linier. Sebaliknya, jika nilai F itu
lebih besar daripada P 0,05, garis regresi itu
berarti tidak linier.
Berdasarkan perhitungan
menggunakan program SPSS diketahui
bahwa nilai F variabel penguasaan kosakata
(X1) dengan kemampuan menulis eksposisi
(Y) adalah 9,783 dan signifikansi 0,003
(lebih kecil dari P 0,05). Sedangkan nilai F
variabel penguasaan tata bahasa Indonesia
(X2) dengan variabel kemampuan menulis
eksposisi (Y) sebesar 4,946 dan signifikansi
0,030 (lebih kecil dari 0,05). Maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara
variabel bebas (X1 dan X2) dan variabel
terikat (Y) adalah linier.
Tujuan uji multikolinieritas untuk
mengetahui apakah antarvariabel bebas
terdapat multikolinieritas atau tidak. Uji
hipotesis dapat dilakukan apabila nilai
tolerance variabel bernilai di atas 0,1 dan
nilai VIF (variance inflation factor) di
bawah 10 maka tidak terjadi
multikolinieritas.Melalui penghitungan
SPSS versi 16.0 didapat bahwa nilai
tolerance variabel penguasaan kosakata dan
tata bahasa sebesar 0,874 serta nilai VIF
sebesar 1,144. Maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar
variabel bebas, karena nilai tolerance di atas
0,1 dan nilai VIF di bawah 10.
Dapat diketahui bahwa Fhitung lebih
besar dari Ftabel, jadi hipotesisditerima.
Berdasarkan hasil uji F juga diperoleh nilai
p sebesar 0,005 lebih kecil dari 0,05.
Kesimpulannya berarti bahwa penguasaan
kosakata dan tata bahasa Indonesia secara
bersama-sama berkorelasi positif dan
signifikan dengan kemampuan
mengonstruksi teks eksposisisiswa kelas X
SMANegeri 1 Sukapura. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa tujuan
mengonstruksi teks eksposisi adalah
menyampaikan ide, gagasan atau buah
pikiran melalui bahasa tulis. Selain itu
mengonstruksi teks ekposisi juga dapat
memberikan hiburan serta melatih untuk
terampil menyusun dan menulis kalimat
yang baik, benar dan efektif. Strategi dan
model pembelajaran yang tidak sesuai
tersebut, memlilki pengaruh besar terhadap
keterampilan siswa dalam menulis.Selain
itu, kecenderungan guru hanya memberikan
materi tanpa diikuti praktik yang sebenarnya
dalam pembelajaran menulis menjadi awal
siswa kurang menguasai keterampilan
menulis yang sebenarnya.
Faktor-faktor kesulitan siswa dalam
mengonstruksi teks eksposisi juga
ditemukan dalam penelitian yang telah
dilakukan oleh Wahyu, Hedi (2013) dengan
judul “Meningkatkan Kemampuan Menulis
Eksposisi dengan Menggunakan Media Blog
(Penelitian Tindakan Kelas terhadap siswa
kelas X-F SMAN 5 Bandung Tahun Ajaran
2009/2010)”. Penelitian ini dilatar belakangi
oleh anggapan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan media yang tepat akan
meningkatkan kemampuan belajar siswa.
Hal ini sesuai dengan karakterirstik siswa
SMAN 5 Bandung yang berasal dari
keluarga menegah keatas. Penguasaan
teknologinya pun sangat tinggi karena
mereka difasilitasi alat-alat teknologi
canggih, seperti handphone dan notebook.
Selain itu, sekolah tersebut memiliki
fasilitas-fasilitas yang memadai untuk
menunjang pembelajaran, contohnya
kelengkapan alat infokus yang memadai.
Oleh karena itu peneliti tersebut
tertarik memanfaatkan media teknologi,
seperti media blog untuk menunjang
pembelajaran menulis eksposisi guna
mencapai tujuan pembelajaran.Hasil
penelitian Zahir Jausaq Zuhrufi dengan
judul “pembelajaran menulis paragraf
eksposisi dengan menggunkan Metode
„Collaborative Learning‟ pada siswa Kelas
X SMA PGRI Kurnia Garut Tahun Pelajaran
2013/2014”, penulis berhasil melakukan
pembelajaran menulis paragraf eksposisi,
siswa mampu menulis paragraf eksposisi
dan metode yang digunakan peneliti
terdahulu yaitu collaborative learning tepat
dalam pembelajaran menulis paragraf
eksposisi. Perbedaan peneliti terdahulu
dengan penulis yaitu penggunaan metode
atau model pembelajaran.
Oleh karena itu, atas perbedaan dan
persamaan dengan peneliti terdahulu penulis
membuat judul “Pembelajaran
Memproduksi Teks Eksposisi dengan
Menggunakan Model „Genre Based
Writing‟ Pada siswa Kelas X SMA Negeri
25 Bandung”. Untuk memperjelas uraian,
dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau
statistik. Sebagai catatan, tidak jarang
eksposisi ditemukan hanya berisi uraian
tentang langkah atau carakerja. Eksposisi
demikian lazim disebut paparan proses. Teks
eksposisi layaknya teks yang lain, yakni
memiliki struktur. Penguasaan kosakata
bukanlah keterampilan yang sederhana,
karena mencakup pengenalan, pemilihan
dan penerapan.
Penguasaan kosakata juga bukan
merupakan proses yang spontan, melainkan
proses menuju penguasaan kosakata yang
baik dan benar. Penguasaan kosakata akan
semakin meningkat sesuai dengan
perkembangannya. Menurut Dale (dalam
Zuchdi, 2008: 35), jika kita beranggapan
bahwa anak-anak mengakhiri kelas satu
dengan kosakata rata-rata 3.000 kata,
tampaknya mulai saat ini mereka akan
menambah sekitar 14.000 sampai 15.000
kata, dan bagi mahasiswa sekitar 18.000
sampai 29.000 kata. Penguasaan kosakata
mempunyai sumbangan yang berarti
terhadap kemampuan megonstruksi teks
eksposisi. Kosakata memang penting dalam
prosesmenulis. Untuk berkomunikasi
dengan anggota masyarakat lainnya (dalam
hal ini pembaca), setiap orang perlu
memperluas kosakatanya, perlu mengetahui
sebanyak-banyaknya perbendaharaan kata
dalam bahasanya (Keraf, 2004: 64-65).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa penguasaan kosakata
dan tata bahasa akan mempengaruhi
keterampilan mengonstruksi kaliamat, dalam
penelitian ini yang dimaksud adalah
penguasaan kosakata dan penguasaan tata
bahasa Indonesia siswa akan mempengaruhi
kemampuan mengonstruksi teks
eksposisinya.
Jadi, semakin tinggi penguasaan
kosakata dan penguasaan tata bahasanya,
maka semakin tinggi pula kemampuan
mengonstruksi teks eksposisinya.
Penguasaan kosakata yang baik akan
membuat kita lebih mudah membuat tulisan
atau karangan yang baik. Ini artinya ada
pengaruh yang positif penguasaan kosakata
terhadap kemampuan mengonstruksi teks
eksposisi. Penguasaan tata bahasa berkaitan
dengan kemampuan tentang kata pada
tataran morfologi, dan kemampuan tentang
kalimat pada tataran sintaksis. Suriamiharja,
dkk (1996: 1-2) menyatakan bahwa
mengonstruksi teks eksposisi merupakan
keterampilan berbahasa yang paling tinggi
tingkatannya. Mengostruksi teks eksposisi
merupakan kegiatan penulisan yang
bertujuan untuk menjelaskan suatu hal agar
pembaca mengerti dan memahami apa yang
disampaikan melalui tulisan.
Hal ini berarti ada pengaruh yang
positif dan signifikan penguasaan tata
bahasa Indonesia terhadap kemampuan
menulis eksposisi. Hal tersebut juga terbukti
dari uji korelasi product moment, diketahui
bahwa rhitung penguasaan tata bahasa
Indonesia sebesar 0,237 sedangkan rtabel
sebesar 0,220. Artinya rhitung lebih besar dari
rtabel , dan p 0,034 lebih kecil dari
tarafsignifikansi 5% (0,034<0,05).
Kesimpulannya berarti penelitian ini
berhasil membuktikan hipotesis yang
menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan
signifikan penguasaan tata bahasa Indonesia
terhadap kemampuan menulis siswa kelas X
SMAN 1 Sukapura.
Dengan penelitian ini, guru dapat
mengetahui metode yang tepat dalam
mengajarkan penulisan naskah drama
kepada siswa.Metode ini dapat membantu
guru dalam memberikan motivasi dan
menimbulkan rasa ketertarikan kepada
siswa. Hasil penelitian ini akan bermanfaat
bagi siswa yang selama ini kesulitan
menuangkan idenya dalam bentuk naskah
drama. Memperkaya kosakata dan
menguasai tata bahasa Indonesia memiliki
peran penting dalam hal penulisan karangan
yang baik. Menulis sebuah karangan yang
baik memerlukan penguasaan beberapa
keterampilan, misalnya keterampilan dalam
menyusun kalimat dan memilih kata-kata
yang tepat sehingga hubungan antara penulis
dengan pembaca menjadi lebih mudah.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada
saat melakukan penelitian, ditemukan
banyak siswa yang belum sepenuhnya
memahami penulisan karangan eksposisi.
Banyak diantara siswa yang masih belum
bisa membedakan antara karangan eksposisi
dengan karangan argumentasi.Oleh karena
itu, sumbangan efektif masing-masing
prediktor terhadap kemampuan menulis
eksposisi cukup kecil.Untuk itulah
kemampuan siswa itu tidak sama,
tergantung sampai dimana mereka membuat
dan melatih diri dalam menulis eksposisi.
Hal ini berarti variabel penguasaan
kosakata dan tata bahasa Indonesia dalam
penelitian ini hanya memberikan sumbangan
efektif yang lebih kecil terhadap
kemampuan mengonstruksi teks eksposisi.
Eksposisi biasa digunakan seseorang untuk
menyajikan gagasan.Gagasan tersebut dikaji
oleh penulis atau pembicara berdasarkan
sudut pandang tertentu. Untuk menguatkan
gagasan yang disampaikan, penulis atau
pembicara harus menyertakan alasan-alasan
logis. Dengan kata lain, ia bertanggung
jawab untuk membuktikan, mengevaluasi,
atau mengklarifikasi permasalahan tersebut.
Bentuk teks ini biasa digunakan dalam
kegiatan ceramah, perkuliahan, pidato,
editorial, opini, dan sejenisnya. Kegiatan
mendengarkan dan membaca eksposisi
banyak sekali manfaatnya. Salah satunya,
kamu akan mengetahui keterkaitan antara
permasalahan dengan argumentasi yang
disajikan. Dengan menelaah argumentasi
yang disampaikan penulis atau pembicara,
kamu akan dapat meyakini lalu menerima
pendapat yang disampaikan. Namun, jika
argumen yang disampaikan lemah dan tidak
meyakinkan, kamu dapat saja menolak
pendapat yang disampaikan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil
penelitian, dan pembahasan; 1) telah dibahas
hasil analisis data dan pembahasannya.
Berdasarkan hasil pembahasan, dalam bab
ini dikemukakan beberapa kesimpulan,
implikasi, dan saran-saran; 2) dalam
penelitian tersebut memiliki tujuan adalah
menadapat pedoman sekaligus sebagai
sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar; 3) kepastian dari
perjalanan proses belajar mengajar
berpangkal dari jelas tidaknya perumusan
tujuan pengajaran.
Tercapainya tujuan sama halnya
keberhasilan pengajaran; 4) sedikit
banyaknya perumusan tujuan akan
mempengaruhi kegiatan pengajaran yang
dilakukan oleh guru, dan secara langsung
guru mempengaruhi kegiatan belajar peserta
didik. Strategi dan model pembelajaran yang
tidak sesuai tersebut, memlilki pengaruh
besar terhadap keterampilan siswa dalam
menulis. Selain itu, kecenderungan guru
hanya memberikan materi tanpa diikuti
praktik yang sebenarnya dalam
pembelajaran menulis menjadi awal siswa
kurang menguasai keterampilan menulis
yang sebenarnya. Menulis yang dimaksud
adalah sebagai keterampilan seseorang
untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan,
pengetahuan, ilmu, dan pengalaman.
Sebagai suatu keterampilan yang
produktif, menulis dipengaruhi oleh
keterampilan produktif lainya, seperti aspek
berbicara maupun keterampilan reseptif
yaitu aspek membaca dan menyimak serta
pemahaman kosakata, diksi, keefektifan
kalimat, penggunaan ejaan tanda baca,
pemahaman berbagai jenis karangan dan
peruntukanya serta pemahaman berbagai
jenis paragraf dan pengembanganya.
Pelajaran bahasa Indonesia di
kurikulum 2013 edisi revisi 2017 banyak
menyajikan berbagai macam jenis Teks.
Baik lisan maupun tulis sehingga
pembelajaran dalam kurikulum ini
menggunakan pembelajaran berbasis teks.
Dalam pelajaran berbasis teks bahasa
Indonesia diajarkan bukan sekedar sebagai
pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks
yang mengemban fungsi untuk menjadi
sumber aktualisasi diri penggunanya pada
konteks sosial budaya akademis. Buku
pelajaran Bahasa Indonesia ditulis dengan
tujuan agar para peserta didik memiliki
kompetensi berbahasa Indonesia untuk
berbagai keperluan. Kegiatan yang
dirancang dalam buku diharapkan dapat
membantu peserta didik mengembangkan
kompetensi berbahasa yang dibutuhkan
dalam kehidupan.
Dalam proses pembelajaran tersebut
guru tidak hanya memberikan materi
kemudian siswa dilepas untuk praktik tanpa
bimbingan, melainkan ketika praktik guru
membimbing siswa secara berkala sehingga
siswa mengetahui kesalahan atau kekeliruan
dalam proses menulis, dan siswa bisa
memahami dan memperbaikinya. Dalam
pembelajaran ini, sistem remidi ditiadakan.
Sistem remidi akan muncul ketika siswa
setelah melakukan bimbingan masih belum
bisa menulis dengan baik. Salah satu jalan
untuk mencapai tujuan pembelajaran mata
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam
pembelajaran menulis untuk mencapai
kompetensi dan menghasilkan lulusan yang
terampil berkomunikasi, baik lisan maupun
tulis. Maka dari itu, peneliti akan melakukan
penelitian mengenai peningkatan
keterampilan menulis paragraf.
Saat pembelajaran berlangsung dan
tema ditentukan oleh guru maka hasil tulisan
menulis paragraf teks eksposisi yang
diharapkan masih dalam bentuk yang
sederhana dan belum sesuai dengan
indikator menulis teks eksposisi yang
diharapkan. Untuk itu, guru perlu
menggiatkan kegiatan latihan terbimbing
dengan memperhatikan indikator penulisan
paragraf teks eksposisi sehingga nantinya
diharapkan siswa terbiasa menulis teks
eksposisi dengan hasil yang maksimal.
Lemahnya keterampilan siswa dalam
menulis paragraf teks eksposisi dapat
disebabkan oleh dua faktor,yaitu kekurang
tepatan guru dalam memilih model
pembelajaran dan ketidak tertarikan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran
penggunaan model pembelajaran yang
kurang tepat dalam proses pembelajaran
oleh guru ditengarai menyebabkan lemahnya
keterampilan menulis paragraf teks
eksposisi. Selama ini guru cenderung
menerapkan pembelajaran dengan metode
ceramah dan tugas, sehingga siswa merasa
bosan dan jenuh. Untuk itu, seorang guru
dituntut mampu menjadi perancang
pembelajaran yang menarik, bervariasi, dan
tepat bagi siswa.
Saran Guru adalah komponen yang sangat
menentukan dalam implementasi suatu
strategi pembelajaran. Tanpa guru
bagaimanapun bagus dan idealnya suatu
strategi tidak mungkin bisa diaplikasikan.
Keberhasilan implementasi suatu strategi
pembelajaran akan tergantung pada
kepiawaian guru dalam menggunakan
metode dan tekhnik pembelajaran. Guru
dalam proses pembelajaran memegang peran
yang sangat penting. Guru tidak hanya
berperan sebagai model atau teladan bagi
siswa tetapi juga sebagai pengelola
pembelajaran. Sejalan dengan tugas
utamanya sebagai pendidik di sekolah, guru
melakukan tugas-tugas kinerja pendidikan
dalam bimbingan, pengajaran, dan latihan.
Semua kegiatan itu sangat terkait dengan
upaya pengembangan para peserta didik
melalui keteladanan, penciptaan lingkungan
pendidikan yang kondusif, membimbing,
mengajar, dan melatih peserta didik. Dengan
demikian efektivitas proses pembelajaran
terletak dipundak guru. Oleh karenanya,
keberhasilan suatu proses pembelajaran
sangat ditentukan oleh kualitas atau
kemampuan guru. Guru sangat menentukan
bagi keberhasilan anak, mengingat guru
adalah pengajar dan pembimbing anak didik
walaupun tujuan akhir tergantung dari anak
didik tersebut. Sebagai manajer
pembelajaran, guru mengelola keseluruhan
kegiatan pembelajaran dengan
mendinamiskan seluruh sumber-sumber
pembelajaran.
Dari sudut pandang manajemen
SDM guru, guru masih berada dalam
pengelolaan yang lebih bersifat birokratis-
administratif yang kurang berlandaskan
paradigma pendidikan antara lain
manajemen pemerintahan, kekuasaan,
politik, dan sebagainya. Dari aspek unsur
dan prosesnya, masih dirasakan terdapat
kekurangterpaduan antara sistem
pendidikan, rekrutmen, pengangkatan,
penempatan, supervisi, dan pembinaan guru.
Masih dirasakan belum terdapat
keseimbangan dan kesinambungan antara
kebutuhan dan pengadaan guru. Rerkrutmen
dan pengangkatan guru masih selalu diliputi
berbagai masalah dan kendala terutama
dilihat dari aspek kebutuhan kuantitas,
kualitas, dan distribusi. Pelaksanaan
otonomi daerah yang “kebablasan”
cenderung membuat manajemen guru
menjadi makin semrawut.Keterampilan
menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk
komunikasi secara tidak langsung, tidak
secara bertatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif. Keterampilan
menulis ini tidak akan datang secara
otomatis melainkan harus melalui latihan
dan praktik yang banyak dan teratur.
Menulis juga merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang sangat penting
dimiliki oleh pelajar. Menulis adalah
kegiatan produktif dan ekspresif. Produktif
karena menulis adalah pencurahan pikiran
yang menjadi sebuah produk yang bisa
dinikmati orang lain. Ekspresif berarti
tulisan harus dapat memberikan gambaran
maksud, gagasan atau ungkapan penulisnya
sehingga mengundang orang lain untuk
tertarik membacanya. Jadi, menulis selain
berupa pencurahan pikiran penulisnya juga
harus dapat menarik minat pembacanya
untuk menikmati tulisan.
Tujuan ini erat berhubungan dengan
tujuan peryatan diri. Tetapi “keinginan
kreatif” di sini melebihi pernyatan diri, dan
melibatkan dirinya dengan keinginan
mencapai norma artistik, atau seni yang
ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan
mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai
kesenian. Dalam tulisan seperti ini penulis
ingin memecahkan masalah yang dihadapi.
Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan
serta menjelajahi serta meneliti secara
cermat pikiran-pikiran dan gagasan-
gagasannya sendiri agar dapat dimengerti
dan diterima oleh para pembaca. Tulisan
yang bertujuan untuk menghibur ini, dapat
menyentuh perasaan pembaca. Minimal
dalam beberapa aspek tulisan. Pada
umumnya tulisan yang bertujuan menghibur
banyak dijumpai pada fiksi atau tulisan
kreatif. Penulisan jenis ini memerlukan
banyak imajinasi dan kreativitas. Beberapa
artikel surat kabar dan majalah serta
beberapa bentuk esai.
DAFTAR RUJUKAN
Alwasilah, A. Chaedaran Suzanna Al
Wasilah. 2005. PokoknyaMenulis;
CaraBaruMenulisdenganMetodeKolab
orasi. Bandung: PT KiblatBukuUtama.
Arikunto, Suharsimi.
(2010).ProsedurPenelitianSuatuPende
katanPraktik. Jakarta: RinekaCipta.
Djiwandono, Soenardi. (2011). Tes Bahasa:
Pegangan bagiPengajar Bahasa.
Jakarta: Indeks.
Ghazali, A. Syukur.
(2010).PembelajaranKeterampilanBer
bahasa:denganPendekatanKomunikati
f-Interakitf. Bandung: RefikaAditama.
Hardiyanto, Edwan. 2014.
“PeningkatanKemampuanMenulisTeks
EksposisiMelaluiTeknik Tanya
JawabPadaSiswa”.
JurnalPenelitianPendidikan, Volume
1, Nomor 1, hlm.69-75.
IskandarwassiddanSunendar,
Dadang.(2011). StrategiPembelajaran
Bahasa. Bandung:
RemajaRosdakarya.
Langan. John. (2011).
CollegeWritingSkillswithReadings.En
glishEdition.Singapore: Mc. Graw-
Hill Education.
Leo, Sutanto. (2010).
KiatJituMenulisdanMenerbitkanBuku.
Jakarta: Erlangga.
Nasucha, Yakub, dkk. 2009. Bahasa
Indonesia
UntukPenulisanKaryaTulisIlmiah.
Yogyakarta: Media Perkasa.
Nurgiyantoro, Burhan.
(2012).PenilaianPembelajaranBahasa
BerbasisKompetensi. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Sugiyono.(2009).
MetodePenelitianPendidikanPendekat
anKuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: PenerbitAlfabeta.
Sukardi.(2011).
MetodologiPenelitianPendidikanKom
petensidanPraktiknya. Jakarta:
BumiAksara.
Suparno, Yunus. (2007).
KeterampilanDasarMenulis.Cetakank
elimabelas. Jakarta.
Universitasterbuka
Tarigan, Henry Guntur. (2011).
PengajaranKosakata. Bandung:
Angkasa
Yogi, Fikri. 2012. PengertianMorfem
Kumpulan MateriPerkuliahan.
http://fikriyogi.wordpress.com/2012/02/22/p
engertian-morfem/.
Diunduhpadatanggal2Oktober 2017.